• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Serangga (Khususnya Parasitoid) Pada Pertanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Serangga (Khususnya Parasitoid) Pada Pertanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN TUGAS AKHIR

KEANEKARAGAMAN SERANGGA (KHUSUSNYA

PARASITOID) PADA PERTANAMAN CABAI

(

Capsicum annuum

L.) DI DESA TAMAN SARI,

KECAMATAN TAMAN SARI, KABUPATEN BOGOR

YUNI SARIANTI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Serangga (Khususnya Parasitoid) pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.) di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015 Yuni Sarianti NIM A34110034

(3)

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

(4)

ABSTRAK

YUNI SARIANTI. Keanekaragaman Serangga (Khususnya Parasitoid) pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.) di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NINA MARYANA.

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu permasalahan yang sering terjadi ialah keberadaan hama dan penyakit. Pengetahuan mengenai hama dan musuh alami di lapangan sangat dibutuhkan untuk mengetahui cara pengendalian yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga (khususnya parasitoid) pada pertanaman cabai di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan di dalam pertanaman dan di sekeliling pertanaman. Pengambilan serangga dilakukan dengan menggunakan jaring serangga, selanjutnya dilakukan sortasi dengan menggunakan separator. Serangga hasil koleksi diidentifikasi hingga tingkat famili. Jumlah serangga yang berhasil dikoleksi sebanyak 1690 individu yang terdiri atas 8 ordo. Sebanyak 279 individu parasitoid berhasil dikoleksi, terdiri atas 15 famili, 11 famili di dalam pertanaman dan 15 famili di sekeliling pertanaman. Keanekaragaman serangga tertinggi ditemukan pada sekeliling pertanaman.

(5)

ABSTRACT

YUNI SARIANTI. Insect diversity (specially parasitoid) in Chili (Capsicum annuum L.) Cultivation at Taman Sari Village, Taman Sari Subdistric, Bogor Regency. Supervised by NINA MARYANA.

Chili (Capsicum annuum L.) is an Indonesia’s famous vegetable that has a high economic value. One of the problems on chili cultivation is the presence of pests and diseases. Information about the natural enemies is necessary to control the pests. Therefore, this research aims to get information about the diversity of insect specially parasitoids that were found in chili cultivation at Taman Sari village, Bogor. The sampels were observed and colected within and surrounding the cultivation. The insects were collected with insect net, sortation were done by using separator. Insect identification were done until family level. The insects found in this research were 1690 individuals consist of 8 orders. There were 279 individuals of parasitoid collected during the research that consist of 15 families, 11 families within the cultivation and 15 families surrounding the cultivation. There were differencess of herbivore and parasitoid between the plant within and surrounding the cultivation. The highest diversity was found at surrounding the cultivation.

(6)

YUNI SARIANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

KEANEKARAGAMAN SERANGGA (KHUSUSNYA

PARASITOID) PADA PERTANAMAN CABAI

(

Capsicum annuum

L.) DI DESA TAMAN SARI,

KECAMATAN TAMAN SARI, KABUPATEN BOGOR

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Keanekaragaman Serangga (Khususnya Parasitoid) pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.) di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor”. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sajana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Nina Maryana MSi. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah banyak memberikan berbagai macam bantuan baik berupa pikiran, materi, dan hal lainnya. Terima kasih penulis haturkan kepada Dr. Ir. Dadan Hindayana selaku dosen pembimbing akademi yang telah memberikan arahan kepada penulis selama masa pendidikan di IPB. Kepada seluruh dosen dan pegawai Departemen Proteksi Tanaman, keluarga tercinta ibu (Suratinem SE), bapak (Marhasan SE) adik (Rizky Firman Syah) terima kasih untuk kasih sayang, dukungan baik moral maupun materil. Terima kasih juga penulis sampaikan untuk Ibu Aisyah, Mbak Atiek, Sri Ningsih, Gita Cempaka, Ikbal Aviansyah, Betari Safitri, Herry M Saputra SP, Ciptadi A Yusup SP, Yani Maryani SP MSi, dan semua keluarga besar Laboratorium Biosistematika Serangga. Kepada sahabat terbaik Dhony Pratama, S.Pt dan Zuhriansyah Tanjung, S.Pt atas bantuan, dukungan, dan nasehatnya penulis juga ucapkan terima kasih.

Rasa terima kasih penulis sampaikan untuk teman-teman Proteksi Tanaman IPB angkatan 48 khususnya Safira Maulidina, Irham Rizqi, Annisa Puspadini SP, untuk kebersamaan, dukungan moril dan semangat yang dibagi besama. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat sekaligus keluarga Tridara (Vyatra Pratiwi SE, Atika Hermanda, Febiana, Yusrifa Akhita, Dinda Lestari SP) atas kebersamaan dan semangat yang diberikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Tempat dan Waktu 3

Alat dan Bahan 3

Jaring Serangga 3

Separator 3

Metode Penelitian 4

Penentuan Plot Pengambilan Sampel 4

Pengambilan Sampel Serangga 5

Pengamatan Populasi Kutudaun 5

Sortasi dan Identifikasi Serangga 6

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Keadaan Pertanaman 7

Serangga Hasil Koleksi 7

Populasi Kutudaun 8

Serangga Ordo Hymenoptera Parasitoid 10

Indeks Keanekaragaman Jenis Parasitoid 13

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah famili dan individu serangga yang dikoleksi selama penelitian

7 2 Famili parasitoid Ordo Hymenoptera yang dikoleksi dari dalam

pertanaman dan dari sekeliling pertanaman cabai

10 3 Jumlah individu (N), jumlah famili (F), indeks keanekaragaman

Shannon (H’), dan sebaran keanekaragaman (E) parasitoid di dalam pertanaman dan di sekeliling pertanaman cabai

