• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang bangun sistem informasi agroindustri belimbing dewa Pemerintah Daerah Kota Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang bangun sistem informasi agroindustri belimbing dewa Pemerintah Daerah Kota Depok"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI AGROINDUSTRI

BELIMBING DEWA PEMERINTAH DAERAH KOTA DEPOK

SKRIPSI

F. RACHMAT KAUTSAR

F34050476

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

The Design of Belimbing Dewa Agroindustry Information System at

The Government of Municipality of Depok

Sukardi and F. Rachmat Kautsar

Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java,

Indonesia.

Phone 62 251 8621974, email: sukardi@ipb.ac.id

ABSTRACT

This research's objective was to build information system of belimbing dewa agroindustry in Depok through system approach method. The system was implemented in a form of website, using MySQL as the database management system, combined with PHP as its programming language. This website provides five information packages, including cultivating, marketing, industrial, post-harvest process engineering and scientific publications information. This so called belimbing dewa agroindustry information system can be accessed through site http://www.belimbing-depok.net

(3)

F. RACHMAT KAUTSAR. F34050476. Rancang Bangun Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Pemerintah Daerah Kota Depok. Di bawah bimbingan Sukardi. 2011

RINGKASAN

Belimbing dewa (Averrhoa carambola) merupakan komoditas agroindustri yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok. Kegiatan pengembangan agroindustri belimbing dewa ini telah berjalan sejak tahun 2006 di Kota Depok, kemudian pada tahun 2009 belimbing dewa dicanangkan menjadi ikon resmi Kota Depok. Kegiatan pengembangan pun dilakukan dengan didirikannya pusat pemasaran buah dan olahan belimbing dewa dan ditetapkannya Kelurahan Pasir Putih, di Kecamatan Sawangan, Kota Depok sebagai kawasan Primatani Agrowisata Belimbing. Namun, hingga saat ini belum ada pusat informasi yang mudah untuk diakses oleh masyarakat umum serta pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengembangan agroindustri belimbing dewa depok tersebut.

Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Depok (Sisagribingwa) merupakan sistem informasi yang dibangun berbasis web. Sisagribingwa dibangun untuk menyediakan informasi yang terpadu terkait pengembangan agroindustri belimbing dewa depok kepada seluruh pemegang kepentingan, seperti investor, petani dan kelompok tani, pemerintah, akademisi, serta masyarakat luas. Informasi yang tercakup di dalam Sisagribingwa meliputi informasi agronomi yang terdiri dari informasi tatacara budidaya, hama dan penyakit, syarat tumbuh, hasil produk buah, dan kelompok tani; informasi pemasaran yang terdiri dari informasi harga, distribusi, serta tingkat permintaan dan produksi; informasi industri yang teridir dari industri pengolahan dan produk olahan; informasi rekayasa proses yang terdiri dari pohon industri dan diagram alir proses; serta referensi ilmiah. Sistem informasi ini diharapkan dapat menjadi sarana promosi dan sosialisasi bagi Pemerintah Daerah Kota Depok dalam mengembangkan agroindustri belimbing dewa, serta dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi para calon investor maupun masyarakat umum, sedangkan bagi akademisi, diharapkan sistem informasi dapat menjadi sumber rujukan bagi pengembangan riset terkait belimbing dewa di Kota Depok.

(4)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI AGROINDUSTRI

BELIMBING DEWA PEMERINTAH DAERAH KOTA DEPOK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh :

F. RACHMAT KAUTSAR

F34050476

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Rancang Bangun Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Pemerintah Daerah Kota Depok

Nama : F. Rachmat Kautsar

NIM : F34050476

Menyetujui, Pembimbing,

(Dr. Ir. Sukardi, MM) NIP. 19620328.198609.1.001

Mengetahui : Ketua Departemen,

(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti) NIP 19621009 198903.2.001

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Pemerintah Daerah Kota Depok adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011 Yang membuat pernyataan

(7)

BIODATA PENULIS

F. Rachmat Kautsar lahir di Depok, Jawa Barat pada 15 Juni 1987. Penulis merupakan putra ketiga dari 4 bersaudara pasangan bapak Budi Damianto dan ibu Naning Triwati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Beji Timur II Depok (1993-1999) yang kemudian dilanjutkan menempuh pendidikan di SMP Negeri II Depok (1999-2002) dan SMA Negeri 1 Depok (2002-2005). Setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 1 Depok, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Mayor Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

(8)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT , Rabb seluruh alam dan Sang Penggenggam Ilmu Pengetahuan atas karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menuntut ilmu di Mayor Teknologi Industri pertanian dan meyelesaikan skripsi dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Pemerintah Daerah Kotamadya Depok yang telah dilaksanakan di Kota Depok. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Sukardi, MM. sebagai dosen pembimbing atas segala bimbingan, nasehat, dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ayahanda dan Ibunda penulis, yang senantiasa mengiringkan doa-doa dimalam hari dan selepas shalatnya bagi penulis, dan atas kesabaran dan ketabahannya memeberikan dukungan selama penulis menempuh pendidikan.

3. Dr. Taufik Djatna dan Dr. Ono Suparno selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan sehingga skripsi ini dapat lebih baik.

4. Ibu Hermin, Ibu Eti dan Bapak Abdurrahman dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, serta Bapak Andi Suhandi, Bang Ardiansyah, dan Bang Jayadin dari Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Kota Depok yang telah memberikan bantuan dan informasi bagi penulis dalam merancang bangun sistem informasi belimbing dewa. 5. Unit Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Politeknik Negeri Jakarta yang telah

memberikan dukungan bagi pengembangan sistem informasi belimbing dewa yang penulis bangun.

6. Rekan-rekan PPSDMS NF regional V Bogor atas keakraban yang telah terbangun di bawah atap yang sama selama dua tahun, serta atas impian untuk terus dapat memberi bagi tanah Indonesia yang tercinta ini.

7. Rekan-rekan sesama “pengembang sistem” di TIN, Mas Saifuddin, Vrika Nurrahman, Budi Vermanto atas kebersamaan dalam jerih payah menyelesaikan tugas akhir.

8. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan seperjuangan di BEM FATETA kabinet Totalitas Pengabdian dan Kabinet Integritas Pembaharu.

9. Semua sahabat tercinta di TIN 42 atas kebersamaan selama lebih dari empat tahun menimba dan memupuk bekal ilmu, wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan cita-cita, serta

10. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Tentu saja masih banyak kekurangan yang terdapat di skripsi ini, untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat di skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian dan skripsi ini bermanfaat serta dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi industri pertanian di Indonesia.

Bogor, Januari 2011

(9)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

C. RUANG LINGKUP ... 2

D. MANFAAT ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KOTAMADYA DEPOK ... 3

B. BELIMBING DEWA ... 3

C. PENDEKATAN SISTEM ... 4

D. SISTEM BASIS DATA ... 6

E. HTML ... 8

F. PHP ... 8

G. PENELITIAN TERDAHULU ... 9

III. METODOLOGI A. DASAR PEMIKIRAN ... 10

B. PENDEKATAN SISTEM ... 10

C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 12

D. TATA LAKSANA ... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS KEBUTUHAN DAN IDENTIFIKASI SISTEM ... 15

B. PERANCANGAN SISTEM ... 17

C. IMPLEMENTASI SISTEM ... 24

D. PENGUJIAN SISTEM ... 32

E. KENDALA DAN KELEMAHAN SISTEM ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 34

B. SARAN ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Hasil analisis kebutuhan sistem ... 15

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tahap pendekatan sistem menurut Eriyatno (1999) ... 5

Gambar 2. Ilustrasi sistem manajemen basis data (Fathansyah 2004) ... 6

Gambar 3. Diagram input-output Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Depok 16 Gambar 4. Arsitektur Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok ... 17

Gambar 5. Diagram Alir Data konteks Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok ... 18

Gambar 6. Diagram alir data tahap satu Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok... 19

Gambar 7. Rancangan layout antarmuka pengguna ... 25

Gambar 8. Tampilan antarmuka beberapa halaman informasi tatacara budidaya ... 25

Gambar 9. Tampilan antarmuka salah satu halaman informasi hama dan penyakit ... 25

Gambar 10. Tampilan antarmuka halaman informasi syarat tumbuh tanaman belimbing dewa ... 26

