• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Anti- Transpiran Chitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Anti- Transpiran Chitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

 

PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN

PULSING

DAN

ANTI-TRANSPIRAN

CHITOSAN

TERHADAP

VASELIFE

BUNGA

POTONG ANYELIR

JUANITA ELINA

A24080148

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

 

RINGKASAN

JUANITA ELINA. Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan

Anti-Transpiran Chitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir. (Dibimbing oleh DEWI SUKMA).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh komposisi larutan

pulsing dan anti-transpiran chitosan terhadap vaselife bunga potong anyelir.

Penelitian dilaksanakan di ruang cold storage, Laboratorium Produksi dan

Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada bulan

Februari-Maret 2012.

Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama dilaksanakan

untuk menguji pengaruh anti-transpiran chitosan di suhu ruang (25oC), percobaan

kedua dilaksanakan untuk menguji pengaruh komposisi larutan pulsing di cold

storage (10-15oC) dan percobaan ketiga dilaksanakan untuk menguji pengaruh kombinasi komposisi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan terhadap

vaselife bunga potong anyelir di cold storage (10-15oC).

Percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan satu faktor perlakuan yaitu tanpa chitosan, chitosan 0.1 ppm, chitosan 0.5

ppm, dan chitosan 1 ppm. Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan dengan 1

tangkai bunga potong per ulangan. Percobaan kedua menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor perlakuan yaitu perlakuan larutan

pulsing yang terdiri dari aquades, aquades + sukrosa 3%, akuades + sukrosa 3% +

asam salisilat 100 ppm, akuades + sukrosa 3% + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm,

dan akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5

ppm. Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dengan 1 tangkai bunga potong per

ulangan.

Percobaan ketiga menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua

faktor. Faktor pertama dengan 5 taraf perlakuan komposisi larutan pulsing yaitu

aquades, aquades + sukrosa 3%, akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm,

akuades + sukrosa 3% + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm, dan akuades + sukrosa

3% + asam salisilat 100 ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm dan faktor kedua

(3)

chitosan, chitosan 0.1 ppm, 0.5 ppm, dan 1 ppm, sehingga terdapat 20 satuan

percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat lima ulangan dengan 1 tangkai bunga

per ulangan sehingga terdapat 100 tangkai bunga yang diamati. Bahan tanaman

yang digunakan di dalam penelitian yaitu bunga potong anyelir Dianthus

caryophyllus tipe standar. Tangkai bunga direndam dalam botol bervolume 300

ml larutan pulsing selama 1 x 24 jam, kemudian dipindahkan dalam botol

bervolume 300 ml larutan akuades (holding) selama penyimpanan. Larutan

chitosan pada konsentrasi 0, 0.1, 0.5, dan 1 ppm disemprotkan ke permukaan

bunga potong.

Hasil percobaan pertama menunjukkan konsentrasi chitosan yang

digunakan dalam perlakuan belum dapat meningkatkan vaselife bunga potong

anyelir ‘White Corso’ karena konsentrasi chitosan 0.1, 0.5 dan 1 ppm memiliki

respon yang sama dengan kontrol (tanpa chitosan). Hasil dari percobaan kedua

menunjukkan bahwa konsentrasi larutan pulsing yang digunakan tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap diameter bunga, jumlah mahkota yang

membuka, kesegaran bunga, tingkat kemekaran bunga, dan vaselife bunga potong

anyelir, namun memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume larutan yang

diserap bunga pada saat pulsing. Perlakuan akuades + sukrosa 3% + asam salisilat

100 ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm merupakan larutan terbanyak yang

diserap bunga potong pada saat pulsing.

Hasil percobaan ketiga menunjukkan komposisi larutan pulsing dan bahan

organik chitosan serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap

diameter bunga dan jumlah mahkota bunga potong anyelir. Perlakuan pulsing

akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm berpengaruh nyata meningkatkan diameter

bunga, jumlah mahkota bunga yang membuka, tingkat kemekaran bunga, warna

bunga, mempertahankan kesegaran bunga, dan meningkatkan vaselife sampai

24.40 hari. Perlakuan pulsing akuades+sukrosa 3%+SA 100 ppm,

akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm, akuades+sukrosa 3%+SA 100 ppm+BAP 5

ppm tanpa chitosan mampu meningkatkan vaselife bunga potong anyelir sampai

25 hari, sementara pada kontrol (larutan akuades tanpa chitosan) memiliki vaselife

(4)

 

PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN

PULSING

DAN

ANTI-TRANSPIRAN

CHITOSAN

TERHADAP

VASELIFE

BUNGA

POTONG ANYELIR

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

JUANITA ELINA

A24080148

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

 

Judul :

PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN

PULSING

DAN ANTI-TRANSPIRAN

CHITOSAN

TERHADAP

VASELIFE

BUNGA POTONG ANYELIR

Nama :

JUANITA ELINA

NRP :

A24080148

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Dewi Sukma, S.P, M.Si

NIP 19700404 199702 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.

(6)

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang, Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 02

Juni 1989. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak

Asrin Aburdin dan Ibu Elya Roza.

Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga

sekolah menengah atas di Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Tahun

1996 penulis menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi, Kabupaten 50 Kota.

Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 02 Labuh Baru Payakumbuh, kemudian

pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Payakumbuh. Pada

tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 2 Payakumbuh. Tahun 2008 penulis diterima

di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan kemudian

memilih Arsitektur Lanskap sebagai bidang keahlian pelengkap (minor) dari

Departemen Arsitektur Lanskap.

Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi diantaranya Dewan

Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian tahun 2009-2011 dan Ikatan

Keluarga Mahasiswa Payakumbuh (IKMP) 2008-2012. Tahun 2011 penulis

menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Agronomi dan pada tahun 2012 menjadi

(7)

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi

kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan

baik. Penelitian yang berjudulPengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan

Anti-transpiran Chitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir”, dilaksanakan untuk

mengetahui masa simpan bunga potong anyelir pada saat pascapanen.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing skripsi, Dr.

Dewi Sukma, S.P., M.Si yang telah memberikan saran, bimbingan, pengarahan

selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyampaikan

terima kasih kepada dosen penguji, yaitu Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, M.Sc., dan

Dr. Ir. Sandra A. Aziz, M.Si. atas saran dan masukan yang membangun untuk

perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.

Endah Retno Palupi, M.Sc. selaku pembimbing akademik selama berkuliah di IPB.

Bapak Desrial dan Rose Farm yang telah membantu dalam penyediaan anyelir

potong. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua yang telah

memberikan dorongan baik moril maupun matriil. Teman seperjuangan Nida dan

Erick. Teman-teman yang memberikan bantuan (Aline, Adisti, Riri, Rista, Mela,

Ami, Ray, Bayu, Andri, Beny, Topan, Yuyuk, dan teman-teman Indigenous 45)

dalam kegiatan penelitian ini. Penulis berharap kegiatan penelitian ini dapat

memberikan manfaat kepada semua kalangan dan digunakan sebaik-baiknya.

Bogor, 25 Juli 2012

(8)

 

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix 

DAFTAR GAMBAR ... xi 

DAFTAR LAMPIRAN ... xii 

PENDAHULUAN ... 1 

Latar Belakang ... 1 

Tujuan ... 3 

Hipotesis ... 3 

TINJAUAN PUSTAKA ... 4 

Botani Anyelir ... 4 

Budidaya Anyelir Potong ... 5 

Pemanenan Anyelir Potong ... 6 

Penanganan Pascapanen Anyelir Potong ... 7 

Vaselife Bunga Potong ... 9 

Teknik Pengawetan Bunga Potong ... 9 

Sukrosa ... 9 

Asam Salisilat ... 10 

Sitokinin ... 11 

Chitosan ... 11 

BAHAN DAN METODE ... 13 

Tempat dan Waktu ... 13 

Bahan dan Alat ... 13 

Metode Percobaan ... 13 

Percobaan Pertama ... 13 

Percobaan Kedua ... 14 

Percobaan Ketiga ... 14 

Pelaksanaan Percobaan Ketiga ... 16 

Pengamatan ... 17 

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20 

Percobaan Pertama ... 20 

Percobaan Kedua ... 22 

Percobaan Ketiga ... 25 

Pembahasan ... 36 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 41 

Kesimpulan ... 41 

Saran ... 41 

DAFTAR PUSTAKA ... 42 

(9)

 

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tingkat Kemekaran Bunga Potong Anyelir ... 18

2. Rata-Rata Diameter Bunga Potong Anyelir pada Penyemprotan Kitosan di Suhu Ruang ... 20

3. Rata-Rata Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada Penyemprotan Kitosan di Suhu Ruang ... 20

4. Rata-Rata Vaselife dan Volume Larutan Holding Terserap Bunga Potong Anyelir pada Penyemprotan Kitosan di Suhu Ruang ... 21

5. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold Storage ... 22

6. Rata-rata Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold Storage ... 24

7. Rata-rata Vaselife, Volume Larutan Pulsing dan Holding Terserap Bunga Potong Anyelir Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold Storage ... 25

8. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ... 27

9. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir Pengaruh Interaksi pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ... 28

10.Rata-rata Jumlah Mahkota Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ... 29

