• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Pada Pekerja Perparkiran Kendaraan Bermotor Di Basement Plaza Center Point Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Pada Pekerja Perparkiran Kendaraan Bermotor Di Basement Plaza Center Point Medan Tahun 2015"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

KETERANGAN :

Hari 1 : Jumat

Hari 2 : Sabtu

Hari 3 : Minggu

UmurK : Umur Kategorik

1 : ≤ 20 tahun

2 : > 20 tahun

MasaK : Masa Kerja Kategorik

1 : ≤ 4 tahun

2 : > 4 tahun

TekpanK : Tekanan Panas Kategorik

1 : Tekanan Panas Normal

2 : Tekanan Panas Tinggi

TekdarK : Tekanan Darah kategorik

1 : Normal

(15)
(16)
(17)
(18)

Tekanan Panas

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .80.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin Sugiyarto. 2011. Peningkatan Tekanan Darah Tenaga Kerja Akibat Terpapar Tekanan Panas Melebihi Standar Di Unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo. Skripsi, Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Beevers, D.G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat.

C. Pearce, Evelyn. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis (Diterjemahkan oleh Sri Yuliani Handoyo). Jakarta: PT. Gramedia Jakarta.

Dian Pitaloka. 2011. Hubungan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Pada Karyawan di Unit Fermentasi PT.Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Skripsi, Program Diploma III HIPERKES dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton A.C., etc. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Harrianto, Ridwan. 2013. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hidayat, Iyus. 2009. Iklim Kerja dan Radiasi Nonionisasi. Bunga Rampai HIPERKES & KK. Semarang: BP UNDIP.

Hull, Arison. 1986. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jennie Babba. 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan Peningkatan Takanan Darah (Penelitian Pada Karyawan PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan). Tesis, Program Pasca Sarjana Megister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponogoro Semarang.

(20)

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2011. Nomor: PER. 13/MEN/2011. Tentang Nilai ambang Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta: 28 Oktober 2011.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Ridjab DA. 2005. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah. Majalah Kedokteran Atma Jaya.

Rosy Daniar K. 2011. Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi di CV.Rakabu Furniture Surakarta. Skripsi, Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas maret.

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Penerbit Buku Kesehatan.

Soedirman dan Suma’mur P.K. 2014. Kesehatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes

dan Keselamatn Kerja. Erlangga Medical Series.

Soesetyo, Boedi. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University Press

Sudijono, Anas. 1989. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali

Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).

Jakarta: Sagung Seto.

Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.

(21)

Undang - Undang RI. 2009. Nomor: 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. Jakarta: 13 Oktober 2009.

Wardoyo. 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo: Toko Buku Agency.

Watson, R. 2002. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan metode penelitian survey analitik

dengan rancangan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Faktor risiko dan faktor

efek pada penelitian ini adalah tekanan panas dengan tekanan darah pada pekerja

perparkiran kendaraan bermotor di basement Plaza Center Point Medan 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di basement Plaza Center Point Medan.

Adapun pertimbangan pelaksanaan penelitian di tempat tersebut adalah karena belum

pernah dilakukan penelitian yang sama di tempat tersebut. kemudian lingkungan kerja

yang panas serta kurangnya ventilasi atau ruang terbuka sebagai pertukaran udara,

sehingga peneliti berasumsi bahwa lokasi penelitian tersebut memiliki suhu diatas

nilai ambang batas.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 – Juli 2015

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua pekerja perparkiran kendaraan

(23)

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling purposif sampling

yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya.

Kriteria untuk menjadi sampel adalah sebagai berikut :

1. Pekerja yang diteliti adalah pekerja yang bekerja di basement (pada suhu

tertinggi) perparkiran Center Point saat dilakukan pengukuran suhu pada

basement tersebut, yaitu dihari Jumat/13 Februari 2015, Sabtu/14 Februari 2015

dan Minggu/15 Februari 2015 pukul 10.00 hingga 18.00 WIB pada pekerja

middle shift.

Berdasarkan teknik sampling diatas, maka diperoleh sampel sebanyak 30

orang.

3.4 Metode Pengumpulan data

Data penelitian diperoleh dari :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung. Untuk mengukur tekanan panas

lingkungan kerja basement menggunakan questtemp head stress area monitor

sedangkan untuk mengukur tekanan darah pekerja parkir basement Plaza Center

Point Medan menggunakan tensi meter.

2. Data sekunder yaitu data tidak langsung yang dapat diperoleh dari basement

Plaza Center Point Medan yaitu data tentang gambaran umum perpakiran Plaza

(24)

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tekanan panas di basement Plaza

Center Point.

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah para pekerja

perparkiran kendaraan bermotor di basement Plaza Center Point.

3.5.2 Definisi Operasional

1. Tekanan panas adalah suhu udara yang terdapat pada lingkungan kerja basement

yang diukur dengan alat Questtemp yang diukur oleh teknisi yang sudah pernah

mengoperasikaan alat tersebut sebelumnya.

2. Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pekerja

parkir di basement Plaza Center Point yang diukur dengan menggunakan tensi

meter digital OMRON oleh paramedis.

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Tekanan Panas

Tekanan panas diukur dengan alat yang bernama Questtemp. Dimana alat

tersebut dioperasikan secara digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering,

suhu radiasi dan ISBB dalam satuan 0C atau 0F. Pada waktu pengukuran alat tersebut

ditempatkan sekitar sumber panas dimana pekerja melakukan pekerjaannya. Alat

tersebut dioperasikan oleh tenaga kerja (teknisi) yang sudah pernah mengoperasikan

(25)

Sabtu/14 Februari 2015 dan Minggu/15 Februari 2015 yaitu pukul 10.00 pagi hingga

18.00 WIB.

Untuk mengukur suhu pada basement parking area, terlebih dahulu ditentukan

titik pengukuran, fungsinya agar data suhu yang diambil lebih valid dan tidak

memfokuskan hanya pada satu titik saja. Makin banyak titik yang diambil maka akan

semakin valid data yang didapat. Sama halnya dengan waktu pengukuran makin

pendek jarak hitung antar suhu maka akan semakin valid data tersebut.

Questtemp tidak dapat menunjukkan angka ISBB lingkungan secara langsung.

Questemp hanya dapat menunjukkan angka suhu basah (Wet Bulb) dan suhu radiasi

(Globe). Oleh karena itu, untuk mendapatkan ISBB lingkungan kerja terlebih dahulu

harus mengetahui suhu basah (Wet Bulb) dan suhu radiasi (Globe) di lingkungan

kerja tersebut. Setelah mengetahui angka Wet Bulb dan Globe, barulah dapat dicari

suhu pada lingkungan kerja tersebut atau ISBB.

Untuk pekerja perparkiran di basement Plaza Center Point Medan, pekerja

tidak mengalami paparan sinar matahari secara langsung untuk itu dapat dipakai

rumus kedua ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi (Globe).

