• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa carambola L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa carambola L.)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN

CYBER EXTENSION

BUDIDAYA DAN

AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (

Averrhoa

carambola

L.)

IMAM FEBRIAN ISMAIL

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa Carambola L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng dan Dr Ir Mohamad Solahudin, MSi dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

IMAM FEBRIAN ISMAIL. Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa carambola L.). Dibimbing oleh BAMBANG PRAMUDYA dan MOHAMAD SOLAHUDDIN.

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan rancang bangun cyber extension untuk komuditas belimbing. Metode ini meliputi identifikasi masalah, sumber pengetahuan pencarian, akuisisi pengetahuan, representasi pengetahuan dan rancang bangun sistem cyber extension. Sistem ini dibangun dengan menggunakan beberapa tahapan yang meliputi tahapan analisis, desain dan implementasi. Hasil dari penelitian sistem cyber extension budidaya dan agribisnis belimbing ini terdiri dari modul konsultasi seperti infomasi jenis varietas belimbing, pengendalian hama dan penyakit, pengetahuan budidaya, analisis usaha tani, kondisi iklim dan informasi harga belimbing. Prototipe sistem telah diimplementasikan dengan menggunakan PHP dan MySQL, kinerja sistem telah berjalan dengan baik. Pengujian kinerja sistem dilakukan pada petani belimbing di Kota Depok.

Kata kunci: belimbing, cyber extension

ABSTRACT

IMAM FEBRIAN ISMAIL. Design of Cyber Extension for Cultivcation and Agribusiness of Dewa Starfruit (Averrhoa carambola L.). Supervised by BAMBANG PRAMUDYA and MOHAMAD SOLAHUDDIN.

The purpose of this study is to develop a cyber extension for starfruit commodities. This method includes the identification of the problem, searching source of knowledge, knowledge acquisition, knowledge representation and design cyber system extension. The system was built using several stages which includes the stages of analysis, design and implementation. The results of this research by cyber extension system agribusiness for starfruit cultivation consist of, consultation modules for information starfruit varieties, for controlling pest and disease, cultivation knowlegdes, economical analysis for farming, climatic conditions and starfruit information price. The prototype system has been implemented using PHP and MySQL and running properly in web base. The system performed test is located on starfruit farmers in Depok.

(5)

RANCANG BANGUN

CYBER EXTENSION

BUDIDAYA DAN

AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (

Averrhoa

carambola

L.)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian berjudul

“Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa carambola L.)” dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Desember 2014. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng selaku dosen pembimbing utama tugas akhir yang selalu memberi arahan dan masukan.

2. Dr Ir Mohamad Solahudin, MSi selaku dosen pembimbing kedua tugas akhir yang juga selalu memberi arahan dan masukan.

3. Dr Liyantono STP, MAgr dan Supriyanto STP, MKom yang sudah banyak memberikan masukan untuk penelitian ini dalam diskusi rutin Lab TBI. 4. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moril dan

spiritual demi kebaikan penulis.

5. Erlin, Dian, Rosma, Fachri, Aulya, dan Andre yang senantiasa menemani, memberi dukungan dan menjadi tempat berbagi.

6. Amri, Bili dan Verari selaku teman satu bimbingan yang senantiasa bekerjasama dan saling mendukung dan memberi semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.

7. Teman diskusi Lab TBI 47, Danang, Tio, Aidil, Fajardo, Made, Alvin, atas saran, kritik dan arahan mengenai pembangunan basis data dan web. 8. Semua teman-teman TMB 47 yang selalu memberikan doa dan semangat

untuk penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidangnya.

Bogor, Mei 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

METODE 6

Tempat dan Waktu 6

Alat dan Bahan 6

Metode Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

SIMPULAN DAN SARAN 34

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis varietas belimbing di Indonesia 16

2 Biaya investasi selama 3 tahun 23

3 Biaya pegeluaran alat 23

DAFTAR GAMBAR

1 Belimbing dewa 3

2 Tahapan pendekatan sistem (Eriyanto 1999) 4

3 Tahapan penelitian 7

4 Tahapan budidaya 11

5 Skema diagnosa dan pengendalian penyakit 12

6 Contoh daun belimbing yang terserang penyakit bercak daun 12

7 Diagram pohon keputusan pengendalian penyakit 13

8 Skema pengendalian hama 13

9 Contoh serangan hama 14

10 Proses pemetikan dan indeks kematangan belimbing 14

11 Proses pembersihan dan sortasi 15

12 Pengguna cyber extension 16

13 Desain basis data relasional sistem 17

14 Desain antarmuka sistem 17

15 Rancangan use case diagram pada sistem 18

16 Halaman utama sistem 19

17 Tampilan awal halaman analisis usaha tani 20

18 Tampilan setelah dimasukan data 21

19 Tampilan hasil analisis usaha tani 22

20 Dialog sistem teknologi budidaya 24

21 Tampilan halaman budidaya 24

22 Tampilan awal informasi varietas 25

23 Tampilan hasil informasi jenis 26

24 Halaman awal pengendalian hama 27

25 Halaman penjelasan pengendalian hama 27

26 Halaman awal diagnosa penyakit 28

27 Dialog sistem diagnosa penyakit 28

28 Halaman hasil sistem pengendalian penyakit 29

29 Penanganan pasca panen 29

30 Contoh tampilan halaman penanganan pasca panen 30

31 Prakiraan cuaca 30

32 Kontak petani pengepul 31

33 Kontak petani pengepul 31

34 Halaman utama forum 32

35 Halaman membuat topik baru 32

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Belimbing dewa (Averrhoa carambola L) merupakan komoditas agroindustri yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Depok. Kegiatan pengembangan agroindustri belimbing dewa ini telah berjalan sejak tahun 2006 di Kota Depok, kemudian pada tahun 2009 belimbing dewa dicanangkan menjadi ikon resmi Kota Depok. Kegiatan pengembangan dilakukan dengan didirikannya pusat pemasaran buah dan olahan belimbing dewa dan ditetapkannya Kelurahan Pasir Putih, di Kecamatan Sawangan, Kota Depok sebagai kawasan Primatani Agrowisata Belimbing. Namun, hingga saat ini belum ada pusat informasi yang mudah untuk diakses oleh masyarakat umum serta pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengembangan agroindustri belimbing dewa tersebut.

