ABSTRACT
SUB-IRRIGATION APPLICATION USING LIQUID WASTE FROM CRUMB RUBBER PRODUCTION ON TOMATO PLANTS
(Lycopersicum esculentum Mill)
By Erma Yuswari
The aims of this research was to (1) know and analyze the effect of the use Limcakar (liquid waste from crumb rubber production) as irrigation water on the growth of tomato plants with sub-irrigation system, (2) determine the needs of irrigation water on the growth of tomato plants with sub-irrigation system, (3) knowing which pond the waste water can be used for the growth of tomato plants with sub-irrigation, and (4) recommend the used Limcakar as irrigation water for tomato plants with sub-irrigation system. This research used a complitely randomized design, consisting two treatment factors with three repetition. The first factor was the use ordinary water as a control (K0) and Limcakar (K) consisting of a rubber trap pond (K1), anaerobic pond (K2), facultative pond (K3), and aerobic pond (K4). The second factor is the provision of organic fertilizers (P) consisting of a ½ dose recommendation (P1) and full dose recommendation (P2). The results of research showed that Limcakar give same respons with using water and Limcakar not interfere with the growth of plants, so the limitations of irrigation water can be supplied by using Limcakar. The average yield on the most facultative pond treatment with ½ dose of fertilizer recommendation is 1,188 kg/plant and the needs of irrigation water on the growth of tomato plants as much as 8,49 mm/day
ABSTRAK
APLIKASI SISTEM IRIGASI BAWAH TANAH (SUB-IRRIGATION) DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH CAIR PABRIK KARET SIR 20 SEBAGAI AIR
IRIGASI PADA PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill)
Oleh Erma Yuswari
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan menganalisis pengaruh pemanfaatan Limcakar (limbah cair karet) sebagai air irigasi pada pertumbuhan tanaman tomat dengan sistemsub-irrigation, (2) mengetahui kebutuhan air irigasi pada pertumbuhan tanaman tomat dengan sistem sub-irrigation, (3) mengetahui pada kolam yang mana air limbah masih dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman tomat dengan sub-irrigation, dan (4) merekomendasikan penggunaan Limcakar sebagai air irigasi bagi tanaman tomat pada sistem sub-irrigation. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial acak lengkap, terdiri dari 2 faktor perlakuan dengan ulangan sebanyak 3 kali. Faktor yang pertama yaitu penggunaan air biasa sebagai kontrol (K0) dan Limcakar (K) terdiri dari kolam rubber trap (K1), kolam anaerob (K2), kolam fakultatif (K3), dan kolam aerob (K4). Faktor yang kedua yaitu pemberian dosis pupuk organik (P) terdiri dari ½ dosis rekomendasi (P1) dan full dosis rekomendasi (P2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Limcakar memberikan respon yang sama dengan penggunaan air biasa dan limcakar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman, sehingga keterbatasan air irigasi dapat disuplai dengan menggunakan Limcakar. Rata-rata hasil panen terbanyak pada perlakuan kolam fakultatif dengan dosis pupuk ½ rekomendasi yaitu 1,188 kg/tanaman dan kebutuhan air irigasi pada pertumbuhan tanaman tomat sebanyak 8,49 mm/hr.
APLIKASI SISTEM IRIGASI BAWAH TANAH (
Sub-Irrigation
)
DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH CAIR PABRIK KARET SIR 20
SEBAGAI AIR IRIGASI PADA PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT
(
Lycopersicum esculentum Mill
)
Oleh
Erma Yuswari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
APLIKASI SISTEM IRIGASI BAWAH TANAH (
Sub-Irrigation
)
DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH CAIR PABRIK KARET SIR 20
SEBAGAI AIR IRIGASI PADA PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT
(
Lycopersicum esculentum Mill
)
(Skripsi)
Oleh
Erma Yuswari
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Pengelolaan Air Limbah di PTPN VII UPK Pematang
Kiwah... 10
Gambar 2. Sketsa Tata Letak Percobaan... 26
Gambar 3. Rancangan Tempat Percobaan... 28
Gambar 4. Perlakuan KT30... 29
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian... 31
Gambar 6. Grafik Rata-Rata Tinggi Tanaman Tomat... 33
Gambar 7. Grafik Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Tomat... 34
Gambar 8. Grafik Rata-Rata Diameter Batang Tanaman Tomat... 35
Gambar 9. Grafik Total Hasil Panen Tanaman Tomat... 36
Gambar 10. Grafik Berat Basah Brangkasan Atas... 37
Gambar 11. Grafik Berat Kering Brangkasan Atas... 38
Gambar 12. Grafik Berat Basah Brangkasan Bawah... 39
Gambar 13. Grafik Berat Kering Brangkasan Bawah... 40
Gambar 14. Grafik Evapotranspirasi Total Tanaman Tomat... 41
Gambar 15. Grafik Hasil Perhitungan Dengan Metode De Garmo... 44
Gambar 16. Kolam Rubber Trap 2... 99
Gambar 17. Kolam Anaerob 2... 99
Gambar 18. Kolam Fakultatif 1... 100
Gambar 19. Kolam Aerob 3... 100
Gambar 20. Foto Tempat Tanam... 101
vi
Gambar 22. Foto Penyiraman Bibit Tanaman Tomat... 102
Gambar 23. Foto Pemindahan Bibit ke Tempat Tanam... 102
Gambar 24. Foto Pemindahan Bibit ke Tempat Tanam... 103
Gambar 25. Foto Tanaman yang Sudah diberi Mulsa... 103
Gambar 26. Foto Tanaman Tomat Berbunga... 104
Gambar 27. Foto Tanaman Tomat Berbuah... 104
Gambar 28. Foto Tanaman Tomat Siap Panen... 105
Gambar 29. Foto Pemanenan Tomat... 105
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR... v
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian... 3
1.4 Manfaat Penelitian... 4
1.5 Ruang Lingkup... 5
1.6 Hipotesis... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Cair... 6
2.2 Limbah Cair Karet... 10
2.3 Irigasi... 12
2.4 Kebutuhan Air Irigasi... 13
2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman... 15
2.6 Tanah Podsolik Merah Kuning (PMK)... 16
2.7Bulk Density... 18
2.8 Tomat... 18
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat... 24
ii
3.3 Rancangan Percobaan... 25
3.4 Kegiatan Penelitian... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil... 32
4.1.1 Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun... 32
4.1.2 Diameter Batang Tanaman Tomat... 35
