• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK EKSTRAK KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminata) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ASPIRIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK EKSTRAK KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminata) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ASPIRIN"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ON HISTOPATHOLOGICAL FINDING OF GASTRIC ULCER IN Sprague Dawley STRAIN WHITE RAT (Rattus Norvegicus) INDUCED BY

ASPIRIN BY

DEBORAH NATASHA

Gastric ulcer is an ulceration or open sore of mucose layer caused by damage in gastric mucose barrier. Overcoming upon that, antioxidant compund in banana peel extract is necessary. The goal of study is to observe whether kepok banana (Musa acuminata) peel ethanol extract able to repair gastric histopathological finding induced by aspirin in Sprague dawleystrain white rat (Rattus norvegicus). Thie experimentasl study uses 25 Sprague dawleystrain white rats (Rattus norvegicus) lotted into 5 groups, consist of Group Control 1 (K1) which does not have any treatment intevention, Group Control 2 (K2) which is given aspirin with 90 mg/day dosage, on Group Treatment 1 (P1), Treatment 2 (P2) and Treatment 3 (P3) are given kepok banana (Musa acuminata) peel ethanol extract with gradual dose 100, 200, 400 mg/kgBW and induced by oral aspirin with 90 mg dosage for 14 days. After interventions, euthanasia is done with all animal samples by ketamine injection subcutaneously, afterwards stomach organ is taken and convert it into histopathological smear with Hematoxilin-eosin (HE) staining. Histopathological findings are classified into normal, inflammation, superficial mucose damage and deep mucose damage. Results are analyzed with statistic Kruskal‒Wallistest then continue with Mann‒Whitneytest. Based on statistic results, there are significant differences between K1 and K2, K1 and P1 (p=0.016),K2 and P3 (p=0,049),P1 and P3 (P=0,058). Meanwhile on K1 and P2 (p=0,212), K1 and P3 (0,339), K2 and P1 (p=0,650), K2 and P2 (p=0,100), P1 and P2 (0,142), P2 and P3 (p=0,650) there is no significant difference. Aspirin can influence white rat gastric mucose structure and kepok banana peel ethanol extract can repair cell damage on 200 mg/kgWB dosage.

(2)

EFEK EKSTRAK KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminata) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER TIKUS PUTIH (Rattus

norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ASPIRIN Oleh

DEBORAH NATASHA

Ulkus gaster adalah ulserasi atau robeknya lapisan mukosa yang disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Untuk mengatasinya dibutuhkan senyawa antioksidan yang salah satunya terkandung dalam ekstrak kulit pisang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kulit pisang kepok (Musa acuminata) dapat memperbaiki gambaranhistopatologi gaster yang telah diinduksi aspirin pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih galur Sprague dawley yang dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu kontrol 1 (K1) tikus yang tidak diberikan perlakuan, kontrol 2 (K2) diberikan aspirin dosis 90 mg/hari, pada perlakuan 1 (P1), perlakuan 2 (P2) dan perlakuan 3 (P3) diberikan ekstrak etanol kulit pisang kapok dengan dosis bertingkat 100, 200, 400 mg/kgBB dan diberikan aspirin oral dosis 90 mg dalam waktu 14 hari.Setelahperlakuan, semua hewan percobaan dilakukan euthanasia dengan menggunakan ketamin secara intrakutan.kemudian diambil organ gaster dan selanjutnya dibuat preparat dilakukan pengecatan dengan Hematoksilin‒ Eosin(HE). Gambaran pada mukosa gaster diklasifikasikan menjadi normal, peradangan, kerusakan mukosa superfisial,dan kerusakan mukosa dalam. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ujistatistik Kruskal‒Wallis yang dilanjutkan dengan Uji Statistik Mann‒Whitney.Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil terdapat perbedaanbermakna antara kelompok K1 dengan K2 (p=0,017), K1 dan P1 (p=0.016),K2 dan P3 (p=0,049),P1 dan P3 (P=0,058). Sedangkan pada K1 dan P2 (p=0,212), K1 dan P3 (0,339), K2 dan P1 (p=0,650), K2 dan P2 (p=0,100), P1 dan P2 (0,142) dan P2 dan P3 (p=0,650) tidak didapat perbedaan bermakna.Aspirin dapat memengaruhi struktur mukosa gaster tikus putih dan ekstrak etanol kulit pisang kepok dapat memperbaiki kerusakan sel tersebut pada dosis 200 mg/kgBB.

(3)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ASPIRIN

Oleh

DEBORAH NATASHA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ASPIRIN

Skripsi

Oleh

DEBORAH NATASHA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anatomi gaster ... 11

2. Histologi gaster ... 15

3. Ulkus Gaster ... 21

4. Histopatologi Ulkus Gaster ... 22

5. Musa acuminata... 26

6. Kerangka Teori ... 35

7. Kerangka Konsep... 36

8. Alur Penelitian ... 50

9. Kontrol Satu ... 57

10. Kontrol Dua ... 58

11. Kontrol Tiga... 59

12. Kontrol Empat ... 59

(6)

DAFTAR ISI

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

II . TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaster ... 10

2.1.1 Anatomi ... 10

2.1.2 Fisiologi ... 12

2.1.3 Histologi ... 14

2.2 Ketahanan Mukosa Gaster ... 17

2.2.1 Mukus (glikoprotein) dan Bikarbonat ... 18

2.2.2 Resistensi Mukosa ... 18

2.2.3 Aliran Darah ... 19

2.2.4 Prostaglandin ... 19

2.3 Ulkus Gaster ... 20

2.4 Aspirin ... 22

2.5 Pisang (Musaceae) ... 24

(7)

2.6.2 Fisiologi dalam Kulit Pisang Kepok ... 26

2.7 Tikus Putih ... 28

2.7.1 Klasifikasi ... 28

2.7.2 Sprague dawley... 28

2.8 Khasiat Kulit Pisang Kepok terhadap Ulkus Gaster ... 29

2.9 Kerangka Konseptual ... 32

2.9.1 Kerangka Berpikir ... 32

2.9.2 Kerangka Konsep ... 36

2.10 Hipotesis ... 36

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Waktu dan Tempat ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1 Kriteria Inklusi ... 39

