WEBGIS PENUTUPAN LAHAN KALIMANTAN TENGAH
MENGGUNAKAN OPENGEO SUITE 3.0
HIDAYAT
ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah Menggunakan OpenGeo Suite 3.0 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
HIDAYAT. WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah Menggunakan OpenGeoSuite 3.0. Dibimbing oleh HARI AGUNG ADRIANTO.
Kebutuhan akan data dari berbagai pihak dengan format dan lokasi penyimpanan yang berbeda-beda semakin tinggi. Masalah yang biasa disebut dengan istilah interoperbilitas ini sangat terasa terutama dalam hal penyebarluasan informasi penutupan lahan di Indonesia. Untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut, penelitian ini membangun sistem webGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah menggunakan perangkat lunak OpenGeo Suite 3.0. Komponen sistem ini dibangun berdasarkan tiga komponen utama, yaitu: database management system
(DBMS), application server, dan user interface. Data yang digunakan berupa file
dengan format shapefile tersimpan dalam DBMS PostgreSQL/PostGIS.
Application server tersusun dari GeoServer sebagai web map server dan Apache
web server. User interface dibangun menggunakan GeoExplorer yang menjadi perangkat berbasis web untuk menyusun dan mempublikasikan aplikasi pemetaan peta. Pengguna dapat menggunakan sistem ini melalui web browser dan menjalankan berbagai fungsi seperti pemilihan layer, ZoomIn, ZoomOut, dan
GetFeatureInfo. Pengguna juga dapat melihat perubahan penutupan lahan secara manual.
Kata kunci: GeoServer, geospasial, OpenGeo, penutupan lahan.
ABSTRACT
HIDAYAT. WebGIS of Central Kalimantan Land Cover Using OpenGeo Suite 3.0. Supervised by HARI AGUNG ADRIANTO.
Requirements of data from different party with various formats and locations are increasing. This interoperability issue appears in many cases of land cover information dissemination in Indonesia. To handle this problem, this research built a WebGIS application for land cover monitoring in Central Kalimantan Province using OpenGeo Suite 3.0. The software consists of three main components: database management system (DBMS), application server, and user interface. In the research, the used data was of shapefile format and stored in PostgreSQL/PostGIS DBMS. The elements of application server were GeoServer as a web map server and Apache web server. The user interface was built using the GeoExplorer as web-based software to compile and publish map mapping application. Users can use the system using a web browser and run various functions such as layer selection, ZoomIn, ZoomOut, and GetFeatureInfo. Users may also observe the changes of land cover manually.
ABSTRAK
HIDAYAT. WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah Menggunakan OpenGeoSuite 3.0. Dibimbing oleh HARI AGUNG ADRIANTO.
Kebutuhan akan data dari berbagai pihak dengan format dan lokasi penyimpanan yang berbeda-beda semakin tinggi. Masalah yang biasa disebut dengan istilah interoperbilitas ini sangat terasa terutama dalam hal penyebarluasan informasi penutupan lahan di Indonesia. Untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut, penelitian ini membangun sistem webGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah menggunakan perangkat lunak OpenGeo Suite 3.0. Komponen sistem ini dibangun berdasarkan tiga komponen utama, yaitu: database management system (DBMS), application server, dan user interface. Data yang digunakan berupa file dengan format shapefile tersimpan dalam DBMS PostgreSQL/PostGIS. Application server tersusun dari GeoServer sebagai web map server dan Apache web server. User interface dibangun menggunakan GeoExplorer yang menjadi perangkat berbasis web untuk menyusun dan mempublikasikan aplikasi pemetaan peta. Pengguna dapat menggunakan sistem ini melalui web browser dan menjalankan berbagai fungsi seperti pemilihan layer, ZoomIn, ZoomOut, dan GetFeatureInfo. Pengguna juga dapat melihat perubahan penutupan lahan secara manual.
Kata kunci: GeoServer, geospasial, OpenGeo, penutupan lahan.
ABSTRACT
HIDAYAT. WebGIS of Central Kalimantan Land Cover Using OpenGeo Suite 3.0. Supervised by HARI AGUNG ADRIANTO.
Requirements of data from different party with various formats and locations are increasing. This interoperability issue appears in many cases of land cover information dissemination in Indonesia. To handle this problem, this research built a WebGIS application for land cover monitoring in Central Kalimantan Province using OpenGeo Suite 3.0. The software consists of three main components: database management system (DBMS), application server, and user interface. In the research, the data used was of shapefile format and stored in PostgreSQL/PostGIS DBMS. The elements of application server were GeoServer as a web map server and Apache web server. The user interface was built using the GeoExplorer as web-based software to compile and publish map mapping application. Users can use the system using a web browser and run various functions such as layer selection, ZoomIn, ZoomOut, and GetFeatureInfo. Users may also observe the changes of land cover manually.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komputer
pada
Departemen Ilmu Komputer
WEBGIS PENUTUPAN LAHAN KALIMANTAN TENGAH
MENGGUNAKAN OPENGEO SUITE 3.0
HIDAYAT
ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah Menggunakan OpenGeo Suite 3.0
Nama : Hidayat NIM : G64070012
Disetujui oleh
Hari Agung Adrianto, SKom, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Buono, MSi, MKom Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallhu ‘alahi wa sallam. Penyusunan skripsi yang mengambil tema WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1 Kedua orang tua tercinta, Bapak Adrian Wali, SE dan Ibu Hj. Fadjrawati, SE beserta Kakak dan Adik yang selalu memberikan kasih sayang, pengorbanan, doa, dan dukungan moral.
2 Bapak Hari Agung Adrianto, SKom, MSi selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dalam memberikan ilmu dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.
3 Ibu Annisa, SKom, MKom yang telah banyak memberi saran dan nasehat dalam perjalanan pengerjaan tugas akhir ini.
4 Ibu Dr Imas S Sitanggang, S.Si, MKom dan Bapak Dr Heru Sukoco, SSi, MKom sebagai dosen penguji atas segala kritik dan saran yang diberikan kepada penulis terhadap penelitian ini.
5 Bapak Dr Erianto Indra Putra dari Laboratorium Kebakaran Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu memberikan data untuk penelitian.
6 Teman-teman Ilkom 44 atas pengalaman berbagi ilmu, kebersamaan, dan dukungannay selama menjalani waktu di Departemen Ilmu Komputer IPB. 7 Staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Ilmu Komputer yang telah
banyak membantu baik selama penelitian maupun pada masa perkuliahan. 8 Keluarga besar katalis 44, biru muda, fusi, amigo, pomi 22, dan marbot atas
persaudaraan, dukungan, dan semangat selama menjalani kehidupan di kampus IPB.
