• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Kemasan Karton Bergelombang untuk Display dan Transportasi Jeruk Pamelo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Kemasan Karton Bergelombang untuk Display dan Transportasi Jeruk Pamelo"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN KEMASAN KARTON BERGELOMBANG

UNTUK

DISPLAY

DAN TRANSPORTASI JERUK PAMELO

DINIAR MUNGIL KURNIAWATI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Kemasan Karton Bergelombang untuk Display dan Transportasi Jeruk Pamelo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Diniar Mungil Kurniawati

(4)

ABSTRAK

DINIAR MUNGIL KURNIAWATI. Perancangan Kemasan Karton Bergelombang untuk Display dan Transportasi Jeruk Pamelo. Dibimbing oleh SUTRISNO.

Jeruk Pamelo akan dikembangkan menjadi produk ekspor untuk memenuhi permintaan pasar dunia. Sejauh ini untuk penangan jeruk pamelo masih sangat minimal dan belum menjadi fokus. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah jeruk pamelo dengan merancang kemasan untuk

display dan transportasi untuk mengurangi kerusakan mekanis dan mempertahankan mutu. Bahan yang digunakan untuk membuat kemasan adalah karton bergelombang flute B, C dan BC. Perancangan menghasilkan 4 dimensi untuk kemasan display dengan tipe hasil modifikasi dari tipe RSC dan 8 dimensi untuk kemasan transportasi dengan tipe kemasan RSC. Simulasi transportasi dilakukan untuk verifikasi kemasan terpilih yang dilakukan selama 150 menit dengan frekuensi 3.09 Hz dan amplitudo 4.18 cm. Kerusakan mekanis pasca simulasi transportasi mencapai 37.5 %. Berdasarkan analisis statistik pengaruh kemasan memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan warna kulit buah. Berbeda dengan susut bobot, kekerasan kulit buah dan total padatan terlarut, perlakuan kemasan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter mutu tersebut.

Kata kunci: display, kemasan, pamelo, simulasi transportasi

ABSTRACT

DINIAR MUNGIL KURNIAWATI. Packaging Design of Corrugated Board for Display and Transportation of Pamelo Orange. Supervised by SUTRISNO

Pamelo orange will be developed as expor product to fill global market. So far, pamelo handling is still minimally and do not be focused yet. Because of that, the objective of this research is to increase the added value of pamelo orange by designing packaging for display and transportation to decrease mechanical demage and defend the quality. Material that used to make packaging were corrugated board type B, C and BC flute. Designing packaging produced 4 dimension for display packaging with modified RSC type and 8 dimension for transportation packaging with RSC type. Simulation transportation was done to verifiy the selected design of 150 minutes with frequency 3.09 Hz and amplitude 4.18 cm. Mechanical damage after simulation transportation reached 3.75 %. Based on statistic analytical, packaging gave real influence to skin color changing. Different with weight losses, skin hardness and total soluble solid, packaging did not give real influence for those quality parameter.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

PERANCANGAN KEMASAN KARTON BERGELOMBANG

UNTUK

DISPLAY

DAN TRANSPORTASI JERUK PAMELO

DINIAR MUNGIL KURNIAWATI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Perancangan Kemasan Karton Bergelombang untuk Display dan Transportasi Jeruk Pamelo

Nama : Diniar Mungil Kurniawati NIM : F14100113

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah Teknik penanganan pascapanen, dengan judul Perancangan Kemasan Karton Bergelombang untuk Display dan Transportasi Jeruk Pamelo.

Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada :

1. Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

2. Prof Dr Ir Tineke Mandang, MS dan Dr Ir Rokhani Hasbullah, MSi selaku penguji atas saran dan bimbingan kepada penulis.

3. Para laboran (Pak Sulyaden dan Mas Baskara) yang telah memberikan bantuan serta saran.

4. Pak Irfan dan Laboratorium RDBK Fahutan yang telah memberikan ijin untuk melakukan pengujian.

5. Mama, Papa, Adek, Kakek dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan semangat.

6. Teman-teman ANTARES TMB 47 yang telah menemani selama masa perkuliahan.

7. Teman satu bimbingan Septaria, Fiqi dan Kak Vina yang telah bersedia menjadi teman diskusi dan memberikan semangat.

8. Teman-temanku Sita, Tika, Ratna, Tiwi yang selalu menjadi pengingat, penyemangat dan pembelajar.

9. Pihak-pihak yang telah banyak membantu namun belum bisa disebutkan disini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, September 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

METODE 5

Waktu dan Lokasi Penelitian 5

Bahan 5

Alat 6

Prosedur 6

Prosedur Analisis Data 8

Rancangan Percobaan 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil Perancangan Kemasan 10

Tingkat Kerusakan Mekanis Pasca Simulasi 16

Pengaruh Kemasan Terhadap Mutu Jeruk Pamelo 18

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 25

(9)

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir proses penelitian 7

2 Penyusunan kemasan pada meja simulator 7

3 Pengujian kekuatan tekan kemasan 8

4 Penyusunan buah pada kemasan display dan kemasan transportasi 16 5 Kerusakan pada kulit buah (a) perubahan tekstur (b) luka memar 16 6 Persentase penurunan susut bobot selama penyimpanan 18 7 Perubahan kekerasan kulit buah selama penyimpanan 19 8 Perubahan total padatan terlarut selama penyimpanan 20 9 Perubahan nilai derajat L selama masa penyimpanan 21 10 Perubahan nilai derajat a pada masa penyimpanan 22 11 Perubahan nilai derajat b selama masa penyimpanan 22

DAFTAR TABEL

1 Tipe flute dan kekuatan tepi karton 5 2 Data pengukuran bobot dan dimensi 10 sampel jeruk pamelo 10

3 Dimensi kemasan hasil rancangan 12

4 Jumlah tumpukan dan tinggi tumpukan maksimum kemasan 14

5 Biaya pembuatan kemasan 15

6 Tingkat kerusakan mekanis jeruk Pamelo pasca simulasi transportasi 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan simulasi transportasi 25

2 Contoh perhitungan dimensi kemasan 27

3 Contoh perhitungan luasan ventilasi kemasan 28

4 Contoh perhitungan jumlah tumpukan 29

5 Gambar teknik kemasan display isi 1 31

6 Gambar teknik kemasan display isi 2 31

(10)
(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jeruk merupakan komoditas hortikultura yang dapat tumbuh mulai dataran rendah hingga dataran tinggi. Banyak daerah di Indonesia yang menghasilkan jeruk dengan berbagai varietas. Meskipun jeruk merupakan tanaman musiman tetapi untuk pasokan jeruk tidak pernah mati karena sentra produksi yang luas dan pengaturan teknologi off season pada tanaman jeruk mudah diimplementasikan. Banyak varietas jeruk yang dapat tumbuh di Indonesia, salah satunya adalah jeruk Pamelo. Sejauh ini perkembangan produktivitas dan permintaanya berkembang lebih baik. Peminatnya semakin banyak seperti varietas jeruk lainnya.

Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan merupakan produk yang mudah sekali rusak baik mekanis maupun fisiologis yang banyak disebabkan oleh hama maupun kegiatan pascapanennya. Kegiatan pascapanen tidak akan dapat memperbaiki mutu suatu produk hortikultura, namun penanganan pascapanen dapat digunakan sebagai usaha dalam mempertahankan mutu produk hortikultura. Dasar dalam menentukan kualitas suatu produk adalah pada saat produk itu tumbuh yaitu pada perlakuan budi daya. Suatu produk akan mengalami kerusakan yang lebih setelah panen jika tidak diperlakukan dengan baik.

