KETERANGAN :
Hari 1 : Jumat
Hari 2 : Sabtu
Hari 3 : Minggu
UmurK : Umur Kategorik
1 : ≤ 20 tahun
2 : > 20 tahun
MasaK : Masa Kerja Kategorik
1 : ≤ 4 tahun
2 : > 4 tahun
TekpanK : Tekanan Panas Kategorik
1 : Tekanan Panas Normal
2 : Tekanan Panas Tinggi
TekdarK : Tekanan Darah kategorik
1 : Normal
Tekanan Panas
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .80.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin Sugiyarto. 2011. Peningkatan Tekanan Darah Tenaga Kerja Akibat Terpapar Tekanan Panas Melebihi Standar Di Unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo. Skripsi, Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Beevers, D.G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat.
C. Pearce, Evelyn. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis (Diterjemahkan oleh Sri Yuliani Handoyo). Jakarta: PT. Gramedia Jakarta.
Dian Pitaloka. 2011. Hubungan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Pada Karyawan di Unit Fermentasi PT.Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Skripsi, Program Diploma III HIPERKES dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton A.C., etc. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harrianto, Ridwan. 2013. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, Iyus. 2009. Iklim Kerja dan Radiasi Nonionisasi. Bunga Rampai HIPERKES & KK. Semarang: BP UNDIP.
Hull, Arison. 1986. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jennie Babba. 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan Peningkatan Takanan Darah (Penelitian Pada Karyawan PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan). Tesis, Program Pasca Sarjana Megister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponogoro Semarang.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2011. Nomor: PER. 13/MEN/2011. Tentang Nilai ambang Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta: 28 Oktober 2011.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
Ridjab DA. 2005. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah. Majalah Kedokteran Atma Jaya.
Rosy Daniar K. 2011. Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi di CV.Rakabu Furniture Surakarta. Skripsi, Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas maret.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Penerbit Buku Kesehatan.
Soedirman dan Suma’mur P.K. 2014. Kesehatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes
dan Keselamatn Kerja. Erlangga Medical Series.
Soesetyo, Boedi. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University Press
Sudijono, Anas. 1989. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali
Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta: Sagung Seto.
Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana.
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
Undang - Undang RI. 2009. Nomor: 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. Jakarta: 13 Oktober 2009.
Wardoyo. 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo: Toko Buku Agency.
Watson, R. 2002. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian menggunakan metode penelitian survey analitik
dengan rancangan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Faktor risiko dan faktor
efek pada penelitian ini adalah tekanan panas dengan tekanan darah pada pekerja
perparkiran kendaraan bermotor di basement Plaza Center Point Medan 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di basement Plaza Center Point Medan.
Adapun pertimbangan pelaksanaan penelitian di tempat tersebut adalah karena belum
pernah dilakukan penelitian yang sama di tempat tersebut. kemudian lingkungan kerja
yang panas serta kurangnya ventilasi atau ruang terbuka sebagai pertukaran udara,
sehingga peneliti berasumsi bahwa lokasi penelitian tersebut memiliki suhu diatas
nilai ambang batas.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 – Juli 2015
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua pekerja perparkiran kendaraan
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling purposif sampling
yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.
Kriteria untuk menjadi sampel adalah sebagai berikut :
1. Pekerja yang diteliti adalah pekerja yang bekerja di basement (pada suhu
tertinggi) perparkiran Center Point saat dilakukan pengukuran suhu pada
basement tersebut, yaitu dihari Jumat/13 Februari 2015, Sabtu/14 Februari 2015
dan Minggu/15 Februari 2015 pukul 10.00 hingga 18.00 WIB pada pekerja
middle shift.
Berdasarkan teknik sampling diatas, maka diperoleh sampel sebanyak 30
orang.
3.4 Metode Pengumpulan data
Data penelitian diperoleh dari :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung. Untuk mengukur tekanan panas
lingkungan kerja basement menggunakan questtemp head stress area monitor
sedangkan untuk mengukur tekanan darah pekerja parkir basement Plaza Center
Point Medan menggunakan tensi meter.
2. Data sekunder yaitu data tidak langsung yang dapat diperoleh dari basement
Plaza Center Point Medan yaitu data tentang gambaran umum perpakiran Plaza
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tekanan panas di basement Plaza
Center Point.
2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah para pekerja
perparkiran kendaraan bermotor di basement Plaza Center Point.
3.5.2 Definisi Operasional
1. Tekanan panas adalah suhu udara yang terdapat pada lingkungan kerja basement
yang diukur dengan alat Questtemp yang diukur oleh teknisi yang sudah pernah
mengoperasikaan alat tersebut sebelumnya.
2. Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pekerja
parkir di basement Plaza Center Point yang diukur dengan menggunakan tensi
meter digital OMRON oleh paramedis.
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Tekanan Panas
Tekanan panas diukur dengan alat yang bernama Questtemp. Dimana alat
tersebut dioperasikan secara digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering,
suhu radiasi dan ISBB dalam satuan 0C atau 0F. Pada waktu pengukuran alat tersebut
ditempatkan sekitar sumber panas dimana pekerja melakukan pekerjaannya. Alat
tersebut dioperasikan oleh tenaga kerja (teknisi) yang sudah pernah mengoperasikan
Sabtu/14 Februari 2015 dan Minggu/15 Februari 2015 yaitu pukul 10.00 pagi hingga
18.00 WIB.
Untuk mengukur suhu pada basement parking area, terlebih dahulu ditentukan
titik pengukuran, fungsinya agar data suhu yang diambil lebih valid dan tidak
memfokuskan hanya pada satu titik saja. Makin banyak titik yang diambil maka akan
semakin valid data yang didapat. Sama halnya dengan waktu pengukuran makin
pendek jarak hitung antar suhu maka akan semakin valid data tersebut.
Questtemp tidak dapat menunjukkan angka ISBB lingkungan secara langsung.
Questemp hanya dapat menunjukkan angka suhu basah (Wet Bulb) dan suhu radiasi
(Globe). Oleh karena itu, untuk mendapatkan ISBB lingkungan kerja terlebih dahulu
harus mengetahui suhu basah (Wet Bulb) dan suhu radiasi (Globe) di lingkungan
kerja tersebut. Setelah mengetahui angka Wet Bulb dan Globe, barulah dapat dicari
suhu pada lingkungan kerja tersebut atau ISBB.
Untuk pekerja perparkiran di basement Plaza Center Point Medan, pekerja
tidak mengalami paparan sinar matahari secara langsung untuk itu dapat dipakai
rumus kedua ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi (Globe).
