• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlakuan Coating dengan Menggunakan Isolat Methylobacterium spp dan Tepung Curcuma untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Padi Hibrida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlakuan Coating dengan Menggunakan Isolat Methylobacterium spp dan Tepung Curcuma untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Padi Hibrida"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PERLAKUAN

COATING

DENGAN MENGGUNAKAN ISOLAT

Methylobacterium

spp DAN TEPUNG CURCUMA UNTUK

MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH PADI HIBRIDA

YUYUK AGUNG LASTIANDIKA A24080049

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Seed Coating treatment with Methylobacterium spp and curcuma flour to Increase Life Span of Hybrid Rice Seeds

Yuyuk Agung Lastiandika1, Eny Widajati2, Selly Salma3 1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB 2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB 3

Staf Peneliti Balai Penelitian Tanah, Cimanggu Bogor

Abstract

This research conducted at Centre for Soil Research, East West Corporation in Purwakarta and Laboratory of Seed Science of Department Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. This experiment arranged in Nested plot design with six times period of storage as main a main plot and the subplot is formulation of seed coating (uncoated seed, TDJ-7, TPB3, TD-TM1 and Curcuma flour). The result showed that coated and uncoated seed still had high viability after storage 15 weeks for 3 varieties of hybrid rice seeds (DG-1, SL-8 and INTNANI-2). Methylobacterium spp strain TD-TPB3 and TD-TM1 showed the best coated for hybrid rice seeds.

(3)

RINGKASAN

YUYUK AGUNG LASTIANDIKA. Perlakuan Coating dengan Menggunakan Isolat Methylobacterium spp dan Tepung Curcuma untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Padi Hibrida. (Dibimbing oleh ENY WIDAJATI dan SELLY SALMA)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh coating dengan menggunakan isolat Methylobacterium spp dan tepung curcuma terhadap viabilitas benih padi hibrida selama penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah-Balai Penelitian Tanah, Cimanggu Bogor; PT. East West, Purwakarta serta Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB.

Penelitian ini menggunakan rancangan Petak tersarang. Petak utama adalah periode simpan yaitu 0, 3, 6, 9, 12, 15 minggu penyimpanan dan sebagai anak petak adalah formulasi coating yaitu isolat Methylobacterium spp strain TD-J7, TPB3, TD-TM1 dan tepung curcuma. Penelitian ini menggunakan tiga varietas padi hibrida yaitu DG-1, SL-8 dan INTANI-2. Tolok ukur yang diamati adalah kadar air (KA), kecepatan tumbuh (KCT), daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), berat kering kecambah normal (BKKN) dan indeks vigor (IV).

Benih coating dan kontrol dapat mempertahankan viabilitas benih padi hibrida varietas DG-1, SL-8 dan INTANI-2 selama periode penyimpanan 15 minggu berdasarkan tolok ukur daya berkecambah. Nilai rata-rata daya berkecambah untuk benih varietas DG-1 sebesar 95.2%, SL-8 sebesar 89.6% dan INTANI-2 sebesar 85.6%.

Perlakuan pelapisan benih dengan isolat Methylobacterium spp dan tepung curcuma maupun tanpa pelapisan benih (kontrol) menunjukkan hasil yang sama sampai dengan periode penyimpanan 15 minggu.

(4)

PERLAKUAN

COATING

DENGAN MENGGUNAKAN ISOLAT

Methylobacterium

spp DAN TEPUNG CURCUMA UNTUK

MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH PADI HIBRIDA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

YUYUK AGUNG LASTIANDIKA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul

:

PERLAKUAN

COATING

DENGAN MENGGUNAKAN

ISOLAT

Methylobacterium

spp

DAN

TEPUNG

CURCUMA

UNTUK

MENINGKATKAN

DAYA

SIMPAN BENIH PADI HIBRIDA

Nama :

YUYUK AGUNG LASTIANDIKA

NIM :

A24080049

Dosen pembimbing II

NIP 19610106 198503 2 002 NIP 19630714 199003 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

Dosen pembimbing I Dosen pembimbing II

Menyetujui,

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 14 Juli 1990 di Jember, Jawa Timur. Penulis merupakan anak keempat dengan empat saudara dari pasangan Erni Setyaningrum dan Wahyu Subagyo.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1996 di SD Al-Furqan Jember, kemudian di SMPN 2 Jember, dan melanjutkan ke SMAN 2 Jember pada tahun 2005. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikannya di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan rasya syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul

“Perlakuan Coating dengan Menggunakan Isolat Methylobacterium spp dan Tepung Curcuma untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Padi Hibrida”.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Biologi Tanah-Balai Penelitian Tanah, Cimanggu Bogor; PT. East West, Purwakarta dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak dalam pelaksanaan skripsi, sehingga pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eny Widajati, MS dan Dra. Selly Salma, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan ide, bimbingan dan nasihat dalam proses penelitian dan pembuatan skripsi

2. Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi

3. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura

4. Ibu, Bapak, Saudara kandung dan keluarga besar tercinta yang telah memberi semangat, cinta, dan doanya kepada penulis.

5. Bogor international club (BIC) yang telah memberikan dana bantuan penelitian

6. Mbak Ratri yang telah membimbing dalam proses penelitian di Laboratorium Biologi Tanah-Balai Penelitian Tanah, Cimanggu Bogor 7. Tira, Keswari, Dwi, Ferin, Tiara, Rahmi, Belladina, Ryzal, dan

(8)

8. Segenap keluarga besar “INDIGENOUS 45” atas kebersamaannya selama ini.

Bogor, Juli 2012

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Padi Hibrida ... 4

Penyimpanan Benih ... 5

Pelapisan Benih ... 6

Methylobacterium spp ... 7

Tepung Curcuma ... 8

BAHAN DAN METODE ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Rancangan Percobaan ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

Hasil. ... 16

Percobaan 1 ... 16

Percobaan 2 ... 19

Percobaan 3 ... 22

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

Kesimpulan ... 30

Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan, pelapisan benih dan interaksinya terhadap tolok ukur KA, DB, PTM, BKKN, IV dan KCT benih padi hibrida varietas

DG-1... 16

2. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih

terhadap KA... 17

3. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih terhadap DB...

4. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih terhadap BKKN...

5. Pengaruh periode simpan terhadap IV...

6. Pengaruh periode simpan terhadap KCT...

17

7. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan, pelapisan benih, dan interaksinya terhadap tolok ukur kadar air, DB, PTM, BKKN, IV dan KCT benih padi hibrida varietas SL-8...

8. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih

terhadap KA... 20

9. Pengaruh periode simpan terhadap DB...

10.Pengaruh periode simpan terhadap KCT...

11.Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap BKKN...

12.Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap IV...

21

13.Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan, pelapisan benih, dan interaksinya terhadap KA, DB, PTM,

BKKN, IV dan KCT pada padi hibrida varietas INTANI-2... 22

14.Pengaruh perlakuan pelapisan benih terhadap KA... 23

15.Pengaruh perlakuan periode simpan terhadap

(11)

KCT... 23

16.Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih

terhadap PTM... 24

17.Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih

terhadap BKKN... 24

18.Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Padi hibrida... 4

2. Struktur benih padi bagian dalam ... 5

3. Struktur benih padi ... 5

4. Koloni Methylobacterium spp di stomata tanaman bunga matahari ... 7

5. Isolat Methylobacterium di media padat ... 12

6. Isolat Methylobacterium spp di media cair ... 12

7. Kemasan benih ... 13

8. Kecambah normal dan abnormal ... 15

9. Daya berkecambah varietas DG-1, SL,8 dan INTANI-2 ... 25

10.Benih kontrol dan coating... 25

11.Hama gudang Sitophilus spp dan Rhizoperta dominica... 26

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Komposisi media amonium mineral salt (AMS)...

2. Komposisi trace element... 34

3. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kadar air benih padi hibrida varietas

DG-1... 35

4. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh benih padi hibrida

varietas DG-1... 35

5. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur daya berkecambah benih padi hibrida

varietas DG-1... 35

6. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum benih padi

hibrida varietas DG-1... 36

7. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur berat kering kecambah normal benih padi

hibrida varietas DG-1... 36 8. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih

terhadap tolok ukur indeks vigor benih padi hibrida varietas

DG-1... 36

9. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kadar air benih padi hibrida varietas

SL-8... 37

10.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh benih padi hibrida

varietas SL-8... 37

11.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur daya berkecambah benih padi hibrida

varietas SL-8... 37

12.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum benih padi

(14)

hibrida varietas SL-8... 38

13.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur berat kering kecambah normal benih padi

hibrida varietas SL-8 ... 38 14.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih

terhadap tolok ukur indeks vigor benih padi hibrida varietas

SL-8... 38

15.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kadar air benih padi hibrida varietas

INTANI-2... 39

16.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh benih padi hibrida

varietas INTANI-2... 39

17.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur daya berkecambah benih padi hibrida

varietas INTANI-2... 39

18.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum benih padi hibrida varietas Intani 2...

