• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Total Factor Productivity (TFP) dan hubungan Ekspor-Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor pertanian indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Total Factor Productivity (TFP) dan hubungan Ekspor-Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor pertanian indonesia"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY (TFP) DAN

HUBUNGAN EKSPOR - PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)

DI SEKTOR PERTANIAN INDONESIA

FITRIA DEWI RASWATIE

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peranan Total Factor Productivity (TFP) dan Hubungan Ekspor – Produk Domestik Bruto (PDB) di Sektor Pertanian Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing, dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan di dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Fitria Dewi Raswatie

(4)

FITRIA DEWI RASWATIE. Peranan Total Factor Productivity (TFP) dan Hubungan Ekspor-Produk Domestik Bruto (PDB) di Sektor Pertanian Indonesia. Dibimbing ole HENY K.S DARYANTO dan DEDI BUDIMAN HAKIM.

Sektor pertanian berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi sebagai kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Dengan demikian, penting juga untuk melihat penggunaan TFP pertanian serta ekspor pertanian terkait dengan PDB pertanian. Adanya structural change akibat adanya krisis ekonomi juga penting dilihat pengaruhnya terhadap variabel-variabel di sektor pertanian.

Penelitian ini berfungsi untuk (1) Menganalisis Total Factor Productivity

(TFP) di sektor pertanian di Indonesia; (2) Menganalisis hubungan jangka pendek serta jangka panjang antara ekspor pertanian dengan PDB sektor pertanian dan variabel lain di sektor pertanian Indonesia; (3) Menganalisis adanya perubahan struktur (structural change) di sektor pertanian Indonesia. Metode yang digunakan yaitu model ECM dan Chow Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa TFP pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan output pertanian. Jika dilihat berdasarkan fase pertumbuhan ekonomi, maka pada fase sebelum krisis ekonomi, TFP pertanian memberi kontribusi paling besar terhadap PDB pertanian. Pada fase ketika terjadi krisis ekonomi, pertumbuhan output pertanian negatif berasal dari TFP pertanian yang negatif. Namun setelah terjadi krisis ekonomi, pertumbuhan output pertanian lebih besar dari investasi PMA dibandingkan TFP pertanian.

PDB pertanian mempunyai hubungan yang berbeda terhadap ekspor pertanian dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, PDB pertanian satu tahun sebelumnya (+), TFP Pertanian (-), harga domestik pertanian (+) dan harga ekspor pertanian (-). Sedangkan dalam jangka panjang, PDB pertanian (+), TFP Pertanian (-), dan harga domestik pertanian (-) berpengaruh signifikan terhadap ekspor pertanian. Sedangkan variabel harga ekspor pertanian dan nilai tukar tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ekspor pertanian.

Terdapat structural change akibat adanya krisis ekonomi tahun 1997 menyebabkan perubahan parameter hubungan jangka pendek eskpor pertanian dengan PDB pertanian dan variabel lain. Hasil estimasi setelah ditambahkan dummy krisis moneter pada tahun 1997 menunjukkan bahwa dalam hubungan jangka pendek, PDB pertanian satu tahun sebelumnya (+), TFP Pertanian (-), harga domestik pertanian (+), harga ekspor pertanian (-), harga domestik pertanian satu tahun sebelumnya (+), dan dummy krisis ekonomi tahun 1997 (+) berpengaruh signifikan terhadap ekspor pertanian. Hasil analisis ECM (jangka pendek) yang baru menunjukkan tanda koefisien parameter variabel PDB pertanian, TFP pertanian, harga domestik pertanian, harga ekspor pertanian, yang sesuai hipotesis adalah variabel dengan lag satu tahun. Artinya, terdapat lag

ekspor pertanian dalam merespon variabel yang mempengaruhinya.

(5)

SUMMARY

FITRIA DEWI RASWATIE. The Role Total Factor Productivity (TFP) and Export – Gross Domestic Product (GDP) Relation in Indonesia’s Agricultural Sector. Supervised by HENY K.S DARYANTO and DEDI BUDIMAN HAKIM.

The agricultural sector has an important role in developing economy as a contribution for the national Gross Domestic Product (GDP). Thus, it is also important to see the usage of agricultural TFP and agricultural export related to agricultural GDP. Structural challenge caused by economic crisis is also important to be observed in terms of its influence toward variables in the agricultural sector. This research functions to: (1) Aanalyze Total Factor Productivity (TFP) in Indonesia’s agricultural sector; (2) Analyze short term and long term relations between agricultural export and GDP of the agricultural sector and other variables in Indonesia’s agricultural sector; (3) Analyze structural in Indonesia’s agricultural sector. The method used is ECM model and Chow Test.

The research result shows that agricultural TFP gives the largest contribution towards the growth of agricultural output. If seen from the phases of economic growth, it is evident that during the phase before economic crisis, agricultural TFP gives the largest contribution towards agricultural GDP. During the phase of economic crisis, the negative growth of agricultural output origins from the negative agricultural TFP. But after the economic crisis, the growth of agricultural output became larger than PMA investment compared to agricultural TFP.

Agricultural GDP has a different relation towards agricultural export in short term and long term. In short term, agricultural GDP one year previously (+), Agricultural TFP (-), agricultural domestic price (+) and agricultural export price (-); in long term, agricultural GDP (+), Agricultural TFP (-), and agricultural domestic price (-) have significant effects toward agricultural export. While the variables of agricultural export price and exchange rate do not have significant influence toward agricultural export.

There was a structural change caused by economic crisis in 1997 which changed the short term relation parameter of agricultural export with agricultural GDP and other variables. Estimation result after added by monetary crisis dummy in 1997 shows that in short term, agricultural GDP one year previously (+), agricultural TFP (-), agricultural domestic price (+), agricultural export price (-), agricultural domestic price one year previously (+), and economic crisis dummy of 1997 (+) have significant influences toward agricultural export. Analysis of the new ECM result (short term) showst that the parameter coefficient signs of the following variables: agricultural GDP, agricultural TFP, agricultural domestic price, agricultural export price, in accordance with the hypothesis are variables with a one year lag. Meaning, that there is a lag of agricultural export in response to the influencing variables.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

PERANAN TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY (TFP) DAN

HUBUNGAN EKSPOR - PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)

DI SEKTOR PERTANIAN INDONESIA

FITRIA DEWI RASWATIE

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr Ir Sri Hartoyo, MS

(9)

Judul Tesis : Peranan Total Factor Productivity (TFP) dan Hubungan Ekspor – Produk Domestik Bruto (PDB) di Sektor Pertanian Indonesia Nama : Fitria Dewi Raswatie

NRP : H353090161

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Heny K.S Daryanto, MEc Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian

Dr Ir Sri Hartoyo, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan pertolongan-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: “Peranan Total Factor Productivity (TFP) dan Hubungan Ekspor-Produk Domestik Bruto (PDB) di Sektor Pertanian Indonesia”. Penulisan tesis ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses penulisan tesis ini, terutama kepada : 1. Ibu Dr.Ir Heny K.S Daryanto, MEc selaku ketua komisi pembimbing dan

Bapak Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc selaku anggota komisi pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

2. Bapak Dr.Ir Sri Hartoyo, MS selaku penguji luar dan Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, MSc selaku wakil dari Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian.

3. Segenap staf pengajar dan staf administrasi Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor atas ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan selama menyelesaikan studi.

4. Papah, Mamah, Adik-adik atas doa dan kasih sayang.

5. Datuk Kesuma, suami yang selalu memberikan dukungan, doa dan kasih sayang.

6. Teman-teman Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) angkatan 2009, terutama Santi Chintia atas bantuan dan kebersamaannya.

7. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga hasil penelitian dalam bentuk tesis ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan semua pihak yang memerlukan.

