• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE-3-BUTYRIC ACID (IBA) DAN PEMBELAHAN BIJI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN SEEDLING MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI INDOLE-3-BUTYRIC ACID (IBA) DAN PEMBELAHAN BIJI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN SEEDLING MANGGIS (Garcinia mangostana L.)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE-3-BUTYRIC ACID (IBA) DAN PEMBELAHAN BIJI TERHADAP PERKECAMBAHAN

DAN PERTUMBUHAN SEEDLING MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

Oleh ANISHA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE-3-BUTYRIC ACID (IBA) DAN PEMBELAHAN BIJI TERHADAP PERKECAMBAHAN

DAN PERTUMBUHAN SEEDLING MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

Oleh ANISHA

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah yang memiliki laju pertumbuhan sangat lambat karena sistem perakarannya terbatas, sehingga

penyerapan air dan unsur hara rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan akar dan jumlah bibit manggis dalam jumlah banyak adalah

pemberian IBA dan pembelahan biji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) konsentrasi IBA yang menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan terbaik seedling tanaman manggis, (2) pengaruh pembelahan biji terhadap

perkecambahan dan pertumbuhan seedling tanaman manggis, dan (3) interaksi antara perbedaan konsentrasi IBA dengan pembelahan biji dalam mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan seedling tanaman manggis.

(3)

Anisha

Faktor pertama: taraf konsentrasi IBA (A) yang terdiri: 0 ppm (a0), 75 ppm (a1), 150 ppm (a2), 225 ppm (a3), dan 300 ppm (a4). Faktor kedua: pembelahan biji (B) dengan biji utuh (b1) dan biji belah (b2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian IBA konsentrasi 150 – 300 ppm menurunkan panjang tunas, jumlah akar, dan panjang akar pada pengamatan perkecambahan, serta diameter batang awal dan jumlah akar sekunder awal pada pengamatan seedling. Perlakuan biji utuh menghasilkan jumlah tunas, panjang tunas, jumlah akar, panjang akar, dan bobot kecambah pada pengamatan

perkecambahan, serta tinggi tanaman (30 hss dan 72 hss), diameter batang (awal dan akhir), panjang akar (awal dan akhir), jumlah akar sekunder (awal dan akhir), bobot seedling (awal dan akhir), dan luas daun pada pengamatan seedling yang lebih tinggi dibandingkan biji belah. Kombinasi antara pemberian IBA

konsentrasi 0 dan 75 ppm dengan biji utuh nyata meningkatkan jumlah akar pada pengamatan perkecambahan dan diameter batang awal pada pengamatan seedling.

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1991, sebagai putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Yus Edward dan Ibu Ratna Dewi.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Islam Al-Amanah Bekasi, Jawa Barat pada tahun 1998. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Pejuang 2 Bekasi, Jawa Barat pada tahun 2004. Kemudian, penulis melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SMP Negeri 5 Bekasi, Jawa Barat dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah atas penulis tempuh di SMA Islam PB. Soedirman 2 Bekasi, Jawa Barat dan lulus pada tahun 2010.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa reguler Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa,

(8)

Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan judul “Teknik Budidaya Tanaman Selada

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kupersembahkan karya kecil terindah yang sangat kubanggakan ini sebagai

wujud ungkapan rasa syukur, cinta, bakti, kasih, dan sayang

Kepada:

Ayah dan Ibu

(Terima kasih atas kasih sayang dan cinta yang telah diberikan selama ini)

Kakak, Adik, dan Keponakanku Adwita, Amanda, Athardhia, dan Aisar (Terima kasih sudah menjadi motivasi dan semangat buatku)

Seluruh keluarga besarku, terima kasih atas doa yang selalu terucap untuk kesuksesanku dan semua pengorbanan yang telah mereka berikan

kepadaku selama ini.

Serta

Almamaterku Tercinta, Universitas Lampung.

(10)

“Hai orang-orang yang beriman, berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-Mujadilah: 11)

(11)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Konsentrasi Indole-3-Butyric Acid (IBA) dan

Pembelahan Biji Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Seedling Manggis

(Garcinia mangostana L.)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.

Penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Pembimbing Utama atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan nasihat selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan arahan, pengetahuan, bimbingan, kesabaran, dan saran selama menyelesaikan skripsi ini.

(12)

bimbingan, arahan, bantuan, dan nasihat selama penulis menjadi mahasiswa. 5. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.

6. Ayah dan Ibu yang telah memberikan dukungan moril, materil, dan doa yang selalu terucap demi kelancaran dan keberhasilan penulis dalam proses

perkuliahan.

7. Kakak dan Adikku tercinta dan seluruh keluarga besar penulis, atas doa, kasih sayang, motivasi, dan dukungan dalam segala hal kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan: Septianing Diah Awalia, Adawiyah Timur, Anis Juli Astuti, Oktariza Permana, Fadhilah Asih Fitriyana, dan Evin Listarini Windiarti. Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis selama melakukan penelitian.

9. Teman-teman Agroteknologi kelas A dan Agroteknologi 2010.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.3 Landasan Teori ... 6

1.4 Kerangka Pemikiran ... 10

1.5 Hipotesis ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh ... 13

2.2 Morfologi Tumbuhan ... 15

2.3 Zat Pengatur Tumbuh ... 16

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2 Bahan dan Alat ... 18

3.3 Metode Penelitian ... 18

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 19

3.4.1 Persiapan Media Tanam ... 19

3.4.2 Persiapan Bahan Tanam ... 20

(14)

3.4.4 Penyemaian Bahan Tanam ... 22

3.4.5 Pemeliharaan ... 24

3.5 Variabel yang Diamati ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian pada Perkecambahan 4.1.1 Jumlah Tunas ... 28

4.1.2 Panjang Tunas ... 29

4.1.3 Jumlah Akar ... 31

4.1.4 Panjang Akar ... 33

4.1.5 Bobot Kecambah ... 35

4.2 Hasil Penelitian pada Seedling 4.2.1 Tinggi Tanaman Awal ... 38

4.2.2 Jumlah Daun (30 – 100 hss) ... 40

4.2.3 Diameter Batang Awal ... 41

4.2.4 Panjang Akar Awal ... 43

4.2.5 Jumlah Akar Sekunder Awal ... 45

4.2.6 Bobot Seedling Awal ... 47

4.2.7 Tinggi Tanaman (30 – 100 hss) ... 48

4.2.8 Diameter Batang Akhir ... 52

4.2.9 Panjang Akar Akhir ... 53

4.2.10Jumlah Akar Sekunder Akhir ... 55

4.2.11Bobot Seedling Akhir ... 56

4.2.12Luas Daun ... 59

4.3 Pembahasan ... 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

PUSTAKA ACUAN ... 68

LAMPIRAN ... 71

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji pada perkecambahan. . ... 27

