• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Gulma Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif Bispyribac Sodium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengendalian Gulma Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif Bispyribac Sodium"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN GULMA PADI SAWAH DENGAN

HERBISIDA BERBAHAN AKTIF

BISPYRIBAC SODIUM

AHMAD AZIZ

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian Gulma Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif Bispyribac Sodium adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

AHMAD AZIZ. Pengendalian Gulma Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif Bispyribac Sodium. Dibimbing oleh DWI GUNTORO.

Salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi padi adalah gulma. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas herbisida bispyribac sodium untuk pengendalian gulma pada padi sawah. Penelitian dilaksanakan di Desa Cibanteng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dari November 2012 hingga Februari 2013. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan satu

faktor perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan bispyribac sodium yaitu: 50 ml ha-1, 100 ml ha-1, 150 ml ha-1, 200 ml ha-1, 250 ml ha-1, 300 ml ha-1,

pengendalian manual dan tanpa penyiangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi herbisida bispyribac sodium pada dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 dapat mengendalikan gulma spesies Ludwigia octovalvis, Echinocloa crus-galli, Fimbristylis miliacea, Eclipta prostata dan Cynodon dactylon. Aplikasi herbisida bispyribac sodium pada semua dosis yang diuji hanya menyebabkan gejala fitotoksisitas ringan pada tanaman padi sawah.

Kata kunci: dosis, gulma, herbisida bispyribac sodium, padi

ABSTRACT

AHMAD AZIZ. Weed Control on Paddy by Bispyribac Sodium. Supervised by DWI GUNTORO.

One of the main problems on increasing rice production is weeds. The objective of this research was to determine the effectiveness of bispyribac sodium herbicide to control weed in paddy field. The experiment was conducted in Cibanteng village, Bogor regency, West Java from November 2012 to February 2013. The research was arranged at randomized block design with four replications which consisted of eight bispyribac sodium treatments i.e: 50 ml ha-1, 100 ml ha-1, 150 ml ha-1, 200 ml ha-1, 250 ml ha-1, 300 ml ha-1, manual weeding and no weeding. The result showed that the application of bispyribac sodium herbicide at a dose of 50 ml ha-1 to 300 ml ha-1 could control Ludwigia octovalvis, Echinocloa crus-galli, Fimbristylis miliacea, Eclipta prostata and Cynodon dactylon weed species. Bispyribac sodium application at all dosages only caused lightweihgt Phytotoxicity Syimptoms on rice plants.

(5)

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah: dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGENDALIAN GULMA PADI SAWAH DENGAN

HERBISIDA BERBAHAN AKTIF

BISPYRIBAC SODIUM

AHMAD AZIZ

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Pengendalian Gulma Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif Bispyribac Sodium

Nama : Ahmad Aziz NIM : A24090051

Disetujui oleh

Dr Dwi Guntoro, SP, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini yang berjudul “Pengendalian Gulma Padi Sawah dengan Herbisida Berbahan Aktif Bispyribac Sodium” berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Dwi Guntoro SP, MSi selaku pembimbing dan Sarwono SP. selaku asisten pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan selama penelitian. Penghargaan penulis disampaikan kepada Ir Sofyan Zaman MP. dan Ir Adolf Pieter Lontoh MS selaku penguji skripsi atas masukan dan saran perbaikannya dan Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS selaku pembimbing akademik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 46. Di samping itu ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

1 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering

gulma total pada 8 MSA 6

2 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering

biomassa gulma dominan pada 8 MSA 7

3 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah anakan

tanaman padi pada 2 MST hingga 7 MST 7

4 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac Sodium terhadap tinggi tanaman

padi pada 2 MST hingga 7 MST 8

5 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering

akar padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen 8

6 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering

tajuk padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen 9

7 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap rasio tajuk dengan akar padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen 9 8 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot biomassa

tanaman padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen 10 9 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap heading 10 10 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah anak

produktif 11

11 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap panjang malai 11 12 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah bulir

per malai dan bobot 1000 butir 12

13 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap gabah kering

panen dan gabah kering giling 12

14 Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap fitotoksisitas

tanaman padi 13

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur kimia bispyribac sodium 4

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan pangan utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Kebutuhan beras terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Konsumsi beras nasional saat ini mencapai 137 kg per kapita maka pada tahun 2020 nanti, kebutuhan beras Indonesia mencapai 35.97 juta ton (Puslitbangtan 2012).

