• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trecy E. Anden Editan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Trecy E. Anden Editan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 PALANGKARAYA

Trecy E. Anden

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas PGRI Palangkaraya Jalan Hiu Putih-Tjilik Riwut Km. 7 Palangkaraya 73112 Telp. 0536-3220778

Abstract: This study aims to determine how the vocational school (SMK) 1 Palangkaraya foster a culture of discipline, hard work culture and the culture of competition to produce the school culture. The research method used is descriptive research with a qualitative approach. Data obtained from informants consisting of: the principal, several teachers, some students and parents. Excavations carried out by the technique of data: interviews, observation and documentation. The validity of the data obtained with the credibility and transferability by extending the observation/continuous observation (triangulation, peer debriefing, negative case analysis, references and membercheck). The results of this study are that: (1) SMK Negeri 1 Palangkaraya implement cultural disciplines, beginning with discipline in coming to school, discipline in the learning process, and disciplined in going home; (2) culture is also hard work invested in SMK Negeri 1 Palangkaraya with respect to time and use the time well; and, (3) competition culture imparted to the students by giving gifts to students who have achievements.

Kata kunci: budaya sekolah

PENDAHULUAN

Kemajuan suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, dimana hanya dengan sumber daya manusia yang potensial, terampil, memiliki semangat tinggi, mampu memahami dan menyikapi segala persoalan yang sedang dihadapi serta pengabdian terha-dap bangsa dan negara yang terha-dapat menghan-tarkan suatu bangsa pada suatu peradaban modern. Era globalisasi dan informasi seka-rang ini dengan agenda pasar bebas, dimana menuntut suatu bangsa untuk segera membe-nahi kehidupan berbangsa dan bernegara, dan tidak kalah pentingnya membangun sumber daya manusia yang berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas mampu mengoptimalkan pemanfaatan

sum-ber daya alam yang ada di sekitarnya se-hingga dapat meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na-sional adalah merupakan dasar hukum penye-lenggaraan dan reformasi Sistem Pendidikan Nasional tersebut mempengaruhi visi, misi, fungsi dan tujuan serta Strategi Pendidikan Nasional. Untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan ma-syarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global.

(2)

menempatkan begitu strategisnya peran pen-didikan menengah untuk menghasilkan sum-ber daya manusia yang sum-berkualitas, karena dengannya peserta didik dapat melanjutkan pada pendidikan tinggi atau memasuki dunia kerja.

Jika menelaah visi dan misi SMK Nege-ri 1 Palangkaraya yang bermisi: Sekolah me-miliki SDM yang profesional untuk menda-patkan lulusan: (1) berkualitas, terampil dan mandiri; (2) yang dibutuhkan masyarakat atau dunia kerja; dan, (3) yang berbasis lokal serta berwawasan global.

Dengan misinya: (1) meningkatkan pro-fesionalitas tenaga pendidik dan kependi-dikan melalui pendikependi-dikan, pelatihan, tugas belajar serta magang baik didalam maupun luar negeri; (2) Menyediakan sarana dan prasarana KBM sesuai standar dengan prinsip tepat: waktu, kualitas, kuantitas dan tepat sasaran; (3) Melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) untuk menyiapkan lulusan yang berjiwa Isen Mulang melaui kemitraan de-ngan dunia usaha didalam maupun luar ne-geri; dan, (4) memenuhi Kebutuhan tenaga kerja yang berkarakter mandiri dan disiplin. Maka SMK Negeri 1 Palangkaraya dapat menjadi sekolah yang unggul, yang selaras seperti dinyatakan oleh Sutrisno (1997,2) bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang menerima siswa dengan kemampuan biasa yang kemudian di proses secara unggul, se-hingga memperoleh hasil yang unggul.

Setelah menerapkan konsep wawasan kelas yang berbasis lokal dengan berwawasan global seperti di dalam visinya, selanjutnya menerapkan budaya kedisiplinan, kerja keras, dan persaingan di persaingan di lingkungan SMK Negeri 1 Palangkaraya, selanjutnya ba-gaimana budaya sekolah yang diterapkan da-lam proses belajar-mengajar, sehingga input

siswa biasa dapat membawa siswa menjadi

output siswa yang berprestasi tinggi dan

mempunyai pengaruh positif dan dapat diteri-ma di lingkungan kerja.

Menurut Bary, et al. (1982) dalam me-ngembangkan instrumen untuk mengukur budaya sosial kelas di sekolah dasar dan me-nengah diperlukan instrumen pada kelas satu yang teruji realibilitas dan validitasnya, se-dangkan instrumen yang dimaksud adalah pertama memiliki 15 sub variabel dan instru-men, keduahanya hanya mencakup 5 sub va-riabel dari 15 vava-riabel yang ada yaitu: ke-akraban (cohensiveness), pencekcokkan

(fric-tion), kesulitan (difficulty), kepuasan

(satis-faction) dan persaingan (competitiveness).

