• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Semen Beku Domba Jonggol yang Dikoleksi Menggunakan Elektroejakulator dalam Pengencer Tris dan Sitrat- Kuning Telur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Semen Beku Domba Jonggol yang Dikoleksi Menggunakan Elektroejakulator dalam Pengencer Tris dan Sitrat- Kuning Telur."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

DAVIN CHRISTIAN HARTONO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kualitas Semen Beku Domba Jonggol yang Dikoleksi Menggunakan Elektroejakulator dalam Pengencer Tris dan Sitrat-Kuning Telur” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Davin Christian Hartono

(4)
(5)

ABSTRAK

DAVIN CHRISTIAN HARTONO. Kualitas Semen Beku Domba Jonggol yang Dikoleksi Menggunakan Elektroejakulator dalam Pengencer Tris dan Sitrat-Kuning Telur. Dibimbing oleh R. Iis Arifiantini.

Domba jonggol merupakan domba hasil persilangan secara acak domba ekor tipis dengan domba garut atau domba priangan. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari kualitas semen segar dan semen beku domba jonggol yang dikoleksi menggunakan elektroejakulator dalam pengencer tris dan sitrat-kuning telur. Semen dikoleksi dari 3 ekor domba satu minggu satu kali selama tiga minggu dengan menggunakan elektroejakulator. Segera setelah koleksi, semen dievaluasi makro dan mikroskopis. Semen yang mempunyai motilitas > 75%, konsentrasi > 2500 juta/ml dengan morfologi spermatozoa yang abnormal < 15% dibagi menjadi 3 tabung, masing-masing tabung diencerkan dengan pengencer tris kuning telur A (TKT A), tris kuning telur (TKT B) dan sitrat kuning telur (SKT) dengan konsentrasi 200 juta/ml. Semen dikemas dalam straw 0.25 ml, diekuilibrasi, dibekukan dalam uap nitrogen cair dan disimpan dalam kontainer nitrogen cair (-196 oC). Data dianalisis menggunakan analysis of variance

(ANOVA) dilanjutkan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan secara makroskopis semen segar yang diperoleh adalah volume semen 0.75±0.19 ml, warna krem, konsistensi kental dengan pH 6.60±0.26. Secara mikroskopis gerakan massa +++, motilitas spermatozoa 77.78±3.63%, spermatozoa hidup 82.19±4.25%, konsentrasi spermatozoa 4380.89±1033.88 juta/ml dengan abnormalitas spermatozoa sebesar 3.47±0.63%. Kualitas semen beku menunjukkan motilitas spermatozoa pada pengencer TKT A (46.39±8.34%) paling tinggi dibandingkan pada pengencer TKT B (42.78±7.15%) dan SKT (22.26±8.49%). Penurunan motilitas spermatozoa dari semen segar ke setelah thawing sangat tinggi (40.96%). Longivitas spermatozoa setelah thawing

pada pengencer TKT yang lebih lama (7 jam) dibandingkan dengan SKT (4 jam), tidak terdapat perbedaan recovery rate pada ketiga domba jantan yang digunakan (p>0.05).

(6)

ABSTRACT

DAVIN CHRISTIAN HARTONO. Frozen Semen Quality of Jonggol Ram Collected By Using Electroejaculator in Tris and Citrate-Yolk Egg Extender. Supervised by R. Iis Arifiantini.

Jonggol sheep are random crossing of thin tailed sheep with priangan breed sheep. This research was conducted to study the quality of raw and frozen jonggol ram semen that collected by using electroejaculator in tris and citrate-egg yolk (TEY) extender. Semen was collected from three jonggol ram once a week for three weeks. Semen was evaluated macro and microscopically after collection. Semen that demonstrated > 75% sperm motility, > 2500 million in sperm concentration and < 15% abnormal sperm morphology were divided into 3 tubes, each tube was diluted with tris egg yolk A (TEY A), tris egg yolk B (TEY B) and citrate egg yolk (CEY), with a 200 million sperm concentration per ml. Semen packed in straw 0.25 ml, equilibrated, frozen in liquid nitrogen vapor and stored in liquid nitrogen containers (-196 oC). Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) followed by Duncan test. The quality of raw semen demonstrated 0.75±0.19 ml in semen volume, creamy in colour and thick in consistency with 6.60±0.26 in pH. Microscopycally demonstrated good mass movement, 77.78±3.63% in sperm motility and 82.19±4.25% live sperm. High sperm concentration (4380.89±1033.88 million/ml) and low sperm abnormalities (3.47±0.63%). The quality of frozen semen showed that sperm motility in TEY A (46.39±8.34%) and TEY B (42.78±7.15%) was highest (p<0.05) compared to CEY (22.26±8.49%). Decreased of sperm motility after thawing was high (40.96%) and the sperm longevity in TEY A dan TEY B (7 hours) was longer compared with CEY (4 hours), there is no difference in the recovery rate of the third ram used in this research (p>0.05).

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA JONGGOL YANG

DIKOLEKSI MENGGUNAKAN ELEKTROEJAKULATOR

DALAM PENGENCER TRIS DAN SITRAT-KUNING TELUR

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karunia-Nya yang melimpah sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah teknologi reproduksi ternak, dengan judul

“Kualitas Semen Beku Domba Jonggol yang Dikoleksi Menggunakan Elektroejakulator dalam Pengencer Tris dan Sitrat-Kuning Telur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sangat sabar mendampingi dan banyak memberi ilmu dan saran yang sangat membangun keilmuan penulis.

2. Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD selaku sebagai pembimbing akademik yang telah banyak memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis. 3. Nenek, Ibu, Ayah, Kakak, Adik, Kakak Ipar, dan Keponakan serta

keluarga besar yang selalu memberi doa, kasih sayang, dan dukungan kepada penulis.