19.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur berat kering kecambah normal benih padi hibrida varietas INTANI-2...

20.Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur indeks vigor benih padi hibrida varietas INTANI-2...

40

40

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan komoditi utama yang ditanam di Indonesia guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Setiap tahun laju pertumbuhan penduduk di Indonesia selalu meningkat, menurut data badan pusat statistik (BPS) pada tahun 2010 laju pertumbuhannya meningkat 1.49 % per tahun dengan total 237,6 juta jiwa. Proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2011 mencapai 241 jiwa jika diasumsikan laju pertumbuhan penduduk sama dengan yang terjadi pada tahun 2010 (BPS, 2010). Peningkatan ini harus diimbangi dengan produksi padi nasional untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan konsumsi beras masyarakat. Kementerian pertanian dalam hal ini menteri pertanian menargetkan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) sebesar 70.6 juta ton pada tahun 2011 (Kementan 2011). Upaya untuk mewujudkan target tersebut salah satunya dengan penanaman varietas unggul hibrida (VUH) dan pengadaan benih bersertifikat yang memiliki mutu baik.

Penggunaan VUH sudah meluas di areal pertanaman pangan di Indonesia. Petani di daerah Cilacap rata-rata hasil penanaman VUH Hipa 8 dicapai berkisar 10,12 ton/ ha GKP, sedangkan hasil varietas Logawa yang populer ditanam petani berkisar 8,00 ton/ ha GKP (BB PADI, 2011). Proses budidaya padi hibrida yang sesuai akan menghasilkan produksi yang maksimal.

Benih yang dipakai untuk kegiatan produksi harus memiliki mutu benih yang baik. Kemunduran benih merupakan salah satu masalah serius dalam suplai benih untuk kegiatan penanaman pada musim tanam berikutnya. Suhu ruang simpan dan kadar air merupakan faktor penting yang mempengaruhi masa hidup benih (Justice dan Bass, 2002). Penyimpanan yang baik dapat memperpanjang masa hidup benih serta dapat mempertahankan viabilitas benih. Oleh karena itu diperlukan teknologi penyimpanan untuk mendapatkan benih yang bermutu, salah satunya dengan menggunakan metode coating.

(16)

dengan menambahkan suatu zat terhadap benih seperti insektisida, fungisida, hara mikro, dan komponen lainnya yang dapat membantu mengoptimumkan perkecambahan benih di semua kondisi lingkungan (Copeland dan McDonald, 2001). Menurut Ilyas (2003) penggunaan seed coating dalam industri benih sangat efektif karena dapat memperbaiki penampilan benih, meningkatkan daya simpan, mengurangi tertular penyakit dari benih disekitarnya dan dapat digunakan sebagai pembawa zat aditif, misalnya: antioksidan, antimikroba, repellent, mikroba antagonis, dan zat pengatur tumbuh. Coating dilakukan untuk melindungi kualitas fisik benih serta melindungi benih dari pengaruh lingkungan saat proses penyimpanan.

Bakteri Methylobacterium spp atau sering disebut pink pigmented facultative methylotroph (PPFM) merupakan mikrobiota normal pada filosfer hampir semua jenis tanaman, di dalam tanah, benih dan bagian tanaman lainnya. Bakteri ini menghasilkan pigmen karotenoid sehingga koloninya tampak berwarna merah muda (pink).

Keberadaan bakteri Methylobacterium dapat meningkatkan viabilitas benih. Viabilitas tersebut ditingkatkan oleh produksi sitokinin dalam jumlah rendah yang dihasilkan oleh bakteri Methylobacterium (Holland, 1997). Hasil penelitian Widajati et al. (2008) menunjukkan bahwa benih buncis dengan perlakuan coating isolat Methylobacterium TD-J7 mampu mempertahankan viabilitas sebesar 95.3 % pada minggu ke-12 berdasarkan tolok ukur daya berkecambah, sedangkan benih tanpa coating sudah menurun viabilitasnya sebesar 87.3 % pada minggu ke-8. Menurut Lidstrom dan Chistoserdova (2012)

Methylobacterium spp dapat menginduksi produksi hormon sitokinin (trans zeatin) untuk menstimulasi perkecambahan benih. Widajati et al. (2008) melaporkan kandungan hormon pada Methylobacterium spp isolat TD-J7 menghasilkan hormon IAA, GA dan trans zeatin masing-masing sebesar 9.13, 98.75, 74.37 ppm; untuk isolat TPB3: 9.56, 129.83, 33.14 ppm; sedangkan isolat TD-TM1: 7.20, 86.18, 52.08 ppm.

Pada penelitian ini diharapkan coating dengan menggunakan isolat

(17)

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh coating dengan menggunakan isolat Methylobacterium spp dan tepung curcuma terhadap viabilitas benih padi hibrida selama penyimpanan.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh periode simpan terhadap viabilitas benih selama penyimpanan

2. Perlakuan coating benih dapat meningkatkan daya simpan benih

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Padi Hibrida

Padi hibrida merupakan persilangan dari dua tetua padi yang berbeda secara genetik. Hasil persilangan tersebut akan menghasilkan benih generasi pertama (F1). Satoto et al. (2010) mengatakan secara individu susunan genetik tanaman hibrida bersifat heterozigot pada semua atau sebagian lokus, tetapi secara fenotip satu populasi hibrida akan nampak seragam sehingga pertanaman hibrida bersifat heterozigot homogen. Karena tanaman hibrida secara genetik bersifat heterozigot maka jika hasil panen dari pertanaman F1 hibrida ditanam kembali pada generasi berikutnya, turunannya akan beragam akibat terjadinya heterosis.

Untuk memproduksi benih padi hibrida, diperlukan Galur Mandul Jantan (Galur A atau CMS line), Galur Pelestari (Galur B atau Maintainer Line), dan Tetua Jantan (Restorer). Galur Mandul Jantan adalah varietas padi tanpa serbuk sari yang berfungsi sebagai tetua betina dan menerima serbuk sari dari tetua jantan untuk menghasilkan benih hibrida, Galur Pelestari adalah varietas atau galur yang berfungsi untuk memperbanyak atau melestarikan keberadaan galur mandul jantan, sedangkan Tetua jantan/ Restorer merupakan varietas padi dengan fungsi reproduksi normal yang dianggap sebagai tetua jantan untuk menyediakan serbuk sari bagi tetua betina. Benih padi hibrida dapat dihasilkan atau diproduksi dengan cara menyilangkan antara Galur Mandul Jantan dengan Restorer yang terpilih di lapang (BB PADI, 2006).

Produksi yang dihasilkan oleh padi hibrida mampu meningkatkan potensi hasil 15-20% (Deptan, 2007). Tetapi setiap daerah akan menghasilkan

Gambar 1. Padi hibrida

(19)

produktivitas yang berbeda-beda. Belum tentu satu varietas padi hibrida akan cocok ditanam di berbagai daerah karena setiap daerah mempunyai karakteristik lahan dan lingkungan yang berbeda-beda.

Morfologi benih padi terdiri atas biji yang terbungkus oleh sekam. Biji merupakan kariopsis yang terdiri atas embrio dan endosperma yang diselimuti lapisan aleuron, kemudian tegmen dan lapisan terluar disebut pericarp (Gambar 2)

Pada jenis padi indica, sekam dibentuk oleh palea, lemma mandul, dan rakhila. Lemma selalu lebih besar dari palea dan menutupi hampir 2/3 permukaan beras sedangkan sisi palea tepat bertemu pada bagian sisi lemma (Gambar 3) (Yoshida,1981).