Menurut data BPS (2012) terjadi peningkatan produksi padi nasional sebesar 68 594 067 ton. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan produksi padi nasional pada tahun 2011 sebesar 65 756 904 ton. Peningkatan jumlah produksi padi nasional pada tahun ini menunjukan bahwa usaha pemerintah dalam peningkatan produksi beras terus dilakukan. Akan tetapi, upaya pemerintah ini dihadapkan pada berbagai kendala, diantaranya adalah alih fungsi lahan pertanian, degradasi lahan dan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi padi adalah organisme pengganggu tanaman yaitu gulma. Gulma merupakan tumbuhan penggaggu yang dapat menurunkan produksi padi bila tidak dikendalikan secara efektif (Hamdan dan Sigit 2009). Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman padi dapat menghambat pertumbuhan dan produksi padi. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman padi dapat menghambat pertumbuhan dan produksi padi. Populasi gulma E. crus-galli mempengaruhi kompetisi terhadap tanaman padi semakin besar, populasi E. crus-galli sebanyak empat per pot dapat menurunkan bobot gabah sebesar 48.0% dan menurunkan bobot gabah isi sebesar 46.2% (Guntoro et al. 2009).

Berdasarkan data BPS (2011) tenaga kerja pertanian di Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja pertanian sebesar 41 611 840 orang, jumlah ini terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2011 jumlah tenaga kerja pertanian berkurang sebesar 2 282 825 orang. Penurunan jumlah tenaga kerja pertanian setiap tahun ini menuntut diadakannya metode pengendalian gulma yang efisien dalam memanfaatkan tenaga kerja. Metode yang dapat digunakan adalah pengendalian gulma secara kimiawi.

(15)

2

Penggunaan herbisida bispyribac sodium sudah banyak digunakan dinegara lain diantaranya yaitu Amerika Serikat, Australia dan Kanada. Sedangkan penggunannya di Indonesia belum banyak digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui keefektivan herbisida bispyribac sodium dalam mengendalikan gulma padi sawah.

Tujuan Penelitian

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan herbisida bispyribac sodium untuk mengendalikan gulma pada budidaya tanaman padi sawah.

Hipotesis

1. Perlakuan herbisida dengan berbahan aktif bispyribac sodium dapat mengendalikan gulma pada padi sawah.

2. Perlakuan herbisida dengan berbahan aktif bispyribac sodium dapat mempengaruhi hasil produksi padi.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan Graminae yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Padi (Oryza sativa L.) termasuk subfamili Bambusoidae, suku Oryzae, dan genus Oryza. Padi dapat dibedakan menjadi 3 sub spesies yakni Indica, Japonika, dan Javanica (Siregar 1981).

Menurut Siregar (1981) padi merupakan tanaman rumput semusim dengan tinggi 50-130 cm hingga 5 m. Batang berbentuk bulat, berongga dan beruas-ruas serta berakar serabut. Daun terdiri dari helai daun yang menyelubungi batang. Bunga padi membentuk malai keluar ari buku paling atas dengan jumlah bunga tergantung kultivar yang berkisar antara 50-500 bunga. Sedangkan buah atau biji padi beragam dalam bentuk, ukuran dan warna.

Syarat Tumbuh Tanaman Padi

(16)

3

Pengendalian Gulma Padi

Menurut Hera (2011), gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di areal pertanaman budidaya yang berpotensi mengganggu pengusahaan tanaman budidaya. Gangguan gulma pada tanaman budidaya dapat berupa gangguan fisik, fisiologi, dan kompetisi. Gangguan fisik dapat berupa gangguan penutupan tajuk gulma terhadap tanaman budidaya seperti Ficus sp. yang mengambil ruang hidup tanaman kayu dan gangguan pertumbuhan tanaman budidaya karena pola pertumbuhan gulma seperti membelit oleh Mikania micrantha. Pada pertanaman padi gangguan fisik gulma dapat berupa belitan akar gulma pada perakaran padi yang mengurangi lebar permukaan akar padi untuk menyerap hara.

