• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Quality Of Work Life Terhadap Komitmen Organisasi Pada PSTW Usada Mulia 5 Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerapan Quality Of Work Life Terhadap Komitmen Organisasi Pada PSTW Usada Mulia 5 Jakarta Barat"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PADA PSTW USADA MULIA 5 JAKARTA BARAT

Oleh

SRI RAMADHANI ASDA

H24096058

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PADA PSTW USADA MULIA 5 JAKARTA BARAT

SRI RAMADHANI ASDA

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

NIM : H24096058

Disetujui Oleh, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM NIP. 196710201994032001

Diketahui Oleh, Ketua Departemen

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP. 197606232006041001

(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Tiram Sumatra Utara pada tanggal 18 Mei

1986 dari papa Drs. Asmuni, M.Sc dan mama Dra. Yusnidah, M.Si. Penulis

merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Tahun 2004 Penulis lulus di SMU

Negeri 2 Medan. Pada tahun yang sama penulis hijrah melanjutkan ke Diploma 3

di Institut Pertanian Bogor jurusan Manajemen Informasi dan Dokumentasi di

bawah Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam dan lulus tahun 2007. Tahun 2009 akhir penulis meneruskan perkuliahan

malam pada program Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Saat ini penulis bekerja

sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karunia-NYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian adalah manajemen sumber daya manusia, dengan judul Analisis

Penerapan Quality Of Work Life Terhadap Komitmen Organisasi Pada PSTW Usada Mulia 5 Jakarta Barat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Oleh

karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun penulis harapkan dari

berbagai pihak agar menjadi suatu pembelajaran bersama ke depannya. Akhir

kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkannya.

Bogor Maret 2014

(7)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas izin-Nya penulis akhirnya

dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya

skripsi ini tak lepas dari campur tangan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya secara khusus kepada:

1. Keluarga besar ASDA atas semua doa, cinta, dan kasih sayangnya.

2. Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM sebagai dosen pembimbing yang

dengan sabar memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan yang konstruktif

kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan ibu Lindawati Kartika, SE,

M.Si sebagai dosen penguji yang banyak memberikan masukan agar skripsi

ini menjadi lebih baik.

4. Ibu Hardiana Widiastuti, S.Hut, MM yang telah meluangkan waktunya untuk

bersedia QC penelitian ini.

5. Keluarga besar PSTW Usada Mulia 5 yang selalu memberikan dukungan

moril maupun materil kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staf dan pengajar Program Sarjana pada Alih Jenis Manajemen,

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen IPB khususnya

teman-teman “Angkatan VI”.

7. Amir Mochtar, suami sekaligus teman hidupku sampai tua nanti Insya Allah. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut serta

membantu proses penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas segala bentuk

(8)

vi

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...4

1.3. Tujuan Penelitian ...4

1.4. Manfaat Penelitian ...4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian...5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1. Quality Of Work Life ...6

2.2. Komitmen Organisasi ...11

2.1.1 Dimensi Komitmen Organisasi ...13

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi ...13

2.1.3 Pembentukan Komitmen Organisasi ...14

2.1.4 Pemberdayaan Komitmen Organisasi ...15

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu ...16

III. METODE PENELITIAN ...18

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian...18

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...21

3.3. Metode Pengambilan Sampel ...21

3.4. Jenis dan Sumber Data ...21

3.5. Perumusan Hipotesis ...22

3.6. Pengolahan dan Analisis Data ...24

3.6.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...24

3.6.2 Analisis Deskriptif ...25

3.6.3 Analisis Regresi Berganda ...26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...29

4.1. Gambaran Umum Organisasi ...29

4.1.1 Visi, Misi, dan Maklumat Pelayanan ...30

4.1.2 Tugas dan Fungsi ...30

(9)

vii

4.1.4 Sumber Daya Manusia ...34

4.2. Karakteristik Responden ...34

4.2.1 Jenis Kelamin ...34

4.2.2 Usia ...35

4.2.3 Tingkat Pendidikan ...35

4.2.4 Unit Kerja...36

4.2.5 Masa Bekerja ...36

4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...37

4.4. Analisis persepsi terhadap penerapan faktor-faktor QWL...37

4.4.1 Persepsi terhadap sistem imbalan yang adil dan memadai ...37

4.4.2 Persepsi terhadap kondisi dan lingkungan pekerjaan yang aman dan nyaman ...38

4.4.3 Persepsi terhadap kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan ...39

4.4.4 Persepsi tentang kesempatan untuk berkembang dan keamanan berkarya di masa depan ...40

4.4.5 Persepsi tentang integrasi sosial dalam lingkungan kerja ...41

4.4.6 Persepsi terhadap ketaatan pada berbagai ketentuan formal dan normatif ...41

4.4.7 Persepsi tentang keseimbangan antara kehidupan kekaryaan dan kehidupan pribadi... 42

4.4.8 Persepsi terhadap relevansi sosial kehidupan kekaryaan ...43

4.4.9 Persepsi pramu sosial terhadap keseluruhan faktor QWL ...44

4.5 Persepsi terhadap komitmen organisasi ...45

4.5.1 Persepsi terhadap komitmen affective ...45

4.5.2 Persepsi terhadap komitmen continuance ...46

4.5.3 Persepsi terhadap komitmen normative...47

4.5.4 Persepsi terhadap keseluruhan unsur komitmen organisasi...48

4.6. Analisis Regresi Berganda ...48

4.6.1 Uji Normalitas ...48

4.6.2 Uji Multikolineritas ...49

4.6.3 Uji Heteroskedastisitas ...49

4.6.4 Koefisien Determinasi ...49

4.6.5 Persamaan Regresi Berganda ...49

4.7. Implikasi Manajerial ...53

KESIMPULAN ...55

1. Kesimpulan ...55

2. Saran...55

(10)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Laporan SPM bidang sosial Provinsi DKI Jakarta ... 3

2. Hasil penelitian terdahulu...16

3. Komposisi karyawan PSTW-UM 5 ...32

4. Waktu kerja di PSTW-UM 5 ...33

5. Karakteristik responden ...36

6. Persepsi terhadap sistem imbalan yang adil dan memadai ...38

7. Persepsi terhadap kondisi dan lingkungan pekerjaan yang aman dan nyaman...39

8. Persepsi terhadap kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan ...39

9. Persepsi terhadap kesempatan untuk berkembang dan keamanan berkarya di masa depan ...40

10. Persepsi terhadap integrasi sosial dalam lingkungan kerja ...41

11. Persepsi terhadap ketaatan pada ketentuan formal dan normatif ...42

12. Persepsi terhadap keseimbangan antara kehidupan kekaryaan dan kehidupan sosial ...43

13. Persepsi terhadap relevansi sosial kehidupan kekaryaan ...43

14. Persepsi pramu sosial terhadap keseluruhan faktor QWL ...44

15. Persepsi terhadap komitmen affective ...45

16. Persepsi terhadap komitmen continuance ...46

17. Persepsi terhadap komitmen normative ...47

18. Persepsi terhadap keseluruhan unsur komitmen ...48

19. Hasil dan kesimpulan t-Test ...50

20. Implikasi manajerial ...53

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tertib sosial ...59

2. Kuesioner ...60

3. Hasil uji validitas ...65

4. Hasil uji reliabilitas ...70

5. Uji normalitas ...70

6. Uji multikolineritas ...71

7. Uji heteroskedastisitas...71

8. Koefisien determinasi ...72

9. Tabel Coefficienta pada uji parsial t-Test ...72

10. Tabel ANOVAb pada uji Simultan F ...72

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ibukota Negara Indonesia

mempunyai daya tarik tersendiri bagi mayoritas rakyatnya, sehingga terjadi

urbanisasi penduduk dari kota-kota lain ke kota Jakarta. Mereka ingin mengadu

nasib dan mencari pekerjaan. Hal ini merupakan dampak negatif dari kurang

meratanya pembangunan nasional yang berpusat pada kota-kota besar saja,dan

mengabaikan pembangunan infrastruktur di daerah lain yang sedang

berkembang.