13

DAFTAR GAMBAR

1 Jaring serangga 3

2 Separator yang digunakan dalam penelitian 4

3 Jenis gulma yang terdapat di sekitar lahan pertanaman 4 4 Plot pengambilan sampel pada pertanaman cabai 5 5 Fluktuasi populasi kutudaun pada tanaman cabai 9 6 Gejala tanaman cabai yang terinfeksi patogen 9

7 Brachycaudus helichrysi 10

8 Serangga parasitoid yang banyak ditemukan selama penelitian 11 9 Serangga parasitoid yang hanya ditemukan di sekeliling

pertanaman selama penelitian

11 10 Jumlah parasitoid yang dikoleksi dari dalam dan dari sekeliling

pertanaman cabai

12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pertanaman cabai yang bersebelahan dengan gulma 18 2 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 1 19 3 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 2 19 4 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 3 20 5 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 4 20 6 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 5 21 7 Pertanaman cabai berumur 12 MSP (minggu setelah panen)

rusak karena serangan patogen

22 8 Famili Parasitoid yang berhasil dikoleksi selama penelitian 23 9 Indeks keanekaragaman dan sebaran Shannon pada pertanaman

cabai

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi sebagai sayuran untuk dikembangkan karena peranannya baik untuk memenuhi konsumsi nasional. Cabai termasuk dalam Famili Solanaceae yang memiliki banyak manfaat dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Buah cabai dapat dikonsumsi segar atau menjadi campuran dalam bumbu masak, selain itu juga dapat diawetkan misalnya dalam bentuk acar, saus, tepung cabai, dan buah kering (Setiawati et al. 2007). Rasa pedas yang dihasilkan oleh cabai menjadikan buah ini digemari oleh masyarakat. Kebutuhan masyarakat terhadap cabai terus meningkat dari tahun ke tahun. Total produksi tanaman cabai Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 sebanyak 253 296 ton, hasil tersebut jauh berbeda dari tahun sebelumnya yakni 250 914 ton, atau meningkat sebanyak 2 382 ton. Peningkatan produksi tersebut masih dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan cabai dalam negeri, hal ini dapat dilihat dari besarnya tingkat fluktuasi harga cabai yang terjadi saat menjelang hari raya atau peringatan hari besar lainnya (BPS 2014).

Upaya peningkatan produksi tanaman cabai sering menemui kendala, salah satu kendala yang sering dihadapi yakni keberadaan organisme penganggu tanaman (OPT). OPT yang menyerang dapat berupa hama dan patogen. Beberapa hama yang menyerang antara lain lalat buah Bactrocera spp., (Diptera: Tephritidae), Thrips tabaci Lindeman (Thysanoptera: Thripidae), Aphis gossypii Glover (Hemiptera: Aphididae) (Widodo et al. 2010). Selain hama, beberapa patogen yang sering menginfeksi tanaman cabai adalah Phytophthora spp. (busuk buah) dan Colletotrichun capsici (Syd.) E.J. Butler & Bisby (busuk buah antraknosa) (Semangun 2000).

Tingginya populasi hama dan serangan patogen di lahan menjadi salah satu alasan dilakukannya pengendalian. Pengendalian yang biasa dilakukan antara lain pengendalian fisik-mekanik, hayati, dan kimia. Pengendalian hayati dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yang dapat berupa parasitoid, predator, dan patogen. Tingginya populasi parasitoid di lapangan berpengaruh terhadap tingkat parasitisasi dan penurunan jumlah hama, sehingga semakin tinggi kerapatan populasi parsitoid menjadikan parasitoid sebagai agen hayati lebih efektif (Hueppelsheuser 2000). Dalam penelitian Ulyshen et al. (2011), pola penyebaran inang dapat berguna dalam memprediksi habitat parasitoid. Lingkungan dengan ekosistem seimbang menjadi salah satu faktor tinggi atau rendahnya populasi parasitoid. Keberadaan musuh alami pada ekosistem pertanian, baik itu predator maupun parasitoid, memiliki peranan yang sangat penting khususnya dalam pengaturan populasi serangga hama (Altieri 1999)

(12)

2

dan serangga yang menguntungkan. Keanekaragaman serangga umumnya meningkat sejalan dengan meningkatnya keanekaragaman habitat pada suatu kawasan pertanian. Keanekaragaman tumbuhan akan membentuk struktur komunitas yang lebih kompleks, sehingga habitat suatu daerah mampu menyediakan berbagai sumberdaya seperti inang alternatif, sumber makanan, dan tempat berlindung (Yaherwandi 2005).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga (khususnya parasitoid) pada pertanaman cabai di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

(13)

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kampung Warung Loa, Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sortasi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015.

Alat dan Bahan Jaring Serangga (Insect net)

Jaring serangga yang digunakan merupakan jaring serangga yang sama dengan jaring serangga lainnya hanya terdapat beberapa modifikasi (Gambar 1). Modifikasi yang dilakukan terdapat pada bagian kain jaring. Kain jaring serangga menggunakan kain organdi tipis dengan ukuran lubang (mesh) 0.5 mm x 0.5 mm. Hal ini dimaksudkan untuk menangkap parasitoid yang ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dibandingkan serangga hama lainnya. Panjang tongkat 70 cm dengan diameter jaring 40 cm.