11.Rata-rata Jumlah Mahkota Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir Pengaruh Interaksi pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ... 29

12.Rata-rata Warna Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ... 31

13.Rata-rata Tingkat Kemekaran dan Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage 32

(10)

x 15.Rata-rata Volume Larutan Holding Terserap (ml) pada Perendaman

Tangkai Bunga Anyelir dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ... 35

(11)

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Warna Bunga RHS 45A (a), RHS 47A (b), RHS 44A (c)... 18 2. Kriteria Tingkat Kemekaran Bunga Potong Anyelir... 19

3. Kondisi Bunga Potong Anyelir saat 10 HSP. Kitosan 0 ppm (a), Kitosan 0.1 ppm (b), Kitosan 0.5 ppm (c), Kitosan 1 ppm (d) ... 22

4. Kondisi Bunga Potong Anyelir saat 21 HSP. Komposisi Akuades (a), Komposisi Akuades + Sukrosa 3% (b), Komposisi Akuades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm (c), Komposisi Akuades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm (d), Komposisi Akuades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm (e) ... 23

5. Bunga Potong Anyelir Dianthus caryophyllus Setelah Panen Sebelum Perlakuan (a), Bunga Potong Anyelir Setelah Perlakuan Pulsing (b), Bunga Potong Anyelir Terserang Cendawan (c) ... 25

(12)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Layout percobaan ... 46

2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Konsentrasi Kitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir ... 47

3. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir Pengaruh Interaksi pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosandi Cold Storage ... 48

4. Rata-rata Jumlah Petal Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir Pengaruh Interaksi pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ... 49

5. Rata-rata Warna Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ... 50

6. Data Suhu dan RH Harian di Cold Storage ... 51

7. Keragaan Bunga Potong Anyelir pada 25 HSP ... 52

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman hias adalah semua tanaman yang memiliki nilai keindahan atau

nilai hias dari keragaan fisik yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan

sehingga suasana menjadi lebih indah dan nyaman. Kelompok tanaman hias

bunga potong umumnya lebih banyak diminati karena bernilai ekonomis tinggi

dengan warna bunga yang menarik dan volume bunga yang dapat mencapai

jumlah yang besar. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian (2007), tanaman hias yang bernilai ekonomis sebagai bunga

potong harus memenuhi persyaratan yakni: 1. berwarna indah, mulus, bersih,

tidak bernoda dan baunya wangi tidak menyengat; 2. bunga dapat bertahan lama

setelah dipotong; 3. tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4. bunga tidak mudah

rusak dalam pengepakan dan; 5. bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan

mudah berbunga tanpa mengenal musim.

Beberapa jenis bunga potong yang terkenal di Indonesia adalah anggrek,

krisan, mawar, anyelir, gladiol, gerbera (Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007). Dianthus caryophyllus L. di

Indonesia dinamakan anyelir (carnation (Inggris)) termasuk tanaman tahunan

yang dibiarkan merumpun. Tanaman ini juga termasuk tanaman dua musim

dengan tiga kali panen dalam setahun (Winarto dan Minangsari, 2011). Dianthus

berasal dari daerah Mediterania yang biasanya berbunga pada awal musim semi

(Whealy, 1992).

Di banyak negara, Dianthus atau yang biasa dikenal anyelir adalah salah

satu dari bunga potong paling populer dan bernilai ekonomi tinggi dalam industri

bunga potong (Satoh et al., 2005). Bunga potong anyelir digunakan dalam dua

bentuk atau kategori, yaitu tipe standar di mana bunga anyelir memiliki satu

bunga pada batang dan tipe spray yang memiliki beberapa bunga pada batang

(Widyawan dan Prahastuti, 1994). Bunga anyelir tipe spray telah menjadi populer

(14)

  Pemanenan bunga anyelir tergantung pada ukuran pertumbuhan tunas dan

kelopak. Anyelir jenis standar dipanen ketika bunga setengah terbuka dan kelopak

pertama dalam posisi horizontal. Jenis spray dipanen ketika dua kelopak telah

membuka dan kuncup yang tersisa menunjukkan warna (Whealy, 1992). Bunga

yang terbaik dipanen pada pagi hari. Kesegaran bunga akan terjaga jika bunga

diletakkan pada air bersih atau larutan pengawet selama sekitar 4-6 jam dan

kemudian ditempatkan di ruang dingin pada 4-6 oC. Bunga dikelompokkan dalam 20 ikatan dan disimpan pada suhu 0-2 oC selama 12-14 jam kemudian dikemas dalam kotak karton (Chaurasia, 2007). Setelah itu bunga siap untuk

didistribusikan.

Vaselife dan daya simpan bunga dapat ditingkatkan dengan merendam

tangkai bunga ke dalam sukrosa 10% + 1 mm STS (Silver Thiosulfat) selama 8-10

jam (Chaurasia, 2007). Bunga anyelir sensitif terhadap gas etilen (Whealy, 1992).

Saat ini anti-etilena senyawa 1-MCP (1 - siklopropenoid metil) dan STS (perak

thiosulfate) digunakan sebagai pengawet bunga (Abadi et al., 2009).

Banyak hasil penelitian menunjukkan manfaat pengawetan dalam

memperpanjang masa segar bunga termasuk pemberian larutan penyegar saat

pulsing dan holding. Amiarsi et al. (2003) menyatakan bahwa pulsing adalah

pemberian cadangan nutrisi kepada bunga segera setelah panen selama beberapa

jam. Larutan pulsing merupakan perlakuan yang diberikan pada bunga sebelum

pengiriman untuk memberi tambahan sumber energi, dan melindungi tangkai

bunga dari masuk dan berkembangnya mikroorganisme penyebab penyumbatan

pada batang dan menunda senesen. Holding adalah penyegar yang diberikan

kepada bunga secara terus menerus dalam waktu yang lama, misalnya selama

pemajangan. Bunga yang mendapat perlakuan pulsing memiliki daya tahan yang

lebih lama. Bunga tampil lebih segar dalam waktu lebih lama, jika pulsing

dilakukan segera setelah panen (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian, 2007). Santoso (2005) menyatakan bahwa pemberian

sitokinin dalam larutan pulsing ternyata dapat menunda senesen pada beberapa

jenis tanaman hias. Konsentrasi sitokinin sebesar 5 ppm, dapat memperpanjang

(15)

Asam salisilat dapat digunakan untuk mengontrol penyakit pasca panen.

Capdeville et al, (2003) menyatakan bahwa sebagian besar penelitian

menggunakan asam salisilat untuk menginduksi secara langsung kemampuan

ketahanan sistemik tanaman dalam menanggulangi serangan patogen.

Anti-transpiran adalah senyawa yang diaplikasikan pada tanaman untuk mengurangi

transpirasi (Bhattacharjee, 2005). Senyawa ini digunakan pada bunga potong,

dalam aplikasi untuk melindungi tanaman dari kekeringan yang terlalu cepat.

Anti-transpiran juga telah digunakan untuk melindungi daun dari penyakit yang

disebabkan oleh cendawan (Bhattacharjee, 2005). Penggunaan chitosan dilakukan

sebagai anti-transpiran pada bunga yang dapat menekan laju respirasi sehingga

perlakuan ini merupakan salah satu alternatif untuk mempertahankan kesegaran

bunga potong. Pelapisan (coating) akan menghambat proses respirasi sehingga

perubahan kimiawi yang terjadi pada bunga relatif terhambat (Chutichudet and

Chutichudet, 2011).

Tujuan

1. Mengetahui pengaruh komposisi larutan pulsing dan anti-transpiran

chitosan terhadap kesegaran bunga potong anyelir.

2. Mendapatkan komposisi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan

terbaik untuk meningkatkan vaselife bunga potong anyelir.

3. Mengetahui interaksi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan terbaik

untuk meningkatkan vaselife bunga potong anyelir.

Hipotesis

1. Perlakuan komposisi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan

berpengaruh dalam mempertahankan kesegaran bunga potong anyelir.

2. Terdapat komposisi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan yang

menghasilkan vaselife terbaik pada bunga potong anyelir.

3. Terdapat interaksi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan yang

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anyelir

Anyelir (Dianthus caryophyllus L.) yang dikenal dalam bahasa Inggris

sebagai carnation merupakan tanaman hias pekarangan dan bunga potong.

Tanaman ini termasuk ke dalam famili Caryophyllaceae dan berasal dari kawasan

Mediterania (Whealy, 1992). Bunga anyelir memiliki warna yang terang dan

berwarna-warni, sehingga sering digunakan sebagai hiasan. Anyelir juga

merupakan tumbuhan yang umum dibudidayakan sebagai tanaman hias di

kebun-kebun atau pekarangan. Tanaman ini tumbuh dengan baik di daerah pegunungan

pada ketinggian di atas 1000 m dari permukaan laut (Widyawan dan Prahastuti,

1994). Tanaman anyelir menyukai tanah yang gembur dan subur dengan kondisi

tanah yang berstruktur liat berpasir atau pasir berlempung.

Tanaman anyelir dapat mencapai ketinggian sampai 1 meter (Mattjik,

2010), namun untuk dapat tumbuh tegak harus diikat dengan penyokong.