Internet merupakan sarana teknologi terpopuler dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mengakses informasi secara cepat dan praktis. Salah satu peran teknologi di bidang pertanian adalah media informasi yang diberikan petani menjadi lebih bervariasi dan juga lebih menarik. Dengan adanya teknologi informasi di bidang pertanian maka kegiatan penyuluhan pertanianpun menjadi lebih beragam. Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya petani dan pelaku pertanian serta kemajuan tekonologi informasi dan komunikasi serta pertimbangan efektivitas dan efisiensi penyebarluasan informasi, salah satu solusi yang ditawarkan dalam rangka mengatasi persoalan transfer teknologi dan pengetahuan pertanian adalah pemanfaatan teknologi informasi untuk penyuluhan pertanian yang dikenal dengan sebutan cyber extension yang merupakan penggunaan jaringan online, computer dan digital interactive multimedia untuk memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian dan komunikasi antar pengguna sistem.

Penyuluhan adalah salah satu faktor penentu di bidang pertanian, penyuluhan pertanian pada umumnya merupakan pendidikan non formal atau proses penyampaian informasi tentang pertanian, yang didapatkan melalui pendidikan formal atau pengalaman langsung kepada komunitas petani. Peranan dan fungsi penyuluhan pertanian dewasa ini memerlukan berbagai penyesuaian selaras dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan teknologi.

(12)

2

yang terkoneksi ke jaringan internet yang masih dianggap sebagai sarana teknologi informasi yang penggunaannya membutuhkan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sarana teknologi informasi dan komunikasi lainnya. Bahan alternatif solusi untuk petani adalah dengan penggunaan fitur SMS (short message service) dari telepon seluler.

Pengembangan sistem kerja cyber extension merupakan salah satu mekanisme pengembangan jaringan komunikasi inovasi pertanian yang terprogram secara efektif. Cyber extension perlu diimplementasikan untuk mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi (penyuluh), pendidik, petani, dan kelompok stakeholders lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling melengkapi (Mulyandari et al. 2010b). Dengan demikian diharapkan dengan operasionalnya cyber extension dapat mendukung program revitalisasi penyuluhan

khususnya dalam melaksanakan “pengembangan kerjasama dan jejaring kerja penyuluhan pertanian dengan instansi terkait”.

Penelitian terdahulu yang terkait diantaranya adalah Rancang Bangun Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Pemerintahan Daerah Kota Depok (Kautsar 2011). Sistem ini diperuntukan bagi masyarakat umum untuk memberikan informasi terpadu terkait pengembangan agroindustri belimbing dewa yang dibangun sebagai sistem infomasi berbasis web hanya dengan 5 paket informasi. Kelima informasi itu adalah informasi budidaya, informasi pemasaran, informasi industri, informasi rekayasa proses dan informasi ilmiah. Maka dari itu, informasi yang dapat diterima petani masih kurang karena terbatasnya informasi yang diberikan. Oleh karena itu, Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa dilakukan dengan penambahan sistem informasi seperti analisis usaha tani, jenis varietas belimbing, informasi cuaca, informasi hama dan penyakit yang semua sistem tersebut berbasis web. Selain itu cyber extension ini dirancang secara user-friendly agar pengguna sistem mudah menggunakannya. Penelitian yang terkait lainnya adalah Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuum L.) (Supriyanto 2011), Analisis Usaha tani dan Faktor-Faktor Produksi Belimbing Dewa Kota Depok (Ahmad 2011), Keanekaragaman Varietas Belimbing Manis (Averrhoa Carambola L.) di Kebun Plasma Nuftah Tumbuhan dan Hewan Depok (Priadi 2011).

Berdasarkan tujuan pemenuhan kebutuhan tersebut maka sistem cyber extension untuk budidaya dan agribisnis belimbing dewa perlu dibangun, dengan memanfaatkan infrastruktur di dinas pertanian setempat untuk menjadi media konsultasi, penyuluhan dan diseminasi ilmu pengetahuan teknologi untuk petani.

Perumusan Masalah

(13)

3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yaitu melakukan rancang bangun cyber extension untuk komoditas belimbing dewa, melakukan rancang bangun sistem input data terkini yang dapat dijangkau secara luas oleh pengguna tanpa batasan ruang dan waktu.

TINJAUAN PUSTAKA

Belimbing Dewa

Belimbing dewa merupakan salah satu varian dari belimbing manis (Averrhoa carambola L.). Averrhoa carambola termasuk ke dalam keluarga Oxalidacea (Gambar 1). Sebagain besar anggota keluarga Oxalidacea merupakan tanaman herbal. Berdasarkan taksonomi tumbuhan tanaman belimbing manis secara lengkap diklarifikasikan sebagai berikut (Sunarjono 2004):

1. Kerajaan : Plantae

2. Divisi : Magnoliophyta

3. Kelas : Magnoliopsida

4. Ordo : Oxalidales

5. Keluarga : Oxalidacea

6. Genus : Averrhoa

7. Spesies : A.carambola

Gambar 1 Belimbing dewa (Crop C 2013)

Di dalam The Columbia Encylclopedia dijelaskan bahwa Averrhoa carambola adalah buah gemuk berwarna jingga yang memiliki banyak kandungan asam oksalat yang menyebabkan rasa masam, getah pohon ini biasa digunakan untuk menghilangkan pewarna pada pakaian atau bahan lain.

Pendekatan Sistem

(14)

4

pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem.

Pendekatan sistem diperlukan karena semakin lama semakin dirasakan interdependensi dari berbagai bagian dalam mencapai tujuan sistem. Masalah-masalah yang dihadapi pada saat ini tidak lagi sederhana dan dapat menggunakan peralatan yang menyangkut satu disiplin saja, tetapi memerlukan peralatan yang lebih komprehensif, yang dapat mengindentifikasi dan memahami berbagai aspek dari suatu permasalahan dan dapat mengarahkan pemecahan secara menyeluruh (Marimin 2005).

Pendekatan sistem dapat dilakukan dengan menggunakan komputer atau tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi, adanya komputer memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem. Penggunaan komputer dalam pendekatan sistem terutama sangat diperlukan jika menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks dimana banyak sekali peubah, data dan interaksi-interaksi yang mempengaruhi (Gambar 2).

(15)

5 McLeod (2007), menjelaskan bahwa para pengembang sistem perlu melakukan beberapa tahapan dengan urutan tertentu jika proyek ingin berhasil dengan baik. Tahap-tahapnya adalah:

Menurut Marimin et al. (2006), pengembangan sistem dilakukan dengan menggunakan metode Sytem Development Life Cycle (SDLC) atau dapat juga dilakukan dengan pendekatan prototyping. SDLC merupakan sebuah metodologi dalam pembangunan atau pengembangan sistem. SDLC memberikan kerangka kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan pengembangan sistem.