2. Uji Polynomial Orthogonal untuk jumlah tunas biji manggis. ... 28

3. Uji Polynomial Orthogonal untuk panjang tunas biji manggis. ... 30

4. Uji Polynomial Orthogonal untuk jumlah akar biji manggis. ... 32

5. Uji Polynomial Orthogonal untuk panjang akar biji manggis. ... 34

6. Uji Polynomial Orthogonal untuk bobot kecambah biji manggis. ... 36

7. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji pada seedling. ... 37

8. Uji Polynomial Orthogonal untuk tinggi tanaman manggis pada umur 30 hss. ... 39

9. Jumlah daun manggis setelah pindah tanam pada biji utuh (b1) dan biji belah (b2) dengan berbagai konsentrasi IBA. ... 40

10. Uji Polynomial Orthogonal untuk diameter batang awal tanaman manggis. ... 42

11. Uji Polynomial Orthogonal untuk panjang akar tanaman manggis (30 hss). ... 44

12. Uji Polynomial Orthogonal untuk jumlah akar sekunder tanaman manggis (30 hss). ... 46

(16)

14. Pertumbuhan tinggi tanaman manggis setelah pindah tanam pada biji utuh (b1) dan biji belah (b2) dengan berbagai konsentrasi

IBA. ... 49 15. Uji Polynomial Orthogonal untuk tinggi tanaman manggis pada

umur 72 hss. ... 51 16. Uji Polynomial Orthogonal untuk diameter batang akhir tanaman

manggis (100 hss). ... 53 17. Uji Polynomial Orthogonal untuk panjang akar tanaman manggis

(100 hss). ... 54 18. Uji Polynomial Orthogonal untuk jumlah akar sekunder tanaman

manggis (100 hss). ... 56 19. Uji Polynomial Orthogonal untuk bobot seedling tanaman

manggis (100 hss). ... 58 20. Uji Polynomial Orthogonal untuk luas daun tanaman manggis

(100 hss). ... 60 21. Persentase perkecambahan biji untuk jumlah tunas pada biji

utuh (b1). ... 72 22. Persentase perkecambahan biji untuk jumlah tunas pada biji

belah (b2). ... 72 23. Persentase perkecambahan biji untuk jumlah akar pada biji

utuh (b1). ... 72 24. Persentase perkecambahan biji untuk jumlah akar pada biji

belah (b2). ... 72 25. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan

biji terhadap jumlah tunas pada perkecambahan biji manggis

(tunas). ... 73 26. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap jumlah tunas pada perkecambahan biji

manggis (tunas). ... 74 27. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap jumlah tunas pada perkecambahan biji

(17)

v

28. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji terhadap jumlah tunas pada perkecambahan biji manggis

(tunas). ... 75 29. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan

biji terhadap panjang tunas pada perkecambahan biji manggis

(cm). ... 76

30. Data hasil transformasi 1 √(x+0.5) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap panjang tunas pada perkecambahan biji

manggis (cm). ... 77 31. Data hasil transformasi 2 √(x+0.5) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap panjang tunas pada perkecambahan biji

manggis (cm). ... 78 32. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap panjang tunas pada perkecambahan

biji manggis (cm). ... 79 33. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap panjang tunas pada perkecambahan biji manggis

(cm). ... 79 34. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan

biji terhadap jumlah akar pada perkecambahan biji manggis

(helai). ... 80

35. Data hasil transformasi 1 √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap jumlah akar pada perkecambahan biji

manggis (helai). ... 81 36. Data hasil transformasi 2 √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap jumlah akar pada perkecambahan biji

manggis (helai). ... 82 37. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap jumlah akar pada perkecambahan biji

manggis (helai). ... 83 38. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap jumlah akar pada perkecambahan biji manggis (helai). .... 83 39. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan

biji terhadap panjang akar pada perkecambahan biji manggis

(18)

40. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji terhadap panjang akar pada perkecambahan biji

manggis (cm). ... 85 41. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap panjang akar pada perkecambahan

biji manggis (cm). ... 86 42. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan

biji terhadap panjang akar pada perkecambahan biji manggis

(cm). ... 86 43. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan

biji terhadap bobot kecambah pada perkecambahan biji manggis

(g). ... 87 44. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap bobot kecambah pada perkecambahan

biji manggis (g). ... 88 45. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan

biji terhadap bobot kecambah pada perkecambahan biji manggis

(g). ... 88 46. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap tinggi tanaman pada seedling manggis (30 hss) (cm). .... 89

47. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap tinggi tanaman pada seedling manggis

(30 hss) (cm). ... 90 48. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

Pembelahan biji terhadap tinggi tanaman pada seedling manggis

(30 hss) (cm). ... 91 49. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap tinggi tanaman pada seedling manggis (30 hss) (cm). .... 91 50. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap diameter batang awal pada seedling manggis (30 hss)

(cm). ... 92

51. Data hasil transformasi 1 √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap diameter batang awal pada seedling

(19)

vii

52. Data hasil transformasi 2 √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji terhadap diameter batang awal pada seedling

manggis (30 hss) (cm). ... 94 53. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan

biji terhadap diameter batang awal pada seedling manggis

(30 hss) (cm). ... 95 54. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap diameter batang awal pada seedling manggis (30 hss)

(cm). ... 95 55. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap panjang akar pada seedling manggis (30 hss) (cm). ... 96 56. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap panjang akar pada seedling manggis

(30 hss) (cm). ... 97 57. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan

biji terhadap panjang akar pada seedling manggis (30 hss)

(cm). ... 98 58. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap panjang akar pada seedling manggis (30 hss) (cm). ... 98 59. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap jumlah akar sekunder pada seedling manggis (30 hss)

(helai). ... 99 60. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap jumlah akar sekunder pada seedling

manggis (30 hss) (helai). ... 100 61. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan

biji terhadap jumlah akar sekunder pada seedling manggis (30 hss)

(helai). ... 101 62. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap jumlah akar sekunder pada seedling manggis (30 hss)

(helai). ... 101 63. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap bobot seedlingpada seedling manggis (30 hss) (g). ... 102

64. Data hasil transformasi 1 √(x+0.5) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap bobot seedlingpada seedling manggis

(20)

65. Data hasil transformasi 2 √(x+0.5) pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji terhadap bobot seedlingpada seedling manggis

(30 hss) (g). ... 104 66. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap bobot seedling pada seedling manggis

(30 hss) (g). ... 105 67. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap bobot seedlingpada seedling manggis (30 hss) (g). ... 105 68. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap tinggi tanaman pada seedling manggis (72 hss) (cm). .... 106 69. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap tinggi tanaman pada seedling manggis

(72 hss) (cm). ... 107 70. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap tinggi tanaman pada seedling manggis

(72 hss) (cm). ... 108 71. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap tinggi tanaman pada seedling manggis (72 hss) (cm). .... 108 72. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap diameter batang akhir pada seedling manggis (100 hss)

