ANALISIS KADAR CO dan NO2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 081000069 IRMAYANTI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karbon Monoksida (CO) merupakan pencemar udara yang berbentuk gas, yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang banyak dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor. Selain karbon monoksida (CO), pencemar udara yang juga berbahaya bagi kesehatan dan memengaruhi kualitas udara adalah Nitrogen Dioksida (NO2).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan kesehatan pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.
Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dan sebagai populasi adalah semua pedagang asongan yang ada di terminal Amplas berjumlah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dari seluruh populasi dengan analisa data deskriptif, menggunakan perangkat computer kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, lalu hasilnya dibandingkan dengan PP RI No.41 TAHUN 1999.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai yang melebihi ambang batas di titik sampel terminal Amplas. Nilai tertinggi yang diperoleh untuk Karbon Monoksida (CO) adalah sebesar 24 ppm pada titik III di pagi hari dan untuk Nitrogen Dioksida (NO2) sebesar 224.65 μg/m3 pada titik III di sore hari. Penelitian terhadap
30 responden, terdapat 25 responden (83.3%) memiliki keluhan batuk.
Pentingnya melakukan pengaturan dan perbaikan sistem lalu lintas kendaraan, sehingga tidak terjadi kemacetan yang akan berdampak pada semakin meningkatnya pencemaran udara. Perlunya melakukan pemantauan beberapa wilayah di Kota Medan yang berpotensi mengalami pencemaran udara secara berkelanjutan, dan melakukan pencegahan dan perbaikan terhadap kualitas udara yang tercemar.
Kata Kunci : Kadar Karbon Monoksida (CO), Kadar Nitrogen Dioksida (NO2),
ABSTRACT
Carbon Monoxide (CO) is a gaseous air polluters, that colorless, odorless and tasteless, many of resulting by vehicle emissions. Besides of carbon monoxide (CO), air polluters that also dangerous for our health and affect air quality is nitrogen dioxide (NO2 ).
The purpose of this study was to determine levels of carbon monoxide, nitrogen dioxide, and complaints of health problems in peddlers at terminal Amplas Medan 2014.
The type of research was descriptive survey and as a population was all of peddlers in the terminal Amplas totally 30 person. Sample in this study was total sampling from all of population, with descriptive analysis, using computer software then presented in distribution frequencies table, and the result compared with PP RI No. 41 Tahun 1999.
The result of this study that there are no results that exceed the threshold value in point sample at terminal Amplas. The highest value obtained for carbon monoxide (CO) was 24 ppm at the third point sample in the morning and nitrogen dioxide (NO2) was 224.65 μg/m3 at the third point sample in the evening. Research from 30 respondent, there were 25 respondent (83.3%) who had complaints of cough.
The importance of adjusting and improving vehicle traffic system, so there is no congestion that will impact on the increasing air pollution . The need for monitoring the various areas in the city of Medan with a potentially experiencing air pollution, and take preventive and improvement of the quality of the polluted air.
Keywords : Levels Karbon Monoxide (CO), Levels Nitrogen Dioxide (NO2), Complaints
Halaman
1.3.2.Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Pencemaran Udara ... 7
2.2. Sumber Pencemaran Udara... 8
2.3. Jenis Pencemar Udara ... 9
2.3.1. Karbon Monoksida ... 13
2.3.1.1. Pembentukan karbon Monoksida ... 13
2.3.1.2. Sumber Karbon Monoksida Di Udara ... 14
2.3.2. Nitrogen Oksida ... 14
2.3.2.1. Pembentukan Nitrogen Oksida ... 14
2.3.2.2. Sumber Polusi Nitrogen Oksida ... 15
2.3.2.3. Penyebaran Nitrogen Oksida... 15
2.4. Dampak Pencemaran Terhadap Kesehatan Lingkungan ... 16
2.4.1. Dampak Pencemaran Oleh Karbon Monoksida (CO) ... 16
2.4.1.1. Dampak Pencemaran CO Terhadap Tanaman ... 16
2.4.1.2. Dampak Pencemaran CO Terhadap Manusia ... 17
2.4.2. Dampak Pencemaran Oleh Nitrogen Oksida ... 19
2.4.2.1. Dampak Pencemaran NOx Terhadap Tanaman ... 19
2.4.2.2. Dampak Pencemaran NOx Terhadap Manusia ... 20
2.5. Pencegahan Pencemaran Udara ... 23
2.6. Kerangka Konsep ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1. Jenis Penelitian ... 26
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 26
3.3. Populasi dan Sampel ... 26
3.3.1. Populasi ... 26
3.3.2. Sampel ... 26
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 27
3.4.1. Data Primer ... 27
3.4.2. Data Sekunder ... 27
3.5. Teknik Pengambilan Sampel ... 27
3.5.1. Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida di Udara Ambien ... 28
3.5.2. Pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien ... 29
3.5.2.1. Pengambilan Contoh Uji ... 29
3.5.2.2. Bahan/ Pereaksi ... 29
3.5.2.3. Prosedur Analisis ... 30
3.5.2.4. Perhitungan ... 31
3.6. Instrumen Penelitian ... 32
3.7. Defenisi Operasional ... 33
3.8. Aspek Pengukuran ... 34
3.9. Teknik Analisa Data ... 35
BAB IV Hasil Penelitian ... 36
4.1. Gambaran Umum Terminal Amplas Medan ... 36
4.1.1. Sejarah Singkat Terminal Amplas ... 36
4.1.2. Kapasitas Terminal Amplas ... 36
4.1.3. Fasilitas-fasilitas Yang Ada Di Terminal Amplas ... 37
4.2. Hasil Penelitian ... 38
4.2.1. Kadar CO dan NO2 Udara Di Terminal Amplas ... 38
4.2.2. Karakteristik Responden ... 40
4.2.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 41
4.2.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41
4.2.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42
4.2.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Kerja ... 42
4.2.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 43
4.2.2.6.Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok ... 44
4.2.3. Riwayat Penyakit Sebelumnya ... 44
4.2.3.1. Riwayat Asma Responden ... 44
4.2.4. Keluuhan Kesehatan Pedagang Asongan ... 45
4.2.4.1. Keluhan Batuk Responden ... 45
4.2.4.2. Keluhan Sesak Nafas Responden ... 45
4.2.4.3. Keluhan Mata Perih Responden ... 46
4.2.4.4. Keluhan Mata Berair Responden ... 46
4.2.4.5. Keluhan Sakit Kepala/Pusing Responden ... 47
4.2.4.6. Keluhan Mual/Muntah Responden ... 47
Dialami.... ... 50
4.3.1. Umur Responden ... 50
4.3.2. Jenis Kelamin Responden ... 51
4.3.3. Responden dan Jenis Keluhan Kesehatan Yang Dialami....51
BAB V Pembahasan ... 53
5.1 Kadar Karbon Monoksida (CO) Pada 3 (Tiga) Titik Pengambilan Sampel ... 53
5.2. Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) Pada 3 (Tiga) Titik Pengambilan Sampel ... 55
5.3. Keluhan Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas ... 53
BAB VI Kesimpulan Dan Saran ... 56
6.1. Kesimpulan ... 56
6.2. Saran... 57
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Persentase Komponen Pencemar Udara………. 10
2.2. Toksisitas Relatif Polutan Udara………. 10
2.3. Perkiraan Persentase Pencemar Udara Dari Sumber Pencemar
Transportasi di Indonesia……….