Menurut analisa pekerja perparkiran kendaraan bermotor di basement Plaza

Center Point termasuk kedalam katagori jam kerja 75% - 100% dan dalam beban

kerja yang sedang. Jadi suhu yang diperkenankan oleh Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi dalam surat keputusan nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah tidak lebih

(26)

Adapun cara pengukurannya adalah:

1. Tombol power ditekan

2. Tombol 0C atau 0F ditekan untuk menentukan suhu yang digunakan 3. Tombol globe ditekan untuk menentukan suhu bola

4. Tombol wet bulb ditekan untuk mendapatkan suhu bola basah

5. Hasil akan keluar kemudian dicatat

6. Tombol power ditekan kembali untuk mematikan

Adapun kategori untuk tekanan panas adalah

1. Suhu normal yaitu suhu yang tidak melebihi 28,0 0C

2. Suhu melebihi nilai ambang batas jika suhu melebihi 28,0 0C

3.6.2 Tekanan Darah

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tensi meter digital OMRON

dengan satuan mmHg yang diukur oleh paramedis. Dimana tekanan darah optimal

orang dewasa menurut WHO-ISH 1999 adalah 120/80 mmHg. Pengukuran dilakukan

sebelum dan 15 menit sesudah pekerja melakukan pekerjaannya. Pegukuran

dilakukan pada pekerja di lingkungan kerjanya (basement) pada saat dilakukan

pengukuran suhu yaitu pada hari Jumat/13 Februari 2015, Sabtu/14 Februari 2015,

dan Minggu/15 Februari 2015 pukul 10.00 pagi hingga 18.00 WIB yaitu pada pekerja

middle shift.

Adapun cara pengukurannya adalah:

1. Pasang manset perekat pada lengan

(27)

3. Tunggu hingga angka pada monitor stabil

4. Catat hasil

Adapun kategori untuk tekanan darah adalah:

1. Tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg atau tekanan darah sebelum pekerja

melakukan pekerjaannya.

2. Tekanan darah meningkat jika tekanan darah pekerja bekerja melebihi tekanan

darah sebelum pekerja melakukan pekerjaannya.

3.7 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini mencangkup:

1. Analisa univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal

variable-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan antara variabel

independen (tekanan panas) dan variabel dependen (tekanan darah) menggunakan

uji Chi Square dengan membandingkan nilai a sebesar 0,05 pada taraf

kepercayaan 95%. Jika P value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna

antara variabel independen (tekanan panas) dengan variabel dependen (tekanan

darah). Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara

(28)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Plaza Center Point Medan

Centre Point terletak di Jl. Jawa no 8, Kelurahan Gang Buntu, Kecamatan

Medan Timur. Bangunan yang terpampang sepanjang jalan dari Jalan Irian Barat ini

hingga kini masih dalam proses pembangunan. Namun, walaupun begitu Plaza Center

Point ini sudah sangat ramai dikunjungi oleh para pengunjung. Bangunan seluas ±

38.000 meter2 ini berseberangan langsung dengan stasiun kereta api railway Medan.

Sebelah Utara Plaza center Point adalah Jl. Prof Hm Yamin, sebelah timur berbatasan

dengan Jl. Timor, sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Veteran dan Sebelah barat

berbatasan dengan Jl. Jawa. Plaza yang dikemas dengan berbagai tempat makanan,

toko-toko yang menarik, dan desaign yang unik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi

pengunjung khususnya masyarakat kota Medan.

4.2 Gambaran Umum Perparkiran Plaza Center Point

Plaza Center Point memiliki 2 lahan parkir yaitu parkiran indoor atau yang

biasa disebut dengan basement parking area dan parkiran outdoor atau ground floor

(diruang terbuka). Di basement parking area sendiri terdapat mesin-mesin penghasil

panas seperti mesin AC, genset dan lain sebagainya. Parkiran basement terdapat pada

satu ruangan yang memiliki 2 lantai. Lantai atas berukuran ± 20.000 meter2 dengan jumlah lot sebanyak 350 lot. Sedangkan, pada lantai bawah berukuran ± 18.000

(29)

ini melebihi jumlah lot yang ada. Pada ground floor parking area jumlah lot yang

disediakan tidak sebanyak pada basement parking area, ground floor parking area

dibedakan menjadi 4 area yaitu pada Jl. Prof Hm Yamin luas perparkiran seluas ±

2.000 meter2, Jl. Timor memiliki luas seluas ± 5.000 meter2, Jl. Jawa memiliki luas

seluas ± 3.000 meter2 , kemuadian City walk yaitu tempat dimana pengunjung dapat berbelanja di luar bangunan Plaza, City Walk juga memiliki lahan parkir seluas ±

8.000 meter2.

4.3 Gambaran Umum PT. Center Park 4.3.1 Profil PT. Center park

PT. Center Park bergerak dibidang Parking Services berdiri di awal tahun

2010. Dibalik nama usaha tersebut, para pendiri dan pelaksana harian perusahaan

adalah figur yang telah memiliki pengalaman di industry parking service, building

management. environment service dan hospitality yang sangat menunjang kualitas

terbaik dan kompetitif yang diberikan perusahaan ini. Seiring dengan perkembangan

teknologi dan sistem perparkiran Center Park hadir dengan sistem pengoperasian

parkir yang lebih inovatif, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasaan klien.

4.3.2 Visi PT. Center Park

Menggabungkan teknosains dan unsur ramah lingkungan untuk menjadi

parking operator yang berskala internasional serta bermutu tinggi didukung oleh

(30)

4.3.3 Misi PT. Center Park

Sebagai Perusahaan yang mengedepankan faktor ramah lingkungan, PT. Center

Park mempunyai Misi :

1. Selalu inovatif dan menerapkan teknologi terkini dalam mengembangkan mutu pelayanan serta Sumber Daya Manusia

2. Memberikan keuntungan secara finansial dan pelayanan kepada mitra usaha dengan memberdayakan aspek sumber daya manusia, operasional, keuangan

dan pengembangan bisnis.

4.4 Karakteristik Responden

Distribusi karakteristik responden yang terdiri dari umur di bagi

menjadi 2 kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu 20 sehingga dibuat

menjadi ≤ 20 tahun dan > 20 tahun, masa kerja dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan

median yang didapatkan yaitu 4 sehingga dibuat menjadi ≤ 4 tahun dan > 4 tahun,

jenis kelamin dibagi menjadi 2 kategori yaitu laki-laki dan perempuan, dan status

pendidikan dibagi menjadi 2 lulus SMA dan tidak lulus SMA. Maka karakteristik

responden pada pekerja perparkiran Plaza Center Point Medan tahun 2015 dapat

(31)

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pekerja Perparkiran Plaza Center Point Medan Tahun 2015

Karakteristik Responden Jumlah

Pada masa kerja dapat diketahui bahwa banyak pekerja perparkiran yang memiliki

masa kerja ≤ 4 bulan yaitu 16 orang (53,3%). Seluruh pekerja perparkiran umumya

semua berjenis kelamin laki-laki (100%) dan telah lulus SMA (100%).