Bogor, April 2013

(11)

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 6

2 TINJAUAN PUSTAKA Teori Pertumbuhan Ekonomi 6

Konsep Total Factor Productivity 10

Konsep Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi 11

Konsep Perubahan Struktur Ekonomi 12

Teori ErrorCorrection Model (ECM) 13

Hasil Penelitian Terdahulu 14

Kerangka Pemikiran 19

Hipotesis 21

3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode Analisis Data 22

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Total Factor Productivity (TFP) Sektor Pertanian di Indonesia 29

Hubungan Ekspor Pertanian-PDB Pertanian di Indonesia 33

Perubahan Struktur pada Model Ekspor Pertanian 39

5 KESIMPULAN DAN SARAN 42

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 47

(12)

1 Investasi PMA dan PMDN di Sektor Pertanian Tahun 2007-2011 2

2 Nilai Ekspor dan Impor Sektor Pertanian Indonesia (Ribu US $) Tahun 2008 – 2010 3

3 Jenis dan Sumber Data Yang Digunakan Dalam Penelitian 22

4 Hasil Analisis Regresi Linearisasi Persamaan Cobb Douglas PDB Pertanian 29

5 Perkembangan Pertumbuhan Tenaga Kerja, Investasi PMA, dan TFP Berdasarkan Fase Pertumbuhan Ekonomi 31

6 Hasil Pengujian Akar Unit Pada Tingkat Level dan 1st Different 34

7 Hasil Uji Akar Unit Terhadap Residual Persamaan Regresi 34

8 Model Jangka Panjang Hubungan Ekspor Pertanian dengan PDB Pertanian dan Variabel Lain 35

9 Model Jangka Pendek Hubungan Ekspor Pertanian dengan PDB Pertanian dan Variabel Lain 37

10 Chow Forecast Test dengan Breakpoints Tahun 1997 39

11 Model Jangka Pendek Hubungan Ekspor Pertanian dengan PDB Pertanian dan Variabel Lain Yang Baru 40

DAFTAR GAMBAR

1 Ekspor Pertanian (Ribu Ton) dan Pertumbuhan Ekspor Pertanian (Persen) Tahun 1980-2011 3

2 Perkembangan Rasio Ekspor Pertanian-PDB Pertanian Tahun 2007-2011 5

3 Kerangka Pemikiran Konseptual 20

4 Perkembangan Rasio Ekspor Pertanian – PDB PertanianTahun 2007-2011 38

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pendapatan Domestik Bruto Atas Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) Tahun 2007-2011 47

2 Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2011 48

3 Perkembangan PDB Pertanian, Tenaga Kerja dan Investasi Sektor Pertanian Tahun 1997-2011 49

4 Data-Data Penelitian 50

5 Data-Data Penelitian dalam Bentuk Logaritma 52

6 Hasil Uji Stasioneritas Semua Variabel Pada Tingkat Level 54

7 Hasil Uji Stasioneritas Semua Variabel Pada Tingkat First Difference 56

8 Hasil Uji Stasioneritas terhadap Residual Persamaan Jangka Panjang 58

9 Hasil Estimasi Kointegrasi (Persamaan Jangka Panjang) 59

10 Hasil Estimasi ECM (Persamaan Jangka Pendek) Sebelum Diretriksi 60

11 Estimasi ECM (Persamaan Jangka Pendek) Setelah Diretriksi 61

12 Uji Heteroskedastisitas, Autokorelasi, dan Normalitas 62

(13)

Ditambah Dummy Krisis Ekonomi 66 15 Uji Heteroskedastisitas, Autokorelasi, dan Normalitas Model ECM

(14)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesiayaitu dengan menyediakan kebutuhan pangan masyarakat secara langsung, memberi kontribusi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berfungsi dalam mengendalikan inflasi. Sektor pertanian tahun 2011, misalnya, memberikan kontribusi sebesar Rp.313,73 triliun terhadap pembentukan PDB nasional dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan tahun 2010 yang mencapai Rp. 304,74 triliun (Lampiran 1).

Tahun 2011 pertumbuhan PDB sektor pertanian mencapai 2,95 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan sektor pertanian berasal dari pertumbuhan terbesar yang dicapai subsektor perikanan sebesar 6,72 persen atau sebesar Rp 54.064,30 miliar pada tahun 2011. Kemudian disusul oleh subsektor peternakan yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,49 persen atau sebesar Rp 39.929,2 miliar pada tahun 2011.Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional menduduki peringkat ketiga setelah sektor industri pengolahan kemudian sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 12,74 persen terhadap PDB nasional. Kontribusi terbesar terhadap PDB nasional berasal dari sektor industri pengolahan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 25,67 persen dan 17,75persen.

Peran sektor pertanian juga dapat dilihat dari kemampuan menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja sektor pertanian tahun 2010 dan 2011 berturut-turut sebesar 41,50 juta dan 39,33 juta orang(CEIC2012d). Sektor pertanian merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa.Tahun 2011, sektor pertanian mampu menyerap 35,86 persen tenaga kerja yang kemudian disusul oleh sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa sebesar 21,33 persen dan 15,18 persen dari jumlah tenaga kerja berdasarkan lapangan usaha (Lampiran 2).

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya bertopang pada sektor pertanian.Sejarah membuktikan sektor pertanian mampu mempertahankan penyerapan tenaga kerja pada saat terjadi krisis ekonomi. Hal ini terlihat dari kondisi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tahun1997 yang turun menjadi 41 persen, namun padatahun 1998 dapat meningkat kembali menjadi 45 persen (CEIC2012d).

(15)

pertanian.Investasi juga dapat memperluas kesempatan kerja, mendorong kemajuan teknologi, dan spesialisasi dalam produksi sehingga dapat menurunkan biaya produksi.

Tabel 1 Investasi PMA dan PMDN di sektor pertanian tahun 2007-2011

Investasi Satuan Tahun

Pertumbuhan sektor pertanian yang semakin meningkat didukung oleh faktor-faktor produksi yang juga mengalami peningkatan seperti tenaga kerja maupun investasi sebagai kapital.Peningkatan faktor-faktor produksi ini mampu meningkatkan daya saing dari produk pertanian.Seperti pernyataan Lucas dalam Pahlavani (2005) yang menyatakan bahwa daya saing suatu negara dalam memproduksi barang dan jasa dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja (human capital) dan kapital (physical capital).Pernyataan lain juga diungkapkan Van dan Wan dalam Pahlavani (2005) yang menyatakan bahwa daya saing suatu negara dalam memproduksi barang dan jasa dipengaruhi oleh tenaga kerja (human capital), kapital (physical capital) dan kemajuan teknologi dalam proses produksi. Jika dirangkumkan maka keterkaitan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian tergantung kepada beberapa faktor yang terdiri dari tenaga kerja (human capital), kapital (physical capital) dan kemajuan teknologi dalam proses produksi.

Kemajuan teknologi yang digunakan dalam proses produksi digambarkan dengan tingkat produktivitas atau Total Factor Productivity (TFP). Total Factor Productivitymenunjukkan sejauhmana tenaga kerja dan investasi sebagai kapital bersinergi sehingga menghasilkan hasil produksi yang lebih besar.Dengan demikian, selain faktor produksi tenaga kerja dan investasi maka TFP juga berperan dalam meningkatkan pertumbuhan di sektor pertanian.

Peran sektor pertanian dalam pembentukan devisa negara ditunjukkan dengan nilai neraca perdagangan yang positif meskipun dengan laju pertumbuhan neraca perdagangan yang berfluktuasi. Neraca perdagangan sektor pertanian berfluktuasi karena peningkatan nilai ekspor diikuti oleh perkembangan nilai impor yang berfluktuasi.Nilai ekspor pertanian sebagai penyumbang devisa pada tahun 2010 sebesar US$32.519 juta. Nilai ini meningkat sebesar 41,16 persen dari tahun 2009.Sedangkan nilai impor pertanian tahun 2010 sebesar US $ 16.874 juta. Nilai impor pertanian mengalami peningkatan sebesar 41,27 persen dari tahun 2009. Kondisi perdagangan sektor pertanian disajikan padaTabel 2.

(16)

negara-negara pengimpor. Sedangkan peningkatan impor pertanian menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia semakin tergantungdari barang-barang yang dihasilkan oleh negara-negara lain. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin tergantung dengan aktivitas perdagangan luar negeri.

Tabel 2 Nilai ekspor dan impor sektor pertanian Indonesia (ribu US $) tahun 2008 - 2010

Tahun

2008 2009 2010 Ekspor 29.300.336 23.037.582 32.519.850 Impor 11.341.138 9.897.316 13.982.414 Neraca 17.959.198 13.140.266 18.537.436 Sumber: CEIC (2012e), diolah.