(cm). ... 109 73. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap diameter batang akhir pada seedling

manggis (100 hss) (cm). ... 110 74. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap diameter batang akhir pada seedling

manggis (100 hss) (cm). ... 111 75. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap diameter batang akhir pada seedling manggis (100 hss)

(cm). ... 111 76. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap panjang akar pada seedling manggis (100 hss) (cm). ... 112 77. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap panjang akar pada seedling manggis

(21)

ix

78. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap panjang akar pada seedling manggis

(100 hss) (cm). ... 114 79. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap panjang akar pada seedling manggis (100 hss) (cm). ... 114 80. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap jumlah akar sekunder pada seedling manggis (100 hss)

(helai). ... 115 81. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap jumlah akar sekunder pada seedling

manggis (100 hss) (helai). ... 116 82. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap jumlah akar sekunder pada seedling

manggis (100 hss) (helai). ... 117 83. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap jumlah akar sekunder pada seedling manggis (100 hss)

(helai). ... 117 84. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap bobot seedlingpada seedling manggis (100 hss) (g). ... 118

85. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap bobot seedlingpada seedling manggis

(100 hss) (g). ... 119 86. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap bobot seedling pada seedling manggis

(100 hss) (g). ... 120 87. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap bobot seedlingpada seedling manggis (100 hss) (g). ... 120 88. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

terhadap luas daunpada seedling manggis (100 hss) (cm2). ... 121

89. Data hasil transformasi √(x+1) pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap luas daunpada seedling manggis

(100 hss) (cm2). ... 122 90. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi IBA dan

pembelahan biji terhadap luas daun pada seedling manggis

(22)

91. Analisis ragam pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji

(23)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur kimia IBA. ... 17 2. Tahapan persiapan bahan tanam. ... 21 3. Biji disemai ke dalam botol, setiap botol ditanami 2 butir biji

manggis. ... 23 4. Botol selai yang telah berisi biji manggis, ditutup dengan

kertas penutup. ... 23 5. Pengaruh pembelahan biji manggis terhadap jumlah tunas pada

perkecambahan biji manggis. ... 29 6. Pengaruh konsentrasi IBA terhadap panjang tunas pada

perkecambahan biji manggis. ... 30 7. Pengaruh pembelahan biji manggis terhadap panjang tunas pada

perkecambahan biji manggis. ... 31 8. Pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji terhadap jumlah

akar pada perkecambahan biji manggis. ... 33 9. Pengaruh konsentrasi IBA terhadap panjang akar pada

perkecambahan biji manggis. ... 34 10. Pengaruh pembelahan biji manggis terhadap panjang akar pada

perkecambahan biji manggis. ... 35 11. Pengaruh pembelahan biji manggis terhadap bobot kecambah

pada perkecambahan biji manggis. ... 36 12. Pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji terhadap tinggi

tanaman manggis pada umur 30 hss. ... 40 13. Jumlah daun manggis setelah pindah tanam pada biji utuh (b1)

(24)

14. Pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji terhadap diameter

batang awal tanaman manggis umur 30 hss. ... 43 15. Pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji terhadap panjang

akar tanaman manggis umur 30 hss. ... 45 16. Pengaruh konsentrasi IBA terhadap jumlah akar sekunder tanaman

manggis umur 30 hss. ... 46 17. Pengaruh pembelahan biji manggis terhadap jumlah akar sekunder

tanaman manggis umur 30 hss. ... 47 18. Pengaruh pembelahan biji manggis terhadap bobot seedling

tanaman manggis umur 30 hss. ... 48 19. Tinggi tanaman manggis setelah pindah tanam pada biji utuh (b1)

dan biji belah (b2). ... 49 20. Pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji terhadap tinggi

tanaman manggis umur 72 hss. ... 52

21. Pengaruh pembelahan biji manggis terhadap diameter batang akhir

tanaman manggis umur 100 hss. ... 53

22. Pengaruh pembelahan biji manggis terhadap panjang akar tanaman

manggis umur 100 hss. ... 55

23. Pengaruh pembelahan biji manggis terhadap jumlah akar sekunder

tanaman manggis umur 100 hss. ... 56 24. Pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji manggis terhadap

bobot seedling tanaman manggis umur 100 hss. ... 58 25. Pengaruh konsentrasi IBA dan pembelahan biji manggis terhadap

luas daun tanaman manggis umur 100 hss. ... 60 26. Perbandingan jumlah akar biji manggis yang diberi IBA

(konsentrasi 150 ppm (58 hss)) (a) dan tidak diberi IBA

(konsentrasi 0 ppm (58 hss)) (b). ... 124

27. Perbandingan jumlah akar bibit manggis pada biji belah (konsentrasi 75 ppm (100 hss) (a) dan biji utuh (konsentrasi

75 ppm (100 hss) (b). ... 124 28. Tanaman manggis yang mengalami kekeringan (konsentrasi

(25)

xiii

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, salah satunya di hutan belantara Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Filipina, Papua New Guinea, Kamboja, Thailand, Srilanka, Madagaskar, Honduras, Brazil dan Australia Utara. Buahnya dikenal sebagai "Queen of Tropical Fruits" karena rasanya yang lezat dan bentuknya yang eksotis.

Tanaman ini memiliki prospek yang cerah sebagai komoditas ekspor karena memiliki keistimewaan rasa daging buahnya yang unik yaitu manis, asam dan menyegarkan dengan nilai gizi yang tinggi. Selain itu, kulitnya mengandung antioksidan yang paling tinggi yaitu berupa xanthone. Xanthone merupakan antioksidan tingkat tinggi, nilainya mencapai 17.000 – 20.000 ORAC per 100 ons (sekitar 2.835 gram kulit manggis), lebih besar dari wortel dan jeruk yang kadar ORAC-nya hanya 300 dan 2.400. ORAC merupakan singkatan dari Oxygen Radical Absorbance Capacity adalah kemampuan antioksidan menetralkan

(27)

2

Pada umumnya masyarakat memanfaatkan tanaman manggis hanya pada buahnya saja karena buahnya yang mengandung gula sakarosa ini membuat rasanya manis menyegarkan sehingga banyak orang menggemarinya. Komaposisi bagian buah yang dimakan per 100 gram meliputi 79,2 gram air; 0,5 gram protein; 19,8 gram karbohidrat; 0,3 gram serat; 11 mg kalsium; 17 mg fosfor; 0,9 mg besi; 14 IU vitamin A; 66 mg vitamin C; vitamin B (tiamin) 0,09 mg; vitamin B2 (riboflavin) 0,06 mg; dan vitamin B5 (niasin) 0,1 mg (Rukmana, 1998).