4.1.3 Hasil Panen... 36
4.1.4 Berat Brangkasan Atas (Tajuk) dan Akar... 37
4.1.5 Evapotranspirasi Tanaman Tomat... 40
4.1.6 PerubahanBulk Density... 42
4.1.7 Penentuan Perlakuan Terbaik... 43
4.2 Pembahasan... 45
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 48
5.2 Saran... 49 DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Parameter dan baku mutu limbah cair ... 9
Tabel 2. Parameter dan Baku Mutu Limbah Cair 5 Tahun Terakhir... 9
Tabel 3. Kandungan Phospor, Belerang, dan Besi pada Air Limbah Karet... 12
Tabel 4. Nilai Gizi Buah Tomat Tiap 100 g Buah Tomat... 21
Tabel 5. Perubahan Bulk Density... 42
Tabel 6. Hasil Perhitungan Nilai Perlakuan Terbaik... 44
Tabel 7. Data Tinggi Tanaman Tomat (cm) Minggu ke-1... 55
Tabel 8. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Tomat Minggu ke-1... 55
Tabel 9. Data Tinggi Tanaman Tomat (cm) Minggu ke-2... 56
Tabel 10. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Tomat Minggu ke-2... 56
Tabel 11. Data Tinggi Tanaman Tomat (cm) Minggu ke-3... 57
Tabel 12. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Tomat Minggu ke-3... 57
Tabel 13. Data Jumlah Daun Tanaman Tomat (daun) Minggu Ke-1... 58
Tabel 14. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Tomat Minggu Ke-1... 58
Tabel 15. Data Jumlah Daun Tanaman Tomat (daun) Minggu Ke-2... 59
Tabel 16. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Tomat Minggu Ke-2... 59
Tabel 17. Data Jumlah Daun Tanaman Tomat (daun) Minggu Ke-3... 60
Tabel 18. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Tomat Minggu Ke-3... 60
Tabel 19. Data Diameter Batang Tanaman Tomat (mm)... 61
Tabel 20. Analisis Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Tomat... 61
Tabel 21. Data Evapotranspirasi Harian Tanaman Tomat... 62
iv
Tabel 23. Data Hasil Panen Tanaman Tomat... 89
Tabel 24. Total Hasil Panen Tanaman Tomat... 92
Tabel 25. Analisis Sidik Ragam Hasil Panen Tanaman Tomat... 92
Tabel 26. Data Berat Basah Brangkasan Atas Tanaman Tomat (g)... 93
Tabel 27. Data Berat Kering Brangkasan Atas Tanaman Tomat (g)... 93
Tabel 28. Analisis Sidik Ragam Berat Brangkasan Atas Tanaman Tomat... 94
Tabel 29. Data Berat Basah Brangkasan Bawah Tanaman Tomat (g)... 94
Tabel 30. Data Berat Kering Brangkasan Bawah Tanaman Tomat (g)... 95
Tabel 31. Analisis Sidik Ragam Berat Brangkasan Bawah Tanaman Tomat... 95
Tabel 32. Data Berat Cawan Kosong (g) Sebelum dan Sesudah Tanam... 96
Tabel 33. Data Berat Ring Sample Kosong (g)... 96
Tabel 34. Data Ring Sample... 96
Tabel 35. Data Berat Ring Sample+Cawan+Tanah Sebelum dan Sesudah dioven (g)... 97
Tabel 36. DataBulk Density(ρb) Tanah Sebelum Tanam... 97
Tabel 37. Data Berat Ring Sample+Cawan+Tanah Sebelum dan Sesudah dioven (g)... 98
Tabel 38. DataBulk Density(ρb) Tanah Setelah Tanam... 98
Kupersembahkan karya ini dengan kerendahan hati sebagai rasa hormat dan sayangku kepada :
Ibunda Parsiti, Ayahanda Ali Yusron dan Adikku Rohmawiyah
Atas kasih sayang, kesabaran, do a, dorongan dan semangat demi keberhasilanku.
Hanya Allah lah yang dapat membalas kebaikan hati kalian, semoga senantiasa dalam lindungan, rahmat,
serta keberkahan Allah swt di dunia dan di akherat kelak.
Aamiiin
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidomulyo III Lampung Selatan pada 16 April 1993,
sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan bapak Ali Yusron dan ibu Parsiti. Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak Sidomulyo lulus tahun 1999, Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah (MII)
Sidomulyo lulus tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Negerikaton lulus tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Negerikaton lulus tahun 2011. Tahun 2011,
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP). Tahun 2014, penulis melaksanakan Praktik Umum di PTPN VII UPK Pematang
Kiwah dengan judul “Mempelajari Pengolahan Limbah Cair di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah” serta tahun 2015 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Tematik di Desa Kekatung, Kec. Dente Teladas, Kab. Tulang Bawang.
Selama menempuh studi di Universitas Lampung, penulis aktif dibeberapa organisasi seperti
PERMATEP, FOSI FP sebagai Bendahara Bidang Hubungan Masyarakat tahun 2012-2013, Bendahara BBQ FP 2013-2014, Sekertaris Departemen Hubungan Masyarakat 2013-2014,
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur atas segala limpahan rahmat, berkah, serta karunia-NYA yang senantiasa Allah SWT berikan kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa terus
tercurahkan kepada uswatun khasanah kita Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul “Aplikasi Sistem Irigasi Bawah Tanah (Sub-Irrigation) dengan Memanfaatkan Limbah Cair
Pabrik Karet SIR 20 sebagai Air Irigasi pada Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentu Mill)”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan skripsi ini, mereka adalah :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, atas bantuan serta nasehatnya.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung, atas bantuan serta nasehatnya.
3. Bapak Ir. M. Zen Kadir, M.T., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
pembimbing I yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasinya.
4. Bapak Ir. Oktafri, M.Si., selaku dosen pembimbing pembimbing II yang telah
5. Bapak Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc., selaku dosen penguji utama, atas bantuan serta nasehatnya.
6. Kedua orang tuaku Bapak Ali Yusron dan Ibu Parsiti dan adikku tersayang Rohmawiyah, yang telah mendukung selama kegiatan penelitian skripsi.
7. Temanku Anisa Apriyani, S.H., yang telah banyak memberikan semangat, motivasi,
bantuan dan dukungannya.
8. Teman–teman seperjuangan Teknik Pertanian 2011 : Y Ayu N, Diana, Yurica, bibi
Nia, Rina, Eka, Rere, mba Ning, Dea, Fathia, Jenni, Yesa, Rita, Reni, Yuni, Nurlina, Ani, Sayu,Vero, Hendrik, Zaini, Dharma, Ribut, Nadzir, Iwan, Nanda, bang Riwan, Handy, Ramadhan, dkk yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya.
