i
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN TOMAT (Lycopersicum
esculentum Mill) DENGAN PEMAPARAN SUARA GARENGPUNG TERMANIPULASI PADA FREKUENSI 4500 Hz
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
oleh : Sofia Latifah 12308144025
PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
vi
HALAMAN MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu
kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri.”
(Q.S. Ar Ra’d: 11)
“There is no limit of struggling..”
“Better to feel how hard education is at this ti
me rather
than fell the bitterness of stupidity, later.”
“Orang yang menuntut ilmu bearti menuntut rahmat ;
orang yang menuntut ilmu bearti menjalankan rukun
Islam dan Pahala yang diberikan kepada sama dengan
para Nabi”.
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan
hidayah-Nya, memberikan saya kekuatan dan kesabaran sehingga saya mampu
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Karya ini saya persembahkan kepada :
Kedua orang tua saya, yang selalu mendukung, membimbing dan
mengingatkan dalam perjalanan hidup saya.
Keluarga besar saya, yang turut andil memberikan dorongan semangat dan
memberikan banyak inspirasi kepada saya.
viii
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN TOMAT (Lycopersicum
esculentum Mill) DENGAN PEMAPARAN SUARA GARENGPUNG TERMANIPULASI PADA FREKUENSI 4500 Hz
Oleh : Sofia Latifah 12308144025
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pupuk organik cair terhadap produktivitas tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemaparan suara garengpung termanipulasi pada frekuensi 4.500 Hz. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemaparan suara gerangpung termanipulasi terhadap luas bukaan mulut stomata daun tanaman tomat dan pengaruh variasi konsentrasi pupuk organik cair terhadap produktivitas tanaman tomat
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan pada bulan Februari hingga Juli 2016 di greenhouse lantai 4 Laboratorium Biologi, FMIPA UNY. Populasi dalam penelitian ini adalah 80 benih tanaman tomat varietas serfo dan sampel dalam penelitian ini adalah 30 tanaman yang diambil secara acak. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan variasi konsentrasi pupuk organik cair yaitu 0 cc/l, 2 cc/l, 2,5 cc/l, 3 cc/l, 3,5 cc/l dan 4 cc/l pada tanaman dengan pemaparan gelombang suara garengpung termanipulasi pada frekuensi 4.500 Hz. Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain luas bukaan mulut stomata daun, aktivitas nitrat reduktase dan produktivitas tanaman (jumlah buah dan bobot buah).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh terhadap produkivitas tanaman tomat. Konsentrasi pupuk organik cair yang terbaik untuk produktivitas tanaman tomat adalah 2,5 cc/l dan pemberian gelombang suara berpengaruh terhadap luas pembukaan stomata daun.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi (TAS) yang berjudul “Pengaruh Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair Terhadap Luas Bukaan Mulut Stomata dan Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) dengan
Pemaparan Suara Garengpung Termanipulasi pada Frekuensi 4.500 Hz.”
Segenap daya dan upaya telah saya usahakan demi tercapainya keberhasilan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. Namun demikian, usaha saya tersebut tidak akan membuahkan hasil tanpa ada dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, saya mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan, baik secara material maupun immaterial, kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Rahmat Wahab, M. Pd. MA. selaku rektor Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Hartono, M. Si. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Paidi, M. Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Biologi.
4. Ibu Dr. Tien Aminatun, M. Si. selaku Kepala Program Studi Biologi
7. Bapak Prof. Dr. Djukri, selaku dosen penguji utama Tugas Akhir Skripsi. 8. Ibu Budiwati, M. Si. selaku dosen penguji pendamping Tugas Akhir
Skripsi.
9. Orang tua saya, Bapak Abdullah Makmun. dan Ibu Siti Kusmiyati yang
selalu memberikan dukungan dan do’a sehingga saya dapat menyelesaikan
x
10.Hilda Afrianti Bahri sebagai teman seperjuangan, yang selalu memberikan doa dan semangat, dan selalu menemani setiap tahapan selama pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.
11.Teman-teman saya Nurul Khusniyati Wakhidah, Furry Mei Nur Rahmawati, Arin Pradinasari, Listya Minarti, Lutfi Apriliani, Lulu
Khairunnisa, yang telah memberikan dukungan, do’a, semangat dan
membantu dalam kelancaran pelaksanaan Tugas Akhir Skrpsi.
12.Deswi Qur’ani selaku kakak tingkat yang bersedia membantu pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.
13.Keluarga Besar Biologi Swadana 2011, selaku teman-teman sekelas yang selama ini memberikan pembelajaran dan keceriaan di masa perkuliahan. 14.一笑奈何, 강철, 封腾, 최택, 홍종현, 유시진,et.al. 자기야 사랑해.
뽀뽀
15.Serta segenap orang-orang yang turut membantu dan mendo’akan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian Tugas Akhir Skripsi ini masih banyak sekali kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 7 November 2016
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi masalah ... 5
C. Batasan Masalah... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
xii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Kajian Tanaman Tomat ... 8
B. Kajian Stomata ... 15
C. KajianAktivitas Nitrat Reduktase ... 22
D. Kajian Pupuk untuk Tanaman ... 24
E. Kajian Gelombang Suara ... 27
F. Kerangka Berpikir Teoritis ... 32
G. Hipotesis ... 32
BAB III. METODE PENELITIAN ... 33
A. Desain penelitian ... 33
B. Populasi dan Sampel ... 33
C. Waktu dan Tempat ... 34
D. Variabel penelitian ... 34
E. Alat dan Bahan ... 35
F. Prosedur Penelitian... 36
G. Teknik Pengambilan Data ... 37
H. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Pembukaan Mulut Stomata Daun ... 44
B. Aktivitas Nitrat Reduktase (ANR) ... 47
C. Produktivitas ... 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 65
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Gizi Buah Tomat Segar (per 100gram) ... 11
Tabel 2. Tabel Pembuatan Kurva Standar Nitrit ... 40
Tabel 3. Rancangan Analisis Data Penelitian dengan perlakuan Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair pada tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill) ... 42 Tabel 4. Data Faktor Klimatik Dan Edafik Tanaman Tomat ... 43 Tabel 5. Uji Normalitas Rerata Luas Bukaan Mulut Stomata Daun Tanaman
Tomat Dengan Pemaparan Suara ... 47 Tabel 6. Uji Anova Aktivitas Nitrat Reduktase (ANR) dengan Pengaruh
Variasi Konsentrasi Pupuk dan Pemaparan Suara ... 50 Tabel 7. Uji Berganda Duncan (DMRT) taraf 5% Aktivitas Nitrat Reduktase
(ANR) dengan Pengaruh Variasi Konsentrasi Pupuk dan Pemaparan Suara ... 51 Tabel 8. Uji Anova Pengaruh Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Jumlah Buah Tanaman Tomat Dari Enam Tahap
Pemanenan Dengan Pemaparan Suara “Garengpung” ... 56 Tabel 9. Uji Anova Pengaruh Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Jumlah Buah Tanaman Tomat Dari Tiga Tahap Pemanenan Tanpa Pemaparan Suara “Garengpung” ... 57 Tabel 10. Uji Anova Pengaruh Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Rerata Bobot buah Tanaman Tomat Dari Enam Tahap
Pemanenan Dengan Pemaparan Suara “Garengpung” ... 61 Tabel 11. Uji Anova Pengaruh Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Bobot Buah Tanaman Tomat Dari Tiga Tahap
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cetakan Stomata Daun Bagian Bawah Tanaman Tomat. ... 18