Menurut analisa pekerja perparkiran kendaraan bermotor di basement Plaza
Center Point termasuk kedalam katagori jam kerja 75% - 100% dan dalam beban
kerja yang sedang. Jadi suhu yang diperkenankan oleh Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dalam surat keputusan nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah tidak lebih
Adapun cara pengukurannya adalah:
1. Tombol power ditekan
2. Tombol 0C atau 0F ditekan untuk menentukan suhu yang digunakan 3. Tombol globe ditekan untuk menentukan suhu bola
4. Tombol wet bulb ditekan untuk mendapatkan suhu bola basah
5. Hasil akan keluar kemudian dicatat
6. Tombol power ditekan kembali untuk mematikan
Adapun kategori untuk tekanan panas adalah
1. Suhu normal yaitu suhu yang tidak melebihi 28,0 0C
2. Suhu melebihi nilai ambang batas jika suhu melebihi 28,0 0C
3.6.2 Tekanan Darah
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tensi meter digital OMRON
dengan satuan mmHg yang diukur oleh paramedis. Dimana tekanan darah optimal
orang dewasa menurut WHO-ISH 1999 adalah 120/80 mmHg. Pengukuran dilakukan
sebelum dan 15 menit sesudah pekerja melakukan pekerjaannya. Pegukuran
dilakukan pada pekerja di lingkungan kerjanya (basement) pada saat dilakukan
pengukuran suhu yaitu pada hari Jumat/13 Februari 2015, Sabtu/14 Februari 2015,
dan Minggu/15 Februari 2015 pukul 10.00 pagi hingga 18.00 WIB yaitu pada pekerja
middle shift.
Adapun cara pengukurannya adalah:
1. Pasang manset perekat pada lengan
3. Tunggu hingga angka pada monitor stabil
4. Catat hasil
Adapun kategori untuk tekanan darah adalah:
1. Tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg atau tekanan darah sebelum pekerja
melakukan pekerjaannya.
2. Tekanan darah meningkat jika tekanan darah pekerja bekerja melebihi tekanan
darah sebelum pekerja melakukan pekerjaannya.
3.7 Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini mencangkup:
1. Analisa univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal
variable-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.
2. Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan antara variabel
independen (tekanan panas) dan variabel dependen (tekanan darah) menggunakan
uji Chi Square dengan membandingkan nilai a sebesar 0,05 pada taraf
kepercayaan 95%. Jika P value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna
antara variabel independen (tekanan panas) dengan variabel dependen (tekanan
darah). Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Plaza Center Point Medan
Centre Point terletak di Jl. Jawa no 8, Kelurahan Gang Buntu, Kecamatan
Medan Timur. Bangunan yang terpampang sepanjang jalan dari Jalan Irian Barat ini
hingga kini masih dalam proses pembangunan. Namun, walaupun begitu Plaza Center
Point ini sudah sangat ramai dikunjungi oleh para pengunjung. Bangunan seluas ±
38.000 meter2 ini berseberangan langsung dengan stasiun kereta api railway Medan.
Sebelah Utara Plaza center Point adalah Jl. Prof Hm Yamin, sebelah timur berbatasan
dengan Jl. Timor, sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Veteran dan Sebelah barat
berbatasan dengan Jl. Jawa. Plaza yang dikemas dengan berbagai tempat makanan,
toko-toko yang menarik, dan desaign yang unik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi
pengunjung khususnya masyarakat kota Medan.
4.2 Gambaran Umum Perparkiran Plaza Center Point
Plaza Center Point memiliki 2 lahan parkir yaitu parkiran indoor atau yang
biasa disebut dengan basement parking area dan parkiran outdoor atau ground floor
(diruang terbuka). Di basement parking area sendiri terdapat mesin-mesin penghasil
panas seperti mesin AC, genset dan lain sebagainya. Parkiran basement terdapat pada
satu ruangan yang memiliki 2 lantai. Lantai atas berukuran ± 20.000 meter2 dengan jumlah lot sebanyak 350 lot. Sedangkan, pada lantai bawah berukuran ± 18.000
ini melebihi jumlah lot yang ada. Pada ground floor parking area jumlah lot yang
disediakan tidak sebanyak pada basement parking area, ground floor parking area
dibedakan menjadi 4 area yaitu pada Jl. Prof Hm Yamin luas perparkiran seluas ±
2.000 meter2, Jl. Timor memiliki luas seluas ± 5.000 meter2, Jl. Jawa memiliki luas
seluas ± 3.000 meter2 , kemuadian City walk yaitu tempat dimana pengunjung dapat berbelanja di luar bangunan Plaza, City Walk juga memiliki lahan parkir seluas ±
8.000 meter2.
4.3 Gambaran Umum PT. Center Park 4.3.1 Profil PT. Center park
PT. Center Park bergerak dibidang Parking Services berdiri di awal tahun
2010. Dibalik nama usaha tersebut, para pendiri dan pelaksana harian perusahaan
adalah figur yang telah memiliki pengalaman di industry parking service, building
management. environment service dan hospitality yang sangat menunjang kualitas
terbaik dan kompetitif yang diberikan perusahaan ini. Seiring dengan perkembangan
teknologi dan sistem perparkiran Center Park hadir dengan sistem pengoperasian
parkir yang lebih inovatif, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasaan klien.
4.3.2 Visi PT. Center Park
Menggabungkan teknosains dan unsur ramah lingkungan untuk menjadi
parking operator yang berskala internasional serta bermutu tinggi didukung oleh
4.3.3 Misi PT. Center Park
Sebagai Perusahaan yang mengedepankan faktor ramah lingkungan, PT. Center
Park mempunyai Misi :
1. Selalu inovatif dan menerapkan teknologi terkini dalam mengembangkan mutu pelayanan serta Sumber Daya Manusia
2. Memberikan keuntungan secara finansial dan pelayanan kepada mitra usaha dengan memberdayakan aspek sumber daya manusia, operasional, keuangan
dan pengembangan bisnis.
4.4 Karakteristik Responden
Distribusi karakteristik responden yang terdiri dari umur di bagi
menjadi 2 kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu 20 sehingga dibuat
menjadi ≤ 20 tahun dan > 20 tahun, masa kerja dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan
median yang didapatkan yaitu 4 sehingga dibuat menjadi ≤ 4 tahun dan > 4 tahun,
jenis kelamin dibagi menjadi 2 kategori yaitu laki-laki dan perempuan, dan status
pendidikan dibagi menjadi 2 lulus SMA dan tidak lulus SMA. Maka karakteristik
responden pada pekerja perparkiran Plaza Center Point Medan tahun 2015 dapat
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pekerja Perparkiran Plaza Center Point Medan Tahun 2015
Karakteristik Responden Jumlah
Pada masa kerja dapat diketahui bahwa banyak pekerja perparkiran yang memiliki
masa kerja ≤ 4 bulan yaitu 16 orang (53,3%). Seluruh pekerja perparkiran umumya
semua berjenis kelamin laki-laki (100%) dan telah lulus SMA (100%).