4. Kakak-kakak pascasarjana dan PPDH yang berjuang bersama dalam penelitan dan telah banyak membantu: Kak Cholis, Kak Nancy, Kak Teguh, Kak Abdullah, dan Kak Mutaqinullah yang telah membantu dan berbagi suka duka selama pengumpulan data.

5. Bapak Bondan, Departemen Klinik, Patologi, dan Reproduksi (KRP), dan Keluarga besar Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR) bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH IPB.

6. Sahabat, pasangan, ataupun teman berbagi dalam senang maupun susah: Retno Tegarsih, Arvan, Alvin, Agustin, Iwan, dan Nadhear yang selalu mau mengingatkan, menemani, dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Teman-teman Acromion 47 FKH IPB yang sungguh luar biasa.

Tuhan pasti memberikan balasan atas semua bantuan dan dorongan yang telah diberikan. Penulisan skripsi ini pun masih jauh dari sempurna sehingga diharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membangun di masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Februari 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Domba Jonggol 2

Teknik Koleksi Semen Menggunakan Elektroejakulator 2

Kualitas Semen Domba 3

Bahan Pengencer Semen 3

BAHAN DAN METODE 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Prosedur Penelitian 4

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kualitas Semen Segar Domba Jonggol 6

Motilitas Semen Beku Domba Jonggol Pada Pengencer Tris Kuning Telur

A, Tris Kuning Telur B dan Sitrat Kuning Telur 8

SIMPULAN 11

Simpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 21

(11)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi buffer sitrat dan tris 5

2 Komposisi bahan pengencer semen beku 5

3 Kualitas semen segar domba jonggol 7

4 Persentase motilitas spermatozoa setelah thawing (PTM) semen beku

domba jonggol 8

5 Persentase motilitas spermatozoa domba jonggol selama proses

pembekuan 9

6 Longivitas spermatozoa (%) post thawing semen domba jonggol pada

tiap jam pengamatan 10

7 Recovery rate (%) spermatozoa domba jonggol 11

DAFTAR GAMBAR

1 Elektroejakulator (FHK Fujihira Industry Co.) 2 2 Grafik penurunan motilitas spermatozoa (%) domba jonggol pada

pengencer tris dan sitrat-kuning telur. SS: semen segar, SP: setelah pengenceran, SE: setelah ekuilibrasi, ST: setelah thawing 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kualitas semen segar domba jonggol 15

2 Persentase motilitas spermatozoa setelah thawing (PTM) semen beku

domba jonggol 16

3 Persentase motilitas spermatozoa domba jonggol selama proses

pembekuan 18

4 Longivitas spermatozoa post thawing semen domba jonggol pada tiap

jam pengamatan 19

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan komoditas ternak yang cukup banyak digemari dan dikembangkan di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), total komoditas domba pada tahun 2013 di Indonesia sebanyak 14.926 ekor. Keberadaannya telah menjadi salah satu ternak yang berpotensial dalam produksi daging untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Berbagai macam ras domba yang banyak dikembangbiakan seperti domba garut, domba jonggol, domba ekor gemuk, dan domba ekor tipis. Domba jonggol merupakan domba lokal Indonesia yang memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan sekitar dan mempunyai rata-rata performa produksi yang lebih baik dibandingkan domba lokal Indonesia lainnya. Karakteristik semen domba jonggol belum dilaporkan sehingga untuk mengetahuinya perlu dilakukan koleksi semen. Aplikasi teknologi reproduksi inseminasi buatan (IB) dilakukan untuk meningkatkan produktifitas domba jonggol melalui koleksi semen sebagai preservasi.

Koleksi atau penampungan semen adalah salah satu kegiatan pada teknologi reproduksi program IB. Koleksi dapat dilakukan menggunakan beberapa macam cara yaitu post coitum recovery, vagina buatan (VB), masase, dan elektroejakulator (EE) (Sorenson 1979), dan epididymal recovery (Watson 1978). Mengingat domba jonggol memiliki libido yang rendah atau menolak menggunakan VB, elektroejakulator dapat digunakan sebagai alternatif. Elektroejakulator merupakan salah satu teknik koleksi semen mengunakan rangsangan listrik ritmik dari tegangan rendah ke tinggi. Penggunaan EE khususnya ditujukan untuk koleksi semen pada hewan liar seperti rusa, harimau, dan monyet. Semen yang berhasil dikoleksi kemudian dievaluasi dan diproses serta disimpan dalam bentuk semen beku.

Kualitas semen beku yang baik menjadi faktor penentu kualitas reproduksi domba yang ingin dijadikan pejantan. Faktor penentu lainnya adalah sumber nutrisi spermatozoa selama preservasi sampai diinjeksikan apabila akan diinseminasikan. Sumber nutrisi ini didapat dari pemberian bahan pengencer atau krioprotektanke dalam semen. Hal ini diperlukan dalam melindungi spermatozoa dari cold shock. Bahan pengencer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

buffer tris dan sitrat dengan penambahan fruktosa dan gliserol di dalamnya dan kuning telur ayam negeri.

Hal yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah belum adanya laporan mengenai kualitas semen segar domba jonggol yang dikoleksi menggunakan elektroejakulator dan kualitas semen beku domba jonggol dalam pengencer tris dan sitrat-kuning telur. Oleh karena itulah, penelitian ini dilakukan.

Tujuan Penelitian

(14)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan teknik koleksi semen menggunakan elektroejakulator pada domba jonggol dan penyediaan data ilmiah kualitas semen beku domba jonggol dalam pengencer tris dan sitrat-kuning telur sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti dan peternak domba jonggol.

