PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) SE
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Isma Octavia Ade Fufani NIM 7350407085
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Murwatingsih, MM Moh. Khoirudin, Se, M. Si
NIP. 195201231980032001 NIP.197001062008121001
Mengetahui :
a/n Ketua Jurusan Manajemen Sekretaris Jurusan Manajemen
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Penguji
Dr. Ketut Sudarma, MM NIP. 195211151978031002
Anggota I Anggota II
Dra. Murwatiningsih, MM Moh. Khoiruddin, SE, M. Si
NIP. 195201231980032001 NIP.197001062008121001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Agustus 2013
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Jangan mencari tuhan karena kamu butuh
jawaban. Carilah tuhan karena kamu tahu
bahwa dia-lah jawaban atas
pertanyaanmu itu. Banyak kegagalan
dalam hidup ini di karenakan
orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya
mereka dengan keberhasilan saat mereka
menyerah.
- Thomas A. Edison
Persembahan :
Orangtuaku tercinta terimakasih atas doanya.
vi PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul : Pengaruh struktur modal terhadap sisa hasil usaha (SHU)
pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) se Kota Semarang Penulis
menyadari bahwa skripsi ini tak dapat disusun tanpa adanya peran dari berbagai
pihak yang turut mendukung, membimbing, dan membantu, hingga penelitian ini
selesai. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas
Negeri Semarang.
3. Dra. Palupiningdyah, M.Si, Ketua Jurusan Manajemen UNNES, yang
telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.
4. Dra. Murwatiningsih, MM Pembimbing I yang membimbing,
mengarahkan, dan memotivasi dalam pembuatan skripsi ini.
5. Moh. Khoiruddin, SE, M.Si Pembimbing II yang dengan sabar
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
vii
6. Dr. Ketut Sudarma, MM Penguji Skripsi yang mengarahkan, dan
memotivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang selalu membimbing didalam dan
diluar perkuliahan.
8. Orangtua dan keluarga terima kasih untuk kasih sayang, semangat, dan
dukungannya.
9. Teman-teman Manajemen angkatan 2007 dan teman-teman yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini.
10. Semua pihak yang turut membantu, mendukung dan memotivasi sebelum,
saat, dan sesudah penulisan skripsi ini.
Semoga segala kebaikan yang telah dicurahkan mendapat balasan dari
Tuhan Yang Maha Esa, amin. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.
Semarang, Agustus 2013
viii SARI
Isma Octavia Ade Fufani, 2013. “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Se Kota Semarang”. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Murwatiningsih, MM. Pembimbing II : Moh Khoiruddin, SE, M.Si.
Kata Kunci: Modal Sendiri, Modal Pinjaman, Sisa Hasil Usaha (SHU).
Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, meskipun tidak berorientasi mencari keuntungan semata akan tetapi usaha-usaha yang dikelola harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha. Demikian halnya pada KPRI di Kota Semarang setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) yang wajar. Mengingat fungsi Sisa Hasil Usaha (SHU) yang sangat penting bagi kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa dapat meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Salah satu upaya untuk meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) tersebut adalah dengan menggunakan modal yang dimiliki KPRI, baik Modal Sendiri maupun Modal Pinjaman secara efisien serta memiliki struktur finansial dan struktur modal yang baik. Dengan Modal Sendiri dan Modal Pinjaman yang digunakan untuk mengelola usaha-usaha KPRI, diharapkan dapat meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU). Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? (2) Adakah pengaruh rasio pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? (3) Seberapa besar pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio
ix
terjadi multikolinearitas dalam model empiris yang diuji. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tolerance dari semua variabel independen yang lebih dari 0,10. Hasil pertimbangan nilai VIF (Variance Inflation Factor) menunjukkan tidak ada satupun variabel independen yang memiliki VIF lebih dari 10. Nilai D-W 1,951 lebih besar dari batas atas (du) 1,67 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. Pola yang jelas dengan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y pada uji scatterplot menunjukkan tidak mengandung heterokedastisitas.
Pengaruh struktur modal terhadap sisa hasil usaha, struktur modal dan sisa hasil usaha berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap sisa hasil usaha yang ditunjukan oleh F hitung sebesar 4,921 dengan sig 0,000. F hitung dengan tingkat signifikansi 0.000 jauh lebih kecil dari level significance 5% (0,05) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Struktur modal mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh nilai t hitung untuk struktur modal -0,024 dengan sig 0,014. Struktur modal sendiri mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh nilai t hitung untuk variabel modal sendiri sebesar 0,294 dengan sig 0,009. Struktur modal pinjaman mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh hasil t hitung untuk variabel struktur modal sebesar -0,157 dengan sig -0.003.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 7
xi
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Koperasi ... 10
2.1.1 Pengertian Koperasi ... 10
2.1.2 Jenis Jenis Koperasi ... 13
2.1.3 Modal Koperasi ... 14
2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU) ... 18
2.2.1 Pembagian Sisa Hasil Usaha ... 19
2.2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi SHU ... 21
2.2.3 Prinsip Prinsip Pembagian SHU ... 22
2.6 Hubingan Modal Sendiri dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) ... 24
2.7 Hubingan Modal Pinjaman dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) ... 26
2.8 Stuktur Modal ... 26
2.8.1 Definisi Struktur Modal ... 26
2.8.2 Faktor Faktor yng Mempengaruhi Struktur Modal ... 39
2.9 Penelitian Terdahulu ... 42
xii
2.11 Hipotesis ... 46
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Penelitian ... 48
3.2 Sampel Penelitian ... 48
3.3 Variabel Penelitian ... 50