Diameter batang tanaman bunga anyelir dapat mencapai 1 cm dan biasanya

membengkak pada buku atau ruas. Anyelir atau carnation bukan tanaman asli

Indonesia, tetapi masuk ke Indonesia dibawa oleh penggemar-penggemar bunga

dari Belanda ke Indonesia beberapa abad yang lalu. Warna bunga beraneka ragam,

putih, merah muda, merah cerah, merah marun, oranye, kuning, ungu, dan

kombinasinya salem (Mattjik, 2010). Tanaman bunga anyelir berumur produktif

selama kurang lebih satu tahun yaitu sekitar 5 bulan masa pertumbuhan dan 7

bulan masa menghasilkan bunga (Widyawan dan Prahastuti, 1994).

Di beberapa negara, anyelir adalah salah satu dari bunga potong paling

populer dan bernilai ekonomi tinggi dalam industri bunga (Satoh et al., 2005). Di

Indonesia produksi anyelir tiap tahunnya terus meningkat karena besarnya

permintaan konsumen terhadap tanaman hias bunga potong anyelir untuk dekorasi.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2011) pada tahun 2009 produksi anyelir

5,320,824 tangkai. Produksi anyelir pada tahun 2010 meningkat menjadi

(17)

Budidaya Anyelir Potong

Anyelir (Dianthus caryophyllus L.) merupakan salah satu jenis tanaman

hias komersial, bernilai ekonomi tinggi, kaya variasi warna, dan populer

dibudidayakan oleh petani dan pengusaha bunga potong. Menurut Winarto dan

Minangsari (2011), berdasarkan umurnya dikenal jenis tanaman semusim (6-12

bulan) dan tahunan (2-4 tahun). Tanaman ini digunakan sebagai bahan rangkaian

bunga, obat, dan kosmetika. Kualitas bunga anyelir dinilai dari batang yang kuat

dan lurus dengan daun yang lebar, tangkai bunga kuat dan lurus, bunga berwarna

cerah, tidak ada kerusakan pada petal, dan ketahanan simpan (vaselife) yang lama

dan bebas dari pengaruh serangan hama dan penyakit.

Dalam budidaya, anyelir diperbanyak menggunakan biji, perundukan, dan

stek. Umumnya tanaman diperbanyak menggunakan stek tunas pucuk dan lateral

untuk tujuan komersial. Proses budidaya tanaman anyelir perlu memperhatikan

syarat tumbuhnya, pemilihan bibit, pengakaran, pengolahan tanah, pemupukan,

penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan bunga. Pemanenan bunga dapat

dilakukan secara mingguan maupun bulanan tergantung pada cara pemincingan

tanaman yang dilakukan.

Anyelir tumbuh bagus pada tanah pasir berlempung dengan pH media

berkisar antara 6-7, suhu media 16oC, suhu 16-20oC, cukup sirkulasi udara, cukup cahaya matahari, dan kelembaban yang relatif tinggi (Soekartawi, 1996). Bibit

anyelir yang bagus, diambil dari tanaman induk yang berusia muda (4 bulan),

yang dirawat secara optimal dan intensif dalam kondisi pertumbuhan vegetatif.

Pembibitan diletakkan pada tempat yang teduh/tutup dengan plastik transparan

selama 5-10 hari dan bibit berakar selama 20-25 hari tergantung respon kultivar

(Winarto dan Minangsari, 2011).

Pemupukan perlu dilakukan sebelum dan sesudah penanaman. Pemupukan

sebelum penanaman dilakukan dengan cara menaburkan pupuk kandang serta

TSP dan KCl di atas bedengan. Dua minggu setelah bibit ditanam dilakukan

pemupukan dengan ZA, Urea, KNO3 serta TSP secara rutin setiap dua minggu sekali. Hama yang sering dijumpai adalah hama aphid, thrips, laba-laba, tungau,

(18)

Prahastuti, 1994). Pengendalian hama-penyakit dilakukan apabila ada tanda/gejala

serangannya. Penggunaan pestisida seminimal mungkin sangat disarankan. Bunga

dipanen setelah tanaman berumur lima bulan, pada saat petal mulai mekar satu

(Winarto dan Minangsari, 2011).

Pemanenan Anyelir Potong

Ada dua jenis tanaman anyelir yaitu jenis standar (satu bunga pada setiap

tangkai) dan jenis spray (banyak bunga pada setiap tangkai) (Widyawan dan

Prahastuti, 1994). Saat panen yang tepat pada anyelir standar adalah ketika bunga

telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh (Whealy, 1992). Bunga

yang seharusnya dipotong harus segera dipotong, karena keterlambatan panen

akan menurunkan kualitas bunga.

Panen biasanya dilakukan pada pagi hari, kemudian segera ditempatkan

pada ruang dingin (1-6oC) (Mattjik, 2010). Kegiatan pemotongan bunga sebaiknya dilakukan bila bunga sudah membuka dan sudah tidak ada embun yang

melekat pada bunga. Apabila tanah dalam keadaan kering, sebaiknya tanah

disiram terlebih dahulu sehingga tanaman yang akan dipotong menjadi segar dan

tidak layu. Pada waktu pemanenan bunga, sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga

berdasarkan kualitasnya (grade 1 dan 2). Bunga yang tidak termasuk grade 1 dan

2 sebaiknya tidak dipanen dan dibuang. Pada kondisi normal bunga yang

termasuk grade 1 berjumlah sekurang-kurangnya 75% dari hasil panen. Dalam

analisis finansial, asumsi penjualan didasarkan pada penjualan bunga grade 1

(Widyawan dan Prahastuti, 1994).

Setelah dipanen, batang bunga segera dimasukkan ke dalam air untuk

dibawa ke tempat penampungan atau tempat penyortiran. Penyortiran hendaknya

menurut mutunya dan sekaligus mengumpulkan bunga yang sama warnanya.

Bunga yang cacat akibat serangan hama atau penyakit, atau rusak karena

pengangkutan dari kebun sebaiknya dipisahkan. Hal ini penting untuk menjaga

kualitas bunga yang akan dijual. Sekitar 20 atau 25 batang bunga diikat menjadi

satu. Dasar tangkai dipotong sewaktu masih berada di dalam air antara 1-2 cm dan

(19)

dalam ember dengan air yang terlalu hangat perlu dihindari untuk menjaga

kualitas bunga potong.

Widyawan dan Prahastuti (1994) menyatakan bahwa kualitas bunga

anyelir untuk grade 1 memiliki ciri sebagai berikut, bunga mekar (tidak terlalu

mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak terserang hama penyakit seperti apid,

thrips, tidak ada bercak, tidak ada busuk kehitaman pada pinggir bunga, dan tidak

ada luka. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1999), bunga anyelir grade 1

dipanen pada stadia setengah mekar dan berwarna yang ditandai mekar 2 petal,

bunga sempurna, ukuran seragam, bebas organisme pengganggu, tidak terjadi

kerusakan mekanis/fisik, tidak mengandung sisa pestisida serta kotoran telah

dibersihkan dari bunga. Bunga anyelir grade 2 memiliki kriteria yang sama

dengan grade 1 dengan toleransi 5%. Bunga anyelir grade 3 memiliki kriteria

yang sama dengan grade 1 dengan toleransi 10%. Selanjutnya Winarto dan

Minangsari (2011) menyatakan bahwa bunga anyelir grade 1 memiliki batang

besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus, dan panjang minimal 60 cm, bunga

memiliki daun hijau segar, tidak kering, dan tidak terserang hama penyakit.

Kualitas bunga anyelir untuk grade 2 memiliki ciri bunga mekar, segar, dan

pinggir bunga tidak terserang penyakit (Widyawan dan Prahastuti, 1994). Batang

boleh agak kecil tapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm. Kriteria lain

sama dengan kriteria grade 1 dengan sedikit toleransi, seperti daun terserang

hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade 2.

Penanganan Pascapanen Anyelir Potong

Etilen adalah senyawa organik sederhana yang dapat berperan sebagai

hormon yang mengatur pertumbuhan, perkembangan, dan kelayuan (Mor, 1983).

Keberadaan etilen akan mempercepat tercapainya tahap kelayuan (senesence)

(Bhattacharjee, 2005). Senyawa ini perlu disingkirkan dari ruang penyimpanan

untuk tujuan pengawetan dengan cara menyemprotkan enzim penghambat

produksi etilen pada produk. Upaya untuk mengurangi kehilangan hasil yang

disebabkan oleh kerusakan yang sering timbul setelah panen pada tanaman hias

(20)

produk mempunyai fase hidup atau daya simpan yang lama. Penanganan

pascapanen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan

perlakuan-perlakuan terhadap bunga, setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga itu

diterima oleh konsumen.

Umumnya penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak dilakukan

untuk kelompok tanaman hias bunga potong, dibanding dengan kelompok

tanaman hias yang lain (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian, 2007). Hal ini disebabkan pertimbangan nilai ekonomis bunga potong

dengan warna yang menarik dan volume bunga potong yang mencapai jumlah

besar saat dilakukan pengiriman atau pemasarannya. Penanganan pasca panen

tanaman hias khususnya bunga potong bertujuan untuk : 1. memperkecil respirasi,

2. memperkecil transpirasi, 3. mencegah infeksi atau luka, 4. memelihara

keindahan, 5. memperoleh harga yang tinggi. Periode kesegaran bunga yang

pendek dapat diperpanjang dengan pemberian nutrisi dan bahan pengawet

(Suyanti, 2002).

