Penyelesaian sengketa merek menurut
undang-undang nomor 15 tahun 2001
Tentang merek
(studi kasus sengketa antara honda karisma dan tossa krisma)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh:
Tri Suci Rahayu
E.0004300
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PENYELESAIAN SENGKETA MEREK MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK
(Studi Kasus Sengketa Antara Honda Karisma dan Tossa Krisma)
Disusun oleh:
TRI SUCI RAHAYU
E. 0004300
Disetujui untuk Dipertahankan
Pembimbing
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PENYELESAIAN SENGKETA MEREK MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK
(Studi Kasus Sengketa Antara Honda Karisma dan Tossa Krisma)
Disusun oleh:
TRI SUCI RAHAYU
NIM : E. 0004300
Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
pada :
Hari
: Rabu
Tanggal
: 30 April 2008
TIM PENGUJI
1. Djuwityastuti, S.H.
: __________________________
Ketua
2. Suraji, S.H., M.H.
: __________________________
Sekretaris
3. Hernawan Hadi, S.H., M.Hum : __________________________
Anggota
MENGETAHUI
Dekan
MOTTO
Barang siapa yang melewati jalan dengan tujuan mencari ilmu, maka
ALLAH SWT memudahkan baginya jalan menuju ke Surga
(H.R.Ar-Timidzi)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(Q.S. Alam Nasyrah: 6)
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya...
(Q.S. Al-Baqarah: 286)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk, (yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa
mereka akan kembali kepadaNya.
(Q.S. Al Baqarah: 45-46)
Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu;
jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu
PERSEMBAHAN
Sebuah karya sederhana ini, kupersembahkan kepada:
Allah SWT, Penguasa Alam Semesta, Pencipta Pemikiran Dan Ilmu Pengetahuan, Serta
Pelindung Setiap Makhluk
Nabi Muhammad SAW, pemimpinku.
Beliau-beliau tercinta yang selalu menjaga, merawatku dan mendidikku hingga aku dewasa,
beliau Ibu, Ibu, Ibu dan Bapakku..
Kedua kakakku tersayang, yang telah memberikan warna dalam hidupku.
Seseorang yang dengan ijin-Nya kelak akan menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Aku
percaya bahwa kamulah yang terbaik yang dikirimkan Allah untukku.
Sahabat-sahabatku tersayang, kalian adalah penggalan terindah dari perjalanan hidup ini.
&
Civitas Akademika
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang serta
diiringi rasa syukur kehadirat Illahi Rabbi, Penulisan Hukum (Skripsi) yang
berjudul “PENYELESAIAN SENGKETA MEREK MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 (STUDI KASUS SENGKETA ANTARA
HONDA KARISMA DAN TOSSA KRISMA)” dapat penulis selesaikan.
Penulisan hukum ini disususn dengan tujuan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penulis mengakui bahwa penulisan hukum ini tidaklah mungkin selesai
tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-sebesarnya kepada :
1.
Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang
telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
2.
Ibu Ambar Budi S, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Perdata, yang
telah membantu dalam penunjukan Dosen Pembimbing.
3.
Bapak Hernawan Hadi, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Penulisan Hukum
yang telah menyediakan waktu dan banyak memberikan sumbangan
pemikiran, serta dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis hingga tersusunnya Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
4.
Bapak Sugeng Praptono, S.H. selaku Pembimbing Akademis, terima kasih
atas nasehat yang berguna serta semangat yang selalu diberikan selama
penulis belajar di Fakultas Hukum UNS.
5.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuan umumnya dan ilmu hukum khususnya kepada penulis sehingga
dapat dijadikan bekal penulis dalam penulisan hukum ini dan semoga dapat
penulis amalkan dalam kehidupan masa depan penulis.
7.
Ibu, Ibu, Ibu dan Bapak yang dengan tulus telah memberikan doa yang tiada
henti, semangat, cinta dan kasih sayang serta segalanya kepada penulis,
semoga Ananda dapat membalas budi jasa kalian dengan memenuhi harapan
kalian kepada Ananda.
8.
Kedua kakakku tersayang yang telah memberikan banyak doa, dukungan,
nasehat dan bimbingan, sampai kapanpun kalian akan selalu menjadi kakak
yang terhebat bagi diriku (Ayo kita wujudkan impian Nyak dan Babe!!).
9.
Keluarga besarku yang tak pernah henti memberikan nasehat, doa dan
semangat kepada penulis.
10.
Keluarga Bapak Suteng Supriyantoro dan Alm. Ibu Supriyati yang telah
memberikan banyak nasehat, dukungan, bimbingan serta doa selama penulis
tinggal di Solo (untukmu Ibu, hanya doa yang dapat kupersembahkan untuk
membalas segala kebaikan jasamu, semoga amal ibadahmu diterima Allah
SWT).
11.
Keluarga Bapak Suparjo yang telah dengan ikhlas menerima dan menemani
penulis selama tinggal di Solo (terima kasih untuk semua dukungan, nasehat,
doa dan keceriaan yang telah diberikan..kalian adalah bapak dan ibu kos yang
paling hebat dan menyenangkan).
13.
Teman-temanku: Abdul “Bdul” Mukti Wibowo( thanks dah jadi orang yang
paling setia menemani dan memantau kehidupanku..saatnya aku yang akan
menepati janji menemanimu bikin skripsi hehe..), Rizky “Leak” Ferdinan
(makasih bgt dah ikhlas nemenin aku cari data buat skripsiku), Aghata Rizky
(duh makaci buat bantuannya slama ni, ayo semangat!!), Shinta (teman
pertamaku saat aku menjejakkan kaki di FH UNS, ayo kpn main lagi?),
Rangga Rizky Abizar (abang yang paling sabar punya ade sepertiku, thanks
buat semua doa dan perhatianmu..luph u so..), Rhisa Aidilla ( sahabat sejatiku
slama di Solo yang kadang nyebelin hehe..tapi paling perhatian padaku,
thanks ya bu..aku pasti merindukanmu..ayo semangat!!), Mas Fai (seseorang
yang ga tau tiba2 muncul dalam kehidupanku, btw aku mensyukuri bisa
kenal, makasih buat doa, dukungan, nasehat, dan jalan2 gratis membedah
kota Solo, thanks dah ngajarin banyak hal, finally i luph u so..), anak-anak
kos Sanggar Pangudi Luhur ( Rhisa, Miun, Ria, Asih, Mba Ita, Dian, Sri,
Goni) yang telah memberikan semangat bagiku menyusun skripsi, dan
Riagung Artanto (seseorang yang begitu yakin pada diriku, slalu memberikan
dukungan dan hampir memberikan segalanya untuk saya).
14.
Keluarga besar angkatan 2004 Fakultas Hukum Tercinta, makasih banget
buat semua moment yang pernah kita lalui bersama. Mungkin saya tidak bisa
menuliskan semua nama kalian disini,
but believe me, i’ll always write down
your name in my heart.
Demikian mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua, terutama untuk penulis, kalangan akademisi, praktisi
serta masyarakat umum.
Surakarta, April 2008
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN...
iii
HALAMAN MOTTO ...
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
v
KATA PENGANTAR ...
vi
DAFTAR ISI...
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...
xi
ABSTRAK ...
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Perumusan Masalah ...
4
C.
Tujuan Penelitian ...
4
D.
Manfaat Penelitian ...
5
E.
Metode Penelitian ...
6
F.
Sistematika Penulisan ...
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kerangka Teori
1.
Tinjauan Umum Tentang Hak Kekayaan Intelektual
a.
Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ...
13
Hak Kekayaan Intelektual ...
18
d.
Jenis – Jenis Hak Kekayaan Intelektual ...
20
e.
Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ...
21
2.
Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum
Hak Atas Merek
a.
Pengertian Merek ...
24
b.
Pengertian Hak Atas Merek ...
25
c.
Jenis Merek ...
26
d.
Sistem, Prosedur dan Syarat Pendaftaran Merek ...
27
e.
Penghapusan dan Pembatalan Pendaftaran Merek ...
31
f.
Jangka Waktu Perlindungan Hak Atas Merek ...
33
g.
Pengalihan Hak Atas Merek Terdaftar ...
34
3.
Tinjauan Umum tentang Penyelesaian Sengketa
a.
Penyelesaian Sengketa Hak Kekayaan Intelektual ...
35
b.
Penyelesaian Sengketa Merek ...
37
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Proses Penyelesaian Sengketa di Bidang Merek
Menurut Undang-Undang No.15 Tahun 2001
tentang Merek ...
42
B.
Proses Penyelesaian Sengketa Antara Honda
Karisma dan Tossa Krisma Menurut Putusan Hakim
dan Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang Merek ...
53
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan ...
69
B.
Saran ...
71
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
TRI SUCI RAHAYU. E 0004300. 2008. PENYELESAIAN SENGKETA
MEREK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulisan Hukum (Skripsi).