Gambar 11. Tampilan antarmuka halaman informasi grade budidaya ... 26

Gambar 12. Tampilan antarmuka halaman informasi kelompok tani belimbing dewa ... 27

Gambar 13. Tampilan antarmuka halaman informasi harga jual dan harga beli tahun 2010 ... 28

Gambar 14. Tampilan antarmuka halaman informasi suplai dan distribusi ... 28

Gambar 15. Tampilan antarmuka halaman informasi tingkat permintaan dan produksi ... 29

Gambar 16. Tampilan antarmuka halaman informasi produk olahan belimbing dewa ... 29

Gambar 17. Tampilan antarmuka halaman informasi industri pengolahan ... 30

Gambar 18. Tampilan antarmuka halaman informasi rekayasa proses ... 30

Gambar 19. Tampilan antarmuka halaman pohon industri ... 31

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil perancangan model data Sisagribingwa dalam bentuk ERD ... 40

Lampiran 2. Tabel-tabel pada basis data fisik Sisagribingwa ... 41

Lampiran 3. Hasil perancangan basis data fisik Sisagribingwa dengan MySQL ... 42

Lampiran 4. Organisme pengganggu tanaman belimbing dewa ... 43

Lampiran 5. Syarat tumbuh belimbing dewa ... 44

Lampiran 6. Tingkat hasil budidaya yang diharapkan dengan diterapkannya SPO ... 45

Lampiran 7. Kelompok-kelompok tani belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok ... 46

Lampiran 8. Perkembangan harga belimbing depok tahun 2009 dan 2010 ( rupiah) ... 47

Lampiran 9a. Distribusi belimbing dewa depok tahun 2009 (kilogram)... 48

Lampiran 9b. Distribusi belimbing dewa depok tahun 2010 (kilogram)... 49

Lampiran 10. Perkembangan tingkat permintaan dan produksi belimbing dewa 2009-2010 .. 50

Lampiran 11. Macam-macam produk olahan buah belimbing dewa ... 51

Lampiran 12a. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi dodol... 52

Lampiran 12b. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi minuman serbuk instan .... 53

Lampiran 12c. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi jus belimbing dewa ... 54

Lampiran 12d. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi jus kripik ... 55

Lampiran 13. Pohon industri belimbing manis ... 56

Lampiran 14. Tampilan antarmuka halaman PHPmyadmin ... 57

(13)

1

I.

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Program pengembangan agroindustri belimbing dewa dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah serta untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Depok khususnya yang berprofesi sebagai petani. Data Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok menunjukkan setidaknya ada lebih dari 460 orang petani belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok dengan luas areal perkebunan atau tegalan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya komoditas belimbing dewa seluas 3.468 hektar, sedangkan jumlah petani belimbing dewa yang terlibat aktif dalam program Pemerintah Kota Depok belum mencapai setengahnya. Luas areal perkebunan belimbing dewa pun baru mencapai 3% dari jumlah keseluruhan areal perkebunan atau tegalan di Kota Depok. Hal ini membutuhkan peran serta dan dukungan yang lebih dari masyarakat agar program pengembangan agroindustri belimbing dewa ini dapat berhasil dan berjalan secara optimal.

Untuk dapat meningkatkan peran serta masyarakat, baik yang berasal dari Kota Depok sendiri maupun masyarakat umum dari berbagai kalangan, dibutuhkan penyampaian informasi yang terpadu, mudah diakses, serta terbarukan. Dukungan informasi juga dibutuhkan oleh pelaku agroindustri belimbing dewa itu sendiri, seperti petani belimbing dewa dan kalangan industri pengolahan belimbing dewa. Oleh karena itu keberadaan sistem informasi tentang pengembangan agroindustri belimbing dewa menjadi penting untuk mendukung keberhasilan program Pemerintah Daerah Kota Depok ini.

Sistem informasi agroindustri belimbing dewa merupakan sistem yang diperuntukkan bagi masyarakat umum untuk memberikan informasi yang terpadu dan terbarukan terkait dengan program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok. Sistem informasi yang dikembangkan berusaha menyediakan informasi budidaya belimbing dewa, informasi tentang pemasaran, informasi tentang industri, informasi tentang proses pascapanen atau rekayasa proses, serta informasi publikasi ilmiah yang membahas tentang agroindustri belimbing dewa di Kota Depok. Sistem informasi agroindustri belimbing dewa ini diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat terhadap program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok serta menyediakan kebutuhan informasi bagi para pelaku dalam agroindustri belimbing dewa.

B.

TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang bangun sistem informasi mengenai agroindustri belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok, Jawa Barat untuk menjadi salah satu solusi penyediaan sumber informasi terpadu bagi para pemegang kepentingan dalam agroindustri belimbing dewa Kota Depok maupun masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok.

C.

RUANG LINGKUP

(14)

2

D.

MANFAAT

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang terkait, yaitu:

1. Pengusaha, yaitu sebagai sumber informasi penunjang tentang produk olahan dan kegiatan budidaya belimbing dewa yang dilakukan di Kota Depok.

2. Petani, yaitu sebagai sumber informasi dalam melakukan budidaya belimbing dewa yang diusahakan.

3. Pemerintah, yaitu sebagai wadah sosialisasi dan promosi pengembangan usaha dan budidaya belimbing dewa.

(15)

3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

KOTA DEPOK

Kota Depok bermula dari sebuah kecamatan yang berada di lingkungan kawedanaan (pembantu bupati) wilayah Parung, Kabupaten Bogor. Kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang swasta yang kemudian diikuti dengan didirikannya kampus Universitas Indonesia (UI). Pada Tahun 1981, Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Maret 1982 yang terdiri dari tiga kecamatan dan tujuh belas desa.

Kota Depok terbentuk pada tahun 1999 berdasarkan UU No.15 Tahun 1999 yang meliputi 6 Kecamatan, yaitu: Pancoran Mas, Beji, Sukmajaya, Limo, Sawangan, dan Cimanggis. Sebelumnya Kota Depok merupakan kota administratif dan merupakan bagian dari Kabupaten Bogor. Kota Depok secara geografis terletak di 6.19°-6.28° LS dan 106.43° BT dengan ketinggian 50-140 diatas permukaan laut. Luas area total Kota Depok sebesar 200.29 km2.. Di sebelah utara, Kota Depok berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Di sebelah timur, Kota Depok berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi. Di sebelah selatan dan barat, Kota Depok berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Pada tahun 2010, Kota Depok memiliki 11 kecamatan dengan total luas wilayah sebesar 200.29 km2. Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,610,000 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 7,877 jiwa per km2 (Dinas Kominfo Kota Depok 2010).

Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara bulan Oktober-Maret. Berikut adalah beberapa nilai rata-rata satuan cuaca wilayah Kota Depok :

1. Temperatur : 24.3°-33° Celsius

2. Kelembaban rata-rata : 25 %

3. Penguapan rata-rata : 3.9 mm/th

4. Kecepatan angin rata-rata : 14.5 knot

5. Penyinaran matahari rata-rata : 49.8 %

6. Jumlah curah hujan : 2,684 m/th

7. Jumlah hari hujan : 222 hari/tahun

B.

BELIMBING DEWA

(16)

4

1. Kerajaan : Plantae

2. Divisi : Magnoliophyta 3. Kelas : Magnoliopsida 4. Ordo : Oxalidales 5. Keluarga : Oxalidacea 6. Genus : Averrhoa 7. Spesies : A.carambola

Di dalam The Columbia Encylclopedia dijelaskan bahwa Averrhoa carambola

adalah buah gemuk berwarna jingga yang memiliki banyak kandungan asam oksalat yang menyebabkan rasa masam, getah pohon ini biasa digunakan untuk menghilangkan pewarna pada pakaian atau bahan lain.

C.

PENDEKATAN SISTEM

Menurut Marimin (2005), sistem adalah kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks. O‟Brien (2005) menjelaskan bahwa sistem kebanyakan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai sekelompok elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk satu kesatuan. Diagram tahap pendekatan sistem menurut Eriyatno (1999) dapat dilihat pada Gambar 1.