4.5Hasil Univariat 4.5.1 Tekanan Panas

Suhu pada lingkungan kerja perparkiran di basement Plaza Center Point

(32)

Tabel 4.2 Distribusi Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Basement Plaza

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa rata-rata tekanan panas sebesar

28,950C. Suhu paling tinggi adalah pada hari Sabtu pada tanggal 14 Februari 2015 yaitu 29,540C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,770C dan suhu radiasi (Globe)

33,600C. Hal tersebut bisa jadi dikarenakan, karena cuaca lingkungan ketika peneliti melakukan penelitian memang sedang panas. Semakin panas cuaca di luar basement

maka akan semakin tinggi pula suhu pada basement tersebut. Hal yang lainnya yang

juga dapat mempengaruhi suhu basement adalah karena banyaknya kendaraan yang

parkir maupun lalu lalang di basement tersebut, bisa jadi hal ini dikarenakan hari

pekan dan adanya event yang sedang berlangsung di Plaza Center point ini yang

membuat pengunjung ramai berdatangan. Suhu terendah adalah pada hari Minggu

tanggal 15 Februari 2015 yaitu 28,630C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,230C dan

suhu radiasi (Globe) 31,700C.

4.5.2 Tekanan Darah

Tekanan darah pekerja perparkiran di basement Plaza Center Point Medan

(33)

Tabel 4.3 Distribusi Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Basement Plaza Center Point Medan 2015

NO HARI SEBELUM SESUDAH

SISTOLIK DIASTOLIK SISTOLIK DIASTOLIK

Jumat 122 81 136 88

Sabtu 120 81 132 90

Minggu 121 82 130 88

TOTAL 121 81 133 89

Dari hasil pengukuran tekanan darah pekerja perpakiran di basement Plaza Center

Point diperoleh perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan

pekerjaannya, dimana tekanan darah normal sistolik adalah antara 120 – 130 mmHg

dan tekanan darah diastolik 80-90 mmHg. dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata

tekanan darah sistolik sebelum bekerja sebesar 121 mmHg dan rata-rata tekanan

darah diastolik sebelum bekerja sebesar 81 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan

darah sistolik setelah bekerja sebesar 133 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik

setelah bekerja sebesar 89 mmHg. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan

darah sebelum dan sesudah pekerja melakukan pekerjaannya.

4.6Hasil Bivariat

(34)

(6,7%) sedangkan yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah berjumlah 4

orang (13,3%). Pada tekanan panas tinggi > 28 pekerja yang mengalami peningkatan

tekanan panas berjumlah 24 orang (80%).

Pada hasil uji Chi Square antara tekanan panas dengan tekanan darah dapat

diketahui nilai p = 0,001 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan tekanan panas dengan

terjadinya kenaikan tekanan darah pada pekerja perparkiran kendaraan bermotor di

(35)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik responden bervariasi mulai

dari umur, masa kerja, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Dari tabel 4.1 dapat

diketahui bahwa kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur ≤ 20 tahun

yaitu 20 orang (66,7%) dan sisanya pada umur > 20 tahun yaitu 10 orang (33,3%).

Dalam penelitian Dian Pitaloka tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan

peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan

usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian

menurun lagi. berdasarkan kelompok umur pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa

umur subjek penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan

penurunan tekanan darah.

Masa kerja yang paling banyak adalah Pada masa kerja dapat diketahui bahwa

banyak pekerja perparkiran yang memiliki masa kerja ≤ 4 bulan yaitu 16 orang

(53,3%). Masa kerja berhubungan dengan aklimatisasi tenaga kerja terhadap tekanan

panas. Menurut Santoso (2004) Pekerja baru yang mulai bekerja pada lingkungan

kerja dengan tekanan panas yang tinggi akan mengalami proses aklimatisasi terhadap

intensitas paparan panas yang sebelumnya tidak pernah dialaminya. Proses

(36)

Kemudian untuk jenis kelamin, seluruh pekerja perparkiran di Plaza Center

Point Medan tahun 2015 adalah laki-laki. Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap

tekanan darah. Umumnya tekanan darah laki-laki lebih tinggi keitimbang perempuan.

Tingkat pendidikan rata-rata pekerja sudah lulus SMA. Hal ini dikarenakan

untuk melamar di PT. Center Park ini memang yang menjadi salah satu syarat untuk

melamar adalah tamatan SMA.

5.2 Hasil Univariat 5.2.1 Tekanan Panas

Suma’mur (2009) tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembapan

udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas dalam penelitian ini adalah

suhu basement yang diambil ketika peneliti melakukan penelitian berdasarkan teknik

sampling yang telah ditentukan. Dapat dilihat pada tabel 4.2 rata-rata tekanan panas

yaitu pada hari Jumat/13 Februari 2015, sabtu/14 Februari 2015 dan Minggu/15

Februari 2015 sebesar 28,950C. Suhu paling tinggi adalah pada hari Sabtu/14

Februari 2015 yaitu 29,540C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,770C dan suhu radiasi (Globe) 33,600C. Hal ini, dapat dikarenakan beberapa faktor seperti akhir pekan, adanya event tertentu, suhu pada hari tersebut, dan lain sebagainya. Suhu terendah

adalah pada hari Minggu/15 Februari 2015 yaitu 28,630C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,230C dan suhu radiasi (Globe) 31,700C. Sedangkan pada hari Jumat/13

(37)

ditentukan oleh PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di Tempat Kerja yaitu sebesar 280C.

Hal ini dapat dikarenakan kurangnya pertukaran udara pada basement, ruang

yang tertutup, tidak adanya ventilasi, dan banyaknya mesin-mesin penghasil panas

yang terdapat di basement ini, keadaan semakin parah jika pengunjung ramai

misalnya pada hari-hari libur dan akhir pekan, jumlah mobil yang diparkirkan dapat

lebih dari jumlah lot yang disediakan. Jarak antara lot yang satu dengan yang lainnya

juga sangat dekat dibandingkan dengan lot - lot pada perparkiran yang lain sehingga

memungkinkan jumlah mobil yang diparkirkan lebih banyak dari biasanya.

Walaupun pihak perusahaan telah menyediakan air galon di kantor, namun

pekerja perparkiran kurang memanfaatkan dan kurang peduli dengan kesehatan

mereka. Jarang sekali didapati pekerja yang mau meminum air mineral sebelum

ataupun sesudah ia bekerja. Pihak perusahaan juga kurang peduli terhadap pekerjanya

yang kurang mengonsumsi air mineral.

5.3 Hubungan Tekanan panas dengan Tekanan darah

Pada hasil uji Chi Square antara tekanan panas dengan tekanan darah dapat

diketahui nilai p = 0,001 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan tekanan panas dengan

terjadinya kenaikan tekanan darah pada pekerja perparkiran kendaraan bermotor di

basement Plaza Center Point Medan 2015.

Hal diatas didukung dengan hasil pengukuran tekanan panas di basement

Plaza Center Point Medan yang menunjukkan hasil untuk tekanan panas rata-rata

(38)

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja yaitu sebesar 280C dengan pengaturan waktu kerja 75% kerja dan 25% istirahat, sedangkan untuk hasil

pengukuran tekanan darah menunjukkan perbedaan antara sebelum melakukan

pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan.

