• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP BLACK CAMPAIGN PASCA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KAMPUNG LINGSUH RAJABASA JAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT TERHADAP BLACK CAMPAIGN PASCA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KAMPUNG LINGSUH RAJABASA JAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP BLACK CAMPAIGN PASCA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KAMPUNG LINGSUH

RAJABASA JAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

OLEH DIAN APRILIA

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana sikap masyarakat terhadap black campaign pasca pemilihan kepala daerah di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung tahun 2015.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah Kepala Keluarga di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung Tahun 2015 yang berjumlah 631 Kepala Keluarga dengan sampel 63 Kepala Keluarga. Istrumen pokok pengumpulan data menggunakan teknik angket dengan teknik penunjang adalah teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan rumus interval dan persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat mengenai black campaign adalah 44,5% kategori cenderung paham, penghayatan masyarakat terhadap black campaign adalah 44,5% kategori cenderung suka. Kecenderungan bertindak masyarakat terhadap black campaign adalah 52.4% dengan kategori cenderung tidak melaksanakan. Indikator kegiatan penyebaran isu-isu atau rumors negatif, fitnah dan adu domba adalah 57,1% kategori setuju, dan indikator kegiatan menghasut masyarakat hingga menimbulkan sikap resistensi adalah 39,7% kategori cenderung tidak melakukan terhadap kegiatan tersebut. Hasil penelitian ini adalah masyarakat cenderung ingin melakukan kegiatan black campaign.

(2)

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP BLACK CAMPAIGN PASCA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KAMPUNG LINGSUH

RAJABASA JAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

Oleh

Dian Aprilia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 09 April 1994 dengan nama Dian Aprilia yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Masnun dan Ibu Nuriyah, S.Pd.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu Taman Kanak-Kanak Cendrawasih pada tahun 1999, kemudian menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Labuhan Dalam pada tahun 2005, kemudian Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bandar Lampung pada tahun 2008, dan Madrasah Aliyah Negeri 1(MODEL) Bandar Lampung pada tahun 2011.

(7)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT. dengan rasa hormat dan

sayang ku persembahkan karya ini kepada :

“Kedua orang tuaku tercinta,

Bapak Masnun dan Ibu Nuriyah, S.Pd.

yang senantiasa memberikan rasa kasih sayang tiada henti dan

selalu berjuang, mendukung, memaafkan, serta mendoakan disetiap

langkahku.”

Untuk almamater tercintaku

(8)

MOTO

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan

kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan

(Q.S Ali-Imran ayat 109)

“You Can If You Think You Can”

(Norman Vincent Pelae)

“Berusahalah sebaik diri mu bisa, agar tidak ada penyesalan

dikemudian hari”

(9)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sikap Masyarakat Terhadap Black Campaign Pasca Pemilihan Kepala Daerah di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung Tahun 2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikaannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang, baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga dapat terselesaikan atas bimbingan dan bantuan, serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr Irawan Suntoro, M.S., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PPKn dan sekaligus Pembimbing II.

(10)

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

6. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku Pembahas I

7. Bapak Tubagus Ali Rahman Puja Kusuma, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas II

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(11)

10.Seluruh Kepala Keluarga di Kampung Lingsuh Kelurahan Rajabasa Jaya Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung tahun 2015 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

11.Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, bapak Masnun dan Ibu Nuriyah, S.Pd., terimakasih atas perjuangan, cinta dan kasih sayang serta doa yang tiada henti yang tidak akan pernah terbayarkan.

12.Kakak kandungku Mahfudin Romadhon, S.Km. yang bersedia memberi kritik dan saran serta menjaga ku sepenuh hati.

13.Sepupuku Rosi Agustina, Agus Darmawan, Septia Maharani dan Farhan Asidiqi, yang mendukung dan membantuku.

14. Keluarga besarku, terimakasih atas doa dan dukungannya.

15.Sahabat karibku yang selalu ada, Evi Meriani, Dionanita, Yunidar Buana, Anna Kurniati.

16.Sahabat-sahabat terbaikku, Cahyo Wibowo, Haris Fajrin, Viki Septian, Bli Wayan, Rio Teguh, Wegi Apriyanto, Zainuri Nur, Sirun Atora, Ahmad

Ropa’i, Koko Nurcahyo, Juanda, Elfina, Leni, Aan, Randi, Imawati, Desi

Ratna, Linda, Elisa, Hasven Stamadova, Bayu Ari, Bayu Adit, Idris, M. Faizal (Tile), Fitra, Deni Saipulloh, Putra, Antonius Simamora, Soni Wibowo, Ferdi, Pluto, Reza, Monic, Diren, Tika, Tesya, petugas lab Pkn Yanda, Rohim, Ridho, Trio dan sahabat lainnya yang tidak akan aku lupakan.

(12)

18.Teman-teman seperjuangan KKN dan PPL SMPN 1 Karya Penggawa, Desa Way Nukak, Uti Raisa, Uti Nidia, Yola Citra, Ngah Fani, Anida, Rettya, Nita, Rizka, Anisa, Yandri, Deni, dan Setyo yang selalu menjadi keluargaku.

19.Kakak tingkat serta adik tingkat PPKn 2008-2014 terimakasih untuk kebersamaan, motivasi dan dukungannya.

20.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Peneliti menyadari bawa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ...v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Kegunan Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Kegunaan Penelitian ... 8

a. Kegunaan Teortis ... 8

b. Kegunaan Praktis ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 9

2. Ruang Lingkup Objek ... 9

3. Ruang Lingkup Subjek ... 9

4. Ruang Lingkup Wilayah ... 9

5. Ruang Lingkup Waktu ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA A.Deskripsi Teoritik ... 11

1. Tinjuan Tentang Sikap ... 11

a. Pengertian Sikap ... 11

b. Pembentukan dan Perubahan Sikap ... 13

c. Ciri-ciri dan Fungsi Sikap ... 14

(14)

a. Pengertian Masyarakat ... 16

b. Unsur-unsur Masyarakat ... 16

c. Pranata Sosial ... 19

3. Deskripsi Teoritik Tentang Black Campaign ... 20

a. Teori-teori Politik ... 20

b. Strategi Politik ... 22

c. Pengertian Kampanye ... 22

d. Jenis-jenis Kampanye ... 23

e. Media Kampanye ... 24

f. Pengertian Black Campaign ... 25

4. Tinjuan Tentang Pemilukada ... 27

a. Pengertian Pemilukada ... 27

b. Asas-asas Pemilihan Kepala Daerah ... 27

c. Sistem Pemilihan Umum ... 29

5. Tinjuan Tentang Pemerintah Daerah ... 32

a. Pengertian Pemerintah Daerah ... 32

b. Asas Pemerintah Daerah ... 33

c. Fungsi Pemerintah Daerah ... 35

d. Penyelenggaraan Pemerintahan dalam Otonomi Daerah . 36 B.Penelitian yang Relvan ... 37