Bentuk indikator yang lain dikemukakan oleh Squires et al. (1983): budaya belajar siswa mencakup tiga kondisi, yaitu perhatian terha-dap kegiatan akademis, lingkungan yang mendukung dan harapan sukses.

Indikator untuk menaksirkan kondisi belajar siswa, yang dikemukakan dalam ben-tuk pertanyaan-pertanyaan yang dibuat kali-mat dalam hasil pelaksanaan penelitian. Apa-bila dibandingkan dengan pendapat terdahu-lu, letak perbedaannya pada pelakunya saja, dimana banyak memaparkan budaya belajar siswa dari sudut manfaat yang dapat dirasa-kan dan diperandirasa-kan oleh siswa.

Budaya adalah merupakan spirit sebuah sekolah yang memberikan makna terhadap kegiatan kependidikan sekolah tersebut, jika budaya sekolah kuat maka akan menjadi fasi-litator bagi peningkatan sekolah efektif, Me-yer dan Rowen dalan Jamaluddin (2002, 24). Sonhaji (1991) menyatakan budaya organisa-si adalah proses soorganisa-sialisaorganisa-si anggota organisaorganisa-si untuk mengembangkan persepsi, nilai dan ke-yakinan terhadap organisasi. Greenberg dan Baron (2000) menegaskan budaya organisasi sebagai kerangka konigtif yang berisi: sikap, nilai, norma perilaku dan ekspektasi yang di-miliki oleh anggota organisasi.

(3)

asumsi dasar dan kepercayaan yang dibentuk oleh para anggota organisasi berupa aturan main organisasi, berupa filosofi yang dianut suatu organisasi dalam berinteraksi dengan orang-orang yang ada di dalam atau di luar organisasi (Owen, 1987, 17).

Dalam penelitian ini pada budaya kedi-siplinan kepala sekolah (kepemimpinan) (Arikunto, 1993). Budaya disiplin (Sudrajat, 2008), budaya kerja, budaya bersaing (Harris, 1987), yang dirumuskan pada permasalahan penelitian: (1) tingkat kedisiplinan dari pela-ku pendidikan terutama kepala sekolah dan para guru masih relatif rendah; (2) sikap dan semangat kerja dari pelaku pendidikan belum maksimal; dan, (3) belum membudayanya se-mangat persaingan atau kompetisi diantara guru dan siswa.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian budaya sekolah di SMK Ne-geri 1 Palangkaraya adalah penelitian kuali-tatif yang ingin mengungkapkan karateristik proses terciptanya budaya sekolah melalui pengumpulan data secara naturalistik. Pada penelitian ini diungkapkan budaya sekolah dalam bentuk kalimat atau kata-kata, angka-angka dan gambar-gambar sebagai alat bantu. Ungkapan dari gejala tersebut berasal dari lu-buk pikir peneliti.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di Se-kolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Palangkaraya di Jalan Tambun Bungai No. 1 Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif ini mengacu pada semua materi yang dikumpulkan oleh peneliti di lapangan dalam bentuk catatan-ca-tatan penelitian melalui wawancara, observasi dan dokumen yang tersedia (Moleong, 2001),

dan terkatagorikan dalam 3 bentuk yaitu ma-nusia, suasana dan dokumen yang bernilai data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Budaya Sekolah

Dalam membudayakan disiplin pada proses pembelajaran SMK Negeri 1 Palang-karaya dengan melakukan komunikasi terle-bih dahulu dengan dewan guru, siswa dan orang tua siswa. Dimana kepala sekolah men-jelaskan perlunya visi dan misi serta tujuan sekolah, karena perlunya visi dan misi serta tujuan sekolah merupakan arah yang ingin di-capai oleh sekolah.

Tercapainya tujuan sekolah dengan baik ditentukan oleh pelaksanaan setiap program sekolah. Hal ini ditentukan oleh warga seko-lah dalam melaksanakannya. Kesediaan me-laksanakan untuk meme-laksanakan semua kewa-jiban adalah merupakan bentuk budaya di-siplin yang harus dimiliki oleh warga seko-lah. Bukti fisik dari kesepakatan tersebut ada-lah agenda hasil rapat dan ditempelnya visi dan misi serta tujuan sekolah di dinding atau di majalah dinding sekolah. Kemudian untuk melaksanakan visi dan misi serta tujuan seko-lah tersebut dibuatseko-lah peraturan-peraturan se-kolah. Peraturan tersebut dibuat sebagai acuan dari pelaksanaan budaya disiplin baik guru, tenaga kependidikan maupun siswa.