Marimin (2005) menjelaskan tentang sifat-sifat dasar dari suatu sistem, yaitu antara lain:

1. Pencapaian tujuan, orientasi pencapaian tujuan akan memberikan sifat dinamis kepada sistem, memberi ciri perubahan yang terus menerus dalam usaha mencapai tujuan.

2. Kesatuan usaha, mecerminkan suatu sifat dasar dari sistem dimana hasil keseluruhan melebihi dari jumlah bagian-bagiannya atau sering disebut konsep sinergi.

3. Keterbukaan terhadap lingkungan, lingkungan merupakan sumber kesempatan maupun hambatan pengembangan.

4. Transformasi, merupakan proses perubahan input menjadi output yang dilakukan oleh sistem.

5. Hubungan antar bagian, kaitan antara subsistem inilah yang akan memberikan analisa sistem suatu dasar pemahaman yang lebih luas.

6. Sistem ada berbagai macam, antara lain sistem terbuka, sistem tertutup dan sistem umpan balik.

7. Mekanisme pengendalian, mekanisme ini menyangkut sistem umpan balik yang merupakan suatu bagian yang memberi informasi kepada sistem mengenai efek dari perilaku sistem terhadap pencapaian tujuan atau pemecahan persoalan yang dihadapi.

Marimin et al. (2006) menjelaskan bahwa pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Pada dasarnya pendekatan sistem adalah penerapan dari sistem ilmiah dalam manajemen. Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang memperngaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem.

(17)

5

saat ini tidak lagi sederhana dan dapat menggunakan peralatan yang menyangkut satu disiplin saja, tetapi memerlukan peralatan yang lebih komprehensif, yang dapat mengindentifikasi dan memahami berbagai aspek dari suatu permasalahan dan dapat mengarahkan pemecahan secara menyeluruh (Marimin et al. 2006).

Pendekatan sistem dapat dilakukan dengan menggunakan komputer atau tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi, adanya komputer memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem. Penggunaan komputer dalam pendekatan sistem terutama sangat diperlukan jika menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks dimana banyak sekali peubah, data dan interaksi-interaksi yang mempengaruhi.

Kebutuhan

Analisis Sistem

Lengkap?

Pemodelan Sistem Gugus Solusi yang Layak

Ya

Tidak

Cukup?

Rancang Bangun dan Implementasi Model Abstrak Optimal

Ya

Tidak

Cukup?

Implementasi Spesifikasi Sistem Detail

Puas?

Operasi Sistem Operasional

Puas? Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak Informasi

normatif dan positif

Reevaluasi dari penampilan

Gambar 1. Tahap pendekatan sistem menurut Eriyatno (1999)

(18)

6

1. Perencanaan

2. Analisis 3. Desain 4. Implementasi 5. Penggunaan

Menurut Marimin et al. (2006), pengembangan sistem dilakukan dengan menggunakan metode Sytem Development Life Cycle (SDLC) atau dapat juga dilakukan dengan pendekatan prototyping. SDLC merupakan sebuah metodologi dalam pembangunan atau pengembangan sistem. SDLC memberikan kerangka kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan pengembangan sistem.

D.

SISTEM BASIS DATA

Sistem basis data pada dasarnya adalah sebuah sistem komputerisasi yang tujuan keseluruhannya adalah menyimpan informasi dan mengijinkan pemakai untuk mengambil kembali dan memperbarui informasi tersebut atas permintaan. Informasi yang dibahas dapat merupakan sesuatu yang berarti pada individual atau organisasi yang terlibat, yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses umum menjalankan usaha individual atau organisasi itu (Date 2004), sedangkan basis data adalah sebuah koleksi dari data yang tahan lama yang digunakan oleh sistem aplikasi dari perusahaan tertentu. Istilah “perusahaan” disini hanyalah istilah yang memudahkan untuk organisasi yang cukup komersial, ilmiah, teknis, atau lainnya. Sebuah perusahaan bisa merupakan individual (dengan sebuah basisdata perorangan yang kecil), atau gabungan lengkap atau badan besar yang serupa (dengan basisdata besar yang saling berbagi), atau apapun diantaranya (Date 2004). Prinsip utama dari basis data adalah pengaturan data atau arsip dan tujuan utamanya adalah kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan kembali data atau arsip (Fathansyah 2004). Hal yang sangat ditonjolkan dalam basis data adalah pengaturan, pemilahan, pengelompokkan dan pengorganisasian data yang akan kita simpan sesuai fungsi atau jenisnya.

Komponen-komponen utama sistem basis data menurut Fathansyah ( 2004) adalah sebagai berikut:

1. Perangkat keras (hardware) 2. Sistem operasi (operating system) 3. Basis data (database)

4. Sistem pengelolaan basis data (database management system/DBMS) 5. Pemakai (user)

6. Aplikasi (perangkat lunak) lain.

(19)

7

Gambar 2. Ilustrasi sistem manajemenen basis data (Fathansyah 2004)

Untuk mengelolabasis data diperlukan suatu perangkat lunak yang disebut DBMS (Database Management System). DBMS merupakan suatu sistem perangkat lunak yang memungkinkan user (pengguna) untuk membuat, memelihara, mengontrol, dan mengakses basis datasecara praktis dan efisien. Dengan DBMS, user akan lebih mudah mengontrol dan memanipulasi data yang ada (Solichin 2010). DBMS merupakan perantara bagi pemakai dengan basis data dalam disk. Cara interaksi atau berkomunikasi antara pemakai dengan basis data tersebut diatur dalam suatu bahasa khusus yang ditetapkan oleh perusahaan pembuat DBMS.

DBMS yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi agroindustri belimbing dewa adalah MySQL. MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data yang multithread, multi-user, dengan sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia (Solichin 2010), sedangkan menurut Sidik (2003), MySQL merupakan

software sistem manajemen database (DBMS) yang sangat populer di kalangan pemrogram web, terutama di lingkungan Linux dengan menggunakan script PHP dan Perl. Kepopuleran MySQL dimungkinkan karena kemudahannya untuk digunakan, cepat secara kinerja query, dan mencukupi untuk kebutuhan database perusahaan-perusahaan skala menengah-kecil. Menurut Prasetyo (2003), MySQL adalah Relational Database Management System (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis di bawah lisensi GPL (General Public License). GPL atau GNU General Public License adalah lisensi yang bebas dan dapat di salin untuk perangkat lunak dan pekerjaan lainnya (GNU GPLver3 2007). MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam basis data sejak lama, yaitu SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian database, terutama untuk pemilihan atau seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis. Sebagai server basisdata yang memiliki konsep basisdata modern, MySQL memiliki banyak keistimewaan. Berikut ini beberapa keistimewaan yang dimiliki MySQL menurut Prasetyo (2003):

1. MySQL dapat berjalan stabil pada berbagai sistem operasi. File 1

File 2 File 3

File 4

Basis

Database Management System (DBMS)

Pemakai

Pemakai

(20)

8

2. MySQL didistribusikan secara open source (terbuka), di bawah lisensi GPL

sehingga dapat digunakan secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya sepeser pun. 3. MySQL dapat digunakan oleh beberapa user dalam waktu yang bersamaan tanpa

mengalami masalah atau konflik. Hal ini memungkinkan sebuah database server MySQL dapat diakses client secara bersamaan.

4. MySQL memiliki kecepatan yang menakjubkan dalam menangani query sederhana, dengan kata lain dapat memproses lebih banyak SQL per satuan waktu.

5. MySQL memiliki tipe kolom yang sangat kompleks, seperti signed/unsigned integer, float, double, char, varchar, text, blob, date, time, datetime, timestamp, year, set serta enum.

6. MySQL memiliki beberapa lapisan sekuritas seperti level subnetmask, nama host, dan izin akses user dengan sistem perizinan yang mendetail serta password

terenkripsi.

7. MySQL mampu menangani database dalam skala besar, dengan jumlah records

lebih dari lima puluh juta dan enam puluh ribu tabel serta lima miliar baris. Selain itu, batas indeks yang dapat ditampung mencapai 32 indeks pada tiap tabelnya. 8. MySQL dapat mendeteksi pesan kesalahan (error code) pada client dengan

menggunakan lebih dari dua puluh bahasa.