Kerusakan yang terjadi pada suatu produk hortikultura saat pascapanen banyak disebabkan oleh kegiatan pengangkutan dan pendistribusian. Pengangkutan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan produk setelah panen dari lahan ke ruang pengemasan, sedangkan distribusi merupakan kegiatan memindahkan produk sampai ke tangan konsumen. Kegiatan tersebut sangat penting dalam mata rantai kontinuitas suatu produk karena sangat berpengaruh terhadap ketersedian produk dan kepuasan konsumen. Kerusakan dapat terjadi akibat kegiatan pengangkutan yang kurang hati-hati dengan melempar buah pada keranjang untuk pengangkutan, sedangkan pada saat distribusi kerusakan terjadi karena guncangan dan gesekan antar bahan maupun dengan bahan pengemas karena kondisi jalan yang belum tentu mulus.

Kegiatan transportasi tidak akan lepas dengan pengemasan karena merupakan satu paket dalam kegiatan distribusi. Pengemasan merupakan bagian paling utama dalam kegiatan distribusi karena pengemasan berfungsi untuk melindungi produk dari benturan, gesekan dan untuk meredam guncangan pada saat produk didistribusikan sehingga kemasan dapat memperkecil peluang kerusakan pada produk hortikultura. Dewasa ini, untuk komoditas ekspor khususnya sangat diperlukan penanganan yang lebih baik agar produk dapat diterima oleh konsumen luar negeri dengan baik pula, namun standar ekspor telah ditentukan sebelumnya oleh negara penerima.

(12)

2

itu perlu adanya perhatian khusus terhadap jeruk Pamelo baik dalam kegiatan pra panen maupun pascapanen.

Penanganan pascapanen jeruk Pamelo di Indonesia masih kurang baik dan masih dilakukan secara curah dan kurang terkontrol sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar yang dapat mempersingkat umur simpan dan memperburuk penampilan kulitnya. Penggunaan jeruk tidak hanya sekedar buah meja tetapi banyak industri pengolahan menggunakan jeruk sebagai bahan utama produk olahan. Oleh sebab itu jeruk dikategorikan sebagai komoditas hortikultura strategis dan memerlukan penanganan yang terfokus kepada upaya peningkatan nilai tambah dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan industri pengolahan, untuk itu diperlukan suatu kebijakan yang mendukung upaya-upaya pencapaian nilai tambah.

Oleh sebab yang telah diuraikan diatas maka diperlukan pengkajian secara mendalam mengenai pengemasan untuk pendistribusian dan display jeruk Pamelo untuk meminimalkan kerusakan selama pendistribusian yang disesuaikan dengan penjualan ekspor. Hal tersebut diharapkan agar jeruk Pamelo tidak ditangani secara curah di negara-negara penerima.

Perumusan Masalah

Permintaan pasar luar negeri (ekspor) akan jeruk Pamelo semakin meningkat, sejauh ini pemenuhuhan kebutuhan jeruk Pamelo di Eropa dilakukan oleh China dan Thailand padahal produksi jeruk Pamelo di Indonesia cukup besar dan dapat dikembangkan sebagai buah ekspor. Dalam kegiatan ekspor perlu diperhatikan adanya kontinuitas produk dan kualitas produk yang sangat baik. Jeruk Pamelo yang akan di ekspor harus memenuhi kriteria yang diingankan oleh pasar luar negeri. Sejauh ini penangan akan jeruk Pamelo di Indonesia masih buruk sehingga belum memenuhi standar mutu negara penerima. Penanganan secara curah dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar sehingga menurunkan daya beli. Oleh sebab itu dalam mengembangkan pasar jeruk Pamelo baik di dalam maupun luar negeri diperlukan kegiatan yang lebih baik. Dalam hal ini kegiatan difokuskan pada pengemasan. Pengemasan display diharapkan mampu mengurangi tingkat kerusakan buah karena dalam pemasaran buah tidak akan disentuh oleh tangan siapapun dan pada proses pendistribusian buah juga akan tetap terlindung oleh bahan pengemas.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Merancang kemasan berbahan karton bergelombang (Corrugated Box) untuk kemasan display dan transportasi jeruk Pamelo.

2. Menetukan kemasan yang tepat sesuai dengan sifat mekanis bahan kemasan. 3. Mengetahui perubahan mutu yang terjadi pada jeruk Pamelo dalam kemasan

(13)

3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu menaikkan nilai tambah dan daya beli jeruk Pamelo serta dapat menjadi acuan bagi bidang usaha ekspor impor buah yang ada di Indonesia untuk mengembangkan potensi jeruk Pamelo Indonesia di mata dunia.

Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini membahas perihal sifat mekanis bahan kemasan yang digunakan untuk display dan transportasi jeruk Pamelo serta perubahan mutu jeruk Pamelo dalam kemasan terpilih dari hasil perancangan. Data primer maupun sekunder dalam penelitian ini juga dibatasi dari segi waktu penelitian. Obyek penelitian ini terbatas pada kultivar jeruk Pamelo yang digunakan yaitu kultivar Nambangan.

TINJAUAN PUSTAKA

Jeruk Pamelo adalah salah satu bagian dari jeruk besar dengan nama Citrus Grandis L. yang sering dijumpai di pasaran. Menurut Sutopo et al. (2005) jeruk Nambangan termasuk jeruk Pamelo yang paling banyak ditanam oleh petani dan memiliki daya simpan lebih baik dibandingkan dengan kultivar lain. Berdasarkan Ditjen Hortikultura (2006) jeruk Nambangan ini dikembangan di sentra produksinya di Kabupaten Magetan yang tersebar di Bendo, Takeran, Sukomoro dan Kawedanan. Menurut Pangestuti et al. (2004) jeruk Nambangan adalah salah satu varietas pamelo unggul Indonesia yang dilepas pada tahun 2000 dan sampai saat ini paling banyak diminta pasar. Hal ini berkaitan dengan karakteristik buah yang memenuhi selera konsumen yaitu warna daging kemerahan, rasa manis asam dengan sedikit rasa getir dan jumlah bijinya tidak banyak atau bahkan tidak ada sama sekali. Daya simpannya cukup lama yaitu antara 2-3 bulan.

Pengemasan merupakan salah satu proses dalam industri yang memegang peranan penting dalam upaya mencegah terjadinya penurunan mutu produk, karena perlindungan produk dapat dilakukan dengan mengemas produk yang bersangkutan. Pengemasan dilakukan terhadap produk pangan maupun bukan pangan. Pengemasan harus dilakukan dengan benar karena pengemasan yang salah dapat mengakibatkan produk tidak memenuhi syarat mutu seperti yang diharapkan (Buckle et al. 1987).

(14)

4

misalnya keranjang anyaman bamboo atau rotan, peti kayu, peti karton dan keranjang plastik (krat). Berdasarkan fungsinya kemasan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kemasan primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer umumnya digunakan sebagai kemasan eceran dan biasanya dari jenis kemasan fleksibel karena tujuan utamanya adalah memperbaiki penampilan produk hortikultura dan memperlihatkannya kepada konsumen, serta mempermudah penanganan dalam kegiatan pemasaran. Kemasan primer atau yang dikenal dengan kemasan eceran adalah kemasan untuk ukuran konsumen yang akan dikemas lagi dalam keranjang atau kotak karton ketika didistribusikan. Kemasan sekunder tidak dapat melindungi produk dari kerusakan mekanis yang mungkin terjadi selama pengangkutan, oleh karenanya digunakan kemasan sekunder. Kemasan sekunder umumnya berukuran lebih besar dan digunakan untuk mengemas produk yang telah dikemas dalam kemasan primer. Namun tidak jarang kemasan sekunder digunakan untuk mengemas produk secara curah (Ahmad 2013).