3.3.1 Variabel Independen ... 50
3.3.2 Variabel Dependen ... 51
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 52
3.5 Metode Pengolahan Dan Analisis Data ... 52
3.6 Analisis Inferensial ... 53
3.6.1 Uji Normalitas Data ... 53
3.6.2 Analisis Regresi Berganda ... 53
3.6.3 Koefisien Determinasi R² ... 54
3.7 Uji Hipotesis ... 54
3.7.1 Uji Hipotesis t-test ... 54
3.7.2 Uji Hipotesis F-test ... 55
3.8 Uji Asumsi Klasik ... 56
xiii
3.8.2 Multikolinearitas ... 56
3.8.3 Heteroskedastisitas ... 57
3.8.4 Autokorelasi ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 59
4.1.1 Obyek Penelitian ... 59
4.1.2 Jenis Usaha KPRI ... 59
4.2 Struktur Modal ... 64
4.3 Variabel Struktur Modal ... 60
4.3.1 Variabel Struktur Modal Sendiri (DER) ... 64
4.3.2 Variabel Struktur Modal Pinjaman (DAR) ... 65
4.3.3 Sisa Hasil Usaha ... 65
4.4 Uji Analisis Data ... 66
4.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 66
4.4.2 Uji Normalitas ... 66
4.4.3 Uji Multikolinieritas ... 67
xiv
4.4.5 Uji Autokorelasi ... 70
4.5 Analisis Regresi ... 71
4.6 Uji Hipotesis ... 72
4.6.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 72
4.6.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 73
4.7 Koefisien Determinasi ... 74
4.8 Pembahasan ... 74
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Pembahasan ... 77
5.2 Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Daftar Sampel KPRI di Kota Semarang ... 49
Tabel 4.1 Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2010 ... 61
Tabel 4.2 Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2011 ... 62
Tabel 4.1 Sisa Hasil Usaha KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011 ... 63
Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas Rangkuman Nilai tolerance dan VIF ... 68
Tabel 4.8 Uji glejser ... 69
Tabel 4.7 Hasil Analisis Autokorelasi ... 70
Tabel 4.7 Durbin-Watson Test ... 70
Tabel 4.9 Analisis Regresi Linier Berganda ... 71
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 46
Gambar 4.1 Uji Normalitas Data dengan P-Plot...67
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Keuangan 2010 ... 82
Lampiran 2 Data Keuangan 2011 ... 84
Lampiran 3 Data Keuangan Regresi 2010 ... 86
Lampiran 4 Data Keuangan Regresi 2011 ... 88
Lampiran 5 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DER 2010 ... 90
Lampiran 6 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DER 2011 ... 91
Lampiran 7 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DAR 2010 ... 92
Lampiran 8 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DAR 2011 ... 93
Lampiran 9 Data Struktur Modal 2010 ... 94
Lampiran 10 Data Struktur Modal 2011 ... 95
Lampiran 11 Data Struktur Modal (Log) 2010 ... 96
Lampiran 12 Data Struktur Modal (Log) 2011 ... 97
Lampiran 13 Data Debt to Equity Ratio (DER) 2010-2011 ... 98
Lampiran 14 Data Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2010-2011 ... 99
Lampiran 15 Data Sisa Hasil Usaha... 100
xviii
Lampiran 17 Data Peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) 2011 ... 102
Lampiran 18 Data Peningkatan Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2010 ... 103
Lampiran 19 Data Peningkatan Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2011 ... 104
Lampiran 20 Data Peningkatan Sisa Hasil Usaha ... 105
Lampiran 21 Populasi ... 106
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Koperasi lahir sebagai reaksi terhadap sistem liberalisme ekonomi pada
permulaan abad ke19, yang pada waktu itu sekelompok kecil pemilik-pemilik
modal menguasai kehidupan masyarakat. Mereka hidup berlebih sedangkan
sekelompok besar dari masyarakat yang lemah kedudukan sosial ekonominya
makin terdesak. Pada saat itulah tumbuh gerakan Koperasi, yang menentang aliran
individualisme dengan asas kerja sama dan bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat. Bentuk kerja sama ini melahirkan perkumpulan Koperasi.
Dalam tata perekonomian nasional kita, sangat diharapkan agar Koperasi
Indonesia dapat menempati posisi dan kedudukan yang penting. Bahkan Koperasi
Indonesia diharapkan menjadi soko guru perekonomian nasional Indonesia.
Koperasi Indonesia mempunyai dasar konstitusional yang kuat, yakni UUD 1945
pasal 33 ayat 1 berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dalam penjelasan dari pasal tersebut
dikatakan bahwa produksi dikerjakan oleh semua untuk semua, di bawah
pimpinan atau kepemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Oleh karena
itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
Menurut UU No. 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi, dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat, yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah Koperasi yang
anggota-anggotanya terdiri dari para Pegawai Negeri Republik Indonesia dalam
suatu daerah kerja. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) merupakan
salah satu jenis Koperasi yang membutuhkan modal yang cukup untuk
menggerakkan dan meningkatkan seluruh bidang usahanya. Sebagian besar KPRI
dalam mengelola usahanya lebih mengutamakan menggunakan Modal Sendiri
daripada Modal Pinjaman.
Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, meskipun tidak
berorientasi mencari keuntungan semata akan tetapi usaha-usaha yang dikelola
harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan
hidup dan meningkatkan kemampuan usaha. Keuntungan di dalam Koperasi biasa
disebut dengan istilah Sisa Hasil Usaha (SHU). Berdasarkan UU No.25 Tahun
1992 Pasal 45 Ayat 1 Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan Koperasi yang
diperoleh dalam waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
Jumlah Sisa Hasil Usaha yang diperoleh secara teratur serta
kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu
mendapat perhatian dalam menilai keuntungan suatu Koperasi. Stabilitas usaha
menunjukkan kemampuan Koperasi menggunakan modalnya secara efisien
sehingga memperoleh keuntungan yang besar. Adapun faktor yang mempengaruhi
SHU terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam seperti partisipasi
anggota, jumlah Modal Sendiri, kinerja pengurus, jumlah unit usaha yang
dimiliki, kinerja manajer, dan kinerja karyawan. Sedangkan faktor dari luar seperti
modal pinjaman dari luar, para konsumen dari luar selain anggota Koperasi dan
pemerintah (Tri Ruli Yanti, 2005).