Urbanisasi merupakan permasalahan setiap tahunnya bagi Pemerintah

Daerah yang selanjutnya disingkat (Pemda) DKI Jakarta, hal ini terjadi karena

sebagian besar masyarakat yang datang dari luar daerah mempunyai tingkat

pendidikan yang relatif rendah dan tidak memiliki bekal keahlian dan

keterampilan sehingga tidak mampu bersaing, karena kegagalannya maka

menjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat

(PMKS) yang hidup di jalanan dan pemukiman kumuh. Permasalahan sosial di

Jakarta tidak bisa dihindari. Kemiskinan bertambah sehingga tidak sedikit dari

mereka yang melakukan pelanggaran Peraturan Daerah yang selanjutnya

disingkat (Perda) dengan mencari penghidupan dengan cara menjadi pengemis,

pengamen, anak jalanan, bahkan lanjut usia terlantar yang berkeliaran di jalanan.

Hal ini tercantum pada Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007

Tentang Ketertiban Umum pada Bab VIII Pasal 39 dan 40. Peraturan daerah

secara lengkap dapat dilihat di Lampiran 1.

Permasalahan lanjut usia terlantar yang ditemukan di Jakarta memang

sangat membutuhkan perhatian untuk ditangani dan diberikan pelayanan yang

baik. Penanganan masalah sebagai bentuk realisasi dari UUD 1945 Pasal 34

Perubahan IV yaitu berbunyi (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar

dipelihara oleh negara. (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

sesuai dengan martabat kemanusiaan. (3) Negara bertanggung jawab atas

(14)

layak. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

undang-undang. Kebijakan Pemerintah dalam penanganan PMKS, diarahkan

kepada upaya penyelamatan, pemulihan, dan kemandirian dalam mencapai taraf

hidup kesejahteraan sosial yang layak, normatif, dan manusiawi yang

dilaksanakan melalui sistem Panti Sosial dan Non Panti Sosial.

Panti sosial milik pemerintah memiliki posisi strategis, yaitu sebagai

wujud dari pelaksanaan kewajiban pemerintah dalam memenuhi hak-hak dasar

warganya yang karena sesuatu hal tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya

secara wajar. Penanganan PMKS melalui panti-panti sosial adalah salah satu

strategi pelayanan kesejahteraan sosial yang diharapkan dapat memberikan

kontribusi yang nyata. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki 27 panti sosial

yang secara operasional dijalankan di bawah pengawasan Dinas Sosial Provinsi

DKI Jakarta dan dibiayai sepenuhnya oleh APBD Provinsi DKI Jakarta. 5 dari

27 panti sosial merupakan panti werdha (panti lansia).

Panti Sosial Tresna WerdhaUsada Mulia 5 yang selanjutnya disingkat

(PSTW-UM 5) merupakan sebuah Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Sosial

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberikan pelayanan sosial dan

rehabilitasi sosial dengan memberikan perawatan kesehatan dan perlindungan

sosial kepada Warga Binaan Sosial yang selanjutnya disingkat (WBS)

khususnya lanjut usia terlantar. Pemilihan PSTW-UM 5 sebagai tempat

penelitian karenakeunikan PSTW-UM 5 yang merupakan panti werdha

satu-satunya dari 4 panti werdha lainnya yang memberikan pelayanan kepada WBS

yang sakit (pasca perawatan dari Rumah Sakit).

Dalam menjalankan berbagai pelayanan dan rehabilitasi sosial PSTW-UM

5 memerlukan pegawai. Pegawai PSTW-UM 5 terdiri dari Pegawai Negeri Sipil

(PNS), Pegawai Harian Lepas yang berstatus Non PNS yang biasa disebut

Pramu Sosial. Pelayanan yang sering kontak langsung dengan WBS adalah

pramu sosial.

Menurut Peraturan Presiden nomor 65 tahun 2005 tentang Standar

Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat (SPM). SPM merupakan

ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar minimal yang merupakan

(15)

negara yang memerlukan. SPM bidang sosial DKI Jakarta dilaksanakan secara

bertahap dari tahun 2010 sampai dengan 2015 (6 periode). Diketahui volume

sasaran indikator jumlah lansia yang menerima SPM selama 6 periode adalah

5547 orang, dengan periode pencapaian pelayanan per-tahun adalah 10%, dan

jumlah target pencapaian pelayanan adalah 60%. Jumlah lansia penerima SPM

melebihi target yang terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1Laporan SPM bidang sosial Provinsi DKI Jakarta

No Tahun

merawat lansia terlantar. Sedangkan untuk pramu sosial dapat sudah dan sedang

bekerja di PSTW-UM 5 diharapkan dapat meningkatkan pelayanan sosial

dengan kinerja yang lebih baik dan komitmen organisasi yang lebih tinggi.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan komitmen

organisasi adalah dengan penerapan Quality of Work Life yang selanjutnya disingkat QWL. Pemilihan konsep QWL sesuai dengan kondisi pekerjaan pramu

sosial di panti yang melakukan berbagai pekerjaan bersifat teknikal dan

operasional. (Siagian, 2007)

Komitmen organisasi yang dimiliki pramu sosial dalam konteks ini tidak

lagi dipandang semata-mata mencari nafkah belaka, tetapi pramu sosialingin

lebih merasa dihargai. Dengan memiliki pramu sosial yang memiliki komitmen

tinggi, mereka akan termotivasi untuk tetap mengabdi dan meningkatkan

loyalitas kepada panti. Pramu sosial akan melaksanakan pekerjaan tanpa beban

sehingga dapat menciptakan kinerja yang berkualitas dan memberikan dampak

positif terhadap keberhasilan panti dalam melayani WBS. Komitmen pramu

sosial diharapkan akan tumbuh berkembang dengan penerapan QWL. Penerapan

QWL yang berkesinambungan akan memberikan output yang positif sehingga pramu sosial akan merasa dihargai, diperhatikan, dibutuhkan, dan diakui

(16)

1.2. Perumusan Masalah

Jumlah WBS lansia terlantar dengan segala permasalahan sosial yang

WBS miliki setiap tahun terus meningkat. Dibutuhkan pramu sosial yang

berkomitmen tinggi untuk mencapai pelayanan yang maksimal, mampu

membuahkan hasil yang diharapkan panti, dan meningkatkan produktivitas

kinerja Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu untuk melakukan penelitian

dengan pokok permasalahan yang difokuskan pada penerapan QWL terhadap

komitmen organisasi. Secara spesifik pokok permasalahan dapat diformulasikan

sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan faktor-faktor QWL pada PSTW-UM 5 secara implisit?

2. Bagaimana komitmen organisasi pada PSTW-UM 5 secara implisit?

3. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap komitmen organisasi pada

PSTW-UM 5?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Menganalisis penerapan faktor-faktor QWL pada PSTW-UM 5 secara

implisit

2. Menganalisis komitmen organisasi pada PSTW-UM 5 secara implisit

3. Menganalisis faktor QWL apa saja yang berpengaruh terhadap komitmen

organisasi PSTW-UM 5

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat

berpengaruh bagi beberapa pihak yang terkait, seperti :

1. Bagi PSTW-UM 5 hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

dan menjadi bahan pertimbangan untuk pengembangan dan penerapan lebih

lanjut prinsip QWL yang lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan

komitmen organisasi.

2. Memberikan kontribusi berupa informasi kepada masyarakat umum mengenai

(17)

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang akan membatasi permasalahan

sehingga lebih terarah dan mudah dipahami :

1. Meliputi bidang manajemen sumberdaya manusia dengan topik penerapan

QWL terhadap komitmen organisasi yang difokuskan kepada pramu sosial

PSTW-UM 5.

2. Faktor QWL yang akan diteliti adalah faktor sistem imbalan yang adil dan

memadai, kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, kesempatan

untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan, kesempatan

berkembang dan keamanan berkarya di masa depan, integrasi sosial dalam

lingkungan kerja, ketaatan pada berbagai ketentuan formal dan normatif,

keseimbangan antara kehidupan kekaryaan dan kehidupan pribadi, relevansi

sosial kehidupan kekaryaan menurut (Siagian, 2007).

3. Penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada pramu sosial

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Quality Of Work Life

Cascio (2003) mendefenisikan QWL menjadi dua pandangan. Pertama,

bahwa QWL adalah sekumpulan keadaan dan praktik dari tujuan organisasi

(seperti : pemerkayaan pekerjaan, kebijakan promosi dari dalam, supervisi yang

demokratis, partisipasi karyawan, dan lingkungan kerja yang aman). Kedua,

QWL mengindikasikan keadaan dimana karyawan merasa aman, secara relatif

merasa puas dan mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.Hal

ini berhubungan dengan seberapa besar tingkat kebutuhan manusia dapat

terpenuhi.

Mangkuprawira dan Vitalaya(2007), mutu kehidupan kerja merupakan

tingkat kepuasan, motivasi, keterlibatan, dan pengalaman komitmen

perseorangan mengenai kehidupan mereka dalam bekerja.Mutu kehidupan kerja

juga berarti derajat dimana para individu sanggup memuaskan kebutuhan

individu mereka.Perusahaan berkepentingan meningkatkan mutu kehidupan

kerja karyawan dengan cara menanamkan kepada karyawan rasa aman, keadilan,

kebanggaan, demokrasi, kepemilikan, otonomi, tanggung jawab, dan keluwesan.

Kossen (1993) menyatakan QWL adalah yang mengacu kepada bagaimana

efektifnya lingkungan pekerjaan memenuhi keperluan-keperluan pribadi dan

nilai-nilai para karyawan.Sedangkan menurut Flippo (2005) merujuk pada staf

dari American Center for the QWL yang mengembangkan defenisi QWL adalah sebagai setiap kegiatan perbaikan yang terjadi pada setiap tingkatan dalam suatu

organisasi untuk meningkatkan efektifitas organisasi yang lebih besar melalui

peningkatan martabat dan pertumbuhan manusia. QWL pada dasarnya adalah

suatu falsafah atau suatu pendekatan yang dapat menyerap banyak kegiatan yang

berbedadi tempat kerja.Suatu proses di mana para penanggung risiko dalam

organisasi, manajemen, serikat buruh, dan para karyawan mempelajari cara kerja

bersama yang lebih baik untuk menentukan tindakan yang diinginkan dan dapat

dilaksanakan demi mencapai tujuan yang bersifat sama dan simultan.

Kualitas kehidupan kerja menurut Davis dan Newstroom (1994) yaitu

(19)

orang-orang yang bertujuan untuk mengembangkan lingkungan kerja yang

sangat baik bagi orang-orang dan juga bagi produksi. Kualitas kehidupan kerja

merupakan langkah besar ke depan dengan beranjak dari desain pekerjaan

tradisional dari manajemen keilmuan, yang hanya berfokus pada spesialisasi dan

efisiensi untuk melaksanakan tugas yang sempit.

Siagian (2007), QWL merupakan cara pandang manajemen tentang

manusia, kekaryaan, dan organisasi. QWL tidak hanya terbatas pada isi suatu

pekerjaan, akan tetapi “memanusiakan” lingkungan kerja dengan mengakui dan

menghargai harkat dan martabat manusia. QWL adalah suatu proses dimana

organisasi bersikap tanggap terhadap kebutuhan para karyawannya melalui

pengembangan mekanisme tertentu yang memungkin mereka terlibat penuh

dalam mengambil keputusan tentang hidupnya di tempat pekerjaan.

Ide-ide pokok dalam QWL sebagai filsafat manajemen (Siagian, 2007)

menekankan yaitu :

1. QWL merupakan suatu program yang komprehensif dengan

mempertimbangkan berbagai kebutuhan dan tuntutan.

2. QWL memperhitungkan tuntutan peraturan perundang-undangan seperti

ketentuan yang mengatur pencegahan tindakan yang diskriminatif, perlakuan

para pekerja dengan cara-cara yang manusiawi, dan ketentuan tentang sistem

imbalan seperti upah minimum.

3. QWL mengakui keberadaan serikat pekerja dalam organisasi dengan berbagai

peranannya memperjuangkan kepentingan para pekerja termasuk dalam hal

upah dan gaji, keselamatan kerja dan penyelesaian pertikaian perburuhan

berdasarkan berbagai ketentuan normatif yang berlaku di satu negara tertentu.

4. QWL menekankan pentingnya manajemen yang manusiawi, yang pada

hakikatnya berarti penampilan gaya manajemen yang demokratik termasuk

penyeliaan yang simpatik.

5. Dalam peningkatan QWL, perkayaan pekerjaan merupakan bagian integral

yang penting.

6. QWL mencakup pengertian tentang pentingnya tanggung jawab sosial pihak

manajemen dan perlakuan manajemen terhadap para karyawan yang dapat

(20)

Siagian (2007) mengemukakan 8 (delapan) faktor sebagai kerangka untuk

melakukan analisis tentang QWL yaitu :

a. Sistem imbalan yang memadai dan adil

Imbalan yang diberikan oleh organisasi kepada karyawan

memungkinkan karyawan dapat memuaskan berbagai kebutuhannya sesuai

dengan standar hidup karyawan yang bersangkutan dan sesuai pula dengan

standar pengupahan dan penggajian yang berlaku. Artinya, imbalan yang

diterima karyawan harus sepadan dengan imbalan yang diterima orang lain

yang melakukan pekerjaan yang sejenis. Untuk menilai adil tidaknya imbalan

yang diperoleh oleh karyawan biasanya menggunakan 4 (empat) pembanding

yaitu :

a. Diri sendiri di dalam, artinya apakah sesuai dengan harapan atau tidak.

b. Diri sendiri di luar, yaitu imbalan yang pernah diterima seseorang ketika

bekerja di perusahaan lain.

c. Orang lain di dalam, yaitu rekan-rekan sekerja dalam perusahaan yang

melakukan pekerjaan yang sejenis dengan tanggung jawab dan persyaratan

kekaryaan lainnya yang relatif sama.

d. Orang lain di luar, yaitu karyawan yang bekerja di perusahaan lain dalam

kawasan yang sama dengan jenis pekerjaan yang serupa.

b. Kondisi dan lingkungan pekerjaan yang aman dan nyaman

Pekerja dan lingkungan kerja yang menjamin bahwa para pekerja

terlindungi dari bahaya kecelakaan. Segi penting dari kondisi demikian ialah

jam kerja yang memperhitungkan daya tahan manusia yang terbatas dalam

melakukan pekerjaan. Karena itulah ada ketentuan mengenai jumlah jam

kerja setiap hari, ketentuan istirahat, dan ketentuan cuti.

c. Kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan

Kehidupan berkarya dimana pekerjaan yang harus diselesaikan dengan

penggunaan aneka ragam keterampilan, terdapat otonomi, pengendalian atau

pengawasan yang tidak ketat, tersedianya informasi yang relevan dan

kesempatan menetapkan rencana kerja sendiri, termasuk jadwal, mutu dan

(21)

d. Kesempatan untuk berkembang dan keamanan berkarya di masa depan

Quality of Work Life (QWL) mengandung pengertian bahwa dalam kehidupan berkarya, terdapat kemungkinan berkembang dalam kemampuan

kerja dan kesempatan menggunakan keterampilan atau pengetahuan baru

yang dimiliki. Dengan menyadari bahwa perubahan pasti terjadi di masa

depan, ada jaminan bahwa pekerjaan dan penghasilan seseorang tidak akan

hilang.

e. Integrasi sosial dalam lingkungan kerja

Melalui penerapan QWL dalam organisasi tidak ada tindakan atau

kebijakan yang bersifat diskriminatif.Status dengan berbagai simbolnya tidak

ditonjolkan, hirarki jabatan, kekuasaan dan wewenang tidak digunakan

sebagai dasar berperilaku, terutama yang sifatnya manipulatif.Tersedianya

kesempatan meniti karir secara teratur.Suasana keterbukaan ditumbuhkan dan

dipelihara sehingga tercipta iklim saling mendukung di antara karyawan.

f. Ketaatan pada berbagai ketentuan formal dan normatif

QWL menjamin bahwa di dalam organisasi tidak ada pihak yang

campur tangan dalam urusan pribadi seseorang.Para pegawai diberi

kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat. Semua orang dalam

perusahaan mendapat perlakuan yang sama. Perbedaan pendapat, perselisihan

dan pertikaian ketenagakerjaan diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan

hukum yang berlaku.

g. Keseimbangan antara kehidupan kekaryaan dan kehidupan pribadi

Dengan bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan, maka seseorang

menyerahkan sebagian tenaga dan waktunya untuk melakukan pekerjaannya.