Satuhu (2004) menyatakan bahwa pengemasan untuk pengiriman diperlukan wadah yang dirancang khusus untuk melindungi buah. Wadah harus berfungsi sebagai pelindung dari luka memar, getaran, maupun berat wadah lain yang menumpuk Bahan kemasan harus dirancang yang disesuaikan dengan jarak angkut, lama perjalanan, keadaan jalan yang dilalui, macam alat angkut, panas respirasi yang timbul, serta kehilangan air atau kesegaran akibat proses transpirasi. Berdasarkan fungsinya pengemasan dibagi menjadi dua, yaitu: pengemasan untuk pengangkutan dan distribusi (shipping/delivery package), sering disebut dengan kemasan distribusi atau kemasan transportasi dan pengemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket (retail package) sering disebut dengan kemasan eceran. Kemasan distribusi adalah kemasan yang terutama ditujukan untuk melindungi produk yang dikemas selama pengangkutan dari podusen sampai ke konsumen dan penyimpanan (Paine and Paine 1983).

Menurut Triyanto (1991), karton gelombang merupakan bahan kemasan distribusi yang paling umum dan paling banyak digunakan untuk berbagai jenis produk, mulai dari buah-buahan sampai dengan peralatan elektronik atau mesin untuk industri karena harganya yang relatif murah dan daya tahan yang dapat diatur sesuai dengan jenis produk yang dikemas dan jenis transportasi yang digunakan. Menurut Lott dalam Painne (1977), terdapat 4 ukuran struktur flute

yang digunakan pada karton gelombang komersial, yaitu A (coarse), B (fine), C (medium), dan E (very fine). Flute pada karton gelombang tipe A, B, dan C banyak digunakan untuk keperluan industri, misalnya untuk keperluan transportasi.

(15)

5 Tabel 1 Tipe flute dan kekuatan tepi karton

Jenis flute Ketebalan

(mm)

Kekuatan tekan tepi (kg/cm)

A 4.9-5.5 6.8-7.6

B 2.9-3.5 5.2-7.3

C 3.9-4.5 5.4-7.5

A+B 7.8-9.0 9.0-12.1

A+C 8.8-10.0 9.1-12.3

Penggunaan peti karton sebagai bahan pengemas lebih menarik konsumen karena dapat dirancang sesuai dengan kondisi buah yang dikemas. Peti juga dapat dilengkapi dengan gambar buah, keterangan jumlah, berat, asal dan siapa yang memproduksi buah tersebut. Selain itu buah tidak gampang rusak akibat dipegang atau dipencet pembeli saat memilih buah. Untuk kemasan kecil pembeli tidak perlu memegang buah, cukup melihat isi kemasannya saja. Untuk kemasan ekspor kapasitas buah tergantung komoditasnya. Pemilihan kapasitas kemasan dimaksudkan untuk memudahkan dalam penjualan dan menjaga mutu buah. Dengan kapasitas yang ditentukan diharapkan konsumen mampu membeli buah tersebut dengan kata lain konsumen tinggal memilih ukuran berapa yang disukai tanpa memegang buahnya tetapi hanya melihat penampilannya saja (Satuhu 2004).

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Laboratorium Rekayasa Desain Bangunan Kayu Departemen Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor selama empat bulan terhitung dari bulan Maret hingga Juni 2014.

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah jeruk Pamelo varietas Nambangan dengan ukuran diameter rata-rata 16.78 ± 0.01 cm dan bobot rata-rata 1.33 ± 0.002 kg, yang diperoleh dari petani jeruk di Kabupaten Magetan. Bahan Pengemas yang digunakan adalah karton bergelombang flute B dan flute C untuk kemasan Display serta untuk kemasan distribusi menggunakan karton bergelombang flute BC.

Alat

(16)

6

buah, refractrometer ATAGO untuk mengukur total padatan terlarut, timbangan CAMRY untuk mengukur bobot buah, Chromameter untuk melihat warna buah, jangka sorong dan mistar untuk mengukur dimensi buah, Instron Universal Testing Machine untuk menguji kuat tekan kemasan serta peralatan penunjang lainnya.

Prosedur Penelitian

Kapasitas kemasan ditentukan oleh negara pengekspor jeruk Pamelo seperti Thailand dan China dalam memasarkan buah dan dimensi kemasan ditentukan dari dimensi buah dan kararakter bahan pengemas yang digunakan. Setelah dimensi kemasan diperoleh, selanjutnya dibuat prototype kemasan dari bahan karton bergelomabang flute B dan flute C untuk kemasan display sedangkan untuk kemasan distribusi menggunakan karton bergelombang flute BC. Kemasan

display dirancang dengan bentuk modifikasi tipe RSC dan kemasan distribusi menggunakan tipe RSC. Kemasan display mempunyai kapasitas 1 dan 2 buah sedangkan untuk kemasan distribusi berkapasitas 8 dan 12 buah. Prototype

kemasan diberi tambahan ventilasi tipe circle untuk sirkulasi udara sebesar 2 % dari luasan kemasan, untuk kemasan display diberi tambahan berupa hand hole.

Kemudian prototype kemasan diuji kekuatan tekannya menggunakan Instron Universal Testing Machine. Pemilihan kemasan ditentukan dari data kuat tekan, jumlah tumpukan dan analisis biaya. Kemasan terpilih akan diverifikasi dengan melakukan simulasi transportasi. Dalam tahap verifikasi ini kemasan diisi sesuai dengan kapasitas yang telah ditentukan yaitu kemasan kapasitas 8 buah dengan

(17)

7

Gambar 1 Diagram alir proses penelitian Perancangan kemasan

Pengujian tekan prototype kemasan

Perhitungan tumpukan maksimum

Kemasan terpilih

Pengamatan kerusakan mekanis

Penyimpanan suhu ruang

Pengamatan susut bobot, kekerasan, warna dan total padatan terlarut

Simulasi transportasi selama 2.5 jam (Gambar 2)

Performa kemasan Jumlah tumpukan maksimum dan Biaya

pembuatan kemasan Mulai

(18)

8

Gambar 2 Penyusunan kemasan pada meja simulator

Prosedur Analisis Data

Kekuatan Tekan (Compression Strength)

Pengujian compression strength menggunakan alat instron universal testing machine dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan tekan maksimum kemasan dan besar defleksi dari kemasan. Nilai compression strength terukur pada alat, sedangkan nilai defleksi kemasan dapat dilihat dari hasil perekaman alat. Pada pengujian kekuatan tekan ditambahkan tatakan kayu berdimensi 50.5 x 40.5 cm dan berat 3 kg ( Gambar 3) untuk penyebaran gaya. Kecepatan yang digunakan untuk pegujian sebesar 10 mm/menit. Nilai kuat tekan kemasan adalah nilai kuat tekan yang terbaca dari alat ditambah dengan tatakan kayu.

(19)

9

Jumlah Tumpukan

Jumlah tumpukan di hitung dengan persamaan Salke (2005):

SF = P/f (2)

Dimana : SF = Safe load on box

P = Compression strength

f = nilai koefisien keselamatan

Safe number of boxes to stack on bottom box = SF/berat total box

Nilai koefisien keselamatan kemasan box karton menurut ASTM D4269 sebesar tiga untuk syarat kondisi penyimpanan kemasan kelembaban diatas 70%, penyimpanan maksimal enam minggu, dengan ruang penyimpanan yang baik dan stabil.