9. Seluruh keluargaku, teman-teman FOSI FP, dan KAMMI Unila yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya.
10. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, yang telah banyak memberikan bantuannya.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan memberikan
keberkahan disetiap aktivitas yang dilakukan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan pengkajian lebih lanjut tetapi semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Bandar Lampung, Desember 2015
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap kegiatan masyarakat memproduksi limbah, baik padat maupun cair. Bagian cair air limbah, pada dasarnya ialah air yang telah digunakan dan tidak terpakai lagi oleh masyarakat atau industri, yang dibuang ke alam setelah digunakan untuk
berbagai keperluan. Biasanya air limbah merugikan, jika tidak diolah sebelum dibuang ke lingkungan masyarakat. Air limbah yang telah diolah dengan cara
yang tepat masih bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
Pabrik pengolahan karet yang ada di Lampung, tepatnya di Desa Natar Kabupaten
Lampung Selatan merupakan salah satu pabrik yang menghasilkan limbah cair karet (Limcakar) dari proses pengolahan karet dengan jumlah yang banyak, tetapi
pemanfaatannya hanya digunakan untukrecyclingperusahaan dan dialirkan ke parit yang ada disekitar perusahaan, sehingga air limbah keluaran yang telah diolah belum dimanfaatkan secara optimal, air limbah cair ini bisa digunakan
2
Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi makhluk hidup,
begitu pula bagi tanaman. Namun, ketersediaan air untuk irigasi dan jaringan irigasi semakin langka sehingga belum mencukupi kebutuhan tanaman, jaringan
irigasi yang tidak terawat dan akhirnya rusak serta kondisi ini diperparah dengan semakin menurunya ketersediaan air di waduk atau tempat-tempat penampungan air untuk irigasi lahan pertanian. Untuk itu, perlu adanya suatu cara yang
digunakan dalam pemberian air irigasi yang tepat. Sistem irigasi bawah tanah (sub-irrigation) merupakan salah satu cara pemberian air irigasi yang dapat
diterapkan secara menguntungkan,karena sistemsub-irrigationmemanfaatkan daya kapilaritas untuk menyerapkan air dari bawah tanah ke zona perakaran. Ketinggian tanah juga mempengaruhi daya serap air irigasi, sehingga berdasarkan
penelitian sebelumnya ketinggian tanah yang digunakan untuk tanaman tomat rampai dengan sistem irigasi bawah tanah dengan hasil yang terbaik pada ketinggian tanah 30 cm (Septiana, 2014).
Salah satu tanaman yang dapat dikombinasikan dengan sistemsub-irrigation
adalah tanaman tomat. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi. Buah tomat merupakan komoditas multiguna yang dapat digunakan sebagai sayuran, bumbu masak,
penambah nafsu makan karena kaya mineral, minuman, pewarna makanan, dan dapat dijadikan bahan kosmetik serta obat-obatan. Faktor yang mempengaruhi
3
Berdasarkan masalah tersebut pemanfaatan air limbah karet yang telah diolah
dapat dijadikan solusi kelangkaan air untuk irigasi, yaitu dengan menggunakan Limcakar sebagai suplai air irigasi bagi tanaman tomat dengan sistem
sub-irrigation.
1.2 Perumusan Masalah
Limcakar belum optimal dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya petani, air
limbah yang sudah diolah dapat dijadikan sumber air irigasi bagi
tanaman.Pengaplikasian sistemsub-irrigationadalah salah satu pilihan penerapan
pemberian air irigasi yang efektif dan efisien, bukan hanya dilingkungan pedesaan tetapi sangat relevan jika diterapkan dilingkungan perkotaan. Sistem
sub-irrigationmemanfaatkan daya kapilaritas untuk menyerapkan air dari bawah
tanah ke zona perakaran. Tinggi kenaikan air kapiler berbanding terbalik dengan jari-jari kapiler yang dalam hal ini adalah pori mikro tanah. Hal ini akan
menjadikan sistemsub-irrigationsebagai sistem yang hemat air.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh pemanfaatan Limcakar sebagai air
4
2. Mengetahui kebutuhan air irigasi pada pertumbuhan tanaman tomat dengan
sistemsub-irrigation.
3. Mengetahui pada kolam yang mana air limbah masih dapat digunakan untuk
pertumbuhan tanaman tomat dengansub-irrigation.
4. Merekomendasikan penggunaan Limcakar sebagai air irigasi bagi tanaman
tomat pada sistemsub-irrigation.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini secara umum dapat menginformasikan bahwa limbah cair pabrik karet SIR 20 masih bermanfaat untuk kebutuhan irigasi juga diharapkan akan bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu :
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan latihan yang baik untuk memahami
aplikasi sistemsub-irrigationdengan mamanfaatkan Limcakar.
2. Bagi petani, informasi ini dapat digunakan untuk diterapkan dalam praktik budidaya tanaman tomat dengan mamanfaatkan Limcakar.
3. Bagi pemerintah, informasi dari penelitian ini dapat digunakan untuk membuat kebijakan dalam pengembangan aplikasi sistemsub-irrigation
5
1.5 Ruang Lingkup
Penulis memberikan batasan masalah pada penelitian ini. Penelitian difokuskan pada pemberian air irigasi dengan sistemsub-irrigationmenggunakan sumbu
yang dipasang pada bawah permukaan ember untuk menyerap air dari bak penampung air irigasi ke akar tanaman. Adanya gaya kapilaritas melalui sumbu yang dipasang, sehingga air akan naik ke zona perakatan. Air limbah yang
digunakan sebagai air irigasi adalah Limcakar dari kolamrubber trap, anaerob, fakultatif, dan aerobyang ada di PTPN VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah.
Tempat tumbuh tanaman menggunakan ember dan menggunakan bak sebagai tempat menampung air irigasi. Pengamatan dan penambahan air dilakukan setiap sore. Faktor lingkungan dianggap terkondisikan karena penanaman dilakukan di
rumah plastik. Variabel-variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Variabel bebas : pertumbuhan tanaman tomat.
b) Variabel perlakuan : Penanaman tomat menggunakan air biasa dan Limcakar pada ketinggian tanah 30 cm.
1.6 Hipotesis
6
H0 : Tidak ada pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman tomat dengan sistemsub-irrigation.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Cair
Menurut Ambarwita (1999) dalam Nasution (2008), Limbah diartikan sebagai
hasil sampingan yang tidak berguna, yang berasal dari lingkungan masyarakat atau lingkungan industri, yang menurut sifatnya dibedakan atas limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah cair atau air kotor adalah air yang tidak
bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan yang umumnya diakibatkan karena perbuatan manusia.
