• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Karakteristik Nelayan dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Karakteristik Nelayan dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan

Deli dan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan, yang bertujuan untuk

mengetahui batas garis kemiskinan, jumlah nelayan miskin, ketimpangan

pendapatan secara over-all sampling, ketimpangan pendapatan menurut kelurahan

dan ketimpangan pendapatan menurut status nelayan, miskin atau tidak.

Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa hubungan dan pengaruh

tingkat pendidikan dengan ketimpangan pendapatan adalah negatif tetapi tidak

nyata , hubungan jumlah jam melaut atau lamanya waktu bekerja adalah positif

dengan jumlah pendapatan nelayan dan pengaruhnya sangat nyata terhadap

pendapatan nelayan , hubungan jumlah tanggungan dengan jumlah pendapatan

adalah positif namun pengaruhnya tidak nyata terhadap pendapatan nelayan,

hubungan faktor umur adalah positif dengan jumlah pendapatan nelayan.

Hasil Penelitian dari Harahap Said Ali (2003), yang menganalisa masalah

kemiskinan dan tingkat pendapatan nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan

Indah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan, berpendapat bahwa jumlah

tanggungan keluarga, ketiadaan pekerjaan tambahan dan pola konsumsi

mempengaruhi pendapatan nelayan. Jumlah jam melaut, jumlah modal melaut dan

jumlah tanggungan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan,

sementara tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.

(2)

yang positif dan kuat antara karakteristik nelayan dengan pendapatan nelayan di

daerah penelitiannya, dan yang menjadi faktor dominan adalah tingkat pendidikan

dan umur sementara jumlah tanggungan dan curahan waktu kerja tidak

memberikan pengaruh yang nyata.

Sujarno (2008) yang melakukan penelitian tentang Analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat, memperoleh

hasil analisis bahwa modal kerja, jumlah tenaga kerja dan jarak tempuh melaut

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan,

Samosir Syarifadilah (2009), yang mengambil judul penelitian

Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan Nelayan Buruh Kapal Bermotor < 5

GT (Studi kasus : Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota

Medan), menyatakan bahwa dengan menggunakan analisis Gini Ratio, terdapat

ketimpangan pendapatan dan tingkat pendapatan yang rendah (di bawah garis

kemiskinan) di daerah sampel. Dan dari hasil analisa asosiasi disimpulkan bahwa

jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan dan usaha sampingan

masing-masing tidak berhubungan dengan kemiskinan, sementara dari hasil analisa

korelasi bahwa pengalaman melaut tidak berhubungan dengan ketimpangan

pendapatan, namun lamanya waktu melaut dan jumlah tenaga kerja dalam kapal

masing-masing berhubungan dengan ketimpangan pendapatan nelayan.

Ginting Dameyanti (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Efisiensi

Ekonomis Usaha Penangkapan Ikan dengan Kapal Motor di Kecamatan Pantai

Labu, Kabupaten Deli Serdang, menentukan karakteristik nelayan antara lain

(3)

tanggungan nelayan merupakan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap

produksi tangkapan nelayan.

2.2. Landasan Teori

Usaha nelayan untuk menangkap ikan di laut dapat ditelaah

berdasarkan analisis mikro ekonomi usaha-usaha nelayan (Mulyadi,2005). Dalam

melakukan usaha penangkapan ikan di laut untuk mendapatkan produk/output

(sejumlah hasil tangkapan berupa ikan segar, kepiting, udang, dan lain-lain) maka

diperlukan input berupa curahan waktu kerja, penggunaan bahan bakar minyak,

harga ikan , satuan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan dilaut, dan

sebagainya. Dari hasil tangkapan nelayan maka hasil tersebut apabila dijual maka

nelayan akan memperoleh income/ pendapatan, sehingga menurut Joesron, Tati

Suhartati dan Fathorrozi, hal ini dapat dirumuskan dalam persamaan:

I = f(Px,Qx,Py)

dimana : Px adalah harga barang x,

Qx adalah jumlah barang x yang diminta

Py adalah harga barang lain.

2.2.1. Penerimaan (Revenue)

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan dalam usaha tani merupakan

perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi.

Sama halnya dengan Soekartawi, Joesron dan Fathorrozi, dalam Teori

Ekonomi Mikro (2003), mengatakan bahwa penerimaan merupakan perkalian

(4)

Sehingga dapat dirumuskan : TR = P x Q

dimana, TR = Total Revenue (penerimaan)

P = Harga barang

Q = Jumlah barang

Sehingga dapat dikatakan juga bahwa total penerimaan (revenue) adalah

seluruh penerimaan diperoleh dari jumlah barang yang terjual pada saat tingkat

harga tertentu.