Penyimpanan Benih

Penyimpan benih dilakukan untuk mengusahakan agar benih dapat dipertahankan mutu fisiologisnya yang sudah mencapai maksimum pada saat

Gambar 3. Struktur benih padi Sumber: Yoshida, 1981

1. Pericarp 2. Tegmen

3. Lapisan Aleuron 4. Scutellum 5. Epiblast 6. Plumula 7. Radikula 8. Endosperma Gambar 2. Struktur benih padi bagian dalam

(20)

masak fisiologis dalam periode selama mungkin (Mugnisjah, 2007). Penyimpanan benih yang baik akan mempengaruhi viabilitasnya, sehingga didapat ketersediaan benih bervigor tinggi sebelum ditanam walaupun benih telah disimpan lama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama di tempat penyimpanan antara lain faktor internal dan eksternal benih. Faktor internal benih meliputi kadar air, sifat genetik dan viabilitas awal benih. Sedangkan faktor eksternal atau lingkungan antara lain suhu ruang simpan, kelembaban, oksigen, mikroorganisme dan manusia (Justice dan Bass, 2002). Mugnisjah (2007) menambahkan, faktor-faktor yang mempengaruhi daya simpan benih adalah sifat genetis benih, kondisi benih sebelum disimpan, dan lingkungan simpan benih. Faktor genetik yang mempengaruhi daya simpan benih adalah struktur dan komposisi kimia benih. Faktor kondisi benih prasimpan yang mempengaruhi daya simpan benih adalah kadar air benih, kematangan benih, kebersihan benih, dan kerusakan fisik benih. Faktor lingkungan yang mempengaruhi daya simpan benih adalah faktor abiotis (suhu dan kelembaban nisbi) dan faktor biotis seperti serangga, cendawan, dan mikroorganisme lainnya.

Benih yang akan disimpan harus bertitik tolak dari viabilitas awal yang semaksimum mungkin untuk dapat mencapai waktu simpan yang lama. Karena selama masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal tersebut, dan laju kemundurannya tidak dapat dihentikan. Pemilihan benih serta cara penyimpanan yang baik merupakan cara untuk mengurangi kemunduran benih, sehingga laju kemunduran viabilitas benih dapat diatasi sekecil mungkin (Sutopo, 2002).

Pelapisan Benih

(21)

mengurangi tertular penyakit dari benih disekitarnya, dan dapat digunakan sebagai pembawa zat aditif, misalnya: antioksidan, antimikroba, repellent, mikroba antagonis dan zat pengatur tumbuh. Coating dilakukan untuk melindungi kualitas fisik benih serta melindungi benih dari pengaruh lingkungan saat proses penyimpanan.

Bahan pelapis yang akan digunakan untuk melapisi benih harus memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut: (1) dapat mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan, (2) dapat menghambat laju respirasi seminimal mungkin, (3) tidak bersifat toxic terhadap benih, (4) bersifat mudah pecah dan larut apabila terkena air sehingga tidak menghambat proses imbibisi untuk perkecambahan, (5) bersifat porous sehingga benih masih dapat memperoleh oksigen untuk proses respirasi dan (6) tidak mudah mencair. Jenis bahan yang biasa digunakan dalam pelapisan benih antara lain adalah diatomae, charcoal, clay, vermiculite, methylethyl cellulose, gum Arabic, polyvinyl alcohol, dan gula (Kuswanto, 2003).

Methylobacterium spp

Bakteri dari genus Methylobacterium disebut juga pink pigmented facultative methylotroph (PPFM) dikarenakan pigmentasi khas berwarna merah muda (Lidstrom dan Chistoserdova, 2002). Bakteri ini secara umum berada pada filosfer di semua jenis tanaman. Bakteri ini juga ditemukan di dalam tanah, benih dan bagian tanaman lainnya (Ryu, 2006).

Bakteri ini dapat berkembang pada gugus karbon tunggal seperti metanol yang dimanfaatkan sebagai sumber energi (Green dalam Jourand et al. (2004)).

Methylobaceterium spp berkembang biak pada permukaan daun di dekat stomata (Gambar 4) dengan memanfaatkan metanol yang dilepas oleh stomata.

(22)

Klasifikasi bakteri Methylobacterium spp adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria

Divisi : Proteobacteria Sub Divisi : Alpha Proteobacteria Ordo : Rhizobiales

Family : Methylobacteriaceae Spesies : Methylobacterium sp.

Karakter dari bakteri ini antara lain bersifat aerob, merupakan Gram negatif dan berbentuk batang. Bersifat aerob artinya membutuhkan oksigen dalam perkembangannya. Perbedaan antara bakteri Gram negatif dengan bakteri Gram positif menurut Pelzar dan Chan (1986) adalah terletak pada kandungan lipid dan ketebalan dinding sel. Bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipid yang lebih tinggi dan dinding sel yang lebih lebih tipis dibandingkan bakteri Gram positif. Bakteri ini berukuran 1-8 µm dan setiap selnya mengandung poli β-hidroksibutirat Patt et al. (1976).

Keberadaan bakteri Methylobacterium dapat meningkatkan viabilitas benih dan menstimulasi perkecambahan benih serta pertumbuhan tanaman dengan cara memproduksi fitohormon. Fitohormon tersebut diantaranya adalah auksin (IAA), giberelin (GA3) dan sitokinnin (trans zeatin). Kandungan fitohormon tersebut beragam tergantung dari strain PPFM itu sendiri, seperti penelitian yang dilakukan oleh Widajati et al. (2008) mengemukakan bahwa Methylobacterium

spp strain TD-TPB3 memiliki kandungan giberelin yang paling tinggi sekitar 129.83 ppm yang berguna untuk menstimulasi tanaman menghasilkan bunga sebelum waktunya (vernalisasi), sedangkan strain TD-J7 memiliki kandungan trans zeatin yang paling tinggi sekitar 74.37 ppm yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan daun lebih cepat.

Tepung Curcuma

Kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu jenis temu-temuan atau lebih dikenal dengan jahe-jahean. Berikut ini adalah klasifikasi dari kunyit:

(23)

Sub Divisi : Angiberales Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma longa

Kunyit mengandung senyawa kurkumin yang berfungsi sebagai antioksidan sehingga dapat menangkal radikal bebas yang dapat merusak benih dan menurunkan viabilitas benih. Menurut Justice dan Bass (2002) proses oksidasi yang terjadi selama benih disimpan dapat memutuskan ikatan rangkap asam lemak tak jenuh sehingga menghasilkan radikal-radikal bebas yang dapat bereaksi dengan lipida lainnya sehingga menyebabkan rusaknya struktur membran sel.

Senyawa kurkumin yang terkandung dalam kunyit ada dua jenis yaitu desmethoxycurcumin dan bis-desmethoxycurcumin (Akram et al., 2010). Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal radikal bebas dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktifitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi, 2007).

Coating benih dengan menggunakan tepung curcuma dapat mempertahankan viabilittas benih. Asih (2012) melaporkan perlakuan coating

(24)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah-Balai Penelitian Tanah, Cimanggu Bogor; PT. East West, Purwakarta serta Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB pada bulan Januari sampai dengan Juli 2012.

Bahan dan Alat

Benih yang digunakan dalam pelitian ini adalah benih padi hibrida tiga varietas yaitu DG-1, SL-8 dan INTANI-2. Benih varietas DG-1 tanggal panennya adalah 16 September 2011, SL-8: 26-27 September 2011 dan INTANI-2: 11 Februari 2012. Bahan yang digunakan untuk pelapis benih yaitu isolat

Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3, TD-TM1 yang merupakan koleksi Laboratorium Biologi Tanah-Balai Penelitian Tanah dan tepung curcuma. Media perbanyakan bakteri serta media perkecambahan.

Alat-alat yang akan digunakan meliputi Laminar air flow, autoclaf, inkubator bakteri, rotary shaker, jarum ose, mikropipet, sealer, rotary coating, cawan porselin, timbangan, germinator, alat pengepres kertas, labu takar, gelas ukur dan moisture tester.

Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak Tersarang. Petak utama adalah periode simpan yaitu 0, 3, 6, 9, 12, 15 minggu dengan anak petak formulasi coating sebagai berikut :

C0 = Kontrol (tanpa coating) C1 = Polimer + TD-J7 C2 = Polimer + TD-TPB3 C3 = Polimer + TD-TM1

(25)

Penelitian menggunakan tiga ulangan, sehingga didapatkan 90 satuan percobaan. Penelitian dengan menggunakan rancangan yang sama akan dilakukan pada tiga varietas padi hibrida. Berikut ini merupakan model rancangan dalam percobaan ini :

Yijk = μ + τi +(ατ)ij + βk + (τβ)ik + εijk

Yijk = respon pengamatan faktor 1 perlakuan ke-i, faktor 2 perlakuan

ke- j, ulangan ke-k

μ = nilai rataan umum

τi = petak utama (periode simpan) perlakuan ke-i

(ατ)ij = ulangan tersarang dalam penyimpanan

βk = komposisi coating isolat Methylobacterium spp perlakuan ke-j (τβ)ik = Interaksi penyimpanan dengan komposisi coating isolat

Methylobacterium spp

εijk = pengaruh galat percobaan (experimental error)

Data hasil percobaan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dan uji lanjut Duncan Multiple Rang Test (DMRT) pada taraf nyata 5 %.