11
2.4. Baku Mutu Udara Ambien Nasional Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999………
12
2.5. Pengaruh Konsentrasi CO Di Udara Dan Pengaruhnya Pada Tubuh
Bila Kontak Terjadi Pada Waktu Yang Lama……….
19
4.1. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen
Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Pagi Hari
(09.00-10.00)………...
38
4.2. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen
Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Siang Hari
(12.00-13.00)………...
39
4.3. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen
Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Sore Hari
(15.00-16.00)………...
40
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Pedagang
Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 43
4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pedagang
Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014……… 44
4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Kerja Pada Pedagang
Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 45
4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pada Pedagang
Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 45
4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada
Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014……… 46
4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Asma Pada Pedagang
Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 47
4.11. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Batuk……… 47
4.12. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Sesak Nafas……….. 48
4.13. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mata Perih…... 48
4.14. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mata Berair……... 48
4.15. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Sakit
Kepala/Pusing……….
49
4.16. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mual/Muntah……… 49
4.17. Distribusi Responden Yang Menggunakan Masker Saat
Berdagang………
50
4.18. Tabulasi Silang Kelompok Umur Responden Berdasarkan Keluhan
Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun
2014………..
50
4.19. Tabulasi Silang Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Keluhan
Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun
2014...
4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Kesehatan Yang
Nomor Judul Halaman
1. Titik Pengambilan Sampel Di Terminal Amplas……… 64
2. Kuesioner Penelitian………... 65
3. Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara……….. 69
4. Foto Dokumentasi Penelitian……….. 85
5. Surat Izin Penelitian……… 88
ANALISIS KADAR CO dan NO2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 081000069 IRMAYANTI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karbon Monoksida (CO) merupakan pencemar udara yang berbentuk gas, yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang banyak dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor. Selain karbon monoksida (CO), pencemar udara yang juga berbahaya bagi kesehatan dan memengaruhi kualitas udara adalah Nitrogen Dioksida (NO2).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan kesehatan pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.
Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dan sebagai populasi adalah semua pedagang asongan yang ada di terminal Amplas berjumlah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dari seluruh populasi dengan analisa data deskriptif, menggunakan perangkat computer kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, lalu hasilnya dibandingkan dengan PP RI No.41 TAHUN 1999.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai yang melebihi ambang batas di titik sampel terminal Amplas. Nilai tertinggi yang diperoleh untuk Karbon Monoksida (CO) adalah sebesar 24 ppm pada titik III di pagi hari dan untuk Nitrogen Dioksida (NO2) sebesar 224.65 μg/m3 pada titik III di sore hari. Penelitian terhadap
30 responden, terdapat 25 responden (83.3%) memiliki keluhan batuk.
Pentingnya melakukan pengaturan dan perbaikan sistem lalu lintas kendaraan, sehingga tidak terjadi kemacetan yang akan berdampak pada semakin meningkatnya pencemaran udara. Perlunya melakukan pemantauan beberapa wilayah di Kota Medan yang berpotensi mengalami pencemaran udara secara berkelanjutan, dan melakukan pencegahan dan perbaikan terhadap kualitas udara yang tercemar.
Kata Kunci : Kadar Karbon Monoksida (CO), Kadar Nitrogen Dioksida (NO2),
ABSTRACT
Carbon Monoxide (CO) is a gaseous air polluters, that colorless, odorless and tasteless, many of resulting by vehicle emissions. Besides of carbon monoxide (CO), air polluters that also dangerous for our health and affect air quality is nitrogen dioxide (NO2 ).
The purpose of this study was to determine levels of carbon monoxide, nitrogen dioxide, and complaints of health problems in peddlers at terminal Amplas Medan 2014.
The type of research was descriptive survey and as a population was all of peddlers in the terminal Amplas totally 30 person. Sample in this study was total sampling from all of population, with descriptive analysis, using computer software then presented in distribution frequencies table, and the result compared with PP RI No. 41 Tahun 1999.
The result of this study that there are no results that exceed the threshold value in point sample at terminal Amplas. The highest value obtained for carbon monoxide (CO) was 24 ppm at the third point sample in the morning and nitrogen dioxide (NO2) was 224.65 μg/m3 at the third point sample in the evening. Research from 30 respondent, there were 25 respondent (83.3%) who had complaints of cough.
The importance of adjusting and improving vehicle traffic system, so there is no congestion that will impact on the increasing air pollution . The need for monitoring the various areas in the city of Medan with a potentially experiencing air pollution, and take preventive and improvement of the quality of the polluted air.
Keywords : Levels Karbon Monoxide (CO), Levels Nitrogen Dioxide (NO2), Complaints
Halaman
1.3.2.Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Pencemaran Udara ... 7
2.2. Sumber Pencemaran Udara... 8
2.3. Jenis Pencemar Udara ... 9
2.3.1. Karbon Monoksida ... 13
2.3.1.1. Pembentukan karbon Monoksida ... 13
2.3.1.2. Sumber Karbon Monoksida Di Udara ... 14
2.3.2. Nitrogen Oksida ... 14
2.3.2.1. Pembentukan Nitrogen Oksida ... 14
2.3.2.2. Sumber Polusi Nitrogen Oksida ... 15
2.3.2.3. Penyebaran Nitrogen Oksida... 15
2.4. Dampak Pencemaran Terhadap Kesehatan Lingkungan ... 16
2.4.1. Dampak Pencemaran Oleh Karbon Monoksida (CO) ... 16
2.4.1.1. Dampak Pencemaran CO Terhadap Tanaman ... 16
2.4.1.2. Dampak Pencemaran CO Terhadap Manusia ... 17
2.4.2. Dampak Pencemaran Oleh Nitrogen Oksida ... 19
2.4.2.1. Dampak Pencemaran NOx Terhadap Tanaman ... 19
2.4.2.2. Dampak Pencemaran NOx Terhadap Manusia ... 20
2.5. Pencegahan Pencemaran Udara ... 23
2.6. Kerangka Konsep ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1. Jenis Penelitian ... 26
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 26
3.3. Populasi dan Sampel ... 26
3.3.1. Populasi ... 26
3.3.2. Sampel ... 26
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 27
3.4.1. Data Primer ... 27
3.4.2. Data Sekunder ... 27
3.5. Teknik Pengambilan Sampel ... 27
3.5.1. Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida di Udara Ambien ... 28
3.5.2. Pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien ... 29
3.5.2.1. Pengambilan Contoh Uji ... 29
3.5.2.2. Bahan/ Pereaksi ... 29
3.5.2.3. Prosedur Analisis ... 30
3.5.2.4. Perhitungan ... 31
3.6. Instrumen Penelitian ... 32
3.7. Defenisi Operasional ... 33
3.8. Aspek Pengukuran ... 34
3.9. Teknik Analisa Data ... 35