4.5Hasil Univariat 4.5.1 Tekanan Panas
Suhu pada lingkungan kerja perparkiran di basement Plaza Center Point
Tabel 4.2 Distribusi Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Basement Plaza
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa rata-rata tekanan panas sebesar
28,950C. Suhu paling tinggi adalah pada hari Sabtu pada tanggal 14 Februari 2015 yaitu 29,540C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,770C dan suhu radiasi (Globe)
33,600C. Hal tersebut bisa jadi dikarenakan, karena cuaca lingkungan ketika peneliti melakukan penelitian memang sedang panas. Semakin panas cuaca di luar basement
maka akan semakin tinggi pula suhu pada basement tersebut. Hal yang lainnya yang
juga dapat mempengaruhi suhu basement adalah karena banyaknya kendaraan yang
parkir maupun lalu lalang di basement tersebut, bisa jadi hal ini dikarenakan hari
pekan dan adanya event yang sedang berlangsung di Plaza Center point ini yang
membuat pengunjung ramai berdatangan. Suhu terendah adalah pada hari Minggu
tanggal 15 Februari 2015 yaitu 28,630C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,230C dan
suhu radiasi (Globe) 31,700C.
4.5.2 Tekanan Darah
Tekanan darah pekerja perparkiran di basement Plaza Center Point Medan
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Basement Plaza Center Point Medan 2015
NO HARI SEBELUM SESUDAH
SISTOLIK DIASTOLIK SISTOLIK DIASTOLIK
Jumat 122 81 136 88
Sabtu 120 81 132 90
Minggu 121 82 130 88
TOTAL 121 81 133 89
Dari hasil pengukuran tekanan darah pekerja perpakiran di basement Plaza Center
Point diperoleh perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan
pekerjaannya, dimana tekanan darah normal sistolik adalah antara 120 – 130 mmHg
dan tekanan darah diastolik 80-90 mmHg. dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata
tekanan darah sistolik sebelum bekerja sebesar 121 mmHg dan rata-rata tekanan
darah diastolik sebelum bekerja sebesar 81 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan
darah sistolik setelah bekerja sebesar 133 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik
setelah bekerja sebesar 89 mmHg. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan
darah sebelum dan sesudah pekerja melakukan pekerjaannya.
4.6Hasil Bivariat
(6,7%) sedangkan yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah berjumlah 4
orang (13,3%). Pada tekanan panas tinggi > 28 pekerja yang mengalami peningkatan
tekanan panas berjumlah 24 orang (80%).
Pada hasil uji Chi Square antara tekanan panas dengan tekanan darah dapat
diketahui nilai p = 0,001 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan tekanan panas dengan
terjadinya kenaikan tekanan darah pada pekerja perparkiran kendaraan bermotor di
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik responden bervariasi mulai
dari umur, masa kerja, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Dari tabel 4.1 dapat
diketahui bahwa kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur ≤ 20 tahun
yaitu 20 orang (66,7%) dan sisanya pada umur > 20 tahun yaitu 10 orang (33,3%).
Dalam penelitian Dian Pitaloka tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan
peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan
usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian
menurun lagi. berdasarkan kelompok umur pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa
umur subjek penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan
penurunan tekanan darah.
Masa kerja yang paling banyak adalah Pada masa kerja dapat diketahui bahwa
banyak pekerja perparkiran yang memiliki masa kerja ≤ 4 bulan yaitu 16 orang
(53,3%). Masa kerja berhubungan dengan aklimatisasi tenaga kerja terhadap tekanan
panas. Menurut Santoso (2004) Pekerja baru yang mulai bekerja pada lingkungan
kerja dengan tekanan panas yang tinggi akan mengalami proses aklimatisasi terhadap
intensitas paparan panas yang sebelumnya tidak pernah dialaminya. Proses
Kemudian untuk jenis kelamin, seluruh pekerja perparkiran di Plaza Center
Point Medan tahun 2015 adalah laki-laki. Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap
tekanan darah. Umumnya tekanan darah laki-laki lebih tinggi keitimbang perempuan.
Tingkat pendidikan rata-rata pekerja sudah lulus SMA. Hal ini dikarenakan
untuk melamar di PT. Center Park ini memang yang menjadi salah satu syarat untuk
melamar adalah tamatan SMA.
5.2 Hasil Univariat 5.2.1 Tekanan Panas
Suma’mur (2009) tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembapan
udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas dalam penelitian ini adalah
suhu basement yang diambil ketika peneliti melakukan penelitian berdasarkan teknik
sampling yang telah ditentukan. Dapat dilihat pada tabel 4.2 rata-rata tekanan panas
yaitu pada hari Jumat/13 Februari 2015, sabtu/14 Februari 2015 dan Minggu/15
Februari 2015 sebesar 28,950C. Suhu paling tinggi adalah pada hari Sabtu/14
Februari 2015 yaitu 29,540C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,770C dan suhu radiasi (Globe) 33,600C. Hal ini, dapat dikarenakan beberapa faktor seperti akhir pekan, adanya event tertentu, suhu pada hari tersebut, dan lain sebagainya. Suhu terendah
adalah pada hari Minggu/15 Februari 2015 yaitu 28,630C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,230C dan suhu radiasi (Globe) 31,700C. Sedangkan pada hari Jumat/13
ditentukan oleh PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja yaitu sebesar 280C.
Hal ini dapat dikarenakan kurangnya pertukaran udara pada basement, ruang
yang tertutup, tidak adanya ventilasi, dan banyaknya mesin-mesin penghasil panas
yang terdapat di basement ini, keadaan semakin parah jika pengunjung ramai
misalnya pada hari-hari libur dan akhir pekan, jumlah mobil yang diparkirkan dapat
lebih dari jumlah lot yang disediakan. Jarak antara lot yang satu dengan yang lainnya
juga sangat dekat dibandingkan dengan lot - lot pada perparkiran yang lain sehingga
memungkinkan jumlah mobil yang diparkirkan lebih banyak dari biasanya.
Walaupun pihak perusahaan telah menyediakan air galon di kantor, namun
pekerja perparkiran kurang memanfaatkan dan kurang peduli dengan kesehatan
mereka. Jarang sekali didapati pekerja yang mau meminum air mineral sebelum
ataupun sesudah ia bekerja. Pihak perusahaan juga kurang peduli terhadap pekerjanya
yang kurang mengonsumsi air mineral.
5.3 Hubungan Tekanan panas dengan Tekanan darah
Pada hasil uji Chi Square antara tekanan panas dengan tekanan darah dapat
diketahui nilai p = 0,001 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan tekanan panas dengan
terjadinya kenaikan tekanan darah pada pekerja perparkiran kendaraan bermotor di
basement Plaza Center Point Medan 2015.
Hal diatas didukung dengan hasil pengukuran tekanan panas di basement
Plaza Center Point Medan yang menunjukkan hasil untuk tekanan panas rata-rata
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja yaitu sebesar 280C dengan pengaturan waktu kerja 75% kerja dan 25% istirahat, sedangkan untuk hasil
pengukuran tekanan darah menunjukkan perbedaan antara sebelum melakukan
pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan.