Penulisan Hukum yang berjudul Penyelesaian Sengketa Di Bidang Merek
Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek bertujuan Untuk
mengetahui proses penyelesaian sengketa di bidang merek menurut
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek serta Untuk mengetahui proses
penyelesaian sengketa merek Honda Karisma dan Tossa Krisma ditinjau dari
putusan hakim dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Penulisan Hukum ini termasuk dalam penulisan hukum normatif dengan
menggunakan sumber data sekunder. Sumber data sekunder berupa dokumen
peraturan perundang-undangan yang dapat memuat tentang proses penyelesaian
sengketa di bidang Merek. Dalam hal ini sumber data yang digunakan adalah
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan Putusan Mahkamah
Agung Nomor 031 K/N/HKI/2005 serta bahan-bahan kepustakaan lainnya. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui pengumpulan data-data
sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan untuk
mengumpulkan dan menyusun data yang berhubungan dengan maslah yang
diteliti dengan cara menginventarisasi dan mempelajari peraturan
perundang-undangan, buku-buku, tulisan-tulisan dan dokumen yang berhubungan dengan
masalah yang penulis teliti. Teknik analisis data dengan model analisis Kualitatif.
Hasil yang diperoleh dalam penulisan hukum ini, bahwa Proses
penyelesaian sengketa di bidang merek menurut Undang-Undang No. 15 Tahun
2001 tentang Merek dapat ditempuh melalui penyelesaian sengketa secara litigasi
dan non litigasi. Penyelesaian sengketa secara litigasi diatur dalam
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek dari Pasal 76 sampai dengan Pasal 83.
Penyelesaian sengketa secara non litigasi merupakan penyelesaian sengketa diluar
pengadilan, seperti melalui alternatif penyelesaian sengketa ataupun arbitrase.
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek mengatur hal tersebut dalam
Pasal 84. Sesuai dengan kasus yang diteliti dalam penulisan hukum ini yaitu
tentang Proses penyelesaian sengketa antara Honda Karisma dan Tossa Krisma.
Berdasarkan atas Undang-Undang dan Keputusan Mahkamah Agung bahwa
sengketa antara Honda Karisma dan Tossa Krisma sudah sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001. Sengketa antara Honda
Karisma dan Tossa Krisma diselesaikan dengan menggunakan jalur litigasi. Hasil
putusan penyelesaian sengketa tersebut terdapat perbedaan antara Pengadilan
Niaga dengan Mahkamah Agung. Di Pengadilan Niaga, hakim memutuskan untuk
menghapus merek Karisma dan mengabulkan gugatan Gunawan Chandra.
Sedangkan dalam putusan Mahkamah Agung, sengketa antara Honda Karisma
dan Tossa Krisma dimenangkan oleh PT. ASTRA HONDA MOTOR dan
Direktorat Merek Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
BA B I
PENDAHULUA N
A.
La ta r Be la ka ng Ma sa la hKemajuan dibidang teknologi informasi dan telekomunikasi
mendorong arus globalisasi di bidang industri dan perdagangan. Dengan
kemudahan sarana informasi dan telekomunikasi yang ada, perdagangan antar
negara dapat dilakukan langsung dari belakang meja, menembus batas-batas
negara, membuat siapapun bebas bertransaksi dengan mitranya di seluruh
dunia sehingga secara tidak langsung kemajuan di bidang telekomunikasi
tersebut telah menjadikan dunia sebagai suatu pasar tunggal bersama.
Dalam perjalanan menuju perdagangan bebas saat ini, aspek Hak
Kekayaan Intelektual, akan memegang peranan yang sangat penting dalam
perdagangan internasional. Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang timbul
atau lahir karena kemampuan intelektual manusia yang berupa temuan, karya,
kreasi atau ciptaan di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Karya ini dihasilkan atas kemampuan intelektual melalui olah pikir, daya cipta
dan rasa yang memerlukan curahan tenaga, waktu dan biaya untuk
menghasilkan sesuatu yang baru yang berguna untuk manusia. Secara umum
Hak Kekayaan Intelektual terbagi dalam dua kategori yaitu:
Hak
Cipta dan
Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri meliputi
Paten
,
Merek
,
Desain
Industri
,
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
,
Rahasia Dagang
dan Varietas
Tanaman (OK. Saidin, 2004: 16).
timbul terkait dengan hak kekayaan intelektual. Hukum harus dapat
memberikan perlindungan bagi karya intelektual sehingga dapat mendorong
masyarakat untuk mengembangkan daya kreasinya di bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra, yang akhirnya bermuara pada tujuan
berhasilnya perlindungan hak kekayaan intelektual.
Dalam perkembangannya, hak kekayaan intelektual mengalami
berbagai permasalahan atau sengketa. Indonesia sebagai salah satu Negara
anggota Organisasi Perdagangan Dunia juga tak luput dari permasalahan ini.
Hal itu dibuktikan dengan telah beberapa kalinya Indonesia masuk dalam
kategori negara yang perlu diawasi dalam masalah pelanggaran HAKI.
Sengketa yang sering timbul dapat berupa penggunaan merek secara tanpa hak
dan pelanggaran Hak Cipta.
Merek merupakan salah satu komponen hak kekayaan intelektual yang
perlu mendapat perhatian khusus.
Pelanggaran atau perilaku menyimpang
dibidang merek akan selalu terjadi. Hal ini berkaitan dengan perilaku bisnis
yang curang yang menghendaki persaingan (
competitive)
dan berorientasi
keuntungan (
profit oriented
), sehingga membuka potensi aktivitas bisnis yang
curang atau melanggar hukum, dan motivasi seseorang melakukan
pelanggaran merek terutama adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan
di dalam praktek bisnisnya.
Banyaknya pembajakan terhadap merek-merek terkenal tersebut sudah
barang tentu menimbulkan suatu kerugian yang bukan saja dialami oleh para
pemilik merek itu sendiri, tapi juga oleh negara yang kehilangan potensi
pemasukan pajak dari barang-barang yang diperdagangkan tersebut, dan
terlebih lagi hal itu juga ikut menambah citra buruk Indonesia dalam masalah
perlindungan HAKI khususnya dalam perlindungan merek terdaftar dimata
dunia international.
Karena sengketa di bidang merek dapat mengganggu kegiatan
perekonomian baik secara regional maupun Internasional, maka diperlukan
adanya suatu mekanisme pengendalian yang berupa cara-cara ataupun
mekanisme penyelesaian sengketa. Hal tersebut bisa melalui jalan kekerasan
maupun dengan jalan damai. Penyelesaian sengketa secara damai dapat
ditempuh baik dengan jalur litigasi (pengadilan) atau non litigasi (diluar
pengadilan). Ketentuan mengenai penyelesaian sengketa merek tersebut telah
diatur secara khusus dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang
Merek.
Be rd a sa rka n ura ia n d i a ta s, p e nulis te rta rik untuk m e ng ka ji le b ih d a la m d a n m e nua ng ka nnya d a la m sua tu p e ne litia n hukum m e ng e na i p e nye le sa ia n se ng ke ta d i b id a ng me re k m e nurut Und a ng -Und a ng No . 15 Ta hun 2001. Jud ul p e nulisa n hukum ini a d a la h PENYELESAIAN SENG KETA MEREK MENURUT UNDANG -UNDANG NO MO R 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK (Stud i Ka sus Se ng ke ta Anta ra Ho nd a Ka rism a d a n To ssa Krisma ).
B.
Rum usa n Ma sa la h
Maka berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah
disebutkan di atas sekiranya perlu dirumuskan masalah-masalah yang akan
dibahas. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana proses penyelesaian sengketa di bidang merek menurut
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek?
2.
Apakah putusan Hakim dalam proses penyelesaian sengketa atas kasus
Honda Karisma dan Tosssa Krisma sudah memenuhi ketentuan
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek ?
C.
Tujua n Pe ne litia nSetiap penelitian pasti mempunyai tujuan. Tujuan penelitian
diperlukan untuk memberikan arah yang tepat dalam proses penelitian agar
penelitian tersebut berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Oleh karena
itu tujuan penelitian yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a.
Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa merek menurut
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
b.
Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa merek Honda
Karisma dan Tossa Krisma ditinjau dari putusan hakim dan
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
2.
Tujuan Subyektif
a.
Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar
kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
c.
Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh
agar dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
D.