3.3.2 Kriteria Ekslusi ... 39

3.4 Bahan dan Alat Penelitian ... 40

3.4.1 Bahan Penelitian ... 40

3.4.2 Bahan Preparat Histopatologi ... 40

3.4.3 Alat Penelitian ... 40

3.5 Prosedur Penelitian ... 41

3.5.1 Prosedur Pemberian Aspirin ... 41

3.5.2 Prosedur Pemberian Ekstrak Kulit Pisang Kepok ... 42

3.5.3 Prosedur Perlakuan, Pembuatan dan Pembacaan ... 43

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional... 51

3.6.1 Identifikasi Variabel ... 51

3.6.2 Definisi Operasional Variabel ... 51

3.7 Analisis Data ... 53

3.8 Etik Penelitian ... 53

(8)

4.1.2 Analisis Histopatologi Mukosa Gaster ... 60 4.2 Pembahasan ... 65 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 73 5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional Variabel ... 52

2. Hasil Analisis Histopatologi Mukosa Gaster Tikus ... 61

3. Hasil Uji Normalitas Data dengan Shapiro-Wilk ... 63

(10)
(11)
(12)

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA

TUHAN YESUS KRISTUS

YANG SENANTIASA MEMBERI KEKUATAN KEPADAKU,

PADA-NYA TERLETAK SEGALA HIKMAT DAN ILMU

PENGETAHUAN

“TAKUT AKAN TUHAN ADALAH PERMULAAN

PENGETAHUAN, TETAPI ORANG BODOH MENGHINA

HIKMAT DAN DIDIKAN”

AMSAL 1:7

“KARENA TUHANLAH YANG MEMBERIKAN HIKMAT, DARI

MULUTNYA DATANG PENGETAHUAN DAN KEPANDAIAN,

IA MENYEDIAKAN PERTOLONGAN BAGI ORANG YANG

JUJUR, MENJADI PERISAI BAGI ORANG YANG TAK

BERCELA

LAKUNYA”

(13)
(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Desember 1994, merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari Ayahanda Pdt. Andrew Amos Timotiwu dan Ibunda Lisa Purnama.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK PKMI Immanuel pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) PKMI Immanuelpada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) SMP PKMI Immanuel pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Xaverius Bandar Lampung pada tahun 2012.

(15)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena atas rahmat dan kasih-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya (Pengkhotbah 3:1).

Skripsi Ini Berjudul “Efek Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa acuminata) Terhadap Gambaran Histopatologi Ulkus Gaster Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague dawley Yang Diinduksi Aspirin” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung; 1. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Utama bersedia meluangkan waktu dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;

(16)

4. dr. Exsa Hadibrata selaku Pembimbing Akademik atas waktu dan bimbingannya, semoga studi yang sedang dikerjakan terus diberikan himat dan manfaat;

5. dr. Hendra Tarigan Sibero, M.Kes, Sp.KK selaku Pembimbing Akademik atas waktu dan bimbingannya;

6. dr. Mukhlis Imanto, M.Kes, Sp.THT-KL selaku Pembimbing Akademik atas waktu dan bimbingannya;

7. Ayahanda, Pdt. Andrew Amos Timotiwu, B.Sc, M.Th, terima kasih atas doa, kasih sayang, nasihat serta bimbingan yang telah diberikan untuku, serta selalu mengingatkanku untuk selalu mengingat bahwa hanya dari Tuhan saja kekuatanku;

8. Ibunda, Lisa Purnama, terima kasih atas doa, kasih sayang, nasihat serta bimbingan yang telah diberikan untuku, serta selalu mengingatkanku untuk selalu mengingat bahwa hanya dari Tuhan saja kekuatanku;

9. Kakak, Dexter Natanael, yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya

(17)

12. Seluruh Staf Tata Usaha, Administrasi, Akademik, pegawai dan karyawan FK Unila;

13. Tim penelitian saya (Desti Nurul Qomariyah dan Fauziah Paramita Bustam) atas kerjasama serta dukungannya, kalian mengajarkan saya arti solidaritas;

14. Sahabat-sahabat terdekat saya Winnie the Pooh (Ade Marantika, Alyssa Fairudz, dan Farrash Hadyan), abang Morris yang saling membantu dan mengajarkan saya arti persahabatan selama perkuliahan ini;

15. Saudara-saudara di BEM FK Unila, Lunar, dan Medula, tetaplah semangat mengejar matahari, lakukan yang terbaik, dan percayalah yang terbaik ada pada yang selalu berkorban;

16. Saudara-saudara seiman di Permako Medis, untuk dukungan, doa serta semangat kekeluargaan di dalam Kristus, hanya Kristus yang mampu mempersatukan kita;

17. Sahabat-sahabat saya 14-tidak-ingin-menjadi-bidan (Aulia R., Alyssa, Farrash, Eki, Andrian P., Leon, Rois, Karina, Inaz, A. Dicky, Dyas, Ridho A.) untuk motivasi, semangat dan perasaan senasibnya, tetaplah berusaha untuk menjadi yang terbaik dan bermanfaat;

(18)

dukungannya yang selalu mengalir.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Ulkus gaster adalah ulserasi atau robeknya lapisan mukosa yang disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Penyakit ini masih menjadi masalah di bidang kesehatan karena bisa menyebabkan anemia akibat perdarahan saluran cerna bagian atas (Kaneko et al., 2007). Dewasa ini ulkus gaster tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi berbeda tergantung pada sosial ekonomi dan demografi. Prevalensi ulkus gaster di Indonesia pada beberapa penelitian ditemukan antara 6˗15% terutama pada usia 20-65 tahun dengan

(20)

obat-obatan terutama antiinflamasi nonsteroid serta analgesik (OAINS) seperti aspirin (Priyanto, 2008).

Aspirin yang dikonsumsi secara regular dapat menyebabkan efek samping berupa ulkus gaster sebesar 15˗25%. Jika komplikasi ini tidak ditangani, maka dapat menyebabkan perdarahan internal pada gaster (Corwin, 2009). Efek samping tersebut disebabkan karena adanya hambatan terhadap sintesis prostaglandin. Prostaglandin berfungsi sebagai faktor defensif mukosa gaster, jika kadarnya menurun akan mengakibatkan ketidakseimbangan faktor agresif seperti asam lambung dan pepsin serta faktor defensif seperti mukus, bikarbonat, aliran darah, regenerasi epitel serta menimbulkan adhesi neutrofil pada endotel pembuluh darah yang memacu proses imunologik dan dapat mengakibatkan pelepasan radikal bebas sehingga berujung pada kematian sel (Bintari, 2014).

