Lampiran 1
KUESIONER
HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN
II. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga A. Pemisahan Sampah
1. Apakah ibu melakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik? 1. Ya
2. Tidak
2. Apakah dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap sampah-sampah tersebut?
1. Ya 2. Tidak
B. Metode Pemusnahan Sampah
2. Dibakar
3. Dibuang sembarangan
2. Jika sampah diangkut oleh petugas, berapa kali dalam sebulan diangkut oleh petugas kebersihan?
1. < 2 kali 2. >2 kali
3. Jika sampah dibakar, berapa kali? 1. Setiap hari
2. Sekali dalam seminggu 3. Jika sudah menumpuk
4. Apakah pembakaran sampah dilakukan disekitar rumah 1. Ya
2. Tidak
5. Jika sampah tidak diangkut dan dibakar, sampah dibuang ke mana? 1.Halaman rumah
2.Dibuang ke sungai
6. Apakah pemusnahan sampah dilakukan di sekitar rumah? 1. Ya
2. Tidak
III. Kejadian Diare
1. Apakah dalam 6 bulan terakhir ada anggota keluarga yang menderita diare (buang air besar lebih dari tiga kali sehari dan konsistensi cair)?
1. Ada, siapa: - - - 2. Tidak
2. Berapa lama kejadian diare yang diderita? 1. 3 – 7 hari
2. >14 hari
1. Pemberian Oralit
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN
Ada Tidak Ukuran Keterangan
II. Tempat Pembuangan Sampah
b. Berapa banyak lalat *a. Rendah (0-2)
Analisa Univariat
I. Karakteristik Responden
Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Lebih dari 80 cm dari bahan
kedap air 26 86.7 86.7 86.7
Kurang dari 80 cm dari
bahan kedap air 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Cincin Sumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 meter atau lebih, kedap air 30 100.0 100.0 100.0
Saluran Pembuangan Air Limbah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 10 meter atau lebih, kedap
air 16 53.3 53.3 53.3
Kurang dari 10 meter, kedap
air 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Jarak dengan Pembuangan Limbah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid >10 meter 16 53.3 53.3 53.3
<10 meter 14 46.7 46.7 100.0
Total coliform
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 16 53.3 53.3 53.3
Tidak 14 46.7 46.7 100.0
III. Sumur Gali sesuai dengan Syarat Kesehatan Sumur Gali
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Memenuhi Syarat 30 100.0 100.0 100.0
IV. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga Pemisahan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 30 100.0 100.0 100.0
Cara Pemusnahan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak memenuhi syarat 30 100.0 100.0 100.0
Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 23 76.7 76.7 76.7
Tidak 7 23.3 23.3 100.0
Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Setiap hari 13 43.3 56.5 56.5
Sekali dalam seminggu 10 33.3 43.5 100.0
Total 23 76.7 100.0
Missing System 7 23.3
Total 30 100.0
Terdapat Sisa Bahan Cair pada Tempat Pembuangan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3
Tidak 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Terdapat Lalat pada Tempat Pembuangan Sampah Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3
Tidak 20 66.7 66.7 100.0
Keberadaan Lalat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Bersihkan tempat sampah * menderitadiare Crosstabulation Count
menderitadiare
Total
Ya Tidak
Bersihkantempatsampah Ya 8 15 23
Tidak 2 5 7
Total 10 20 30
Waktu membersihkan * menderitadiare Crosstabulation Count
menderitadiare Total
Ya Tidak
Waktumembersihkan Setiap hari 5 8 13
Sekali dalam
seminggu 3 7 10
Total 8 15 23
Ada lalat * menderita diare Crosstabulation Count
menderitadiare
Total
Ya Tidak
adalalat Ya 5 6 11
Tidak 5 14 19
V. Kejadian Diare
Keluarga yang Menderita Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3
Tidak 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Frekuensi Kejadian Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3 - 7 hari 10 33.3 100.0 100.0
Missing System 20 66.7
Total 30 100.0
Pertolongan Pertama pada penderita Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pemberian oralit 8 26.7 80.0 80.0
Dokter/Klinik 2 6.7 20.0 100.0
Total 10 33.3 100.0
Missing System 20 66.7
Analisa Bivariat
1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare a. Keberadaan Total Coliform pada Air
menderitadiare
Total
Ya Tidak
Kualitastotalcoliform Memenuhi Syarat Count 3 5 8
Expected
menderitadiare 100.0% 100.0% 100.0%
Value
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .084 1 .772
Fisher's Exact Test 1.000 .548
Linear-by-Linear Association .082 1 .774
N of Valid Casesb 30
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67. b. Computed only for a 2x2 table
b. Keberadaan Escherichia coli pada air
menderitadiare
% within menderitadiare 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb .417 1 .519
Likelihood Ratio 1.556 1 .212
Fisher's Exact Test .251 .251
Linear-by-Linear Association 1.611 1 .204
N of Valid Casesb 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00. b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 8 :Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Pengambilan sampel air sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 2. Sampel air sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 3. Pemeriksaan sampel air sumur gali di BTKL-PPM Medan
Gambar 5. Sumur gali yang tidak memiliki tutup sumur di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 7. Air sumur gali yang berwarna kuning di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 9. Tempat sampah berupa kantongan plastik yang terdapat di dapur rumah di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan MedanMarelan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, U. F 2000, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, UI Press, Jakarta.
Azwar, A 1996, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2010,
Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta.
Chandra, B 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta.
Depkes RI 2003, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.715/Menkes/SK/V/2003
Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga, Jakarta.
_________2006, Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Dinkes Provinsi Sumatera Utara 2011, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010. Medan.
Dirgantara, P 2010, Bakteri Koliform yang Bersifat Anaerob, http://1sthumanwinner.wordpress.com/2010/12/16/hello-world/ , tanggal 12 Februari 2013.
Dwiyatmo, K 2007, Pencemaran Lingkungan dan Penanganannya, Citra Aji Pratama, Yogyakarta.
Entjang, I 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Fardiaz, S 1992, polusi Air dan Udara, Kanisius, Yogyakarta.
Junias, M & Balelay, E 2008, Hubungan antara Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Penduduk di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang, Jurnal MKM Desember 2008, Vol.3, No.2. PDII LIPI. Kemenkes RI 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan,
www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, tanggal 29 September 2012.
__________ 2011, Buku Saku Petugas Kesehatan Lima Langkah Tuntaskan Diare, Jakarta.
Mansjoer, A 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi III, Media Aesculapius, Jakarta.
Mukono, 2006, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya.
