• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta : kajian kadar gula darah puasa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta : kajian kadar gula darah puasa."

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Sindrom Metabolik atau dikenal dengan metabolic syndrome (Mets) atau sindroma resistensi adalah suatu cluster gangguan metabolik yang berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus. Tingginya kadar gula darah merupakan salah satu faktor risiko sindrom metabolik. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit sindrom metabolik dapat meningkatkan risiko untuk terkena sindrom metabolik.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-postest control group design. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menggambarkan kadar gula darah puasa. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuisioner dan wawancara terstruktur. Analisis yang digunakan adalah deskriptif evaluatif dan uji statistik Mann Whitney

dengan taraf kepercayaan 90%.

Hasil penelitian menunjukkan pada profil awal dan profil akhir responden secara keseluruhan diperoleh nilai p>0,1 kecuali lingkar pinggang responden laki-laki diperoleh nilai p<0,1 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok edukasi dengan nonedukasi, untuk kuisioner diperoleh nilai Asymp.Sig

0,192 dan untuk profil kadar gula darah puasa diperoleh nilai Asymp.Sig 0,5. Namun jika dievaluasi berdasarkan jenis kelamin, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada responden laki-laki (-9,8mg/dL) untuk kelompok edukasi dan responden perempuan (-5,8mg/dL) untuk kelompok nonedukasi. Ditinjau dari tingkat pendidikan, tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya perubahan kadar gula darah puasa dan ditinjau dari umur, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada kelompok umur ≥35-≤38 th untuk kelompok edukasi dan umur ≥43-≤45 th untuk kelompok nonedukasi.

Kata Kunci: Sindrom Metabolik, Edukasi, Kadar Gula Darah Puasa, Perilaku Masyarakat.

(2)

ABSTRACT

Metabolic syndrome (Mets) or resistence syndrome is a cluster of metabolic disorder that related with increased risk for cardiovascular, obesity, hipertension, and diabetes mellitus. The height of concenstration fasting blood glucose is one of risk factor metabolic syndrome. The lower of knowledge level from society about metabolic syndrome will increase the risk of metabolic syndrome.

This research is quasi experimental research, with non-randomized pretest-posttest control group design.The objection of this research is to identify the influence getting education about metabolic syndrome to society behavior at Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta with represent of fasting blood glucose concenstration. This research used method survey by questionnaire research instument and structure interview. It is by descriptive evaluative analysis for statistics test by Mann Whitney with 90% confidence interval.

The result of reseach in overal profile responden acquired p value is more than 0,1, for questionnaire value acquired is Asymp.Sig 0,192 and concenstration fasting blood glucose profile value acquired is Asymp.Sig 0,5. But if looked from sex , change of fasting blood glucose concenstration become of education group by a man responden (-9,8mg/dL) and noneducation group by a woman responden (-5,8mg/dL). From responden education level point of view, education level do not give influence to the change of fasting blood glucose concenstration. And from age point of view, change of fasting blood glucose concenstration become of education group by age ≥35-≤38 years and noneducation group by age ≥43-≤45 years.

Keywords: Metabolic Syndrome, Education, Concenstration Fasting Blood Glucose, Society Behavior

(3)

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN

KRODAN, MAGUWOHARJO- SLEMAN, YOGYAKARTA

(Kajian Kadar Gula Darah Puasa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Bernadeta Rina Anggraini

NIM : 048114018

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

(4)
(5)
(6)

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada

padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu

rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,

untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

(Yeremia 29:11)

Keluarga besarku: Bapak, Ibu, Mbak Ana dan Mas Aan Sahabat dan teman-temanku,

Almamaterku.

(7)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Bernadeta Rina Anggraini

Nomor Mahasiswa : 048114018

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Pengaruh Pemberian Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta (Kajian Kadar Gula Darah Puasa)” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet

atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 21 Juli 2008 Yang menyatakan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

berkat dan anugerahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelas Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal

yang mudah, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat, bimbingan dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Walikota Yogyakarta c.q BAPPEDA Sleman yang telah memberikan ijin

untuk melakukan penelitian ini di dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman,Yogyakarta.

3. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan UGM yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini terutama dr. Rustamaji, M.

Kes yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

4. Bapak Kepala Desa Maguwoharjo, Bapak Dukuh dan Bapak RW/RT yang

telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

(9)

5. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi dan dosen

pembimbing utama atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, nasihat,

dukungan dan kesediaaan waktunya untuk berkonsultasi.

6. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes. selaku dosen penguji.

7. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji

8. Kedua orang tuaku tercinta atas kasih sayangnya yang sangat berharga dalam

hidupku, kepercayaan, bimbingan, doa, semangat dan dukungannya setiap

waktu.

9. Mbak Ana dan Mas Aan yang selalu memberikan doa dan dukungan lewat

telepon dan smsnya.

10.Orang-orang yang dirumah yang selalu memberikan perhatian dan kasih

sayangnya ketika aku pulang.

11.Masyarakat dusun Krodan, Dosen dan Karyawan Kampus III Paingan atas

kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

12.Laboratorium Prodia Yogyakarta yang telah bersedia untuk bekerjasama

dalam pengambilan sampel darah terutama mas Yudi yang telah membantu

mendapatkan informasi.

13.Keluarga Ibu Sri Handayani selaku ibu kost yang telah bersedia membantu

mencarikan responden dalam penelitian ini.

14.Temen-temen sekelompok: Made, Heti, Dipta, Duma atas kerjasama dan

semangatnya dari awal sampai selesai penelitiannya selama ± 3 bulan.

15.Sahabat-sahabatku: Made, Reni, Amanda, Novi, Atin, Wiwid, Retri, Pipit,

Oktav, Nur, Siska, Wida, Rissa, Ana atas persahabatan dan kebersamaannya.

(10)

17. Teman-temanku ex STERO: Rini, Rian, Yohani, Elina, Lulud, Wiwid, Ully, Cici,

Wulan, Floren, Tya atas persahabatan dan komunikasinya yang tetap terjalin selama

ini.

18. Mbak kost: mbak Tina, mbak Rosa, mbak Santi, mbak Leny, mbak Themy, atas

perhatian dan dukungannya selama ini.

19. Temen-temen angkatan 2004 kelas A dan kelompok praktikum A, FKK 2004 dan

kelompok praktikum kelompok C atas kerjasama dan kebersamaannya selama kuliah

di farmasi.

20. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Akhirnya, dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang

sempurna dalam mengerjakan sesuatu dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat menjadi

lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

menambah ilmu pengetahuan

Yogyakarta, 16 Juli 2008

Penulis

(11)
(12)

INTISARI

Sindrom Metabolik atau dikenal dengan metabolic syndrome (Mets) atau sindroma resistensi adalah suatu cluster gangguan metabolik yang berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus. Tingginya kadar gula darah merupakan salah satu faktor risiko sindrom metabolik. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit sindrom metabolik dapat meningkatkan risiko untuk terkena sindrom metabolik.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-postest control group design. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menggambarkan kadar gula darah puasa. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuisioner dan wawancara terstruktur. Analisis yang digunakan adalah deskriptif evaluatif dan uji statistik Mann Whitney

dengan taraf kepercayaan 90%.