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Jonggol

Domba jonggol merupakan domba hasil persilangan secara acak domba ekor tipis dengan domba garut atau domba priangan dan dipelihara dengan sistem penggembalaan. Domba ini telah terseleksi di lingkungan panas dan kering. (Sumantri et al. 2007). Rata-rata performa produksi domba jonggol lebih baik dibandingkan domba lokal Indonesia lainnya dengan bobot tubuh dewasa sebesar 34.9 kg untuk pejantan dan 26.1 kg untuk betina (Sumantri et al. 2007).

Bobot tubuh dewasa domba jonggol tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan sejumlah domba lokal Indonesia lainnya, seperti: domba donggala (jantan 24.0 kg dan betina 25.3 kg), domba sumbawa (jantan 33.8 kg dan betina 26.9 kg), domba kisar (jantan 25.8 kg dan betina 18.9 kg), dan domba rote (jantan 27.9 kg dan betina 18.9 kg).

Teknik Koleksi Semen Menggunakan Elektroejakulator

Elektroejakulator merupakan salah satu teknik koleksi semen yang memberikan rangsangan listrik ritmik dari tegangan rendah ke tinggi dengan intensitas rangsangan dan istirahat yang sama (Arifiantini 2012). Teknik ini lebih ditujukan untuk koleksi semen pada satwa liar dan aplikasi elektroejakulator sangat memerlukan tenaga operator yang berpengalaman (Hafez 2000).

(15)

3 Elektroejakulator untuk domba terdiri atas beberapa komponen, yaitu sebuah transformator yang berhubungan dengan suatu batang yang disebut rectal probe atau batang rectal. Rectal probe terdiri atas sebatang karet yang berdiameter kira-kira 2 cm dan mengandung satu seri cincin-cincin elektroda yang berjarak 2.5 cm antara satu dengan yang lain (Toelihere 1985).

Kualitas Semen Domba

Semen mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan dalam jumlah kecil disekresikan oleh testes. Plasma semen domba umumnya berwarna krem yang mungkin disebabkan oleh adanya sekresi riboflavin oleh kelenjar vesikularis. Semen mengandung 75% air, lebih dari 40 g/ml prostaglandin, dan bersifat isotonik (Evans dan Maxwell 1987).

Kualitas semen yang baik memiliki kriteria presentase motilitas spermatozoa > 75% dengan konsentrasi spermatozoa > 2500 juta/ml dan spermatozoa abnormal < 15%. Motilitas merupakan faktor yang sangat menentukan bagi spermatozoa untuk melewati serviks untuk dapat menembus kumulus ooforus dan zona pelucida ovum sehingga fertilisasi dapat terjadi (Garner dan Hafez 2000).

Bahan Pengencer Semen

Toelihere (1985) berpendapat bahwa semen yang tidak diencerkan dan dibiarkan pada suhu 28-34 oC hanya bertahan selama dua jam, tetapi apabila semen diencerkan dalam bahan pengencer dan disimpan pada suhu 37-38 oC dapat bertahan sampai tiga jam (Haenlein et al. 2007). Semen dipreservasi dengan cara diencerkan kemudian disimpan pada kondisi yang bersuhu rendah untuk dapat mempertahankan kualitas semen yang telah dikoleksi terutama jika ingin dibuat menjadi semen beku (Tatik et al. 2007).

Pengencer semen beku harus mengandung sumber nutrisi, buffer, bahan anti

cold shock, antibiotik, dan krioprotektan yang dapat melindungi spermatozoa pada saat pendinginan, pembekuan, dan thawing (Arifiantini et al. 2005a). Penambahan antibiotika pada pengencer penting karena berguna untuk membunuh pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak spermatozoa dan memperbaiki fertilitas berupa peningkatan motilitas dan daya tahan hidup spermatozoa (Salisbury dan Vandemark 1985). Leboeuf et al. (2000) melaporkan bahwa konsentrasi gliserol dalam pengencer yang optimum adalah 4-7%.

(16)

4

Pengencer Tris Kuning Telur

Tris hydroxymethyl aminomethane (C4H11NO3) merupakan salah satu pengencer yang diperlukan spermatozoa sebagai sumber energi dalam jumlah yang cukup untuk motilitasnya (Susilawati 2011). Paulenz et al. (2002) menyatakan bahwa pengencer dasar tris dapat mempertahankan spermatozoa hidup lebih baik daripada pengencer sitrat maupun susu skim pada semen cair domba pada suhu 5 oC dan 20 oC.

Ax et al. (2000) menyatakan bahwa pengencer tris mempunyai beberapa kelebihan, antara lain dapat mempertahankan pH, mempertahankan tekanan osmotik, dan menjaga keseimbangan elektrolit. Pengencer tris yang ditambahkan kuning telur akan memberikan perlindungan lebih baik bagi spermatozoa. Kuning telur mengandung glukosa, protein, dan memiliki viskositas yang menguntungkan bagi spermatozoa (Yuliyanti 2001).

Pengencer Sitrat Kuning Telur

Arifiantini dan Purwantara (2010) melaporkan bahwa buffer tris dan sitrat menunjukkan kualitas yang sama pada semen sapi Frisien holstein (FH). Sitrat memiliki struktur melingkar, mengikat kalsium atau logam berat, dan memisahkan butiran lemak kuning telur sehingga spermatozoa dapat mudah dilihat di bawah mikroskop (Salisbury dan Van Demark 1985).

Pengencer sitrat yang ditambahkan kuning telur juga dapat memberikan perlindungan yang lebih baik bagi spermatozoa. Kandungan lesitin (phosphatidylcholine) yang terdapat dalam kuning telur berfungsi untuk melindungi spermatozoa dari pengaruh cold shock dengan cara melapisi membran spermatozoa (Nalley dan Arifiantini 2010).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2014. Domba jonggol yang digunakan sebanyak 3 ekor yang dipelihara di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Fakultas Peternakan IPB. Domba dipelihara secara individual dengan ukuran kandang 1.5 x 0.75 x 1.5 m yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Pakan berupa hijauan ditambah ransum konsentrat serta minum diberikan secara adlibitum.

