PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN
TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN
2013/2014
(Skripsi)
Oleh
MEYLISA EFRILIYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK
SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
MEYLISA EFRILIYANTI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD 01 Metro Pusat pada pelajaran tematik yang diketahui dari hasil observasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik dengan menerapkan team game tournament di kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang terdiri dari empat tahapan pokok yang saling berkait dan berkesinambungan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang pada setiap siklusnya terdiri dari 3 pertemuan. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes formatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 67,45 (B-) dengan kategori “cukup” berjumlah 15 orang (53,57%) dan siklus II 76,44 (B+) meningkat sebesar 8,99 dengan kategori “baik” berjumlah 24 orang (85,71%). Kemudian nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 65,86 (C) dengan kategori “cukup” berjumlah 16 orang (57,14%) dan siklus II 72,64 (B) meningkat sebesar 6,6 dengan pada kategori “baik” berjumlah 23 orang (82,14%) (A -)
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Tanjung Raya (Liwa), Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 06 Mei 1992, sebagai anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Effendi, S. Pd (Alm) dan Ibu Dawati, S. Pd.
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirrohim
Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya serta ucapan terimakasih serta rasa banggaku kepada:
Bapak Effendi, S. Pd (Alm) dan Ibu Dawati, S. Pd Yang senantiasa mendidikku dengan penuh kesabaran dan
perjuangan, memberikanku doa dan banyak motivasi baik dalam hidup maupun dalam menyelesaikan studiku. Serta yang senantiasa mendoakan anak-anaknya untuk menjadi seseorang yang bermanfaat untuk dirinya juga orang lain.
Adikku Dennie Aseptina dan Desva Yunika
Yang selalu mendoakan dan mendukungku agar aku menjadi seseorang yang dapat mereka banggakan
Ketiga Dosen Pembimbingku
Bapak Drs.Sarengat,M.Pd, Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani, dan Bapak Dr. Darsono,M.Pd
Yang memberiku ilmu yang bermanfaat, membimbingku menyelesaikan studi ini dengan baik. Mengajarkanku betapa
menggapai sesuatu itu tidaklah mudah, butuh perjuangan dan juga kesabaran serta ketelitian. Terimakasih.
Ayu Silvia Febriani dan Habibie Syafrudin
Yang selalu memberikan motivasi untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih
MOTO
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah
(lessing)
Hidup Bukan Hanya Tentang Perjuangan Tetapi
Juga Tentang Mimpi dan Harapan
SANWACANA
Puji Syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul penerapan team game tournament (TGT) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014 sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan banyak melakukan kesalahan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, saran, dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional.
2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
4. Bapak Dr. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung sekaligus Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro dan telah memberikan saran, dukungan, masukan, dan kritik dalam proses pembuatan skripsi.
5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Sarengat, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu membimbing, membantu, dan memberikan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Ibu Dra. Siti Rachmah S., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. 8. Bapak dan Ibu Dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
atas ilmu dan pengalaman belajar yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
9. Bapak dan Ibu Staf karyawan S-1 PGSD UPP Metro yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Ibu Hj. Suyetti, S. Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 01 Metro Pusat yang telah memberikan saran dan membantu penulis dalam penelitian.
berjalan lancar.
12. Siswa-siswi Kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
13. Melda Sari dan Rita Sari yang bersama-sama saling mengingatkan dan berjuang untuk menyelesaikan studi walaupun sedikit tertinggal dari teman-teman lainnya.
14. Diah Nuraini, Devi Larasati Sukoco, Faridhatul Khasanah, Fitri Andriana, Hidayatullah, Joni Saputra, Feri Kusnun Cahyo, yang banyak memberi masukan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 baik Kelas A maupun B, terimakasih atas bantuan dan kerjasama dari kalian semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, tetapi melalui skripsi ini penulis berharap agar karya ini dapat memberikan manfaat, serta dapat menginspirasi peneliti-peneliti selanjutnya untuk memperbaiki masalah-masalah yang terdapat pada pembelajaran di kelas. Terima kasih.