Air limbah banyak mengandung nutrien yang dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme dengan komposisi air limbah pada umumnya 99,9% cairan dan
0,1% padatan. Padatan yang terdapat dalam limbah cair terdiri dari 70% padatan organik dan 30% padatan non-organik. Padatan organik dari limbah cair dapat berupa protein (65%), karbohidrat (25%), dan lemak (10%), sedangkan padatan
anorganik berupa butiran garam dan logam (Triyono, 2014). Menurut
Widyaningrum (1989) dalam Yuliantiet al(2005), Selain itu limbah pabrik karet
8
berpengaruh dalam memperbaiki kualitas limbah cair pabrik karet terutama untuk
menurunkan suhu, BOD, dan TSS. Namun, pada penelitian ini pemberian limbah cair karet hasil fotoremediasi denganA. micropyllatidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan padi, hal ini karena kandungan unsur hara telah diserapA. micropyllasehingga unsur hara tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman padi.
Air limbah harus melalui proses pengolahan saat akan digunakan untuk air irigasi.
Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan sistem kolam secara alami. Proses pengolahan dengan menggunakan sistem kolam secara alami yaitu proses pengolahan air limbah
menggunakan beberapa kolam penampungan air limbah yang airnya mengalir secara gravitasi dengan memanfaatkan bakteri yang hidup secara alami. Kolam yang digunakan secara umum yaitu kolam anaerob dan aerob. Proses pengolahan
air limbah akan menjadikan air limbah dapat dimanfaatkan sebagai air irigasi, karena telah mengalami perubahan kandungan baku mutu dibawah kadar
maksimum yang diijinkan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit, aplikasi pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit untuk menyuburkan lahan
kelapa sawit harus terus dimonitor, sehingga tidak melampaui kemampuan daya dukung lahan perkebunan, jika jumlah limbah cair yang digunakan melampaui
9
Tabel 1.Parameter dan baku mutu limbah cair
Parameter Baku mutu limbah cair kadar maksimum (mg/L)
BOD5 60
COD 200
TSS 100
Amonia total (sebagai NH3-N) 5 Nitrogentotal(sebagai N) 10
pH 6–9
Sumber : PTPN VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah berdasarkan Lampiran Kepmen Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995.
Parameter dan baku mutu limbah cair yang sudah diolah 5 tahun terakhir diPT
Perkebunan Nusantara VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah, dapat dilihat pada tabel 2
dibawah ini :
Tabel 2. Parameter dan baku mutu limbah cair 5 tahun terakhir
Parameter Baku mutu Satuan Hasil analisis rata- rata
2010 2011 2012 2013 2014* BOD5 Maks. 60 mg/liter 44 44,18 25,69 31,04 21,81 COD Maks. 200 mg/liter 99 128,16 86,79 62,44 73,71 PTT Maks. 100 mg/liter 51 46,54 20,4 27,38 37,43 NH3 Maks. 5 mg/liter 4,25 4,41 1,84 2,86 3,52
Ntotal Maks. 10 mg/liter 6,43 6,4 2,77 4,37 6,29
pH 6–9 7,2 7,1 7,1 7,2 7,7
*Data baru sampai dengan bulan Juli 2014
10
2.2 Limbah Cair Karet SIR
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah, terletak di atas
tanah seluas 12,3 Ha yang berlokasi di Desa Natar (Jln. Raya Natar No. 71-A), Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Perusahaan tersebut mengolah SIR 20, dalam mengolah SIR 20 menghasilkan limbah. Limbah
cair perusahaan tersebut berupa larutan zat pengotor dan unsur-unsur lainnya dalam air. Limbah cair berasal dari proses pengolahan SIR 20 terutama berasal dari proses pencucian bokar. Pengumpulan limbah cair dilakukan dengan
menggunakan pemasangan parit-parit kecil yang ada dalam pabrik, dihimpun dalam instalasi pengolahan limbah, semuanya dihubungkan ke kolam limbah
melalui kolamrubber trapsebelum masuk ke kolam pengolahan air limbah. Berikut adalah alur pengelolaan air limbah di PTPN VII UPK Pematang Kiwah :
Gambar 1. Alur pengelolaan air limbah di PTPN VII UPK Pematang Kiwah Air pengolahan
Rubber trap2
Kolam anaerob 1
Kolam aerob 1 Kolam fakultatif
Pra rubber trap
Kolam anaerob 2 Kolam anaerob 3
Kolam fakultatif
Kolam aerob 2 Kolam aerob 3
Outlet
11
Fungsi masing-masing tahapan proses pengolahan limbah yaitu :
a. Air pengolahan merupakan air yang digunakan dalam proses pengolahan.
b. Rubber trapmerupakan kolam penampungan limbah padat sisa-sisa pengolahan karet
c. Kolam anaerob merupakan kolam penampungan limbah yang tidak
mengalami kontak dengan sinar matahari.
d. Kolam fakultatif (kolam yang berfungsi ganda) merupakan kolam
peralihan proses anaerob dan aerob.
e. Kolam aerob (kolam yang dipasang aerator dandisc diffuser)yang berfungsi untuk menambah jumlah oksigen dalam air sekaligus
memisahkan senyawa-senyawa tertentu dari dalam air.
f. Outlet recyclinguntuk dilakukan pengontrolan parameter limbah.
Sistem pengolahan limbah cair di PTPN VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah, menggunakan sistem kolam secara biologis. Kemudahan menggunakan sistem tersebut adalah tidak memerlukan bahan kimia untuk proses pendegradasi polutan,
dengan memanfaatkan gaya gravitasi untuk mengalirkan air limbah, hal itu dapat menghemat biaya untuk penggunaan pompa. Tetapi sistem tersebut juga
mempunyai kelemahan yaitu perlu adanya lahan yang luas untuk penempatan kolam pengolahan, terjadinya pendangkalan, dan erosi pada kolam.