(21)

Antiulcerogenik banyak ditemukan dari produk alami pada tumbuh-tumbuhan dan rempah yang memiliki kemampuan dalam peningkatan proteksi mukosa. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa antioksidan dapat menyembuhkan dan mencegah kerusakan mukosa gaster. Di dunia, ada dua jenis antioksidan yang ditemukan yaitu yang disintesis dan berasal dari alam. Antioksidan yang didapat dari alam terkandung pada tanaman herbal. (Patil & Jadhav, 2013; Bintari, 2014).

(22)

Musa sp (Musaceae), atau pisang merupakan salah satu buah yang paling umum yang telah dikonsumsi sebagai sumber nutrisi tidak hanya bagi manusia tetapi juga hewan (Kirtida, 2013). Hasil pengolahan pisang menjadi bahan makanan seperti keripik, sale, gorengan, maupun setelah konsumsi pisang secara langsung akan menghasilkan limbah berupa kulit pisang. Konsumsi pisang dengan pengolahan pangan menghasilkan limbah padat berupa kulit pisang. Kulit pisang saat ini digunakan hanya sebagai makanan ternak atau sebagai sampah (Ahda & Berry, 2008 ; Andini, 2014).

(23)

Pada penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa secara in vitro kulit pisang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibanding bagian tanaman pisang lainnya. Aktivitas antioksidan pada kulit pisang mencapai 94,25% pada konsentrasi 125 μg/mL sedangkan pada bagian buah pisang hanya sekitar 70% pada konsentrasi 50 mg/mL (Andini, 2014). Antioksidan dapat mencegah terjadinya kerusakan sel pada mukosa gaster akibat radikal bebas sebagai bahan sampingan fagositosis seperti yang terjadi pada pemakaian aspirin yang berkepanjangan (Bintari, 2014). Sebuah penelitian menyebutkan bahwa pada pengobatan ulkus gaster dengan kulit pisang yang dilakukan pada tikus, pada hari ke˗3 terlihat adanya regenerasi epitel, pada hari ke˗7 mulai tampak adanya proses angiogenesis dan pada hari ke˗12 proses regenerasi epitel dan angiogenesis sudah sempurna

(24)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah terdapat perbaikan mukosa gaster akibat pemberian ekstrak kulit pisang kepok (Musa acuminata) terhadap gambaran histopatologi ulkus gaster pada tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley jantan dewasa yang diakibatkan oleh induksi aspirin?

1.2.2 Apakah terdapat perbaikan gambaran histopatologi kerusakan mukosa gaster yang diinduksi aspirin pada tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley jantan dewasa yang diberi peningkatan dosis ekstrak kulit pisang kepok (Musa acuminata)?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

(25)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Adanya perbaikan mukosa gaster akibat pemberian ekstrak kulit pisang kepok (Musa acuminata) terhadap ulkus gaster tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley jantan dewasa yang diakibatkan oleh induksi aspirin.

b. Adanya perbaikan bertingkat terhadap gambaran histopatologi kerusakan mukosa gaster yang diinduksi aspirin pada tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley jantan dewasa yang diberi peningkatan dosis ekstrak kulit pisang kepok (Musa acuminata).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan

(26)

1.4.2 Bagi Peneliti

Penelitian ini adalah wujud aplikasi disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat memperluas wawasan keilmuan peneliti.

1.4.3 Bagi Pembangunan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi kontributor yang mendukung upaya pemeliharaan tanaman buah pisang (Musa accuminata) sebagai salah satu tanaman obat. Dengan demikian, akan mendukung upaya pemerintah untuk mengoptimalkan program tanaman obat. Hasil penelitian ini dapat membantu mengurangi permasalahan limbah kulit pisang kepok (Musa accuminata) di Provinsi Lampung.

1.4.4 Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila)

(27)

1.4.5 Bagi Peneliti Lain

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaster

2.1.1 Anatomi

Gaster adalah sebuah organ yang berbentuk huruf J yang terletak dalam traktus gastrointestinal yang berfungsi untuk mencerna makanan oleh enzim dan cairan gaster lalu akhirnya makanan dari gaster akan dikeluarkan ke duodenum (Floch et al., 2010). Letak gaster di antara traktus esofagus dan duodenum, pada region hipokondrium sinistra. Volume isi gaster kurang lebih 1500 mL pada orang dewasa. Gaster terdiri dari beberapa bagian besar, antara lain fundus, corpus, pilorus antrum dan antrum (Standring, 2008).

(29)

Seluruh permukaan gaster ditutupi oleh lapisan peritoneum (Russo, 2006).

Gambar 1. Anatomi gaster (Moore et al., 2010)

Arteri yang memperdarahi gaster sebagian besar berasal dari trunkus coeliacus. Arteri gastrica sinistra berasal dari axis coeliacus. Arteri splenica akan menjadi arteri gastrica breves. Arteri hepatica akan memberikan percabangan yang akan menjadi arteri gastrica dextra dan arteri gastroduodenal (Standring, 2008).

(30)

dan posterior corpus. Vena gastroepiploica dextra memperdarahi omentum majus, corpus bagian distal dan antrum. Vena gastrica sinistra akan memperdarahi bagian corpus bagian atas dan fundus. Vena gastrica dextra akan langsung bermuara pada vena porta hepatica (Standring, 2008).

2.1.2 Fisiologi

(31)

(Guyton & Hall, 2007). Sel-sel dalam mukosa gaster akan mensekresi cairan lambung. Empat komponen mayor dari cairan lambung yaitu HCl, pepsinogen, faktor intrinsik dan mukus. HCl dan pepsinogen berfungsi dalam proses pencernaan protein. Faktor intrinsik dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12 dalam ileum. Faktor intrinsik

merupakan satu-satunya komponen esensial dalam cairan lambung. Mukus akan melindungi mukosa lambung dari kerusakan yang ditimbulkan oleh HCl yang korosif dan merupakan komponen lubrikasi (Costanzo, 2014).

(32)

-dan pepsinogen. Mukus -dan HCO3- akan memproteksi mukosa

gaster dan menetralisir asam lambung (Costanzo, 2014).