2.2.2. Pendapatan

Menurut Samosir Syarifadilah (2009), dalam penelitiannya mengatakan

bahwa pendapatan merupakan gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam

memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu, biasanya

perbulan.

Menurut Soekartawi (2002), pendapatan usahatani adalah selisih antara

penerimaan dan semua biaya.

Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi (2003) mengatakan bahwa dari hasil

produksi, produsen akan memperoleh keuntungan maximum apabila total

penerimaan persis sama dengan total biaya. Menurutnya, keuntungan () adalah

selisih antara total penerimaan dan total biaya.

Sehingga dari pendapat Soekartawi dan Joesron, dapat disimpulkan bahwa

keuntungan () sama dengan pendapatan (Y), sehingga dapat dibuat persamaan :

Y = = TR – TC

Keterangan: Y = Pendapatan

(5)

TR = Total Revenue

TC = Total Cost

Keuntungan maksimal dicapai pada saat : MR – MC = 0 atau MR = MC

Keterangan: MR = Marjinal Revenue

MC = Marginal Cost

Berdasarkan konsep penerimaan dan biaya (TR dan TC) dapat diketahui

beberapa kemungkinan diantaranya :

TR > TC = keadaan untung / laba

TR= TC = keadaan Break Even Point

TR < TC = Keadaan rugi.

2.2.3. Produksi

Menurut Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi, produksi merupakan hasil

akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan

atau input. Atau dengan kata lain bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi

berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Menurut Fauzi, Akhmad (2010) , untuk mengeksploitasi (menangkap) ikan

di suatu perairan dibutuhkan berbagai sarana. Sarana tersebut merupakan faktor

input, yang dalam literatur perikanan biasa disebut dengan upaya ataueffort.

Menurut Anderson dalam Waridin (2007), produksi perikanan jangka

pendek adalah hubungan antara tangkapan (catch) dengan upaya (effort).

Walaupun stok ikan atau sumber daya melimpah, variasi lokasi dan waktu

penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap sehingga fungsi

(6)

Q = f (E)

Keterangan: Q = hasil tangkapan

E = upaya penangkapan ikan (effort)

2.2.4. Biaya

Biaya atau ongkos pengertiannya secara ekonomis merupakan beban yang

harus dibayar produsen untuk menghasilkan barang dan jasa sampai barang

tersebut siap untuk dikonsumsi . Biaya merupakan fungsi dari jumlah produksi,

dengan rumus:

C = f (Q)

dimana: C = biaya

Q = jumlah produksi.

Atau dapat juga dirumuskan bahwa :

AC = TC / Q

dimana AC =Average Cost(biaya rata-rata).

TC =Total Cost(total biaya)

Karena di dalam biaya ada biaya tetap (fixed cost) dan ada biaya tak tetap atau

berubah-ubah (variable cost), maka dapat juga dirumuskan:

TC = VC + FC

dimana, TC =Total Cost

VC =Variabel Cost

(7)

2.2.5. Harga

Menurut Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi,M (2003), dalam memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari, bahwa pendapatan berhubungan dengan jumlah

barang yang diminta dengan harga barang itu sendiri dan berhubungan pula

dengan harga barang lain.

Dalam teori ekonomi sederhana bahwa pendapatan dipengaruhi oleh jumlah

barang yang diminta , harga barang itu sendiri dan harga barang lain. Hal ini juga

berlaku bagi nelayan, dimana pendapatan nelayan dipengaruhi oleh hasil

tangkapan nelayan dan harga beberapa hasil tangkapan tersebut, karena dalam

kegiatan menangkap ikan , dimana jenis produk yang ditangkap

macam, ada ikan, kepiting, udang dan lain-lain dengan harga yang

bermacam-macam pula tergantung ukuran (size)nya.

2.2.6. Teknologi

Dalam Ekonomi Kelautan, Mulyadi (2005) menyatakan bahwa

ketergantungan nelayan terhadap teknologi penangkapan ikan sangat tinggi. Hal

ini disebabkan selain kondisi sumber daya perikanan yang bersifat mobile, yaitu

mudah berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain, juga untuk

menangkapnya nelayan perlu sarana untuk bertahan berada di laut.