Kerusakan Mekanis

Pengamatan terhadap tingkat kerusakan mekanis jeruk Pamelo dilakukan sebelum dan setelah simulasi. Pengamatan dilakukan dengan melihat kerusakan seperti luka gores dan memar dari masing-masing kemasan. Selain dilakukan dengan cara visual penentuan kerusakan didapatkan dari tekstur kulit buah jeruk Pamelo yang melunak pasca simulasi.

Persamaaan yang digunakan untuk menghitung kerusakan mekanis yang terjadi adalah:

(3)

Kekerasan Kulit Buah

Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan jeruk Pamelo terhadap jarum penusuk dari rheometer CR-300DX. Uji tersebut dilakukan pada kulit jeruk Pamelo. Alat diatur pada kedalaman 10 mm dengan beban maksimum 10 kg dan diameter jarum 5 mm. Kulit jeruk Pamelo akan ditusuk oleh jarum, besarnya tekanan yang diperlukan untuk menusuk kulit jeruk Pamelo menunjukkan nilai kekerasannya. Uji kekerasan dilakukan pada bagian ujung, tengah dan pangkal jeruk Pamelo pada titik-titik yang mewakili seluruh permukaan kulit.

Total Padatan Terlarut

Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan

refractometer. Daging buah dihancurkan kemudian dilakukan pengukuran kadar gula dengan meletakkan cairan daging buah jeruk Pamelo yang telah dihancurkan pada prisma refractometer. Angka yang tertera pada refractometer menunjukkan kadar total padatan terlarut (0Brix) yang mewakili rasa manis.

Warna Kulit Buah

Pengukuran warna kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat

chromameter. Nilai warna yang dihasilkan adalah nilai Hunter Lab. Nilai L mengidentifikasikan tingkat kecerahan, nilai a mengidentifikasikan tingkat warna hijau hingga merah sedangkan nilai b mengidentifikasikan tingkatan warna biru hingga kuning. Pengukuran warna dilakukan dengan meletakkan chromameter

(20)

10

Susut Bobot

Pengukuran susut bobot dilakukan menggunakan timbangan CAMRY. Penurunan susut bobot dilakukan berdasarkan persentase penurunan bobot buah sebelum dilakukan simulasi transportasi dan selama masa penyimpanan. Penyimpanan jeruk Pamelo dilakukan pada suhu ruang (27°C) Persamaan yang digunakan untuk menghitung susut bobot adalah sebagai berikut:

(4) Dimana:

W = bobot buah awal penyimpanan (kg) Wa = bobot buah akhir penyimpanan (kg)

Rancangan Percobaan

Rancangan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan yang digunakan adalah kapasitas kemasan yang berbeda. Faktor perlakuan terdiri dari kemasan transportasi 8 display 1 (KT8D1), kemasan transportasi 8 display 2 (KT8D2), kemasan transportasi 12 display 2 (KT12D1), kemasan transportasi 12 display 2 (KT12D2) dan kontrol (KK).

Model umum rancangan percobaan ini adalah : Yij = µ + Ai + Eij Keterangan :

Yij = Pengamatan hasil perlakuan ke-i pada ulangan ke-j µ = Nilai rataan

Ai = Pengaruh faktor kemasan ke-i

Eij = Pengaruh galat percobaan perlakuan jenis kemasan ke-i pada ulangan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Perancangan Kemasan

(21)

11 didapatkan selanjutnya adalah menentukan tipe pengemasan yang digunakan agar pengemasan efisien dalam performa, biaya dan waktu pembuatan.

Jeruk Pamelo memiliki tingkat mutu yang berbeda. Mutu jeruk Pamelo yang digunakan dalam perancangan adalah jeruk Pamelo dengan kelas mutu yang memiliki bobot 1305 – 1500 gram. Hasil pengukuran dari 10 sample jeruk Pamelo diperoleh data bobot dan dimensi buah seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Data pengukuran bobot dan dimensi 10 sampel jeruk Pamelo

No Data pengukuran Rataan

1 Bobot (kg) 1.33 ± 0.002

2 Tinggi (cm) 13.46 ± 0.01

3 Diameter (cm) 16.78 ± 0.01

Berdasarkan seluruh informasi yang sudah diperoleh maka perancangan dapat dilakukan. Terdapat 2 jenis kemasan yang dirancang untuk jeruk Pamelo yaitu kemasan inner yang berupa kemasan display dan kemasan outter yang berfungsi sebagai kemasan distribusi. Kemasan distribusi menggunakan tipeRSC. Tipe RSC merupakan tipe kemasan yang sering digunakan karena mempunyai bentuk yang sederhana dan ekonomis dalam penggunaan material namun tidak memiliki kekuatan yang baik (Peleg 1985), sedangkan untuk kemasan display

menggunakan tipe kemasan hasil modifikasi dari tipe RSC yang ditambahkan

handhole pada bagian penutup agar berfungsi sebagai pegangan dari kemasan. Bahan yang digunakan dalam merancang kemasan adalah karton bergelombang (corrugated fibberboard). Bahan karton mempunyai sifat yang baik untuk meredam benturan. Selain itu kemasan dari karton bisa dibuat lebih informatif karena dapat ditambahkan label pada kemasan. Kemasan outter atau kemasan distribusi menggunakan karton tipe flute BC sedangkan kemasan inner

atau kemasan display menggunakan flute B dan C.

Proses pembuatan menghasilkan 4 prototype kemasan display dan 8

prototype kemasan distribusi. Kemasan display dirancang untuk melindungi individu buah dan kemasan distribusi untuk melindungi buah dalam kemasan

(22)

12

 Kemasan transportasi kapasitas 8 (display 1) PT = TPD+ TDVOP

TDVL = Total tebal dinding vertikal sisi lebar TDVOL = Total tebal dinding vertikal outter sisi lebar TDVP = Total tebal dinding vertikal sisi panjang TDVOP = Total tebal dinding vertikal outter sisi panjang TPD = Total panjang kemasan display

Hasil perhitungan dimensi kemasan dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan perhitungan dimensi selebihnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 3 Dimensi kemasan hasil perancangan

(23)

13

Desain yang dirancang untuk kapasitas 8 buah memiliki perkiraan bobot 10 kg dan desain kemasan 12 buah memiliki bobot 15 kg. Seperti yang biasa dilakukan oleh China dalam memasarkan buah jeruk Pamelo dalam 1 kemasan distribusi terdapat 10-12 kg dengan isi 7- 14 buah. Di Indonesia sendiri belum ada penanganan kemasan untuk jeruk Pamelo secara individual. Pemasaran jeruk Pamelo di Indonesia biasa dilakukan dengan sistem curah dan untuk kemasannya sendiri biasa menggunakan karung ataupun hanya diletakkan pada mobil bak terbuka saat pengangkutan.

Singh (2008) mengatakan, penggunaan ventilasi dan handhole sebesar 2 % dari bidang vertikal kemasan akan mengurangi kekuatan kemasan karton sebesar 10% dari kemasan karton tanpa ventilasi dan handhole. Perancangan kemasan untuk jeruk Pamelo menggunakan ventilasi dan handhole. Lubang ventilasi yang digunakan dalam kemasan adalah tipe circle ventilation. Lubang ventilasi dalam kemasan ini diukur 2 % dari dinding kemasan yang diletakkan ditengah kemasan. Pengguanaan lubang ventilasi dibutuhkan untuk memperlancar sirkulasi udara dalam kemasan agar buah bisa terus berespirasi selama proses distribusi. Perhitungan luasan ventilasi pada kemasan jeruk Pamelo dapat dilihat pada Lampiran 3.