Bukan berarti ini tidak menjadi halangan seseorang untuk tidak melakukan

kegiatan lain. Sebagai manusia, seseorang dituntut untuk memainkan

berbagai peranan lain seperti :

a. Kepala rumah tangga

b. Anggota masyarakat

c. Anggota klub olah raga

d. Anggota organisasi sosial

(22)

f. Anggota organisasi keagamaan

g. Anggota organisasi profesi

Peranan tersebut berakibat pada adanya hak dan kewajiban yang harus

dilaksanakan. Oleh karena itu harus memungkinkan adanya keseimbangan

antara kehidupan kekaryaan dan kehidupan pribadi seseorang dalam

organisasi.

h. Relevansi sosial kehidupan kekaryaan

Relevansi sosial adalah bahwa program QWL setiap karyawan dibina

agar memiliki persepsi yang tetap tentang berbagai aspek sosial kehidupan

organisasional, seperti :

a. Tanggung jawab sosial perusahaan

b. Kewajiban menghasilkan bermutu tinggi dan berguna bagi masyarakat

c. Pelestarian lingkungan

d. Pembuangan limbah industri dan limbah domestik

e. Pemasaran yang jujur

f. Cara dan teknik menjual yang tidak menimbulkan harapan yang

berlebihan

g. Praktek pengelolaan SDM

h. Partisipasi dalam peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat dengan

ayoman, arahan, bimbingan dan bantuan pemerintah.

Menurut Ellitan (1998) fokus usaha-usaha QWL bukan hanya pada

bagaimana orang dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik melainkan juga

bagaimana pekerjaan dapat menyebabkan pekerja menjadi lebih baik. Aspek

khusus utama QWL adalah keterlibatan atau partisipasi dalam pembuatan

keputusan organisasional. Hal ini tidak berarti bahwa semua orang dilibatkan

dalam proses pembuatan beberapa keputusan organisasional yang

mempengaruhinya. QWL secara operasional menggambarkan aktivitas dalam

perusahaan sebagai usaha yang mengarah pada penciptaan kualitas kehidupan

kerja yang lebih baik.

Ellitan mengacu pada Sherwood (1998) menunjukkan suatu kultur kerja

(23)

1. Terdapat pendelegasian yang memberikan tanggung jawab untuk melakukan

tindakan pengambilan keputusan kepada orang yang memiliki informasi

yang relevan dan tepat waktu serta memiliki keterampilan yang sesuai

2. Terdapat kerja tim yang melintas batas-batas fungsional dan melibatkan

orang yang tepat pada waktu yang tepat. Setiap orang dalam organisasi

harus diintegrasikan dalam proses produksi dan pelayanan pada pelanggan.

Jadi, tidak terfokus pada fungsi masing-masing bagian kerja.

3. Pemberdayaan SDM yang berartimemberikan peluang-peluang dan

menghargai kontribusi SDM. Organisasi memberdayakan semua anggota

organisasi tanpa membedakan apakah anggota tersebut termasuk golongan

minoritas, mayoritas, pria atau wanita. Setiap pekerja diharapkan menerima

dan menjelaskan tanggung jawab yang diperlukan untuk mengerjakan

pekerjaan mereka tanpa adanya pembatasan tanggung jawab.

4. Adanya integrasi antara SDM dan teknologi, sehingga anggota organisasi

harus dapat memberikan inisiatif dan kreativitas baik dalam bidang

produksi, administrasi, laboratorium, dan menguasai teknologi.

5. Rasa kebersamaan dalam mencapai tujuan yang berarti anggota organisasi

berbagi suatu visi yang didasarkan pada seperangkat nilai yang dinyatakan

dengan jelas, mendeskripsikan misi organisasi dan metode-metode untuk

merealisasikannya.

2.2.Komitmen Organisasi

Mathis dan Jackson (2000) memberikan defenisi komitmen organisasional

adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan

organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi.

Mathis dan Jackson (2003), komitmen organisasi adalah sejauh mana karyawan

percaya dan menerima tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap dengan

organisasi. Berbagai studi penelitian telah mengungkapkan bahwa orang-orang

yang relatif puas dengan pekerjaan mereka akan menjadi agak lebih

berkomitmen untuk organisasi. Robbins dikutip Sopiah (2008) mendefenisikan

komitmen organisasional sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka

(24)

Minner dikutip Sopiah (2008) mendefenisikan komitmen organisasional

sebagai sebuah sikap, memiliki ruang lingkup yang lebih global daripada

kepuasan kerja, karena komitmen organisasional menggambarkan pandangan

terhadap organisasi secara keseluruhan, bukan hanya aspek pekerjaan

saja.Bathaw dan Grant dikutip Sopiah (2008) menyebutkan komitmen

organisasional sebagai keinginan karyawan untuk tetap mempertahankan

keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia usaha yang tinggi demi

pencapaian tujuan organisasi.

Blau dan Boal dikutip Sopiah (2008) menyebutkan komitmen

organisasional sebagai keberpihakan dan loyalitas karyawan terhadap organisasi

dan tujuan organisasi. Spector dikutip Sopiah (2008) menyebutkan dua

perbedaan konsepsi tentang komitmen organisasional, yaitu sebagai berikut : (1)

Pendekatan pertukaran (exchange approach), di mana komitmen pada organisasi sangat ditentukan oleh pertukaran kontribusi yang dapat diberikan perusahaan

terhadap anggota dan anggota terhadap organisasi, sehingga semakin besar pula

komitmen mereka pada organisasi. (2) Pendekatan psikologis, dimana

pendekatan ini lebih menekankan orientasi yang bersifat aktif dan positif dari

anggota terhadap organisasi, yakni sikap atau pandangan terhadap organisasi

tempat kerja yang akan menghubungkan dan mengaitkan keadaan seseorang

dengan organisasi.

Menurut Sopiah (2008) disimpulkan bahwa komitmen organisasional

adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan

adanya : (1) kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai

organisasi, (2) kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan

organisasi, (3) keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai

anggota organisasi.

Baron dan Greenberg dikutip Umam (2010) menyatakan bahwa komitmen

memiliki arti penerimaan yang kuat dalam diri individu terhadap tujuan dan

nilai-nilai perusahaan, sehingga individu tersebut akan berusaha dan berkarya

serta memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan di perusahaan tersebut.

Meyer dan Allen dikutip Umam (2010) merumuskan defenisi komitmen

(25)

anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap

keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi.

Sehingga anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih

dapat bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan anggota yang tidak

memiliki komitmen terhadap organisasi.Komitmen organisasi merefleksikan tiga

dimensi utama, yaitu komitmen dipandang merefleksikan orientasi afektif

terhadap organisasi, pertimbangan kerugian jika meninggalkan organisasi, dan

beban moral untuk terus berada dalam organisasi menurut Meyer dan Allen

dikutip Umam (2010).