Pada umumnya nelayan kecil masih mengalami keterbatasan teknologi

penangkapan ikan. Dengan alat tangkap yang sederhana, wilayah operasi pun

(8)

2.2.7. Alat Tangkap yang digunakan (fishing gear)

Tingkat teknologi yang digunakan nelayan dapat dilihat dari jenis alat

tangkap (fishing gear) yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan

ikan. Penggunaan perahu dan motor penggerak memungkinkan kesempatan

menangkap ikan lebih lama disebabkan adanya penghematan waktu dalam

perjalanan menuju daerah penangkapan.

Menurut Balai Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian Jakarta

(1989), diperkirakan ada 250 jenis alat tangkap ikan di Indonesia dan 90%

diantara alat tersebut merupakan alat penangkap tradisional, sedangkan 10% nya

dapat dikategorikan sebagai alat penangkap modern atau semi modern, seperti

trawl udang, rawai tuna dan huhate. Banyaknya jenis alat penangkap tersebut

tidak terlepas karena lautan Indonesia yang beriklim tropis, sehingga memiliki

banyak sekali jenis ikan, udang maupun biota laut lainnya yang mempunyai sifat

dan perangai yang berbeda-beda, disamping itu kondisi dan topografi dasar

perairan daerah satu dengan lainnya juga berbeda-beda.

Jenis alat tangkap ikan, udang dan biota laut lainnya menurut Drs. Waluyo

Subani dan Ir. H.R. Barus dalam Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di

(9)

Tabel 4. Jenis-jenis Alat Tangkap di Indonesia dan pengelompokkannya

Jenis Alat penangkap Kelompok

Pukat Kantong (Seine Nets) Pukat Udang, Payang, Pukat Cincin dan lain-lain

Jaring Insang (Gill Nets) Jaring Insang Lingkar, Jaring Klitik Jaring Insang tetap, dan lain-lain Jaring Angkat (Lift Nets) Bagan Perahu, Bagan Tancap, Serok,

Jaring Angkat dan lain-lain

Perangkap (Traps) Sero, Jermal, Bubu dan perangkap lain Pancing (Long Line) Rawai Tuna, Rawai Hanyut, Huhate

Pancing Tonda dan lainnya

Sumber : Departemen Pertanian, Balai Penelitian Perikanan Laut (1989)

Pukat Kantong (Seine Nets), adalah alat penangkapan ikan berbentuk

kantong yang terbuat dari jaring yang terdiri dari bagian badan dan kantong

jaring. Bagian kantong terletak di belakang bagian badan yang merupakan tempat

terkumpulnya hasil tangkapan ikan. Ikan yang diperoleh dengan alat tangkap ini

biasanya berbagai jenis ikan pelagis dan demersal. Pukat kantong terdiri dari

pukat payang, pukat layang, dogol dan pukat pantai, Pukat Cincin (Purse Seine)

adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau

trapesium yang dilengkapi dengan tali yang dapat digulung untuk mengurung

gerombolan ikan.

Jaring Insang (Gill nets) adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran

jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata, yang

dilengkapi dengan sejumlah pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah atau

tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara

terjerat dan atau terpuntal. Jaring insang dioperasikan di permukaan, pertengahan

(10)

pelagis dan demersl. Jaring insang terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis

tangkapan utamanya, antara lain jaring kembung, jaring kerapu, jaring kakap ,

jaring udang dan lain-lain.

Jaring Angkat (Lift Nets) adalah alat penangkap ikan berbentuk lembaran

jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang dibentangkan dengan

menggunakan kerangka dari batang kayu atau bambu sehingga jaring angkat

membentuk kantong.

Perangkap (Traps), adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang

terbuat dari jaring, bambu, kayu atau besi yang dipasang secara tetap di dasar

perairan atau secara portable (tempatnya dapat dipindah) selama jangka waktu

tertentu.

Pancing (Long Lines), adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari

sejumlah utas tali dan pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa

umpan, baik umpan alami maupun umpan buatan. Alat penangkap ikan yang

masuk dalam klasifikasi pancing yaitu rawai dan pancing. Alat pancing terdiri dari

dua komponen utama yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat pada

tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekali

(beberapa ratus mata kail) tergantung jenis pancingnya. Banyak macam alat

pancing yang digunakan oleh para nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana

sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan untuk perikanan industri.