Pada tabel 4.4 dapat dilihat tekanan darah pekerja dan tekanan panas ketika
pekerja melakukan pekerjaannya. Dari 30 responden yang melakukan pekerjaan pada
hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Terdapat 2 orang yang mengalami peningkatan darah
pada lingkungan kerja yang bertekanan darah normal. sedangkan sisanya yaitu 4
orang tetap memiliki tekanan darah yang normal. Hal tersebut bisa dikarenakan
beberapa faktor seperti kelelahan dan lain sebagainya. Sedangkan ketika tekanan
panas mengalami peningkatan tidak ada satu orangpun yang mempunyai tekanan
darah normal. Hal ini menunjukkan adanya hubungan tekanan panas terhadap tekanan
darah seorang pekerja khususnya pada pekerja perparkiran kendaraan bermotor di
basement Plaza Center Point Medan. Menurut Suma’mur (2009) pada lingkungan
kerja yang panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang
dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah tepi dan pembuluh darah dalam yang
disertai peningkatan denyut nadi dan tekanan darah.
Menurut Santoso (2004) Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan
kerja akan mengalami heat strain. Heat strain atau tegangan panas merupakan efek
adalah tekanan darah. Untuk itu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang
lebih serius perlu adanya upaya pengendalian.
Grandjean (1988) juga menyatakan jika suhu lingkungan meningkat, maka
efek fisiologis yang terjadi adalah peningkatan kelelahan, peningkatan denyut
jantung, peningkatan tekanan darah, mengurangi aktivitas organ pencernaan, sedikit
peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari
320C ke 36-370C), peningkatan aliran darah melalui kulit, dan peningkatan produksi
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Rata-rata tekanan panas sebesar 28,950C. Suhu paling tinggi adalah pada hari
Sabtu/14 Februari 2015 yaitu 29,540C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,770C dan suhu radiasi (Globe) 33,600C. Suhu terendah adalah pada hari Minggu/15 Februari 2015 yaitu 28,630C dengan suhu basah (Wet Bulb) 27,230C dan suhu
radiasi (Globe) 31,700C.
2. Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum bekerja sebesar 121 mmHg dan rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum bekerja sebesar 81 mmHg.sedangkan rata-rata
tekanan darah sistolik setelah bekerja sebesar 133 mmHg dan rata-rata tekanan
darah diastolik setelah bekerja sebesar 89 mmHg. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan tekanan darah sebelum dan sesudah pekerja melakukan
pekerjaannya.
3. Ada hubungan tekanan panas dengan terjadinya kenaikan tekanan darah pada
pekerja perparkiran kendaraan bermotor di basement Plaza Center Point Medan
6.2 Saran
1. Sebaiknya pekerja lebih banyak mengonsumsi air ketika sedang bertugas dengan
tujuan untuk mencegah dehidrasi akibat dari paparan panas selama bekerja.
2. Agar pekerja mau mengonsumsi air, pihak perusahaan sebaiknya menyediakan
dan mewajibkan pekerja perparkirannya untuk meminum air.
3. Sebaiknya pekerja menggunakan waktu istirahatnya dengan baik seperti
beristirahat di tempat yang sejuk baik di ruang operator maupun di luar basement
dan tidak merokok.
4. Pemasangan exhaust fan pada Basement jika memungkinkan, yang berguna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekanan Panas
2.1.1 Definisi Tekanan Panas
Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi yang kemudian dipadankan dengan
produksi panas oleh tubuh. Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24-260C
(Suma’mur, 2009). Suhu lingkungan di tempat kerja yang terlalu panas atau terlalu
dingin berbahaya terhadap kesehatan individu pekerja. Pajanan suhu yang terlalu
panas disebut juga heat stress (Harrianto, 2013).
Rentan temperatur dimana manusia merasa nyaman dengan suhu lingkungan
adalah antara 2-3 derajat celcius namun kenyamanan tersebut sangat bervariasi
tergantung pada jenis pakaian yang dipakai dan aktivitas fisik yang ia lakukan
(Nurmianto, 2004).
2.1.2 Lingkungan Kerja Panas
Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar furnaces, peleburan,
boiler, oven, tungku, pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari
dapat mengalami tekanan panas. Selama aktivitas pada lingkungan panas tersebut,
tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas
lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari
bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu pengaturan
suhu. Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat keseimbangan di antara panas
yang dihasilkan dari metabolism tubuh dan pertukaran panas di antara tubuh dan
lingkungan sekitarnya.
Produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan,
gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dan lain-lain.
Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh
dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi, panas radiasi,
dan panas penguapan (Tarwaka dkk, 2004).
Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang agar dapat bekerja
secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara 24°C-26°C bagi orang Indonesia.
Orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya
sekitar 29°C-30°C dengan kelembaban 85%-95%. Aklimatisasi terhadap panas
berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu minggu
pertama berada di tempat kerja. Setelah satu minggu pertama berada di tempat panas,
tenaga kerja mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas, hal ini tergantung dari
aklimatisasi setiap individu yang dilihat dari beban kerja sehingga diperlukan variasi
2.1.3 Fisiologi Pertukaran Panas Tubuh
Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas menurut Suma’mur (2009)
sebagai berikut :
1. Konduksi
Konduksi adalah pertukaran panas antar tubuh dengan benda-benda sekitar
melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konduksi dapat menghilangkan
panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya, dan dapat
menambah panas kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh.
2. Konveksi
Konveksi adalah pertukaran panas dari tubuh dan lingkungan melalui kontak
udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi
melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan
tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan
besarnya peran dalm pertukaran panas antar tubuh dengan lingkungan. Konveksi
dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh.
3. Radiasi
Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memncarkan gelobang panas.
Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas
lewat mekanisme radiasi.
4. Penguapan
Manusia dapat berkeringat dengan penguapan dipermukaan kulit atau melalui
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas
Menurut Tarwaka, dkk (2004) faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh
tenaga kerja antara lain :
1. Umur
Daya tahan tubuh terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua.
Orang yang lebih tua akan lamban keluar keringatnya dibandingkan dengan orang
muda.
2. Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas antara laki-laki dan perempuan
untuk berkeringat secara cukup, dalam iklim panas tidak dapat beraklimatisasi secara
baik seperti laki-laki. Seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin dari pada suhu
panas. Hal tersebut disebabkan karena tubuh wanita mempunyai jaringan dengan
daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan dengan laki-laki.
3. Masa Kerja
Lamanya bekerja seseorang dari pertama bekerja hingga dilakukannya
penelitian pada sampel penelitian.
4. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya yang
ditandai dengan penurunan detak nadi dan suhu mulut atau suhu badan sebagai akibat
2.1.5 Pengukuran Suhu Udara Atmosfer
Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas, yaitu
adalah sebagai berikut (Suma’mur, 2009):
1. Suhu efektif, yaitu indeks sensoris tingkat panas (rasa panas) yang dialami oleh
seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu,
kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu efektif
ialah tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme tubuh. Untuk
penyempurnaan pemakaian suhu efektif dengan memperhatikan panas radiasi,
dibuat skala Suhu Efektif Yang Dikoreksi (Corrected Effektive Temperature
Scalle). Namun tetap saja ada kelemahan pada suhu efektif yaitu tidak
diperhitungkannya panas hasil metabolisme tubuh.
2. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISSB) (Wet Bulb-Globe Temperature Index),
dengan rumus-rumus sebagai berikut:
ISBB = 0,7 X suhu basah + 0,2 X suhu radiasi + 0,1 suhu kering untuk
bekerja pada pekerjaan dengan adanya paparan sinar matahari).
ISBB = 0,7 X suhu basah + 0,3 suhu radiasi (untuk bekerja pada
pekerjaan tanpa disertai penyinaran sinar matahari).
ISBB adalah cara pengukuran yang paling sederhana karena tidak banyak
membutuhkan keterampilan cara atau metode yang tidak sulit dan besarnya
tekanan panas dapat diukur dengan cepat.
Nilai Ambang Batas untuk Indeks Suhu Basah dan Bola tekanan panas
keputusan nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
Menurut Tarwaka (2010) peralatan modern yang digunakan untuk
mengukur ISBB adalah Area Heat Monitor. Dimana alat tersebut dioperasikan
secara digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi dan
ISBB atau WBGT in dan WBGT out yang hasilnya tinggal membaca pada alat
dengan menekan tombol operasional dalam satuan 0C atau 0F. pada waktu pengukuran alat ditempatkan sekitar sumber panas dimana pekerja melakukan
pekerjaannya.
3. Prediksi kecepatan keluar keringat selama 4 jam (predicted – 4 – hour sweat rate
disingkat P4SR), yaitu banyaknya prediksi keringat keluar selama 4 jam sebagai
akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara serta panas
radiasi. Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi untuk bekerja dengan berpakaian
4. Indeks Belding-Hacth, yaitu kemampuan berkeringat orang standar yaitu orang
muda dengan tinggi 170 cm dan berat badan 154 pon, dalam keadaan sehat
memiliki kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap iklim kerja panas.
Dalam lingkungan panas , efek pendinginan penguapan keringat adalah
mekanisme terpenting untuk mempertahankan keseimbangan termis badan. Maka
dari itu, Belding dan Hacth mendasarkan indeksnya atas perbandingan
banyaknya keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan kapasitas
maksimal tubuh untuk berkeringat untuk menentukan indeks tersebut, diperlukan
pengukuran suhu kering dan suhu basah, suhu bola, kecepatan aliran udara, dan
produksi panas sebagai akibat kegiatan melakukan pekerjaan. Namun Indeks
Belding-Hacth mempunyai kelemahan yaitu:
Dalam perusahaan dan terutama bagi bangsa (ras) yang berbeda, pengertian
orang standar tidak bisa berlaku untuk keseluruhan.
Indeks didasarkan atas percobaan orang tanpa pakaian, sedangkan tenaga
kerja melakukan pekerjaannya dengan berpakaian. Untuk itu, perlu koreksi
sekitar 40% terhadap Indeks Belding-Hacth, jika digunakan untuk
orang-orang yang berkerja.
2.1.6 Gangguan Kesehatan Akibat Tekanan Panas
Pekerjaan yang berisiko tinggi menimbulkan gangguan kesehatan dan
gangguan kesehatan. Penyakit dan gangguan akibat pajanan lingkungan panas
sebagai berikut (Harrianto, 2013) :
1. Kelainan Kulit :
a. Heat edema. Biasanya terjadi pada Para pekerja yang baru bekerja di
lingkungan yang panas tanpa melaksanakan periode aklimatisasi. Paling
sering terlihat di pergelangan kaki. Kembali menjadi normal secara spontan
setelah 1 atau 2 hari berada di lingkungan yang lebih dingin.
b. Erythema igne. Nodul-nodul hyperkeratosis yang berlanjut pada luka bakar.
c. Intertrigo rash. Eritema disekitar ketiak, lipatan siku, lutut dan leher akibat
keringat yang berlebihan.
d. Heat rash (miliaria). Obstruksi saluran kelenjar keringat,sehingga terjadi
retensi keringat yang mengakibatkan timbulnya warna kemerahan dan
papel-papel kecil di permukaan kulit.
2. Heat Cramps. Rasa nyeri tajam di otot yang dapat terjadi sendiri atau
bersama-sama dengan kelainan akibat pajanan lingkungan panas yang lain. Hal ini
diakibatkan oleh kegagalan tubuh mengganti kehilangan NaCl yang hilang
bersama keringat. Heat cramps sering kali terjadi bila banyak minum tanpa
disertai suplementasi NaCl. Paling sering terjadi pada otot-otot fleksor tangan
dan kaki untuk beberapa menit atau jam.
3. Heat Exhaustion. Heat exhaustion diakibatkan oleh kegagalan tubuh untuk
beradaptasi, karena darah mengalir secara serentak ke permukaan kulit akibat
keringat yang berlebihan, rasa lemah, pusing, penglihatan gelap, rasa sangat
haus, mual, muntah, diare, kram otot, kesemutan, palpitasi, dan kesukaran
bernapas. Penyakit ini akan sembuh setelah beristirahat di tempat yang dingin
dan rehidrasi serta restorasi cairan elektrolit yang cukup.
4. Heat Syncope. Kesadaran menurun secara mendadak akibat kehilangan cairan
yang berlebihan oleh pengeluran keringat dan terjadinya hipotensi serebri, yaitu
insufisiensi aliran darah ke otak untuk sementara pada saat berdiri, akibat
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah kulit secara serentak sehingga darah
menumpuk di tungkai. Biasanya terjadi pada para pekerja yang tidak
melaksanakan periode aklimatisasi. Penyakit ini akan sembuh setelah beristirahat
di tempat yang dingin dan rehidrasi serta restorasi cairan elektrolit yang cukup.
5. Heat Stroke dan Hiperpireksia. Meningkatnya suhu tubuh merupakan gangguan
kesehatan akibat bekerja di lingkungan panas yang paling serius. Gejalanya yaitu
kulit memerah, kering karena tubuh tidak mampu lagi menghasilkan keringat,
suhu tubuh mungkin lebih dari 41oC, lemah, sakit kepala, rasa berputar, nadi cepat, kadang-kadang timbul kejang, kesadaran menurun sampai koma. Gejala
hiperpereksia hampir sama dengan heat stroke, tetapi pada hiperpereksia, kulit
masih terasa agak basah. Kedua kondisi ini memerlukan pertolongan secepatnya,
yaitu dengan membuka semua pakaian, menyemprot tubuh korban dengan air
dingin, mendinginkan suhu tubuh, dan meningkatkan proses evaporasi dengan
kipas angin, serta membawa korban sesegera mungkin kerumah sakit. Heat sroke
kondisi tubuh yang kurang fit, atau adanya gejala demam dan diare yang
meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya kondisi ini.