Kebanyakan buah manggis dikonsumsi dalam keadaan segar, karena olahan awetannya kurang digemari oleh masyarakat. Selain buahnya yang mengandung banyak zat yang berguna bagi tubuh, ternyata kulit buah manggis juga

mengandung berbagai macam zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh, diantaranya yaitu senyawa xanthone yang meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostenon B, trapezifoli xanthone, tovophyllin B, alfa

mangostin, betamangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin, dan

gartanin (Hanif, 2011).

Kulit manggis yang mengandung xanthone sebagai antioksidan yang kuat sangat dibutuhkan dalam tubuh sebagai penyeimbang prooxidant (reducing radicals, oxidizing radicals, carboncentered, sinar UV, metal, dll) yang ada di lingkungan

manusia. Dalam kandungan xanthone 123,97 mg/ml, kulit manggis dapat membunuh penyakit dan memperbaiki sel yang rusak serta melindungi sel sel di dalam tubuh. Xanthone adalah subtansi kimia alami yang tergolong senyawa polyhenolic yang dapat digunakan sebagai zat untuk mengatasi berbagai penyakit.

(28)

arteriosclerosis (plak pembuluh darah), hipertensi, dan thrombosis. Kandungan

xanthone dalam kulit manggis lebih banyak dibandingkan xanthone yang

terkandung pada buah manggis, sehingga sangat baik jika kulit manggis ini bisa dikonsumsi oleh masyarakat (Suryanti, 1994).

Dari tahun ke tahun permintaan manggis meningkat seiring dengan kebutuhan konsumen terhadap buah yang mendapat julukan ratu buah (Queen of Fruits). Ekspor manggis dari Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan kebutuhan buah manggis dunia terutama Hongkong, Singapura, dan Inggris. Pada tahun 1999, volume ekspor 4.743.493 kg dengan nilai ekspor 3.887.816 US$ dan tahun 2000 volume ekspor mencapai 7.182.098 kg dengan nilai ekspor 5.885.038 US$ (Prihatman, 2000). Menurut pusat data dan sistem informasi kementerian pertanian (2012), volume ekspor manggis pada tahun 2012 meningkat sangat tinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, yaitu sebesar 20.168.660 kg dengan nilai ekspor 17.426.034 US$.

(29)

4

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan konsumen dalam negeri maupun ekspor perlu dilakukan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman manggis melalui pengembangan sentra-sentra produksi baru dan pemantapan sentra produksi yang telah ada. Untuk itu dibutuhkan bibit manggis dalam jumlah banyak dan

berkualitas, salah satunya yaitu perbanyakan melalui biji.

Permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan bibit manggis dari biji adalah memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan bibit yang siap tanam. Hal ini disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan akar bibit manggis, masa juvenil tanaman manggis yang berasal dari biji sangat panjang yaitu sekitar 12 – 20 tahun (Ashari, 1995). Bila pertumbuhan akar bibit ini dapat dipacu menjadi lebih cepat, maka upaya penumbuhan sentra produksi baru dengan penggunaan bibit manggis asal biji dapat dilaksanakan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian zat pengatur tumbuh tanaman. Menurut Heddy (1989), senyawa-senyawa indole yaitu IPA (indole-3- propionic acid) atau IBA (indole-3-butyric acid) terbukti aktif sebagai zat pemacu pengakaran. Di antara senyawa auksin, IBA mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif daripada IAA dan NAA. Dengan demikian IBA paling cocok untuk merangsang pemgakaran, karena kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama. IAA biasanya mudah menyebar ke bagian lain sehingga menghambat perkembangan serta pertumbuhan tunas dan NAA dalam mempergunakannya harus benar-benar tahu konsentrasi yang tepat yang

(30)

Selain upaya peningkatan pengakaran, perbanyakan manggis dengan biji dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah yang lebih banyak, apabila sifat

poliembrioni biji tersebut dimunculkan, salah satunya dengan cara pembelahan biji (Ashari, 1995).

Perbanyakan manggis melalui biji merupakan cara yang paling umum dilakukan petani karena murah dan lebih praktis dibandingkan dengan cara perbanyakan lainnya, seperti penyusuan, sambung pucuk atau kultur jaringan. Tanaman manggis ditanam dengan biji karena bijinya bersifat apomiksis maka tanaman yang berasal dari biji secara genetis akan sama dengan induknya (Horn, 1940). Biji manggis termasuk biji apomiksis sehingga bersifat true to type atau identik dengan genetik induknya. Biji apomiksis juga bersifat rekalsitran, sehingga harus segera ditanam sesudah dikeluarkan dari buahnya. Sifat yang rekalsitran ini menyebabkan manggis tidak bisa diperbanyak sepanjang tahun (Ashari, 1995).

Apomiksis adalah metode reproduksi secara aseksual melalui biji di mana biji terbentuk tanpa pengurangan jumlah kromosom dan fertilisasi (Den Nijs et al., 1993). Tanda-tanda apomiksis pada manggis antara lain adalah terjadinya pengecambahan biji tanpa adanya peran dari organ jantan, adanya proembryo adventitious, pertumbuhan secara vegetatif dari nucellar atau jaringan integumen,

dan menghasilkan beberapa kecambah dari satu biji (Richards, 1990).

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pemberian IBA dalam upaya

mempercepat pertumbuhan akar pada bibit manggis sangatlah diperlukan. Namun, konsentrasi yang tepat belum diketahui. Selain itu, dimungkinkan untuk

(31)

6

yang relatif singkat, yaitu dengan cara pembelahan biji yang dikombinasikan dengan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) IBA (indole-3-butyric acid).

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : 1. Berapakah konsentrasi IBA yang menghasilkan perkecambahan dan

pertumbuhan seedling tanaman manggis yang terbaik?

2. Apakah pembelahan biji dapat berpengaruh terhadap perkecambahan dan pertumbuhan seedling tanaman manggis?

3. Apakah terdapat interaksi antara pemberian IBA dan pembelahan biji dalam mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan seedling tanaman manggis?

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui konsentrasi IBA yang menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan terbaik seedling tanaman manggis.

2. Mengetahui pengaruh pembelahan biji terhadap perkecambahan dan pertumbuhan seedling tanaman manggis.

3. Mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara perbedaan konsentrasi IBA dan pembelahan biji dalam mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan seedling tanaman manggis.

1.3 Landasan Teori

(32)

untuk mulai berbuah. Tingginya mencapai 10 – 25 meter dengan ukuran kanopi sedang yaitu sekitar ± 12 meter serta tajuk yang rindang berbentuk piramida.

Laju pertumbuhan tanaman manggis sangat lambat, baik pada fase pembibitan maupun penanaman di lapangan. Lambatnya pertumbuhan ini akibat buruknya sistem pengakaran manggis (Horn, 1940). Sistem pengakaran pada manggis mudah patah, lambat tumbuh, dan mudah terganggu karena tidak dijumpai akar rambut pada akar utama maupun akar lateral.