(4)

akan diberikan sanksi sesuai kesepakatan yang telah dibuat yang diwujudkan dalam bentuk tata tertib. Tata tertib yang disepakati bersama, selalu diingatkan oleh kepala seko-lah kepada para guru baik pada pertemuan formal maupun pertemuan informal, hal ini dilakukan agar supaya para guru selalu ingat akan tugas dan tanggung jawabnya.

Budaya Kerja Keras

Kerja keras adalah usaha yang dilaku-kan seseorang dengan penuh semangat atau dengan kata lain semangat tinggi. Untuk da-pat menciptakan budaya kerja keras di SMK Negeri 1 Palangkaraya menerapkan aturan-aturan atau tata tertib dimana akan terbentuk kerja keras bagi warga sekolah. Budaya kerja keras ditanamkan melalui penanaman konsep belajar mandiri bagi setiap siswa. Sehingga siswa beri kebebasan untuk mengungkapkan perasaan dan konsep, dimana guru bersifat fa-silitator.

Sanksi diberikan kepada guru yang me-langgar aturan yang telah diarahkan oleh kepala sekolah. Sehingga guru yang baik akan mendapatkan reward berupa tunjangan pendidikan sesuai dengan anggaran sekolah. Ketika mengajar di depan kelas para guru SMK Negeri 1 Palangkaraya, pada dasarnya mempunyai kesamaan baik ketika mengawali pelajaran maupun ketika mengakhiri pelajar-an. Selanjutnya ketika mengajar di depan ke-las jika ada siswa yang mengantuk atau tidak mendengarkan penjelasan guru maka para guru akan condong memotivasi para siswa-nya.

Orang tua murid mengaku bahwa mere-ka selalu diberitahu oleh pihak sekolah ten-tang perkembangan anak-anaknya disekolah, termasuk perkembangan budaya kerja keras yang ditanamkan sekolah. Mereka menyadari betapa pentingnya menanamkan budaya kerja keras kepada anak-anak mereka sehingga me-reka turut mendorong upaya yang dilakukan

sekolah tersebut. Misalnya mereka selalu membuka buku pekerjaan rumah anak dan menandatanganinya sebagai bentuk dukungan kepada pihak sekolah.

Budaya Persaingan

Persaingan adalah usaha yang dilakukan seseorang dengan penuh semangat untuk da-pat berbuat lebih baik dari orang lain. Untuk dapat menciptakan budaya persaingan di SMK Negeri 1 Palangkaraya menerapkan aturan-aturan atau tata tertib dimana akan terbentuk budaya persaingan bagi warga se-kolah. Peran kepala sekolah membentuk bu-daya persaingan sangat besar, karena kepala sekolah merupakan contoh atau orang perta-ma bagaiperta-mana melaksanakan budaya per-saingan.

Pernyataan guru tentang reward dan

funishment berpendapat bahwa ketika mereka

adanya reward dan funishment diberikan oleh kepala sekolah, mereka tahu bahwa tugas se-bagai seorang guru atau pendidik adalah tu-gas mulia, jadi ada atau tidak adanya reward

dan funishment bagi mereka menjadi tidak

terlalu penting. Selain itu orang tua murid berpendapat bahwa mereka menyambut baik segala upaya yang dilakukan sekolah dalam membentuk sikap anak. Perubahan anak men-jadi hal penting, anak-anak mereka terlihat le-bih aktif dan percaya diri.

(5)

Pa-langkaraya, yang tentunya memberikan

re-ward atas prestasi mereka tersebut.

PENUTUP

Simpulan

SMK Negeri 1 Palangkaraya menerap-kan budaya disiplin, yang dimulai disiplin da-tang, disiplin pada proses pembelajaran dan disiplin pulang. Budaya kerja keras yang di-tanamkan di SMK Negeri 1 Palangkaraya de-ngan memberikan contoh saling menghargai waktu dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya. Budaya persaingan ditanamkan ke-pada siswa berupa: pemberian hadiah keke-pada siswa yang berprestasi dan mendorong siswa dengan memberikan kebebasan dalam mema-hami konsep sehingga melahirkan pemaham-an baru bagi siswa.

Saran

Perlu penambahan jumlah guru keju-ruan dan pemberian reward kepada guru agar memberi motivasi dan sengat yang lebih pada guru. Kurangnya layanan psikologi karena kurangnya tenaga penyuluhan (konseling) berakibat tugas guru bimbingan penyuluhan menjadi berat, disarankan penambahan guru bimbingan penyuluhan, agar memberikan dampak positif kepada siswa dan seluruh komponen sekolah guna mempertahankan dan meningkatkan budaya sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsemi, 1983. Organisasi dan

Administrasi Pendidikan Teknologi

Kejuruan, PT Raja Grafindo, Jakarta. Barry, J. P. and Wilkinson, William J., 1982.