Hasil penelitian menunjukkan pada profil awal dan profil akhir responden secara keseluruhan diperoleh nilai p>0,1 kecuali lingkar pinggang responden laki-laki diperoleh nilai p<0,1 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok edukasi dengan nonedukasi, untuk kuisioner diperoleh nilai Asymp.Sig

0,192 dan untuk profil kadar gula darah puasa diperoleh nilai Asymp.Sig 0,5. Namun jika dievaluasi berdasarkan jenis kelamin, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada responden laki-laki (-9,8mg/dL) untuk kelompok edukasi dan responden perempuan (-5,8mg/dL) untuk kelompok nonedukasi. Ditinjau dari tingkat pendidikan, tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya perubahan kadar gula darah puasa dan ditinjau dari umur, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada kelompok umur ≥35-≤38 th untuk kelompok edukasi dan umur ≥43-≤45 th untuk kelompok nonedukasi.

Kata Kunci: Sindrom Metabolik, Edukasi, Kadar Gula Darah Puasa, Perilaku Masyarakat.

(13)

ABSTRACT

Metabolic syndrome (Mets) or resistence syndrome is a cluster of metabolic disorder that related with increased risk for cardiovascular, obesity, hipertension, and diabetes mellitus. The height of concenstration fasting blood glucose is one of risk factor metabolic syndrome. The lower of knowledge level from society about metabolic syndrome will increase the risk of metabolic syndrome.

This research is quasi experimental research, with non-randomized pretest-posttest control group design.The objection of this research is to identify the influence getting education about metabolic syndrome to society behavior at Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta with represent of fasting blood glucose concenstration. This research used method survey by questionnaire research instument and structure interview. It is by descriptive evaluative analysis for statistics test by Mann Whitney with 90% confidence interval.

The result of reseach in overal profile responden acquired p value is more than 0,1, for questionnaire value acquired is Asymp.Sig 0,192 and concenstration fasting blood glucose profile value acquired is Asymp.Sig 0,5. But if looked from sex , change of fasting blood glucose concenstration become of education group by a man responden (-9,8mg/dL) and noneducation group by a woman responden (-5,8mg/dL). From responden education level point of view, education level do not give influence to the change of fasting blood glucose concenstration. And from age point of view, change of fasting blood glucose concenstration become of education group by age ≥35-≤38 years and noneducation group by age ≥43-≤45 years.

Keywords: Metabolic Syndrome, Education, Concenstration Fasting Blood Glucose, Society Behavior

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

INTISARI ...ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xix

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan Masalah ... 4

2. Keaslian Penelitian... 5

3. Manfaat Penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan Khusus ... 6

(15)

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 8

A. Sindrom Metabolik... 8

1. Pengertian... 8

2. Patogenesis ... 8

3. Kriteria Diagnosis... 10

4. Penatalaksanaan Terapi ... 13

B. Diabetes Mellitus... 15

1. Definisi ... 15

2. Manifestasi Klinik ... 15

3. Klasifikasi... 15

4. Diagnosis ... 17

5. Pencegahan ... 18

C. Terapi Perubahan Gaya Hidup ... 19

D. Edukasi ... 20

E. Perilaku ... 20

1. Pengetahuan ... 21

2. Sikap ... 21

3. Tindakan atau Praktek ... 22

F. Landasan Teori ... 22

G. Hipotesis... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 26

(16)

1. Variabel bebas ... 26

2. Variabel tergantung ... 26

C. Definisi Operasional... 26

D. Tempat Penelitian... 28

E. Subyek Penelitian ... 28

F. Ruang Lingkup Penelitian... 31

G. Teknik Sampling ... 32

H. Instrumen Penelitian... 33

I. Tata Cara Penelitian... 34

1. Analisis Situasi ... 34

2. Pembuatan Kuisioner... 35

a. Uji Coba Kuisioner... 37

b. Uji Validitas ... 37

c. Uji Reliabilitas... 38

3. Pembuatan Leaflet... 38

4. Penyebaran Kuisioner ... 39

5. Pemberian Edukasi ... 39

6. Wawancara Terstruktur... 40

7. Pengambilan Sampel Darah... 41

8. Pengukuran Kadar Gula Darah Puasa... 41

9. Pengolahan Data ... 41

10. Analisis Data Penelitian... 42

J. Kesulitan Penelitian... 43

(17)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Profil Responden ... 45

1. Profil Responden Secara Keseluruhan ... 45

a. Jenis Kelamin ... 49

b. Tingkat Pendidikan ... 49

c. Umur... 51

B. Pengaruh Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) ... 53

C. Profil Kadar Gula Darah Puasa Pada Saat Sebelum dan Sesudah Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Serta Evaluasinya... 56

1. Jenis Kelamin ... 62

2. Tingkat Pendidikan... 64

3. Umur... 65

D. Rangkuman Pembahasan... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN... 74

BIOGRAFI PENULIS ... 139

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Patofisiologi Sindrom Metabolik ...10

Gambar 2. Faktor Risiko Sindrom Metabolik...13

Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Non-RandomizedPretest-Posttest

Control GroupDesign ...25

Gambar 4. Bagan Pembagian Subyek Penelitian...31

Gambar 5. Bagan Ruang Lingkup Penelitian ...32

Gambar 6. Persentase Jumlah Responden Edukasi dan Nonedukasi

Berdasarkan Profil Jenis Kelamin ...49

Gambar 7. Persentase Jumlah Responden Edukasi dan Nonedukasi

Berdasarkan Profil Tingkat Pendidikan ...50

Gambar 8. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Profil Umur

Kelompok Edukasi dan Nonedukasi ...51

Gambar 9. Rata-rata Nilai Kuisioner Pretest-Posttest Responden

Kelompok Edukasi dan Nonedukasi...54

Gambar 10. Nilai Rata-rata Pretest-Posttest Jawaban Kuisioner Responden

Terkait Penyakit Diabetes Mellitus ...56

Gambar 11. Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa Pada Saat Pretest-Posttest

Pada Kelompok Perlakuan Responden...59

Gambar 12. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Responden

Kelompok Perlakuan ...60

Gambar 13. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Terkait

Jenis Kelamin Responden Kelompok Perlakuan...63

Gambar 14. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Terkait

Tingkat Pendidikan Kelompok Perlakuan Responden Edukasi

dan Nonedukasi ...64

(19)

Gambar 15. Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Terkait Umur

Responden Kelompok Perlakuan...65

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998 ...11

Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut NCEP ATP III

Tahun 2001 ...12

Tabel III. Kriteria Sindrom Metabolik Hasil Kombinasi Antara

Kriteria WHO Tahun 1998 dengan Kriteria NCEP ATP III

Tahun 2001 ...27

Tabel IV. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

yang Terdapat Dalam Kuisioner ...36

Tabel V. Distribusi Jenis Pertanyaan Favourable dan Nonfavourable

yang Terdapat Dalam Kuisioner ...36

Tabel VI. Profil Awal Responden Meliputi: IMT, Rasio Lingkar

Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah,

Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar Kolesterol Total ...46

Tabel VII. Profil Awal Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,

dan Tingkat Pendidikan ...47

Tabel VIII. Faktor Risiko Awal Sindrom Metabolik Responden Hasil

Kombinasi Antara Kriteria WHO Tahun 1998 dengan

Kriteria NCEP ATP III Tahun 2001 ...47

Tabel IX. Jumlah Faktor Risiko Awal Responden Edukasi dan

Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan

Nonlaboratorium...48

(21)