Panen bunga anyelir biasanya dilakukan di pagi hari, kemudian segera

ditempatkan pada ruang dingin (1-6 oC). Dianthus dapat dipanen apabila sebagian mahkota sudah mekar dan sebagian lagi masih kuncup. Apabila terjadi dehidrasi

maka diatasi dengan cara merendam bagian batang dalam air hangat. Kuncup

bunga yang belum terlihat warna petalnya apabila dipanen sebaiknya diletakkan

pada larutan perak thiosulfat (STS) dan ditempatkan pada ruangan dingin 0-1 oC selama 24 minggu. Kuncup yang dipanen dapat bertahan sampai 4-5 minggu,

sedangkan yang telah mekar dapat bertahan 2-4 minggu di ruang 0 oC dengan kelembaban 90% (Whealy, 1992). Kuncup bunga dapat bertahan 4 minggu

apabila tangkai bunga direndam dalam larutan yang mengandung fungisida,

sukrosa, dan STS (Bhattacharjee, 2005).

Bunga anyelir sangat sensitif terhadap etilen dan sangat responsif terhadap

perlakuan STS, 1-methylcyclopropene (1-MCP) (Whealy, 1992). Bunga tanpa

perlakuan pascapanen hanya dapat bertahan 6-9 hari, sedangkan bila diberi STS

tahan sampai 30 hari (Mattjik, 2010). Keadaan etilen yang terlalu rendah

mengakibatkan kuncup bunga sulit mekar atau mekar dalam keadaan bunga yang

(21)

Vaselife Bunga Potong

Vaselife merupakan periode mulai dari saat panen hingga petal kehilangan

turgor dan absisi atau terjadi bent neck (Farooq, 2004). Periode vaselife dihitung

hingga 50% bunga layu. Banyak yang harus diperhatikan dalam proses

pemanenan agar kesegaran bunga potong dapat terjaga, misalnya penggunaan

pisau yang tajam dan bersih agar area pemotongan tidak mudah terinfeksi serta

penentuan usia bunga yang tepat untuk dipanen. Panen dan penanganan

pascapanen pada bunga potong merupakan tahap terpenting dalam produksi bunga

potong. Kriteria utama untuk standardisasi nilai komersial bunga potong yang

baik yaitu bebas dari cedera mekanik serta hama dan penyakit (Dwiatmini et al.,

1994). Tahap ini sangat menentukan vaselife bunga potong.

Teknik Pengawetan Bunga Potong

Air yang dipakai untuk merendam tanaman biasanya tidak steril. Bunga

potong yang direndam air merupakan bahan organik yang menjadi media

pertumbuhan bakteri. Hal-hal yang tidak diinginkan adalah pembusukan yang

menyebabkan bau yang tidak enak. Bakteri yang ada akan menyumbat saluran

vaskular, sehingga air tidak dapat diserap oleh tanaman dan menyebabkan

kelayuan (Amiarsi et al., 2003).

Bahan-bahan yang umumnya dipakai sebagai penyerap etilen adalah

8-HQS (8-Hydroquinoline sulphate), physan-20, perak nitrat (AgNO3), PTS (Perak Tiosulfat), dan sodium hipoklorit (Mattjik, 2010). Penggunaan zat-zat di atas yang

berlebihan akan berakibat buruk, tetapi pemakaian bahan-bahan tersebut dapat

dikombinasikan. Menurut Murtiningsih dan Yulianingsih (1991) penambahan

AgNO3 dan bakterisida ke dalam sukrosa menyebabkan pertumbuhan bakteri

dapat dihambat, sehingga penyerapan air oleh bunga potong dapat berjalan normal.

Sukrosa

Sukrosa merupakan sumber utama makanan bagi bunga dan dibutuhkan

(22)

selama masa pascapanen bunga (Bhattacharjee, 2005). Pada larutan pengawet

yang menggunakan sukrosa berfungsi sebagai penyedia karbohidrat bagi bunga

potong. Sukrosa berperan dalam pemekaran kuncup bunga dan dapat menunda

kelayuan (Simanjuntak, 2000). Penggunaan konsentrasi sukrosa tergantung jenis

perlakuan dan jenis bunga. Penggunaan konsentrasi yang terlalu tinggi dapat

merusak bunga dan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme serta

terjadinya embolisme.

Sukrosa dalam larutan perendam berperan sebagai bahan baku respirasi

untuk menghasilkan energi yang akan digunakan dalam proses kehidupan

sehingga kesegaran bunga lebih lama (Wiraatmaja, 2007). Pemakaian sukrosa

pada konsentrasi yang tinggi sering menyebabkan tumbuhnya bakteri dan

terbentuknya lendir, sehingga menghambat penyerapan larutan oleh tangkai bunga.

Asam Salisilat

Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting

dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi

karena dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan obat-obatan

seperti antiseptik dan analgesik. Asam salisilat memiliki rumus molekul

C6H4COOHOH berbentuk kristal kecil berwarna merah muda terang hingga

kecoklatan yang memiliki berat molekul sebesar 138.123 g/mol dengan titik leleh

sebesar 156oC dan densitas pada 25oC sebesar 1.443 g/ml (Kristian dan Amitra, 2007).

Asam salisilat merupakan salah satu bakterisida yang memiliki peranan

penting dalam pertahanan tanaman terhadap penyakit. Asam salisilat mencegah

masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme

parasit disekitar luka tersebut. Menurut Nurfitria (2004) asam salisilat efektif

mengatasi penyumbatan yang terjadi dalam tangkai bunga sehingga dapat

meningkatkan kuncup bunga yang mekar.

Etilen yang diproduksi oleh jaringan atau organ bunga terkandung pada

gen-gen yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan komponen bunga.

Stilus memproduksi etilen lebih banyak dibandingkan bagian-bagian lain dari

(23)

sumber perangsang bagi stigma (kepala putik) untuk memproduksi etilen. Asam

salisilat dan sukrosa terbukti efektif menurunkan aktivitas ACC oksidase yang

merupakan penyebab terbentuknya etilen, menunda senesen dan kelayuan pada

bunga anyelir potong serta mampu meningkatkan vaselife bunga (Kazemi et al.,

2011).

Sitokinin

Sitokinin adalah hormon tumbuhan turunan adenin yang berfungsi untuk

merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar

dan ditranslokasikan melalui pembuluh xylem. Biosintesis sitokinin terjadi

melalui modifikasi biokimia adenin. Sitokinin merupakan salah satu senyawa

yang terdapat di jaringan pembuluh, dikandung berbagai jenis tumbuhan.

Pemberian sitokinin pada larutan pulsing dapat mengurangi senesen pada bunga

potong. Pemberian sitokinin juga menghambat kehilangan berat kering

bunga-bunga yang telah matang (Santoso, 2005). Selain itu juga, sitokinin dapat

merangsang penyerapan air melalui pemeliharaan keutuhan sel-sel.

Kemampuan sitokinin menunda penuaan, berlaku pada bunga potong

tertentu dan sayur segar. Konsentrasi sitokinin di daun mahkota bunga mawar dan

anyelir menurun sejalan dengan bertambahnya umur bunga dan penambahan

sitokinin dapat memperlambat proses penuaan tersebut. Larutan yang

mengandung dihidrozeatin atau benziladenin terbukti paling efektif untuk

menunda senesen (Salisbury dan Ross, 1995). Pada sebagian besar jenis bunga

potong, sitokinin eksogen tidak mampu menanggulangi efek etilen yang

dihasilkan bunga untuk mempercepat penuaan.

Chitosan

Salah satu pelapis (anti-transpiran) yang mulai dikembangkan adalah

chitosan, polisakarida yang berasal dari limbah pengolahan udang (Crustaceae).

Chitosan merupakan turunan dari deasetilasi kitin yang berasal dari dinding sel

(24)

terdegradasi dan tidak beracun bagi manusia. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa chitosan mempunyai potensi yang cukup baik sebagai pelapis pada benih

dan buah-buahan misalnya pada tomat dan leci (Zhang, 2011).