9. MySQL dilengkapi dengan berbagai perangkat yang dapat digunakan untuk administrasi database dan pada setiap perangkat yang ada disertakan petunjuk

online.

10. MySQL memiliki struktur tabel yang lebih fleksibel dalam menangani perintah alter table dibandingkan database lainnya.

E.

HTML

HTML adalah kependekan dari Hyper Text Markup Language, yaitu sebuah bahasa penghubung (lingua franca) yang digunakan untuk melakukan publikasi halaman hypertext

di dalam sebuah jaringan world wide web (XHTML2 Working Group 2010). Junaedi (2005) menjelaskan bahwa HTML adalah suatu format data yang digunakan untuk membuat dokumen hypertext yang dapat dieksekusi dari satu platform komputer ke

platform komputer lainnya tanpa perlu melakukan suatu perubahan apapun dengan suatu alat tertentu. Meskipun suatu dokumen HTML memiliki karakteristik tertentu, hakekatnya dokumen HTML adalah suatu dokumen teks biasa sehingga di platform apapun dokumen tersebut dapat dibaca. Dengan sistem hypertext, pembuat dokumen tidak harus membaca suatu dokumen secara berurutan dari atas ke bawah. Pembuat dokumen dapat menuju topik tertentu secara langsung dalam dokumen dengan menggunakan teks penghubung atau gambar atau penunjuk lainnya yang akan membawa user ke suatu topik atau dokumen lain secara langsung dengan menggunakan sebuah tautan. Sidik et al. (2002) menjelaskan bahwa ada dua cara untuk membuat sebuah halaman web yaitu dengan HTML editor atau dengan editor teks biasa.

Dokumen HTML terdiri dari teks-teks dan gambar dapat pula berisi file-file

(21)

9

tag dan sebuah kurung sudut kanan (>). Tag pada sebuah dokumen HTML pada umumnya berpasangan, tag yang menjadi pasangan selalu diawali dengan karakter garis miring (/). Tag yang pertama menunjukkan tag awal yang berarti awal elemen dan yang kedua menunjukkan tag akhir yang berarti akhir elemen. Junaedi (2005) mengatakan bahwa elemen dan tag inilah yang merupakan ciri utama dari suatu dokumen HTML.

F.

PHP

PHP merupakan singkatan dari PHP Hypertext Preprocessor (Kadir 2008). PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server, hasilnyalah yang dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan perangkat pembaca web (web browser). Secara khusus, PHP dirancang untuk membentuk aplikasi web dinamis. Hal tersebut dikarenakan PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. PHP dapat disisipkan dalam sebuah dokumen HTML, hal itulah yang membuat PHP sangat baik untuk digunakan sebagai sebuah bahasa pemrograman untuk membangun sebuah web yang dinamis. Saat ini PHP cukup popular sebagai peranti pemrograman web, terutama di lingkungan Linux. Keunggulan PHP dibandingkan dengan bahasa pemrograman lainnya adalah bahwa PHP bersifat open source sehingga penggunanya tidak perlu mengeluarkan biaya apapun untuk dapat memanfaatkan bahasa skrip ini.

G.

PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu terkait dengan rancang bangun sistem informasi agroindustri telah dilakukan oleh Rayesa (2010) dengan judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Berbasis Web untuk Pengembangan Usaha Ikan Lele Dumbo Terpadu”. Penelitian tersebut bertujuan untuk membangun sebuah sistem informasi penunjang keputusan berbasis web tentang budidaya ikan lele yang dinamakan Claribist. Penelitian lainnya yang terkait dengan rancang bangun sistem informasi agroindustri juga dilakukan Merdekasari (2008) dengan judul “Perancangan Sistem Informasi Manajemen Basis Data pada Divisi Refinery

di PT. Astra Agro Lestari Tbk.”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengembangkan rancang bangun sistem informasi manajemen basis data pada divisi refinery di PT. Astra Agro Lestari.

Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok antara lain telah dilakukan oleh Haris (2008) dengan judul penelitian “Strategi Pemasaran Belimbing Manis (Averrhoa carambola L) di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PKPBDD serta peluang dan ancaman yang dihadapi sebagai sarana perumusan alternative strategi pemasaran yang sesuai.

(22)
(23)

11

III.

METODOLOGI

A.

DASAR PEMIKIRAN

Penyampaian informasi saat ini telah menjadi hal yang penting bagi sebuah organisasi untuk membantu mencapai tujuan organisasi tersebut, tidak terkecuali sebuah organisasi pemerintahan. Pemerintah Daerah Kota Depok telah membuat program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta menanggulangi dampak buruk terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan yang pesat. Agar tujuan tersebut tercapai, tentu membutuhkan dukungan dan peran serta seluruh kalangan masyarakat. Namun untuk mendapatkan dukungan dan peran serta masyarakat, dibutuhkan sosialisasi yang baik dan dapat menyentuh seluruh kalangan.

Kurangnya informasi terkait program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok menyebabkan program ini berjalan dengan kurang optimal. Perancangan sistem informasi yang terkait dengan program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok dapat membantu Pemerintah Kota Depok dalam menyediakan dan memberikan informasi tentang program yang sedang dijalankan tersebut kepada masyarakat Kota Depok secara khusus dan masyarakat luas secara umum.

Sistem informasi yang dirancang akan menyediakan beberapa macam informasi yang terkait dengan pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok. Sistem akan memanfaatkan jaringan internet agar dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Sistem informasi ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Depok untuk mensosialisasikan kebijakan yang terkait dengan program pengembangan agroindustri belimbing dewa seperti Standar Prosedur Operasi (SPO) budidaya belimbing dewa atau laporan perkembangan harga belimbing dewa di pasaran baik kepada petani belimbing dewa sebagai produsen ataupun masyarakat sebagai konsumen dan lain sebagainya.

B.

PENDEKATAN SISTEM

Metode yang digunakan dalam melakukan rancang bangun sistem informasi agroindustri belimbing dewa adalah dengan menggunakan metodologi pendekatan sistem. Menurut Eriyatno (1999), metode untuk penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan melalui pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Menurut O‟Brien et al.

(2009), terdapat lima tahapan proses yang dilakukan pada pendekatan sistem. Kelima tahapan proses tersebut adalah:

1. Mengenali dan menetapkan masalah atau peluang dengan menggunakan system thinking.

2. Membangun dan menilai alternatif solusi sistem.

3. Memilih solusi sistem yang paling sesuai dengan persyaratan. 4. Merancang solusi sistem yang terpilih.

5. Melakukan implementasi dan evaluasi keberhasilan sistem yang dirancang.

System thinking atau berpikir sistem adalah cara untuk membantu seseorang untuk melihat sistem dari perspektif yang luas yang mencakup seluruh struktur serta pola dan siklus di dalam sistem daripada melihat peristiwa yang spesifik di dalam sistem (McNamara 2006).

(24)

12

yang terjadi. System thinking menuntut pengembang sistem untuk mampu menemukan bagian-bagian sistem, subsistem, dan komponen dari sistem yang ditelaah.

1.

Identifikasi Masalah

Ketidaktersediaan informasi yang memadai dan mudah diakses oleh masyarakat menyebabkan program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok belum berjalan secara optimal. Masih banyak petani belimbing dewa yang belum terlibat secara aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pertanian dan Perikanan maupun Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa. Selain itu belum semua petani dan kelompok tani belimbing dewa menerapkan Standar Prosedur Operasi budidaya belimbing dewa yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian Kota Depok. Kalangan masyarakat lainnya pun kesulitan dalam memperoleh informasi yang terkait dengan pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok, baik mengenai macam-macam produk yang telah dihasilkan oleh industri olahan belimbing dewa maupun cara pengolahan buah belimbing dewa bagi masyarakat yang ingin melakukan proses pengolahan belimbing dewa. Disamping itu telah banyak penelitian yang sudah dilakukan oleh mahasiswa maupun peneliti dari perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya, namun hasil penelitian tersebut masih tersebar di beberapa tempat sehingga menyulitkan bagi kalangan akademisi untuk memperoleh informasi tentang publikasi ilmiah yang sudah dibuat yang membahas program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok ini.

2.