Cyber Extension dan Diseminasi Teknologi Pertanian

Cyber extension menurut Mulyandari (2010) adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya dibalik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Cyber extension merupakan penggunaan jaringan online, komputer, dan digital interactive multimedia untuk memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian. Model ini sangat strategis karena mampu meningkatkan akses informasi bagi petani, petugas penyuluh, baik di lembaga penelitian maupun di universitas serta para manajer penyuluhan.

Cyber extension juga merupakan salah satu mekanisme komunikasi inovasi pertanian yang dapat difungsikan untuk mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi (penyuluh), pendidik, petani dan kelompok stakeholder lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling melengkapi (Mulyandari et al. 2010b).

Berdasarkan hasil penelitian Tjitroptranoto (2005) mengungkapkan bahwa kegiatan diseminasi yang biasa dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan teknologi baru, misalnya melalui ceramah, pameran dan percontohan, yang bisa dilakukan melalui alat bantu berupa film atau video yang menggambarkan bagaimana menerapkan teknologi baru, sehingga dalam mendiseminasikan teknologi pertanian diperlukan media komunikasi dalam penyebarannya. Selain itu, kegiatan diseminasi ini serupa dengan kegiatan penyuluhan pertanian yang selama ini dilakukan oleh penyuluh pertanian. Melalui pendekatan ini, dapat diharapkan bahwa sikap terhadap teknologi baru yang diperkenalkan akan tumbuh secara positif. Meskipun demikian perlu dipahami bahwa tumbuhnya sikap tidak dapat terjadi dalam waktu cepat, waktu yang relatif lama disertai dengan upaya pertumbuhan berulang-ulang akan menghasilkan sikap yang positif terhadap teknologi yang diperkenalkan, yang kemudian akan diikuti dengan kemantapan dalam adopsi teknologinya.

(16)

6

keperluan diseminasi, pendekatan tersebut di atas juga bermanfaat untuk memperoleh umpan balik dan identifikasi masalah dan kebutuhan petani akan teknologi pertanian.

Permasalahan yang umum terjadi dalam proses adopsi inovasi pertanian menurut (Mulyandari et al. 2010a) adalah lambatnya adopsi teknologi oleh petani. Hal tersebut disebabkan diantaranya oleh: (a) sulitnya informasi sampai ke petani karena infrastrukturnya terbatas; (b) petani tidak memahami informasi yang diterimanya; (c) petani sulit menerapkan inovasi karena keterbatasan sumberdaya yang tersedia; (d) petani belum melihat manfaat dan dampak positif dari inovasi yang diintroduksi; (e) sifat petani yang cenderung tidak mau ambil risiko dalam menerapkan inovasi; dan (f) tidak mudah mengubah perilaku petani yang berkaitan dengan kebiasaan dalam melaksanakan usaha taninya.

Sistem Kerja Cyber Extension

Mekanisme cyber agricultural extension sudah mulai diterapkan di banyak negara dalam tahun-tahun ini sebagai suatu mekanisme penyaluran informasi yang dapat diupayakan untuk mencukupi keterbatasan petani di pedesaan terhadap informasi yang dibutuhkannya. Sebuah sistem cyber extension memfokuskan pada keseluruhan pengembangan usaha tani termasuk produksi, manajemen, pemasaran, dan kegiatan pembangunan pedesaan lainnya. Dengan demikian, konsep cyber extension adalah model komunikasi dan penjelasan apa saja yang dapat berkaitan dengan model ini, sebagai komunikasi cyber (cyber communication) telah dirasakan kebutuhannya dapat menjelaskan kerangka kerja untuk kajian tentang komunikasi internet. Model komunikasi cyber extension mengumpulkan atau memusatkan informasi yang diterima oleh petani dari berbagai sumber yang berbeda maupun yang sama dan disederhanakan dalam bahasa lokal disertai dengan teks dan ilustrasi audio visual yang dapat disajikan atau diperlihatkan kepada seluruh masyarakat desa khususnya petani semacam papan pengumuman (bulletin board) pada kios atau pusat informasi pertanian. Keuntungan yang potensial dari komunikasi cyber extension adalah ketersediaan yang secara terus menerus, kekayaan, informasi (informasi nyaris tanpa batas), jangkauan wilayah internasional secara instan, pendekatan yang berorientasi kepada penerima, bersifat pribadi (individual), dan menghemat biaya, waktu, dan tenaga (Adekoya 2007).

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

(17)

7

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni seperangkat komputer personal, piranti lunak DBMS (DataBase Management System) yakni MySQL, piranti lunak untuk analisis dan perhitungan yakni Ms. Excel 2010, piranti lunak untuk pembangunan aplikasi berbasis web yaitu antara lain Dreamweaver, XAMPP, bahasa pemrograman PHP dan Web Browser.

Bahan

Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini data-data sekunder bersumber dari pustaka berupa buku, tulisan populer, jurnal ilmiah, literatur, dan hasil studi lapangan pada petani penghasil belimbing dewa di Depok.

Metode Penelitian

Adapun metodologi untuk pengembangan sistem cyber extension adalah dengan menggunakan tahapan pendekatan sistem menurut Eriyanto (1999) yang dimodifikasi sebagaimana terlihat pada Gambar 3.

No Yes

(18)

8

Tahap identifikasi masalah meliputi tahap pemilihan masalah dan identifikasi tujuan yang telah diungkapkan pada tujuan dan perumusan masalah. Informasi didapat langsung dari petani belimbing di Kota Depok.

Tahap studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data sekunder yang berasal dari instansi-instansi yang terkait dengan pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok, selain itu juga dengan mempelajari data dan informasi yang terdapat pada sumber rujukan dan literatur yang berhubungan dengan komoditas belimbing dewa serta pengembangan sistem informasi.

Tahap studi lapang dilakukan dengan mengunjungi lokasi budidaya belimbing dewa di Kota Depok untuk melakukan wawancara guna mengetahui kebutuhan sistem serta arah pengembangan sistem yang dilakukan. Wawancara dilakukan kepada pejabat terkait di lingkungan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok khususnya sub bidang tanaman pangan dan holtikurtura, pengurus PKPBDD, serta petani belimbing dewa Kota Depok.