Peningkatan ekspor secara teori akan berpengaruh terhadap peningkatan PDB pertanian. Akan tetapi, apakah benar ekspor pertanian berkontribusi dalam peningkatan PDB pertanian dan sebaliknya, apakah PDB pertanian juga mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekspor perlu dilakukan analisis mendalam mengenai hal tersebut. Dengan kata lain, perlu dilakukan analisis terhadap kedua variabel tersebut agar dapat melihat bagaimana hubungan ekspor pertanian dengan PDB pertanian.

Gambar 1 menunjukkan grafik ekspor pertanian dan pertumbuhan ekspor pertanian selama periode 1980-2011. Ekspor pertanian memiliki nilai paling tinggi pada tahun 1981 sebesar 6,9 juta ton. Perkembangan ekspor pertanian pada tahun 1981 berasal dari ekspor kayu bulat sebesar 61 persen, ekspor kayu olahan sebesar 21 persen, kemudian ekspor karet sebesar 9 persen, sisa nya berasal dari ekspor komoditi pertanian terpenting di Indonesia. Pertumbuhan ekspor pertanian juga mengalami jumlah tertinggi pada tahun 1981 dengan sumber pertumbuhan terbesar berasal dari pertumbuhan ekspor kulit ternak sebesar 51,52 persen, ekspor kayu olahan sebesar 48,41 persen, dan ekspor lada sebesar 13,27 persen.

Sumber: CEIC (2012e), diolah

Gambar 1 Ekspor pertanian (ribu Ton) dan pertumbuhan ekspor pertanian (persen) tahun 1980-2011

(17)

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 menunjukkan bahwa sektor pertanian cukup tangguh menghadapi gejolak ekonomi. Hal ini dibuktikan melalui peran sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa. Selama terjadi krisis ekonomi, penyerapan tenaga kerja secara nasional mengalami penurunan sebanyak 6,4 juta orang atau sekitar 2,13 persen, tetapi sektor pertanian mampu menciptakan lapangan kerja baru sebanyak 432.350 orang (CEIC, 2012d diolah). Dalam penerimaan devisa negara, peningkatan ekspor pertanian selama masa krisis ekonomi (1997 – 1998) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata peningkatan ekspor pertanian sebelum krisis (1980 – 1997). Selama periode 1980-1997, ekspor pertanian meningkat dengan rata-rata sebesar 19,49 persen. Sedangkan ekspor pertanian tahun 1998 mengalami peningkatan sebesar 78,23 persen dibandingkan dengan ekspor pertanian tahun 1997. (CEIC, 2012e diolah). Kondisi ini mengindikasikan terdapat perubahan struktur ekonomi di sektor pertanian, terutama ekspor pertanian pada saat krisis ekonomi tahun 1997.Dengan demikian, penting untuk dianalisis mengenai perubahan struktur ekonomi terjadi dan bagaimana dampaknya pada pertumbuhan ekonomi terutama di sektor pertanian.

Perumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh tenaga kerja (human capital), kapital (physical capital), dan kemajuan teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Kemajuan teknologi yang digunakan dapat dilihat dari tingkat produktivitas faktor-faktor produksi yang disebut dengan Total Factor Productivity (TFP). Dengan kata lain, TFP yaitu peningkatan jumlah output produksi sebagai hasil dari perbaikan dalam metode produksi dengan seluruh input tidak berubah. Pergerakan PDB pertanian berfluktuasi dengan kecenderungan pertumbuhan yang positif. Begitu juga dengan perkembangan tenaga kerja di sektor pertanian yang mengalami fluktuasi dengan kecenderungan pertumbuhan yang positif.Investasi yang berasal dari PMA dan PMDN di sektor pertanian juga mengalami fluktuasi dengan kecenderungan pertumbuhan yang positif (Lampiran 3).Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian untuk melihat apakah pertumbuhan yang terjadi disebabkan oleh peningkatan penggunaan tenaga kerja, investasi sebagai kapital atau disebabkan oleh peningkatan produktivitas atau TFP dari faktor-faktor tersebut.Jika pertumbuhan PDB pertanian disebabkan oleh peningkatan produktivitas dari faktor-faktor TFP tersebutmaka dapat dikatakan bahwa terdapat kontribusi penggunaan teknologi dalam pertumbuhan PDB pertanian.

(18)

Sumber : CEIC (2012a, 2012e), diolah

Gambar 2 Perkembangan nilai ekspor pertanian dan PDB pertanian tahun 2007-2011

Selain hubungan antara ekspor pertanian dan PDB pertanian, juga penting dianalisis berbagai variabel yang berpengaruh terhadap ekspor pertanian, seperti penggunaan teknologi (TFP) sektor pertanian, harga domestik sektor pertanian, harga ekspor sektor pertanian, dan nilai tukar rupiah.

Sektor pertanian Indonesia mengalami perubahan struktur (structural change) pada tahun 1997 yang dipicu karena adanya krisis ekonomi yang berawal dari resesi global di Amerika Serikat.Dengan demikian, perlu dilakukan analisis adanya perubahan struktur (structural change) di sektor pertanian Indonesia.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis Total Factor Productivity (TFP) di sektor pertanian di Indonesia. 2. Menganalisis hubungan jangka pendek serta jangka panjang antara ekspor pertanian dengan PDB sektor pertanian dan variabel lain di sektor pertanian Indonesia.

3. Menganalisis adanya perubahan struktur (structural change) di sektor pertanian Indonesia.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang terkait dengan judul penelitian sehingga dapat menjadi acuan dalam menentukan kebijakan.Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan kajian selanjutnya yang lebih komprehensif dan representatif.

(19)

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja (human capital), investasi dan pinjaman sebagai kapital (physical capital), dan kemajuan teknologi (TFP) serta analisis hubungan ekspor pertanian dan PDB sektor pertanian. Rentang waktu yang digunakan sebagai fokus penelitian adalah periode 1980 sampai dengan 2011. Rentang waktu tersebut diambil karena penulis ingin melihat adanya perubahan struktur ekonomi yang terjadi di Indonesia, terutama perubahan struktur ekonomi akibat adanya krisis ekonomi tahun 1997.

Rentang data yang digunakan cukup terbatas. Hal ini dikarenakan variabel tenaga kerja hanya tersedia dalam bentuk tahunan, sehingga seluruh data yang digunakan dalam bentuk tahunan.

Variabel yang digunakan sebagai kapital adalah investasi berupa Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di sektor pertanian. Investasi sebagai kapital merupakan kunci utama dalam mencapai peningkatan pertumbuhan ekonomi, seperti memperluas kesempatan kerja, mendorong kemajuan teknologi, dan spesialisasi produksi.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara agregat dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi sama dengan pertumbuhan PDB. Tingkat pertumbuhan PDB dihitung berdasarkan persentase perubahan PDB pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan PDB pada tahun sebelumnya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

PEit = ( )

( ) x 100%...(2.1)

dimana:

PE = laju pertumbuhan ekonomi. i = sektor perekonomian 1, 2, …, 9. t = tahun t.

(20)

berbeda misalnya kapital,dan tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari fungsi produksi yang menyatakan hubungan kuantitatif antara input dan output.

Teori Pertumbuhan Klasik

Pertumbuhan Ricardian

Berbagai model pertumbuhan ekonomi berkembang secara dinamis mengikuti perubahan perekonomian dari waktu ke waktu.Pertumbuhan Ricardian dikembangkan oleh David Ricardo, Thomas Maltus, dan Adam Smith pada akhir abad 19.Teori pertumbuhan ini beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi bertumpu pada pertumbuhan penduduk. Adanya pertambahan penduduk akan menyebabkan adanya pertambahan output. Apabila output bertambah, populasi juga akan meningkat sampai rata-rata konsumsi turun pada tingkat subsisten.

Implikasi dari teori pertumbuhan Ricardian, faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja mengakibatkan upah turun sehingga upah tersebut hanya dapat digunakan untuk biaya taraf hidup minimum.Kondisi ini menunjukkan perekonomian mengalami kondisi stasioner (stationary state) (Todaro dan Smith, 2006).