Sifat lain chitosan adalah dapat menginduksi enzim chitinase pada

jaringan tanaman yaitu enzim yang dapat mendegradasi kitin yang merupakan

penyusun dinding sel fungi. Chitosan mendorong sintesis lignin untuk beberapa

komoditas hortikultura dan hias (Bittelli et al., 2001). Kemampuannya untuk

membentuk lapisan semipermeabel tersebut sehingga chitosan dapat

memperpanjang masa simpan pada buah dan sayuran dengan meminimalkan laju

respirasi dan mengurangi kehilangan air (Banos, 2006). Perlakuan pelapisan

chitosan 3% mampu mengurangi persentase kelayuan dan meningkatkan vaselife

(25)

 

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan pertama dilaksanakan dalam suhu ruang (25oC) di Laboratorium Produksi dan Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Percobaan kedua dan ketiga

dilaksanakan di dalam Cold Storage Laboratorium Produksi Departemen

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, dengan

suhu cold storage antara 10-15oC sehingga lingkungan penelitian homogen. Percobaan pertama dilaksanakan pada bulan November 2011, percobaan kedua

dilaksanakan pada bulan Februari 2012, dan percobaan ketiga dilaksanakan bulan

Maret 2012.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan di dalam percobaan pertama yaitu bunga

potong anyelir Dianthus caryophyllus L. tipe spray varietas White Corso yang

diperoleh dari floris Eldadi di Ciawi, Bogor. Bahan tanaman yang digunakan di

dalam percobaan kedua yaitu bunga potong anyelir Dianthus caryophyllus L. tipe

standar dengan kode 031 dan percobaan ketiga bunga potong anyelir Dianthus

caryophyllus L. tipe standar dengan kode 001 (kode dari perusahaan) yang

diperoleh dari floris Rose Farm di Cisarua, Bogor. Bahan lain yang digunakan

adalah akuades, chitosan 0.1-1 ppm (0.1-1 mg/l), asam asetat, sukrosa 3%, asam

salisilat 100 ppm, dan Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm sedangkan alat-alat yang

digunakan adalah botol 600 ml, corong, gelas piala 1000 ml, gelas ukur 100 ml,

penggaris, dan alat tulis.

Metode Percobaan

Percobaan Pertama

(26)

ppm. Larutan chitosan pada perlakuan 0.1, 0.5, dan 1 ppm disemprotkan ke

permukaan bunga potong. Setiap satuan percobaan terdiri dari

sekurang-kurangnya 5 tangkai bunga dengan satu tangkai bunga per botol sehingga terdapat

20 tangkai bunga. Selama pengamatan dilakukan pemotongan bagian dasar

tangkai bunga setiap 3 hari sekali sepanjang ± 2 cm untuk mencegah terjadinya

embolisme.

Percobaan Kedua

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan satu faktor perlakuan. Perlakuan yang dicobakan adalah komposisi larutan

pulsing (perendaman 1 x 24 jam) terdiri dari aquades, aquades + sukrosa 3%,

akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm, akuades + sukrosa 3% +

Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm, dan akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100

ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm. Tangkai bunga direndam dalam larutan

akuades selama pemajangan, setelah tangkai bunga direndam dalam larutan

pulsing selama 1 x 24 jam. Setiap satuan percobaan terdiri dari

sekurang-kurangnya 3 tangkai bunga dengan satu tangkai bunga per botol sehingga terdapat

15 tangkai bunga. Selama pengamatan dilakukan pemotongan tangkai bunga

setiap 3 hari sekali sepanjang ± 2 cm untuk mencegah terjadinya embolisme.

Percobaan Ketiga

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu perlakuan pulsing terdiri dari 5

taraf perlakuan dan faktor kedua adalah perlakuan chitosan dengan 4 taraf

perlakuan yang diulang sebanyak 5 ulangan. Layout percobaan dapat dilihat pada

Lampiran 1. Perlakuan pulsing terdiri dari aquades, aquades + sukrosa 3%,

akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm, akuades + sukrosa 3% +

Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm, dan akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100

ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm. Perlakuan chitosan yang digunakan

terdiri atas kontrol, chitosan 0.1 ppm, chitosan 0.5 ppm, dan chitosan 1 ppm.

Tangkai bunga direndam dalam larutan akuades selama pemajangan.

(27)

24 jam. Larutan chitosan pada perlakuan chitosan 0.1, 0.5, dan 1 ppm

disemprotkan ke permukaan bunga potong. Setiap kombinasi perlakuan terdiri

dari 5 tangkai bunga dengan satu tangkai bunga per botol sehingga terdapat 100

tangkai bunga pada percobaan ketiga. Selama pengamatan dilakukan pemotongan

tangkai bunga setiap 3 hari sekali sepanjang ± 2 cm untuk mencegah terjadinya

embolisme.

Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (Statistical

Analysis System). Setelah diuji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut

dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%. Adapun

model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + εij Keterangan :

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j µ = nilai tengah populasi

αi = pengaruh perlakuan komposisi larutan pulsing taraf ke-j βj = pengaruh perlakuan konsentrasi chitosan pada taraf ke-i (αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan αi dan βj

εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Data non parametrik dianalisis menggunakan Uji Kruskal Wallis. Peubah

yang dianalisis yaitu warna bunga, tingkat kemekaran bunga dan tingkat

kesegaran bunga. Rumus uji Kruskal Wallis adalah sebagai berikut :

H =

∑ - 3 (N + 1)

Keterangan :

H = nilai Kruskal Wallis dari hasil perhitungan

Ri = jumlah ranking dari perlakuan ke-i

k = banyaknya perlakuan

(28)

Pelaksanaan Percobaan Ketiga

 

Bahan pulsing : - akuades - gula pasir - asam salisilat - BAP

Perendaman dalam larutan pulsing 1 x 24 jam

Bunga dipindahkan ke larutan holding

Bunga disemprot chitosan

Penyimpanan di cold storage dan pengamatan

Pembuatan larutan pulsing : •aquades

•aquades + sukrosa 3%

•akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm

•akuades + sukrosa 3% +

Benzylaminopurin 5 ppm

•akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + Benzylaminopurin (BAP 5 ppm)

Persiapan anyelir potong : •pengangkutan bunga potong

dari kebun ke laboratorium •bunga direndam dalam air

hangat

•bagian dasar tangkai bunga dipotong ± 2 cm

(29)

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap kondisi bunga. Pengamatan dilakukan

setiap hari sampai bunga yang layu mencapai 50% dari jumlah bunga yang mekar.

Peubah yang diamati antara lain adalah :

1. Diameter bunga

Diameter bunga diukur dari diameter bunga yang terlebar pada saat

pengamatan menggunakan alat ukur jangka sorong.

2. Jumlah petal bunga yang membuka

Jumlah petal bunga dihitung dari helaian petal bunga yang membuka

pada saat pengamatan.

3. Tingkat kesegaran bunga

Tingkat kesegaran bunga potong dilihat dari persentase mahkota yang

masih segar pada setiap lapisan dengan skoring 1= 0-25%, 2= 25-50%, 3=

50-75%, 4= 75-100%

4 3 2 1

4. Warna petal bunga

Warna bunga diukur menggunakan mini color chart dari RHS (Royal

Horticulture Society) dan tingkatan perubahan warna diperoleh menggunakan

skoring 1 = RHS 41A, 2 = RHS 41A – 44A, 3 = RHS 44A, 4 = RHS 44A –

RHS 47A, 5 = RHS 47A, 6 = RHS 47A – 45A, 7 = RHS 45A.

(30)

Gamba

5. Gejala

terjad

6. pH aw

untuk pada p 7. Tingk anyeli Tabel Tabel 1 Indek Kemeka Bunga 1 2 3 4 5 (Amiarsi d (a)

ar 1. Warna

a serangan h

Gejala da

di busuk pad

wal larutan

Pengukur

k menentuka

pH optimal

kat Kemeka

Tingkat k

ir. Keadaan

l 1. Bunga d

1. Tingkat k

ks aran a Petal dalam Petal dalam Petal ornam tertutu Petal bagia Petal mulai dan Tejasarw Bunga RHS

hama dan p

apat dilihat a

da batang at

ran pH laru

an derajat k

antara 3-4.

ran Bunga

kemekaran

n fisik ditent

dinyatakan m

kemekaran b

terluar sed m masih tert luar memb m mulai mer terluar mem men bunga

up petal terd terluar me n dalam (51 membuka i tampak ter

wana, 2011

(b)

S 45A (a), R

penyakit

apabila laru

tau bunga.

utan pulsin

keasaman la bunga din tukan oleh mekar apab bunga poton Kriteria (Criteria dikit membu tutup rapat, buka sedikit renggang ra mbuka 26-5 (putik dan dalam) embuka sem 1-75%), orn hampir selu rlihat seluru , dimodifik

RHS 47A (b

utan keruh, t

ng menggun

arutan. Bung

nilai berdasa

indeks kem

ila telah me

ng anyelir

kemekaran a of bud ope

uka 1-2 hel petal memb t lebih leba apat

0%, petal b benang sa mua diikuti namen bung uruhnya (76 uhnya kasi)

b), RHS 44A

terdapat hif

nakan kerta

ga potong m

arkan kead mekaran bun encapai inde bunga ening) lai (0-10%) buka 1-2 he ar (11-25%)

bagian dalam ri) belum t

i oleh petal ga mulai terl 6-100%), o

(c)  A (c)

fa cendawan

as indikato

menyerap la

daan fisik b

nga seperti d

eks 4.

), petal bag lai

), petal bag

m merengga tampak (ma

(31)

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 1. Kriteria Tingkat Kemekaran Bunga Potong Anyelir 1 : 0-10% (a), 2 : 11-25% (b), 3 : 26-50% (c), 4 : 51-75% (d), 5 : 76-100% (e).

8. Jumlah tangkai bunga yang patah :

Jumlah tangkai bunga yang patah saat pengamatan (jumlah tangkai

bunga patah tidak termasuk tangkai bunga yang bent neck).