BAB IV Hasil Penelitian ... 36
4.1. Gambaran Umum Terminal Amplas Medan ... 36
4.1.1. Sejarah Singkat Terminal Amplas ... 36
4.1.2. Kapasitas Terminal Amplas ... 36
4.1.3. Fasilitas-fasilitas Yang Ada Di Terminal Amplas ... 37
4.2. Hasil Penelitian ... 38
4.2.1. Kadar CO dan NO2 Udara Di Terminal Amplas ... 38
4.2.2. Karakteristik Responden ... 40
4.2.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 41
4.2.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41
4.2.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42
4.2.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Kerja ... 42
4.2.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 43
4.2.2.6.Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok ... 44
4.2.3. Riwayat Penyakit Sebelumnya ... 44
4.2.3.1. Riwayat Asma Responden ... 44
4.2.4. Keluuhan Kesehatan Pedagang Asongan ... 45
4.2.4.1. Keluhan Batuk Responden ... 45
4.2.4.2. Keluhan Sesak Nafas Responden ... 45
4.2.4.3. Keluhan Mata Perih Responden ... 46
4.2.4.4. Keluhan Mata Berair Responden ... 46
4.2.4.5. Keluhan Sakit Kepala/Pusing Responden ... 47
4.2.4.6. Keluhan Mual/Muntah Responden ... 47
Dialami.... ... 50
4.3.1. Umur Responden ... 50
4.3.2. Jenis Kelamin Responden ... 51
4.3.3. Responden dan Jenis Keluhan Kesehatan Yang Dialami....51
BAB V Pembahasan ... 53
5.1 Kadar Karbon Monoksida (CO) Pada 3 (Tiga) Titik Pengambilan Sampel ... 53
5.2. Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) Pada 3 (Tiga) Titik Pengambilan Sampel ... 55
5.3. Keluhan Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas ... 53
BAB VI Kesimpulan Dan Saran ... 56
6.1. Kesimpulan ... 56
6.2. Saran... 57
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Persentase Komponen Pencemar Udara………. 10
2.2. Toksisitas Relatif Polutan Udara………. 10
2.3. Perkiraan Persentase Pencemar Udara Dari Sumber Pencemar
Transportasi di Indonesia……….
11
2.4. Baku Mutu Udara Ambien Nasional Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999………
12
2.5. Pengaruh Konsentrasi CO Di Udara Dan Pengaruhnya Pada Tubuh
Bila Kontak Terjadi Pada Waktu Yang Lama……….
19
4.1. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen
Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Pagi Hari
(09.00-10.00)………...
38
4.2. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen
Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Siang Hari
(12.00-13.00)………...
39
4.3. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen
Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Sore Hari
(15.00-16.00)………...
40
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Pedagang
Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 43
4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pedagang
Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014……… 44
4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Kerja Pada Pedagang
Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 45
4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pada Pedagang
Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 45
4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada
Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014……… 46
4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Asma Pada Pedagang
Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 47
4.11. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Batuk……… 47
4.12. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Sesak Nafas……….. 48
4.13. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mata Perih…... 48
4.14. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mata Berair……... 48
4.15. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Sakit
Kepala/Pusing……….
49
4.16. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mual/Muntah……… 49
4.17. Distribusi Responden Yang Menggunakan Masker Saat
Berdagang………
50
4.18. Tabulasi Silang Kelompok Umur Responden Berdasarkan Keluhan
Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun
2014………..
50
4.19. Tabulasi Silang Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Keluhan
Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun
2014...
4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Kesehatan Yang
Nomor Judul Halaman
1. Titik Pengambilan Sampel Di Terminal Amplas……… 64
2. Kuesioner Penelitian………... 65
3. Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara……….. 69
4. Foto Dokumentasi Penelitian……….. 85
5. Surat Izin Penelitian……… 88
ABSTRAK
Karbon Monoksida (CO) merupakan pencemar udara yang berbentuk gas, yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang banyak dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor. Selain karbon monoksida (CO), pencemar udara yang juga berbahaya bagi kesehatan dan memengaruhi kualitas udara adalah Nitrogen Dioksida (NO2).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan kesehatan pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.
Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dan sebagai populasi adalah semua pedagang asongan yang ada di terminal Amplas berjumlah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dari seluruh populasi dengan analisa data deskriptif, menggunakan perangkat computer kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, lalu hasilnya dibandingkan dengan PP RI No.41 TAHUN 1999.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai yang melebihi ambang batas di titik sampel terminal Amplas. Nilai tertinggi yang diperoleh untuk Karbon Monoksida (CO) adalah sebesar 24 ppm pada titik III di pagi hari dan untuk Nitrogen Dioksida (NO2) sebesar 224.65 μg/m3 pada titik III di sore hari. Penelitian terhadap
30 responden, terdapat 25 responden (83.3%) memiliki keluhan batuk.
Pentingnya melakukan pengaturan dan perbaikan sistem lalu lintas kendaraan, sehingga tidak terjadi kemacetan yang akan berdampak pada semakin meningkatnya pencemaran udara. Perlunya melakukan pemantauan beberapa wilayah di Kota Medan yang berpotensi mengalami pencemaran udara secara berkelanjutan, dan melakukan pencegahan dan perbaikan terhadap kualitas udara yang tercemar.
Kata Kunci : Kadar Karbon Monoksida (CO), Kadar Nitrogen Dioksida (NO2),
Carbon Monoxide (CO) is a gaseous air polluters, that colorless, odorless and tasteless, many of resulting by vehicle emissions. Besides of carbon monoxide (CO), air polluters that also dangerous for our health and affect air quality is nitrogen dioxide (NO2 ).
The purpose of this study was to determine levels of carbon monoxide, nitrogen dioxide, and complaints of health problems in peddlers at terminal Amplas Medan 2014.
The type of research was descriptive survey and as a population was all of peddlers in the terminal Amplas totally 30 person. Sample in this study was total sampling from all of population, with descriptive analysis, using computer software then presented in distribution frequencies table, and the result compared with PP RI No. 41 Tahun 1999.
The result of this study that there are no results that exceed the threshold value in point sample at terminal Amplas. The highest value obtained for carbon monoxide (CO) was 24 ppm at the third point sample in the morning and nitrogen dioxide (NO2) was 224.65 μg/m3 at the third point sample in the evening. Research from 30 respondent, there were 25 respondent (83.3%) who had complaints of cough.
The importance of adjusting and improving vehicle traffic system, so there is no congestion that will impact on the increasing air pollution . The need for monitoring the various areas in the city of Medan with a potentially experiencing air pollution, and take preventive and improvement of the quality of the polluted air.