Tahap analisis sistem ini akan dilakukan analisa terhadap data-data apa saja yang akan dibutuhkan guna menunjang penelitian ini dan kemudian akan dilakukan analisa terhadap proses yang berjalan serta keluaran informasi yang dibutuhkan.

Tahap perancangan sistem pada tahap ini akan dirancang sebuah sistem dengan menggunakan pemodelan visual web guna mendapatkan gambaran sistem yang baru serta dilanjutkan dengan pembuatan database.

Tahap pengujian berguna untuk pengujian sistem yang telah dibuat agar mendapatkan kesalahan-kesalahan pada sistem sehingga sistem tersebut dapat diperbaiki guna terciptanya sistem yang maksimal.

Tahap diseminasi sistem ini dilakukan dalam rangka melakukan perkenalan sistem, meminta masukan dari petani dan menyusun rencana tindak lanjut pengembangan sistem. Pada kegiatan diseminasi dihadiri oleh petani belimbing langsung yang melakukan budidaya belimbing dewa di Kota Depok.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Masalah

Tuntutan kebutuhan dan memperoleh informasi pertanian dapat berpengaruh positif terhadap keberdayaan petani. Artinya tuntutan kebutuhan informasi berpengaruh terhadap upaya untuk meningkatkan kemampuan mengembangkan usaha tani, khususnya perbaikan dalam hal merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengatasi masalah agribisnis (Tamba 2007).

Pada saat ini petani membutuhkan akses terhadap berbagai infomasi pertanian dalam rangka meningkatkan hasil produk lainnya. Infomasi peningkatkan produksi dan mutu mencakup teknologi usaha tani. Teknologi usaha tani yang berarti bagaimana cara melakukan pekerjaan usaha tani, didalamnya termasuk cara-cara bagaimana petani menyebar benih, pupuk, pestisida, memelihara tanaman hingga memanen hasil tanaman. Informasi-informasi tersebut dibutuhkan dan harus dapat diakses oleh petani agar petani menjadi berdaya (Tamba 2007).

(19)

9 mendapatkan informasi-informasi terkait kegiatan budidaya dan agribisnis belimbing. Namun kenyataan di lapangan masih terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kurang efektifnya kegiatan penyuluhan. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang terjadi karena kesalahan penyuluh pertanian seperti umur, pendidikan, pengalaman bekerja sebagai penyuluh, keinovatifan, komunikasi yang kurang, intensitas pemanfaatan multimedia penyuluhan, wawasan yang minim, intensitas interaksi dengan sumber informasi hingga sikap profesionalisme penyuluh. Sedangkan faktor eksternal adalah ketersediaan kelembagaan penyuluhan, sarana komunikas yang terjangkau serta dukungan lembaga pelayanan penyuluh.

Analisis Kebutuhan Pengetahuan

Tujuan dari kegiatan analisis kebutuhan pengetahuan adalah untuk mengiidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan oleh petani belimbing. Kegiatan ini dilakukan dengan metode peninjauan dan pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan di kebun belimbing dewa yang ada di Kota Depok. Kegiatan agribisnis merupakan kegiatan pertanian yang bertujuan untuk mendapatkan hasil. Adapun kegiatan agribisnis belimbing tidak lepas dari kegiatan-kegiatan berikut :

1. Analisis usaha tani 2. Informasi cuaca

3. Informasi varietas unggul

4. Pengendalian hama dan penyakit 5. Pemanfaatan teknologi budidaya 6. Penanganan pasca panen

7. Informasi harga pasar

Pelaksanaan kegiatan budidaya pertanian merupakan cara penting sebagai usaha mengoptimalisasi hasil pertanian. Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan informasi agar pelaku agribisnis dalam hal ini petani dapat mengadopsi dan meningkatkan produksi pertaniannya dengan baik.

Akuisisi Pengetahuan

(20)

10

Representasi Pengetahuan

Pengetahuan yang diperoleh dari proses akuisisi kemudian direpresentasikan untuk membentuk basis pengetahuan. Metode representasi pengetahuan yang digunakan dalam cyber extension ini disesuaikan dengan masing-masing pengetahuan yang diperoleh. Pengetahuan disusun menjadi rule-rule yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Berikut adalah penjelasan mengenai teknik representasi pengetahuan dari masing-masing sistem yang dibangun dalam penelitian ini :

Teknik Analisis Usaha Tani

Analisis usaha tani merupakan tahapan perhitungan secara teliti terhadap kebutuhan ekonomi pada kegiatan agribisnis belimbing dewa. Pada penelitian ini analisis usaha tani tidak mengakomodir adanya inflasi dan efek kenaikan harga barang yang menyebabkan biaya produksi meningkat. Analisis usaha tani pada sistem ini dihitung dengan asumsi sebagai berikut :

1. Analisis usaha tani dihitung untuk satu musim tanam 2. Luas lahan yang dimiliki

3. Estimasi harga jual belimbing

4. Parameter lainnya sebagai penunjang basis perhitungan

Komponen biaya produksi yang diperhitungkan dalam analisis usaha tani adalah biaya persiapan lahan, biaya pembibitan, biaya penanaman, biaya pemeliharaan, biaya pengendalian hama penyakit, biaya pemanenan dan biaya-biaya lain yang terkait. Selanjutnya dilakukan analisis pendapatan, keuntungan, nilai benefit cost ratio (B/C ratio), dan titik impas.

Cara perhitungan keuntungan dalam usaha tani adalah dengan mengurangkan total pendapatan dengan total biaya produksi yang telah ditambah dengan bunga 12% selama setahun, untuk perhitungan nilai benefit cost ratio (B/C ratio) adalah dengan pembagian total pendapatan dengan total biaya produksi sedangkan untuk titik impas/break event point dibagi menjadi dua perhitungan yaitu untuk menghitung BEP harga dan BEP produksi, untuk perhitungan BEP harga nilai total biaya produksi dibagi dengan produktivitas dalam hal ini adalah jumlah bibit yang ditanam, hal ini dilakukan untuk menentukan harga tiap per kilogramnya untuk mendapatkan titik impas sedangkan menghitung BEP produksi total biaya produksi dibagi dengan estimasi harga jual belimbing, hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai produksi guna mencapai titik impas.

Pengetahuan Teknologi Budidaya

(21)

11

Gambar 4 Tahapan budidaya

Pada setiap tahapan diperlukan pemeliharaan yang spesifik sehingga perlu dilakukan manajemen yang baik. Mulai dari perencanaan produksi sampai dengan panen dan pasca panen, selain itu perlu diperhatikan pula adanya potensi serangan hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman. Terdapat beberapa serangan yang mungkin akan muncul pada setiap fase, sehingga perlu adanya penanggulangan yang efektif dan efisien.