Gangguan fisiologi oleh gulma biasanya disebabkan ekskresi senyawa biotoxic oleh gulma untuk menekan pertumbuhan tanaman budidaya. Senyawa biotoxic ini kemudian dikenal dengan istilah alelopati. Senyawa alelopati berpengaruh negatif terhadap penyerapan unsur hara, pembelahan sel, penghambatan pertumbuhan, penghambatan aktivitas fotosintesis, berpengaruh terhadap respirasi, sintesis protein, perubahan ketegangan membran, serta penghambatan aktivitas enzim (Duke 1985).

Gulma memperoleh dan memanfaatkan hara esensial yang tersedia bagi tanaman budidaya. Kompetisi gulma pada tanaman budidaya cenderung lebih agresif saat tumbuh. Gangguan kompetisi gulma mampu menurunkan hasil produksi pertanaman padi, kehilangan hasil ini disebabkan oleh dominansi gulma terhadap ruang hidup dan faktor-faktor lain yang menunjang pertumbuhan vegertatifnya (Smith 1983)

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu kultural, mekanis, kimia dan biologi (Anderson 1977). Pengendalian kultural berupa penggunaan benih unggul bersertifikat dengan kemurnian tinggi. kemurnian ini dimaksudkan dengan rendahnya campuran benih off-type. Pengendalian secara mekanis berupa penyiangan manual, pembabatan, pembenaman, penggenangan dan pencacahan menggunakan alat. Pengendalian gulma secara biologi berupa pengendalian populasi agen hayati yang mengurangi dominansi gulma tersebut.

(17)

4

Herbisida Bispyribac Sodium

Gambar 1. Struktur kimia IUPAC dari Bispyribac Sodium

Bispyribac Sodium merupakan salah satu jenis bahan aktif herbisida yang bersifat sistemik dengan mengganggu produksi enzim acetolactate synthase (ALS) yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaannya adalah pada saat tumbuhan sedang dalam fase vegetatif (Wisconsin Department Of Natural Resources 2012).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Percobaan dilakukan pada lahan sawah Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada bulan November 2012 hingga Februari 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain benih padi varietas Ciherang, pupuk urea, NPK Phonska, KCl, furadan, dan herbisida berbahan aktif bispyribac sodium.

Peralatan yang digunakan adalah knapsack sprayer tipe solo dengan nozle biru, timbangan analitik dan oven.

Metode Penelitian

(18)

5 hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F) dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Model statistik untuk rancangan acak kelompok dengan faktor tunggal adalah sebagai berikut :

dengan: i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan j = 1, 2, 3, 4 Yij : Respon tanaman terhadap perlakuan-i dan kelompok ke-j µ : Nilai tengah

αi : Perlakuan ke-i

βj : Pengaruh kelompok ke-j

εij : Galat percobaan.

Pelaksanaan

Persiapan lahan dilakukan dengan pembajakan dan pembuatan petakan dengan ukuran 4 m x 5 m sebanyak 32 petak satuan percobaan. Penyemaian dilakukan dengan menyemai benih padi pada lahan semai basah dengan ukuran lahan semai 1.2 m x 5 m sebanyak 3 kg yang sebelumnya telah direndam selama 48 jam dan ditiriskan selama 24 jam. Penanaman dilakukan berlajur dengan 2-3 batang bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 30 cm x 15 cm. Penyemprotan herbisida sesuai dosis perlakuan dilakukan saat bibit berumur 14 hari setelah pindah tanam dengan alat semprot tipe punggung Solo dan menggunakan nozzle biru dengan volume semprot 400 l ha-1. Pemupukan dilakukan pada 1 dan 4 minggu setelah pindah tanam dengan dosis 50 % untuk tiap aplikasi pemupukan. Dosis pupuk Urea, NPK Phonska dan KCl berturut turut 200 kg ha-1, 400 kg ha-1, dan 100 kg ha-1. Pemberian furadan diberikan segera setelah pemupukan pertama dengan dosis 20 kg ha-1. Pengendalian organisme pengganggu menggunakan penyemprotan insektisida dan fungisida. Pemanenan dilakukan pada padi umur 115 HSS atau 96 HST.