Keywords : Levels Karbon Monoxide (CO), Levels Nitrogen Dioxide (NO2), Complaints
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
umum. Lingkungan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain: limbah cair, limbah padat, limbah
gas, sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
pemerintah, binatang pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan
yang melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan non pengion, air yang
tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi. (Undang-
Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan)
Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk
pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi
makhluk hidup lainnya. (Peraturan Pemerintah No.41 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, 1999)
Udara merupakan campuran mekanis dari bermacam-macam gas. Komposisi
normal udara terdiri dari gas nitrogen 78,1 %, oksigen 20,93%, dan
xenon, dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa
tumbuh-tumbuhan. (Chandra, 2006)
Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk
mempertahankan hidupnya. Udara bersih yang dibutuhkan untuk kehidupan di
bumi merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun
berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh,
khususnya di daerah yang memiliki banyak industri. Kebutuhan akan udara bersih
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumalh penduduk di dunia, hal
ini perlu diantisipasi agar tidak terjadi krisis udara yang sehat karena itu udara
perlu dijaga dan diperhatikan kesehatannya. Apabila terjadi penambahan gas-gas
lain kedalam udara yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi
tersebut, maka udar dikatakan sudah tercemar. (Kastiyowati,2001)
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan
antara lain industri, transportasi, perkantoran, rekreasi dan perumahan. Berbagai
kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar yang dibuang ke
udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai
kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dan
lain-lain. Konsentrasinya dapat melebihi ambang batas yang telah ditentukan.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dan lain-lain disamping
memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif
di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat
membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.
Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi
tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan
kematian, inilah dampak karbon monoksida (CO) terhadap kesehatan.
Karbon monoksida (CO) apabila terhirup kedalam paru-paru akan ikut
peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh
tubuh. Hal ini terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis
dengan darah. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap
gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen
terganggu. (Mukono,2008)
Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa
pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih
berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran
bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada system kardiovaskuler, serangan
jantung sampai pada kematian.
Nilai ambang batas zat pencemar karbon monoksida dalam udara menurut
Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 Tentang Pengendaqlian Pencemaran
Udara adalah 30.000µg/Nm3(26 ppm) dalam pengukuran 1 jam.
Selain CO, pencemar udara juga yang berbahaya bagi kesehatan dan
memengaruhi kualitas udara adalah nitrogen oksida (NO2). Nitrogen dioksida
(NO2) adalah gas yang sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia. Nitrogen
monoksida (NO) dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun,
berbau tajam menyengat hidung dan berwarna merah kecoklatan. Gas NO2 yang
terkandung dalam udara jika melebihi batas standar kesehatan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 dalam Baku Mutu Udara Ambien tentang
pengendalian pencemaran udara NO2 yaitu 400 µg/Nm3 selama pengukuran 1 jam
dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup terutama manusia karena dapat
menyebabkan gangguan pernafasan atau penurunan kapasitas difusi paru paru.
(KLH, 2007)
Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan
kendaraaan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun
1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Dampak dari pencemaran tersebut adalah
menyebabkan penurunan kualitas udara, yang bedampak negatif terhadap
kessehatan manusia. Oleh karena itu, besarnya masalah yang ditimbulkan oleh
pencemaran udara terhadap kesehatan manusia harus diperhatikan.
Hasil pengukuran udara ambien di terminal Giwangan Kota Yogyakarta tahun
2007 oleh Dinas Lingkungan Hidup kota Yogyakarta selama 24 jam menunjukkan
konsentrasi parameter debu sebesar 202,39 ug/m3 dan SO2 sebesar 289,87 µg/m3
dan NO2 sebesar 139,38 µg/m3, hal ini memperlihatkan bahwa masing masing zat
pencemar telah mendekati nilai baku mutu yang dipersyaratkan. (Sukirno, 2009)
Hasil penelitian pengukuran udara ambien di terminal Amplas Medan tahun
2001 oleh Edinton Sidabukke, SKM mahasiswa FKM USU selama pengukuran 24
jam menunjukkan konsentrasi parameter debu sebesar 2,11 mg/m3, hal ini
menunjukkan konsentrasi debu di terminal Amplas tahun 2001 sudah melebihi
Terminal bus sebagai tempat persinggahan bus yang baru tiba maupun yang
akan berangkat, dapat dipastikan terminal memiliki konsentrasi perncemaran yang
tinggi dibanding daerah pemukiman. Disamping sebagai tempat lalu lalang
berbagai kendaraan dan bus, di terminal juga dapat ditemui pedagang, warung
makanan dan minuman, kios kios, dan jasa seperti tukang tambal ban dan
sebagainya. Mereka berada di terminal selama 8 sampai 24 jam, dan memiliki
kemungkinan besar terpapar oleh pencemar.
1.2.Rumusan Masalah
Terminal merupakan tempat beresiko terjadinya pencemaran udara yang
berasal dari emisi kendaraan bermotor, yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan terutama bagi pedagang yang secara kontiniu dan langsung menghirup
udara di sekitar terminal meliputi pencemaran CO dan NO2.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “bagaimana kadar CO dan NO2 udara serta keluhan kesehatan pedagang
asongan Terminal Amplas tahun 2014.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan dan kesehatan pedagang
asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar CO di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.
2. Untuk mengetahui kadar NO2 di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.
3. Untuk mengetahui umur, pendidikan, waktu kerja, masa kerja, kebiasaan
merokok, dan riwayat penyakit pedagang asongan di Terminal Amplas Medan
Tahun 2014.
4. Untuk mengetahui jenis keluhan kesehatan yang sering dialami pedagang asongan
di Terminal Amplas Tahun 2014.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Kota Medan
Sebagai bahan masukan dalam rangka pencegahan pencemaran udara terminal
juga berguna dalam penentuan tata ruang dan letak terminal agar terhindar dari
pencemaran.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai penambah pengetahuan dalam upaya melindungi diri dari akibat buruk
pencemaran udara bagi kesehatan pribadi dan keluarga.
3. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang
pencemaran yang terjadi dan merupakan kesempatan untuk menerapkan ilmu
yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai sumber data maupun bahan perbandingan penelitian dibidang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pencemaran Udara
Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Tentang Pencemaran
Lingkungan, pencemaran udara diartikan sebagai pencemaran yang disebabkan
oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan
bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti
kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan
panas.
Definisi lain menyatakan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. (Peraturan
Pemerintah No.41 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, 1999)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Tahun 2002 Tentang Pengendalian
Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
atau mempengaruhi kesehatan manusia.
Pencemaran udara dapat pula diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau
zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan susunan
komposisi udara dari susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat
menimbulkan gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan.
(Wardhana,2004)
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta
benda, ekosistem maupun iklim. Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat
pencemaran udara terjadi pada saluran pernafasan dan organ penglihatan.
(Mulia,2005)
Bahan kimia di udara yang berpengaruh negatif pada manusia, hewan,
tanaman, barang dari logam lain dapat dikategorikan sebagai pencemar udara.