Kemasan yang sudah menjadi prototype selanjutnya diberikan uji tekan untuk mengetahui nilai kekuatan tekan. Uji kekuatan tekan sangat penting dilakukan pada kemasan karton untuk mengetahui kekuatan maksimum karton apabila ditumpuk karena saat pendistribusian karton akan ditumpuk pada

container dan saat penyimpanan akan ditumpuk digudang. Penumpukan tersebut yang menyebabkan adanya tekanan dari atas sampai bawah yang biasa disebut top to bottom compression. Selain itu, nilai kekuatan tekan dapat digunakan untuk menghitung jumlah tumpukan maksimum. Jumlah tumpukan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih desain kemasan yang sesuai untuk jeruk Pamelo. Perhitungan jumlah tumpukan berdasarkan persamaan 2 adalah sebagai berikut :

(24)

14

Jumlah tumpukan = 0.21/13.381 x 1000 = 16.03 = 16

Tinggi tumpukan maksimum = jumlah tumpukan x tinggi kemasan = 16 x 0.33 m = 5.3 m

 Kemasan transportasi kapasitas 12 (display 2) Diketahui :

Gaya = 246.89 kgf = 2421.99 N Luas penekan = 0.037 m2

Tekanan = 2421.99 N / 0.037 m2 = 0.65 Pa Berat total box = 21.331 kg

Tinggi kemasan = 33 cm f = 3

SF = P / f

= 0.65 / 3 = 0.22

Jumlah tumpukan = 0.22/21.331 x 1000 = 10.3 = 10

Tinggi tumpukan maksimum = jumlah tumpukan x tinggi kemasan = 10 x 0.33 m = 3.4 m

Hasil perhitungan jumlah tumpukan maksimum dapat dilihat pada Tabel 4 dan perhitungan selebihnya pada Lampiran 3. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa setiap desain yang menggunakan flute C mempunyai kuat tekan yang lebih besar dari yang menggunakan flute B meskipun bahan yang digunakan sebagai outter sama pada masing-masing desain yaitu flute BC. Perbedaan ukuran kemasan outter karena perbedaan ukuran inner yang digunakan sebagai dan kapasitas kemasan. Flute C memiliki ketebalan yang lebih besar dari pada flute B. Luasan dari kemasan mempengaruhi nilai kuat tekannya. Hal tersebut yang menyebabkan nilai kuat tekan berbeda pada tiap dimensi kemasan. Nilai jumlah tumpukan maksimum menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh antara masing-masing desain kemasan berdasarkan kemasan inner. Jumlah tumpukan yang dihasilkan oleh kemasan kapasitas 8 adalah 16,17,11 dan 14 sedangkan kemasan kapasitas 12 menghasilkan 10 dan 11 tumpukan.

(25)

15 Tabel 4 Jumlah tumpukan dan tinggi tumpukan maksimum kemasan

Jenis

Pemilihan kemasan yang sesuai untuk distribusi jeruk Pamelo tidak hanya berdasarkan performa kemasan akan tetapi dilihat dari pembuatan kemasan itu sendiri. Faktor biaya pembuatan kemasan juga sangat diperlukan untuk memilih kemasan yang sesuai untuk skala industri. Biaya kemasan dihitung berdasarkan biaya bahan dan pembuatan, yaitu termasuk harga karton,biaya penyusutan alat, upah tenaga kerja dan biaya perekat. Tabel 5 merupakan data harga kemasan yang diperoleh dari pabrik pembuat karton di Depok, Jawa Barat. Pada tabel tersebut terlihat bahwa harga kemasan dengan inner flute B lebih murah daripada flute C.

Tabel 5 Biaya pembuatan kemasan

No

(26)

16

Tingkat Kerusakan Mekanis Pasca Simulasi

Simulasi transportasi merupakan bentuk aplikasi dari kemasan yang terpilih. Proses simulasi dilakukan diatas meja simulator yang disesuaikan dengan kondisi jalan yang sebenarnya dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kerusakan mekanis yang dialami oleh komoditas perrtanian. Alat simulasi tersebut dirancang oleh Purwadaria et al. (1992), yang disesuaikan dengan jalan dalam kota, jalan luar kota, jalan buruk dan jalan berbatu.

Sebelum dilakukan simulasi, kemasan display diisi dengan jeruk Pamelo selanjutnya kemasan display diletakkan pada kemasan transportasi (Gambar 4) sesuai dengan kapasitas yang telah dirancang. Simulasi dengan meja simulator dilakukan selama 2.5 jam berdasarkan pengiriman jeruk Pamelo dari Magetan ke pengekspor di Semarang. Simulasi tersebut didapatkan frekuensi rata-rata sebesar 3.09 Hz dan amplitudo rata-rata sebesar 4.18 cm. Hasil frekuensi dan amplitudo selama simulasi transportasi berdasarkan konversi angkutan truk selama 2.5 jam pada meja simulator setara dengan 181.65 km di jalan luar kota dengan kecepatan 60 km/jam.

(27)

17

(a) (b)

Gambar 5 Kerusakan pada kulit buah (a) perubahan tekstur (b) luka memar Tabel 6 Tingkat kerusakan mekanis jeruk Pamelo pasca simulasi transportasi

Kemasan

Jumlah buah rusak Tingkat kerusakan mekanis (%) rata-rata tingkat kerusakan mekanis (%) ulangan

1

ulangan

2 ulangan 1 ulangan 2

KT8D1 3 2 37.5 25 31.25

KT8D2 3 3 37.5 37.5 37.5

KT12D1 2 2 16.67 25 20.83

KT12D2 2 3 25 25 25

Perlindungan terhadap kerusakan fisik atau mekanis harus menjadi fungsi utama dari kemasan dalam upaya mempertahankan kualitas produk. Beberapa jenis kerusakan mekanis pada produk hortikultura dan penyebabnya dapat digolongkan menjadi tiga macam kerusakan yaitu kerusakan akibat benturan karena perlakuan kasar tehadap produk, kerusakan akibat tekanan yang disebabkan oleh bentuk kemasan yang terlalu dalam maupun penumpukan yang berlebih serta kerusakan akibat guncangan karena pemuatan yang tidak penuh dan pengemasan yang tidak rapih. Konsekuensi dari kerusakan fisik dalah penurunan kualitas dari aspek penampakan visual, peningkatan kehilangan berat, mempercepat pematangan pada buah-buahan atau penuaan pada sayuran dan peningkatan peluang infeksi mikroba pembusuk (Ahmad 2013).

Kerusakan terbesar mencapai 37.5 % pada kemasan kapasitas 8 dengan

(28)

18

Pengaruh Kemasan Terhadap Mutu Jeruk Pamelo

Susut bobot

Penyimpanan produk hortikultura menyebabkan adanya perubahan nilai kadar air yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas dan kelayakan konsumsi. Kehilangan air didefinisikan sebagai susut bobot. Pasca simulasi transportasi, jeruk Pamelo disimpan dalam suhu ruang ± 27°C. Simulasi transportasi menyebabkan kerusakan fisik pada kulit buah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kerusaakan fisik tersebut dapat mempengaruhi penurunan susut bobot. Pada umumnya buah yang mengalami kerusakan fisik akan mengalami proses transpirasi yang begitu cepat karena kulit sebagai pelindung buah mengalami luka. Akan tetapi berbeda dengan yang terjadi pada jeruk Pamelo. Ketebalan kulit jeruk Pamelo mampu melindungi bagian dalam buah dengan sangat baik sehingga seperti yang terlihat pada Gambar 6, perubahan susut bobot yang terjadi tidak begitu besar hingga akhir penyimpanan. Namun kenaikan susut bobot terjadi setiap hari penyimpanan.