Tanaman manggis termasuk tanaman yang tidak memiliki (sedikit) bulu-bulu akar, sehingga kemampuan menyerap air dan hara terbatas. Di samping itu, panjangnya dormansi mata tunas juga memberikan kontribusi terhadap lambatnya laju pertumbuhan tanaman manggis (Downtown et al., 1990). Oleh karena itu, diperlukan zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang pengakaran agar lebih baik dan meningkatkan daya tumbuh kecambah.

Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik sintetik bukan hara dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan dapat mengubah proses fisiologi tanaman (Endah, 2001). Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat. Zat pengatur tumbuh ada yang sifatnya memacu atau menghambat pertumbuhan (Wattimena, 1988). Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa untuk spesies atau kultivar yang sukar berakar, sumber auksin eksogen hampir selalu penting.

(33)

8

lainnya dalam usaha perbanyakan tanaman secara vegetatif; merangsang pertumbuhan bibit sambung pucuk (grafting), merangsang pertumbuhan buah-buahan, menghambat pertumbuhan tunas tanaman dan gulma (Rismunandar, 1995).

Selanjutnya Gaspar et al. (1996) menambahkan bahwa auksin sangat diperlukan dalam organogenesis termasuk dalam pembentukan akar. Pemberian auksin dengan konsentrasi yang tepat dapat meningkatkan inisiasi dan induksi akar. Prastowo & Roshetko (2006) menyebutkan bahwa konsentrasi auksin yang digunakan pada perendaman setek berkisar antara 5 – 100 ppm, tergantung jenis tanaman dan jenis auksin yang digunakan. Umumnya untuk penyetekan tanaman buah digunakan konsentrasi 100 ppm dengan lama perendaman 1 – 2 jam.

Menurut Heddy (1989), senyawa-senyawa indole yaitu IPA (indole-3-propionic acid) maupun IBA (indole-3-butyric acid) terbukti aktif digunakan sebagai ZPT

perangsang pengakaran. IBA mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif dari pada IAA dan NAA. Dengan demikian IBA paling cocok untuk merangsang aktivitas pembentukan akar karena kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama.

Rismunandar (1995) menyatakan bahwa penggunaan larutan IBA 24 – 40 ppm dapat mempercepat tumbuhnya akar baru pada tanaman (bibit yang baru

(34)

Hasil penelitian Salim et al. (2010) pada pertumbuhan bibit tanaman manggis asal seedling menunjukkan bahwa pemberian ZPT IBA konsentrasi 100 – 200 ppm memberikan hasil yang terbaik untuk pertumbuhan akar bibit manggis asal seedling di polybag. Pemberian IBA dengan konsentrasi 100 – 200 ppm dapat meningkatkan jumlah akar, panjang akar, dan bobot kering akar. Sehingga, penyerapan air dan hara dapat berlangsung secara optimal.

Selain upaya untuk meningkatkan pengakaran dan untuk menyediakan bibit dalam jumlah banyak, dapat dilakukan dengan perbanyakan tanaman melalui biji dengan cara pembelahan biji karena secara in vitro, biji yang dibelah dengan perlakuan IBA mampu tumbuh menjadi bibit dengan kualitas yang baik. Biji manggis merupakan biji apomik yang terbentuk dari sel-sel nucellus pada buah

partenokarpi. Biji berwarna coklat dengan panjang 2 – 2,5 cm, lebar 1,5 – 2,0 cm dan tebalnya antara 0,7 – 1,2 cm. Biji diselimuti oleh aril yang berwarna putih, empuk dan mengandung sari buah dengan aril yang transparan. Penampakan embrio tidak jelas mengenai lokasi plumula dan radikel, dari pemeriksaan menunjukkan kemungkinan adanya perluasan titik tumbuh di sepanjang biji. Berat biji bervariasi antara 0,1 – 2,2 gram dengan rata-rata 1,0 – 1,6 gram (Warid, 2007).

(35)

10

sebanyak 23 tunas dan biji yang dibelah dua sebanyak 21 tunas. Namun,

persentase tumbuh bagian biji bertunas dan tinggi tunas yang dihasilkan biji yang dibelah dua atau tiga lebih rendah, masing-masing 52,50% dan 45%, dibanding biji tanpa dibelah (100%). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian lanjutan dengan aplikasi zat pengatur tumbuh untuk meningkatkan persentase tumbuh akar pada bagian biji yang bertunas dan pertumbuhan tunas pada biji yang dibelah.

1.4 Kerangka Pemikiran

Manggis merupakan tanaman tahunan yang buahnya sangat digemari oleh

masyarakat Indonesia. Tanaman manggis yang ada sekarang sebagian besar telah berumur puluhan tahun dengan sedikit upaya pemeliharaan. Kondisi ini

menyebabkan produktivitas manggis masih jauh di bawah potensi yang dimiliki. Peningkatan produksi dan kualitas buah manggis perlu dilakukan untuk

memanfaatkan potensi dan peluang pasar yang terbuka lebar. Dukungan

teknologi budidaya yang efisien dan memadai diperlukan, mulai dari perbenihan sampai pengelolaan pascapanen.

Tanaman manggis memiliki laju pertumbuhan yang sangat lambat serta

penyerapan air dan unsur hara yang buruk. Tanaman manggis tidak memiliki atau sedikit bulu-bulu akar, sehingga penyerapan air dan unsur hara sangat buruk. Hal ini yang mengakibatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman manggis menjadi terganggu. Agar pertumbuhan bibit tanaman manggis dapat tumbuh secara optimal, maka perlu dilakukan pemacuan pertumbuhan akar pada

(36)

Zat pengatur tumbuh IBA adalah salah satu ZPT yang termasuk dalam kelompok auksin. Selain digunakan untuk merangsang pengakaran pada setek, IBA juga mempunyai manfaat lain seperti menambah daya kecambah, merangsang perkembangan buah, mencegah kerontokan, pendorong kegiatan kambium, dan lain lain.

IBA yang diberikan pada tanaman melalui jaringan meristem, kemudian ke jaringan floem, setelah itu masuk ke daerah sink, yaitu akar. IBA bekerja secara kontak, jadi hormon ini tidak bisa menyebar ke seluruh tubuh tanaman, hanya dapat bekerja pada bagian tanaman yang diberikan hormon tersebut. Penggunaan IBA menyebabkan pembentukan akar lebih cepat dan sistem pengakaran semakin baik sehingga air dan unsur hara dalam tanah yang diserap akar akan lebih banyak.

(37)

12

1.5Hipotesis

1. Pemberian IBA dengan konsentrasi 75 – 150 ppm memberikan pengaruh terbaik pada perkecambahan dan pertumbuhan seedling tanaman manggis. 2. Pembelahan biji menjadi dua bagian dapat berpengaruh terhadap

perkecambahan dan pertumbuhan seedling tanaman manggis.

(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh

Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Vietnam dan Kamboja (Hartanto, 2011).