Sekresi asam basal dipengaruhi oleh faktor kolinergik melalui nervus vagus dan alkohol histaminergik melalui sumber lokal di lambung. Sekresi asam akibat perangsangan dihasilkan dalam tiga fase yang berbeda tergantung sumber rangsang. Fase sefalik melalui perangsangan nervus vagus. Fase gastric terjadi pada saat makanan masuk ke dalam gaster, komponen sekresi adalah kandungan makanan, yang merangsang sel G untuk melepaskan gastrin yang selanjutnya mengaktifasi sel parietal. Fase terakhir, intestinal sekresi asam lambung dimulai pada saat makanan masuk ke dalam usus dan diperantarai oleh adanya peregangan usus dan pencampuran kandungan makanan yang ada (Tarigan, 2007).

2.1.3 Histologi

(33)

telah dimulai dalam rongga mulut dengan menghasilkan enzim proteolitik pepsin (Junquiera et al., 2007).

Gambar 2. Histologi gaster (Junqueira et al., 2007)

(34)

Mukosa gaster terdiri dari epitel selapis silindris yang berinvaginasi ke dalam lamina propria. Invaginasi yang terbentuk akan membentuk jutaan gastric pit atau lembah dan tiap lembah memiliki permukaan yang terbuka ke lumen gaster. Terdapat sel mukosa permukaan yang ada pada epitel selapis columnar gaster. Sel ini akan menyekresi cairan yang memiliki viskositas tinggi dan ketebalan yang akan membentuk lapisan mukosa pada gaster yang kaya akan ion bikarbonat dan berfungsi untuk memproteksi lapisan mukosa dari efek abrasi makanan intraluminal dan efek korosi dari cairan gaster (kaya akan HCl). Di dalam lembah yang terbentuk dari gastric pit terbentuk kelenjar yang berbentuk tubular yang berasal dari ekstensi lamina propria (Mescher, 2013).

(35)

kelenjar ini serupa dengan kelenjar kardia bagian akhir esofagus (Junqueira et al., 2007; Mescher, 2013).

(36)

2.2 Ketahanan mukosa gaster

Gaster memiliki mekanisme atau sistem proteksi terhadap cairan lambung. Mekanisme sistem proteksi mukosa gaster terhadap cairan asam lambung antara lain berupa mukus dan bikarbonat, resistensi mukosa, aliran darah gaster dan prostaglandin:

2.2.1 Mukus (glikoprotein) dan Bikarbonat

Mukus dan bikarbonat berfungsi sebagai pelindung mukosa terhadap asam dan pepsin, empedu dan zat perusak luar seperti salisilat dan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) lain. Pada mukosa lambung dan duodenum diproduksi mukus (glikoprotein) dan bikarbonat. Lapisan mukus ini melapisi permukaan mukosa dengan tebal 2-3 kali tinggi sel epitel permukaan (Raini & Isnawati, 2009).

2.2.2 Resistensi Mukosa

(37)

mukosa pada ulkus kronik rendah. Cairan empedu dan salisilat dapat menurunkan potensial listrik membran mukosa.

Kerusakan atau kehilangan sel akan segera dikompensasi

dengan mitosis sel, sehingga keutuhan permukaan mukosa

dipertahankan. Kemampuan proliferasi sel mukosa sangat

penting untuk mempertahankan keutuhan mukosa dan

penyembuhan lesi mukosa. Pada penderita dengan lesi

mukosa akut dalam waktu singkat akan terjadi proliferasi sel

untuk menutupi lesi (Johnson et al., 2007).

2.2.3 Alirah Darah

(38)

2.2.4 Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan mukosa lambung dan duodenum penting untuk ketahanan mukosa (efek sitoprotektif) dengan meningkatkan sekresi mukus dan bikarbonat, mempertahankan pompa natrium, stabilitas membran sel dan meningkatkan aliran darah mukosa. Komponen lain yang akan memelihara ketahanan mukosa adalah epidermal growth factor (EGF) dan transforming growth factor alpha (TGF˗α). Kedua peptida ini pada lambung akan meningkatkan produksi mukus dan menghambat produksi asam (Philipson et al., 2008).

2.3 Ulkus Gaster

(39)

Penyakit Dalam FK. Unair–RSU Dr. Soetomo Surabaya, pada tahun 2004–2008 didapatkan dari hasil pemeriksaan endoskopi pada 7754 penderita, 278 penderita menderita ulkus di saluran cerna yang terdiri dari 169 (61%) ulkus gaster, 70 (25%) ulkus duodenum dan sisanya 39 (14%) kombinasi. Patofisiologinya terdiri dari beberapa teori seperti faktor asam lambung, Shay and sun: balance theory 1974, Helicobacter pylori (H. pylori), no HP no ulcer Warren and Marshall 1993 (Suyono, 2001).

Gambar 3. Ulkus gaster (Robbins et al., 2007).

(40)

sekresi asam lambung yang berlebihan dan termasuk penggunaan antasida, antagonis reseptor muskarinik M1 spesifik, penekanan reseptor gastrin dan reseptor histamine H2, serta penggunaan proton pump inhibitors (PPI). Pada ulkus yang disebabkan infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan antibiotik seperti Klaritromisin dan Tetrasiklin juga harus diperhatikan. (Pahwa et al., 2010; Zinia, 2012).

Gambar 4. Histopatologi Ulkus Gaster (Clara et al., 2012).

2.4 Aspirin

(41)

sering digunakan untuk penanganan artrirtis rheumatoid dengan dosis 4 sampai 6 gram sehari, serta mempunyai efek antikoagulan dengan dosis 40 sampai 80 mg per hari (Bintari, 2014). Aspirin cepat dideasetilasi oleh esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat yang mempunyai efek anti inflamasi, antipiretik dan analgesik. OAINS, termasuk aspirin, mempunyai tiga efek terapi utama, yaitu mengurangi inflamasi (anti–inflamasi), rasa sakit (analgesia) dan demam (antipireksia) (Mycek et al., 1997).

(42)

sitoprotektor yang melindungi lambung dari faktor agresif (asam lambung dan pepsin) (Katzung, 2011; Bintari, 2014). Aspirin diabsorpsi dengan cepat dan praktis lengkap terutama di bagian pertama duodenum. Namun, karena bersifat asam sebagian zat diserap pula di lambung. Aspirin diserap dalam bentuk utuh, dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama dalam hati (Bintari, 2014).

2.5 Pisang (Musaceae)

Tanaman buah pisang terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Bagian akar pohon adalah akar rimpang dan tidak memiliki akar tunggang Bagian batang yang sebenarnya terletak di dalam tanah berupa umbi batang. Sedangkan yang berdiri tegak di atas tanah merupakan batang semu. Tinggi batang semu ini berkisar 5˗9 m. Bunga pisang, umunya disebut jantung pisang, mempunyai daun penumpu yang berjejal rapat (Satuhu & Supriyadi, 2000).