Gambar 6 Persentase penurunan susut bobot selama penyimpanan

Kemasan digunakan untuk melindungi buah dari kenaikan susut bobot yang berlebih agar lebih tahan lama dan kualitasnya tetap terjaga. Grafik tersebut menunjukkan bahwa perubahan susut bobot tertinggi terjadi pada kemasan kontrol dengan persentase rata-rata 4.73 % kemudian KT8D1 4.29 %, KT8D2 4.13 %, KT12D2 3.33 % dan yang paling rendah adalah KT12D1 adalah 3.28 %. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kemasan mampu memberikan kondisi yang ideal pada buah yaitu RH, suhu dan ketersediaan oksigen dalam kemasan tidak berlebihan karena ketersediaan oksigen yang berlebihan akan mempercepat laju respirasi sehingga air yang hilang dari produk lebih banyak. Hal tersebut terbukti dengan susut bobot yang dialami oleh kemasan kontrol yang memiliki susut bobot tertinggi karena buah kontrol tidak mendapatkan perlakuan kemasan.

Berdasarkan hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Lampiran 11 diperoleh hasil bahwa seluruh perlakuan kemasan tidak berpengaruh nyata

(29)

19 terhadap susut bobot karena P value ≥ 5 %. Sehingga pemakaian kemasan tidak akan menurunkan kualitas buah secara signifikan.

Kekerasan

Sama halnya dengan susut bobot, kekerasan menjadi salah satu indikator kualitas suatu produk. Pengukuran kekerasan kulit buah jeruk Pamelo perlu dilakukan sebab dari permukaan buah terjadi pertukaran gas, kehilangan air, kerusakan mekanis, penguapan senyawa-senyawa atsiri dan perubahan-perubahan tekstural. Tekstur buah-buahan amat bervariasi, nilai yang diperoleh bergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan total zat padat dan kandungan zat pati. Selain itu tekstur buah-buahan bergantung pada ketegangan, ukuran, bentuk dan keterikatan sel-sel, adanya jaringan penunjang, dan susunan tanamannya (Pantastico 1986).

Gambar 7 Perubahan kekerasan kulit buah selama penyimpanan

Seperti yang terlihat pada Gambar 7, nilai kekerasan kulit buah jeruk Pamelo tidak stabil pada masa penyipanannya. Terjadinya fluktuasi tersebut akibat penggunaan buah yang berbeda pada tiap uji nilai kekerasan. Meskipun dilakukan pada hari yang sama namun jika buahnya berbeda maka hasilnya pun berbeda karena setiap individu buah mempunyai jaringan penyusun yang berbeda. Hasil dari pengujian kekerasan, buah yang diberi perlakuan kemasan menunjukkan pola yang sama. Hal tersebut berbeda dengan buah kontrol yang mempunyai pola penurunan kekerasan terhadap lama penyimpanan lama penyimpanan. Nilai kekerasan tertinggi terjadi pada kemasan KT12D1 hari ke 4 masa simpan dengan nilai rata-rata 3.73 kgf.

Seperti yang diperoleh dari analisis ragam dan uji lanjut Duncan (Lampiran 12) menyatakan bahwa perlakuan kemasan yang dilakukan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekerasan kulit buah jeruk Pamelo. Hal tersebut disebabkan oleh jaringan yang menyusun individu buah berbeda, bukan karena pengemasan yang dilakukan. Akan tetapi perlakuan kemasan menyebabkan pola fluktuasi yang sama terhadap nilai kekerasan buah.

(30)

20

Total Padatan Terlarut

Total padatan terlarut menunjukkan nilai kandungan gula dalam buah. Jeruk merupakan buah non klimakterik sehingga kandungan gula dalam buah meningkat sedikit atau tidak meningkat setelah panen karena buah non klimakterik dipanen ketika buah telah masak penuh di pohon, namun tetap akan turun pada saat mulai pembusukan hingga busuk.

Gambar 8 Perubahan total padatan terlarut selama penyimpanan

Gambar 8 menunjukkan nilai total padatan terlarut jeruk Pamelo selama penyimpanan. Perbedaan nilai total padatan terlarut disebabkan oleh perbedaan buah yang diuji. Seperti kekerasan, setiap individu buah mempunyai struktur jaringan penyusun yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan (Lampiran 13) menunjukkan bahwa nilai total padatan terlarut pada tiap-tiap kemasan tidak berbeda nyata karena nilai P value ≥ 5 %. Sehingga perlakuan

kemasan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut dari jeruk Pamelo.

Warna

Warna merupakan kenampakan fisik yang paling penting dalam memilih suatu buah-buahan. Warna yang baik mengindikasikan buah mempunyai rasa yang baik pula. Penampakan visual ini tidak bisa dinilai hanya dengan penglihatan yang akhirnya menuju suatu penilaian yang subyektif. Pengukuran warna dalam penelitian ini dilakukan dengan alat Chromameter agar penilaian lebih obyektif. Indikator warna dibedakan menjadi 3 yaitu derajat L, a dan b dari masing-masing perlakuan kemasan.

a. Derajat L

Nilai L menunjukkan kecerahan dari kulit jeruk Pamelo. Nilai L dimulai dari 0 yaitu hitam sampai 100 adalah putih. Nilai L hasil pengukuran yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 9. Perubahan kecerahan terjadi pada seluruh perlakuan kemasan. Semakin lama disimpan nilai kecerahan kulit jeruk Pamelo

(31)

21 semakin meningkat. Kulit jeruk akan mengalami perubahan warna dari hijau menjadi kuning setelah dipanen karena jeruk masih mengalami proses fisiologis. Perubahan kecerahan pada kulit jeruk Pamelo selama penyimpan tidak mencolok.

Gambar 9 Perubahan nilai derajat L selama masa penyimpanan

Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Lampiran 14, perlakuan kemasan kontrol berbeda nyata (P < 0.05) dengan semua perlakuan, kemasan KT8D2 dan KT12D2 tidak bebeda nyata (P > 0.05) serta KT8D1 tidak berbeda nyata ( P> 0.05) dengan KT12D1 . Jadi perlakuan kemasan berpengaruh nyata terhadap derajat L jeruk Pamelo.

b. Derajat a

Derajat a menunjukkan tingkat kehijauan dimana nilai positif untuk warna merah dan nilai negatif untuk warna hijau. Warna hijau pada kulit jeruk Pamelo lama-lama akan menghilang. Menurut Kusumawati (2008), peningkatan konsentrasi asam akan menurunkan nilai a atau derajat kemerahan. Berdasarkan Gambar 10, nilai derajat a naik pada masing-masing kemasan. Hal tersebut karena kandungan asam dalam buah jeruk menurun. Perubahan nilai derajat a pada jeruk Pamelo tidak begitu mencolok karena ketebalan kulit sehingga penurunan kadar asam juga terjadi secara perlahan.

(32)

22

Gambar 10 Perubahan nilai derajat a pada masa penyimpanan

Analisis ragam dan uji lanjut Duncan (Lampiran 15) dari nilai derajat a jeruk Pamelo menunjukkan bahwa kemasan kontrol, KT12D1 dan KT12D2 tidak berbeda nyata (P > 0.05). Kemasan KT8D1 dan KT8D2 tidak berbeda nyata ( P > 0.05), sehingga perlakuan kemasan berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai derajat a jeruk Pamelo.

c. Derajat b

Nilai b merupakan nilai yang menunjukkan tingkat kekuningan atau kebiruan buah.Nilai b positif menunjukkan warna kuning sedangkan nilai negatif menunjukkan warna biru.