1. Tingkat Lokal ... 37

2. Tingkat Nasional ... 37

3. Tingkat Internasional ... 38

C.Kerangka Pikir ... 39

III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 42

B.Variabel Penelitian ... 42

C.Definisi Varabel ... 42

1. Definisi Konseptual ... 42

a. Sikap Masyarkat (X) ... 42

b. Black Campaign (Y) ... 43

2. Definisi Operasional ... 43

a. Sikap Masyarkat ... 43

b. Black Campaign ... 43

D.Rencana Pengukuran Variabel ... 44

E. Populasi dan Sampel ... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Teknik Pokok ... 46

2. Teknik Pendukung ... 48

a. Wawancara ... 48

b. Teknik Dokumentasi ... 48

G.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49

1. Uji Validitas ... 49

2. Uji Reliabilitas ... 49

(15)

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53

1. Luas Wilayah ... 53

2. Batas Wilayah ... 53

3. Jumlah Penduduk ... 53

4. Sarana dan Prasarana ... 53

B. Langkah-Langkah Penelitian ... 54

1. Persiapan Penelitian ... 54

2. Penelitian Pendahuluan ... 54

3. Pelaksanaan Penelitian ... 55

a. Pengajuan Rencana Penelitian ... 55

b. Persiapan Administrasi ... 55

c. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 55

d. Penelitian Lapangan ... 56

C. Pelaksanaan Uji Coba ... 57

1. Analisis Validitas Angket ... 57

2. Analisis Reliabilitas Angket ... 57

D. Deskripsi Data ... 62

1. Pengumpulan Data ... 62

2. Penyajian Data ... 62

a. Sikap Masyarakat ... 62

1) Pemahaman ... 62

2) Penghayatan ... 65

3) Kecenderungan Bertindak ... 68

b. Black Campaign ... 72

1) Kegiatan Penyebaran Isu-isu atau Rumors Negatif, Fitnah dan Adu Domba ... 72

2) Kegiatan Menghasut Masyarakat Hingga Menimbulkan Sikap Masyarakat ... 75

E. Pembahasan ... 78

1. Sikap Masyarakat ... 78

a. Indikator Pemahaman ... 78

b. Indikator Penghayatan ... 80

c. Indikator Kecenderungan Bertindak ... 80

2. Black Campaign ... 82

a. Kegiatan Penyebaran Isu-isu atau Rumors Negatif, Fitnah dan Adu Domba ... 82

b. Kegiatan Menghasut Masyarakat Hingga Menimbulkan Sikap Masyarakat ... 83

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Kepala Keluarga Kampung Lingsuh

Rajabasa Jaya Bandar Lampung tahun 2014 ... 45

Tabel 3.2 Daftar Jumlah Sample Dari Seluruh Kepala Keluarga Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung tahun 2014... 46

Tabel 4.1 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Kelompok Ganjil (X) ... 58

Tabel 4.2 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item kelompok Genap (Y) ... 59

Tabel 4.3 Tabel Kerja Antara Item Kelompok Ganjil (X) dengan Item Kelompok Genap (Y) ... 60

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Indikator Pemahaman ... 64

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Indikator Penghayatan ... 67

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Kecenderungan Bertindak ... 70

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Kegiatan Penyebaran Isu-Isu atau Rumors Negatif, Fitnah dan Adu Domba ... 73

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Rencana Judul Skripsi Makalah ... 1

2. Surat Keterangan Pembantu Dekan I FKIP Unila ... 2

3. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 3

4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Pendahuluan ... 4

5. Surat Izin Penelitian ... 5

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 6

7. Kisi-Kisi Angket ... 7

8. Angket Penelitian ... 8

9. Distribusi Skor Angket ... 15

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Paradigma Peneitian ... 41

Gambar 4.1 Histogram Indikator Pemahaman ... 64

Gambar 4.2 Histogram Indikator Penghayatan ... 67

Gambar 4.3 Histogram Indikator Kecenderungan Bertindak ... 70

Gambar 4.4 Histogram Indikator Kegiatan Penyebaran Isu-isu atau Rumors Negatif, Fitnah dan Adu Domba ... 73

(19)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Pemerintahan Daerah dalam pasal 56 dan pasal 119 serta Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pemilukada perlu dilakukan untuk menciptakan stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan di tingkat lokal, dengan pemilukada terbuka kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan nasional karena semakin terbuka peluang bagi munculnya pemimpin-pemimpin nasional yang berasal dari bawah dan/ atau daerah.

(20)

2

Pemilihan kepala daerah beserta wakil kepala daerah harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh UU No. 32 tahun 2004 pasal 58, ada 16 kriteria yang harus dipenuhi oleh calon kepala daerah dan wakilnya. Pada pasal tersebut cukup jelas diterangkan tentang kriteria pemimpin yang layak untuk dipilih oleh rakyatnya dan dapat mensejahterakan kehidupan daerahnya. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa umur minimal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yaitu 30 tahun. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan untuk para pemuda dapat berkarya dalam membangun pemerintahan daerah yang lebih maju lagi. Namun dengan kenyataan tersebut, bahwa hal itu juga akan menimbulkan persaingan yang kuat antar calon kepala daerah. Oleh sebab itu, peraturan tentang kampanye pun telah diatur sehingga akan meminimalisir kecurangan yang terjadi.

(21)

3

Untuk memenangkan pesta demokrasi pada tingkat daerah atau pemilukada, setiap pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah memiliki strategi berkampanye yang berbeda. Menurut Jimly Asshiddiqie pada Tribunnews.com yang diposting pada 30 Maret 2014 dan diakses pada 19 November 2014 menyatakan “kampanye terdiri dari tiga jenis saat pemilu yaitu kampanye positif (positive campaign), kampanye negatif (negative campaign), dan kampanye hitam (black campaign)”. Ketiga jenis kampanye tersebut merupakan strategi yang sering digunakan oleh para calon pemimpin, tidak terkecuali pemilihan kepala daerah yang telah berlangsung di Provinsi Lampung pada 9 April 2014. Para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah memberitahukan visi dan misi mereka saat kampanye yang diatur sedemikian rupa oleh para tim sukses masing-masing calon. Kegiatan kampanye yang dilakukan oleh para tim sukses tersebut beragam, dengan tujuan memenagkan calon kepala daerah yang mereka usung, sampai pada penggunaan kampanye hitam pun mereka lakukan agar tujuan tersebut tercapai.

Pengertian Black Campaign menurut Apriatni EP yang diunggah ke situs http://www.perludem.org pada senin 7 Mei 2012 dan diakses pada tanggal 23 februari 2015 adalah:

(22)

4

Black Campaign atau kampanye hitam di Indonesia terbaru terjadi pada saat pemilihan presiden dan wakil presiden pada pemilu pilpers 9 juli 2014. Pada saat itu para calon presiden dan wakil presiden dihadapkan pada isu-isu yang saling menjatuhkan. Isu-isu tersebut sengaja dilakukan oleh para oknum pendukung calon presiden dan wakil presiden untuk menjatuhkan pasangan lawan mainnya. Media sosial sangat berpengaruh dalam penyebaran isu negatif tersebut, misalnya pada twitter, facebook, dan lain sebagainya. Dengan isu yang menjatuhkan lawan mainya yang diposting pada media social akan mengundang antusiasme masyarakat untuk berkomentar, memberikan tanggapan, bahkan ikut memprovokasi masyarakat yang lain agar percaya terhadap isu tersebut. Isu yang beredar terkait dengan masalah agama calon presiden, masa lalu calon presiden hingga kasus-kasus hukum yang melibatkan calon presiden. Diposting pada media elektronik seperti pertelevisian di Indonesia semakin membuat kampanye hitam diantara pasangan calon presiden dan wakil presiden sangat kuat, hingga para pasangan calon presiden tersebut mengklarifikasi isu-isu yang beredar. Pada akhirnya masyarakat yang menilai dan memilih calon pemimpin yang terbaik untuk memimpin negeri ini.