Semakin besar SHU yang diperoleh Koperasi akan meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Untuk
meningkatkan perolehan SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang
berhasil dihimpun oleh Koperasi untuk menjalankan usahanya. Modal Koperasi
terdiri dari Modal Sendiri dan Modal Pinjaman. Modal Sendiri dapat berasal dari:
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan Modal
Pinjaman dapat berasal dari: anggota, Koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank
dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta
sumber lainnya yang sah.
Hubungan modal Koperasi dengan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) juga
tergantung pada peran aktif anggotanya untuk tetap mempertahankan untuk
menjadi anggota, artinya setiap anggota tidak akan meninggalkan Koperasinya.
untuk mempertahankan mereka mempercayai Koperasinya, bahwa pengelolaan
Koperasi benar-benar sehat, baik sehat organisasi maupun sehat usaha.
Dalam setiap tahunnya SHU yang diperoleh Koperasi disisihkan dan
dibagi untuk keperluan: cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurus, dana
pegawai, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja.
Adapun cara dan besarnya penyisihan SHU ditetapkan dalam Rapat Anggota
Tahunan (RAT) masing-masing Koperasi.
Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak,
maka perolehan SHU bagi Koperasi pada setiap tahun menjadi sangat penting.
Melalui SHU, Koperasi dapat memupuk Modal Sendiri yaitu dengan dana
cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan
memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU,
apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai
tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal.
Oleh sebab itu apabila Koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap
tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya.
Pada KPRI Kota Semarang, setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk
memperoleh Sisa Hasil Usaha. Mengingat fungsi SHU yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa
dapat meningkatkan perolehan SHU. Dengan pengelolaan Modal Sendiri yang
baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat mendatangkan keuntungan
Sisa Hasil Usaha (SHU) bagi Koperasi. Jika Modal Sendiri naik maka Sisa Hasil
KPRI Kota Semarang adalah Koperasi yang usahanya bertumpu pada
usaha pertokoan, simpan pinjam dan aneka jasa, berbagai jenis usaha ini dikelola
oleh KPRI se Kota Semarang. Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok merupakan
Modal Sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup
dan usaha pada KPRI Kota Semarang. Modal Sendiri yang diperoleh dari
simpanan anggota digunakan Koperasi untuk usaha simpan pinjam dengan
didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar diharapkan akan
diperoleh SHU yang cukup besar pula.
Dalam setiap tahunnya KPRI Kota Semarang membuat Laporan Tahunan
Pengurus dan Pengawas yang berisi tentang laporan pertanggungjawaban
pengurus kepada Rapat Anggota atas kegiatan Koperasi dan usahanya yang
dilakukan selama satu tahun. Adapun tujuan dibuatnya laporan tersebut untuk
mengevaluasi sampai sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh KPRI
Kota Semarang.
Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak,
maka perolehan SHU bagi Koperasi pada setiap tahun menjadi sangat penting.
Melalui SHU, Koperasi dapat memupuk Modal Sendiri yaitu dengan dana
cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan
memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU,
apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai
tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal.
Oleh sebab itu apabila Koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap
Pada KPRI Kota Semarang, setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk
memperoleh Sisa Hasil Usaha. Mengingat fungsi SHU yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa
dapat meningkatkan perolehan SHU. Dengan pengelolaan Modal Sendiri yang
baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat mendatangkan keuntungan
Sisa Hasil Usaha (SHU) bagi Koperasi. Jika Modal Sendiri naik maka Sisa Hasil
Usaha yang diperoleh akan naik juga.
KPRI Kota Semarang adalah Koperasi yang usahanya banyak bertumpu
pada pertokoan, simpan pinjam dan aneka jasa. Simpanan Wajib dan Simpanan
Pokok merupakan Modal Sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kelangsungan hidup dan usaha pada KPRI Kota Semarang. Modal Sendiri yang
diperoleh dari simpanan anggota digunakan Koperasi untuk usaha simpan pinjam
dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar diharapkan akan
diperoleh SHU yang cukup besar pula.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan analisis lebih lanjut
temuan-temuan empiris mengenai struktur modal. Khususnya yang menyangkut
kegunaannya dalam pengaruh terhadap sisa hasil usaha. Dalam penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu (1) variabel independen; Debt to Equity Ratio
(DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR), (2) Variabel Dependen ; Sisa Hasil
Usaha. Diadopsi dari variabel yang digunakan pada penelitian sebelumnya dan
berbagai sumber dari literatur lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel Struktur Modal dapat
sekarang serta untuk memproyeksi hasil atau laba yang akan datang, serta
berdasarkan penelitian terdahulu membuktikan ada hubungan variabel struktur modal
terhadap sisa hasil usaha, sehingga penelitian ini akan membahas mengenai
“Pengaruh Struktur Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Se Kota Semarang”
1.2 Perumusan Masalah
Perolehan besarnya SHU bagi koperasi menjadi sangat penting, karena
dengan meningkatnya SHU, maka akan meningkat pula kesejahteraan para
anggotanya dan masyarakat pada umumnya.
Diperlukan perhatian yang khusus dalam upaya meningkatkan SHU.
Masalah yang utama dalam koperasi untuk meningkatkan SHU selama ini adalah
dalam hal permodalan, tanpa adanya modal yang cukup koperasi tidak mungkin
dapat meningkatkan perolehan SHU. Dalam hal ini modal yang dimiliki koperasi
baik modal sendiri maupun modal pinjaman yang digunakan untuk menjalankan
usaha akan sangat menentukan perolehan SHU. Dalam hal ini KPRI harus
benar-benar memperhatikan struktur modal yang efektif dalam upaya meningkatkan
perolehan SHU.