Diagnosa dan Pengendalian Penyakit

Diagnosa penyakit yang menyerang belimbing merupakan kegiatan dalam budidaya pertanian yang membutuhkan pengetahuan yang baik. Berbagai gejala yang menyerang dapat dikenali dengan ciri-ciri fisik tanaman. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat pada bagian akar, batang, daun dan buah. Penyebab penyakit dapat berupa virus , bakteri dan jamur (Gambar 5). Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan baik secara mekanis dan kimia. Pemanfaatan bahan kimia tentu akan meninggalkan residu pestisida yang digunakan pada saat pengendalian penyakit. Sementara pengendalian secara mekanis tidak akan banyak membantu saat serangan penyakit sudah meluas.

(22)

12

Terserang

Gambar 5 Skema diagnosa dan pengendalian penyakit

Jenis penyakit yang sering menyerang tanaman belimbing adalah penyakit bercak daun. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora averrhoae yang dapat menimbulkan bercak-bercak klorofil pada daun. Bercak-bercak klorofil berbentuk bulat dan kecil. Gejala yang timbul adalah ada bercak-bercak bulat dan kecil-kecil pada anak daun putih keabuan, daun menguning dan daun rontok dan hal ini dapat mengganggu pertumbuhan buah belimbing itu sendiri terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Contoh daun belimbing yang terserang penyakit bercak daun Pada saat pengguna konsultasi dengan sistem, maka sistem akan memberikan jawaban berdasarkan pengetahuan yang disimpan. Teknik representasi pengetahuan yang digunakan adalah dengan menggunakan diagram pohon. Diagram pohon ini menjadi dasar untuk menetukan basis aturan pada sistem yang dibangun (Gambar 7).

(23)

13

Gambar 7 Diagram pohon keputusan pengendalian penyakit

Identifikasi dan Penanggulangan Hama

Langkah identifikasi hama adalah cara yang efektif untuk mengenal berbagai macam jenis hama yang dapat merusak tanaman. Selanjutnya pelaku agribisnis akan mengenal hama yang menyerang dan akan menentukan strategi penanggulangan. Penanggulangan dapat dilakukan secara hayati, kimiawi dan mekanik atau fisik (Gambar 8).

Jenis

Gambar 8 Skema pengendalian hama Permukaan daun tertutup

warna hitam dan daun rontok

Bercak daun oleh cendawan

Bercak membulat dan kecil-kecil pada anak daun, menguning dan daun rontok

(24)

14

Terdapat berbagai jenis hama yang dapat menyerang tanaman belimbing diantaranya ulat daun, lalat buah, Aphis Sp, codot dan jamur upas (Gambar 9). Pengguna sistem diberikan pengetahuan berupa gambar yang berisi ciri-ciri penyakit yang menyerang dan gejala serta akibat yang ditimbulkan oleh hama, Setelah itu pengguna akan mendapatkan penjelasan mengenai penanggulangan untuk pengendalian hama yang mengganggu tanaman.

Gambar 9 Contoh serangan hama kutu daun (Crop C 2013)

Pengetahuan Penanganan Panen dan Pasca Panen

Pemetikan adalah proses yang dilakukan paling pertama saat proses panen belimbing. Belimbing yang sudah memasuki umur panen sektar 60-90 hari dapat dipetik tanpa menggunakan pisau ataupun gunting. Pemetikan hanya dilakukan dengan cara diputar. Biasanya klasifikasi umur buah yang termasuk kedalam 60 hari itu untuk pemasaran di supermarket, kemudian untuk untuk yang 90 hari biasa dijual kepada para penjual buah tradisional atau penjual jus. Cara memetiknya, buah dipetik satu persatu dengan memotong tangkainya dengan pisau tajam atau gunting pangkas yang bersih. Banyaknya jumlah belimbing yang dipetik per hari sesuai dengan kondisi kebutuhan pasar, baik pasar tradisional, pasar modern bahkan pesanan perseorangan.

(25)

15 Kota Depok masih menggunakan cara manual dalam pengelompokan. Pemutuan atau grading terbagi menjadi grade A, grade B, dan yang terakhir adalah grade C (Gambar 10). Dalam proses pembagian kelompok-kelompok pemutuan tersebut hanya indikator berat saja yang menggunakan alat, untuk warna dan ukuran masih menggunakan cara manual dengan menggunakan indera penglihatan dari para petani belimbing tersebut dengan mengikuti indikator warna belimbing (Gambar 11). Menurut Dinas Pertanian Kota Depok yang mengacu pada standart oprasional belimbing dewa organik dibagi dalam beberapa indikator pengukuran berat, grade A memiliki syarat harus memiliki berat > 250 g, kemudian grade B memiliki syarat harus memiliki berat 150 g < Grade B < 250 g, dan untuk grade C memiliki syarat harus memiliki berat <150 g.

Gambar 11 Proses pembersihan dan sortasi

Informasi Harga Pasar

Informasi harga pasar diperoleh dari data di lapangan yang bersumber dari Dinas Pertanian Kota Depok. Informasi ini akan bersifat dinamis dan dapat diperbarui secara berkala oleh pengelolah web. Informasi harga pasar ini berisi harga jual tingkat pasar dan harga tingkat petani. Harga tingkat pasar adalah harga belimbing yang sudah dilakukan wrapping, untuk satu kemasan belimbing yang sudah dalam bentuk wrapping biasanya dihargai Rp 10 000. Sedangkan harga tingkat petani adalah harga belimbing yang belum di wrapping dan biasanya harga belimbing yang belum di wrapping dihargai Rp 6 000. Wrapping adalah pengemasan belimbing. Informasi harga ini diambil dari rata-rata tiap bulannya.

Informasi Cuaca

Informasi prakiran cuaca yang ditampilkan dalam sistem ini didapatkan secara online, hal ini dilakukan untuk menjamin informasi tentang cuaca harian yang valid dan sesuai dengan prakiraan cuaca BMKG (Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika).

Informasi Varietas Belimbing

(26)

16

dan yang sangat diminati oleh masyarakat yakni belimbing Dewa. Setiap varietas memiliki perbedaan bentuk buah, daun dan bunga.