Gambar 1 Jaring serangga

Separator

Separator yang digunakan merupakan alat yang dirancang untuk memisahkan spesimen hidup dengan bahan lain seperti daun, ranting, atau benda lainnya. Separator biasanya mengandalkan cahaya, panas, atau kekeringan yang mendorong serangga untuk keluar dan meninggalkan bahan lainnya (Gambar 2).

Separator berbentuk kotak persegi panjang terdiri dari kerangka kawat dan kain hitam. Kerangka kawat berukuran panjang 26.5 cm, tinggi dan lebar sisi bagian depan 17.5 cm dan 18 cm, serta tinggi dan lebar sisi belakang 16 cm dan 16.5 cm. Kerangka kawat tersebut kemudian diberi kain hitam sebagai penutup. Pada bagian sisi depan, kain hitam agak panjang untuk memasukkan serangga hasil sweeping ke dalam separator. Bagian sisi belakang kain hitam terdapat lubang tempat meletakkan botol plastik berisi alkohol 70%. Separator diberi tali sepanjang 65 cm untuk mempermudah saat dibawa.

(14)

4

Gambar 2 Separator yang digunakan dalam penelitian

Metode Penelitian Penentuan Plot Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman cabai seluas 5000 m2 dengan panjang 100 m dan lebar 50 m, jumlah tanaman sekitar 8700 tanaman cabai. Jarak tanaman cabai yang digunakan ialah 70 cm x 70 cm. Tanaman cabai ditanam pada bedengan dengan menggunakan mulsa plastik berwarna hitam. Pengambilan sampel dilakukan saat tanaman cabai berumur 16 minggu setelah tanam (MST) atau saat berproduksi.

Pertanaman cabai yang diamati berdampingan dengan petak pertanaman singkong dan jagung. Di sekeliling pertanaman cabai ditumbuhi berbagai jenis gulma yang meliputi gulma berdaun lebar dan jenis rumput-rumputan (Lampiran 1). Beberapa jenis gulma yang dominan adalah Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, Lantana camara, Melastoma sp., dan Panicum maxima (Gambar 3).

Gambar 3 Jenis gulma yang terdapat di sekitar lahan pertanaman, (a) Ageratum conyzoides, (b) Chromolaena odorata, (c) Lantana camara, (d) Melastoma sp., (e) Panicum maxima

a

b

c

d

e

Tempat memasukkan

serangga

Botol plastik berisi alkohol

(15)

5 Pengambilan sampel serangga dilakukan di dalam pertanaman dan di sekeliling pertanaman. Sampel dari dalam pertanaman diambil dengan cara menentukan lima plot pengambilan sampel. Satu plot berada di tengah lahan, dan empat plot di empat pojok lahan (Gambar 4). Setiap plot pengambilan sampel di dalam pertanaman berukuran 3 m x 2 m. Sampel dari sekeliling pertanaman diambil dengan mengambil serangga dari plot sekeliling lahan pertanaman. Pada setiap pengamatan di sekeliling pertanaman, pengambilan sampel dilakukan dengan interval jarak 5 m, sehingga pada akhir pengamatan akan diperoleh data menyeluruh populasi serangga di sekeliling pertanaman.

Gambar 4 Plot pengambilan sampel pada pertanaman cabai

Pengambilan Sampel Serangga

Pengambilan sampel serangga dilakukan dengan menggunakan jaring serangga (insect net) dan separator. Pada setiap plot pengambilan sampel dilakukan 25 ayunan ganda. Setiap 5 ayunan ganda, serangga hasil tangkapan pada jaring dimasukkan ke dalam separator. Serangga di dalam separator akan masuk ke dalam botol yang telah berisi alkohol 70% yang terletak di ujung separator. Ayunan jaring dilakukan pada bagian atas, tengah dan bawah kanopi tanaman. Hal ini dimasudkan agar serangga yang terjaring merupakan serangga yang aktif terbang maupun serangga yang berada di tanaman. Serangga yang dikoleksi kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Pengambilan sampel serangga dilakukan sebanyak 12 kali dengan interval waktu 1 minggu.

Pengamatan Populasi Kutudaun

Selama penelitian, hama yang dominan ditemukan adalah kutudaun. Pengamatan populasi kutudaun dilakukan dengan menentukan 15 tanaman sampel pada setiap plot pengambilan sampel (Gambar 4). Populasi kutudaun dihitung dari 75 tanaman sampel meliputi nimfa dan imago. Pengamatan dilakukan sebanyak 7 kali dengan interval waktu 1 minggu. Dari setiap plot pengambilan sampel diambil sampel kutudaun untuk dibuat slide preparat dan diidentifikasi.

Plot di dalam pertanaman

(16)

6

Sortasi dan Identifikasi Serangga

Sortasi dan identifikasi serangga dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo dan compound. Identifikasi serangga dilakukan hingga tingkat famili, dengan mengacu pada kunci yang disusun oleh Borror et al (1996), Finnamore dan Brothers (1993), Gibson (1993), Masner (1993a, b, c), Ritchie (1993), Wahl dan Sharkey (1993), McAlpine et al. (1981), Tachi dan Mohamed (2002), dan Website www.bugguide.net yang dikelola oleh Department of Entomology Iowa State University (2015). Identifikasi kutudaun dilakukan dengan menggunakan kunci dari Blackman dan Eastop (2000).

Analisis Data

Khusus untuk serangga famili parasitoid, dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan sebarannya (Evenness) (Krebs 1985). Indeks keanekaragaman dihitung dengan rumus sebagai berikut,

�′ = − ∑ �� ����

=1

H’ merupakan indeks keanekaragaman jenis, dan pi merupakan proporsi dari famili populasi ke-i terhadap total jumlah contoh (n/N). Sebaran keanekaragaman Shannon dihitung dengan rumus sebagai berikut,

� =����′

(17)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Pertanaman

Lokasi pertanaman cabai yang diamati merupakan dataran tinggi dengan topografi lahan yang bergelombang (Lampiran 1). Wilayah berada di ketinggian 600 m dpl, dengan suhu rata-rata 25 °C hingga 32 °C.