(23)

5

Persaingan yang ketat diantara kempat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur provinsi Lampung membuat kampanye mereka semakin terasa karena masing-masing calon ingin dipilih oleh rakyat hingga terlihat adanya kampanye hitam. Misalnya seperti yang dikemukakan oleh situs Jpnn.com pada pasangan Ridho Ficardo-Bachtiar Basri mendapat isu bahwa “usia yang terlalu muda belum pantas untuk mempimpin provinsi Lampung ditambah dengan belum pernah menjabat di pemerintahan dan dinilai masih 'hijau' di dunia politik.” Padahal Ridho merupakan Ketua Partai Demokrat Lampung, sementara Bachtiar menjabat sebagai Bupati Tulangbawang Barat.

Kampanye yang melanggar tata tertib pemilu tersebut memang dirasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung. Ketika peneliti mewawancarai salah satu masyarakat

kampung tersebut yaitu bapak agus beliau berpendapat “isu-isu yang beredar

mengenai calon gubernur kita memang banyak terlebih lagi yang negatif karena berita tersebut tersebar dari mulut ke mulut setiap warga yang

berkumpul tanpa tahu sumber informasi atau kebenaran dari beritanya”.

Pendapat tersebut semakin diperkuat oleh salah satu aparat kampung Lingsuh dengan mengatakan “banyak informasi yang tersebar dimasyarakat memang, tapi mereka tidak pernah tahu informasi yang mereka dapat dari mana dan

kebenarannya seperti apa ,hanya tahu dari internet bahkan orang lewat saja”.

(24)

6

pemimpin yang akan mereka pilih. Fenomena tersebut dapat terlihat dari beberapa pendapat masyarakat yang menyatakan ragu-ragu saat akan memilih pemimpin mana yang mereka dapat percaya untuk dapat memimpin Provinsi Lampung. Karena Black Campaign atau kampanye hitam tidak hanya dapat merusak citra calon pemimpin tetapi juga dapat merubah pandangan masyarakat terhadap dunia perpolitikan di Indonesia menjadi lebih negatif. Sikap masyarakat terhadap Black Campaign atau kampanye hitam pasca pemilihan kepala daerah adalah respon/tanggapan yang diberikan masyarakat berupa penilaian negatif (menolak) atau positif (menerima) terhadap kegiatan kampanye yang dilakukan sebelum pemilihan kepala daerah berlangsung. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh permasalahan tersebut dengan suatu penelitian yang berjudul: “Sikap Masyarakat Terhadap Black Campaign Pasca Pemilihan Kepala Daerah di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung Tahun 2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Sikap masyarakat terhadap Black Campaign pasca pemilihan kepala daerah.

2. Respon atau tanggapan yang diberikan masyarakat terhadap Black Campaign.

(25)

7

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka diperlukan adanya pembatasan masalah yang jelas agar penelitian ini lebih terarah pada tujuan yang ingin dituangkan pada penelitian ini. Oleh sebab itu peneliti membatasi permasalahan hanya pada sikap masyarakat terhadap Black Campaign Pasca pemilihan Kepala Daerah (studi kasus di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung Tahun 2015).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, permasalahan pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap Black Campaign Pasca pemilihan Kepala Daerah (studi kasus di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung Tahun 2015)?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(26)

8

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secra teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya dan mengembangkan konsep teori dan ilmu pendidikan khususnya dalam wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) serta dalam kawasan ilmu politik dan hukum.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis dalam penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai:

1. Sebagai masukan untuk masyarakat bagaimana sebaiknya menyikapi kegiatan Black Campaign atau kampanye hitam pada pemilihan Kepala Daerah.

2. Sebagai sarana refleksi bagi para calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah agar memegang teguh prinsip LUBER JURDIL dalam Pemilihan Kepala Dareah.

3. Sebagai sarana refleksi bagi para calon pemimpin dan masyarakat agar menghindari kegiatan Black Campaign (kampanye hitam), karena kegiatan tersebut telah menyimpang dari prinsip Pemilu. 4. Sebagai bahan pedoman perbaikan sistem Pemilukada, khususnya

(27)

9

5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan serta memperkaya khasanah ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan bagi masyarakat dan siswa.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini berada dalam lingkup ilmu pendidikan khususunya dalam wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dengan kontribusinya untuk membentuk warga Negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dalam kebudayaan politik, dan kenegaraan.

2. Ruang Lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat terhadap Black Campaign Pasca pemilihan Kepala Daerah (studi kasus di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung Taun 2015).

3. Ruang Lingkup Subjek

Subyek dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang bertempat tinggal di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung.

4. Ruang Ligkup Wilayah

(28)

10

5. Ruang Lingkup Waktu

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Tinjauan tentang Sikap a. Pengertian Sikap

Istilah sikap dalam bahasa Inggris isebut dengan “attitude”. Menurut

Ahmadi (2014: 162) “kesadaran individu yang menentukan

perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan sikap. Jadi pengertian sikap ialah suatu hal yang menentukan sikap sifat, hakekat, baik perbuatan sekarang

maupun perbuatan yang akan datang”.

(30)

12

yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, biasanya konsisten sepanjang waktu selama situasi yang sama dan komposisinya hampir selalu kompleks. Menurut L.L. Trustone yang dikutip dari Psikologi Sosial karangan Ahmadi (2014: 163) “sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubunan dengan obyek psikologi, obyek psikologi disini meliputi: simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya”.

Berkaitan dengan pengertian tentang sikap di atas, pada umumnya pendapat yang banyak diikuti bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap. Menurut Walgito (2013: 127):

sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: a). komponen kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan , pandangan keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempresepsi terhadap objek sikap. b). Komponen afektif (komponen emosional),yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap, dan c). komponen konatif (komponen perilaku, atau action component) yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

Komponen-komponen sikap di atas merupakan komponen yang dapat membentuk struktur sikap dan menjadi indikator penilaian terhadap analisis komponen atau analisis struktur dari sikap.