Tabel 1 Jenis varietas belimbing di Indonesia No Nama Varietas Asal Tanaman Keterangan

1 Bangkok Thailand Unggul

2 Demak Jawa Tengah Bukan Unggul

3 Dewa Depok Unggul

4 Malaya Malaysia Unggul

5 Penang Malaysia Bukan Unggul

6 Rawasari Rawasari Bukan Unggul

7 Sembiring Sumatra Utara Bukan Unggul

8 Filipin Filipina Bukan Unggul

Analisis dan Desain Sistem

Pengguna sistem cyber extension budidaya dan agribisnis belimbing dewa ini adalah semua orang yang mebutuhkan informasi seputar cara pembudidayaan dan agribisnis belimbing dewa. Pengguna utama dari sistem yang dibangun diantaranya adalah lembaga penelitian, petani, pemerintah kota, masyarakat, penyuluh pertanian, admin, knowledge engineer, dan pakar. Pakar dan praktisi pertanian yang akan menambahkan pengetahuan informasi harus melalui admin terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar pengetahuan yang dimasukkan ke dalam sistem adalah pengetahuan valid (Gambar 12).

(27)

17

Desain Basis Data

Desain basis data relasional menggambarkan secara konseptual relasi obyek-obyek data yang akan diimplementasikan untuk menyimpan informasi-informasi yang terdapat di dalam sistem. Gambar 13 menunjukkan desain dari basis data relasional yang dikembangkan pada sistem.

Gambar 13 Desain basis data relasional sistem

Desain Antar Muka

Desain antarmuka sistem yang terlihat pada Gambar 14 ini merupakan halaman utama yang akan tampil saat diakses oleh pengguna sistem. Antarmuka dibuat sesederhana mungkin agar dapat diakses dengan mudah oleh pengguna sistem terutama oleh petani. Secara konseptual antarmuka utama terdiri dari header, menu utama, halaman utama, menu kanan dan footer.

(28)

18

Rancangan Fungsional Sistem

Diagram use case pada Gambar 15 ini menggunakan hubungan antara pengguna dengan sistem cyber extension. Pengguna dapat mengakses sesuai dengan level akses yang disediakan di dalam sistem. Pengguna umum dapat mengakses menu-menu di dalam sistem sementara administrator dapat melakukan perubahan konten apabila diperlukan.

(29)

19

Implementasi Sistem

Sistem cyber extension budidaya dan agribisnis belimbing dewa ini diimplemetasikan dengan menggunakan bahasa pemograman PHP dan basis data (database) MySQL. PHP dan MySQL dipilih karena ketangguhannya mendukung pemograman yang berbasis object oriented. PHP digunakan untuk membangun interface dari sistem ini. Sementara MySQL digunakan sebagai penyimpan basis data dan basis pengetahuan. Instalasi sitem dilakukan dengan mengkonfigurasikan sistem ke dalam server, sehingga dapat diakses secara online.

Gambar 16 Halaman utama sistem

Menu-menu utama sistem terdiri dari : informasi varietas belimbing, pengendalian hama, pengendalian penyakit, teknologi budidaya belimbing, pasca panen, analisis usaha tani, prakiraan cuaca. Menu-menu tersebut akan dijelaskan secara detail sebagai berikut :

Halaman Analisis Usaha Tani

(30)

20

(31)

21

Gambar 18 Tampilan setelah dimasukan data

Setelah pengguna mengisikan parameter seperti pada Gambar 18, data dibutuhkan untuk basis perhitungan, maka pengguna sistem dapat melihat hasil analisis. Analisis usaha tani yang berupa total pendapatan, B/C ratio, dan Break event point (BEP). Total pendapatan merupakan hasil perhitungan produktivitas (ton/ha) dikali luasan lahan (ha), sementara B/C ratio adalah perbandingan antara pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan. Artinya jika B/C ratio > 1 maka kegiatan bisnis menguntungkan, sebaliknya jika B/C ratio < 1 maka bisnis rugi atau tidak menguntungkan.

(32)

22

Gambar 19 Tampilan hasil analisis usaha tani

Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 19 yang dilakukan oleh sistem maka didapatkan total pendapatan adalah sebesar Rp 200 000 000 dengan keuntungan Rp 121 720 000. B/C rasio dari hasil perhitungan adalah 2.55 yang artinya dengan modal Rp 78 280 000 usaha agribisnis akan memperoleh hasil penjualan 2.55 kali lipat nilai modal yang dikeluarkan. BEP Harga adalah sebesar Rp. 1 957 / kg dan BEP Produksi 15 656 kg yang artinya jika dengan modal usaha Rp 78 280 000 dan harga cabai Rp 1 957 dan produksi 15 656 kg secara perhitungan usaha anda telah mencapai titik impas.

(33)

23 Tabel 2 Biaya investasi selama 3 tahun

Sarana Produksi Harga (Rp) Jumlah Bibit

Tabel 3 Biaya pegeluaran alat Alat Harga Jumlah

Pengeluaran usaha tani dikelompokan menjadi 2 biaya yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan usaha tani berlangsung dari pengolahan hingga dijual kepada tengkulak atau dijual sendiri, sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam bentuk nilai tunai.

Halaman Teknologi Budidaya Sesuai SOP

(34)

24

Pada halaman ini pengguna sistem dapat menemukan informasi seputar cara berbudidaya belimbing sesuai SOP dengan cara memilih permasalahan yang akan ditanyakan (Gambar 20), kemudian sistem akan memberikan jawaban sesuai dengan pemilihan pertanyaan yang digunakan oleh pengguna sistem.

Gambar 20 Dialog sistem teknologi budidaya

Setelah pengguna memilih permasalahan maka sistem akan memberikan rekomendasi terhadap permasalahan yang diajukan dalam hal ini informasi mengenai budidaya belimbing dewa sesuai dengan SOP (Gambar 21). Hasil yang dikeluarkan sistem diharapkan menjadi acuan petani dalam kegiatan budidaya.

Gambar 21 Tampilan halaman budidaya

Halaman Informasi Varietas Belimbing

(35)

25

Gambar 22 Tampilan awal informasi varietas

(36)

26

Gambar 23 Tampilan hasil informasi jenis

Halaman Pengendalian Hama

Halaman ini diimplementasikan dengan memberikan pilihan kepada pengguna, hama apa yang menyerang di lahan dengan melihat ciri-ciri serangan hama yang menyerang tanaman. Ciri-ciri fisik itu yang menjadi dasar diagnosa, jenis hama apa yang menyerang tanaman tersebut (Gambar 24).