Pelaksanaan penelitian

Perbanyakan Isolat Methylobacterium spp

Media kultur yang digunakan untuk perbanyakan bakteri adalah media

(26)

Inokulasi isolat bakteri pada media AMS cair (Gambar 6) dilakukan dengan menambahkan bakteri dari media padat sebanyak satu ose. Isolat bakteri dikembangbiakkan pada rotary shaker selama tujuh hari dengan kecepatan 112 rpm.

Pelapisan Benih

Benih dilapisi dengan polimer yang berasal dari PT. East West, Purwakarta Indonesia. Perbandingan antara polimer dengan isolat

Methylobacterium spp adalah 10:19. Tepung curcuma yang digunakan sebanyak 10 g untuk 220 g benih. Coating dilakukan dengan alat rotary coating,kemudian dikeringkan dengan menggunakan air dryer selama dua jam dan setelah itu dikeringkan dengan matahari sampai dengan kadar air sekitar 7-8%. Benih disimpan ketika kadar air awal varietas DG-1 sebesar 8.4%, SL-8 sebesar 8.3% dan INTANI-2 sebesar 7.6%.

Gambar 5. Isolat Methylobacterium spp di media padat

(27)

Penyimpanan Benih

Benih dikemas dengan menggunakan plastik polyethylen ukuran 10x15 dan kemudian di-seal (Gambar 7). Kemasan dimasukkan ke dalam kotak dan disimpan dalam kondisi suhu kamar antara 27-31oC dengan kelembaban udara sekitar 57-60%.

Pengujian Viabilitas

Benih diuji viabilitasnya setiap tiga minggu dengan menggunakan metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp). Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 50 butir benih. Benih kemudian dikecambahkan di dalam alat pengecambah benih (APB IPB 73-2A/ B).

Pengamatan

Dalam penelitian ini ada beberapa peubah yang akan diamati. Diantaranya yaitu Kadar Air (KA), Daya Berkecambah pada hari ke-5 dan hari ke-7 (DB), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Potensi Tumbuh Maksimum (PTM), Kecepatan Tumbuh (KCT), Indeks Vigor (IV). Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Kadar Air (KA)

Kadar air benih diukur setiap periode simpan. Jumlah benih yang digunakan adalah 1 gram untuk setiap ulangan yang sebelumnya telah dihaluskan dengan menggunakan blender. Benih yang telah halus kemudian dioven pada suhu 1050C selama 17 ± 1 jam. Kadar air dihitung dengan rumus:

(28)

Dimana:

M1 : berat cawan (gram)

M2 : berat cawan + tutup dan benih sebelum dioven (gram) M3 : berat benih + tutup dan benih setelah dioven (gram)

2. Daya Berkecambah (DB)

Daya Berkecambah merupakan tolok ukur yang mengindikasikan viabilitas potensial (Vp). Penghitungan DB menggunakan metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) berdasarkan persentase kecambah normal (KN) pada pengamatan I (hari ke-5) dan pengamatan II (hari ke-7). Rumus yang digunakan:

Keterangan:

P1 : Pengamatan pertama pada hari ke-5 setelah tanam P2 : Pengamatan kedua pada hari ke-7 setelah tanam

3. Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)

Berat kering kecambah Normal (BKKN) merupakan tolok ukur yang mengindikasikan viabilitas potensial (Vp). Pengukuran BKKN dilakukan pada kecambah berumur 7 HST. Struktur kecambah dipisahkan dari cadangan makanan benih, kemudian dimasukkan ke dalam amplop dan dioven pada suhu 60oC selama 72 jam. Selanjutnya, kecambah dimasukkan dalam desikator ± 45 menit, kecambah kering kemudian ditimbang dengan timbangan dua desimal.

4. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

(29)

Dimana :

ΣKN = jumlah kecambah normal sampai akhir pegamatan

ΣKAb = jumlah kecambah abnormal sampai akhir pegamatan

5. Kecepatan Tumbuh (KCT)

Kecepatan tumbuh (KCT) merupakan tolok ukur yang mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh. Perhitungan kecepatan tumbuh didasarkan pada akumulasi kecepatan tumbuh harian dalam unit tolok ukur presentase per hari dengan rumus:

dimana: 1 et mal = 24 jam

6. Indeks Vigor (IV)

Perhitungan didasari persentase kecambah normal (KN) pada hitungan pertama pada uji daya berkecambah yaitu 5 HST untuk benih padi, dengan rumus:

1

2

1. Kecambah normal 2. Kecambah

abnormal

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Percobaan 1. Pengaruh Pelapisan Benih terhadap Daya Simpan Benih Padi Hibrida Varietas DG-1

Rekapitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 3-8) pada Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur KA, DB, BKKN, IV dan KCT. Faktor tunggal pelapisan benihberpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur KA dan BKKN serta berpengaruh nyata terhadap DB. Interaksi antara periode simpan dan pelapisan benih tidak berpengaruh nyata terhadap semua tolok ukur.

Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan, pelapisan benih, dan interaksinya terhadap KA, DB, PTM, BKKN, IV dan KCT pada benih padi hibrida varietas DG-1.

Tolok Ukur

Perlakuan

Periode Pelapisan Interaksi

KK (%)

Simpan Benih(C) (PxC)

KA ** ** tn 13.4%

DB ** * tn 4.8%

PTM tn tn tn 2.6%

BKKN ** ** tn 10.0%

IV ** tn tn 10.9%

KCT ** tn tn 9.4%

Keterangan: ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% * = berpengaruh nyata pada taraf 5% tn = tidak berpengaruh nyata

(31)

Tabel 2. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih terhadap KA

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu) Rata-rata

0 3 6 9 12 15

…….…….………%...

Kontrol 11.5 11.3 8.7 9.7 10.3 11.3 10.5 a

TD-J7 9.8 11.6 9.7 8.7 9.7 10.0 9.4 b

TPB3 8.8 10.2 9.7 7.3 8.0 11.0 9.2 b

TD-TM1 10.7 12.5 11.3 9.0 9.6 11.0 10.7 a Curcuma 10.6 11.6 10.7 9.7 9.0 11.7 10.5 a Rata-rata 10.3 ab 10.9 a 10.0 ab 8.8 c 9.3bc 11.0 a

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 13.4%

Daya berkecambah pada curcuma nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap isolat TD-TM1, TD-J7 dan kontrol. Nilai daya berkecambah nyata mengalami peningkatan dari periode penyimpanan 0 minggu hingga 15 minggu (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih terhadap DB

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu) Rata-rata

0 3 6 9 12 15

…….…….………%...

Kontrol 84.7 94.7 94.7 96.0 98.0 95.3 93.9 ab TD-J7 89.3 96.0 90.0 95.3 95.3 97.3 93.9 ab TPB3 90.7 98.0 97.3 96.0 98.0 95.3 95.9 a TD-TM1 95.3 92.0 90.7 96.0 94.7 93.3 93.7 ab Curcuma 81.3 90.0 89.3 98.7 90.7 94.7 90.8 b Rata-rata 88.3 c 94.1 ab 92.4 b 96.4 a 95.3 ab 95.2 ab

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 4.8%

(32)

Tabel 4. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih terhadap BKKN

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

Rata-rata

0 3 6 9 12 15

…….…….………g...

Kontrol 0.37 0.42 0.37 0.41 0.34 0.39 0.38 a TD-J7 0.31 0.34 0.35 0.36 0.30 0.39 0.34 b TPB3 0.31 0.35 0.36 0.40 0.28 0.36 0.34 b TD-TM1 0.31 0.35 0.37 0.37 0.30 0.35 0.34 b Curcuma 0.34 0.34 0.32 0.35 0.30 0.37 0.34 b Rata-rata 0.33 b 0.36 a 0.35 a 0.38 a 0.30 c 0.37 a

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 10.0%

Tabel 5 menunjukkan nilai indeks vigor nyata mengalami peningkatan dari periode simpan 0 minggu sampai dengan 15 minggu. nilai indeks vigor tertinggi terjadi pada minggu ke-9 dengan nilai 94.5%.

Tabel 5. Pengaruh periode simpan terhadap IV

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

Rata-rata

0 3 6 9 12 15

…….…….………%...

Kontrol 64.0 83.3 84.7 93.3 89.3 91.3 84.3 TD-J7 75.3 76.0 70.7 94.0 93.3 96.0 84.2

TPB3 75.3 83.3 88.0 94.0 93.3 92.7 87.8

TD-TM1 91.3 68.0 84.0 94.7 86.0 91.3 85.9 Curcuma 62.0 80.0 83.3 96.7 83.3 93.3 83.1 Rata-rata 73.6 d 78.1 cd 82.1 bc 94.5 a 89.1 ab 92.9 a

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 10.9%

(33)

Tabel 6. Pengaruh periode simpan terhadap KCT

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

Rata-rata

0 3 6 9 12 15

…….…….…………%KN/ etmal...