Kasliwal (1995) menyatakan bahwa teori pertumbuhan klasik banyak dikritik oleh beberapa ahli terutama pada konsep jumlah penduduk tumbuh secara endogen bersamaan dengan output.Jumlah penduduk tidak secara otomatis tumbuh sebagai konsekuensi dari pertumbuhan pendapatan.Teori klasik juga dianggap mengabaikan pengaruh teknologi, karena teori ini menganggap bahwa kemajuan teknologi tidak dapat melebihi langkah perluasan populasi pada jangka panjang.

Model Pertumbuhan Lewis

Menurut Lewis pertumbuhan dapat tercipta apabila terjadi proses transformasi struktural dari perekonomian berbasis sektor pertanian ke sektor industri. Model ini mengasumsikan bahwa sektor pertanian bersifat padat karya (labor intensive) dengan tingkat produktivitas rendah sedangkan sektor industri bersifat padat kapital (capital intensive) dengan tingkat produktivitas yang tinggi.Tingginya produktivitas di sektor industri menyebabkan surplus tenaga kerja di sektor pertanian ditransfer ke sektor industri sebagai tenaga kerja murah.Hal ini menempatkan sektor industri sebagai driven growth bagi perekonomian. Proses transformasi sektoral ini akan berdampak pada penciptaan laju pertumbuhan yang tinggi di sektor industri (Kasliwal, 1995).

(21)

Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Model Pertumbuhan Harrord-Domar

Domar beranggapan pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal sebagai kapital, sehingga modal harus digunakan secara efektif (Todaro dan Smith, 2006). Kasliwal (1995) menyatakan model Harrod-Domar merumuskan dua asumsi, yaitu :

1). Produksi tergantung pada modal (production depends on capital),

∆Y = ∆K

Dimana, v = = Incremental capital output ratio (ICOR)

2). Akumulasi modal tergantung pada pendapatan (capital accumulation depends on income).

Tabungan S = s. Y

Dimana, s = Kecenderungan tabungan (savings propensity).

Beberapa implikasi model Harrod-Domar terlihat bertentangan dengan bukti empiris yang terdapat di dunia nyata. Salah satu implikasi model ini adalah output harus tumbuh pada tingkat yang sama dengan modal dalam jangka panjang. Hal ini terlihat dari hubungan yang konstan antara output dan modal : Y = K. Rasio modal per output menyiratkan bahwa persentase perubahan persediaan modal dan output harus sama. Pada pertumbuhan negara-negara berkembang yang terjadi adalah pertumbuhan pendapatan lebih tinggi daripada pertumbuhan modal bersih (Y > K).Dengan demikian, asumsi Harrod-Domar mengenai peningkatan modal menjadi satu-satunya sumber pertumbuhan menjadi tidak valid.Sumber pertumbuhan yang penting lainnya digolongkan dalam parameter v, seperti pertambahan tenaga kerja produktif, keterampilan, peningkatan teknologi, dan lain-lain.

Model Pertumbuhan Solow

Teori pertumbuhan neo-klasik berkembang pada tahun 1950-an. Secara sederhana teori pertumbuhan neo-klasik yang dipopulerkan oleh Solow (1994) yang menyatakan bahwa faktor produksi tenaga kerja dan kapital merupakan faktor utama penentu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Faktor produksi lain yang berpengaruh terhadap produksi ditentukan oleh Total Factor Productivity

(TFP) yang sering dinyatakan sebagai ukuran kemajuan teknologi (technological progress).Total Factor Productivity merupakan ukuran dari produktivitas faktor produksi yang tidak dapat diketahui apakah berasal dari faktor tenaga kerja atau kapital.

Teori pertumbuhan neo-klasik awal memiliki asumsi sederhana yaitu tidak ada kemajuan teknologi.Fungsi produksi (Y) hanya ditentukan oleh faktor produksi tenaga kerja (L) dan kapital (K).

(22)

Kenaikan kedua faktor produksi sebesar ∆K dan ∆L akan meningkatkan output. Kenaikan output dengan menggunakan produk marjinal dari kedua faktor produksi dijelaskan dengan persamaan:

∆Y = (MPK x ∆K) + (MPL x ∆L)………...(2.3) Persamaan (2.3) juga dapat ditulis sebagai berikut:

= ∆ + ∆ …...……….…………....…(2.4)

Bentuk persamaan (2.4) menunjukkan hubungan antara tingkat pertumbuhan output, ∆ , dengan tingkat pertumbuhan kapital, ∆ , dan tingkat pertumbuhan tenaga kerja ∆ . , menujukkan bagian kapital dari output sedangkan , menujukkan bagian tenaga kerja dari output. Dengan asumsi bahwa fungsi produksi memiliki skala pengembalian konstan maka, persamaan (2.4) dapat ditulis sebagai berikut:

= α ∆ + β∆ ……….………..….(2.5)

dimana α + β = 1.

Pada pertengahan tahun 1950-an teori pertumbuhan neo-klasik mulai memasukkan unsur kemajuan teknologi setelah diyakini adanya faktor lain yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Beberapa ciri dari teori pertumbuhan neo-klasik dengan adanya kemajuan teknologi yaitu: Pertama, teknologi bersifat endogen dalam proses produksi. Kedua, teknologi bersifat pure public good, yang berarti teknologi mempunyai karakteristik sebagai non-rival good sekaligus non-excudable good. Ketiga, karena sifatnya yang pure public good, maka teknologi tidak mendapat kompensasi dalam proses produksi (Suparyati, 1999).

Teori Pertumbuhan Endogen

Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) muncul untuk mengatasi beberapa permasalahan yang terdapat pada pertumbuhan neo-klasik.Teori pertumbuhan endogen juga bertujuan untuk menghilangkan asumsi eksogen dari kemajuan teknologi.Romer (1986) mengembangkan teori pertumbuhan endogen dengan menyatakan bahwa pertumbuhan jangka panjang sangat ditentukan oleh akumulasi pengetahuan para pelaku ekonomi.

Romer (1986) mengembangkan teori pertumbuhan endogen yang bertumpu pada pentingnya sumber daya manusia sebagai kunci utama dalam perekonomian. Dalam model Romer, pertumbuhan jangka panjang sangat ditentukan oleh akumulasi pengetahuan para pelaku ekonomi. Tiga elemen utama dalam model Romer yaitu:

1. Adanya unsur eksternalitas, sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan.

2. Adanya peningkatan skala hasil yang semakin meningkat (increasing return to scale), yang menyebabkan peningkatan spesialisasi dan pembagian kerja. 3. Semakin pendeknya waktu pemanfaatan ilmu pengetahuan, karena pesatnya

(23)

Secara umum model Romer dirumuskan sebagai berikut :

Secara sederhana, teori pertumbuhan endogen yang telah memperhitungkan penggunaan teknologi sebagai implikasi tingkat pengetahuan sumber daya ditunjukkan persamaan berikut :

Y = AF (L, K)………..………..……….(2.7) Dimana A adalah ukuran dari tingkat penggunaan teknologi atau disebut juga Total Factor Productivity (TFP).Dengan demikian peningkatan produksi tidak hanya diakibatkan oleh peningkatan tenaga kerja dan kapital, tetapi juga oleh kenaikan TFP.

= α∆ + β∆ + ∆ ……….………(2.8) Persamaan (2.8) mengukur tiga sumber pertumbuhan yaitu perubahan jumlah kapital, perubahan jumlah tenaga kerja, dan perubahan TFP.

Konsep Total Factor Productivity (TFP)

Landasan teori pertumbuhan yang digunakan banyak mengacu pada model pertumbuhan neo-klasik dimana tingkat pertumbuhan suatu negara hanya dijelaskan dengan penekanan kepada fungsi produksi agregat dengan faktor produksi tenaga kerja dan kapital. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi selain tenaga kerja dan kapital dianggap sebagai kemajuan teknologi yang bersifat eksogen. Tahun 1980-an diperkenalkan perkembangan teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory). Teori pertumbuhan endogen telah memasukkan berbagai aspek sebagai penentu pertumbuhan ekonomi selain tenaga kerja dan kapital yang sering disebut total factor productivity (TFP) yang dianggap sebagai ukuran produktivitas dan bersifat endogen.