Metro, Oktober 2014 Peneliti
Meylisa Efriliyanti
DAFTAR ISI
2.2.2 Pengertian Aktivitas Belajar ... 20
2.2.3 Pengertian Hasil Belajar ... 22
2.3Pembelajaran Tematik ... 24
2.3.1 Pengertian Tematik ... 24
2.3.2 Keunggulan Pembelajaran Tematik ... 24
2.3.3 Pembelajaran Tematik Integratif ... 25
2.3.4 Pendekatan Saintifik... 26
2.4 Penelitian yang Relevan ... 27
2.5 Kerangka Pikir ... 28
3.1.2 Subjek Penelitian ... 32
3.2Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 32
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 32
3.2.2 Alat Pengumpulan Data ... 33
3.3Teknik Analisis Data ... 34
3.3.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ... 34
3.3.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 37
3.4Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 39
3.5Indikator Keberhasilan ... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 49
4.1.1 Profil Sekolah ... 49
4.1.2 Visi dan Misi Sekolah ... 50
4.2 Prosedur penelitian ... 51
4.3 Hasil penelitian... 53
4.3.1 Siklus I ... 53
4.3.2 Siklus II ... 77
4.4 Pembahasan ... 100
4.4.1 Aktivitas belajar ... 100
4.4.2 Kinerja guru ... 102
4.4.3 Hasil belajar kognitif siswa ... 103
4.4.4 Hasil belajar afektif siswa ... 104
4.4.5 Hasil belajar psikomotor siswa ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 107
5.2 Saran ... 108
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Ketuntasan pembelajaran tematik siswa kelas IV ... 3
3.1 Kategori nilai aktivitas siswa ... 34
3.2 Kategori nilai kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nila ... 35
3.3 Kategori nilai sikap (Afektif) siswa ... 36
3.4 Kategori penilaian psikomotor siswa ... 37
3.5 Kategori hasil belajar siswa ... 38
3.6 Kriteria tingkat keberhasilan siswa ... 39
4.1 Jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas ... 53
4.2 Hasil aktivitas belajar siswa siklus I ... 64
4.3 Hasil kinerja guru siklus I ... 66
4.4 Hasil belajar kognitif siswa siklus I ... 69
4.5 Hasil belajar afektif siswa siklus I ... 71
4.6 Hasil belajar psikomotor siswa siklus I ... 73
4.7 Hasil aktivitas belajar siswa siklus II ... 89
4.8 Hasil kinerja guru siklus II ... 91
4.9 Hasil belajar kognitif siswa siklus II ... 94
4.10 Hasil belajar afektif siswa siklus II ... 95
4.11 Hasil belajar psikomotor siswa siklus II ... 97
4.12 Rekapitulasi nilai aktivitas siswa... 100
4.13 Rekapitulasi nilai kinerja guru ... 102
4.14 Rekapitulasi nilai hasil belajar kognitif siswa ... 103
4.15 Rekapitulasi nilai hasil belaja afektif siswa... 105
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 29
3.1 Tahapan penelitian tindakan kelas ... 31
4.1 Grafik nilai aktivitas siswa ... 101
4.2 Grafik nilai rata-rata kinerja guru ... 103
4.3 Grafik nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa ... 104
4.4 Grafik nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa ... 106
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat-surat ... 114
2. Perangkat pembelajaran siklus I-II ... 118
3. Aktivitas siswa siklus I-II ... 154
4. Kinerja guru siklus I-II ... 162
5. Hasil belajar kognitif siswa siklus I-II ... 180
6. Hasil belajar afektif siswa I-II ... 209
7. Hasil belajar psikomotor siklus I-II ... 217
8. Turnamen siklus I-II ... 223
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi
oleh dunia pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan yang wajib diterima
bagi setiap individu. Dengan adanya pendidikan, setiap individu dapat
mengembangkan potensi, karakter, dan jenjang hidupnya menjadi lebih baik.
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif dapat mengembangan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembalian diri, kepribadian
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat, bangsa, dan negara.
2
Untuk mendukung tercapainya efisiensi dan efektivitas kompetensi lulusan
maka harus didukung oleh kegiatan belajar mengajar yang baik. Model
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran dan kegairahan belajar
siswa. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih model pembelajaran
yang sesuai sehingga dapat mengkondisikan siswa agar proses pembelajaran
menjadi lebih kondusif sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru
dalam pembelajaran, salah satunya yaitu model cooperative learning tipe
team game tournament (TGT). TGT merupakan salah satu dari berbagai
model pembelajaran yang relevan untuk diterapkan. Karena menurut Slavin
(2005: 163) TGT adalah model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis serta sistem
skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara
seperti mereka.
Pada saat ini pendidikan di Indonesia menerapkan kurikulum baru yaitu
kurikulum 2013, disajikan secara tematik di setiap kelas. Dengan
pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang
pembelajaran tematik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran harus
didukung oleh proses pembelajaran terstruktur yang dapat menjadi pedoman
saat proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran dan kegairahan belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bulan Januari 2014,
dengan wali kelas IVB SDN 1 Metro Pusat, diketahui hasil belajar siswa pada
kelas IVB tahun pelajaran 2013/2014 sebagai berikut:
Tabel 1.1. Ketuntasan Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV
Standar Nilai
Minimal Kelas Jumlah Siswa
Jumlah Siswa
penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik di kelas IVB belum
berhasil karena ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum mencapai
75%. Seperti yang dijelaskan Mulyasa (2013: 131) suatu pembelajaran
dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa di
kelas dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan kategori baik. Hasil belajar
siswa kelas IVA, IVB, maupun IVC belum mencapai ketuntasan 75% secara
klasikal, namun berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru
4
dan IVC, sehingga peneliti memilih kelas IVB sebagai subjek penelitian
tindakan kelas ini.
Masalah di atas juga disebabkan karena proses pembelajaran tematik yang
diajarkan di Kelas IVB SDN 1 Metro Pusat diantaranya, guru belum
sepenuhnya menerapkan pembelajaran tematik. Pengelolaan waktu dalam
pembelajaran juga kurang optimal. Guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah saat proses belajar mengajar, guru hanya menyuruh siswa membuka
buku paket Tematik Kelas IV SD, kemudian siswa disuruh mendengarkan
penjelasan guru sehingga guru lebih aktif dan siswa cenderung pasif. Untuk
menyiasati hal tersebut salah satu model yang dapat mengaktifkan dan dapat
memfasilitasi siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Team Game Tournament. Model TGT
menerapkan permainan dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan permainan
pembelajaran di kelas menjadi tidak monoton sehingga menyenangkan bagi
siswa. Permainan ini dengan melakukan turnamen yang fair, karena siswa
bertanding dengan teman yang memiliki kemampuan setara. Turnamen dalam
TGT bukanlah sebuah bentuk persaingan, yang paling penting adalah mereka
saling mendukung untuk berhasil, bukan untuk gagal.