Gambar 2. Desain lahan penelitian ... 33
Gambar 3. Histogram Rerata Luas Bukaan Mulut Stomata Daun Tanaman Tomat Dengan Pemaparan dan Tanpa Pemaparan Gelombang
Suara “Garengpung” ... 45 Gambar 4.Grafik Nilai ANR Tanaman Tomat Dengan Pemaparan
Gelombang Suara “Garengpung” ... 48 Gambar 5 Grafik Rerata Jumlah Buah Tanaman Tomat Dengan Pemaparan
dan Tanpa Pemaparan Gelombang Suara “Garengpung”... 53 Gambar 6. Grafik Pengaruh Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Jumlah Buah Tanaman Tomat Dengan Pemaparan
Gelombang Suara “Garengpung” ... 54 Gambar 7. Grafik Pengaruh Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Jumlah Buah Tanaman Tomat Tanpa Pemaparan
Gelombang Suara “Garengpung” ... 55 Gambar 8. Grafik Rerata Bobot Buah Tanaman Tomat Dengan Pemaparan
dan Tanpa Pemaparan Gelombang Suara “Garengpung”... 58 Gambar 9. Grafik Pengaruh Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Rerata Bobot buah Tanaman Tomat Dengan Pemaparan
Gelombang Suara “Garengpung ... 59 Gambar 10. Grafik Pengaruh Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Rerata Bobot Buah Tanaman Tomat Tanpa Pemaparan
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI PENELITIAN ... 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan sejenis sayuran
tergolong famili Solanaceae yang dapat ditanam di dataran rendah maupun tinggi. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 3-4
bulan yang dapat ditanam sepanjang tahun (Surtinah, 2007). Buahnya kaya akan vitamin dan mineral. Penggunaan buahnya semakin luas, karena selain dikonsumsi sebagai tomat segar dan bumbu masakan, dapat diolah sebagai
bahan baku industri makanan seperti sari buah dan saus tomat. Maka daripada itu dari tahun ke tahun Indonesia selalu berusaha untuk meningkatkan
produksi tomat. Namun hingga tahun 2004 Indonesia masih mengimpor tomat sebanyak 8.192.280 kg baik dalam bentuk buah segar maupun dalam bentuk olahan yang berasal dari berbagai negara (Sagala, 2009). Di Indonesia
sendiri menurut laporan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) (Wa Ode S, dkk, 2012) luas panen tomat dalam tahun
1998 adalah 45.129 hektar dan total produksi 581. 707 ton dengan rata-rata hasil panen sekitar 12,89 ton. Menurut Villareal (1979), nilai ini masih jauh
lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas tomat di negara maju seperti Amerika Serikat yang dapat mencapai 39 ton/ha (Duriat, 1997). Menurut BPS Provinsi Sulawesi Tengah (2002), di Sulawesi Tengah,
2
untuk memenuhi permintaan pasar. Data tahun 2003 menunjukkan bahwa
luas pertanaman tomat sekitar 1,377 ha dengan produktivitas rata-rata 2,9 ton/ha. Hasil survei yang dilakukan BPTP Sulawesi Tengah menunjukkan
bahwa rendahnya produktivitas disebabkan petani belum menggunakan varietas tomat yang unggul, dan tanaman tomat belum dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungan terutama iklim. Sedangkan di Sulawesi Tenggara
khususnya Kabupaten Muna merupakan salah satu daerah di Sulawesi yang memiliki prospek untuk pengembangan tomat, karena memiliki lahan kering
yang cukup luas dengan curah hujan yang sedang. Produktivitas yang dicapai dari tahun ke tahun menurun. Fluktuasi produksi tomat dipengaruhi berbagai
faktor antara lain teknik budidaya, terutama dalam masalah pemupukan (Wa Ode S, dkk, 2012: 102-103).
Seperti pada umumnya produksi sayuran yang intensif, tanaman tomat
dianjurkan diberi tambahan nutrisi. Selain dari tanah, petani tomat juga memberikan nutrisi tambahan berupa pupuk. Pupuk sendiri digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk yang sebagian
besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses, disebut dengan pupuk organik.
Sedangkan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia (buatan) disebut pupuk anorganik. Namun dewasa ini kegiatan pertanian konvensional yang hanya berorientasi pada pemaksimalan hasil, dengan mengandalkan bahan
3
udara, dan kelangsungan ekosistem alami) dan menurunkan produktivitas.
Tingginya penggunaan pupuk anorganik menimbulkan berbagai masalah seperti leveling off (kelandaian peningkatan produktivitas), rendahnya
keuntungan petani karena tingkat biaya input tinggi, masalah-masalah lingkungan, dan kesehatan, serta ketidakseimbangan hara dan penyakit, sehingga merugikan terhadap produser, konsumer, maupun lingkungan
(Yuseffa Amilla, 2011). Maka sebab itu penambahan nutrisi bagi tanaman dianjurkan menggunakan pupuk organik. Hal ini disebabkan karena bahan
organik memegang peranan penting sebagai sumber nutrien yang diperlukan untuk hasil sayuran yang tinggi, perbaikan struktur tanah dan kapasitas
penahan air dalam daerah perakaran, meningkatkan aerasi dari media perakaran serta meningkatkan kapasitas pemegang nutrien (Sagala, 2009).
Saat ini sudah dikenalkan suatu terobosan baru sebagai teknologi
alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi yaitu teknik
Sonic Bloom. Sonic Bloom merupakan teknologi yang menggunakan efek gelombang suara disertai pemberian nutrisi organik untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman yang diciptakan oleh Dan Carlson dari Amerika Serikat dan mulai disebarkan secara komersial pada tahun 1980. Teknologi
ini memanfaatkan gelombang suara alami dengan frekuensi tertentu yang mampu merangsang mulut daun (stomata) tetap terbuka sehingga, dapat meningkatkan laju dan efisiensi penyerapan pupuk daun yang
4
guna meningkatkan jumlah produksi dengan mutu yang baik. Peneliti
menggunakan teknik Sonic Bloom dengan menggunakan suara garengpung (Dundubia manifera), merujuk dari penelitian Yeni Widyawati dkk tahun
2011 tentang Pengaruh Suara “Garengpung” (Dundubia manifera) Termanipulasi pada Peak Frekuensi (6,07±0,04) 103 Hz terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kacang Dieng (Vicia faba Linn),
Hasil pemaparan suara “garengpung” memberi dampak terhadap pembukaan stomata dan produktivitas tanaman kacang dieng (Yeni Widyawati dkk, 2011:
520). Peneliti juga merujuk pada penelitian oleh Nur Kadarisman dkk tahun 2013 tentang teknik untuk menyuburkan tanaman menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi antara 3000 Hz-5000 Hz dan dipadu nutrisi organik. Teknologi ini merupakan cara pemupukan daun dengan larutan pupuk yang mengandung trace mineral yang digabungkan serentak bersama gelombang
suara frekuensi tinggi. Hasil dari perpaduan pemaparan gelombang suara dan pemberian nutrisi organik memberi pengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman karet. Oleh karena itu dalam penelitian ini perpaduan antara
5 B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain :
1. Terjadi peningkatan kebutuhan tomat namun tingkat produktivitas tanaman tomat masih rendah.
2. Dibutuhkan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
jumlah produksi
3. Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan merusak lingkungan
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini terfokus untuk mengetahui pengaruh pemaparan suara garengpung termanipulasi 4500 Hz pada luas bukaan stomata dan untuk mengetahui konsentrasi pupuk cair organik yang optimal terhadap bobot buah,
jumlah buah, dan aktivitas nitrat reduktase tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). dengan pemaparan suara garengpung termanipulasi 4500 Hz
D. Rumusan Masalah
6
2. Adakah pengaruh variasi dosis pupuk cair organik terhadap hasil
produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan
pemaparan suara “garengpung” termanipulasi pada frekuensi 4.500 Hz?