Tabel X. Nilai Rata-rata Kuisioner Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Responden Pada Saat Pretest-Posttest...…55

Tabel XI. Profil Akhir Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar

Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah,

Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar Kolesterol Total ... 57

Tabel XII. Faktor Risiko Akhir Sindrom Metabolik Responden Hasil

Kombinasi Antara Kriteria WHO Tahun 1998 dengan Kriteria

NCEP ATP III Tahun 2001 ...61

Tabel XIII. Jumlah Faktor Risiko Akhir Responden Edukasi dan

Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan

Nonlaboratorium...62

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA ...74

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Komite Etik...75

Lampiran 3. Kuisioner Penelitian ...76

Lampiran 4. Leaflet Sindrom Metabolik ...80

Lampiran 5. Data Karakteristik Responden Perempuan Nonedukasi

Laboratorium ...82

Lampiran 6. Data Karakteristik Responden Perempuan Nonedukasi

Nonlaboratorium ...83

Lampiran 7. Data Karakteristik Responden Laki-laki Edukasi

Laboratorium ...84

Lampiran 8. Data Karakteristik Responden Laki-laki Nonedukasi

Laboratorium ...85

Lampiran 9. Data Karakteristik Responden Perempuan Edukasi

Laboratorium ...86

Lampiran 10. Data Karakteristik Responden Perempuan Edukasi

Nonlaboratorium ...87

Lampiran 11. Data Karakteristik Responden Laki-laki Edukasi

Laboratorium ...88

Lampiran 12. Data Karakteristik Responden Laki-laki Edukasi

Nonlaboratorium ...89

Lampiran 13. Hasil Skoring Pretest Responden Edukasi Laboratorium...90

(23)

Lampiran 14. Hasil Skoring Pretest Responden Nonedukasi Laboratorium ..91

Lampiran 15. Hasil Skoring Pretest Responden Edukasi Nonlaboratorium ...92

Lampiran 16. Hasil Skoring Pretest Responden Nonedukasi

Nonlaboratorium ...93

Lampiran 17. Hasil Skoring Posttest Responden Edukasi Laboratorium ...94

Lampiran 18. Hasil Skoring Posttest Responden Nonedukasi Laboratorium .95

Lampiran 19. Hasil Skoring Posttest Responden Edukasi Nonlaboratorium..96

Lampiran 20. Hasil Skoring Posttest Responden Nonedukasi

Nonlaboratorium ...97

Lampiran 21. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan Umur ...98

Lampiran 22. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Awal Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki ...99

Lampiran 23. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Akhir Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki ...101

Lampiran 24. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Awal Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan ...103

Lampiran 25. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Akhir Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan ...105

(24)

Lampiran 26. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Awal

Tekanan Darah Sistolik...107

Lampiran 27. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Akhir

Tekanan Darah Sistolik...108

Lampiran 28. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Awal

Tekanan Darah Diastolik ...109

Lampiran 29. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Akhir

Tekanan Darah Diastolik ...110

Lampiran 30. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Awal

Kadar Gula Darah Puasa ...111

Lampiran 31. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Akhir

Kadar Gula Darah Puasa ...112

Lampiran 32. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis Independent T Test

Profil Awal Kadar Kolesterol Total ...113

Lampiran 33. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis Independent T Test

Profil Akhir Kadar Kolesterol Total ...114

Lampiran 34. Hasil Uji Normalitas Data dan Hasil Uji Mann Whitney

Kuisioner ...115

Lampiran 35. Hasil Uji Normalitas Data dan Hasil Uji Mann Whitney

Kadar Gula Darah Puasa ...117

Lampiran 36. Hasil Wawancara Responden...119

Lampiran 37. Kategori Jawaban Hasil Wawancara Responden...136

Lampiran 38. Lembar Pernyataan Kesediaan Sebagai Responden ...138

(25)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Istilah sindrom metabolik akhir-akhir ini mulai gencar dibicarakan untuk

beberapa tahun belakangan ini. Sindrom metabolik atau dikenal dengan metabolic

syndrome (Mets) atau sindroma resistensi adalah suatu cluster gangguan

metabolik yang berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, obesitas,

hipertensi, dan diabetes mellitus. Sindrom metabolik merupakan penyakit yang

kompleks, dan dianggap sebagai multiplex cardiovascular risk, dimana setiap

komponennya menjadi faktor risiko (Anonim, 2008).

Prevalensi sindroma metabolik sangat bervariasi oleh karena beberapa hal

antara lain: ketidakseragaman kriteria yang digunakan, perbedaan etnis/ras, umur

dan jenis kelamin. Walaupun demikian prevalensi sindroma metabolik dapat

dipastikan cenderung meningkat oleh karena meningkatnya prevalensi obesitas

maupun obesitas sentral (Anonim, 2006a).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh San Antonio Heart (1979-1982)

menemukan prevalensi sindroma metabolik sebesar 15,8% dari 1.125 orang

Mexico-Amerika dan pada orang kulit putih yang berusia antara 25-64 tahun

dengan sedikitnya ditemukan 2 faktor risiko, serta sebesar 4,8% dengan 3 faktor

risiko menggunakan kriteria WHO. Hasil penelitian Framingham Offspring Study

menemukan prevalensi pada pria sebesar 29,4% dari 1.144 pria dan sebesar 23,1%

dari 1.295 wanita berusia antara 26-82 tahun (Anonim, 2006a).

(26)

World Health Organization (WHO) memperkirakan sindroma metabolik

banyak ditemukan pada banyak kelompok etnis tertentu termasuk beberapa etnis

di Asia-Pasifik seperti; India, Cina, Aborigin, Polinesia, dan Micronesia. Di

Perancis ditemukan prevalensi pada pria (23%) lebih banyak jika dibandingkan

dengan wanita (12%) dan prevalensi terbanyak ditemukan pada kelompok usia

antara 55-64 tahun yaitu pada pria sebesar 34% dan pada wanita sebesar 21%

(Anonim, 2006a).

Di Indonesia dan negara-negara ASEAN, prevalensi sindrom metabolik

akhir-akhir ini dirasakan meningkat. Hal ini terjadi akibat peningkatan

kemakmuran di negara tersebut yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:

peningkatan pendapatan perkapita, perubahan struktur demografi, dan perubahan

gaya hidup terutama di kota besar yang menyebabkan peningkatan prevalensi

penyakit degeneratif. Di Indonesia terjadinya perubahan atau westernisasi pola

makan dan gaya hidup masyarakatnya diakibatkan karena banyaknya kedai makan

siap saji dan adanya peningkatan kondisi sosial ekonomi pada kelompok yang

mampu serta berkurangnya aktivitas untuk berolah raga.