Oleh sebab itu, peneliti ingin mencoba melakukan perbaikan pembelajaran
tematik melalui penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Team
Game Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IVB SDN 1 Metro Pusat Tahun
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1.2.1 Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centred), yang
diindikasikan pada saat pembelajaran berlangsung guru cenderung
menggunakan metode ceramah yang kurang menarik perhatian
siswa.
1.2.2 Guru belum mampu menerapkan pembelajaran tematik yang
seharusnya diterapkan pada kurikulum 2013.
1.2.3 Guru belum menggunakan variasi model dalam pembelajaran
sehingga proses pembelajaran masih kurang menarik dan
menyenangkan bagi siswa.
1.2.4 Pembelajaran tematik di kelas IVB belum menggunakan
model-model pembelajaran, diantaranya Team Game Tournament.
1.2.5 Guru belum dapat mengelola waktu dengan optimal terhadap
pembelajaran tematik.
1.2.6 Rendahnya aktivitas belajar siswa dan kinerja guru
1.2.7 Rendahnya hasil belajar siswa pada ulangan harian semester ganjil
6
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut:
1.3.1 Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe team
game tournament dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas
IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?
1.3.2 Apakah penerapan model cooperative learning tipe team game
tournament dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD
Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.4.1 Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran tematik
kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014
dengan menggunakan model cooperative learning tipe team game
tournament.
1.4.2 Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik
kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014
dengan menggunakan model cooperative learning tipe team game
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.5.1 Bagi Siswa
Dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran Tematik
melalui penerapan Model Pembelajaran team game tournamnet.
1.5.2 Bagi Guru
Dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional
guru dalam pembelajaran tematik di kelasnya, serta memperluas
wawasan dan pengetahuan guru dalam menerapkan model
pembelajaran cooperative learning tipe team game tournament.
1.5.3 Bagi Sekolah
Dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
1.5.4 Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan dalam
menerapkan Pembelajaran team game tournament pada
pembelajaran Tematik, sehingga akan tercipta guru yang
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Model Cooperative Learning
2.1.1 Pengertian Model Cooperative Learning
Cooperative learning dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan
nama pembelajaran kooperatif. Cooperative learning berasal dari kata
cooperative dan learning yang artinya mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007: 15). Hal ini sejalan dengan
pendapat Rusman (2012: 204) yang mengemukakan bahwa
cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya
siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok
kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.
Slavin (2005: 4) mengemukakan bahwa cooperative learning
merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Menurut Hamdani
(2011: 30) dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa cooperative learning merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan
kemampuan berbeda, dimana masing-masing anggotanya memiliki
kesempatan dan tanggung jawab yang sama untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam menyelesaikan tugas kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
kelompok itu sendiri.
2.1.2 Tujuan Cooperative Learning
Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai,
sama halnya dengan cooperative learning. Menurut Isjoni (2007: 6)
tujuan utama dalam penerapan model cooperative learning adalah agar
peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama
teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya
dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Trianto (2010: 60)
pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung
satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan
10
lain. Sementara itu, Johnson & Johnson (Trianto, 2010: 56)
menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik
dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa tujuan cooperative learning adalah setiap peserta didik dapat
mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lain, sehingga terjadi kesamaan pemikiran dan pemahaman
antara anggota satu dengan anggota yang lain di dalam satu kelompok.
2.1.3 Jenis-jenis Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang
memiliki banyak tipe atau jenis dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Menurut Rusman (2012: 213-224) jenis-jenis model
cooperative learning adalah sebagai berikut: (1) student teams
achievement (STAD), (2) jigsaw, (3) group investigation (GI), (4) make
a match (membuat pasangan), dan (5) teams games tournaments
(TGT).
Menurut Isjoni (2007: 51) pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa variasi model yang dapat diterapkan, diantaranya: Student
Team Achivement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI),
Rotating Trio Exchange, dan Group Resume,. Sedangkan Slavin (2005:
11) dalam kooperatif terdapat lima variasi model yang telah
dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Tiga model yang dapat
Achivement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan
Jigsaw.
Berdasarkan jenis-jenis model cooperative learning yang telah
disebutkan di atas maka penulis memilih model cooperative learning
tipe teams games tournament (TGT) yang bertujuan mendorong siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dan sikap penerimaan pada
siswa-siswa lain yang berbeda melalui game dan tournament.
2.1.4 Cooperative Learning Tipe Team Games Tournamen
a. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament
Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
dengan kerja kelompok. Kelompok yang dimaksud disini bukanlah
semata-mata sekumpulan orang, namun kelompok yang berinteraksi,
memiliki tujuan dan berstruktur. Model pembelajaran TGT
merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Slavin
(2005: 163) mengemukakan TGT adalah model pembelajaran
kooperatif menggunakan turnamen akademik dan menggunakan
kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang
kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut Huda
(2013: 197 ) dalam TGT, siswa mempelajari materi di ruang kelas.
Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari
siswa berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam TGT setiap
12
bersama anggota-anggotanya, barulah mereka diuji secara individual
melalui game akademik nilai yang mereka peroleh dari game akan
menentukan skor kelompok mereka.