Prosedur Penelitian Pembuatan Bahan Pengencer Semen

(17)

5 Tabel 1 Komposisi buffer sitrat dan tris

a

Sumber: Ariantie (2014). b

Sumber: Arifiantini dan Purwantara (2010).

Tabel 2 Komposisi bahan pengencer semen beku

TKT A: tris kuning telur A, TKT B:tris kuning telur B, SKT: sitrat kuning telur. a

Sumber: Pamungkas et al. (2014).

Koleksi Semen dan Evaluasi Semen

Semen dikoleksi 1 kali seminggu pada pagi hari selama tiga minggu menggunakan elektroejakulator (FHK Fujihira Industry Co.) masing-masing dalam satu ejakulat. Segera setelah koleksi, semen dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi volume semen dengan melihat skala pada volume tabung tulip, warna dilihat secara visual, pH diukur menggunakan pH indikator paper skala 6.4 sampai 8.0 (Merck). Konsistensi semen dinilai dengan memiringkan tabung penampung dan mengembalikan ke tempat semula dengan kriteria encer, sedang, dan kental. Evaluasi semen secara mikroskopis menggunakan mikroskop binokuler (Olympus CH20), meliputi gerakan massa, konsentrasi spermatozoa, motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, dan abnormalitas spermatozoa (Arifiantini 2012).

Pengenceran dan Pengemasan Semen

Semen yang menunjukkan motilitas > 75% dengan konsentrasi > 2500 juta/ml dengan abnormalitas < 15% dibagi ke dalam tiga tabung masing-masing diencerkan dengan pengencer TKT A, TKT B, atau SKT, dengan konsentrasi akhir 200 juta/ml (50 juta/straw). Jumlah pengencer yang digunakan dihitung menggunakan rumus:

Semen dan pengencer dihomogenkan dan dikemas ke dalam straw 0.25 ml selanjutnya disusun dalam rak pembekuan.

Bahan Buffer tris Aa Buffer tris Ba Buffer sitratb

Tris (Hydroxymethyl) aminomethane (g) 3.63 3.63 -

Na-sitrat (g) - - 2.37

D-fruktosa (g) 0.5 0.5 1

Asam sitrat monohidrat (g) 1.99 1.99 -

Akuabidestilata ad. (ml) 100 74 100

Bahan TKT Aa TKT Ba SKTa

Kuning telur (%) 20 20 20

Gliserol (%) 6 6 6

Buffer tris (%) 74 74 -

Buffer sitrat (%) - - 74

Penicilin (IU/ml) 1000 1000 1000

(18)

6

Ekuilibrasi dan Pembekuan

Straw yang telah disusun dalam rak pembekuan diekuilibrasi pada suhu 4 oC selama 4 jam. Pembekuan dilakukan dalam styrofoam, straw diletakkan 5 cm di atas uap nitrogen cair selama 10 menit. Selanjutnya straw tersebut dimasukkan dalam container pada suhu -196 oC untuk pengujian lebih lanjut.

Pengujian kualitas

Pengujian motilitas dilakukan pada semen segar, setelah pengenceran, setelah ekuilibrasi dan setelah pembekuan. Pengujian setelah pembekuan dilakukan dengan cara melakukan thawing semen beku satu persatu pada bersuhu 37 oC selama 30 detik. Semen yang telah dicairkan kembali, dikeluarkan dari

straw dan dimasukkan ke dalam mikrotub serta disimpan pada water bath (37 o

C). Evaluasi dilakukan terhadap motilitas pada jam ke-0, dilanjutkan setiap jam untuk mengujilongivitas spermatozoa sampai menunjukkan motilitas 0%.

Analisis Data

Data dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA). Jika ditemukan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan, analisis dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie 1993). Data diolah mengunakan program IBM SPSS Statistics 21.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Semen Segar Domba Jonggol

Rangsangan elektroejakulator (EE) pada penelitian ini berbeda-beda antara 3 domba yang digunakan. Domba A dan B ejakulasi pada rangsangan 4.00±0.63 dan 4.67±0.52 V sedangkan domba C pada 3.33±1.03 V dengan lama waktu koleksi antara 3 sampai 5 menit. Kualitas semen domba jonggol hasil koleksi menggunakan EE secara umum menunjukkan kualitas yang sangat baik (Tabel 3). Volume semen hampir sama antar individu yaitu 0.75±0.31 ml sampai 0.77±0.03 ml. Volume semen domba ini lebih rendah pada kisaran normal volume semen menurut Garner dan Hafez (2000) 0.8-1.2 ml perbedaan ini kemungkinan akibat teknik koleksi semen yang dilakukan. Penggunaan EE menyebabkan proses ejakulasi dipaksakan sehingga sekresi kelenjar asesoris tidak terjadi dengan sempurna. Koleksi semen yang paling baik adalah menggunakan vagina buatan. Penggunaan vagina buatan bisa menghasilkan volume semen yang tinggi seperti pada domba garut bisa mencapai volume 3.76 ml (Herdis et al. 2003), domba konya merino sebesar 1.1 ml (Kaya et al. 2002), dan domba st croix sebesar 1.66 ml (Feradis 1999).

(19)

7 6.50±0.71 sampai dengan 6.70±0.30. Hasil tersebut termasuk dalam kisaran normal domba menurut Garner dan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa semen segar domba kisaran normal memiliki warna krem, pH 5.8-7.3, dan konsistensi kental.