Pada tabel 4.4 dapat dilihat tekanan darah pekerja dan tekanan panas ketika

pekerja melakukan pekerjaannya. Dari 30 responden yang melakukan pekerjaan pada

hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Terdapat 2 orang yang mengalami peningkatan darah

pada lingkungan kerja yang bertekanan darah normal. sedangkan sisanya yaitu 4

orang tetap memiliki tekanan darah yang normal. Hal tersebut bisa dikarenakan

beberapa faktor seperti kelelahan dan lain sebagainya. Sedangkan ketika tekanan

panas mengalami peningkatan tidak ada satu orangpun yang mempunyai tekanan

darah normal. Hal ini menunjukkan adanya hubungan tekanan panas terhadap tekanan

darah seorang pekerja khususnya pada pekerja perparkiran kendaraan bermotor di

basement Plaza Center Point Medan. Menurut Suma’mur (2009) pada lingkungan

kerja yang panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang

dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah tepi dan pembuluh darah dalam yang

disertai peningkatan denyut nadi dan tekanan darah.

Menurut Santoso (2004) Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan

kerja akan mengalami heat strain. Heat strain atau tegangan panas merupakan efek

(39)

adalah tekanan darah. Untuk itu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang

lebih serius perlu adanya upaya pengendalian.

Grandjean (1988) juga menyatakan jika suhu lingkungan meningkat, maka

efek fisiologis yang terjadi adalah peningkatan kelelahan, peningkatan denyut

jantung, peningkatan tekanan darah, mengurangi aktivitas organ pencernaan, sedikit

peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari

320C ke 36-370C), peningkatan aliran darah melalui kulit, dan peningkatan produksi

(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rata-rata tekanan panas sebesar 28,950C. Suhu paling tinggi adalah pada hari

Sabtu/14 Februari 2015 yaitu 29,540C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,770C dan suhu radiasi (Globe) 33,600C. Suhu terendah adalah pada hari Minggu/15 Februari 2015 yaitu 28,630C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,230C dan suhu

radiasi (Globe) 31,700C.

2. Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum bekerja sebesar 121 mmHg dan rata-rata

tekanan darah diastolik sebelum bekerja sebesar 81 mmHg.sedangkan rata-rata

tekanan darah sistolik setelah bekerja sebesar 133 mmHg dan rata-rata tekanan

darah diastolik setelah bekerja sebesar 89 mmHg. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan tekanan darah sebelum dan sesudah pekerja melakukan

pekerjaannya.

3. Ada hubungan tekanan panas dengan terjadinya kenaikan tekanan darah pada

pekerja perparkiran kendaraan bermotor di basement Plaza Center Point Medan

(41)

6.2 Saran

1. Sebaiknya pekerja lebih banyak mengonsumsi air ketika sedang bertugas dengan

tujuan untuk mencegah dehidrasi akibat dari paparan panas selama bekerja.

2. Agar pekerja mau mengonsumsi air, pihak perusahaan sebaiknya menyediakan

dan mewajibkan pekerja perparkirannya untuk meminum air.

3. Sebaiknya pekerja menggunakan waktu istirahatnya dengan baik seperti

beristirahat di tempat yang sejuk baik di ruang operator maupun di luar basement

dan tidak merokok.

4. Pemasangan exhaust fan pada Basement jika memungkinkan, yang berguna

(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Panas

2.1.1 Definisi Tekanan Panas

Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,

kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi yang kemudian dipadankan dengan

produksi panas oleh tubuh. Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24-260C

(Suma’mur, 2009). Suhu lingkungan di tempat kerja yang terlalu panas atau terlalu

dingin berbahaya terhadap kesehatan individu pekerja. Pajanan suhu yang terlalu

panas disebut juga heat stress (Harrianto, 2013).

Rentan temperatur dimana manusia merasa nyaman dengan suhu lingkungan

adalah antara 2-3 derajat celcius namun kenyamanan tersebut sangat bervariasi

tergantung pada jenis pakaian yang dipakai dan aktivitas fisik yang ia lakukan

(Nurmianto, 2004).

2.1.2 Lingkungan Kerja Panas

Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar furnaces, peleburan,

boiler, oven, tungku, pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari

dapat mengalami tekanan panas. Selama aktivitas pada lingkungan panas tersebut,

tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas

lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari

(43)

bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu pengaturan

suhu. Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat keseimbangan di antara panas

yang dihasilkan dari metabolism tubuh dan pertukaran panas di antara tubuh dan

lingkungan sekitarnya.

Produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan,

gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dan lain-lain.

Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh

dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi, panas radiasi,

dan panas penguapan (Tarwaka dkk, 2004).

Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang agar dapat bekerja

secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara 24°C-26°C bagi orang Indonesia.

Orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya

sekitar 29°C-30°C dengan kelembaban 85%-95%. Aklimatisasi terhadap panas

berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu minggu

pertama berada di tempat kerja. Setelah satu minggu pertama berada di tempat panas,

tenaga kerja mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas, hal ini tergantung dari

aklimatisasi setiap individu yang dilihat dari beban kerja sehingga diperlukan variasi

(44)

2.1.3 Fisiologi Pertukaran Panas Tubuh

Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas menurut Suma’mur (2009)

sebagai berikut :

1. Konduksi

Konduksi adalah pertukaran panas antar tubuh dengan benda-benda sekitar

melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konduksi dapat menghilangkan

panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya, dan dapat

menambah panas kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh.

2. Konveksi

Konveksi adalah pertukaran panas dari tubuh dan lingkungan melalui kontak

udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi

melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan

tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan

besarnya peran dalm pertukaran panas antar tubuh dengan lingkungan. Konveksi

dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh.

3. Radiasi

Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memncarkan gelobang panas.

Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas

lewat mekanisme radiasi.

4. Penguapan

Manusia dapat berkeringat dengan penguapan dipermukaan kulit atau melalui

(45)

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas

Menurut Tarwaka, dkk (2004) faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh

tenaga kerja antara lain :

1. Umur

Daya tahan tubuh terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua.

Orang yang lebih tua akan lamban keluar keringatnya dibandingkan dengan orang

muda.

2. Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas antara laki-laki dan perempuan

untuk berkeringat secara cukup, dalam iklim panas tidak dapat beraklimatisasi secara

baik seperti laki-laki. Seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin dari pada suhu

panas. Hal tersebut disebabkan karena tubuh wanita mempunyai jaringan dengan

daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan dengan laki-laki.

3. Masa Kerja

Lamanya bekerja seseorang dari pertama bekerja hingga dilakukannya

penelitian pada sampel penelitian.

4. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya yang

ditandai dengan penurunan detak nadi dan suhu mulut atau suhu badan sebagai akibat

(46)

2.1.5 Pengukuran Suhu Udara Atmosfer

Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas, yaitu

adalah sebagai berikut (Suma’mur, 2009):

1. Suhu efektif, yaitu indeks sensoris tingkat panas (rasa panas) yang dialami oleh

seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu,

kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu efektif

ialah tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme tubuh. Untuk

penyempurnaan pemakaian suhu efektif dengan memperhatikan panas radiasi,

dibuat skala Suhu Efektif Yang Dikoreksi (Corrected Effektive Temperature

Scalle). Namun tetap saja ada kelemahan pada suhu efektif yaitu tidak

diperhitungkannya panas hasil metabolisme tubuh.

2. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISSB) (Wet Bulb-Globe Temperature Index),

dengan rumus-rumus sebagai berikut:

ISBB = 0,7 X suhu basah + 0,2 X suhu radiasi + 0,1 suhu kering untuk

bekerja pada pekerjaan dengan adanya paparan sinar matahari).

ISBB = 0,7 X suhu basah + 0,3 suhu radiasi (untuk bekerja pada

pekerjaan tanpa disertai penyinaran sinar matahari).

ISBB adalah cara pengukuran yang paling sederhana karena tidak banyak

membutuhkan keterampilan cara atau metode yang tidak sulit dan besarnya

tekanan panas dapat diukur dengan cepat.

Nilai Ambang Batas untuk Indeks Suhu Basah dan Bola tekanan panas

(47)

keputusan nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola

Menurut Tarwaka (2010) peralatan modern yang digunakan untuk

mengukur ISBB adalah Area Heat Monitor. Dimana alat tersebut dioperasikan

secara digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi dan

ISBB atau WBGT in dan WBGT out yang hasilnya tinggal membaca pada alat

dengan menekan tombol operasional dalam satuan 0C atau 0F. pada waktu pengukuran alat ditempatkan sekitar sumber panas dimana pekerja melakukan

pekerjaannya.

3. Prediksi kecepatan keluar keringat selama 4 jam (predicted – 4 – hour sweat rate

disingkat P4SR), yaitu banyaknya prediksi keringat keluar selama 4 jam sebagai

akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara serta panas

radiasi. Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi untuk bekerja dengan berpakaian

(48)

4. Indeks Belding-Hacth, yaitu kemampuan berkeringat orang standar yaitu orang

muda dengan tinggi 170 cm dan berat badan 154 pon, dalam keadaan sehat

memiliki kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap iklim kerja panas.

Dalam lingkungan panas , efek pendinginan penguapan keringat adalah

mekanisme terpenting untuk mempertahankan keseimbangan termis badan. Maka

dari itu, Belding dan Hacth mendasarkan indeksnya atas perbandingan

banyaknya keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan kapasitas

maksimal tubuh untuk berkeringat untuk menentukan indeks tersebut, diperlukan

pengukuran suhu kering dan suhu basah, suhu bola, kecepatan aliran udara, dan

produksi panas sebagai akibat kegiatan melakukan pekerjaan. Namun Indeks

Belding-Hacth mempunyai kelemahan yaitu:

 Dalam perusahaan dan terutama bagi bangsa (ras) yang berbeda, pengertian

orang standar tidak bisa berlaku untuk keseluruhan.

 Indeks didasarkan atas percobaan orang tanpa pakaian, sedangkan tenaga

kerja melakukan pekerjaannya dengan berpakaian. Untuk itu, perlu koreksi

sekitar 40% terhadap Indeks Belding-Hacth, jika digunakan untuk

orang-orang yang berkerja.

2.1.6 Gangguan Kesehatan Akibat Tekanan Panas

Pekerjaan yang berisiko tinggi menimbulkan gangguan kesehatan dan

(49)

gangguan kesehatan. Penyakit dan gangguan akibat pajanan lingkungan panas

sebagai berikut (Harrianto, 2013) :

1. Kelainan Kulit :

a. Heat edema. Biasanya terjadi pada Para pekerja yang baru bekerja di

lingkungan yang panas tanpa melaksanakan periode aklimatisasi. Paling

sering terlihat di pergelangan kaki. Kembali menjadi normal secara spontan

setelah 1 atau 2 hari berada di lingkungan yang lebih dingin.

b. Erythema igne. Nodul-nodul hyperkeratosis yang berlanjut pada luka bakar.

c. Intertrigo rash. Eritema disekitar ketiak, lipatan siku, lutut dan leher akibat

keringat yang berlebihan.

d. Heat rash (miliaria). Obstruksi saluran kelenjar keringat,sehingga terjadi

retensi keringat yang mengakibatkan timbulnya warna kemerahan dan

papel-papel kecil di permukaan kulit.

2. Heat Cramps. Rasa nyeri tajam di otot yang dapat terjadi sendiri atau

bersama-sama dengan kelainan akibat pajanan lingkungan panas yang lain. Hal ini

diakibatkan oleh kegagalan tubuh mengganti kehilangan NaCl yang hilang

bersama keringat. Heat cramps sering kali terjadi bila banyak minum tanpa

disertai suplementasi NaCl. Paling sering terjadi pada otot-otot fleksor tangan

dan kaki untuk beberapa menit atau jam.

3. Heat Exhaustion. Heat exhaustion diakibatkan oleh kegagalan tubuh untuk

beradaptasi, karena darah mengalir secara serentak ke permukaan kulit akibat

(50)

keringat yang berlebihan, rasa lemah, pusing, penglihatan gelap, rasa sangat

haus, mual, muntah, diare, kram otot, kesemutan, palpitasi, dan kesukaran

bernapas. Penyakit ini akan sembuh setelah beristirahat di tempat yang dingin

dan rehidrasi serta restorasi cairan elektrolit yang cukup.

4. Heat Syncope. Kesadaran menurun secara mendadak akibat kehilangan cairan

yang berlebihan oleh pengeluran keringat dan terjadinya hipotensi serebri, yaitu

insufisiensi aliran darah ke otak untuk sementara pada saat berdiri, akibat

terjadinya vasodilatasi pembuluh darah kulit secara serentak sehingga darah

menumpuk di tungkai. Biasanya terjadi pada para pekerja yang tidak

melaksanakan periode aklimatisasi. Penyakit ini akan sembuh setelah beristirahat

di tempat yang dingin dan rehidrasi serta restorasi cairan elektrolit yang cukup.

5. Heat Stroke dan Hiperpireksia. Meningkatnya suhu tubuh merupakan gangguan

kesehatan akibat bekerja di lingkungan panas yang paling serius. Gejalanya yaitu

kulit memerah, kering karena tubuh tidak mampu lagi menghasilkan keringat,

suhu tubuh mungkin lebih dari 41oC, lemah, sakit kepala, rasa berputar, nadi cepat, kadang-kadang timbul kejang, kesadaran menurun sampai koma. Gejala

hiperpereksia hampir sama dengan heat stroke, tetapi pada hiperpereksia, kulit

masih terasa agak basah. Kedua kondisi ini memerlukan pertolongan secepatnya,

yaitu dengan membuka semua pakaian, menyemprot tubuh korban dengan air

dingin, mendinginkan suhu tubuh, dan meningkatkan proses evaporasi dengan

kipas angin, serta membawa korban sesegera mungkin kerumah sakit. Heat sroke

(51)

kondisi tubuh yang kurang fit, atau adanya gejala demam dan diare yang

meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya kondisi ini.