Pengamatan

(19)

6

2 = keracunan sedang, > 20-50 % bentuk daun atau warna daun dan atau pertumbuhan tanaman tidak normal;

3 = keracunan berat, > 50-75 % bentuk daun atau warna daun dan atau pertumbuhan tanaman tidak normal;

4 = keracunan sangat berat, > 75 % bentuk daun atau warna daun dan atau pertumbuhan tanaman tidak normal sampai tanaman mati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Bobot Kering Gulma Total

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 berpengaruh terhadapbobot kering gulma total dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) (Tabel 1). Perlakuan aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 menghasilkanbobot kering gulma total yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual (Tabel 1).

Tabel 1.Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering gulma total pada 8 MSA

Bispyribac Sodium 100 0.0838c

Bispyribac Sodium 150 0.1925c

Bispyribac Sodium 200 0.2388c

Bispyribac Sodium 250 0.0388c

Bispyribac Sodium 300 0.1575c

Pengendalian Manual - 0.8688b

Kontrol - 1.3950a

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5%.

Bobot Kering Gulma Dominan

(20)

7 hingga 300 ml ha-1 dapat mengendalikan gulma dominan spesies Ludwigia octovalvis pada 8 MSA dibandingkan terhadap pengendalian manual.

Tabel 2.Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering biomassa gulma dominan 8 MSA LUDOC: Ludwigia octovalvis, ECHCG: Echinocloa crus-galli, FIMMI: Fimbristylis miliacea, ECLPR:

Eclipta prostata, CYNDC: Cynodon dactylon.

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadapjumlah anakan tanaman padi dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 2 MST, 4 MST hingga 7 MST dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian manual (Tabel 3). Aplikasi bispyribac sodium dengan dosis 200 ml ha-1 berpengaruh nyata terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 3 MST. Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 200 ml ha-1 berbeda nyata terhadap aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 300 ml ha-1 pada 2 MST dan aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 100 ml ha-1 berbeda nyata terhadap aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 300 ml ha-1 pada 4 MST.

Tabel 3. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah anakan tanaman padi pada 2 MST hingga 7 MST

Perlakuan Dosis

(21)

8

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 7 MST dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian manual (Tabel 4). Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 200 ml ha-1 berbeda nyata terhadap aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 300 ml ha-1 pada 2 MST, 4 MST dan 6 MST. Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 100 ml ha-1 berbeda nyata terhadap aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 200 ml pada 6 MST dan pada aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 100 ml ha-1 berbeda nyata terhadap perlakuan pengendalian manual.

Tabel 4. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap tinggi tanaman padi pada 2 MST hingga 7 MST

Perlakuan Dosis

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5%.

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap bobot kering akar padi dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian manual (Tabel 5).

Tabel 5.Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering akar padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen

(22)

9 Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap bobot kering tajuk padi dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 2 BST, 3 BST dan panen dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian manual. Pada aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 200 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 berpengaruh terhadap bobot kering tajuk padi dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 1 BST (Tabel 6).

Tabel 6.Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering tajuk padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5%.

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadaprasio tajuk dengan akar padi dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian manual (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap rasio tajuk dengan akar

(23)

10

200 ml ha-1 berbeda nyata terhadap aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 300 ml ha-1 pada 1 BST dan 2 BST (Tabel 8).

Tabel 8.Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering biomassa tanaman padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen

Perlakuan Dosis Bispyribac Sodium 150 37.20ab 48.35 60.28ab 73.10 Bispyribac Sodium 200 35.65b 47.78 58.23b 71.85 Bispyribac Sodium 250 37.48ab 48.45 60.03ab 72.45 Bispyribac Sodium 300 38.48a 49.88 62.45a 75.28 Pengendalian Manual - 37.23ab 49.28 62.03ab 74.78

Kontrol - 37.33ab 48.88 61.28ab 73.13

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5%.

Produksi Tanaman Padi

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap saat heading dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian manual (Tabel 9).

Tabel 9.Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap heading Perlakuan Dosis (ml ha-1) Heading (HST)

Bispyribac Sodium 50 61.25

Bispyribac Sodium 100 60.75

Bispyribac Sodium 150 60.75

Bispyribac Sodium 200 60.75

Bispyribac Sodium 250 60.75

Bispyribac Sodium 300 61.50

Pengendalian Manual - 60.00

Kontrol - 60.00

(24)

11 Tabel 10. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah

anakan produktif padi

Bispyribac Sodium 150 19.00

Bispyribac Sodium 200 19.05

Bispyribac Sodium 250 18.80

Bispyribac Sodium 300 20.13

Pengendalian Manual - 18.85

Kontrol - 18.93

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap panjang malai dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual (Tabel 11).