(24)

dimana:

PDB = Produk Domestik Bruto

VL = Kontribusi tenaga kerja pada nilai tambah (PDB)

VK = Kontribusi kapital pada nilai tambah (PDB)

t = waktu

TFP = Total Factor Productivity

Secara sederhana, TFP merupakan ukuran yang digunakan untuk menggambarkan kemajuan teknologi dalam suatu proses produksi. Total Factor Productivity ditunjukkan dari pertumbuhan nilai tambah atau PDB setelah pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan kapital digunakan.

Menurut Solow (1956) model yang digunakan untuk mengukur TFP berasal dari fungsi produksi Cobb-Douglas:

Nilai elastisitas faktor produksi tenaga kerja (α) dan nilai elastisitas kapital (β) yang berasal dari hasil regresi persamaan (2.10) digunakan untuk mengukur TFP pada persamaan perhitungan TFP berikut :

∆(

Dalam teori makro ekonomi hubungan antara ekspor dengan tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat PDB nasional (Mankiw, 2000).Tetapi secara teori ekonomi pembangunan keterkaitan antara kedua variabel tersebut perlu dianalisis secara empiris. Hal ini dikarenakan hubungan antara kedua variabel tersebut tidak hanya pada masalah persamaan identitas akan tetapi pada masalah apakah kegiatan ekspor mampu menggerakan pertumbuhan ekonomi di suatu negara.

(25)

1. Hipotesis Export Led Growth (Export Optimism)

Hipotesis ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dan merupakan keharusan dari setiap negara yang ingin maju karena beberapa alasan, antara lain ekspor dapat menyebabkan penggunaan penuh sumber-sumber domestik sesuai dengan keunggulan komparatif (comparative advantage) dan terjadinya pembagian kerja sehingga mendorong terjadinya skala penghematan (economic scale); ekspor dapat memperluas pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri; ekspor merupakan sarana untuk mengadopsi ide atau pengetahuan baru, teknologi baru, keahlian baru, dan keahlian lainnya sehingga memungkinkan penggunaan kapasitas lebih besar dan lebih efisien; ekspor dapat mendorong mengalirnya modal dari negara-negara maju ke negara-negara sedang berkembang; ekspor merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghilangkan perilaku monopoli karena produsen dalam negeri dituntut untuk lebih efisien sehingga dapat bersaing dengan produsen lain di luar negeri; dan adanya ekspansi ekspor akan menghasilkan devisa dan karenanya kesempatan mengimpor barang-barang modal (capital goods) dan barang-barang antara (intermediate goods) semakin besar pula. Oleh karena itu, ekspor merupakan faktor penyebab naiknya pertumbuhan ekonomi.

2. Hipotesis Export Reducing Growth (Export Pessimism)

Hipotesis ekspor sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi hanya terjadi pada jangka pendek dalam perspektif kaum pesimis, terutama di negara-negara sedang berkembang.Akan tetapi dalam jangka panjang, ekspor bukanlah suatu komponen yang mampu mendorong pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Hal ini dikarenakan ekspor akan menyebabkan perekonomian di negara-negara sedang berkembang menjadi rentan terhadap fluktuasi perekonomian dunia. Fluktuasi perekonomian dunia yang menghambat pertumbuhan ekonomi negara-negara sedang berkembang diantaranya, adanya proteksi perdagangan dan adanya produk-produk sintesis yang dibuat oleh negara-negara maju untuk menggantikan barang-barang alami (bahan mentah dari negara-negara sedang berkembang)

3. Hipotesis Internally Generated Export (Growth Optimism)

Hipotesis ini menyatakan bahwa syarat utama bagi suatu negara dalam melakukan ekspor adalah menciptakan iklim yang dapat membawa terjadinya proses pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang berkesinambungan (self generating) melalui pembentukan dan perluasan pasaran dalam negeri yang kokoh sehingga ekspor bukan merupakan motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri tetapi sebaliknya yaitu pertumbuhan ekonomi dalam negeri merupakan penggerak bagi ekspor.

4. Hipotesis Growth Reducing Export (Growth Pessimism)

(26)

Konsep Perubahan Struktur Ekonomi

Perubahan struktur ekonomi ditandai dengan adanya perubahan persentase pasar sektor dalam pembangunan ekonomi, yang disebabkan faktor sumberdaya manusia dan perubahan teknologi (Todaro dan Smith, 2006). Teori perubahan struktural dikembangkan Lewis (1954) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dapat tercipta apabila terjadi proses transformasi struktural dari perekonomian berbasis pada sektor pertanian ke sektor industri. Model ini mengasumsikan bahwa sektor pertanian bersifat padat karya (labor intensive) dengan tingkat produktivitas rendah sedangkan sektor industri bersifat padat kapital (capital intensive) dengan tingkat produktivitas yang tinggi.Tingginya produktivitas di sektor industri menyebabkan surplus tenaga kerja di sektor pertanian ditransfer ke sektor industri sebagai tenaga kerja murah.Hal ini menempatkan sektor industri sebagai driven growth bagi perekonomian. Proses transformasi sektoral ini akan berdampak pada penciptaan laju pertumbuhan yang tinggi di sektor industri.

Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Kuznets (1971) pada model pertumbuhannya, yang menjelaskan bahwa fase awal dari proses pembangunan sumber daya dialokasikan untuk membangun sektor pertanian. Seiring berkembangnya perekonomian, terjadi realokasi sumber daya dari sektor pertanian ke sektor industri seperti pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas, air, dan konstruksi serta sektor jasa seperti perdagangan, hotel, restoran, transportasi, komunikasi, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan jasa-jasa lainnya. Pada fase berikutnya sumber daya direalokasikan dari sektor pertanian dan industri ke sektor jasa.Kuznets mensyaratkan pentingnya pembangunan dan peningkatan teknologi di sektor pertanian sebagai strategi keberhasilan indutrialisasi.

Teori Error Correction Model (ECM)

Data deret waktu (time series) yang digunakan dalam penelitian ekonomi hampir selalu berupa variabel-variabel yang pada umumnya tidak stasioner. Hal ini menyebabkan model ekonomi klasik yang dihasilkan tidak mencerminkan data sebenarnya. Tidak memperhatikan sifat non stasioner dari data deret waktu akan menyebabkan spurious correlation, yaitu adanya korelasi antara variabel dependen dan independen yang tinggi walaupun secara aktual keduanya tidak terkait.

Pendekatan yang banyak digunakan untuk mengatasi spurious correlation

adalah dengan mencari bentuk difference dari variabel dependen dan independen. Misalkan (Thomas, 1997) :

) = + + +,- + . ………...…………(2.12)

Jika Y dan X pada persamaan di atas adalah variabel tren maka akan menimbulkan keraguan dalam estimasi karena menimbulkan masalah spurious correlation. Dengan demikian, diubah dalam bentuk lag satu periode sebagai berikut :

(27)

Pengurangan persamaan (2.12 ) dengan persamaan ( 2.13) menghasilkan :

/) = +,/- + 0 ………...………..…(2.14)

Persamaan (2.14) di atas sudah bebasdari masalah spurious correlation.

Pendekatan dengan difference ternyata menimbulkan beberapa masalah yang perlu diperhatikan, yaitu terjadinya autokorelasi karena Ut =εt – εt-1.Selain

itu juga hilangnya informasi mengenai keseimbangan jangka panjang karena model tersebut hanya dapat menjelaskan hubungan jangka pendek.Oleh karena itu model dengan difference tidak dapat digunakan untuk perencanaan kebijakan dalam perdagangan produk pertanian yang membutuhkan informasi jangka panjang.

Error Correction Model (ECM) merupakan model alternatif yang dapat mengatasi kedua masalah tersebut dengan menggunakan pendekatan general to specific. Model ini memiliki berbagai kegunaan, tetapi manfaat yang paling penting adalah menyediakan suatu pendekatan dalam menghadapi masalah non stasioner dari time series dan spurious correlation (Thomas, 1997).

Spesifikasi ECM dapat diperoleh dari parameterisasi model autoregressive distributed lag (ARDL). Misalkan model ARDL yang menunjukkan hubungan jangka pendek dengan menyertakan nilai bedakala adalah sebagai berikut:

Y2 = b4+ b X2+ b,X2 + μY2 + ε2, dimana 0 < µ < 1………(2.15) Setelah persamaan (2.4) diparameterisasi, maka diperoleh persamaan dalam bentuk ECM:

ΔY2 = b ΔX2− λ(Y2 − β4− β X2 ) + ε2,………...(2.16)

dimana: λ = 1-µ , β4 = b4 / λ , β = ( b + b )/ λ

Model ECM secara alami akan mencapai keseimbangan dalam jangka panjang dimana λmenunjukkan kecepatan dalam mencapai keseimbangan.