Ma nfa a t Pe ne litia nDalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dari penelitian, sebab besar kecilnya manfaat
penelitian akan menentukan nilai-nilai dari penelitian tersebut. Adapun yang
menjadi manfaat dari penelitian ini dibedakan antara manfaat teoritis dan
manfaat praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis :
a . Ha sil p e ne litia n ini a ka n b e rm a nfa a t p a d a p e ng e m b a ng a n hukum p e rd a ta , khususnya d a la m hukum ha k ke ka ya a n inte le ktua l.
b . Ha sil p e ne litia n ini a ka n d a p a t d ig una ka n se b a g a i te a c hing ma te ria ls p a d a ma ta kulia h hukum ha k ke ka ya a n inte le ktua l d a n m e m b e rika n ke g una a n untuk p e ng e mb a ng a n ilm u hukum . c . Ha sil p e ne litia n ini d a p a t d ig una ka n se b a g a i b a ha n a c ua n
b a g i p e ne litia n la innya ya ng se je nis. 2. Ma nfa a t Pra ktis:
a. Untuk le b ih me ng e mb a ng ka n p e na la ra n, me m b e ntuk p o la p ikir d ina mis se ka lig us untuk m e ng e ta hui ke ma m p ua n p e nyusun d a la m m e ne ra p ka n ilm u ya ng d ip e ro le h.
b . Se b a g a i b a ha n m a suka n ya ng d a p a t d ig una ka n d a n m e m b e rika n sumb a ng a n p e mikira n b a g i p iha k-p iha k ya ng te rka it d a n te rlib a t d e ng a n b id a ng ha k ke ka ya a n inte le ktua l. c . Da p a t me m p e rlua s c a kra wa la b e rfikir d a n p a nd a ng a n b a g i
khususnya m a ha siswa Fa kulta s Hukum ya ng m e ne ra p ka n p e nulisa n hukum ini.
d . Da p a t m e mb e rika n ja wa b a n a ta s rum usa n m a sa la h ya ng se d a ng d ite liti o le h p e nulis.
E.
Me to d e Pe ne litia nMe to d e p e ne litia n d ia rtika n se b a g a i sua tu c a ra a ta u te knis ya ng d ila kuka n d a la m p ro se s p e ne litia n. Se d a ng ka n ” Pe ne litia n a d a la h sua tu up a ya d a la m b id a ng ilm u p e ng e ta hua n ya ng d ija la nka n untuk m e m p e ro le h fa kta -fa kta d a n p rinsip -p rinsip d e ng a n sa b a r, ha ti-ha ti d a n siste m a tis untuk m e w ujud ka n ke b e na ra n” (Ma rd a lis, 1989: 24).
Pe ne litia n m e rup a ka n sua tu ke g ia ta n ya ng ilm ia h ya ng b e rka ita n d e ng a n a na lisa d a n ko nstruksi, ya ng d ila kuka n se c a ra m e to d o lo g is, siste m a tis d a n ko nsiste n. Me to d o lo g is b e ra rti se sua i d e ng a n m e to d e a ta u c a ra te rte ntu; siste m a tis a d a la h b e rd a srka n sua tu siste m , se d a ng ka n ko nsiste n b e ra rti tid a k a d a nya ha l-ha l ya ng b e rte nta ng a n d a la m sua tu ke ra ng ka (So e rjo no So e ka nto , 2005: 42).
Me to d e m e rup a ka n c a ra ya ng uta m a ya ng d ig una ka n untuk m e nc a p a i sua tu tujua n. Pe ne litia n hukum m e rup a ka n sua tu ke g ia ta n ilm ia h, ya ng d id a sa rka n p a d a m e to d e , siste m a tika , d a n p e m ikira n te rte ntu, ya ng b e rtujua n untuk sa tu a ta u b e b e ra p a g e ja la hukum te rte ntu, d e ng a n ja la n m e ng a na lisa nya (So e rjo no So e ka nto , 2005: 43). Pe nulis d a la m p e ne litia n ini m e ng g una ka n m e to d e p e ne litia n se b a g a i b e rikut :
1.
Je nis Pe ne litia n
a d a la h p e ne litia n hukum ya ng d ila kuka n d e ng a n c a ra m e ne liti b a ha n p usta ka a ta u d a ta se kund e r (So e rjo no So e ka nto , 2006: 13).
Da ta se kund e r te rse b ut te rd iri d a ri b a ha n hukum p rim e r, b a ha n hukum se kund e r d a n b a ha n hukum te rsie r (So e rjo no So e ka nto , 2005: 52). Ba ha n-b a ha n ya ng te la h d ip e ro le h te rse b ut d isusun se c a ra siste ma tis, d ika ji, ke m ud ia n d ita rik sua tu ke sim p ula n d a la m hub ung a nnya d e ng a n ma sa la h ya ng d ite liti.
2.
Sifa t Pe ne litia n
Pe ne litia n ya ng d ila kuka n o le h p e nulis m e mp unya i sifa t d e skrip tif. Sua tu p e ne litia n d e skrip tif d im a ksud ka n untuk m e m b e rika n d a ta ya ng se te liti m ung kin te nta ng m a nusia ,
ke a d a a n a ta u g e ja la -g e ja la la innya (So e rjo no So e ka nto , 2005: 10). Pe ne litia n d e skrip tif ini b e rtujua n m e ng g a m b a rka n se c a ra le ng ka p d a n siste ma tis ke a d a a n o b je k ya ng d ite liti (Tim PPH, 2007: 5).
3.
Je nis Da ta
Pe ng e rtia n d a ta se c a ra um um , ya itu se m ua info rm a si m e ng e na i va ria b le a ta u o b ye k ya ng d ite liti. La zim nya d a la m p e ne litia n, d ib e d a ka n a nta ra d a ta ya ng d ip e ro le h se c a ra la ng sung d a ri m a sya ra ka t (d a ta p rim e r) d a n d a ri b uku p usta ka (d a ta se kund e r) (So e rjo no So e ka nto , 2005: 12).
4.
Sum b e r Da ta
Da la m p e ne litia n ini sum b e r d a ta ya ng d ig una ka n a d a la h sum b e r d a ta se kund e r.
Sum b e r d a ta se kund e r a d a la h d a ta ya ng d ip e ro le h tid a k se c a ra la ng sung d a ri m a sya ra ka t m e la inka n d a ri b a ha n d o kume n, p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n, la p o ra n, a rsip , lite ra tur, d a n ha sil p e ne litia n la innya ya ng m e nd ukung sumb e r d a ta p rim e r (So e rjo no So e ka nto , 1986:12). Sum b e r d a ta se kund e r ya ng a ka n d ig una ka n d a la m p e ne litia n ini a d a la h:
a . Ba ha n Hukum Prime r
Ba ha n hukum p rime r ya ng a ka n d ig una ka n d a la m p e ne litia n ini a d a la h:
1) Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Da g a ng
2) Und a ng -Und a ng No m o r 15 Ta hun 2001 te nta ng Me re k
3) Und a ng -Und a ng No mo r 14 Ta hun 1997 Te nta ng Pe rub a ha n Ata s Und a ng -Und a ng No m o r 19 Ta hun 1992 Te nta ng Me re k. 4) Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pe rd a ta
b . Ba ha n Hukum Se kund e r
Ba ha n hukum se kund e r, ya itu b a ha n ya ng b e risi p e nje la sa n m e ng e na i b a ha n hukum p rime r, ya ng te rd iri d a ri b uku, a rtike l, ka rya ilmia h, ma ja la h, m a ka la h, ko ra n d a n la innya ya ng b e rka ita n d e ng a n p e ne litia n ini.
c . Ba ha n Hukum Te rsie r
5.
Te hnik Pe ng um p ula n Da ta
Me nurut So e rjo no So e ka nto , d id a la m p e ne litia n la zim nya d ike na l p a ling se d ikit tig a je nis p e ng ump ula n d a ta ya itu stud i d o kum e n a ta u b a ha n p usta ka , p e ng a m a ta n a ta u o b se rva si, d a n wa wa nc a ra a ta u inte rvie w (So e rjo no So e ka nto , 2005: 21).
Stud i ke p usta ka a n a d a la h te knik p e ng um p ula n d a ta se kund e r, d a la m p e ne litia n ini p e nulis m e ng ump ulka n d a ta se kund e r d a ri p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n, b uku-b uku, d o kum e n-d o kum e n re sm i, ka rya ilm ia h, m a ja la h, a rtike l, ko ra n, d a n b a ha n ke p usta ka a n la innya ya ng b e rka ita n d e ng a n ma sa la h ya ng p e nulis te liti.
6.
Te hnik Ana lisis Da ta
Se te la h me nd a p a tka n d a ta ya ng d ip e ro le h m e la lui me to d e p e ng um p ula n d a ta , ma ka ta ha p se la njutnya a d a la h ta ha p a na lisis d a n a ta u p e ng o la ha n d a ta . Me nurut Le xy J. Mo le o ng a na lisis d a ta a d a la h p ro se s m e ng o rg a nisa sika n d a n me ng urutka n d a ta ke d a la m p o la , ka te g o ri, d a n sa tua n ura ia n d a sa r se hing g a d a p a t d ite m uka n te m a d a n d a p a t d irum uska n hip o te sis ke rja se p e rti ya ng d isa ra nka n o le h d a ta (Le xy J. Ma le o ng , 2001:103).
Da la m p e ne litia n ini, p e nulis m e ng g una ka n te knik a na lisis kua lita tif ya itu d e ng a n m e ng ump ulka n d a ta , m e ng kua lifika sika n, ke m ud ia n m e ng hub ung ka n te o ri ya ng b e rhub ung a n d e ng a n m a sa la h d a n a khirnya m e na rik ke simp ula n untuk m e ne ntuka n ha sil. De ng a n d e m ikia n, m a ka d e ng a n m e ng g una ka n me to d e kua lita tif, se o ra ng p e ne liti te ruta ma b e rtujua n untuk m e ng e rti a ta u m e m a ha mi g e ja la ya ng d ite litinya (So e rjo no So e ka nto , 2005: 32).
