INTISARI
Sindrom Metabolik atau dikenal dengan metabolic syndrome (Mets) atau sindroma resistensi adalah suatu cluster gangguan metabolik yang berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus. Tingginya kadar gula darah merupakan salah satu faktor risiko sindrom metabolik. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit sindrom metabolik dapat meningkatkan risiko untuk terkena sindrom metabolik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-postest control group design. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menggambarkan kadar gula darah puasa. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuisioner dan wawancara terstruktur. Analisis yang digunakan adalah deskriptif evaluatif dan uji statistik Mann Whitney
dengan taraf kepercayaan 90%.
Hasil penelitian menunjukkan pada profil awal dan profil akhir responden secara keseluruhan diperoleh nilai p>0,1 kecuali lingkar pinggang responden laki-laki diperoleh nilai p<0,1 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok edukasi dengan nonedukasi, untuk kuisioner diperoleh nilai Asymp.Sig
0,192 dan untuk profil kadar gula darah puasa diperoleh nilai Asymp.Sig 0,5. Namun jika dievaluasi berdasarkan jenis kelamin, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada responden laki-laki (-9,8mg/dL) untuk kelompok edukasi dan responden perempuan (-5,8mg/dL) untuk kelompok nonedukasi. Ditinjau dari tingkat pendidikan, tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya perubahan kadar gula darah puasa dan ditinjau dari umur, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada kelompok umur ≥35-≤38 th untuk kelompok edukasi dan umur ≥43-≤45 th untuk kelompok nonedukasi.
Kata Kunci: Sindrom Metabolik, Edukasi, Kadar Gula Darah Puasa, Perilaku Masyarakat.
ABSTRACT
Metabolic syndrome (Mets) or resistence syndrome is a cluster of metabolic disorder that related with increased risk for cardiovascular, obesity, hipertension, and diabetes mellitus. The height of concenstration fasting blood glucose is one of risk factor metabolic syndrome. The lower of knowledge level from society about metabolic syndrome will increase the risk of metabolic syndrome.
This research is quasi experimental research, with non-randomized pretest-posttest control group design.The objection of this research is to identify the influence getting education about metabolic syndrome to society behavior at Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta with represent of fasting blood glucose concenstration. This research used method survey by questionnaire research instument and structure interview. It is by descriptive evaluative analysis for statistics test by Mann Whitney with 90% confidence interval.
The result of reseach in overal profile responden acquired p value is more than 0,1, for questionnaire value acquired is Asymp.Sig 0,192 and concenstration fasting blood glucose profile value acquired is Asymp.Sig 0,5. But if looked from sex , change of fasting blood glucose concenstration become of education group by a man responden (-9,8mg/dL) and noneducation group by a woman responden (-5,8mg/dL). From responden education level point of view, education level do not give influence to the change of fasting blood glucose concenstration. And from age point of view, change of fasting blood glucose concenstration become of education group by age ≥35-≤38 years and noneducation group by age ≥43-≤45 years.
Keywords: Metabolic Syndrome, Education, Concenstration Fasting Blood Glucose, Society Behavior
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN
KRODAN, MAGUWOHARJO- SLEMAN, YOGYAKARTA
(Kajian Kadar Gula Darah Puasa)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Bernadeta Rina Anggraini
NIM : 048114018
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2008
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada
padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu
rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
(Yeremia 29:11)
Keluarga besarku: Bapak, Ibu, Mbak Ana dan Mas Aan Sahabat dan teman-temanku,
Almamaterku.
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Bernadeta Rina Anggraini
Nomor Mahasiswa : 048114018
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“Pengaruh Pemberian Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta (Kajian Kadar Gula Darah Puasa)” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 21 Juli 2008 Yang menyatakan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat dan anugerahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelas Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal
yang mudah, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat, bimbingan dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Walikota Yogyakarta c.q BAPPEDA Sleman yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian ini di dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman,Yogyakarta.
3. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan UGM yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini terutama dr. Rustamaji, M.
Kes yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.
4. Bapak Kepala Desa Maguwoharjo, Bapak Dukuh dan Bapak RW/RT yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.
5. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi dan dosen
pembimbing utama atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, nasihat,
dukungan dan kesediaaan waktunya untuk berkonsultasi.
6. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes. selaku dosen penguji.
7. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji
8. Kedua orang tuaku tercinta atas kasih sayangnya yang sangat berharga dalam
hidupku, kepercayaan, bimbingan, doa, semangat dan dukungannya setiap
waktu.
9. Mbak Ana dan Mas Aan yang selalu memberikan doa dan dukungan lewat
telepon dan smsnya.
10.Orang-orang yang dirumah yang selalu memberikan perhatian dan kasih
sayangnya ketika aku pulang.
11.Masyarakat dusun Krodan, Dosen dan Karyawan Kampus III Paingan atas
kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
12.Laboratorium Prodia Yogyakarta yang telah bersedia untuk bekerjasama
dalam pengambilan sampel darah terutama mas Yudi yang telah membantu
mendapatkan informasi.
13.Keluarga Ibu Sri Handayani selaku ibu kost yang telah bersedia membantu
mencarikan responden dalam penelitian ini.
14.Temen-temen sekelompok: Made, Heti, Dipta, Duma atas kerjasama dan
semangatnya dari awal sampai selesai penelitiannya selama ± 3 bulan.
15.Sahabat-sahabatku: Made, Reni, Amanda, Novi, Atin, Wiwid, Retri, Pipit,
Oktav, Nur, Siska, Wida, Rissa, Ana atas persahabatan dan kebersamaannya.
17. Teman-temanku ex STERO: Rini, Rian, Yohani, Elina, Lulud, Wiwid, Ully, Cici,
Wulan, Floren, Tya atas persahabatan dan komunikasinya yang tetap terjalin selama
ini.
18. Mbak kost: mbak Tina, mbak Rosa, mbak Santi, mbak Leny, mbak Themy, atas
perhatian dan dukungannya selama ini.
19. Temen-temen angkatan 2004 kelas A dan kelompok praktikum A, FKK 2004 dan
kelompok praktikum kelompok C atas kerjasama dan kebersamaannya selama kuliah
di farmasi.
20. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Akhirnya, dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang
sempurna dalam mengerjakan sesuatu dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat menjadi
lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
menambah ilmu pengetahuan
Yogyakarta, 16 Juli 2008
Penulis
INTISARI
Sindrom Metabolik atau dikenal dengan metabolic syndrome (Mets) atau sindroma resistensi adalah suatu cluster gangguan metabolik yang berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus. Tingginya kadar gula darah merupakan salah satu faktor risiko sindrom metabolik. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit sindrom metabolik dapat meningkatkan risiko untuk terkena sindrom metabolik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-postest control group design. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menggambarkan kadar gula darah puasa. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuisioner dan wawancara terstruktur. Analisis yang digunakan adalah deskriptif evaluatif dan uji statistik Mann Whitney
dengan taraf kepercayaan 90%.