Sedangkan (Y2 − β4− β X2 ) menunjukkan kombinasi linier yang

disebut kointegrasi yang merupakan kombinasi variabel-variabel non stasioner.Kombinasi linier ini disebut error yang bersama λ membentuk

mekanisme dalam mengoreksi kesalahan untuk mencapai kondisi ekuilibrium dalam jangka panjang.Jika kondisi ekuilibrium ditunjukkan oleh Y2 − β4− β X2 maka apabila:

Y2 < β4− β X2 ; error< 0, dikoreksi oleh –λsehingga naik ke arah ekuilibrium.

Y2 > β4− β X2 ; error> 0, dikoreksi oleh -λsehingga turun ke arah

ekuilibrium.

Mekanisme koreksi ini terjadi dengan syarat setiap variabel harus terintegrasi dalam order yang sama.

Hasil Penelitian Terdahulu

Peranan Sektor Pertanian Dalam Pertumbuhan Ekonomi

(28)

kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian, diantaranya: besarnya tenaga kerja yang terserap, orientasi pasar domestik, memiliki local content yang sangat tinggi, memberikan sumbangan devisa yang cukup besar melalui produk olahannya, dan hampir sebagian besar pengeluaran konsumsi masyarakat berbasiskan sektor pertanian. Pembangunan di sektor pertanian memberikan dampak lebih besar terhadap kenaikan output perekonomian dan kenaikan pendapatan masyarakat dibandingkan dengan sektor-sektor produksi lainnya. Dampak pembangunan tersebut terjadi secara langsung (direct impact) maupun tidak langsung (indirect impact).Dengan demikian strategi pembangunan yang berbasiskan sektor pertanian relevan untuk diterapkan di Indonesia.Metode penelitian yang digunakan Herliana (2004) untuk melihat peranan sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia adalah alat alat analisis sistem neraca sosial ekonomi (SNSE).

Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia juga ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan Dedy (2010). Penelitian ini menganalisis peranan sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan data panel yang terdiri dari 26 provinsi dan periode waktu selama tahun 1983-2008. Hasil analisis menyatakan bahwa sektor pertanian berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang bercirikan labor intensive, dimana dukungan tenaga kerja lebih tinggi daripada modal yang diinvestasikan.Pertumbuhan ekonomi memiliki perbedaan nyata setelah dilaksanakannya otonomi daerah. Penelitian ini juga menyatakan bahwa ekspor merupakan komponen pembangunan perekonomian Indonesia, sehingga peningkatan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Selain penelitian mengenai peranan sektor pertanian teerhadap pertumbuhan ekonomi, peranan sektor pertanian lebih spesifik telah dilakukan oleh Dedy (2010). Penelitian ini melihat peranan sektor pertanian dalam sektor industri dan sektor jasa dengan menggunakan analisis VAR. Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan di sektor industri dan sektor jasa menyebabkan turunnya pertumbuhan sektor pertanian. Peranan sektor pertanian juga masih rendah dalam pertumbuhan sektor industri dan sektor jasa karena penggunaan input sektor pertanian yang masih terbatas. Sektor jasa sangat bergantung pada sektor industri sedangkan hubungan sektor pertanian dan sektor jasa ditransmisi melalui sektor industri.Dengan demikian, hasil analisis ini tidak sejalan dengan teori Lewis (1954) yang menyatakan bahwa sektor pertanian sangat mempengaruhi perekonomian.

Total Factor Productivity (TFP)

(29)

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan TFP adalah orientasi ekspor, rasio neraca transaksi berjalan terhadap PDB, dan nilai tukar riil.

Pendekatan Total Factor Productivity (TFP) juga digunakan oleh Bilada (2008) untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi output industri farmasi Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data

time series dari tahun 1983-2005. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pertumbuhan Solow dan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Model pertumbuhan Solow mengukur sumber-sumber pertumbuhan output yang diakibatkan secara langsung oleh adanya pertumbuhan input dan kemajuan teknologi. Analisis data diolah dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan program Eviews 4.1 dan Microsoft Excel 2007.

Hasil penelitian Bilada (2008) menyatakan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen terhadap output industri farmasi adalah tenaga kerja, modal, bahan baku, energi dan kemajuan teknologi (TFP). Semua variabel tersebut berpengaruh positif terhadap output industri farmasi kecuali variabel energi. Nilai variabel kemajuan teknologi (TFP) industri farmasi yang didapat sebesar -0.031.Hal ini berarti bahwa penguasaan teknologi dalam industri farmasi masih sangat kecil.

Pendekatan TFP juga digunakan dalam penelitian Tarwiyanto (2007) untuk melihat peranan TFP terhadap perekonomian di Sumatera Selatan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi pemerintah yaitu pengeluaran pembangunan di Sumatera Selatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.Demikian juga variabel investasi swasta berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan. Sedangkan variabel tenaga kerja dan

dummy otonomi daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan. Kontribusi invesatsi pemerintah dan investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan masing-masing sebesar 1.04 persen dan 0.17 persen sedangkan kontribusi TFP hanya 0.17 persen.Kondisi ini menunjukkan bahwa masih lemahnya kemmapuan teknologi dan manusia menyatu dalam keterampilan pekerja karena peningkatan produksi masih sangat bergantung pada modal fisik.

Hubungan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi

Penelitian mengenai hubungan ekspor dan Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) dilakukan Pahlavani pada tahun 2005. Penelitian ini menganalisis hubungan kointegrasi dan perubahan struktural antara ekspor dan PDB di Iran.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi yang paling signifikan dan menganalisis faktor utama sebagai penentu pertumbuhan ekonomi di Iran yang terdiri dari faktor tenaga kerja, kapital dan variabel perdagangan. Metode yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM) untuk melihat besarnya koefisien koreksi kesalahan yang menentukan kecepatan penyesuaian terhadap kondisi jangka panjang.

(30)

berikutnya. Estimasi koefisien jangka panjang menunjukkan bahwa efek pembentukan modal dan ekspor minyak sangat signifikan dan berdampak kuat pada PDB Iran.

Oskooee et al (2005) juga menguji hubungan timbal balik antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini ingin melihat apakah pertumbuhan ekspor menyebabkan pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekspor. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri 61 negara berkembang pada periode waktu 1960-1999.Analisis yang digunakan adalah uji panel akar unit dan uji kointegrasi panel.Hasil uji akar unit menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan yaitu ekspor, impor, penggunaan tenaga kerja, dan penggunaan kapital bersifat tidak stasioner. Uji kointegrasi menunjukkan bahwa ketika variabel ekspor menjadi variabel dependen maka akan terkointegrasi terhadap seluruh variabel yang diteliti. Dengan demikian terdapat hubungan jangka panjang antar variabel. Ketika variabel output menjadi variabel dependen maka hasil uji kointegrasi menunjukkan output tidak terkointegrasi dengan semua variabel yang diteliti. Dengan demikian peningkatan ekspor yang terjadi di negara-negara berkembang harus berorientasi pada kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi.

Penelitian mengenai analisis hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah dilakukan oleh Novianingsih (2011). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Ekspor dan PDB di Indonesia dalam periode waktu 1999-2008. Beberapa metode yang digunakan yaitu metode uji akar unit, metode uji kointegrasi, metode uji kausalitas Granger. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan satu arah antara ekspor dengan PDB Indonesia, atau dengan kata lain PDB mempengaruhi ekspor Indonesia.PDB dapat mempengaruhi tingkat kenaikan atau penurunan ekspor pada tahun 1999-2008.

Penggunaan Error Correction Model (ECM)

(31)

pertumbuhan ekonomi Iran yang digunakan merupakan data time series dari tahun 1960-2003. Hasil analisis dengan menggunakan metode ARDL menunjukkan bahwa pembentuk modal bruto (gross capital formation) dan ekspor migas berpengaruh signifikan terhada pertumbuhan ekonomi. Sedangkan ekspor non migas dan sumber daya manusia (human capital) hanya memiliki pengaruh kecil terhadap pertumbuhan ekonomi di Iran. Penelitian ini juga melihat adanya

structural breaks pada perekonomian Iran pada tahun 1979, dimana tahun tersebut merupakan tahun terjadinya revolusi Islam dan adanya pergantian rejim pemerintahan.