Tabel 11. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap panjang malai padi

Perlakuan Dosis

(ml ha-1) Panjang Malai Padi (cm)

Bispyribac Sodium 50 22.80

Bispyribac Sodium 100 23.05

Bispyribac Sodium 150 22.78

Bispyribac Sodium 200 22.29

Bispyribac Sodium 250 22.86

Bispyribac Sodium 300 22.26

Pengendalian Manual - 23.11

Kontrol - 21.81

(25)

12

Tabel 12. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap jumlah bulir per malai dan bobot 1000 butir padi

Perlakuan Dosis (ml ha-1)

Jumlah Bulir

per Malai Bobot 1000 Butir (g)

Bispyribac Sodium 50 105.5a 22.19b

Bispyribac Sodium 100 105.2a 23.06ab

Bispyribac Sodium 150 104.4a 23.34ab

Bispyribac Sodium 200 101.7a 24.36a

Bispyribac Sodium 250 104.3a 23.67ab

Bispyribac Sodium 300 105.0a 24.10ab

Pengendalian Manual - 96.7ab 23.12ab

Kontrol - 85.4b 23.40ab

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5%.

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 250 ml ha-1 berpengaruh terhadap bobot gabah kering panen (GKP) ubinan dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan pengendalian manual (Tabel 13). Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 150 ml ha-1 dan 300 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap bobot GKP dugaan produktivitas per hektar dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) (Tabel 13). Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 berpengaruh terhadap bobot gabah kering giling (GKG) ubinan dan bobot GKG dugaan produktivitas per hektar dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) dan tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan pengendalian manual (Tabel 13).

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dapat menghasilkan GKG rata-rata 2.04 kg/6.25 m2 dan 3.26 ton/ha lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) yaitu 0.89 kg/6.25 m2 dan 1.42 ton/ha.

Tabel 13. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap gabah kering panen dan gabah kering giling

Perlakuan Dosis

(26)

13

Fitotoksisitas

Aplikasi herbisida bispyribac sodium dengan dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 nyata terhadap skor fitotoksisitas tanaman padi (Tabel 14). Skor fitotoksisitas 1 menunjukkan gejala fitotoksisitas ringan dan tanaman padi memperlihatkan pertumbuhan normal mulai dari masa vegetatif sampai dengan saat panen.

Tabel 14. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap skor fitotoksisitas tanaman padi

Bispyribac Sodium 150 1.00a 1.00a 1.00a

Bispyribac Sodium 200 1.00a 1.00a 1.00a

Bispyribac Sodium 250 1.00a 1.00a 1.00a

Bispyribac Sodium 300 1.00a 1.00a 1.00a

Pengendalian Manual - 0.00b 0.00b 0.00b

Kontrol - 0.00b 0.00b 0.00b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5%.

Pembahasan

Bobot kering gulma total adalah bobot kering gulma dari gabungan gulma-gulma dengan spesies yang sama baik golongan rumput (grasses), golongan daun lebar (broadleaf) maupun golongan teki yang berada di petak percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi herbisida bispyribac sodium pada dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 dapat mengendalikan gulma total pada lahan pertanaman padi sawah yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma total yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) pada 8 MSA (Tabel 1). Hal tersebut karena gulma yang dikendalikan dengan pengendalian manual pada 3 MSA dan 6 MSA tumbuh kembali sedangkan pada perlakuan aplikasi herbisida bispyribac sodium pada dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 dapat menekan pertumbuhan gulma. Zubachtirodin dan Amir (1998) menyatakan bahwa gulma yang dapat berkembang biak dengan umbi, rimpang atau tunas dari buku-bukunya dapat tumbuh subur kembali meskipun telah diaplikasikan herbisida paraquat.

(27)

14

salah satu jenis bahan aktif herbisida yang bersifat sistemik dengan mengganggu produksi enzim acetolactate synthase (ALS) yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman, penggunaannya adalah pada saat tumbuhan sedang dalam fase vegetatif (Wisconsin Department Of Natural Resources, 2012).