Data BMKG 2015 menunjukkan curah hujan yang terjadi pada bulan Januari 2015 sebesar 354 mm dengan kelembapan 87%. Curah hujan yang terjadi mengalami kenaikan setiap bulannya, pada bulan Februari curah hujan sebesar 411 mm dengan kelembapan 88%, dan bulan Maret sebesar 494 mm dan kelembapan 85%. Curah hujan yang tinggi memengaruhi pertumbuhan tanaman cabai yang dibudi dayakan. Kondisi lahan dengan kelembapan yang tinggi dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan patogen yang ada di lahan pertanaman.

Serangga Hasil Koleksi

Jumlah serangga yang dikoleksi selama penelitian berjumlah 1690 individu yang terdiri dari 1096 di sekeliling pertanaman dan 594 di dalam pertanaman (Tabel 1). Jumlah individu serangga yang banyak tertangkap berasal dari Ordo Diptera (48.1%), Hemiptera (23.8%), dan Ordo Hymenoptera (17.0%).

Tabel 1 Jumlah famili dan individu serangga yang dikoleksi selama penelitian Ordo

Dalam pertanaman Sekeliling pertanaman

Total individu % individu Jumlah famili Jumlah individu Jumlah famili Jumlah individu

Coleoptera 4 31 2 35 66 3.9

Diptera 17 214 15 599 813 48.1

Hemiptera 8 180 6 222 402 23.8

Hymenoptera 14 100 17 186 286 17.0

Lepidoptera 1 1 1 1 2 0.1 Orthoptera 1 17 1 51 68 4.0 Odonata 0 0 1 2 2 0.1 Thysanoptera 1 51 0 0 51 3.0

Total 46 594 43 1096 1690 100

Jumlah famili yang diperoleh pada pengambilan di dalam pertanaman lebih banyak bila dibandingkan dengan pengambilan di sekeliling pertanaman. Hal ini disebabkan adanya beberapa famili serangga hama yang hanya terdapat di dalam pertanaman cabai, sebagai salah satu contohnya ialah trips. Serangga yang hanya terdapat di sekeliling pertanaman adalah capung (Odonata). Ordo Odonata yang didapat di sekitar pertanaman merupakan serangga predator yang sedang terbang bebas dan tertangkap oleh jaring, serangga ini biasanya terbang rendah untuk menangkap mangsa.

(18)

8

berbatasan langsung dengan pertanaman jagung. Serangga Ordo Orthoptera dikenal sebagai jenis serangga herbivor yang terdapat di lahan. Kondisi lahan yang berbatasan dengan lahan pertanaman menjadikan vegetasi gulma menjadi salah satu inang alternatifnya, sedangkan individu Ordo Orthoptera yang berada pada tengah pertanaman tidak menimbulkan kerusakan berarti.

Famili serangga Ordo Hemiptera lebih banyak ditemukan di dalam pertanaman (8 famili) bila dibandingkan dengan di sekeliling pertanaman (6 famili). Hal ini disebabkan serangga hama lebih cenderung menjadikan tanaman cabai sebagai inangnya. Meskipun jumlah famili di dalam pertanaman lebih banyak namun jumlah individu di sekeliling pertanaman lebih banyak dibandingkan dengan di dalam pertanaman. Hal ini disebabkan populasi tanaman gulma yang berada di sekeliling pertanaman dibiarkan tumbuh.

Gulma jenis Ageratum conyzoides memiliki ciri bunga berwarna ungu. Warna mencolok tersebut menjadi daya tarik bagi serangga penyerbuk yang ada di sekeliling pertanaman. Gulma jenis Melastoma sp. memiliki ciri-ciri yakni daun lebar dan batang yang berbulu. Rambut-rambut yang terdapat pada batang tumbuhan ini seringkali digunakan oleh serangga sebagai tempat untuk berlindung. Gulma jenis Panicum maxima memiliki bentuk seperti alang-alang, gulma ini memiliki batang yang tinggi dan ramping. Gulma jenis ini tidak memberikan peran berarti bagi serangga fitofag maupun parasitoid yang terdapat di lahan sekitar pertanaman. Lantana camara atau biasa dikenal dengan nama tembelakan merupakan salah satu jenis gulma yang memiliki bunga berwarna cerah. Bunga tersebut seringkali memikat serangga untuk hinggap dan mengambil nektar. Menurut Altieri dan Nicholls (2004), perilaku serangga menemukan tumbuhan seringkali berdasarkan mekanisme penciuman senyawa yang menguap dari tumbuhan. Senyawa volatil yang dikeluarkan oleh tumbuhan liar (gulma) merupakan stimulus efektif bagi banyak serangga.

Salah satu serangga yang hanya terdapat di dalam pertanaman dengan jumlah relatif banyak ialah Ordo Thysanoptera. Trips merupakan salah satu hama utama pada pertanaman cabai. Serangan serangga ini terjadi pada bagian bunga tanaman dengan gejala warna keperakan, selain itu daun tanaman dapat menjadi keriting hingga akhirnya gugur (Widodo et al. 2010). Ordo Thysanoptera hanya ditemukan di dalam pertanaman dan sama sekali tidak ditemukan di sekeliling pertanaman (Tabel 1). Kemungkinan serangga trips ini hanya menyerang pertanaman cabai dan tidak hidup di gulma.