Di kelurahan Bagan Deli beberapa jenis alat tangkap yang biasa digunakan

oleh kapal motor  5 GT , diantaranya jaring kepiting tengah, jaring kepiting

pinggir, rawe, tangkul siput harimau, jaring ikan, bubu kepiting tengah, bubu ikan,

(11)

Karena begitu banyaknya jenis alat tangkap ikan yang digunakan nelayan di

Bagan Deli,sehingga jenis alat tangkap yang digunakan dalam analisis ini

dikelompokkan sebagai berikut:

a) Alat Tangkap Pukat Pinggir/Cencen dapat dikelompokkan sebagai Pukat

Kantong (Seine Nets)

b) Alat tangkap Jaring Ikan, Jaring Kepiting Tengah dan Jaring Kepiting

Pinggir dapat dikelompokkan sebagai Jaring Insang (Gill Nets)

c) Alat Tangkap Tangkul Siput dan Tangkul Gurita dan Bubu Kepiting dapat

dikelompokkan sebagai Perangkap (Traps).

d) Untuk alat tangkap Rawai dimasukkan dalam kelompok Pancing (Long Lines).

2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini penulis mencoba meneliti apakah ada pengaruh dari

karakteristik nelayan terhadap perolehan pendapatan nelayan di kelurahan Bagan

Deli. Karakteristik yang dimaksud adalah curahan waktu kerja, bahan bakar, harga

kepiting, harga ikan, harga udang dan jenis alat tangkap yang digunakan oleh

nelayan di Kelurahan Bagan Deli.

Dalam analisa ketenagakerjaan kegiatan usaha nelayan, penggunaan tenaga

kerja dinyatakan oleh besarnya curahan waktu bekerja. Curahan waktu bekerja

yang dipakai setara dengan besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai (Sujarno,

2008). Secara teori ekonomi juga tidak ada bahasan mengenai faktor curahan

waktu bekerja menjadi fungsi dari pendapatan, namun biasanya semakin lama

nelayan bekerja di laut mencari ikan. maka hasil yang diperoleh semakin banyak

(12)

Faktor banyaknya bahan bakar minyak yang digunakan untuk melaut dalam

penelitian ini karena dalam teori faktor produksi, jumlah output produksi yang

berhubungan dengan pendapatan bergantung kepada eksploitasi yang dikeluarkan

oleh nelayan untuk bisa pergi melaut. Dengan adanya biaya eksploitasi maka

nelayan dapat pergi melaut untuk menangkap ikan dan hasilnya akan dijual

sebagai pendapatan nelayan. Salah satu biaya eksploitasi nelayan dalam

melakukan penangkapan ikan adalah biaya bahan bakar minyak yang dipakai

untuk menggerakkan mesin kapal.

Faktor harga output juga mempengaruhi pendapatan nelayan, karena secara

teori semakin tinggi harga output, maka perolehan uang dari hasil penjualan akan

semakin banyak dan tentunya akan meningkatkan pendapatan nelayan. Harga

output yang dimaksud dalam analisa ini adalah harga kepiting, harga ikan dan

harga udang.

Hasil tangkapan nelayan di laut juga dipengaruhi oleh jenis alat tangkap

yang digunakan. Karena dengan penggunaan alat tangkap tertentu akan

mempengaruhi jenis ikan/produk apa yang diperoleh dan selanjutnya akan

mempengaruhi harga penjualan dan pendapatan nelayan.

Sehingga dari uraian di atas kerangka konsep penelitian penulis dapat

(13)

Curahan Waktu Kerja

Bahan Bakar

Harga Kepiting Pendapatan

Harga Ikan

Harga Udang

Jenis Alat Tangkap

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, penelitian terdahulu serta

kerangka pemikiran, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis :

Bahwa curahan waktu kerja, bahan bakar, harga kepiting, harga ikan, harga

udang dan jenis alat tangkap yang digunakan mempengaruhi pendapatan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, kekuatan kecamatan lebih berorientasi kepada fungsi kewenangan yang dilimpahkan oleh Walikota dibandingkan fungsi koordinasi, artinya, koordinasi dapat tidak

Setiap tahun terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman ataupun lahan terbangun lainnya, akibat perkembangan penduduk dan permintaan lahan yang

Berdasarkan hasil analisis mengenai hubungan peran orang tua dengan perilaku perawatan diri saat menstruasi pada siswi kelas VII SMPN 3 Bantul Yogyakarta maka

Pemantauan Guru Besar, Guru Penolong Kanan Kurikulum atau Ketua Panitia Sains Penilaian Selepas program dilaksanakan bergantung kepada pencapaian objektifnya.. SK SENTUL UTAMA

[r]

Rancangan peraturan Desa Kemiren tentang pendirian BUMDes “ JOLO SUTRO ” sebagai Badan Usaha Milik Desa perlu mendapatkan persetujuan BPD untuk ditetapkan

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk

memposting semua kebutuhan yang diingkan oleh user. Website yang dirancang merupakan suatu web yang memberikan output informasi yang akan ditampilkan. Tujuan dari