3. Berapa konsentrasi optimum pupuk cair organik yang dapat memberikan hasil produksi terbaik bagi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemaparan suara “garengpung” termanipulasi
pada frekuensi 4.500 Hz?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pemaparan gelombang suara “garengpung” termanipulasi pada frekuensi 4.500 Hz terhadap luas bukaan mulut
stomata daun daun tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)? 2. Mengetahui pengaruh variasi dosis pupuk cair organik terhadap hasil
produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan
pemaparan suara “garengpung” termanipulasi pada frekuensi 4.500 Hz?
3. Mengetahui konsentrasi optimum pupuk cair organik yang dapat memberikan hasil produksi terbaik bagi tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.) dengan pemaparan suara “garengpung” termanipulasi pada frekuensi 4.500 Hz?
F. Manfaat Penelitian
7
2. Dapat mengetahui pengaruh variasi dosis pupuk cair organik terhadap
hasil produksi tanaman tomat dengan pemaparan suara “garengpung”
termanipulasi.
3. Dapat diaplikasikan oleh petani sebagai salah satu cara meningkatkan produktivitas tanaman tomat.
4. Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan oleh mahasiswa untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan antara ilmu fisika dan ilmu biologi yang dalam hal ini frekuensi suara dengan variasi dosis
pupuk.
G. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran, maka perlu adanya pembatasan istilah secara operasional terhadap istilah yang terdapat dalam
penelitian ini:
1. Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) yang digunakan merupakan varietas servo
2. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik cair dengan merk
“Mithagrow”
3. Produktivitas tanaman adalah hasil dari tanaman yang akan diterima pada waktu panen.
4. Suara “garengpung” termanipulasi yaitu gelombang suara asli dari hewan
“garengpung” yang dianalisis frekuensi aslinya, kemudian dilakukan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
1. Morfologi Tanaman Tomat
Klasifikasi Tanaman Tomat adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Species : Lycopersicum esculentum Mill. (Bernardinus T. W.W, 2002) Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar
serabut yang berwarna keputih-putihan. Perakaran tanaman tidak terlalu dalam, menyebar kesemua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm.
Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah (Pitojo, 2005).
Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada buku-buku. Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Batang tanaman tomat mudah patah, sehingga harus dibantu
9
banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu (Rismunandar,
2001)
Daun tanaman tomat berwarna hijau dan berbulu mempunyai
panjang sekitar 20-30 cm dan lebar 15-20 cm. Daun tomat ini tumbuh didekat ujung dahan atau cabang. Sementara itu, tangkai daunnya berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebalan 0,3-0,5 cm
(Bernardinus T. W.W, 2002: 7).
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun berdompol
dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai
mahkota (Wiryanta, 2004)
Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih, atau oval. Buah tomat yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua.
Buah yang sudah tua berwarna merah cerah atau gelap, merah kekuningan, atau merah kehitaman. Selain warna-warna di atas ada juga buah tomat yang berwarna kuning (Bernardinus T. W.W, 2002: 7).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih kekuningan dan coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebarnya 2-4 mm.
Biji saling melekat, diselimuti daging buah dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah. Jumlah biji setiap buah bervariasi, tegantung pada varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji per buah
10 2. Jenis Tomat
a. Tomat biasa (Lycopersicum commune)
Bentuk buahnya bulat pipih, bentuknya tidak teratur. Jenis Tomat
ini sangat cocok ditanam di dataran rendah. b. Tomat Apel (Lycopersicum pyriforme)
Bentuk buahnya bulat, kuat, sedikit keras menyerupai buah apel.
Tanaman ini sangat cocok ditanam di daerah pegunungan. c. Tomat Kentang (Lycopersicum grandifolium)
Buahnya berbentuk bulat, besar, padat, menyerupai buah apel tetapi agak kecil, dan daunnya lebar-lebar.
d. Tomat Keriting (Lycopersicum validum)
Buahnya berbentuk agak lonjong keras seperti alpukat atau pepaya yang dikenal tipe roma. Tomat ini disebut tomat gondol,
yang disenangi karena kulitnya tebal. Tomat jenis ini tahan pengangkutan jarak jauh. Daunnya rimbun keriting seperti terserang penyakit virus keriting. Daunnya berwarna hijau kelam
(Herry Tugiyono, 1985: 5-6).
Menurut warna buah muda, tanaman tomat dapat dibedakan
menjadi seperti berikut: a. Berbuah hijau merata
b. Berbuah hijau keputih-putihan merata
11
Sedang buah yang telah masak, dibedakan menjadi tiga tipe seperti
berikut.
a. Berbuah merah tua
b. Berbuah merah kekuning-kuningan sampai kuning c. Berbuah merah jambu.
3. Kandungan Zat Gizi Buah Tomat
Tomat memiliki komponen gizi yang cukup lengkap dan kandungan vitamin A dan C-nya cukup tinggi. Tomat sering digunakan
untuk mengatasi penyakit sariawan, gusi berdarah dan menigkatkan pertahanan tubuh. Tsang (2004) menyatakan bahwa tomat banyak
mengandung likopen yang dapat mencegah kanker prostat (Elmi Kamsiati, 2006).
Tabel 1. Nilai Gizi Buah Tomat Segar (per 100gram)
Zat Gizi Nilai Gizi
11.Bagian yg dpt dimakan (bdd)
1.500 S.l
12 4. Syarat Tumbuh Tanaman Tomat
Tanaman tomat toleran terhadap beberapa kondisi lingkungan tumbuh. Namun tanaman ini menghendaki sinar matahari sedikitnya 6
jam lama penyinaran serta temperatur yang sejuk. Agar tumbuh optimum diperlukan suhu antara 20-25oC. Apabila suhu melebihi 26oC, di daerah tropik, hujan lebat dan mendung menyebabkan dominansi pertumbuhan
vegetatif dan masalah serangan penyakit tanaman. Sedangkan pada daerah kering, suhu tinggi dan kelembapan rendah dapat menyebabkan
hambatan pembungaan dan pembentukan buah. Pigmen penyebab warna merah pada kulit buah hanya dapat berkembang pada temperatur 15-30oC.
Pada temperatur di atas 30oC hanya pigmen kuning saja yang terbentuk. Sedangkan bila temperatur di atas 40oC tidak terbentuk pigmen. Pemakaian mulsa dapat meningkatkan kelembapan apabila ditanam pada
musim kemarau. Oleh karena itu tanaman tomat lebih banyak diusahakan di dataran tinggi (700-1.500 m diatas permukaan laut). Pada suhu tinggi (dataran rendah, produksinya rendah dan buahnya lebih pucat.
Sedangkan untuk tingkat keasaman tanah, tanaman tomat tumbuh pada pH 5-6,5 atau normal cenderung ke asam (Sumeru Ashari,1995:259).
