• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kimberly Febrina Kodrat Rudy C. Tarumingkeng Eriyatno Hartrisari H.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kimberly Febrina Kodrat Rudy C. Tarumingkeng Eriyatno Hartrisari H."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 

TERPADU BERWAWASAN LINGKUNGAN  

(STUDI KASUS DI PT. KAWASAN INDUSTRI MEDAN) 

(Development System Analysis of Integrated Environmental  

Oriented Industrial Estate)

 

    Kimberly Febrina Kodrat  Rudy C. Tarumingkeng  Eriyatno  Hartrisari H.  Abstract

The purpose of this research is to analyst the development system of integrated environmental oriented industrial estate, and to identify the dominant factors, which will happen in the future and will be needed by the stakeholders, to design model, to make the scenario, and also to recommend for the management of Medan Industrial Estate. Data are collected through survey method that represents observation, in-depth interview, and expert judgment. Key factors of development system of integrated environmental oriented industrial estate are analyzed using prospective analysis. Then the result is discussed again by all stakeholders as output of this research. The result of research has shown seven key factors which influence the development system of integrated environmental oriented industrial estate, namely conducive investment atmosphere, government policy, land demand, land supply, status of land, competitive land price, and access to technology of waste water treatment. In system approach, development system of integrated environmental oriented industrial estate has tree aspect: industrial aspect, environmental aspect and economic social aspect. The model of development system integrated environmental oriented industrial estate is logistic curve, that is a model of success limit. In terms of environmental aspect it is necessary to increase the efficiency of the waste water treatment installation (53,07%). In economic social aspect, revenue of the people who work both in and out of Medan Industrial Estate is very significant.

Keywords: System analysis, Development, Industrial estate, Environmental oriented

A. Pendahuluan Latar Belakang

Konsep pengembangan kawasan industri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1968, melalui studi proyek Kawasan Industri Cilacap. Dalam rangka mempercepat pertumbuhan industri, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, ekspor dan pemenuhan fasilitas-fasilitas serta kemudahan-kemudahan, Pemerintah menetapkan Keppres No. 41 tahun 1996 tentang kawasan industri. Tujuan kebijakan tersebut untuk menunjang iklim usaha dan investasi pada kawasan industri yang efisien, produktif dan berdaya saing, serta meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan.

Pengembangan kawasan industri di satu sisi akan meningkatkan investasi, luas lahan terpakai, ketersediaan lahan, laju pembangunan industri, kesempatan kerja,

pendapatan masyarakat, dan PAD. Di sisi lain dapat menyebabkan timbulnya pencemaran oleh industri, membutuhkan teknologi dan biaya penanganan limbah industri menjadi beban bagi pihak industri (Depperindag 1996).

Cakupan upaya pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan sangat luas, karena meliputi aspek industri, aspek lingkungan dan aspek sosial ekonomi. Dengan demikian, untuk merumuskan kebijakan dan skenario strategi pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan digunakan pendekatan sistem. Penggunaan pendekatan sistem dalam penelitian ini diharapkan akan menghasilkan suatu keputusan yang efektif dan operasional sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memandang sistem secara menyeluruh (holistik), terdiri dari berbagai faktor yang saling terkait, komplek dan

(2)

dinamis. Pendekatan sistem adalah mencari keterpaduan antar-bagian melalui pemahaman yang utuh. Turban (1995), Watson dan Blackstone (1989) berpendapat bahwa pola pikir kesisteman merupakan pendekatan ilmiah untuk pengkajian yang memerlukan telaah berbagai hubungan yang relevan, komplementer dan terpercaya.

Konsep pembangunan berkelanjutan menurut Munasinghe (1993), digambarkan dengan segitiga yang merupakan keterkaitan dari tujuan ekonomi, ekologi dan sosial. Tujuan ekonomi dan sosial dicapai dengan pengentasan kemiskinan, pencapaian tujuan sosial dan ekologi dengan menjaga biodiversitas, tujuan ekologi dan ekonomi dicapai dengan adanya pertumbuhan dan efisiensi penggunaan sumber daya alam. Dengan demikian pengembangan kawasan industri terpadu dikatakan berwawasan lingkungan apabila secara ekonomis dapat efisien dan layak, dan secara ekologis lestari (ramah lingkungan), serta secara sosial berkeadilan.