Hasil penelitian menunjukkan pada profil awal dan profil akhir responden secara keseluruhan diperoleh nilai p>0,1 kecuali lingkar pinggang responden laki-laki diperoleh nilai p<0,1 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok edukasi dengan nonedukasi, untuk kuisioner diperoleh nilai Asymp.Sig
0,192 dan untuk profil kadar gula darah puasa diperoleh nilai Asymp.Sig 0,5. Namun jika dievaluasi berdasarkan jenis kelamin, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada responden laki-laki (-9,8mg/dL) untuk kelompok edukasi dan responden perempuan (-5,8mg/dL) untuk kelompok nonedukasi. Ditinjau dari tingkat pendidikan, tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya perubahan kadar gula darah puasa dan ditinjau dari umur, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada kelompok umur ≥35-≤38 th untuk kelompok edukasi dan umur ≥43-≤45 th untuk kelompok nonedukasi.
Kata Kunci: Sindrom Metabolik, Edukasi, Kadar Gula Darah Puasa, Perilaku Masyarakat.
ABSTRACT
Metabolic syndrome (Mets) or resistence syndrome is a cluster of metabolic disorder that related with increased risk for cardiovascular, obesity, hipertension, and diabetes mellitus. The height of concenstration fasting blood glucose is one of risk factor metabolic syndrome. The lower of knowledge level from society about metabolic syndrome will increase the risk of metabolic syndrome.
This research is quasi experimental research, with non-randomized pretest-posttest control group design.The objection of this research is to identify the influence getting education about metabolic syndrome to society behavior at Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta with represent of fasting blood glucose concenstration. This research used method survey by questionnaire research instument and structure interview. It is by descriptive evaluative analysis for statistics test by Mann Whitney with 90% confidence interval.
The result of reseach in overal profile responden acquired p value is more than 0,1, for questionnaire value acquired is Asymp.Sig 0,192 and concenstration fasting blood glucose profile value acquired is Asymp.Sig 0,5. But if looked from sex , change of fasting blood glucose concenstration become of education group by a man responden (-9,8mg/dL) and noneducation group by a woman responden (-5,8mg/dL). From responden education level point of view, education level do not give influence to the change of fasting blood glucose concenstration. And from age point of view, change of fasting blood glucose concenstration become of education group by age ≥35-≤38 years and noneducation group by age ≥43-≤45 years.
Keywords: Metabolic Syndrome, Education, Concenstration Fasting Blood Glucose, Society Behavior
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
KATA PENGANTAR ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
INTISARI ...ix
ABSTRACT... x
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR LAMPIRAN...xix
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan Masalah ... 4
2. Keaslian Penelitian... 5
3. Manfaat Penelitian ... 5
B. Tujuan Penelitian... 6
1. Tujuan Umum ... 6
2. Tujuan Khusus ... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 8
A. Sindrom Metabolik... 8
1. Pengertian... 8
2. Patogenesis ... 8
3. Kriteria Diagnosis... 10
4. Penatalaksanaan Terapi ... 13
B. Diabetes Mellitus... 15
1. Definisi ... 15
2. Manifestasi Klinik ... 15
3. Klasifikasi... 15
4. Diagnosis ... 17
5. Pencegahan ... 18
C. Terapi Perubahan Gaya Hidup ... 19
D. Edukasi ... 20
E. Perilaku ... 20
1. Pengetahuan ... 21
2. Sikap ... 21
3. Tindakan atau Praktek ... 22
F. Landasan Teori ... 22
G. Hipotesis... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25
B. Variabel Penelitian ... 26
1. Variabel bebas ... 26
2. Variabel tergantung ... 26
C. Definisi Operasional... 26
D. Tempat Penelitian... 28
E. Subyek Penelitian ... 28
F. Ruang Lingkup Penelitian... 31
G. Teknik Sampling ... 32
H. Instrumen Penelitian... 33
I. Tata Cara Penelitian... 34
1. Analisis Situasi ... 34
2. Pembuatan Kuisioner... 35
a. Uji Coba Kuisioner... 37
b. Uji Validitas ... 37
c. Uji Reliabilitas... 38
3. Pembuatan Leaflet... 38
4. Penyebaran Kuisioner ... 39
5. Pemberian Edukasi ... 39
6. Wawancara Terstruktur... 40
7. Pengambilan Sampel Darah... 41
8. Pengukuran Kadar Gula Darah Puasa... 41
9. Pengolahan Data ... 41
10. Analisis Data Penelitian... 42
J. Kesulitan Penelitian... 43
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Profil Responden ... 45
1. Profil Responden Secara Keseluruhan ... 45
a. Jenis Kelamin ... 49
b. Tingkat Pendidikan ... 49
c. Umur... 51
B. Pengaruh Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) ... 53
C. Profil Kadar Gula Darah Puasa Pada Saat Sebelum dan Sesudah Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Serta Evaluasinya... 56
1. Jenis Kelamin ... 62
2. Tingkat Pendidikan... 64
3. Umur... 65
D. Rangkuman Pembahasan... 67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN... 74
BIOGRAFI PENULIS ... 139
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Patofisiologi Sindrom Metabolik ...10
Gambar 2. Faktor Risiko Sindrom Metabolik...13
Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Non-RandomizedPretest-Posttest
Control GroupDesign ...25
Gambar 4. Bagan Pembagian Subyek Penelitian...31
Gambar 5. Bagan Ruang Lingkup Penelitian ...32
Gambar 6. Persentase Jumlah Responden Edukasi dan Nonedukasi
Berdasarkan Profil Jenis Kelamin ...49
Gambar 7. Persentase Jumlah Responden Edukasi dan Nonedukasi
Berdasarkan Profil Tingkat Pendidikan ...50
Gambar 8. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Profil Umur
Kelompok Edukasi dan Nonedukasi ...51
Gambar 9. Rata-rata Nilai Kuisioner Pretest-Posttest Responden
Kelompok Edukasi dan Nonedukasi...54
Gambar 10. Nilai Rata-rata Pretest-Posttest Jawaban Kuisioner Responden
Terkait Penyakit Diabetes Mellitus ...56
Gambar 11. Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa Pada Saat Pretest-Posttest
Pada Kelompok Perlakuan Responden...59
Gambar 12. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Responden
Kelompok Perlakuan ...60
Gambar 13. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Terkait
Jenis Kelamin Responden Kelompok Perlakuan...63
Gambar 14. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Terkait
Tingkat Pendidikan Kelompok Perlakuan Responden Edukasi
dan Nonedukasi ...64
Gambar 15. Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Terkait Umur
Responden Kelompok Perlakuan...65
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998 ...11
Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut NCEP ATP III
Tahun 2001 ...12
Tabel III. Kriteria Sindrom Metabolik Hasil Kombinasi Antara
Kriteria WHO Tahun 1998 dengan Kriteria NCEP ATP III
Tahun 2001 ...27
Tabel IV. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
yang Terdapat Dalam Kuisioner ...36
Tabel V. Distribusi Jenis Pertanyaan Favourable dan Nonfavourable
yang Terdapat Dalam Kuisioner ...36
Tabel VI. Profil Awal Responden Meliputi: IMT, Rasio Lingkar
Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah,
Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar Kolesterol Total ...46
Tabel VII. Profil Awal Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
dan Tingkat Pendidikan ...47
Tabel VIII. Faktor Risiko Awal Sindrom Metabolik Responden Hasil
Kombinasi Antara Kriteria WHO Tahun 1998 dengan
Kriteria NCEP ATP III Tahun 2001 ...47
Tabel IX. Jumlah Faktor Risiko Awal Responden Edukasi dan
Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan
Nonlaboratorium...48
Tabel X. Nilai Rata-rata Kuisioner Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Responden Pada Saat Pretest-Posttest...…55
Tabel XI. Profil Akhir Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar
Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah,
Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar Kolesterol Total ... 57
Tabel XII. Faktor Risiko Akhir Sindrom Metabolik Responden Hasil
Kombinasi Antara Kriteria WHO Tahun 1998 dengan Kriteria
NCEP ATP III Tahun 2001 ...61
Tabel XIII. Jumlah Faktor Risiko Akhir Responden Edukasi dan
Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan
Nonlaboratorium...62
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA ...74
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Komite Etik...75
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian ...76
Lampiran 4. Leaflet Sindrom Metabolik ...80
Lampiran 5. Data Karakteristik Responden Perempuan Nonedukasi
Laboratorium ...82
Lampiran 6. Data Karakteristik Responden Perempuan Nonedukasi
Nonlaboratorium ...83
Lampiran 7. Data Karakteristik Responden Laki-laki Edukasi
Laboratorium ...84
Lampiran 8. Data Karakteristik Responden Laki-laki Nonedukasi
Laboratorium ...85
Lampiran 9. Data Karakteristik Responden Perempuan Edukasi
Laboratorium ...86
Lampiran 10. Data Karakteristik Responden Perempuan Edukasi
Nonlaboratorium ...87
Lampiran 11. Data Karakteristik Responden Laki-laki Edukasi
Laboratorium ...88
Lampiran 12. Data Karakteristik Responden Laki-laki Edukasi
Nonlaboratorium ...89
Lampiran 13. Hasil Skoring Pretest Responden Edukasi Laboratorium...90
Lampiran 14. Hasil Skoring Pretest Responden Nonedukasi Laboratorium ..91
Lampiran 15. Hasil Skoring Pretest Responden Edukasi Nonlaboratorium ...92
Lampiran 16. Hasil Skoring Pretest Responden Nonedukasi
Nonlaboratorium ...93
Lampiran 17. Hasil Skoring Posttest Responden Edukasi Laboratorium ...94
Lampiran 18. Hasil Skoring Posttest Responden Nonedukasi Laboratorium .95
Lampiran 19. Hasil Skoring Posttest Responden Edukasi Nonlaboratorium..96
Lampiran 20. Hasil Skoring Posttest Responden Nonedukasi
Nonlaboratorium ...97
Lampiran 21. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan Umur ...98
Lampiran 22. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Awal Lingkar
Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Laki-laki ...99
Lampiran 23. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Akhir Lingkar
Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Laki-laki ...101
Lampiran 24. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Awal Lingkar
Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Perempuan ...103
Lampiran 25. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Akhir Lingkar
Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Perempuan ...105
Lampiran 26. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Awal
Tekanan Darah Sistolik...107
Lampiran 27. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Akhir
Tekanan Darah Sistolik...108
Lampiran 28. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Awal
Tekanan Darah Diastolik ...109
Lampiran 29. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Akhir
Tekanan Darah Diastolik ...110
Lampiran 30. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Awal
Kadar Gula Darah Puasa ...111
Lampiran 31. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Akhir
Kadar Gula Darah Puasa ...112
Lampiran 32. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis Independent T Test
Profil Awal Kadar Kolesterol Total ...113
Lampiran 33. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis Independent T Test
Profil Akhir Kadar Kolesterol Total ...114
Lampiran 34. Hasil Uji Normalitas Data dan Hasil Uji Mann Whitney
Kuisioner ...115
Lampiran 35. Hasil Uji Normalitas Data dan Hasil Uji Mann Whitney
Kadar Gula Darah Puasa ...117
Lampiran 36. Hasil Wawancara Responden...119
Lampiran 37. Kategori Jawaban Hasil Wawancara Responden...136
Lampiran 38. Lembar Pernyataan Kesediaan Sebagai Responden ...138
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Istilah sindrom metabolik akhir-akhir ini mulai gencar dibicarakan untuk
beberapa tahun belakangan ini. Sindrom metabolik atau dikenal dengan metabolic
syndrome (Mets) atau sindroma resistensi adalah suatu cluster gangguan
metabolik yang berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, obesitas,
hipertensi, dan diabetes mellitus. Sindrom metabolik merupakan penyakit yang
kompleks, dan dianggap sebagai multiplex cardiovascular risk, dimana setiap
komponennya menjadi faktor risiko (Anonim, 2008).
Prevalensi sindroma metabolik sangat bervariasi oleh karena beberapa hal
antara lain: ketidakseragaman kriteria yang digunakan, perbedaan etnis/ras, umur
dan jenis kelamin. Walaupun demikian prevalensi sindroma metabolik dapat
dipastikan cenderung meningkat oleh karena meningkatnya prevalensi obesitas
maupun obesitas sentral (Anonim, 2006a).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh San Antonio Heart (1979-1982)
menemukan prevalensi sindroma metabolik sebesar 15,8% dari 1.125 orang
Mexico-Amerika dan pada orang kulit putih yang berusia antara 25-64 tahun
dengan sedikitnya ditemukan 2 faktor risiko, serta sebesar 4,8% dengan 3 faktor
risiko menggunakan kriteria WHO. Hasil penelitian Framingham Offspring Study
menemukan prevalensi pada pria sebesar 29,4% dari 1.144 pria dan sebesar 23,1%
dari 1.295 wanita berusia antara 26-82 tahun (Anonim, 2006a).
World Health Organization (WHO) memperkirakan sindroma metabolik
banyak ditemukan pada banyak kelompok etnis tertentu termasuk beberapa etnis
di Asia-Pasifik seperti; India, Cina, Aborigin, Polinesia, dan Micronesia. Di
Perancis ditemukan prevalensi pada pria (23%) lebih banyak jika dibandingkan
dengan wanita (12%) dan prevalensi terbanyak ditemukan pada kelompok usia
antara 55-64 tahun yaitu pada pria sebesar 34% dan pada wanita sebesar 21%
(Anonim, 2006a).
Di Indonesia dan negara-negara ASEAN, prevalensi sindrom metabolik
akhir-akhir ini dirasakan meningkat. Hal ini terjadi akibat peningkatan
kemakmuran di negara tersebut yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
peningkatan pendapatan perkapita, perubahan struktur demografi, dan perubahan
gaya hidup terutama di kota besar yang menyebabkan peningkatan prevalensi
penyakit degeneratif. Di Indonesia terjadinya perubahan atau westernisasi pola
makan dan gaya hidup masyarakatnya diakibatkan karena banyaknya kedai makan
siap saji dan adanya peningkatan kondisi sosial ekonomi pada kelompok yang
mampu serta berkurangnya aktivitas untuk berolah raga.