Kontrol 20.0 19.7 22.7 24.3 22.2 24.0 22.1

TD-J7 18.4 19.0 21.5 24.3 21.7 24.0 21.5

TPB3 15.3 19.6 22.4 23.8 21.0 22.7 20.8

TD-TM1 18.6 17.0 21.6 22.8 20.8 23.3 20.7 Curcuma 17.6 19.4 21.5 23.7 19.4 22.5 20.7 Rata-rata 18.0 d 19.0 d 21.9 bc 23.7 a 21.0 c 23.3 ab

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 9.4%

Percobaan 2: Pengaruh Pelapisan Benih terhadap Daya Simpan benih Padi Hibrida Varietas SL-8

Rekapitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 9-14) pada Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang berpengaruh sangat nyata antara periode simpan dengan pelapisan benih pada tolok ukur IV dan berpengaruh nyata pada BKKN. Faktor tunggal pelapisan benih berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur KA. Faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur KA, BKKN, IV dan KCT serta berpengaruh nyata pada DB.

Tabel 7. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan, pelapisan benih, dan interaksinya terhadap tolok ukur KA, DB, PTM, BKKN, IV dan KCT pada benih padi hibrida varietas SL-8.

Tolok Ukur

Perlakuan

Periode Pelapisan Interaksi

KK (%)

Simpan Benih(C) (PxC)

KA ** ** tn 13.8%

DB * tn tn 5.3%

PTM tn tn tn 5.0%

BKKN ** tn * 9.7%

IV ** tn ** 8.5%

KCT ** tn tn 9.7%

(34)

Kadar air benih isolat TD-TM1 nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. Sampai dengan periode simpan 15 minggu KA nyata dapat dipertahankan dengan nilai rata-rata sebesar 11.0%. Kadar air nyata mengalami peningkatan dari periode simpan 9 sampai 15 minggu (Tabel 8).

Tabel 8. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih terhadap KA

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu) Rata-rata

0 3 6 9 12 15

…….…….………%...

Kontrol 10.9 10.4 10.7 10.0 9.0 11.7 10.4 a

TD-J7 11.0 9.9 11.0 7.7 9.6 11.0 10.0 a

TPB3 11.0 10.6 11.7 10.0 11.0 11.7 11.0 a

TD-TM1 8.0 7.9 9.7 7.7 8.6 10.0 8.6 b

Curcuma 10.3 11.0 11.3 10.0 9.7 10.7 10.5 a Rata-rata 10.2 ab 10.0 abc 10.9 a 9.1 c 9.6 bc 11.0 a Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK =13.8%

Daya berkecambah nyata mengalami penurunan dari periode simpan 0 minggu hingga 15 minggu. Nilai daya berkecambah terendah terjadi pada saat periode simpan 6 minggu dengan nilai sebesar 87.3% (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh periode simpan terhadap DB

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

Rata-rata

0 3 6 9 12 15

…….…….………%...

Kontrol 96.7 89.3 82.0 94.0 92.7 90.0 90.8 TD-J7 94.7 92.0 85.3 90.7 93.3 85.3 90.2

TPB3 89.3 88.0 91.3 88.0 89.3 89.3 89.2

TD-TM1 95.3 92.7 89.3 97.3 97.3 90.0 93.7 Curcuma 92.7 86.7 90.7 91.3 88.7 93.3 90.6 Rata-rata 93.7 a 89.7 bc 87.3 c 92.3 ab 92.3 ab 89.6 bc

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 5.3%

(35)
[image:35.595.101.517.114.256.2]

Tabel 10. Pengaruh periode simpan terhadap KCT

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

Rata-rata

0 3 6 9 12 15

…….………%KN/ etmal...

Kontrol 21.8 19.2 19.0 22.1 20.4 20.9 20.6 TD-J7 20.8 20.8 15.4 22.5 20.1 21.0 20.0

TPB3 21.1 17.8 20.1 21.4 19.6 20.6 20.1

TD-TM1 21.4 18.9 21.6 23.7 21.7 22.0 21.5 Curcuma 21.7 16.4 22.0 22.4 20.2 21.7 20.7 Rata-rata 21.4 ab 18.5 d 19.6 cd 22.4 a 20.4 bc 21.2 ab Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK =9.7%

Nilai BKKN pada perlakuan TD-TM1 nyata lebih rendah dari perlakuan lain pada periode penyimpanan 0 minggu. Semua perlakuan menunjukkan nilai yang sama pada minggu ke-15. Perlakuan tanpa coating (kontrol) dan TD-TPB3 terjadi penurunan yang nyata pada periode penyimpanan 15 minggu, sedangkan perlakuan coating isolat TD-J7, TD-TM1 dan curcuma nyata tidak mengalami penurunan (Tabel 11).

Tabel 11. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap BKKN

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

0 3 6 9 12 15

…….…….………g...

Kontrol 0.46 a 0.38 b-e 0.33 e 0.41 a-d 0.43 a-c 0.38 b-e TD-J7 0.40 a-e 0.37 b-e 0.34 de 0.37 c-e 0.34 de 0.37 c-e TD-TPB3 0.45 ab 0.35 de 0.30 a-e 0.39 a-e 0.35 de 0.34 de TD-TM1 0.35 de 0.38 b-e 0.42 a-c 0.44 a-c 0.38 b-e 0.39 a-e Curcuma 0.41 a-d 0.37 c-e 0.36 c-e 0.40 a-e 0.35 d-e 0.38 b-e Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 9.7%

(36)

Tabel 12. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap IV

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

0 3 6 9 12 15

…….…….………%... Kontrol 91.3 ab 76.0 c-g 67.3 g 90.0 ab 84.0 a-e 88.7 a-c TD-J7 84.7 a-d 85.3 a-c 68.7 fg 88.0 a-c 90.0 ab 80.7 b-f TD-TPB3 81.3 a-f 67.3 g 84.7 a-d 86.7 a-c 72.0 d-g 87.3 a-c TD-TM1 86.7 a-c 79.3 b-g 88.0 a-c 94.7 a 87.3 a-c 84.0 a-e Curcuma 88.7 a-c 71.3 e-g 90.0 ab 88.0 a-c 86.7 a-c 88.0 a-c Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 8.5%

Percobaan 3: Pengaruh Pelapisan Benih terhadap Daya Simpan benih Padi Hibrida Varietas INTANI-2

Rekapitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 15-20) pada Tabel 13 menunjukkan bahwa interaksi antara periode simpan dan pelapisan benih berpengaruh nyata pada tolok ukur PTM, BKKN dan IV. Faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur BKKN, IV dan KCT. Faktor tunggal pelapisan benih berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur KA dan PTM serta berpengaruh nyata pada tolok ukur BKKN dan IV.

Tabel 13. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan, Pelapisan benih, dan interaksinya terhadap KA, DB, PTM, BKKN, IV dan KCT pada padi hibrida varietas INTANI-2.

Tolok Ukur

Perlakuan

Periode Pelapisan Interaksi

KK (%)

Simpan Benih(C) (PxC)

KA tn ** tn 15.6%

DB tn tn tn 6.4%

PTM tn ** * 4.3%

BKKN ** * * 8.8%

IV ** * * 8.2%

KCT ** tn tn 7.7%

(37)

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa kadar air isolat TD-TM1 nyata lebih rendah dibandingkan dengan semua perlakuan. Kadar air isolat J7, TD-TPB3 dan curcuma tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol.

Tabel 14. Pengaruh perlakuan pelapisan benih terhadap KA

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

Rata-rata

0 3 6 9 12 15

…….…….………%...

Kontrol 9.3 9.3 11.3 8.0 11.3 11.7 10.1 a TD-J7 10.6 9.3 10.0 10.3 11.7 10.3 10.4 a

TPB3 10.3 9.6 11.0 9.7 10.7 11.7 10.5 a

TD-TM1 8.9 9.6 9.0 9.3 6.0 10.0 8.8 b

Curcuma 10.9 11.9 11.7 10.3 11.3 11.3 11.2 a Rata-rata 10.0 10.0 10.6 9.5 10.2 11.0 Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 15.6%

Tabel 15 menunjukkan nilai KCT berfluktuasi selama periode penyimpanan 15 mingu. Nilai KCT tertinggi diperoleh pada saat minggu ke-9 dengan nilai 21.9 %KN/ etmal.