Fenomena sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan perlu dilihat, dan dipertimbangkan serta dikaji secara utuh menyeluruh dengan melibatkan berbagai stakeholders dan bersifat lintas sektoral dengan permasalahan yang kompleks, sehingga penelitian dilakukan dengan pendekatan sistem berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan.

Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor dominan apa saja yang mempengaruhi sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan.

2. Bagaimana model sistem

pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan sebagai bahan masukan bagi

stakeholders dalam menunjang

Keppres No. 41/1996.

3. Bagaimana skenario yang dibangun dan rekomendasi untuk sistem

pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ditetapkan tujuan yang lebih khusus yaitu:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang mungkin terjadi di masa depan dibutuhkan oleh stakeholders dalam sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan.

2. Merekayasa model kebijakan

konseptual sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan.

3. Menyusun skenario masa depan sistem pengembangan industri terpadu berwawasan lingkungan.

Diharapkan penelitian dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan strategi kebijakan pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan dan sebagai bahan untuk pengembangan dan aplikasi metodologi berpikir sistem.

Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup sistem pengembangan kawasan industri

terpadu berwawasan lingkungan di

PT. Kawasan Industri Medan (KIM), yang meliputi 3 aspek, yaitu: 1) aspek industri, 2) aspek lingkungan dan 3) aspek sosial ekonomi. Ruang lingkup dibatasi pada penyusunan model kebijakan konseptual untuk industri yang berbasis agroindustri.

B. Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan pada tahun 2004 di PT. KIM, meliputi 3 wilayah kecamatan yang berbatasan dengan lokasi penelitian yaitu, 1) Kecamatan Medan Deli pada 4 kelurahan masing-masing : a) Mabar, b) Titipapan,

(3)

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

c) Tanjung Mulia Hilir dan d) Kota Bangun,

2) Kecamatan Medan Labuhan pada

2 kelurahan yaitu a) Besar dan

b) Tangkahan, dan 3) Kecamatan Percut Sei Tuan pada Desa Saentis. Survei lapangan dan kompilasi data sekunder dilakukan sebagai metode pengumpulan data yaitu melalui studi pustaka dan kajian hasil penelitian. Data primer diperoleh dari hasil indept interview para pakar dan hasil

analisis kualitas limbah cair di laboratorium serta hasil analisis sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan dan umur masyarakat yang bekerja di dalam dan diluar lokasi penelitian).

Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sistem bersifat eksploratif menggali informasi dari pakar (expert judgment), yaitu mengidentifikasi situasi existing condition lokasi penelitian,

(4)

dan sejumlah kebutuhan kemudian merumuskan konsep berdasarkan situasi tersebut sebagai bahan pengujian. Untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian digunakan metodologi soft system dengan

expert judgment dalam rangka menggali

informasi dan pengetahuan pakar (Checkland and Scholes 1990; Checkland 1993; Eriyatno 1999). Dalam proses akuisisi pengetahuan pakar maka penetapan sumber informasi secara purposive yaitu pihak stakeholders yang terkait dalam sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan dengan pertimbangan keberadaan, keterjangkauan, mempunyai reputasi dan telah berpengalaman di bidangnya sejumlah 15 orang. Komponen pelaku yang perlu diikutsertakan dalam sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan adalah manajemen PT. KIM, investor, pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, akademisi dan LSM. Masing-masing stakeholders tersebut mempunyai kepentingan sendiri-sendiri, apabila kepentingan tersebut tidak diramu secara holistik, maka akan terjadi konflik kepentingan (conflict of interest). Komponen

stakeholders tersebut mempunyai

kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuannya masing-masing dan saling berinteraksi satu sama lain serta berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang ada.

Menurut Eriyatno (1999) melakukan penelitian dengan pendekatan sistem perlu melalui tahapan-tahapan: 1) analisis

kebutuhan, 2) formulasi masalah,

3) identifikasi sistem, 4) pemodelan sistem, 5) verifikasi model dan 6) implementasi. Pada tahap analisis kebutuhan dapat ditentukan komponen pelaku yang berpengaruh dan berperan dalam sistem. Pada tahap formulasi permasalahan disusun dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dan atau adanya conflict of interest di antara

stakeholders untuk mencapai tujuan sistem.