Gambar 11 Perubahan nilai derajat b selama masa penyimpanan

Gambar 11 menunjukkan perubahan nilai b selama masa penyimpanan. Pada hari ke 2 penyimpanan, nilai b pada seluruh kemasan menurun. Penurunan tersebut terjadi karena titik pengukuran buah melewati titik hari pertama

(33)

23 pengukuran. Akan tetapi nilai b pada jeruk Pamelo terus meningkat karena perubahan kulit ke warna kuning. Berdasarkan analisis ragam derajat b perlakuan kemasan memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan nilai derajat b selama masa penyimpanan. Hal tersebut dikuatkan oleh hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 10) yang menyatakan nilai b pada kemasan kontrol berbeda nyata ( P < 0.05) dengan KT8D1,KT8D2 dan KT12D1 tetapi tidak berbeda nyata ( P > 0.05) dengan KT12D2.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Perancangan kemasan untuk jeruk Pamelo menghasilkan 12 desain yaitu 4 desain kemasan display dan 8 desain kemasan transportasi.

2. Berdasarkan analisis tumpukan maksimum kemasan dan analisis biaya pembuatan kemasan, kemasan dengan inner berbahan flute B yang terpilih. 3. Kerusakan yang terjadi pasca simulasi transportasi pada jeruk Pamelo

mencapai 37.5 % dari kemasan KT8D2.

4. Kerusakan yang terjadi adalah luka memar dan perubahan tekstur pada kulit buah.

5. Perlakuan kemasan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap susut bobot, kekerasan dan total padatan terlarut namun berpengaruh nyata terhadap perubahan warna kulit buah selama masa penyimpanan.

Saran

1. Sebaiknya buah yang digunakan untuk simulasi transportasi lebih seragam ukurannya agar sesuai dengan dimensi yang dirancang.

2. Perlu penelitian lanjutan mengenai bahan pengisi dan penggunaan sekat agar dapat mengurangi kerusakan mekanis.

3. Perlunya kajian mengenai perlakuan suhu rendah untuk performa kemasan selama masa penyimpanan buah.

(34)

24

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad U. 2013. Teknologi Penanganan Pascapanen Buahan dan Sayuran. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Buckle KA, RA Edwards, GH Fleet, M Wotton. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta (ID): Univ Indonesia Pr.

Ditjen Hortikultura. 2006. Standar Prosedur Operasional Pamelo Betasuka. Jakarta (ID): Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Ditjen Hortikultura. Jaswin M. 1999. Teknologi Pengemasan. Jakarta (ID): Industri pengemasan

Indonesia.

Kusumawati RP. 2008. Pengaruh Penambahan Asam Sitrat dan Pewarna Alami Kayu Secang (Caesalpinia Sappn L.) Terhadap Stabilitas Warna Sari Buah Belimbing Manis (Averrhoa Carambola L.). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Maezawa E. 1990. Cushioning Package Design. Japan (JPN): Japan Packaging Inst.

Paine FA. 1977. The Packaging Media. London (GB): Blackie & Son.

Paine FA, HY Paine. 1983. A Handbook of Food Packaging. London (GB): Leonard Hill.

Pangestuti RA, Supriyanto A, Sugiyatno, Sakur DA, Susanto. 2004. Penyiapan protokol standar nasional mutu buah Pamelo Nambangan dari Kabupaten Magetan. Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional. Batu, Indonesia. Batu (ID): Vol 1:424-431.

Pantastico EB. 1986. Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr.

Peleg K. 1985. Produce Handling, Packaging, and Distribution. Westport, Connecticut (USA): AVI Publishing Company.

Puwadaria HK. 1992. Sistem pengangkutan buah-buahan dan sayuran. Makalah Pelatihan Teknologi Pasca Panen Buah-buahan dan Sayuran. Bogor (ID): PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Satuhu S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Singh J, Olsen E, Singh SP. 2008. The effect of ventilation and hand holes on loss of compression strength in corrugated boxes. Journal of Applied Packaging Research.

Sutopo A, Supriyanto A, Sugiyatno. 2005. Penetapan nilai standar hara makro pada daun untuk rekomendasi pemupukan pada tanaman Pamelo. Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia. 235-241.

(35)

25 Lampiran 1 Perhitungan simulasi transportasi

Lembaga uji konstruksi BPPT tahun 1986 telah mengukur goncangan truk yang diisi penuh 80 % dengan kecepatan 60 km/jam dalam kota dan 30 km/jam untuk jalan buruk beraspal dan jalan buruk berbatu. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Data tersebut digunakan sebagai acuan pengukuran goncangan vertikal pada meja simulator. Soedibyo (1992) menyatakan bahwa alat simulasi dengan goncangan vertikal telah digunakan selama 1 jam, maka jarak yang ditempuh adalah y.

y = a/b = c

dimana: a = jumlah luas seluruh getaran vibrator b = jumlah seluruh getaran bak truk

Sumber : Lembaga uji konstruksi. BPPT (1986)

Jalan dalam dan luar kota diukur selama 30 menit sejauh 30 km, sedangkan jalan buruk (aspal) dan jalan buruk (berbatu) diukur selama 60 menit sejauh 30 km. Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:

Data truk:

Tf =

=

ω

t =

Amplitudo rata-rata getaran bak truk (At) dari tabel lampiran 2 At = ฀

(36)

26 At = 1.742 cm

Luas satu siklus getaran bak truk jalan luar kota (Lt) Lt = ∫

Lt = ∫ Lt = 1.742 [ ]

Lt = 1.742 [ ] Lt = 0.00115 cm2/getaran

Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam (Lt (0.5)) Lt(0.5) = t x f x Lt

Lt = 30 menit x 60 detik/menit x 1.442 getaran/menit x 0.00115 cm2/getaran Lt = 2.985 cm2

Data meja getar :

Tm =

ω

m =

Luas satu siklus getaran vibrator (Lm) Lm = ∫ = ∫ = 4.2 [

]

= 4.2 [

]

= 1.03 x 10-3 cm2 / getaran

Jumlah seluruh getaran vibrator selama 1 jam Gm = t x fm

= 1 x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 3.9 getaran/detik = 14040 getaran/jam

Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam Lm(1) = Gm x Lm

=14040 getaran/jam x 1.03 x 10-3 cm2/getaran = 14.46 cm2/jam

(37)

27

Karena simulasi akan dilakukan selama 150 menit maka kesetaraan jaraknya adalah

Lampiran 2 Contoh perhitungan dimensi kemasan  Kemasan display isi 2  Kemasan transportasi kapasitas 8 (display 2)

PT = TPD + TDVOP  Kemasan transportasi kapasitas 12 (display 1)

(38)

28

 Kemasan transportasi kapasitas 12 (display 2) PT = TPD + TDVOP Lampiran 3 Contoh perhitungan luasan ventilasi kemasan

 Kemasan display isi 1

Diketahui : P = 17.5 cm, L = 17.5 cm, T = 15 cm

Luasan ventilasi adalah 2 % dari total luasan dinding kemasan - Total luasan dinding kemasan (LK)

LK = 2(PxT)