Tabel 15. Pengaruh periode simpan terhadap KCT

Perlakuan Benih Periode Simpan (minggu) Rata-rata

0 3 6 9 12 15

……….…………%KN/ etmal... Kontrol 19.8 17.7 19.2 22.0 20.6 21.3 20.1 TD-J7 20.8 18.9 17.8 22.5 17.7 20.4 19.7

TPB3 20.9 17.6 22.2 20.9 19.1 20.7 20.2

TD-TM1 20.5 20.6 18.6 22.2 21.1 20.4 20.6 Curcuma 20.2 19.8 21.3 22.0 19.4 19.7 20.4 Rata-rata 20.4 b 18.9 c 19.8 bc 21.9 a 19.6 bc 20.5 b Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK =7.7%

(38)

Tabel 16. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap PTM

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

0 3 6 9 12 15

…….…….………%...

Kontrol 97.3 a 96.7 ab 94.0 a-d 92.7 a-e 96.0 ab 94.7 a-c TD-J7 89.3 b-g 86.0 e-g 94.7 a-c 96.0 ab 90.0 a-g 92.0 a-f TD-TPB3 91.3 a-f 83.3 g 92.7 a-e 94.0 a-d 86.7 d-g 88.0 c-g TD-TM1 94.0 a-d 93.3 a-e 93.3 a-e 92.0 a-f 93.3 a-e 92.0 a-f Curcuma 86.0 e-g 90.7 a-g 84.7 fg 92.0 a-f 90.0 a-g 93.3 a-e

Tabel 17. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap BKKN

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

0 3 6 9 12 15

…….…….………g...

Kontrol 0.27 d-g 0.30 c-g 0.30 b-g 0.30 c-g 0.36 ab 0.31 a-g TD-J7 0.30 b-g 0.26 g 0.30 b-g 0.32 a-e 0.36 a 0.30 c-g TD-TPB3 0.34 a-c 0.26 fg 0.32 a-f 0.30 b-g 0.33 a-d 0.26 c-g TD-TM1 0.35 a-c 0.28 d-g 0.30 b-g 0.32 a-d 0.36 a 0.30 b-g Curcuma 0.26 e-g 0.26 g 0.25 g 0.30 b-g 0.35 a-c 0.30 b-g Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 8.8%

Tabel 18. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap IV

Perlakuan Benih

Periode Simpan (minggu)

0 3 6 9 12 15

…….…….………%... Kontrol 74.7 a-h 66.7 h 71.1 d-h 88.0 a 80.7 a-h 86.7 ab TD-J7 85.3 a-d 67.3 h 68.7 f-h 83.3 a-e 68.0 g-h 77.3 a-h TD-TPB3 73.3 b-h 72.0 c-h 71.3 d-h 82.0 a-g 78.7 a-h 84.0 a-d TD-TM1 86.0 a-c 82.7 a-f 66.7 h 82.7 ab 82.0 a-g 88.0 a Curcuma 80.0 a-h 69.3 e-a 80.7 a-h 84.0 a-d 86.0 a-c 75.3 a-h Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan KK = 8.2%

[image:38.595.103.515.551.677.2]
(39)

75 80 85 90 95 100

0 3 6 9 12 15

Da

y

a

berk

ec

a

m

ba

h

(%)

Periode simpan (minggu)

DG-1

SL-8

INTANI-2 Berdasarkan tolok ukur daya berkecambah pada Gambar 9, terlihat bahwa varietas DG-1 memiliki viabilitas yang paling baik dibandingkan dengan varietas SL-8 dan INTANI-2 sampai 15 minggu penyimpanan.

Gambar 9. Daya berkecambah varietas DG-1, SL-8 dan INTANI-2

[image:39.595.112.514.166.301.2]

Gambar 10 menunjukkan bahwa padi hibrida varietas INTANI-2, DG-1 dan SL-8 memiliki karakteristik morfologi yaitu lemma dan paleanya (glume) terbuka. Varietas INTANI-2 memiliki lemma dan palea yang terbuka lebar sehingga lebih rentan terhadap kerusakan mekanis serta mempengaruhi kualitas benih apabila disimpan dalam waktu lama.

Gambar 10. Benih kontrol dan coating

INTANI-2 DG-1 SL-8

Kontrol Kontrol Kontrol

[image:39.595.107.512.467.699.2]
(40)

Gambar 11 menunjukkan pada tempat penyimpanan ditemukan hama gudang yang menyerang ketiga varietas benih padi hibrida. Hama tersebut antara lain Sitophilus spp dan Rhizoperta dominica. Terdapatnya hama diduga karena benih sebelumnya telah terinvestasi oleh hama saat benih masih berada di lapangan.

Tanda serangan hama tersebut pada benih adalah benih berlubang dan terdapat serbuk gabah bekas gerekan hama yang ditemukan di sekitar benih (Gambar 12).

Pembahasan

[image:40.595.106.484.80.842.2]

Benih padi hibrida varietas DG-1, SL-8 dan INTANI-2 sampai periode penyimpanan 15 minggu memiliki viabilitas yang tinggi. Hal ini terlihat pada semua tolok ukur yang diamati yang menunjukkan nilai yang masih tinggi. Nilai daya berkecambah rata-rata untuk benih padi hibrida varietas DG-1 sebesar 95.2%, SL-8 sebesar 89.6% dan INTANI-2 sebesar 85.6%. Kadar air merupakan

Gambar 11. Hama gudang Sitophilus spp dan Rhizoperta dominica

[image:40.595.123.469.200.320.2]
(41)

faktor penting yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan viabilitas benih karena kadar air yang tinggi dapat mempercepat laju kemunduran benih. Kadar air benih ketiga varietas padi hibrida mengalami fluktuasi selama penyimpanan, hal ini dikarenakan benih bersifat higroskopis yaitu selalu mengadakan keseimbangan dengan udara disekitarnya (Justice dan Bass, 2002). Kadar air varietas DG-1, SL-8 dan INTANI-2 pada akhir penyimpanan masih rendah dengan nilai masing-masing sebesar 10.99%, 11.00% dan 11.00% sehingga mampu mempertahankan viabilitas benih padi hibrida. Benih padi hibrida termasuk dalam benih ortodoks dan kadar air benih ortodoks yang aman untuk disimpan adalah di bawah 12%. Faktor yang mempengaruhi terjaganya kadar air salah satunya adalah kemasan benih yang pada penelitian ini menggunakan plastik poliethylen, sehingga mampu meminimalisasi terjadinya pertukaran udara dengan lingkungan sekitar.

Daya berkecambah adalah kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang optimum (Sadjad, 1993). Isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 dapat menghasilkan nilai rata-rata DB tertinggi sebesar 95.9% pada varietas DG-1. Strain TD-TM1 menghasilkan nilai rata-rata DB tertinggi dengan nilai 93.7% pada varietas SL-8 dan pada varietas INTANI-2 sebesar 88.4%.

Indeks vigor varietas DG-1 mengalami peningkatan pada periode simpan 0-15 minggu (Tabel 5). Varietas DG-1 memiliki nilai IV paling tinggi pada periode simpan 9 minggu dengan nilai rata-rata 94.5%. Varietas SL-8 dan INTANI-2 menunjukkan isolat TD-TM1 memiliki nilai IV yang paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 86.7% dan 82%, sedangkan pada varietas DG-1 menunjukkan isolat TPB3 memiliki nilai IV yang paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 79.9%.

Isolat TD-TM1 menunjukkan nilai DB dan IV tertinggi pada varietas SL-8 dan INTANI-2, sedangkan isolat TD-TPB3 menunjukkan nilai DB dan IV tertinggi pada varietas DG-1. Hal ini diduga karena pada masing-masing varietas padi hibrida memiliki keragaman genetik yang berbeda-beda sehingga memberikan respon yang berbeda juga terhadap fungsi hormon yang dihasilkan isolat Methylobacterium spp. Fitohormon yang diproduksi oleh isolat

(42)

mempercepat pertumbuhan kecambah. Lidstrom dan Chistoserdova (2002) menyatakan bahwa Methylobacterium berperan menginduksi produksi fitohormon yang dapat menstimulasi pembelahan sel, meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.

Potensi tumbuh maksimum varietas DG-1 dapat dipertahankan sampai periode simpan 15 minggu dengan nilai rata-rata sebesar 97.3%. Varietas INTANI-2 memiliki nilai PTM paling tinggi pada periode simpan 9 minggu dengan nilai rata-rata sebesar 93.3%. Sedangkan varietas SL-8 memiliki nilai PTM paling tinggi pada periode simpan 15 minggu dengan nilai rata-rata sebesar 98.1%. Perlakuan coating dan tanpa coating dapat mempertahankan nilai PTM sampai periode simpan 15 minggu.