Formulasi permasalahan didasarkan pada penentuan informasi terperinci yang dihasilkan selama identifikasi sistem. Identifikasi sistem dilakukan untuk mengkaji sistem yang dipresentasikan dalam bentuk

diagram lingkar sebab akibat dan diagram kotak hitam. Pada Tabel 1 disajikan analisis kebutuhan sejumlah stakeholders dalam sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan.

Pemilihan responden aspek sosial ekonomi dengan cluster random sampling di mana

populasi masyarakat dibagi atas

2 kelompok yaitu: masyarakat yang bekerja di dalam dan diluar lokasi penelitian. Jumlah responden sebanyak 576 orang yang diambil dari 3 kecamatan yang berbatasan dengan lokasi penelitian. Kajian sosial ekonomi bertujuan untuk melihat sejauh mana kontribusi KIM terhadap pendapatan, pendidikan dan umur masyarakat di sekitar lokasi penelitian, dianalisis dengan chi-square.

Faktor kunci yang diperoleh dengan menggunakan analisis prospektif merupakan faktor yang mempengaruhi sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan serta skenario bagi implementasinya. Faktor kunci selanjutnya dikonfirmasikan kembali kepada stakeholders. Berdasarkan faktor kunci tersebut dirancang model sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan menggunakan powersim versi 2,5 yang dimulai dengan membuat diagram lingkar sebab akibat dan diagram alir untuk melihat struktur model. Dilanjutkan dengan simulasi untuk melihat perilaku model dan memprediksi kebutuhan apa yang diperlukan di masa depan. Kemudian dilakukan pemilihan skenario sebagai hasil dari persetujuan stakeholders yang menghasilkan suatu rencana rekomendasi sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan.

Selain kualitas limbah cair unit IPAL yang dianalisis berdasarkan Baku Mutu Lingkungan Kep 51/MENLH/10/1995, juga dihitung efisiensi unit IPAL dan waktu retensi (retention time) limbah. Berikut disajikan analisis kebutuhan sejumlah

stakeholders dalam sistem pengembangan

kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan.

(5)

C. Hasil dan Pembahasan Identifikasi Faktor Kunci

Dengan menggunakan analisis prospektif, penelitian mengidentifikasi 18 faktor penting yang saling berpengaruh dan

Tabel 1. Analisis kebutuhan para pelaku sistem pengembangan PT.KIM

No Para pelaku/stakeholders Kebutuhan pelaku sistem 1. Manajemen PT. Kawasan Industri

Medan

1. Investor yang memadai dan dapat akses keluar negeri 2. Tersedianya RTRWK yang sesuai

3. Iklim investasi yang kondusif 4. Laju pertumbuhan industri tinggi 5.Kawasan berwawasan lingkungan 6. Regulasi konstruktif

2. Pemerintah Pusat dan Daerah

1. Stabilitas politik dan ekonomi 2. Kesejahteraan masyarakat 3. Peningkatan devisa negara

4. Pemanfaatan sumberdaya secara optimal 5. Kepedulian terhadap lingkungan hidup 3. Pengusaha lokal maupun asing 1. Kemudahan administratif atau birokratif

2. Terkendali tingkat suku bunga dan harga tanah 3. Keamanan investasi, jaminan kembalinya modal 4. Upah tenaga kerja murah dan terampil

5. Sarana bahan baku produksi terjangkau

6. Struktur pajak yang sesuai dan sarana fisik memadai 7. Peraturan (regulasi) dan status tanah yang jelas 4. Masyarakat setempat 1. Penyediaan lapangan kerja

2. Infrastruktur fisik yang memadai

3. Sarana pembuangan limbah dan bebas banjir 4. Tingkat pencemaran rendah

5. Lembaga Swadaya Masyarakat 1. Aksesibilitas informasi dan data 2. Tidak terjadi konflik sosial

3. Kepercayaan/ dukungan lembaga donor/ masyarakat 4. Kelestarian lingkungan hidup

6. Akademisi 1. Dapat memberikan masukan untuk diaplikasikan kepada pihak industri, dan pengelola kawasan.

2. Diharapkan adanya link and match antara Perguruan tinggi dengan dunia usaha dan pengelola PT. KIM.

(6)