Gulma Ludwigia octovalis menjadi salah satu gulma dominan pada saat pengamatan awal. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan tanah dapat memunculkan biji-biji gulma ke permukaan tanah. Hasil penelitian Mohler dan Galford (1997) juga menunjukkan bahwa pengolahan tanah akan membawa biji-biji gulma ke permukaan dan akan menstimulus perkecambahan, tetapi pengolahan tanah juga akan membawa biji-biji gulma yang ada di permukaan ke lapisan dalam yang tidak memungkinkan biji gulma untuk tumbuh. Selain itu juga dipengaruhi oleh Ludwigia octovalis yang sangat cepat sehingga dapat bersaing dengan tanaman padi.

Gulma dari golongan teki seperti Fimbristylis miliacea dan Cyperus iria adalah gulma yang sangat dominan mulai dari awal hingga akhir percobaan. Hal ini disebabkan kedua gulma tersebut adalah gulma dominan pada saat lahan diberakan sebelum percobaan dimulai (analisis vegetasi), sehingga menyebabkan kandungan biji-biji gulma di lahan percobaan meningkat. Kedua jenis gulma ini mampu menghasilkan kurang lebih 10.000 biji/tanaman dan biji tersebut tidak mempunyai masa dormansi, dengan demikian dapat langsung berkecambah (Kostermans et al. 1987; Pons, Eussen dan Utomo 1987). Biji-biji gulma yang dihasilkan oleh gulma yang tumbuh sebelumnya adalah factor penting dalam suatu populasi gulma di suatu daerah pertanian yang sewaktu-waktu dapat

berkecambah dan tumbuh bila keadaan lingkungan menguntungkan (Chozin 1997).

Peningkatan dosis aplikasi yang lebih tinggi dari dosis 50 ml ha-1 pada bispyribac sodium menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata dengan aplikasi pada dosis 50 ml ha-1. Hasil ini menunjukan bahwa aplikasi herbisida bispyribac sodium pada dosis 50 ml ha-1 sudah efektif dalam mengendalikan gulma total dan gulma dominan di lahan percobaan. Perlakuan herbisida bispyribac sodium 50 ml ha-1 hingga 200 ml ha-1 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman padi seperti jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan bobot biomassa tanaman padi. Rata-rata jumlah anakan pada akhir pengamatan dari berbagai perlakuan berkisar antara 27.7 hingga 29.5 (anakan per rumpun) tanaman padi dan rata-rata tinggi tanaman padi pada akhir pengamatan dari berbagai perlakuan berkisar antara 91.8 cm hingga 95.6 cm. Pada akhir pengamatan bobot kering akar dan tajuk tanaman padi dari seluruh perlakuan rata-rata bobot kering akar dan tajuk tanaman padi berkisar antara 18.81 g/rumpun hingga 29.52 g/rumpun dan 89.05 g/rumpun hingga 113.67 g/rumpun. Sedangkan rata-rata bobot biomassa tanaman padi pada akhir

pengamatan dari berbagai perlakuan berkisar antara 71.85 g/rumpun hingga 75.35 g/rumpun.

(28)

15 hingga 2.5 kg/6.25 m2. Sedangkan aplikasi herbisida bispyribac sodium dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 menghasilkan rata-rata nilai bobot GKG dugaan produktivitas per hektar yang nyata lebih tinggi dibandingkan terhadap perlakuan tanpa penyiangan (kontrol) berkisar antara 1.90 ton/ha hingga 2.39 ton/ha.

Apabila produksi GKP dan GKG ubinan dikonversi ke dalam produktivitas per hektar terlihat bahwa aplikasi herbisida bispyribac sodium 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penekanan gulma dominan baik golongan daun lebar, rumput maupun teki oleh aplikasi herbisida bispyribac sodium yang menurunkan bahkan menghilangkan persaingan gulma terhadap tanaman padi sehingga produksi tanaman padi meningkat. Rata-rata produksi GKP dan GKG ubinan maupun produktivitas per hektar pada perlakuan herbisida bispyribac sodium yaitu 2.12 kg/6.25 m2, 2.03 kg/6.25 m2, 3.39 ton/ha dan 3.26 ton/ha cenderung

lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual yaitu 2.20 kg/6.25 m2, 2.07 kg/6.25 m2, 3.52 ton/ha dan 3.31 ton/ha. Kecenderungan ini