2.1.7 Pengendalian Pajanan Lingkungan Panas
Resiko gangguan kesehatan akibat bekerja di lingkungan panas yang terlalu
tinggi dapat dikurangi dengan cara (Harrianto, 2013) :
1. Pengendalian administratif
a. Periode aklimasi yang cukup sebelum melaksanakan beban kerja yang penuh
b. Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat yang pendek
tetapi sering dan rotasi pekerja yang memadai
c. Ruangan dengan penyejuk udara (AC) perlu disediakan untuk memberikan
efek pendinginan pada para pekerja waktu istirahat
d. Penyediaan air minum yang cukup
2. Pengendalian teknik. Pengendalian teknik merupakan usaha yang paling efektif
untuk mengurangi pajanan lingkungan panas yang berlebihan, yaitu dengan cara:
a. Mengurangi produksi panas metabolik tubuh
b. Automatisasi dan mekanisasi beban tugas akan meminimalisasi kebutuhan
kerja fisik para pekerja
c. Mengurangi penyebaran panas radiasi dari permukaan benda-benda yang
panas, dengan cara sebagai berikut:
Isolasi/penyekat. Melapisi permukaan benda-benda yang panas dengan
Perisai. Dua jenis perisai panas radiasi yang dapat digunakan yaitu
dengan baja tahan karat, aluminium, atau benda logam lainnya yang
berwarna putih, sehingga akan memantulkan panas kembali ke
sumbernya, atau perisai absorben, misalnya jas pendingin yang dibuat
dari alumenium yang permukaannya berwarna hitam dapat
mengabsorpsi dan membuang panas
Remote control
d. Mengurangi bertambahnya panas konveksi. Kipas angin untuk
meningkatkan kecepatan gerak udara di ruang kerja yang panas
e. Mengurangi kelembapan. AC, peralatan penarik kelembaban dan upaya lain
untuk mengeliminasi uap panas sehingga dapat mengurangi kelembaban di
lingkungan tempat kerja
3. Alat pelindung diri
a. Untuk berkerja di tempat kerja yang panas dan lembap, perlu disediakan
baju yang tipis dan berwarna terang sehingga pengeluaran panas tubuh
dengan proses evaporasi keringat menjadi lebih efisien
b. Kacamata yang dapat menyerap panas radiasi bila bekerja dekat dengan
benda-benda yang sangat panas, misalnya cairan logam atau oven yang
2.2 Tekanan Darah
2.2.1 Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi
atau sistem vascular terhadap dinding pembuluh darah (Joyce dkk, 2008). Tekanan
darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Tekanan darah dipengaruhi
oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih
rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari berbeda, paling tinggi di
waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Joyce dkk, 2008).
Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai suatu titik
dimana denyut dapat dirasakan, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan diatas
arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi janyung atau denyut arteri
dengan jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai menghasilkan perbedaan
tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50
mmHg (Hull, 1986).
2.2.2 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah
Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung
oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh
melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar
bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah lebih kecil hingga berukuran
mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari
pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke
dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah, yang sudah tidak beroksigen
kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan di pompa kembali ke
paru-paru untuk mengambil oksigen lagi. Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi
untuk memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal
sebagai tekanan sistolik. Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya,
dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan
sistolik dan diastolik ini diukur ketika Anda memeriksakan tekanan darah (Dian,
2011).
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu:
1. Olahraga
Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang
akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan,
sedangkan pada bagian-bagian yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi
vasokonstriksi, misal, traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan
mempengaruhi tekanan darah (Ridjab, 2005).
2. Emosi
3. Stress
4. Umur
Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia.
diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi (Vita,
2004). Semakin tua seseorang tekanan sistoliknya akan semakin tinggi.
5. Jenis Kelamin
Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih
rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih
meningkat (Vita, 2004).
6. Obesitas
Jika mempunyai ukuran tubuh yang termasuk kedalam katagori obesitas yaitu
dengan nilai IMT lebih dari 27,5 maka memungkinkan terjadinya peningkatan
tekanan darah.
7. Minum Alkohol
Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan
menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Vita,2004).
8. Merokok
Pada keadaan merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh akan
mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi
supaya darah dapat mengalir ke bagian tubuh dengan jumlah yang tetap (Vita, 2004).
Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan darah pada
9. Faktor Eksternal
Selain faktor dari pribadi, ada juga faktor yang mempengaruhi perubahan
tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Faktor tersebut adalah faktor yang
berasal dari lingkungan, khususnya lingkungan kerja, seperti:
Tekanan panas
Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan
keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah tepi dan pembuluh
darah dalam yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah,
sehingga beban kardiovaskular bertambah (Suma’mur, 2009).
Kebisingan
Efek kebisingan terlihat dari persyarafan otonom yang ditandai dengan
kenaikan tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah
kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan.
Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan
menambah stress (Dian, 2011).
Masa kerja
Semakin lama masa kerja dapat dikatakan semakin tinggi pula
kemampuan kerja yang dimiliki, semakin efesien badan dan jiwa bekerja,
sehingga beban kerja relatif sedikit. Lamanya bekerja seseorang dari pertama
bekerja hingga dilakukannya penelitian pada sampel penelitian, baik dari hari ke
Lama paparan
Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk
memelihara keseimbangan panas. Selanjutnya apabila pemaparan terhadap panas
terus berlanjut, maka resiko terjadinya gangguan kesehatan juga akan meningkat
(Dian, 2011).
Beban kerja
Menurut Meskahati dalam Tarwaka 2010, dapat didefenisikan sebagai
suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan
pekerjaan yang harus dihadapi.
2.2.4 Penggolongan Tekanan darah
1. Tekanan darah normal
Tekanan darah normal bila tekanan sistolik menunjukkan kurang dari 140
mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg (Guyton dkk, 2008). Menurut WHO –
ISH 1999 tekanan darah normal adalah <130/85 mmHg sedangkan tekanan darah
optimal <120/80 mmHg.
2. Tekanan darah rendah
Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah rendah bila tekanan darah untuk
yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg, tekanan darah sistolik kurang dari 100
3. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah untuk yang normal tetap diatas 100/90 mmHg, tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg (Watson, 2002). Tekanan
darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.
Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada
nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolik pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah
pada orang dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan
darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer dkk, 2001). Menurut WHO, tekanan
darah normal orang Indonesia adalah 120/80 mmHg.