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

Akses ke wilayah lain Ketersediaan bahan baku

Zonasi Industri

Kesempatan kerja Produktivitas TK

Peningk Inv & PAD

Kerjasama antar stakeholders Kinerja sdm PT.KIM Ketersediaan sarana Kebijakan pemerintah Iklim investasi Permintaan lahan Harga tanah Status tanah Ketersediaan Lahan

Agroind pdt karya expor Implementasi UULH Akses teknologi limbah

-0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 - 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 Ketergantungan Pe n g a ruh

Gambar 2. Tingkat kepentingan dan faktor yang saling berpengaruh

Gambar 3. Grafik hasil pengukuran kualitas limbah cair IPAL

tergantung terhadap sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan yang dirumuskan yaitu: iklim investasi yang kondusif, kebijakan pemerintah, ketersediaan lahan, permintaan lahan, harga tanah yang kompetitif, status tanah, ketersediaan infrastruktur, kinerja kerja sumber daya manusia PT. KIM, kerjasama

antar-stakeholders, peningkatan investasi dan

pendapatan asli daerah, produktivitas tenaga kerja, kesempatan kerja, zonasi

industri, ketersediaan dan keterjangkauan bahan baku, akses kawasan ke wilayah lain, agroindustri padat karya dan ekspor, akses teknologi pengolahan limbah, dan implementasi UU Lingkungan Hidup. Hasil interaksi mutual antar-faktor penting diilustrasikan dalam bentuk hubungan ketergantungan dan pengaruh (Gambar 2). Berdasarkan penilaian pengaruh langsung antar faktor diperoleh 7 faktor (kuadran I dan II) yaitu: 1) iklim investasi yang

(7)

kondusif, 2) kebijakan pemerintah, 3) ketersediaan lahan, 4) permintaan lahan, 5) harga tanah yang kompetitif, 6) status tanah dan 7) akses teknologi pengolahan limbah, yang dijadikan faktor dalam menyusun model dan skenario sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan.

Pencemaran limbah cair yang diakibatkan oleh industri dalam kawasan industri, menunjukkan beberapa parameter masih melebihi Baku Mutu Lingkungan dan membutuhkan penanganan dengan mengakses teknologi pengelolaan unit IPAL. Hal ini diperlihatkan dari hasil pengukuran kualitas limbah cair unit IPAL diperoleh 5 parameter yang melewati Baku Mutu : TSS (309,66 > 200 mg/l), BOD

(110,12 > 50 mg/l), COD (195,14 > 150 mg/l), Klorin (2,54 > 1,0 mg/l), dan

Amoniak (2,08>1,0 mg/l). Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 3. Tingkat efisiensi unit IPAL diperoleh hanya 53,07% dan waktu retensi limbah dalam IPAL 8 hari. Artinya sebesar 46,93% dari beban limbah itu belum dapat diolah hingga memenuhi Baku Mutu Lingkungan, dan akan menjadi beban lingkungan untuk mereduksinya. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa sistem pengelolaan limbah cair di unit IPAL belum berfungsi optimal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengawasan dan mencari terobosan teknologi yang lebih tepat.

Kualitas Limbah Cair dan Efisiensi Unit IPAL

Kajian sosial ekonomi diperoleh bahwa tingkat pendapatan, umur dan pendidikan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat signifikan (P <0,01) dengan tempat bekerja. Menolak hipotesa nol pada tingkat signifikansi 5%. Hal ini berarti tempat bekerja responden sangat berkaitan dengan pendapatan, pendidikan dan umur.