Menurut Saco (Rusman, 2012: 224), dalam TGT siswa
memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat
disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Trianto (2010: 83 )
menambahkan bahwa pada model TGT siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok terdiri dari 3-5 orang untuk memainkan
pemainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh
tambahan poin untuk skor tim mereka. Menurut Hamdani (2011: 92)
TGT terdiri atas 5 komponen utama sebagai berikut :
a) Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas. Biasanya, dilakukan dengan pengajaran
langsung atau ceramah dan dikusi yang dilakukan guru.
b) Tim
Tim terdiri dari empat sampai lima siswa yang anggotanya
heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, rasa atau
etnik. Fungsi kelompok adalah lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
c) Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas
dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor
dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
tersebut. Siswa yang menjawab benar akan mendapatkan skor.
d) Turnamen
Turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit
setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Pada turnamen pertama, guru
membagi siswa kedalam nenerapa meja turnamen. Siswa yang
tertinggi prestasinya dikelompokan pada meja 1, sisa selanjutnya
pada meja 2, dan seterusnya
e) Team Recognize (Penghargaan Kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, dan
masing-masing kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah.
Penulis menyimpulkan TGT merupakan model pembelajaran
dengan belajar tim dengan menerapkan unsur permainan turnamen
untuk memperoleh poin bagi skor tim mereka. Berbeda dengan
kelompok kooperatif lainnya, pembagian tim dalam TGT
14
b. Langkah – langkah Penggunaan Model Pembelajaran TGT
Menurut Slavin (2005: 149-179) langkah-langkah penggunaan
model pembelajaranTGT adalah sebagai berikut:
a) Persiapan
1) Menyiapkan materi
Materi berupa materi pembelajaran, kartu soal, lembar
jawaban, dan lembar rangkuman tim.
2) Menempatkan siswa ke dalam tim
Langkah-langkah membagi siswa ke dalam tim:
a) Guru menentukan jumlah tim, tiap tim terdiri dari 3-6
siswa.
b) Guru menempatkan siswa ke dalam kelompok secara
heterogen.
c) Siswa dikelompokkan ke dalam tim, seimbangkan tim
dengan akademik kinerjanya (anggota dalam setiap tim
memiliki kemampuan akademik yang berbeda).
3) Menetapkan siswa ke dalam meja turnamen
Buatlah lembar penempatan meja turnamen. Kemudian
tuliskan nama siswa dari atas kebawah sesuai urutan kinerja
siswa sebelumnya atau peringkat siswa. Tempatkan siswa pada
meja turnamen sesuai dengan peringkatnya. Jika jumlah siswa
dalam kelas dapat dibagi 4 maka semua meja turnamen akan
daftar yang telah dibuat untuk menempati meja 1, berikutnya
ke meja 2, dan seterusnya.
4) Menyusun jadwal kegiatan TGT yang meliputi pengajaran,
belajar tim, turnamen, dan penghargaan tim.
b) Turnamen
1) Tempatkan siswa pada meja turnamen. masing-masing meja
turnamen terdiri dari siswa dengan kemampuan homogen.
2)Bagikan lembar pertanyaan dan lembar jawaban, satu lembar
skor permainan, satu boks kartu bernomor pada setiap meja
turnamen.
3) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca,
penantang 1, penantang 2 dan seterusnya dengan cara menarik
kartu. Siswa yang menarik nomor tertinggi menjadi pembaca
pertama siswa yang ada disebelah kirinya sebagai penantang 1
dan seterusnya. Mekanisme permainan terlihat pada alur
berikut ini:
Pembaca
1) Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pula pada lembar pertanyaan.
2) Bacalah pertanyaan dengan keras
3) Cobalah untuk menjawab
Penantang 1
Menantang jika memang dia mau (dan memberikan jawaban berbeda) atau boleh melewatinya.
Penantang 2
16
4) Untuk putaran berikutnya, semuanya bergerak sesuai arah
jarum jam : penantang 1 menjadi pembaca, penantang 2
menjadi penantang 1, dan pembaca menjadi penantang 2.
Permainan berlanjut seperti demikian sampai waktu habis atau
kartu soal telah habis.
5) Setelah permainan selesai, para pemain mencatat nomor yang
telah mereka menangkan pada lembar skor permainan.
6) Siswa mengumpulkan lembar skor permainan yang telah
dihitung poin turnamennya kepada guru.
c) Rekognisi Tim
Guru telah mempersiapkan bentuk perhargaan lainnya untuk
diberikan kepada setiap tim yang mencapai skor dengan kriteria
tertentu. Untuk menentukan penghargaan langkah-langkahnya
yaitu:
a) Menentukan skor tim
Setelah turnamen selesai, tentukan skor tim dengan
memindahkan poin turnamen dari tiap siswa ke lembar
rangkuman dari timnya masing-masing, tambahkan seluruh
skor anggota lain, dan bagilah dengan jumlah anggota tim yang
brsangkutan.
b) Merekognisi tim berprestasi
Penghargaan diberikan berdasarkan tiga tingkatan penghargaan
c) Bergeser Tempat
Bergeser tempat adalah menempatkan siswa pada meja
turnamen baru. Penempatan disesuaikan dengan perolehan skor
pada turnamen sebelumnya. Siswa yang memperoleh skor
tertinggi atau pemenang dalam setiap meja turnamen akan
meningkat ke meja turnamen yang lebih tinggi satu tingkat,
kecuali pemenang pada meja turnamen 1 akan tetap pada meja
turnamen 1. Sebaliknya siswa yang memperoleh skor terendah
dalam setiap meja turnamen akan turun satu tingkat ke meja
turnamen yang lebih rendah, kecuali siswa yang memperoleh
skor terendah pada meja turnamen terendah.
d) Penilaian
TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat
digunakan untuk menghitung nilai individual. Nilai para siswa
haruslah didasarkan pada skor kuis atau penilaian individual
lainnya, bukan pada poin turnamen atau skor tim. Maka
penilaian individual dalam TGT dapat berupa kuis, ujian tengah
semester, atau ujian akhir semester. Akan tetapi, poin-poin
turnamen para siswa dan/atau skor tim dapat dijadikan sebagian
kecil dari nilai mereka. Jika memberikan kuis, sebaiknya
18
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament
Beberapa kelebihan dan kekurangan TGT menurut Taniredja
(2012: 72-73):
1) Kelebihan:
a.Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.
b.Rasa percaya diri siswa menjadi tinggi
c.Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.
d.Motivasi belajar siswa bertambah.
e.Pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran.
f.Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi, antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.
g.Kerjasama antar siswa akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.