Mulia, R 2005, Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta. Nuswantari, D.A 2010, Hubungan antara Kualitas Air Bersih dengan Kejadian
Diare di Wilayah Puskesmas I Sokaraja Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.
Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Jakarta.
Pohan, D 2009, Pemeriksaan Escherichia coli pada Usapan Peralatan Makan yang Digunakan oleh Pedagang Makanan di Pasar Petisah Medan Tahun 2009, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pratiwi, 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga.
Putra, B 2010, Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis, dan Kimia Air Sumur Gali serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Soemirat, J 2007, Kesehatan Lingkungan, UGM PRESS, Yogyakarta.
Sudoyo, A 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi IV, FK UI, Jakarta. Suprapto, 2005, Dampak Masalah terhadap Kesehatan Masyarakat, Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia, vol.1 no.2, Universitas Sumatera Utara.
Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi, Yogyakarta.
Undang-Undang no. 18 tahun 2008, Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta. Undang-Undang no.36 tahun 2009, Tentang Kesehatan, Jakarta.
Ramaiah, S 2000, All You Wanted to Know About Diare, Gramedia, Jakarta.
WHO 1999, Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare, Edisi III, EGC, Jakarta.
______ 2001, Laporan Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta.
--- 2011, Penyakit Tropis, Erlangga, Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat analitik dengan desain
cross sectional, dimana dilakukan pengamatan terhadap objek, wawancara dengan
menggunakan kuesioner dalam waktu bersamaan/tertentu untuk mengetahui
hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah di
rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Marelan. Alasan untuk memilih lokasi ini karena:
1. Pada umumnya penduduk di lingkungan 20 yang diobservasi menggunakan
sumber air bersih berasal dari sumur bor dan sumur gali. Dimana air sumur
tersebut rentan terjadi pencemaran mikrobiologis air.
2. Masyarakat lingkungan 20 menggunakan air sumur untuk aktivitas sehari-hari
seperti mandi, mencuci piring, mencuci baju, mencuci sayur, dan lainnya.
3. Pengolahan sampah rumah tangga yang kurang baik dilihat dari sampah yang
masih berserakan pada beberapa rumah dapat menimbulkan datangnya vektor
4. Berdasarkan data Puskesmas Terjun, diare menempati urutan kedua dalam 10
penyakit terbesar di Puskesmas tersebut. Kelurahan Terjun merupakan Kelurahan
yang banyak terdapat kejadian diare dibanding dengan kelurahan lainnya.
Pemeriksaan sampel air dilakukan di Laboratorium Balai Besar Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM), Jl.
KH. Wahid Hasyim no. 15 Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Februari - April 2013
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di lingkungan 20 Kelurahan
Terjun dan sumur gali yang terdapat pada rumah setiap keluarga di lingkungan 20
Kelurahan Terjun.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling berdasarkan
pada kriteria sebagai berikut:
- Keluarga yang menggunakan air sumur gali sebagai sumber air bersih.
- Sumur gali yang berada pada jarak < 10 meter dari sumber pencemaran
yaitu septic tank.
Berdasarkan pada kriteria tersebut, maka jumlah sampel adalah 30 keluarga di
3.4. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sumur gali yang merupakan sumber air bersih
dan pengelolaan sampah di rumah tangga.
3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer
Data diperoleh langsung dengan melakukan observasi dan wawancara kepada
masyarakat meliputi kejadian diare, pengelolaan sampah di rumah tangga dengan
kuesioner yang telah dipersiapkan. Serta data tentang kualitas mikrobiologis air
sumur gali yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium.
3.5.2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan
tentang kejadian diare, dan Kantor Kelurahan Terjun diperoleh data penduduk
Kelurahan Terjun.
3.6. Variabel Penelitian 3.6.1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas mikrobiologis air
sumur gali (Total coliform dan Escherechia coli), pengelolaan sampah di rumah
tangga yang meliputi tahap pemisahan sampah, tempat pembuangan sampah, dan
metode pemusnahan sampah.
3.6.2. Variabel Dependen
3.7. Pelaksanaan Penelitian Pemeriksaan Mikrobiologis Air Sumur Gali (Total Coliform dan Escherechia coli)
3.7.1. Pengambilan Sampel Air dan Pengiriman ke Laboratorium
1. Dibuka kertas yang ada di botol yang sudah disterilkan secara perlahan.
2. Lalu lilitkan tali yang ada mengelilingi botol ke tangan seperlunya.
3. Buka botolnya yang dilapisi dengan koran, panaskan dengan menggunakan
pinset dan spritus, usahakan jangan sampai terkena sesuatu yang dapat
memengaruhi sterilnya botol.
4. Uraikan tali yang dililitkan pada tangan, dan masukkan botol ke dalam sumur
dengan tenang, teliti dan hati-hati, agar tidak menyentuh dinding sumur
sehingga tidak terkontaminasi, batas mininimal 10cm dalam air (bila tinggi air
memungkinkan).
5. Ambil airnya dgn ¾ air dari botol, krn ¼ untuk bernapas e.coli.
6. Angkat perlahan ke atas, Kemudian sterilkan mulut botol dengan dipanaskan
pada api spritus.
7. Berikan label pada botol, yang terdiri dari nama dan alamat, waktu dan
tanggal pengambilan, tempat sampel air diambil, asal sampel air.
3.7.2. Pemeriksaan Sampel Air di Laboratorium
Untuk menentukan adanya Total coliform dan Escherechia coli di dalam air
dipakai sistem Multiple Tubes. Sistem ini dilengkapi dengan daftar MPN (Most
Probable Number). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang
telah disiapkan dengan menggunakan metode tabung ganda : 5x10 ml, 5x1 ml,
3.7.2.1. Alat dan Bahan Alat :
a. Inkubator 37◦C dan 44,5◦C
b. Inokulum Equipment
c. Kawat ose
d. Petri Disk
e. Pipet ukur 10ml; 1ml
f. Rak tabung reaksi
g. Tabung durham
Bahan :
a. BGLB (Brilian Green Lactosa bile Broth)
b. Larutan pengencer
c. Lauryl Tryptose Broth (LTB)
d. Reagen konvacs
e. Sampel air
f. Trypton water
3.7.2.2. Cara Kerja
Uji kualitas Mikrobiologis air melalui dua tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Total Coliform
1. Tes Perkiraan (Presumtive Test)
- Cara pemeriksaan:
a. Siapkan 15 tabung reaksi yang masing-masing berisi media Lauryl Tryptose
Broth pada tabung durham.
b. Air ditanam pada 5 tabung masing-masing 10ml, 1 ml, 0,1ml, dan dituliskan
standart portion; 5 x 10ml; 5 x 1ml; 1 x 0,1ml
c. Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam 37◦C. Tabung positif adalah tabung
yang terjadi peragian dan terdapat gas pada tabung durham, dan dilanjutkan
dengan tes penegasan.