9 Keluarga besar Prof H Ishak Arep, SE dan keluarga besar H Ali Asgar Wali yang memberikan inspirasi dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian ini.
Dan semua pihak yang telah banyak memberikan kontribusi yang besar dalam pengerjaan tugas akhir yang tidak dapat disebut satu-persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Penutupan Lahan 2
Interoperabilitas 2
SIG Terdistribusi 3
Arsitektur OpenGeo 4
GeoServer 6
GeoExplorer 7
OpenLayers 8
METODE PENELITIAN 8
Analisis Kebutuhan 8
Praproses Data 9
Perancangan Prototipe 9
Pembentukan Prototipe 9
Evaluasi Prototipe 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Analisis Kebutuhan 9
Praproses Data 10
Perancangan Prototipe 13
Pengembangan Prototipe 15
Evaluasi Prototipe 22
SIMPULAN DAN SARAN 22
Simpulan 22
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 26
DAFTAR GAMBAR
1 Tingkat model konsep interoperabilitas (Wang et al 2009) 3
2 Komponen utama GIS (Peng dan Ming 2003) 4
3 Evolusi web mapping (Peng dan Ming 2003) 5
4 Arsitektur OpenGeo Suite 6
5 Ilustrasi web map service (OpenGeo 2013) 7
6 Ilustrasi web feature service (OpenGeo 2013) 7
7 Metode penelitian 8
8 Kesalahan dalam pengecekan menggunakan ArcGIS 11
9 Peleburan data 12
10 Ilustrasi dissolve (ESRI 2013) 12
11 Shapefile to PostGIS Import Tool 13
12 Arsitektur sistem 14
13 Antarmuka WebGIS penutupan lahan 15
14 Pilihan sumber data vektor 16
15 Pemilihan sistem koordinat referensi 17
16 Struktur SLD 18
17 Contoh operasi GetMap 19
18 Antarmuka daftar layer 21
19 WebGIS penutupan lahan Kalimantan Tengah 21
20 Antarmuka GetFeatureInfo 21
DAFTAR LAMPIRAN
1 Contoh data penutupan lahan Provinsi Kalimantan Tengah 25
2 Diagram keterhubungan antartabel 26
3 Perancangan database 27
4 Tabel spatial_ref_sys dengan srid=4326 28
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persoalan pelik yang menjadi tantangan pada era teknologi informasi saat ini adalah kemampuan menghubungkan sumber informasi dengan pengguna. Contohnya ketika pengguna membutuhkan data yang berasal dari beberapa pihak yang masing-masing memiliki format, tipe DBMS, dan lokasi penyimpanan data yang berbeda. Untuk mengatasi tantangan tersebut diharapkan adanya sebuah sistem yang memungkinkan pengguna mengakses data heterogen dengan mudah tanpa perlu mengetahui rincian teknis. Dalam istilah teknologi informasi kemampuan ini sering disebut dengan interoperabilitas.
Dalam IEEE (1990), definisi interoperabilitas adalah kemampuan dua atau lebih sistem atau komponen untuk bertukar informasi dan menggunakan informasi yang telah dipertukarkan tersebut. Vullo et al. (2010) menyatakan bahwa interoperabilitas adalah sifat yang mengacu pada kemampuan beragam sistem atau organisasi untuk bekerja sama. Kedua definisi di atas menekankan aspek teknis dari interoperabilitas dalam bentuk kemampuan saling berkomunikasi antarmesin dan antarprogram.
Isu interoperabilitas ini sangat terasa dalam kasus penyebarluasan informasi tentang tutupan lahan di Indonesia. Saat ini, data tutupan lahan dalam format shapefile dapat di-download melalui situs www.inigis.com. Data tersebut hanya dapat dibuka dengan menggunakan perangkat lunak tertentu, misalnya ArcGIS, QGIS, uDig, dan OpenGeo. Perangkat lunak yang dibutuhkan tersebut tidak semuanya bisa dijalankan oleh sistem operasi di komputer pengguna, sebagai contoh ArcGIS yang hanya dapat dijalankan di sistem operasi Windows. Selain itu, meski tidak perlu membayar, otentitas dan konsistensi data yang disampaikan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini disebabkan karena situs www.inigis.com terdapat peta yang tidak diketahui sumber dan skala dasar ketika diproduksi.
Cara alternatif untuk memperoleh data spasial adalah melalui situs www.maps.ina-sdi.or.id. Aplikasi yang digunakan oleh situs tersebut adalah ArcGIS Explorer, sebuah aplikasi berlisensi dari ArcGIS yang bekerja melalui sistem online sehingga tidak perlu di-install dalam komputer pengguna, cukup menggunakan web browser. Kelemahannya ialah situs tersebut hanya dapat dibuka pada platform sistem operasi Windows karena membutuhkan plugin Windows Silverlight.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan WebGIS yang dapat menampilkan peta penutupan lahan (land cover) Provinsi Kalimantan Tengah menggunakan perangkat lunak bebas terbuka (FOSS) yang dapat menangani isu interoperabilitas.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitan ini adalah dapat memberikan kemudahan kepada pengguna untuk mendapatkan informasi penutupan lahan Kalimantan Tengah melalui internet.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah data yang digunakan merupakan data spasial penutupan lahan Provinsi Kalimantan Tengah dengan format shapefile (SHP). Shapefile menyimpan lokasi geografis berupa titik (point), garis (line), dan poligon (polygon) serta informasi tipe penutupan lahan. Pengembangan sistem dilakukan menggunakan OpenGeo Suite 3.0. dalam sistem operasi Windows 7.
TINJAUAN PUSTAKA
Penutupan Lahan
Istilah penutupan lahan (land cover) terkait dengan jenis fitur (feature) kondisi yang terjadi di permukaan bumi. Contoh jenis penutupan lahan adalah ladang jagung, danau, hutan dan jalan tol, sedangkan istilah penggunaan lahan atau tata guna lahan (land use) berkaitan dengan kegiatan manusia atau fungsi ekonomi yang berkaitan dengan wilayah lahan tertentu (Lillesan dan Kiefer 1994). Hal tersebut sejalan dengan Aspinal dan Hill (2008) yang menyatakan bahwa tata guna lahan adalah interaksi antara manusia dan lingkungan biofisik dengan dampak kumulatif pada struktur, fungsi, dan dinamika ekosistem di tingkat organisasi lokal, regional, dan global.