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang?
2. Adakah pengaruh rasio pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR)
3. Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan
rasio modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa
Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan diadakannya
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
2. Untuk mengetahui pengaruh antara modal pinjaman Debt to Total
Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
3. Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio
(DER) dan modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) secara
bersama-sama terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
sebagai berikut :
a. Kegunaan Teoritis
Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian
dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang manajemen
keuangan terutama mengenai penerapan variabel struktur modal dalam
perkoperasian. Dapat mengetahui sejauh mana pengaruh Debt to Equity
Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil
penelitian lanjutan dengan topik dan pembahasan yang berkaitan dengan
penelitian.
b. Kegunaan Praktis
1. Bagi KPRI
Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kinerja
keuangan KPRI pada khususnya, dan bagi koperasi lain pada
umumnya.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu menciptakan kemampuan dalam
menganalisis kinerja keuangan sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan para civitas akademika khususnya dalam hal yang
10 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Koperasi
2.1.1 Pengertian Koperasi
Dilihat asal katanya, istilah Koperasi berasal dari bahasa Inggris
cooperation yang berarti usaha bersama. Dengan arti lain adalah segala bentuk
pekerjaan yang dilakukan secara bersamasama sebenarnya dapat dikatakan
sebagai Koperasi. Tetapi yang dimaksud Koperasi dalam hal ini bukanlah segala
bentuk pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dalam arti yang sangat
umum tersebut.
Secara umum yang dimaksud dengan Koperasi adalah suatu badan usaha
bersama yang bergerak di bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang
umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar
persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya (G. Kartasapoetra, dkk,
2007:1).
Menurut bapak Koperasi Indonesia Moh. Hatta, mendefinisikan Koperasi
adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh
keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan „seorang buat semua dan
Menurut UU No.25 Tahun 1992 Pasal 1 mengatakan bahwa Koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
1) Prinsip Koperasi
Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip Koperasi,
yaitu:
1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
(andil anggota tersebut dalam Koperasi).
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e. Kemandirian.
2) Dalam pengembangan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula
prinsip Koperasi sebagai berikut:
a. Pendidikan perkoperasian.
b. Kerjasama antar Koperasi.
Prinsip Koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja Koperasi
sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang
1) Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan Koperasi mengandung makna
bahwa menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan siapapun.
Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota
dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat yang
ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka
memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan
atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
2) Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan Koperasi
dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota
itulah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam.
3) Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada anggota dilakukan tidak
sematamata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam
Koperasi tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota
terhadap Koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan
perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.
4) Modal dalam Koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk
kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan.
Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para
anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya
modal yang diberikan, yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar
dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku dipasar.
5) Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa
pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Dalam
kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung
jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggung-jawabkan
perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.
Untuk pengembangan dirinya Koperasi juga melaksanakan dua
prinsip Koperasi yang lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama
antar Koperasi, hal tersebut merupakan prinsip Koperasi yang penting
dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota, dan
memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan Koperasi. Kerja sama
dapat dilakukan antar Koperasi ditingkat lokal, regional, nasional dan
internasional.
1.5Jenis Jenis Koperasi
Dasar jenis Koperasi Indonesia adalah kebutuhan suatu golongan dalam
masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas dan ekonominya. Berbagai
jenis Koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha untuk memperbaiki
kehidupan. Secara garis besar jenis Koperasi yang ada dapat kita bagi menjadi 5
golongan, yaitu: (Anoraga dan Widiyanti, 2007:1927).
1. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi ialah Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari
tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan
konsumsi.
Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang
bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui
tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk
kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah,
murah, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.
3. Koperasi Produksi
Koperasi Produksi adalah Koperasi yang bergerak dalam bidang
kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang, baik yang
dilakukan oleh Koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang
anggota Koperasi.
4. Koperasi Jasa
Koperasi Jasa adalah Koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa
tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.
5. Koperasi Serba Usaha
Koperasi Serba Usaha adalah Koperasi yang berusaha dalam beberapa
macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan para
anggota.
2.1.3 Modal Koperasi
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan
usahanya Koperasi memerlukan modal. Adapun modal Koperasi terdiri atas
Modal Sendiri dan Modal Pinjaman.
Menurut Riyanto (2001:227-240) ada 2 (dua) macam modal yaitu Modal
berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil
bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta). Dan yang dimaksud
dengan modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya
sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan merupakan utang
yang harus dibayar kembali.
Yang dimaksud dengan Modal Sendiri menurut Undang-Undang No. 25
tahun 1992 adalah modal yang menangung risiko atau disebut modal ekuiti.
Apabila dalam suatu tahun buku, Koperasi menderita kerugian maka yang harus
menanggung kerugian tersebut adalah komponen Modal Sendiri. Modal Sendiri
menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, sebagai berikut:
1. Simpanan Pokok
Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang
wajib dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk
menjadi anggota. Simpanan Pokok tidak dapat diambil kembali selama
yang bersangkutan masih menjadi anggota.
2. Simpanan Wajib
Simpanan Wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus
sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu
dan kesempatan tertentu. Simpanan Wajib tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan
Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk Modal Sendiri
dan untuk menutup kegiatan Koperasi bila diperlukan.
4. Hibah
Hibah adalah pemberian yang diterima Koperasi dari pihak lain berupa
uang atau barang secara cuma-cuma.
Bagi Koperasi, Modal Sendiri merupakan sumber permodalan yang utama,
hal tersebut karena alasan: (Anoraga dan Widiyanti, 2007:84)
1 . Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud
kepemilikan anggota terhadap Koperasi beserta usahanya. Anggota
yang memodali usahanya sendiri akan merasa lebih bertanggung jawab
terhadap keberhasilan usaha tersebut.