Pemanfaatan limbah cair yang sudah dilakukan pengolahan digunakan sebanyak 30% untuk prosesrecycleperusahaan dan 70% lainnya keluar melalui outlet ke
12
Berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan terdapat kandungan
phospor, belerang, dan besi pada kolam penampungan air limbah. Berikut tabel kandungan air limbah pada kolamrubber trap, anaerob, fakultatif, dan aerob yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3. Kandunganphospor, belerang, dan besipada air limbah karet
No Kolam
kandungan
phospor (mg/L) Belerang (mg/L) Besi (mg/L) - Maks 0,5 Maks. 1,0
1 Rubber trap 2,9 0,29 0,55
2 Anaerob 1,82 0,054 0,39
3 Fakultatif 1,69 0,157 0,18
4 Aerob 1,7 0,02 0,25
Sumber : Hasil uji laboratorium BARISTANT tahun 2015 pada kolam pengolahan air limbah di PTPN VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah.
2.3 Irigasi
Menurut Hillel (1972) dalam Islami dan Wani (1995), irigasi merupakan
pemberian air secara buatan untuk mengembalikan kondisi kandungan air tanah
ke keadaan kapasitas lapang. Tujuannya agar tanaman tidak mengalami cekaman air. Selain itu, tujuan irigasi yaitu menyalurkan air ke tanaman dari sumber air.
Pemberian air irigasi sangat penting dalam menentukan praduksi tanaman dalam usaha tani. Keseluruhan keperluan air oleh tanaman dapat dicukupi oleh
ketersediaan air irigasi untuk pertumbuhan tanaman yang optimal. Kerugian
karena kurangnya pengelolaan air untuk tanaman banyak dirasakan, untuk memperkecil kerugian tersebut maka upaya–upaya pemanfaatan air
13
Salah satu metode distribusi air irigasi. Sub irigasi adalah irigasi oleh pergerakan
air ke atas dari air permukaan yang bebas yang jauh di bawah permukaan tanah. Sub irigasi bekerja paling baik dimana curah hujan alami memindahkan setiap
garam yang mungkin terakumulasi. Sub irigasi buatan dipraktekkan di Belanda dimana sistem drainase ubin pada tanah yang lebih dari muka laut digunakan untuk drainase pada musim hujan dan sub irigasi pada periode kering (Foth,
1998).
2.4 Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air tanaman adalah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk memenuhi evapotranspirasi dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan untuk evapotranspirasi >99%,
maka kebutuhan air tanaman dianggap sama dengan evapotranspirasi (ET). Evapotranspirasi maksimum (ETm) terjadi pada saat air tanah tersedia mencukupi kebutuhan air bagi tanaman sepenuhnya, evapotranspirasi yang terjadi pada saat
tanaman tercekam disebut evapotranspirasi actual (ETa) (Rosadi, 2012). Menurut Doorenboset al(1984), kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang
digunakan untuk menggantikan kehilangan air akibat evapotrasnspirasi dari tanaman yang bebas penyakit dan tumbuh di lahan yang luas dengan kondisi tanah dan air tanah tidak menjadi faktor pembatas sehingga berpotensi menghasilkan
hasil yang maksimal. Evapotranspirasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Etc = Kc x Eto
14
Eto = Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
Kc = Koefisien tanaman
Kebutuhan air tanaman adalah jumlah total evapotranspirasi dari awal sampai
akhir pertumbuhan. Kebutuhan air ini dipengaruhi oleh jenis tanah, umur tanaman, curah hujan, dan radiasi surya. Kekurangan air akan berakibat
membatasi pertumbuhan tanaman karena kehilangan air. Konsep kenaikan dalam
efisiensi penggunaan air disebabkan oleh pengolahan tanaman yang diperbaiki dan pemuliaan tanaman (Titiek dan Utomo, 1995). Air tanah tersedia dapat berada
dalam seluruh atau sebagian kisaran kapasitas lapang (FC) dan titik layu permanen (PWP), tergantung pada sifat-sifat tanaman (perakaran, kerapatan, kedalaman, dan laju pertumbuhan) dan sangat tergantung pada keadaan
mikroklimat yang ada (Doneen dan Wescot, 1988 dalam Islami dan Wani, 1995). Walaupun tanah secara teoritis dapat mengambil tanah pada kandungan air diatas PWP, laju transpirasi aktual menurun bersamaan dengan menutupnya stomata
sebagai respon terhadap penurunan kandungan air tanah. Penurunan transpirasi aktual yang relatif kecil sehubungan dengan pengurangan kandungan air tanah
antara kapasitas lapang dan kandungan air tanah kritis, menunjukkan bahwa air lebih tersedia dan tanaman memberikan hasil dan kualitas yang tinggi pada kisaran ini pada kandungan air tanah antara kandungan air tanah kritis dan PWP
15
2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Struktur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam pengaruhnya terhadap perkembangan akar tanaman dan proses–proses fisiologi akar tanaman. Proses fisiologi akar tanaman dipengaruhi oleh struktur tanaman termasuk
absorpsi hara dan air, serta respirasi. Struktur tanah juga berpengaruh terhadap pergerakan hara dan air, serta sirkulasi O2dan CO2di dalam tanah (Titiek dan Utomo, 1995). Menurut Anderson dan Kemper (1964) dalam Islami dan Wani (1995), pentingnya ketersediaan O2dan pengeluaran CO2dari daerah perakaran agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Kekurangan air akan berakibat membatasi pertumbuhan tanaman karena
kehilangan air. Konsep kenaikan dalam efisiensi penggunaan air disebabkan oleh pengolahan tanaman yang diperbaiki dan pemuliaan tanaman (Titiek dan Utomo, 1995).
Selain kebutuhan air, tanaman juga membutuhkan unsur-unsur hara untuk
perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur hara tersebut meliputi unsur hara makro dan mikro. Tanaman tomat memerlukan unsur hara N, P, dan K dalam jumlah yang banyak. Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang
sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman (Mulyani,
16
tanah. Kadar N rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2% - 4% berat kering.
Tanaman di lahan kering umumnya menyerap ion nitrat NO3- relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion NH4+(Afandie, 2002). Menurut Mengel & Kirkby (1987), pada pH rendah, nitrat diserap lebih cepat dibandingkan dengan amonium, sedangkan pada pH netral, kemungkinan penyerapan keduanya seimbang. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya persaingan anion OH-dengan anion NO3 -sehingga penyerapan nitrat sedikit terhambat. Pada pH 4 penyerapan nitrat lebih banyak dibandingkan dengan amonium. Campuran nitrigen NO3-dan NO3+ dengan bagian NO3-lebih tinggi daripada NH4+umumnya menghasilkan hasil terbaik.
Phosfor yang cukup juga penting untuk mempercepat pertumbuhan akar semai, memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa, mempercepat
pembungaan dan pemasakan biji, selain itu phosfor berperan dalam penyusunan lemak dan protein. Kalium berperan dalam pembentukan protein dan karbohidrat, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit, serta meningkatkan kualitas
biji atau buah (Mulyani, 2010).