Populasi Kutudaun

Tingginya populasi kutudaun yang diamati di lahan menjadi salah satu faktor turunnya jumlah produksi tanaman cabai. Populasi kutudaun yang tinggi pada saat awal pengamatan mengalami penurunan (Gambar 5, Lampiran 2, 3, 4, 5, 6) yang disebabkan adanya kenaikan curah hujan. Penurunan populasi terjadi pada pengamatan ke-2 dan -3. Pada pengamatan ke-4 terjadi kenaikan populasi namun terus menurun hingga akhir pengamatan.

(19)

9

Gambar 5 Fluktuasi populasi kutudaun pada tanaman cabai

Pengamatan kutudaun hanya dilakukan sebanyak 7 kali pengamatan. Hal ini disebabkan banyak tanaman cabai mati akibat terserang patogen (Lampiran 7). Penurunan jumlah populasi kutudaun yang disebabkan tingginya serangan patogen di lahan mengakibatkan banyak tanaman mati. Penunuran produksi yang terjadi semakin besar pada minggu-minggu akhir panen. Buah cabai yang tersisa di lahan akhirnya tidak sampai matang dan menjadi busuk karena batang tanaman sudah tidak memiliki daun lagi atau layu (Gambar 6).

Gambar 6 Gejala tanaman cabai yang terinfeksi patogen, (a) keseluruhan batang tanaman yang terinfeksi, (b) batang tanaman yang membusuk

Sampel yang diambil selama penelitian menunjukkan hasil identifikasi kutudaun yang diperoleh dari pertanaman adalah Brachycaudus helichrysi Kaltenbach (Gambar 7). Kutudaun ini merupakan salah satu jenis kutudaun yang bersifat polifag, sehingga memungkinkan untuk hidup dan berkembang biak dengan baik (Blackman & Eastop 2000). Dalam penelitian Sinaga (2014), B. helichrysi merupakan salah satu jenis kutudaun yang terdapat pada tanaman jambu biji. Tingginya populasi kutudaun di lahan cabai kemungkinan disebabkan lahan pertanaman tersebut merupakan bekas pertanaman jambu biji, selain itu di sekitar lahan masih terdapat beberapa pohon jambu biji.

0 5 10 15 20 25 30 35

1 2 3 4 5 6 7

(20)

10

Gambar 7 Brachycaudus helichrysi, (a) bentuk tubuh kutudaun, (b) siphunculi, (c) cauda

Serangga Ordo Hymenoptera Parasitoid

Serangga parasitoid dari Ordo Hymenoptera yang dikoleksi selama penelitian sebanyak 279 individu, terdiri atas 15 famili, 11 famili di dalam pertanaman dan 15 famili di sekeliling pertanaman (Tabel 2, Lampiran 8). Parasitoid yang dikoleksi dari sekeliling pertanaman lebih banyak bila dibandingkan dengan di dalam pertanaman. Hal ini disebabkan adanya perbedaan keanekaragaman vegetasi tanaman yang ada. Vegetasi yang berada di sekeliling pertanaman lebih bervariasi dibandingkan dengan di dalam pertanaman. Selain itu kondisi lingkungan di sekeliling pertanaman relatif lebih rimbun dan terdapat banyak gulma yang dapat dijadikan tempat berlindung parasitoid. Di dalam pertanaman sering dilakukan penyiangan gulma. Kondisi lahan di dalam pertanaman yang relatif bersih menjadi salah satu faktor penyebab lebih rendahnya populasi serangga parasitoid.

Tabel 2 Famili parasitoid Ordo Hymenoptera yang dikoleksi dari dalam pertanaman dan dari sekeliling pertanaman cabai

Famili Jumlah individu Total

Dalam pertanaman Sekeliling pertanaman

Aphelinidae 0 1 1

Bethylidae 1 1 2

Braconidae 19 35 54

Ceraphronidae 4 7 11

Diapriidae 0 11 11

Eucoilidae 4 9 13

Eulophidae 11 11 22

Eurytomidae 6 3 9

Encyrtidae 0 2 2

Ichneumonidae 14 13 27

Mymaridae 1 12 13

Platygastridae 9 10 19

Pteromalidae 0 1 1

Scelionidae 21 69 90

Trichogrammatidae 2 2 4

Total 92 187 279

(21)

11 Famili serangga parasitoid yang dominan ditemukan adalah Scelionidae, Braconidae, dan Ichneumonidae (Tabel 2, Gambar 8). Famili Scelionidae merupakan endoparasitoid pada serangga dan laba-laba. Selain itu Famili Scelionidae biasanya lebih banyak ditemukan di tempat terbuka dan habitat yang banyak terkena sinar matahari (Masner 1993b). Scelionidae merupakan salah satu famili parasitoid yang banyak terdapat di lahan. Jumlah individu Scelionidae yang didapatkan di sekeliling pertanaman jauh lebih banyak, hal ini mungkin disebabkan adanya populasi laba-laba yang terdapat di sekeliling pertanaman. Famili Braconidae dan Ichneumonidae juga relatif banyak ditemukan di lahan. Dalam penelitian Heru et al. (2012), serangga Famili Braconidae merupakan salah satu serangga parasitoid dengan inang kutudaun. Selain itu famili Braconidae dan Ichneumonidae masuk ke dalam superfamili Ichneumonoidea yang merupakan jenis serangga yang paling banyak dalam ordo Hymenoptera sehingga populasinya banyak terdapat di lahan (Wahl & Sharkey, 1993).

