• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARADIGMA PENELITIAN PENDIDIKAN id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PARADIGMA PENELITIAN PENDIDIKAN id. docx"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PARADIGMA PENELITIAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum pembahasan perihal paradigma penelitian pendidikan, perlu ditegaskan bagaimana posisi masalah, tujuan penelitian, dan karakteristik data dalam konteks pemilihan paradigma penelitian pendidikan. Masalah, tujuan penelitian, dan karakteristik data merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan sebelum memilih paradigma penelitian tertentu. Dengan demikian, paradigma penelitian diabdikan untuk menjawab masalah dan menjelaskan pencapaian tujuan penelitian sesuai dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, pemahaman peneliti mengenai masalah penelitian apa yang akan dipecahkan melalui penelitian, tujuan apa yang akan dicapai, dan bagaimana karakteristik data yang akan dikumpulkan sangat penting sebelum menetapkan paradigma tertentu yang akan dipilih. Ibaratnya, paradigma penelitian merupakan alat potong atau pisau bedah yang akan digunakan peneliti untuk membedah “hutan masalah” penelitian. Itu berarti, jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan mengarahkan peneliti dalam memilih alat potong atau pisau bedah tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penelitian dan paradigma penelitian pendidikan?

2. Sebutkan 7 karekteristik penelitian pendidikan?

3. Sebutkan langkah-langkah penelitian?

4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis penelitian?

5. Apa prinsip –prinsip pemilihan paradigma penelitian?

(2)

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penelitian dan paradigma penelitian pendidikan?

2. Untuk mengetahui 7 karekteristik penelitan pendidikan.

3. Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian

5. Untuk mengetahui apa prinsip-prinsip pemilihan paradigma penelitian?

6. Untuk mengetahui apa kegunaan (manfaat) penelitian?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian penelitian dan paradigma penelitian pendidikan

Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau noninteraktif. Metode penelitian adakalanya juga disebut “metodologi penelitian” (sebenarnya kurang tepat tetapi banyak digunakan), dalam makna yang lebih luas bias berarti “desain” atau rancangan penelitian.

Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan,

mengembangkan dan menguji teori. McMilan dan Schumacher Mengutip

pendapat Walberg (1986), ada lima langkah pengembangan pengetahuan melalui

(3)

empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan, (4) menyatukan (sintesis) dan mereviu, (5) menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksanaan.

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.

Paradigma penelitian diabdikan untuk menjawab masalah dan menjelaskan pencapaian tujuan penelitian sesuai dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, pemahaman peneliti mengenai masalah penelitian apa yang akan dipecahkan melalui penelitian, tujuan apa yang akan dicapai, dan bagaimana karakteristik data yang akan dikumpulkan sangat penting sebelum menetapkan paradigma tertentu yang akan dipilih. Ibaratnya, paradigma penelitian merupakan alat potong atau pisau bedah yang akan digunakan peneliti untuk membedah “hutan masalah” penelitian. Itu berarti, jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan mengarahkan peneliti dalam memilih alat potong atau pisau bedah tertentu.

Dalam referensi penelitian, istilah yang digunakan itu menyebut paradigma beragam, ada yang menggunakan paradigma, tipe, atau desain. Belum

lagi dikacaukan dengan metodologi dan metode. Paradigma (paradigm) bersifat

perspektif atau berisi pandangan-pandangan penelitian sejalan dengan paradigma yang dipilih.

2.2 Karakteristik Penelitian Pendidikan

Dapat dikemukakan beberapa karateristik dari penelitian, khususnya pendidikan yaitu :

1. Objektivitas

Objektivitas dicapai melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya,

penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang memungkinkan dibuat

(4)

dihasilkan dari prosedur yang digunakan yang dikontrol dari bias dan subjektivitas.

2. Ketepatan

Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan (precision), secara teknis

instrument pengumpulan

datanya harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai, desain penelitian, pengambilan

dampel dan teknik anasisnya tepat.

3. Verifikasi

Penelitian dapat diverifikasi , dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan di ulang dengan cara yang

sama atau berbeda. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain.

4. Penjelasan Ringkas

Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena dan

menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari suatu penelitian adalah

mereduksi realita yang kompleks ke dalam penjelasan yang singkat.

5. Empiris

Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalam penelitian empiris kesimpulan

didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang diperoleh dengan menggunkan metode penelitian yang

sistematik, bukan berdasarkan pendapat atau kekuasaan.

6. Penalaran Logis

Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Penalaran merupakan proses berpikir,

menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif atau deduktif.

7. Kesimpulan Kondisional

Kesimpulan hasil penelitian tidak bersifat absolute. Penelitian perilaku, dan juga ilmu kealaman, tidak

menghasilkan kepastian, sekalipun kepastian relative.

(5)

Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa langkah. Langkah ini bukan suatu yang sekuensial atau langkah-langkah yang harus diikuti secara kaku. Proses penelitian adalah sesuatu kegiatan interaktif antara penelitian dengan logika, masalah, desain dan interprestasi. Adapun langkah-langkah penelitian yaitu

1. Mengidentifikasi masalah

Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu dan masalah-masalah penting (esensial),

hangat (actual), dan mendesak (krusail) yang dihadapi saat ini, dan yang paling banyak arti atau

kegunaannya bila isu atau masalah tersebut diteliti.

2. Merumuskan dan membatasi masalah

Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan factor-faktor, atau variable-variabel yang

terkait dengan focus masalah.

3. Melakukan studi keperpustakaan

Studi keperpustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang mendasari penelitian,

baik teori yang berkenanan dengan bidang ilmu yang diteliti maupun metodologi.

4. Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian

Rumusan hipotesis dibuat apabila penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

pengolahan data statistic inferensial.

5. Menentukan desain dan metode penelitian

Desain penelitian berisi rumusan tentang langkah-langkah penelitian, dengan menggunakan

pendekatan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data tertentu serta

alasan-alasan mengapa menggunakan metode tersebut.

6. Menyusun instrument dan mengumpulkan data

Dalam pelaksanaan pengumpulan data, selain objektivitas dan keakuratan data yang diperoleh,

segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian.

7. Menganalisis data dan menyajikan hasil

Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah atau

(6)

8. Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan Rekomendasi.