F.
Siste m a tika Pe nulisa n Hukum (Skrip si)Untuk m e m b e rika n g a m b a ra n se c a ra m e nye luruh d a ri skrip si ya ng d isusun, m a ka p e nulis m e nyusun ke ra ng ka skrip si ini, a d a p un ke ra ng ka d a la m skrip si ini a d a la h se b a g a i b e rikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi alasan pemilihan judul, permasalahan yang
menjadi dasar penulisan skripsi, tujuan dan manfaat penelitian skripsi ini serta
sistematika penulisan. Dalam alasan pemilihan judul diuraikan tentang hal-hal
yang menjadi alasan dilakukannya penelitian tentang penyelesaian sengketa
merek menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,
kemudian untuk menjaga agar penelitian tidak terjadi penyimpangan dalam
mengumpulkan data dan ketidakjelasan dalam pembahasannya, maka
penelitian dibatasi pada pokok-pokok permasalahan dalam perumusan
masalah. Pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini meliputi,
Bagaimana penyelesaian sengketa merek menurut Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 tantang Merek dan apakah putusan hakim dalam proses
penyelesaian sengketa antara Honda Karisma dan Tossa Krisma sudah
memenuhi ketentuan Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang Merek .
Pada bab ini menguraikan tentang materi-materi dan teori-teori yang
berhubungan dengan penyelesaian sengketa merek berdasarkan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Materi-materi dan teori-teori
ini merupakan landasan yang mendasari analisis hasil penelitian yang
diperoleh mengacu pada pokok-pokok permasalahan yang telah disebutkan
pada Bab I.
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pa d a b a b ini d iura ika n ha sil p e ne litia n d a n p e m b a ha sa n te nta ng p e nye le sa ia n se ng ke ta m e re k m e nurut Und a ng -Und a ng No m o r 15 Ta hun 2001 te nta ng Me re k
BAB IV: PENUTUP
Me lip uti ke sim p ula n ja wa b a n p a d a p e rum usa n ma sa la h d a n sa ra n-sa ra n ya ng te rka it d e ng a n m a sa la h ya ng d ite liti.
BA B II
TINJAUA N PUSTA KA
A.
Ke ra ng ka Te o ri1.
Tinja ua n te nta ng Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l
a . Pe ng e rtia n Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l
d ia nta ra nya a d a la h Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l, Ha k Ata s Ke p e milika n Inte le ktua l, Ha k Milik Inte le ktua l, Ha k Ata s Ke ka ya a n Inte le ktua l. Pe rb e d a a n te rje ma ha n te rle ta k p a d a ka ta p ro p e rty. Me m a ng d a p a t d ia rtika n se b a g a i ke ka ya a n, te ta p i jug a d a p a t d ia rtika n se b a g a i m ilik. Pa ra p e nulis hukum a d a ya ng m e ng g una ka n istila h Ha k Milik Inte le ktua l, a d a p ula ya ng m e ng g una ka n istila h Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l (Ab d ulka d ir Muha m m a d , 2001: 1).
Akan tetapi pasca reformasi perundang-undangan dibidang
Intellectual property right
tahun 2000, dalam literatur hukum Indonesia
Intellectual property right
lebih sering ditemukan dan diterjemahkan
sebagai Hak Kekayaan Intelektual.
Intellectual property right
dipadankan menjadi Hak Kekayaan Intelektual dalam bahasa Indonesia,
berdasarkan Keputusan Menteri Hukum Dan Perundang-undangan
Republik Indonesia Nomor M.03.PR.07 Tahun 2000 dan telah
mendapat persetujuan dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dalam suratnya Nomor 24/M/PAN/1/2000, dapat disingkat
dengan “HKI” atau dengan akronim “HaKI” (Daniel Suryana. Sejarah
dan
Perkembangan
Hak
Kekayaan
Intelektual
Indonesia.
dansur.blogster.com/sejarah_dan_perkembangan.html - 46k).
Istilah Hak Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan
langsung dari
Intellectual Property
. Selain istilah
Intellectual Property
juga dikenal dengan istilah
intangible property, creative property,
dan
incorporeal property.
Di Perancis orang menyatakannya sebagai
propriete intellectuelle
dan
propriete industrielle
. Di Belanda biasa
disebut milik intelektual dan milik perindustrian (M. Djumhana dan R.
Djubaedillah, 1997: 19). WIPO sebagai organisasi internasional yang
mengurus bidang hak milik intelektual memakai istilah
Intellectual
Property
yang mempunyai pengertian luas dan mencakup antara lain
karya kesusastraan, artistik maupun ilmu pengetahuan (
scientific
),
pertunjukan oleh para artis, kaset atau penyiaran audio visual,
penemuan dalam segala bidang usaha, dan penentuan komersial dan
perlindungan terhadap persaingan curang.
Hak Kekayaan Intelektual, disingkat “HKI” , adalah padanan
kata yang biasa digunakan untuk
Intellectual Property Rights
(IPR),
yakni hak yang timbul bagi hasil otak yang menghasilkan suatu produk
atau proses yang berguna untuk manusia (Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM :13).
Menurut pendapat David I Bainbridge, pengertian Hak
Kekayaan Intelektual adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif
suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada
khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat
serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai
nilai ekonomi (David I Bainbridge, 1990: 7).
Hak kekayaan intelektual muncul dari cipta, rasa, karsa, dan
karya manusia, atau dapat pula disebut sebagai hak atas kekayaaan yang
lahir dari kemampuan intelektualitas manusia. Atas hasil kreasi
tersebut, maka individu, kelompok, atau perusahaan yang menciptakan
memiliki hak yang dijamin dan dilindungi peraturan yang ada untuk
menggunakannya dan mengambil keuntungan atas hasil kreasinya
tersebut.
intelektual manusia. (bima.ipb.ac.id/~haki/index1.php?kiri=Merek -
42k).
b . Pe rke m b a ng a n Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l
Berkembangnya perdagangan internasional dan adanya gerakan
perdagangan
bebas
mengakibatkan
makin
terasa
kebutuhan
perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual yang sifatnya timbal
balik tetapi bersifat antarnegara secara global. Pada akhir abad
kesembilan belas, perkembangan pengaturan masalah HKI mulai
melewati batas-batas negara. Pada tanggal 20 Maret 1883 merupakan
tonggak sejarah dimulai dengan dibentuknya Paris Union untuk
Perlindungan Internasional Milik Perindustrian yang dikenal
The
International Union for the Protection of Industrial Property
. Tidak
lama kemudian pada tahun 1886, dibentuk pula sebuah konvensi untuk
perlindungan di bidang hak cipta yang dikenal dengan
International
Convention for the Protection of Literary and Artistic Works
, yang
ditandatangani di Bern.
Kedua konvensi tersebut masing-masing membentuk union yang
berbeda-beda, yaitu : Union Internasional untuk perlindungan hak milik
perindustrian (
The International Union for the Protection of Industrial
Property),
dan Union Internasional untuk perlindungan hak cipta
(
International Convention for the Protection of Literary and Artistic
Works)
.
Meskipun
terdapat
dua
union,
tetapi
pengurusan
administrasinya dalam satu manajemen yang sama bahkan dalam
gedung yang sama yaitu
Bivieaux International Reunis Pour la
Protection de la Propiete Intectualle
(BIRPI).
diterima suatu konvensi khusus untuk pembentukan
World Intellectual
Property Organization
(WIPO). Organisasi ini merupakan organisasi
antar pemerintah, yang berkedudukan di Jenewa.
Dalam tugasnya terdapat dua fungsi utama WIPO yaitu fungsi
pengembangan dan fungsi administratif. Dalam funsi pertamanya
WIPO memprakarsai pembuatan perjanjian internasional selain itu juga
memberikan bantuan tehnik kepada negara-negara berkembang
sedangkan dalam fungsi administratifnya, WIPO merupakan badan
sentral bagi administrasi keanggotaan yaitu dalam perjanjian-perjanjian
internasional
yang
kegiatannya
dilaksanakan
oleh
alat-alat
perlengkapan administratif khusus. Tetapi dalam kenyataannya
keberadaan WIPO (
World Intellectual Property Organization)
dirasa
kurang, hal ini disebabkan adanya beberapa kelemahan WIPO, antara
lain :
1)
WIPO belum bisa mengadaptasi perubahan struktur perdagangan
internasional, dan perkembangan serta inovasi di bidang ekonomi
dan teknologi.
2)
Tidak dapat memberlakukan ketentuan-ketentuan internasional
terhadap bukan anggotanya
3)
WIPO
tidak
memiliki
mekanisme
untuk
berkonsultasi
menyelesaikan dan melaksanakan penyelesaian sengketa yang
timbul
4)
Tidak mempunyai mekanisme untuk mengendalikan, dan
menghukum pelaku pelanggaran terhadap Hak Kekayaan
Intelektual, baik pelakunya negara anggota WIPO, ataupun negara
yang bukan anggotanya.
