• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN BPK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BADAN PEMERIKSA KEUANGAN BPK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang lembaga-lembaga Negara pada system pemerintahan pusat yang sekarang penting untuk diketahui maka sekiranya dipaparkan salah satu dari lembaga tersebut untuk diketahui tugas dan wewenangnya. Dengan demikian perlu untuk diketahuai bersama badan yang menangani tugas pemeriksaan keuangan Negara yang seperti kita ketahui bersama banyaknya tindakan melanggar hukum yang berhubungan dengan keuangan. Tujuannya yaitu untuk lebih membuka wawasan pembaca tentang tugas dan wewenang dari badan yang ditugaskan memeriksa keuangan dan mengawas pelaksanaan perekonomian Negara.

Selain itu, makalah ini saya tulis sehubungan dengan pemenuhan tugas pendidikan kewarganegaraan 1. Dimana mengharuskan mahasiswa membuat makalah dari pokok bahasan yang telah dibagikan kepada mahasiswa sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan?

2. Bagimana bunyi UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Negara?

3. Apa tugas dari Badan Pemeriksa Keuangan?

4. Apa wewenang dari Badan Pemeriksa Keuangan?

C. Tujuan

1. Mengetahui sujarah pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Memahami UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

3. Mengetahui tugas Badan Pemeriksa Keuangan.

4. Mengetahui wewenang Badan Pemeriksa Keuangan.

D. Metode Pemecahan Masalah

(2)

(keputusan) dan media internet yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Sejarah

Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang.

(3)

Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginan-keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka pada tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU) No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru.

Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5 Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional.

(4)

Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di

Bab I Ketentuan Umum dalam pasal 1 dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya di singkat BPK, adalaah lembaga negara yang

bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagai mana di maksud dalam undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945.

2. Dewan Perwakilan Rakyat, yang selanjutnya di singkat DPR, adalah Dewan Perwakilan

Rakyat sebagaimana di maksud dalam undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945.

3. Dewan Perwakilan Daerah, yang selanjutnya di singkat DPD, adalah Dewan Perwakilan

Daerah sebagaimana di maksud dalam undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945.

4. Pemerintah pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang pemeriksaan

keuangan negara Republik Indonesia sebagaimana di maksud dalam undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945.

5. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur

(5)

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provensi, Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

7. Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,

serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

8. Pengelolaan keungan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara

sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.

9. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara

undependen, objektif, dan professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keungan negara.

10. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.

11. Tanggung Jawab Keungan Negara adalah kewajiban pemerintah dan lembaga negara lainnya

untuk melaksanakan pengelolaan keungan negara secara tertib, taat pada peraturan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. 14. Hasil pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran, kepatuhan, kecermatan,

(6)

standar pemeriksaan, yang dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK.

15. Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan

pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

16. Ganti Kerugian adalah sejumlah uang atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang harus

dikembalikan kepada negara/daerah oleh seseorang atau badan yang telah melakukan perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

17. Peraturan BPK adalah aturan hukum yang dikeluarkan oleh BPK yang mengigat secara

umum dan dimuat dalam lembaran negara Republik Indonesia.

C.

Tugas BPK

Bab III Tugas dan Wewenang BPK, bagian kesatu Tugas Pasal 6 menyatakan bahwa:

1. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan

oleh Pemerintahan Pusat, pemerintahan Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang menegelola keuangan negara.

2. Pelaksanaan pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat(1), dilakukan berdasarkan

undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

3. Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan

dengan tujuan tertentu.

4. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan

undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.

5. Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.

6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tugas BPK sebagaimana dimaksud

(7)

1. BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan kepada

DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.

2. DPR, DPD, dan DPRD menindak lanjuti hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) sesuai dengan peraturan tata tertib masing-masing lembaga perwakilan.

3. Penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD dilakukan oleh anggota BPK atau pejabat

yang ditunjuk.

4. Tata cara penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPR, DPD, dan DPRD diatur bersama

oleh BPK dengan masing-masing lembaga perwakilan sesuai dengan kewenangannya.

5. Hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang telah

diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum. Pasal 8 menyatakan:

1. Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat

(1), BPK menyerahkan pula hasil pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

2. Tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara

tertulis oleh Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota kepada BPk.

3. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada

istansi yang berwewenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsure pidana tersebut.

4. Laporan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dijadikan dasar penyidikan yang

berwewenag sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), dan hasilnya diberitahukan secara tertulis kepada DPR, DPD, dan DPRD, serta pemerintah.

D.

Kewenangan BPK

Bagian kedua “wewenang” pasal 9 menerangkan:

1. Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:

a. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menetukan

(8)

b. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit

organisasi Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Daerah, Lembaga Negara lain, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;

c. Melakuka pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat

dilaksanakan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.

d. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK;

e. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan pemerintahan

pusat/pemerintahan daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

f. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan

atas nama BPK;

h. Membina jabatan fugsional Pemeriksa;

i. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintah; dan

j. Member pertimbangan atas rancangan sistem penegendalian intern Pemerintah

Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintahan Pusat/Pemerintah Daerah.

2. Dokumen, data, serta inform asi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

yang diminta oleh BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf di hanya dipergunakan untuk pemeriksaan.

Pasal 10 tentang kewenangan BPK menyatakan:

1. BPK menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan

(9)

2. Penilaian kerugian keuangan negara dan/atau penetapan pihak yang berkewajiban membayar

ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan BPK.

3. Untuk menjamin pelaksanaan pembayar ganti kerugian, BPK berwenang memantau:

a. Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap

pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain;

b. Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada bendahara, pengelola

BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK; dan

c. Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hulum tetap.

4. Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan secara tertulis kepada

DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. Pasal 11 menyatakan bahwa:

BPK dapat memberikan:

a. Pendapat kepada DPR, DPD, DPRD, Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah, Lembaga

Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, dan Lembaga atau Badan lain, yang diperlukan karena sifat pekerjaan;

b. Pertimbangan atas penyelasaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh Pemerintahan

Pusat/Pemerintah Daerah; dan/atau

c. Keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai kerugian negara/daerah.

Pasal 12 menyejelaskan bahwa:

(10)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya di singkat BPK, adalaah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagai mana di maksud dalam undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945.

BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintahan Pusat, pemerintahan Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang menegelola keuangan negara. Pelaksanaan pemeriksaan BPK, dilakukan berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan. Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan, BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.

(11)

Negara, Melakuka pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat dilaksanakan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan Negara, Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK, Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan pemerintahan pusat/pemerintahan daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara,Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara,Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK,Membina jabatan fugsional Pemeriksa,Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintah, dan Member pertimbangan atas rancangan sistem penegendalian intern Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintahan Pusat/Pemerintah Daerah.

B. Saran

(12)

DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.org (diakses pada 15 Mei 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen Peserta Didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus

maka pergantian brand yang dilakukan oleh Bekasi Square menjadi awal menuju perubahan yang baik. Sebagai Divisi Media Relation di Revo Town HD menjelaskan, “nama yang

Membangun kepercayaan antar masyarakat dan peneliti adalah langkah awal yang benar-benar harus dilakukan agar untuk mendapatkan data lebih mudah, sehingga bisa membangun

Usahawan Sahabat Amanah Ikhtiar Malaysia - Zuraida Maju

8 1.05.15.11 Revisi Rencana Tata Ruang Terlaksananya penyusunan RDTRK Tersedianya dokumen. RDTRK Kawasan Perkotaan

Ketiga, perseroan akan mencari dana melalui pasar modal yang juga dengan mekanisme IPO, namun dengan menggabungkan TJTR dengan anak usaha dari.. Jasa Marga (JSMR)

Walau bagaimanapun, Greater KL/KV mempunyai potensi yang besar untuk memanfaatkan secara lebih meluas lagi tapak warisan sedia ada yang boleh dipulihara dan dibangunkan

Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh hardiness atas kuat lemahnya peranan beban kerja mental terhadap stres kerja