diduga disebabkan oleh adanya gulma-gulma golongan daun lebar, rumput dan teki yang tumbuh kembali setelah dilakukan penyiangan manual sehingga menyebabkan adanya persaingan gulma dengan tanaman padi. Terry (1991) mengatakan bahwa kemampuan bertahan hidup gulma rumput (grasses) disebabkan karena adaptabilitasnya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan serta kemampuannya untuk tetap tumbuh walaupun adanya gangguan oleh manusia maupun hewan. Menurut Gnavanel and Anbhazhagan (2010) aplikasi herbisida pertumbuhan awal gulma (early post) menggunakan bispyribac sodium dapat menghemat penyiangan gulma sebanyak dua kali penyiangan serta dapat meningkatkan hasil gabah.

Naharia (1999) mengatakan bahwa pengendalian gulma secara manual dengan cara penyiangan terlihat bahwa gulma yang sangat dominan adalah golongan daun lebar. Hal ini disebabkan karena dengan penyiangan akan merubah struktur tanah dan disebabkan karena dengan penyiangan akan merubah struktur tanah dan menyebabkan biji-biji gulma terangkat ke permukaan tanah.

(29)

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Aplikasi herbisida bispyribac sodium pada dosis 50 ml ha-1 hingga 300 ml ha-1 dapat mengendalikan gulma golongan daun lebar, golongan teki dan golongan rumput yang dominan pada pertanaman padi sawah di lokasi percobaan. Spesies gulma berdaun lebar yang dominan yang dapat dikendalikan yaitu Ludwigia octovalvis dan Eclipta prostata, spesies gulma rumput yaitu Echinocloa crus-galli dan Cynodon dactylon, dan spesies gulma teki yaitu Fimbristylis miliacea. Untuk mengendalikan gulma total dan gulma-gulma dominan dengan dominansi seperti pada lokasi percobaan, aplikasi herbisida bispyribac sodium efektif dengan menggunakan dosis 50 ml ha-1. Aplikasi herbisida bispyribac sodium menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi (GKP dan GKG) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (tanpa penyiangan). Aplikasi herbisida bispyribac sodium pada semua dosis yang diuji hanya menimbulkan gejala keracunan (fitotoksisitas) ringan pada tanaman padi sawah. Tanaman padi menunjukkan pertumbuhan normal mulai saat vegetatif hingga saat panen.

Saran

(30)

17

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, W. P. 1977. Weed Sciences: Principles. West Publishing Company. p598.

Australian Pesticides & Veterinary Medicines Authority. 2011. Public realease summary, on the evaluation of the new active Bispyribac sodium Herbicide. Australia. p36.

BPS [Badan Pusat Statistika]. 2011. Tenaga kerja. http://www.bps.go.id [5 September 2012].

BPS [Badan Pusat Statistika]. 2012. Tanaman Pangan. http://www.bps.go.id [5 September 2012].

Chozin, MA., LH. Utomo. 1997. Kontribusi Herbisida dalam Pembangunan Pertanian, Makalah Diskusi Pakar. Kontribusi Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dalam Pengelolaan Bahan Perlindungan Tanaman Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Menjelang Abad XXI. Bogor 18 Desember 1997.

De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. Toronto. John Willey & Sons. p618.

Duke, S.O. 1985. Weed physiology: Reproduction and Ecophysiology. CRC Press Inc: Boca Raton Florida.

Dwianda, O. 2010. Pengujian Beberapa Jenis Herbisida terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Padi Sawah pada Sistem Intensifikasi Padi (SRI). Skripsi. Universitas Andalas. Padang.

Gnavanel, I. and R. Anbhazhagan. 2010. Bio-efficacy of pre and post-emergence herbicides in transplanted Aromatic basmati rice. Research Journal of Agricultural Sciences, 1(4): 315-317.

Grist, D.H. 1965. Rice 4th edition. Longman Group Limited. London. p548. Guntoro, D., M.A. Chozin, E. Santosa, S. Tjitrosemito dan A.H. Burhan. 2009.

Kompetesi antara ekotipe Echinocloa crus-galli pada beberapa tingkat populasi dengan padi sawah. J.Agron. Indonesia. 37 (3):202-208.