KonvensiGATT-Putaran Uruguay di Marakesh (Maroko) tentang Hak
Milik Intelektual, pada bulan September 1990 ditetapkanlah
Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights
(TRIPs) yaitu tentang
aspek-aspek dagang yang terkait dengan Hak Milik Intelektual dan
pembentukan
World Trade Organization
(WTO), yang didalamnya
mempunyai struktur organisasi yang berkaitan dengan Hak Kekayaan
Intelektual, yaitu
Council for Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights
yang bertugas memantau pelaksanaan persetujuan di
bidang aspek perdagangan dari HKI. Di samping kedua hal tersebut
juga dibentuk Badan Penyelesaian Sengketa (
Dispute Settlement Body
)
untuk penyelesaian sengketa di bidang HKI (M.Djumhana dan
R.Djubaedillah, 1997: 12).
Indonesia sendiri telah meratifikasi Konvensi ini dengan
dikeluarkannya UU No.7 Tahun 1994 tentang Pengesahan
Agreement
Establishing The World Trade Organization
(Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia) diundangkan dalam LNRI 1994 Nomor
57, tanggal 2 November 1994.
c . Prinsip - p rinsip d a n sifa t- sifa t Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l
1) Prinsip -p rinsip Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l
a )Prinsip Ke a d ila n So sia l
Se o ra ng p e nc ip ta d e ng a n ha sil p e mikira nnya , m e nc ip ta ka n sua tu p e ne m ua n, m a ka sa ng a tla h wa ja r b a g i p e ne mu te rse b ut untuk m e nd a p a tka n im b a la n b a ik b e rup a ma te ri a ta up un no n m a te ri, se p e rti d ilind ung i d a n d ia kui ha sil ka rya nya . Ha l ini d id a sa rka n p a d a ha k se se o ra ng te rha d a p p e ne mua nnya m e nimb ulka n sua tu ke wa jib a n b a g i p a ra p iha k la in untuk me la kuka n sua tu p e rb ua ta n ya ng sifa tnya timb a l b a lik se p e rti d iwujud ka n d a la m b e ntuk ro ya lty d a ri ha sil ke rja nya , d a n jug a m e m b e rika n ra sa a ma n b a g i p e m ilik ha k ka re na ha knya d ilind ung i.
b )Prinsip Ke b ud a ya a n
Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l me rup a ka n ha sil p ro se s ke m a m p ua n b e rfikir m a nusia ya ng d ije lm a ka n ke d a la m sua tu c ip ta a n a ta u p e ne mua n. Se ma kin ting g i ting ka t b e rfikir ma nusia , ma ka se ma kin ting g i p ula ting ka t ke b ud a ya a n sua tu b a ng sa d im a na m a nusia itu b e ra d a .
Sua tu b a ng sa a ka n se m a kin m a ju a p a b ila wa rg a ne g a ra nya se la lu b e rusa ha m e mb e rika n p e m ikira n-p e mikira n ya ng me mb ua hka n ka rya c in-p ta ka rya ya ng d a p a t m e mp e rka ya b ud a ya b a ng sa .
c )Prinsip Eko no mi
untuk m e nunja ng ke hid up a nnya d i d a la m m a sya ra ka t. De ng a n d e mikia n Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l me rup a ka n sua tu b e ntuk ke ka ya a n b a g i p e miliknya . Da ri ke p e milika nnya se se o ra ng a ka n me nd a p a tka n ke untung a n, misa lnya d a la m b e ntuk p e mb a ya ra n ro ya lti, d a n te c nic a l fe e
d )Prinsip Mo ra lita s
Pe m ilik Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l sud a h se ha rusnya m e m p e ro le h ha k untuk d iha rg a i a ta s c ip ta a n-c ip ta a n a ta u p e ne mua nnya d a n d ia la h ya ng m e m utuska n b ila d a n b a g a im a na ka rya nya d a p a t d ima nfa a tka n o le h um um d a n d ia jug a m e m p unya i ha k untuk ke b e ra ta n a ta s p e ne m ua nnya d a la m p e ng g una a nnya . (M.Djum ha na d a n R.Djub a e d illa h, 1997: 24-26).
2) Sifa t-sifa t Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l
Pa d a d a sa rnya Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l m e rup a ka n b a g ia n d a ri ke ka ya a n se se o ra ng se hing g a p e m iliknya p a d a p rinsip nya a d a la h b e b a s b e rb ua t a p a sa ja se sua i ke he nd a k, te ta p i d id a la m p e rke m b a ng a nnya ke b e b a sa n te rse b ut m e ng a la mi p e rub a ha n d im a na m e ne mp a tka n Und a ng -und a ng tid a k se ma ta -m a ta b e rsifa t ta mb a ha n m e la inka n m e m b e rika n ke te ntua n ya ng b e rsifa t me m a ksa , na m un d e m ikia n p e rub a ha n te rse b ut m a sih b e rtump u p a d a sifa t a sli ya ng a d a p a d a Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l te rse b ut, ya itu d ia nta ra nya :
a )m e m p unya i ja ng ka wa ktu te rb a ta s
p e rlind ung a nnya ke ka ya a n inte le ktua l te rse b ut a ka n m e nja d i milik um um . Na m un m a sa p e rlind ung a n ini b isa d ip e rp a nja ng te rus, na m un a d a jug a ya ng ha nya b isa d ip e rp a nja ng sa tu ka li, d im a na m a sa p e rlind ung a n p e rta nia n tid a ka a ka n sa ma la ma nya d e ng a n ma sa p e rlind ung a n b e rikutnya .
b )b e rsifa t e ksklusif d a n m utla k
Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l me le ka t p a d a p e m iliknya se hing g a d a p a t d ip e rta ha nka n ke p a d a sia p a p un jug a . Pe m ilik ha k b e rha k untuk m e la ra ng p iha k la in ya ng ta np a p e rse tujua nnya m e la kuka n tind a ka n se p e rti me m b ua t, m e m a ka i, m e njua l, m e ng imp o r, m e ng e ksp o rka n a ta u m e ng e d a rka n b a ra ng ya ng m e rup a ka n c ip ta a n a ta u p e ne mua nnya .
Ha l te rse b ut d ilind ung i o le h Und a ng -und a ng , se hing g a p iha k la in ya ng m e m a nfa a tka n sua tu ke ka ya a n inte le ktua l ta np a se izin p e m ilik ha k d a p a t d ituntut m e la lui ja lur hukum
c )b e rsifa t ha k m utla k ya ng b uka n ke b e nd a a n d . Je nis- je nis Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l
Perlindungan terhadap jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual
(HKI) diatur dalam WTO-GATT-TRIPs, meliputi :
1) C o p yrig hts d a n re la te d rig hst (ha k c ip ta d a n ha k ya ng te rka it d id a la m nya );
2) Tra d e ma rk, se rvic e ma rks, tra d e na me s (m e re k d a g a ng , m e re k ja sa , d a n na ma d a g a ng );
5) Pa te ns (p a te n);
6) La yo ut d e sig ns (to p o g ra p hie s) o f inte g ra te d c irc uits (d e sa in ta ta le ta k sirkuit te rp a d u);
7) Pro te c tio n o f und isc lo se d info rma tio n (ra ha sia d a g a ng ); 8) C o ntro l o f a nti-c o mp e titive rig hts (p e rlind ung a n te rha d a p
p e rsa ing a n c ura ng ).