Gambar 8 Serangga parasitoid yang banyak ditemukan selama penelitian, (a) Scelionidae, (b) Braconidae, (c) Ichneumonidae

Semua famili parasitoid yang ditemukan di dalam pertanaman ditemukan juga di sekeliling pertanaman. Ada 4 famili yang hanya terdapat di sekeliling pertanaman selama penelitian, yaitu Aphelinidae, Diapriidae, Encyrtidae, dan Pteromalidae (Gambar 9).

Gambar 9 Serangga parasitoid yang hanya ditemukan di sekeliling pertanaman selama penelitian, (a) Aphelinidae, (b) Encyrtidae, (c) Diapriidae, (d) Pteromalidae

Famili Aphelinidae dan Encyrtidae dapat berperan sebagai endoparasitoid, ektoparasitoid, atau hiperparasitoid untuk serangga jenis kutu-kutuan. Serangga ini juga dapat menyerang telur Lepidoptera dan Orthoptera. Banyak di antara serangga betina merupakan endoparasitoid dan serangga jantan ektoparasitoid (Gibson 1993). Famili Diapriidae merupakan endoparasitoid larva dan pupa Diptera. Serangga imago famili ini biasa ditemukan di tempat yang basah dan lembap seperti hutan, rawa-rawa, di dekat perairan, atau di tanah. Famili Diapriidae merupakan parasitoid Cicadellidae dan hiperparasitoid larva Drynidae

b

c

a

(22)

12

(Masner 1993c). Famili Pteromalidae merupakan hiperparaitoid telur, larva, pupa, dan imago serangga lainnya, selain itu famili serangga ini tidak memiliki ciri khusus tertentu. Serangga ini memiliki ciri tarsi beruas 5 (Gibson 1993). Parasitoid-parasitoid lain yang dikoleksi selama penelitian tercantum pada Lampiran 8.

Populasi parasitoid pada setiap minggu pengamatan mengalami fluktuasi (Gambar 10). Pada pengambilan sampel ke-3 hingga ke-9 di dalam pertanaman dilakukan penyiangan gulma oleh pemilik lahan. Penyiangan gulma hanya dilakukan di dalam pertanaman sedangkan di sekeliling pertanaman gulma dibiarkan tumbuh. Perubahan lingkungan tersebut menekan jumlah populasi parasitoid yang ada.

Gambar 10 Jumlah parasitoid yang dikoleksi dari dalam dan dari sekeliling pertanaman cabai, (a) jumlah individu, (b) jumlah famili

Baik jumlah individu maupun jumlah famili parasitoid di sekeliling pertanaman lebih banyak daripada di dalam pertanaman. Jumlah individu parasitoid di sekeliling pertanaman pada pengambilan ke-5 dan ke-8 relatif tinggi, hal ini mungkin disebabkan vegetasi gulma di sekeliling pertanaman yang tidak mendapat perlakuan. Pada pengambilan sampel ke-10 terjadi penurunan jumlah parasitoid di sekeliling pertanaman. Hal ini dapat sebabkan tidak adanya perlakukan penyiangan gulma di dalam pertanaman, sehingga individu serangga parasitoid kembali ke dalam pertanaman.

0 5 10 15 20 25 30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

Dalam pertanaman Sekeliling pertanaman 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2

Dalam pertanaman

Sekeliling pertanaman

Jumla

h individu (ekor)

(23)

13 Jumlah famili parasitoid di dalam pertanaman lebih berfluktuasi bila dibandingkan dengan di sekeliling pertanaman. Hal ini disebabkan adanya perlakuan penyiangan gulma di dalam pertanaman yang dilakukan oleh pemilik lahan. Pada minggu ke-10 jumlah famili parasitoid di dalam pertanaman meningkat dan lebih tinggi daripada di sekeliling pertanaman. Gulma-gulma di dalam pertanaman tumbuh kembali dan kemungkinan dijadikan tempat berlindung parasitoid.

Indeks Keanekaragaman Jenis Parasitoid

Nilai indeks keanekaragaman jenis parasitoid yang didapatkan di dalam pertanaman cabai sebesar 2.06 dan di sekeliling pertanaman sebesar 2.05 (Tabel 3, Lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman yang terdapat pada kedua lokasi tidak jauh berbeda. Nilai indeks keanekaragaman serangga parasitoid di lahan pengamatan termasuk ke dalam kategori sedang.

Indeks keanekaragaman tidak hanya dihitung berdasarkan jumlah individu saja, tetapi kekayaan jenis (species richness) juga menentukan. Nilai indeks

keanekaragaman Shannon (H’) dipengaruhi oleh kemerataan jenis dalam suatu

komunitas, sehingga nilai kemerataan akan cenderung rendah apabila komunitas didominasi oleh satu individu. Menurut Soegianto (1994), suatu komunitas dikatakan mempunyai nilai indeks keanekaragaman tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak individu dengan kelimpahan individu yang sama atau hampir sama. Sebaliknya, jika komunitas disusun oleh banyak individu, dan jika hanya sedikit saja individu yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah. Tabel 3 Jumlah individu (N), jumlah famili (F), indeks keanekaragaman Shannon

(H’), dan sebaran keanekaragaman (E) parasitoid di dalam pertanaman

dan di sekeliling pertanaman cabai

Peubah Lokasi

Dalam pertanaman Sekeliling pertanaman

N 92 187

F 11 15

H’ 2.06 2.05

(24)

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jumlah serangga yang dikoleksi dari sekeliling pertanaman lebih banyak daripada dari dalam pertanaman. Serangga parasitoid yang dikoleksi lebih beragam di sekeliling pertanaman dibandingkan dengan di dalam pertanaman. Parasitoid yang dominan ditemukan di lahan pengamatan adalah Famili Scelionidae, Braconidae, dan Ichneumonidae. Nilai indeks keanekaragaman Shannon di dalam pertanaman dan di sekeliling pertanaman termasuk ke dalam kategori sedang.