(43)

dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Batang pisang dimanfaatkan sebagai penyokong bangunan, membungkus bibit, tali industri pengolahan tembakau (batang yang dikeringkan terlebih dahulu), dan lain-lain. Sementara itu pemanfaatan yang paling banyak ada pada buah pisang. Selain untuk pakan ternak, kulit buah pisang juga sering dimanfaatkan untuk banyak hal seperti krim antinyamuk dan campuran pembunuh larva serangga. Akan tetapi, pada penelitian yang terbaru kulit buah pisang juga dapat diambil ekstraknya untuk dijadikan sebagai bahan dasar obat˗obatan (Andini, 2014).

2.6 Pisang Kepok (Musa acuminata)

2.6.1 Klasifikasi

Klasifikasi tanaman pisang kepok menurut taksonomi dewasa ini adalah sebagai berikut :

Division : Magnoliophyta Subdivision : Spermatophyta Class : Liliopsida

(44)

Genus : Musa

Species : Musa acuminata (Astawan, 2008)

Gambar 5. Musa acuminata (Jeridi et al., 2012).

2.6.2 Fisiologi dalam Kulit Pisang Kepok (Musa acuminata)

(45)

& Jadhav, 2013). Beberapa studi in vitro menunjukkan antioksidan dapat menangkap tidak hanya superoksida, hidroksil dan peroksil dan memberikan efek terhadap berbagai tahap kaskade arakidonat melalui siklooksigenase 2 dan lipooksigenase. Aktivitas antioksidan dari kulit pisang kepok efisien dalam menangkap anion superoksida, hidroksil, peroksil dan radikal alkoholik (Alanko et al., 1999).

(46)

2.7 Tikus Putih (Rattus novergicus) Galur Sprague dawley

2.7.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia. Filum : Chordata. Kelas : Mamalia. Ordo : Rodentia. Subordo : Odontoceti. Familia : Muridae. Genus : Rattus.

Spesies : Rattus norvegicus (Setiorini, 2012)

2.7.2 Sprague dawley

Tikus Sprague dawley adalah jenis outbred dari tikus albino yang digunakan secara ekstensif dalam penelitian medis. Keuntungan utamanya adalah ketenangan dan kemudahan dalam penanganan. Ukuran panjang rata-rata tikus Sprague dawley adalah 10,5 cm. berat rata-rata tikus dewasa adalah 250˗300 gr untuk betina, dan 450˗520 gr untuk jantan. Rentang hidup ada pada kisaran 2,5˗3,5

(47)

ekor yang lebih panjang sehingga meningkatkan rasio panjang tubuh dibandingkan dengan tikus galur wistar (Muhartono, Fiana & Kurrahman, 2013).

2.8 Khasiat Kulit Pisang Kepok (Musa acuminata) terhadap Ulkus Gaster yang Diinduksi Aspirin

(48)

‘ion trapping’ atau ion yang terjebak pada sel epitel lambung dengan

fosforilasi oksidatif mitokondria yang tidak berpasangan dan inhibisi kerja rantai transpor elektron. Hal ini mengakibatkan tidak terjadinya pembentukan ATP intrasel, toksisitas Ca++ selular dan penumpukan Reactive Oxygen Species (ROS) sebagai radikal bebas (Orrenius, 2007).

(49)

mukosa melalui pembentukan oksigen radikal, nitrogen reaktif dan protease. Radikal bebas ini akan menginduksi lipid peroksidase yang akan mempengaruhi lemak tak jenuh pada dinding sel epitel melalui proses stres oksidatif dan akan berakibat gangguan permeabilitas dinding sel sehingga timbul kerusakan sel (Kaneko et al., 2007).

Gangguan pencernaan yang dapat timbul dimulai dari dispepsia ringan dan nyeri ulu hati sampai ulser lambung dan duodenum. Efek samping tersebut mucul pada minggu-minggu pertama pemakaian dengan dosis besar yaitu 4 sampai 5 gram sehari yang sering digunakan pada terapi raumatoid arthritis. Mekanisme aspirin dalam merusak mukosa lambung terdiri dari dua cara yaitu topikal dan sistemik (Katzung, 2011; Bintari, 2014).

(50)

mengurangi sekresi asam pada mukosa lambung, inhibisi produksi pepsinogen dan mengurangi lesi ulserogenik (Casa CL et al., 2000).

Fenol dan flavonoid merupakan antioksidan dari golongan antioksidasi pemutus rantai yang akan memotong perbanyakan reaksi berantai sehingga akan mengendalikan dan mengurangi peroksidasi lipid manusia dimana peroksidasi lipid merupakan reaksi rantai dengan berbagai efek yang berpotensial merusak jaringan (Priyanto, 2007). Salah satu studi menunjukkan bahwa flavonoid dapat memproteksi gaster dengan mekanisme Platelet Activating Factor (PAF), peningkatan sekresi mukus dan sebagai agen antihistamin yang akan menurunkan kadar histamin dan mereduksi jumlah sel mast (Samara, 2009). Flavonoid juga diteliti dapat menginhibisi regulasi dari fosforilasi protein. Inhibisi ini merupakan inhibisi sinyal P-kinase yang akan memicu terbentuknya ulkus pada gaster (Patil & Jadhav, 2013).

2.9 Kerangka Konseptual 2.9.1 Kerangka Berpikir

(51)

(antipireksia). Tidak hanya itu, pemberian aspirin juga menginduksi akumulasi radikal bebas di permukaan mukosa lambung. Mekanisme kerja dari peristiwa ini dimulai karena adanya ulkus di epitel gaster yang memicu perlekatan neutrofil di permukaan epitel yang menyebabkan akumulasi kelebihan radikal bebas. Radikal bebas ini yang akan memicu peroksidasi lipid dan kerusakan jaringan (McCarthy, 1995).