9. Jumlah tangkai bunga yang mengalami bent neck (tangkai bunga terkulai).

10. Vaselife

Vaselife atau masa kesegaran adalah lamanya waktu (hari) bunga

dalam penyimpanan, dihitung dari waktu setelah pemetikan sampai 50 persen

bunga yang telah mekar mengalami kelayuan (Sari, 2008).

11. Volume larutan pulsing terserap, diukur dari selisih volume larutan awal dan

volume larutan akhir pada saat pulsing.

12. Volume larutan holding terserap, diukur dari selisih volume larutan awal dan

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan Pertama

Percobaan pertama dilakukan di Laboratorium Pascapanen dengan suhu

ruang simpan 25oC. Hasil dari percobaan pertama menunjukkan bahwa

konsentrasi chitosan yang digunakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap

diameter bunga, tingkat kesegaran bunga potong anyelir, vaselife dan volume

larutan holding terserap. Konsentrasi chitosan yang digunakan dalam perlakuan

belum dapat meningkatkan vaselife bunga potong anyelir karena konsentrasi

chitosan 0.1, 0.5 dan 1 ppm memiliki respon yang sama dengan kontrol (tanpa

chitosan).

Tabel 2. Rata-Rata Diameter Bunga Potong Anyelir pada Penyemprotan Chitosan di Suhu Ruang

Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP)

0 2 4 6 8 10

Chitosan (ppm)

0 2.24 2.80 3.65 4.23 4.32 4.03

0.1 3.22 3.56 3.88 4.12 4.22 3.87

0.5 2.66 3.06 3.58 4.02 3.85 3.06

1 2.41 2.78 3.41 3.91 4.29 3.80

Uji F tn tn tn tn tn tn

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel 3. Rata-Rata Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada Penyemprotan Chitosan di Suhu Ruang

Perlakuan

Hari Setelah Panen (HSP)

0 2 4 6 8 10 S R S R S R S R S R S R Chitosan

(ppm)

0 4.0 10.5 4.0 10.5 4.0 13.0 4.0 11.9 4.0 11.9 4.0 15.9

0.1 4.0 10.5 4.0 10.5 4.0 13.0 3.0 9.0 3.0 9.0 2.0 7.1

0.5 4.0 10.5 4.0 10.5 3.0 4.9 3.0 7.4 3.0 7.4 3.0 9.8

1 4.0 10.5 4.0 10.5 4.0 11.1 4.0 13.7 4.0 13.7 3.0 9.2

H 0.00 0.00 6.32 3.44 3.44 6.13

P 1.00 tn 1.00 tn 0.09 tn 0.32 tn 0.32 tn 0.10 tn

(33)

Berdasarkan Tabel 2 dan 3, karakteristik diameter bunga dan kesegaran

secara umum sama. Semua perlakuan memiliki tangkai bunga layu mulai hari ke 6

hingga hari ke 10. Kesegaran untuk semua perlakuan konstan hingga hari ke 10

kecuali perlakuan chitosan 0.1 ppm yang tetap mengalami penurunan kesegaran.

Tabel 4. Rata-rata Vaselife dan Volume Larutan Holding Terserap Bunga Potong Anyelir pada Penyemprotan Chitosan di Suhu Ruang

Chitosan (ppm) Vaselife (hari) Volume Terserap (ml)

0 10.00 21.00

0.1 8.00 24.00

0.5 8.00 14.40

1.0 9.20 15.00

uji F tn tn

KK 24.89 18.89

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Berdasarkan Tabel 4, perlakuan konsentrasi chitosan tidak berpengaruh

terhadap vaselife dan volume larutan holding terserap bunga potong anyelir.

Vaselife bunga terlama diperoleh pada perlakuan kontrol (tanpa chitosan).

Perlakuan pada bunga potong anyelir tanpa konsentrasi chitosan mampu

menunjukkan vaselife selama 10 hari. Jumlah air terserap terbanyak terjadi pada

perlakuan chitosan 0.1 ppm, sementara air yang diserap paling sedikit adalah

perlakuan chitosan 0.5 ppm dan chitosan 1 ppm. Perlakuan chitosan dengan

konsentrasi rendah (0.1, 0.5 dan 1 ppm) belum memberikan efek dalam

meningkatkan vaselife bunga potong anyelir. Keragaan bunga potong anyelir 10

(34)

  a. Chitosan 0 ppm b. Chitosan 0.1 ppm

  c. Chitosan 0.5 ppm d. Chitosan 1 ppm

Gambar 2. Kondisi Bunga Potong Anyelir saat 10 HSP. Chitosan 0 ppm (a), Chitosan 0.1 ppm (b), Chitosan 0.5 ppm (c), Chitosan 1 ppm (d).

Percobaan Kedua

Percobaan kedua dilakukan di ruang cold storage dengan suhu

penyimpanan 10-15 oC. Hasil dari percobaan kedua menunjukkan bahwa konsentrasi larutan pulsing yang digunakan tidak memberikan pengaruh terhadap

diameter bunga, jumlah petal bunga membuka, tingkat kesegaran bunga, tingkat

kemekaran bunga, dan vaselife namun berpengaruh nyata terhadap volume larutan

yang terserap pada saat pulsing.

Tabel 5. Rata-Rata Diameter Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold Storage

Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP)

1 5 9 13 17 21

AQ 3.55 5.93 6.51 6.41 6.15 5.91

AQ+sukrosa 3% 3.13 4.83 5.92 6.59 6.20 5.63

AQ+sukrosa 3%+SA 100

ppm 3.95 5.81 6.71 6.81 6.87 6.58

AQ+sukrosa 3%+BAP 5

ppm 3.70 5.77 6.49 6.29 5.91 5.71

AQ+sukrosa 3%+SA 100

ppm+BAP 5 ppm 2.98 4.90 6.06 6.97 6.78 6.77

Uji F tn tn tn tn tn tn

(35)

Berdasarkan Tabel 5 dan 6, konsentrasi larutan pulsing tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap diameter bunga dan kesegaran bunga. Perlakuan larutan

pulsing akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm memberikan peringkat

tertinggi dengan tingkat kesegaran 3 (Tabel 6), meskipun memiliki pengaruh yang

sama dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga larutan akuades + sukrosa 3% +

asam salisilat 100 ppm bersifat asam yang memiliki derajat keasaman (pH) 3.

Berdasarkan Tabel 7, perlakuan larutan pulsing tidak berpengaruh

terhadap vaselife dan volume larutan holding terserap bunga potong anyelir.

Vaselife bunga terlama diperoleh pada perlakuan akuades+sukrosa 3%+SA 100

ppm. Perlakuan larutan pulsing berpengaruh sangat nyata terhadap volume larutan

yang diserap bunga potong pada saat pulsing, larutan akuades+sukrosa 3%+SA

100 ppm+BAP 5 ppm merupakan larutan dengan volume terbanyak yang diserap

bunga potong pada saat pulsing. Larutan yang bersifat asam mencegah

penyumbatan pada batang yang disebabkan oleh bakteri (Amiarsi et al., 2003)

sehingga larutan bergerak lebih cepat dan penyerapan nutrisi bunga potong

maksimum. Sukrosa berperan untuk kesegaran kuncup karena sukrosa merupakan

karbohidrat yang berguna dalam pemekaran bunga (Amiarsi dan Tejasarwana,

2011). Keragaan bunga potong anyelir 21 HSP dapat dilihat pada Gambar 3.

 

(a) (b) (c) (d) (e)

(36)

 

Tabel 6. Rata-Rata Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold Storage

Perlakuan

Hari Setelah Panen (HSP)

1 5 9 13 17 21

S R S R S R S R S R S R

AQ 4.0 8.0 4.0 8.0 4.0 8.5 3.0 4.5 2.0 4.2 2.0 5.0

AQ+sukrosa 3% 4.0 8.0 4.0 8.0 4.0 8.5 4.0 9.5 4.0 11.2 3.0 8.0

AQ+sukrosa 3%+SA

100 ppm 4.0 8.0 4.0 8.0 4.0 8.5 4.0 9.5 4.0 11.2 3.0 11.5

AQ+sukrosa 3%+BAP

5 ppm 4.0 8.0 4.0 8.0 4.0 6.0 4.0 7.0 2.0 4.2 2.0 6.0

AQ+sukrosa 3%+SA

100 ppm+BAP 5 ppm 4.0 8.0 4.0 8.0 4.0 8.5 4.0 9.5 3.0 9.3 3.0 9.5

H 0.00 0.00 0.75 3.00 7.68 4.13

P 1.00 tn 1.00 tn 0.94 tn 0.55 tn 0.10 tn 0.38 tn

Keterangan : H = nilai Uji Kruskal Wallis, *) = P value < 0.05, tn) = P value > 0.05, S = skor, R = peringkat

(37)

Tabel 7. Rata-rata Vaselife, Volume Larutan Pulsing dan Holding Terserap Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold Storage

Perlakuan Vaselife (hari)

Larutan Pulsing (ml)

Larutan Holding (ml)

AQ 17.66 3.66 bc 9.16

AQ+sukrosa 3% 20.00 5.00 b 15.66

AQ+sukrosa 3%+SA 100 ppm

21.00 5.66 b 13.50

AQ+sukrosa 3%+BAP 5 ppm

17.66 2.00 c 12.00

AQ+sukrosa 3%+SA 100 ppm+BAP 5 ppm

20.66 9.00 a 15.83

uji F tn ** tn

KK 10.30 21.01 0.92

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata, **) = berpengaruh sangat nyata

Percobaan Ketiga

Bunga potong anyelir diperoleh dari kebun bunga potong PT. Rose Farm

yang berlokasi di kawasan puncak, Cisarua, Jawa Barat. Kebun terletak pada

ketinggian ± 900 m di atas permukaan laut, serta mempunyai suhu rata-rata

16-24oC. Suhu di cold storage diatur antara 10-15oC sehingga lingkungan penelitian homogen. Rata-rata suhu bola basah yaitu 17.47oC dan rata-rata suhu bola kering 18.38oC dengan kelembaban udara 89-90%. Percobaan dilakukan selama 25 hari dan pengamatan dilakukan setiap hari.