Banyak bahan pencemar udara terdapat dalam lapisan troposfer. (Darmono,2001)
2.2.Sumber Pencemaran Udara
Pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah
polutan atau pencemar yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi
dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi akibat proses
alam disebut biogenic emissions, contohnya yaitu dekomposisi bahan organic oleh
bakteri pengurai yang menghasilkan gas metan (CH4). Emisi yang disebabkan
kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions. Contoh anthropogenic
emissions yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil, pemakaian zat kimia yang
disemprotkan ke udara, dan sebagainya. (Harssema dalam Mulia, 2005)
Ada juga yang menyebutkan sumber pencemaran udara dengan istilah faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya akibat aktivitas gunung
berapi, keluarnya gas beracun akibat gempa bumi, dan lain-lain. Sedangkan faktor
eksternal misalnya kegiatan lalu lintas, industri, pembakaran sampah,
Penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu pencemaran udara secara
alamiah dan karena ulah manusia. Secara alamiah contohnya debu yang
beterbangan akibat tiupan angin, gas vulkanik yang dikeluar dari letusan gunung
berapi, atau proses pembusukan sampah organik. Sedangkan karena ulah manusia
contohnya hasil pembakaran bahan bakar fosil, debu dari kegiatan industri, atau
pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara. (Wardhana, 2004)
Sumber pencemaran udara dapat pula dibagi atas:
1. Sumber bergerak, seperti: kendaraan bermotor
2. Sumber tidak bergerak, seperti:
a. Sumber titik, contoh: cerobong asap
b.Sumber area, contoh: pembakaran terbuka di wilayah pemukiman.
(Soemirat,2009)
2.3.Jenis Pencemar Udara
Pencemar udara (polutan udara) primer, yaitu pencemar yang paling banyak
berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen sebagai
berikut:
1.Karbon monoksida (CO) 4. Hidro karbon (HC)
2. Nitrogen oksida (NOx) 5. Partikel
3. Sulfur oksida (SOx)
Komponen pencemar tersebut bisa mencemari udara secara sendiri-sendiri, dan
dapat pula mencemari udara secara bersama-sama. Jumlah komponen pencemar
karbon monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan udara
yang ada.
Tabel 2.1. Persentase Komponen Pencemar Udara Komponen Pencemar Persentase
CO 70,50%
Toksisitas kelima kelompok polutan tersebut berbeda-beda, dan ternyata polutan
yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel, diikuti dengan NO,
SO, hidrokarbon, dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon monoksida.
Tabel 2.2. Toksisitas relatif polutan udara
Polutan Level Toleransi Toksisitas relatif
(Sumber : Fardiaz, 2011)
Subjek beresiko tinggi terhadap paparan bahan pencemar udara adalah:
1. individu yang berusia sangat muda atau sangat tua
2. penderita penyakit asma
3. penderita penyakit saluran pernafasan dan kardiovaskuler
5. individu yang memiliki aktivitas yang tinggi, karena memerlukan oksigen
yang tinggi (Fraser dalam Mukono, 2008)
Perkiraan persentase pencemar udara di Indonesia dari sumber transportasi
dapat dilihat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3. Perkiraan Persentase Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia
No Komponen Pencemar Persentase
1 CO 70,50
2 SOx 8,89
3 NOx 0,88
4 HC 18,34
5 Partikel 1,33
Total 100
(Sumber : Wardhana, 2004)
Tabel 2.4. Baku Mutu Udara Ambien Nasional menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999
No .
Parameter Waktu Pengukuran
Baku Mutu Metode Analisis Peralatan
1. Sulfur dioksida (SO2)
NDIR NDIR Analyzer
3. NO2 (Nitrogen
1 μg/Nm3 Gravimetric
Ekstraksi
2.3.1Karbon Monoksida
2.3.1.1. Pembentukan Karbon Monoksida
Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas -192°
C. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96.5% dari berat air dan tidak larut
didalam air. Karbon monoksida di alam terbentuk dari proses:
1. Pembakaran bahan bakar fosil atau bahan organik, misalnya minyak tanah, bensin, atau bahan kayu yang terbakar tidak sempurna.
2. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.
3. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan oksigen. Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung
karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang
dibutuhkan untuk pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbon dioksida.
Secara sederhana pembakaran karbon dalam minyak bahan bakar terjadi
melalui beberapa tahap sebagai berikut:
2C + O2 2CO
2CO + O2 2CO2
Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua,
oleh karena itu CO merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan
dapat merupakan produk akhir jika jumlah O2 tidak cukup untuk melangsungkan
didalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak dan udara tidak
tercampur rata.
Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada
suhu tinggi dapat menghasilkan karbon monoksida dengan reaksi sebagai berikut:
CO2 + C CO
Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang umumnya terjadi pada
industri-industri, misalnya pada pembakaran didalam furnis.
2.3.1.2. Sumber Karbon Monoksida Di Udara
Transportasi menghasilkan CO paling banyak diantara sumber-sumber lainnya,
terutama dari kendaraan-kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan
bakar. Sumber CO yang kedua adalah pembakaran hasil-hasil pertanian seperti
sampah,sisa-sisa kayu di hutan, dan sisa-sisa tanaman di perkebunan. Sumber CO
yang ketiga adalah dari proses industri. Dua industri yang merupakan sumber CO
terbesar yaitu industri besi dan baja.
2.3.2Nitrogen Oksida
2.3.2.1. Pembentukan Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah kelompok gas yang berada di atmosfer yang terdiri dari
gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun bentuk nitrogen
oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini yang paling banyak ditemui sebagai
polutan udara. Nitrik oksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau,
sedangkan nitrogen dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau
Karena jumlah oksida yang lebih besar, NO terdapat di atmosfer dalam jumlah
yang lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2mencakup reaksi antara
nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, kemudian reaksi
selanjutnya antara NO dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.
N2 + O2 2NO
2NO + O2 2NO2
2.3.2.2. Sumber Polusi Nitrogen Oksida
Dari sejumlah NOx yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah yang terbanyak
adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi polusi
NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata
sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah polusi NO yang
diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada
tempat-tempat tertentu.
Konsentrasi NOx di udara di daerah perkotaan biasanya 10 – 100 kali lebih
tinggi daripada di udara di daerah pedesaan. Emisi nitrogen oksida dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia
adalah dari pembakaran, dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan,
produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx yang dibuat
manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam, dan bensin.
2.3.2.3. Penyebaran Nitrogen Oksida
Konsentrasi NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari
tergantung dari sinar matahari dan aktivitas kendaraan. Perubahan konsentrasi NOx
1. Sebelum matahari terbit, konsentrasi NO dan NO2 tetap stabil pada
konsentrasi sedikit lebih tinggi dari konsentrasi minimum sehari-hari.
2. Segera setelah aktivitas manusia meningkat (jam 6-8 pagi) konsentrasi NO
meningkat terutama karena meningkatnya aktivitas lalu lintas yaitu kendaraan
bermotor. Konsentrasi NO tertinggi pada saat ini akan mencapai 1 – 2 ppm.
3. Dengan terbitnya sinar matahari yang meamancarkan sinar ultraviolet,
konsentrasi NO2 meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2
sekunder. Konsentrasi NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm.