2. Alasan Ekonomi
Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih
efisien dan murah karena tidak diperkenankan persyaratan bunga.
3. Alasan Resiko
Modal Sendiri/anggota juga mengandung resiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan modal dari luar, khususnya pada saat usaha tidak
berjalan dengan lancar.
Yang dimaksud dengan modal pinjaman menurut Purwanto (1986:30)
pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan dan bukan dari
perusahaan itu sendiri. Dalam UU No.7 Tahun 1992 pinjaman adalah penyediaan
kesepakatan pinjaman antar bank dan pihak lain yang mewajibkan peminjam
untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga/
imbalan/ penghasilan hasil keuntungan. Modal pinjaman/ modal asing adalah
modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam
perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan
“utang” yang pada saatnya harus dibayar kembali (Riyanto 2001:227).
Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992 modal pinjaman koperasi
dapat berasal dari:
a. Anggota
Modal pinjaman dari anggota adalah pinjaman yang diperoleh dari
anggota koperasi yang bersangkutan, termasuk calon anggota yang
memenuhi syarat.
b. Koperasi lain dan atau anggotanya
Modal pinjaman dari koperasi lain dan atau anggotanya adalah
pinjaman yang diperoleh dari koperasi lain atau anggotanya yang
didasari dengan perjanjian kerja sama antar koperasi.
c. Bank dan Lembaga Keuangan lainya
Modal pinjaman ini diperoleh dari bank atau lembaga keuangan
lainya, dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
d. Penerbitan Obligasi dan surat utang lainya
Modal pinjaman ini diperoleh dari penerbitan obligasi atau surat utang
e. Sumber lain yang syah
Modal pinjaman ini diperoleh dari bukan anggota yang dilakukan
tidak melalui penawaran secara umum.
2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU)
Secara kompleks arti dari Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi adalah selisih
dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya-biaya
atau biaya total (Total Cost) dalam satu tahun waktu (Arifin Sitio dan Halomoan
Tambah, 2001 : 87). Sisa Hasil Usaha Koperasi bila ditinjau menurut UU No.25
Tahun 1992, tentang Perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah sebagai berikut:
1. Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
2. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada
anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing
anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan
perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
3. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
2.3 Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
Sisa Hasil Usaha pada dasarnya adalah jumlah dari kelebihan atau
kekurangan yang harus dikembalikan kepada anggota-anggota yang mengadakan
Pembagian SHU dibicarakan atau diputuskan dalam Rapat Anggota
kemudian ditetapkan dalam Anggaran Dasar Koperasi sebelum dibagikan kepada
anggota sesuai dengan hak anggota tersebut, SHU bersumber dari :
1. Dari usaha atau bisnis yang diselenggarakan dengan anggota.
2. Dari usaha atau bisnis yang diselenggarakan dengan bukan anggota.
Dari kedua sumber tersebut, maka SHU yang dibagikan kepada anggota
hanyalah SHU yang memang berasal dari usaha atau bisnis dengan anggota
Koperasi. Sedangkan SHU yang bersumber dari usaha yang bukan berasal dari
anggota dimasukkan ke dalam cadangan untuk modal Koperasi atau untuk
keperluan lainnya.
SHU Koperasi yang diterima oleh anggota bersumber dari dua kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu:
1. SHU atas jasa modal
Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik
ataupun investor, karena jasa atas modalnya.
2. SHU atas jasa usaha
Jasa ini menegaskan bahwa anggota Koperasi selain pemilik juga sebagai
pemakai atau pelanggan.
Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi diatur sebagai berikut:
(Anoraga dan Widiyanti, 2007: 8788)
1. SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota,
dibagikan untuk:
b. Para anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan
masingmasing
c. Dana Pengurus
d. Dana Pegawai/ karyawan
e. Dana Pendidikan Koperasi
f. Dana Sosial
g. Dana Pembangunan Daerah
2. Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan
untuk bukan anggota, dibagikan untuk:
a. Cadangan Koperasi
b. Dana Pengurus
c. Dana Pegawai/ karyawan
d. Dana Pendidikan Koperasi
e. Dana Sosial
f. Dana Pembangunan Daerah
Cara penggunaan Sisa Hasil Usaha tersebut, kecuali cadangan, diatur
dalam Anggaran Dasar dengan mengutamakan kepentingan Koperasi yang
bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan untuk memupuk modal Koperasi bila
diperlukan, oleh karenanya cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota
walaupun di waktu pembubaran.
Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan
Penggunaan Dana Pembangunan Daerah seyogyanya dilakukan setelah
mengadakan konsultasi dengan pihak pemerintah daerah setempat.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi SHU
Menurut Tri Ruli Yanti (2005) faktor yang mempengaruhi SHU adalah:
Faktor dari dalam yaitu :
1. Partisipasi Anggota
Anggota Koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan Koperasi
karena tanpa adanya peran anggota maka Koperasi tidak akan
berjalan lancar.
2. Jumlah Modal Sendiri
SHU anggota yang diperoleh sebagian dari Modal Sendiri yaitu
dari Simpanan Wajib, Simpanan Pokok, dana cadangan dan hibah.
3. Kinerja Pengurus
Kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang
dilakukan oleh Koperasi, dengan adanya kinerja yang baik dan
sesuai persyaratan dalam Anggaran Dasar serta Undang-Undang
perkoperasian maka hasil yang dicapaipun juga akan baik.
4. Jumlah unit usaha yang dimiliki
Setiap Koperasi pasti memiliki unit usaha hal ini juga menentukan
seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan
usaha.
Kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang
dilakukan Koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal yang
bersifat intern.