Interoperabilitas
3
sistem yang berbeda (portable), dan terakhir data dapat dipertukarkan di antara sistem yang berbeda.
Wang et al (2009) mendeskripsikan 7 level of conceptual interoperability model (LCIM) sebagaimana disajikan pada Gambar 1, yaitu:
1 L0, tidak ada interoperabilitas.
2 L1 (technical), interoperabilitas mencakup standar komunikasi, pemindahan, penyimpanan, dan penyajian data digital. Koneksi jaringan standar seperti HTTP, TCP/IP atau UDP/IP diperlukan untuk memproduksi, menggunakan dan mempertukarkan data dengan sistem eksternal.
3 L2 (syntatic), memiliki sebuah protokol yang disepakati untuk untuk bertukar data dengan format yang tepat dalam urutan yang benar. Akan tetapi, interoperabilitas pada level ini ini belum bisa menjelaskan makna elemen data tersebut. Interoperabilitas secara sintaks ini memerlukan sebuah protokol yang disepakati yang didukung oleh level teknis di bawahnya. 4 L3 (semantic), sistem-sistem yang saling terkait melakukan pertukaran
term-term yang dapat diparsing secara semantis.
5 L4 (pragmatic), sistem-sistem yang saling terkait telah menyadari konteks (status dan proses) dan makna dari informasi yang dipertukarkan.
6 L5 (dynamic), sistem-sistem yang saling terkait dapat menyesuaikan informasi yang dihasilkan (produce) atau yang digunakan (consume) berdasarkan pemahaman terhadap perubahan konteks yang terjadi.
7 L6 (conceptual), sistem-sistem yang terkait pada level ini sepenuhnya sadar terhadap setiap informasi lain dari sistem (pembukaan informasi, proses, states, dan operasi).
Gambar 1 Tingkat model konsep interoperabilitas (Wang et al. 2009)
SIG Terdistribusi
4
SOA), (b) penerapan standar interoperable untuk berbagai sumber daya informasi geospasial, dan (c) perkembangan yang cepat di bidang-bidang yang memungkinkan teknologi komputasi terdistribusi (misalnya: agen, grid, dan P2P).
Distributed GIService bergantung pada koneksi jaringan komputer untuk memastikan kinerja layanan baik. Masalah seperti eksekusi paralel, kehandalan, fleksibilitas, dan toleransi kesalahan harus dipertimbangkan agar menghasilkan distributed GIService yang efektif. Platform yang populer digunakan untuk menangani komputasi terdistribusi adalah P2P, agent, dan grid.
Komponen utama pada distributed GIService adalah client, web server, application server, map server, serta data server yang disajikan pada Gambar 2. a Client
Komponen yang menyediakan antarmuka bagi pengguna agar dapat berinteraksi dengan program internet GIS.
b Web server dan application server
Menerima permintaan dari client, menyediakan halaman web statis dan melibatkan application server dalam mengatur transaksi server, keamanan, dan load balance.
c Map Server
Map server memproses permintaan client dan memberikan hasil proses tersebut yang terhubung dengan data spasial.
d Data server menyediakan data spasial dan non-spasial serta menyediakan akses dan manajemen data.
Gambar 2 Komponen utama GIS (Peng dan Ming 2003)
SIG terdistribusi mengalami evolusi yang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada gambar dapat dilihat empat tingkatan evolusi, yaitu: static map publishing, static web mapping, interact web maping, dan distributed GIService. Pada tingkat static map publishing, sistem hanya menampilkan peta statis dalam format GIF atau JPEG. Pada tingkat static web mapping sudah melibatkan penggunaan form HTML dan CGI (Common Gateway Interface) untuk menghubungkan masukan dari pengguna pada web browser dengan GIS. Interact web mapping menyediakan lebih banyak fungsi untuk berinteraksi dengan peta, sedangkan distributed GIService akan melibatkan lebih dari satu komponen GIS dalam sistem yang akan berkomunikasi satu sama lain.
Arsitektur OpenGeo
OpenGeo merupakan perangkat lunak geospasial yang terdiri dari beberapa tumpukan (stack). Istilah stack digunakan untuk menggambarkan sistem perangkat lunak yang terdiri dari beberapa aplikasi untuk dipublikasikan menggunakan website. Analogi tumpukan (stack) menggambarkan komponen-komponen yang diletakkan di atas komponen-komponen lainnya. Komponen yang sifatnya mendasar atau penting diletakkan di bawah, sedangkan komponen lainnya yang bersifat sebagai pendukung diletakkan di atasnya (OpenGeo 2013).
5
Gambar 3 Evolusi web mapping (Peng dan Ming 2003)
Arsitektur OpenGeo, sebagaimana disajikan pada Gambar 4, terdiri atas tiga lapisan utama yaitu, lapisan database management system (DBMS), application layer, dan user interface. Application layer dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu application server dan application cache. Sementara user interface terdiri atas user interface framework dan user interface map component.
OpenGeo menggunakan PostGIS sebagai sistem database spasial. Penyimpanan database PostGIS dapat diganti menggunakan Oracle Spatial, DB2 Spatial, ArcSDE, Microsoft SQL Server Spatial, dan MySQL Spatial. Data terlebih dahulu harus diakses menggunakan web service pada application server. OpenGeo menggunakan GeoServer untuk mengakses peta. Pilihan lain yang dapat digunakan menggantikan GeoServer antara lain Mapserver, ArcGIS Server, dan MapGuide.
Pada lapisan kedua juga terdapat application cache. Application cache digunakan untuk meningkatkan kinerja sistem yang dibangun. OpenGeo menggunakan GeoWebCache. GeoWebCache juga dapat digantikan dengan TileCache. Penggunaan cache ini dapat mempercepat akses data peta, sementara user interface OpenGeo menggunakan GeoExplorer. GeoExplorer ini bekerja menggunakan framework GeoExt/ExtJS dan komponen peta OpenLayers. OpenLayers dapat diganti menggunakan GoogleMaps, BingMaps, dan lainnya (OpenGeo 2013).
Kelebihan utama OpenGeo adalah kebebasan untuk menggunakan komponen individual yang ada untuk membangun aplikasi baru dengan infrastruktur yang sudah tersedia.