e . Pe ng a tura n Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l d i Ind o ne sia
Se ja ra h p e rja la na n ne g a ra Ind o ne sia se b e lum p e ra ng ke m e rd e ka a n p e rna h m e nc a ta t b a hwa Ind o ne sia p e rna h turut se rta d a la m Be rn C o nve ntio n, ya ng m e ng a tur m e ng e na i p e rlind ung a n Ha k C ip ta . Ja uh se b e lum ke se p a ka ta n m e ng e na i p e m b e ntuka n Wo rld Tra d e O rg a niza tio n d ita nd a ta ng a ni, Ind o ne sia jug a p e rna h m e m b ua t d a n m e ng und a ng ka n Und a ng -Und a ng No . 21 Ta hun 1961 te nta ng Me re k Pe rusa ha a n d a n Me re k Pe rnia g a a n, ya ng ke mud ia n d ig a nti d e ng a n Und a ng Und a ng No . 19 Ta hun 1992 te nta ng Me re k, Und a ng -Und a ng No . 6 Ta hun 1982 te nta ng Ha k C ip ta se b a g a im a na te la h d iub a h d e ng a n Und a ng -Und a ng No .7 Ta hun 1987 d a n Und a ng -Und a ng No .6 Ta hun 1989 te nta ng Pa te n (G una wa n Wid ja ja , 2001: 74)
sa m p a i sa a t ini b e rla ku d i Ind o ne sia , ya ng m e ng a tur m e ng e na i HKI, ya ng m e lip uti a nta ra la in :
1) Da la m Bid a ng Ha k C ip ta
a )UU No . 6 Ta hun 1982 te nta ng Ha k C ip ta ya ng d irub a h d e ng a n UU No . 7 Ta hun 1987, ke m ud ia n d irub a h la g i d e ng a n UU No . 12 Ta hun 1997 d a n te ra khir d ig a nti d e ng a n UU No . 19 Ta hun 2002
b )Ke p utusa n Pre sid e n No .17 Ta hun 1988 te nta ng Pe ng e sa ha n Pe rse tujua n m e ng e na i Pe rlind ung a n Ha k C ip ta a ta s Re ka ma n Sua ra a nta ra Re p ub lik Ind o ne sia d e ng a n Ma sya ra ka t Ero p a
c )Ke p utusa n Pre sid e n No . 25 Ta hun 1989 te nta ng Pe ng e sa ha n Pe rse tujua n m e ng e na i Pe rlind ung a n Ha k C ip ta a nta ra Re p ub lik Ind o ne sia d a n Am e rika Se rika t d )Ke p utusa n Pre sid e n No . 19 Ta hun 1997 te nta ng
Pe ng e sa ha n WIPO C o p yrig hts Tre a ty 2) Da la m Bid a ng Pa te n
a )Und a ng -Und a ng No m o r 6 Ta hun 1989 te nta ng Pa te n ya ng d irub a h Und a ng -Und a ng No . 13 Ta hun 1997 d a n te ra khir d ig a nti d e ng a n UU No . 14 Ta hun 2001
b )Pe ra tura n Pe me rinta h No . 32 Ta hun 1991 te nta ng Imp o r Ba ha n Ba ku Ata s Pro d uk Te rte ntu ya ng Dilind ung i Pa te n Ba g i Pro d uksi O b a t d i d a la m Ne g e ri
c )Pe ra tura n Pe m e rinta h No . 33 Ta hun 1991 te nta ng Pe nd a fta ra n Khusus Ko nsulta n Pa te n
d )Pe ra tura n Pe me rinta h No . 34 Ta hun 1991 te nta ng Ta ta C a ra Pe rminta a n Pa te n
3) Da la m Bid a ng Me re k
a )UU No . 19 Ta hun 1992 te nta ng Me re k ya ng d irub a h d e ng a n UU No . 1997 d a n te ra khir d e ng a n UU No . 15 Ta hun 2001
b )Ke p utusa n Pre sid e n No . 17 Ta hun 1997 te nta ng Pe ng e sa ha n Tra d e ma rk La w Tre a ty
4) Da la m Bid a ng Ra ha sia Da g a ng
Pe ng a tura n Ra ha sia Da g a ng te rd a p a t d a la m UU No . 30 Ta hun 2000 te nta ng Ra ha sia Da g a ng .
5) Da la m Bid a ng De sa in Ind ustri
Pe ng a tura n De sa in Ind ustri te rd a p a t d a la m UU No .31 Ta hun 2000 te nta ng De sa in Ind ustri.
6) Da la m Bid a ng De sa in Ta ta Le ta k Sirkuit Te rp a d u
Pe ng a tura n De sa in Ta ta Le ta k Sirkuit Te rp a d u te rd a p a t d a la m UU No . 32 Ta hun 2000 te nta ng De sa in Ta ta Le ta k Sirkuit Te rp a d u
7) Da la m Bid a ng Pe rlind ung a n Te rha d a p Va rie ta s Ta na ma n Pe ng a tura n Pe rlind ung a n Te rha d a p Va rie ta s Ta na m a n te rd a p a t d a la m UU No . 29 Ta hun 2000 te nta ng Pe rlind ung a n Te rha d a p Va rie ta s Ta na m a n.
8) La innya
a )Und a ng -und a ng No . 7 Ta hun 1994 te nta ng Pe ng e sa ha n Ag re e me nt Esta b lishing The Wo rld Tra d e O rg a niza tio n (Pe rse tujua n Pe m b e ntuka n O rg a nisa si Pe rd a g a ng a n Dunia )
b )Und a ng -und a ng No . 5 Ta hun 1999 te nta ng La ra ng a n Pra kte k Mo no p o li d a n Pe rsa ing a n Usa ha Tid a k Se ha t c )Und a ng -und a ng No . 9 Ta hun 1999 te nta ng Pe rlind ung a n
d )Ke p utusa n Pre sid e n No . 24 Ta hun 1979 te nta ng Pe ng e sa ha n Pa ris C o nve ntio n fo r the Pro te c tio n o f Ind ustria l Pro p e rty a nd C o nve ntio n Esta b lishing the Wo rld Inte lle c tua l Pro p e rty O rg a niza tio n se b a g a im a na te la h d iub a h d e ng a n Ke p utusa n Pre sid e n No . 15 Ta hun 1997 e )Ke p utusa n Pre sid e n No . 20 Ta hun 1997 te nta ng
Pe ng e sa ha n C o nve ntio n Re la ing to Inte rna tio na l Exhib itio ns b e se rta Pro to c o l (Ko nve nsi m e ng e na i Pa m e ra n Inte rna sio na l b e se rta Pro to ko l).
2. Tinja ua n Um um te nta ng Me re k
a . Pe ng e rtia n Me re k
Merek adalah alat yang berupa tanda untuk membedakan barang
dan atau jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Pengertian
merek dewasa ini pada dasarnya banyak kesamaannya diantara Negara
peserta Uni Paris yang mengacu pada ketentuan Konvensi Paris.
Demikian juga di negara berkembang banyak yang mengadopsi
pengertian merek dari Model Hukum untuk negara-negara
berkembang yang dikeluarkan oleh BIRPI (
Bivieaux International
Reunis pour la Protection de la Propriete Intellectuelle/ Bureau for
the Protection of Intellectual Property
) 1967. Pada model hukum
tersebut disebutkan definisi tentang merek, yang tercantum dalam
Pasal 1 ayat (1) sub a sebagai berikut :”
Trade mark means any visible
sign serving to distinguish the good of one enterprise from those of
other enterprises”
(M.Djumhana dan R.Djubaedillah, 1997: 155).
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa
(UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek).
Melihat definisi menurut Undang-undang menunjukkan bahwa
kriteria merek yang diberikan oleh undang-undang merek diantaranya,
bahwa merek harus mempunyai daya pembeda yang cukup (
capable of
distinguishing
), artinya memiliki kekuatan untuk membedakan barang
dan atau jasa produk suatu perusahaan dari perusahaan lainnya. Agar
mempunyai daya pembeda, merek harus dapat memberikan penentuan
pada barang dan atau jasa yang bersangkutan (Abdulkadir Muhammad,
2001: 120). Merek dapat dicantumkan pada barang, atau pada
bungkusan, atau dicantumkan secara tertentu pada hal-hal yang
bersangkutan dengan jasa yang diberi merek tersebut.
b . Pe ng e rtia n Ha k Ata s Me re k
Ha k a ta s m e re k a d a la h ha k e ksklusif ya ng d ib e rika n o le h ne g a ra ke p a d a p e milik m e re k ya ng te rd a fta r d a la m Da fta r Um um Me re k untuk ja ng ka wa ktu te rte ntu m e ng g una ka n se nd iri m e re k te rse b ut a ta u m e m b e ri ijin ke p a d a se se o ra ng a ta u b e b e ra p a o ra ng se c a ra b e rsa m a -sa m a a ta u b a d a n hukum untuk m e ng g una ka nnya (Pa sa l 3 UU No . 15 Ta hun 2001).
Ha k a ta s me re k d ib e rika n ke p a d a p e m ilik m e re k ya ng b e ritika d b a ik d a n ha nya b e rla ku untuk b a ra ng a ta u ja sa te rte ntu.
b e rha k a ta s m e re k te rse b ut. Se b a liknya b a g i p iha k la in ya ng m e nc o b a a ka n m e m p e rg una ka n m e re k ya ng sa ma a ta s b a ra ng a ta u ja sa la innya ya ng se je nis o le h Dire kto ra t Je nd e ra l Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l te ntunya a ka n d ito la k p e nd a fta ra nnya .
c . Je nis Me re k
Adanya pemakaian merek dalam dunia perdagangan barang
dan jasa menimbulkan penggolongan merek. Berdasarkan Undang –
undang No. 21 Tahun 1961 membedakan merek atas merek
perusahaan dan merek perniagaan. Merek perusahaan (
fabrieksmerk,
factory mark
) adalah merek yang dilekatkan pada barang oleh
pembuatnya (pabrik), sedangkan Merek perniagaan (
handlesmerk,
trade mark
) adalah merek yang dilekatkan pada barang oleh pengusaha
perniagaan yang mengedarkan barang itu (Rachmadi Usman, 2003:
324).
Sedangkan menurut Undang-undang No.15 Tahun 2001
membagi merek menjadi dua (2), yaitu :
1)
Merek Dagang
Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan barang barang sejenis lainnya (
Pasal 1 angka (2) UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek).