Berat kering kecambah normal menggambarkan kemampuan benih dalam memanfaatkan cadangan makanan pada saat proses metabolisme berlangsung untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Nilai BKKN mencerminkan keadaan fisiologis suatu benih, artinya semakin tinggi nilai BKKN mutu fisiologis benih tersebut juga tinggi sehingga mampu menghasilkan kecambah normal dengan bobot kering yang tinggi. Perlakuan tanpa coating (kontrol) memiliki nilai yang paling tinggi dengan nilai rata-rata 0.38 g pada varietas DG-1, sedangkan perlakuan coating memiliki nilai rata-rata yang sama yaitu 0.34 g.

Kecepatan tumbuh merupakan tolok ukur dari vigor kekuatan tumbuh. Nilai KCT yang tinggi menunjukkan benih dapat tumbuh menjadi kecambah normal dalam waktu yang relatif singkat, sehingga dapat tumbuh secara serempak pada kondisi suboptimum. Varietas DG-1 menunjukkan nilai KCT yang nyata meningkat dari periode penyimpanan 0 minggu sampai dengan periode penyimpanan 9 minggu. Varietas DG-1 sudah mengalami patah dormansi yang ditunjukkan dengan nilai DB awal sebesar 88.3%, hanya saja kalau dilihat berdasarkan tolok ukur kecepatan tumbuh menunjukkan patah dormansinya belum maksimum dan mengalami peningkatan sampai dengan minggu ke-9 (Tabel 6).

(43)

rendah dibandingkan dengan yang lainnya berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (Gambar 9), namun demikian varietas INTANI-2 dapat mempertahankan viabilitas benih sampai dengan periode penyimpanan 15 minggu. Hal ini membuktikan bahwa kondisi penyimpanan dan perlakuan pelapisan benih dapat mempertahankan viabilitas benih.

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Benih coating dan kontrol dapat mempertahankan viabilitas benih padi hibrida varietas DG-1, SL-8 dan INTANI-2 selama periode penyimpanan 15 minggu berdasarkan tolok ukur daya berkecambah. Nilai rata-rata daya berkecambah untuk benih varietas DG-1 sebesar 95.2%, SL-8 sebesar 89.6% dan INTANI-2 sebesar 85.6%.

Perlakuan pelapisan benih dengan isolat Methylobacterium spp dan tepung curcuma maupun tanpa pelapisan benih (kontrol) menunjukkan hasil yang sama sampai dengan periode penyimpanan 15 minggu.

Perlakuan pelapisan benih dengan isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 dan TD-TM1 merupakan isolat yang baik untuk digunakan sebagai perlakuan coating.

Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Akram, M., Shahabuddin, A. Ahmed, K. Usmanghani, A. Hannan, E. Mohiuddin, M. Asif. 2010. Curcuma longa and Curcumin: A Review article. Rom J. Biol - Plant Biol. 55: 65-70.

Asih, P. R. 2012. Pengaruh Coating terhadap Viabilitas Benih Kacang Tanah Selama Penyimpanan. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 34 hal.

Badan Pusat Statistik. 2010. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia. http://www.sp2010.bps.go.id/files/ebook/0000.pdf. [9 Oktober 2011]

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2006. Teknik produksi benih padi hibrida. http://www.knowledgebank.irri.org. [9 Oktober 2011].

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2011. Temu lapang pengembangan padi hibrida. http://www.bbpadi.litbang.deptan.go.id/. [9 Oktober 2011].

Copeland, L. O. and M. B. McDonald. 2001. Seed Science and Technology 4th edition. Kluwer Academic Publisher. London. 425p.

Departemen Pertanian. 2007. Sosialisasi padi hibrida mendukung peningkatan produksi padi nasional. http://www.litbang.deptan.go.id/press/one/1/pdf/. [9 Oktober 2011].

Ilyas, S. 2003. Teknologi Pelapisan Benih. Makalah Seminar Benih Pellet. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 16 hal.

Jourand, P., E. Giraud, G. Bena, A. Sy, A. Williems, M. Gillis, B. Dreyfus and P. De Lajudie. 2004. Methylobacterium nodulans sp. nov., for a Group of Aerobic, Facultative Methylotropic, Legume Root-Nodule-Forming and Nitrogen-Fixing Bacteria. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology. 54: 2269-2273.

Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Penyimpanan Benih (diterjemahkan dari : Principles and Practices of Seed Storage, penerjemah : Rennie Roesli). PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 446 hal.

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2011. Rakor peningkatan produksi beras nasional (P2BN) tahun 2011. http://www.pphp.deptan.go.id/. [9 Oktober 2011].

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.

Kutschera, U. 2007. Plant associated Methylobacteria as co-evolved phytosymbions. Plant Signaling & Behavior. 2: 74-78.

(46)

Madhaiyan, M., S. Poonguzhali, S. Kwon, T. Sa. 2009. Methylobacterium phyllosphaerae sp. nov., a Pink-Pigmented, Facultative Methylotroph from the Phyllosphere of Rice. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology. 59: 22-27.

Mugnisjah, W. Q. 2007. Teknologi Benih. Universitas Terbuka. Jakarta. 460 hal.

Patt, T. E, G. C. Cole, R. S. Hanson. 1976. Methylobacterium, a new genus of facultatively methylotrophic bacteria. International Journal of Systematic Bacteriology. P. 226-229.

Pelzar, M. P. dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid ke-1. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 443 hal.

Rahayu, E. dan E. Widajati. 2007. Pengaruh kemasan, kondisi ruang simpan dan periode simpan terhadap viabilitas benih caisin (Brassica chinensis L.). Bul. Agron. 35: 191-196.

Ryu, Jeounghyun, M. Madhaiyan, S. Poonguzhali, W. Yim, P. Indiragandhi, K. Kim, R. Anadham, J. Yun, K. H. Kim, and T. Sa. 2006. Plant growth substances produced by Methylobacterium spp and their effect on tomato (Lycopersicum esculentum

L.) and red pepper (Capsicum annuum L.) Growth. Journal of Microbiology and Biotechnology. 16(10): 1622-1628.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 142 hal.

Satoto, B. Sutaryo, dan B. Suprihatno. 2010. Prospek Pengembangan Varietas Padi Hibrida. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id. [9 Oktober 2011].

Sutopo, L. 2002. Tehnologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 236 hal.

Widajati, E., S. Salma, M. Kosmiantin, E. Pratiwi, dan S. Rahayu. 2008. Potensi

Methylobacterium spp Asal Kalimantan Timur untuk Meningkatkan Mutu Benih dan Kultur in vitro Tanaman serta Analisis Keragamannya. Laporan Penelitian KKP3T. Bogor. 56 hal.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius. Yogyakarta. 278 hal.

(47)
(48)
[image:48.595.93.516.88.802.2]

Tabel Lampiran 1. Komposisi media amonium mineral salt (AMS)

Bahan Konsentrasi (g/ l)

K2HPO4 1.74 g

NaH2PO4H2O 1.38 g

(NH4)2SO4 0.5 g

MgSO4.7H2O 0.2 g

CaCl2.2H2O 0.025 mg

FeSO4.7H2O 4.8 mg

Methanol 1 % (10 ml)

Trace element 0.5 ml

Bacto agar 20 g

Tabel Lampiran 2. Komposisi trace element

Bahan Konsentrasi (mg/ l)

ZnSO4.7H2O 5 mg

MgCl.4H2O 40 mg

CaCl2.6H2O 0.1 mg

CuSO4.5H2O 0.04 mg

H3BO3 200 mg

(49)
[image:49.595.96.519.43.827.2]

Tabel Lampiran 3. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kadar air benih padi hibrida varietas DG-1

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 53.69 10.74 5.90 0.0003

Ulangan (periode) 12 17.71 1.47 0.81 0.63

Perlakuan 4 34.89 8.72 4.79 0.0025

Periode*Perlakuan 20 38.06 1.90 1.05 0.43

Galat 48 87.38 1.82

Total Terkoreksi 89 231.74

KK=13.4%

Tabel Lampiran 4. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh benih padi hibrida varietas DG-1

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 403.90 80.78 20.44 <.0001

Ulangan (periode) 12 47.47 3.96 1.00 0.46

Perlakuan 4 28.20 7.05 1.78 0.15

Periode*Perlakuan 20 50.05 2.50 0.63 0.87

Galat 48 189.74 3.95

Total Terkoreksi 89 719.36 KK=9.4%

Tabel Lampiran 5. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur daya berkecambah benih padi hibrida varietas DG-1