2.6 Tanah Podsolik Merah Kuning (PMK)
Jenis tanah Podsolik Merah Kuning pernah disebut sebagai Rothleme oleh
Vageler Kleituf Lateritic Soilatau tanah kuarsa oleh Dames (1950, 1955), dan tanah Gesik oleh Wisaksono (1953), dalam Darmawidjaja (1997). Di Indonesia
17
cerah sampai kekuningan di atas horizon akumulasi yang bertekstur relatif berat
berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal, agregat kurang stabil dan permeabilitas rendah. Kandungan bahan organik penjenuhan basa dan pH rendah
berkisar antara 4,2–4,8 (Darmawidjaja, 1997).
Perbaikan kesuburan tanah PMK dapat dilakukan dengan pemberian kapur kalsit
(CaCO3) sebanyak 1,5 ton/ha dan paket pupuk anorganik 90 kg N/ha + 80 kg P2O5/ha + 60 kg K2O/ha, atau dapat juga diberikan bahan organik berkisar antara 3–5 ton/ha yang bersumber dari blotong dan paket pemupukan 90 kg N/ha + 40 kg P2O5/ha + 60 kg K2O/ha. Sedang bahan organik yang berasal dari pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha kotoran unggas dan paket pupuk anorganik 45 kg N/ha
+80 kg P2O5/ha + 60 kg K2O/ha (Santoso, 2006). Usaha perbaikan unsur hara dalam tanah PMK juga dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik dari
limbah pertanian yaitu jerami padi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bokashi jerami padi pada tanah PMK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat kering tanaman, dan kadar klorofil daun tanaman tomat
(Rohyanti,et al., 2011).
Tanah Podsolik Merah Kuning umumnya berbukit dengan elevasi 50–350 m, bahan induknya terkadang sering berbecak kuning, merah dan kelabu tidak begitu dalam tersusun atas bantuan bersilika, batu pasir, batu lapis, dan batu lempung
18
curah hujan antara 2500–3500 mm tiap tahun, di Indonesia jenis tanah PMK
terbentuk pada daerah iklim seperti Latosol.
2.7Bulk Density
Bulk densitymerupakan petunjuk kepadatan tanah, makin padat suatu tanah maka
bulk densitysemakin tinggi. Kerapatan isi tanah atau bobot volume tanah (bulk density)adalah nisbah antara massa total tanah dalam keadaan kering (Mtk)
dengan volume total tanah dalam keadaan kering.Bulk densitydinyatakan sebagai perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah. Persamaannya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
b =Bk Vt
Keterangan :
ρb = Kerapatan tanah/bulk density (g/cm3)
Bk = Berat kering tanah oven (1050C) selama 24 jam Vt = Volume total tanah (cm3)
(Titiek dan Utomo, 1995).
2.8 Tomat
Tomat merupakan tanaman setahun di wilayah iklim dingin atau tanaman tahunan
19
hingga sedikit merayap, dan spesies tertentu memiliki batang menjalar. Tanaman
tomat umumnya memiliki sistem perakaran yang luas, sebagian besar pada kedalaman 60 cm. Akar tanaman tunggang dapat tumbuh cukup dalam jika tidak
terhambat oleh lapisan keras atau tingkat air tinggi. Sistem perakaran dalam menyebabkan tanaman toleran terhadap kekeringan. Namun, jika hujan tidak mencukupi, irigasi harus ditambahkan untuk menghindari penurunan produksi.
Kelenjar bulu kecil yang terdapat pada batang, daun, dan tangkai bunga memiliki bau yang tajam (Rubatzkyet al., 1999).
Daun tomat adalah majemuk menyirip, bergerigi kasar, dan sering kali keriting, tetapi kadang juga rata. Pembungaan tumbuh berlawanan dan di antara daun,
walaupun beberapa kultivar memiliki 30 bunga atau lebih per tandan, biasanya 4– 12 bunga berkembang pada tandan datar (racemosa) lebar. Bunga tomat adalah
bunga sempurna, berdiameter sekitar 2 cm, dan sering menggantung dengan mahkota bunga (korola) berbentuk bintang berwarna kuning, kepala sari kuning menyatu berbentuk tabung. Bunga umumnya menyerbuk sendiri dan tidak
menghasilkan madu, walaupun penyerbukan silang, biasanya dengan perantara serangga, terjadi dengan frekuensi yang beragam. Tangkai bunga biasanya
memiliki zona absisik sekitar pertengahan panjang, banyak kultivar yang kini tidak membentuk lapisan absisik, karena itu buah dengan mudah dapat dipisahkan tanpa tangkai yang masih melekat (Rubatzkyet al., 1999).
Buah tomat adalah buni (beri) berdaging, permukaannya sedikit berbulu ketika
20
bundar, bentuk lain adalah memanjang, plum, dan lir-pir. Pada beberapa kultivar,
cuping daun buah terlihat jelas, suatu tanda bahwa buah memiliki banyak bakal buah. Warna buah matang biasanya merata yaitu merah, marah jambu, jingga
muda, jingga, kuning, atau tidak berwarna. Biji dikelilingi oleh bahan gel yang normalnya memenuhi rongga buah. Buah biasanya banyak mengandung biji, yang berbentuk pipih dan berwarna krem muda hingga coklat. Panjang biji biasanya 2–
3 mm, sekitar 300–350 biji berbobot 1 g (Rubatzkyet al., 1999). Produktivitas tomat di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut Badan Pusat Statistik,
produktivitas tomat baru mencapai 14,58 ton/ha pada tahun 2010, jika
dibandingkan dengan negara lainnya seperti Amerika yang telah mencapai 69,41 ton/ha pada tahun 2002 Menurut Adiyoga (2004) dalam Marliahet al(2012).
Tomat adalah tanaman hortikultura yang sangat banyak mengandung zat-zat yang
berguna bagi tubuh manusia. Tomat mengandung sekitar 90% air, namun
merupakan sumber pro-vitamin A dan vitamin C yang baik, kandungan keduanya meningkat ketika buah matang dan membentuk warna sementara masih di batang.