2.1.1 Dimensi Komitmen Organisasi

Meyerdan Allen dikutip Umam (2010) merumuskan tiga dimensi

komitmen dalam berorganisasi, yaitu Affective, Continuance, dan Normative. a. Affective commitment, berkaitan dengan hubungan emosional anggota

terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan

anggota dengan kegiatan di organisasi. Anggota organisasi dengan affective commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena memang memiliki keinginan untuk itu.

b. Continuance commitment, berkaitan dengan kesadaran anggota organisasi sehingga akan mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi.Anggota

organisasi dengan continuance commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena mereka memiliki kebutuhan untuk menjadi

anggota organisasi tersebut.

c. Normative commitment, menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus berada dalam organisasi. Anggota organisasi dengan normative commitmentyang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena merasa dirinya harusberada dalam organisasi tersebut.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi

melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Stum dikutip Sopiah (2008)

mengemukakan 5 faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi yaitu :

a. Budaya keterbukaan

(26)

c. Kesempatan personal untuk berkembang

d. Arah organisasi

e. Penghargaan kerja yang sesuai dengan kebutuhan

Streers dan Porter dikutip Sopiah (2008) mengemukakan ada sejumlah

faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu :

a. Faktor personal yang meliputi harapan atas pekerjaan, kontrak psikologi,

pilihan dalam pekerjaan, dan karakteristik personal. Semua faktor ini akan

membentuk komitmen awal.

b. Faktor organisasi, terdiri dari pengalaman pekerjaan, ruang lingkup

pekerjaan, supervisi, dan konsistensi pencapaian tujuan organisasi. Semua

faktor ini akan memunculkan tanggung jawab.

c. Faktor non-organisasi, meliputi ketersediaan alternatif pekerjaan. Dimana

faktor ini bukan berasal dari dalam organisasi, misalnya ada tidaknya

alternatif pekerjaan lain. Jika ada dan lebih baik, tentu karyawan akan

meninggalkannya.

David dikutip Sopiah (2008), ada 4 faktor yang mempengaruhi komitmen

karyawan pada organisasi, yaitu :

a. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pengalaman kerja, dan kepribadian.

b. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam

pekerjaan, konflik peran dalam pekerjaan, dan tingkat kesulitan dalam

pekerjaan.

c. Karakteristik struktur, misalnya besar atau kecilnya organisasi, bentuk

organisasi seperti sentralisasi atau desentralisasi, kehadiran serikat pekerja,

dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan.

d. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap

tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru beberapa

tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam

organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan.

2.1.3 Pembentukan Komitmen Organisasi

Terbentuknya komitmen organisasi karena adanya beberapa faktor, baik

(27)

masing-masing memiliki pola perkembangan tersendiri menurut Allen dan Meyer

dikutip Umam (2010) yaitu :

a. Proses terbentuknya affective commitment, didapat 3 (tiga) kategori yaitu : (1) karakteristik organisasi yang mempengaruhi adalah sistem desentralisasi

dengan adanya kebijakan organisasi yang adil dan cara menyampaikan

kebijakan organisasi kepada individu. (2) karakteristik individu, seperti usia,

tingkat pendidikan, status pernikahan, etos kerja, dan persepsi individu

mengenai kompetensi. (3) pengalaman kerja, mencakup tantangan dalam

pekerjaan, tingkat otonomi individu, dan variasi kemampuan yang

digunakan individu.

b. Proses terbentuknya continuance commitment, dapat berkembang karena adanya berbagai tindakan atau kejadian yang dapat meningkatkan kerugian

jika meninggalkan organisasi. Tindakan tersebut dibagi menjadi 2 (dua)

variabel yaitu investasi dan alternatif.

c. Proses terbentuknya normative commitment, berkembang dari sejumlah tekanan yang dirasakan individu selama proses sosialisasi (dari keluarga

atau budaya) dan selama sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam

organisasi. Selain ini karena organisasi memberikan sesuatu yang sangat

berharga bagi individu yang tidak dapat dibalas kembali.

2.1.4 Pemberdayaan Komitmen Organisasi

Pemberdayaan yang dapat dikembangkan untuk memperkuat komitmen

organisasi menurut Sharafat Khan dikutip Umam (2010) yaitu :

a. Lama bekerja (time), merupakan waktu yang telah dijalani seseorang dalam melakukan pekerjaan pada perusahaan. Semakin lama seseorang bertahan

dalam perusahaan, semakin terlihat bahwa dia berkomitmen terhadap

perusahaan.

b. Kepercayaan (trust), membangun kepercayaan antara manajemen dan karyawan dengan adanya saling percaya di antara anggota organisasi akan

menciptakan kondisi yang baik untuk pertukaran informasi dan saran tanpa

(28)

c. Rasa percaya diri (confident) menimbulkan rasa saling menghargai kemampuan yang memiliki karyawan sehingga komitmen terhadap

perusahaan semakin tinggi.

d. Kredibilitas (credibility), dengan menjaga kredibilitas dengan penghargaan dan mengembangkan lingkungan kerja yang mendorong kompetisi yang

sehat sehingga tercipta organisasi yang memiliki kinerja tinggi.

e. Pertanggungjawaban (accountability), dengan menetapkan secara konsisten dan jelas peran, standar, dan tujuan tentang penilaian terhadap kinerja

karyawan.

2.3.Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu menjelaskan beberapa penelitian yang dijadikan

contoh dan bahan referensi penulis dalam membuat penelitian pada PSTW-UM

5yangterdapat pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2 Hasil penelitian terdahulu

No Peneliti Tahun Judul

penelitian Alat analisis Hasil

(29)

Lanjutan Tabel 2

No Peneliti Tahun Judul

penelitian Alat analisis Hasil

(30)

III. METODE PENELITIAN

3.1.Kerangka Pemikiran Penelitian

PSTW-UM 5 merupakan UPT di lingkungan Dinas Sosial Provinsi DKI

Jakarta yang memberikan pelayanan pasca perawatan kesehatan setelah dari

rumah sakit, lebih diutamakan bagi lansia terlantar dan tidak mampu.WBS yang

dirawat adalah merupakan hasil rujukan dari beberapa rumah sakit pemerintah

maupun swasta yang ada di DKI Jakarta, Dinas Sosial DKI Jakarta, panti-panti

werdha lain di bawah Dinas Sosial DKI Jakarta, dan laporan masyarakat sekitar

wilayah Jakarta Barat. WBS tersebut harus dalam kondisi sakit atau rawat jalan

dan memiliki rekam medis dari rumah sakit atau Puskesmas. Jenis penyakit yang

diderita WBS di PSTW-UM 5 antara lain : Jantung, TBC, penyakit syaraf,

kurang gizi, asma, kanker, diare, kusta, HIV, korban kecelakaan. Beragamnya

kondisi penyakit membutuhkan pelayanan rehabilitasi sosial yang beragam pula

seperti pelayanan sosial dan pelayanan medis. Untuk mencapai tujuan ini, maka

PSTW-UM 5 harus melakukan pengembangan terhadap berbagai aspek

pelayanan. Aspek pelayanan kepada WBS sangat didukung oleh kualitas SDM.

Peran SDM merupakan salah satu faktor kunci mendapatkan kinerja terbaik yang

pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi secara

keseluruhan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan PSTW-UM 5 dalam meningkatkan

komitmen organisasi adalah dengan penerapan 8 QWL yang bersumber dari

Siagian (2007) yaitu : imbalan yang adil dan memadai, lingkungan kerja yang

aman dan nyaman, kesempatan menggunakan dan mengembangkan

pengetahuan, kesempatan berkembang dan keamanan berkarya di masa depan,

integrasi sosial dalam lingkungan kerja, ketaatan pada berbagai ketentuan formal

dan normatif, keseimbangan antara kehidupan kekaryaan dan kehidupan pribadi,

dan relevansi sosial kehidupan kekaryaan. Kebutuhan SDM tidak hanya

dimotivasi oleh materi seperti gaji, bonus, dan tunjangan tetapi juga

memperhatikan aspek-aspek dalam pemenuhan hak-hak dan pembuatan

kebijakan yang berpihak kepada karyawan. QWL tidak hanya terbatas pada isi

(31)

mengakui dan menghargai harkat dan martabat manusia (Siagian, 2007).