Pertama, organisasi yang memiliki sistem GIS. OpenGeo dapat membangun aplikasi web menggunakan sistem GIS yang ada dengan menggunakan penyimpanaan yang dimiliki seperti shapefile dan ArcSDE.
Kedua, organisasi yang tidak memiliki sistem GIS. OpenGeo juga dapat digunakan tanpa sistem GIS dengan mengintegrasikan peta pada aplikasi yang ada. Pengintegrasian ini dengan cara menempelkan komponen peta OpenGeo pada halaman yang ada.
6
Gambar 4 Arsitektur OpenGeo Suite (OpenGeo 2013)
GeoServer
GeoServer adalah perangkat lunak server berbasis Java yang memungkinkan pengguna untuk melihat dan mengedit data geospasial (GeoServer 2013). GeoServer dibangun dengan library GeoTools. GeoTools adalah Java Toolkit untuk mengembangkan aplikasi berbasis Java berdasarkan standar dari OpenGIS.
Database lain yang dapat diintegrasikan dengan GeoServer seperti PostGIS, Oracle Spatial, DB2 Spatial, ESRI ArcSDE, Microsoft SQL Server Spatial, dan MySQL Spatial. GeoServer OpenGeo juga menawarkan kombinasi dari integrasi data. GeoServer dapat membaca dari dan menulis ke format seperti ESRI Shapefile, GeoTIFF, ECW, JPEG2000, dan JPG/PNG/GIF. GeoSever juga dapat membaca data secara langsung dari layanan standar internet seperti OGC web map service (WMS) untuk akses ke citra dan peta dan OGC web feature service (WFS) untuk akses ke fitur vektor.
GeoServer menitikberatkan pada kemudahan penggunaan dan standar dalam menyajikan data geospasial menggunakan web. GeoServer dirancang untuk menerbitkan data dari sumber data spasial dengan menggunakan standar Open Geospatial Consortium (OGC). Layanan yang disediakan oleh GeoServer adalah layanan yang sesuai dengan OGC yaitu web feature service (WFS) dan web map service (WMS).
7
Gambar 5 Ilustrasi web map service (OpenGeo 2013)
Web feature service (WFS) merupakan layanan publikasi data geospasial pada tingkat fitur data spasial melalui web. Spesifikasi OGC untuk WFS menggunakan teknologi XML dan protokol HTTP sebagai media penyampaiannya, atau lebih tepatnya mengunakan geography markup language (GML) yang merupakan subset dari XML. Ilustrasi WFS disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Ilustrasi web feature service (OpenGeo 2013)
GeoExplorer
8
OpenLayers
OpenLayers adalah aplikasi berbasis JavaScript untuk menampilkan data peta pada web browser tanpa tergantung pada web server. OpenLayers mengimplementasikan JavaScript API yang digunakan untuk membangun aplikasi SIG berbasis web. OpenLayers adalah perangkat lunak gratis yang dikembangkan dari dan untuk komunitas perangkat lunak open source (OpenLayers 2013).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 7. Metode yang digunakan terdiri atas tahap analisis kebutuhan, praproses data, perancangan prototipe, pembentukan prototipe, dan evaluasi prototipe.
Analisis Kebutuhan
Praproses Data
Perancangan Prototipe
Pengembangan Prototipe
Evaluasi Prototipe
Hasil
Gambar 7 Metode Penilitan
Analisis Kebutuhan
9
Praproses Data
Setelah melakukan analisis kebutuhan, dilakukan survei terhadap ketersediaan data. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi setiap sumber data yang potensial dalam pengembangan sistem. Sebelum melakukan pengembangan sistem, dilakukan praproses data yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu pengaturan sistem proyeksi, geometry check and correction, peleburan data (dissolve), dan pemuatan data.
Pertama, data yang diperoleh diperiksa apakah sudah memiliki sistem proyeksi. Jika belum maka dilakukan pengaturan sistem proyeksi untuk mengetahui referensi data spasial. Setelah itu dilakukan pemeriksaan data geometri. Jika terjadi kesalahan pada data dilakukan perbaikan data. Selanjutnya dilakukan peleburan data menjadi tiga bagian berdasarkan tahun. Pada tahap ini, akan diperoleh tiga buat data penutupan lahan dengan format shapefile. Terakhir data telah siap untuk dimuat (load) ke dalam database.
Perancangan Prototipe
Pada tahap ini, dilakukan perancangan database dan perancangan sistem. Perancangan sistem terdiri atas tiga tahap, yaitu perancangan arsitektur, perancangan proses, dan perancangan antarmuka.
Pembentukan Prototipe
Pembentukan prototipe merupakan tahapan untuk merealisasikan rancangan yang telah dibuat. Pembentukan prototipe diawali dengan instalasi OpenGeo Suite 3.0, mengimplementasikan penyimpanan ke dalam GeoServer, implementasi arsitektur dan proses, dan implementasi antarmuka.
Evaluasi Prototipe
Evaluasi yang dilakukan pada prototipe mencakup uji fungsionalitas yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua fungsi berjalan dengan baik. Parameter fungsional yang diuji adalah fungsi GetCapabilities, GetMap, ZoomIn, ZoomOut, dan getFeatureInfo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kebutuhan
Analisis Kebutuhan Sistem
10
dari daftar layer peta. Selain itu, sistem juga dapat menampilkan skala dan legenda peta, dan dapat menampilkan menu untuk operasi pada peta, yaitu: ZoomIn, ZoomOut, GetFeatureInfo. Pengguna sistem adalah masyarakat umum yang membutuhkan informasi mengenai jenis penutupan lahan di Kalimantan Tengah.
Berdasarkan analisis kebutuhan, spesifikasi perangkat lunak yang digunakan dalam pengembangan sistem adalah:
1 OpenGeo Suite 3.0 sebagai perangkat lunak pengemban sistem. Aplikasi yang dipaketkan dalam OpenGeo Suite adalah PostGIS 1.14.3 sebagai perangkat lunak untuk manajemen database, GeoServer 2.2 Snapshot sebagai web map server yang mengakomodasi data dalam bentuk peta, GeoWebCache, GeoExplorer untuk memublikasikan aplikasi pemetaan peta, Apache Tomcat sebagai web server, dan styler untuk melakukan pengaturan style (SLD).
2 ArcMapTm 9.4 sebagai perangkat lunak untuk mengolah praproses data spasial.
3 uDig 1.3.2 sebagai perangkat lunak untuk mengolah pewarnaan peta.