2) Kekurangan:
a.Sering tejadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya.
b.Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran.
c.Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.
Penulis menyimpulkan kelebihan model TGT adalah
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan interaksi siswa secara
aktif, serta mengembangkan karakter tanggung jawab dan toleransi
antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Sedangkan
kelemahan TGT adalah membutuhkan waktu yang lama, dapat
menimbulkan kegaduhan, dan kemungkinan tidak semua siswa
ikut serta menyumbangkan pendapatnya. Untuk meminimalisir
kelemahannya guru perlu mengatur jadwal sedemikian rupa hingga
menjadi efektif dan efisien, manajemen kelas dikelola dengan
benar, dan guru mengaktifkan siswa agar semua terlibat dalam
2.2Belajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan sebuah kebutuhan bagi manusia, karena
dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Hal ini sejalan dengan pendapat Komalasari
(2010: 2) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka
waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak
disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara
karena suatu hal. Perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan melalui sebuah proses. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hamalik (2001: 27) bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi,
sejalan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para
ilmuwan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai
filosofis yang dianut dan pengalaman para ilmuwan atau pakar itu
20
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh suatu perubahan pada dirinya. Perubahan yang akan
dicapai itu meliputi perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, dan
keterampilan.
2.2.2Pengertian Aktivitas Belajar
Belajar sangat memerlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak
akan mungkin berjalan dengan baik. Seperti yang dinyatakan Sardiman
(2011: 100) bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik
maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu
berkait. Menurut Hamalik (2001: 28) aktivitas adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Menurut Kunandar (2010: 277) aktivitas belajar adalah
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar dan memperoleh manfaat. Aktivitas belajar di
klarifikasikan ke beberapa macam kegiatan diantaranya:
Menurut Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2013: 172-173) membagi kegiatan aktivitas belajar menjadi 8 kelompok ialah:
a) Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demontrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan
c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d) Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e) Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
f) Kegiatan-kegiatan matrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan
pameran, membuat model, menyelenggrakan
permainan, dan menari. g) Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganilis, melihat, dan membuat keputusan.
h) Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Menurut Kunandar (2010: 233), aspek yang dinilai dalam aktivitas siswa yakni; (1) mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, (2) tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru, (3) antusias/semangat mengikuti
pembelajaran, (4) menampakkan keceriaan dan
kegembiraan dalam belajar, (5) melakukan kerjasama dengan anggota kelompok, (6) menunjukkan sikap jujur, (7) merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, (8) mengajukan pertanyaan, (9) mengerjakan tugas, dan (10) mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa aktivitas adalah kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non
fisik yang dilakukan oleh individu, sehingga terjadi perubahan perilaku.
Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi kegiatan visual, lisan,
mendengarkan, menulis, menggambar, matrik, mental, dan emosional.
Selain itu aktivitas belajar suatu rangkaian kegiatan serta keterlibatan
dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas yang harus
22
diambil peneliti dalam penilitian ini adalah kombinasi dari pendapat
Paul D. Dierich dan Kunandar, yaitu sebagai berikut: (1) mengajukan
pertanyaan, (2) mengemukakan pendapat dalam diskusi, (3)
mengerjakan tes, (4) memecahkan masalah, (5) mendengarkan
penjelasan guru dengan seksama, (6) melakukan kerjasama dengan
anggota kelompok, (7) merespon aktif pertnyaan lisan dari guru, dan
(8) mengikuti semua tahapan secara seksama.
2.2.3 Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan atau hasil
belajar. Dengan hasil belajar tujuan pendidikan dapat diukur apakah
telah tercapai ataukah belum tercapai. Dimyati dan Mudjiono (2002: 3)
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar.
Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Sejalan dengan pendapat Sudjana, S. Nasution (Kunandar,
2010: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan
pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi
juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi
individu yang belajar.
Ranah kognitif adalah pencapaian atau penguasaan peserta didik
dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan,
pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi
perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Kemampuan afektif
berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung
jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai
pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri (Kunandar,
2013: 100). Ranah psikomotor berkenaan dengan ketrampilan atau
kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu
(Kunandar, 2013: 249).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau dikuasai
peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar sehingga terjadi
perubahan-perubahan pada diri siswa baik di bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Adapun indikator hasil belajar pada ranah kognitif
diperoleh dari hasil belajar siswa dalam menjawab soal tes yang
diberikan oleh guru. Indikator hasil belajar ranah afektif pada sikap
percaya diri adalah berani menyatakan pendapat dalam diskusi kelompok,
berani bertanya kepada guru, mengutamakan usaha sendiri daripada
bantuan teman dalam mengerjakan tugas individu, dan pantang menyerah
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Indikator hasil belajar ranah
afektif pada sikap bertanggung jawab adalah melaksanakan tugas yang
diberikan guru, menaati tata tertib, memelihara fasilitas kelas, menjaga
kebersihan lingkungan kelas. Indikator hasil belajar pada ranah
psikomotor adalah, aktif berkomunikasi saat kegiatan diskusi, dan
24
2.3Pembelajaran Tematik 2.3.1 Pengertian Tematik
Dalam kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan,
pembelajaran tematik, tidak hanya di kelas rendah saja yang
menggunakan model pembelajaran tematik tetapi semua kelas
diharapkan telah memakai tematik. Menurut Rusman (2012: 254)
model pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Menurut Trianto (2011: 139) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan
bahwa pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang
mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik
pembicaraan yang disebut tema.