Diharapkan dengan penerapan QWL, karyawan memiliki komitmen organisasi

yang tinggi sehingga menghasilkan kinerja yang optimal.

Komitmen organisasi mengacu pada loyalitas karyawan terhadap

organisasi. Karyawan yang berkomitmen memberikan dampak positif yang

menguntungkan bagi organisasi karena dapat meningkatkan kinerja. Komitmen

organisasi dalam penelitian ini adalah keinginan karyawan untuk tetap

mempertahankan keberadaannya dalam organisasi dan bersedia melakukan

usaha yang tinggi bagi pencapaian tujuan organisasi karena karyawan merasa

bahwa dirinya adalah bagian dari organisasi. Komitmen organisasi

merefleksikan 3 dimensi utama, yaitu komitmen dipandang mencerminkan

orientasi afektif terhadap organisasi, pertimbangan kerugian jika meninggalkan

organisasi, dan beban moral untuk terus berada dalam organisasi menurut Meyer

dan Allen dikutip Umam (2010).

Untuk mengetahui persepsi pramu sosial PSTW-UM 5 atas penerapan

QWL dan tingkat komitmen organisasi menggunakan analisis deskriptif.

Sedangkan untuk menganalisis pengaruh antara QWL dan komitmen organisasi

dianalisis dengan Regresi Berganda. Kerangka pemikiran penelitian ini

digambarkan dalam sebuah diagram alur seperti tampak dalam Gambar 1

(32)

Gambar 1. Kerangka penelitian

Penerapan 8 QWL terhadap komitmen organisasi merupakan salah satu

cara yang diambil PSTW-UM 5 dalam mengembangkan SDM khususnya untuk

pramu sosial. Komitmen organisasi dalam penelitian ini adalah keinginan,

kebutuhan, dan keharusan pramu sosial untuk tetap mempertahankan Dinas Sosial

PSTW-UM 5

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Visi, Misi, Tujuan PSTW-UM 5 Pengembangan SDM

Faktor-faktor QWL (Siagian, 2007) : 1. Imbalan yang adil dan memadai

2. Lingkungan kerja yang aman dan nyaman

3. Kesempatan menggunakan dan mengembangkan pengetahuan 4. Kesempatan berkembang dan keamanan berkarya di masa depan 5. Integrasi sosial dalam lingkungan kerja

6. Ketaatan pada berbagai ketentuan formal dan normatif

7. Keseimbangan antara kehidupan kekaryaan dan kehidupan pribadi 8. Relevansi sosial kehidupan kekaryaan

Analisis Deskriptif dan Regresi Berganda

Komitmen Organisasi

(Meyer & Allen dikutip Umam, 2010) : 1. Affective (Keinginan)

(33)

keanggotaannya untuk bekerja di PSTW-UM 5 dan bersedia melakukan usaha

yang tinggi bagi pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PSTW-UM 5 di Cengkareng Jakarta Barat.

Penentuan lokasi penelitian dilakukansecara sengaja dengan pertimbangan pihak

PSTW-UM 5 bersedia memberikan informasi dan data yang diperlukan sesuai

dengan kebutuhan penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari 2013

hingga April 2013untuk memperoleh data dan keterangan yang relevan dari

panti dan karyawan.

3.3.Metode Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan PSTW-UM 5 yang

berstatus PNS dan non-PNS. Sedangkan sampel penelitian adalah karyawan

PNS yaitu pramu sosial. Teknik pengambilan sampel dengan cara

non-probabilitas secara sensus karena penelitian dilakukan atas seluruh elemen yaitu

seluruh pramu sosial yang berjumlah 42 orang.

3.4.Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di

lingkungan kerja pramu sosial, wawancara langsung kepada PNS dan pramu

sosial, dan pengisian kuesioner oleh pramu sosial.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Data primer

merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau

perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesionar yang biasa

dilakukan oleh peneliti (Umar,2005). Data primer diperoleh langsung dengan

pengisian kuesioner. Kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan data yang

berisi daftar pertanyaan yang berkaitan dengan tema penelitian. Bentuk

kuesioner dan pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Kuesioner yang disebar

terdiri dari tiga bagian pertanyaan. Bagian pertama tentang karakteristik

responden yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, unit kerja/bagian, dan

masa bekerja. Bagian kedua berkaitan dengan QWL dengan 8 faktor QWL

terdiri dari 34 pertanyaan. Bagian ketiga yaitu komitmen organisasi dengan 17

(34)

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. (Umar,

2005). Bentuk data ini didapat dari berbagai studi literatur melalui buku,

internet, dan jurnal yang memuat teori dan hasil penelitian terdahulu.

Skala yang digunakan dalam penilaian jawaban adalah skala Likert. Skala

Likert adalah skala yang berhubungan dengan pernyataan dengan sikap

seseorang terhadap sesuatu, menggunakan hanya item yang secara pasti (Umar, 2005). Misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik,

dengan bobot tertentu pada setiap pertanyaan tersebut. Bobot yang digunakan

dalam skala Likert adalah :

Bobot nilai 5 : Sangat setuju Bobot nilai 4 : Setuju

Bobot nilai 3 : Kurang setuju Bobot nilai 2 : Tidak setuju Bobot nilai 1 : Sangat tidak setuju

Pengamatan langsung atau observasi adalah untuk menyajikan gambaran

secara nyata penerapan QWL di PSTW-UM 5. Informasi yang diperoleh dari

hasil pengamatan langsung adalah kegiatan dan objek penelitian.

Penelitian ini memiliki variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas

adalah variabel yang menjadi penyebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel

terikat.Variabel bebas pada penelitian ini adalah8 faktor-faktor QWL.

Variabel terikat yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel

bebas.Variabel terikatnya adalah komitmen organisasi, yaitu affective

(keinginan), continuance (kebutuhan), dan normative (keharusan).

3.5.Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang

dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat mengarahkan penyelidikan

selanjutnya (Umar,2005).

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan, maka perumusan hipotesis penelitian ini adalah :

H01 = Tidak terdapat secara bersama-sama pengaruh antara faktor-faktor

QWL dengan komitmen organisasi PSTW-UM 5

(35)

dengan komitmen organisasi PSTW-UM 5

H02 = Tidak terdapat pengaruh antara faktor imbalan yang adil dan

memadai terhadap komitmen organisasi PSTW-UM 5

H12 = Terdapat pengaruh antara faktor imbalan yang adil dan memadai

terhadap komitmen organisasi PSTW-UM 5

H03 = Tidak terdapat pengaruh antara faktor kondisi lingkungan pekerjaan

yang aman dan nyaman terhadap komitmen organisasi PSTW-UM 5

H13 = Terdapat pengaruh antara faktor kondisi lingkungan pekerjaan yang

aman dan nyaman terhadap komitmen organisasi PSTW-UM 5

H04 = Tidak terdapat pengaruh antara faktor kesempatan untuk

menggunakan dan mengembangkan pengetahuan terhadap

komitmen organisasi PSTW-UM 5

H14 = Terdapat pengaruh antara faktor kesempatan untuk menggunakan

dan mengembangkan pengetahuan terhadap komitmen organisasi

PSTW-UM 5

H05 = Tidak terdapat pengaruh antara faktor kesempatan berkembang dan

keamanan bekerja di masa depan terhadap komitmen organisasi

PSTW-UM 5

H15 = Terdapat pengaruh antara faktor kesempatan berkembang dan

keamanan bekerja di masa depan terhadap komitmen organisasi

PSTW-UM 5

H06 = Tidak terdapat pengaruh antara faktor integrasi sosial dalam

lingkungan kerja terhadap komitmen organisasi PSTW-UM 5

H16 = Terdapat pengaruh antara faktor integrasi sosial dalam lingkungan

kerja terhadap komitmen organisasi PSTW-UM 5

H07 = Tidak terdapat pengaruh antara faktor ketaatan pada berbagai

ketentuan formal dan normatif terhadap komitmen organisasi

PSTW-UM 5

H17 = Terdapat pengaruh antara faktor ketaatan pada berbagai ketentuan

formal dan normatif terhadap komitmen organisasi PSTW-UM 5

H08 = Tidak terdapat pengaruh antara faktor keseimbangan antara

(36)

organisasi PSTW-UM 5

H18 = Terdapat pengaruh antara faktor keseimbangan antara kehidupan

kerja dan kehidupan pribadi terhadap komitmen organisasi

PSTW-UM 5

H09 = Tidak terdapat pengaruh antara faktor relevansi sosial kehidupan

kerja terhadap komitmen organisasi PSTW-UM 5

H19 = Terdapat pengaruh antara faktor relevansi sosial kehidupan kerja

terhadap komitmen organisasi PSTW-UM 5

3.6.Pengolahan dan Analisis Data

Hasil dari pengisisan kuesioner diperoleh data. Data yang masuk diuji

terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji reliabilitas, kemudian data dianalisis

dengan menggunakan analisis Deskriptif dan analisis Regresi Berganda.