Suatu penelitian di Makassar yang melibatkan 330 orang pria berusia
antara 30-65 tahun dan menggunakan kriteria NCEP ATP III dengan ukuran
lingkar pinggang yang disesuaikan untuk orang Asia (menurut klasifikasi usulan
WHO untuk orang Asia dewasa yaitu > 90 cm untuk pria dan > 80 cm untuk
wanita) menemukan prevalensi sebesar 33,9%. Prevalensi yang lebih tinggi yaitu
Menurut salah satu artikel yang dimuat di harian Kompas Yogyakarta
pada tanggal 13 Februari 2006 menyebutkan bahwa dalam satu dekade terakhir,
tren penyakit di Yogyakarta telah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit
degeneratif atau penyakit karena usia tua. Penyakit-penyakit degeneratif ini antara
lain hipertensi, diabetes, kolesterol, kanker, jantung, dan stroke. Pergeseran ini
berkaitan erat dengan tingginya angka usia harapan hidup warga Yogyakarta yang
mencapai 75 tahun (Anonim, 2006b). Dengan adanya pernyataan tersebut maka
dapat mendukung penelitian ini untuk dilakukan di dusun Krodan yang
merupakan salah satu daerah di Yogyakarta. Berdasarkan analisis situasi yang
telah dilakukan, mulai dari bulan Juli 2007-Desember 2007 dari 63 orang yang
melakukan pengobatan di salah satu pelayanan kesehatan di dusun Krodan
terdapat 12 orang (19,05%) yang mengalami penyakit degeneratif. Selain itu juga
dapat dilihat bahwa di dusun Krodan saat ini telah mengalami perubahan kondisi
sosial-ekonomi yaitu salah satunya dengan munculnya kedai-kedai makan,
sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat disekitarnya
terutama terkait pola makan.
Diabetes mellitus merupakan salah satu komponen faktor risiko dari
sindrom metabolik, maka pada orang diabetes yang mengalami resistensi insulin
diperlukan lebih banyak insulin untuk mengantarkan gula masuk ke dalam sel.
Adanya peningkatan kadar insulin ini digunakan untuk mengimbangi adanya
resistensi insulin. Selain itu adanya peningkatan kadar insulin akan
mengakibatkan terjadnya penimbunan lemak terutama di daerah abdomen dan
daerah bawah kulit saja, namun juga terjadi penimbunan lemak disekitar rongga
perut dan organ-organ di dalam rongga perut. Pada tahap ini permulaan
penimbunan lemak terjadi di sekitar hati, lambung, pankreas, usus dan ginjal
(Kurnia, 2003).
Terkait dengan adanya penyakit sindrom metabolik ini salah satu tenaga
kesehatan yang dapat berperan dalam pengelolaan pasien secara holistik adalah
farmasis. Peranan farmasis dalam hal ini sebagai penyedia informasi yang
didukung oleh sumber dan bukti yang dapat dipercaya. Adanya informasi tersebut
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat salah satunya yaitu
adanya perubahan dalam sikap dan tindakannya untuk lebih memperhatikan
kesehatan, misalnya berupa informasi mengenai gaya hidup dan pola makan untuk
menghindari terjadinya sindrom metabolik.
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apakah profil masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,
Yogyakarta secara keseluruhan yang meliputi: jenis kelamin, tingkat
pendidikan, umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio
lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, kadar gula darah puasa,
dan kadar kolesterol total responden yang terkait sindrom metabolik?
b. Apakah ada pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap
perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) masyarakat di dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam
c. Seperti apakah profil kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta sebelum dan sesudah edukasi tentang
sindrom metabolik serta evaluasinya berdasarkan pengaruh jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan umur responden?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis ini pernah dilakukan yaitu: “Prevalensi Sindrom
Metabolik Non DM di RSUD KOJA, Jakarta Periode Tahun 2000-2004” oleh
Santoso, Susanna, Jeffry, dan Hartono (2004) dengan metode yang digunakan
yaitu metode survei yang bersifat deskriptif potong lintang retrospektif, selain itu
pada penelitian tersebut subyek uji yang digunakan adalah semua pasien penyakit
dalam yang dirawat di RSUD KOJA lantai 6 periode 1 Januari 2000-30 November
2004 yang menderia penyakit sindroma metabolik non DM sesuai dengan kriteria
ATP-III.
Pada penelitian ini lebih metitikberatkan pada pengaruh edukasi sindrom
metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,
Yogyakarta terkait kadar gula darah puasa. Selain itu penelitian ini juga
menggunakan metode kuisioner yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian
edukasi (informasi) tentang sindrom metabolik. Perbedaan antara penelitian ini
dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada tema yang diangkat, subyek uji
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan gambaran atau
referensi, dan pengetahuan tentang sindrom metabolik khususnya yang
menggambarkan parameter kadar gula darah puasa pada masyarakat di
dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.
b. Manfaat Praktis
Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
pihak-pihak yang terkait dalam mengatasi penyakit sindrom metabolik dan
dapat memberikan informasi tentang penyakit sindrom metabolik sehingga
dapat mencegah dan menekan jumlah penyakit sindrom metabolik yang
menggambarkan kadar gula darah puasa.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di
dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui;
a. profil masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta
umur, IMT, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul,
tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total
responden yang terkait sindrom metabolik.
b. pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku
(pengetahuan, sikap, dan tindakan) masyarakat di dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam
penelitian ini.
c. profil kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan
Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta sebelum dan sesudah edukasi tentang sindrom
metabolik dan evaluasinya berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan,
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Sindrom Metabolik 1. Pengertian Sindrom Metabolik
Menurut National Cholesterol Education Program Expert Panel on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults, Adult
Treament Panel III (NCEP ATP III) tahun 2001, sindrom metabolik adalah
sekelompok kelainan metabolik baik lipid maupun non-lipid yang merupakan
faktor risiko penyakit jantung koroner. Kelainan metabolik tersebut meliputi:
obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (kadar trigliserida meningkat dan kadar
kolesterol high density lipoprotein/HDL rendah), tekanan darah meningkat, dan
resistensi insulin (dengan atau tanpa intoleransi glukosa). Keadaan tersebut
berhubungan erat dengan suatu kelainan sistemik yang dikenal sebagai resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah suatu gangguan respon biologis terhadap insulin,
baik yang endogen maupun yang eksogen dengan akibat kebutuhan insulin plasma
yang lebih banyak (hiperinsulinemia) untuk mempertahankan kadar glukosa
plasma agar tetap dalam batas normal. Resistensi insulin berkaitan erat dengan
obesitas khususnya dengan penimbunan jaringan lemak abdominal yang berlebih
atau obesitas sentral (Anonim, 2006a).