(37)

27

Gambar 24 Halaman awal pengendalian hama

Setelah memilih hama, pengguna sistem akan mendapatkan penjelasan tentang hama tersebut dan cara penanggulangnya. Rekomendasi yang dihasilkan sistem bersifat umum (Gambar 25). Pengguna harus memilih jenis pestisida yang digunakan dalam pengendalian hama. Pengguna diberikan kebebasan memilih apakah akan menggunakan teknik kimiawi, biologi atau mekanis untuk pengendalian hama tersebut.

(38)

28

Halaman Pengendalian Penyakit

Pada halaman pengendalian penyakit diimplementasikan dengan memberikan pilihan kepada pengguna sistem. Gejala-gejala ditanyakan secara bertahap mengikuti alur diagnosa. Proses ini dimulai dengan memilih serangan yang terlihat di bagian tanaman dalam hal ini bagian akar, daun, batang dan buah. Selanjutnya pengguna sistem akan ditanyakan lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

Gambar 26 Halaman awal diagnosa penyakit

(39)

29

Gambar 26 dan 27 merupakan proses repserentasi pengetahuan yang disimpan pada basis pengetahuan pengendalian penyakit. Diagram pohon yang menjadi basis pengetahuan dalam mengarahkan pengguna sistem ke jawaban yang diinginkan. Pada Gambar 7 diagram pohon menggambarkan ciri-ciri penyakit yang sedang dihadapi oleh petani.

Setelah pengguna sistem menyelesaikan pertanyaan dengan sitem maka pengguna sitem akan mendapatkan hasil diagnosa dan rekomendasi pengendalian penyakit yang sedang dialami oleh tanaman belimbing (Gambar 28).

Gambar 28 Halaman hasil sistem pengendalian penyakit

Halaman Pasca Panen

Pada halaman ini diimplementasikan dalam bentuk informasi mengenai teknik-teknik atau metode dalam penanganan pasca panen buah belimbing. Pengguna sistem akan memilih kategori pengetahuan yang dibutuhkan dalam penanganan pasca panen belimbing (Gambar 29).

Gambar 29 Penanganan pasca panen

(40)

30

Gambar 30 Contoh tampilan halaman penanganan pasca panen

Halaman Cuaca Harian

Halaman ini merupakan informasi cuaca harian yang disediakan bagi pengguna untuk mengetahui prakiraan cuaca harian untuk suatu lokasi. Prakiran cuaca yang ditampilkan dalam sistem ini didapatkan secara online, hal ini dilakukan untuk menjamin informasi tentang cuaca harian valid dan sesuai dengan prakiraan cuaca BMKG (Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika). Pengguna cukup mengisi nama daerah pengguna di kolom search setelah itu akan terlihat hasil prakiraan cuaca daerah tersebut (Gambar 31).

Gambar 31 Prakiraan cuaca

Informasi Harga Pasar

(41)

31 pengguna akan melihat perbedaan harga belimbing yang terjadi setiap bulannya (Gambar 32). Data yang ditampilkan merupakan data pada tahun 2014 terhitung dari bulan Januari sampai Desember dan data tersebut bersumber dari Dinas Pertanian Kota Depok.

Gambar 32 Kontak petani pengepul

Kontak

Halaman kontak ini adalah informasi seputar kontak petani pengepul yang ada di setiap kecamatan. Kegiatan pengepulan hasil panen belimbing dewa ini dilakukan oleh setiap kelompok tani di Kota Depok (Gambar 33). Hasil panen belimbing tersebut dikumpulkan di ketua kelompok tani masing-masing di setiap kecamatan yang nantinya hasil tersebut akan dipasarkan, namun ada juga petani yang menjual langsung hasil panennya. Halaman ini berfungsi untuk memberikan informasi seputar petani pengepul kepada pengguna cyber yang bertujuan pembeli dapat menghubungi langsung petani untuk membeli belimbing secara langsung.

(42)

32

Forum

Pada halaman forum ini dibuat bertujuan untuk membangun interaksi antara pengguna cyber satu dengan yang lainnya yang berguna untuk mempermudah pengguna cyber mendapatkan informasi lebih jelas yang didapat langsung dari pengguna cyber lainnya. Pengguna cyber dapat melakukan diskusi dengan terlebih dahulu membuat topik sesuai dengan keinginan pengguna. Setelah topik dibuat pengguna cyber lainnya dapat langsung mengomentari atau menjawab pertanyaan yang ada di forum yang terlihat pada Gambar 34 dan 35.

Gambar 34 Halaman utama forum

Gambar 35 Halaman membuat topik baru

(43)

33

Gambar 36 Halaman membalas topik

Diseminasi Sistem Cyber Extension

Diseminasi sitem cyber extension dilaksanakan oleh petani belimbing di Depok. Diseminasi ini dilakukan agar adanya masukan dari petani dan menyusun tindak lanjut perkembangan sistem sekaligus memperkenalkan sistem cyber extension ini kepada petani. Dalam melakukan proses ini maka dilakukanlah kegiatan-kegiatan lapang sebagai berikut :

Pengenalan Internet

Kegiatan ini dilakukan di kebun belimbing Bapak Nanang sebagai ketua kelompok tani se-Depok dan sebagai tempat penampungan terakhir hasil produksi yang dalam hal ini Bapak Nanang sebagai ketua kelompok tani untuk daerah Sawangan. Hampir sebagian ketua kelompok tani dan petani di kota Depok sudah mengenal internet, namun mereka belum dapat mengoperasikannya. Sebagian kelompok tani sudah menggunakan komputer untuk pembuatan laporan. Kegiatan berkumpul antar kelompok tani dilakukan sebulan sekali yang dibawahi oleh penyuluh dari dinas Depok. Pertemuan petani dan penyuluh adalah diskusi mengenai permasalahan di lapangan yang dihadapi oleh petani. Selain itu petani akan dikenalkan bagaimana cara mencari solusi permasalahan yang dihadapi melalui internet.

(44)

34

Diskusi

Kegiatan ini adalah memperkenalkan sistem cyber extension kepada kelompok tani dan pegawai Dinas Pertanian Depok. Pengenalan meliputi penjelasan mengenai sistem yang ada di dalam cyber extension. Sistem yang tersedia seperti infomasi budidaya belimbing, pengendalian hama dan penyakit, dan pengetahuan terkait. Kegiatan ini dibantu oleh pegawai Dinas Pertanian dan tim penyuluh untuk pengenalan dan pengoperasian sistem ini dilakukan di Dinas Pertanian Kota Depok dan di kebun belimbing di 11 kecamatan Kota Depok, namun untuk pengenalan sistem ini hanya diberikan kepada ketua kelompok tani sebab pertemuan antar petani dan penyuluh hanya diwakilkan oleh ketua kelompok tani setiap kecamatan.