Klasifikasi botani pohon manggis adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Guttiferales Famili : Guttiferae Genus : Garcinia

(39)

14

Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok merekomendasikan tiga klon manggis, yaitu:

1. Kelompok besar: panjang daun > 20 cm; lebar > 10 cm; ketebalan kulit buah > 9 mm; diameter buah > 6,5 cm; berat buah > 140 gram; buah tiap tandan 1 butir.

2. Kelompok sedang: panjang daun 17 – 20 cm; lebar 8,5 – 10 cm; ketebalan kulit buah 6–9 mm; diameter buah 5,5 – 6,5 cm; berat buah 70 – 140 gram; buah tiap tandan 1 – 2 butir.

3. Kelompok kecil: panjang daun < 17 cm; lebar < 8,5 cm; ketebalan kulit buah < 6 mm; diameter buah < 5,5, cm; berat buah < 70 gram; buah tiap tandan > 2 butir. Klon yang dikembangkan adalah MBS1, MBS2, MBS3, MBS4, MBS5, MBS6 dan MBS 7.

Tumbuhan manggis tersebar luas di Indonesia, baik di habitat alami maupun yang dibudidayakan, tumbuhan ini dapat ditemukan sampai ketinggian 600 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 20 – 30°C (Mardiana, 2011).

Dalam budidaya manggis, angin sangat berperan dalam penyerbukan bunga untuk tumbuhnya buah. Angin yang baik tidak terlalu kencang. Tanaman manggis sangat cocok tumbuh pada daerah yang memiliki curah hujan tahunan sekitar 1.500 – 2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.

(40)

Tanah untuk tanaman manggis harus senantiasa lembap, tetapi tidak menggenang. Air tanah sedalam 2 m dari permukaan tanah cocok untuk tanaman manggis. Curah hujan yang merata dengan sepuluh bulan basah dalam setahun amat disukai tanaman manggis. Sementara udara yang lembab dengan suhu udara 25 – 32°C sangat menunjang pertumbuhannya. Pada masa awal pertubuhan, manggis menyukai naungan. Akan tetapi, menjelang dewasa, sinar matahari penuh dapat mempercepat masa awal produksinya.

Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500 – 600 m dpl.

2.2 Morfologi Tumbuhan

Pohon manggis mencapai tinggi 10 – 25 meter. Diameter batang 25 – 35 cm dan kulit batang biasanya berwarna coklat gelap atau hampir hitam, kasar dan

cenderung mengelupas. Getah manggis berwarna kuning dan terdapat pada semua jaringan utama tanaman (Shabella, 2011). Daun manggis merupakan daun tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20 – 25 cm, lebar 6 – 9 cm, tebal, tngkai silindris, hijau (Hutapea, 1994).

(41)

16

biasanya mengandung 1 – 2 biji. Biji-biji besar berbentuk pipih berwarna ungu gelap atau cokelat dengan panjang 2 – 2,5 cm; lebar 1,5 – 2,0 cm; dan tebalnya antara 0,7 – 1,2 cm tertutup oleh serat lunak yang menyebar sampai ke dalam daging buah. Berat biji bervariasi antara 0,1 – 2,2 gram (Shabella, 2011).

2.3 Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh (ZPT) atau “hormon tumbuh” adalah senyawa organik yang berfungsi mengatur dan mengendalikan pertumbuhan tanaman. Zat pengatur tumbuh yang diproduksi secara alami oleh tumbuhan disebut dengan hormon tumbuhan (fitihormon) (Krisantini et al., 2011).

Zat pengatur tumbuh diberikan pada tanaman untuk mendapatkan efek

pertumbuhan tertentu, seperti mempercepat pembungaan, mendapatkan tanaman yang pendek dan kekar, merangsang percabangan tanaman, menyerempakkan pembentukan buah, dan sebagainya (Krisantini & Tjia., 2011)..

Saat ini terdapat lima kelompok ZPT sebagai stimulator yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat (ABA) dan satu kelompok penghambat pertumbuhan tanaman yang disebut retardan (Krisantini & Tjia., 2011)..

Hart & Carlson (1967) di dalam Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa untuk spesies atau kultivar yang sukar berakar, sumber auksin eksogen hampir selalu penting.

(42)

auksin yang penting ialah indole-3-acetic acid (IAA) yang merupakan auksin alami, tetapi dapat dibuat secara sintetik, dan beberapa auksin sintetik yaitu indole-3-butyric acid (IBA), 1-naphthaleneacetic acid (NAA) dan

2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D). Auksin IBA dan NAA saat ini sudah

diproduksi secara komersial dan dikemas dalam bentuk cair atau bubuk (powder) yang siap merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar pada biji ataupun setek. IAA lebih sering digunakan dalam perbanyakan kultur jaringan dibandingkan di lapangan, karena sifatnya yang cepat rusak dalam larutan dibandingkan auksin lainnya. IBA dapat menginduksi inisiasi akar lebih efektif dibandingkan IAA (Krisantini & Tjia., 2004).

Berikut ini adalah struktur kimia IBA :

CH2CH2CH2COOH

[image:42.595.265.461.399.493.2]

N H

Gambar 1. Struktur Kimia IBA

(43)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Pada penelitian ini bahan-bahan yang digunakan adalah biji manggis, larutan desinfektan dengan bahan aktif NaOCl 0,26 & 0,13%, zat pengatur tumbuh IBA, KOH 1 N, HCl 1 N, fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80%, tanah, pasir, sekam bakar, kompos, aquades, dan kertas tissue. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah botol selai, plastik clip atau kertas penutup, pot berdiameter 20 cm dan tinggi 17 cm, pisau, polybag ukuran 2 kg, pisau atau cutter, pinset,

timbangan, jangka sorong, gelas ukur, labu ukur, pH meter, kamera digital, kertas label, penggaris, dan alat tulis

3.3 Metode Penelitian

(44)

biji utuh (b1) dan biji belah (b2). Perlakuan tersebut disusun secara faktorial (5X2) dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Pengelompokan dilakukan berdasarkan ukuran biji manggis, yaitu besar, sedang, dan kecil. Pada kelompok 1 menggunakan biji berukuran besar dengan bobot >1,2 g, pada

kelompok 2 menggunakan biji berukuran sedang dengan kisaran bobot antara 1,0

– 1,2 g, sedangkan pada kelompok 3 menggunakan biji berukuran kecil dengan

bobot < 1,0 g. Satuan percobaan yang digunakan yaitu 30 satuan percobaan, dengan setiap satuan percobaan terdiri dari 4 butir biji manggis yang ditanam dalam 2 botol, sehingga setiap botol berisi 2 biji manggis. Setiap polybag berisi 2 butir biji manggis. Setelah bibit berumur 45 – 50 HST, bibit dipindah tanam ke dalam polybag. Setiap polybag ditanami satu bibit manggis hasil persemaian.