Pengembangan Alternatif Solusi

Kurangnya informasi yang diterima masyarakat disebabkan ketiadaan pusat informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan dibangunnya sebuah sistem informasi yang dapat menyediakan informasi-informasi terkait pengembangan agroindustri belimbing dewa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi secara berkesinambungan, namun hal ini dapat didukung pula dengan sebuah sistem informasi.

3.

Pemilihan Alternatif Solusi

(25)

13

4.

Rancangan Solusi

Sistem informasi yang dibangun dirancang berbasis web, sehingga dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas. Sistem informasi yang dibangun akan mencakup informasi-informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dari berbagai elemen. Selain itu sistem dibangun dengan menggunakan PHP sehingga dapat bersifat dinamis dan menarik perhatian pengguna.

Setidaknya ada lima paket informasi yang akan disediakan di dalam sistem informasi yang dibangun, kelima informasi tersebut adalah informasi terkait budidaya, informasi terkait industri pengolahan dan produk olahan buah belimbing dewa, informasi pemasaran komoditas belimbing dewa, informasi rekayasa proses dalam industri pengolahan belimbing dewa, serta informasi tulisan ilmiah serta hasil penelitian yang membahas tentang belimbing dewa di Kota Depok.

5.

Implementasi Solusi

Pada tahap implementasi solusi, berbagai rancangan solusi yang telah dibuat diimplementasikan dalam sebuah paket sistem informasi yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. Sistem terdiri dari beberapa komponen yang membentuk sistem, komponen-komponen tersebut dibangun dengan perangkat-perangkat yang dapat digunakan untuk membangun setiap komponen. Untuk merancang aliran informasi dalam sistem digunakan Diagram Alir Data atau Data Flow Diagram (DFD), untuk merancang model data digunakan Entity-Relationship Diagram (ERD), sedangakn untuk membuat basis data fisik digunakan sistem manajemen basis data MySQL. Antarmuka pengguna dibangun dengan bantuan perangkat lunak Adobe Dreamweaver CS3 dengan bahasa pemrograman web PHP, sedangkan antarmuka

administrator menggunakan halaman antarmuka PHPMyAdmin. Selain itu juga digunakan paket XAMPP sebagai perangkat pembantu dalam melakukan uji coba sistem secara offline dan FileZilla sebagai perangkat File Transfer Protocol (FTP) untuk memunggah sistem ke server web online.

C.

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kota Depok, dengan melibatkan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Kota Depok, serta Petani Belimbing Dewa serta institusi lainnya yang berkepentingan terhadap pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga September tahun 2010.

D.

TATA LAKSANA

1.

Jenis dan Sumber Data

(26)

14

Depok, dalam hal ini adalah pejabat terkait di lingkungan sub bidang tanaman pangan dan hortikultura Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Pengurus Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok (PKPBDD), serta petani belimbing dewa di Kota Depok. Data Sekunder diperoleh melalui studi pustaka, buku Profil Belimbing Depok yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok, Standar Prosedur Operasional Budidaya Belimbing Dewa Kota Depok yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia serta data penjualan produk dan buah belimbing yang berasal dari PKPBDD.

2.

Metode Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data sekunder yang berasal dari instansi-instansi yang terkait dengan pengembangan agroindustr belimbing dewa di Kota Depok, selain itu juga dengan mempelajari data dan informasi yang terdapat pada sumber rujukan dan literatur yang berhubungan dengan komoditas belimbing dewa serta pengembangan sistem informasi.

b. Observasi Lapang

Observasi dilakukan dengan mengunjungi lokasi budidaya belimbing dewa serta lokasi pemasaran belimbing dewa Depok, baik yang terdapat di Kota Depok maupun di luar Kota Depok.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pejabat terkait di lingkungan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok khususnya sub bidang tanaman pangan dan holtikurtura, pengurus PKPBDD, serta petani belimbing dewa Kota Depok. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sistem serta arah pengembangan sistem yang dilakukan.

3.

Perancangan Sistem

a. Sistem Manajemen Basis Data

(27)

15

b. Antarmuka Sistem

Antarmuka sistem merupakan bagian dari sistem yang lansung berhubungan dengan pengguna. Pada antarmuka sistem inilah pengguna akan melakukan pemilihan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan kemudian perintah pengiriman informasi yang dibutuhkan tersebut akan dikirimkan kepada sistem untuk dapat ditampilkan. Perncangan antarmuka sistem dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Adobe Dreamweaver CS3.

4.

Verifikasi Sistem

Verifikasi sistem dilakukan dengan memasukkan data dan melihat hasil keluaran yang dihasilkan sistem terhadap data yang dimasukkan tersebut. Verifikasi dilakukan untuk menguji apakah sistem dapat memberikan hasil keluaran sesuai dengan yang diharapkan.

5.

Evaluasi

(28)

16

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

ANALISIS KEBUTUHAN DAN IDENTIFIKASI SISTEM

Pada tahap awal pengembangan sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok, dilakukan analisis terhadap kebutuhan sistem yang akan dikembangkan. Menurut Marimin (2004), analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Analisis ini akan dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisis kebutuhan ini selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi hasil survei, pendapat ahli, diskusi, observasi lapang dan sebagainya. Pelaku-pelaku yang terkait dengan sistem informasi yang akan dikembangkan mencakup pemerintah daerah Kota Depok, petani belimbing dewa, pengusaha, masyarakat umum selakuk konsumen, dan akademisi. Pada tahap ini didapatkan kebutuhan terhadap sistem informasi belimbing dewa Kota Depok pada setiap pelaku yang adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil analisis kebutuhan sistem

No. Pelaku Kebutuhan

1 Konsumen Produk yang terjamin mutunya

2 Pemerintah

Peningkatan nilai investasi

Sosialisasi kebijakan

3 Pengusaha

Promosi kegiatan usaha

Peningkatan tingkat penjualan produk

4 Petani Belimbing

Peningkatan hasil produksi buah belimbing dewa

Tata cara budidaya belimbing dewa yang baik

5 Akademisi Informasi mengenai hasil publikasi ilmiah tentang belimbing dewa

Setelah diketahui kebutuhan-kebutuhan terhadap sistem informasi yang akan dikembangkan, dilakukan identifikasi sistem yang akan dikembangkan. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut (Eriyatno 1999). Pada tahap ini, pengkaji sistem mencoba memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem. Hal ini dimaksudkan untuk mengenali hubungan antara “pernyataan kebutuhan” dengan “pernyataan masalah” yang harus diselesaikan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut (Hartisari 2007). Selanjutnya dapat ditentukan input dan output dari sistem informasi belimbing dewa Kota Depok. Input dan output dari

(29)

17

Gambar 3. Diagram input-output Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Depok

Industri

Pengelompokkan

data

Seleksi data

Pemasukan data

Pengolahan data

Penyimpanan

Budidaya

Pemasaran

Pengumpulan

Rekayasa proses

Publikasi ilmiah

Informasi

tatacara budidaya

Informasi hama

dan penyakit

Informasi syarat

tumbuh

Informasi hasil

yang diharapkan

Informasi harga

Informasi suplai

dan distribusi

Informasi tk.

Permintaan dan

produksi

Informasi produk

olahan

Informasi

industri

Informasi pohon

industri

Informasi cara

pengolahan

Informasi

publikasi ilmiah

(30)

18

B.

PERANCANGAN SISTEM

1.

Arsitektur Sistem

[image:30.595.244.408.253.545.2]

Perancangan Sistem Informasi Belimbing Dewa Kota Depok diawali dengan menyusun arsitektur sistem. Arsitektur Sisagribingwa menggambarkan struktur dan fungsi komponen-komponen dalam sistem yang saling berkaitan sehingga akhirnya membentuk suatu sistem yang terintegrasi. Arsitektur sistem berfungsi untuk melihat bagaimana sebuah sistem bekerja dan menjadi acuan bagi pengembang sistem terhadap sistem yang akan dikembangkan (Whitten et al. 2001). Gambar 4 menampilkan arsitektur dari Sistem Informasi Belimbing Dewa Kota Depok.