Suatu penelitian di Makassar yang melibatkan 330 orang pria berusia

antara 30-65 tahun dan menggunakan kriteria NCEP ATP III dengan ukuran

lingkar pinggang yang disesuaikan untuk orang Asia (menurut klasifikasi usulan

WHO untuk orang Asia dewasa yaitu > 90 cm untuk pria dan > 80 cm untuk

wanita) menemukan prevalensi sebesar 33,9%. Prevalensi yang lebih tinggi yaitu

(27)

Menurut salah satu artikel yang dimuat di harian Kompas Yogyakarta

pada tanggal 13 Februari 2006 menyebutkan bahwa dalam satu dekade terakhir,

tren penyakit di Yogyakarta telah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit

degeneratif atau penyakit karena usia tua. Penyakit-penyakit degeneratif ini antara

lain hipertensi, diabetes, kolesterol, kanker, jantung, dan stroke. Pergeseran ini

berkaitan erat dengan tingginya angka usia harapan hidup warga Yogyakarta yang

mencapai 75 tahun (Anonim, 2006b). Dengan adanya pernyataan tersebut maka

dapat mendukung penelitian ini untuk dilakukan di dusun Krodan yang

merupakan salah satu daerah di Yogyakarta. Berdasarkan analisis situasi yang

telah dilakukan, mulai dari bulan Juli 2007-Desember 2007 dari 63 orang yang

melakukan pengobatan di salah satu pelayanan kesehatan di dusun Krodan

terdapat 12 orang (19,05%) yang mengalami penyakit degeneratif. Selain itu juga

dapat dilihat bahwa di dusun Krodan saat ini telah mengalami perubahan kondisi

sosial-ekonomi yaitu salah satunya dengan munculnya kedai-kedai makan,

sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat disekitarnya

terutama terkait pola makan.

Diabetes mellitus merupakan salah satu komponen faktor risiko dari

sindrom metabolik, maka pada orang diabetes yang mengalami resistensi insulin

diperlukan lebih banyak insulin untuk mengantarkan gula masuk ke dalam sel.

Adanya peningkatan kadar insulin ini digunakan untuk mengimbangi adanya

resistensi insulin. Selain itu adanya peningkatan kadar insulin akan

mengakibatkan terjadnya penimbunan lemak terutama di daerah abdomen dan

(28)

daerah bawah kulit saja, namun juga terjadi penimbunan lemak disekitar rongga

perut dan organ-organ di dalam rongga perut. Pada tahap ini permulaan

penimbunan lemak terjadi di sekitar hati, lambung, pankreas, usus dan ginjal

(Kurnia, 2003).

Terkait dengan adanya penyakit sindrom metabolik ini salah satu tenaga

kesehatan yang dapat berperan dalam pengelolaan pasien secara holistik adalah

farmasis. Peranan farmasis dalam hal ini sebagai penyedia informasi yang

didukung oleh sumber dan bukti yang dapat dipercaya. Adanya informasi tersebut

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat salah satunya yaitu

adanya perubahan dalam sikap dan tindakannya untuk lebih memperhatikan

kesehatan, misalnya berupa informasi mengenai gaya hidup dan pola makan untuk

menghindari terjadinya sindrom metabolik.

1. Perumusan Masalah

a. Seperti apakah profil masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,

Yogyakarta secara keseluruhan yang meliputi: jenis kelamin, tingkat

pendidikan, umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio

lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, kadar gula darah puasa,

dan kadar kolesterol total responden yang terkait sindrom metabolik?

b. Apakah ada pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap

perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) masyarakat di dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam

(29)

c. Seperti apakah profil kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta sebelum dan sesudah edukasi tentang

sindrom metabolik serta evaluasinya berdasarkan pengaruh jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan umur responden?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis ini pernah dilakukan yaitu: “Prevalensi Sindrom

Metabolik Non DM di RSUD KOJA, Jakarta Periode Tahun 2000-2004” oleh

Santoso, Susanna, Jeffry, dan Hartono (2004) dengan metode yang digunakan

yaitu metode survei yang bersifat deskriptif potong lintang retrospektif, selain itu

pada penelitian tersebut subyek uji yang digunakan adalah semua pasien penyakit

dalam yang dirawat di RSUD KOJA lantai 6 periode 1 Januari 2000-30 November

2004 yang menderia penyakit sindroma metabolik non DM sesuai dengan kriteria

ATP-III.

Pada penelitian ini lebih metitikberatkan pada pengaruh edukasi sindrom

metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,

Yogyakarta terkait kadar gula darah puasa. Selain itu penelitian ini juga

menggunakan metode kuisioner yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian

edukasi (informasi) tentang sindrom metabolik. Perbedaan antara penelitian ini

dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada tema yang diangkat, subyek uji

(30)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan gambaran atau

referensi, dan pengetahuan tentang sindrom metabolik khususnya yang

menggambarkan parameter kadar gula darah puasa pada masyarakat di

dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

b. Manfaat Praktis

Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

pihak-pihak yang terkait dalam mengatasi penyakit sindrom metabolik dan

dapat memberikan informasi tentang penyakit sindrom metabolik sehingga

dapat mencegah dan menekan jumlah penyakit sindrom metabolik yang

menggambarkan kadar gula darah puasa.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di

dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui;

a. profil masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta

(31)

umur, IMT, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul,

tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total

responden yang terkait sindrom metabolik.

b. pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku

(pengetahuan, sikap, dan tindakan) masyarakat di dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam

penelitian ini.

c. profil kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan

Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta sebelum dan sesudah edukasi tentang sindrom

metabolik dan evaluasinya berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan,

(32)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sindrom Metabolik 1. Pengertian Sindrom Metabolik

Menurut National Cholesterol Education Program Expert Panel on

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults, Adult

Treament Panel III (NCEP ATP III) tahun 2001, sindrom metabolik adalah

sekelompok kelainan metabolik baik lipid maupun non-lipid yang merupakan

faktor risiko penyakit jantung koroner. Kelainan metabolik tersebut meliputi:

obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (kadar trigliserida meningkat dan kadar

kolesterol high density lipoprotein/HDL rendah), tekanan darah meningkat, dan

resistensi insulin (dengan atau tanpa intoleransi glukosa). Keadaan tersebut

berhubungan erat dengan suatu kelainan sistemik yang dikenal sebagai resistensi

insulin. Resistensi insulin adalah suatu gangguan respon biologis terhadap insulin,

baik yang endogen maupun yang eksogen dengan akibat kebutuhan insulin plasma

yang lebih banyak (hiperinsulinemia) untuk mempertahankan kadar glukosa

plasma agar tetap dalam batas normal. Resistensi insulin berkaitan erat dengan

obesitas khususnya dengan penimbunan jaringan lemak abdominal yang berlebih

atau obesitas sentral (Anonim, 2006a).

2. Patogenesis Sindrom Metabolik

Menurut ATP III mengidentifikasi 6 komponen sindrom metabolik yang

berhubungan dengan penyakit kardiovaskular;

(33)

a. obesitas abdominal merupakan bentuk obesitas yang sering dikaitkan dengan

sindrom metabolik. Hal tersebut menandakan terjadinya peningkatan ukuran

lingkar pinggang.

b. dislipidemia aterogenik ditunjukkan dengan cara dilakukan pemeriksaan

lipoprotein yaitu adanya peningkatkan trigliserida dan rendahnya konsentrasi

kolesterol HDL.

c. tekanan darah tinggi dikaitkan dengan obesitas dan biasanya pada orang yang

mengalami resistensi insulin. Hipertensi secara umum merupakan salah satu

diantara faktor risiko dari sindrom metabolik.

d. resistensi insulin secara mayoritas terdapat pada orang dengan sindrom

metabolik. Hal ini berkaitan dengan faktor risiko dari sindrom metabolik dan

biasanya berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular.

e. kondisi proinflamatori dikenal sebagai tanda klinik yang berkaitan dengan

tingginya C-reactive protein (CRP) yang secara umum ada pada orang dengan

sindrom metabolik. Pada dasarnya tingginya CRP dapat ditunjukkan dengan

banyak mekanisme, salah satu penyebabnya adalah obesitas karena banyaknya

jaringan adiposa yang melepaskan sitokin inflamatori yang kemungkinan

dapat meningkatkan level CRP.

f. kondisi protrombotik dikarakteristikan dengan terjadinya peningkatan plasma

plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 dan fibrinogen yang selalu dikaitkan

dengan sindrom metabolik. Pada fase akut reaktan fibrinogen seperti CRP

terjadi peningkatan respon sitokin secara tinggi.