Gerakan massa pada ketiga domba jonggol menunjukkan hasil +++ yang tergolong gerakan massa sangat baik, ditandai dengan gelombang massa spermatozoa yang tebal dengan gerakan yang sangat cepat berpindah. Persentase motilitas spermatozoa antar domba yang diperoleh selama penelitian tidak berbeda nyata (p>0.05) antara 76.67±2.89% sampai dengan 80.00±5.00%. Hasil ini termasuk dalam kisaran normal motilitas spermatozoa domba, yaitu 60-80% (Garner dan Hafez 2000) dan bahkan termasuk dalam motilitas yang sangat baik, yaitu 70-80% (Campbell et al. 2003) serta lebih tinggi dibandingkan motilitas spermatozoa domba garut yang sebesar 74.17% (Herdis et al. 2005).

Persentase spermatozoa hidup antar domba yang diperoleh selama penelitian tidak berbeda nyata (p>0.05) antara 79.25±4.52% sampai dengan 84.57±2.20%. Hasil yang diperoleh tidak jauh dengan hasil yang diperoleh Rizal et al. (2003) yang mendapatkan persentase spermatozoa hidup domba garut sebesar 88.33%. Hasil tersebut (Tabel 3) sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bearden dan Fuquay (1997) yang menyatakan bahwa persentase spermatozoa hidup lebih tinggi daripada persentase spermatozoa motil karena spermatozoa yang hidup belum tentu motil sehingga nilainya dapat lebih tinggi.

Tabel 3 Kualitas semen segar domba jonggol

Parameter Domba

Rata-rata angka pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05).

(20)

8

Persentase abnormalitas spermatozoa domba jonggol sangat rendah, yaitu antara 3.37±0.67% sampai dengan 3.63±0.65% dan tidak terdapat perbedaan antar individu domba. Menurut Campbell et al. (2003), semen domba yang berkualitas tinggi maksimal mengandung 5-15% spermatozoa yang abnormal. Abnormalitas spermatozoa bisa disebabkan oleh kejutan dingin atau panas, ketidakseimbangan nutrisi, dan endokrin (Arifiantini et al. 2005b), atau dapat juga akibat frekuensi ejakulasi yang tinggi (Oyeyemi et al. 2000).

Beberapa perbedaan nilai hasil penelitian disebabkan berbagai faktor seperti individu ternak, umur, musim, nutrisi, rumpun, frekuensi ejakulasi, libido, dan kondisi ternak itu sendiri terutama teknik koleksi semen yang dilakukan. Roca et al. (2006) berpendapat bahwa semen segar yang memiliki konsentrasi dan motilitas tinggi dengan morfologi normal merupakan pilihan yang tepat untuk diproses menjadi semen beku. Terlebih semen domba dan kambing dapat dibuat menjadi semen beku dengan tingkat ketahanan yang baik (Dally et al. 2000).

Motilitas Semen Beku Domba Jonggol Pada Pengencer Tris Kuning Telur A, Tris Kuning Telur B dan Sitrat Kuning Telur

Persentase motilitas spermatozoa semen beku domba jonggol setelah

thawing menunjukkan bahwa pengencer TKT A dan TKT B pada domba A dan B menunjukkan motilitas yang sama (p>0.05), keduanya lebih baik dibandingkan pengencer SKT (Tabel 4). Berbeda dengan domba C yang menunjukkan motilitas terbaik (p<0.05) pada TKT A (50.56±0.96%), diikuti TKT B (38.33±10.10%) dan paling rendah pada pengencer SKT (19.01±2.37%). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis pengencer ikut memengaruhi kualitas semen pada jantan yang berbeda. Pengencer SKT kurang baik digunakan pada seluruh semen domba jonggol ini dibandingkan pengencer TKT.

Tabel 4 Persentase motilitas spermatozoa setelah thawing (PTM) semen beku domba jonggol

Domba Pengencer

TKT A TKT B SKT

A 46.39 ± 15.86a 45.83 ± 10.10a 20.28 ± 13.57c

B 42.22 ± 11.07a 44.17 ± 7.22a 27.50 ± 18.87c

C 50.56 ± 0.96a 38.33 ± 10.10b 19.01 ± 2.37c

Keterangan: Data disajikan dalam rata-rata ± standar deviasi. Huruf yang berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05).

Persentase motilitas spermatozoa domba garut setelah thawing berkisar antara 42.5±14.4% (Gustari 2003) sampai dengan 53.00±2.74% (Herdis et al.

2013), tetapi dengan teknik koleksi semen menggunakan vagina buatan. Rumpun domba yang digunakan juga memengaruhi kualitas semen beku yang dihasilkan. Motilitas spermatozoa setelah thawing pada domba finn sebesar 41% sementara pada domba dorset sebesar 47% keduanya menggunakan pengencer tris kuning telur dengan teknik koleksi semen mengunakan VB (El-alamy dan Foote 2001).

(21)

9 dipahami mengingat ekuilibrasi dilakukan pada suhu 4 oC demikian juga pada saat pembekuan dan thawing spermatozoa mengalami perubahan suhu kritis (0 sampai -60oC) sebanyak dua kali akibatnya spermatozoa banyak yang mati sehingga kualitasnya menurun.

Tabel 5 Persentase motilitas spermatozoa domba jonggol selama proses pembekuan

Domba Motilitas spermatozoa (%)

Semen segar Setelah pengenceran Setelahekuilibrasi Setelah thawing

A 76.67 ± 2.89a 75.00 ± 3.54a 65.56 ± 5.27b 37.50 ± 17.36c

B 80.00 ± 5.00a 77.78 ± 3.63a 68.33 ± 6.12b 37.96 ± 13.97c

C 76.67 ± 2.89a 74.44 ± 4.64a 66.11 ± 5.46b 36.07 ± 14.60c

Rataan 77.78 ± 3.63a 76.25 ± 3.97a 66.67 ± 5.84b 36.82 ± 15.70c

Keterangan: Data disajikan dalam rata-rata ± standar deviasi. Huruf yang berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05).