Peran faktor agresif seperti asam lambung dan pepsin akan memperberat lesi mukosa karena bertambahnya proses radang yang terjadi. Efek topikal ini akan diikuti oleh efek sistemik dalam menghambat produksi prostaglandin melalui jalur COX˗1 dan COX˗2 (Lichtenberger et al., 2007). Penghambatan COX˗2

dapat menginduksi adhesi neutrofil yang menimbulkan obstruksi kapiler serta produksi radikal bebas berlebih dari fagositosis akibat aktifasi neutrofil (Wallace & Vong, 2008)

(52)

superoksida, hidroksil dan peroksil dan memberikan efek terhadap berbagai tahap kaskade arakidonat melalui siklooksigenase 2 dan lipooksigenase. Aktivitas antioksidan dari kulit pisang kepok efisien dalam menangkap anion superoksida, hidroksil, peroksil dan radikal alkoholik (Alanko et al., 1999). Beberapa mekanisme yang berkaitan dengan aktivitas antioksidan dari kulit pisang kepok antara lain adalah penangkap radikal bebas, kelasi dari transisi ion metal, inhibisi dari enzim oksidan atau produksi radikal bebas yang diproduksi oleh sel dan regenerasi α-tokoferol dari radikal α-tokoferoksil. Dalam hal ini

(53)

Gambar 6. Kerangka Teori

Ekstrak Kulit Pisang Kepok Menghambat Ulkus Gaster

(54)

2.9.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 7. Kerangka Konsep

2.10 Hipotesis

2.10.1 Adanya perbaikan mukosa gaster yang diberikan ekstrak kulit pisang kepok (Musa acuminata) yang diinduksi aspirin.

2.10.2 Terdapat efek dari pemberian dosis ekstrak kulit pisang kepok (Musa acuminata) bertingkat yang dapat memberikan peningkatan perbaikan mukosa gaster dan ditunjukkan pada perbaikan gambaran histopatologi yang mendekati normal.

Kerusakan mukosa gaster:

Skor 0 = tidak ada perubahan patologis.

(55)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

(56)

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan selama empat bulan dengan tempat penelitian di FK Unila, pembuatan ekstraksi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unila dan pembuatan preparat histopatologi di laboratorium Patologi Anatomi FK Unila.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah tikus jantan galur Sprague dawley, umur 3-4 bulan, berat badan 100˗200 gram yag diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Sampel penelitian sebanyak 25 ekor dipilih secara acak dan dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan sesuai dengan rumus Federer (Bintari, 2014).

Rumus Federer, rumus yang digunakan dalam penentuan besar sampel untuk uji eksperimental yakni t(n˗1) >15. Dimana t merupakan kelompok perlakuan dan n adalah besar sampel setiap kelompok.

5(n˗1)>15 5n˗5>15

(57)

jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor (n>4) dan jumlah kelompok yang akan digunakan adalah 5 kelompok sehingga penelitian ini akan menggunakan 25 ekor tikus putih dari populasi yang ada.

3.3.1 Kriteria Inklusi

Tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley jantan, memiliki berat badan (BB) 100-200 gram, usia kurang lebih 3-4 bulan dan sehat (rambut tidak kusam, rontok, botak, dan aktif).

3.3.2 Kriteria Ekslusi

(58)

3.4 Bahan dan Alat Penelitian

3.4.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah aspirin 90 mg, ekstrak kulit pisang kepok dengan dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB, aquadest, alkohol 96%, tikus putih jantan dewasa galur Sprague dawley, pakan dan minum tikus.

3.4.2 Bahan Preparat Histopatologi

Bahan yang digunakan untuk membuat preparat histologi dengan metode paraffin sebagai berikut: larutan formalin 10% untuk fiksasi, alkohol 70%, alkohol 96%, alkohol absolut, etanol, xylol, pewarna Hematoksisilin dan Eosin (H & E), dan entelan.

3.4.3 Alat Penelitian

a. Alat selama Perlakuan

(59)

minum tikus, mikroskop cahaya, gelas ukur dan pengaduk, dan kamera digital.

b. Alat dalam Pembuatan Preparat Histopatologi

Alat pembuat preparat histopatologi terdiri dari object glass, deck glass, tissue cassette, rotary microtome, oven, waterbath, platening table, autotechnicome processor, staining jar, staining rack, kertas saring, histoplast, dan paraffin dispenser.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Prosedur Pemberian Aspirin

Dosis yang diberikan pada tikus berdasarkan hasil konversi dari manusia berat badan 70 kg ke tikus. Angka konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018. Dosis aspirin yang dapat memicu kerusakan mukosa gaster pada manusia dewasa dengan berat badan 70 kg adalah 5 g/hari (Bintari, 2014). Pemakaian dosis harian aspirin sebesar 4˗5 gram dapat menimbulkan kerusakan

(60)

dosis aspirin yang diberikan pada tikus dengan berat 200 gram adalah 0,018 x 5.000 = 90 mg. Sediaan aspirin yang digunakan adalah aspirin tablet 500 mg. Aspirin tersebut dihancurkan digerus dan dilarutkan dalam aquadest. Pemberian peroral satu kali sehari pada pagi hari sebelum pemberian pakan standar.

3.5.2 Prosedur Pemberian Ekstrak Kulit Pisang Kepok

Dosis ekstrak kulit pisang ambon yang efektif digunakan adalah 200 mg/kgBB (Onansanwo, 2013). Hasil penelitian ini yang mendasari penggunaan 3 dosis ekstrak kulit pisang yaitu 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB.

Jadi perhitungan dosis untuk tikus dengan berat 100 g adalah: Dosis untuk tiap tikus (200 g) kelompok tiga:

100 mg/kgBB x 0,2 kg = 20 mg.

Dosis untuk tiap tikus (100 g) kelompok empat: 200 mg/kgBB x 0,2 kg = 40 mg.

Dosisi untuk tiap tikus (100 g) kelompok lima: 400 mg/kgBB x 0,2 kg = 80 mg.

(61)

dilanjutkan dengan perendaman dalam EtOH selama 24 jam. Setelah itu rendaman diuapkan dan hasilnya adalah ekstrak etanol kasar.

3.5.3 Prosedur Perlakuan, Pembuatan dan Pembacaan Preparat

Prosedur perlakuan, pembuatan dan pembacaan preparat disajikan dalam Gambar 6 dan dijelaskan sebagai berikut:

(62)

b. Ukur Berat Badan (BB) tikus sebelum perlakuan dimulai dengan neraca analitik.

c. Tikus diberi induksi aspirin dan ekstrak kulit pisang kepok selama 14 hari. Tikus diberikan pakan standar secara ad libitum.

d. Setelah 14 hari, 5 tikus jantan dari tiap kelompok dianastesi dengan Ketamine˗xylazine 75˗100 mg/kg + 5˗10 mg/kg secara IP lalu tikus di euthanasia berdasarkan Institutional Animal Care and Use Committee (IACUC) menggunakan metode cervical dislocation dengan cara ibu jari dan jari telunjuk ditempatkan dikedua sisi leher di dasar kranium atau batang ditekan ke dasar kranium. Sementara tangan lain memegang pada pangkal ekor atau kaki belakang dan dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan pemisahan antara tulang leher dan tengkorak.