(31)

13

tindakan yang nyata atau yang akan datang yang mempengaruhi tingkah laku dan berhubungan dengan obyek psikologi.

b. Pembentukan dan Perubahan Sikap

Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kebudayaan.keluarga mempunyai peran penting dalam membentuk sikap putra putrinya. Karena keluarga merupakan kelompok primer yang berpengaruh sangat dominan bagi anak. Antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang timbal balik. Tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku. Menurut Ahmadi (2014:

167) “sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang

tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama, dan sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan norma-norma atau group”. Hal tersebut menjadikan adanya perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lainnya. Dan sikap juga tidak akan terbentuk tanpa adanya interaksi manusia terhadap obyek tertentu. Menurut Ahmadi (2014: 171) fator-faktor yang menyebabkan perubahan sikap adalah:

1.Faktor Intern: yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

(32)

14

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dengan hubungannya dengan suatu obyek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antara individu, hubungan di dalam kelompok, dan lain sebagainya. Mengajarkan sikap yang positif tidaklah hanya tanggung jawab dari orang tua atau lembaga keamanan saja. Tetapi lembega-lembaga sekolah juga mempunyai kewajiban yang sama dalam membentuk sifat anak yang lebih positif.

c. Ciri-ciri dan Fungsi Sikap

Sikap menentukan tabiat atau tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang, atau kejadian-kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua sikap adalah faktor internal. Menurut Ahmadi (2014: 178) adapun ciri-ciri sikap sebagai berikut:

1. Sikap itu dipelajari (Learnability) 2. Memiliki kestabilan (Stability) 3. Personal-societal significance 4. Berisi kognisi dan afeksi

5. Approach-aviodance directionality

(33)

15

dibawa sejak lahir, ia bersifat tetap dan mempunyai sifat motif-motif biogenetis seperti rasa lapar, haus, mengantuk dan sebagainya. Fungsi (tugas) sikap bila dilihat dalam kehidupan sehari-hari dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu:

1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok yang lain.

2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Aksi-aksi spontan yang sering kita lakukan merupakan perwujudan antara perangsang dengan reaksi yang tidak ada pertimbangan. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perangsang merupakan sesuatu hal yang tidak berdiri sendiri melainkan erat kaitannya dengan cita-cita hidup, tujuan hidup, peraturan dalam masyarakat dan lain sebagainya.

3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Manusia dalam menerima penalaman dari luar sikapnya tidak pasf melainkan aktif. Tetapi manusia tetap dapat memilih mana yang perlu dilayani dan tidak.

(34)

16

2. Tinjauan tentang Masyarakat a. Pengertian Masyarakat

Beragam kesatuan hidup manusia dalam suatu kesatuan negara nasional mempunyai wujud yang beragam. Keberagaman wujud ini bukan disebabkan karena ada suku-auku bangsa yang berbeda melainkan secara horizontal ada lapisan lapisan sosial yang berbeda. Keberagaman yang terjadi menarik manusia untuk dapat berinteraksi satu sama lain hingga menimbulkan komunikasi yang baik dan terciptalah suatu perkumpulan manusia yang disebut masyarakat. Menurut Koentjaraningrat dalam Pengantar Ilmu Antropologi edisi

revisi 2009 “Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling

bergaul, atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi”. Bersamaan

dengan pengertian masyarakat menurut Koentjaraningrat yang mencirikan masyarakat melalui interaksi antar kelompok, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

Dari beberapa pengertian di atas mengenai masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang berinteraksi sehingga menimbulkan komunikasi dan memiliki kebudayaan yang dianggap sama.

b. Unsur-unsur Masyarakat

(35)

17

konsep yaitu “masyarakat, kategori sosial, golongan sosial,

kelompok dan perkumpulan, ikhtisar mengenai beragam wujud kesatuan manusia, dan interaksi antar individu dalam masyarakat”. Konsep tersebut melatarbelakangi adanya masyarakat yang tumbuh dalam suatu wilayah. Oleh sebab itu, ada beberapa penjelasan mengenai konsep masyarakat tersebut yaitu:

1) Masyarakat

Masyarakat adalah semua kesatuan hidup yang bersifat mantap dan terikat oleh satuan adat-istiadat dan rasa identitas bersama. Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Selain ikatan adat istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan dan kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat juga harus mempnunyai ciri lain, yaitu suatu rasa identtas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia ainnya.

2) Kategori Sosial

(36)

18

negara ditentukan melalui hukumnya ada masyarakat di atas umur 18 tahun dan di bawah umur 18 tahun, dengan maksud untk membedakan masyarakat yang memiliki hak pilih dan tidak memiliki hak pilih dalam pemilihan umum.

3) Golongan Sosial

Suatu golongan sosial juga merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu. Bahkan sering kali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri. Walaupun demikian suatu kesatuan manusia yang kita sebut golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas sosial. Hal itu dapat disebabkan karena kesadaran identitas itu tumbuh sebagai reaksi pandangan pihak luar terhadap golongan sosial tadi dan juga golongan tersebut terikat oleh suatu sistem nilai, sistem norma, dan adat istiadat tertentu.

4) Kelompok dan Perkumpulan

Suatu kelompok atau group juga merupakan suatu masyarakat karena memenuhi syarat-syaratnya. Dan Association sebaiknya diterjemahkan sebagai perkumpulan yang dasar organisasinya

adalah “organisasi buatan”. Pembedaan istilah antara

“kelompok” dan “perkumpulan” oleh C. H. Cooley atas asas

(37)

19

5) Ikhtisar Mengenai Beragam Wujud Kesatuan Manusia

Istilah masyarakat dipakai untuk menyebut dua wujud kesatuan

manusia, yaitu “komunitas” (yang menekankan pada aspek

lokasi hidup dan wilayah) dan konsep “kelompok” (yang

menekankan pada aspek organisasi dan pimpinan dari satu kesauan manusia). Adapun tiga wujud kesatuan manusia (yaitu kerumunan, kategori sosial dan golongan sosial) tidak dapat disebut masyarakat. Hal tersebut disebabkan tidak memenuhi ketiga unsur yang merupakan syarat konsep “masyarakat”.

6) Interaksi Antarindividu dalam Masyarakat

Konsep interaksi itu penting karena tiap masyarakat merupakan satu –kesatuan dari individu yang satu dengan yang lain sangat berbeda dalam hubungan berinteraksi. Dalam menganalisis proses interaksi antara individu dalam masyarakat kita harus dapat membedakan dua hal, yaitu kontak dan komunikasi. Kontak antara individu dapat dilakukan secara berjauhan ataupun bertatap muka, seperti mengobrol secara dekat atau dengan menggunakan telepon. Dan komunikasi timbul apabila kontak telah terjadi.

c. Pranata Sosial

(38)

20

manusia dalam masyarakat, dalam ilmu sosiologi dan antropologi disebut pranata, atau dalam bahasa Inggris institution.

Menurut Koentjaraningrat dalam Pengantar Ilmu Antropologi edisi revisi (2009: hlm. 135-136) semua pranata dapat dikelaskan paling sedikit delapan golongan, yaitu:

1) Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan (domestic institution). 2) Pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup, (economic institutions). 3) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia (educational institution). 4) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia, (aestetic and scientific instituion). 5) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia dalam menghayati (recreasiona institution). 6) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan dan berbakti kepada Tuhan (religious institution). 7) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan dalam mengatur msyarakat (political istitution). 8) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia adalah (romatic instituion).

Selain itu dalam suatu masyarakat banyak pula pranata yang tidak khusus tumbuh dari dalam adat-istiadat suatu masyarakat yang bersangkutan, tanpa disadari dan direncanakan diambil oleh masyarakat lain.