5. Cara Merawat Tanaman Tomat
Menurut Bambang Cahyono (1998) agar dapat menghasilkan tomat yang baik dan maksimal diperlukan perawatan yang baik dan maksimal yaitu:
13
plastik hitam perak atau kertas alumunium. Mulsa tersebut harus
sudah dipasang di bedengan sebelum bibit ditanam. Apabila tomat ditanam pada musim hujan pasanglah lebih dahulu atap plastik
transparan (tembus cahaya) pada bedengan yang akan ditanami. b. Gulma yang tumbuh di areal penanaman tomat perlu disiangi agar
tidak menjadi pesaing dalam mengisap unsur hara. Gulma yang
terlalu banyak akan mengurangi unsur hara sehingga tanaman tomat menjadi kerdil. Gulma juga dapat menjadi sarang hama dan penyakit
yang akan menyerang tanaman tomat. Pemberian mulsa plastik atau daun-daunan akan mengurangi gulma. Waktu penyiangan dapat
dilakukan 3-4 kali tergantung kondisi kebun.
c. Tunas yang tumbuh di ketiak daun harus segera dirempel/dipangkas agar tidak menjadi cabang. Perempalan paling lambat dilakukan 1
minggu sekali. Pada tanaman tomat yang tingginya terbatas, perempalannya harus dilakukan dengan hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel supaya tanaman tidak terlalu pendek.
d. Kebutuhan air pada budidaya tanaman tomat tidak terlalu banyak, namun tidak boleh kekurangan air. Pemberian air yang berlebihan
pada areal tanaman tomat dapat menyebabkan tanaman tomat tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit. Kelembaban tanah yang tinggi dapat
14
tanaman tomat dapat mati keracunan karena kandungan oksigen
dalam tanah berkurang.
e. Tanaman tomat yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus
segera diikat pada ajir. Pengikatan jangan terlalu erat yang penting tanaman tomat dapat berdiri. Pengikatan dilakukan dengan model angka 8 sehingga tidak terjadi gesekan antara batang tomat dengan
ajir yang dapat menimbulkan luka. Tali pengikat, misalnya tali plastik harus dalam keadaan bersih. Setiap bertambah tinggi ± 20 cm,
harus dilakukan pengikatan lagi agar batang tomat selalu berdiri tegak.
f. Dalam masa panen, cara memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memuntir buah secara hati-hati hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah harus dilakukan satu per satu dan dipilih buah yang
sudah matang. 6. Hama dan Penyakit
Menurut Wiwin Setiawati, dkk (2001), hama yang sering menyerang
tanaman tomat adalah kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.) yang merusak sel dan jaringan daun dan lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis
Blanchard). Hama ini dapat diobati dengan pestisida. Penyakit yang sering menjangkiti adalah rebah kecambah, busuk daun, dan bercak kering alternaria. Jika tanaman sudah terkena penyakit, disegerakan
15
B. Kajian Stomata
Stomata berasal dari kata Yunani: stoma yang mempunyai arti lubang atau
porus. Menurut Sutrian (2004) stomata merupakan porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang dibatasi dua buah guard cell. Sel yang
mengelilingi stoma (jamak: stomata) dapat berbentuk sama atau berbeda dengan sel epidermis lainnya yang disebut sel tetangga (Estiti B.Hidayat., 1995).
Stomata banyak sekali ragamnya. Kutikula berlilin di permukaan daun menghambat difusi, sehingga sebagian besar uap air dan gas lainnya melewati
bukaan diantara sel penjaga. Beberapa ahli anatomi bersikukuh bahwa stomata hanya terdiri dari bukaan ini, tapi lainnya menggunakan nama tersebut untuk seluruh perangkat stomata, termasuk sel penjaga. Di sebelah
setiap sel penjaga, biasanya terdapat satu atau beberapa sel epidermis lain yang berubah bentuk, yang disebut sel tetangga. Jumlah dan susunannya
ditentukan oleh suku tumbuhannya (walaupun berbagai jenis bisa ditemui pada satu daun) (Salisbury dan Ross, 1995: 77-78).
Stomata adalah struktur epidermis yang dibentuk oleh dua sel penjaga atau
guard cells yang terletak pada pori-pori tanaman. Permukaan epidermis lainnya terdiri atas lapisan lilin yang tidak dapat ditembus. Hal ini
menjadikan stomata memiliki peran yang penting dalam mengatur keluar masuknya gas (seperti CO2 dan O2), hormon (seperti ABA) dan air dari dan
ke dalam tanaman. Peran tersebut memiliki dampak pada produktivitas dan ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan atau banjir (Bergmann.
16
Letak dan fungsi stoma (jamak: stomata) yang berada pada epidermis
bawah dan berfungsi sebagai organ respirasi. Stoma mengambil CO2
dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O2 sebagai
hasil fotosintesis. Stoma ibarat hidung manusia dimana stoma mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung
mengambil O2 dan mengeluarkan CO2.
Bagian-bagian dari stomata daun menurut Kartasaputra (1998: 45) meliputi:
1. Sel penutup (guard cells), disebut juga sel penjaga. Sel penutup/sel pengawal terdiri dari sepasang sel yang kelihatannya
simetris dan umumnya berbentuk ginjal. Sel-sel penutup merupakan sel-sel aktif (hidup). Pada sel-sel penutup terdapat kloroplas.
2. Celah (porus) berupa lubang kecil yang terletak di antara kedua sel
penutup. Sel penutup dapat mengatur menutup atau membukanya porus berdasarkan perubahan osmosisnya. Bila celah ini membuka, maka stomata membuka.
3. Sel tetangga (subsidiary cell) merupakan sel-sel yang berdampingan atau yang berada di sekitar sel-sel penutup. Sel-sel
tetangga dapat terdiri dari dua buah atau lebih yang secara khusus melangsungkan fungsinya secara berasosiasi dengan sel-sel penutup. 4. Ruang udara dalam (substomata chamber) merupakan suatu ruang
17
Pada dikotil dapat dibedakan 4 jenis stomata berdasarkan susunan sel
epidermis yang ada di samping sel penutup (Estiti B. Hidayat., 1995: 68-69): 1. Jenis anomositik atau jenis Ranunculaceae. Sel penutup dikelilingi
oleh sejumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Jenis ini umum terdapat pada Ranunculaceae, Capparidaceae, Cucurbiaceae, Malvaceae.
2. Jenis anisositik atau jenis Cruciferae. Sel penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tiak sama besar. Jenis ini umum terdapat pada
Cruciferae, Nicotiana, Solanum,
3. Jenis parasitic atau jenis Rubiaceae. Setiap sel penutup diiringi
sebuah sel tetangga atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup serta celah. Jenis ini umum terdapat pada
Rubiaceae, Magnoliaceae, kebanyakan spesies Convolvulaceae, Mimosaceae,
4. Jenis diasitik atau jenis Caryophyllaceae. Setiap stomata dikelilingi dua sel tetangga. Dinding bersama dari kedua sel tetangga itu tegak
lurus terhadap sumbu melalui panjang sel penutup serta celah. Jenis ini umum terdapat pada Caryophyllaceae, Acanthaceae.
Sel tetangga atau sel lain di dekat stomat dapat dibentuk oleh sel prazat yang sama seperti stoma. Selain itu, dapat juga dari sel yang secara ontogenetik tidak berhubungan langsung dengan sel induk dari sel penutup.
18 1. Mesogen
Sel penutup dan sel didekatnya yang dapat berkembang atau tidak berkembang menjadi sel tetangga, memiliki asal yang sama
2. Perigen
Sel tetangga atau sel di dekat stomata yang tidak memiliki asal yang sama dengan sel penutup
3. Mesoperigen
Sedikitnya satu sel tetangga atau sel sebelahnya yang memiliki
hubungan langsung dengan stomata, sementara sel lain tidak
Gambar 1. Cetakan Stomata Daun Bagian Bawah Tanaman Tomat. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
stomata Sel Penjaga
19
Pengaruh lingkungan terhadap stomata
Menurut Salisbury dan Ross (1995) beberapa faktor lingkungan dapat mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yaitu:
1. Cahaya
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap, sehingga memungkinkan masuknya CO2
yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu sekitar 1 jam, dan penutupan
berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba.
2. Karbon dioksida
Pada sebagian besar tumbuhan, konsentrasi CO2 yang rendah di daun
juga membuat stomata membuka. Jika udara bebas CO2 dihembuskan
melalui daun, sekalipun pada malam hari, maka stomata yang terbuka sedikit akan membuka lebih lebar. Sebaliknya, konsentrasi CO2 yang
tinggi di daun menyebabkan stomata menutup sebagian, dan ini terjadi
saat terang maupun gelap 3. Rawan Air
Potensial air di daun sangat berpengaruh pada pembukaan dan penutupan stomata. Bila potensial air menurun (rawan air meningkat), stomata menutup. Hal ini merupakan cara perlindungan selama masa
20 4. Suhu
Suhu tinggi (30o– 50o) biasanya menyebabkan stomata menutup. Hal ini dimungkinkan sebagai respon tak langsung tanaman dari keadaan
rawan air.