Metode analisis Error Correction Model (ECM) digunakan oleh Doriyanto (1999) untuk mengetahui apakah permintaan uang riil di Indonesia selama periode sebelum krisis (sebelum Agustus 1997) dan saat krisis tetap stabil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis stasioner dan integrasi dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller serta analisis kointegrasi dengan menggunakan uji Johansen memperlihatkan adanya hubungan kointegrasi diantara variabel-variabel : currency riil dan PDB riil. Model permintaan uang riil dinamis dengan menggunakan Error Correction Model (ECM) menunjukkan konsistensi parameter secara signifikan, juga pada saat krisis.

Perubahan Struktural (Structural Change)

Perubahan struktur ekonomi yang terjadi di Indonesia telah diteliti oleh Daryanto (2005). Penelitian inimenganalisis dampak perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian menjadi sektor industri pada masa orde baru. Beberapa permasalahan yang terjadi salah satunya pangsa sektor pertanian terhadap PDB nasional sejak tahun 1980-2000 terus menurun dari 24.8 persen menjadi sekitar 17.2 persen, padahal sektor industri yang diberikan prioritas perhatian pemerintah, terbukti nyata tidak mampu memberikan kekuatan ekonomi ketika ditimpa oleh krisis ekonomi. Pendekatan pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan telah menyebabkan kebijakan pembangunan ekonomi yang bias terhadap sektor industri dan mengabaikan sektor pertanian.

Penelitian Isdijoso (1992) meyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan Indonesia selama 25 tahun telah berhasil meningkatkan pendapatan per kapita, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi jumlah kemiskinan absolut. Strukutur produksi ekonomi nasional mengalami perubahan dimana peranan sektor pertanian pada Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai penyumbang terbesar telah tergeser dan digantikan oleh sektor perdagangan, lembaga keuangan, dan jasa lainnya. Penelitian ini juga menyatakatan bahwa upaya pembangunan yang ditempuh mengakibatkan ekonomi dalam negeri semakin terbuka terhadap pengaruh perekonomian dunia, pengaruh sektor moneter, dan pengaruh sektor riil lainnya. Akan tetapi distribusi kesempatan kerja di sektor pertanian relatif tidak mengalami perubahan dimana sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Penelitian dilakukan dengan membuat model ekonomi makro Indonesia dan Keterkaitan Sektor Pertanian Tahun 1967-1988.

Sabandi dan Permono (2006) menggunakan uji akar unit dengan model

(32)

mengakomodasi perubahan struktural data akibat krisis ekonomi 1997-1998. Setelah menguji adanya structural break, kemudian uji Kausalitas Granger dan uji Toda-Yamamoto digunakan untuk melihat hubungan kausalitas antara perkembangan sektor keuangan dengan volatilitas ekonomi: kasus Indonesia tahun 1990.1 – 2004.2. Hasil penelitian menyatakan bahwa perkembangan sektor keuangan di Indonesia ternyata dibarengi dengan volatilitas ekonomi makro.

Analisis structural change yang dikombinasikan dengan analisis Error Correction Model (ECM) dilakukan oleh Doriyanto (1999). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah permintaan uang riil tetap stabil sebelum dan setelah krisis ekonomi. Dinamika permintaan uang riil dianalisis dengan ECM dan stabilitas nya diuji dengan menggunakan Chow Test. Periode penelitian terdiri dari masa sebelum krisis (1988:01 s/ d 1997:07) dan selama krisis (1997:08 s/ d 1999:03). Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan uang riil tetap stabil (tidak terdapat structural change) selama krisis di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya stabilitas permintaan uang riil dalam jangka panjang yang diindikasikan denagn adanya kointegrasi antara currency riil dengan PDB riil.

Kerangka Pemikiran

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor pembentuk perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian sebesar 12.74 persen terhadap PDB nasional pada tahun 2011. Pembentukan PDB pertanian sangat tergantung dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti tenaga kerja, investasisebagai kapital/ modal juga penggunaan teknologi dalam proses produksi. Penggunaan teknologi dalam proses produksi sangat menentukan produktivitas. Adanya kemajuan teknologi dapat meningkatkan output meskipun dengan input yang terbatas, sehingga produktivitas meningkat. Hal ini sesuai dengan teori pertumbuhan endogen yang dikembangkan Romer, bahwa peningkatan output dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah pertumbuhan PDB pertanian yang terjadi merupakan akibat dari penggunaan tenaga kerja, investasi sebagai kapital/ modal atau penggunaan kemajuan teknologi atau TFP dalam proses produksi.

Secara teori, salah satu komponen pembentuk PDB pertanian yaitu ekspor pertanian.Perdagangan luar negeri sektor pertanian yang semakin terbuka menyebabkan terjadinya peningkatan pertumbuhan melalui ekspor. Namun dapat juga sebaiknya, PDB pertanian dapat mendorong adanya pertumbuhan ekspor pertanian. Dengan demikian, dalam penelitian ini akan dilihat hubungan jangka pendek serta jangka panjang antara ekspor pertanian dengan PDB pertanian. Selain itu juga akan diteliti hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara ekspor pertanian dengan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap ekspor pertanian seperti harga domestik pertanian, harga ekspor pertanian, dan nilai tukar.

(33)
(34)

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemajuan teknologi atau Total Factor Productivity (TFP) memiliki hubungan satu arah dengan PDB sektor pertanian.

2. Terdapat hubungan jangka pendek maupun jangka panjang antara ekspor pertanian dengan PDB pertanian dan variabel-variabel lain yang mempengaruhi ekspor.

3. Perubahan struktur ekonomi pada tahun tertentu berdampak pada perubahan ekspor sektor pertanian, dan variable-variabel lain yang mempengaruhi ekspor pertanian.

3 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai “Peranan Total Factor Productivity (TFP) dan Hubungan Ekspor- Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB), dan Perubahan Struktur Ekonomi di Sektor Pertanian Indonesia” mencakup seluruh sektor pertanian di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), perpustakaan Insitut Pertanian Bogor (IPB), dan berbagai literatur dari media cetak maupun internet. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember 2012.

Jenis dan Sumber Data

(35)

Tabel 3 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

No. Variabel Deskripsi Satuan Sumber data

1. PDB Produk Domestik

Bruto (PDB) di sektor pertanian

Miliar Rp PDB Pertanian adalah PDB tanaman pangan,

Ribu Orang CEIC data Company Limited

Software yang digunakan untuk melakukan pengolahan data adalah Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007.Metode analisis yang digunakan untuk menjawab berbagai tujuan dalam penelitian, sebagai berikut :

Analisis Peranan Total Factor Productivity Sektor Pertanian

(36)

Q = ALαKβ………..…………(3.1) Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan perhitungan TFP, yaitu : 1. Melakukan transformasi fungsi produksi Cobb-Douglas ke dalam bentuk

logaritma linier.

2. Melakukan analisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglas yang telah ditransformasi dalam bentuk logaritma untuk memperoleh nilai elastisitas α

dan β.

3. Melakukan perhitungan Total FactorProductivity (TFP)

4. Melakukan perhitungan kontribusi pertumbuhan kemajuan teknologi (TFP) terhadap pertumbuhan output (PDB) sektor pertanian di Indonesia.

Berdasarkan persamaan Cobb-Douglas (3.1), maka penelitian menggunakan persamaan sebagai berikut :

PDB = a0 TKa1IAa2IDa3………...(3.2)

Linearisasi persamaan (3.2) menghasilkan bentuk sebagai berikut ;

LogPDB = Log a0 + a1 LogTK + a2 LogIA + a3 LogID + ei……...…...(3.3)

dimana :

PDB = Produk Domestik Bruto pertanian (miliar Rp) TK = tenaga kerja di sektor pertanian (ribu orang) IA = investasi asing di sektor pertanian (juta US$)

ID = investasi dalam negeri di sektor pertanian (miliar Rp) a0,..,a3 = parameter yang diduga

ei = error term

Investasi digunakan sebagai pendekatan kapital, karena investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi. Melalui investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan sehingga mampu meningkatkan output dan akan meningkatkan pendapatan.

Perhitungan TFP sebagai pendekatan untuk melihat pertumbuhan kemajuan teknologi yang terjadi di sektor pertanian Indonesia dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

a1 = rata-rata kontribusi tenaga kerja.

a2 = rata-rata kontribusi investasi asing.

a3 = rata-rata kontribusi investasi dalam negeri. ∆TFP

TFP = Total Factor Productivity (TFP) ∆PDB

PDB = pertumbuhan ekonomi (PDB) ∆TK

TK = pertumbuhan tenaga kerja. ∆IA

IA = pertumbuhan investasi asing sebagai kapital. ∆ID

(37)

Analisis Hubungan Ekspor Pertanian-PDB Pertanian Indonesia

Model Error Correction Model (ECM) digunakan dalam penelitian untuk melihat hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara ekspor pertanian dengan PDB pertanian serta variabel-variabel lain yang mempengaruhi ekspor pertanian.Estimasi jangka panjang dilakukan dengan menggunakan uji kointegrasi

Engel-Granger.Sedangkan estimasi jangka pendek dengan menggunakan ECM atau model koreksi kesalahan.Syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan ECM adalah terdapat minimal satu variabel yang tidak stasioner.Jika seluruh data yang digunakan ternyata stasioner, maka persamaan tersebut tidak dapat dianalisa dengan menggunakan ECM.

Pengujian Pra Estimasi

Uji Stasioneritas Data

Pengujian stasioneritas data dilakukan dengan menguji akar-akar unit atau

unit root test. Data yang tidak stasioner akan mempunyai akar-akar unit, sebaliknya data yang stasioner tidak mempunyai akar-akar unit. Data yang tidak stasioner akan menghasilkan spurious regression yaitu regresi yang menggambarkan hubungan dua variabel atau lebih yang terlihat signifikan secara statistik tetapi pada kenyataanya tidak atau tidak sebesar regresi yang dihasilkan tesebut.

Kestasioneran data dapat diketahui melalui pengujian akar-akar unit dengan metode Dickey-Fuller (DF).Diketahui model persamaan time series sebagai berikut: yt = ρyt−1+ εt. Dengan mengurangkan kedua sisi persamaan tersebut

dengan yt-1 maka akan didapat persamaan:

∆yt =

δ

yt-1 + εt……….………..(3.5)

dimana ∆ merupakan perbedaan pertama (first difference), dan

δ

= (

ρ

-1), sehingga hipotesis yang diuji adalah: H0:

δ

= 0 dan hipotesis alternatif H0:

δ

< 0.

Model pengujian unit root yang digunakan dalam banyak penelitian adalah model Aughmented Dickey Fuller (ADF) test. Model umum dari uji ADF adalah sebagai berikut:

∆yt = k + αyt-1 + c1∆yt-1 + c2∆yt-2 + ... + cp∆yt-p + Trend + εt ………..(3.6)

Hipotesis yang diuji pada uji ADF adalah apakah H0::

δ

= 0 dengan

hipotesis alternatif H0:

δ

< 0. Jika nilai uji ADF statistiknya lebih besar dari Mac

Kinnon Critical Value maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa data tidak stasioner ditolak terhadap hipotesis alternatifnya dengan kata lain dengan menolak H0 berarti data stasioner. Solusi yang dapat dilakukan apabila data tidak stasioner

pada uji ADF adalah dengan melakukan difference non stasionary processes. Adanya variabel non stasioner meningkatkan kemungkinan keberadaan hubungan kointegrasi antar variabel. Maka pengujian kointegrasi diperlukan untuk mengetahui keberadaan hubungan tersebut. Pengujian kointegrasi sebaiknya tetap dilakukan pada data stasioner, mengingat terdapatnya kemungkinan kesalahan pengambilan kesimpulan pengujian unit root terkait dengan the power of the test

(38)

Uji Kointegrasi (Cointegration)

Uji kointegrasi dilakukan untuk melihat hubungan jangka panjang antar variabel. Thomas (1990) menyatakan bahwa kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang meskipun secara individual tidak stasisioner, tetapi kombinasi linier antara variabel-variabel tersebut dapat menjadi bersifat stasioner. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Engle and Granger (1983) bahwa sebuah kombinasi linier dari dua atau lebih variabel mungkin bisa stasioner I(0), meskipun variabel-variabelnya secara individual tidak stasioner I(1). Jika kombinasi linier ini stasioner maka hubungan linear tersebut bisa disebut sebagai kointegrasi dan jika bentuknya adalah persamaan maka hal ini adalah persamaan kointegrasi dan parameternya merupakan parameter-parameter kointegrasi yang mencerminkan hubungan jangka panjang.

Metode yang dapat digunakan untuk melakukan uji kointegrasi, diantaranya

Engle-Granger Cointegration Test, dan Cointegration Regression Durbin-Watson Test. Metode Engle-Granger Cointegration Testdilakukan dengan menggunakan metode Augmented Dickey-Fuller (ADF) dalam dua tahap. Tahap pertama, variabel-variabel (dalam level) diuji secara sendiri-sendiri dengan metode ADF, dan umumnya akan diperoleh variabel-variabel yang tidak stasioner. Tahap dua, variabel dependen diregresi dengan variabel-variabel penjelas dan kemudian lakukan pengujian terhadap residual regresi tersebut. Oleh karena itu, metode ini juga disebut juga sebagai Augmented Engle-Granger (AEG) dengan cara:

………..(3.7) di mana: uiadalah residual, ρ adalah lag optimal dari variabel dependen, dan

et adalah error term. Kemudian hasil t-ADF dibandingkan dengan nilai-nilai kritis

MacKinnon untuk menguji hipotesis Ho: tidak terkointegrasi dan H1:

terkointegrasi.

Jika Ho ditolak maka variabel ui adalah stasioner atau dalam hal ini

kombinasi linear antar variabel adalah stasioner.Artinya meskipun variabel yang digunakan tidak stasioner, namun dalam jangka panjang variabel-variabel tersebut cenderung menuju pada keseimbangan.Oleh karena itu, kombinasi linear dari variabel-variabel tersebut disebut regresi kointegrasi. Parameter-parameter yang dihasilkan dari kombinasi tersebut dapat disebut sebagai koefisien-koefisien jangka panjang atau co-integrated parameters.

Secara umum, persamaan jangka panjang didefinisikan sebagai berikut : Y = C + a1X1t+ a2X2t + a3X3t+ ... + a5Xnt...(3.8)

Sedangkan persamaan jangka panjang yang diestimasi dalam penelitian sebagai berikut (dalam logaritma):

Gambar

Gambar 2  Perkembangan nilai ekspor pertanian dan PDB pertanian tahun 2007-
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Konseptual
Tabel 3 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
Tabel 6 Hasil pengujian akar unit pada tingkat level dan 1st different
+2

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat, Kepolisian Daerah Provinsi Lampung menggunakan pendekatan budaya dalam kinerjanya. Pendekatan budaya tersebut dilakukan sebagai bentuk upaya pemecahan

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dan berdasarkan Surat Keputusan Pejabat

Penulisan ilmiah ini membahas mengenai aplikasi ringan untuk pemakai komputer dengan sistim operasi Microsoft Windows untuk membuat kata sandi secara acak. Pembuatan kata

Penyebarluasan informasi yang bersifat penyuluhan bagi masyarakat (Jasa Konsultasi Penelitian Pembuatan Buku Deskripsi Potensi Kabupaten Aceh Tengah (Buku ini dalam bentuk narasi

2013 mengundang Saudara untuk Pembuktian Kualifikasi dengan membawa Berkas Asli dan salinan/fotocopy (1 rangkap) : - Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)2. - Sertifikat

Uji Korelasi Pearson Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk dengan Obat Batuk Tanpa Resep Responden di Desa Argomulyo Kecamatan

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Matematika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

Sebaliknya apabila manusia memilih amal munkar, maka apa yang mereka lakukan tiada nilai dihadapan Allah swt dalam kata lain yang dilakukan hanyalah amalan yang sia-sia atau