Spesifikasi perangkat keras yang digunakan dalam pengembangan sistem ini adalah:
1 Processor: AMD A6-3400M APU dengan Radeon ~1,4GHz. 2 Sistem Operasi: Windows 7 Profesional 64-bit.
3 Memori: 4096MB RAM. 4 Hard disk: 600GB.
Analisis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data penutupan lahan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2000, 2005, dan 2009 dengan format shapefile (.shp). Data yang diperoleh berupa satu buah file SHP sehingga harus dilakukan peleburan (dissolve) data agar dapat diolah untuk membangun sistem informasi geografi ini.
Praproses Data
Pengaturan Sistem Proyeksi
Data yang diperoleh dalam format shapefile belum didefinisikan sistem proyeksinya. Hal ini menyebabkan data saat dibuka untuk dilakukan praproses data menggunakan ArcGIS memunculkan pesan bahwa data yang ditambahkan tidak memiliki informasi spasial sehingga tidak dapat diproyeksikan. Di dalam ArcGIS, pengaturan sistem proyeksi ini dapat dilakukan melalui menu ArcToolbox > projection and transfer > define project. Data yang akan diproses dipilih dan akan mendapat informasi bahwa koordinat sistem berstatus unknown. Tahap selanjutnya adalah memilih sistem koordinat yang sudah didefiniskan sebelumnya menggunakan datum WGS (World Geodetic System) 1984.
Geometry Check and Corretion
11
yang tidak konsisten. Pengecekan dilakukan menggunakan ArcGIS melalui menu ArcToolbox > Data Management Tools > Feature > Check Geometry. Hasilnya diperoleh tujuh buah kesalahan yang harus diperbaiki. Tujuh buah kesalahan tersebut merupakan kesalahan pada ring yang tidak terarah dengan benar (incorrect ring ordering). Kesalahan tersebut ditemukan pada fitur geometri dengan Object_ID 420, 6062, 6452, 7057, 7842, 8596, dan 10047 sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 8. Pada perangkat lunak ArcGIS, perbaikan kesalahan geometri dapat dilakukan dengan mudah menggunakan Repair Geometry pada ArcToolbox. Setelah melakukan Repair Geometry, geometri akan diperbaharui untuk memiliki segmen yang benar.
Gambar 8 Kesalahan dalam pengecekkan menggunakan ArcGIS
Peleburan Data (Dissolve)
Setelah memperbaiki kesalahan pada data, hasil repair geometry tersebut masih berupa data penutupan lahan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2000, 2005, dan 2009. Hal tersebut menyebabkan pada saat visualisasi dalam bentuk peta penutupan lahan yang ditandai dengan warna berbeda untuk setiap fitur, satu objek yang sama tetap berdampingan dengan jenis fitur yang lain. Contohnya seperti disajikan pada Gambar 9. ObjectID = 12503 yang ditandai garis biru tersusun dari beberapa poligon yang tersebar, namun tetap berdampingan dengan fitur lain yang memiliki jenis land cover sama (H2r).
12
Gambar 9 Peleburan data
Dissolve digunakan untuk menggabungkan objek-objek dalam sebuah layer yang mempunyai isi field yang sama. Fungsi ini digunakan untuk membuat peta yang telah disederhanakan dari sebuah peta yang lebih kompleks. Fungsi dissolve juga akan menghapus batas dari poligon berpotongan yang memiliki nilai yang sama (Gambar 10).
Gambar 10 Ilustrasi dissolve (ESRI 2013)
Dari proses dissolve ini diperoleh tiga buah data dengan nama LC2000.shp, LC2005.shp, dan LC2009.shp. Sebagai contoh untuk kasus pada tahun 2000, terdapat 6224 poligon sebelum dilakukan dissolve menjadi 3582 poligon setelah dilakukan proses dissolve. Contoh data sebelum dan sesudah dilakukan proses dissolve dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pemuatan Data
13
Sebelum mengimpor data dari database yang harus dilakukan pertama kali adalah mengimpor data shapefile ke dalam database PostGIS. Proses impor tersebut dapat dilakukan menggunakan Shapefile to PostGIS Import Tool (Gambar 11). Langkah selanjutnya ialah membuat koneksi dengan PostGIS. Setelah berhasil terhubung ke PostGIS, dipilih file shapefile yang akan diimpor ke database. Pada tab pengaturan, kolom geometry column bernilai the_geom. Kolom Spatial Reference System Identifier (SRID) merupakan integer yang berhubungan dengan primary key dari metatabel spatial_ref_sys. Jika impor data berhasil dilakukan, akan terbentuk tabel baru pada PostGIS.
Gambar 11 Shapefile to PostGIS Import Tool
Perancangan Prototipe
Perancangan Database
Berdasarkan data hasil impor ke dalam database, diperoleh 5 tabel yaitu: tabel LC_Dissolve2000, LC_Dissolve2005, LC_Dissolve2009, spatial_ref_sys, geometry_columns. Diagram keterhubungan antar tabel dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel LC_Dissolve menyimpan informasi tipe penutupan lahan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan tahun sesuai dengan nama tabel.
14
Tabel spatial_ref_sys terdiri atas lima kolom. Kolom SRID bernilai integer unik yang mengidentifikasi sistem referensi spasial dalam database. Kolom auth_name berisi nama dari badan standar atau standar yang sedang dikutip untuk sistem referensi, dalam hal ini “EPSG”. Kolom auth_srid merupakan id dari sistem referensi spasial yang didefinisikan dalam auth_name. Kolom srtext merepresentasikan well-known text dari sistem referensi spasial. Kolom proj4text berisi string definisi koordinat proj4 (library yang digunakan PostGIS untuk menyediakan kemampuan transformasi koordinat) untuk SRID tertentu. PostGIS menggunakan tabel ini untuk mengatalogkan semua sistem referensi spasial yang tersedia ke dalam database. Metatabel spatial_ref_sys berisi nama sistem referensi spasial, parameter-parameter yang diperlukan untuk memproyeksikan ke sistem lain, dan sumber definisi sistem. Deskripsi tabel pada Lampiran 3.