2.1.7 Pengendalian Pajanan Lingkungan Panas

Resiko gangguan kesehatan akibat bekerja di lingkungan panas yang terlalu

tinggi dapat dikurangi dengan cara (Harrianto, 2013) :

1. Pengendalian administratif

a. Periode aklimasi yang cukup sebelum melaksanakan beban kerja yang penuh

b. Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat yang pendek

tetapi sering dan rotasi pekerja yang memadai

c. Ruangan dengan penyejuk udara (AC) perlu disediakan untuk memberikan

efek pendinginan pada para pekerja waktu istirahat

d. Penyediaan air minum yang cukup

2. Pengendalian teknik. Pengendalian teknik merupakan usaha yang paling efektif

untuk mengurangi pajanan lingkungan panas yang berlebihan, yaitu dengan cara:

a. Mengurangi produksi panas metabolik tubuh

b. Automatisasi dan mekanisasi beban tugas akan meminimalisasi kebutuhan

kerja fisik para pekerja

c. Mengurangi penyebaran panas radiasi dari permukaan benda-benda yang

panas, dengan cara sebagai berikut:

 Isolasi/penyekat. Melapisi permukaan benda-benda yang panas dengan

(52)

 Perisai. Dua jenis perisai panas radiasi yang dapat digunakan yaitu

dengan baja tahan karat, aluminium, atau benda logam lainnya yang

berwarna putih, sehingga akan memantulkan panas kembali ke

sumbernya, atau perisai absorben, misalnya jas pendingin yang dibuat

dari alumenium yang permukaannya berwarna hitam dapat

mengabsorpsi dan membuang panas

Remote control

d. Mengurangi bertambahnya panas konveksi. Kipas angin untuk

meningkatkan kecepatan gerak udara di ruang kerja yang panas

e. Mengurangi kelembapan. AC, peralatan penarik kelembaban dan upaya lain

untuk mengeliminasi uap panas sehingga dapat mengurangi kelembaban di

lingkungan tempat kerja

3. Alat pelindung diri

a. Untuk berkerja di tempat kerja yang panas dan lembap, perlu disediakan

baju yang tipis dan berwarna terang sehingga pengeluaran panas tubuh

dengan proses evaporasi keringat menjadi lebih efisien

b. Kacamata yang dapat menyerap panas radiasi bila bekerja dekat dengan

benda-benda yang sangat panas, misalnya cairan logam atau oven yang

(53)

2.2 Tekanan Darah

2.2.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi

atau sistem vascular terhadap dinding pembuluh darah (Joyce dkk, 2008). Tekanan

darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Tekanan darah dipengaruhi

oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih

rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari berbeda, paling tinggi di

waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Joyce dkk, 2008).

Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai suatu titik

dimana denyut dapat dirasakan, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan diatas

arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi janyung atau denyut arteri

dengan jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai menghasilkan perbedaan

tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50

mmHg (Hull, 1986).

2.2.2 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah

Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung

oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh

melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar

bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah lebih kecil hingga berukuran

mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari

pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke

(54)

dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah, yang sudah tidak beroksigen

kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan di pompa kembali ke

paru-paru untuk mengambil oksigen lagi. Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi

untuk memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal

sebagai tekanan sistolik. Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya,

dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan

sistolik dan diastolik ini diukur ketika Anda memeriksakan tekanan darah (Dian,

2011).

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu:

1. Olahraga

Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang

akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan,

sedangkan pada bagian-bagian yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi

vasokonstriksi, misal, traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan

mempengaruhi tekanan darah (Ridjab, 2005).

2. Emosi

3. Stress

4. Umur

Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia.

(55)

diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi (Vita,

2004). Semakin tua seseorang tekanan sistoliknya akan semakin tinggi.

5. Jenis Kelamin

Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih

rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih

meningkat (Vita, 2004).

6. Obesitas

Jika mempunyai ukuran tubuh yang termasuk kedalam katagori obesitas yaitu

dengan nilai IMT lebih dari 27,5 maka memungkinkan terjadinya peningkatan

tekanan darah.

7. Minum Alkohol

Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan

menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Vita,2004).

8. Merokok

Pada keadaan merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh akan

mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi

supaya darah dapat mengalir ke bagian tubuh dengan jumlah yang tetap (Vita, 2004).

Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan darah pada

(56)

9. Faktor Eksternal

Selain faktor dari pribadi, ada juga faktor yang mempengaruhi perubahan

tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Faktor tersebut adalah faktor yang

berasal dari lingkungan, khususnya lingkungan kerja, seperti:

 Tekanan panas

Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan

keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah tepi dan pembuluh

darah dalam yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah,

sehingga beban kardiovaskular bertambah (Suma’mur, 2009).

 Kebisingan

Efek kebisingan terlihat dari persyarafan otonom yang ditandai dengan

kenaikan tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah

kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan.

Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan

menambah stress (Dian, 2011).

 Masa kerja

Semakin lama masa kerja dapat dikatakan semakin tinggi pula

kemampuan kerja yang dimiliki, semakin efesien badan dan jiwa bekerja,

sehingga beban kerja relatif sedikit. Lamanya bekerja seseorang dari pertama

bekerja hingga dilakukannya penelitian pada sampel penelitian, baik dari hari ke

(57)

 Lama paparan

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk

memelihara keseimbangan panas. Selanjutnya apabila pemaparan terhadap panas

terus berlanjut, maka resiko terjadinya gangguan kesehatan juga akan meningkat

(Dian, 2011).

 Beban kerja

Menurut Meskahati dalam Tarwaka 2010, dapat didefenisikan sebagai

suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan

pekerjaan yang harus dihadapi.

2.2.4 Penggolongan Tekanan darah

1. Tekanan darah normal

Tekanan darah normal bila tekanan sistolik menunjukkan kurang dari 140

mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg (Guyton dkk, 2008). Menurut WHO –

ISH 1999 tekanan darah normal adalah <130/85 mmHg sedangkan tekanan darah

optimal <120/80 mmHg.

2. Tekanan darah rendah

Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah rendah bila tekanan darah untuk

yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg, tekanan darah sistolik kurang dari 100

(58)

3. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah untuk yang normal tetap diatas 100/90 mmHg, tekanan sistolik

lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg (Watson, 2002). Tekanan

darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.

Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada

nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolik pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah

pada orang dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan

darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer dkk, 2001). Menurut WHO, tekanan

darah normal orang Indonesia adalah 120/80 mmHg.

2.2.5 Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya diukur secara tak langsung dengan

sphygmomanometer air raksa atau alat noninvasive lainnya pada posisi duduk atau

terlentang. Ketepatan alat yang bukan air raksa harus dibandingkan dengan

sfigmomanometer air raksa secara bersamaan dan hal ini (kalibrasi) dilakukan secara

berkala. Pada saat mengukur tekanan darah, perhatian utama harus ditujukan pada

hal-hal berikut:

1. Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit diruang yang tenang

2. Ukuran manset lebar 12-13 cm serta sepanjang 35 cm, ukuran lebih kecil pada

anak-anak dan lebih besar pada penderita gemuk (ukuran sekitar 2/3 lengan)

3. Diperiksa pada fosa kubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar iga IV)

(59)

5. Tekanan darah dinaikkan sampai sampai 30 mmHg diatas tekanan sistolik

(palpasi), kemudian diturunkan 2 mmHg/detik dan dimonitor dengan stetoskop

diatas a brakhialis

6. Tekanan sistolik adalah tekanan pada saat terdengar suara Korotkoff I sedangkan

tekanan diastolik pada saat Korotkoff V menghilang. Bila suara terdengar,

dipakai patokan Korotkoff IV

7. Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama bila terdapat

penyakit pembuluh darah perifer

8. Perlu pengukuran pada posisi duduk/ terlentang dan berdiri untuk mengetahui

ada tidaknya hipotensi postural terutama pada orang tua, diabetes mellitus dan

keadaan lain yang menimbulkan hal tersebut (pemberian penyekat alfa).