Mekanisme Membukanya Stomata
Pembukaan stomata terjadi ketika air masuk ke dalam sel penjaga dan
kemudian menggembung. Mikrofibril selulosa atau misela, yaitu bahan dinding sel tumbuhan, tersusun melilit pada sel penjaga yang memanjang
seakan menyebar dari suatu daerah di pusat stomata. Susunan mikrofibril tersebut disebut miselasi radial, artinya bila sel penjaga menggembung
karena menyerap air, diameternya tidak bertambah besar, sebab mikrofibril tidak banyak meregang ke arah sel penjaga. Sel penjaga juga dapat bertambah panjang, terutama dinding luarnya, sehingga
mengembang ke arah luar. Kemudian, dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril tersebut, sehingga stomata membuka (Salisbury dan Ross, 1995: 84-85).
Walaupun tidak ada ketentuan umum tentang mekanisme membukanya stomata, akan tetapi kebanyakan teori menganggap bahwa mekanisme ini
melibatkan mekanisme turgor (Pandey dan Sinha, 1983: 91). Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu terjadi
21
bahan yang terlarut (solute) di dalam cairan sel tersebut. Semakin banyak
bahan yang terlarut, maka potensi osmotik sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan
potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan (Pandey dan Sinha, 1983: 92)
Selama beberapa dasawarsa, dugaan utamanya terletak pada hubungan osmotik. Sekurangnya ada tiga kemungkinan: Jika potensial osmotik
protoplas sel penjaga lebih negatif daripada sel sekitarnya, air akan bergerak masuk ke dalam sel penjaga dengan cara osmosis, yang selanjutnya
mengakibatkan naiknya tekanan dan selnya menggembung. Kemungkinan lainnya adalah adanya penurunan ketahanan sel penjaga terhadap peregangan, sehingga tekanan dalam sel pun turun, dan karenanya memungkinkan
pengambilan air lebih banyak; akibatnya, sel menggembung. Atau sel pelengkap di sekitarnya yang mengerut, sehingga lagi-lagi menurunkan tekanan di sel penjaga (Salisbury dan Ross, 1995: 85).
Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada sel penjaga. Ion Kalium ini berasal dari sel tetangganya. Cahaya sangat
berperan merangsang masuknya ion Kalium ke sel penjaga dan jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap, maka ion Kalium akan kembali keluar sel penjaga. Ketika ion Kalium masuk ke dalam sel penjaga, sejumlah yang sama ion
22
faktor penyebab terbukanya stomata. Asam organik yang disintesis umumnya
adalah asam malat dimana ion-ion Hidrogen terkandung di dalamnya. Asam malat adalah hasil yang paling umum didapati pada keadaan normal. Karena
ion Hidrogen diperoleh dari asam organik, pH di sel penjaga akan turun (akan menjadi semakin asam), jika H+ tidak ditukar dengan K+ yang masuk (Salisbury dan Ross, 1995: 86).
Aktivitas Nitrat Reduktase
Nitrat reduktase merupakan enzim yang penting dalam rantai reduksi nitrat
menjadi amonium yang berguna dalam pembentukan asam amino, protein dan senyawa-senyawa lain yang mengandung unsur N (Levitt, 1980). Jumlah
enzim nitrat reduktase dalam suatu organisme ditentukan berbagai faktor lingkungan dan nutrisi.
Pada awal proses fiksasi nitrogen, nitrat direduksi menjadi nitrit oleh
enzim nitrat reduktase. Nitrit yang terbentuk di dalam sitosol bintil kemudian diangkut ke akar atau daun untuk direduksi menjadi amonium. Reaksi tersebut memerlukan elektron yang berasal dari air (H2O) dan dikatalisis oleh
enzim nitrit reduktase. Amonium atau NH4+ yang dihasilkan dengan cepat diubah menjadi gugus amida dari asam amino glutamin dan asparagin (Junica
Fitriana, dkk. 2008).
Penyebaran nitrat reduktase hampir dalam seluruh bagian tanaman, akan tetapi umumnya paling banyak pada daun. Lokasi subseluler enzim ini antara
23
Aktivitas nitrat reduktase dapat diinduksi oleh substratnya yaitu NO3
(inducible enzyme) dan dihambat oleh produknya (NO2). Nitrat reduktase
umumnya menunjukkan aktivitas yang optimal pada medium yang memiliki
kisaran pH 6,5-7,5 dan hal ini sangat bergantung dari spesies tanaman, demikian juga nilai Km bervariasi antara 0,11-0,45 mM. Aktivitas nitrat reduktase sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena energi yang
digunakan selama proses reduksi nitrat diperoleh dari hasil fotosintesis (Anonim, 2014: 14).
Hasil pengukuran aktivitas enzim nitrat reduktase mempunyai nilai aplikatif karena dapat digunakan antara lain untuk memprediksi produktivitas
suatu tanaman semusim. Hal ini didasarkan atas beberapa hal antara lain (Anonim, 2014: 15) :
1. Nitrat reduktase merupakan enzim pertama dalam jalur reduksi nitrat
yang selanjutnya menentukan sintesis amonium dan asam amino 2. Nitrat reduktase sebagai enzim regulator (dapat dinduksi oleh
substratnya dan dihambat oleh produknya)
3. Pola kinetik nitrat reduktase menunjukkan pola kinetik yang labil yakni mudah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (misalnya : pH,
24
C. Kajian Pupuk untuk Tanaman
Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Sukamto
Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dengan penambahan dan pengembalian zat-zat hara secara buatan diperlukan agar produksi tanaman tetap normal atau meningkat. Jenis pupuk
yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga diperlukan metode diagnosis yang benar agar unsur hara yang ditambahkan hanya yang
dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang di dalam tanah (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk dapat berbeda pengertiannya sesuai dengan cakupan luasannya. Menurut jumlah unsur haranya pupuk dibedakan menjadi pupuk tunggal dan
majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang digunakan untuk menyuplai satu jenis hara, sekalipun di dalamnya terdapat beberapa hara lainnya sebagai ikatan, sedangkan pupuk majemuk merupakan kombinasi campuran secara
fisik atau formulasi pupuk (dua atau lebih pupuk tunggal) untuk memasok dua atau lebih unsur hara sekaligus (Yuseffa Amilla, 2011).
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan menyuplai
25
Pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya
maksimum 5%. Karena itu, kandungan NPK pupuk organik cair relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan. Pertama, pupuk tersebut
mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat. Dalam bentuk kering, beberapa mikroorganisme mati dan zat tidak bisa aktif (Ayub S.P., 2004: 60)
Pemupukan melalui daun adalah menyediakan hara bagi tanaman dengan cara memasukkan langsung ke tanaman, sehingga ketersediaan hara bagi
tanaman dapat lebih terjamin. Penyerapan hara yang diberikan melalui daun akan berjalan lebih cepat, karena unsur hara masuk melalui stomata dan
langsung masuk ke dalam sel tanaman, sehingga dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan demikian energi yang digunakan untuk translokasi hara dari akar ke daun dapat dimanfaatkan untuk metabolisme
tanaman. Selain itu pemupukan melalui daun dapat mengurangi kerusakan pada tanah seperti halnya apabila dilakukan pemupukan melalui tanah (Ardiyaningsih, 2011).