3. Deskripsi Teori tentang Black Campaign

a. Teori-teori Politik

(39)

21

dikenal istilah ideologi politik yang memberikan penjelasan sekaligus penilaian terhadap tata tertib yang berlaku atau yang didambakan oleh masyarakat termasuk pada strategi untuk mendapatkannya. Berkembangnya kegiatan politik oleh masyarakat dunia memberikan pemikiran tentang adanya teori-teori politik yang dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan perkembangan politik pada masa itu, banyak teori mengenai politik dan ada dua yang terkenal yaitu teori politik klasik dan teori politik kontemporer. Menurut Hertanto (2006: 15-16):

teori-teori politik klasik ini bersifat filsafat dan normatif serta menggunakan pendekatan-pendekatan ilmu politik tradisional, seperti analisis historis, legal kelembagaan, normatif preskriptif (kira-kira), dan taksonomi deskriptif. Teori politik kontemporer menekankan pada penggunaan metode-metode yang bersifat empiris dan tidak lagi menekaknkan pada filsafat dan deskripsi kelembagaan. Teori kontemporer juga menekanka, pada kajian terhadap sistem politik dalam keadaan dinamis dan cara-cara kerja suatu sistem. Umumnya, ada kecenderungan untuk menggunakan statistik dan metode statistik dengan pendekatan perilaku (behaviour).

(40)

22

b. Strategi Politik

Dalam merealisasikan sebuah tujuan diperlukan hal pendukung agar pencapaian tujuan semakin mudah. Rencana perjuangan merupakan konsep dasar yang harus dipikirkan lebih mendalam agar tidak terjadi kesalahan saat implementasi di lapangan. Rencana perjuangan atau biasa disebut strategi memerlukan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang lebih. Hal yang sama juga dilakukan dalam bidang politik. Strategi politik harus dibuat seunik mungkin agar umpan tepat pada sasaran yang diinginkan. Maurice Duverger (2010: 298) mengemukakan 2 strategi perjuangan politik yaitu strategi dua blok dan strategi sentris. Kedua strategi tersebut memberikan pilihan untuk menjalin kerjasama dengan orang atau organisasi yang mempunyai prinsip yang sama, atau memberikan kesempatan untuk orang atau organisasi menunjukan kekuatannya bertahan mandiri. Perjuangan politik juga berbeda dalam mengatasi sistem dwi-partai dan sistem multi-partai. Pada sistem dwi-partai dia mengambil bentuk duel sedangkan dalam sistem multi-partai sejumlah musuh saling berhadapan dan membentuk koalisi. Perbandingan sistuasi tersebut membuat kita mengklasifikasikan strategi politik yang cukup tepat dalam demokrasi pluralis.

c. Pengertian Kampanye

(41)

23

terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kampanye adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara. Sedangkan menurut Rogers dan

Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian

tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang

dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” (Venus,

2004:7). Pengertian kampanye juga di kemukakan oleh Kolter dan Roberto (1989) yang dikutip oleh Cangara (2009), “kampanye ialah sebuah upaya yang dikelola oleh suatu kelompok (agen perubahan) yang ditunjukkan untuk mersuasi target sasaran agar bisa menerima,

memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu”.

Berdasarkan pengertian kampanye di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kampanye merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi politik yang terencana untuk mendapatkan pencapaian dukungan dari sasaran dalam kurun waktu tertentu.

d. Jenis-jenis Kampanye

(42)

24

Presiden mengatur semua jenis atau bentuk kampanye. Ada 9 jenis kampanye yaitu:

1. Pertemuan terbatas 2. Tatap muka dan dialog

3. Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik 4. Penyiaran melalui radio atau televisi

5. Penyebaran bahan kampanye kepada umum 6. Pemasangan alat peraga di tempat umum 7. Rapat umum

8. Debat publik/debat terbuka antar calon

9. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.

Jenis-jenis kampanye di atas merupakan kegiatan perkenalan visi misi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah kepada masyarakat yang waktunya telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).

e. Media Kampanye

Kampanye merupakan kegiatan penting dimana peserta pemilu atau calon pemimpin mengemukakan visi dan misi mereka kepada masyarakat luas. Salah satu srtategi yang dapat digunakan dalam berkampanye adalah menggunakan media. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 16 Ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 69 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang mengemukakan bahwa :

(43)

25

dan/atau televisi;e) penyebaran bahan kampanye kepada umum; f) pemasangan alat peraga di tempat umum; g) rapat umum; h) debat publik/debat terbuka antar calon; dan/atau; i) kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan, antara lain kegiatan deklarasi atau konvensi pasangan calon oleh partai politik atau gabungan partai politik, acara ulang tahun/milad, kegiatan sosial dan budaya, perlombaan.

Kemudian pada UU No. 32 tahun 2004 pasal 77 yang menjelaskan tentang media yang digunakan dalam pemilihan umum kepala daerah. Pasal-pasal yang mengenai peran media tersebut secara eksplist menjelaskan pentingnya dan sangat berpengaruhnya peran media dalam berkampanye. Karena berkampanye di media memberikan dampak yang begitu besar untuk para peserta pemilu atau calon pemimpin untuk memperkenalkan dirinya sekaligus visi dan misi yang mereka usung.

f. Pengertian Black Campaign

(44)

26

Definisi kampanye hitam menurut Apriatni EP yang diunggah ke situs http://www.perludem.org pada senin 7 Mei 2012 dan diakses pada tanggal 23 februari 2015 adalah

actions, such as putting forward dishonesty in reporting the candidates as well as politic parties, making blasphemy, and making bad appearance of their political opponents, are actions that indicate lack of moral consciousness. Jadi, kampanye hitam, sederhananya, merupakan segala bentuk informasi yang dikemukakan dalam masa kampanye untuk meyakinkan para pemilih, berisi muatan yang merugikan kepentingan kandidat atau peserta pemilu tertentu.

Definisi di atas menerangkan bahwa kampanye hitam bukan sebuah pilihan untuk berpolitik. Kampanye Hitam atau Black Campaign

juga dijelaskan oleh Cangara (2009) “Kampanye hitam yang biasa

disebut Black Campaign cenderung menyudutkan para calon yang diusung untuk menduduki suatu jabatan. Isu tersebut biasanya erat

kaitannya dengan apa yang disebut “3 Ta”, yaitu: harta, wanita dan

tahta”. Menurut Machiavelli “Black campaign adalah cara kerja tim

(45)

27

4. Tinjauan tentang Pemilukada a. Pengertan Pemilukada

Didalam UU RI Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu pengertian pemilukada adalah ”Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilu untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Namun sejak

ditetapkannya UU RI Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu istilah Pemilukada diuraikan langsung sehingga menjadi

”Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota adalah Pemilihan untuk

memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai pemilukada, yaitu pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat daerah tersebut secara demokratis dengan kriteria calon pemimpin yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.

b. Asas-Asas Pemilihan Kepala Daerah

(46)