Alat pengukuran lain dengan aneroid atau digital (semi-otomatik atau otomatik)

yang kurang tepat dan harus dikalibrasi secara periodik terhadap sphygmomanometer

air raksa. Beberapa mesin otomatik dipakai untuk mengukur tekanan darah selama

24-72 jam yang biasanya yang menggunakan cara osilometrik. Digunakan pula alat

yang dijepitkan pada ujung jari untuk monitor selama operasi atau keadaan lain dalam

posisi penderita duduk atau telentang (Soesetyo, 2003).

Terdapat alat semi-otomatis dan otomatis untuk mengukur tekanan darah

selama 24 jam atau lebih. Indikasi pemeriksaan tersebut (ABPM = Ambulatory Blood

Monitoring) ialah sebagai berikut:

1. Adanya variasi tekanan darah yang tidak seperti biasanya pada kunjungan hari

(60)

2. Office hypertension pada penderita dengan resiko kardiovaskuler rendah

3. Gejala menunjukkan adanya episode hipotensi

4. Hipertensi yang resisten terhadap pengobatan

Keterbatasan cara pengukuran tekanan darah ambulatory tersebut adalah:

1. Data mengenai nilai prognostik pengukuran tekanan darah dengan cara ini

terbatas

2. Pengukuran tekanan darah ambulatory lebih rendah daripada pengukuran di

klinik/praktek. Pengukuran tekanan darah ambulatory sebesar 125/80 mmHg

setara dengan pengukuran tekanan darah di praktek/klinik 140/90 mmHg

3. Alat yang digunakan harus dicek untuk ketepatan dan penampilannya secara

berkala (dikalibrasi). Dihindarkan penggunaan alat dengan mengukur tekanan

darah pada jari dan tangan dibawah siku

Keuntungan cara pengukuran ini:

1. Pengukuran dapat dilakukan lebih sering dengan keadaan yang mendekati

kehidupan sehari-hari

2. Memperbaiki persepsi penderita terhadap hipertensi dan memperbaiki kepatuhan

terhadap pengobatan

3. Mungkin berguna untuk menilai efektifitas pengobatan. Penelitian menunjukkan

bahwa kerusakan organ target lebih erat berhubungan dengan tekanan darah 24

jam dibandingkan tekanan darah di praktek/klinik. Demikian pula kerusakan

organ target

(61)

2.3 Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah

Akibat suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan meningkat. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah tepi dan pembuluh darah

dalam. Suma’mur (2009) juga menyatakan bahwa pada lingkungan kerja panas, tubuh

mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran

pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh darah dalam yang disertai

meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, faktor penyebab tekanan darah

meningkat antara lain olahraga, umur, jenis kelamin, emosi, stress, obesitas,

konsumsi alkohol, merokok, masa kerja, lama paparan serta beban kerja, sehingga

beban kardiovaskular bertambah dan curah jantung meningkat.

Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat

strain. Heat strain atau tegangan panas akan merupakan efek yang diterima tubuh

atas beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004). Indikator heat strain adalah

peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan berat

badan (Wignjosoebroto, 2009).

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan

sebelumnya, maka dapat dikembangkan kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

(62)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 ditetapkan bahwa setiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Pekerjaan dan penghidupan yang layak mengandung pengertian bahwa pekerjaan

sesungguhnya merupakan suatu hak manusia yang mendasar dan memungkinkan

seseorang untuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam kondisi yang sehat, selamat

bebas dari segala resiko akibat kerja, kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 mengenai kesehatan

kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja

agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang

diakibatkan oleh pekerjaan. Untuk itu pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja

melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib

menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.

Banyaknya penduduk di suatu daerah akan berakibat pada banyaknya pusat

perbelanjaan yang akan dibangun di daerah tersebut. Salah satu kota besar yang

memilki banyak pusat perbelanjaan adalah kota Medan. Kota Medan merupakan

ibukota Sumatera Utara yang menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia. Dalam 2

tahun terakhir sudah berdiri kurang lebih 4 plaza baru yang meramaikan pusat

(63)

menggunakan lahan yang tersedia dengan sebaik mungkin. Bangunan-bangunan

tersebut biasanya dibangun bertingkat. Hal ini tidak menutup kemungkinan

dibangunnya ruang di bawah tanah atau yang biasa disebut dengan basement.

Kegunaan basement inipun sangat beragam namun lahan basement sendiri biasanya

lebih banyak dipakai sebagai lahan parkir.

Ketersediaan lahan parkir juga pastinya didukung oleh fasilitas yang

mendukung dari pihak perusahaan seperti contohnya pekerja perparkiran khususnya

di basement. Banyak dari perusahaan yang kurang memperhatikan kondisi fisik

lingkungan kerja dengan pekerja perparkiran. Padahal basement sendiri tidak

mempunyai cukup ventilasi sebagai ruang pertukaran udara. Kemudian dengan

adanya mobil dan motor yang diparkirkan di basement ini mengakibatkan

peningkatan suhu pada basement.

Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

Ketidaknyamanan dapat menjadi sebuah gangguan atau bahkan akan menimbulkan

efek-efek psikologis ataupun salah satu nyeri fisiologis tergantung pada level dari

proses pertukaran panasnya. Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan

fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia, menurut Grandjean

(1986) kondisi panas sekeliling yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan

kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja

(Nurmianto, 2004).

(64)

memperpanjang waktu reaksi dan memperlambat waktu pengambilan keputusan,

mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi saraf perasa dan

motoris, serta memudahkan emosi untuk dirangsang. Bekerja pada lingkungan kerja

bersuhu tinggi dapat membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

sehingga untuk bekerja pada lingkungan dengan keadaan temperatur demikian perlu

upaya penyesuaian waktu kerja dan penyelenggaraan perlindungan yang tepat kepada

tenaga kerja yang bersangkutan (Suma’mur, 2009). Pekerjaan yang berisiko tinggi

menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat pajanan lingkungan yang

terlalu panas dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti kelainan kulit, heat

rash, heat exhaustion, heat syncope, heat stroke dan hiperpereksia (Ridwan, 2009).

Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan

gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas sendiri dapat berasal dari mesin atau alat

produksi, iklim, dan kerja otot manusia. Tekanan panas dapat mempengaruhi salah

satu fungsi tubuh manusia, seperti: tekanan darah, kecepatan denyut jantung ataupun

nadi, ketahanan fisik, dan daya konsentrasi. Suhu lingkungan kerja yang meningkat

maupun menurun dapat mempengaruhi penurunan maupun peningkatan tekanan

darah pada pekerja (Suma’mur, 2009).

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi

atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah (Joyce dkk, 2008). Tekanan

darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas fisik,

(65)

jika tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg akan memiliki faktor risiko penyakit

jantung (Hawon dkk, 2002).