2)
Merek Jasa
Kelas barang atau jasa adalah kelompok jenis barang atau jasa
yang mempunyai persamaan sifat, cara pembuatan, dan tujuan
penggunaannya.
d . Siste m , Pro se d ur d a n Sya ra t Pe nd a fta ra n Me re k
1) Siste m Pe nd a fta ra n Me re k
Dalam menentukan siapa yang berhak atas merek tergantung
sistem pendaftaran merek yang dianut oleh negara yang
bersangkutan. Sistem pendaftaran merek yang biasanya dikenal
adalah sistem konstitutif dan sistem deklaratif. Sistem konstitutif
adalah hak atas merek tercipta atau terlahir karena pendaftaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem deklaratif adalah hak
atas merek tercipta atau lahir karena pemakaian pertama, walaupun
tidak didaftarkan.
dasar yang kokoh dan pasti untuk dijadikan dasar pemberian hak
atas merek. Jadi, siapa yang mereknya terdaftar dalam Daftar
Umum Merek Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, maka
dialah yang berhak atas merek tersebut. Sistem ini akan lebih
menjamin adanya kepastian hukum. Bentuk jaminan kepastian
hukum ini yaitu adanya tanda bukti pendaftaran dalam bentuk
sertifikat sebagai bukti hak atas merek sekaligus dianggap sebagai
pemakai pertama merek yang bersangkutan. Karena itu sistem
konstitutif ini sangat menguntungkan pemilik merek untuk
mendapatkan kepastian hukum apabila terjadi sengketa merek di
kemudian hari.
2) Pro se d ur Pe nd a fta ra n Me re k a )Um um
Pe rm inta a n p e nd a fta ra n m e re k d ia juka n se c a ra te rtulis d a la m b a ha sa Ind o ne sia ke p a d a Dire kto ra t Je nd e ra l Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l. Sura t p e rminta a n p e nd a fta ra n m e re k m e nc a ntum ka n:
(2) ta ng g a l, b ula n, d a n ta hun
(3) na m a le ng ka p , ke wa rg a ne g a ra a n, d a n a la m a t p e m o ho n
(4) na m a le ng ka p , d a n a la ma t Kua sa a p a b ila Pe rm o ho na n d ia juka n m e la lui Kua sa
(5) wa rna -wa rna a p a b ila m e re k ya ng d im o ho nka n p e nd a fta ra nnya m e ng g una ka n unsur-unsur wa rna (6) na m a ne g a ra ta ng g a l p e rm inta a n m e re k ya ng
p e rta m a ka li d a la m ha l Pe rm o ho na n d ia juka n d e ng a n Ha k Prio rita s.
Se tia p o ra ng ya ng te la h m e ng a juka n a p lika si p e rminta a n sua tu ha k m e re k ke p a d a sua tu ne g a ra d a ri p e se rta Uni a ka n m e m p e ro le h ha k p rio rita s untuk m e ng a juka n p e nd a fta ra n d i ne g a ra la in ( Pa sa l 4 A a ya t (1) Ko nve nsi Pa ris re visi Sto c kho lm 1967).
Permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas
diatur dalam pasal 11 -12 Undang-Undang No.15 Tahun 2001.
hak prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan
permohonan yang bersal dari negara yang tergabung dalam
Paris Convention for the Protection of Industrial Property
atau
Agreement Establishing the World Trade Organization
untuk
memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan (
filling date
)
di Negara asal merupakan tanggal prioritas (
priority date
) di
Negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua
perjanjian tersebut.
Permohonan dengan menggunakan hak prioritas harus
diajukan dalam kurun waktu paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran
merek yang pertama kali diterima di negara lain, yang
merupakan anggota
Paris Convention for the Protection of
Industrial Property
atau
Agreement Establishing the World
Trade Organization.
Permohonan dengan menggunakan hak
prioritas wajib dilengkapi dengan bukti tentang penerimaan
permohonan pendaftaran merek yang pertama kali menimbulkan
hak prioritas tersebut. Bukti hak prioritas tersebut harus
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Se b ua h m e re k tid a k d a p a t d id a fta rka n a p a b ila m e m e nuhi ke te ntua n-ke te ntua n d a la m Pa sa l 4 d a n Pa sa l 5 Und a ng -und a ng No . 15 Ta hun 2001 te nta ng Me re k.
Da la m Pa sa l 4 Und a ng -und a ng No . 15 Ta hun 2001, d ise b utka n b a hwa : “ Me re k tid a k d a p a t d id a fta rka n a ta s d a sa r p e rm o ho na n ya ng d ia juka n o le h p e m o ho n ya ng b e ritika d tid a k b a ik.”
Da la m Pa sa l 5 Und a ng -und a ng No . 15 Ta hun 2001, d ise b utka n b a hwa :
Me re k ya ng tid a k d a p a t d id a fta rka n a d a la h m e re k ya ng m e ng a nd ung unsur-unsur d ib a wa h ini :
a )b e rte nta ng a n d e ng a n p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n ya ng b e rla ku, m o ra lita s a g a ma , ke susila a n, a ta u ke te rtib a n um um ;
b )tid a k m e miliki d a ya p e m b e d a ; c )te la h me nja d i m ilik umum ;
d )m e rup a ka n ke te ra ng a n a ta u b e rka ita n d e ng a n b a ra ng a ta u ja sa ya ng d im o ho nka n p e nd a fta ra n.
Se la in b e rd a sa rka n ke te ntua n te rse b ut d ia ta s, sua tu m e re k jug a a ka n d ito la k a p a b ila m e m e nuhi ke te ntua n te nta ng p e no la ka n p e nd a fta ra n m e re k ya ng d ia tur d a la m Pa sa l 6 Und a ng -und a ng No . 15 Ta hun 2001, ya ng m e nye b utka n b a hwa :
(1) p e rm o ho na n te rse b ut ha rus d ito la k o le h Dire kto ra t Je nd e ra l a p a b ila m e re k te rse b ut :
a )m e m p unya i p e rsa ma a n p a d a p o ko knya a ta u ke se luruha nnya d e ng a n m e re k m ilik p iha k la in ya ng sud a h te rd a fta r le b ih d a hulu untuk b a ra ng d a n a ta u ja sa ya ng se je nis;
c ) m e m p unya i p e rsa ma a n p a d a p o ko knya a ta u ke se luruha nnya d e ng a n inika si g e o g ra fis ya ng sud a h te rke na l.
(2) ke te ntua n se b a g a im a na d im a ksud p a d a a ya t (1) huruf b d a p a t p ula d ib e rla kuka n te rha d a p b a ra ng d a n a ta u ja sa ya ng tid a k se je nis se p a nja ng m e m e nuhi p e rsya ra ta n te rte ntu ya ng a ka n d ite ta p ka n le b ih la njut d e ng a n Pe ra tura n Pe m e rinta h
(3) p e rm o ho na n jug a ha rus d ito la k o le h Dire kto ra t Je nd e ra l a p a b ila m e re k te rse b ut :
a )m e rup a ka n a ta u me nye rup a i na ma o ra ng te rke na l, fo to , a ta u na m a b a d a n hukum ya ng d im iliki o ra ng la in, ke c ua li a ta s p e rse tujua n te rtulis d a ri ya ng b e rha k; b )m e rup a ka n tirua n a ta u m e nye rup a i na m a a ta u sing ka ta n na m a , b e nd e ra , la m b a ng a ta u simb o l a ta u e m b le m ne g a ra a ta u le mb a g a na sio na l m a up un inte rna sio na l, ke c ua li a ta s p e rse tujua n te rtulis d a ri p iha k ya ng b e rwe na ng ;
c ) m e rup a ka n tirua n a ta u m e nye rup a i ta nd a a ta u c a p a ta u ste m p e l re smi ya ng d ig una ka n o le h ne g a ra a ta u le mb a g a Pe me rinta h ke c ua li a ta s p e rse tujua n te rtulis d a ri p iha k ya ng b e rwe na ng .
e . Pe ng ha p usa n d a n Pe m b a ta la n Pe nd a fta ra n Me re k
Pe ng ha p usa n p e nd a fta ra n me re k d a ri Da fta r Umum Me re k d a p a t d ila kuka n a ta s p ra ka rsa Dire kto ra t Je nd e ra l HKI a ta u b e rd a sa rka n p e rm o ho na n p e m ilik m e re k ya ng b e rsa ng kuta n.
Pe ng ha p usa n p e nd a fta ra n m e re k a ta s p ra ka rsa Dire kto ra t Je nd e ra k HKI d a p a t d ila kuka n jika :
1) m e re k tid a k d ig una ka n se la m a 3 (tig a ) ta hun b e rturut-turut d a la m p e rd a g a ng a n b a ra ng d a n a ta u ja sa se ja k ta ng g a l p e nd a fta ra n a ta u p e m a ka ia n te ra khir, ke c ua li a d a a la sa n ya ng d a p a t d ite rim a o le h Dire kto ra t Je nd e ra l HKI, a ta u; 2) m e re k d ig una ka n untuk je nis b a ra ng d a n a ta u ja sa ya ng
Ad a p un a la sa n-a la sa n ya ng d a p a t d ite rima o le h Ka nto r Me re k d a la m ha l tid a k d ig una ka nnya m e re k d a la m p e rd a g a ng a n b a ra ng d a n a ta u ja sa itu se c a ra limita tive te la h d ite ntuka n, ya itu ka re na a d a nya la ra ng a n im p o r; la ra ng a n ya ng b e rka ita n d e ng a n izin b a g i p e re d a ra n b a ra ng ya ng m e ng g una ka n m e re k ya ng b e rsa ng kuta n a ta u ke p utusa n d a ri p iha k ya ng b e rwe na ng ya ng b e rsifa t se m e nta ra ; la ra ng a n se rup a la innya ya ng d ite ta p ka n d e ng a n p e ra tura n.