2. Tes Penegasan (Confirmation Test)
Media yang dipergunakan adalah Brilian Green Lactosa bile Broth (BGLB 2%).
Tes ini dilakukan untuk menegaskan hasil positif dari hasil perkiraan.
- Cara Pemeriksaan :
a. Tiap-tiap tabung test perkiraan yang positif , dipindahkan 1-2 ose ke dalam
tabung konfirmatif yang berisi 10 ml BGLB 2% dari masing-masing tabung
Presumtif diinokulasikan ke dalam tabung BGLB 2%.
b. Satu seri tabung BGLB 2% diinokulasikan pada suhu 35◦C selama 24-48
jam, untuk memastikan adanya coliform. Pada satu seri yang lain
diinokulasikan pada suhu 44,5◦C selama 24 jam untuk memastikan adanya
koli tinja.
c. Pembacaan dilakukan setelah 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB
2%yang menunjukkan positif gas.
Hitung MPN Total coliform dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah tabung
b. Pemeriksaan Escherechia coli 1. Tes Perkiraan (Presumtive Test)
Media yang biasa digunakan adalah Lauryl Tryptose Broth (LTB)
- Cara Pemeriksaan :
a. Disiapkan 5 porsi tabung untuk setiap volume sampel 10ml; 0,1ml;
1ml atau pengenceran yang lebih tinggi lagi untuk air yang tercemar
atau air pengolahan.
- Dengan konsentrasi media LTB: 71,2 gr/L = 10ml sampel
- Dengan konsentrasi media LTB: 35,6 gr/L = 1;0,1ml sampel
b. Masukkan sampel yang sudah dihomogenkan secara aseptik ke dalam
masing-masing tabung media LTB.
c. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya sampel air dengan media
bercampur rata.
d. Inkubasikan pada suhu 35◦C±0,5◦C selama 24 jam±2 jam.
- Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk asam dan gas dalam tabung
fermentasi. Bila tidak ada reaksi asam atau gas, inkubasikan
kembali sampai 48 jam ±3jam.
e. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu
48jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan negatif. Bila pada
tabung fermentasi terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam ± 3
jam, maka tes perkiraan dinyatakan positif.
2. Tes Penegasan (Confirmation Test)
- Cara Pemeriksaan :
a. Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok, kemudian
dipindahkan dengan ose ke dalam media tryptone water.
b. Inkubasikan pada incubator suhu 44,5◦C selama 24 jam ± 2 jam.
c. Setelah inkubasi, tambahkan 0,2 – 0,3 ml reagen kovacks ke dalam
masing-masing tabung tryptone water.
- Bila terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes
penegasan dinyatakan postif.
- Bila tidak terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes
penegasan dinyatakan negatif.
Hitung MPN Escherichia coli dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah
tabung tryptone water yang positif Escherichia coli, jumlah tabung tryptone water
yang positif dibaca pada tabel MPN.
3.8. Defenisi Operasional
1. Kualitas mikrobiologis air sumur gali adalah kualitas air yang memenuhi
persyaratan kualitas mikrobiologis air.
2. Pengelolaan sampah di rumah tangga adalah kegiatan yang terdiri dari:
a. Pemisahan sampah yaitu pemisahan sampah organik dan anorganik yang
dilakukan oleh keluarga di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan.
b. Tempat pembuangan sampah yaitu adanya tempat pembuangan sampah di
c. Metode pemusnahan sampah yaitu cara yang dilakukan setiap keluarga
untuk meniadakan sampah yang dihasilkan di rumah tangga.
3. Kejadian diare adalah keadaan yang dialami oleh anggota keluarga di
Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan berupa buang
air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dan konsistensinya cair dalam 6
bulan terakhir.
3.9. Aspek Pengukuran
1. Pengukuran kualitas mikrobiologis air (Total coliform dan Escherichia coli)
dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium (berdasarkan Permenkes no.416
tahun 1990).
a. Memenuhi persyaratan apabila kandungan coliform dalam air bersih
dalam jumlah per 100ml air adalah 50 dan kandungan Escherechia coli 0.
b. Tidak memenuhi persyaratan apabila kandungan coliform dalam jumlah per
100ml air bersih > 50 dan kandungan Escherechia coli > 0.
2. Pengukuran untuk variabel pengelolaan sampah di rumah tangga yaitu :
a. Pemisahan sampah (Dwiyatmo, 2007)
1. Ya, jika melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik.
2. Tidak, jika tidak melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik
b. Tempat pembuangan sampah (Azwar, 1996)
1. Memenuhi syarat, jika tempat pembuangan sampah di rumah kuat,
memiliki tutup, dan kedap air.
2. Tidak memenuhi syarat, jika tempat pembuangan sampah di rumah :
b. tidak kuat, tidak memiliki tutup, dan tidak kedap air.
c. Metode pemusnahan sampah
1. Baik, jika sampah rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan.
2. Tidak baik, jika sampah rumah tangga dibakar, dibuang sembarangan
atau dibuang ke sungai.
3. Pengukuran kejadian diare yaitu :
1. Ya, jika ada anggota keluarga menderita diare dalam 6 bulan terakhir.
2. Tidak, jika anggota keluarga tidak menderita diare dalam 6 bulan terakhir.
3.10. Analisa Data
Data yang diperoleh lalu dikumpulkan, diedit untuk memeriksa kelengkapan
data, dan diberi kode untuk memudahkan proses entri data.Selanjutnya dilakukan
analisa data yang meliputi:
3.10.1. Analisa Univariat
Analisa data dengan mendistribusikan variabel-variabel penelitian yaitu
kualitas mikrobiologis air sumur gali (Total coliform dan Escherechia coli) yang
telah diperiksa di laboratorium dan dibandingkan dengan Permenkes No.416 Tahun
1990, data tentang pengelolaan sampah di rumah tangga, serta kejadian diare.