Kesamaan ragam data diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan diuji dengan uji Tukey. Data yang diperoleh diolah dengan analisis data atau sidik ragam dan dilanjutkan dengan perbandingan polynomial orthogonal, yaitu untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan. Semua pengujian dilakukan pada taraf nyata 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Media Tanam

(45)

20

3.4.2 Persiapan Bahan Tanam

Bahan tanam yang digunakan adalah biji manggis yang berasal dari Tulungagung, Jawa Timur (Gambar 2a dan 2b). Biji yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 120 butir biji manggis. Kemudian, jumlah biji tersebut dibagi ke dalam 2 bagian, menjadi 60 butir biji utuh dan 60 butir biji belah. Biji yang akan

(46)

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

[image:46.595.148.491.80.699.2]

(g) (h)

(47)

22

3.4.3 Pemberian Zat Pengatur Tumbuh

Pemberian zat pengatur tumbuh IBA diberikan dalam bentuk larutan dengan lima taraf konsentrasi yaitu 0 ppm, 75 ppm, 150 ppm, 225 ppm, dan 300 ppm. Larutan IBA tersebut dibuat dengan cara, sebagai berikut :

Sebagai contoh, membuat larutan IBA 75 ppm yaitu, menimbang IBA murni sebanyak 0,075 gram. Kemudian IBA dilarutkan dengan larutan KOH 1 N sebanyak 1,5 ml hingga homogen. Setelah larutan homogen, larutan ditera dengan labu ukur dan ditambahkan aquades hingga volumenya 1 liter. Langkah terakhir yaitu menetapkan pH larutan menjadi 5,8 dengan menggunakan pH meter dan penambahan HCl 1 N. Begitu juga untuk IBA 150 ppm, 225 ppm, dan 300 ppm dibuat dengan cara yang sama, hanya yang berbeda adalah pada bobot IBA murni. Untuk membuat larutan IBA 150 ppm, dibutuhkan bobot IBA murni sebanyak 0,15 gram dan untuk IBA 225 ppm dan 300 ppm, bobot IBA murni yang digunakan masing-masing adalah 0,225 gram dan 0,3 gram.

Aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT) diberikan dengan metode perendaman. Metode perendaman dilakukan dengan cara merendam biji manggis ke dalam larutan IBA sesuai dengan konsentrasi yang akan digunakan, yaitu 0, 75, 150, 225, dan 300 ppm selama 24 jam.

3.4.4 Penyemaian Bahan Tanam

(48)
[image:48.595.230.396.181.398.2] [image:48.595.178.445.451.598.2]

(Gambar 3). Setelah itu, botol ditutup dengan plastik clip atau kertas penutup kemudian simpan botol tersebut dalam ruang terang selama ± 2–3 minggu atau sampai biji tersebut mengeluarkan akar dan tunas (Gambar 4).

Gambar 3. Biji disemai ke dalam botol, setiap botol ditanami 2 butir biji manggis.

Gambar 4. Botol selai yang telah berisi biji manggis, ditutup dengan kertas penutup.

(49)

24

ditanam selama 4 – 5 minggu atau bibit telah keluar sepasang daun sempurna. Kemudian, bibit manggis yang telah berumur 7 – 8 mst, dipindah tanam ke dalam polybag berukuran 2 kg yang berisi media tanam berupa campuran pasir, tanah,

dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Pada setiap polybag masing-masing ditanami satu bibit manggis.

3.4.5 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman sebanyak ± 2 hari sekali, pemberian fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80% sebanyak 2 gram/l, dan pemupukan dengan menggunakan pupuk NPK Mutiara (16 : 16 : 16)

sebanyak 2 gram yang diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada awal penanaman dan 1 bulan setelah tanam. Selain itu, dilakukan juga pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT).

3.5 Variabel yang Diamati

Pengamatan dilakukan pada saat sebelum pindah tanam (pengamatan perkecambahan) dan setelah pindah tanam (pengamatan seedling). Dalam penelitian ini, variabel yang diamati adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan Perkecambahan (Sebelum Pindah Tanam)

(50)

2. Panjang tunas, diukur dari pangkal tunas hingga ujung tunas. Pengukuran panjang tunas dilakukan setelah biji berumur 2 – 3 minggu atau sudah mengeluarkan tunas dan akar. Satuan pengamatan yang dilakukan adalah milimeter (mm).

3. Jumlah akar, dihitung dari banyaknya akar yang muncul atau tumbuh pada biji manggis. Penghitungan jumlah akar dilakukan setelah biji berumur 2 – 3 minggu atau sudah mengeluarkan tunas dan akar. Satuan pengamatan yang dilakukan adalah helai.

4. Panjang akar, diukur dari titik pangkal akar sampai ujung akar. Pengukuran panjang akar dilakukan setelah biji berumur 2 – 3 minggu atau sudah

mengeluarkan tunas dan akar. Satuan pengamatan yang dilakukan adalah milimeter (mm).

5. Bobot kecambah, dihitung berdasarkan bobot kecambah biji yang telah disemai. Penghitungan bobot kecambah dilakukan setelah biji berumur 2 – 3 minggu atau sudah mengeluarkan tunas dan akar. Satuan pengamatan yang dilakukan adalah gram (g).

b. Pengamatan Seedling (Setelah Pindah Tanam)

(51)

26

2. Diameter batang awal – akhir, diukur setelah muncul 2 helai daun pertama dan pada akhir penelitian atau setelah berumur 100 hss. Satuan pengamatan yang digunakan adalah centimeter (cm).

3. Jumlah daun, dihitung dari banyaknya daun yang tumbuh pada bibit. Penghitungan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Satuan pengamatan yang digunakan adalah helai.

4. Luas daun, dihitung berdasarkan hasil kali panjang daun dan lebar daun. Penghitungan dilakukan pada akhir penelitian atau setelah berumur 100 hss. Satuan pengamatan yang digunakan adalah centimeter persegi (cm2).

5. Panjang akar, diukur dari titik pangkal akar sampai ujung akar. Pengukuran

dilakukan pada awal penanaman di polybag dan akhir penelitian atau setelah berumur 100 hss. Satuan pengamatan yang dilakukan adalah centimeter (cm).

6. Jumlah akar sekunder, dihitung dari banyaknya akar sekunder yang tumbuh pada bibit manggis. Penghitungan jumlah akar dilakukan pada awal

penanaman di polybag dan akhir penelitian atau setelah berumur 100 hss. Satuan pengamatan yang digunakan adalah helai.

(52)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian IBA konsentrasi 150 – 300 ppm menurunkan panjang tunas, jumlah akar, dan panjang akar pada perkecambahan, serta diameter batang awal dan jumlah akar sekunder awal pada seedling manggis.