(a) (b) (c)

Gambar 4. Bunga Potong Anyelir Setelah Panen Sebelum Perlakuan (a), Bunga Potong Anyelir Setelah Perlakuan Pulsing (b), Bunga Potong Anyelir Terserang Cendawan (c).

(38)

diduga adanya butiran air yang tidak mengering pada mahkota bunga setelah

dilakukan penyemprotan chitosan dan kondisi ruang simpan yang lembab.

Larutan pulsing yang digunakan memiliki derajat keasaman (pH) yang

berbeda-beda yaitu larutan akuades memiliki pH 7, larutan akuades+sukrosa 3% memiliki

pH 4, larutan akuades+sukrosa 3%+SA 100 ppm memiliki pH 3, larutan

akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm memiliki pH 9, larutan akuades+sukrosa

3%+SA 100 ppm+BAP 5 ppm memiliki pH 10.

Selama pengamatan tidak ditemukan tangkai bunga yang mengalami bent

neck. Tangkai bunga patah terdapat pada pengamatan 21, 24, dan 25 HSP pada

perlakuan akuades+sukrosa 3%+asam salisilat 100 ppm tanpa chitosan, perlakuan

akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm + konsentrasi chitosan 1 ppm, dan perlakuan

akuades + chitosan 0.5 ppm.

Pemberian komposisi larutan pulsing ke dalam larutan perendam dan

penyemprotan chitosan dengan konsentrasi berbeda pada permukaan bunga,

menunjukkan pengaruh dan interaksi yang nyata terhadap diameter bunga dan

jumlah petal bunga yang membuka. Rekapitulasi hasil sidik ragam pada keragaan

bunga potong anyelir dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan Lampiran 2,

komposisi larutan pulsing mulai berpengaruh nyata terhadap parameter

pengamatan mulai 20 HSP sampai 25 HSP. Konsentrasi chitosan tidak

berpengaruh nyata terhadap warna bunga, tingkat kemekaran bunga, tingkat

kesegaran bunga, dan vaselife, namun konsentrasi chitosan berpengaruh nyata

terhadap diameter bunga pada 25 HSP, jumlah petal bunga membuka pada 15 dan

25 HSP dan larutan yang diserap bunga pada saat holding.

Diameter Bunga. Berdasarkan data hasil analisis (Tabel 8) terlihat bahwa

perlakuan larutan pulsing akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm berpengaruh nyata

meningkatkan diameter bunga potong anyelir pada 13 sampai 19 HSP. Pada 20

dan 21 HSP perlakuan larutan pulsing tidak berpengaruh nyata terhadap diameter

bunga potong kemudian pada 22 sampai 25 HSP komposisi larutan pulsing

(39)

Tabel 8. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage

Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP)

0 5 10 15 20 25 ---cm---

AQ 2.00 3.47 5.22 6.13 b 6.06 5.11 bc

AQ + S 3% 1.99 3.55 5.70 6.39 ab 6.17 4.79 c

AQ + S 3%+SA

100 ppm 2.09 3.71 5.76 6.47 a 6.40 5.35 abc

AQ + S 3%+BAP

5 ppm 2.03 3.62 5.86 6.56 a 6.59 5.79 a

AQ + S 3%+SA 100 ppm+BAP 5 ppm

1.91 3.47 5.64 6.30 ab 6.40 5.53 ab

uji F tn tn tn * tn *

Chitosan (ppm)

0 1.99 3.36 5.56 6.37 6.31 5.56 a

0.1 1.98 3.46 5.75 6.41 6.44 5.34 ab

0.5 1.99 3.86 5.71 6.31 6.09 4.87 b

1 2.05 3.58 5.51 6.40 6.46 5.49 a

uji F tn tn tn tn tn *

Interaksi tn tn tn tn ** *

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. HSP:hari setelah panen. tn) : tidak berpengaruh nyata *) : berpengaruh nyata pada taraf 5%

**) : berpengaruh nyata pada taraf 1 %

Perlakuan larutan pulsing dapat meningkatkan diameter bunga potong

anyelir sampai hari ke 18, setelah itu diameter mengalami penurunan sampai

bunga layu. Interaksi yang sangat nyata antara pemberian larutan pulsing dengan

berbagai konsentrasi chitosan terhadap diameter bunga, terjadi pada 20 HSP.

Interaksi yang nyata terjadi saat 25 HSP,sedangkan pada 0, 5, 10, dan 15 HSP

terjadi interaksi yang tidak nyata. Berdasarkan Tabel 9, interaksi pemberian

perlakuan pulsing akuades+sukrosa 3%+BAP 5 dan chitosan 0 ppm menunjukkan

diameter terlebar dibandingkan chitosan 0.1, 0.5, dan 1 ppm pada 20 dan 25 HSP.

(40)

diameter bunga potong anyelir. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan larutan

pulsing akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm tanpa chitosan mampu meningkatkan

ukuran diameter bunga.

Tabel 9. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir Pengaruh Interaksi Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage

Larutan Pulsing Chitosan (ppm)

0 0.1 0.5 1

---20 HSP---

AQ 6.36 Aa 6.28 Aa 5.31 Bb 6.27 Aa

AQ+sukrosa 3% 5.03 Bb 6.69 Aa 6.62 Aa 6.36 Aa

AQ+sukrosa 3%+SA

100 ppm 6.69 Aa 6.50 Aa 5.86 Aab 6.54 Aa

AQ+sukrosa 3%+BAP

5 ppm 6.80 Aa 6.64 Aa 6.19 Aab 6.75 Aa

AQ+sukrosa 3%+SA

100 ppm+BAP 5 ppm 6.67 Aa 6.09 Aa 6.46 Aab 6.38 Aa ---25 HSP---

AQ 5.31 Aba 5.38 ABa 4.27 Bb 5.46 Aa

AQ+sukrosa 3% 4.08 Ab 5.19 Aa 4.77 Aab 5.12 Aa AQ+sukrosa 3%+SA

100 ppm 5.91 Aa 5.87 Aa 4.22 Bb 5.40 Aa

AQ+sukrosa 3%+BA 5

ppm 6.44 Aa 5.56 Aa 5.35 Aab 5.83 Aa

AQ+sukrosa 3%+SA

100 ppm+BA 5 ppm 6.09 Aa 4.67 Ba 5.74 Aba 5.62 Aba Keterangan : Nilai yang diikuti huruf kapital pada baris (pulsing) yang sama atau huruf kecil pada

kolom (chitosan) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. HSP:hari setelah panen.

Jumlah Petal Bunga Membuka. Pengamatan terhadap jumlah petal

bunga membuka pada bunga anyelir dilakukan dengan cara menghitung jumlah

petal membuka pada bunga setiap pengamatan. Berdasarkan data hasil uji statistik

yang ditampilkan pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa perlakuan larutan pulsing

akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah

petal bunga membuka pada 21 HSP sampai 25 HSP. Chitosan 0.1 ppm

berpengaruh nyata pada 15 HSP dan chitosan 0 ppm berpengaruh sangat nyata

pada 25 HSP. Interaksi perlakuan larutan pulsing akuades+sukrosa 3%+BAP 5

ppm dan chitosan 0 ppm berpengaruh sangat nyata pada 25 HSP. Perlakuan

(41)

bunga hingga jumlah petal bunga masih membuka pada 25 HSP dengan jumlah

petal bunga terbanyak.