6. Kinerja Karyawan
Merupakan kemampuan seorang karyawan dalam mengelola
Koperasi.
Faktor dari luar yaitu :
1. Modal pinjaman dari luar
Modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara
bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan merupakan utang
yang pada saatnya harus dibayar kembali agar tidak menderita
kerugian.
2. Para konsumen dari luar selain anggota Koperasi
3. Pemerintah
Kekayaan Koperasi yang merupakan pemberian bantuan kepada
pihak Koperasi secara sukarela baik berwujud uang maupun barang
biasanya berasal dari pemerintah dan merupakan hibah.
2.5 Prinsip Prinsip Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
Agar tercermin azas keadilan, demokrasi, tranparasi, dan sesuai
dengan prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip
pembagian SHU sebagai berikut :
Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang
bersumber dari anggota sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari
anggota dijadikan sebagai cadangan koperasi. Oleh sebab itu.Langkah
pertama dalam pembagian SHU adalah memilahkan antara SHU yang
bersumber dari hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari
non anggota.
b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan
anggota sendiri.
SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan
insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang
dilakukannya dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi
SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada
anggota.
c. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.
Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang
dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga
setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif
berapa partisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya
juga merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi
dalam membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu
badan usaha, pendidikan dalam proses demokrasi.
SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan
demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang
sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
2.6 Hubungan Antara Modal Sendiri Dengan Sisa Hasi Usaha (SHU)
Setiap kegiatan usaha yang bertujuan untuk mendapatkan laba pasti
memerlukan modal. Modal tersebut merupakan sumber pembiayaan untuk
kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh badan usaha. Oleh karena itu, modal
merupakan satu masalah yang paling penting di dalam menjalankan suatu usaha
demikian halnya bagi Koperasi.
Berbagai penelitian tentang pengaruh Modal Sendiri terhadap Sisa Hasil
Usaha telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian Lubuk Novi
Suryaningrum (2007) mendapatkan hasil bahwa adanya pengaruh positif dan
signifikan antara Modal Sendiri terhadap perolehan SHU. Hal ini berarti semakin
besar Modal Sendiri yang dimiliki maka akan semakin besar pula SHU yang
diperoleh Koperasi. Tersedianya modal yang cukup,
akan sangat menentukan kelancaran kegiatan usaha Koperasi dan besarnya
volume usaha, demikian sebaliknya kurangnya modal bisa menghambat
kelancaran kegiatan usaha. Dengan menjaga kelancaran kegiatan usaha, maka
diharapkan kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang menguntungkan yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha.
Keberhasilan Koperasi dalam melaksanakan perannya sebagai badan usaha
Koperasi diutamakan berasal dari anggota. Modal anggota tersebut bersumber dari
Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib.
Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib akan semakin besar jumlahnya
apabila terjadi penambahan anggota, ini berarti modal Koperasi menjadi semakin
banyak pula. Namun apabila ada anggota yang keluar karena merasa tidak sesuai
lagi dengan tujuan Koperasi, maka simpanan anggota yang akan keluar tersebut
dapat diambil kembali yang mengakibatkan modal Koperasi berkurang.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengurus dituntut untuk bekerja keras agar tidak
ada anggota yang keluar, sehingga modal yang berasal dari Simpanan Pokok dan
Simpanan Wajib tidak mengalami penurunan. Karena hal tersebut akan
mempengaruhi perolehan SHU, untuk meningkatkan perolehan SHU sangat
tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh Koperasi.
Jumlah Sisa Hasil Usaha yang diperoleh secara teratur serta
kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu
mendapat perhatian dalam menilai kinerja suatu Koperasi. Stabilitas usaha
menunjukkan kemampuan Koperasi menggunakan modalnya secara efisien
sehingga memperoleh keuntungan yang besar.
SHU yang diterima anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal
yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan
Koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan
jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian adalah
Ha = Ada hubungan positif antara modal sendiri dengan perolehan Sisa Hasil
Usaha.
2.7 Hubungan Antara Modal pinjaman Dengan Sisa Hasi Usaha (SHU)
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh modal pinjaman
terhadap Sisa Hasil Usaha dapat disimpulkan Ha diterima Hal ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan modal pinjaman terhadap Sisa Hasil
Usaha (SHU). Dengan meningkatnya modal pinjaman maka akan diikuti pula
dengan meningkatnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Semarang.
Ha = Ada hubungan negatif antara modal pinjaman dengan perolehan Sisa Hasil
Usaha.
2.8 Struktur Modal
2.8.1 Definisi Struktur Modal
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri (Bambang Riyanto, 2001). Wasis
(1981) menyatakan bahwa struktur modal harus dapat dibedakan dengan
struktur keuangan. Struktur keuangan menyatakan dengan cara bagaimana
harta perusahaan dibiayai. Oleh karena itu struktur keuangan adalah
keseluruhan yang terdapat di dalam neraca sebelah kredit. Pada neraca
sebelah kredit terdapat hutang jangka panjang maupun jangka pendek, dan
modal sendiri baik jangka panjang maupun jangka pendek. Jadi struktur
keuangan mencakup semua pembelanjaan baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Sebaliknya struktur modal hanya menyangkut pembelanjaan
Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai pembiayaan
permanen yang terdiri utang jangka panjang, saham preferen dan modal
pemegang saham (Weston dan Capeland, 1997). Berdasarkan pengertian di
muka, struktur modal dapat diartikan sebagai perbandingan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri. Hutang jangka panjang terdiri dari
berbagai jenis obligasi dan hutang hipotik, sedangkan modal sendiri terdiri
dari berbagai jenis saham dan laba ditahan.
Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa
komponen (Bambang Riyanto, 2001) yaitu:
1. Modal asing atau hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk
membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari
perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut mencakup
jumlah yang besar.
Komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari:
a. Hutang hipotik
Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang
dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan).
b. Obligasi
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan
bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk
membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu.Pelunasan atau
tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari
keuntungan.
Hutang jangka panjang merupakan sumber dana bagi
perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu.
Hutang tersebut harus dibayar pada waktu yang sudah ditetapkan
tanpa memperhatikan kondisi keuangan perusahaan pada saat itu dan
harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan
sebelumnya. Dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu
membayar kembali hutang dan bunga, maka kreditor dapat memaksa
perusahaan dengan menjual aset yang dijadikan jaminannya. Oleh
karena itu, kegagalan membayar hutang atau bunganya akan
mengakibatkan perusahaan kehilangan kontrol terhadap
perusahaannya. Begitu pula sebaliknya para kreditor dapat
kehilangan kontrol sebagian atau keseluruhan dana pinjaman dan
bunganya, karena segala macam bentuk yang ditanamkan dalam
perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar
proporsi modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur
modal perusahaan akan semakin besar pula risiko kemungkinan
terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka
panjang beserta bunga pada saat jatuh tempo. Bagi kreditor hal ini
investasikan dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian
juga semakin besar.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan
dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya.
Modal sendiri bersal dari sumber intern maupun ekstern. Sumber intern
didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan
sumber ekstern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Komponen Modal sendiri terdiri dari :
1. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perusahaan
Terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari:
a. Saham Biasa
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka
panjang yang ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini
berarti harus siap menanggung segala risiko sebesar dana yang
ditanamkan.
b. Saham Preferen
Saham preferen adalah bentuk komponen modal jangka
panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan
hutang jangka panjang.
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak
dibayarkan sebagai deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan
modal perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko
usaha maupun risiko kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak
memerlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali
dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka
waktu pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, setiap
perusahaan harus mempunyai jumlah minimum modal yang
diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling
tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen
dan investasi-investasi yang berisiko kerugian relatif kecil. Hal ini
karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan
alasan apapun merupakan tindakan membahayakan bagi
keberlangsungan hidup perusahaan.
Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan
keputusan bidang keuangan yang penting bagi perusahaan. Apabila
dana yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi, maka perusahaan
harus mencari tambahan dana untuk memulai operasinya. Struktur
keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya
dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang terdiridari
Struktur modal dapat dilihat dengan adanya suatu
perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri,
yang mampu memaksimalkan keuntungan perusahaan pada tingkat
arus kas operasinya. Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk
membiayai operasi perusahaan, yang bisa dipenuhi dari pemilik modal
sendiri atau dari pihak lain berupa hutang. Arti penting struktur modal
terutama disebabkan oleh perbedaan karakteristik diantara jenis
modal, perbedaan karakteristik diantara jenis modal tersebut secara
umum mempunyai pengaruh pada dua aspek penting dalam kehidupan
perusahaan yaitu:
1. Terhadap kemampuan untuk menghasilkan laba
2. Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali
hutang jangka panjang.
Menurut Bambang Riyanto (2001), arti penting struktur modal
pada umumnya diperlukan dalam perusahaan yaitu:
1. Pada waktu mendirikan perusahaan
2. Pada waktu membutuhkan tambahan modal baru untuk ekspansi
3. Pada waktu diadakan konsolidasi
4. Pada waktu dijalankan penyusunan kembali struktur modal
Baik buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh
langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang
mempunyai struktur modal yang kurang baik, dimana mempunyai
perusahaan. Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan
perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan.
Berikut ini adalah beberapa teori struktur modal menurut
Weston and Capeland (1997):
1. Teori Mogdiliani-Miller (MM) tanpa pajak
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori
Mogdiliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa
struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah teori pasar sempurna atau pasar modal sempurna. Pasar modal
sempurna adalah pasar modal yang memiliki kondisi antara lain:
1. Tidak ada pajak
2. Tidak ada biaya kebangkrutan.
3. Tidak ada biaya keagenan
4. Tidak ada biaya informasi
5. Individu dapat meminjam dan meminjamkan pada tingkat bunga
bebas risiko
6. Tidak ada pertumbuhan
Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua
preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak yaitu:
Preposisi I: Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai
dari perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari
perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal
tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Preposisi II: Biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan
melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar.
2. Teori Mogdiliani-Miller (MM) dengan pajak
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian
MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan
kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang
bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai
sebagai pengurang pajak.
Dalam teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi yaitu:
Preposisi I: Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai
dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan
penghematan pajak karena bunga hutang.
Preposisi II: Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin
meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan
lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai
karena kenaikan biaya modal saham.
Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori
tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang
sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai
hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu
Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan
menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan
biaya kebangkrutan.
3. Trade-off Theory
Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001),
perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu,
dimana penghematan pajak dari tambahan hutang sama dengan biaya
kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan
(financial distress) adalah biaya kebangkrutan dan biaya keagenan
yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.
Trade-off theory ini memandang bahwa struktur modal optimal
dapat ditentukan.Trade-off theory dalam menentukan struktur modal
yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya
keagenan dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap
mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information
sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang
yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah
yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan.
Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan
berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya
kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal.
Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan
pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga
tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam
kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.
4. Pecking Order Theory
Menurut Myers (2001), pecking order theory menyatakan
bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih
dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan
pendanaan ekstern. Secara spesifik perusahaan mempunyai
urut-urutan (hierarki) dalam penggunaan dana. Pendanaan menurut
pecking order theory, dilakukan berdasarkan pendanaan yang
memiliki risiko lebih kecil yaitu pertama laba ditahan, diikuti dengan
hutang, dan yang terakhir ekuitas baru.
Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang
dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai
seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking
order theory. Dalam peckingorder theory ini tidak terdapat struktur
modal yang optimal.