28

demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”. Berdasarkan asas-asas yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pemilihan Kepala daerah di Indonesia telah menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara umum dan demokratis dalam proses rekrutmen pejabat publik atau pejabat politik yang terbuka. Adapun penjelasan mengenai asas-asas pemilukada tersebut menurt A. Rahman H.I (2007:150) adalah sebagai berikut :

a. Langsung b. Umum c. Bebas d. Rahasia e. Jujur f. Adil

(47)

29

pelaksanaannya maka Undang-Undang telah menetapkan sanksi yang tegas untuk mengadilinya. Selanjutnya rahasia artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapu siapa yang dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan (secret ballot). Asas jujur artinya Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggaraan pelaksana, pemerintah beserta partai politik peserta pemilu, pengawas an pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Dan asas adil artinya dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun. Asas-asas tersebut merupakan elemen penting dalam terselenggaranya pemilihan umum yang bersih dan hasil berkualitas.

c. Sistem pemilihan umum

Dalam ilmu politik dkenal bermacam-macam sistem pemilihan umum, akan tetapi menurut A. Rahman H.I (2007: 151) umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:

1) Single-Member Constituency (satu daerah pemilihan memilh satu wakil, biasanya disebut dengan Sistem Distrik).

(48)

30

Secara umum sistem pemilihan umum dapat diklasifikasikan dalam dua sistem, yaitu:

1) Sistem Distrik

Sistem ini merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap distrik mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat. Untuk keperluan itu negara dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam dewan perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah distrik.

Calon yang dalam satu distrik memperoleh suara yang terbanyak menang, sedangkan suara-suara yang ditujukan kepadacalon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, sebagaimanakecil pun selisih kekalahannya.

Sistem “Single-Member Constituency” mempunya beberapa

kelemahan :

a) Sistem ini krang memperhitungkan partai-partai kecil dan golongan mnoritas

b) Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam suatu distrik, kehilangan suara-suaranya yang telah mendukungnya.

(49)

31

d) Adanya kecenderungan wakil yang terpilih lebih memerhatikan kepentingandistrik dibanding kepentingan nasional.

Disamping kelemahan-kelemahan sistem distrik trsebut, terdapat keuntungan yang lebih dalam sistem ini dibandingkan sistem yang lain, yaitu :

a) Karena kecilnya distrik, maka wakil yang dipilih dapat dikenal oleh penduduk distrik, sehingga hubungannya denga penduduk distrik lebih erat.

b) Sistem ini lebih mendorong proses integrasi partai-partai politik karena kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihannya hanya satu.

c) Berkurangnya partai dan meningkatnya sistem kerjasama. d) Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.

2) Sistem Perwakilan Berimbang

Sistem ini dimaksud untuk mengurangi beberapa kelemahan dari sistem distrik. Gagasan pokoknya adalah bahwa jumlah kursi yang diperoleh oleh suatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya.Dalam sistem ini setiap suara dihitung, hal ini diperlukan guna memperoleh kursi tambahan. Dalam sistem ini memiiki beberapa kelemahan yaitu : a) Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya

(50)

32

b) Wakil yang dipilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya.

c) Banyaknya partai mempersulit terbentuknya pemerintahan yang stabil.

Sistem ini juga memiliki keuntungan, yaitu bahwa sistem perwakilan berimbang ini bersifat representatif artinya bahwa setiap suara turut diperhitungkan dan praktis tidak ada suara yang hilang.

5. Tijauan tentang Pemerintah Daerah a. Pengertian Pemerintah Darah

Pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang melakukan pemerintahannya sendiri dengan tetap diawasi oleh pemerintah pusat. Pengertian pemerintah daerah sendiri telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 18 ayat 5 ang menyebutkan bahwa “pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan pemerintahan pusat”. Pada pengertian tersebut dijelaskan

(51)

33

Sedangkan untuk pengertian pemerintahan daerah dapat dilihat dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1ayat 2 tentang pemerintah daerah yang berbunyi:

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan demikian pemerintah daerah dapat memajukan daerahnya masing-masing sesuai dengan potensi yang dimiliki dan dapat mensejahterakan rakyatnya sesuai dengan hak dan kewajiban pemerintah daerah.

b. Asas Pemerintah Daerah

Dalam urusan pemerintahan khususnya dalam pemerintahan daerah, erat kaitannya dengan asas-asas otonomi daerah, ada tiga asas mengenai otonomi daerah yaitu :

1) Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI.

2) Dekosentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dan/ atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. 3) Tugas pembantuan yaitu penugasan dari pemerintah pusat

(52)

34

kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten / kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antarpemerintahan daerah yang saling terkait, tergantung, dan sinergis sebagai satu sistem pemerintahan. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Menurut M. Faltas tedapat dua kategori dalam pengambilan keputusan dalam urusan pemerintah daerah: “keputusan administratif (administrative authority) dan keputusan politik (political authority)”. Dimensi administrasif atau keputusan administratif dilakukan dengan kebijakan desentralisasi sedangkan dimensi politik atau keputusan politik dilakukan dengan pemberian keleluasaan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepadanya dan urusan masyarakat setempat.

(53)

35

Pemerintah Pusat dengan demikian dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional atau Negara secara keseluruhan. Kebijakan desentralisasi yang dijalankan di Indonesia sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tidak lagi merujuk pada istilah tingkatan karena hubungan provinsi dan daerah kita bersifat coordinate dan independent.

c. Fungsi Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi untuk mensejahterakkan rakyat daerahnya, hal tersebut juga telah tercantum pada Undan-undang. Selain hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, pemerintah daerah juga memiliki fungsi yang tercantum dalam UU No. 32 tahun 2004 yaitu:

1) Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. 2) Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

(54)

36

d. Penyelenggaraan Pemerintahan dalam Otonomi Daerah

Menurut UUD 1945 Penyelenggaran pemerintahan pusat yaitu presiden dibantu oleh seorang wakil presiden dan dewan perwakilan rakyat. Dan Penyelenggara pemerintahan daerah yaitu pemerintah daerah dan DPRD. Ada tiga fungsi dari DPRD yaitu fungsi legilasi (membentuk peraturan daerah bersama pemerintah daerah), fungsi anggaran (menyusun dan menetapkan APBD bersama pemerintah daerah) dan fungsi pengawasan (melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah daerah).

Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, menyebutkan pendapatan daerah berasal dari ;

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2) Dana Perimbangan

a. Dana bagi Hasil

b. Dana Alokasi Umum, yaitu dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuanagan antar daerah untuk mendanani kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi c. Dana Alokasi Khusus, yaitu dana yang berasal dari APBN yang dipergunakan untuk membantu mendanai kegiatan khusus pada daerah tertentu sesuai dengan prioritas nasional 3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah

a. Hibah

b. Pendapatan dana darurat

(55)

37

meningkatkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut.