Interprestasi dibuat dengan melihat makna hubungan anatara temuan yang satu dengan yang lainnya,

antara temukan dengan konteks tau hal-hal yang melatarbelakanginya, dengan teori yang

mendukungnnya ataupun dengan kemungkinan penerapannya.

Kesimpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpresrasi temuan penelitian.

Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam

memanfaatkan hasil-hasil penelitian.

2.4 Jenis – Jenis penelitian

 Berdasarkan Pendekatan :

1. Penelitian Kuantitatif

Paradigma penelitian kualitatif adalah paradigma penelitian yang berisi pandangan-pandangan atau keyakinan bahwa fokus penelitian adalah kualitas (hakikat dan esensi), akar filsafat yang dianut di antaranya adalah fenomenologi dan interaksi simbolik, aktivitas utamanya adalah kerja lapangan, etnografis,

grounded, tujuannya adalah pemahaman, deskripsi, temuan, dan pemunculan hipotesis, desain yang digunakan bersifat lentur, fleksibel, berevolusi, dinamis, latar penelitiannya alamiah, sumber data yang dijadikan sasaran kecil, tidak acak, pengumpulan data dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama, modus analisis induktif, dan temuannya komprehensif dan holistik serta mementingkan transferabilitas (Alwasilah, 2002).

Paradigma penelitian selalu dihubungkan dengan penelitian kuantitatif yang didasarkan pada postpositivisme. Penelitian kuantitatif mencakup penelitian survai, deskriptif causal comparative, retrospektif (ex-post facto), pre-experimental, quasi-pre-experimental, true pre-experimental, korelasional, dan eksperimen kompleks dengan banyak variabel dan perlakuan (seperti desain faktorial dan desain pengukuran berulang).

(7)

menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma

kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional),

positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).

Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan antaraspek, datanya bersifat numerikal, dapat diukur, ”bebas” konteks, dan untuk menguji teori.

Ciri Paradigma penelitian kuantitatif :

a. Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris.

b. Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian

dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. c. Realitas bersifat obyektif dan berdimensi tunggal.

d. Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.

e. Bebas nilai dan tidak bias.

f. Pendekatan deduktif.

g. Pengujian teori dan analisis kuantitatif.

2. Penelitian Kualitatif

Paradigma penelitian kuantitatif adalah paradigma penelitian yang mempunyai keyakinan bahwa fokus penelitian merujuk kepada kuantitas (berapa banyak) dengan menggunakan landasan filsafat positivisme dan empirisme. Kegiatan penelitian ini di antaranya dilakukan melalui eksperimen dengan menggunakan analisis statistik. Tujuan penelitian diarahkan kepada deskripsi, prediksi, kontrol, dan pebuktian hipotesis. Desain ditentukan lebih awal dan cenderung terstruktur ”sempurna” dengan menggunakan sampel besar, acak, dan representatif. Pengumpulan data menggunakan tes, skala angka, survei, kuesener, dan hasilnya dianalisis menggunakan statistik untuk memperoleh temuan yang persis untuk melakukan generalisasi.

Paradigma penelitian kualitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan apa dan mengapa suatu fenomena terjadi, datanya verbal, interpretatif, multirealitas dan multitafsir, bergantung konteks, dan untuk mengembangkan teori.

Ciri paradigma penelitian kualitatif :

a. Pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern.

b. Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan

(8)

c. Realitas bersifat subyektif dan berdimensi banyak.

d. Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti.

e. Tidak bebas nilai dan bias.

f. Pendekatan induktif.

g. Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.

 Berdasarkan Fungsi :

1. Penelitian Dasar

Penelitian dasar yang sering disebut sebagai basic research atau pure research

dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditujukan secara langsung untuk mendapatkan pemecahan bagi suatu permasalahan khusus. Penelitian dasar dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada atau mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Hal pertama sekali yang harus dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian konsep atau hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta kesimpulan tentang fenomena yang diamati. (wibisono, 2002: 4-5).

Penelitian dasar dibedakan atas pendekatan yang digunakan dalam pengembangan teori yaitu:

 Penelitian deduktif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji teori pada

keadaan tertentu.

Penelitian induktif,yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mengembangkan (generating) teori atau hipotesis melalui pengungkapan

fakta.

Penelitian dasar lebih diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan, dan memprediksikan fenomena-fenomena alam dan sosial. Hasil penelitian dasar mungkin belum dapat dimanfaatkan secara langsung akan tetapi sangat berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Tujuan penelitian dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar, hukum-hukum ilmiah, serta untuk meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah (Sukmadinata, 2005).

(9)

dengan bidang pendidikan adalah penelitian dalam bidang psikologi, misalnya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu manusia. Hasil penelitian tersebut sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan sikap untuk merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan.

2. Penelitian Terapan

Penelitian terapan berbeda dengan penelitian dasar, penelitian terapan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan yang khusus atau untuk membuat keputusan tentang suatu tindakan atau kebijakan khusus. Penggunaan metode ilmiah dalam penelitian terapan menjamin objektivitas dalam mengumpulkan fakta dan menguji ide kreatif bagi alternatif strategi bisnis. Penelitian terapan dibedakan atas:

 Penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mengembangkan produk sehingga produk tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik.

Penelitian tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk segera

digunakan sebagai dasar tindakan pemecahan masalah.

Penelitian terapan atau applied research dilakukan berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata.

Penelitian terapan berfungsi untuk mencari solusi tentang masalah-masalah tertentu. Tujuan utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu atau kelompok maupun untuk keperluan industri atau politikdan bukan untuk wawasan keilmuan semata (Sukardi, 2003). Dengan kata lain penelitian terapan adalah satu jenis penelitian yang hasilnya dapat secara langsung diterapkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.

(10)

dalam periode waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi.

Penelitian terapan lebih difokuskan pada pengetahuan teoretis dan praktis dalam bidang-bidang tertentu bukan pengetahuan yang bersifat universal misalnya bidang kedokteran, pendidikan, atau teknologi. Penelitian terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta pengembangan metodologi untuk kepentingan praktis.

Penelitian terapan dapat pula diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat dipraktekan bagi pemecahan masalah tertentu. Hasil penelitian terapan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru tetapi meupakan aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985). Akhir-akhir ini, penelitian terapan telah berkembang dalam bentuk yang lebih khusus yaitu penelitian kebijakan (Majchrzak, 1984). Penelitian kebijakan berawal dari permasalahan praktik dengan maksud memecahkan masalah-masalah sosial. Hasil penelitian biasanya dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan.