2.3.2 Keunggulan Pembelajaran Tematik
Ada beberapa keunggulan pembelajaran tematik menurut Rusman
(2012: 257) diantaranya yaitu:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. 3. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa,
sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan
6. Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Dilihat dari keunggulan pembelajaran tematik di atas itulah
sebabnya pembelajaran tematik cocok diterapkan pada pembelajaran
sekolah dasar.
2.3.3 Pembelajaran Tematik Integratif
Kurikulum 2013 mulai di implementasikan mulai tahun pelajaran
2013/2014 secara bertahap di sekolah. Menurut Mulyasa (2013: 167)
tema kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan
manusia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan
sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.
Di sekolah saat ini menggunakan pembelajaran tematik integratif.
Mulyasa (2013: 170) menyatakan bahwa pembelajaran tematik integratif
yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan
proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian di kombinasikan denga
mata pelajaran lainnya.
Dari pendapat ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran tematik integratif adalah suatu pembelajaran yang
memadukan mata pelajaran di SD secara keseluruhan kedalam tema-tma
26
2.3.4 Pendekatan Saintifik
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran
ini sering disebut sebagai cirri khas dari keberadaan kurikulum 2013,
yang tentunya menarik untuk dipelajari. Kemendikbud (2013: 221),
mengemukakan pendekatan saintifik merupakan pendekatan berbasis
ilmiah yang bertujuan agar siswa dapat mencari sendiri pengalaman
belajarnya dengan cara mengamati, menanya, menalar, mencoba, hingga
akhirnya siswa menemukan sendiri jawaban atas permasalahannya.
Langkah-langkah pendekatan scientific menurut Kemendikbud
(2013:9-11) adalah sebagai berikut: mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar,
mengkomunikasikan.
a. Mengamati, mengamati atau observasi dapat dilakukan siswa
melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
b. Menanya, siswa mengajukan pertanyaan tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa yang diamati.
c. Mengumpulkan informasi/ mencoba, setelah bertanya, kegiatan
yang dilakukan siswa adalah mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara, seperti membaca, mengamati
fenomena yang terjadi bahkan melakukan percobaan. Metode
eksperimen dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
d. Mengasosiasikan/ menalar, merupakan proses berfikir yang logis
dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
e. Mengkomunikasikan, pada kegiatan akhir diharapkan peserta
didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah
disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secara
individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
pendekatan scientific adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menuntut siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui kegiatan
ilmiah dengan langkah-langkah yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar,
mengkomunikasikan
2.4 Penelitian yang Relevan
1. Siti Fatimah 2013. Skripsi Universitas Lampung 2013. Penerapan model
cooperative learning tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran tematik. Pada siklus I rata-rata nilai motivasi belajar klasikal adalah 44,64, pada siklus II menjadi 57,14, selanjutnya pada siklus III menjadi 81,03 sehingga telah mencapai nilai ≥ 61 sesuai dengan indikator keberhasilan. Penerapan model cooperative learning
28
menunjukan bahwa terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Team Game Tournament.
2. Ziyad Fathur Rohman. 2013. Skripsi Universitas Negeri Malang. 2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa model Teams Games Tournament dengan media CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Keterampilan guru siklus I memperoleh skor 21 (kategori baik), siklus II memperoleh skor 26 (kategori baik), dan siklus III memperoleh skor 29 (kategori sangat baik). Jumlah skor rata-rata aktivitas siswa siklus I mendapatkan 13,59 (kategori baik), siklus II mendapatkan 15,26 (kategori baik), dan siklus III mendapatkan17,43 (kategori sangat baik). Ketuntasan klasikal siswa siklus I sebesar 69,23%, Siklus II sebesar 76,92%, dan siklus III sebesar 82,05%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan Team Game Tournament dengan media CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.
2.5 Kerangka Pikir
Adapun kerangka piker dari penelitian ini berupa input (kondisi awal),
tindakan, dan output (kondisi akhir). Kondisi awal yang menjadi sebab
dilakukannya penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik dengan team game tournament untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Secara sederhana kerangka piker dalam penelitian tindakan kelas ini
Input (Kondisi awal)
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
2.6 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, dirumuskan hipotesis tindakan,
yaitu “Apabila dalam pembelajaran tematik menerapkan model
pembelajaran team game tournament serta memperhatikan langkah-langkah
secara tepat, maka akan meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Kelas IVB SDN 1 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014”. Tindakan
Output (kondisi akhir)
1. Kurikulum 2013
2. Rendahnya Aktivitas dan Hasl Belajar Siswa
Pembelajaran tematik melalui pendekatan saintifik dengan team game tournament.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk (2006: 16) dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Gambar 3.1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (Modifikasi dari Arikunto dkk, 2010: 17)
3.1.1 Seting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan lama penelitian empat bulan, terhitung dari bulan Februari sampai dengan Mei 2014. Rentang waktu tersebut dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan hasil skripsi.