Gambar 4. Hubungan jumlah industri dan waktu

0 100 200 300 400 500 1983 198 5 198 7 198 9 1991 199 3 199 5 199 7 1999 200 1 200 3 Tahun J u m la h I ndus tr i Data Aktual Prediksi Simulasi

(8)

Perancangan Model Sistem Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Berwawasan Lingkungan

Model dari sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan ling-kungan adalah berbentuk kurva Sigmoid, yang disebut model batas keberhasilan. Sifat kurva tersebut merupakan gabungan pertumbuhan eksponensial positif pada tahap awal dengan pertumbuhan asimtotik pada tahap akhir. Adanya faktor pembatas (ketersediaan lahan) merupakan ciri dari model tersebut. Jumlah industri di dalam KIM mengalami perkembangan, pada tahun 2002 terdapat 200 unit, tahun 2003 terdapat 243 unit, dan pada tahun 2004 berkembang menjadi 249 unit. Pada Gambar 4 dapat dilihat hasil simulasi perilaku sistem yang menggambarkan mula-mula jumlah industri akan meningkat sampai mencapai maksimum 257 unit, maka kurva mencapai ekuilibrium pada tahun ke-42, sistem memasuki keadaan stabil. Hal ini menandakan adanya keterbatasan lahan.

Validasi Model

Setelah dirancang model, maka perlu dilakukan validasi model dengan menggunakan Root Mean Square (program SPSS) dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan atas ketepatan dari struktur model yang dibangun. Dari hasil validasi diperoleh bahwa model yang terbentuk dari hasil simulasi telah mendekati kondisi aktual (lihat Gambar 5).

Skenario Sistem Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Berwawasan Lingkungan

Dari keadaan (state) faktor tersebut, maka dapat dibangun 3 skenario sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Skenario sistem tersebut terdiri dari skenario progresif, skenario progresif

optimistik, dan skenario konservatif. Skenario yang dipilih adalah skenario progresif optimistik dengan faktor-faktor terpilih ada 7 faktor, yaitu: 1) iklim investasi yang kondusif dalam arti yang aman, adanya kepastian hukum, 2) kebijakan pemerintah yang mendukung, 3)

ketersediaan lahan sesuai dengan permintaan pembeli, 4) permintaan lahan meningkat dan terkontrol oleh sistem, 5) harga tanah yang kompetitif cendrung naik dan terjangkau, 6) status tanah jelas/tidak ada sengketa, dan 7) akses teknologi pengolahan limbah agar tidak turun kualitas lingkungan. Pada skenario tersebut pelaku pembangunan yaitu kebijakan pemerintah tidak hanya mengarah pada peningkatan ketujuh faktor tersebut untuk meningkatkan sektor primer, tetapi diimbangi dengan peningkatan di sektor sekunder dan tersier. Sehingga dengan keadaan tersebut sumberdaya lahan yang ada tidak diekploitasi secara maksimum. Dalam skenario progresif optimistik sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan untuk lahan industri diasumsikan sebesar 75%, sedangkan faktor lainnya diasumsikan tetap.

Skenario Progresif: 1A-2A-3A-4A-5A-6A-7A

Pada skenario progresif, 1) iklim investasi cenderung bergantung pada situasi politik, 2) kebijakan pemerintah tidak efektif implementasinya, 3) ketersediaan lahan

dengan ukuran luasnya tetap,

4) permintaan lahan meningkat, 5) harga

tanah meningkat berdasarkan situasi,

6) status tanah kurang jelas dan 7) akses teknologi pengolahan limbah jika dibutuhkan.

Skenario Progresif Optimistik: 1B-2B-3B-4B-5B-6B-7B

Pada skenario progresif optimistik, 1) iklim investasi yang kondusif dalam arti yang

aman, adanya kepastian hukum,

2) kebijakan pemerintah yang mendukung, 3) ketersediaan lahan sesuai dengan permintaan pembeli, 4) permintaan lahan meningkat dan terkontrol oleh sistem, 5) harga tanah yang kompetitif cendrung naik dan terjangkau, 6) status tanah jelas/ tidak ada sengketa, dan 7) akses teknologi pengolahan limbah agar tidak turun kualitas lingkungan.

(9)

Skenario Konservatif: 1C-2C-3C-4C-5C-6C-7C

Pada skenario konservatif, 1) iklim investasi

yang tidak ada kepastian hukum,

2) kebijakan pemerintah kurang mendukung, 3) ketersediaan lahan makin timpang, 4) permintaan lahan menurun karena tidak ada investasi, 5) harga tanah turun apabila rendah permintaan lahan, 6) status tanah tidak jelas sehingga kegiatan berhenti, dan 7) akses teknologi pengolahan limbah tidak dilaksanakan.