3.10.2. Analisa Bivariat
Variabel Kualitas mikrobiologis air bersih, pengelolaan sampah di rumah
tangga, dan kejadian diare akan dianalisa dengan menggunakan uji chi-square, untuk
melihat hubungan antara variabel. Menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05),
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografi
Kelurahan Terjun merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan
Medan Marelan. Kelurahan Terjun terdiri atas 22 lingkungan dengan luas wilayah
16,05 Km2. Kelurahan Terjun memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : P. Sicanang Medan Labuhan
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Tanah 600 Medan Marelan
c. Sebelah Barat : Kecamatan Hamparan Perak Deli Serdang
d. Sebelah Timur : Kelurahan Paya Pasir / Rengas Pulau Medan Marelan.
4.1.2. Gambaran Kependudukan
Kelurahan Terjun memiliki jumlah penduduk sebanyak 26.113 jiwa dengan
jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 6378 KK. Jumlah penduduk perempuan
lebih banyak sebesar 13.451 jiwa (51,51%) dibandingkan jumlah penduduk laki-laki
sebesar 12.662 jiwa (48,49%). Dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini.
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki-laki 12.662 48,49
2. Perempuan 13.451 51,51
Jumlah 26.113 100,00
Sumber: Profil Kelurahan Terjun Tahun 2012
Dilihat dari segi pekerjaan, penduduk di Kelurahan Terjun paling banyak
Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan di Kelurahan Terjun Tahun 2012
No. Pekerjaan Jumlah Persentase
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 250 3,11
a. Keadaan Penyakit Terbesar di Puskesmas
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat 10 penyakit terbesar yang diderita
penduduk dalam dua tahun terakhir.
Tabel 4.3. Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Terjun Tahun 2011
No. Nama Penyakit Jumlah Persentase
1. ISPA 2.807 33,80
Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa diare menempati urutan kedua tertinggi
yaitu sebanyak 1779 penderita (21,40%). Kejadian diare dapat disebabkan
diantaranya karena ketersediaan air bersih bagi penduduk.
4.1.4. Sarana Air Bersih Penduduk
Sarana air bersih yang digunakan oleh penduduk di Kelurahan Terjun pada
Lingkungan 20 adalah sumur gali dan sumur bor.
Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Sarana Air Bersih di Kelurahan Terjun Tahun 2012
No. Jenis Sarana Jumlah Persentase
1. Sumur Gali 75 50,00
2. Sumur Bor 75 50,00
Jumlah 150 100,00
Berdasarkan Tabel 4.4. diketahui bahwa penduduk di Lingkungan 20
Kelurahan Terjun menggunakan sumur gali dan sumur bor sebagai sarana air bersih
masing-masing sebanyak 50% penduduk.
4.2. Analisa Univariat
Berdasarkan wawancara dan hasil observasi di Lingkungan 20 Kelurahan
Terjun, hasil yang didapat di lapangan adalah sebagai berikut.
4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden
Gambaran karakteristik responden yang meliputi umur dan pekerjaan dapat
Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase
1. Umur (tahun)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden, paling banyak
responden berusia antara 25 – 49 tahun yaitu 16 orang (53,30%). Untuk pekerjaan,
paling banyak responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 18 orang (60,00%).
4.2.2. Gambaran Konstruksi Sumur Gali
Hasil observasi di lapangan dapat dijelaskan konstruksi sumur gali di
Lingkungan 20 Kelurahan Terjun sebagai berikut.
Tabel 4.6. Gambaran Konstruksi Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Konstruksi Sumur Gali Jumlah Persentase
1. 1 m atau lebih, kedap air 30 100,00
Jumlah 30 100,00
E. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
1. 10 m, kedap air 16 53,30
2. < 10 m, kedap air 14 46,70
Jumlah 30 100,00
F. Jarak dengan Pembuangan Limbah (Parit)
1. > 10 m 16 53,30
2. < 10 m 14 46,70
Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa sumur gali yang memiliki tutup
sebanyak 4 sumur (13,30%) dan tidak memiliki tutup sebanyak 26 sumur (86,70%),
bibir sumur yang > 80 cm dan bahan kedap air sebanyak 26 sumur (86,70%) dan bibir
sumur < 80 cm sebanyak 4 sumur (13,30%), cincin sumur yang 3 m dan bahan kedap
air sebanyak 28 sumur (93,30%) dan cincin < 3 m sebanyak 2 sumur (6,70%),
keseluruhan lantai sumur (100,00%) adalah 1 m atau lebih dan kedap air, SPAL yang
10 m dan kedap air sebanyak 16 sumur (53,30%) dan SPAL < 10 m sebanyak 14
sumur (46,70%), dan jarak dengan pembuangan limbah (parit) yang > 10m sebanyak
16 sumur (53,30%) dan < 10 m sebanyak 14 sumur (46,70%).
Berdasarkan pada sumur gali yang diperiksa, keseluruhan sumur gali tidak
memenuhi syarat kesehatan karena tidak memiliki satu atau lebih konstruksi
4.2.3. Kualitas Fisik Air Sumur Gali
Gambaran kualitas fisik air sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7. Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Kelurahan TerjunTahun 2013
No. Kualitas Fisik Air Sumur Gali Jumlah Persentase
1. i Berwarna
berbau sebanyak 16 air sumur (53,30%), sedangkan air sumur yang tidak berwarna,
tidak berasa, dan tidak berbau sebanyak 14 air sumur (46,70%).
4.2.4.Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali
Gambaran kualitas mikrobiologis air sumur gali di Kelurahan Terjun di
Lingkungan 20 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Hasil ini kemudian akan
dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Dimana kualitas
air bersih yang memenuhi syarat yaitu Total coliform < 50/100ml sampel air dan
Tabel 4.9. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Total coliform) Air Sumur Gali Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kualitas Total coliform Jumlah Persentase
1. Memenuhi Syarat 8 26,70
2. Tidak Memenuhi Syarat 22 73,30
Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.9. diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 22 sampel
(73,30%) yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Total coliform),
sedangkan 8 sampel (26,70%) memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Total
coliform)yang ditetapkan sesuai dengan Permenkes RI. No 416 Tahun 1990.
Tabel 4.10. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Escherichia coli) Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kualitas Escherechia coli Jumlah Persentase
1. Memenuhi Syarat 3 10,00
2. Tidak Memenuhi Syarat 27 90,00
Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.10. diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 27 sampel
(90,00%) yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Escherichia coli),
sedangkan 3 sampel (10,00%) memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Escherichia
coli) yang ditetapkan sesuai dengan Permenkes RI. No 416 Tahun 1990.