Gambar 4. Arsitektur sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok

Whitten et al. (2001) menjelaskan bahwa arsitektur dari sebuah aplikasi menetapkan teknologi yang akan digunakan untuk menjalankan sebuah sistem informasi. Arsitektur sistem memperlihatkan bagaimana data, proses dan antar muka sistem saling berinteraksi dan berkomunikasi di dalam sebuah jaringan. Dalam arsitektur sistem informasi belimbing dewa Kota Depok, komponen yang menyusun arsitektur ini adalah pengguna, antarmuka sistem dan basis data sistem. Pada gambar arsitektur sistem diatas terlihat bahwa pada awalnya pengguna akan dihadapkan pada antarmuka menu sistem dimana pengguna dapat melakukan pemilihan menu informasi yang dibutuhkan. Kemudian antarmuka sistem akan berhubungan dengan basis data sistem untuk selanjutnya menampilkan informasi yang dipilih pada antarmuka laporan sistem. Laporan yang tersedia pada sistem informasi belimbing dewa Kota Depok terdiri dari dua jenis laporan, yaitu laporan statis yang berisi

Antarmuka Pemilihan

Menu

Budidaya, Pemasaran, Rekayasa

Proses, Industri, Kebijakan, Referensi ilmiah

Antarmuka Laporan

Laporan Statis, Laporan Dinamis

Basis Data Sistem Informasi

(31)

19

informasi yang cenderung tidak berubah serta laporan dinamis yang berisi laporan yang akan selalu diperbarui sesuai kondisi pengembangan agroindustri belimbing dewa Kota Depok di lapangan.

2.

Diagram Alir Data

Diagram Alir Data atau Data Flow Diagram (DFD adalah tampilan grafik suatu sistem yang menggunakan empat bentuk untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang saling berhubungan (McLeod 2007). Post

et al. (2003) menjelaskan bahwa DFD dirancang untuk menunjukkan bagaimana sistem dibagi dalam beberapa bagian yang lebih kecil dan untuk menandai aliran data diantara bagian-bagian tersebut. Diagram Alir Data adalah alat yang menggambarkan aliran data di dalam sebuah sistem dan pekerjaan atau proses yang berlangsung di dalam sistem tersebut (Whitten et al. 2001). Diagram Alir Data konteks dari sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram Alir Data konteks Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok

(32)
[image:32.595.112.516.78.518.2]

20

Gambar 6. Diagram alir data tahap satu Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok

Diagram Alir Data tahap satu menampilkan proses-proses yang terjadi di dalam sistem serta penyimpanan data yang terjadi di dalam sistem. Proses pertama adalah pengumpulan dan seleksi data dari agen-agen eksternal yang menjadi sumber informasi dari Sisagribingwa untuk kemudian hasil pengumpulan dan seleksi yang dilakukan disimpan di dalam basis data Sisagribingwa. Kemudian informasi yang tersimpan di basis data akan dialirkan menuju Pengguna setelah dilakukan proses pemilihan data serta proses pengolahan dan pelaporan data.

3.

Perancangan Basis Data

Sebelum basis data dibuat, perlu dilakukan perancangan model data terlebih dahulu. Menurut Fathansyah (2004), model data dapat didefinisikan sebagai kumpulan perangkat konseptual untuk menggambarkan data, hubungan data, semantik (makna) data dan batasan data. Model data sering disebut pula sebagai model data logika, karena yang menjadi penekanan dari model data adalah makna dari data dan keterhubungannya dengan data lain.

Keterangan:

= input dan output

eksternal

= proses

= aliran data

(33)

21

Dalam perancangan model data, terdapat sejumlah cara yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan menggunakan model keterhubungan-entitas atau model entity-relationship. Fathansyah (2004) menjelaskan bahwa pada model

entity-relationship, semesta data yang ada di „dunia nyata‟

diterjemahkan/ditransformasikan dengan memanfaatkan diagram data, yang umum disebut sebagai diagram entity-relationship atau entity-relationship diagram (ERD). Dalam sebuah ERD terdapat empat komponen utama yang digunakan, yaitu entitas, relasi, atribut entitas, dan derajat relasi atau kardinalitas. Entitas merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata keberadaannya dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain. Relasi adalah komponen yang menunjukkan hubungan antara sejumlah entitas di dalam sebuah ERD. Atribut entitas adalah karakteristik-karakteristik yang mendeskripsikan entitas, sedangkan derajat relasi atau kardinalitas adalah komponen yang menunjukkan jumlah maksimum entitas yang dapat berelasi dengan entitas yang lain. Dalam sebuah ERD, terdapat beberapa kemungkinan kardinalitas antar entitas. Macam-macam kardinalitas tersebut adalah:

a. Satu ke satu

Kardinalitas sat ke satu memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas hanya dapat berhubungan paling banyak dengan satu satu bagian pada entitas yang berelasi dan begitu pula sebaliknya.

b. Satu ke banyak

Kardinalitas satu ke banyak memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas dapat berhubungan dengan banyak bagian pada entitas yang berelasi, namun tidak bisa dengan sebaliknya.

c. Banyak ke satu

Kardinalitas banyak ke satu memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas hanya dapat berhubungan dengan satu bagian pada entitas yang berelasi, namun himpunan entitas pasangannya dapat berhubungan dengan banyak bagian pada entitas tersebut.

d. Banyak ke banyak

Kardinalitas satu ke banyak memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas dapat berhubungan dengan banyak bagian pada entitas lainnya serta begitu pula sebaliknya.

Selain keempat komponen utama tersebut, ada beberapa komponen lain yang menyusun sebuah ERD, yaitu entitas lemah dan spesialisasi-generalisasi. Entitas lemah (weak entity) merupakan entitas yang keberadaannya ditentukan oleh adanya entitas lain. Spesialisasi-generalisasi adalah proses pengelompokan entitas-entitas yang terlibat pada sebuah ERD menjadi sub entitas-sub entitas. Pada spesialisasi, yang terjadi adalah pemecahan sebuah entitas menjadi beberapa entitas lain yang lebih spesifik, sedangkan pada generalisasi yang terjadi adalah pengelompokkan beberapa entitas yang memiliki atribut-atribut yang sama menjadi sebuah entitas yang lebih umum. Komponen-komponen dalam sebuah ERD digambarkan dalam simbol-simbol yang dapat dilihat pada Tabel 2.

(34)

22

teridentifikasi seluruhnya, kemudian dilakukan identifikasi adanya kemungkinan generalisasi atau spesialisasi pada rancangan ERD yang telah dibuat sehingga didapatkan rancangan model data yang efisien dan fleksibel.

Tabel 2. Simbol-simbol komponen ERD (Fathansyah 2004)

Simbol Arti

Entitas

Atribut entitas

Relasi

(x,x) Derajat relasi

Entitas lemah

Generalisasi/Spesialisasi

Pada tahap perancangan model data ini, ada lima belas entitas yang terlibat di dalam Sisagribingwa. Selain itu terdapat satu buah spesialisasi yang terjadi pada entitas pemasaran menjadi tiga buah entitas yang lebih khusus yaitu entitas penjualan, entitas harga dan entitas distribusi, serta satu buah generalisasi yang terjadi pada entitas industri pengolahan, entitas kelompok tani, dan entitas lembaga riset menjadi satu entitas yang lebih umum yaitu entitas organisasi sehingga menyebabkan entitas lembaga riset tidak lagi ada karena seluruh atributnya telah tercakup ke dalam atribut-atribut entitas organisasi. Hasil perancangan model data Sisagribingwa dapat dilihat pada ERD yang terdapat pada Lampiran 1.

4.

Implementasi Basis Data

(35)

23

data yang telah dibuat pada tahap perancangan model data ke bentuk struktur basis data yang sesuai dengan DBMS yang dipilih. Secara umum, sebuah ERD akan direpresentasikan menjadi sebuah basis data fisik, sedangkan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya akan menjadi komponen-kompen penyusun basis data fisik tersebut.

Pada tahap implementasi basis data, entitas-entitas yang terlibat pada model data akan ditransformasikan menjadi tabel-tabel yang merupakan komponen utama pembentuk basis data, sedangkan atribut-atribut yang menjadi karakteristik entitas akan menjadi kolom-kolom dari tabel-tabel yang dihasilkan dari transformasi entitas ke bentuk tabel. Pada model ERD yang dihasilkan pada perancangan model data, diperoleh sebanyak lima belas entitas. Kelima belas entitas ini kemudian akan ditransformasikan menjadi lima belas tabel dengan masing-masing tabel terdiri dari kolom-kolom yang merupakan transformasi dari atribut entitas-atribut entitas yang melekat pada setiap entitas. Namun pada tahap implementasi basis data, dimungkinkan untuk membuat tabel tambahan diluar transformasi entitas sebagai tabel bantu atau sebagai konsekwensi dari kardinalitas relasi antar entitas pada model data. Tabel-tabel pada basis data fisik Sisagribingwa dapat dilihat pada Lampiran 2.

Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa pada sebuah ERD terdapat beberapa macam kardinalitas atau derajat relasi yang mungkin terjadi pada relasi antar entitas. Kardinalitas memiliki pengaruh terhadap struktur tabel pada basis data yang dibuat. Sebuah kardinalitas banyak ke banyak (n ke n) pada relasi dua entitas akan menyebabkan terbentuknya sebuah tabel baru. Namun tidak demikian dengan bentuk kardinalitas lainnya. Pada kardinalitas satu ke satu, satu ke banyak dan subentitas akan menyebabkan penambahan atribut kunci salah satu entitas ke entitas lainnya yang saling terhubung dalam sebuah relasi, sehingga tabel yang terbentuk akan memiliki kolom tambahan yang merupakan implementasi dari penambahan atribut kunci tersebut. Dalam melakukan implementasi basis data, DBMS yang digunakan adalah MySQL. Hasil transformasi model data menjadi basis data fisik dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.

Pengujian Basis Data

Pada tahap pengujian basis data, dilakukan pengujian basis data fisik secara manual dengan aturan normalisasi serta dan pengujian model data dengan bantuan perangkat lunak Sybase Powerdesigner 12. Aturan normalisasi digunakan untuk menguji apakah basis data fisik yang telah dibuat sudah cukup efisien dan kompak, cepat dalam pengaksesan dan mudah dalam proses manipulasi (tambah, ubah, hapus) data.

Menurut Fathansyah (2004) sebuah tabel dalam basis data dapat dikategorikan baik (efisien) atau normal jika telah memenuhi tiga kriteria berikut: a. Jika ada dekomposisi tabel, maka dekomposisi yang dilakukan harus dijamin

aman (Loseless-Join Decomposition).

b. Terpeliharanya ketergantunagn fungsional pada saat perubahan data (Dependency Preservation).

(36)

24

Kriteria pertama, yaitu loseless-join decomposition, akan terpenuhi bila pada tabel-tabel yang merupakan hasil dari sebuah dekomposisi digabungkan kembali, maka akan dapat menghasilkan tabel awal sebelum dekomposisi. Pada basis data fisik yang terbentuk, terdapat beberapa tabel yang merupakan hasil dekomposisi. Yaitu tabel distribusi, penjualan, harga, dan pemasaran. Dengan melakukan pengujian loseless-join decomposition, dapat disimpulkan bahwa dekomposisi yang yang terjadi telah memenuhi kriteria loseless-join decomposition.

Kriteria kedua, yaitu dependency preservation atau pemeliharaan ketergantungan, dapat dipenuhi apabila terjadi perubahan data, maka perubahan data yang dilakukan tidak akan menghasilkan inkonsistensi data pada basis data fisik secara keseluruhan. Dengan melakukan pengujian basis data terhadap kriteri kedua ini, basis data fisik yang dihasilkan telah memenuhi kriteria dependency preservation.

Kriteria ketiga, yaitu BCNF, dapat terpenuhi apabila pada sebuah tabel dimana terdapat sebuah Ketergantungan Fungsional dengan notasi X  Y, maka X harus merupakan superkey pada tabel tersebut. Ketergantungan Fungsional dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila terdapat sebuah tabel pada basis data dengan paling sedikit dua buah atribut, yaitu A dan B, maka dapat dinyatakan seperti pada notasi (4.1) berikut:

A  B (4.1) Yang berarti A secara fungsional menentukan B atau sebaliknya, B secara fungsional nilainya tergantung pada A, jika dan hanya jika untuk setiap kumpulan baris data (row) yang ada di tabel tersebut dengan satu nilai A yang sama, maka nilai B juga akan sama, sedangkan superkey merupakan satu atau lebih atribut yang dapat membedakan setiap baris data dalam sebuah tabel secara unik.

Apabila kriteria ini tidak terpenuhi pada sebuah tabel yang terdapat pada basis data, maka harus dilakukan dekomposisi berdasarkan KF yang ada hingga X menjadi superkey. Dengan melakukan pengujian basis data terhadap BCNF, dapat disimpulkan basis data yang dibangun telah memenuhi kriteria BCNF. Dengan demikian tidak perlu lagi dilakukan pengujian terhadap Bentuk Normal tahap Ketiga (3rdNF).

6.

Perancangan Antarmuka

Perancangan antarmuka sistem dilakukan sedemikian rupa sehingga pengguna dapat dengan mudah menggunakan sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok ini. Antarmuka yang mudah dipahami dan efektif akan menjadikan pengguna merasa mudah dalam menggunakan sistem. Antarmuka Sisagribingwa terdiri dari antarmuka pengguna dan antarmuka administrator.

Antarmuka pengguna dirancang untuk dapat ditampilkan di dalam layar komputer dengan menggunakan web browser. Antarmuka pengguna merupakan antarmuka output atau laporan yang dibuat dengan bantuan perangkat lunak Dreamweaver CS3. Tampilan antarmuka pengguna dibuat dengan menggunakan bahasa HTML dan PHP serta script Javascript.

(37)

25

menggunakan tampilan antarmuka PHPmyadmin, yaitu antarmuka untuk memasukkan input data ke dalam basis data MySQL. PHPmyadmin telah tersedia di dalam paket XAMPP yang diinstal ke dalam komputer yang digunakan untuk membangun Sisagribingwa secara offline serta server tempat melakukan hosting

Sisagribingwa secara online, tampilan antarmuka PHPmyadmin dapat dilihat pada Lampiran 14. XAMPP sendiri merupakan sebuah paket yang terdiri dari perangkat file transfer protocol Apache Filezilla, DBMS MySQL, script pemrograman side-server PHP, dan bahasa pemrograman Perl.

C.

IMPLEMENTASI SISTEM

Implementasi sistem dilakukan dengan melakukan pengungggahan sistem yang telah dibuat secara offline ke server web online. Untuk dapat melakukan penguggahan sistem, terlebih dahulu dilakukan penyewaan tempat hosting dan pembelian nama domain situs yang akan digunakan. Domain atau URL dari situs Sisagribingwa adalah http://www.belimbing-depok.net/. Sebagai sebuah sistem informasi berbasis web, Sisagribingwa dapat diakses oleh seluruh orang yang tersambung dengan jaringan internet diseluruh dunia.

Fasilitas informasi yang disediakan oleh Sisagribingwa terdiri dari lima paket informasi, kelima paket informasi tersebut adalah paket informasi budidaya, paket informasi pemasaran, paket informasi industri, paket informasi rekayasa proses, dan paket informasi referensi ilmiah. Kelima paket informasi ini dapat terlihat pada bagian menu pada antarmuka pengguna.

1.

Informasi Budidaya

Paket informasi budidaya menyediakan informasi seputar budidaya belimbing dewa yang terdiri dari informasi tatacara budidaya sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang disusun oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, informasi hama dan penyakit, informasi syarat tumbuh, informasi hasil budidaya yang diharapkan, serta informasi kelompok tani-kelompok tani belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok.

Pada submenu informasi tatacara budidaya, terdapat empat belas langkah budidaya belimbing dewa. Keempat belas langkah tersebut adalah pemilihan lokasi, penentuan waktu tanam, penyiapan lahan, penyiapan bibit, penanaman, pemupukan, pengairan, pemangkasan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), sanitasi kebun, penjarangan buah, pembungkusan, panen serta pembersihan, sortasi dan grading. Untuk setiap langkah tatacara budidaya tersedia informasi definisi dari langkah yang dimaksud, tujuan, bahan dan alat, fungsi, serta prosedur pelaksanaan. Gambar 8 menampilkan halaman pemilihan lokasi yang terdapat pada submenu tatacara budidaya. Tatacara budidaya sesuai dengan Standar Prosedur Operasi (SPO) budidaya belimbing dewa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.