(34)

OVERNUTRISI, AKTIVITAS FISIK TIDAK ADA

AKUMULASI LIPID

OBESITAS (ABDOMINAL)

DISREGULASI FUNGSI ADIPOSITOKIN DAN

PRODUKSINYA

RESISTENSI INSULIN

HIPERLIPIDEMIA INTOLERANSI GLUKOSA

ATHEROSKLEROSIS

HIPERTENSI

Gambar 1. Patofisiologis Sindrom Metabolik

(Anonim, 2007a)

3. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik

Saat ini ada dua kriteria diagnosis sindrom metabolik yang banyak

digunakan yaitu kriteria WHO 1998 dan kriteria NCEP ATP III 2001. Kriteria

WHO 1998 menekankan pada adanya toleransi glukosa terganggu atau diabetes

mellitus dan atau resistensi insulin yang disertai sedikitnya dua faktor risiko lain

yaitu: hipertensi, dislipidemia, obesitas sentral, dan mikroalbuminuria. Kriteria

diagnosis sindrom metabolik WHO lebih menekankan adanya toleransi glukosa

(35)

pemeriksaan resistensi insulin dengan teknik euglycemic clamp yang mahal,

invasif, dan umumnya tidak tersedia pada banyak pusat kesehatan, selain

mikroalbuminuria yang memerlukan pemeriksaan khusus.

Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998

Toleransi glukosa terganggu atau Diabetes Mellitus dan/atau resistensi insulin dengan dua/lebih keadaan berikut

Tekanan darah meningkat ≥ 160/90 mmHg

Trigliserida plasma meningkat

Rerata ekskresi albumin urin Ratio albumin : kreatinin

> 20 µg/ menit, atau

≥ 30 mg/gr

Pada tahun 2001, NCEP ATP III membuat suatu kriteria yang lebih

mudah digunakan di klinik. Kriteria diagnosis NCEP ATP III menggunakan

komponen kriteria dan parameter yang lebih mudah untuk diperiksa dan

diterapkan oleh para klinisi. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah dipraktikkan

secara klinis dengan tujuan mempermudah penegakan diagnosis dan

(36)

Tabel II . Kriteria Sindrom Metabolik Menurut NCEP ATP III Tahun 2001 Diagnosis Sindrom Metabolik ditegakkan bila didapatkan tiga atau lebih faktor risiko tersebut dibawah ini:

Obesitas abdominal (lingkar pinggang) Pria

Wanita

> 102 cm > 88 cm

Trigliserid ≥ 150 mg/dL

Kolesterol high-density lipoprotein Pria

Wanita

< 40 mg/dL < 50 mg/dL Tekanan darah ≥ 130/≥ 85 mmHg Glukosa puasa ≥ 110 mg/dL

(Anonim, 2006a)

Sindrom metabolik didiagnosis ketika seseorang menderita kurang lebih

tiga dari faktor risiko penyakit jantung. Lima kondisi yang menunjukkan faktor

risiko metabolik untuk penyakit jantung;

1. meningkatnya lingkar pinggang. Hal ini disebut juga dengan kegemukan pada

bagian perut atau berbentuk seperti apel (”having an apple shape”).

2. kadar trigliserida yang lebih besar dibandingkan dengan kadar normal di

dalam darah.

3. kadar kolesterol HDL. High Density Lipoprotein (HDL) merupakan kolesterol

baik karena kolesterol ini mengurangi risiko penyakit jantung. Menurunnya

kadar HDL dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit jantung.

4. tekanan darah yang tinggi dibandingkan dengan normal. Tekanan darah

diketahui dengan adanya dua angka biasanya ditulis satu diatas dan satunya

dibawah, contoh 120/80 mmHg. Nomor yang di atas menunjukkan tekanan

(37)

kontraksi. Nomor yang di bawah menunjukkan tekanan darah diastolik yang

menggambarkan tekanan aliran darah ketika jantung relaksasi.

5. kadar gula darah (glukosa) puasa lebih tinggi dibandingkan normal. Tingginya

kadar gula darah dapat merupakan tanda awal penyakit diabetes.

(Anonim, 2007b)

Gambar 2. Faktor Risiko Sindrom Metabolik

(Anonim, 2007c)

4. Penatalaksanaan Terapi Sindrom Metabolik

Sampai saat ini tidak ada pengobatan yang secara pasti telah

dipublikasikan. Berdasarkan uji klinis, penatalaksanaan bagi seseorang yang

terkena sindroma ini adalah mencegah terjadinya diabetes mellitus, hipertensi, dan

(38)

Semua pasien dengan sindroma metabolik harus dimotivasi untuk

mengubah pola makan dan pola hidup mereka sebagai langkah utama dari terapi.

Panduan praktis pola hidup bagi pasien dengan sindroma metabolik adalah;

a. kurangi berat badan anda dengan berolah raga sedang (jogging) selama 30

menit setiap hari.

b. kurangi makanan yang berlemak, khususnya yang berlemak jenuh seperti

daging merah dan mentega atau makanan penuh lemak lainnya.

c. kurangi konsumsi alkohol.

d. kurangi konsumsi total karbohidrat dengan mengganti karbohidrat murni (roti

putih, kentang) dengan kacang polong, padi-padian, dan lemak tak jenuh

tunggal (kacang-kacangan, alpukat, minyak zaitun) dan mengganti minuman

soda dan jus dengan air, dan minuman diet.

e. hindari makanan berkadar gula yang tinggi dan perbanyak makanan berkadar

gula rendah.

f. hindari merokok.

g. konsumsi asam lemak omega 3 dengan memakan ikan 1 kali seminggu.

h. kurangi konsumsi garam dapur sampai kurang dari 2,4 gram per hari dengan

menggunakan lebih banyak rempah-rempah dalam masakan.

i. perbanyak makan serat (30 g/hari) dan buah-buahan.

(39)

B. Diabetes Mellitus 1. Definisi diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok gangguan metabolit

dari metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang diakibatkan karena adanya

defisiensi insulin atau gangguan kerja insulin atau karena keduanya yang dapat

mengakibatkan komplikasi kronis termasuk mikrovaskuler, makrovaskuler dan

gangguan neuropati (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).

2. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi

metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin

tidak dapat dipertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi

glukosa sesudah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya parah dan melebihi

ambang ginjal maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan mengakibatkan

diuretik osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuria) dan timbul rasa

haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami

keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin

besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien

mengeluh lelah dan mengantuk (Price dan Lorraine, 1995).

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) atau disebut DM tipe 1.