2.2.5 Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya diukur secara tak langsung dengan
sphygmomanometer air raksa atau alat noninvasive lainnya pada posisi duduk atau
terlentang. Ketepatan alat yang bukan air raksa harus dibandingkan dengan
sfigmomanometer air raksa secara bersamaan dan hal ini (kalibrasi) dilakukan secara
berkala. Pada saat mengukur tekanan darah, perhatian utama harus ditujukan pada
hal-hal berikut:
1. Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit diruang yang tenang
2. Ukuran manset lebar 12-13 cm serta sepanjang 35 cm, ukuran lebih kecil pada
anak-anak dan lebih besar pada penderita gemuk (ukuran sekitar 2/3 lengan)
3. Diperiksa pada fosa kubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar iga IV)
5. Tekanan darah dinaikkan sampai sampai 30 mmHg diatas tekanan sistolik
(palpasi), kemudian diturunkan 2 mmHg/detik dan dimonitor dengan stetoskop
diatas a brakhialis
6. Tekanan sistolik adalah tekanan pada saat terdengar suara Korotkoff I sedangkan
tekanan diastolik pada saat Korotkoff V menghilang. Bila suara terdengar,
dipakai patokan Korotkoff IV
7. Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama bila terdapat
penyakit pembuluh darah perifer
8. Perlu pengukuran pada posisi duduk/ terlentang dan berdiri untuk mengetahui
ada tidaknya hipotensi postural terutama pada orang tua, diabetes mellitus dan
keadaan lain yang menimbulkan hal tersebut (pemberian penyekat alfa).
Alat pengukuran lain dengan aneroid atau digital (semi-otomatik atau otomatik)
yang kurang tepat dan harus dikalibrasi secara periodik terhadap sphygmomanometer
air raksa. Beberapa mesin otomatik dipakai untuk mengukur tekanan darah selama
24-72 jam yang biasanya yang menggunakan cara osilometrik. Digunakan pula alat
yang dijepitkan pada ujung jari untuk monitor selama operasi atau keadaan lain dalam
posisi penderita duduk atau telentang (Soesetyo, 2003).
Terdapat alat semi-otomatis dan otomatis untuk mengukur tekanan darah
selama 24 jam atau lebih. Indikasi pemeriksaan tersebut (ABPM = Ambulatory Blood
Monitoring) ialah sebagai berikut:
1. Adanya variasi tekanan darah yang tidak seperti biasanya pada kunjungan hari
2. Office hypertension pada penderita dengan resiko kardiovaskuler rendah
3. Gejala menunjukkan adanya episode hipotensi
4. Hipertensi yang resisten terhadap pengobatan
Keterbatasan cara pengukuran tekanan darah ambulatory tersebut adalah:
1. Data mengenai nilai prognostik pengukuran tekanan darah dengan cara ini
terbatas
2. Pengukuran tekanan darah ambulatory lebih rendah daripada pengukuran di
klinik/praktek. Pengukuran tekanan darah ambulatory sebesar 125/80 mmHg
setara dengan pengukuran tekanan darah di praktek/klinik 140/90 mmHg
3. Alat yang digunakan harus dicek untuk ketepatan dan penampilannya secara
berkala (dikalibrasi). Dihindarkan penggunaan alat dengan mengukur tekanan
darah pada jari dan tangan dibawah siku
Keuntungan cara pengukuran ini:
1. Pengukuran dapat dilakukan lebih sering dengan keadaan yang mendekati
kehidupan sehari-hari
2. Memperbaiki persepsi penderita terhadap hipertensi dan memperbaiki kepatuhan
terhadap pengobatan
3. Mungkin berguna untuk menilai efektifitas pengobatan. Penelitian menunjukkan
bahwa kerusakan organ target lebih erat berhubungan dengan tekanan darah 24
jam dibandingkan tekanan darah di praktek/klinik. Demikian pula kerusakan
organ target
2.3 Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah
Akibat suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan meningkat. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah tepi dan pembuluh darah
dalam. Suma’mur (2009) juga menyatakan bahwa pada lingkungan kerja panas, tubuh
mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran
pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh darah dalam yang disertai
meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, faktor penyebab tekanan darah
meningkat antara lain olahraga, umur, jenis kelamin, emosi, stress, obesitas,
konsumsi alkohol, merokok, masa kerja, lama paparan serta beban kerja, sehingga
beban kardiovaskular bertambah dan curah jantung meningkat.
Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat
strain. Heat strain atau tegangan panas akan merupakan efek yang diterima tubuh
atas beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004). Indikator heat strain adalah
peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan berat
badan (Wignjosoebroto, 2009).
2.4 Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan
sebelumnya, maka dapat dikembangkan kerangka konsep sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 ditetapkan bahwa setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pekerjaan dan penghidupan yang layak mengandung pengertian bahwa pekerjaan
sesungguhnya merupakan suatu hak manusia yang mendasar dan memungkinkan
seseorang untuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam kondisi yang sehat, selamat
bebas dari segala resiko akibat kerja, kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 mengenai kesehatan
kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Untuk itu pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib
menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.
Banyaknya penduduk di suatu daerah akan berakibat pada banyaknya pusat
perbelanjaan yang akan dibangun di daerah tersebut. Salah satu kota besar yang
memilki banyak pusat perbelanjaan adalah kota Medan. Kota Medan merupakan
ibukota Sumatera Utara yang menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia. Dalam 2
tahun terakhir sudah berdiri kurang lebih 4 plaza baru yang meramaikan pusat
menggunakan lahan yang tersedia dengan sebaik mungkin. Bangunan-bangunan
tersebut biasanya dibangun bertingkat. Hal ini tidak menutup kemungkinan
dibangunnya ruang di bawah tanah atau yang biasa disebut dengan basement.
Kegunaan basement inipun sangat beragam namun lahan basement sendiri biasanya
lebih banyak dipakai sebagai lahan parkir.
Ketersediaan lahan parkir juga pastinya didukung oleh fasilitas yang
mendukung dari pihak perusahaan seperti contohnya pekerja perparkiran khususnya
di basement. Banyak dari perusahaan yang kurang memperhatikan kondisi fisik
lingkungan kerja dengan pekerja perparkiran. Padahal basement sendiri tidak
mempunyai cukup ventilasi sebagai ruang pertukaran udara. Kemudian dengan
adanya mobil dan motor yang diparkirkan di basement ini mengakibatkan
peningkatan suhu pada basement.
Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Ketidaknyamanan dapat menjadi sebuah gangguan atau bahkan akan menimbulkan
efek-efek psikologis ataupun salah satu nyeri fisiologis tergantung pada level dari
proses pertukaran panasnya. Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan
fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia, menurut Grandjean
(1986) kondisi panas sekeliling yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan
kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja
(Nurmianto, 2004).
memperpanjang waktu reaksi dan memperlambat waktu pengambilan keputusan,
mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi saraf perasa dan
motoris, serta memudahkan emosi untuk dirangsang. Bekerja pada lingkungan kerja
bersuhu tinggi dapat membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
sehingga untuk bekerja pada lingkungan dengan keadaan temperatur demikian perlu
upaya penyesuaian waktu kerja dan penyelenggaraan perlindungan yang tepat kepada
tenaga kerja yang bersangkutan (Suma’mur, 2009). Pekerjaan yang berisiko tinggi
menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat pajanan lingkungan yang
terlalu panas dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti kelainan kulit, heat
rash, heat exhaustion, heat syncope, heat stroke dan hiperpereksia (Ridwan, 2009).
Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan
gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas sendiri dapat berasal dari mesin atau alat
produksi, iklim, dan kerja otot manusia. Tekanan panas dapat mempengaruhi salah
satu fungsi tubuh manusia, seperti: tekanan darah, kecepatan denyut jantung ataupun
nadi, ketahanan fisik, dan daya konsentrasi. Suhu lingkungan kerja yang meningkat
maupun menurun dapat mempengaruhi penurunan maupun peningkatan tekanan
darah pada pekerja (Suma’mur, 2009).
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi
atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah (Joyce dkk, 2008). Tekanan
darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas fisik,
jika tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg akan memiliki faktor risiko penyakit
jantung (Hawon dkk, 2002).
Menurut Santoso dalam Agustin (2011) iklim kerja panas atau tekanan panas
dapat mengakibatkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan
pekerjaan fisik, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa
oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu harus membawa panas
dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan
bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini,
maka frekuensi denyut nadi pun akan semakin banyak lagi atau meningkat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dian Pitaloka (2011) dengan judul
“Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Pada Karyawan di Unit
Fermentasi PT.Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar”. Didapati
hasil penilitian ini berupa tekanan panas dengan nilai tertinggi sebesar 30,9 0C, nilai tersebut melebihi NAB yang diperkenankan yaitu 30,6 0C dan pada tekanan darah
normal didapati berjumlah 8 orang sedangkan 12 orang karyawan dinyatakan
mengalami peningkatan tekanan darah. Dari hasil statistik dapat diambil kesimpulan
bahwa ada hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada karyawan di unit
fermentasi PT.Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Hal ini
mempunyai arti bahwa semakin tinggi tekanan panas, maka semakin tinggi pula
tekanan darah pada karyawan.
Salah satu plaza yang baru saja berdiri di kota Medan sendiri adalah Center
di tengah-tengah kota. Bangunan yang megah dan fasilitas yang tersedia di plaza ini
menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat menengah keatas untuk berbelanja di
plaza tersebut. Kebanyakan dari pengunjung Plaza Center Point memiliki kendaraan
pribadi. Kendaraan pribadi tersebut tentunya diparkirkan di tempat parkir yang sudah
di sediakan oleh pihak perusahaan. Salah satu lahan parkir yang di sediakan oleh
pihak perusahaan terletak pada basement gedung tersebut.
Basement Center Point ini dibangun satu ruangan dengan 2 lantai. Luas pada
lantai dasar bangunan kurang lebih 18.000 meter2 dengan kapasitas 150 mobil sedangkan pada lantai atas memiliki luas kurang lebih 20.000 meter2 dengan
kapasitas 350 mobil. Pada akhir pekan, biasanya jumlah kendaraan yang diparkirkan
di basement ini bisa mencapai 400 lebih kendaraan. Namun juga tidak menutup
kemungkinan jumlah mobil yang dipakirkan dapat lebih dari jumlah lot yang
disediakan oleh pihak plaza. Semakin banyak kendaraan yang di parkirkan di
basement tersebut maka semakin panas juga suhu didalam basement tersebut. Belum
lagi pada basement tersebut terdapat mesin-mesin yang menghasilkan sumber panas
seperti mesin AC. Tidak adanya ventilasi juga semakin mempengaruhi suhu di
lingkungan kerja basement ini. Berdasarkan kondisi basement tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pekerja parkir di basement Plaza Center Point tersebut mengalami
pertukaran panas tubuh melalui keempat proses yaitu konduksi pertukaran panas
tubuh dengan benda-benda sekitar seperti mesin pada mobil, konveksi pertukaran
panas melalui udara sekitar (dapat diakibatkan karena kurangnya ventilasi) evaporasi
Pekerja perpakiran kendaraan bermotor yang bekerja di basement Plaza
Center Point ini juga beraneka ragam. Mereka umumnya sudah bekerja selama 1
bulan hingga 1 tahun. Mereka dibagi menjadi 3 shift kerja yaitu shift kerja pagi
bekerja pukul 07.00 WIB - pukul 15.00 WIB, middle shift bekerja pukul 10.00 WIB -
pukul 18.00 WIB dan shift sore bekerja pukul 15.00 WIB - pukul 23.00 WIB.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada pekerja parkir mobil
dan motor di basement Plaza Center Point di kota Medan. Ketika sampai di basement
parkiran terjadi peningkatan keringat pada peneliti, dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa tekanan suhu di basement tersebut cukup tinggi. Kemudian
peneliti mengemukakan beberapa pertanyaan. Dari pertanyaan tersebut, mereka
mengaku sering mengalami pusing, berkunang-kunang, cepat merasa lelah, cepat
merasa haus dan tidak nyaman. Gejala tersebut sering dirasakan khususnya pada saat
ramai pengunjung yaitu di hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Dari informasi yang
didapatkan dari pihak pengelola perparkiran di basement Plaza Center Point ini,
jumlah kendaraan yang biasa diparkirkan pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu bisa
mencapai 400 lebih kendaraan setiap jamnya. Hal ini akan konstan terjadi khusunya
pada pukul 10.00 WIB hingga 18.00 WIB yaitu di jam kerja middle shift.
Pihak perusahaan telah menyediakan air minum galon yang diletakkan di
kantor yang terletak di pojok basement ini. Namun pekerja parkir sendiri lebih sering
untuk membeli minuman dingin di warung dekat plaza ini berdiri ketimbang untuk
mengambil minum di kantor mereka, dengan alasan karena air minum galon yang
Dari survey awal yang dilakukan dapat disimpulkan pekerja parkir di
basement ini bekerja pada suhu yang tidak nyaman yaitu suhu yang melebihi nilai
ambang yang telah ditetapkan. Namun demi keakuratan data, peneliti berkeinginan
untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai suhu yang terdapat di basement
tersebut. Peneliti juga ingin mengetahui apakah ada Hubungan antara Tekanan Panas
dengan Tekanan Darah pada pekerja perparkiran kendaraan bermotor di Plaza Center
Point Medan 2015.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan diteliti adalah adanya hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada
pekerja perparkiran kendaraan bermotor di basement Plaza Center Point Medan 2015.
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan
antara tekanan panas dengan tekanan darah pada pekerja perparkiran kendaraan
bermotor di basement Plaza Center Point Medan 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tekanan panas di parkiran basement Plaza Center Point
Medan 2015.
2. Untuk mengetahui tekanan darah para pekerja perparkiran kendaraan