(63)

f. Sampel gaster difiksasi dengan formalin 10%

g. Teknik pembuatan preparat histopatologi 1. Fixation

Fiksasi spesimen yang berupa potongan organ gaster segera dengan larutan pengawet formalin 10%. Cuci dengan air mengalir.

2. Trimming

Organ dibuat kecil kurang lebih 3 mm. Lalu setelah itu organ gaster dimasukkan ke embedding cassette.

3. Dehydration

(64)

4. Clearing

Alkohol dibersihkan dengan menggunakan xylol I, II, III masing-masing selama 30 menit.

5. Impregnasi

Paraffin I dan II digunakan masing-masing selama satu jam dalam inkubator dengan suhu 65,1 derajat selsius.

6. Embedding

(65)

7. Cutting

Sebelum memotong, dinginkan blok terlebih dahulu. Lakukan potongan kasar lanjutkan potongan halus sebesar 4˗5 mikron. Pilih lembaran potongan

yang paling baik, apungkan pada air dan hilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing. Pindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. Dengan gerakan menyendok, ambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan tempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah, cegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan. Keringkan slide, jika slide sudah kering, panaskan untuk meratakkan jaringan dan sisa paraffin mencair sebelum pewarnaan.

(66)

dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut:

Untuk pewarnaan, zat kimia pertama yang digunakan adalah xylol I, II, III selama 5 menit. Kedua, zat kimia yang digunakan adalah alkohol absolute I, II, III masing-masing selama 5 menit. Zat kimia yang ketiga adalah akuades selama 1 menit. Keempat, potongan organ dimasukkan ke dalam zat warna Harris Hematoxylin Eosin selama 20 menit. Kemudian memasukkan potongan organ gaster dalam akuades selama 1 menit dengan sedikit menggoyang˗goyangkan organ. Keenam,

(67)

memasukkan kedalam xylol IV dan V masing-masing selama 5 menit.

9. Mounting

Setelah pewarnaan selesai menempatkan slide diatas kertas tissue pada tempat datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada balsam dan ditutup dengan cover glass, cegah adanya gelembung udara.

10. Baca slide dengan mikroskop

Slide diperiksa dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 x. Metode yang digunakan dalam melihat preparat adalah prosedur double blinded dengan mengacu pada skor:

Skor 0 = tidak ada perubahan patologis. Skor 1= adanya peradangan

(68)

Gambar 8. Alur Penelitian

Tikus diberi perlakuan selama 14 hari

Aquadest

Setelah 14 hari, tikus di anasthesia dan euthanasia

Dilakukan laparotomi, gaster diambil

Fiksasi dengan formalin 10%

Kirim sampel ke lab. PA

Amati preparat dengan mikroskop

(69)

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1 Identifikasi Variabel

a. Variabel Independen

1. Perlakuan coba: pemberian ekstrak kulit pisang kepok dan aspirin

2. Perlakuan kontrol negatif: pemberian aspirin tanpa ekstrak kulit pisang kepok

b. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah kerusakan mukosa gaster.

3.6.2 Definisi Operasional Variabel

(70)

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

(71)

3.7 Analisis Data

Analisis data penelitian diproses dengan aplikasi pengolahan data. Dengan tingkat signifikansi p=0,05. Hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji normalitas data (Saphiro˗Wilk). Setelah itu dilakukan uji homogenitas dengan uji Levene. Jika varian data distribusi normal serta homogen maka dilanjutkan dengan metode One Way ANNOVA. Jika varian data tidak berdistribusi normal maka alternatifnya dipilih uji Kruskal˗Wallis. Hipotesis akan dianggap bermakna bila p<0.05. Jika pada uji ANNOVA menghasilkan nilai p<0,05 maka dilanjutkan dengan analisis post hoc test.

3.8 Etik Penelitian

(72)
(73)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pemberian ekstrak kulit pisang kepok (Musa acuminata) memberikan perbaikan pada mukosa gaster tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi aspirin. Kesimpulan lain yang dapat diambil adalah peningkatan dosis ekstrak kulit pisang sejumlah 400 mg/kg memberikan perbaikan yang optimal pada kerusakan mukosa gaster tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi aspirin.

5.2 Saran

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Ahda, Berry S. 2008. Pengolahan limbah kulit pisang menjadi pektin dengan metode ekstraksi. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Alanko J, Riutta A, Holm P, Mucha I, Vapatalo H, Metsa, Ketela. 1999. Modulation of arachidonic acid metabolism by phenols: relation to their structure and antioxidant/prooxidant properties. Free Radical Biology and Medicine. 26 (Suppl 1˗2):141˗6.

Andini NAM. 2014. Pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit pisang ambon dan kulit pisang kepok terhadap kadar kolesterol total tikus putih jantan galur Sprague dawley. Skripsi. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

(75)

Barthel M, Hapfelmeier S, Quintanilla-Martinez L, Kremer M, Rohde M, et al. 2003. Pretreatment of mice with streptomycin provides a Salmonella enterica serovar typhimurium colitis model that allows analysis of both pathogen and host. Infection and Immunity. 71(5):2839˗58.

Baskar R. 2011. Antioxidant potential of peel extracts of banana varieties (Musa sapientum). Food and Nutrition Sciences. 2(10):1128˗33.

Bigoniya P, Singh K. 2014. Original article ulcer protective potential of standardized hesperidin, a citrus flavonoid isolated from Citrus sinensis Papiya Bigoniya. Revista Brasileira de Farmacognosia. 24(3):330˗40.

Bintari GS. 2014. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) as gastroprotector of mucosal cell damage.Majority Unila. 3(5):77˗84.

(76)

Clara MV, Puig MN, Castano SM, Year AO, Cuevas VM, et al. 2012. Effects of D-002 on aspirin-induced ulcers and neutrophil infiltration on the gastric mucosa. Rev Cubana Farm. 46(2):19˗21.

Corwin E. 2009. Handbook of pathophysiology 3rd ed. Jakarta: EGC.

Costanzo L. 2014. Physiology 5th ed. Philadelphia: Saunders-Elsevier.

Floch BMH, Hospital N, Neil R. 2010. Netter’ s Gastroenterology 2nd ed. Philadelphia: Saunders.