5. Balance theory
Teori lain mengenai struktur modal adalah balance theory.
Teori ini memprediksi suatu hubungan variabilitas pendapatan dengan
penggunaan hutang.Teori tersebut menyatakan bahwa perusahaan
dengan risiko bisnis rendah menggunakan hutang lebih banyak, dan
kondisi yang rendah ketidakpastiannya, dampak keputusan pendanaan
pada pertumbuhan akan positif, dan pada kondisi yang tidak pasti
dampak keputusan pendanaan pada pertumbuhan negatif.
6. Teori Signaling
Struktur modal dengan tingkat leverage yang tinggi digunakan
sebagai sinyal untuk membedakan perusahaan yang baik dan yang
buruk. Hanya perusahaan yang sehat dan kuat yang dapat berhutang
dengan menanggung risikonya. Sehingga untuk meminimalkan biaya
informasi dari pelepasan saham, maka suatu perusahaan lebih
menyukai menggunakan hutang daripada ekuitas jika perusahaan
tampak undervalued, dan menggunakan ekuitas dari pada hutang jika
perusahaan tampak overvalued.
Myers dan Majluf (1984) memiliki pandangan bahwa
adainformasi asimetrik yang terjadi antara manajer perusahaan dan
investor. Biaya akibat informasi asimetrik meningkat ketika manajer
dalam perusahaan memiliki pengetahuan yang superior mengenai
distribusi risiko dan tingkat pengembalian proyek-proyek investasi,
dibandingkan dengan investor di luar yang baru.Selanjutnya manajer
perusahaan memaksimalkan nilai yang sesungguhnya dari klaim
pemegang saham saat ini.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa diperlukan keseimbangan optimal antara hutang jangka
struktur finansial konservatif dalam mencari struktur modal akan
optimal. Trade off theory memandang bahwa struktur modal optimal
dapat ditentukan.Trade-off theory dalam menentukan struktur modal
yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya
keagenan dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap
mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information
sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang
yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah
yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan.
Menurut Atmaja (2002) terdapat beberapa faktor yang
dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan tentang struktur modal
yaitu:
1. Kelangsungan hidup jangka panjang
Manajer perusahaan memiliki tanggungjawab untuk
menyediakan produk dan jasa yang berkesinambungan.Oleh karena
itu, perusahaan harus menghindari tingkat penggunaan hutang yang
dapat membahayakan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan.
2. Konservatisme manajemen
Manajer yang besifat konservatif cenderung menggunakan
tingkat hutang yang sedikit.
Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat
pengawasan dari pihak kreditor. Pengawasan ini dapat mengurangi
keleluasaan manajemen dalam membuat keputusan perusahaan
4. Struktur aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan
sebagai jaminan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif
lebih besar.
5. Risiko bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi cenderung kurang
dapat menggunakan hutang yang besar karena kreditor akan meminta
biaya hutang yang tinggi.
6. Tingkat pertumbuhan
Faktor lain dianggap tetap, perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal
dari luar perusahaan.
7. Pajak
Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran
pajak sehingga memperbesar daya tarik penggunaan hutang.
8. Profitabilitas
Pada umumnya, perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan
2.8.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan pada umumnya mempertimbangkan faktor-faktor berikut
yang mungkin mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal. Menurut J.
Fred. Weston dan Eugene F. Brigham (2004:198), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi struktur modal diantaranya adalah:
1. Profitabilitas
Menurut Sartono (2001:120) profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai
kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan
gambaran dan jawaban akhir tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.
Laba maksimum adalah tujuan umum setiap perusahaan yang bersifat jangka
pendek dan merupakan elemen terpenting agar kelanjutan dari perusahaan itu
dapat terjamin. Selain itu tujuan yang bersifat jangka panjang yaitu kemampuan
untuk bersaing, kemampuan untuk bertumbuh dan kemampuan untuk
berkembang.
2. Stabilitas Penjualan
Stabilitas penjualan dan rasio-rasio utang berhubungan satu sama lain
secara langsung. Dengan stabilitas yang lebih besar dalam penjualan dan laba,
suatu perusahaan dapat mengambil beban tetap utang dengan risiko yang
lebih sedikit daripada bila penjualan dan labanya mengalami penurunan
secara periodik dalam hal yang disebut terakhir perusahaan akan menghadapi
3. Struktur Saingan
Kemampuan pelayanan utang tergantung pada kemampuan untuk
memperoleh laba dan juga volume penjualan. Oleh karena itu stabilitas
margin laba adalah sama pentingnya dengan stabilitas penjualan.
Gampangnya, perusahaan baru memasuki industri dan kemampuan
perusahaan yang bersaing untuk memperluas kapasitas mempengaruhi margin
laba. Suatu industri yang sudah berkembang menjanjikan margin laba yang
lebih tinggi, tetapi margin ini tampaknya akan semakin sempit jika industri
merupakan salah satu dari sejumlah perusahaan yang dapat dengan mudah
ditingkatkan melalui pemasukan tambahan.
4. Struktur Aktiva
Struktur aktiva mempengaruhi sumber-sumber pembelanjaan dalam
beberapa cara. Perusahaan-perusahaan dengan aktiva-aktiva tetap yang
berumur panjang, terutama bila permintaan untuk keluaran/outputnya secara
relatif dijamin (misalnya perusahaan X untuk kebutuhan umum = utilities),
mempergunakan utang hipotek jangka panjang yang cukup besar (ekstensif).
Perusahan-perusahaan yang sebagian terbesar aktivanya berupa piutang dan
persediaan barang yang nilainya tergantung pada kemampuan memperoleh
laba yang kontinu secara individual (misalnya pedagang besar dan eceran)
lebih sedikit mengandalkan pembelanjaan dengan utang jangka panjang dan
banyak memakai sumber pembelanjaan jangka pendek.