Penggolongan pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan, cara aplikasi, bentuk dan kandungan unsur haranya. Berdasarkan
bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat. Pupuk cair adalah larutan mudah larut berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman. Kelebihan dari pupuk cair adalah dapat
26
kebutuhan tanaman. Namun, jika dilihat berdasarkan sumber bahan yang
digunakan, pupuk dibedakan menjadi pupuk anorganik dan pupuk organik (Sukamto Hadisuwito, 2012: 9-10)
Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral yang telah diubah melalui proses produksi, sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman. Sementara itu, pupuk organik adalah pupuk yang
terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat
fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan
mengandung unsur mikro. Dilihat dari bentuknya, pupuk organik terbagi menjadi dua, yakni pupuk organik padat dan cair (Sukamto Hadisuwito, 2012: 10).
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan pupuk organik ini
adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara.
Mekanisme Pupuk Akar dan Daun
1. Mekanisme Pupuk Akar
Akar merupakan organ non fotosintetik pada tanaman. Proses penyerapan hara dari permukaan akar ke dalam tanaman merupakan
27
mekanisme yaitu pertukaran ion, difusi, dan melalui kegiatan carrier
atau senyawa–senyawa metabolik pengikat ion. 2. Mekanisme Pupuk Daun
Mekanisme pengambilan unsur hara melalui daun terjadi karena adanya difusi dan osmosis melalui lubang stomata, sehinggga mekanismenya berhubungan dengan membuka dan menutupnya
stomata. Membukanya stomata merupakan proses mekanis yang diatur oleh tekanan turgor melalui sel-sel penutup sedangkan tekanan
turgor sendiri berbanding langsung dengan kandungan karbon dioksida dari ruang di bawah stomata. Meningkatnya tekanan turgor
akan membuka lubang stomata, dan pada saat itu unsur hara akan berdifusi ke dalam stomata bersamaan dengan air (Setyamidjaja, 1986).
D. Kajian Gelombang Suara (Sonic Bloom) dan Pengaruhnya terhadap Tanaman
Bunyi termasuk gelombang mekanik longitudinal. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya. Dalam perambatannya bunyi memerlukan medium perantara
dan rambatan atau perpindahan gelombangnya berupa rapatan dan renggangan bergantian secara periodik. Jarak yang dibentuk rapatan dan
28
1. Pengaruh Bunyi Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Gelombang adalah suatu getaran yang merambat, yang membawa energi dari satu tempat ke tempat lainnya (Sutrisno, 1979:
140). Gelombang bunyi merupakan vibrasi/getaran molekul-molekul zat yang saling beradu satu sama lain. Namun demikian, zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang serta
mentransmisikan energi, tetapi tidak pernah terjadi perpindahan partikel (Resnick dan Halliday, 1992: 166). Dengan kata lain
bunyi mempunyai energi, karena bunyi merupakan salah satu bentuk gelombang yang memiliki kemampuan untuk
menggetarkan partikel-partikel yang dilaluinya. Energi atau getaran yang dihasilkan oleh sumber bunyi tersebut mempunyai efek terhadap suatu tanaman, yaitu mampu merangsang stomata
daun untuk membuka. Getaran dari suara akan memindahkan energi ke permukaan daun dan akan menstimulasi stomata daun untuk membuka lebih lebar. Dengan membukanya stomata lebih lebar
berarti penyerapan unsur hara dan bahan-bahan lain di daun menjadi lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan
bunyi.
Dalam artikel Yannick Van Doorne yang berjudul The Effects of Variable Sound Frequencies on Plant Growth and
29
bisa mempengaruhi pembukaan stomata (Doorne, 2000: 3), sebagai
berikut:
1. Suara beresonansi dengan objek.
Suara beresonansi dengan rongga stomata. Menurut Dan Carlson, serapan nutrisi daun dan serapan air dapat ditingkatkan karena sifat permeabilitas membran stomata.
Menurut Weinberger (1972), suara dapat beresonansi dengan organel sel. Beberapa suara dengan frekuensi tertentu
beresonansi sehingga meningkatkan gerakan sitoplasma di dalam sel.
2. Fenomena kavitasi.
Kavitasi adalah fenomena yang disebabkan oleh suara dalam cairan. Suara yang terpancar akan mengenai sitoplasma.
Sitoplasma tersusun atas air dan beberapa bahan kimia terlarut (Istamar Syamsuri, 2003: 5). Suara dengan frekuensi tertentu yang mengenai sitoplasma menyebabkan munculnya
microbubbles (gelembung-gelembung mikro) yang kemudian beresonansi dengan suara dan mendorong dinding sel
penjaga. Oleh karena itu, tekanan turgositas mengalami peningkatan dan stomata dapat membuka secara maksimal. 3. Resonansi skala
30
resonansi skala karena sumber suara dengan frekuensi
tertentu dapat mengaktifkan gen tertentu dalam sel, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan ekspresi sel.
Ekspresi sel merupakan suatu proses dimana kode-kode informasi yang ada pada gen diubah menjadi protein-protein yang beroperasi di dalam sel. Metode resonansi
skala dengan mengirimkan urutan suara tertentu untuk merangsang atau menghambat gen protein yang sesuai
sangat berguna sebagai alat untuk mempelajari fungsi protein yang dapat mempengaruhi optimalisasi bukaan
stomata.
2. Penerapan Sonic Bloom pada Tanaman
Pada tahun 1972, Dan Carlson seorang ahli pemuliaan
tanaman dari Minnessota, Amerika Serikat, memperkenalkan teknologi sonic bloom. Konsep teknologi sonic bloom adalah gabungan antara pemberian suara dari sumber bunyi yang
memancarkan gelombang dengan frekuensi antara 3 .500-5.000 Hz dengan pemupukan nutrien melalui daun. Perpaduan ini akan
menjadi dua aktivitas yang bekerja secara sinergi yang mampu meningkatkan metabolisme dan produktivitas tanaman (Hartono Tapari, 2009: 16).
31
dan sejumlah pakar agroteknologi dari perguruan tinggi di Jateng,
seperti UKSW Salatiga, Unika Soegijapranata, UNS Surakarta, dan Unsoed Purwokerto pada pertengahan 2001 hingga 2005
merekomendasikan bahwa TSB (Teknik Sonic Bloom) sebagai terobosan yang bisa mendongkrak produksi dan kualitas komoditas pertanian. Dari pengkajian BPTP Jateng, TBS selain
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian hingga lebih dari 20%, juga ramah lingkungan. Untuk tanaman padi
32
E. Kerangka Berpikir
.
F. Hipotesis
Penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi pupuk cair organik pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) yang terpapar gelombang
suara garengpung frekuensi 4500 Hz dapat mempengaruhi luas bukaan stomata, aktivitas nitrat reduktase, berat dan jumlah buah tomat yang
diproduksi.
Pupuk
Pupuk Anorganik
Pupuk Organik
Teknologi Sonic Bloom
Suara Garengpung Termanipulasi pada frekuensi 4500 Hz
Stomata membuka lebih lebar
Tanaman Tomat
Penyerapan Pupuk daun lebih optimal
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen ini melibatkan satu faktor dengan 6 taraf sebagai perlakuan,
sehingga rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) karena satuan percobaan homogen
Faktor dalam penelitian yaitu variasi konsentrasi pupuk cair organik 0 cc/liter sebagai kontrol, 2 cc/liter, 2,5 cc/liter, 3 cc/liter, 3,5 cc/liter, dan 4 cc/liter dengan masing-masing perlakuan dilakukan 5 kali ulangan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 80 bibit tanaman tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) varietas Serfo.