Perancangan Arsitektur Sistem
Sistem dibuat mengikuti arsitektur dari perangkat lunak OpenGeo Suite 3.0. OpenGeo merupakan tumpukan perangkat lunak geospasial untuk mempublikasikan data ke dalam sebuah web. Dalam OpenGeo, terdapat tiga lapisan utama yaitu database (DBMS), application server, dan user interface. Pada lapisan pertama database terdapat PostGIS yang merupakan sistem databse spasial yang kuat. Pada lapisan kedua terdapat GeoServer yang menjadi server peta dan data spasial. Pada lapisan ketiga user interface OpenGeo memiliki GeoExplorer yang menjadi perangkat berbasis web untuk melihat, navigasi, dan mengelola data dari komponen OpenGeo (baik secara lokal maupun remote atau mengontrol dari tempat yang berbeda). GeoWebCache digunakan untuk mempercepat pengiriman gambar peta dengan cara menyimpan gambar yang sering diakses. Arsitektur sistem ini disajikan pada Gambar 12.
Application Layer
Database File Sotrage
MapQuest OpenStreetMap
User Interface
Internet
15
Perancangan Proses
Proses dimulai ketika pengguna mengakses web dan mengirim permintaan GetCapabilities ke GeoServer. GetCapabilities menampilkan layanan pada tingkat metadata yang berisi deksripsi informasi yang dimiliki WMS dan parameter yang dapat diterima. GeoServer akan merespons permintaan tersebut dalam format XML. Hasil dari permintaan ini berupa daftar layer peta. Layer peta yang ditampilkan adalah semua layer yang telah dimuat di GeoServer. Layer dalam GeoServer merupakan hasil impor data dari PostGIS atau impor langsung dari shapefile, sementara yang akan ditampilkan hanyalah layer peta yang telah dipilih. Pengguna dapat memproses peta lebih lanjut menggunakan menu yang tersedia seperti, zoom in, zoom out, GetFeatureInfo, melakukan pengukuran panjang (measure length), dan pengukuran luas area (measure area) setelah peta ditampilkan. GetFeatureInfo digunakan untuk meminta informasi tentang fitur spesifik pada bagian peta yang dipilih.
Perancangan Antarmuka
Perancangan antarmuka berfungsi untuk memberikan kemudahan kepada pengguna dalam pengoperasian sistem. Perancangan antarmuka pada penelitian ini difokuskan pada antarmuka client. Antarmuka halaman WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Timur terdiri atas beberapa bagian, yaitu: header, navigasi, peta, legenda, referensi, dan footer. Tampilan perancangan antarmuka halaman digambarkan pada Gambar 13.
Gambar 13 Antarmuka WebGIS Penutupan Lahan
Pengembangan Prototipe
Instalasi OpenGeo Suite 3.0
Perangkat lunak OpenGeo Suite 3.0 dapat diinstal pada berbagai sistem operasi seperti Windows, Mac OS, dan Linux. Persyaratan minimum sistem operasi Windows agar dapat menggunakan OpenGeo adalah sebagai berikut: 1 Sistem Operasi: Windows XP, Windows Vista, Windows 7, Server 2003,
Server 2008 (32 bit dan 64 bit).
2 Memori minimal 512 MB (direkomendasikan 1 GB).
16
Implementasi GeoServer
Penelitian ini menggunakan PostGIS sebagai sistem database spasial. Penggunaan PostGIS dikarenakan telah disertifikasi oleh OGC sesuai dengan
“Fitur sederhana untuk SQL”. PostGIS menambahkan jenis, fungsi, dan indeks
untuk mendukung penyimpanan, manajemen, dan analisis objek geospasial: titik, linestrings, poligon, multipoint, multilinestrings, multipolygons. Data yang telah diimpor ke dalam PostGIS, yaitu: LC_Dissolve2000 terdiri atas 3582 record, LC_Dissolve2005 terdiri atas 3582 record, dan LC_Dissolve2009 terdiri atas 3759 record. Perbedaan jumlah record ini disebabkan oleh perubahan penutupan lahan. Data tersebut harus dimpor ke GeoServer.
Aplikasi GeoServer yang akan digunakan untuk merepresentasikan data PostGIS pada platform web membutuhkan perizinan akses. Akses masuk dapat menggunakan default username admin dan password geoserver. Tahapan pembuatan suatu layer pada GeoServer ini meliputi:
1 Membuat workspace
Workspace merupakan ruang kerja yang menampung layer-layer yang akan dibuat. Workspace dirancang untuk menjadi ruang terpisah, terisolasi yang berhubungan dengan suatu proyek tertentu. Hal tersebut memungkinkan untuk menggunakan layer dengan nama yang identik tanpa konflik. Nama workspace yang telah dibuat pada penelitan ini adalah landcover1 dengan namespace URI http://opengeo.org/landcover1 dan dibuat sebagai default workspace.
2 Melakukan penyimpanan (store)
Store merupakan ruang konfigurasi untuk mengatur penyimpanan data yang tersedia ke dalam GeoServer. Terdapat pilihan konfigurasi berdasarkan jenis data yaitu data vektor dan data data raster. Penelitian kali menggunakan data vektor. Data tersebut dimasukkan ke dalam GeoServer menggunakan dua cara yaitu melalui konfigurasi PostGIS yang telah dibuat sebelumnya dan memilih data shapefile yang dimiliki pada direktori penyimpanan pribadi (Gambar 14).
17
3 Membuat layer pada GeoServer
Pada saat layer yang tersedia dipublikasikan maka GeoServer akan menampilkan halaman konfigurasi yang tersedia. Konfigurasi ini untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan setiap layer. Informasi tersebut meliputi nama layer, pemilihan nilai sistem koordinat referensi, bounding box yang dibangkitkan dari data, dan memilih style yang terdapat pada tab publishing (Gambar 15). Nilai sistem referensi koordinat yang dipilih adalah EPSG:4326. EPSG merupakan singkatan dari European Petroleum Survey Group. EPSG mendefinisikan sistem referensi spasial. Pada tabel spatial_ref_sys kolom SRID menggunakan EPSG:4326 yang berarti srid=4326 dan auth_name=EPSG. EPSG:4326 merupakan sistem referensi geografis latitude (lat), longitude (lon) menggunkan elipsoid WGS 84. Isi tabel spatial_ref_sys dengan srid = 4326 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar 15 Pemilihan sistem koordinat referensi
Layer-layer yang terbentuk kemudian dikonversi oleh layanan yang terdapat pada GeoServer menjadi file dengan format XML. File XML inilah yang kemudian akan menghasilkan URL dengan halaman web berupa penyajian data dalam bentuk peta. Penelitian ini membangun tiga layer dalam GeoServer, yaitu layer LC_Dissolve2000, LC_Dissolve2005, dan LC_Dissolve2009.