Goel RK, Tavares IA, Benntt A. 1989. Stimulation of gastric and colonic mucosal eicosanoid synthesis of plantain banana. J Pharm Pharmacol. 41:747˗50.

Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi ke˗11. Jakarta: EGC penerbit buku kedokteran.

Hussain T. 2009. Rutin, a natural flavonoid, protects against gastric mucosal damage in experimental animals. Asian Journal of Tradisional Medicines. 4(5):188˗97.

(77)

Jeridi M, Perrier X, Rodier-Goud M, Ferchichi A, D’Hont A, et al. 2012. Cytogenetic evidence of mixed disomic and polysomic inheritance in an allotetraploid (AABB) Musa genotype. Annals of Botany. 110(8):1593˗1606.

Johnson A, Kratz B, Scanion L, Spivak A. 2007. Guts and glory H. pylori: cause of peptic ulcer. Eukarion. 3:67˗72.

Junqueira L, Carneiro J, Kelly O. 2007. Basic histology: text and atlas 13th ed. Philadelphia: McGraw Hill.

Kaneko T, Matsui H, Shimokawa O. 2007. Cellular membrane fluidity measurement by fluorescence polarization in indomethacin-induced gastric cellular injury in vitro. J Gastroenteral. 42(12): 939˗46.

Katzung BG. 2011. Farmakologi dasar dan klinik edisi ke˗10. Jakarta: EGC.

(78)

Kirtida T, Shah BK, Deoghare S. 2013. A study of ulcer healing effect of vegetable plantain banana (Musa sapientum var. paradisiacal) on aspirin induced gastric ulcer in rats. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences. 4(1):339˗43.

Lichtenberger LM, Romero JJ, Dial EJ. 2007. Surface phospholipids in gastric injury and protection when a selective cyclooxygenase˗2 inhibitor (Coxib) is used in combination with aspirin. Br J Pharmacol. 150:913˗19.

McCarthy. 1995. Mechanism of mucosal injury and healing: the role of non-steroidal anti-inflammatory drugs. Scand. J. Gastroenterol. 30 (Suppl. 208):24˗9.

Mescher A. 2013. Junquiera’s basic of histology: text and atlas 13th ed. Philladelphia: Mc Graw Hills Lange.

Moore KL, Dalley AF, Agur ARM. 2010. Clinical oriented anatomy. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. 6:236˗40.

(79)

Mulyanti N, Suprapto, Jekvy H. 2008. Teknologi budidaya pisang. Bogor: Agro Inovasi.

Mycek, Mary J, Richard AH, Pamela CC. 1997. Lippincott’s illustrated reviews: pharmacology. Philadelphia: Lippincott˗Raven Publishers.

Onansanwo S. 2013. Anti ulcer and ulcer healing potentials of methanol extract of Musa Sapientum peel in laboratory rats. Pharmacognosy Res. 5(3):173˗8.

Orrenius S. 2007. Reactive oxygen species in mitochondria-mediated cell death. Drug Metab Rev 2007. 39:443˗55.

Pahwa R, Kumar V, Kohli K, 2010. Clinical manifestations, causes and management strategies of peptic ulcer disease. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug Research. 2(2):99˗106.

(80)

Philipson M, Johanson MEV, Henriknas J, Petersson J, Gendler SJ. 2008. The gastric mucus layers: constituents and regulation of accumulation. Am J Physiol Gastrointest Liver Physiol. 295:806˗12.

Priyanto. 2007. Toksisitas obat zat kimia dan terapi antidotum. Depok: Leskonfi.

Priyanto A. 2008. Endoskopi Gastro Intestinal. Jakarta: Salemba Medika.

Raini, Isnawati A. 2009. Penyakit peptik dan misoprostol. Jur Kefarmasian Indo. 1:105˗11.

Ramakrishnan K, Salnas RC. 2007. Peptic ulcer disease. American Family Physician. 76:1005˗12.

Ridwan E. 2013. Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan. J Indon Med Assoc. 63:112˗6.

Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. 2007. Buku ajar patologi edisi ke˗7. Jakarta: EGC.

(81)

Samara K. 2009. Flavonoids with gastroprotective activity. Molecules. 14:979˗1012.

Satuhu S, Supriyadi A. 2000. Pisang budidaya, pengolahan, dan prospek pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.

Setiorini Y. 2012. Deteksi secara imunohistokimia immunoglobulin A (IgA) pada usus halus tikus yang diberi bakteri asam laktat (BAL) dan enteropatogenik Escherichia coli. Journal of Scientific Repository. 3(1):44˗5.

Singhal M, Ratra P. 2013. Antioxidant activity, total flavonoid and total phenolic content of Musa acuminata peel exctracts. Global J. Pharmacol. 7(2):118˗22.

Standring BS 2008. Gray ’ s anatomy 40th edition. Philadelphia: Elsevier.

Suyono S. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Balai Penerbit.

(82)

Tarigan P. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke-IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tety. 2006. Kandungan kulit pisang. www.risvank.com/reaksi bioetanol. Diakses 12 Maret 2015.

Wallace JL, Vong L. 2008. NSAID-Induced gastrointestinal damage and the design of GI-sparing NSAIDs. Br J Pharmacol. 153:100˗9.

Gambar

Gambar
Gambar 1. Anatomi gaster (Moore et al., 2010)
Gambar 2. Histologi gaster (Junqueira et al., 2007)
Gambar 3. Ulkus gaster (Robbins et al., 2007).
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, apakah terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah penggunaan model pembelajaran, dan respon

[r]

mendasarkan pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya seluruh unsur-unsur pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, setelah itu akan ditentukan apakah perbuatan

Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa (1) ruang kamar tidur dan dan ruang-ruang lainnya di kampung Pulo adalah parole yang dihasilkan dari pembatasan atas

Kelas eksperimen dan kontrol diberi tes/soal untuk mengukur penguasaan konsep siswa (pretes).Kemudian,kelas eksperimen (VII B ) diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan

TINDAKAN SUPERVISI DAN MATERIALITAS TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surakarata dan Semarang ) ”

Penelitian yang dilakukan yaitu berupa survei volume lalu lintas (LHR) untuk melihat tingkat kepadatan kendaraan, kemudian survei kecepatan kendaraan dan survey

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chayati (2011) bahwa variasi pencampuran ubi jalar kuning pada pembuatan roti manis mempengaruhi tingk at kesukaan serta