34 2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) varietas Serfo hasil semaian sebanyak 30 tanaman
yang diambil secara acak.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2015 di Kebun
Biologi Lantai 4 Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta
D. Variabel Penelitian
1. Variabel kontrol:
a. Jenis tanaman tomat b. Umur tumbuhan tomat
c. Suara “garengpung” termanipulasi 4500 Hz
2. Variabel bebas
a. A: Konsentrasi pupuk 0 cc/liter terpapar suara b. B: Konsentrasi pupuk 2 cc/ liter terpapar suara
c. C: Konsentrasi pupuk 2,5 cc/liter terpapar suara d. D: Konsentrasi pupuk 3 cc/liter terpapar suara
e. E: Konsentrasi pupuk 3,5 cc/liter terpapar suara f. F: Konsentrasi pupuk 4 cc/liter terpapar suara 3. Variabel tergayut
35 c. Jumlah buah tomat
d. Bobot buah tomat
E. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan a. Gelas plastik b. Speaker
c. Penggaris
d. Timbangan analitik (AND, GR-300, 2012)
e. Timbangan roti f. Tabung reaksi
g. Vorteks
h. Spektrofotometer i. Kuvet spektrofotometer
j. Pinset k. Pipet tetes l. Gelas beker
m. Inkubator n. Gelas petri
36 2. Bahan yang digunakan
a. Benih tanaman tomat b. Kain
c. Plastik kecil d. Polibag e. Air
f. Tanah kompos
g. Pupuk cair organik “MITHAGROW”
h. Mika
i. Lem “alteco”
j. Akuades
k. Larutan buffer Na2HPO4.2H2O dan NaH2PO4.2H2O
l. 5M NaNO3
m. Reagen sulfanilamid 1% n. HCl 3 N
o. Larutan napthilethilendiamide 0,02%
p. NaNO2 60 µM
q. Alumunium foil
F. Prosedur Penelitian
1. Kegiatan di Lapangan
a. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan
37
c. Bibit tanaman tomat berumur 23 hari ditanam ke polibag.
d. Bibit tanaman tomat diaklimatisasi selama satu minggu.
e. Tanaman tomat diberi paparan suara “garengpung” selama satu
jam setiap pukul 07.00-08.00 WIB dan pukul 16.00-17.00 WIB f. Tanaman tomat disemprot pupuk daun dengan dosis pupuk 0
cc/liter sebagai kontrol, 2 cc/liter, 2,5 cc/liter, 3 cc/liter, 3,5 cc/liter,
dan 4 cc/liter setiap satu minggu sekali.
g. Epidermis daun tomat dicetak menggunakan mika dan lem “Alteco”
untuk pengamatan luas bukaan stomata.
h. Daun ketiga dari pucuk tanaman diambil sebagai sampel
pengamatan aktivitas nitrat reduktase pada saat pemanenan.
i. Pada saat panen, hasil produksi tanaman tomat dihitung jumlah dan bobot buah tomat.
2. Kegiatan Laboratorium
a. Cetakan stomata diamati untuk melihat luas bukaan stomata dengan menggunakan mikroskop.
b. Aktivitas nitrat reduktase dianalisis
G. Teknik Pengambilan Data
1. Perhitungan Luas Bukaan Stomata
Perhitungan luas bukaan mulut stomata daun tanaman tomat dilakukan dengan mengambil 1 sampel yaitu daun ke 5 dari daun yang
38
1x1 cm, kemudian ditempelkan di bagian bawah daun dengan menggunakan lem “Alteco”.Cetakan daun yang telah diambil
kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop Nikon Eclipse
E200 dengan perbesaran 40x. Mikroskop tersebut telah dilengkapi dengan opti lab yang berguna dalam mempermudah pengamatan dan pengambilan data. Setelah data foto stomata diperoleh,
selanjutnya dikalibrasi dengan aplikasi mikrometri untuk melihat ukuran luas bukaan stomata.
2. Analisis Aktivitas Nitrat Reduktase (ANR) a. Pengukuran ANR
1) Daun ketiga dari daun yang sudah membuka penuh saat panen sekitar jam 9-10 pagi sebagai sampel pengamatan.
2) Daun dicuci dengan akuades, diiris halus (menghilangkan tulang daun) kemudian irisan daun diambil sebanyak 200 mg.
3) Daun yang telah ditimbang tadi dimasukkan ke dalam larutan buffer Na2HPO4.2H2O dan NaH2PO4.2H2 pada
pH 7,5 masing-masing 5 ml dalam tabung gelap kemudian ditutup dan direndam selama 24 jam
4) Setelah 24 jam, larutan buffer dibuang dan diganti
39
5) Kemudian ditambahkan 0,1 ml 5 M NaNO3 pada tiap
tabung gelap.
6) Waktu penambahan NaNO3 sebagai waktu inkubasi 0.
7) Diinkubasi selama 2 jam.
8) Sementara itu, reagen 0,2 ml sulfanilamid 1% yang dilarutkan dalam 3 N HCl dan 0,2 ml larutan
napthilethilendiamid 0,02%. dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain
9) Kemudian 0,1 ml filtrat yang telah diinkubasi selama 2 jam tadi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah diisi reagen, HCl dan larutan napthylethylendiamide.
10)Tabung reaksi dikocok agar filtrat bercampur untuk
mempercepat reaksi, didiamkan sekitar 15 menit sehingga terjadi reduksi NO2- dengan reagen
pewarna yang akan memunculkan warna merah
muda.
11)Selanjutnya, pada tabung reaksi ditambahkan akuades
sebanyak 2,5 ml sebagai pengencer warna.
12)Larutan dalam tabung reaksi dimasukkan ke dalam kuvet spektrofotometer untuk diamati absorbansinya
40
b. Pembuatan kurva standar NO2 (nitrit)
1) Larutan NaNO2 60 µM disiapkan
2) 8 tabung reaksi disiapkan dan masing-masing tabung
diisi seperti pada tabel 2 di bawah ini.
Larutan Nomor Tabung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Konsentrasi NO2-
(nmol)
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36
NaNO2 60 μM
(μl)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
NED (μl) 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 SA (μl) 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Akuades (μl)
2600 2500 2400 2300 2200 2100 2000 1900 1800 1700
Volume Total (μl)
3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000
3) Nilai absorbansi dihitung untuk masing-masing
konsentrasi nitrit.
4) Nilai absorbansi (Y) dan kandungan nitrit (X) dijumlahkan yang masih mengikuti hukum
Lambert-Beer (eksponensial).
41
5) Absorbansi standar (Y)
(Anonim, 2014: 16-18)
c. Penentuan aktivitas nitrat reduktase:
Menurut Hartiko cit Listyawati (Dwi Karsiwi Peni, dkk, 2004: 3), penentuan aktivitas nitrat reduktase dengan rumus:
ANR =
x 50 x
x x Keterangan:
BB : Berat basah (mg) W1 : Waktu inkubasi (jam) 3. Perhitungan Produktivitas Tanaman
Perhitungan produktivitas tanaman dilakukan dengan melakukan pengukuran bobot buah total tiap tanaman perlakuan. Pemanenan
dilakukan dengan memetik buah tomat yang telah siap petik
42 H. Teknik Analisis Data
Data dianalisis menggunakan SPSS 16 for Windows dengan analisis ragam satu arah (one way anova) dan apabila terdapat beda nyata antar perlakuan,
maka dilakukan uji lanjut (uji pembanding ganda) yang bertujuan untuk menguji perbedaan antarpelakuan dengan menggunakan Uji Berganda Duncan atau Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%. Rancangan
analisis data penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rancangan Analisis Data Penelitian dengan perlakuan Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
Ulangan Konsentrasi Pupuk Cair Organik
0 cc/l
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Objek penelitian ini menggunakan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum
Mill.) yang telah diberi pemaparan gelombang suara Garengpung (Dundubia manifera) termanipulasi pada frekuensi 4500 Hz dan diberi variasi perlakuan konsentrasi pupuk cair organik untuk mengetahui luas bukaan stomata dan
produktivitas tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah luas bukaan mulut stomata, aktivitas nitrat
reduktase, berat tomat, dan jumlah tomat yang diproduksi.