4 Menyesuaikan style peta
18
disesuaikan dengan jumlah atribut penutupan lahan sebanyak 19 kelas. Struktur SLD yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar yang diberikan warna berbeda merupakan bagian struktur yang mengalami perubahan untuk setiap rule yang berbeda.
Sld:StyledLayerDescriptor
sld:UserLayer
sld:LayerFeatureConstraints
sld:FeatureTypeConstraint
sld:UserStyle
sld:Name
sld:Title
sld:FeatureTypeStyle
sld:Name
sld:FeatureTypeName
sld:SemanticTypeIdentifier
sld:Rule
sld:Name
sld:Title
ogc:Filter
ogc:PropertyIsEqualTo
ogc:PropertyName
ogc:Literal
sld:PolygonSymbolizer sld:Fill
sld:CssParameter name="fill"
sld:CssParameter name="fill-opacity"
Gambar 16 Struktur SLD
19
tersebut. Jika dalam PP tersebut tidak ditemukan, maka dilakukan pendekatan pewarnaan yang disesuaikan dengan jenis penutupan lahan (Lampiran 5).
5 Melihat hasil peta
Untuk melihat peta sesuai layer yang telah dibuat, pengguna dapat mengakses layer preview. Dalam menu view pada layer preview terdapat tiga kategori pilihan yaitu berdasarkan aplikasi (Open Layers, Google Earth, dan GeoExplorer), format WMS (KMZ, TIFF, JPEG, PNG, PDF, KML, dan lain-lain), dan format WFS (CSV, GeoJSON, GML2, GML3, dan shapefile).
GeoExplorer menjadi bagian dari OpenGeo pada lapisan user interface. GeoExplorer adalah sebuah aplikasi web berdasarkan kerangka GeoExt yang digunakan untuk menyusun dan menerbitkan peta. GeoExplorer dapat diintegrasikan dengan penyedia peta seperti Google Maps dan OpenStreetMap dan dapat menampilkan data GIS berbasis web service (WMS/WFS).
Implementasi Arsitektur dan Proses
OpenGeo menggabungkan semua lapisan secara bersama-sama dalam satu buah perangkat untuk membangun sebuah peta internet. Kekuatan sebenarnya dari arsitektur OpenGeo adalah kebebasan untuk menggunakan komponen individual untuk membangun aplikasi baru dalam kombinasi dengan infrastuktur yang ada.
Pada saat ada request dari pengguna maka GeoServer akan memberikan response berupa GetCapabilities dalam bentuk XML yang berisi deskripsi informasi metadata yang dimiliki. Contoh GetCapabilities request dalam implementasi sistem ini ialah http://localhost:8080/geoserver/ wms?request=GetCapabilities. Respon permintaan berupa file yang ditetapkan
dalam “text/xm”. Layanan metadata ini memungkinkan klien WMS untuk
memformulasikan permintaan yang valid dan memungkinkan konstuksi katalog yang dapat dicari dan mengarahkan klien WMS kepada server WMS tertentu. Operasi GetCapabilites perlu menerima daftar lengkap dari dukungan antarmuka server dan layer. Pada tahap ini diperoleh informasi layer peta yang telah dimuat dalam GeoServer dan ditampilkan dalam daftar layer.
20
Parameter-parameter pada contoh di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: localhost:8080 merupakan server hostname dengan port number
8080
geoserver/ adalah directory path landcover1 adalah nama workspaces
wms? adalah nama script Common Gateway Interface (CGI) yang memproses permintaan WMS klien
Service=WMS& merupakan parameter jenis layanan version=1.1.0 merupakan detail server
&request=GetMap adalah jenis permintaan
&layers=landcover1:LC_Dissolve2000 menggambarkan nama layer
&bbox=110.733819441657,-3.5438372847589,115.849919441657,0.79356271524110 4 menjelaskan tentang koordinat latitude longitude atau bounding box &srs=EPSG:4326 merupakan proyeksi yang digunakan
&width=512&height=434&format=image/jpeg merupakan properti dari gambar. Width dan height adalah perintah ketika format keluaran berupa gambar.
Permintaan GetFeatureInfo merespons informasi tentang fitur tertentu yang ditunjukan pada peta. Peta diidentifikasi dengan menyertakan semua informasi dalam permintaan GetMap. Permintaan GetFeatureInfo menyimpan muatan permintaan GetMap dengan menambahkan parameter untuk mendefinisikan layer yang diminta. Hasil permintaan operasi ini adalah informasi atribut yang terdapat pada peta.
Implementasi Antarmuka
21
Gambar 18 Antarmuka daftar layer
Saat permintaan layer dilakukan, sistem akan mengirimkan permintaan GetMap yang dikirim ke GeoServer. Respons dari permintaan tersebut berupa ditampilkannya peta yang dipilih ke dalam frame peta (Gambar 19). Melihat perbedaan penutupan lahan dipilihan berbeda. Layer penutupan lahan menggunakan simbol legenda berupa polygon.
Gambar 19 WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah
Setelah peta ditampilkan, maka fungsi ZoomIn, ZoomOut, dan GetFeatureInfo dapat dijalankan. Gambar 20 menunjukkan contoh tampilan GetFeatureInfo dari layer.
22
Evaluasi Prototipe
Pengujian dilakukan dengan mencoba fungsi-fungsi pada tampilan web. Fungsi GetCapabilites, GetMap, ZoomIn, Zoomout, dan GetFeatureInfo berjalan dengan baik. Hasil pengujian lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Hasil Evaluasi Prototipe
Pengujia n
Skenario Hasil yang Diharapkan Hasil
Uji
GetCapa-bilities
Mengakses alamat peta Jika tersambung dengan server, akan menampilkan list layer yang dapat dipilih beserta frame peta.
Sukses
GetMap Memilih layer peta yang tersedia
Jika tersambung dengan server, maka peta akan ditampilkan di dalam frame sesuai dengan layer yang telah dipilih.
Sukses
ZoomIn Kursor bergerak menuju peta yang ingin diperbesar,
ZoomOut Kursor bergerak menuju peta yang ingin diperbesar, kemudia menggerakan memilih tombol Zoom Out atau menggunakan scroll tetikus
Gambar menjadi lebih kecil Sukses
23
Selain itu, sistem juga menampilkan skala dan legenda peta dan menu untuk operasi pada peta, yaitu: ZoomIn, ZoomOut, dan GetFeatureInfo.