Petani dan penyuluh sangat tertarik dengan sistem ini namun permasalahn yang banyak ditanyakan petani adalah penanganan hama dan penyakit terutama hama codot yang sangat meresahkan karena sudah banyak merugikan petani. Petani sudah melakukan penanggulang seperti pemberian umpan beracun namun masih belum dapat ditangani dan masih banyak codot yang memakan buah belimbing yang menyebabkan kerugian bagi petani.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perancangan sistem cyber extension budidaya dan agribisnis belimbing dewa ini sudah berjalan dengan baik. Tahapan akuisisi pengetahuan dilakukan dengan studi literatur, kunjungan lapangan, dan diskusi. Pengembangan basis pengetahuan budidaya dan agribisnis belimbing dewa sudah berjalan baik dan pengetahuan yang dimasukkan ke dalam sistem adalah pengetahuan yang terpilih dan mudah dipahami oleh pengguna sistem. Cyber extension untuk belimbing dewa sudah dibangun dan dapat diakses secara online oleh pengguna sistem yang terkoneksi dengan internet dan telah dilakukan diseminasi kepada petani di Kota Depok dan telah mendapatkan masukan untuk memperbaiki sistem yang ada.

Saran

Pengembangan pada sistem cyber extension ini sebaiknya ditambahkan beberapa sistem yang bermanfaat untuk petani, contohnya sepeti sistem jual beli online hasil pertanian yang dapat dikelola langsung oleh petani. Penelitian selanjutnya disarankan lebih melihat masalah-masalah yang terjadi di lapang dan mengetahui keluhan para petani guna menciptakan kesinambungan antara petani dengan pemerintah kota.

DAFTAR PUSTAKA

(45)

35 Ahmad. 2011. Analisis usaha tani dan faktor-faktor produksi belimbing dewa

Kota Depok [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Creative Crop. 2013. Phyloxerid aphid. [internet]. Tersedia pada: http://www.gettyimages.com/detail/photo/oak-leaf-phyloxerid-aphid-females-eggs-and-high-res-stock-photography/129835786. [4 April 2015].

Creative Crop. 2013. Starfruits of different sizes. [internet]. Tersedia pada:

http://www.gettyimages.com/detail/photo/starfruits-royalty-freeimage/184298630. [4 April 2015].

Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem, Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Bogor (ID) : IPB Press.

Kautsar. 2011. Rancang bangun sistem informasi agroindustri belimbing dewa Depok [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): Grasido.

Marimin. 2005. Teori Dan Aplikasi Sistem Pakar Dalam Teknologi Manajerial. Bogor (ID) : IPB Press.

Marimin, Tanjung H, dan Prabowo H. 2006. Sistem Informasi Sumberdaya Manusia. Jakarta (ID): Grasido.

McLeod R. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta (ID): Grasido.

Mulyandari RSH. 2005. Teknik implementasi pengembangan sumber informasi pertanian nasional dan lokal P4MI. Informatika Pertanian. 14(2005): 802-817. Mulyandari RSH, Sumardjo, Lubis DP, Panjaitan NK. 2010a. Implementasi cyber

extension dalam komunikasi inovasi pertanian. Informatika Pertanian. 19(2): 17-43.

Mulyandari RSH, Sumardjo, Lubis DP, Panjaitan NK. 2010b. Analisis sistem kerja cyber extension mendukung peningkatan keberdayaan petani sayuran. Jurnal Komunikasi Pembangunan. 8(2): 1-16.

Mulyandari RSH. 2010. Cyber extension sebagai media komunikasi dalam pemberdayaan petani sayuran [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priadi. 2011. Keanekaragaman varietas belimbing manis (Averrhoa carambola L.)

di kebun plasma nuftah tumbuhan dan hewan depok. Depok (ID): Pusat Penelitian Bioteknologi (LIPI).

[SOP] Standar Operasional Prosedur. 2010. Belimbing Dewa Organik. Depok (ID): Dinas Pertanian Kota Depok.

Sunarjono HS. 2004. Berkebun Belimbing Manis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Supriyanto. 2011. Sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsiucum annum

L.) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Tjitropranoto P. 2005. Pemahaman diri, potensi/kesiapan diri, dan pengenalan inovasi. Jurnal penyuluhan [Internet]. [8 Sept 2014]. 1 (01) : 1-6. Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/2013.

(46)

36

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Februari 1992, anak kedua dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Abdul Muis Ismail dan Ibu Laila S. Ali. Pendidikan SD ditempuh penulis di SD 03 Pagi Pekayon pada tahun 1998 sampai tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pada tahun 2004 di SMP Negeri 184 Jakarta dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 pula penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 98 Jakarta dan menyelesaikannya pada tahun 2010.

Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Sarjana Program Studi Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus divisi Olahraga dan Seni di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktek Lapang selama empat puluh (40) hari di Dinas

Pertanian dan Perikana Kota Depok dengan judul Praktek Lapang “Sistem

Gambar

Gambar 2  Tahapan pendekatan sistem (Eriyanto 1999)
Gambar 3  Tahapan penelitian
Gambar 4  Tahapan budidaya
Gambar 6  Contoh daun belimbing yang terserang penyakit bercak daun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Metode Harga Pokok Proses dan Analisis Titik lrnpas Perusahaan Kecap Cap &#34;WM&#34; Surabaya, Jawa Tirnur (Di bawah birnbingan A. SUBIJO BRATAMIHARDJA,

Further applications of generated models are fast analysis of equipment internal substrate movement parameters (usage of equipment modules, process duration etc.), fault detection

Pinjaman yang diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi

3) Renovasi. Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan

Despite the knowledge that HIV-1 and MLV integrate into specific features of genes and the observation that Tf1 integrates into promoters, it has not been possible to

dengan cara menurunkan aktivitas serum Alanine Aminotransferase (ALT) dan Aspartate Aminotransferase (AST) dan untuk mengetahui berapa dosis optimum ekstrak metanol

[r]

Agar dihadiri oleh Direktur perusahaan atau penerima kuasa Direktur dengan membawa data-data perusahaan yang asli sesuai dengan isian kualifikasi yang Saudara sampaikan pada