Diabetes Mellitus tipe 1 ini utamanya disebabkan oleh destruksi sel

(40)

terjadi selama bertahun-tahun, dan proses ini dinamakan fase prediabetik. Jika

keadaan berlanjut akan terjadi onset of diabetic, dimana akan terjadi

hiperglikemi dan ketergantungan terhadap insulin. Penyakit ini ditandai

dengan defisiensi insulin secara absolut dan biasanya penyakit ini didiagnosis

sebelum umur 30 tahun. Diabetes mellitus tipe ini merupakan jenis diabetes

yang sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda (Moningkey, 2000).

b. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) atau disebut DM tipe 2.

Merupakan kasus yang banyak terjadi. Prevalensi kejadian di

negara berkembang mencapai 85% dari semua kasus DM yang terjadi.

Diabetes mellitus tipe ini menimbulkan masalah besar karena potensial

mengalami komplikasi. Penyebab DM ini adalah resistensi terhadap insulin

dan pada awalnya terjadi kekurangan sekresi insulin secara relatif. Resistensi

insulin berupa menurunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi

glukosa oleh hati (Moningkey, 2000).

Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya

DMTTI. Aktivitas fisik yang teratur akan meningkatkan sensitivitas terhadap

insulin dan memperbaiki toleransi glukosa. Peningkatan konsumsi lemak

jenuh dan penurunan konsumsi serat menurunkan sensitivitas terhadap insulin

dan kelainan toleransi glukosa. Faktor risiko yang lain adalah stres yang

berkepanjangan, baik fisik maupun trauma yang berhubungan dengan

(41)

konsumsi obat-obatan dan hormon seperti fenitoin, diuretik golongan tiazid,

dan kortikosteroid (Moningkey, 2000).

c. Diabetes mellitus pada kehamilan (DM Gestasional).

Keadaan ini hanya terbatas pada wanita hamil dan gangguan

toleransi glukosa terjadi pertama kali selama kehamilan. Jika sebelum hamil

sudah mengalami DM maka tidak termasuk kategori ini dan kategori ini

biasanya merupakan DMTTI (Moningkey, 2000).

d. Diabetes tipe lain yang spesifik (diabetes akibat kerusakan genetik).

Maturity onset diabetes of youth (MODY) dikarakterisasikan

sebagai terganggunya sekresi insulin dengan resistensi insulin yang kecil atau

tidak resistensi sama sekali. Ketidakmampuan secara genetik untuk mengubah

proinsulin menjadi insulin mengakibatkan hiperglikemia ringan pada usia dini

dan hal tersebut akan diwariskan pada pola autosomal yang dominan (Triplitt

et al, 2005).

4. Diagnosis

Diagnosis dari penyakit ini dapat menggunakan tiga kriteria: (1) kadar

gula darah puasa ≥ 126 mg/dL; (2) tes toleransi kadar gula dalam darah setelah 2

jam ingesti glukosa secara oral ≥ 200 mg/dL; atau (3) kadar glukosa dalam plasma

sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan gejala-gejala diabetes (Triplitt et all, 2005). Jika

keluhan (gejala) khas maka pemeriksaan gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL cukup

untuk menegakkan diagnosis. Untuk kelompok yang tanpa keluhan khas,

pemeriksaan glukosa darah satu kali abnormal belum cukup untuk menegakkan

(42)

mendapatkan angka gula darah yang abnormal (Moningkey, 2000). Kadar asam

keto dalam urin yang diukur secara kimia juga dapat digunakan untuk menentukan

tingkat penyakit diabetes (Guyton dan Hall, 1997).

5. Pencegahan Diabetes Mellitus

Ada tiga jenis pencegahan diabetes melitus;

a. pencegahan primer

Bertujuan untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus. Untuk itu,

faktor-faktor yang dapat menyebabkan diabetes mellitus perlu diperhatikan baik

secara genetik maupun lingkungan yang perlu dilakukan yaitu; pola makan

sehari-hari harus seimbang dan tidak berlebihan, olahraga secara teratur dan tidak

banyak berdiam diri, usahakan berat badan dalam batas normal, hindari

obat-obatan yang dapat menimbulkan diabetes mellitus (Hembing, 2006).

b. pencegahan sekunder

Bertujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi penyakit lain,

menghilangkan gejala, dan keluhan penyakit diabetes mellitus yang perlu

dilakukan dalam pencegahan sekunder yaitu: diet sehari-hari harus seimbang dan

sehat, menjaga berat badan dalam batas normal, usahakan pengendalian gula

darah agar tidak terjadi komplikasi diabetes mellitus, olahraga teratur sesuai

dengan kemampuan fisik dan umur (Hembing, 2006).

c. pencegahan tersier

Bertujuan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dari komplikasi

(43)

gangren jika terjadi luka sehingga perlu pemeriksaan rutin dan berkala (Hembing,

2006).

C. Terapi Perubahan Gaya Hidup

Terapi Perubahan Gaya Hidup (Therapeutic Lifeslyle Change/TLC)

merupakan suatu pengobatan yang inovatif berdasarkan pemikiran modern yang

melekat pada gaya hidup zaman dahulu. Metode pengobatan ditinggalkan dan

menekankan perubahan-perubahan di lingkungan dan gaya hidup.

Ada lima aspek penting TLC:

1. olahraga/aerobik

Olahraga merupakan antidepresan yang poten. Menaikkan denyut nadi antara

120-160 denyut per menit. Dilakukan tiga kali seminggu selama 35 menit.

2. istirahat yang cukup, tidur selama 7 sampai 8 jam setiap malam.

3. asam lemak omega-3, pemasukan omega-3 (terutama bentuk molekuler yang

disebut EPA) dapat menurunkan tekanan atau despresi. Penelitian

merekomendasikan dosis satu kali sehari 1000 miligram EPA yang

mengandung minyak ikan dengan konsentrasi tinggi.

4. interaksi sosial, dukungan sosial membantu mencegah tekanan ketika kita

menderita dalam hidup.

5. mengurangi pikiran negatif, kesepian dapat mendorong kecenderungan

berpikir negatif. Interaksi sosial dan belajar untuk melibatkan diri dalam

(44)

D. Edukasi

Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan

dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,

memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan

atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan adalah

suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku

tersebut konduksif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan

mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai

pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,

2003).

E. Perilaku

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan

(Notoatmodjo, 2003).

Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi,

dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice) sedangkan

stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Dengan demikian secara

lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup;

1. perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

(45)

penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya), maupun aktif

(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

2. perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan modern

maupun tradisional.

3. perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respon seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

4. perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behavior) adalah

respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.

(Notoatmodjo, 1993)

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap

(46)

pre-disposis tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup,

bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003).

3. Tindakan atau Praktek

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice)

kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (Over behavior).

Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi

tentang indikator-indikator perilaku tersebut untuk pengetahuan, sikap, dan

praktek agak berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap

cukup dilakukan melalui wawancara, baik wawancara terstruktur maupun

wawancara mendalam khususnya untuk penelitian kualitatif. Sedangkan untuk

memperoleh data praktek atau perilaku yang paling akurat adalah melalui

pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan

pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh

responden beberapa waktu yang lalu (Notoadmodjo, 2003).

F. Landasan Teori

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

(47)

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun

respon tiap-tiap orang berbeda. Perubahan perilaku baru seseorang dalam

kehidupannya dapat dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sebelum

seseorang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa manfaat perilaku

kesehatan bagi dirinya. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek

kesehatan, maka seseorang tersebut akan mengadakan penilaian (pendapat)

terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan

atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).