= 2 (17.5 cm x 15 cm) = 525 cm2

- Ada 2 lubang ventilasi dalam 1 kemasan maka LV = 2 % x LK / 2

Luasan ventilasi adalah 2 % dari total luasan dinding kemasan - Total luasan dinding kemasan (LK)

LK = 2(LxT)

= 2 (17.5 cm x 15 cm) = 525 cm2

- Ada 2 lubang ventilasi dalam 1 kemasan maka LV = 2 % x LK / 2

 Kemasan transportasi kapasitas 8

(39)

29 Luasan ventilasi adalah 2 % dari total luasan dinding kemasan

- Total luasan dinding kemasan (LK) LK = 2(PxT)

= 2 (36 cm x 33 cm) = 2376 cm2

- Ada 8 lubang ventilasi dalam 1 kemasan maka LV = 2 % x LK / 8  Kemasan transportasi kapasitas 12

Diketahui : P = 53 cm, L = 36 cm, T = 33 cm

Luasan ventilasi adalah 2 % dari total luasan dinding kemasan - Total luasan dinding kemasan (LK)

LK = 2(PxT)

= 2 (53 cm x 33 cm) = 3498 cm2

- Ada 8 lubang ventilasi dalam 1 kemasan maka LV = 2 % x LK / 12  Kemasan transportasi kapasitas 8 (display 2)

Diketahui : Gaya = 183.5 kgf = 1800.135 N

(40)

30

 Kemasan transportasi kapasitas 12 (display 1) Diketahui : Gaya = 248.15 kgf = 2434.35 N

Luas penekan = 0.037 m2

Tekanan = 2434.15 N / 0.037 m2 = 0.658 Pa Berat total box = 19.848 kg

Tinggi kemasan = 33 cm f = 3

SF = P / f

= 0.658 / 3 = 0.22

Jumlah tumpukan = 0.22/19.848 x 1000 = 11.08 = 11

Tinggi tumpukan maksimum = jumlah tumpukan x tinggi kemasan = 11 x 0.33 m = 3.6 m

Level Safety/environmental factor Condition

Assurace 1 8

Frequent high humidity (80% and above) interlocked, misaligned

Assurace 2 4.5-5

Avarage storage conditions occasional high humidity (60-80 %), medium-term storage (3 month), interlocked stacks

Assurace 3 3

Best storage conditions, humidity sel;dom over 70 %, storage: 6 weeks or less, column stacks

(41)

31 Lampiran 5 Gambar teknik kemasan display isi 1

(42)

32

Lampiran 7 Gambar teknik kemasan transportasi kapasitas 8 display 1

(43)

33 Lampiran 9 Gambar teknik kemasan transportasi kapasitas 12 display 1

(44)

34

Lampiran 11 Analisis statistik susut bobot jeruk Pamelo selama penyimpanan

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:HasilSB

F df1 df2 Sig.

.519 9 30 .849

HasilSB Kemasan

N

Subset 1

Duncana,b 121 8 3.2663a

122 8 3.3300a

82 8 4.1288a

81 8 4.2863a

1 8 4.7275a

Sig. .393

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

Lampiran 12 Analisis statistik kekerasan jeruk Pamelo selama penyimpanan

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:HasilKekerasan

F df1 df2 Sig.

2.094 9 30 .063

HasilKekerasan Kemasan

N

Subset 1

Duncana,b 1 8 2.9850a

82 8 3.0963a

81 8 3.1438a

122 8 3.2162a

121 8 3.2950a

Sig. .114

(45)

35 Lampiran 13 Analisis statistik total padatan terlarut jeruk Pamelo

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Hasil

F df1 df2 Sig.

1.898 9 30 .091

Hasil Kemasan

N

Subset 1

Duncana,b 121.00 8 9.8875a

81.00 8 9.9625a

1.00 8 9.9750a

122.00 8 9.9875a

82.00 8 10.0250a

Sig. .532

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

Lampiran 14 Analisis statistik derajat L jeruk Pamelo selama penyimpanan

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:HasilL

F df1 df2 Sig.

. 39 0 .

KK = 2.021/69.74 * 100 % = 2.898 %

HasilL

Kemasan N

Subset

1 2 3

Duncana 0 8 66,8038a

2 8 68,8875b

4 8 69,5100b

3 8 71,2013c

1 8 72,1950c

Sig. 1,000 ,418 ,200

(46)

36

Lampiran 15 Analisis statistik derajat a jeruk Pamelo selama penyimpanan

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Hasila

F df1 df2 Sig.

. 39 0 .

KK = 2.345/(-5.26) * 100% = -44.6 %

Hasila

Kemasasn N

Subset

1 2

Duncana 0 8 -6,9113a

4 8 -6,7950a

3 8 -6,6475a

2 8 -3,4475b

1 8 -2,5138b

Sig. ,752 ,238

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

Lampiran 16 Analisis statistik derajat b jeruk Pamelo selama penyimpanan

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Hasilb

F df1 df2 Sig.

. 39 0 .

KK = 2.481/33.76 * 100% = 7.35 %

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

Hasilb

Kemasan N

Subset

1 2 3

Duncana 0 8 31,1013a

4 8 33,0512a 33,0512b

3 8 33,7537b

2 8 33,9400b

1 8 36,9437c

(47)

37

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 11 Februari 1992 dari pasangan Jamari dan Erna Susilowati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 5 Madiun dan di tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota dari Organisasi Mahasiswa Daerah Madiun di IPB 2010-2014 dan menjadi ketua divisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) 2011-2012. Penulis juga aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) 2011-2012 sebagai Bendahara dan pada 2012-2013 menjabat sebagai Sekretasis Departemen Public Relation HIMATETA. Selain aktif berorganisasi penulis juga aktif dalam kepanitian baik acara Departemen TMB seperti Bendahara pada kegiatan Masa Perkenalan Departemen (MPD) SAPA HIMATETA 2012 serta anggota Divisi acara pada Agromechanical Fair 2012, maupun acara IPB seperti anggota Divisi Desain Decoration and Documentation

pada kegiatan IPB’s Dedication for Education (IDEA) tahun 2012. Tahun 2013, penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT PG Rajawali I unit PG Rejo Agung

Baru, Madiun dengan topik “ Aplikasi Teknik Mesin dan Biosistem pada

Gambar

Tabel 1  Tipe flute dan kekuatan tepi karton
Gambar 1  Diagram alir proses penelitian
Gambar 3  Pengujian kekuatan tekan kemasan
Tabel 3  Dimensi kemasan hasil perancangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru agar profesional dalam.. merencanakan dan mengelola proses pembelajaran di sekolah.(Suwondo,

Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dan pembelajaran keterlibatan peserta didik dan pembelajaran Merancang pembelajaran yang mendidik.

Dalam hal ini Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sukoharjo menghitung. jumlah pajak yang terutang berdasarkan pandataan

11 SILABUS MANAJEMEN PENDIDIKAN 12 BAHAN AJAR MANAJEMEN PENDIDIKAN 21 SILABUS MANAJEMEN PELATIHAN 22 BAHAN AJAR MANAJEMEN PELATIHAN 31 SILABUS MANAJEMEN PERPUSTAKAAN 32 BAHAN

kegunaan lain dari amonium klorida adalah sebagai bahan baku dalam industri. pupuk dan bahan penunjang dalam industri farmasi, pembuatan

Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan

Namun semenjak menggunakan teknologi informasi secara tidak langsung perusahaan juga diuntungkan dengan lebih efisiennya rantai suplai, Hal ini bisa dilihat dari

Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi donatur menyumbang pada crowdfunding adalah motivasi mewujudkan, faktor sosial/terpuji, dan