2. Patogenesis Sindrom Metabolik
Menurut ATP III mengidentifikasi 6 komponen sindrom metabolik yang
berhubungan dengan penyakit kardiovaskular;
a. obesitas abdominal merupakan bentuk obesitas yang sering dikaitkan dengan
sindrom metabolik. Hal tersebut menandakan terjadinya peningkatan ukuran
lingkar pinggang.
b. dislipidemia aterogenik ditunjukkan dengan cara dilakukan pemeriksaan
lipoprotein yaitu adanya peningkatkan trigliserida dan rendahnya konsentrasi
kolesterol HDL.
c. tekanan darah tinggi dikaitkan dengan obesitas dan biasanya pada orang yang
mengalami resistensi insulin. Hipertensi secara umum merupakan salah satu
diantara faktor risiko dari sindrom metabolik.
d. resistensi insulin secara mayoritas terdapat pada orang dengan sindrom
metabolik. Hal ini berkaitan dengan faktor risiko dari sindrom metabolik dan
biasanya berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular.
e. kondisi proinflamatori dikenal sebagai tanda klinik yang berkaitan dengan
tingginya C-reactive protein (CRP) yang secara umum ada pada orang dengan
sindrom metabolik. Pada dasarnya tingginya CRP dapat ditunjukkan dengan
banyak mekanisme, salah satu penyebabnya adalah obesitas karena banyaknya
jaringan adiposa yang melepaskan sitokin inflamatori yang kemungkinan
dapat meningkatkan level CRP.
f. kondisi protrombotik dikarakteristikan dengan terjadinya peningkatan plasma
plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 dan fibrinogen yang selalu dikaitkan
dengan sindrom metabolik. Pada fase akut reaktan fibrinogen seperti CRP
terjadi peningkatan respon sitokin secara tinggi.
OVERNUTRISI, AKTIVITAS FISIK TIDAK ADA
AKUMULASI LIPID
OBESITAS (ABDOMINAL)
DISREGULASI FUNGSI ADIPOSITOKIN DAN
PRODUKSINYA
RESISTENSI INSULIN
HIPERLIPIDEMIA INTOLERANSI GLUKOSA
ATHEROSKLEROSIS
HIPERTENSI
Gambar 1. Patofisiologis Sindrom Metabolik
(Anonim, 2007a)
3. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik
Saat ini ada dua kriteria diagnosis sindrom metabolik yang banyak
digunakan yaitu kriteria WHO 1998 dan kriteria NCEP ATP III 2001. Kriteria
WHO 1998 menekankan pada adanya toleransi glukosa terganggu atau diabetes
mellitus dan atau resistensi insulin yang disertai sedikitnya dua faktor risiko lain
yaitu: hipertensi, dislipidemia, obesitas sentral, dan mikroalbuminuria. Kriteria
diagnosis sindrom metabolik WHO lebih menekankan adanya toleransi glukosa
pemeriksaan resistensi insulin dengan teknik euglycemic clamp yang mahal,
invasif, dan umumnya tidak tersedia pada banyak pusat kesehatan, selain
mikroalbuminuria yang memerlukan pemeriksaan khusus.
Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998
Toleransi glukosa terganggu atau Diabetes Mellitus dan/atau resistensi insulin dengan dua/lebih keadaan berikut
Tekanan darah meningkat ≥ 160/90 mmHg
Trigliserida plasma meningkat
Rerata ekskresi albumin urin Ratio albumin : kreatinin
> 20 µg/ menit, atau
≥ 30 mg/gr
Pada tahun 2001, NCEP ATP III membuat suatu kriteria yang lebih
mudah digunakan di klinik. Kriteria diagnosis NCEP ATP III menggunakan
komponen kriteria dan parameter yang lebih mudah untuk diperiksa dan
diterapkan oleh para klinisi. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah dipraktikkan
secara klinis dengan tujuan mempermudah penegakan diagnosis dan
Tabel II . Kriteria Sindrom Metabolik Menurut NCEP ATP III Tahun 2001 Diagnosis Sindrom Metabolik ditegakkan bila didapatkan tiga atau lebih faktor risiko tersebut dibawah ini:
Obesitas abdominal (lingkar pinggang) Pria
Wanita
> 102 cm > 88 cm
Trigliserid ≥ 150 mg/dL
Kolesterol high-density lipoprotein Pria
Wanita
< 40 mg/dL < 50 mg/dL Tekanan darah ≥ 130/≥ 85 mmHg Glukosa puasa ≥ 110 mg/dL
(Anonim, 2006a)
Sindrom metabolik didiagnosis ketika seseorang menderita kurang lebih
tiga dari faktor risiko penyakit jantung. Lima kondisi yang menunjukkan faktor
risiko metabolik untuk penyakit jantung;
1. meningkatnya lingkar pinggang. Hal ini disebut juga dengan kegemukan pada
bagian perut atau berbentuk seperti apel (”having an apple shape”).
2. kadar trigliserida yang lebih besar dibandingkan dengan kadar normal di
dalam darah.
3. kadar kolesterol HDL. High Density Lipoprotein (HDL) merupakan kolesterol
baik karena kolesterol ini mengurangi risiko penyakit jantung. Menurunnya
kadar HDL dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit jantung.
4. tekanan darah yang tinggi dibandingkan dengan normal. Tekanan darah
diketahui dengan adanya dua angka biasanya ditulis satu diatas dan satunya
dibawah, contoh 120/80 mmHg. Nomor yang di atas menunjukkan tekanan
kontraksi. Nomor yang di bawah menunjukkan tekanan darah diastolik yang
menggambarkan tekanan aliran darah ketika jantung relaksasi.
5. kadar gula darah (glukosa) puasa lebih tinggi dibandingkan normal. Tingginya
kadar gula darah dapat merupakan tanda awal penyakit diabetes.
(Anonim, 2007b)
Gambar 2. Faktor Risiko Sindrom Metabolik
(Anonim, 2007c)
4. Penatalaksanaan Terapi Sindrom Metabolik
Sampai saat ini tidak ada pengobatan yang secara pasti telah
dipublikasikan. Berdasarkan uji klinis, penatalaksanaan bagi seseorang yang
terkena sindroma ini adalah mencegah terjadinya diabetes mellitus, hipertensi, dan
Semua pasien dengan sindroma metabolik harus dimotivasi untuk
mengubah pola makan dan pola hidup mereka sebagai langkah utama dari terapi.
Panduan praktis pola hidup bagi pasien dengan sindroma metabolik adalah;
a. kurangi berat badan anda dengan berolah raga sedang (jogging) selama 30
menit setiap hari.
b. kurangi makanan yang berlemak, khususnya yang berlemak jenuh seperti
daging merah dan mentega atau makanan penuh lemak lainnya.
c. kurangi konsumsi alkohol.
d. kurangi konsumsi total karbohidrat dengan mengganti karbohidrat murni (roti
putih, kentang) dengan kacang polong, padi-padian, dan lemak tak jenuh
tunggal (kacang-kacangan, alpukat, minyak zaitun) dan mengganti minuman
soda dan jus dengan air, dan minuman diet.
e. hindari makanan berkadar gula yang tinggi dan perbanyak makanan berkadar
gula rendah.
f. hindari merokok.
g. konsumsi asam lemak omega 3 dengan memakan ikan 1 kali seminggu.
h. kurangi konsumsi garam dapur sampai kurang dari 2,4 gram per hari dengan
menggunakan lebih banyak rempah-rempah dalam masakan.
i. perbanyak makan serat (30 g/hari) dan buah-buahan.
B. Diabetes Mellitus 1. Definisi diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok gangguan metabolit
dari metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang diakibatkan karena adanya
defisiensi insulin atau gangguan kerja insulin atau karena keduanya yang dapat
mengakibatkan komplikasi kronis termasuk mikrovaskuler, makrovaskuler dan
gangguan neuropati (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).
2. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat dipertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
glukosa sesudah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya parah dan melebihi
ambang ginjal maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuretik osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuria) dan timbul rasa
haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami
keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin
besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien
mengeluh lelah dan mengantuk (Price dan Lorraine, 1995).
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) atau disebut DM tipe 1.
Diabetes Mellitus tipe 1 ini utamanya disebabkan oleh destruksi sel
terjadi selama bertahun-tahun, dan proses ini dinamakan fase prediabetik. Jika
keadaan berlanjut akan terjadi onset of diabetic, dimana akan terjadi
hiperglikemi dan ketergantungan terhadap insulin. Penyakit ini ditandai
dengan defisiensi insulin secara absolut dan biasanya penyakit ini didiagnosis
sebelum umur 30 tahun. Diabetes mellitus tipe ini merupakan jenis diabetes
yang sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda (Moningkey, 2000).
b. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) atau disebut DM tipe 2.
Merupakan kasus yang banyak terjadi. Prevalensi kejadian di
negara berkembang mencapai 85% dari semua kasus DM yang terjadi.
Diabetes mellitus tipe ini menimbulkan masalah besar karena potensial
mengalami komplikasi. Penyebab DM ini adalah resistensi terhadap insulin
dan pada awalnya terjadi kekurangan sekresi insulin secara relatif. Resistensi
insulin berupa menurunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati (Moningkey, 2000).
Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya
DMTTI. Aktivitas fisik yang teratur akan meningkatkan sensitivitas terhadap
insulin dan memperbaiki toleransi glukosa. Peningkatan konsumsi lemak
jenuh dan penurunan konsumsi serat menurunkan sensitivitas terhadap insulin
dan kelainan toleransi glukosa. Faktor risiko yang lain adalah stres yang
berkepanjangan, baik fisik maupun trauma yang berhubungan dengan
konsumsi obat-obatan dan hormon seperti fenitoin, diuretik golongan tiazid,
dan kortikosteroid (Moningkey, 2000).
c. Diabetes mellitus pada kehamilan (DM Gestasional).
Keadaan ini hanya terbatas pada wanita hamil dan gangguan
toleransi glukosa terjadi pertama kali selama kehamilan. Jika sebelum hamil
sudah mengalami DM maka tidak termasuk kategori ini dan kategori ini
biasanya merupakan DMTTI (Moningkey, 2000).
d. Diabetes tipe lain yang spesifik (diabetes akibat kerusakan genetik).
Maturity onset diabetes of youth (MODY) dikarakterisasikan
sebagai terganggunya sekresi insulin dengan resistensi insulin yang kecil atau
tidak resistensi sama sekali. Ketidakmampuan secara genetik untuk mengubah
proinsulin menjadi insulin mengakibatkan hiperglikemia ringan pada usia dini
dan hal tersebut akan diwariskan pada pola autosomal yang dominan (Triplitt
et al, 2005).
4. Diagnosis
Diagnosis dari penyakit ini dapat menggunakan tiga kriteria: (1) kadar
gula darah puasa ≥ 126 mg/dL; (2) tes toleransi kadar gula dalam darah setelah 2
jam ingesti glukosa secara oral ≥ 200 mg/dL; atau (3) kadar glukosa dalam plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan gejala-gejala diabetes (Triplitt et all, 2005). Jika
keluhan (gejala) khas maka pemeriksaan gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL cukup
untuk menegakkan diagnosis. Untuk kelompok yang tanpa keluhan khas,
pemeriksaan glukosa darah satu kali abnormal belum cukup untuk menegakkan
mendapatkan angka gula darah yang abnormal (Moningkey, 2000). Kadar asam
keto dalam urin yang diukur secara kimia juga dapat digunakan untuk menentukan
tingkat penyakit diabetes (Guyton dan Hall, 1997).
5. Pencegahan Diabetes Mellitus
Ada tiga jenis pencegahan diabetes melitus;
a. pencegahan primer
Bertujuan untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus. Untuk itu,
faktor-faktor yang dapat menyebabkan diabetes mellitus perlu diperhatikan baik
secara genetik maupun lingkungan yang perlu dilakukan yaitu; pola makan
sehari-hari harus seimbang dan tidak berlebihan, olahraga secara teratur dan tidak
banyak berdiam diri, usahakan berat badan dalam batas normal, hindari
obat-obatan yang dapat menimbulkan diabetes mellitus (Hembing, 2006).
b. pencegahan sekunder
Bertujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi penyakit lain,
menghilangkan gejala, dan keluhan penyakit diabetes mellitus yang perlu
dilakukan dalam pencegahan sekunder yaitu: diet sehari-hari harus seimbang dan
sehat, menjaga berat badan dalam batas normal, usahakan pengendalian gula
darah agar tidak terjadi komplikasi diabetes mellitus, olahraga teratur sesuai
dengan kemampuan fisik dan umur (Hembing, 2006).
c. pencegahan tersier
Bertujuan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dari komplikasi
gangren jika terjadi luka sehingga perlu pemeriksaan rutin dan berkala (Hembing,
2006).
C. Terapi Perubahan Gaya Hidup
Terapi Perubahan Gaya Hidup (Therapeutic Lifeslyle Change/TLC)
merupakan suatu pengobatan yang inovatif berdasarkan pemikiran modern yang
melekat pada gaya hidup zaman dahulu. Metode pengobatan ditinggalkan dan
menekankan perubahan-perubahan di lingkungan dan gaya hidup.
Ada lima aspek penting TLC:
1. olahraga/aerobik
Olahraga merupakan antidepresan yang poten. Menaikkan denyut nadi antara
120-160 denyut per menit. Dilakukan tiga kali seminggu selama 35 menit.
2. istirahat yang cukup, tidur selama 7 sampai 8 jam setiap malam.
3. asam lemak omega-3, pemasukan omega-3 (terutama bentuk molekuler yang
disebut EPA) dapat menurunkan tekanan atau despresi. Penelitian
merekomendasikan dosis satu kali sehari 1000 miligram EPA yang
mengandung minyak ikan dengan konsentrasi tinggi.
4. interaksi sosial, dukungan sosial membantu mencegah tekanan ketika kita
menderita dalam hidup.
5. mengurangi pikiran negatif, kesepian dapat mendorong kecenderungan
berpikir negatif. Interaksi sosial dan belajar untuk melibatkan diri dalam
D. Edukasi
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan
dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,
memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan
atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan adalah
suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku
tersebut konduksif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan
mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai
pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,
2003).
E. Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan
(Notoatmodjo, 2003).
Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi,
dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice) sedangkan
stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Dengan demikian secara
lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup;
1. perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia
penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya), maupun aktif
(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.
2. perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan modern
maupun tradisional.
3. perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respon seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4. perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behavior) adalah
respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.
(Notoatmodjo, 1993)
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2.Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap
pre-disposis tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup,
bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003).
3. Tindakan atau Praktek
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice)
kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (Over behavior).
Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi
tentang indikator-indikator perilaku tersebut untuk pengetahuan, sikap, dan
praktek agak berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap
cukup dilakukan melalui wawancara, baik wawancara terstruktur maupun
wawancara mendalam khususnya untuk penelitian kualitatif. Sedangkan untuk
memperoleh data praktek atau perilaku yang paling akurat adalah melalui
pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan
pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh
responden beberapa waktu yang lalu (Notoadmodjo, 2003).
F. Landasan Teori
Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun
respon tiap-tiap orang berbeda. Perubahan perilaku baru seseorang dalam
kehidupannya dapat dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sebelum
seseorang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa manfaat perilaku
kesehatan bagi dirinya. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek
kesehatan, maka seseorang tersebut akan mengadakan penilaian (pendapat)
terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan
atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).
Pemberian informasi (edukasi) merupakan salah satu strategi untuk
memperoleh perilaku yang baru. Pada penelitian ini, pemberian edukasi tentang
sindrom metabolik terhadap masyarakat dapat memberikan informasi-informasi
tentang cara-cara hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari
penyakit sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengaruh
yang baik terhadap sikap dan tindakan masyarakat khususnya terkait dengan
diabetes mellitus sebagai salah satu faktor risiko dari sindrom metabolik.
Tingkat pengetahuan yang semakin bertambah akan menimbulkan
kesadaran dari masyarakat, sehingga menyebabkan orang akan berperilaku sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini
memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng
G. Hipotesis
Pemberian edukasi (informasi) mengenai sindrom metabolik akan
berpengaruh terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan), selain itu juga
pemberian edukasi diharapkan dapat berpengaruh terhadap adanya perubahan
kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini terdiri dari dua yaitu: pertama menggunakan jenis
penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian evaluatif untuk melihat profil
responden secara keseluruhan (jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, lingkar
pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, kadar gula darah
puasa, dan kadar kolesterol total) serta untuk melihat pengaruh jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan umur terhadap kadar gula darah puasa responden. Kedua
menggunakan jenis penelitian eksperimental semu (kuasi) dengan rancangan
penelitian non-randomized pretest-posttest control group design untuk melihat
pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku yang
menggambarkan parameter kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman Yogyakarta. Menurut rancangan ini pembagian subyek
dalam kelompok tidak dilakukan secara random, sehingga pengendalian terhadap
variabel luar dan sumber-sumber invaliditas tidak begitu kuat (Pratiknya, 2007).
O (X) O
O (-) O
Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Non-Randomized Pretest-Posttest Control Group Design
B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
Pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terkait dengan kadar gula
darah puasa yang diberikan pada masyarakat di dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.
2. Variabel tergantung
a. Pengetahuan masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,
Yogyakarta tentang sindrom metabolik.
b. Sikap dan tindakan masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,
Yogyakarta tentang sindrom metabolik yang menggambarkan parameter
kadar gula darah puasa.
C. Definisi Operasional
1. Masyarakat di dusun Krodan adalah sekelompok orang atau penduduk yang
bertempat tinggal dan menetap atau yang bekerja di dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman,Yogyakarta baik laki-laki maupun perempuan.
2. Responden adalah masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,
Yogyakarta yang menjadi subyek uji penelitian.
3. Edukasi merupakan suatu upaya untuk memberikan informasi kepada
masyarakat melalui kunjungan dua minggu sekali dan pemberian leaflet
4. Perilaku adalah semua aktivitas dari masyarakat yang merupakan respon dari
adanya stimulus dari luar yang akan berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap,
dan tindakan dari setiap orang.
5. Profil kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah edukasi merupakan selisih
antara kadar gula darah puasa pada saat posttest dan pretest.
6. Profil responden merupakan karakteristik yang ada pada responden yang
meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan (tidak sekolah, SD, SLTP,
SLTA, diatas SLTA), Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio
lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan
kadar kolesterol total
7. Sindrom metabolik dalam penelitian ini merupakan kombinasi dari kriteria
WHO tahun 1998 dengan kriteria NCEP ATP III tahun 2001. Sindrom
metabolik ditegakkan bila didapatkan ≥ 2 faktor risiko berikut;
Tabel III. Kriteria Sindrom Metabolik Hasil Kombinasi Antara Kriteria WHO Tahun 1998 dengan Kriteria NCEP ATP III Tahun 2001 No. Kriteria Nilai / Kadar
1. Lingkar Pinggang Wanita
Pria
≥ 80 cm
≥ 90 cm
2. Rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul
Wanita Pria
> 0,85 > 0,90 3. Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 23
4. Tekanan Darah ≥130/80 mmHg 5. Kadar Gula Darah Puasa > 100 mg/dL 6. Kadar Kolesterol Total > 200 mg/dL
8. Umur adalah lama kehidupan responden, dimulai dari kelahiran sampai
yaitu kelompok I berumur ≥35-≤38 tahun, kelompok II berumur ≥39-≤42
tahun, dan kelompok III berumur ≥43-≤45 tahun.
9. Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko dari sindrom metabolik.
D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dusun Krodan, Kecamatan Maguwoharjo,
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta tepatnya di daerah sekitar kampus III
Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dusun Krodan ini terdiri dari 5
tempat yaitu: Krodan, Timbulrejo, Paingan, Pomahan, dan Taman Cemara.
Pembagian tersebut berdasarkan atas banyaknya RW dan RT yang ada di dusun
Krodan yaitu: daerah Krodan merupakan RW 03 yang terdiri atas RT 01 dan RT
02, daerah Timbulrejo merupakan RW 04 yang terdiri dari RT 03 dan RT 04,
daerah Paingan merupakan RW 05 yang terdiri dari RT 05 ,RT 06, dan RT 07,
daerah Pomahan merupakan RW 06 yang terdiri atas RT 08 dan RT 09, dan
daerah Taman Cemara yang terdiri atas RT 10, RT 11, RT 12, RT 13, dan RT 14.
E. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah masyarakat yang tinggal atau
bekerja di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang bersedia untuk
diajak bekerjasama dalam penelitian ini yang berlangsung selama 3 bulan
(pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul dan
tekanan darah), pengisian kuisioner dan wawancara, serta pemberian edukasi.
Subyek dalam penelitian ini juga harus memenuhi kriteria inklusi: berumur 40±5
tahun laki-laki dan perempuan, memiliki BMI (Body Massa Index) ≥ 23 (pra
obesitas) dan belum pernah diterapi terkait penyakit sindrom metabolik,
sedangkan untuk kriteria eksklusinya selama edukasi berlangsung subyek uji
mendapat terapi farmakologi yang terkait penyakit sindrom metabolik. Penentuan
subyek uji dalam penelitian ini dibagi berdasarkan banyaknya tempat di dusun
Krodan sendiri yang terdiri dari: Paingan, Pomahan, Timbulrejo, Taman Cemara,
dan Krodan, selanjutnya subyek uji dalam penelitian ini akan disebut sebagai
responden.