Persentase motilitas spermatozoa antar domba pada tahapan yang sama tidak berbeda nyata (p>0.05). Penurunan motilitas spermatozoa dari semen segar ke setelah pengenceran hanya sebesar 1.53%. Menurut Yani et al. (2001), persentase spermatozoa hidup yang masih tinggi pada awal penyimpanan disebabkan oleh masih tersedianya zat energi yang dibutuhkan, larutan penyangga yang masih stabil, tekanan osmotik yang masih isotonis, dan umur spermatozoa yang masih segar sehingga penurunan yang terjadi tidak berbeda nyata (p>0.05). Penurunan kualitas dari setelah pengenceran ke setelah ekuilibrasi mulai tinggi sebesar 9.58%, dan penurunan yang paling tinggi terjadi dari setelah ekuilibrasi ke setelah thawing yaitu sebesar 29.85% sehingga total penurunan dari semen segar ke setelah thawing adalah 40.96% (Grafik 1).

1,53%

Gambar 2 Grafik penurunan motilitas spermatozoa (%) domba jonggol pada pengencer sitrat dan tris kuning telur. SS: semen segar, SP: setelah pengenceran, SE: setelah ekuilibrasi, ST: setelah thawing.

(22)

10

domba garut yang hanya menurun sebesar 27.42% (Herdis et al. 2005). Nilai penurunan spermatozoa inilah yang menjadi titik kritis kualitas semen beku domba yang perlu dipelajari lebih dalam terutama penetapan standar baku yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kualitas semen beku domba jonggol dievaluasi lebih lanjut dari daya tahan hidup spermatozoa atau longivitas spermatozoa yang diamati selama beberapa jam dari jam ke-0 sampai mati. Longivitas atau daya tahan hidup adalah kemampuan spermatozoa bertahan pada suhu tertentu. Longivitas spermatozoa setelah thawing

TKT A (7 jam) dan TKT B (7 jam) mempunyai longivitas yang sama (p>0.05), keduanya lebih tinggi dari SKT (p<0.05) yang hanya 4 jam. Perbedaan longivitas ini menyebabkan nilai motilitas spermatozoa setelah thawing yang berbeda. Longivitas SKT lebih rendah nilainya sehingga longivitasnya lebih pendek dari TKT.

Longivitas spermatozoa domba jonggol ini lebih rendah dari penelitian Gustari (2003) yang dapat bertahan sampai dengan jam ke-10. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh nutrisi pada pengencer yang digunakan berbeda dan setelah thawing nutrisi habis digunakan untuk bertahan hidup. Hal ini didukung oleh pernyataan Nazli (2004) yang juga menyatakan bahwa spermatozoa setelah thawing menggunakan energi hasil metabolisme dari pengencer untuk bertahan hidup dan aktivitasnya. Akumulasi sisa metabolisme dari proses tersebut menyebabkan penurunan motilitas dari spermatozoa. Spermatozoa yang mati disebabkan karena sudah tidak memiliki ATP terutama ion P yang memiliki energi tinggi untuk menimbulkan kontraksi pada fibril-fibril mikro dan menghasilkan gerakan berpilin pada spermatozoa (Rizal et al. 2003). Tabel 6 Longivitas spermatozoa (%) postthawing semen domba jonggol pada

tiap jam pengamatan

Jam Motilitas spermatozoa (%)

TKT A TKT B SKT

0 46.39 ± 10.34a 47.78 ± 12.50a 22.36 ± 12.62b

1 35.60 ± 10.51a 36.67 ± 9.96a 10.65 ± 3.92b

2 28.92 ± 9.15a 28.96 ± 10.08a 7.50 ± 1.77b

3 19.61 ± 8.92a 20.42 ± 8.45a 5.50 ± 1.00b

4 13.40 ± 6.28a 13.78 ± 5.40a 5.00 ± 0.00b

5 9.50 ± 8.73a 9.56 ± 2.33a -

6 9.17 ± 5.89a 6.50 ± 2.24a -

7 6.67 ± 0.00a 5.00 ± 0.00a -

Keterangan: Data disajikan dalam rata-rata ± standar deviasi. Huruf yang berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05).

(23)

11 untuk lebih melindungi spermatozoa. Pendapat ini didukung oleh pernyataan menurut Nalley dan Arifiantini (2010) yang menyatakan bahwa kandungan lesitin (phosphatidylcholine) yang terdapat dalam kuning telur berfungsi untuk melindungi spermatozoa dari pengaruh cold shock dengan cara melapisi membran spermatozoa.

Pengaruh individu dalam keberhasilan pembekuan dapat dilihat dengan pengujian nilai recovery rate. Recovery rate (RR) adalah kemampuan pemulihan spermatozoa setelah pembekuan dengan membandingkan persentase spermatozoa motil pada semen segar dengan pasca thawing (Garner dan Hafez 2000).

Tabel 7 Recovery rate (%) spermatozoa domba jonggol

Domba Recovery rate (%)

A 48.55 ± 22.55

a

B 48.47 ± 17.88a

C 48.15 ± 19.21a

Keterangan: Data disajikan dalam rata-rata ± standar deviasi. Huruf yang berbeda yang mengikuti angka pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05).