3. Penelitian Evaluatif

Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan namun tujuannya dapat dibedakan dari penelitian terapan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program, produk atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Penelitian ini diarahkan untuk menilai keberhasilan manfaat, kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu program kegiatan dari suatu unit/ lembaga tertentu. Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut, serta membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan (Sukmadinata, 2005). Penelitian evaluatif dapat dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji, atau membuktikan hipotesis. Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja yang menjelaskan sifat suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi.

(11)

merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi. Melakukan evaluasi berarti menunjukkan kehati-hatian karena ingin mengetahui apakah implementasi program yang telah direncanakan sudah berjalan dengan benar dan sekaligus memberikan hasil sesuai dengan harapan. Jika belum bagian mana yang belum sesuai serta apa yang menjadi penyebabnya.

Penelitian evaluatif memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau pengambilan data dan membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan ini maka akan didapatkan kesimpulan bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan efektif atau tidak. Atas dasar kegiatan tersebut, penelitian evaluatif dimaksudkan untuk membantu perencana dalam pelaksanaan program, penyempurnaan dan perubahan program, penentuan keputusan atas keberlanjutan atau penghentian program, menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program, memberikan sumbangan dalam pemahaman suatu program serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluatif dalam bidang pendidikan misalnya evaluasi kurikulum, program pendidikan, pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi dan manajemen.

Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya standar, tolok ukur atau kriteria. Mengevaluasi adalah melaksanakan upaya untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal, kemudian dibandingkan dengan kriteria agar dapat diketahui kesenjangan antara kondisi nyata dengan kriteria (kondisi yang diharapkan). Penelitian evaluatif bukan sekedar melakukan evaluasi pada umumnya. Penelitian evaluatif merupakan kegiatan evaluasi tetapi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku bagi sebuah penelitian, yaitu persyaratan keilmiahan, mengikuti sistematika dan metodologi secara benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan makna tersebut, penelitian evaluatif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Arikunto, 2006):

1. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku

bagi penelitian ilmiah pada umumnya.

2. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir sistemik yaitu memandang

(12)

komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.

3. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi, perlu

adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.

4. Menggunakan standar, kriteria, dan tolok ukur yang jelas untuk setiap indikator

yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan dan kelemahan program.

5. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci

untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi sub komponen, dan sampai pada indikator dan program yang dievaluasi.

6. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan

akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

7. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/rekomendasi bagi

kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolak ukur.

 Berdasarkan Tujuan

1. Penelitian Deskriftif

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel.

Penelitian deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perumusan masalah. Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya

(13)

variabel-variabel yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif peneliti dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara variabel.

2. Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti perlu

menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif. Informasi kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka seperti.

3. Menentukan prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang

diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data atau sampel yakni dari mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul data antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam penelitian deskriptif. Misalnya untuk memperoleh informasi mengenai langkah-langkah guru mengajar, alat atau instrumen yang tepat digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara lain yang mungkin dipakai adalah wawancara dengan guru mengenai langkah-langkah mengajar. Agar diperoleh sampel yang jelas, permasalahan penelitian harus dirumuskan se-khusus mungkin sehingga memberikan arah yang pasti terhadap instrumen dan sumber data.

4. Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data. Data dan informasi yang

telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian. 5. Menarik kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas,

peneliti menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan.

Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk

menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara

fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas

(14)

informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan

gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah

proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal

atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan

seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan

seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.

2. Penelitian Prediktif

Tipe lain dari penelitian pengetahuan adalah yang mencakup ramalan (prediksi), yaitu kecakapan meramalkan fenomena (gejala) yang akan terjadi pada waktu tertentu dengan menggunakan informasi dari waktu sebelumnya. Banyak studi-studi ramalan telah dilakukan oleh para peneliti pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang meramalkan keberhasilan para siswa di sekolah dan dunia kerja.

Tujuan lain dari penelitian prediksi adalah untuk mengidentifikasi para siswa yang mungkin tidak akan berhasil pada urutan berikutnya sehingga dengan demikian program pencegahan dapat dilembagakan. Sebagai contoh, dengan mengumpulkan berbagai informasi yang berbeda mengenai para siswa di kelas enam, dan mengamatinya sampai mereka lulus dari sekolah menengah atau drop out, para peneliti dapat menentukan informasi mana yang memberikan prediksi paling baik. Pengetahuan prediksi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi para siswa kelas enam yang memiliki risiko drop out.

3. Penelitian Improftif

Penelitian inproftif (improvetive reasearch) ditujukan untuk memperbaiki,

meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan suatu program.

(15)

penempatan elektroda pada otak tikus tersebut (intervensi X) mempengaruhi aktivitas otak utama tikus (gejala Y), kita mengatakan bahwa penempatan electroda tersebut “mengontrol” aktivitas otak. Karena umumnya intervensi dalam penelitian pendidikan bertujuan untuk meningkatkkan nilai outcome seperti pengetahuan para siswa, kita mengatakan bahwa penelitian ini diorientasikan pada peningkatan (daripada pengontrolan).

Banyak studi penelitian yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi intervensi atau faktor-faktor yang ditranformasikan sebagai intervensi untuk meningkatkan pencapaian/prestasi akademik para siswa. Herbert Walberg dan kawan-kawannya telah mensistesis hampir 3.000 studi semacam ini untuk mengidentifikasi potensi intervensi yang dapat meningkatkan performan para siswa dengan melakukan bermacam-macam pengukuran terhadap prestasi akademik. Sintesis Walberg mengenai penelitian ini menunjukkan bahwa para peneliti pendidikan telah menemukan beberapa intervensi yang efektif untuk meningkatkan prestasi akademik para siswa. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan intervensi-intervensi lain yang membuat pendidikan lebih efektif melalui setting pendidikan yang berbeda dan untuk tipe-tipe siswa yang berbeda pula.

4. Penelitian Eksplanatif

(16)

merupakan sesuatu yang penting kerena akan memberikan “formula” yang lebih ringkas untuk meramalkan dan mengontrol gejala-gejala yang menyangkut individu-individu yang berbeda , setting, dan kejadian pada waktu yang berbeda.