4.2.5. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
Gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.11. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga oleh Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Pengelolaan Sampah Jumlah Persentase
A. Pemisahan Sampah
B.2. Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah
1. Setiap hari 13 56,52
B.4. Keberadaan Lalat di sekitar Tempat Pembuangan Sampah
1. Ya 10 33,30
Berdasarkan tabel 4.11. diketahui bahwa tidak ada keluarga yang melakukan
pemisahan sampah, tidak ada keluarga yang menyediakan tempat pembuangan
dengan cara diangkut oleh petugas sebanyak 25 keluarga (83,30%) dan secara tidak
baik yaitu dengan cara dibakar sebanyak 5 keluarga (16,70%).
Tabel 4.12. Gambaran Tabulasi Silang Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Membersihkan tempat
membersihkan tempat pembuangan sampah terdapat 8 orang yang menderita diare
dan 15 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 7 orang yang membersihkan
tempat pembuangan sampah terdapat 2 orang yang menderita diare dan 5 orang yang
tidak menderita diare.
Tabel 4.13. Gambaran Tabulasi Silang Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
membersihkan tempat pembuangan sampah setiap hari terdapat 5 orang yang
menderita diare dan 8 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 10 orang
yang membersihkan tempat pembuangan sampah sekali dalam seminggu terdapat 3
Tabel 4.14. Gambaran Tabulasi Silang Keberadaan Lalat di Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Keberadaan lalat di tempat pembuangan sampah
keluarga menderita diare dan 5 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 20
rumah disekitar tempat pembuangan sampah tidak terdapat keberadaan lalat ada 5
rumah yang anggota keluarga menderita diare dan 15 orang yang tidak menderita
diare.
4.2.6. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga
Kejadian diare pada keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.15. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kejadian Diare pada Keluarga Jumlah Persentase
1. Ya 10 33,30
2. Tidak 20 66,70
Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa keluarga yang mengalami kejadian
diare pada anggota keluarga adalah 10 keluarga (33,30%) yaitu 5 orang (50,00%)
termasuk usia balita (0-5 tahun), 3 orang (30,00%) dalam usia 8-16 tahun, dan 2
orang (20,00%) dalam usia 24-27 tahun dan yang tidak mengalami kejadian diare
oleh anggota keluarga yaitu 3 – 7 hari. Pengobatan atau pertolongan pertama yang
dilakukan terhadap kejadian diare adalah pemberian obat/oralit sebanyak 8 orang
(80,00%) dan dibawa ke dokter/klinik sebanyak 2 orang (20,00%).
4.3. Analisa Bivariat
4.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare
Tabel 4.16. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kualitas
coliform yang memenuhi syarat proporsi keluarga yang menderita diare yaitu 37,50%
lebih kecil dari proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 62,50%.
Sedangkan air sumur gali dengan kualitas Total coliform yang tidak memenuhi syarat
proporsi anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 31,80% dari
proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 68,20%. Karena ada nilai expected
count yang <5 maka digunakan uji exact fisher, dan diperoleh nilai p (=1,000) >
keberadaan Total coliform yang terkandung dalam air sumur gali dengan kejadian
diare pada keluarga.
Pada kualitas Escherichia coli yang memenuhi syarat proporsi keluarga yang
menderita diare yaitu 66,70% lebih besar dari proporsi keluarga yang tidak menderita
diare yaitu 33,30%. Sedangkan air sumur gali dengan kualitas Escherichia coli yang
tidak memenuhi syarat proporsi anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil
yaitu 29,60% dari proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 70,40%. Karena
ada nilai expected count yang <5 maka digunakan uji exact fisher, dan diperoleh nilai
p (=0,251) > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara keberadaan Escherichia coli yang terkandung dalam air sumur gali dengan
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali
Hasil observasi di lapangan dapat dilihat bahwa keseluruhan sumur gali tidak
memenuhi syarat konstruksi secara lengkap. Peneliti berasumsi bahwa konstruksi
sumur yang tidak memenuhi syarat karena beberapa faktor, diantaranya penduduk
yang tidak mengetahui tentang sumur yang memenuhi syarat kesehatan dan
dampaknya bagi kesehatan jika syarat tersebut tidak terpenuhi, khususnya syarat jarak
sumur dengan sumber pencemaran yaitu septic tank.
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat
konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai
sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan (Entjang, 2000).
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap cincin sumur yang memenuhi
syarat konstruksi sebanyak 28 sumur (93,30%). Terdapat beberapa sumur yang
dinding sumurnya dibuat dari riol sumur yang setiap riolnya berukuran 1 meter. Jarak
antara satu riol dengan riol lainnya tidak disemen, sehingga memungkinkan kuman
atau bakteri dapat masuk melalui sela-sela dinding tersebut.
Menurut Entjang (2000) bahwa dinding sumur gali memiliki jarak
kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding harus terbuat dari tembok yang
kedap air (disemen). Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi perembesan
Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu
bata tanpa semen sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur.
Dilihat dari konstruksi sumur gali yaitu bibir sumur, terdapat 26 sumur
(86,70%) yang memenuhi syarat yaitu > 80cm dan bahan kedap air. Pada umumnya
bibir sumur gali telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Masih ada penduduk
yang menggunakan timba untuk mengambil air secara langsung, dapat diasumsikan
walaupun bibir sumur telah memenuhi syarat namun air sumur dapat tercemar dari
timba bila diletakkan di sembarang tempat. Menurut Chandra (2007), bibir sumur gali
merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan merupakan satu kesatuan
dengan dinding sumur. Bibir sumur harus dibuat setinggi ≥ 70 cm dari permukaan
tanah. Tujuannya agar air sumur gali terlindung dari kontaminasi air kotor dari luar
sumur dan tidak membahayakan seseorang yang akan mengambil air sumur gali.
Terutama anak-anak yang dikhawatirkan dapat terjatuh kedalam sumur. Menurut
Entjang (2000) keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat
merupakan sumber kontaminasi. Misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan
pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan
sanitasi yang baik bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di
dalam sumur.
Lantai sumur merupakan syarat konstruksi yang harus dipenuhi. Berdasarkan
hasil obsevasi bahwa keseluruhan lantai sumur memenuhi syarat yaitu lebar lantai
sumur 1m atau lebih dan kedap air. Menurut Chandra (2007), lantai harus terbuat dari
kemiringan sekitar sepuluh derajat ke arah tempat pembuangan air. Tujuannya agar
air limbah dari hasil kegiatan di sumur tidak merembes kembali ke sumur.
Tutup sumur juga merupakan hal yang harus dipenuhi untuk menghindari
pencemaran air sumur. Untuk mencegah pengotoran dan pencemaran maupun
kecelakaan pada saat sumur gali tidak digunakan maka sumur gali perlu memiliki
tutup sumur yang kuat dan rapat (Pusdiklat Pegawai Departemen Kesehatan RI,
1986).