4. Konsentarsi ozon meningkat dengan menurunnya konsentrasi NO sampai
kurang dari 0,1 ppm.
5. Jika intensitas energi solar (sinar matahari) menurun pada sore hari (jam 5 - 8
sore) konsentarsi NO meningkat kembali.
6. Energi matahari tidak tersedia untuk mengubah NO menjadi NO2 (melalui
reaksi hidrokarbon), tetapi O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi
dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan konsentrasi NO2 dan penurunan
konsentrasi O3. (Fardiaz, 2011)
2.4. Dampak Pencemaran Terhadap Kesehatan Lingkungan 2.4.1. Dampak Pencemaran oleh Karbon Monoksida (CO)
2.4.1.1. Dampak Pencemaran CO Terhadap Tanaman
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian CO selama 1 sampai 3
minggu pada konsentrasi sampai 100 ppm tidak memberi pengaruh yang nyata
terhadap tanam-tanaman tingkat tinggi. Akan tetapi kemampuan untuk fiksasai
pada konsentrasi 2000 ppm. Demikian pula kemampuan untuk fiksasi nitrogen
oleh bakteri yang terdapat pada akar tanam-tanaman juga terhambat dengan
pemberian CO sebesar 100 ppm selama satu bulan. Karena konsentrasi CO di
udara jarang mencapai 100 ppm, meskipun dalam waktu sebentar, maka pengaruh
CO terhadap tanam-tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata.
2.4.1.2. Dampak Pencemaran CO Terhadap Manusia
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
berasa, oleh sebab itu lingkungan yang tercemar oleh CO tidak dapat dilihat oleh
mata. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu -192°C. Di udara gas CO terdapat
dalam jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di daerah dengan lalu
lintas yang padat konsentrasi gas CO berkisar antara 10-15 ppm. Nilai ambang
batas zat pencemar karbon monoksida dalam udara adalah 30.000 μg/Nm3 (26
ppm) dalam pengukuran satu jam. Kadar pencemar di udara selain dipengaruhi
oleh jumlah sumber pencemar, parameter meteorologi juga mempengaruhi kadar
pencemar di udara sehingga kondisi lingkungan tidak dapat diabaikan. Kecepatan
angin dan suhu udara adalah bagian dari parameter meteorologi yang dapat
mempengaruhi kadar pencemar di udara. (Neigburger, 1995)
Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi
tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan
kematian, inilah dampak karbon monoksida (CO) terhadap kesehatan. Apabila
terhisap ke dalam paru-paru, karbon monoksida akan masuk ke dalam peredaran
darah dan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini
terjadi karena gas CO ikut bereaksi secara metabolis dengan darah.
Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin) :
Hemoglobin + O2 O2Hb
(Oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO COHb
(Karboksihemoglobin)
Ikatan karboksihemoglobin jauh lebih stabil daripada ikatan oksihemoglobin
dengan darah. Kestabilan karboksihemoglobin kira-kira 140 kali dari kestabilan
oksihemoglobin. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap
gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu.
(Mukono, 2008)
Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen (dalam bentuk
oksihemoglobin) dari paru-paru untuk dibagikan ke sel-sel yang membutuhkannya.
Hemoglobin juga berfungsi mengambil gas CO2 hasil pembakaran dari sel-sel tubuh
(dalam bentuk karbodioksihemoglobin) untuk dibuang keluar tubuh melalui
paru-paru. (Mukono, 2008)
Untuk mengetahui apakah seseorang memang terpapar oleh zat pencemar dapat
dilakukan dengan pemeriksaan darah. Namun apabila pemeriksaan darah tidak
dilakukan, dapat juga dilihat dari gejala-gejala yang ditunjukkan oleh orang yang
terpapar zat pencemar CO. Gejala-gejala keracunan CO antara lain pusing, rasa tidak
tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot- otot, tidak sadar dan bisa
meninggal dunia (Mukono, 2008).
Apabila waktu kontak hanya sebentar, gas CO konsentrasi 100 ppm masih
dianggap aman. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap oleh manusia selama 8 jam
akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm
dengan paparan selama 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi
kemerah-merahan. Untuk paparan 1300 ppm selama 1 jam, kulit akan langsung
berubah warna menjadi merah tua dan disertai rasa pusing yang hebat.
Tabel 2.5.Pengaruh konsentrasi CO di udara dan pengaruhnya pada tubuh bila kontak terjadi pada waktu yang lama
Konsentrasi
(Sumber : Mukono, 1997)
2.4.2. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Dioksida 2.4.2.1. Dampak Pencemaran NOx terhadap tanaman
Adanya NOx di atmosfer akan mengakibatkan kerusakan tanaman, akan tetapi
karena polutan sekunder yang diproduksi dalam siklus fotolitik NO2. Beberapa
polutan sekunder diketahui bersifat sangat merusak tanaman. Percobaan dengan
cara fumigasi tanam-tanaman dengan NO2 menunjukkan terjadinya bintik-bintik
pada daun jika digunakan konsentrasi 1,0 ppm, sedangkan dengan konsentrasi
yang lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) terjadi nekrosis atau kerusakan tenunan
daun.
Fumigasi tanaman buncis dan tomat dengan konsentrasi 10 ppm NO
menunjukkan penurunan kecepatan fotosintesis sebanyak 60-70%, yaitu dengan
cara mengukur absorbsi CO2. Absorbsi CO2 akan kembali normal segera setelah
pemberian NO dihentikan.perlakuan tersebut tidak menyebabkan timbulnya
kerusakan tenunan daun. (Stoker dan Seagar dalam Fardiaz, 2011)
2.4.2.2.Dampak Pencemaran NOx Terhadap Manusia
Kedua macam gas nitrogen oksida (NO dan NO2) mempunyai sifat yang sangat
berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari
udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak
berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya
yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan.
Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak
berbahaya. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada
sistem saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keadaan ini terus berlanjut
Menurut Mukono (2005), apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi
dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek iritasi terhadap
mata, paru dan kulit.
a. Terhadap alat pernafasan
Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh
gas NO2 selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang
meningkat akan menjadi fatal.
b. Terhadap mata
Iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang pekat
c. Terhadap kulit
Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air
nitrogen akan menyebabkan luka bakar.
d. Efek lain (terhadap darah)
Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.
Nitrogen dioksida (NO2) empat kali lebih beracun daripada nitrogen
monoksida (NO). Nitrogen dioksida bersifat racun terutama terhadap paru
(Fardiaz, 1992).