Tabel 10. Rata-rata Jumlah Petal Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage

Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP)

0 5 10 15 20 25

AQ 0.00 0.50 5.83 13.83 12.08 2.08c

AQ + S 3% 0.00 0.41 7.91 14.41 14.08 1.41c

AQ + S 3%+SA

100 ppm 0.00 0.50 8.00 13.41 12.58 2.91bc

AQ + S

3%+BAP 5 ppm 0.00 0.66 7.83 14.00 16.25 8.25a

AQ + S 3%+SA 100 ppm+BAP 5 ppm

0.00 0.25 7.50 13.33 14.50 4.50b

uji F tn tn tn tn tn **

Chitosan (ppm)

0 0.00 0.06 6.60 12.86b 14.00 6.40a

0.1 0.00 0.53 8.26 15.60a 17.46 4.40ab

0.5 0.00 0.73 8.13 13.40b 11.93 1.93c

1 0.00 0.53 6.66 13.33b 12.20 2.60bc

uji F tn tn tn * tn **

Interaksi tn tn tn tn tn **

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. HSP:hari setelah panen. tn) : tidak berpengaruh nyata, *) : berpengaruh nyata pada taraf 5%,

**) : berpengaruh nyata pada taraf 1 %

Tabel 11. Rata-rata Jumlah Petal Membuka Bunga Potong Anyelir Pengaruh Interaksi Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage

Larutan Pulsing Chitosan (ppm)

0 0.1 0.5 1

---25 HSP---

AQ 2.00 Ac 3.33Abc 0.00 Ab 3.00 Aa

AQ+sukrosa 3% 2.00 Ac 2.33Abc 0.66 Ab 0.66 Aa

AQ+sukrosa 3%+SA

100 ppm 4.66Abc 4.66Aab 0.00 Ab 2.33 Aa

AQ+sukrosa 3%+BAP

5 ppm 14.00Aa 11.66Aa 2.00 Bb 5.33Aba

AQ+sukrosa 3%+SA

(42)

Interaksi yang sangat nyata antara pemberian larutan pulsing dengan

berbagai konsentrasi chitosan terhadap jumlah petal bunga membuka, terjadi pada

25 HSP. Berdasarkan Tabel 11, interaksi perlakuan larutan pulsing

akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm dan chitosan 0.5 ppm menunjukkan bahwa

jumlah petal terkecil dibandingkan dengan konsentrasi chitosan 0, 0.1, dan 1 ppm

pada 25 HSP. Pada perlakuan konsentrasi chitosan 0 ppm dan larutan pulsing

akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm menunjukkan jumlah petal bunga terbanyak

dibandingkan perlakuan pulsing lainnya. Pemberian pulsing dapat meningkatkan

jumlah petal bunga yang membuka hingga 18 HSP.

Warna Petal Bunga. Berdasarkan hasil uji pengaruh komposisi larutan

pulsing terhadap warna bunga potong anyelir (Tabel 12) dapat diketahui bahwa

dari keempat macam jenis komposisi larutan pulsing yang digunakan, komposisi

larutan pulsing akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm berpengaruh nyata terhadap

warna bunga potong anyelir pada 22 dan 25 HSP, sedangkan perlakuan chitosan

dan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap warna bunga.

Tingkat Kemekaran Bunga. Tingkat kemekaran bunga diukur

menggunakan skoring. Berdasarkan data hasil uji statistik yang ditampilkan pada

Tabel 13 dapat diketahui bahwa interaksi perlakuan pulsing akuades+sukrosa

3%+BAP 5 ppm dengan chitosan 0 ppm berpengaruh nyata terhadap tingkat

kemekaran bunga potong anyelir pada 25 HSP dengan tingkat kemekaran bunga 4.

Perlakuan chitosan tidak berpengaruh terhadap tingkat kemekaran bunga. Hal ini

menunjukkan bahwa larutan pulsing akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm mampu

(43)

 

Tabel 12. Rata-rata Warna Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage

Perlakuan

Hari Setelah Panen (HSP)

0 5 10 15 22 23 S R S R S R S R S R S R

AQ 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 50.5 7.0 52.4 5.0 42.6 5.0 42.5

AQ+sukrosa 3% 7.0 50.4 7.0 50.5 7.0 50.7 7.0 52.4 5.0 38.9 5.0 41.6

AQ+sukrosa 3%+SA 100

ppm 7.0 50.4 7.0 50.5 7.0 52.8 7.0 49.9 6.0 48.8 5.0 46.0

AQ+sukrosa 3%+BA 5

ppm 7.0 50.6 7.0 50.5 7.0 52.9 7.0 52.6 7.0 63.6 7.0 67.5

AQ+sukrosa 3%+SA 100

ppm+BA 5 ppm 7.0 48.1 7.0 48.1 7.0 45.7 7.0 45.2 7.0 58.7 5.0 55.0

H 0.29 0.29 0.81 0.95 10.46 11.26

P 0.99 0.99 0.93 0.91 0.03 * 0.02 *

Chitosan (ppm)

0 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 57.2 7.0 59.7

0.1 7.0 47.1 7.0 47.0 7.0 43.6 7.0 45.2 5.0 46.3 5.0 46.5

0.5 7.0 48.9 7.0 49.0 7.0 51.4 7.0 52.8 5.0 45.3 5.0 45.3

1 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 51.5 7.0 48.9 7.0 53.2 5.0 50.5

H 0.79 0.80 2.20 1.66 2.87 3.83

P 0.85 0.85 0.53 0.64 tn 0.41 tn 0.28 tn

(44)

  Tabel 13. Rata-rata Tingkat Kemekaran dan Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan

Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage

Perlakuan

Hari Setelah Panen (HSP)

0 5 10

Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar

Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R

AQ

0 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 42.4 4.0 50.5 3.0 48.7 4.0 51.5

0.1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 41.4 4.0 51.5 0.5 1.0 50.5 4.0 50.5 3.0 80.4 4.0 50.5 3.0 56.4 4.0 51.5

1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 42.4 4.0 50.5 2.0 26.4 4.0 51.5

AQ+sukrosa 3%

0 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 34.8 4.0 50.5 3.0 34.1 4.0 51.5

0.1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 49.5 4.0 51.5 0.5 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 67.6 4.0 50.5 3.0 59.1 4.0 51.5

1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 49.1 4.0 51.5

AQ+sukrosa 3%+SA 100 ppm

0 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 34.1 4.0 51.5

0.1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 42.4 4.0 50.5 3.0 56.8 4.0 51.5 0.5 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 57.6 4.0 50.5 3.0 51.4 4.0 51.5

1 1.0 50.5 4.0 50.5 3.0 65.2 4.0 50.5 3.0 61.0 4.0 51.5

AQ+sukrosa 3%+BAP 5 ppm

0 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 58.7 4.0 51.5

0.1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 65.2 4.0 50.5 4.0 71.4 4.0 51.5 0.5 1.0 50.5 4.0 50.5 1.0 34.8 4.0 50.5 3.0 49.5 4.0 51.5

1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 56.4 4.0 51.5

AQ+sukrosa 3%+SA 100 ppm+BAP 5 ppm

0 1.0 50.5 4.0 50.5 1.0 27.2 4.0 50.5 3.0 41.8 4.0 51.5

0.1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 64.1 4.0 51.5 0.5 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 56.4 4.0 51.5

1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 43.7 4.0 51.5

H 0.00 0.00 17.25 0.00 13.95 1.07

P 1.00 1.00 0.57 1.00 0.78 1.00

Keterangan : H = nilai Uji Kruskal Wallis, *) = P value < 0.05, tn) = P value > 0.05, S = skor, R = peringkat

(45)

Tabel 13. (Lanjutan) Rata-rata Tingkat Kemekaran dan Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage

Perlakuan

Hari Setelah Panen (HSP)

15 20 25 Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar

Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R

AQ

0 4.0 46.2 4.0 61.0 5.0 54.1 4.0 64.5 3.0 48.4 2.0 29.2

0.1 4.0 38.7 4.0 61.0 5.0 58.5 4.0 51.0 3.0 51.6 1.0 29.3

0.5 4.0 44.6 4.0 41.4 3.0 17.8 3.0 28.5 2.0 34.1 1.0 24.4

1 3.0 25.3 4.0 49.1 4.0 32.1 4.0 51.0 3.0 48.4 1.0 34.4

AQ+sukrosa 3%

0 3.0 16.9 4.0 49.1 2.0 18.6 2.0 23.0 1.0 16.0 1.0 29.5

0.1 4.0 58.0 4.0 41.4 5.0 61.8 3.0 37.5 3.0 56.0 1.0 34.3

0.5 5.0 73.0 3.0 31.6 5.0 58.5 3.0 46.5 2.0

Referensi

Dokumen terkait

Banyak sekali faktor yang mendukung praktik mengajar ini, diantaranya dukungan dari guru pembimbing, peserta didik dan sekolah. Guru pembimbing memberikan

Instrumen yang mendekati PBB dalam ekonomi Islam ialah kharaj atau pajak atas tanah yang pada terminologi awalnya berlaku pada tanah yang diperoleh kaum muslimin lewat

dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Digunakan juga

Pengetahuan mereka tentang larangan bagi wanita yang sedang haid dan nifas untuk menegakkan shalat: 34 responden menjawab sudah mengetahui (97,14%) dan satu responden (2,85 %) tidak

Jadi ide gagasan konsep yang akan diberikan adalah konsep desain “ green architecture ”, dimana memang green architecture sudah melekat pada konsep tiap pembangunan

Setelah Tema ditetapkan diskusi dosen mendiskusikan penetapan dosen model yang akan mengampu open class mata kuliah Language Assessment, penyusunan lesson design

Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

B. Dana Bantuan Pemerintah Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa Dana Bantuan Pemerintah PPID merupakan dana operasional kegiatan yang dialokasikan di kecamatan dan digunakan