Intensitas cahaya rendah membatasi kandungan asam askorbat. Bahan terlarut buah terlarut buah terutama terdiri atas gula dan asam organik, dan merupakan
komponen kualitas yang sangat penting. Gula sederhana, fruktosa dan glukosa, meningkat dan asam malat berkurang selama perkembangan buah hingga warna penuh (Rubatzkyet al., 1999). Menurut Tugiono (2001), nilai gizi buah tomat
21
Tabel 4. Nilai gizi buah tomat tiap 100 g buah tomat
No. Zat Gizi Nilai Gizi
1 Vitamin A (Karoten) 1500 S.I.
2 Vitamin B (Thiamin) 60 ug
3 Vitamin B (Riboflavin)
-4 Vitamin C (Asam askorbat) 40 mg
5 Protein 1 g
6 Karbohidrat 4,2 g
7 Lemak 0,3 mg
8 Kalsium (Ca) 5 mg
9 Fosfor (P) 27 mg
10 Zat besi (Fe) 0,5 mg
11 Bagian yang dapat dimakan (bdd) 95%
Menurut Rubatzkyet al. (1999), budidaya tanaman tomat dapat dilakukan di
berbagai lingkungan, karena itu produksinya ditemukan menyebar luas dari wilayah dataran tinggi dekat katulistiwa hingga daerah iklim sedang jauh dari katulistiwa, kecuali di tropika basah karena tingginya serangan penyakit, dan
wilayah iklim sedang dengan suhu rendah dan musim tanam singkat sehingga membatasi pertumbuhan tanaman.
Tomat dapat ditanam pada berbagai tipe tanah, dari tanah berpasir hingga liat bertekstur halus, juga pada tanah dengan kandungan bahan organik tinggi. Tanah
memiliki kisaran pH dari 5,5–7 biasanya sesuai untuk sebagian besar produksi tanaman tomat. Tomat tidak toleran terhadap genangan, khususnya segera setelah
22
Penggunaan air tanaman tomat umumnya sekitar 25–30 mm per minggu, pada
hari panas dan kering, evapotranspirasi dapat melampaui 10 mm. Walaupun frekuensi irigasi dan jumlahnya bervariasi, tanaman tomat untuk pengolahan yang
ditanam di Kalifornia biasanya dipasok 600–900 mm air. Untuk meningkatkan bahan terlarut buah untuk pengolahan, irigasi kadang-kadang dipersingkat selama fase akhir perkembangan buah (Rubatzkyet al., 1999).
Tomat dapat ditanam pada sebagian besar areal pertanian yang memiliki bulan
panas, cuaca bebas bunga es, suhu rata-rata diatas 160C minimum 3–4 bulan. Perbedaan harian yang besar antara suhu siang dan malam cenderung
meningkatkan pembungaan, pertumbuhan, dan kualitas buah (Rubatzkyet al.,
1999).
Penanaman tanaman yang terus menerus tanpa adanya penambahan unsur hara yang cukup akan menghabiskan unsur hara dalam tanah sehingga kesuburan tanah akan menurun. Oleh karena itu, pemberian pupuk perlu ditambahkan. Pemberian
pupuk berimbang harus memperhatikan unsur N, P, dan K. Kebutuhan N berada dalam tingkat sedang, selama pertumbuhan vegetatif sampai membentuk tangkai
bunga. P dibutuhkan untuk keragaan pertumbuhan tanaman dan produksi buah, dan K dibutuhkan untuk pembentukan tangkai dan pembesaran buah. Jumlah pupuk yang akan diaplikasikan tergantung kesuburan tanah, tingkat pemuliaan
23
Berdasarkan hasil penelitian Subhanet al.(2005), menunjukkan bahwa
penambahan pupuk NPK yang dikombinasikan dengan pupuk organik (pupuk kandang kambing 10 ton/ha) dengan jenis tanah andosol, dapat meningkatkan
tinggi tanaman, diameter batang, dan bobot buah total per petak. Jenis pupuk NPK yang paling efisien terhadap hasil buah tanaman tomat varietas antarloka adalah 50 kg N/ha, 75 kg P2O5/ha, dan 75 kg K/ha. Hasil penelitian lain dari Subhanet al.(2009), menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK (15-15-15) dengan dosis 1.000 kg/ha yaitu 725 g/pohon menunjukkan hasil tertinggi pada
bobot basah dan bobot kering buah dan bagian lainnya (akar, batang, dan daun tanaman tomat), serta hasil buah tomat. Rekomendasi pupuk majemuk pada tanaman tomat di tanah Latosol yaitu 213,07 kg N/ha, 28,5075 kg P/ha, dan 35,69
kg K2O/ha.
Menurut pangaribuanet al. (2012), pada budidaya tomat dengan menggunakan tanah Ultisol yang mengkombinasikan bokashi pupuk kandang ayam dengan dosis pupuk setengah rekomendasi (67,5 kg N/ha, 37,5 kg P2O5/ha, dan 55 kg K2O/ha) dapat meningkatkan hasil tanaman tomat dibandingkan dengan bokashi pupuk kandang kambing, sapi, dan kuda. Bokashi kotoran ternak dengan pupuk
anorganik setengah rekomendasi dapat diterapkan untuk penghematan penggunaan pupuk anorganik pada budidaya tomat.Berdasarkan penelitian sebelumnya penggunaan pupuk organik seperti pupuk organitrofos dalam
budidaya tanaman tomat rampai mampu mengurangi penggunaan dan menggantikan sebagian fungsi pupuk kimia, rekomendasi dosis pupuk yang
24
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret–Juli 2015, di rumah plastik
Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Alat danBahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember cat, bak, sumbu, timbangan, penggaris, oven, bak perkecambahan, mulsa, plastik UV, kamera,
25
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap, dengan perlakuannya menggunakan air biasa (K0) dan Limcakar sebagai suplai air irigasi. Limcakar diambil dari kolamrubber trap2(K1), kolam anaerob 2 (K2), kolam fakultatif 1 (K3), dan kolam aerob 3 (K4). Perlakuan dikombinasikan dengan perlakuan pupuk (P) yaitu ½ kg pupuk/tanaman (P1) dan 1 kg pupuk/tanaman (P2). Perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam menggunakan program SAS dan apabila terdapat pengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata
26
K
4
P
2
II
K
0
P
1
III
K
0
P
1
II
K
1
P
1
I
K
0
P
2
III
K
4
P
2
I
K
0
P
2
I
K
1
P
2
II
K
0
P
2
II
K
3
P
1
I
K
3
P
1
III
K
3
P
2
II
K
1
P
2
III
K
2
P
1
II
K
2
P
2
I
K
3
P
2
III
K
0
P
1
I
K
1
P
1
II
K
4
P
2
III
K
2
P
2
II
K
1
P
1
III
K
2
P
1
I
K
4
P
1
II
K
4
P
1
III
K
2
P
2
III
K
3
P
2
I
K
2
P
1
III
K
1
P
2
I
[image:43.595.115.490.70.729.2]K
3
P
1
II
K
4
P
1
I
Gambar 2. Sketsa Tata letak percobaan
K
4
P
2
II
K
0
P
1
III
K
0
P
1
II
K
1
P
1
I
K
0
P
2
III
K
4
P
2
I
K
2
P
1
II
K
2
P
2
I
K
3
P
2
III
K
0
P
1
I
K
1
P
1
II
K
4
P
2
III
K
2
P
2
II
K
1
P
1
III
K
2
P
1
I
K
4
P
1
II
K
4
P
1
III
K
2
P
2
III
K
0
P
2
I
K
1
P
2
II
K
0
P
2
II
K
3
P
1
I
K
3
P
1
III
K
3
P
2
II
K
1
P
2
III
K
3
P
2
I
K
2
P
1
III
K
1
P
2
I
27
3.4 Kegiatan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu :
1. Penyiapan tanah sebagai media tanam.
Tanah yang digunakan sebagai media tanam dalam penelitian ini berasal dari Laboratorium Lapangan Terpadu, Universitas Lampung. Pengambilan sampel tanah
dilakukan pada kedalaman 5–10 cm dari permukaan tanah. Sampel tanam di oven pada suhu 1050C selama 24 jam, untuk mendapatkanbulk densitydari tanah yang ada dilahan tersebut. Media tanam digemburkan dengan cangkul lalu sedikit dipadatkan kemudian
ditimbang dan diukur setinggi 30 cm lalu dimasukkan ke dalam ember, diupayakan tidak terlalu padat dan tidak terlalu renggang, saat setelah dimasukkan ke dalam ember tanah
diambil sampel untuk mendapatkanbulk densityawal yang ada di dalam ember sebelum ditanamai tomat.
2. Analisis nutrisi yang terkandung di dalam Limcakar, data analisis kandungan Limcakar
diperoleh dari data yang diambil dari PTPN VII UPK Pematang Kiwah dan hasil uji laboratorium BARISTANT.
3. Penyemaian benih dilakukan pada bak kecambah (tray penyemaian), benih disiram setiap pagi hari, air yang digunakan untuk menyiram benih adalah air biasa yang diambil dari
laboratorium lapangan terpadu. Air diberikan secukupnya, jangan terlalu banyak atau terlalu sedikit karena dapat menyebabkan kematian pada bibit. Pemberian air dilakukan sampai benih menjadi bibit siap tanam. Kemudian setelah bibit berumur 30–45 hari
28
4. Persiapan tempat tanam
Ember sebagai tempat tanam harus dilubangi pada bagian bawahnya. Lubang ini berfungsi sebagai lubang tempat sumbu yang akan meresapkan air ke media tanah, lubang ini
[image:45.595.211.383.303.438.2]berjumlah 8. Bagian bawah ember diberi kain flanel agar air menyebar secara merata pada bagian bawah. Air sebagai sumber irigasi ditempatkan pada bak penampung air. Ember ditempatkan diatas tatakan yang sudah diletakkan didalam bak penampung.
Gambar 3. Rancangan Tempat Percobaan
Keterangan gambar 2 : a = Ember cat
b = Bak penampung Limcakar
c = Limcakar
d = Penopang
e = Sumbu
29
Gambar 4. Perlakuan KT30
Keterangan gambar 4 : Diameter ember cat bagian atas = 30 cm
Diameter ember cat bagian bawah = 27 cm
Tinggi tanah dari dasar ember = 30 cm
Tinggi air = 7 cm
Tinggi dan lebar tatakan = 2 cm
Panjang tatakan = 10 cm
5. Penanaman bibit
Penanaman bibit ke ember cat dilakukan setelah tanaman sudah mempunyai 4 daun dan batang cukup kuat (30–45 hari dipersemaian), hal itu agar diperoleh tanaman yang baik
pertumbuhannya dan memiliki daya produktivitas yang tinggi dalam menghasilkan buah (Fitriani, 2012). Penanaman dilakukan dengan cara melubangi media tanam dan setiap
lubang dimasukkan sebanyak 1 bibit tomat. Tomat ditanam sesuai perlakuan.
6. Pemeliharaan bibit meliputi penyulaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman,
30
penyakit tanaman dilakukan jika tanaman tomat terinfeksi penyakit, jika ada yang terinfeksi pemyakit misalnya pada daun maka daun tanaman akan segera dibuang.
Pemupukan langsung diberikan pada media tanam sebelum tanaman dimasukkan kedalam ember, pemupukan dilakukan sesuai perlakuan dan hanya diberikan satu kali selama masa tanam. Pengamatan dan penambahan air dilakukan setiap sore. Parameter penelitian yang
diamati dalam penelitian ini adalah :
1) Tinggi tanaman, diukur mulai dari pangkal batang hingga daun yang tertinggi dengan
menggunakan penggaris.
2) Diameter batang, diukur pada ketinggian 5 cm di atas permukaan tanah dengan
menggunakan jangka sorong. Diameter batang diukur satu kali yaitu pada saat tanaman
terakhir panen.
3) Hasil panen dihitung dari panen pertama hingga panen terakhir. Hasil panen ditimbang
dengan menggunakan timbangan digital.
4) Bobot basah tajuk dan akar. Bobot basah tajuk dan akar ditimbang saat panen terakhir. 5) Bobot kering tajuk dan akar. Bobot kering diukur setelah tajuk dan akar dikeringkan
dalam oven pada suhu 80oC sampai bobotnya konstan, kemudian ditimbang.
6) Kebutuhan air irigasi. Air irigasi dihitung berdasarkan jumlah air yang hilang akibat
evapotranspirasi tanaman.
31
48
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan limbah cair karet SIR 20 memberikan respon yang sama dengan penggunaan air biasa pada pertumbuhan tanaman tomat dengan sub-irrigation.
2. Perlakuan terbaik pada penelitian ini berdasarkan metode De Garmo yaitu pada kolam fakultatif dengan dosis pupuk organitrofos ½ kg/tanaman,
yang menghasilkan panen sebanyak 1,188 kg/tanaman.
3. Kebutuhan air irigasi pada pertumbuhan tanaman tomat sebanyak 8,49 mm/hr.
4. Limbah cair karet yang telah diolah, dapat dimanfaatkan sebagai alternatif suplai air irigasi pada saat kelangkaan air irigasi tanpa mengganggu proses
49
5.2. Saran
Penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penelitian menggunakan limcakar pada budidaya tanaman yang lain.