Menurut Santoso dalam Agustin (2011) iklim kerja panas atau tekanan panas

dapat mengakibatkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan

pekerjaan fisik, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa

oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu harus membawa panas

dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan

bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini,

maka frekuensi denyut nadi pun akan semakin banyak lagi atau meningkat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dian Pitaloka (2011) dengan judul

“Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Pada Karyawan di Unit

Fermentasi PT.Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar”. Didapati

hasil penilitian ini berupa tekanan panas dengan nilai tertinggi sebesar 30,9 0C, nilai tersebut melebihi NAB yang diperkenankan yaitu 30,6 0C dan pada tekanan darah

normal didapati berjumlah 8 orang sedangkan 12 orang karyawan dinyatakan

mengalami peningkatan tekanan darah. Dari hasil statistik dapat diambil kesimpulan

bahwa ada hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada karyawan di unit

fermentasi PT.Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Hal ini

mempunyai arti bahwa semakin tinggi tekanan panas, maka semakin tinggi pula

tekanan darah pada karyawan.

Salah satu plaza yang baru saja berdiri di kota Medan sendiri adalah Center

(66)

di tengah-tengah kota. Bangunan yang megah dan fasilitas yang tersedia di plaza ini

menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat menengah keatas untuk berbelanja di

plaza tersebut. Kebanyakan dari pengunjung Plaza Center Point memiliki kendaraan

pribadi. Kendaraan pribadi tersebut tentunya diparkirkan di tempat parkir yang sudah

di sediakan oleh pihak perusahaan. Salah satu lahan parkir yang di sediakan oleh

pihak perusahaan terletak pada basement gedung tersebut.

Basement Center Point ini dibangun satu ruangan dengan 2 lantai. Luas pada

lantai dasar bangunan kurang lebih 18.000 meter2 dengan kapasitas 150 mobil sedangkan pada lantai atas memiliki luas kurang lebih 20.000 meter2 dengan

kapasitas 350 mobil. Pada akhir pekan, biasanya jumlah kendaraan yang diparkirkan

di basement ini bisa mencapai 400 lebih kendaraan. Namun juga tidak menutup

kemungkinan jumlah mobil yang dipakirkan dapat lebih dari jumlah lot yang

disediakan oleh pihak plaza. Semakin banyak kendaraan yang di parkirkan di

basement tersebut maka semakin panas juga suhu didalam basement tersebut. Belum

lagi pada basement tersebut terdapat mesin-mesin yang menghasilkan sumber panas

seperti mesin AC. Tidak adanya ventilasi juga semakin mempengaruhi suhu di

lingkungan kerja basement ini. Berdasarkan kondisi basement tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pekerja parkir di basement Plaza Center Point tersebut mengalami

pertukaran panas tubuh melalui keempat proses yaitu konduksi pertukaran panas

tubuh dengan benda-benda sekitar seperti mesin pada mobil, konveksi pertukaran

panas melalui udara sekitar (dapat diakibatkan karena kurangnya ventilasi) evaporasi

(67)

Pekerja perpakiran kendaraan bermotor yang bekerja di basement Plaza

Center Point ini juga beraneka ragam. Mereka umumnya sudah bekerja selama 1

bulan hingga 1 tahun. Mereka dibagi menjadi 3 shift kerja yaitu shift kerja pagi

bekerja pukul 07.00 WIB - pukul 15.00 WIB, middle shift bekerja pukul 10.00 WIB -

pukul 18.00 WIB dan shift sore bekerja pukul 15.00 WIB - pukul 23.00 WIB.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada pekerja parkir mobil

dan motor di basement Plaza Center Point di kota Medan. Ketika sampai di basement

parkiran terjadi peningkatan keringat pada peneliti, dari hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa tekanan suhu di basement tersebut cukup tinggi. Kemudian

peneliti mengemukakan beberapa pertanyaan. Dari pertanyaan tersebut, mereka

mengaku sering mengalami pusing, berkunang-kunang, cepat merasa lelah, cepat

merasa haus dan tidak nyaman. Gejala tersebut sering dirasakan khususnya pada saat

ramai pengunjung yaitu di hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Dari informasi yang

didapatkan dari pihak pengelola perparkiran di basement Plaza Center Point ini,

jumlah kendaraan yang biasa diparkirkan pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu bisa

mencapai 400 lebih kendaraan setiap jamnya. Hal ini akan konstan terjadi khusunya

pada pukul 10.00 WIB hingga 18.00 WIB yaitu di jam kerja middle shift.

Pihak perusahaan telah menyediakan air minum galon yang diletakkan di

kantor yang terletak di pojok basement ini. Namun pekerja parkir sendiri lebih sering

untuk membeli minuman dingin di warung dekat plaza ini berdiri ketimbang untuk

mengambil minum di kantor mereka, dengan alasan karena air minum galon yang

(68)

Dari survey awal yang dilakukan dapat disimpulkan pekerja parkir di

basement ini bekerja pada suhu yang tidak nyaman yaitu suhu yang melebihi nilai

ambang yang telah ditetapkan. Namun demi keakuratan data, peneliti berkeinginan

untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai suhu yang terdapat di basement

tersebut. Peneliti juga ingin mengetahui apakah ada Hubungan antara Tekanan Panas

dengan Tekanan Darah pada pekerja perparkiran kendaraan bermotor di Plaza Center

Point Medan 2015.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang

akan diteliti adalah adanya hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada

pekerja perparkiran kendaraan bermotor di basement Plaza Center Point Medan 2015.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan

antara tekanan panas dengan tekanan darah pada pekerja perparkiran kendaraan

bermotor di basement Plaza Center Point Medan 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tekanan panas di parkiran basement Plaza Center Point

Medan 2015.

2. Untuk mengetahui tekanan darah para pekerja perparkiran kendaraan

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pekerja Perparkiran Plaza Center  Point Medan Tahun 2015
Tabel 4.2  Distribusi Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Basement Plaza Center Point   Medan 2015
Tabel 4.3  Distribusi Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Basement Plaza  Center Point Medan 2015
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

Referensi

Dokumen terkait

As seen in Figure 14, partnerships, business continuity planning, supply chain visibility tools, and employee training/talent management are the top strategies companies currently

1) Debat Bahasa Indonesia siswa SMP Tahun 2018 menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang

JUDUL : CANGKANG TELUR YANG DIJADIKAN OBAT MAAG MEDIA : REPUBLIKA. TANGGAL : 21

Based on the result of data analysis of this research which gives information that the providing of audio visual media can assist student to learn English subject

Datang dengan keluhan tambahan terbanyak yaitu nyeri tangan sebanyak 66,7%1. dan paling sedikit adalah rasa terseterum pada tangan

Perlakuan pupuk fosfor memberikan pengaruh yang nyata dan sangat nyata terhadap rata-rata pertambahan jumlah daun umur 90 hst dan rata-rata pertambahan diameter

Dengan demikian, galeri tersebut dapat menjadi tempat promosi atau wakil untuk memperkenalkan Kebudayaan yang terdapat di Sumatera Utara.Dengan adanya galeri tersebut,

Bahan kanji adalah unsur dari beberapa bahan kimia yang berguna sebagai bahan pembantu langsung yang digunakan dalam proses produksi yang dikenakan langsung terhadap bahan