Saran

(25)

15

DAFTAR PUSTAKA

Altieri MA. 1999. The ecological role of biodiversity in agroecosystems. J. Agri Ecosyst Environ. 74(1): 19-31.

Altieri MA, Nicholls. 2004. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystems. Food Product Press. 236 p.

Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on the World’s Crops: An Identification and Information Guide. 2nd edition. Chichester (GB): Wiley.

Borror JD, Triplehorn CH, Johnson NF. 1996. An Introduction to the Study of Insects 7th ed. Ohio (US): Saunders College Publishing.

[BPS] Badan Pusat Statistika (ID). 2014. Produksi tanaman hortikultura menurut provinsi (ton) [Internet]. [diunduh 2014 Desember 12]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_suby ek=55&notab=10.

Department of Entomology. 2015. Identification, images & information for insects, spider & their kin for the United States & Canada. Iowa State University [Internet]. [diakses 2015 Mei 1]. Tersedia pada: http://bugguide.net/node /View/15740.

Finnamore AT, Brothers DJ. 1993. Superfamily Chrysidoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group-Publishing. hlm: 133-153.

Gibson GAP. 1993. Superfamily Mymaromatoidea dan Chalcidoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication

Group-Publishing. hlm: 570-655.

Heru, Ramadhan TH, Syahputra E. 2012. Keanekaragaman parasitoid pada kutudaun Toxoptera citridus di pertanaman jeruk. J Mahasiswa Pertanian. Universitas Tanjungpura.

Hueppelsheuser TK. 2000. The use of Trichogramma, an egg parasitoid, as a biological control agent for management of oblique banded leafroller in raspberry [tesis]. Ottawa (CA): Simon Fraser University.

Krebs CJ. 1985. Ecology, the Experimental Analysisis of Distribution and Abundance 3rd ed. New York (US): Harper & Row Publisher.

Masner L. 1993a. Superfamily Ceraphronoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group-Publishing. hlm: 566-569. Masner L. 1993b. Superfamili Platygastroidea. Di dalam Goulet H, Huber JT,

editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communiation Group Publishing. hlm: 558-565. Masner L. 1993c. Superfamily Proctotrupoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT,

editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group-Publishing. hlm: 537-557. McAlpine JF. 1981. Keys to families. Di dalam McAlpine JF, Peterson BV,

(26)

16

Ritchie AJ. 1993. Superfamily Cynipoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group-Publishing. hlm: 521-534.

Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Setiawati W, Murtiningsih R, Sopha GA, Handayani T. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Sinaga JCH. 2014. Identifikasi kutudaun (Hemiptera: Aphididae) pada tanaman buah di Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya (ID). Usaha Nasional.

Tachi T, Mohamed M. 2002. Identification Key to Families in Diptera (Insecta). Malaysia (MY). Universiti Malaysia Sabah.

Ulyshen MD, Pucci TM, Hanula JL. 2011. The importance of forest type, tree species and wood posture to saproxylic wasp (Hymenoptera) communities in the Sourtheastern United States. J Insect Conserv.15(2):539-546. doi: 10.1007/s10841-010-9348-5.

Wahl DB, Sharkey MJ. 1993. Superfamily Ichneumonidea. Di dalam Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group-Publishing. hlm: 358-442.

Widodo, Wiyono S, Triwidodo H. 2010. Hama & Penyakit Penting. Bogor (ID). Departemen Proteksi Tanaman (IPB).

(27)

17

(28)

18

(29)

19

Lampiran 2 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 1 (ekor per tanaman) Tanggal

pengamatan

Tanaman ke-

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

28-Jan-2015 235 125 118 64 69 35 10 44 230 100 100 79 125 177 200 114.07

4-Feb-2015 15 17 2 13 41 130 30 45 22 15 135 50 129 210 79 62.20

11-Feb-2015 15 59 56 3 9 98 54 0 3 0 58 51 159 6 2 38.20

18-Feb-2015 43 96 287 75 84 88 82 0 83 0 56 62 86 68 73 78.87

25-Feb-2015 64 126 76 41 105 67 34 4 150 7 100 5 9 200 15 66.87

4-Mar-2015 0 0 0 0 104 0 85 0 0 0 0 0 0 82 2 78.87

11-Mar-2015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

Lampiran 3 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 2 (ekor per tanaman) Tanggal

pengamatan

Tanaman ke-

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

28-Jan-2015 25 5 3 9 7 16 14 10 20 15 3 7 17 21 21 12.87

4-Feb-2015 15 6 0 2 0 9 15 25 18 4 7 2 3 16 10 8.80

11-Feb-2015 7 2 2 0 0 1 1 0 1 3 14 0 6 15 6 3.87

18-Feb-2015 12 2 3 43 5 11 7 8 0 25 18 15 62 3 8 14.80

25-Feb-2015 34 43 63 44 98 32 94 12 0 40 64 22 30 13 20 40.60

4-Mar-2015 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12.87

11-Mar-2015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

(30)