Herberg Walberg (dalam Walter R. Berg) memberikan summary bahwa penelitian pendidikan menghasilkan empat jenis pengetahuan penting yaitu: deskripsi mengenai fenomena pendidikan; prediksi mengenai fenomena pendidikan; informasi mengenai pengaruh-pengaruh dari peningkatan-yang berorientasi intervensi; dan teori-teori. Dalam merefleksikan kerja mereka, para peneliti pendidikan memelihara pengembangan ilmu pengetahuan baru mengenai bagaimana merencanakan dan melaksanakan penelitian.

2.5 Prinsip-prinsip pemilihan paradigma penelitian.

Prinsip umum pemilihan paradigma penelitian adalah pilihlah paradigma penelitian sesuai dengan kebutuhan, yakni sesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, masalah yang akan dipecahkan, dan karakteristik data yang akan dikumpulkan. Paradigma yang dipilih diabdikan kepada pencapaian tujuan penelitian, pemecahan masalah, dan karakteristik data yang akan dikumpulkan.

Paradigma penelitian kualitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan apa dan mengapa suatu fenomena terjadi, datanya verbal, interpretatif, multirealitas dan multitafsir, bergantung konteks, dan untuk mengembangkan teori. Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan antaraspek, datanya bersifat numerikal, dapat diukur, ”bebas” konteks, dan untuk menguji teori. Paradigma penelitian kualitatif-kuantitatif dipilih bila penelitian itu membutuhkan cara-cara kualitatif dan kuantitatif sekaligus untuk menjelaskan fenomena dan tujuan penelitian.

2.6 Kegunaan (Manfaat) Penelitian

(17)

penelitian. Manfaat praktis bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya untuk memperbaiki kinerja, terutama bagi sekolah, guru, dan siswa serta seseorang untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Contoh Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:

1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar di kelas.

2. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.

3. Bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah melalui pembelajaran dengan model pembelajaran inovatif.

4. Bagi Guru atau Calon Peneliti

Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.

5. Bagi Peneliti

(18)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori sedangkan Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.

Karateristik dari penelitian, khususnya pendidikan yaitu :Objektivitas, Ketepatan, Verifikasi, Penjelasan Ringkas, Empiris, Penalaran Logis, Kesimpulan Kondisional.

Adapun langkah-langkah penelitian yaitu Mengidentifikasi masalah, Merumuskan dan membatasi masalah, Melakukan studi keperpustakaan, Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian, Menentukan desain dan metode penelitian, Menyusun instrument dan mengumpulkan data, Menganalisis data dan menyajikan hasil, Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan Rekomendasi.

Jenis – Jenis penelitian Berdasarkan Pendekatan yaitu Penelitian Kuantitatif, Penelitian Kualitatif. Berdasarkan Fungsi yaitu Penelitian Dasar, Penelitian Terapan, Penelitian Evaluatif. Berdasarkan Tujuan yaitu Penelitian Deskriftif, Penelitian Prediktif, Penelitian Improftif, Penelitian Eksplanatif

3.2 SARAN

Saran bagi pembaca agar lebih memahami tentang paradigma penelitian pendidikan sehingga mampu menjadi calon pendidik yang mampu mencerdaskan siswa/siswinya dalam menjelaskan teori mengenai paradigma penelitian pendidikan.

(19)

http://puterimarissa2.blogspot.com/2013/02/paradigma-penelitian-pendidikan. html

http://suyonoum08.wordpress.com/2009/01/28/paradigma-penelitian-pendidikan/

http://wayanweb.wordpress.com/ptk/pendahuluan/kegunaan-hasil-penelitian/

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : PT Remaja Rosdakarya

(20)

Pengertian Masalah, Variabel & Paradigma Penelitian.

Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis penelitian dalam bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan dengan menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung di kelas dengan harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dalam ranah ilmu sosial, Masalah sosial yang didefinisikan Robert K Merton sebagai ”ketidaksesuaian yang signifikan dan tidak diinginkan” antara standar kebersamaan dan kondisi nyata. Atau dengan kata lain,”Sebuah situasi tak terduga yang tidak sejalan dengan tata nilai yang dianut sekelompuk orang yang

menyetujui bahwa perlu adanya tindakan untuk mengatasi situasi”.

Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Tentunya banyak pengertian lain, tapi sepertinya pengertian itu sudah cukup. Merupakan suatu konsep yang bervariasi atau konsep yang memiliki nilai ganda atau suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan nilai yang bervariasi. Variabel juga dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang yang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau suatu objek dengan objek yang lain.

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan

bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan

bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta criteria pengujian sebagai

landasan untuk menjawab masalah penelitian[1]. Secara umum, paradigma

(21)

secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan (2) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti dapat

menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.

Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan

kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan.

Cara Menemukan Masalah

Setelah peneliti menentukan bidang penelitian (problem area) yang diminatinya, kegiatan berikutnya adalah menemukan permasalahan (problem finding atau problem generation). Penemuan permasalahan merupakan salah satu tahap penting dalam penelitian. Situasinya jelas: bila permasalahan tidak ditemukan, maka penelitian tidak perlu dilakukan. Pentingnya penemuan permasalahan juga dinyatakkan oleh ungkapan: “Berhasilnya perumusan permasalahan merupakan setengah dari pekerjaan penelitian”.

Penemuan permasalahan juga merupakan tes bagi suatu bidang ilmu; seperti

diungkapkan oleh Mario Bunge [2]. dengan pernyataan: “Kriteria terbaik

untuk menjajagi apakah suatu disiplin ilmu masih hidup atau tidak adalah dengan memastikan apakah bidang ilmu tersebut masih mampu menghasilkan permasalahan . . . . Tidak satupun permasalahan akan tercetus dari bidang ilmu yang sudah mati”. Permasalahan yang ditemukan, selanjutnya perlu

dirumuskan ke dalam suatu pernyataan (problem statement). Dengan demikian, pembahasan isi bab ini akan dibagi menjadi dua bagian: (1) penemuan

permasalahan, dan (2) perumusan permasalahan.