Berdasarkan pada hasil observasi, terdapat 4 sumur (13,30%) yang memiliki
tutup sumur. Tutup sumur gali terbuat dari papan/kayu yang digunakan pada malam
hari saja. Sebagian besar penduduk belum menyadari bahwa tutup sumur dapat
mencegah terjadinya pencemaran pada air sumurnya.
Saluran pembuangan air limbah (SPAL) juga hal yang harus diperhatikan
dan dipenuhi. SPAL yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan limbah hasil
kegiatan di sekitar sumur dapat kembali meresap ke dalam sumur. Menurut Entjang
(2000) saluran pembuangan air limbah sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan
panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Dari 30 sumur, terdapat 14 sumur (46,70%)
yang saluran pembuangan air limbah yang < 10 m dan kedap air. Berdasarkan pada
hasil wawancara, jika terjadi hujan lebat secara terus-menerus maka air sumur dapat
menjadi seperti bau parit karena masuknya air limbah (parit) ke dalam sumur melalui
saluran pembuangan air limbah.
Hal yang harus diperhatikan juga adalah jarak sumur dengan sumber
pencemaran. Jika dilihat dari syarat lokasi atau jarak terhadap sumber pencemaran
jarak sumur dengan septic tank < 10 m. Hal ini dapat diasumsikan bahwa air sumur
gali beresiko tercemar oleh mikrobiologi dari sumber pencemaran tersebut.
Menurut Entjang (2000) sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan
tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah. Oleh karena itu, sumur gali sangat
mudah terkontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat
buangan kotoran manusia dan hewan juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena
lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.
Keseluruhan sumur yang diobservasi tidak ada yang memenuhi semua syarat
konstruksi. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sumur yang digunakan rentan terhadap
pencemaran. Sejalan dengan penelitian Marsono (2009) di Kecamatan Klaten Utara,
Kabupaten Klaten yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kandungan
bakteriologis air sumur dengan konstruksi/ bangunan sumur.
5.2. Kualitas Fisik Air Sumur Gali
Hasil pemeriksaan secara organoleptik di lapangan untuk warna, bau dan rasa
air diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 14 sampel (46,70%) yang memenuhi
syarat dan 16 sampel (53,30%) lainnya tidak memenuhi syarat. Bahkan ada air yang
berwarna hitam dan berbau seperti air parit.
Menurut Suripin (2004) air murni tidak berwarna, berasa, dan berbau. Warna
dalam air dapat diakibatkan oleh adanya material yang larut atau koloid dalam
suspensi atau mineral. Menurut Soemirat (2007) air yang berbau selain tidak estetis
juga tidak diterima oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas
air, bau anyir dikarenakan oleh karena adanya alga. Air biasanya tidak memberi rasa
membahayakan kesehatan. Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme
dalam air dan adanya gas-gas seperti H2S.
5.3. Kualitas Mikrobiologis Air Sumur
Sumber air bersih yang digunakan oleh penduduk Lingkungan 20 Kelurahan
Terjun adalah air sumur gali. Sumur gali yang ada di lingkungan tersebut memiliki
kedalaman sekitar 5 – 8 meter. Berdasarkan pada hasil pemeriksaan di laboratorium
terdapat 22 sampel (73,30%) yang keberadaan Total coliform dalam air sumur tidak
memenuhi syarat dan terdapat 27 sampel (90,00%) yang keberadaan Escherichia coli
dalam air sumur tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes no.416
Tahun 1990.
Keberadaan sumber pencemaran seperti septic tank < 10 meter dari sumur
gali dan pada beberapa rumah satu septic tank dibagi untuk empat rumah penduduk,
hal ini diasumsikan memungkinkan terjadinya pencemaran air sumur oleh
bakteri-bakteri dari sumber pencemaran tersebut.
Menurut penelitian Putra (2010) bahwa keberadaan bakteri coliform dalam air
sumur gali yang terdapat di Desa Patumbak dimungkinkan oleh keadaan sarana fisik
sumur gali yang tidak memenuhi syarat konstruksi dan dekat dengan sumber
pencemaran seperti sampah, kakus, dan tempat pembuangan air limbah yang
memungkinkan air dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang dapat
mengandung bakteriologi.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa
kualitas mikrobiologis air sumur gali yaitu Total coliform dan Escherichia coli tidak
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare pada keluarga di
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
Syarat menggunakan uji chi-square tidak terpenuhi, maka digunakan uji
exact fisher. Hasil analisis dengan menggunakan uji exact fisher diperoleh nilai p
(=1,00) > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas
mikrobiologis air sumur gali (Total Coliform) dengan kejadian diare yang terjadi
pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Kecamatan Medan Marelan tahun
2013. Begitu juga dengan keberadaan Escherichia coli bahwa hasil analisis dengan
menggunakan uji exact fisher diperoleh nilai p (=0,251) > 0,05, artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali (Escherichia
coli) dengan kejadian diare yang terjadi pada keluarga di Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan.
Penduduk Kelurahan Terjun mendapatkan air bersih dari sumur gali , sumur
bor dan Air PDAM. Di lingkungan 20 , penduduk memperoleh air bersih dari sumur
gali dan sumur bor. Air sumur digunakan untuk keperluan minum, masak, mencuci,
mandi, dan kakus. Sebagian besar penduduk sudah menggunakan air galon kemasan
untuk masak dan minum. Bagi penduduk yang masih menggunakan air sumur untuk
memasak dan air minum, berdasarkan pada hasil wawancara bahwa mereka memasak
air sampai mendidih hingga mencapai titik didih 100◦C, dimana bakteri Eschericia
coli akan mati pada suhu tersebut. Menurut Pratiwi (2008) salah satu faktor yang
tertentu untuk pertumbuhan dirinya. Bakteri Escherichia coli termasuk bakteri
golongan mesofilik yang dapat tumbuh pada suhu minimal 15 - 20ºC, optimal pada
suhu 20 - 45ºC.
Selain itu, air sumur yang digunakan dapat mengkontaminasi peralatan makan
(piring, sendok, gelas, dan lainnya) pada saat mencuci piring. Menurut Depkes RI
(2003) setiap peralatan makan harus selalu dijaga kebersihannya. Alat makan belum
terjamin kebersihannya karena pada alat makan telah tercemar bakteri Escherichia
coli yang menyebabkan alat makan tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk itu,
diperlukan pencucian peralatan makan sangat penting diketahui secara mendasar
dengan pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat
pula. Berdasarkan penelitian Pohan (2009) bahwa kandungan Escherichia coli pada
peralatan makan yaitu piring, gelas dan sendok yang digunakan oleh pedagang
makanan di Pasar Petisah Medan tidak mengandung Escherichia coli.