3.6.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas kuesioner dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur

penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Fungsi dari uji validitas

adalah untuk menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang

diperoleh dengan apa yang diyakini peneliti dalam pengukuran (Umar, 2005).

Hasil yang diperoleh dikatakan valid jika r-hitung > r-tabel dan berarti semua

pertanyaan dapat menjalankan fungsinya.

Langkah untuk mengukur validitas adalah :

a. Mendefenisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur

b. Melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah responden

c. Mempersiapkan tabulasi jawaban

d. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan

dengan skor total

Menguji validitas empirik menggunakan rumus Pearson product moment :

rhitung =

rhitung = Nilai koefisen korelasi

n = Jumlah responden

(37)

Uji reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang

ditunjukkan oleh instrumen pengukuran (Umar, 2005). Fungsi dari uji

reliabilitas adalah untuk menguji kestabilan hasil pengukuran, bila alat tersebut

digunakan pada kelompok yang sama pada saat yang berbeda. Pengujian

reliabilitas menggunakan teknik AlphaCronbach. Teknik AlphaCronbach

digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen penelitian. Kuesioner

dikatakan reliabel atau dapat diandalkan jika Alpha Cronbach0,6. Teknik ini menggunakan skor yang merupakan rentangan 0-10 atau 0-1000 atau bentuk

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

t2 = Ragam total

 t2 = Jumlah varian pertanyaan

3.6.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengubah kumpulan data mentah

menjadi bentuk yang mudah dipahami dan dalam bentuk informasi yang lebih

ringkas. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui

tingkat komitmen organisasi di PSTW-UM 5 melalui penerapanfaktor-faktor

QWL. Metode analisis deskriptif merupakan metode penelitian dengan cara

mengumpulkan data sesuai dengan yang sebenarnya, lalu data disusun, diolah,

dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.

Statistik sampel yang digunakan adalah dengan modus. Modus

memberikan informasi tentang kelompok data yang paling banyak muncul

dalam kelompok data tersebut (Umar,2005).

a. Data yang belum dikelompokkan dimana modus adalah ukuran yang

memiliki frekuensi tertinggi.

b. Data yang telah dikelompokkan maka modus dihitung dengan rumus :

(38)

Keterangan :

Mo = Modus

L = Tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi tertinggi kelas modus i = interval kelas

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sesudahnya

3.6.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi bergandamerupakan suatu teknik statistik dimana terdapat

lebih dari satu variabel bebas. Variabel bebas adalah 8 faktor-faktor QWL,

sedangkan variabel terikat adalah komitmen organisasi. Menurut (Umar, 2005)

model regresi berganda ditunjukkan oleh persamaan :

Y = b0 + b1X1 + b2X2+ b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 ...(4)

Keterangan :

Y = Komitmen organisasi

X1 =Imbalan yang adil dan memadai

X2 =Kondisi dan lingkungan pekerjaan yang aman dan nyaman

X3 = Adanya kesempatan untuk menggunakan kemampuan

X4 = Kesempatan untuk berkembang dan keamanan berkarya di masa depan

X5 = Integrasi sosial dalam lingkungan kerja

X6 = Ketaatan pada berbagai ketentuan formal dan normatif

X7 = Keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi

X8 = Relevansi sosial kehidupan kerja

b0 = Konstanta

b1 = Koefisien regresi X1

b2 = Koefisien regresi X2

b3 = Koefisien regresi X3

b4 = Koefisien regresi X4

b5 = Koefisien regresi X5

b6 = Koefisien regresi X6

b7 = Koefisien regresi X7

b8 = Koefisien regresi X8

Persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi berganda

disebut uji asumsi klasik. Analisis regresi berganda memerlukan beberapa uji

agar model tersebut layak dipergunakan, yaitu uji normalitas, uji

(39)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai hubungan distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi

datanormal atau mendekati normal. Uji normalitas pada penelitian ini dengan

analisis grafik yaitu melihatnormal probablility plotyang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. (Melia,2010).

b. Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi

yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi berganda.

Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka

hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi

terganggu. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya

multikolineritas, dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nila VIF > 10, terjadi multikolineritas. Sebaliknya jika VIF < 10 tidak terjadi

multikolineritas (Nugroho, 2009).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitasmemiliki fungsi untuk menguji terjadinya

perbedaan ragam residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan

lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi

heteroskedastisitas, atau model mempunyai persamaan ragam individual suatu

periode pengamatan dengan metode pengamatan lain menurut (Nugroho,

2009). Cara memprediksi apakah suatu data terpengaruh heteroskedastisitas

adalah mengamati gambar Scatterplot dalam model regresi linear berganda, jika memenuhi syarat :

1. Titik data menyebar di atas atau di bawah atau sekitar angka 0

2. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

3. Penyebaran titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang kemudian

menyempit dan melebar kembali.

(40)

d. Koefisisen Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat. Koefisen determinasi

terletak pada tabel ModelSummarybdan tertulis R Square (Nugroho,2009).

(41)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Organisasi

PSTW-UM 5 awalnya adalah yayasan sosial yang bernama Panti Usada

Mulia yang selanjutnya disingkat PUM. PUM sendiri adalah suatu klinik dalam

komplek panti Karya Asuhan Budi yang di dalamnya merupakan suatu proyek

penanganan tuna wisma, tuna karya, dan tuna netra di bawah Dinas Sosial DKI

Jakarta. Pada tahun 1967 pengelolaan panti Karya Asuhan Budidiserahkan

kepada BPKKS (Badan Pembina dan Koordinasi Kegiatan Sosial) DKI Jakarta.

Pada tahun 1976 sesuai Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta kemudian

menjadi panti perawatan dan rehabilitas bagi masyarakat tidak mampu dan para

jompo terlantar untuk memperoleh pelayanan medis dan perawatan kesehatan

ketika menderita sakit atau menjadi korban kecelakaan.

Seiring berjalannya waktu dengan adanya krisis moneter pada tahun 1998,

yang berdampak pada sistem perekonomian negara dimana banyak perusahaan

yang bangkrut dan tutup.PUM juga tidak luput terkena imbas dimana

keberadaan dan kelangsungan PUM dipengaruhi oleh sumbangan atau peran

serta masyarakat selain dari Pemda DKI Jakarta. Panti ini mengalami krisis

pendanaan hingga tidak mampu lagi merawat dan melayani para WBS.

Pada puncak perekonomian PUM semakin kritis, atas kesepakatan dan

prakasa bersama para ahli waris dan ketua yayasan PUM yaitu Ibu Johanna

Sunarti Nasution yang merupakan istri dari Jenderal AH. Nasution, maka

pengelolaan PUM secara keseluruhan diserahkan ke Pemda DKI Jakarta. Secara

langsung diterima oleh Bapak Fauzi Bowo selaku Gubernur Pemprov DKI

Jakarta pada saat itu, melalui berita acara serah terima yang dilaksanakan pada

hari Kamis tanggal 11 Maret 2010. Melalui Peraturan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta No. 57 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia maka PUM berubah nama menjadi

PSTW-UM5.