Penemuan Permasalahan

Kegiatan untuk menemukan permasalahan biasanya didukung oleh survai ke perpustakaan untuk menjajagi perkembangan pengetahuan dalam bidang yang akan diteliti, terutama yang diduga mengandung permasalahan. Perlu dimengerti, dalam hal ini, bahwa publikasi berbentuk buku bukanlah informasi yang terbaru karena penerbitan buku merupakan proses yang memakan waktu cukup lama, sehingga buku yang terbit—misalnya hari ini—ditulis sekitar satu atau dua tahun yang lalu. Perkembangan pengetahuan terakhir biasanya

(22)

Kegiatan penemuan permasalahan, seperti telah disinggung di atas, didukung oleh survai ke perpustakaan untuk mengenali perkembangan bidang yang diteliti. Pengenalan ini akan menjadi bahan utama deskripsi “latar belakang

permasalahan” dalam usulan penelitian. Permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai kesenjangan antara fakta dengan harapan, antara tren perkembangan dengan keinginan pengembangan, antara kenyataan dengan ide. Seperti yang diungkapkan Sutrisno Hadi sebagai berikut:

“mengidentifikasikan permasalahan sebagai perwujudan “ketiadaan, kelangkaan, ketimpangan, ketertinggalan, kejanggalan, ketidakserasian, kemerosotan dan

semacamnya”.[3]

Seorang peneliti yang berpengalaman akan mudah menemukan permasalahan dari bidang yang ditekuninya; dan seringkali peneliti tersebut menemukan

permasalahan secara “naluriah”; tidak dapat menjelaskan bagaimana cara menemukannya. Cara- cara menemukan permasalahan ini, telah diamati oleh Buckley dkk. (1976) yang menjelaskan bahwa penemuan permasalahan dapat dilakukan secara “formal’ maupun ‘informal’. Cara formal melibatkkan prosedur yang menuruti metodologi tertentu, sedangkan cara

informal bersifat subjektif dan tidak “rutin”. Dengan demikian, cara formal lebih baik kualitasnya dibanding cara informal. Rincia n cara- cara yang diusulkan Buckley dkk. dalam kelompol formal dan informal terlihat pada gambar di bawah ini.

PENEMUAN PERMASALAHAN

Formal

Rekomendasi suatu riset

Informal

Konjektur Fenomenologi Konsensus Pengalaman

Gambar Perm– 1: Beberapa cara penemuan permasalahan

(23)

(Sumber: Buckley dkk.(1976: 5)[4]

Bukley dkk., (1976:16-27) menjelaskan cara- cara penemuan permasalahan— baik formal maupun informal—sebagai diuraikan di bagian berikut ini. Setelah permasalahan ditemukan, kemudian perlu dilakukan pengecekan atau evaluasi terhadap permasalahan tersebut— sebelum dilakukan perumusan permasalahan.

[5]

Cara-cara Formal Penemuan Permasalahan

Cara- cara formal (menurut metodologi penelitian) dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif- alternatif berikut ini:

1) Rekomendasi suatu riset.

Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat kesimpulan dan saran. Saran (rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. Saran ini dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan permasalahan.

2) Analogi

adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan cara “mengambil” pengetahuan dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang diteliti. Dalam hal ini, dipersyaratkan bahwa kedua bidang tersebut haruslah sesuai dalam tiap hal-hal yang penting. Contoh permasalahan yang ditemukan dengan cara analogi ini, misalnya: “apakah Proses perancangan perangkat lunak komputer dapat

diterapkan pada proses perancangan arsitektural” (seperti diketahui perencanaan perusahaan dan perencanaan arsitektural mempunyai kesamaan dalam hal sifat

pembuatan keputusannya yang Judgmental).

3) Renovasi.

Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kemantapan suatu teori. Misal suatu teori menyatakan “ada korelasi yang signifikan antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya” dapat direnovasi menjadi permasalahan “seberapa korelasi antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya dengan tingkat pendidikan penghuni yang berbeda”. Dalam contoh di atas, kondisi yang “umum” diganti dengan kondisi tingkat pendidikan yang berbeda.

4) Dialektik,

(24)

5) Ekstrapolasi adalah cara untuk menemukan permasalahan dengan

membuat tren (trend) suatu teori atau tren permasalahan yang dihadapi.

6) Morfologi adalah suatu cara untuk mengkaji

kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam suatu permasalahan yang rumit, kompleks.

7) Dekomposisi

merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu pemasalahan ke dalam komponen-komponennya.

8) Agregasi

merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti dapat mengambil hasil- hasil peneliti atau teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan “mengumpulkannya” untuk membentuk suatu permasalah yang lebih rumit, kompleks.

Cara-cara Informal Penemuan Permasalahan

Cara- cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:

1) Konjektur

(naluriah). Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur. (naluriah), tanpa dasar- dasar yang jelas. Bila kemudian, dasar- dasar atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara alamiah. Perlu dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu terhadap

lingkungannya. Naluri, menurut Buckley, dkk., (1976, 19)[6], merupakan alat

yang berguna dalam proses penemuan permasalahan.

2) Fenomenologi.

Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal: fenomena pemakaian komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk mencetuskan permasalahan – misal: seperti apakah pola dasar pendaya – gunaan komputer dalam proses perancangan arsitektural.

3) Konsensus

juga merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan. Misal, terdapat konsensus bahwa kemiskinan bukan lagi masalah bagi Indonesia, tapi kualitas lingkungan yang merupakan masalah yang perlu ditanggulangi (misal hal ini merupakan konsensus nasional).

4) Pengalaman.

(25)

menemukan penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebab- sebab keberhasilan. Umpan balik dari klien, misal, akan mendorong penelitian untuk merumuskan komunikasi arsitek dengan klien yang lebih baik.

Perumusan Permasalahan

Sering dijumpai usulan penelitian yang memuat “latar belakang

permasalahan” secara panjang lebar tetapi tidak diakhiri (atau disusul) oleh rumusan (pernyataan) permasalahan. Pernyataan permasalahan sebenarnya merupakan kesimpulan dari uraian “latar belakang” tersebut. Castetter dan

Heisler [7], menerangkan bahwa pernyataan permasalahan merupakan

ungkapan yang jelas tentang hal- hal yang akan dilakukan peneliti. Cara terbaik unutk mengungkapkan pernyataan tersebut adalah dengan pernyataan yang sederhana dan langsung, tidak berbelit-belit. Pernyataan permasalahan dari suatu penelitian merupakan “jantung” penelitian dan berfungsi sebagai pengarah bagi semua upaya dalam kegiatan penelitian tersebut. Pernyataan permasalahan yang jelas (tajam) akan sanggup memberi arah (gambaran) tentang macam data yang diperlukan, cara pengolahannya yang cocok, dan memberi batas lingkup tertentu pada temuan yang dihasilkan.