Science Laboratory Classroom Climate

in British Schools an Universities,

Re-search in Science and Technological Education.

Depdiknas, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1 Konsep

dan Pelaksanaan, Direktorat SLTP

Dir-jen Dikdasmen, Jakarta.

Greenberg, Jerald dan Baron, Robert A., 2000. Perilaku Organisasi, Prentice Hall, Jakarta.

Kurnia, Adi dan Qomaruzzaman, Bambang, 2012. Membangun Budaya Sekolah.

Simbiosa Rekatama Media, Jakarta. Moleong, L., 2001. Metode Penelitian

Kua-litatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Peterson, Kent D. and Terrence E. Deal,

2009. The Shaping School Culture

Filedbook, Josses-Bass, San Francisco.

Seloka, I.B., 2013, Desentralisasi Pendidikan pada Sekolah-sekolah di Perguruan

Rakyat Saraswati Pusat Denpasar,

Di-sertasi Pogram Pascasarjana Universitas Udayana.

Soedijarto, 2003. Kebijakan Nasional

Ten-tang Akreditasi SekolahI,

Depdiknas-Badan Akreditasi Sekolah Nasional, Ja-karta.

Soleh, Badrus, 2010. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Budaya Islami

di SMA Negeri 2 Jember. Tesis tidak

Dipublikasikan: Program Magister Ma-najemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Sonhaji, H. Ahmad, 2000. Dasar-dasar

Ma-najemen Sumber Daya Manusia,

Uni-versitas PGRI Andi Buana, Surabaya. Squires, D. A., et al. (1983). Effective School

and Classroom: A Research-Based

Per-specticve. Association for Supervision

and Curriculum Development, Alexan-dria.

Stanley, Schwartz, Howard, 1998. Corporate Culture and Performance, (terjemahan

Benyamin Molan), PT Prehalindo,

Ja-karta.

(6)

Eks Karesidenan Semarang, Program Pascasarjana Universitas Negeri Sema-rang.

Supriadi, D., 2001. Mengangkat Citra dan

Martabat Guru, Adicita Karya Nusa,

Yogyakarta.

Suryadi, A. dan Tilaar, H.A.R., 2004.

Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu

Pengantar, Penerbit PT Remaja

Rosda-karya, Bandung.

Sutapa, Mada, 2010. Membangun Sekolah Berbudaya Mutu, http://eprints.uny.ac. id/2911.

Sutrisno, 1997. Strategi Peningkatan Kuali-tas Pendidikan Muhammadiyah:

Per-spektif Sekolah Unggulan. Makalah

Di-sampaikan pada Pertemuan Kepala SD,

SMP, dan SMA Muhammadiyah se Yogyakarta di SD Muhammadiyah Sa-pen, Yogyakarta, 12 Juli 1997.

Owen, G. Robert, 1987. Organization

Beha-vior in Education, Hounghton Mifflin

Company, Boston.

Wangid, Muhammad Nur. et al., 2009. Pe-ngembangan Model Ketahanan Sekolah

Berbasis Budaya Sekolah, PPB FIP

UNY, Yogyakarta.

Warnoto, 2009. Kontribusi Perilaku Kepe-mimpinan Kepala Sekolah, Keefektifan Komunikasi, dan Budaya Sekolah ter-hadap Kinerja Guru pada SMK di Kota

Probolinggo. Tesis Pogram

Referensi

Dokumen terkait

Kekuatan ucapan selamat dan sapaan akrab (ucapan salam) kepada siswa/siswi senantiasa dilakukan pendidik terutama kepada para siswa baru yang masih dalam tahap

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran

a. Kuadran ini menunjukkan faktor yang memengaruhi kepuasan pengguna dan kepentingan penerapan SAKTI yang perlu diprioritaskan untuk ditingkatkan kinerjanya. Komponen

dewasa dalam jumlah yang besar di usus halus dapat menyebabkan.. abdominal distension dan rasa

Apabila menggunakan obat-obatan yang dengan mudah diperoleh tanpa menggunakan resep dokter atau yang dikenal dengan Golongan Obat Bebas dan Golongan Obat Bebas Terbatas,

Puji Tuhan, penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah tertulis ini yang berjudul “Perubahan Kandungan Asam

Superstruktur bus harus mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap energi impak apabila terjadi kecelakaan bus terguling terutama ketika struktur tersebut

Jadi, yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah bagaimana menentukan jumlah daya yang harus dibangkitkan oleh masing-masing pembangkit dalam suatu sistem tenaga listrik