Permasalahan
32
3.1.2 Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan secara kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat. Adapun Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat yaitu 1 orang guru serta siswa dengan jumlah 28 orang, yang terdiri dari 13 laki- laki dan 15 perempuan.
3.2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data 3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.
a. Teknik Nontes
teman sejawat dan guru melalui penerapan model cooperative learning tipe team game tournament.
b. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif atau berupa data angka. Untuk mendapatkan data kuantitatif, peneliti menggunakan instrumen tes pada setiap akhir siklus. Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning
tipe team game tournament.
3.2.2 Alat Pengumpul Data
a. Lembar Panduan Observasi
Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran dengan model cooperative learning tipe team game tournament.
b. Tes
34
3.3 Teknik Analisis Data
3.3.1 Teknik Analisis Data Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian aktivitas siswa, kinerja guru, afektif siswa, dan psikomotor siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:
NP =
x 100 Keterangan:
NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum yang ditentukan 100 = Bilangan tetap
(Purwanto, 2008: 102)
Tabel 3.1. Kategori Nilai Aktivitas Siswa
b. Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus
NP =
x 100 Keterangan:
NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum yang ditentukan 100 = Bilangan tetap
(Purwanto, 2008: 102)
c. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus
NP =
x 100 Keterangan:
36
d. Nilai afektif siswa diperoleh dengan rumus:
NP =
x 100
Keterangan:
NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum yang ditentukan 100 = Bilangan tetap
(Purwanto, 2008: 102)
Tabel 3.3. Kategori Nilai Sikap (Afektif) Siswa
Nilai
e. Nilai psikomotor diperoleh dengan rumus:
NP =
x 100 Keterangan:
NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum yang ditentukan 100 = Bilangan tetap
Tabel 3.4. Kategori Penilaian Psikomotor Siswa
3.3.2Teknik Analisis Data Kuantitatif
Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendiskripsikan penilaian kognitif siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan berbagai dinamika kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.
a. Nilai individual siswa diperoleh melalui rumus:
Keterangan:
S = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor yang diperoleh
N = Skor maksimum dari tes 100 = Bilangan tetap
38
Tabel 3.5. Kategori Hasil Belajar Siswa
Nilai
b. Nilai rata-rata kelas diperoleh melalui rumus:
c. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal.
Tabel 3.6. Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa
3.4.Urutan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus penelitian terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Siklus I
a. Tahap Perencanaan (Planning)
1) Menetapkan tema, subtema, dan pembelajaran yang dilaksanakan. Tema yang dipilih adalah Tempat Tinggalku subtema 1 Aku dan Lingkungan Tempat Tinggalku pembelajaran ke-4.
40
3) Menyiapkan soal-soal turnamen lengkap dengan jawaban dan lembar penilaian skor turnamen.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.
6) Menyiapkan tes formatif untuk memperoleh data hasil belajar siswa. b. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan team game tournament meliputi beberapa tahap, yaitu: 1. Kegiatan awal
a) Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai kegiatan pembelajaran sesuai dengan agama yang dianutnya. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa
b) Guru mengkondisikan kelas
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa terkait materi yang akan diajarkan pada sub tema “Lingkungan
Tempat Tinggalku” pembelajaran 4 dengan materi “Persebaran
2. Kegiatan inti
a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok sesuai kemampuan akademik. (TGT)
b) Guru menempelkan gambar peta persebaran hasil bumi di Indonesia.
c) Siswa ditugaskan untuk mengamati peta persebaran hasil bumi di Indonesia. (mengamati)
d) Siswa secara berkelompok ditugaskan untuk menganalisis gambar yang ditampilkan (menalar)
e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang belum jelas. (menanya)
f) Siswa ditugaskan untuk menyebutkan manfaat hasil bumi yang ada di Indonesia.
g) Guru menugaskan siswa membaca teks tentang proses pembuatan getuk. (mengamati)
h) Guru menjelaskan tentang proses pembuatan getuk.
i) Siswa bersama kelompoknya ditugaskan untuk mencari tahu makanan lain yang terbuat dari singkong selain getuk. (mengumpulkan informasi/ mencoba)
42
k) Setelah itu siswa melakukan turnamen. Setiap kelompok menentukan dulu pembaca, penantang 1, penantang 2 dan penantang 3. (TGT)
l) Setelah itu pembaca mengambil kartu bernomor dan mencari soal yang sesuai dengan nomor tersebut pada lembar pertanyaan. (TGT) m) Kemudian pembaca membaca pertanyaannya dengan keras dan
menjawab pertanyaan. (mencoba)
n) Pada saat pembaca menjawab pertanyaan semua anggota kelompok (penantang 1, penantang 2, dan penantang 3) ikut berpartisipasi mencari jawaban dan diperkenankan menjawab bila mereka memiliki jawaban lain. (mencoba)
o) Untuk putaran berikutnya, semua bergerak sesuai arah jarum jam: penantang 1 menjadi pembaca, penantang 2 menjadi penantang 1, penantang 3 menjadi penantang 2 dan pembaca menjadi penantang 3. Permainan berlanjut seperti demikian sampai waktu habis dan kartu soal telah habis. (TGT)
p) Siswa bersama guru meluruskan jawaban yang benar atas semua pertanyaan yang telah dijawab. (mengkomunikasikan)
q) Setelah turnamen selesai, para pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan. (TGT)
r) Siswa mengumpulkan lembar skor permainan yang telah dihitung poin turnamennya kepada guru. (TGT)
3. Kegiatan Penutup
a) Guru bersama-sama siswa melakukan refleksi tentang apa saja yang sudah dipelajari.
b) Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan/ rangkuman hasil belajar selama satu hari.
c) Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi) Memberikan Pekerjaan Rumah sebagai tindak lanjut.
d) Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing- masing.
c. Pengamatan (Observing)
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Fokus observasi di tekankan pada penerapan model TGT terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan alat bantu berupa penilaian unjuk kerja, penilaian afektif/karakter, penilaian psikomotor/keterampilan, serta IPKG. Lembar penilaian tersebut meliputi kinerja guru, aktivitas siswa, suasana belajar dan alur pembelajaran.
d. Refleksi (Reflcting)
44
Siklus II
a. Tahap Perencanaan (Planning)
a) Menetapkan tema, subtema, dan pembelajaran yang dilaksanakan. Tema yang dipilih adalah Tempat Tinggalku subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku pembelajaran ke-1.
b) Menyusun rencana pembelajaran.
c) Menyiapkan soal-soal turnamen lengkap dengan jawaban dan lembar penilaian skor turnamen.
d) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
e) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.
f) Menyiapkan tes formatif untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
b. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
team game tournament meliputi beberapa tahap, yaitu: 1. Kegiatan awal
a) Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai kegiatan pembelajaran sesuai dengan agama yang dianutnya. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa.
b) Guru mengkondisikan kelas.
d) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa terkait materi yang akan diajarkan pada subtema “Keunikan daerah
Tempat Tinggalku” dengan materi “Ciri Khas Daerah di Indonesia.
2. Kegiatan inti
a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok sesuai kemampuan siswa.
b) Guru menampilkan gambar tentang ciri khas yang dimiliki dari daerah yang ada di Indonesia.
c) Siswa mengamati dan menganalisis gambar tentang ciri khas daerah di Indonesia yang telah ditampilkan guru. (mengamati) d) Guru bersama siswa bertanya jawab mengenai ga mbar yang telah
diamati. (menanya)
e) Siswa ditugaskan untuk membaca teks tentang ciri khas daerah yang ada di Indonesia.
f) Guru bersama siswa bertanya jawab tentang teks yang telah dibaca. g) Guru memberikan penguatan dan pemahaman kepada siswa
tentang keunikan dan ciri khas daerah di Indonesia.
h) Selanjutnya siswa membaca teks bacaan tentang masalah sampah di Jakarta.
i) Guru menampilkan gambar bagan pengolahan sampah.
46
k) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan dan menganalisis gambar yang telah ditampilkan serta cara pengolahan sampah yang di praktekan. l) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing- masing.
m) Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi dari analisa gambar tersebut. Setelah itu setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. (mengkomunikasikan)
n) Selanjutnya guru mengajak siswa melakukan turnamen. (TGT) o) Setiap kelompok menentukan dulu pembaca, penantang 1,
penantang 2 dan penantang 3. (TGT)
p) Setelah itu pembaca mengambil kartu bernomor dan mencari soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar pertanyaan. (TGT)
q) Kemudian membaca pertanyaannya dengan keras dan mencoba untuk menjawab. (mencoba)
r) Pada saat pembaca menjawab pertanyaan semua anggota kelompok (penantang 1, penantang 2, dan penantang 3) ikut berpartisipasi mencari jawaban dan diperkenankan menjawab bila mereka memiliki jawaban yang berbeda. (mencoba)
3. Permainan berlanjut seperti demikian sampai waktu habis dan kartu soal telah habis. (TGT)
t) Siswa bersama guru meluruskan jawaban yang benar atas semua pertanyaan yang telah dijawab. (mengkomunikasikan)
u) Setelah semua kartu soal habis, para pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan. (TGT) v) Siswa mengumpulkan lembar skor permainan yang telah dihitung
poin turnamennya kepada guru. (TGT)
w) Setelah kegiatan selesai, guru memberi penghargaan pada tim yang memperoleh skor terbaik. (TGT)
3) Kegiatan Penutup
a) Guru bersama-sama siswa melakukan refleksi tentang apa saja yang sudah dipelajari.
b) Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan/ rangkuman hasil belajar selama satu hari.
c) Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)
d) Memberikan Pekerjaan Rumah sebagai tindak lanjut.
e) Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan
masing- masing.
c. Pengamatan (Observing)
48
menggunakan alat bantu berupa penilaian unjuk kerja, penilaia n afektif/karakter, penilaian psikomotor/keterampilan, serta IPKG. Lembar penilaian tersebut meliputi kinerja guru, aktivitas siswa, suasana belajar dan alur pembelajaran.
d. Refleksi (Reflcting)
Berdasarkan data hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Hasil dari siklus II digunakan untuk menentukan dilaksanakan atau tidaknya tindakan pada siklus berikutnya. Karena jika pada siklus II belum mencapai target yang diinginkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3.5 Indikator Kebe rhasilan
Penerapan model cooperative learning tipe team game tournament ini berhasil apabila:
a. Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya. b. Adanya peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotor), yaitu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa dan guru kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat pada pembelajaran tematik dengan menerapkan team game tournament dapat disimpulkan sebagai berikut:
5.1.1 Penerapan team game tournament dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Terbukti dari hasil rekapitulasi pada siklus I nilai rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 67,45 dan pada siklus II meningkat menjadi 76,44. Dengan demikian peningkatan nilai rata-rata aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 8,99. Pada siklus I persentase peningkatan aktivitas belajar siswa termasuk dalam kategori cukup dan pada siklus II termasuk ke dalam kategori baik.