2. Perlakuan biji utuh menghasilkan pertumbuhan jumlah tunas, panjang tunas, jumlah akar, panjang akar, dan bobot kecambah pada perkecambahan, serta tinggi tanaman awal, diameter batang awal, panjang akar awal, jumlah akar sekunder awal, bobot seedling awal, tinggi tanaman (72 hss), diameter batang akhir, panjang akar akhir, jumlah akar sekunder akhir, bobot seedling akhir, dan luas daun pada seedling yang lebih tinggi dibandingkan dengan biji belah. 3. Interaksi antara pemberian IBA konsentrasi 0 dan 75 ppm dengan biji utuh

(53)

67

5.2 Saran

Penulis menyarankan untuk penelitian lanjutan adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya aplikasi IBA untuk memacu pengakaran tidak langsung diterapkan pada biji, tetapi pada akar seedling yang telah berumur 6 – 8 minggu setelah semai.

(54)

PUSTAKA ACUAN

Anwaruddin, S.M.J. 2007. Teknologi Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis. Balai Penelitian Tanaman Buah Solok. Sumbar. 14 hal.

Aribowo, B. 2011. Xanthone di Kulit Manggis.

http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/11/24/xanthone-di-kulit manggis412991.html. Diakses pada tanggal 8 Juni 2014, pukul 7.24 WIB. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Edisi Revisi. Universitas

Indonesia Press. Jakarta. 490 hal.

Baskaran, M. and S. Krishnan. 2011. High frequency plant regeneration from the mature seeds of Garcinia indica. Science Journal Department of Botany Goa University. Biologia Plantarum 55 (3): 554-558.

Den Nijs, A.P.M. and D.E. Van Dijk. 1993. Apomiksis. In M.D. Haywards, N.O. Bosemark, and I. Romagosa (Eds.). Plant Breeding: Principles and Prospects. Chapmann and Hall. London.

Downtown, W. J. S., W. J. R. Grant, and E. K. Chacko. 1990. Effect of elevated carbon dioxide on the photosynthesis and early growth of mangosteen (Garcinia mangostana L.). Scientia Horticulture, 44: 215–225.

Endah, T. 2001. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hlm.

Gardner, F. F., P. Brent, and L. M. Roger. 1991. Physiology of Crop Plants. UI Press. Jakarta. 426 p.

Gaspar, T., C. Kevers, C. Penel, H. Greppin, D.M. Reid, and T.A. Thorpe. 1996. Plant hormones and Plant Growth Regulators in Plant Tissue Culture. In Vitro Cell Dev. Biol. Plant 32: 272–289.

Hanif, F. 2011. Manfaat Kulit Manggis untuk Kesehatan.

http://kotasehat.blogspot.com/2011/10/manfaat-kulit-manggis-untuk-kesehatan.html?m=0. Diakses pada tanggal 8 Juni 2014, pukul 7.56 WIB. Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya

(55)

69

Horn, C.L. 1940. Existence of only one variety of cultivated mangosteen explained by asexually formed seed. Puerto Rico Experiment Station of US Department of Agriculture Mayague in Science News Series Vol. XCII. July–December 1980: 237–238.

Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III. Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hal. 29-30.

Ihsan, F. dan Sukarmin. 2007. Teknik pengujian pembelahan biji terhadap

efektivitas perbanyakan manggis (Garcinia mangostana L.) melalui biji. Jurnal Penelitian Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Buletin Teknik Pertanian, 16 (2): 58-60.

Kementerian Pertanian. 2012. Ekspor Manggis per-Negara Tujuan.

http://database.deptan.go.id/eksim/2012/asp/hasil/ekspor/Komoditi.asp. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, pukul 19.00 WIB.

Krisantini dan B. Tjia. 2011. Panduan Penggunaan dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh pada Tanaman Hias. PT. Panca Jaya. Jakarta. 64 hlm.

Mardiana, L. 2011. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hal.

Poerwanto, R. 2000. Teknologi Budidaya Manggis. Makalah diskusi nasional bisnis dan teknologi manggis, tanggal 15–16 Nopember 2000 di Bogor. Kerjasama Pusat Kajian Buah Tropika IPB dengan Dirjen Hortikultura dan Aneka Tanaman. Jakarta.

Prastowo N. dan J.M. Roshetko. 2006. Direktori Usaha Pembibitan Tanaman Buah, Kayu, Perkebunan, Hias dan Obat di Kota/Kabupaten Bogor dan sekitarnya. World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock

International. Bogor. Indonesia.

Prihatman, K. 2000. Manggis (Garcinia mangostana L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BPP Teknologi. Jakarta.

Richards, A.J. 1990. Studies in Garcinia, Dioecious Tropical Forest Trees: Agamospermy. Bot. J. Linnean Soc. 103: 233-250.

Rismunandar. 1995. Hormon Tanaman dan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hal.

(56)

Salim, H., N. E. F. Myrna, dan Y. Alia. 2010. Pertumbuhan bibit manggis asal seedling (Garcinia mangostana L.) pada berbagai konsentrasi IBA. Jurnal Penelitian Jurusan Agronomi Universitas Jambi, ISSN 0852-8349, 12 (2): 19-24.

Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerbit ITB. Bandung. 343 hal.

Shabella, R. 2011. Terapi Kulit Manggis. Galmas Publisher. Klaten. Hal. 16-17.

Suryanti, S. 1994. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 14-15.

Warid, A. Q. 2007. Pengaruh BAP terhadap pembentukan tunas adventif asal eksplan biji manggis (Garcinia mangostana L.) in vitro. Jurnal

Bionatura, 9 (1): 70-82.

Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman . Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB. Bogor. 247 hlm.

Gambar

Gambar 1. Struktur Kimia IBA
Gambar 2.  Tahapan persiapan bahan tanam.
Gambar 4.  Botol selai yang telah berisi biji manggis, ditutup dengan kertas          penutup

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan bagi fasilitator PUSPAGA sebagai 2P dalam Pencegahan Perkawinan Anak Jumlah Kecamatan/ Desa/Kelurahan yang memiliki fasilitator PUSPAGA 2P Pencegahan Perkawinan Anak

Pertama memulai dengan merancang topologi dan perancangan infrastructure server yang menggunakan Cluster kubernetes, jika berhasil selanjutnya melakukan simulasi

Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, yaitu ketiga atribut (relevansi nilai, ketepatwaktuan, dan konservatisme) dapat merepresentasikan kualitas

Perolehan Kumpulan (TO) Perolehan tidak lulus Syariah Keuntungan Sebelum Cukai Kumpulan (PBT) Keuntungan sblm cukai tidak lulus Syariah Syarikat Kajian (tersenarai)

Group Investigation adalah pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, siswa menggunakan inquiri kooperatif (perencanaan dan diskusi kelompok) kemudian

Berdasarkan tindakan yang dipilih, permasalahan dari hasil observasi peneliti di RA Darussalam pada kelompok B, yaitu tentang peningkatan perbendaharaan kosakata

[r]

Sejak 1945 kepolisian amerika memang sudah mengaplikasikan sistem desentralisasi, dimana di tahun itu ada Lima jenis agen kepolisian yang pada saat itu memiliki tugas yang khusus