(38)
[image:38.595.196.484.141.368.2]

26

Antarmuka pada halaman informasi hama dan penyakit ini akan menampilkan informasi yang mengacu pada jenis-jenis organism pengganggu tanaman yang terdapat pada Lampiran 4.

Gambar 8. Tampilan antarmuka halaman informasi pemilihan lokasi pada submenu tatacara budidaya

Gambar 9. Tampilan antarmuka salah satu halaman informasi hama dan penyakit

[image:38.595.190.484.415.619.2]
(39)
[image:39.595.165.512.154.359.2]

27

Standar Prosedur Operasi. Halaman submenu grade budidaya dapat dilihat pada Gambar 11, sedangkan informasi tentang tingkat hasil budidaya yang diharapkan dengan diterapkannya Standar Prosedur Operasi (SPO) dapat dilihat pada Lampiran 6. [image:39.595.165.528.397.656.2]

Gambar 10. Tampilan antarmuka halaman informasi syarat tumbuh tanaman belimbing dewa

Gambar 11. Tampilan antarmuka halaman informasi grade budidaya

(40)
[image:40.595.168.509.115.354.2]

28

keleompok-kelompok tani yang terdapat di Kota Depok berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok sebagaimana terdapat pada Lampiran 7.

Gambar 12. Tampilan antarmuka halaman informasi kelompok tani belimbing dewa

2.

Informasi Pemasaran

Pada menu informasi pemasaran tersedia submenu informasi harga yang berisi perkembangan harga jual dan harga beli belimbing dewa, informasi suplai dan distribusi belimbing dewa Kota Depok, serta informasi tingkat permintaan dan produksi belimbing dewa Kota Depok. Pada submenu informasi harga jual dan harga beli, ditampilkan tabel perkembangan harga jual dan harga beli dan grafik perkembangan harga jual dan harga beli belimbing perbulan, sehingga memudahkan pengguna untuk melihat perkembangan harga jual dan harga beli belimbing dewa. Halaman harga jual dan harga beli tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 13. Halaman ini akan menampilkan informasi perkembangan harga jual dan harga beli belimbing dewa sesusai data PKPBDD yang dapat dilihat pada Lampiran 8.

(41)
[image:41.595.132.496.107.375.2]

29

Gambar 13. Tampilan antarmuka halaman informasi harga jual dan harga beli tahun 2010 [image:41.595.117.509.402.608.2]
(42)

30

Gambar 15. Tampilan antarmuka halaman informasi tingkat permintaan dan produksi

3.

Informasi Industri

[image:42.595.150.558.80.285.2]

Menu informasi industri memiliki dua submenu, yaitu submenu informasi produk dan submenu informasi industri pengolahan. Pada submenu informasi produk, tersedia informasi produk-produk olahan belimbing dewa yang diproduksi oleh pengrajin olahan belimbing dewa Kota Depok. Gambar 16 menunjukkan tampilan halaman submenu informasi produk olahan, sedangkan pada submenu informasi industri pengolahan tersedia informasi industri pengolahan-industri pengolahan belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok. Gambar 17 menunjukkan tampilan halaman submenu informasi industri pengolahan, sedangkan macam-macam produk olahan yang berasal dari buah belimbing dewa dapat dilihat pada Lampiran 11.

(43)
[image:43.595.165.512.501.732.2]

31

Gambar 17. Tampilan antarmuka halaman informasi indsutri pengolahan

4.

Informasi Rekayasa Proses

Informasi rekayasa proses adalah informasi yang menampilkan proses pascapanen pembuatan produk olahan dari buah belimbing dewa. Pada menu ini, ditampilkan aneka produk olahan belimbing dewa dan diagram alir proses pembuatannya. Gambar 18 menunjukkan salah satu tampilan halaman pada menu informasi rekayasa proses dan Gambar 19 menunjukkan tampilan halaman pohon industri belimbing dewa. Paket informasi ini akan menampilkan informasi cara pengolahan buah belimbing dewa menjadi beberapa jenis produk olahan buah seperti yang terdapat pada Lampiran 12 dan pohon industri belimbing manis yang dapat dilihat pada Lampiran 13.

(44)
[image:44.595.161.512.81.317.2]

32

Gambar 19. Tampilan antarmuka halaman pohon industri belimbing dewa

5.

Referensi Ilmiah

Menu referensi ilmiah adalah menu yang berisi kumpulan karya tulis, hasil penelitian dan aneka pustaka lain yang berhubungan dengan pengembangan agroindustri belimbing dewa Kota Depok. Tampilan halaman Menu referensi ilmiah dapat dilihat pada Gambar 20. Hingga saat ini telah terkumpul empat judul penelitian yang terkait dengan belimbing dewa Depok.

[image:44.595.116.506.461.684.2]
(45)

33

D.

PENGUJIAN SISTEM

Pengujian sistem dilakukan dengan melakukan simulasi terhadap input data yang dimasukkan ke dalam basis data kemudian membandingkan hasilnya dengan data yang dimiliki oleh sumber informasi, yaitu Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Kota Depok serta sumber pustaka yang digunakan. Dari hasil pengujian ini, dapat dinyatakan bahwa Sisagribingwa telah dapat menampilkan informasi sesuai dengan data yang sesungguhnya. Selain itu, pengujian sistem juga dilakukan dengan melakukan browsing situs http://www.belimbing-depok.net/ melalui beberapa web browser yang berbeda. Hasil pengujian dengan beberapa web browser ini menunjukkan bahwa Sisagribingwa dapat dibuka dengan baik dengan menggunakan Mozilla Firefox versi 3 ke atas, Internet Explorer versi 7 ke atas, serta Safari versi 4 ke atas. Pada dasarnya, Sisagribingwa dapat diakses oleh pengguna komputer yang tersambung dengan jaringan internet dari seluruh dunia, karenanya performansi sistem tergantung pada jaringan internet yang tersedia di komputer pengguna.

E.

KENDALA DAN KELEMAHAN SISTEM

a.

Kendala

Pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok mulai digalakkan sejak tahun 2007 dan komoditas belimbing dewa sendiri diresmikan menjadi ikon Kota Depok pada tahun 2009. Saat ini, Dinas yang menjadi pengampu dan pengawas berjalannya kegiatan pertanian budidaya belimbing dewa dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, sedangkan bidang agroindustri akan diampu oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Namun, hingga saat ini kegiatan pengolahan komoditas belimbing dewa menjadi produk-produk turunannya masih belum terdata dengan baik. Industri pengolahan produk turunan belimbing dewa di Kota Depok masih dilakukan oleh industri skala rumah tangga. Pada Tahun 2009, Pemerintah Kota Depok telah membangun sebuah Pabri

Gambar

Gambar 4. Arsitektur sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok
Gambar 6. Diagram alir data tahap satu Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok
Gambar 8. Tampilan antarmuka halaman informasi pemilihan lokasi pada submenu tatacara budidaya
Gambar 10. Tampilan antarmuka halaman informasi syarat tumbuh tanaman belimbing dewa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan skor rata-rata dari tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 4,05 menunjukan bahwa atribut bentuk belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik bagi responden

Sistem Informasi Akademik Berbasis Web pada SMP Negeri 4 Mojosongo merupakan suatu sistem yang memberikan informasi secara online yang berupa laporan nilai siswa

Sistem informasi kolaboratif berbasis web dibangun untuk membantu perusahaan dalam memilih konsultan teknologi informasi yang akan digunakan dengan cara melakukan

Sistem Informasi Donor Darah berbasis Web merupakan sebuah cara untuk menampilkan halaman registrasi untuk pendonor sehingga diharapkan masyarakat dapat melakukan registrasi donor

Sedangkan perbedaannya adalah sistem diatas menyediakan aplikasi sistem informasi berbasis web, sedangkan aplikasi yang akan dibuat penulis khusus untuk pengguna

akan dibuat suatu sistem informasi bengkel mobil.. berbasis web

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SENTRA KERAJINAN KHAS KOTA TASIKMALAYA.. BERBASIS

Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak adanya pandemi covid – 19 terhadap Agrowisata Belimbing Dewa terlihat dari penurunan kunjungan pengunjung, pengurangan gaji