B. Penelitian Yang Relevan 1. Tingkat Lokal

Ditingkat lokal penelitian ini relevan dengan salah satu jurnal penelitian karya-karya umum yang dilakukan oleh Reni Oktauli Panjaitan Fakultas Hukum bagian Hukum Tata Negara Universitas Lampung. Adapun judul penelitiannya adalah “Kelemahan Dalam Uu No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Yang Mengatur Pemilukada Dalam Hubungannya Dengan Konflik Penyelenggaraan Pemilukada (Studi Konflik Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur Periode 2014 - 2019 Di Provinsi

Lampung)”.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang terdiri atas dua variabel yaitu, variabel bebas (X): Kelemahan dalam UU No. 32 Tahun 2004 dan variabel terikat (Y): Konflik Penyelenggaraan Pemilukada. Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Reni Oktauli Panjaitan adalah kelemahan yang terjadi yaitu harus adanya pengaturan hukum yang jelas dan tegas agar tidak mengandung multitafsir dan melakukan efesiensi pengadaan logistik dalam pelaksanaa n pemilukada untuk mencegah biaya pemilukada yang sangat tinggi.

2. Tingkat Nasional

(56)

38

Universitas Diponegoro dengan judul penelitian Hubungan Intensitas Terpaan Sosialisasi dan Kampanye Terhadap Sikap Masyarakat Pada Pelaksanaan Pilwalkot Semarang 2010.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang terdiri dari tiga variabel, variabel bebas (X1): intensitas terapan sosialisasi, variabel bebas (X2): intensitas terapan kampanye dan variabel terikat (Y): Sikap Masyarakat Pada Pelaksanaan Pilwalkot Semarang 2010. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Arif Wibowo adalah intensitas terpaan sosialisasi saja tidak mempunyai pengaruh yang kuat pada sikap masyarakat, begitu juga sebaliknya intensitas terpaan kampanye saja juga mempunyai hubungan korelasi yang lemah terhadap sikap masyarakat.

3. Tingkat Internasional

Ditingkat internasional penelitian ini relevan dengan salah satu penelitian yang dilakukan oleh Young Min dari Universitas Kyung Hee, Seoul, Korea Selatan. Penelitian yang ia lakukan berkaitan dengan

politik dengan judul “An Experiment of Negative Campaign Effects on

Turnout and Candidate Preference”, atau yang diterjemahkan kedalam

bahasa Indonesia menjadi “Percobaan Efek Kampanye Negatif di

Pemilih dan Preferensi Calon”, dikutip dari situs

(57)

39

Metode yang digunakan adalah kuantitatif, dengan hasil penelitian berupa kampanye negatif atau positif tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam keputusan-keputusan penting perilaku warga negara dalam pemilihan

C. Kerangka Pikir

Pemilihan kepala daerah merupakan suatu proses dimana masyarakat dapat memilih calon pemimpin daerahnya yang dianggap mampu mensejahterakan rakyatnya. Pendekatan yang dilakukan kepada masyarakat pun berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan calon kepala daerah. Berbagai upaya pun dilakukan untuk memberikan efek baik (pencitraan) yang nantinya akan berpengaruh terhadap sikap pemilih dalam menentukan pilihannya. Dalam Pemilukada masyarakat diminta untuk dapat secara rasional, cardas, dan kritis menilai calon kepala daerah yang akan dipilihnya. Dan kemudian dianggap pantas dan layak untuk menjadi pemimpin di daerah mereka.

(58)

40

sukses dari masing-masing calon kepala daerah mengupayakan kampanye yang menguntungkan untuk meloloskan pasangan calon kepala daerah yang mereka usung menjadi pemimpin daerah tersebut. Sampai pada kampanye yang sifatnya dilarang dalam pemilihan umum pun dilakukan.

Persaingan memperebutkan kursi kepala daerah dalam pemilu yang seharusnya mengandung asas langsusng, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, di dalam prosesnya terdapat penyimpangan-penyimpangan yang memperburuk citra pemilukada. Kampanye-kampanye terselubung seperti kampanye hitam atau Black Campaign bergabung menjadi proses dalam pesta demokrasi daerah tersebut. Hal tersebut membuat masyarakat terpengaruh karena pada umumnya masyarakat hanya menilai pada citra calon kepala daerah pada isu yang beredar tidak pada pengalaman dan kemampuan yang dimiliki. Kejadian tersebut juga menandakan adanya pengawasan yang lemah oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terhadap calon kepala daerah dalam pemilukada.

(59)

41

dalam pesta demokrasi tersebut setiap calon kepala daerah akan melakukan hal apa saja yang dapat meloloskan mereka menjadi kepala daerah.

Sikap masyarakat hingga kini masih terbuka untuk semua isu yang beredar, tetapi tergantung pada individu dalam menggunakan pengetahuannya untuk menilai dan bersikap dengan apa yang telah mereka pilih.

Keadaan ini dapat dirumuskan ke dalam suatu kerangka konseptual yaitu kampanye hitam atau Black Campaign akan terus berkembang dalam masyarakat menjelang pemilu , karena sikap masyarakat terhadap Black Campaign setelah pemilihan kepala daerah berlangsung pun masih mempengaruhi mereka dalam menerima kepemimpinan kepala daerah yang memenangkan pemilukada.

[image:59.595.116.524.527.718.2]

Berdasarkan pemikiran di atas, hubungan antara variabel bebas dengan variabel terkait dalam penelitian ini dapat digambarkan kedalam diagram penelitian berikut:

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian Sikap Masyarakat (X)

Indikator: 1. Pemahaman 2. Penghayatan

3. Kecenderungan Bertindak

Black Campaign (Y) Indikator:

1. Kegiatan penyebaran isu-isu atau rumors negatif, fitnah dan adu domba.

2. Kegiatan menghasut masyarakat hingga

(60)

III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. yang memberikan penjelasan tentang permasalahan yaitu untuk mengetahui bagaimanakan sikap masyarakat terhadap Black Campaign pasca pemilihan kepala daerah di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung. Tahun 2015.

B. Variabel Penelitian

“Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang akan menjadi

pengamatan penelitian.” Suryabrata (2005 : 72) Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Sikap masyarakat sebagai variabel terikat (x) b. Black Campaign sebagai variabel bebas (y)

C. Definisi Variabel 1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sikap Masyrakat (X)

(61)

43

laku dan berhubungan dengan simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya.

2. Black Campaign (Y)

Black Campaign (kampanye hitam) adalah kegiatan yang dilaksanakan organisasi politik atau orang dalam merebut kekuasaan dengan menggunakan metode rayuan yang merusak, sindiran atau rumors yang tersebar mengenai sasaran hingga menimbulkan presepsi yang dianggap tidak etis, komunikasi ini diusahakan agar menimbulkan fenomena sikap resistensi dari masyarakat.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sikap masyarakat adalah penilaian terhadap tingkah laku atau peristiwa yang terjadi dalam lingkungan sosial tempat tinggalnya. Diukur dengan menggunakan indikator:

1. Pemahaman 2. Penghayatan

3. Kecenderungan Bertindak

(62)

44

menimbulkan presepsi yang dianggap tidak etis terutama dalam hal kebijakan publik. Adapun indikator yang dapat dijadikan tolak ukur dalam sebuah Black Campaign, ketika ia mampu melakukan: 1. Kegiatan penyebaran isu-isu atau rumors negatif, fitnah dan

adu domba.