Hasil penelitian menunjukkan RR semen beku antar domba jonggol sama (p>0.05). Recovery rate antara 48.15±19.21% sampai 48.55±22.55%. Hasil ini menunjukkan bahwa spermatozoa dari ketiga domba memiliki kemampuan pemulihan spermatozoa setelah pembekuan yang sama. Berdasarkan hasil yang terlihat bahwa koleksi semen menggunakan elektroejakulator jika digunakan bahan pengencer yang tepat dengan teknik pembekuan yang baik mempunyai kualitas semen beku yang sama baiknya dengan kualitas semen beku yang dikoleksi menggunakan vagina buatan.

SIMPULAN

Simpulan

(24)

12

DAFTAR PUSTAKA

Ariantie OS, Yusuf TL, Dondin S, Arifiantini RI. 2014. Kualitas semen cair kambing peranakan etawah dalam modifikasi pengencer tris dengan trehalosa dan rafinosa. J Vet. 15(1):11-22.

Arifiantini RI, Yusuf TL, Indah O. 2005a. Kaji banding dua teknik pengemasan menggunakan tiga macam pengencer untuk pembekuan semen sapi Friesian Holstein (FH). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 52:366-376.

Arifiantini RI, Yusuf TL, Riyadi M. 2005b. Stimulasi bailey elektroejakulator pada voltase yang berbeda terhadap volume semen dan konsentrasi spermatozoa domba lokal. JITAA. 30(3):135-141.

Arifiantini RI, Yusuf TL, Graha N. 2005c. Longivitas dan recovery rate pasca

thawing semen beku sapi Friesiean Holstein (FH) menggunakan bahan pengencer yang berbeda. BulPet. 29(2):53-61.

Arifiantini RI, Purwantara B. 2010. Motility and viability Friesian Holstein spermatozoa in three different extender stored at 5 oC. JITAA. 35(4):222-226.

Arifiantini RI. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor (ID): IPB Pr.

Ax RL, Dally MR, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varner DD, Hafez B,Bellin ME. 2000. Semen evalution. In: Hafez B, Hafez ESE (Eds). Reproduction in Farm Animals. 7th Ed. Philadelphia (US): Lippincott William & Wilkins. 365-375.

Bearden, Fuquay. 1997. Applied animals reproduction. 2nd Ed. Virginia (US): Reston Publishing Company Inc. Aprentice-hall company Reston.

Campbell JR, Campbell KL, Kenealy MD. 2003. Artificial Insemination. In: Anim Sci. 41th Ed. New York (US): McGraw-Hill.

Dally MR, Ax RL, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varmer DD, Hafez B, Bellin ME. 2000. Semen evaluation. In: Reproduction in Farm, Animals. 7th Ed. Hafez ESE. 1987. Philadelphia (US): Lea and Febiger.

Eriani K, Boediono A, Djuwita I, Sumarsono SH, Al-azhar. 2008. Development of domestic cat embryo produced by preserved sperms. J Biosciences. 15:155-160.

El-alamy MA, Foote RH. 2001. Freezability of spermatozoa from finn and dorset rams in multiple semen extenders. Anim Reprod Sci. 65:245-254.

Evans G, Maxwell WMC. 1987. Solomon’s artificial insemination of sheep and goat. Butterworths (AUS).

Feradis MP, 1999. Penggunaan antioksidan dalam pengencer semen beku dan metode sinkronisasi estrus pada program inseminasi buatan domba St. Corix [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(25)

13 Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and seminal plasma. In: Hafez ESE,

Hafez B. 2000. Reproduction in Farm Animals 7th Ed. Philadelphia (US): Lippincott Wiliams & Wilkins.

Gustari S. 2003. Pengujian daya tahan spermatozoa semen beku kambing dan domba setelah thawing. J Sain Vet. XXI(1):60-63.

Herdiawan I. 2004. Pengaruh laju penurunan suhu dan jenis pengencer terhadap kualitas semen beku domba Priangan. JITV. 9(2):98-107.

Herdis, Toelihere MR, Supriatna I, Purwantara B, Adikara RTS. 2003. Integritas dan daya hidup spermatozoa pada pembekuan semen domba Garut (Ovis aries) dengan pengencer dasar tris dan susu skim kuning telur. JSTI. 2(3):62-68.

Herdis, Rizal M, Boediono A, Arifiantini RI, Saili T, Aku AS, Yulnawati. 2005. Optimasi kualitas semen beku domba Garut melalui penambahan trehalosa ke dalam pengencer kuning telur. JPPT. 30(4):229-236.

Herdis, Darmawan IW. 2013. Pengaruh maltose sebagai krioprotektan ekstraseluler dalam meningkatkan kualitas semen beku guna mendukung keberhasilan teknologi inseminasi buatan. J Sain Tek Ind. 14(3):197-202. Kaya A, Aksoy M, Tekeli T. 2002. Influence of ejaculation frequency on sperm

characteristics, ionic composition and enzymatic activity of seminal plasma in rams. Small Rum. Res. 44:153-158.

Leboeuf B, Restall B, Salamon S. 2000. Production and storage of goat semen for artificial insemination. AnimReprodSci. 62:113 – 141.

Nalley WMM, Arifiantini RI. 2010. Penggunaan berbagai jenis kuning telur ayam dalam pengencer tris terhadap kualitas semen cair domba local. Dalam:

Peranan Teknologi Reproduksi dalam Rangka Swasembada Pangan Nasional. Prosiding Seminar Nasional; Bogor 6-7 Oktober 2010. Bogor (ID): Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, FKH IPB. 50-52.

Nazli CS. 2004. Kajian kualitas spermatozoa kucing asal epidydimis dan duktus deferens setelah proses preservasi pada suhu 4 oC [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Oyeyemi MO, Akusu MO, Ola-Davies OE. 2000. Effect of successive ejaculations on the spermiogram of West African dwarf goats (Capra hircus L.). Veterinarski Arhiv. 70(4): 215-221.