D.

Rekomendasi/Arahan kebijakan

1. Pengembangan lebih dititik-beratkan pada lahan belum terbangun, status lahan yang jelas, dengan memasukkan penegakkan hukum sebagai faktor utama.

2. Untuk menghindari pembebasan lahan yang berbiaya tinggi dan menjadi tidak mungkin dilaksanakan, maka kawasan kota yang telah terbangun harus tetap dipertahankan tetapi perlu dibenahi yang dibutuhkan dalam jangka panjang. Artinya pada kawasan kota yang telah terbangun perlu dilakukan penataan ruang sesuai peruntukkan yang standar, terutama mengenai status lahan itu sendiri dan luas dari lahan yang akan dibangun untuk keperluan industri serta luas lahan untuk sarana dan prasarana.

3. Meningkatkan koordinasi antar-instansi yang berkompeten terhadap sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan, antara lain Bappeda, Dinas Tata Kota, BUMN, Badan Pertanahan Nasional, Bapedalda, Badan Industri dan Promosi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Departemen Tenaga Kerja serta Departemen Keuangan.

4. Melaksanakan penegakkan hukum

secara konsisten dalam pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan, menjadikan perijinan membangun sebagai instrumen pengendalian penggunaan lahan/ruang sesuai peruntukkannya, dan menjadikan penerbitan status kepemilikan lahan sebagai instrumen pengendalian yang

mencegah status kepemilikan terhadap lahan.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi

sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan adalah: iklim investasi yang kondusif, kebijakan pemerintah, ketersediaan lahan, permintaan lahan, status lahan, harga tanah yang terjangkau dan perlu akses teknologi pengolahan limbah. 2. Kualitas limbah cair pada unit IPAL

diperoleh beberapa parameter yang melewati nilai Baku Mutu Limbah Cair seperti: BOD, COD, TSS, klorin dan amoniak. Pengoperasian unit IPAL belum berjalan dengan efisien karena removal efisiensinya rendah (53,07%). Untuk ini perlu dicari terobosan teknologi yang tepat agar tidak menurunkan kualitas lingkungan. Pihak PT. KIM perlu melakukan pengawasan rutin dan kerjasama antar-stakeholders dalam memantau kegiatan pembuangan limbah dari industri-industri demi terciptanya kawasan berwawasan lingkungan.

3. Kajian sosial ekonomi diperoleh

hubungan yang erat antara tempat bekerja dengan tingkat pendapatan, pendidikan dan umur masyarakat. Hal ini berarti kehadiran KIM memberikan dampak signifikan terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.

4. Model dari sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan adalah berbentuk kurva S (kurva Sigmoid) yang disebut model batas keberhasilan, di mana kegiatan pertumbuhan pada awalnya membawa keberhasilan yang semakin meningkat. Namun, dengan berjalannya waktu keberhasilan itu sendiri menyebabkan sistem mencapai batas sehingga tingkat pertumbuhannya mulai diperlambat. Di sini keberhasilan memicu munculnya mekanisme pembatasan, kemudian menyebabkan keberhasilan itu menurun. Kecenderungan yang

(10)

ditunjukkan ditentukan oleh kegiatan pertumbuhan awal.

5. Kegiatan antisipasi dan dukungan terhadap faktor kunci kesuksesan sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan di masa depan perlu dipersiapkan sejak awal dengan mengacu pada skenario yang paling realistis yaitu skenario progresif optimistik.

6. Rencana sistem pengembangan KIM yang diharapkan bersifat berkelanjutan yaitu dapat memasarkan lahan seoptimal mungkin dan merehabilitasi sarana dan prasarana yang ada agar dari segi ekonomi menguntungkan dan dari segi ekologi tidak bersifat merusak lingkungan.

Saran

1. Perlu adanya suasana iklim investasi yang kondusif bagi investor agar dapat meningkatkan laju pertumbuhan industri.

2. Studi perilaku sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan masih terbatas pada aspek industri, aspek lingkungan, dan aspek sosial ekonomi saja, perlu dikembangkan dengan memasukkan aspek teknis seperti pengkajian tentang limbah gas dan padat, dan kesesuaian lahan.