Hera, N. 2011. Pengaruh Alelopati Beberapa Genotipe Padi Lokal Sumatera Barat terhadap Pertumbuhan dan Perkecambahan Gulma Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv. Thesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. Padang.

(31)

18

Mohler, CL. And AE. Galforth. 1997. Weed Seeding Emergence and Seed Sirvival Separating the Effect of Seed Position and Soil Modivication bu Tillage. Weed Res 37: 147-155.

Naharia, O. 1999. Studi Penerapan Teknik Persiapan Lahan dan Cara Tanam serta Cara Pengendalian Gulma pada Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Pane, H. dan S.Y. Jatmiko. 2009. Pengendalian gulma pada tanaman padi. http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itp_10.pdf [16 Maret 2012].

Puslitbangtan [Pusat Penelitian dan apengembangan Tanaman Pangan]. 2012. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020. BPS .html [19 Oktober 2012]. Septrina, G. 2008. Pengaruh Waktu dan Cara Pengendalian Gulma terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Padi Hibrida. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 59.

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Rineka. Jakarta. Hal320. Smith, R. J. 1983. Weeds of major economic importance in rice and yield losses due to weed competition. P 19-35. In: Weed Control in Rice. International Rice Research Institute. Los Banos. p264.

Valent USA corporation. 2009. New Chemistry for Aquatic Weed Management,

Technical Findings on Clipper™ (flumioxazin) and Tradewind™

(bispyribac-sodium) Herbicides. Valent USA corporation. USA. p10. Wisconsin Department of Natural Resources. 2012. Bispyribac Sodium Chemical

Fact Sheet. Wisconsin Departement of Natural Resources. Washington d.c. p2.

(32)

19

(33)

20

(34)

21 Lampiran 2. Spesies-spesies gulma dominan di lokasi percobaan

Ludwigia octovalvis Echinocloa crus-galli

Fimbristylis miliacea Eclipta prostata

(35)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 05 November 1990. Penulis adalah putra keempat dari Bapak Saepi (alm) Bin Arsali dan Ibu Eli. Penulis menempuh pendidikan tingkat pertama di MTs Math’laul Anwar dari tahun 2003 hingga tahun 2006. Pendidikan lanjutan atas ditempuh di Madrasah Aliyah Negeri Mauk dari tahun 2006 hingga 2009. Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada tahun 2009 dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Gambar

Gambar 1. Struktur kimia IUPAC dari Bispyribac Sodium
Tabel 2. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering biomassa gulma dominan 8 MSA
Tabel 5. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering
Tabel 6. Pengaruh aplikasi herbisida bispyribac sodium terhadap bobot kering tajuk padi pada 1 BST, 2 BST, 3 BST dan panen
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Herbisida atrazin dan mesotrion pada dosis (500+50) g/ha hingga (1500+150) g/ha dapat mengendalikan pertumbuhan gulma total, gulma

Jaringan Epidermis Bawah Daun Gulma Eleusine indica, Digitaria ciliaris, dan Paspalum conjugatum pada Aplikasi Herbisida Mesotrion dengan Dosis Bahan Aktif 24 g/ha, 48 g/ha dan

Tabel 5 menjelaskan bahwa perlakuan aplikasi herbisida campuran cyhalofop-butyl + penoxsulam hingga dosis sesuai formulasi rekomendasi (ABR2) 450 g ai ha -1 nyata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua taraf dosis herbisida amonium glufosinat yang diuji (480-960 g/ha) dan penyiangan mekanis mampu mengendalikan gulma total dan gulma golongan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa herbisida penoksulam dengan dosis 18-36 g/ha mampu menekan pertumbuhan gulma total, gulma daun lebar, gulma teki, gulma

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa herbisida penoksulam dengan dosis 18-36 g/ha mampu menekan pertumbuhan gulma total, gulma daun lebar, gulma teki, gulma

mengendalikan gulma. Berdasarkan kandungan bahan aktifnya herbisida dibedakan menjadi herbisida tunggal dan herbisida campuran. Herbisida tunggal adalah herbisida yang hanya memiliki

penoxsulam+butachlor pada dosis 7,5+300 sampai dengan 15,0+600 g/ha mampu mengendalikan pertumbuhan gulma total, gulma golongan daun lebar, gulma golongan teki, gulma dominan