Pamungkas FA, Batubara A, Anwar. Kriopreservasi spermatozoa kambing boer: perbandingan dua bahan pengencer terhadap kualitas post-thawing dan kemampuan fertilitasnya. JITV. 19(2):130-137.

Parrish’s J. 2003. Techniques in domestic animal reproduction – evaluation and freezing of semen [Internet]. [diunduh 2015 Jan 10]. Tersedia pada:

http://www.wisc.edu/ansci_repro.

Paulenz H, Soderquist L, Perez-Pe R, Berg KA. 2002. Effect of different extenders and storage temperatures on sperm viability of liquid ram semen.

(26)

14

Rizal M, Toelihere MR, Yusuf TL, Bambang P, Situmorang P. 2002. Kualitas semen beku domba Garut dalam berbagai dosis gliserol. JITV. 7(3):194-199. Rizal M, Toelihere MR, Yusuf TL, Bambang P, Situmorang P. 2003.

Kriopreservasi semen domba garut dalam pengencer tris dengan konsentrasi laktosa yang berbeda. Media Kedok Hew. 7(3):194-199.

Roca J, Hernandez M, Cavajal G, Vazquez JM, Martinez EA. 2006. Factor influencing boar sperm cryopsurvival. JAnimSci. 84:2692-2699.

Salisbury GW, Vandemark NL. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Djanuar R, penerjemah, editor. Yogyakarta (ID): UGM

Pr. Terjemahan dari: Physiology of Reproduction and Artificial Insemination of Cattle.

Sorensen JAM. 1979. Laboratory manual for animal reproduction. 4th Ed. Boston (US): American Press.

Stafford KJ. 1995. Electroejaculation: a welfare issue? Surveillance 22: 15-17. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta (ID):

Gramedia Pustaka Utama.

Sumantri C, Eintiana A, Salamena JF, Inounu I. 2007. Keragaman dan hubungan phylogenik antar domba lokal di Indonesia melalui pendekatan analisis morfologi. JITV. 12(1):42-54.

Susilawati T. 2000. Teknologi Preservasi dan Kriopreservasi Spermatozoa dan Ova [tesis]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Toelihere MR. 1985. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa. Tatik Y, Siwitri K, Yanti F. 2007. Pengaruh pengencer kuning telur dengan air

kelapa dan lama penyimpanan terhadap kualitas semen kambing Nubian.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 2(2).

Watson P. 1978. A Review of Techniques of semen collection in mammals. Symp Zool Soc. 43: 97-126.

Yani A, Nuryadi, Pratiwi T. 2001. Pengaruh tingkat substitusi santan kelapa pada pengencer tris dan waktu penyimpanan terhadap kualitas semen kambing peranakan etawah (PE). J Biosain. 1(1):23-29.

Yildiz C, Kaya A, Aksoy M, Tekeli T. 2000. Influence of sugar supplementation of the extender on motility, viability, and acrosomal integrity of dog spermatozoa during freezing. Theriogenology. 54:579-585.

(27)

15

LAMPIRAN

(28)

16

(29)
(30)

18

Lampiran 3 Persentase motilitas spermatozoa domba jonggol selama proses pembekuan

70,8717 81,6283 2,9761

(31)

19

a. Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this random effects measure.

Lampiran 4 Longivitas spermatozoa post thawing semen domba jonggol pada tiap jam pengamatan

(32)

20

TKT2

0 6 47,7783 12,50259 5,10416 34,6577 60,8990 27,50 61,67 1 6 36,6667 9,95825 4,06544 26,2161 47,1172 20,00 47,50 2 6 28,9583 10,07524 4,11320 18,3850 39,5316 12,50 40,00 3 6 20,4167 8,45232 3,45064 11,5465 29,2868 8,50 30,00 4 6 13,7783 5,39693 2,20329 8,1146 19,4421 6,00 20,00 5 6 9,5567 2,32631 ,94971 7,1154 11,9980 5,00 11,67 6 5 6,5000 2,23607 1,00000 3,7236 9,2764 5,00 10,00

7 1 5,0000 . . . . 5,00 5,00

Total 42 23,3436 16,12999 2,48891 18,3171 28,3700 5,00 61,67

Lampiran 5 Recovery ratepost thawing semen domba jonggol

Descriptives

Recovery_rate

N Mean Std.

Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minim um

Maxim um Lower

Bound

Upper Bound

(33)

21

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Elektroejakulator (FHK Fujihira Industry Co.)
Tabel 2  Komposisi bahan pengencer semen beku
Tabel 3  Kualitas semen segar domba jonggol
Tabel 5  Persentase motilitas spermatozoa domba jonggol selama proses pembekuan
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Pada beberapa orang, virus hepatitis B juga dapat menyebabkan infeksi hati kronis yang nantinya bisa berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati..  Lebih dari 90% orang

Beberapa alasan atau faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mau menggunakan suatu aplikasi adalah kegunaan, kemudahan penggunaan, kompatibilitas, minat akan

menganalisis dan menemukan secara empiris tentang efektifitas manajemen pelaksanaan program satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di SMU Negeri Bangodua

Hasil dari kajian luasan perubahan fisik spasial Kecamatan Ampenan dari tahun 2010 sampai tahun 2017 adalah +80,49 Ha atau 8,59% dari total luas wilayahnya, dimana

Dalam kepariwisataan faktor manfaat dan kepuasan wisatawan berkaitan dengan “Tourism Resourch dan Tourist Service.” Objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun

Untuk mengetahui pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga BI terhadap profitabilitas bank syariah jika dibandingkan dengan bank konvensional 1.4 Manfaat Penelitian.. Hal

Demikian Berita Acara Pemeriksaan Dokumen ini dibuat sebagai hasil dari pemeriksaan Dokumen sebagaimana dimaksud diatas dan agar dapat dipergunakan sesuai