20

Lampiran 4 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 3 (ekor per tanaman) Tanggal

pengamatan

Tanaman ke-

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

28-Jan-2015 0 0 7 9 21 11 7 10 0 8 3 28 9 20 3 9.07

4-Feb-2015 0 0 2 5 1 3 0 4 5 0 0 1 1 5 0 1.80

11-Feb-2015 160 28 53 24 9 76 7 0 2 1 0 0 0 1 0 24.07

18-Feb-2015 150 0 25 8 120 32 42 9 7 74 10 11 78 4 2 38.13

25-Feb-2015 11 30 15 21 36 17 16 6 0 3 5 5 6 0 2 11.53

4-Mar-2015 0 6 0 10 31 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9.07

11-Mar-2015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

Lampiran 5 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 4 (ekor per tanaman) Tanggal

pengamatan

Tanaman ke-

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

28-Jan-2015 3 2 5 1 3 1 3 7 0 3 2 5 0 0 0 2.33

4-Feb-2015 0 0 2 8 0 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0.93

11-Feb-2015 0 0 0 0 0 2 1 0 7 0 1 0 0 2 1 0.93

18-Feb-2015 1 3 2 13 7 3 0 8 4 13 8 18 17 1 4 6.80

25-Feb-2015 2 5 14 26 12 50 6 5 7 10 3 19 21 4 5 12.60

4-Mar-2015 0 9 0 149 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.33

11-Mar-2015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

(31)

21

Lampiran 6 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 5 (ekor per tanaman) Tanggal

pengamatan

Tanaman ke-

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

28-Jan-2015 12 8 0 5 12 2 5 13 5 6 5 3 5 15 9 7.00

4-Feb-2015 3 6 1 4 0 3 80 1 3 0 1 0 4 0 0 7.07

11-Feb-2015 0 5 3 0 0 3 113 1 10 0 0 0 5 0 0 9.33

18-Feb-2015 2 0 0 0 0 0 160 0 4 0 0 0 2 9 3 12.00

25-Feb-2015 0 0 3 1 0 3 15 4 2 10 3 16 0 50 0 7.13

4-Mar-2015 0 4 0 2 19 11 0 0 0 3 1 0 0 201 0 7.00

11-Mar-2015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

(32)

22

(33)

23

Lampiran 8 Famili Parasitoid yang berhasil dikoleksi selama penelitian, (a) Bethylidae, (b) Chalcididae, (c) Ceraphronidae, (d)

Eulophidae, (e) Eurytomidae, (f) Eucoilidae, (g) Platygastridae, (h) Mymaridae

c

e

f

a

b

d

g

h

(34)

24

Lampiran 9 Indeks keanekaragaman dan sebaran Shannon pada pertanaman cabai Famili

Jumlah individu

Total Dalam

pertanaman

Sekeliling pertanaman

Aphelinidae 0.00 -0.03 -0.02

Bethylidae -0.05 -0.03 -0.04

Braconidae -0.33 -0.31 -0.31

Ceraphronidae -0.14 -0.12 -0.13

Diapriidae 0.00 -0.17 -0.13

Encyrtidae 0.00 -0.05 -0.04

Eucoilidae -0.14 -0.15 -0.14

Eulophidae -0.25 -0.17 -0.20

Eurytomidae -0.18 -0.07 -0.11

Ichneumonidae -0.29 -0.18 -0.23

Mymaridae -0.05 -0.18 -0.14

Platygastridae -0.23 -0.16 -0.19

Pteromalidae 0.00 -0.03 -0.02

Scelionidae -0.34 -0.37 -0.36

Trichogrammatidae -0.08 -0.05 -0.06

Total -2.06 -2.05 -2.12

Indeks

Keanekaragaman 2.06 2.05 2.12

Sebaran

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Juni 1993, sebagai putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Suratinem, SE dan Marhasan, SE. Penulis memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Rizky Firman Syah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk SNMPTN Undangan.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi anggota berbagai lembaga kemahasiswaan seperti Unit Kegiatan Mahasiswa Bola Basket pada tahun 2011-2012, Anggota Dewan Pengurus Asrama pada tahun 2011-2012. Tahun 2013-2014, penulis aktif sebagai pengurus HIMASITA, Departemen Proteksi Tanaman, IPB divisi Keprofresian. Selain kegiatan kemahasiswaan penulis juga aktif dalam Public Speaking selama perkuliahan dengan menjadi Master of Ceremony dalam berbagai kegiatan tingkat departemen.

Gambar

Gambar 1  Jaring serangga
Gambar 2  Separator yang digunakan dalam penelitian
Gambar 4  Plot pengambilan sampel pada pertanaman cabai
Tabel 1 Jumlah famili dan individu serangga yang dikoleksi selama penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan curah hujan dengan peluang 70% dan ET o bulanan tertinggi yang telah diketahui dari analisis sebelumnya kemudian dikombinasikan dengan nilai koefisien tanaman

Dalam penggunaan tanaman sebagai obat diperlukan suatu standarisasi. Hal ini dilakukan agar khasiat dan stabilitas dari suatu ekstrak dan simplisia dapat terjaga maka

Tidak didapatkannya kemaknaan secara statistik pada hubungan dan korelasi antara kadar HDL dan skor PELOD pada penelitian kami mungkin disebabkan oleh jumlah sampel yang

This evening is also often used for young men looking at their candidates (looking for girlfriends), and (3) the shift in the tradition after the marriage

Madrasah Ibtidaiyah Unggulan Al-Islah Muncar Banyuwangi adalah sekolah swasta yang pada bulan Januari 2018 mulai menerapkan kegiatan ekstrakurikuler tari tradisional

Hasil penelitian terkait berjudul Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Minat Belajar Siswa

Selanjutnya perubahan yang dirasakan jama’ah setelah mengikuti khalwat yaitu bisa mengendalikan amarah, rendah hati, empati, menghargai orang lain, berpikir positif,

H1: Ada perbedaan yang signifikan antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain dalam kegiatan pendalaman iman dan integrasi umat di lingkungan.... Integrasi