Se la in Dire kto ra t Je nd e ra l HKI ya ng b e rha k untuk m e ng ha p us p e nd a fta ra n me re k d a la m ha l me ng ha d a p i ke nya ta a n a d a nya 2 (d ua ) ko nd isi te rse b ut d ia ta s, p iha k ke tig a p un d a p a t m e ng a juka n p e rminta a n p e ng ha p usa n p e nd a fta ra n se sua tu m e re k b e rd a sa rka n a la sa n te rp e nuhinya ko nd isi te rse b ut. Ad a p un c a ra nya d ila kuka n d e ng a n b e ntuk g ug a ta n m e la lui Pe ng a d ila n Nia g a .
Me ng e na i p e ng ha p usa n p e nd a fta ra n m e re k ya ng d ila kuka n a ta s p e rm inta a n p e milik me re k b a ik untuk se b a g ia n a ta u se luruh je nis b a ra ng d a n a ta u ja sa ya ng te rm a suk d a la m sa tu ke la s, d ia juka n ke p a d a Dire kto ra t Je nd e ra l HKI. Pe rm inta a n p e ng ha p usa n me re k te rse b ut se la njutnya d ic a ta t d a la m Da fta r Um um Me re k, d a n d ium um ka n d a la m Be rita Re smi Me re k.
Je nd e ra l HKI. Pe rm inta a n p e m b a ta la n d ia juka n m e la lui g ug a ta n ke Pe ng a d ila n Nia g a , d ia nta ra nya ka re na a la sa n : 1) m e re k te rd a fta r ya ng p e nd a fta ra nnya d ila kuka n o le h
p e m o ho n ya ng b e ritika d tid a k b a ik;
2) m e re k te rd a fta r te rse b ut b e rte nta ng a n d e ng a n p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n ya ng b e rla ku, m o ra lita s a g a m a , ke susila a n, a ta u ke te rtib a n um um , tid a k m e m iliki d a ya p e m b e d a , te la h m e nja d i milik um um , m e rup a ka n ke te ra ng a n a ta u b e rka ita n d e ng a n b a ra ng d a n a ta u ja sa ya ng d im o ho nka n p e nd a fta ra nnya ;
3) m e m p unya i p e rsa m a a n p a d a p o ko knya a ta u ke se luruha nnya d e ng a n m e re k milik p iha k la in ya ng sud a h te rd a fta r le b ih d a hulu untuk b a ra ng d a n/ a ta u ja sa ya ng se je nis;
4) m e m p unya i p e rsa m a a n p a d a p o ko knya a ta u ke se luruha nnya d e ng a n m e re k ya ng sud a h te rke na l m ilik p iha k la in untuk b a ra ng d a n/ a ta u ja sa .
5) Me m p unya i p e rsa m a a n p a d a p o ko knya a ta u ke se luruha nnya d e ng a n ind ika si g e o g ra fis ya ng sud a h d ike na l;
6) Me rup a ka n a ta u m e nye rup a i na m a o ra ng te rke na l, fo to , a ta u na m a b a d a n hukum ya ng d im iliki o ra ng la in, ke c ua li a ta s o e rse tujua n te rtulis d a ri ya ng b e rha k;
f. Ja ng ka Wa ktu Pe rlind ung a n Ha k A ta s Me re k
Be rd a sa rka n Und a ng -und a ng No . 15 Ta hun 2001 Pa sa l 28, m e re k te rd a fta r m e nd a p a t p e rlind ung a n hukum untuk ja ng ka wa ktu se p uluh ta hun se ja k ta ng g a l p e ne rima a n d a n ja ng ka wa ktu p e rlind ung a n d a p a t d ip e rp a nja ng a ta s p e rminta a n p e m ilik m e re k, ja ng ka wa ktu p e rlind ung a n d a p a t d ip e rp a nja ng se tia p ka li untuk ja ng ka wa ktu ya ng sa ma . Da la m ha l p e rp a nja ng a n ini b ia sa nya tid a k d ila kuka n la g i p e ne litia n (e xa mina tio n) a ta s m e re k te rse b ut, jug a tid a k d im ung kinka n a d a nya b a nta ha n.
Pro se d ur p e rm inta a n p e rp a nja ng a n wa ktu d ila kuka n se c a ra te rtulis o le h p e m ilik, a ta u kua sa nya d a la m ja ng ka tid a k le b ih d a ri 12 (d ua b e la s) b ula n d a n se kura ng -kura ng nya e na m b ula n se b e lum b e ra khirnya ja ng ka wa ktu p e rlind ung a n b a g i m e re k te rd a fta r te rse b ut. Pe rm inta a n p e rp a nja ng a n wa ktu ini d a p a t d ite rima , te ta p i d a p a t jug a d ito la k.
Pe rm inta a n p e rp a nja ng a n ja ng ka wa ktu p e rlind ung a n m e re k te rd a fta r d ite rim a d a n d ise tujui a p a b ila :
1) m e re k ya ng b e rsa ng kuta n m a sih d ig una ka n p a d a b a ra ng d a n a ta u ja sa se b a g a im a na d ise b ut d a la m Se rtifika t Me re k
2) b a ra ng d a n a ta u ja sa se b a g a im a na d a la m Se rtifika t Me re k te rse b ut m a sih d ip ro d uksi d a n d ip e rd a g a ng ka n
Pe rp a nja ng a n ja ng ka wa ktu p e rlind ung a n m e re k ya ng te la h d ise tujui te rse b ut d ic a ta t d a la m Da fta r Um um Me re k d a n d ium um ka n d a la m Be rita Re smi Me re k. Jug a d ib e rita huka n se c a ra te rtulis ke p a d a p e milik m e re k a ta u kua sa nya .
Bentuk dan tata cara pengalihan hak merek telah diatur dalam
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Merek Tahun 2001, yang berbunyi:
Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena :
1)
pewarisan
2)
wasiat
3)
hibah
4)
perjanjian
5)
sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan Undang-Undang no.15 Tahun 2001 pasal 40 ayat
2, pengalihan hak merek itu harus dicatat melalui permohonan
Direktorat Jenderal dan dimuat dalam Daftar Umum Merek untuk
selanjutnya diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Dengan demikian
apabila pengalihan merek tidak dicatatkan dalam Daftar Umum Merek
maka tidak berakibat hukum kepada pihak ketiga.
Di samping itu perlu diketahui juga bahwa disamping
pengalihan hak atas merek terdaftar dapat disertai dengan pengalihan
nama baik, reputasi atau lain-lainnya yang terkait dengan merek
tersebut, hal ini tercantum dalam Pasal 41 ayat 1 Undang-Undang
Merek No.15 Tahun 2001.
3. Tinja ua n Um um te nta ng Pe nye le sa ia n Se ng ke ta
a . Pe nye le sa ia n se ng ke ta Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l
se ng ke ta Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l ya ng d ia la m i o le h p a ra p iha k ya ng te rlib a t. Da la m p e ra tura n p e rund a ng -und a ng a n, se ng ke ta Ha k Ke ka ya a n Inte le ktua l d a p a t d ig o lo ng ka n d a la m tig a ka te g o ri, ya itu:
1) se ng ke ta a d ministra tif
2) se ng ke ta p e rd a ta
3) se ng ke ta p id a na
Be rd a sa rka n tip e se ng ke ta te rse b ut, a tura n no rm a tif te la h m e ne ta p ka n le m b a g a -le m b a g a ya ng b isa d ia kse s untuk m e nye le sa ika n se ng ke ta .
1) Se ng ke ta a d ministra tif
b id a ng p a te n, m e re k, d a n p e rlind ung a n va rie ta s ta na ma n, khususnya ya ng b e rka ita n d e ng a n p e rm o ho na n b a nd ing ka re na a d a nya p e no la ka n p e rm inta a n p e nd a fta ra n.
Ko m isi b a nd ing me rup a ka n b a d a n khusus ya ng ind e p e nd e n d a n b e ra d a d i ling kung a n d e p a rte me n te rka it, untuk p a te n d a n m e re k a d a la h De p a rte me n Hukum d a n HAM, se d a ng ka n untuk p e rlind ung a n va rie ta s ta na m a n a d a la h De p a rte m e n Pe rta nia n.Ta ta te rb ib b e ra c a ra ya ng ha rus d ip e rha tika n ko m isi b a nd ing me lip uti: a ) p e nye le sa ia n m e nurut no m o r p e rminta a n; b ) te rb uka untuk um um ; c ) p e m e riksa a n b e rd a sa rka n b e rka s; d ) d a p a t