Contoh ungkapan permasalahan yang jelas, tajam, diberikan oleh Sumiarto (1985) yang meneliti dalam bidang perumahan pedesaan. Permasalahan yang

dikemukakannya, sebagai berikut:

“Kesimpulan yang dapat ditarik sebagai permasalahan P3D [Perintisan Pemugaran Perumahan Desa] yang dapat memberikan arah pada studi yang akan dilakukan adalah mempertanyakan keberhasilan dari tujuan P3D.

Secara lebih spesifik dapat dikemukakan beberapa (sub) permasalahan sebagai berikut:

(a). Apakah setelah menerima bantuan P3D, kondisi mereka akan menjadi

lebih baik, dalam arti adanya peningkatan dalam cara bermukim yang lebih baik serta lebih sehat?

(b). Apakah bantuan yang diberikan oleh P3D telah memberikan hasil sesuai seperti yang diharapkan, yaitu penerima bantuan telah memberikan respon yang positif yang berupa tenaga, material, bahkan finansial, sehingga lebih dari apa yang diberikan oleh P3D.

(c). Lebih jauh lagi, apakah P3D telah mampu membangkitkan efek berlipat ganda (multiplier effect), sehingga masyarakat yang tidak meneriman bantuan P3D terangsang secara swadata menyelenggarakan sendiri peningkatan kondisi

(26)

Bentuk Rumusan Permasalahan

Contoh pernyataan permasalahan di atas mengambil bentuk satu pernyataan

disusul oleh beberapa pertanyaan. Castette dan Heisler [9] menjelaskan bahwa

secara keseluruhan ada 5 macam bentuk pernyataan permasalahan, yaitu:

(1) bentuk satu pertanyaan (question);

(2) bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan yang spesifik;

(3) bentuk satu penyataan (statement) disusul oleh beberapa pertanyaan

(question).

(4) bentuk hipotesis; dan

(5) bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis.

Bentuk Hipotesis nampaknya jarang dipakai lagi pula, biasanya perletakan

hipotesis dalam laporan atau usulan penelitian tidak me nempati posisi yang biasa ditempati oleh pernyataan permasalahan. Hal yang lain, bentuk pertanyaan

seringkali dapat diujudkan (diubah) pula sebagai bentuk pernyataan. Dengan demikian, secara umum, hanya ada dua bentuk pernyataan permasalahan:

1.) Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan, Misal :

(a) Pertanyaan:

ü “Seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah perumahan KPR?”

ü “Faktor-faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh masing- masing faktor pada persepsi penghuni terhadap desain rumah sub –inti?”

(b) Pernyataan (biasanya diungkapkan sebagai “maksud”)

ü “Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah perumahan KPR.”

ü “Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh masing- masing faktor pad persepsi terhadap desain rumah sub –inti.”

(27)

Permasalahan umum: Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil desain seorang arsitek dan seberapa pengaruh tiap- tiap faktor? Lebih spesifik lagi, permasalahan

dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

(a) Apakah sekian faktor yang mempengaruhi hasil desain seorang arsitek secara umum di Amerika Serikat terjadi pula di Indonesia?

(b) Seberapa besar pengaruh faktor- faktor tersebut mempengaruhi hasil desain arstiek di Indonesia?

Contoh Rumusan Permasalahan

Di bawah ini diberikan beberapa contoh rumusan masalah, sebagai berikut:

“. . . permasalahan sebagai berikut: Apakah kalsium hidroksida

mempunyai pengaruh sitotoksik terhadap sel fibroblast embrio Gallus

domesticus secara in Vitro, dan apakah besar konsentrasi kalsium hidroksida berpengaruh terhadap sifat sitotoksisitasnya?”

Sumber: Sri Hadiati Prayitno dan Wahjono Sosromidjojo, 1988, “Tes Sitotoksitas Bahan Kalsium Hidrosida dengan menggunakan Kultur sel Fibroblast Embrio Ayam Kampung (Gallus Domesticus) in vitro”, Berkala Penelitian Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Jilid I, Nomor 1, halaman 34.

“. . . dengan penelitian ini ingin diketahui faktor – faktor apa yang dapat mempengaruhi perilaku ibu – ibu dalam menangani diare pada bayi dan anak balita.

Sumber: Sitti Aisyah Salam dan Akhwak Watik Pratiknya, 1988,”Faktor- faktor yang mempengaruhi Perilaku ibu dalam menangani Penyakit Diare

anak Balita di Kecamatan Wirobraian”, Berkala penelitian Pasca Sarjana

Universitas Gadjah Mada, Jilid 1, Nomor 1, halaman 2.

Keterkaitan antara Rumusan Permasalahan dengan Hipotesis dan Temuan Penelitian

Bila penelitian telah selesai dilakukan, maka dalam laporan penelitian perlu ditunjukkan “benang merah” (keterkaitan yang jelas) antara rumusan permasalahan dengan hipotesis (sebagai “jawaban” sementara terhadap

permasalahan penelitian). Rincian dalam permasalahan perlu berkaitan lengasung dengan rincian dalam hipotesis, dalam arti, suatu rincian dalam hipotesis

(28)

keterkaitan tiap rincian dalam temuan (sebagai jawaban nyata terhadap permasalahan) dengan tiap rincian dalam rumusan permasalahan.

Baik permasalahan, hipotesis dan temuan—sebagai upaya pengembangan atau pengujian teori—berkaitan secara substantif dengan tinjauan pustaka (sebagai kajian terhadap isi khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian). Kaitan substantif diartikan sebagai hubungan “isi”, tidak perlu dalam bentuk keterkaitan antar rincian.

VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Secara teoritis, variable didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau subyek yang mepunyai “variasi” antara satu orang

dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lahin [10].