Pemberian informasi (edukasi) merupakan salah satu strategi untuk

memperoleh perilaku yang baru. Pada penelitian ini, pemberian edukasi tentang

sindrom metabolik terhadap masyarakat dapat memberikan informasi-informasi

tentang cara-cara hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari

penyakit sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengaruh

yang baik terhadap sikap dan tindakan masyarakat khususnya terkait dengan

diabetes mellitus sebagai salah satu faktor risiko dari sindrom metabolik.

Tingkat pengetahuan yang semakin bertambah akan menimbulkan

kesadaran dari masyarakat, sehingga menyebabkan orang akan berperilaku sesuai

dengan pengetahuan yang dimiliki. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini

memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng

(48)

G. Hipotesis

Pemberian edukasi (informasi) mengenai sindrom metabolik akan

berpengaruh terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan), selain itu juga

pemberian edukasi diharapkan dapat berpengaruh terhadap adanya perubahan

kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini terdiri dari dua yaitu: pertama menggunakan jenis

penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian evaluatif untuk melihat profil

responden secara keseluruhan (jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, lingkar

pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, kadar gula darah

puasa, dan kadar kolesterol total) serta untuk melihat pengaruh jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan umur terhadap kadar gula darah puasa responden. Kedua

menggunakan jenis penelitian eksperimental semu (kuasi) dengan rancangan

penelitian non-randomized pretest-posttest control group design untuk melihat

pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku yang

menggambarkan parameter kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman Yogyakarta. Menurut rancangan ini pembagian subyek

dalam kelompok tidak dilakukan secara random, sehingga pengendalian terhadap

variabel luar dan sumber-sumber invaliditas tidak begitu kuat (Pratiknya, 2007).

O (X) O

O (-) O

Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Non-Randomized Pretest-Posttest Control Group Design

(50)

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terkait dengan kadar gula

darah puasa yang diberikan pada masyarakat di dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

2. Variabel tergantung

a. Pengetahuan masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,

Yogyakarta tentang sindrom metabolik.

b. Sikap dan tindakan masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,

Yogyakarta tentang sindrom metabolik yang menggambarkan parameter

kadar gula darah puasa.

C. Definisi Operasional

1. Masyarakat di dusun Krodan adalah sekelompok orang atau penduduk yang

bertempat tinggal dan menetap atau yang bekerja di dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman,Yogyakarta baik laki-laki maupun perempuan.

2. Responden adalah masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,

Yogyakarta yang menjadi subyek uji penelitian.

3. Edukasi merupakan suatu upaya untuk memberikan informasi kepada

masyarakat melalui kunjungan dua minggu sekali dan pemberian leaflet

(51)

4. Perilaku adalah semua aktivitas dari masyarakat yang merupakan respon dari

adanya stimulus dari luar yang akan berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap,

dan tindakan dari setiap orang.

5. Profil kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah edukasi merupakan selisih

antara kadar gula darah puasa pada saat posttest dan pretest.

6. Profil responden merupakan karakteristik yang ada pada responden yang

meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan (tidak sekolah, SD, SLTP,

SLTA, diatas SLTA), Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio

lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan

kadar kolesterol total

7. Sindrom metabolik dalam penelitian ini merupakan kombinasi dari kriteria

WHO tahun 1998 dengan kriteria NCEP ATP III tahun 2001. Sindrom

metabolik ditegakkan bila didapatkan ≥ 2 faktor risiko berikut;

Tabel III. Kriteria Sindrom Metabolik Hasil Kombinasi Antara Kriteria WHO Tahun 1998 dengan Kriteria NCEP ATP III Tahun 2001 No. Kriteria Nilai / Kadar

1. Lingkar Pinggang Wanita

Pria

≥ 80 cm

≥ 90 cm

2. Rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul

Wanita Pria

> 0,85 > 0,90 3. Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 23

4. Tekanan Darah ≥130/80 mmHg 5. Kadar Gula Darah Puasa > 100 mg/dL 6. Kadar Kolesterol Total > 200 mg/dL

8. Umur adalah lama kehidupan responden, dimulai dari kelahiran sampai

(52)

yaitu kelompok I berumur ≥35-≤38 tahun, kelompok II berumur ≥39-≤42

tahun, dan kelompok III berumur ≥43-≤45 tahun.

9. Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko dari sindrom metabolik.

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dusun Krodan, Kecamatan Maguwoharjo,

Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta tepatnya di daerah sekitar kampus III

Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dusun Krodan ini terdiri dari 5

tempat yaitu: Krodan, Timbulrejo, Paingan, Pomahan, dan Taman Cemara.

Pembagian tersebut berdasarkan atas banyaknya RW dan RT yang ada di dusun

Krodan yaitu: daerah Krodan merupakan RW 03 yang terdiri atas RT 01 dan RT

02, daerah Timbulrejo merupakan RW 04 yang terdiri dari RT 03 dan RT 04,

daerah Paingan merupakan RW 05 yang terdiri dari RT 05 ,RT 06, dan RT 07,

daerah Pomahan merupakan RW 06 yang terdiri atas RT 08 dan RT 09, dan

daerah Taman Cemara yang terdiri atas RT 10, RT 11, RT 12, RT 13, dan RT 14.

E. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan adalah masyarakat yang tinggal atau

bekerja di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang bersedia untuk

diajak bekerjasama dalam penelitian ini yang berlangsung selama 3 bulan

(53)

(pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul dan

tekanan darah), pengisian kuisioner dan wawancara, serta pemberian edukasi.

Subyek dalam penelitian ini juga harus memenuhi kriteria inklusi: berumur 40±5

tahun laki-laki dan perempuan, memiliki BMI (Body Massa Index) ≥ 23 (pra

obesitas) dan belum pernah diterapi terkait penyakit sindrom metabolik,

sedangkan untuk kriteria eksklusinya selama edukasi berlangsung subyek uji

mendapat terapi farmakologi yang terkait penyakit sindrom metabolik. Penentuan

subyek uji dalam penelitian ini dibagi berdasarkan banyaknya tempat di dusun

Krodan sendiri yang terdiri dari: Paingan, Pomahan, Timbulrejo, Taman Cemara,

dan Krodan, selanjutnya subyek uji dalam penelitian ini akan disebut sebagai

responden.

Rancangan awal untuk responden adalah sebagai berikut: responden

yang terdiri dari 80 orang akan dibagi dalam dua kelompok yaitu perlakuan

(edukasi) dan kontrol (nonedukasi) masing-masing berjumlah 40 orang yang

terdiri dari responden perempuan sebanyak 21 orang dan responden laki-laki

sebanyak 19 orang. Selanjutnya masing-masing kelompok akan dibagi lagi

menjadi 2 perlakuan yaitu: pertama pemeriksaan laboratorium (kadar gula darah

puasa dan kadar kolesterol total) dan pemeriksaan fisik masing masing berjumlah

20 orang yang terdiri atas responden perempuan sebanyak 12 orang dan responden

laki-laki sebanyak 8 orang, kedua hanya dilakukan pemeriksaan fisik yang

masing-masing berjumlah 20 orang dan terdiri atas responden perempuan

sebanyak 9 orang dan responden laki-laki sebanyak 11 orang. Proporsi jumlah

(54)

seimbang atau mendekati seimbang sehingga tidak memberikan perbedaan yang

signifikan. Ketika edukasi dimulai jumlah responden pada kelompok edukasi

dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik berubah menjadi 21

orang sedangkan kelompok nonedukasi yang dilakukan pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan fisik menjadi 19 orang dalam hal ini yang mengalami perubahan

adalah responden perempuan. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan salah satu

responden pada kelompok nonedukasi sering melakukan aktivitas (olahraga)

karena responden tersebut bertetanggaan dengan salah satu responden pada

kelompok edukasi sehingga responden tersebut mendapatkan informasi dari

tetangganya, selanjutnya peneliti memutuskan untuk memasukkannya ke dalam

kelompok edukasi sehingga jumlah responden menjadi 41 orang untuk kelompok

edukasi dan 19 orang untuk kelompok nonedukasi.