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 653.55 130.71 6.36 0.0001

Ulangan (periode) 12 331.20 27.60 2.93 0.23

Perlakuan 4 240.71 60.18 2.93 0.03

Periode*Perlakuan 20 531.55 26.58 1.29 0.23

Galat 48 986.13 20.54

(50)
[image:50.595.97.520.53.819.2]

Tabel Lampiran 6. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum benih padi hibrida varietas DG-1

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 44.09 8.82 1.38 0.25

Ulangan (periode) 12 59.20 4.93 0.77 0.67

Perlakuan 4 25.15 6.29 0.99 0.42

Periode*Perlakuan 20 135.91 6.79 1.07 0.41

Galat 48 306.13 6.38

Total Terkoreksi 89 570.49 KK=2.6%

Tabel Lampiran 7. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur berat kering kecambah normal benih padi hibrida varietas DG-1

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 0.06 0.01 9.80 <.0001

Ulangan (periode) 12 0.01 0.0007 0.57 0.86

Perlakuan 4 0.03 0.01 5.82 0.0007

Periode*Perlakuan 20 0.02 0.0009 0.79 0.72

Galat 48 0.06 0.001

Total Terkoreksi 89 0.18 KK=10.0%

Tabel Lampiran 8. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur indeks vigor benih padi hibrida varietas DG-1

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 5334.93 1066.99 12.32 <.0001

Ulangan (periode) 12 1869.87 155.82 1.80 0.07

Perlakuan 4 235.82 58.95 0.68 0.61

Periode*Perlakuan 20 2732.18 136.61 1.58 0.09

Galat 48 4156.80 86.60

(51)
[image:51.595.94.519.49.822.2]

Tabel Lampiran 9. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kadar air benih padi hibrida varietas SL-8

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 41.66 8.33 4.24 0.002

Ulangan (periode) 12 19.07 1.59 0.81 0.64

Perlakuan 4 56.95 14.24 7.25 0.0001

Periode*Perlakuan 20 22.67 1.13 0.58 0.91

Galat 48 94.23 1.96

Total Terkoreksi 89 234.58 KK=13.8%

Tabel Lampiran 10. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh benih padi hibrida varietas SL-8

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 144.27 28.85 7.16 <.0001

Ulangan (periode) 12 53.15 4.42 1.10 0.38

Perlakuan 4 27.83 6.96 1.73 0.16

Periode*Perlakuan 20 104.70 5.23 1.30 0.23

Galat 48 193.45 4.03

Total Terkoreksi 89 523.39 KK=9.7%

Tabel Lampiran 11. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur daya berkecambah benih padi hibrida varietas SL-8

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 372.62 74.52 3.18 0.015

Ulangan (periode) 12 143.47 11.95 0.51 0.90

Perlakuan 4 199.11 49.78 2.12 0.092

Periode*Perlakuan 20 559.82 27.99 1.19 0.30

Galat 48 1125.87 23.45

(52)
[image:52.595.105.514.39.829.2]

Tabel Lampiran 12. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum benih padi hibrida varietas SL-8

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 180.09 36.02 1.58 0.18

Ulangan (periode) 12 97.60 8.13 0.36 0.97

Perlakuan 4 24.71 6.18 0.27 0.90

Periode*Perlakuan 20 211.02 10.55 0.46 0.97

Galat 48 1097.07 22.85

Total Terkoreksi 89 1610.49 KK=5.0 %

Tabel Lampiran 13. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur berat kering kecambah normal benih padi hibrida varietas SL-8

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 0.03 0.0058 4.22 0.003

Ulangan (periode) 12 0.02 0.0017 1.22 0.30

Perlakuan 4 0.011 0.0029 2.10 0.096

Periode*Perlakuan 20 0.06 0.003 2.19 0.014

Galat 48 0.066 0.0014

Total Terkoreksi 89 0.19 KK=9.7%

Tabel Lampiran 14. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur indeks vigor benih padi hibrida varietas SL-8

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 1837.15 367.43 7.29 <.0001

Ulangan (periode) 12 453.87 37.82 0.75 0.70

Perlakuan 4 496.44 124.11 2.46 0.06

Periode*Perlakuan 20 2533.95 126.70 2.51 0.0047

Galat 48 2420.80 50.43

(53)
[image:53.595.101.515.56.815.2]

Tabel Lampiran 15. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kadar air benih padi hibrida varietas INTANI-2

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 20.38 4.07 1.62 0.17

Ulangan (periode) 12 24.96 2.08 0.82 0.62

Perlakuan 4 55.85 13.96 5.53 0.001

Periode*Perlakuan 20 67.36 3.37 1.33 0.20

Galat 48 121.11 2.52

Total Terkoreksi 89 289.67 KK=15.6%

Tabel Lampiran 16. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh benih padi hibrida varietas INTANI-2

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 79.18 15.84 6.52 0.0001

Ulangan (periode) 12 26.36 2.20 0.90 0.55

Perlakuan 4 8.22 2.05 0.85 0.50

Periode*Perlakuan 20 85.71 4.29 1.76 0.055

Galat 48 116.60 2.43

Total Terkoreksi 89 316.08 Kk=7.7%

Tabel Lampiran 17. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur daya berkecambah benih padi hibrida varietas INTANI-2

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 248.75 49.75 1.68 0.16

Ulangan (periode) 12 799.47 66.62 2.25 0.02

Perlakuan 4 225.78 56.44 1.91 0.12

Periode*Perlakuan 20 656.35 32.82 1.11 0.37

Galat 48 1421.87 29.62

(54)
[image:54.595.106.515.52.842.2]

Tabel Lampiran 18. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum benih padi hibrida varietas INTANI-2

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 88.93 17.79 1.13 0.36

Ulangan (periode) 12 165.87 13.82 0.88 0.57

Perlakuan 4 448.44 112.11 7.11 0.0001

Periode*Perlakuan 20 589.95 29.50 1.87 0.038

Galat 48 756.80 15.77

Total Terkoreksi 89 2050.00 KK=4.3%

Tabel Lampiran 19. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur berat kering kecambah normal benih padi hibrida varietas INTANI-2

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 0.05 0.01 15.21 <.0001

Ulangan (periode) 12 0.01 0.001 1.75 0.08

Perlakuan 4 0.008 0.002 3.15 0.02

Periode*Perlakuan 20 0.03 0.001 1.99 0.03

Galat 48 0.03 0.0007

Total Terkoreksi 89 0.14 KK=8.8%

Tabel Lampiran 20. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih terhadap tolok ukur indeks vigor benih padi hibrida varietas INTANI-2

Sumber db JK KT F hit Pr>F

Periode 5 2235.02 447.00 10.78 <.0001

Ulangan (periode) 12 1179.73 98.31 2.37 0.01

Perlakuan 4 494.67 123.67 2.98 0.02

Periode*Perlakuan 20 1775.20 88.76 2.14 0.02

Galat 48 1990.93 41.48

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)

Seed Coating treatment with Methylobacterium spp and curcuma flour to Increase Life Span of Hybrid Rice Seeds

Yuyuk Agung Lastiandika1, Eny Widajati2, Selly Salma3 1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB 2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB 3

Gambar

Gambar 2. Struktur benih padi bagian dalam
Gambar 5. Isolat Methylobacterium spp di media padat
Gambar 8. Kecambah normal dan abnormal
Gambar 10. Benih kontrol dan coating
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bahan klarifikasi diharapkan membawa seluruh dokumen isian kualifikasi yang asli atau yang telah dilegalisir oleh instansi/lembaga yang menerbitkan, mengingat

Berdasarkan Data primer yang di dapatkan dilapangan yakni suhu di perairan Nongsa masih dikategorikan stabil juga dengan DO,Pasang Surut bertipe semi diurnal, dan Pola

Pada bulan Juni 2016, NTPT mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen apabila dibandingkan bulan Mei 2016 yaitu dari 97,96 menjadi 98,44 , hal ini terjadi karena laju indeks

NAMA KEGIATAN / PAKET PENGADAAN VOLUME LOKASI PAGU ANGGARAN PENGGUNA ANGGARAN Belanja Tas Kegiatan Diklat Manajemen Perkantoran Desa Rangkasbitung Rp 12,500,000.00. Belanja

67,70, dan tindakan III nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah 73,95. Nilai rata-rata yang dicapai tersebut menunjukan bahwa aktivitas

Sistem yang menggabungkan bahasa Arab dalam pendidikan al-Quran Kajian tentang aktiviti mengingat dan hafazan al-Quran 2.5.1 Hafazan al-Quran sebagai aktiviti kognitif 2.5.2

and the author of De‐ coding the IT Value Problem (Wiley, 2013) puts it succinctly: “For quite a while, IT has been called ‘the office of no.’ Smart CIOs work hard at