PSTW-UM 5 merupakan satu-satunya UPT Dinas Sosial Pemprov DKI

Jakarta yang memberikan pelayanan, perlindungan, rehabilitasisosial, dan

(42)

kurang mampu. Kondisi WBS PSTW-UM 5 hampir 100% dalam keadaan sakit

dan tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Pelayanan yang diberikan PSTW-UM 5

yaitu : penampungan atau pengasramaan, permakanan, perawatan kesehatan,

bimbingan sosial, bimbingan mental dan spiritual, bimbungan fisik, bimbingan

keterampilan dan kesenian, dan pemulasaran atau pemakaman.

4.1.1 Visi, Misi, dan Maklumat Pelayanan

a. Visi

Terentasnya WBS lanjut usia terlantar dalam kehidupan yang layak,

normatif, dan manusiawi.

b. Misi

1. Menyelenggarakan kegiatan perawatan kesehatan dan penampungan

lanjut usia terlantar dalam rangka perlindungan sosial.

2. Menyelenggarakan pelayanan dan bantuan sosial dalam rangka

memulihkan kemampuan, kemauan, kepercayaan, martabat, dan harga

diri.

3. Menyelenggarakan pelayanan perawatan medis, bimbingan fisik, sosial,

dan mental spiritual.

4. Menyelenggarakan penyaluran, bina lanjut, dan pemulasaran jenazah.

5. Menjalin keterpaduan dan kerjasama lintas sektoral.

6. Menggalang peran serta sosial masyarakat dan dunia usaha.

c. Maklumat Pelayanan

Maklumat pelayanan PSTW-UM 5yaitu : ‘Kami memberikan pelayanan

terbaik bagi Warga Binaan Sosial paska perawatan rumah sakit (kondisi

sakit) dengan senyum, ramah dan ikhlas dalam bekerja’.

4.1.2 Tugas dan Fungsi

a. Tugas

Memberikan perlindungan, pelayanan, dan rehabilitasi lanjut usia

terlantar dan orang terlantar atau PMKS di jalanan yang dalam pemulihan

kesehatan atau kondisi kesehatannya memburuk atau dalam kondisi sakit

(43)

b. Fungsi

1. Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,

identifikasi, motivasi, dan seleksi.

2. Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi,

penempatan dalam panti.

3. Pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.

4. Pelaksanaan asesmen meliputi menelaah pengungkapan dan pemahaman

masalah dan potensi.

5. Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik, bimbingan mental, sosial

keagamaan, dan pengisian waktu luang.

6. Pelaksanaan penyelenggaraan penyaluran kembali kepada keluarga dan

rujukan kepada lembaga sosial lainnya.

7. Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi,

pemantapan dan terminasi.

8. Pelaksanaan penyelenggaraan pengurusan pemulasaran jenazah

pemakaman.

4.1.3 Struktur Organisasi

PSTW-UM 5 terdapat jabatan, tugas, tanggung jawab, serta wewenang atas

fungsi dilakukan oleh masing-masing bagian. Struktur organisasi PSTW-UM 5

disusun secara hirarki pada Gambar 2 di bawah ini :

Gambar 2. Struktur organisasi Kepala Panti

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Perawatan Seksi Bimbingan dan

Penyaluran

(44)

Deskripsi pekerjaan secara singkat dari masing-masing jabatan adalah :

1. Kepala Panti Sosial

Bertugas memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan di panti dan

bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang ada di panti.

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh pekerjaan subbagian Tata Usaha

serta melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Panti.

3. Kepala Seksi Perawatan

Memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan seksi Perawatan dan

melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Panti.

4. Kepala Seksi Bimbingan dan Penyaluran

Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh seksi Bimbingan dan

Penyaluran dan melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh

Kepala Panti.

5. Jabatan Fungsional

Melaksanakan kegiatan pemberian bimbingan sosial, bimbingan fisik, dan

bimbingan mental dan spiritual serta membantu WBSdalam memecahkan

masalah mereka.

4.1.4 Sumber Daya Manusia

a. Komposisi sumber daya manusia

PSTW-UM 5 memiliki tiga unit seksi yaitu seksi Tata Usaha, seksi

Perawatan, dan seksi Bimbingan dan Penyaluran. Jumlah karyawan

PSTW-UM 5 adalah 54 orang yang dapat dilihat dari Tabel 3.

Tabel 3 Komposisi karyawan PSTW-UM 5

Kelompok Jenis Jabatan Jumlah

(Orang)

PNS Kepala Panti 1

Kasubbag TU 1

Staf TU 4

Kasie Perawatan 1

Staf Perawatan 1

Kasie Bimlur 1

Staf Bimlur 3

Non PNS (Pramu Sosial) Tenaga Pendamping Perawatan WBS 29 Tenaga Pendamping Pembinaan WBS 13

(45)

b. Pengaturan Waktu Kerja

Setiap karyawan harus melakukan absensi ketika waktu datang dan

selesainya pekerjaan. Absensi dilakukan dengan 2 cara yaitu secara

onlinemelaluiSIKNET dan secara manual. Absen secara online dilakukan melalui mesin handkey yaitu dengan meletakkan seluruh telapak tangan kanan di mesin absensi dan memasukkan NRK (Nomor Registrasi

Karyawan) yang telah teregistrasi. Sedangkan absen secara manual adalah

absen secara tertulis dengan membubuhkan tanda tangan pada form absensi karyawan. Bagian Tata Usaha setiap bulannya melakukan rekapitulasi

absensi dan memberikan rekomendasi kepada pimpinan jika ada absensi

karyawan yang perlu perhatian. Waktu kerja di PSTW-UM 5 terdapat pada

Tabel 4.

Tabel 4 Waktu kerja di PSTW-UM 5

Kelompok Hari Jam Keterangan

PNS Senin s/d Kamis 07.30 – 16.00

c. Kesejahteraan sumber daya manusia

Kesejahteraan pramu sosial PSTW-UM 5 untuk tahun anggaran 2013

diatur oleh Peraturan Gubernur dan dijelaskan secara lengkap pada

Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

(DPA-SKPD) Tahun Anggran 2013 Nomor : 088/DPA/2013. Pemerintah DKI

Jakarta telah menetapkan suatu sistem pengupahan minimum dengan

melibatkan wakil pemerintah, pengusaha, dan karyawan dalam dewan

pengupahan. Dengan begitu menghasilkan batas bawah upah sehingga

pramu sosial tetap dapat hidup layak.

8 faktor QWL terdapat salah satu faktor yaitu faktor sistem imbalan

yang adil dan memadai. Pekerjaan dikompensasi secara adil dengan

membandingkan pekerjaan yang sama di pasar kerja dan sesuai dengan

Gambar

Tabel 2 Hasil penelitian terdahulu
Gambar 1. Kerangka penelitian
Gambar 2. Struktur organisasi
Tabel 5 Karakteristik responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara umum bahwa sebaran spasial konsentrasi MPT tinggi di wilayah Teluk Sekumbu dekat kawasan tambak, Teluk

ketersediaan lahan sesuai dengan permintaan pembeli, 4) permintaan lahan meningkat dan terkontrol oleh sistem, 5) harga tanah yang kompetitif cendrung naik dan terjangkau,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinasi yang signifikan persepsi guru pada kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi profesional dan etos kerja guru

Model pembelajaran yang dimaksud adalah penerapan model means ends analysis (MEA) sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari

Ini adalah amalan yang boleh digunakan oleh lelaki atau suami bertujuan untuk memujuk si wanita atau isteri yang tidak mahu tidur sama.. Caranya : Ambilkan sebiji lada putih

Untuk mengetahui keanekaragaman digunakan perhitungan nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif, frekuensi dan frekuensi relatif, penutupan jenis dan penutupan relatif

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa komponen fungisid sirih hijau ( Piper betle Linn ) terdapat pada kavikol dan karvakrol , sedangkan komponen fungisid sirih merah