Rancangan awal untuk responden adalah sebagai berikut: responden
yang terdiri dari 80 orang akan dibagi dalam dua kelompok yaitu perlakuan
(edukasi) dan kontrol (nonedukasi) masing-masing berjumlah 40 orang yang
terdiri dari responden perempuan sebanyak 21 orang dan responden laki-laki
sebanyak 19 orang. Selanjutnya masing-masing kelompok akan dibagi lagi
menjadi 2 perlakuan yaitu: pertama pemeriksaan laboratorium (kadar gula darah
puasa dan kadar kolesterol total) dan pemeriksaan fisik masing masing berjumlah
20 orang yang terdiri atas responden perempuan sebanyak 12 orang dan responden
laki-laki sebanyak 8 orang, kedua hanya dilakukan pemeriksaan fisik yang
masing-masing berjumlah 20 orang dan terdiri atas responden perempuan
sebanyak 9 orang dan responden laki-laki sebanyak 11 orang. Proporsi jumlah
seimbang atau mendekati seimbang sehingga tidak memberikan perbedaan yang
signifikan. Ketika edukasi dimulai jumlah responden pada kelompok edukasi
dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik berubah menjadi 21
orang sedangkan kelompok nonedukasi yang dilakukan pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan fisik menjadi 19 orang dalam hal ini yang mengalami perubahan
adalah responden perempuan. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan salah satu
responden pada kelompok nonedukasi sering melakukan aktivitas (olahraga)
karena responden tersebut bertetanggaan dengan salah satu responden pada
kelompok edukasi sehingga responden tersebut mendapatkan informasi dari
tetangganya, selanjutnya peneliti memutuskan untuk memasukkannya ke dalam
kelompok edukasi sehingga jumlah responden menjadi 41 orang untuk kelompok
edukasi dan 19 orang untuk kelompok nonedukasi.
Jumlah responden yang berhasil mengikuti penelitian sampai pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan fisik yang kedua (posttest) sebanyak 78 orang
dimana perubahan yang terjadi pada responden kelompok edukasi dan kelompok
nonedukasi yang mengikuti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik,
sedangkan untuk responden kelompok edukasi dan nonedukasi dengan
pemeriksaan fisik saja jumlahnya tetap yaitu masing-masing 20 responden.
Perubahan tersebut menjadi 20 responden untuk kelompok edukasi (responden
perempuan sebanyak 12 dan responden laki-laki 8 orang) dan 18 responden untuk
kelompok nonedukasi yang terdiri atas 10 responden perempuan dan responden
masing-masing kelompok tersebut mengundurkan diri sebagai subyek uji dalam
penelitian ini. Berikut ini merupakan bagan pembagian subyek uji penelitian.
80 Responden Pretest
41 Responden Edukasi (20 Lab dan 20 Non Lab)
39 Responden Nonedukasi (20 Lab dan 20 Non Lab)
Gambar 4. Bagan Pembagian Subyek Penelitian
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemberian Edukasi Tentang Sindrom
Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta” merupakan penelitian yang dilakukan secara berkelompok
yang beranggotakan 5 orang, dimana setiap peneliti mempunyai kajian yang
berbeda-beda untuk diteliti. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini meliputi:
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, faktor merokok, Indeks Massa Tubuh
(IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah,
40 Responden Edukasi
38 Responden Nonedukasi
20 Responden Tes Lab
20 Responden Non Lab
1 Responden mengundurkan diri dari masing-masing perlakuan
18 Responden Tes Lab
Posttest
kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total. Pada penelitian ini peneliti
lebih berfokus pada kajian kadar gula darah puasa.
Penelitian Sindrom Metabolik
Kajian
Kadar Kolesterol
Total Lingkar
pinggang, lingkar pinggul, BMI
Kadar Gula Darah Puasa Jenis kelamin,
tingkat pendidikan, umur, faktor
merokok
Tekanan Darah
Gambar 5. Bagan Ruang Lingkup Penelitian
G. Teknik Sampling
Strategi pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah
secara non-randomized sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan
jenis quota sampling yaitu peneliti terlebih dahulu menentukan jumlah responden
yang akan mengikuti penelitian ini. Dalam pengambilan sampel secara kuota, kita
mengidentifikasikan kumpulan karakteristik penting dari populasi dan kemudiaan
memilih sampel yang diinginkan secara non-acak. Hal ini diasumsikan bahwa
sampel-sampel tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang telah ditetapkan
Sampel penelitian ini telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan
penelitian korelasi yaitu menurut Gay (cit., Sevilla, dkk, 1993) untuk penelitian
korelasi minimal diperlukan 30 subyek. Kelebihan responden dari masing-masing
kelompok dimaksudkan sebagai responden cadangan jika selama penelitian
berlangsung terdapat responden yang mengundurkan diri sebagai responden
dalam penelitian ini.
Sampel dalam penelitian ini juga akan dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk kadar gula darah puasa dan kadar kolesterol total dengan
jumlah responden masing-masing 20 orang untuk kelompok edukasi dan
kelompok nonedukasi, sehingga hal ini sesuai dengan teori yaitu pada penelitian
trial klinik jumlah sampel sekitar 20 orang yang benar-benar dipilih secara
random sudah dianggap adekuat (Pratiknya, 2007). Selain itu pertimbangan
menggunakan 20 responden untuk dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa
dikarenakan keterbatasan dana.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat ukur gula
darah dari laboratorium yang telah ditentukan, timbangan berat badan, tensimeter,
pengukur tinggi badan, meteran, tape recorder dan panduan wawancara, lembar
kuisioner dan leaflet. Lembar kuisioner dan panduan wawancara dibuat dengan
bahasa sesederhana mungkin agar mudah dipahami dan dimengerti oleh
Sebagai media edukasi digunakan leaflet yang berisi pengetahuan mengenai
sindrom metabolik dan pola hidup sehat. Leaflet dibuat semenarik mungkin agar
responden tertarik untuk membacanya.
I. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai
kemungkinan bias tidaknya diadakan penelitian dan melihat keseharian subyek
sebelum dilakukan penelitian. Sebelum penelitian ini dilakukan terlebih dahulu
dilakukan persiapan khususnya mengenai perijinan pada BAPPEDA (Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah) Pemerintah Kabupaten Sleman dan Komisi
Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta agar penelitian ini dapat berjalan. Permohonan ijin
mulai dilakukan pada bulan September 2007 untuk perijinan pada BAPPEDA dan
pada bulan November 2007 untuk perijinan kepada Komisi Etik dan pada bulan
tersebut peneliti mulai melakukan observasi untuk mencari responden.
Observasi dilakukan di dusun Krodan dengan tujuan untuk mencari dan
mengamati masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang
dapat dijadikan responden dalam penelitian ini. Proses pencarian responden
dilakukan dengan cara kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dan memenuhi persyaratan inklusi dapat menjadi responden dalam
penelitian ini, selain itu pencarian responden juga dilakukan dengan cara keliling