Jadi dinamakan variable karena ada variasinya (masing-masing dapat berbeda). Contoh: tinggi badan, berat badan, motivasi, sikap, perilaku, kualitas, harga, promosi, dan lain-lain. Jadi variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulann

Macam-macam variable

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka, macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

a. Variabel Independen dan Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variable bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai terikat variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Seperti :

1. Kualitas pelayan Petugas kesehatan dan Kepuasan Masyarakat Kualitas Pelayanan = variabel independent (VI)

(29)

2. Kenaikan harga BBM dan daya beli masyarakat : kenaikan harga BBM adalah variabel independen (VI) dan daya beli adalah variabel dependen (VD);

Atau bisa sebaliknya, karena kedua variabel bisa berbentuk hubungan reciprocal / saling mempengaruhi / timbal balik. Untuk dapat menentukan yang mana variabel independen, dan dependen atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis maupun hasil dari pengamatan yang empiris. Untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di obyek studi pendahuluan.

Sering terjadi, rumusan masalah penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas maka peneliti dapat menentukan variabel-varibel penelitiannya.

c. Variabel Moderator

Variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memparlemen) hubungan antara variabel independent dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independent kedua. Secara teoritis kalau harga murah, maka akan banyak pembelinya tetapi sering terjadi penjualan dengan harga murah, tetapi tidak banyak pembelinya. Hal ini tentu ada variabel moderator yang

mempengaruhi.Untuk hal ini variabel moderatornya yang dijual tidak berkualitas atau modelnya sudah usang.

Contoh lainnya adalah hubungan suami-istri akan menjadi semakin akrab bila mempunyai anak, dan akan semakin renggang bila ada pihak ke tiga. Anak adalah variabel moderator yang memperkuat hubungan, dan pihak ke tiga adalah yang memperlemah hubungan.

d. Variebel Intervening

(30)

dependen, tetapi bersifat toeritis, sehingga tidak teramati dan tidak dapat diukur (kalau variabel moderatornya dapat diukur).

Sebagai contoh misalnya, ada dua pelaku bisnis dalam bidang yang sama, modalnya sama, tempat usahanya sama. Pelaku bisnis yang satu lebih sukses karena ia sering dating ke tempat-tempat keramat, misalnya ke Gunung Kawi. Datang ke Gunung Kawi ini adalah sebagai variabel intervening, karena

aktivitasnya tidak dapat dijelaskan secara rasional dan tidak terukur.Contoh lain misalnya, gaji pegawai tinggi, pemimpin berperilaku baik, tetapi prestasi kerjanya rendah. Setelah diteliti ternyata pegawai tersebut sedang frustasi. Jadi, frustasi adalah sebagai Variable Intervening. Secara teoritis frustasi akan mempengaruhi prestasi pegawai, tetapi frustasi ini tidak dapat diukur.

e. Variabel Kontrol

Variabel yang dikendalikan aatu dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independent terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel control sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Variabel ini ditetapkan oleh peneliti, jika peneliti ingin mengontrol supaya variabel diluar yang diteliti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen, atau ingin melakukan

penelitian yang bersifat membandingkan.

Misalnya akan membandingkan penampilan kerja petugas pemasaran antara lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk bisa membandingkan penampilan kerja kedua lulusan sekolah itu maka peneliti harus menetapkan variabel controlnya. Dalam hal ini variabel controlnya adalah: Pekerjaan yang dikerjakan, alat untuk mengerjakan,

pengalaman kerja, iklim kerja organisasi dimana pegawai tersebut harus sama. Tanpa ada varabel controlnya akan sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan tersebut karena factor pendidikan (SMU-SMK) atau bukan. Pada kenyataannya, gejala-gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel saaing terkait secara simultan baik variabel independent, dependen, moderator dan intervening, sehingga peneliti yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya memfokuskan pada variabel penelitian saja, yaitu variabel independen dan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan antara semua variabel tersebut akan diamati karena penelitian kualitatif berasumsi tidak dapat diklasifikasikan tetapi merupakan satu kesatuan (holistic).

Berdasarkan dari hasil pengukuran terdapat 4 tingkat variable, yaitu :

1. Variabel Nominal

(31)

Var. Nominal Dikotomus, dan Var. Non Dikotomus (non kategori)

2. Variabel Nominal

Yaitu variable yang tersusun menurut jenjang dalam atribut tertentu . Pada variable ini menunjukkan urutan atau bertingkat, ada gradasi atau peringkat.

3. Variabel Interval

Untuk data interval angka yang digunakan adalah nilai yang dapat di dentikkan dengan bilangan riil, oleh karena itu maka angka dalam data interval dapat dioperasikan dengan operasi hitung.

4. Variabel Rasio

Variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nilai nol mutlak.

PARADIGMA PENELITIAN

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan

untuk menjawab masalah penelitian [11] . Secara umum, paradigma

penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

(Indiantoro & Supomo, 1999: 12-13). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya (1) jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan (2) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin

menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan.

Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti dapat menggabungkan kedua paradigm atau pendekatan tersebut. Penggabungan

paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan kedua

(32)

karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan. Penggabungan kedua pendekatan diharapkan dapat meminimalkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dikedua paradigma.

Penelitian Kuantitatif

Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui

pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan

paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental

(experimental), atau empiris (empiricist).

Jenis penelitian yang termasuk dalam paradigma penelitian kuantitatif dibedakan berdasarkan tujuan penelitian dan karakteristik masalah.

Berdasarkan tujuan, penelitian dapat dibedakan atas: (1) penelitian dasar dan (2) penelitian terapan. Prosedur yang digunakan yang digunakan oleh penelitian dasar dan penelitian terapan secara substansi tidak berbeda. Keduanya menggunakan metode ilmiah yang berguna membantu peneliti bisnis untuk mengetahui dan memahami fenomena bisnis. Esensi dari penelitian, apakah itu penelitian dasar atau terapan, terletak pada metode ilmiah. Secara teknis perbedaan kedua jenis penelitian tersebut terletak pada tingkat

permasalahan (matter of degree) daripada substansinya itu sendiri.

9 Penelitian Dasar. Penelitian dasar yang sering disebut sebagai basic research atau pure research dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditujukan secara langsung untuk mendapatkan pemecahan bagi suatu permasalahan khusus. Penelitian dasar dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada atau mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Hal pertama sekali yang harus dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian konsep atau hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta kesimpulan tentang fenomena yang

diamati.[12] (wibisono, 2002: 4-5). Penelitian dasar dibedakan atas

pendekatan yang digunakan dalam pengembangan teori yaitu:

ƒ Penelitian deduktif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji teori pada keadaan tertentu.

ƒ Penelitian induktif,yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan (generating) teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.