Menurut Dirgantara (2010), Bakteri coliform merupakan golongan
mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat
menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen
atau tidak. Bakteri coliform merupakan organisme yang biasanya tidak berbahaya.
Coliform total kemungkinan bersumber dari lingkungan.
Angka kejadian diare di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun tidak begitu tinggi.
Dari 30 keluarga, terdapat 10 keluarga (33,30%) yang salah satu anggota keluarganya
menderita diare. Sekitar 50% yang menderita diare adalah anak balita, 30,00%
dalam usia 8-16 tahun, dan 20,00% dalam usia 24-27 tahun, lama diare yang dialami
pertama dengan memberikan oralit ataupun obat-obatan yang biasa dibeli di warung,
dan ada juga yang berobat ke dokter/klinik jika diare yang dialami tidak juga sembuh.
Kejadian diare yang tidak begitu tinggi di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun
diasumsikan karena sebagian penduduk yang tidak lagi menggunakan air sumur
untuk memasak dan minum.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Nuswantari (2010) tentang hubungan
antara kualitas air bersih dengan kejadian diare di wilayah Puskesmas I Sokaraja
Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai p > 0,05, tidak ada hubungan antara kualitas air bersih dengan kejadian diare.
5.4. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
Pengelolaan sampah di rumah tangga, terdiri dari tiga tahapan berikut:
5.4.1. Pemisahan Sampah
Sampah yang dihasilkan di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun tidak dipisahkan
antara sampah organik dan anorganik. Berdasarkan hasil wawancara, para ibu rumah
tangga sudah memiliki pengetahuan tentang pemisahan sampah di rumah, namun
belum ada tindakan yang diambil. Mereka membuang sampah organik dan anorganik
pada tempat penbuangan sampah yang sama. Sebagian mereka ada yang membuang
sampah basah seperti sampah-sampah potongan-potongan ikan atau ayam ke tempat
sampah yang jauh dari rumah. diasumsikan bahwa hal tersebut dapat mencegah
datangnya vektor seperti lalat di tempat pembuangan sampah tersebut.
Menurut Suprapto (2005), lalat biasa hidup di tempat-tempat yang kotor dan
lalat. Sampah terutama sampah basah, cepat berbau busuk, sehingga merupakan
tempat berkembang biak dan tempat makanan lalat.
5.4.2. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah
Pada umumnya penyediaan tempat pembuangan sampah di rumah penduduk
di Kelurahan Terjun, tidak memenuhi syarat. Tempat pembuangan sampah berada di
dapur, sekitar tempat mencuci piring dan halaman rumah yang berupa tong atau
keranjang plastik, berupa kantongan plastik atau goni, keranjang dari anyaman
bambu, dan wadah plastik. Tempat pembuangan sampah tidak ada yang memiliki
tutup, hal ini dapat menyebabkan banyak lalat yang akan hinggap di tempat sampah
tersebut. Menurut Dwiyatmo (2007) bahwa pemberian tutup bertujuan agar sampah
tidak menjadi sarang lalat. Tidak semua tempat pembuangan sampah kuat dan kedap
air. Ada tempat sampah berupa keranjang plastik berukuran kecil, digunakan sebagai
tempat pembuangan sampah sisa-sisa makanan yang berada di sekitar sumur atau
tempat mencuci piring.
Pada beberapa tempat pembuangan sampah terdapat sisa bahan cair, dapat
diasumsikan bahwa ini menjadi faktor yang dapat mengundang datangnya vektor
seperti lalat. Namun demikian, tempat pembuangan sampah yang ada dibersihkan
setiap hari oleh 13 keluarga (56,52%) atau sekali dalam seminggu oleh 10 keluarga
(43,48%). Sampah yang dibersihakan setiap hari anggota keluarga yang menderita
diare lebih kecil yaitu 5 keluarga dibandingakan dengan keluarga yang tidak
menderita diare sebanyak 8 keluarga. Sampah yang dibersihkan sekali dalam
seminggu anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 3 keluarga
diasumsikan bahwa membersihkan tempat pembuangan sampah tidak menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan kejadian diare pada keluarga.
Dapat dilihat pada beberapa tempat pembuangan sampah terdapat lalat yang
berterbangan dan hinggap disana. Banyaknya lalat yang hinggap dan terbang di
sekitar tempat pembuangan sampah termasuk dalam kategori sedang (3-5) pada 7
tempat pembuangan sampah (70,00%) dan kategori tinggi (6-20) pada 3 tempat
pembuangan sampah (30,00%). Keberadaan lalat dengan keluarga yang menderita
diare yaitu 5 keluarga sama dengan yang tidak menderita diare yaitu 6 keluarga.
Tidak adanya lalat dengan keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 5 keluarga
dibandingkan dengan yang tidak menderita diare yaitu 15 keluarga.
Lalat dapat menjadi vektor dalam penyebaran penyakit diantaranya adalah
diare. Hal ini dapat diasumsikan bahwa lalat dapat berkembang biak dan
menyebarkan kuman-kuman yang terdapat dalam sampah tersebut kepada manusia
melalui makanan dan media penularan lainnya. Menurut Widyati dalam Junias (2008)
lalat adalah salah satu makhluk yang berperan dalam penyebaran kejadian diare,
bertindak sebagai agen atau vektor mekanis yang hanya bertindak sebagai alat
pemindah pasif.
5.4.3. Metode Pemusnahan Sampah
Tahapan terakhir dalam pengelolaan sampah yaitu tahap pembuangan
sampah, termasuk didalamnya pengangkutan sampah dan pemusnahan sampah. Pada
umumnya penduduk di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun melakukan pemusnahan
sampah dengan cara diangkut oleh petugas kebersihan dan dibakar. Sampah yang
sebanyak > 2 kali dalam seminggu, penduduk membayar retribusi sampah sebesar
Rp. 8000 setiap bulannya. Kemudian sampah akan dibuang ke Tempat Pembuangan
Akhir Sampah (TPA) dengan sistem open dumping, sehingga sampah tidak lagi
terlihat berserakan dan mencegah datangnya lalat di sekitar tempat pembuangan
sampah sementara yang terletak di depan rumah. Sementara itu, ada penduduk yang
melakukan pemusnahan sampah dengan cara dibakar oleh 5 keluarga (16,70%).