Gas NO2 dapat memberikan kelainan berupa:
a. terbentuknya MethHb (Meth Hemoglobin)
b. peningkatan inspiratory resistance
c. peningkatan expiratory resistance
d. terjadinya sembab paru
e. terjadinya fibrosis paru
(Mukono, 2008)
Polutan NO2 yang tersebar di udara bersifat toksik bagi tubuh manusia. Efek
yang ditimbulkan bergantung pada dosis serta lama pemaparan yang diterima oleh
seseorang. Apabila masuk ke dalam paru-paru akan membentuk asam nitrit
(HNO2) dan asam nitrat (HNO3) yang merusak jaringan mucous. Kadar gas
nitrogen dioksida (NO2) antara 50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan
paru-paru pada orang yang terpapar beberapa menit saja. Namun gangguan kesehatan
itu dapat sembuh dalam waktu 6-8 minggu. Jika kadarnya mencapai 150-200 ppm,
gangguan kesehatannya berupa pemampatan bronchioli. Karena gangguan itu
seseorang dapat meninggal dalam waktu 3-5 minggu setelah pemaparan. Jika
kadar pencemar NO2 mencapai lebih dari 500 ppm, gangguan yang timbul adalah
kematian dalam waktu antara 2-10 hari. Apabila bereaksi dengan uap air dalam
udara atau larut pada tetesan air, polutan NOx di dalam udara juga dapat berperan
sebagai sumber nitrit atau nitrat di lingkungan. Kedua senyawa itu dalam jumlah
besar dapat menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan, diare campur darah
disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak tertolong akan meninggal. Keracunan
kronis akan menyebabkan depresi umum, sakit kepala dan gangguan mental
(Akhadi, 2009).
Di dalam tubuh manusia, nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin
membentuk methemoglobin (metHb). Apabila jumlahnya melebihi kadar normal,
akan menyebabkan methemoglobineamia. Pada bayi sering dijumpai karena
sempurna. Akibat dari gangguan ini, tubuh bayi akan kekurangan oksigen
sehingga mukanya akan tampak membiru atau sering dikenal dengan bayi biru
(Akhadi, 2009).
Menurut Mukono (1997), pencemaran udara oleh NO2 dapat mengakibatkan
terjadinya radang paru dan jika hal ini berlangsung terus-menerus dapat
mengakibatkan kelainan faal paru obstruktif, yang disebut Penyakit Paru
Obstruktif Menahun (PPOM).
Kadar NO
2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar
binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala
pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan
mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29
menit atau kurang. Pemajanan NO2dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap
manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas (Depkes, 2007).
Pencemaran udara oleh gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxy
Acetyl Nitrates yang disingkat PAN. Peroxy Acetyl Nitrates ini menyebabkan
iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair.
(Wardhana,2004)
2.5.Pencegahan Pencemaran Udara
Mengingat bahaya kesehatan yang dapat terjadi karena pencemaran udara,
maka harus dilakukan upaya untuk mengurangi pencemaran yang terjadi. Banyak
program yang telah digalakkan pemerintah guna mengurangi resiko pencemaran
Adapun usaha yang dapat kita lakukan antara lain:
1. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan.
2. Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, maupun di sekitar tempat tinggal dan merawatnya. Karena salah satu kegunaan tumbuhan adalah sebagai
indikator pencemaran dini, selain sebagai penahan debu dan bahan partikel lain.
3. Menggunakan transportasi massal seperti bus,angkutan kota,kereta api dan lain-lain untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya. Juga dapat menggunakan
transportasi ramah lingkungan seperti becak, dokar, sepeda atau berjalan kaki apabila
jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh.
2.6.Kerangka Konsep
Pengukuran CO dan NO2 Di Terminal
Amplas
Keluhan kesehatan pedagang asongan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999
Karakteristik pedagang asongan di terminal Amplas
• Umur • Pendidikan • Waktu kerja • Masa kerja
• Kebiasaan merokok • Riwayat penyakit
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian
cross sectional, untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan kesehatan
pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Terminal Amplas Medan. Adapun pemilihan
lokasi ini atas dasar bahwa pencemaran udara di tempat umum seperti rumah sakit,
pasar, dan terminal yang masih tinggi, dimana belum peernah dilakukan penelitian
yang sama. Terminal/ lokasi ini juga dipilih karena adanya keluhan-keluhan kesehatan
sering dialami oleh pedagang asongan yang ada di terminal Amplas, seperti batuk,
mata merah,mual muntah.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2014 – Januari 2015.
3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua pedagang asongan yang ada di
terminal Amplas yang berjumlah 30 orang.
3.3.2.Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah total sampling yaitu semua
pedagang asongan bekerja minimal 6 jam perhari dan berjualan di sekitar terminal
Amplas. Waktu 6 jam perhari diambil karena rata-rata pedagang mulai melakukan
kegiatannya mulai pukul 8 pagi sampai pukul 3 sore.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1.Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran CO dan NO2 langsung di
lokasi terminal Amplas dan wawancara langsung dengan responden.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara mengambil data yang sudah tersedia di
Kantor Terminal berupa : jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar terminal,
baik bus Antar Kota Antar Provinsi, Antar Kota Dalam Provinsi, maupun angkutan kota,
dan lain-lain.
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Pengukuran CO dan NO2 dilakukan pada tiga titik yaitu pada : 1. Pelataran
AKDP, 2. Pelataran angkot, dan 3. Pintu keluar masuk terminal. Pengukuran dilakukan
selama 1 jam pada tiap titik , dan masing-masing sebanyak 3 kali, yaitu :
1. Pagi hari pada pukul 08.00 WIB
2. Siang hari pada pukul 12.00 WIB
3. Sore hari pada pukul 15.00 WIB
Titik pengambilan sampel dipilih karena dianggap dapat mewakili wilayah
Terminal Amplas yang mengalami pencemaran paling besar dibanding titik lain, di
titik-titik tersebut banyak kendaraan lalu lalang juga didapat banyak pedagang asongan
menjajakan dagangannya.
Adapun alasan dilakukan pada pagi, siang, dan sore didasarkan atas kepadatan
kendaraan bermotor karena adanya aktivitas masyarakat seperti berangkat kerja, sekolah,
dan sebagainya.
Sampel diambil oleh peneliti dibantu petugas dari BTKLPP (Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Medan. Sampel karbon monoksida
didapat dengan menggunakan alat CO NDIR Analyzer, sedangkan sampel nitrogen
dioksida didapat dengan menggunakan alat Impinger, kemudian hasil pengukuran
dianalisis di BTKLPP Medan.
3.5.1. Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida di Udara Ambien
Prosedur pengukuran karbon monoksida di udara, sebagai berikut:
1. Alat di letakkan 1,5 meter di atas jalan raya
2. Tekan tombol ON/OFF
3. Alat distabilkan selama 2 menit
4. Tekan tombol DOWN, sampai keluar tanda RECORD di sudut kanan atas dari display
(RECORD untuk menangkap polutan karbon monoksida)
5. Atur waktu selama 1 jam untuk melakukan pengukuran karbon monoksida di udara
ambien
6. Tekan tombol RECORD untuk pemberhentian pengukuran.
3.5.2. Pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien 3.5.2.1. Pengambilan Contoh Uji
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar
2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzman sebanyak 10 mL ke dalam botol
penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung,
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit, setelah stabil
catat laju alir awal F1
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara
5. Setelah satu jam catat laju alir akhir dan kemudian matikan pompa penghisap
6. Analisis yang dilakukan di lapangan segera setelah pengambilan contoh.
3.5.2.2. Bahan/ Pereaksi
1. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H)
2. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH)
3. Air suling bebas nitrit
4. Larutan nitrit N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16Cl2N2)
- Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling kedalam botol coklat dan simpan dilemari
pendingin, kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda tera.
- Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan simpan dilemari pendingin.
5. Aseton (C3H6O)
6. Larutan penyerap Griess Saltzman
- Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000 ml dengan 140
ml asam asetat glasial, aduk secara hati-hati dengan stirer sambil ditambahkan dengan air
suling hingga kurang lebih 800 ml.
- Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml
- Tambahkann 20 ml larutan induk NEDA , dan 10 ml aseton, tambahkan air suling
hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan
7. Larutan induk NO21640 μg/mL
- Keringka n natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu 105°C, dan
dinginkan dengan desikator
- Timbang 0, 246 gr natrium nitrit yang tersebut diatas, kemudian larutkan kedalam labu
ukur 100 ml dengan air suling, tambahkan air suling hingga
tanda tera, lalu homogenkan
- Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol coklat dan simpan di lemari pendingin
8. Larutan standar nitrit (NO2)
Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml, tambahkan air
suling hingga tanda tera, lalu homogenkan.
3.5.2.3. Prosedur Analisis 1. Pembuatan Kurva Kalibrasi
b. Masukkan masing-masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml,
larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetri atau buret mikro ke dalam tabung uji
25 ml
c. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan biarkan selama
15 menit agar pembentukan warna sempurna
d. Ukur serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 550 nm
e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah NO2(μg) 2. Pengujian Contoh Uji
a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektofotometer, ukur intensitas
warna merah muda yang terbentuk pada panjang gelombang 550 nm
b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan kurva
kalibrasi
3.5.2.4. Perhitungan
1. Volume contoh uji udara yang diambil
Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal (25°C, 760 mmHg)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
V = F1 + F2 x Pat x 2 Ta 760
298’
Dimana:
V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 °C, 760 mmHg
F2 : Laju alir akhir (L/ menit)
T : Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg)
Ta : Temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K)
298 : Konversi temperatur pada kondisi normal (25°C) ka dalam kelvin
760 : Tekanan udara standar (mmHg)
2. Konsentrasi NO2 di udara ambien
Konsentari NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
CNO2 = b x 10 V 25
x 1000
Dimana:
C : Konsentrasi NO2di udara (μg/ Nm3)
b : Jumlah NO2dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg)
V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C, 760 mmHg
10/25 : Faktor pengenceran
1000 : Konversi liter ke m3
3.6. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
2. Spektrophotometer
3.7.Defenisi Operasional
1. Pengukuran kadar CO dan NO2 terminal adalah pengukuran yang dilakukan
untuk mengetahui kadar CO dan NO2 udara ambien di lingkungan terminal
dengan menggunakan metode NDIR analyzer dan Spektrophotometer metode
Saltzman.
2. Kadar CO dan NO2 udara terminal adalah kandungan CO dan NO2 udara di
lingkungan terminal yang didapat dari hasil pengukuran.
3. Pedagang asongan adalah orang menjajakan dagangannya menggunakan kotak
kecil yang dikalungkan pada lehernya, seperti air mineral, rokok, korek api,
permen, tissue, kacang dan lain-lain minimal 6 jam perhari selama 5 tahun sekitar
terminal Amplas.
4. Umur adalah usia responden pada saat penelitian ini dilakukan karena dapat
mempengaruhi kualitas kesehatan dan ketahanan fisik seseorang.
5. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan
ditamatkan oleh responden.
6. Waktu kerja per hari adalah lamanya responden bekerja dalam 1 hari.(hitungan
jam)
7. Waktu kerja per minggu adalah lamanya responden bekerja dalam
1 minggu
8. Masa kerja adalah lamanya responden sudah melakukan pekerjaannya. .(hitungan hari)
9. Kebiasaan merokok adalah kebiasaan responden mengkonsumsi rokok
sehari-hari baik saat berdagang maupun saat melakukan kegiatan lain.
10.Riwayat penyakit adalah penyakit bawaan yang pernah dialami dan masih
dialami oleh responden.
11.Keluhan kesehatan pedagang asongan adalah gangguan yang timbul atau pernah
dirasakan pedagang/responden yang mungkin diakibatkan karena paparan CO
dan NO secara terus-menerus dalam jumlah tertentu, berupa batuk, sesak nafas,
mata perih, mata berair, mual, sakit kepala / pusing.
3.8. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran adalah mengetahui gambaran kadar CO dan NO2 udara di
terminal Amplas, jika terdapat kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida
(NO2) melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 tahun 1999 maka udara tersebut sudah tercemar karbon monoksida
(CO) dan nitrogen oksida (NO2).
Aspek pengukuran (berdasarkan kuesioner) juga dapat mengetahui jenis keluhan
kesehatan yang dialami pedagang asongan di terminal Amplas. Keluhan kesehatan
dilihat berdasarkan jenis pencemarnya. Keluhan kesehatan yang diakibatkan oleh gas
pencemar CO yaitu:
a. Sulit bernafas
b. Sakit kepala / pusing
c. Mual/muntah
Sedangkan keluhan kesehatan yang diakibatkan oleh gas pencemar NO2 yaitu:
a. Sulit bernafas
b. Mata perih, mata berair
3.9.Teknik Analisa Data
Data yang telah terkumpul dari pengukuran CO, pengukuran NO2 , serta
hasil wawancara dengan pedagang/responden, diolah dan dianalisa menggunakan
salah satu program komputer, dan disajikan dalam bentuk tabel.
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Terminal Amplas Medan
Terminal Amplas merupakan salah satu terminal yang ada di kota Medan yang
berperan sebagai terminal bus antar kota dalam provinsi, antar kota antar provinsi dan
angkutan dalam Kota Medan. Terminal ini terletak di Jalan Panglima Denai, Kelurahan
Amplas, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan.
4.1.1. Sejarah Singkat Terminal Amplas
Terminal ini mulai beroperasi secara resmi pada tahun 1991.
Tahun 1991 – 2002 terminal terpadu Amplas dikelola oleh : Dinas Perhubungan dan
Perusahaan Daerah Pembangunan (PD Pembangunan).
Tahun 2003 – 2009 terminal Amplas dikelola oleh : Dinas Perhubungan
Tahun 2009 – sekarang terminal Amplas dikelola oleh : Dinas Perhubungan dibantu oleh
kepolisian untuk menertibkan keamanan di area dan sekitar terminal.
Terminal Amplas Medan kini memiliki area seluas sekitar 35.961 m2 yang awalnya
memiliki luas 50.961 m2. Batas-batas Terminal Amplas Medan adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Deli
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Deli
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Amplas
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Deli
4.1.2. Kapasitas Terminal Amplas
Menurut staf Dinas Perhubungan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal Terpadu
Amplas Medan, sarana dan prasarana yang terdapat di terminal ini sudah mencukupi.