Saran
Sistem yang dibangun pada penelitian ini masih berupa prototype dan memiliki banyak kekurangan sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Beberapa hal dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya, yaitu:
1 Untuk melihat perubahan penutupan lahan masih mengandalkan ketajaman mata manusia, sehingga diharapkan penelitian berikutnya dapat menambahkan query untuk pengolahan data.
2 Sistem juga diharapakan dapat menampilkan peta berdasarkan masing-masing jenis penutupan lahan dengan menggunakan checkbox untuk memilih jenis penutupan lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Aspinall RJ, Hill MJ. 2008. Land Use Change. Science, Policy and Management. New York (US): CRC Press.
Borgman CL. 2000. From Gutenberg To The Global Information Infrastructure. Cambrige (GB): MIT Press.
[ESRI] Environmental Systems Research Institute. 2013. ArcGIS Desktop Help. [Internet]. [diunduh 2013 Jun 15]. Tersedia pada: http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/index.cfm?TopicName=welcome. GeoServer. 2013. GeoServer User Manual Release 2.2.3. Boston (US):
GeoServer.
[IEEE] The Institute of Electrical and Electronics Engineers. 1990. IEEE Standard Computer Dictionary: A Compilation of IEEE Standard Computer Glossaries. New York (US): The Institute of Electrical and Electronics Engineers.
Lillesan TM, Kiefer RW. 1994. Remote Sensing And Image Interpretation. Ed ke-3. New Jersey (US): John Wiley & Sons.
OpenGeo. 2013. Introduction to OpenGeo. [Internet]. [diunduh 2013 Jan 13]. Tersedia pada: http://files.opengeo.org/workshopmaterials/suite-intro.zip. OpenLayers. 2013. OpenLayers Document. [Internet]. [diunduh 2013 Jan 20].
Tersedia pada: http://docs.openlayers.org/contents.html.
Peng ZR, Ming HT. 2003. Internet GIS : Distributed Geographic Information Services for the Internet and Wireles Network. New Jersey (US): John Wiley and Sons.
24
Wang WG, Tolk A, Wang WP. 2009. The levels of conceptual interoperability model: Applying systems engineering principles to M & S. Di dalam: Wang WG, Tolk A, Wang WP, editor. Spring Simulation Multiconference [Internet]. 22-27 Maret 2009, San Diego. San Diego (US): The Society for Modeling and Simulation International (SCS) [Halaman tidak diketahui]; [diunduh 2013 Jun 13]. Tersedia pada: http://arxiv.org/ftp/arxiv/papers/0908/0908.0191.pdf. Yang CP, Tao CV. 2006. Distributed Geospatial Information Service (Distributed
GIService). Di dalam: Rana S, Sharma J, editor. Frontiers of Geographic Information Technology [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Berlin (GE): Springer Berlin Heidelberg. Hlm 103-120; [diunduh
2013 Jun 16]. Tersedia pada:
25
Lampiran 1 Contoh data penutupan lahan Provinsi Kalimanntan Tengah Contoh data sebelum dissolve untuk peta yang ditandai garis biru
FID
25 917 1398 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
26 917 1398 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
27 918 1399 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
28 918 1399 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
29 918 1399 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
30 918 1399 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
31 918 1399 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
478 1178 2216 20689 17265 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
479 1178 2216 20689 17265 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
574 1226 2290 20747 17323 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
575 1226 2290 20747 17323 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
576 1226 2290 20747 17323 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalim
Contoh data setelah dissolve untuk peta yang ditandai garis biru
FID Shape Z000
959 Polygon H2r
26
Lampiran 2 Diagram keterhubungan antartabel
geometry_columns
PK f_table_catalog PK f_table_schema PK f_table_name
PK f_geometry_column
coord_dimension
srid
type
LC_Dissolve2009
PK fid
z009 the_geom
spatial_ref_sys
PK srid
auth_name auth_srid srtext proj4text
LC_Dissolve2000
PK fid
z000 the_geom LC_Dissolve2005
PK fid
27
Lampiran 3 Perancangan database Deskripsi tabel geometry_column
Atribut Tipe Data
f_table_catalog character varying (256) f_table_schema character varying (256) f_table_name character varying (256) f_geometry_column character varying (256) coord_dimension intger
srid integer
type character varying (256)
Deskripsi tabel spatial_ref_sys
Atribut Tipe Data
srid integer
auth_name character varying (256) auth_srid integer
srtext character varying (256) proj4text character varying (256)
Deskripsi tabel LC_Dissolve2000
Atribut Tipe Data
fid integer
z000 character varying (256)
the_geom geometry
Deskripsi tabel LC_Dissolve2005
Atribut Tipe Data
fid integer
z005 character varying (256)
the_geom geometry
Deskripsi tabel LC_Dissolve2009
Atribut Tipe Data
fid integer
z009 character varying (256)
the_geom geometry
28
Lampiran 4 Tabel spatialref_sys dengan srid=4326 Kolom Isi
SRID 4326
auth_name EPSG Auth_srid 4326 Srtext
GEOGCS["WGS
84",DATUM["WGS_1984",SPHEROID["WGS
84",6378137,298.257223563,AUTHORITY["EPSG","7 030"]],TOWGS84[0,
0,0,0,0,0,0],AUTHORITY["EPSG","6326"]],PRIMEM ["Greenwich",0,
AUTHORITY["EPSG","8901"]],UNIT["degree",0.017 45329251994328,
AUTHORITY["EPSG","9122"]],AUTHORITY["EPSG","4 326"]]
Proj4text
29
Lampiran 5 Daftar pewarnaan peta
Kode Tutupan Lahan Style RGB Kode
Br Semak Belukar Rawa
242 247 247 #F2F7F7
H1 Hutan Primer
153 255 153 #99FF99
H1r Hutan Gambut Primer
232 255 224 #E8FFE0
H2 Hutan Sekunder
230 255 230 #E6FFE6
H2r Hutan Gambut Sekunder
219 255 214 #DBFFD6
Kc Kebun Campuran
204 255 153 #CCFF99
Kr Kebun Karet
204 255 128 #CCFF80
Ks Perkebunan Kelapa Sawit
204 255 179 #CCFFB3
Hti Hutan Tanam Industri
179 179 255 #B3B3FF
Tb Tambak
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palu, Sulawesi Tengah pada tanggal 9 April 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Adrian Wali, SE dan Ibu Hj. Fadjrawati, SE. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 1 Palu. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).