Pembakaran yang dilakukan sekali dalam seminggu dan ada juga yang membakar
sampah setiap hari. Pembakaran sampah dilakukan di sekitar rumah penduduk. Hal
ini tentunya dapat menyebabkan pencemaran udara terhadap lingkungan sekitar.
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, dan lainnya. Selain itu, sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan seperti bau yang tidak sedap. Oleh
karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit
tersebut. Sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan
sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat
pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan tentang hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan
pengelolaan sampah dengan kejadian diare, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kualitas mikrobiologis air sumur gali yaitu Total coliform yang keberadaannya
tidak memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes no.416 Tahun 1990 sebesar
73,30% dan keberadaan Escherichia coli yang tidak memenuhi syarat sebesar
90,00%.
2. Pengelolaan sampah di rumah tangga belum memenuhi syarat dilihat karena
seluruh rumah tangga tidak melakukan pemisahan antara sampah organik dan
anorganik, tidak menyediakan tempat pembuangan sampah yang memenuhi
syarat, dan metode pemusnahan sampah dilakukan dengan baik sebesar 83,30%
dan pemusnahan sampah tidak baik sebesar 16,70%.
3. Keluarga yang menderita diare, 50% adalah usia balita (0-5 tahun), 30% dalam
usia 8-16 tahun, dan 20% dalam usia 24-27 tahun.
4. Seluruh sumur gali tidak memenuhi syarat dilihat dari konstruksi sumur dan
jarak sumur < 10 m dengan sumber pencemaran yaitu septic tank.
5. Kualitas fisik air sumur yang memenuhi syarat sebesar 46,70%.
6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali
6.2. Saran
1. Perlu diadakannya sosialisasi oleh Puskesmas setempat terhadap penggunaan
saringan air yang benar agar air sumur layak digunakan sebagai sumber air bersih
dan sanitasi air bersih.
2. Hendaknya penduduk di Kelurahan Terjun menyediakan tempat pembuangan
sampah yang memenuhi syarat , melakukan pemisahan sampah di rumah tangga,
dan tetap menjaga perilaku sehat dalam penggunaan air.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan faktor-faktor lainnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Bersih
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Sekitar tiga per empat
bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak ada seseorang yang dapat bertahan
hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air dipergunakan untuk memasak,
mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga
dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat
rekreasi, transportasi, dan lainnya. Air dapat menyebarkan dan menularkan penyakit
kepada manusia. Kondisi tersebut tentu dapat menimbulkan wabah penyakit
dimana-mana (Chandra, 2007).
Air sangat diperlukan oleh manusia. Air diperlukan untuk minum, memasak,
mandi, mencuci, membersihkan dan untuk keperluan-keperluan lainnya. Untuk semua
ini diperlukan air yang memenuhi syarat kesehatan baik kwantitas maupun
kwalitasnya (Entjang, 2000).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
(Permenkes No.416 Tahun 1990).
2.2. Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi dapat berasal dari berbagai sumber.
2.2.1. Air Angkasa (Hujan)
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi
merupakan air yang bersih, namun air tersebut mengalami pencemaran ketika berada
di atmosfer. Pencemaran di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme, dan gas (karbon dioksida, nitrogen, dan amonia).
2.2.2. Air Permukaan
Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk,
rawa, air terjun, dan sumur permukaan. Air permukaan sebagian besar berasal dari air
hujan. Air hujan tersebut kemudian dapat mengalami pencemaran baik oleh tanah,
sampah, dan lainnya.
Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Mutu atau kualitas baku
b. Kuantitas
c. Kontinuitas
Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air
yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain.
2.2.3. Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan
menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan
tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan
terjadinya kesadahan air. Kesadahan pada air akan menyebabkan air mengandung
apabila menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang digunakan tidak akan
berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan semacam kerak.
2.2.4. Sumur
Sumur merupakan salah satu sumber air bersih yang masih banyak digunakan
oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Sumur terbagi atas dua, yaitu
(Chandra, 2007):
a. Sumur dangkal (shallow well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas
permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak
terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari
kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu
diperhatikan.
b. Sumur dalam (deep well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan
oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi
dan memenuhi persyaratan sanitasi.
Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam
Sumur dangkal Sumur dalam
Sumber air Air permukaan Air tanah
Kualitas air Kurang baik Baik
Kualitas bakteriologis
Kontaminasi Tidak terkontaminasi
Persediaan Kering pada musim kemarau
Tetap ada sepanjang tahun
Sumber: Pengantar Kesehatan Lingkungan Tahun 2006
Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti
udara, tanah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai),
kotoran manusia atau hewan, bahan organik lain, dan sebagainya. Mikroorganisme
tersebut mungkin tahan lama hidup dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak
cocok. Air merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya
bagi kesehatan.
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam air bervariasi tergantung
dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1992) :
1. Sumber air
Sumber air dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalamnya,
misalnya air atmosfer (air hujan, salju), air permukaan (danau, sungai), air tanah
(sumur, mata air), air tergenang, air laut, dan sebagainya.
2. Komponen nutrien dalam air
Air terutama air buangan sering mengandung komponen-komponen yang
dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Seperti mikroorganisme saprofit
organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman
dan bangkai hewan.
3. Komponen beracun
Komponen beracun dalam air memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme
dalam air tersebut. Seperti Hidrogen Sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme
pembusuk dari sampah-sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan
organik maupun anorganik, khlorin, dan sebagainya dapat membunuh
mikrooganisme dan kehidupan lainnya dalam air.
4. Organisme air
Adanya organisme lain dalam air dapat memengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme air. Adanya protozoa dan bakteriophage mengurangi jumlah
bakteri dalam air karena kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri.
Selain itu beberapa bakteri air memproduksi antibiotik yang dapat membunuh
bakteri lainnya.
5. Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik air seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik,
aerasi, dan penetrasi sinar matahari dapat memengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme. Jumlah dan jenis mikroorganisme dalam air buangan selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh jenis polutan air
tersebut. Misalnya, air yang terpolusi oleh kotoran hewan dan manusia
mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari kotoran seperti Escherichia coli,
streptokoki fekal, atau Clostridium perfringens.
2.3.1. Bakteri Indikator Polusi
Jenis mikrooorganisme air yang dapat mencemari air dan dapat digunakan
sebagai indikator pencemaran pada air atau indikator sanitasi adalah bakteri yang
berasal dari kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut adalah
organisme komensal yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia maupun