2. Kegiatan menghasut masyarakat hingga menimbulkan sikap resistensi.

D. Rencana Pengukuran Variabel

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik scoring pada alternatif jawaban dalam lembaran angket yang disebar ke responden. 1. Sikap masyarakat dapat diukur dengan menggunakan angket tertutup. Indikaor pengukuran meliputi kognitif, afektif, dan perilaku (konatif). Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a, b, dan c yang meliputi:

a. Memilih alternatif a diberikan nilai 3 (tiga); b. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua); c. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu)

2. Black Campaign diukur dengan menggunakan angket tertutup. Indikator pengukuran kegiatan penyebaran isu-isu atau rumors negatif, fitnah dan adu domba, dan kegiatan menghasut masyarakat hingga menimbulkan sikap resistensi. Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a, b, dan c yang meliputi:

(63)

45

2. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua); 3. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu);

E. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

[image:63.595.169.510.327.542.2]

Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung. Kepala keluarga yang berada di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung ini berjumlah 631 yang terdiri dari empat RT yaitu RT 01, 02, 03, dan 04.

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Kepala Keluarga Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung tahun 2014.

No. RT Jumlah

Kepala Keluarga (KK)

1. 01 115

2. 02 268

3. 03 121

4. 04 127

Jumlah 631

Sumber: Dokumen Kelurahan Rajabasa Jaya Kota Bandar Lampung tahun 2014.

Berdasarkan data di atas, maka jumlah populasi pada penelitian ini adalah 631 kepala keluarga.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan sasaran

dalam penelitian ini. Menurut Arikunto (2006: 144) “apabila subyek

(64)

46

subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih”. Maka sampel pada penelitian ini 10% dari populasi yaitu 63,1 jika dibulatkan maka jumlah respondennya adalah 63 responden yang merupakan kepala keluarga bertempat tinggal di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung.

[image:64.595.170.517.333.540.2]

Kemudian untuk menentukan besarnya jumlah sampel yang menjadi bahan penelitian, alokasi yang proposional dengan jumlah responden 63 kepala keluarga didelegasikan ke dalam tabel alur sample.

Tabel 3.2 Daftar Jumlah Sampel Dari Seluruh Kepala Keluarga Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung

Tahun 2014.

No. RT Kepala Keluarga Jumlah (KK)

Jumlah Sampel

1. 01 115 11

2. 02 268 27

3. 03 121 12

4. 04 127 13

Jumlah 631 63

Sumber: Analisis Data Primer.

Teknik sampel yang digunakan yaitu random sampling, dengan mengundi nama warga yang akan menjadi responden dalam penelitian ini.

F. Teknik Pengumpul Data 1. Teknik Pokok

(65)

47

a. Angket

Dalam penelitian ini, angket menjadi teknik pokok dalam pengumpulan data penelitian. Menurut Muhammad (2005), “angket dalam penelitian ini dipakai karena data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama

dan dianalisis”.

Sasaran angket adalah kepala keluarga yang bertempat tinggal di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung. Responden memilih jawaban yang telah disediakan sesuai dengan keadaan subjek. Setiap item memiliki tiga alternatif jawaban yang masing-masing mempunyai skor bobot berbeda-beda. Berikut ini skor untuk alternatif jawaban pada angket:

a. Untuk jawaban yang sesuai harapan diberikan nilai 3

b. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberikan nilai 2

c. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberikan nilai 1

(66)

48

atau penyebaran angket dilaksanakan dari tanggal sampai di asyarakat.

2. Teknik Pendukung

Teknik pendukung dalam penelitian ini adalah : a. Wawancara

Dalam penelitian kuntitatif wawancara menjadi metode pengumpulan data yang dapat mendukung hasil penelitian,.

“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu”

(Moloeng, 2005). Percakapan dilakukan oleh dua orang, yaitu antara pewawancara yang dalam hal ini adalah penulis, dengan terwawancara atau narasumber, yang dalam hal ini adalah warga atau masyarakat, dan pihak-pihak lain terkait pengumpulan data penelitian. Pihak yang diwawancarai adalah kepala keluarga yang bertempat tinggal di Kampung Lingsuh Rajabasa Jaya Bandar Lampung.

b. Teknik Dokumentasi

(67)

49

G. Uji Validitas Dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Untuk memperoleh data yang akurat dalam suatu penelitian, maka data yang digunakan harus valid, artinya alat ukur tersebut harus dapat mengukur secara tepat. Dalam hal ini alat ukur yang dimaksud adalah angket, yang disajikan berdasarkan konstruksi teoritisnya. Untuk validitas angket, peneliti mengadakan uji coba dengan melihat indikator X dan Y yang kemudian dikonstruksikan ke dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Serta cara mengetahui validitas angket, peneliti mengkosultasikan angket dengan dosen ahli penelitian di lingkungan Fakultas Keguru dan Ilmu Pendidikan Univeritas Lampug, khususnya dosen Pembimbing I dan Pembimbing II. Setelah dinyatakan valid maka angket tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

2. Uji Reliabilitas

Penelitian yang teknik pengambilan datanya menggunakan angket, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu alat pengumpulan data yang harus diuji reliabilitasnya. Sebuah alat ukur dinyatakan bak apabila ia memiliki reliabilitas yang baik pula, yakni ketepatan alat ukur. Dalam pengolahan data digunakan rumus Product Moment, yang kemudian dilanjutkan dengan rumus Sperman Brown. Langkah yang akan ditempuh adalah sebagai berikut :

(68)

50

b. Untuk menguji reliabilitas angket digunakan teknik belah dua atau ganjil dan genap

c. Mengkorelas

Gambar

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Kepala Keluarga Kampung Lingsuh
Tabel 3.2  Daftar Jumlah Sampel Dari Seluruh Kepala Keluarga

Referensi

Dokumen terkait

- Guru memberikan contoh ekspresi untuk bertanya jawab dengan siswa yaitu contoh- contoh pertanyaan yang menanyakan like dan dislike.. - Siswa secara berpasangan

Mengenai kebenaran beliau, Hadrat Masih Mau'ud ‘alaihis salaam menulis: 'Aku melihat bahwa orang yang mau mengikuti alam dan hukum alam telah diberikan kesempatan bagus oleh

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Jason Sorens melanjutkan bahwa selain ekonomi, secession juga bisa disebabkan oleh kebijakan otonomi yang pemerintah pusat terapkan di wilayah tertentu. Wilayah dengan kekuatan

6. Jika 27 gram Al direaksikan dengan 24 gram S, maka berdasarkan hukum Proust, pernyataan berikut yang benar adalah.. Jika dalam senyawa kalsium oksida terdapat 4 gram Ca

Napsu badan jeung sagala panga- jakna teh ku jelema anu geus jadi kagungan Kristus Yesus mah geus Ka pan urang teh geus maot tina dosa, piraku bisa keneh hirup dina

Denah yang baik untuk bangunan rumah di daerah gempa adalah sebagai berikut: (Sumber: (Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan.. Gempa,

a) Perseroan dan Penerbit telah mendapatkan persetujuan dari pemegang Obligasi atas rencana restrukturisasi dan persetujuan dari pemegang saham Perseroan atas