9 Penelitian Terapan. Penelitian terapan berbeda dengan penelitian

(33)

tindakan atau kebijakan khusus. Penggunaan metode ilmiah dalam penelitian terapan menjamin objektivitas dalam mengumpulkan fakta dan menguji ide kreatif bagi alternatif strategi bisnis. Penelitian terapan dibedakan atas:

ƒ Penelitian evaluasi, yaitu penelitian yang diharapkan dapat memberi masukan atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau lebih alternatif tindakan.

ƒ Penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik.

ƒ Penelitian tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk segera digunakan sebagai dasar tindakan pemecahan masalah.

Berdasarkan karakteristik masalah, penelitian dapat dibedakan atas:

9 Penelitian Historis, yaitu kegiatan penelitian, pemahaman, dan

penjelasan kondisi yang telah lalu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebab atau dampak dari kejadian yang telah lalu untuk

menjelaskan fenomena yang terjadi sekarang atau untuk memprediksi kondisi masa yang akan datang.

9 Penelitian Deskriptif, yaitu pengumpulan data untuk menguji hipotesis

atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian.

9 Penelitian Kasus dan Lapangan, merupakan penelitian dengan

karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk melakukan secara mendalam mengenai subyek tertentu untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai subyek tertentu.

9 Penelitian Korelasional, adalah penelitian yang bertujuan menentukan

apakah terdapat asosiasi antarvariabel danmembuat prediksi berdasarkan korelasi antarvariabel. Jika hubungan antarvariabel cukup tinggi, kemungkinan sifat

hubungannya merupakan sebab akibat (causal- effect).

9 Penelitian Kausal-Komparatif, merupakan tipe penelitian dengan

karakteristik masalah berupa sebab akibat antara 2 variabel atau lebih.

Penelitian ini merupakan tipe penelitian ex post facto.

9 Penelitian Eksperimen, merupakan tipe penelitian dengan karakteristik

(34)

penelitian eksperimen peneliti melakukan manipulasi atau pengendalian (control) terhadap setidaknya satu variabel independen.

Klasifikasi Penelitian Kuantitatif

Tujuan Karakteristik Masalah

Penelitian

1. Historis

Penelitian Dasar Penelitian Terapan 2. Diskriptif

3. Studi kasus & Lapangan

4. Korelasional

1. Induktif 1. Evaluasi 5. Kausal komparatif

2. Deduktif 2. Pengembangan 6. Eksperimen

3. Tindakan

Gambar 1.1. Klasifikasi Penelitian Kuantitatif

Penelitian Kualitatif

Paradigma kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalahdalam kehidupan sosial berdasarkan

kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci.

Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif. Paradigma ini

disebut juga dengan pendekatan konstruktifis, naturalistic atau interpretatif

(constructivist,naturalistic or interpretativeapproach), atau perspektif post-modern.

Klasifikasi

Penelitian Kualitatif

Disain

(35)

Pendekatan

& Perspektif

• Human Ethology

• Ecological Psychology

• Holistic Etnography

• Cognitive Antropology

• Etnography of Communication

• Symbolic Interactionism

1.Pendekatan Interpretif

2.Pendekatan Artistik

3.Pendekatan Sistematis

4.Perspektif Antropologis

5.Persepktif Sosiologis

6.Persepktif Biologis

7.Studi Kasus

8.Studi Kognitif

9.Penelitian historis

Gambar 1.2.

Klasifikasi Penelitian Kualitatif

METODELOGI PENELITIAN KOMUNIKASI

Pengertian Masalah, Variabel & Paradigma Penelitian

Disusun Oleh:

(36)

Suresh Pandiarto ( 207 400 499 )

Rizal ( 207 400 )

Jurnalistik C / VI

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2010

DAFTAR PUSTAKA

 Buckley, J. W.; M. H. Buckley; dan Hung-Fu Chiang. 1976. Research

Methodology & Business Decisions. National Association of Accountant, New York

 Castetter, W. B.; dan R. S. Heisler. 1984. Developing and Defending A

Disertation Proposal. Graduate School of Education, University of Pennsylvania, Philadelphia, Pennsylvania.

 Leedy, Paul D. 1997. Practical Research: Planning and Design. Sixth

Edition. Prectice Hall, Upper Saddle River, New Jersey. Chapter 5: “Planning Your Research Design”, hal. 93-121.

 Sumiarto. 1985. Evaluasi Program Perintisan Pemugaran Perumahan

Desa di Daerah Istimewa Yogyakarta,. Tesis Pasca Sarjana Strata II,

Program Perencanaan Wilayah dan Kota, FakultasPasca Sarjana, Institut

Teknologi Bandung, Bandung.

 Sutrisno, Hadi. 1986. Pokok – pokok Metodologi Penelitian. Makalah

yang tidak dipublikasikan,tertanggal 14 Desember 1986, ditulis di Yogyakarta.

Digabung, diterjemahkan, disingkat dan dimodifikasi untuk kepentingan kuliah Metodologi Penelitian d

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga peranan luas permukaan akar dan jumlah unsur hara yang tersedia dalam media perakaran akan saling mengisi yang menghasilkan pertumbuhan tinggi bibit,

z “ “ Suatu Suatu Organisasi Organisasi yang yang memiliki memiliki ketrampilan ketrampilan menciptakan menciptakan , , menguasai?. menguasai dan dan membelajarkan

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, untuk menggambarkan dan mengungkapkan mengenai penggunaan media dan strategi yang digunakan dalam

Membuat algoritma untuk menterjemahkan informasi model produk berbasis feature yang tersedia dalam software CaSTPro ke dalam bahasa kode-G (G-Code) untuk feature

Pada penelitian ini, penulis memberikan neuro development treatment dan pilates pada cerebral palsy spastik diplegi yang bertujuan untuk mengetahui manakah yang lebih tepat

Bagian ATK mengecek surat jalan yang diterima dengan formulir purchase order yang telah diarsip sebelumnya, jika tidak sesuai maka akan dilakukan konfirmasi ulang dengan supplier,

1) Performa Lembaga, merupakan hal yang tidak bisa dihapuskan keberadaannya karena semakin baik penilaian masyarakat terhadap suatu lembaga akan berdampak baik

Penelitian yang berkaitan dengan segmentasi pemilik hewan peliharaan dengan dimensi dari human-pet relationship sebagai variabel inti dan perilaku konsumsi yang dipengaruhi