Hasil dari pengukuran faktor klimatik dan edafik media yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) sebagai
berikut:
Tabel 4. Data Faktor Klimatik Dan Edafik Tanaman Tomat
No Faktor Klimatik/Edafik Nilai
1 pH Tanah 6,5
2 Kelembaban Tanah 4,4
3 Kecepatan Angin 0,5 m/s
4 Kelembaban Udara 51 %
5 Suhu Udara 30oC
6 Intensitas Cahaya 99 Lux
Tanaman tomat toleran terhadap beberapa kondisi lingkungan tumbuh. Namun tanaman ini menghendaki sinar matahari sedikitnya 6 jam lama
44
antara 20-25oC. Apabila suhu melebihi 26oC, di daerah tropik, hujan lebat dan
mendung menyebabkan dominansi pertumbuhan vegetatif selain masalah serangan penyakit tanaman. Sedangkan pada daerah kering, suhu tinggi dan
kelembapan rendah dapat menyebabkan hambatan pembungaan dan pembentukan buah. Pigmen penyebab warna merah pada kulit buah hanya dapat berkembang pada temperatur 15-30oC. Sedangkan untuk tingkat keasaman tanah, tanaman
tomat tumbuh pada pH 5-6,5 atau normal cenderung ke asam (Sumeru Ashari,1995:259-260). Dari Tabel 4, menunjukkan kondisi lingkungan tempat
tanaman tomat tumbuh tidak pada suhu optimum (20-25oC) tetapi masih pada lingkungan yang toleran untuk pembentukan pigmen warna merah pada kulit buah
yaitu pada temperatur 15-30 oC. Sedangkan untuk pH tanah, kondisi tanah sudah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tomat yaitu 6,5
A. Pembukaan Mulut Stomata Daun Tanaman Tomat
Perhitungan luas bukaan mulut stomata tanaman tomat dilakukan dengan mengambil sampel daun bagian epidermis bawah dan kemudian diamati menggunakan mikroskop khusus Nikon Eclipse E200 dengan perbesaran
40x10.
Mekanisme membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh keadaan
45
Gambar 3. Histogram Rerata Luas Bukaan Mulut Stomata Daun Tanaman Tomat dengan Pemaparan dan Tanpa Pemaparan Gelombang Suara “Garengpung”
Gambar 3 menunjukkan bahwa rerata luas bukaan mulut stomata daun tanaman tomat yang diberi pemaparan suara lebih lebar dibandingkan dengan
rerata luas bukaan mulut stomata daun tanaman tomat tanpa pemaparan suara. Perbedaan luas bukaan mulut stomata ini disebabkan oleh gelombang
suara yang menghasilkan efek resonansi pada sel-sel tanaman dan memungkinkan untuk terkumpulnya energi pada metabolisme tanaman. Sel tetangga di sekeliling stomata berperan pada perubahan osmotik kemudian
menyebabkan sel penutup (sel penjaga) bergerak yang mengatur lebar celah. Ketika sel penjaga mengambil air dari proses osmosis, sel penjaga akan
mengembang dan meningkatkan ukuran celah antar sel. Ketika sel kehilangan air maka sel akan mengkerut dan mengecil bersamaan kemudian menutup
46
tinggi ke sel dengan potensi air yang lebih rendah (Juli Astono, dkk. 2014:
140).
Pemberian paparan gelombang suara garengpung mempengaruhi
mekanisme membuka menutupnya stomata yaitu menyebabkan fenomena kavitasi. Fenomena kavitasi terjadi karena adanya suara dalam suatu cairan. Frekuensi suara tertentu yang mengenai sitoplasma menyebabkan
pembentukan gelembung-gelembung mikro (micro-bubbles). Kemudian
microbubbles tersebut beresonansi sangat cepat dengan suara dan mendorong
dinding sel penjaga (Juli Astono, dkk . 2014: 140-141)
Dalam artikel Yannick Van Doorne yang berjudul “The Effects of
Variable Sound Frequencies on Plant Growth and Development”
dijelaskan bahwa suara dengan frekuensi tertentu bisa mempengaruhi pembukaan stomata (Doorne, 2000: 3). Dengan pemaparan gelombang suara
yang tepat, stomata terangsang untuk tetap terbuka, maka penyerapan nutrisi dan uap air lewat daun akan meningkat. Secara tidak langsung ini dapat meningkatkan pertumbuhan serta produksi tanaman.
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Deswi Qur’ani yaitu “Pengaruh Variasi Dosis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Buncis
(Phaseolus vulgaris .L) dengan Pemaparan Gelombang Suara Garengpung Termanipulasi pada Frekuensi 4500 Hz” pada tahun 2016 menunjukkan bahwa bahwa rata luas bukaan stomata daun tertinggi terdapat pada
47
suara “Garengpung” (Dundubia manifera) termanipulasi pada frekuensi 4500
Hz (Deswi Qur’ani, 2016: 42).
Tabel 5. Uji Normalitas Rerata Luas Bukaan Mulut Stomata Daun Tanaman Tomat dengan Pemaparan Suara.
Dosis Pupuk Shapiro-Wilk
Statistik df Sig dengan pemaparan suara garengpung (Tabel 5) dari perlakuan untuk
konsentrasi pupuk 0 cc/l; 2cc/l; 2,5 cc/l; 3 cc/l; 3,5 cc/l; dan 4 cc/l berturut-turut memiliki nilai signifikansi adalah 0,425; 0,567; 0,777; 0,344; 0,517 dan 0,382. Nilai signifikansi dari variabel lebih besar daripada 0,05, maka
populasi data terdistribusi normal. Dengan kata lain pemaparan suara garengpung diterima secara merata oleh seluruh tanaman.
B. Aktivitas Nitrat Reduktase
Menurut Alnopri (2004) Nitrat reduktase merupakan salah satu enzim
48
Gambar 4. Grafik Nilai ANR Tanaman Tomat dengan Pemaparan Gelombang Suara “Garengpung”
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai ANR terbesar adalah pada tanaman tomat dengan perlakuan konsentrasi pupuk 3,5 cc/l
dengan rerata 0,097 µmol. Sedangkan rata-rata nilai ANR terkecil adalah tanaman tomat dengan perlakuan konsentrasi 2 cc/l yaitu 0,039 µmol.
Pupuk organik cair mengandung hara makro dan mikro essensial (N, P, K,
S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Menurut Yuseffa Amilla (2011), selain mengandung unsur nitrogen yang berfungsi menyusun semua
protein, asam amino dan klorofil, pupuk organik cair juga mengandung unsur hara mikro yang berfungsi sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Menurut Deswi Qur’ani (2016), semakin besar
dosis pupuk yang diberikan semakin besar pula nilai aktivitas nitrat reduktase. Namun pada Gambar 4 menunjukkan penurunan pada perlakuan konsentrasi
2 cc/l dan pada 4 cc/l, ini dapat disebabkan ketersediaan unsur hara nitrogen pada media sangat kurang atau aktivitas induksi nitrat pada daun terhambat.
0,064
49
Menurut Endang Anggar Wulan dan Solichatun (2008), enzim nitrat
reduktase tergantung pada ketersediaan hara nitrogen dalam media, dan aktivitasnya diinduksi oleh nitrat yang ada di daun. Hari Hartiko menyatakan
bahwa banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas nitrat reduktase, baik faktor dalam (umur fisiologis jaringan, jenis tumbuhan, hormon, energi pereduksi dari fotosintesis dan respirasi, struktur anatomi organ dan faktor
genetik) dan faktor luar (nutrisi, temperatur, cahaya dan air) (Widyastuti, 1991). Akumulasi nitrat pada tanaman berhubungan dengan karakter genetik
dan pengaturan beberapa faktor misalnya pemupukan nitrogen. Kandungan nitrat pada jaringan tanaman tergantung pada cara pemupukan N dan proses