3. Kerjasama antar-stakeholders perlu terus ditingkatkan, karena untuk mengembangkan sistem pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan tidak terlepas dari institusi lainnya.

4. Pemberdayaan sarana dan prasarana, sumber daya manusia, perangkat hukum dan peraturan-peraturan kiranya dilakukan secara kontinu demi keberlangsungan operasional sistem pengembangan KIM.

5. Pihak PT. KIM perlu menyediakan lahan demi keberlangsungan bisnis dan meningkatkan laju pertumbuhan industri di Medan.

E. Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2002. Kota Medan

Dalam Angka. Kantor BPS. Kota

Medan.

Bourgeois R. 2002. Expert Meeting

Methodology for Perspective Analysis.

Munchen: CIRAD Amis Ecopol.

Brocklesby J, and S Cumming. 1995.

Combining Hard, Soft and Critical Methodologies in System Research: The Cultural Constrains. System

Research 12 : 239-246.

Carrico MA, JE Girard and JP Jones. 1989.

Building Knowledge Systems: Developing and Managing

Rule-Based Applications. McGraw-Hill

Book Company. New York.

Checkland P and Scholes J. 1990. Soft

Systems Methodology in Action.

Chiches-ter: John Wiley & Sons.

Checkland P. 1993. Systems Thinking

System Practice. John Wiley and

Sons. Pub. Chichester.

Depperindag. 1996. Kawasan Industri di

Indonesia. Kantor Departemen

Perindustrian. Jakarta.

Eberlein R. 1989. Simplification and

Understanding of Models. System

Dynamics Review 5. No. 1 (winter): 51-68.

Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan

Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid

I. IPB Press. Bogor.

Forrester J.W. 1968. The Industrial

Dynamics. The MIT Press – John

Wiley & Sons Inc. New York.

Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996. Kawasan Industri. Sekretariat Kabinet. RI. Jakarta.

Midgley G. 2000. Sistemic Intervention:

Philosophy, Methodology, and Practice. Kluwer Academic/Plenum

Publishers. New York

Munasinghe M. 1993. Environmental

Economic and Sustainable Development. The International Bank

for Reconstruction and Development. THE WORLD BANK. Washington, D.C. 20433. USA.

(11)

Naylor TH, and Finger J M. 1967.

Verification of Computer Simulation Model, Management Science 14:

B92-B106

Powersim Corporation. 1996. Powersim 2,5

Reference Manual. Powersim

Corporation Inc., 1175 Herndon Parkway, Herndon, VA 20170.

Siegel S. 1988. Statistik Non Parametrik. Terjemahan. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Turban E. 1995. Decision Support System

and Expert System. Management

Support System. 4th edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Watson HJ, JH Blackstone, Jr. 1989.

Computer Simulation. John Wiley &

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian Sikap adalah penilaian terhadap perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran, di dalam kelas, dan di luar kelas untuk menumbuhkembangkan sikap, perilaku dan

Kisaran ukuran jantan yang matang pada penelitian ini mirip dengan hasil penelitian White (2007) yang mencatat Hemitriakis indroyonoi jantan yang belum berisi zat kapur (

Prinsip kerja mesin penyangrai adalah sebagai berikut: kompor elpiji yang telah dinyalakan akan memberikan panas ke sekeliling dinding silinder, dengan cara konduksi, konveksi

13. Nama-nye kite hari-hari di hospital melulu, ye. Jadi kan lupa shoping-shoping, belanja-belanja. Jadi isi kulkas kosong. Isi kitchen juga kosong. Udah malem, Galang

Untuk menilai perbedaan status kecemasan di semester 1 dan 2 pada mahasiswa PSPD FK UNLAM angkatan 2010 dan korelasi antara lama studi dengan status kecemasan pada mahasiswa

Pembentukan chert ini kurang banyak diketahui kerena minimnya data dan penyelidikan.Penyelidikan tentang presipitasi inorganik dari silika amorf menghasilkan data yang menunjukkan

Adanya Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka atau tidak suka telah datang

Dari sudut pandang basis santrinya dari kaum abangan yang berada di dunia hitam, Pesantren Rakyat hampir sama dengan Pesantren Metal dengan santri binaanya secara