Jumlah responden yang berhasil mengikuti penelitian sampai pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan fisik yang kedua (posttest) sebanyak 78 orang

dimana perubahan yang terjadi pada responden kelompok edukasi dan kelompok

nonedukasi yang mengikuti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik,

sedangkan untuk responden kelompok edukasi dan nonedukasi dengan

pemeriksaan fisik saja jumlahnya tetap yaitu masing-masing 20 responden.

Perubahan tersebut menjadi 20 responden untuk kelompok edukasi (responden

perempuan sebanyak 12 dan responden laki-laki 8 orang) dan 18 responden untuk

kelompok nonedukasi yang terdiri atas 10 responden perempuan dan responden

(55)

masing-masing kelompok tersebut mengundurkan diri sebagai subyek uji dalam

penelitian ini. Berikut ini merupakan bagan pembagian subyek uji penelitian.

80 Responden Pretest

41 Responden Edukasi (20 Lab dan 20 Non Lab)

39 Responden Nonedukasi (20 Lab dan 20 Non Lab)

Gambar 4. Bagan Pembagian Subyek Penelitian

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemberian Edukasi Tentang Sindrom

Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta” merupakan penelitian yang dilakukan secara berkelompok

yang beranggotakan 5 orang, dimana setiap peneliti mempunyai kajian yang

berbeda-beda untuk diteliti. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini meliputi:

umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, faktor merokok, Indeks Massa Tubuh

(IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah,

40 Responden Edukasi

38 Responden Nonedukasi

20 Responden Tes Lab

20 Responden Non Lab

1 Responden mengundurkan diri dari masing-masing perlakuan

18 Responden Tes Lab

Posttest

(56)

kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total. Pada penelitian ini peneliti

lebih berfokus pada kajian kadar gula darah puasa.

Penelitian Sindrom Metabolik

Kajian

Kadar Kolesterol

Total Lingkar

pinggang, lingkar pinggul, BMI

Kadar Gula Darah Puasa Jenis kelamin,

tingkat pendidikan, umur, faktor

merokok

Tekanan Darah

Gambar 5. Bagan Ruang Lingkup Penelitian

G. Teknik Sampling

Strategi pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah

secara non-randomized sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan

jenis quota sampling yaitu peneliti terlebih dahulu menentukan jumlah responden

yang akan mengikuti penelitian ini. Dalam pengambilan sampel secara kuota, kita

mengidentifikasikan kumpulan karakteristik penting dari populasi dan kemudiaan

memilih sampel yang diinginkan secara non-acak. Hal ini diasumsikan bahwa

sampel-sampel tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang telah ditetapkan

(57)

Sampel penelitian ini telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan

penelitian korelasi yaitu menurut Gay (cit., Sevilla, dkk, 1993) untuk penelitian

korelasi minimal diperlukan 30 subyek. Kelebihan responden dari masing-masing

kelompok dimaksudkan sebagai responden cadangan jika selama penelitian

berlangsung terdapat responden yang mengundurkan diri sebagai responden

dalam penelitian ini.

Sampel dalam penelitian ini juga akan dilakukan pemeriksaan

laboratorium untuk kadar gula darah puasa dan kadar kolesterol total dengan

jumlah responden masing-masing 20 orang untuk kelompok edukasi dan

kelompok nonedukasi, sehingga hal ini sesuai dengan teori yaitu pada penelitian

trial klinik jumlah sampel sekitar 20 orang yang benar-benar dipilih secara

random sudah dianggap adekuat (Pratiknya, 2007). Selain itu pertimbangan

menggunakan 20 responden untuk dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa

dikarenakan keterbatasan dana.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat ukur gula

darah dari laboratorium yang telah ditentukan, timbangan berat badan, tensimeter,

pengukur tinggi badan, meteran, tape recorder dan panduan wawancara, lembar

kuisioner dan leaflet. Lembar kuisioner dan panduan wawancara dibuat dengan

bahasa sesederhana mungkin agar mudah dipahami dan dimengerti oleh

(58)

Sebagai media edukasi digunakan leaflet yang berisi pengetahuan mengenai

sindrom metabolik dan pola hidup sehat. Leaflet dibuat semenarik mungkin agar

responden tertarik untuk membacanya.

I. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai

kemungkinan bias tidaknya diadakan penelitian dan melihat keseharian subyek

sebelum dilakukan penelitian. Sebelum penelitian ini dilakukan terlebih dahulu

dilakukan persiapan khususnya mengenai perijinan pada BAPPEDA (Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah) Pemerintah Kabupaten Sleman dan Komisi

Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta agar penelitian ini dapat berjalan. Permohonan ijin

mulai dilakukan pada bulan September 2007 untuk perijinan pada BAPPEDA dan

pada bulan November 2007 untuk perijinan kepada Komisi Etik dan pada bulan

tersebut peneliti mulai melakukan observasi untuk mencari responden.

Observasi dilakukan di dusun Krodan dengan tujuan untuk mencari dan

mengamati masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang

dapat dijadikan responden dalam penelitian ini. Proses pencarian responden

dilakukan dengan cara kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti dan memenuhi persyaratan inklusi dapat menjadi responden dalam

penelitian ini, selain itu pencarian responden juga dilakukan dengan cara keliling

Gambar

Gambar 15. Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Terkait Umur
Tabel IX. Jumlah Faktor Risiko Awal Responden Edukasi dan
Tabel XII. Faktor Risiko Akhir Sindrom Metabolik Responden Hasil
Gambar 1. Patofisiologis Sindrom Metabolik
+7

Referensi

Dokumen terkait

; Dengan menggunakan Tahun Dasar 2007=100, pada bulan Maret 2010 Kota Pekanbaru mengalami deflasi (inflasi negatif) sebesar 0,34 persen, hal yang sama juga terjadi di Kota Dumai

Bagi Perusahaan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan dan menyempurnakan kebijakan perusahaan, terutama yang berhubungan dengan kualitas

In all the technical discussion you hear about credit card debt, the best ways to manage it and pay it off and all the rest, one thing goes largely ignored.. Credit card debt

Data 5 ditemukan kata mubazir yakni, penggunaan kata banyak + kata ulang. Menurut peneliti jika menggunakan satu kata sudah memenuhi maksud dari kalimat itu maka sebaiknya

Renstra ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi BPBD Kabupaten

Akan tetapi jika setelah upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak dapat dicapai melalui pendekatan langsung antara para pihak yang bersengketa, maka hal tersebut dapat

Hal ini dilakukan mengingat penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan strategi tindak tutur direktif guru (selanjutnya disingkat STTDG) dalam pembelajaran dan respons

(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran