• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventori data pascapanen dan ekstraksi minyak jarak pagar (Jatropha curcas Linn.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inventori data pascapanen dan ekstraksi minyak jarak pagar (Jatropha curcas Linn.)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTORI DATA PASCAPANEN DAN EKSTRAKSI

MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.)

SKRIPSI

DANIEL PRAMUDITA

F14061871

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

Data Inventory of Postharvest and Extraction of Jatropha curcas Oil

Daniel Pramudita and Armansyah H. Tambunan

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, Bogor, West Java, Indonesia.

e-mail: leinad.atidumarp@gmail.com

ABSTRACT

Decreasing stock of petroleum and the global warming it causes has led to the development of production technology of plant oil, such as Jatropha curcas Linn. In Indonesia, it also is supported by national policy of plant oil as biodiesel. J. curcas is suitable for Indonesia since it can grow well in dry and marginal lands. Plant oil production causes concerns that it consumes large amount of conventional fuels, fertilizers, and pesticides, so that it will harm the ecosystem. Life cycle assessment can be used to quantify how beneficial the oil production is in terms of energy use and emission released to environment. The purpose of this research is to develop a data inventory of postharvest and extraction of Jatropha curcas oil, and a program for simulation of the process. In this analysis, some simulations were done in transportation and oil extraction phases. Emissions of process were calculated from its energy consumption. Then, environmental impacts were calculated from the emissions. Results showed the process releasing least emission per litre CJCO was process where fruits were peeled on farms and seeds were grinded before extraction.

Keywords: Jatropha curcas oil, life cycle assessment, data inventory, simulation, energy, emission

ABSTRAK

Penurunan persediaan minyak dalam perut bumi dan pemanasan global yang disebabkan pemakaiannya membuat teknologi produksi minyak dari tanaman seperti jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) mulai dikembangkan. Hal juga dilakukan di Indonesia, ditandai dengan dikeluarkannya kebijakan nasional tentang penyediaan bahan bakar nabati dalam bentuk biodiesel. Jarak pagar sangat cocok untuk dikembangkan di Indonesia karena selain merupakan tanaman non pangan, jarak pagar dapat tumbuh dengan baik di tanah kering dan lahan marjinal. Produksi minyak dari tanaman menimbulkan kekhawatiran akan pemakaian bahan bakar konvensional, pupuk, dan pestisida yang tinggi, dan dampak yang ditimbulkannya ke ekosistem. Life cycle assessment (LCA) dapat digunakan untuk mengukur seberapa menguntungkannya produksi minyak jarak pagar dalam hal penggunaan energi dan emisi yang ditimbulkannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat suatu inventori data pascapanen dan ekstraksi minyak jarak pagar yang dapat disimulasikan dalam suatu program. Dalam analisis ini dilakukan beberapa simulasi yaitu pada subproses transportasi bahan dan ekstraksi minyak. Emisi dari proses dihitung dari konsumsi energi di setiap tahapan proses yang dilalui. Dari nilai emisi yang diperoleh, besarnya dampak-dampak lingkungan yang disebabkannya dapat dihitung. Hasil analisis menunjukkan bahwa proses ekstraksi minyak jarak pagar menghasilkan emisi per liter minyak paling rendah jika buah dikupas lebih dulu di lahan dan bijinya dibuat jadi tepung sebelum diekstraksi minyaknya.

(3)

DANIEL PRAMUDITA. F14061871. Inventori Data Pascapanen dan Ekstraksi Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) Mentah. Di bawah bimbingan Armansyah H. Tambunan. 2011.

RINGKASAN

Cepatnya peningkatan kebutuhan manusia akan sumber energi, khususnya bahan bakar fosil

berupa minyak bumi, mengakibatkan persediaan minyak dalam perut bumi semakin berkurang.

Pemakaian bahan bakar fosil sebenarnya juga berefek negatif bagi lingkungan karena mempercepat

terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu teknologi produksi minyak dari tanaman (plant oil) sebagai salah satu sumber energi terbarukan mulai dikembangkan. Salah satu tanaman non pangan

yang dapat menghasilkan minyak adalah jarak pagar (Jatropha curcas Linn.). Jarak pagar memiliki rendemen minyak biji tinggi (23% - 35%) dan dapat tumbuh di daerah kering dan lahan marjinal.

Hal penting yang perlu dikaji dalam produksi minyak jarak pagar secara besar adalah

prospek ekonominya, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial masyarakat, dan dampaknya terhadap

lingkungan alam. Evaluasi dampak-dampak dari setiap tahapan, mulai dari awal sampai akhir, dari

suatu proses dapat dilakukan dengan Life Cycle Assessment (LCA). LCA memerlukan adanya data yang lengkap mengenai suatu proses, dalam batasan yang hendak dievaluasi, sebagai bahan analisis.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan suatu inventori data dari data-data pascapanen dan

ekstraksi minyak jarak pagar (crude Jatropha curcas oil, CJCO) yang dikoleksi, diseleksi, dan dianalisis. Inventori data ini akan disimpan dalam suatu program komputer yang juga dapat

memodifikasi data masukan yang digunakan.

Analisis data proses dimulai dengan menentukan terlebih dulu subproses yang akan dilalui

dari simulasi-simulasi yang dilakukan. Buah hasil panen akan dikupas daging buahnya untuk diambil

bijinya. Jika pengupasan dilakukan di pabrik, maka yang ditransportasikan adalah buahnya, sedangkan

jika pengupasannya di lahan berarti bijinya yang diangkut ke pabrik. Biji kemudian dikeringkan

sebelum diekstraksi minyaknya. Bahan masukan untuk ekstraksi dapat berupa biji utuh, tepung biji,

atau tepung kernel. Jika bahan dalam bentuk tepung, maka harus dilakukan grinding sebelum ekstraksi. Untuk membuat tepung kernel, kernel harus dipisah dari cangkang biji terlebih dulu.

Kebutuhan energi dari sumber energi yang digunakan pada tiap subproses dihitung

berdasarkan data spesifikasi dan pengujian yang telah dilakukan. Dari nilai kebutuhan energi ini dapat

dihitung besarnya senyawa-senyawa emisi yang dihasilkan berdasarkan nilai faktor emisi yang

dikeluarkan oleh International Panel on Climate Change. Dengan menggunakan nilai ekuivalensi dampak lingkungan yang dikompilasi dalam CML-IA Database versi 3.9, dari nilai emisi tersebut

dapat dihitung besarnya nilai dampak-dampak lingkungan yang disebabkan. Dampak lingkungan yang

dianalisis dalam penelitian ini adalah global warming potential (GWP100), ozone depletion potential,

(4)

Selain emisi dan dampak lingkungan, yang menjadi fokus adalah pemakaian energi proses.

Dari jumlah energi tersebut, ada bagian yang berupa energi terbarukan, yaitu energi dari matahari

yang digunakan pada pengeringan dengan alat pengering tipe efek rumah kaca (ERK). Persentase

energi terbarukan dari keseluruhan energi yang dibutuhkan disebut sebagai renewability. Rangkaian proses yang dianalisis menghasilkan sumber energi dalam bentuk CJCO sebagai produk utama dan

waste dari ekstraksinya. Jika waste juga digunakan sebagai bahan bakar untuk proses produksi, maka dapat dihitung seberapa energi produksi nettonya.

Analisis yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan pengeluaran emisi

akan lebih sedikit jika buah dikupas di lahan (biji diangkut ke pabrik). Pengepresan dengan emisi dan

dampak lingkungan paling sedikit sampai paling besar adalah berturut-turut pengepresan tepung biji,

pengepresan tepung kernel, pengepresan dengan pengepres double stage screw dan pengepresan dengan pengepres single stage screw. Ekstraksi minyak dari biji utuh dengan pengepres single stage screw menghasilkan CJCO paling sedikit, yaitu 65.09 l/ton buah. Akan tetapi, jika diperhitungkan penggunaan waste sebagai bahan bakar, yang paling hemat energi per liter CJCO-nya adalah proses

(5)

INVENTORI DATA PASCAPANEN DAN EKSTRAKSI

MINYAK JARAK PAGAR (

Jatropha curcas Linn

.)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Jurusan Teknik Mesin dan Biosistem

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Daniel Pramudita

F14061871

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

ii

Judul Skripsi : Inventori Data Pascapanen dan Ekstraksi Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)

Nama : Daniel Pramudita

NIM : F14061871

Menyetujui,

Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr.

NIP. 19620918 198703 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Desrial, M. Eng

NIP 19661201 199103 1 004

(7)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Inventori Data

Pascapanen dan Ekstraksi Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) adalah hasil karya saya

sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Yang membuat pernyataan

Daniel Pramudita

(8)

iv

© Hak cipta milik Daniel Pramudita, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

(9)

v

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1987 sebagai

anak pertama dari Mardhonius Supardiyono dan Rita Marleta Dewi.

Tahun 2000 penulis lulus dari SD Mater Dei Pamulang dan kemudian

menyelesaikan studi di SLTP Mater Dei pada tahun 2003. Selanjutnya

penulis lulus dari jurusan IPA SMUN 34 Jakarta pada tahun 2006 dan

kemudian melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi di

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Setahun kemudian penulis diterima sebagai mahasiswa

Departemen Teknik Pertanian IPB. Selama di IPB penulis aktif di

berbagai organisasi seperti Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (sebagai anggota Biro Pendidikan dan

Pengembangan periode 2007-2008), Paduan suara KEMAKI (Puella Domini), dan IAAS LC IPB

(sebagai anggota Department of Human Resources and Development periode 2007-2009). Penulis

juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisika Dasar (2007-2008) dan Gambar Teknik

(2010). Pada tahun ajaran 2008-2009 penulis berkesempatan mengikuti program pertukaran pelajar

URSEP di University of the Ryukyus, Okinawa. Di sana penulis aktif dalam organisasi Okinawa

International Cultural Exchange Seinenkai (OICES). Tahun 2010 penulis melakukan praktik lapangan

di Pabrik Gula Tjoekir, Jombang dengan judul laporan “Aspek Teknik dan Energi dalam

Pengolahan Gula Tebu di PT. Perkebunan Nusantara X (PERSERO) Unit Pabrik Gula Tjoekir,

(10)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat karunia dan

perlindunganNya selama penulis melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian dan penulisan skripsi.

Penelitian dengan judul “Inventori Data Pascapanen dan Ekstraksi Minyak Jarak Pagar

(Jatropha curcas Linn.)” ini dilaksanakan di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

dari April sampai dengan Juli 2011. Skripsi ini berisi analisis data proses dan inventori data emisi dan

dampak lingkungan dari pascapanen dan ekstraksi minyak jarak pagar (Jatropha curcas Linn). Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan dan nasihat hidup kepada penulis sejak persiapan hingga

pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan akhir.

2. Bapak Dr. Ir. Parlaungan Adil Rangkuti dan Dr. Ir Lilik Pujantoro, M.Agr. selaku dosen penguji

atas saran dan masukan yang telah diberikan.

3. Bapak Mardison dari Balai Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pertanian yang telah

membantu penulis memahami proses ekstraksi minyak jarak pagar dan memperoleh data dari

laporan penelitian yang telah dilakukan.

4. Keluarga tercinta (bapak, mama, Cia, dan Betu) yang telah memberikan doa, dukungan semangat,

dan masukan.

5. Teman-teman Maksiater’z (Ferry, Justian, Adit, Rio, Wendhy, Glen, Gana, dan Bayang) yang

telah menjadi teman terbaik sejak masa tingkat persiapan bersama.

6. Diana Rumondang yang telah memberi bantuan dan dukungan moral selama pelaksanaan

penelitian dan penyusunan laporan akhir.

7. Teman-teman satu bimbingan (Tetty, Dian, Mas Furqon, Kak Sulastri, Mas Bayu, Bang Kiman,

Pak James, dan Pak Lamhot) yang telah membantu dan memberi masukan untuk penelitian ini.

8. Mas Firman dan Mas Darma yang telah memberi bantuan teknis dan informasi selama penelitan.

9. Keluarga besar TEP 43 dan TEP 44 (Ensemble) yang telah menemani dan membantu penulis

tumbuh dan belajar selama masa perkuliahan di jurusan Teknik Pertanian.

10. Teman-teman KEMAKI, IAAS LC IPB, dan Panitia Natal CIVA 2007 dan 2009 yang telah

membantu penulis mengembangkan diri selama masa studi di IPB.

11. Teman-teman kosan Joglo, Wisma Asri, dan Perwira 43 atas dukungan dan bantuannya.

Penulis berharap semoga laporan akhir penelitian ini dapat menjadi literatur yang

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Agustus 2011

(11)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) ... 3

B. Life Cycle Assessment (LCA) ... 8

III. METODOLOGI ... 13

A. Waktu dan Tempat ... 13

B. Alat dan Bahan ... 13

C. Batasan Penelitian ... 13

D. Tahapan Penelitian ... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

A. Hasil Pemilihan Data ... 17

B. Analisis Data Tiap Subproses ... 18

C. Dampak Lingkungan dari Proses Produksi Minyak Jarak Pagar Mentah ... 20

D. Perbandingan Nilai Dampak Lingkungan dari Simulasi yang Dilakukan... 22

E. Aspek Energi dari Proses Produksi Minyak Jarak Pagar Mentah ... 28

F. Program Pengolah Data untuk LCI Produksi Minyak Jarak Pagar Mentah ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tanaman, daun, dan buah jarak pagar ... 3

Gambar 2. Daur hidup Jatropha curcas Linn. sampai pemakaian biodiesel ... 4

Gambar 3. Bibit stek jarak pagar ... 5

Gambar 4. Bibit jarak pagar yang baru dipindahkan ke lahan ... 6

Gambar 5. Proses produksi minyak jarak pagar mentah ... 8

Gambar 6. Tahapan-tahapan Life Cycle Assessment dalam ISO 14040-14043 ... 9

Gambar 7. Diagram alir pelaksanaan penelitian ... 14

Gambar 8. Perbandingan nilai GWP100 dari transportasi buah dan transportasi biji ... 21

Gambar 9. Perbandingan nilai GWP100 dari proses dengan pengepresan single stage screw dan dengan pengepresan double stage screw ... 21

Gambar 10. Perbandingan nilai GWP100 dari transportasi buah dan transportasi biji ... 22

Gambar 11. Perbandingan nilai GWP100 dari tiap simulasi proses... 23

Gambar 12. Perbandingan nilai human toxicity dari tiap simulasi proses ... 23

Gambar 13. Perbandingan nilai freshwater aquatictoxicity dari tiap simulasi proses ... 24

Gambar 14. Perbandingan nilai marine aquatictoxicity dari tiap simulasi proses... 25

Gambar 15. Perbandingan nilai terrestrial ecotoxicity dari tiap simulasi proses ... 26

Gambar 16. Perbandingan nilai photochemical oxidation dari tiap simulasi proses ... 26

Gambar 17. Perbandingan nilai acidification dari tiap simulasi proses... 27

Gambar 18. Perbandingan nilai eutrophication dari tiap simulasi proses ... 27

Gambar 19. Perbandingan nilai ELU dari tiap simulasi proses ... 28

Gambar 20. Perbandingan nilai energi proses produksi dari tiap simulasi proses ... 30

Gambar 21. Perbandingan nilai renewability dari tiap simulasi proses ... 30

Gambar 22. Perbandingan nilai energi waste dari tiap simulasi proses ... 31

Gambar 23. Perbandingan nilai energi produk dari tiap simulasi proses... 31

Gambar 24. Perbandingan nilai energi netto dari tiap simulasi proses ... 32

Gambar 25. Tampilan jendela utama aplikasi ... 32

Gambar 26. Tampilan jendela environmental impact dari semua simulasi yang dilakukan . 33 Gambar 27. Tampilan jendela energi dari semua simulasi yang dilakukan ... 34

Gambar 28. Tampilan jendela data emisi dari semua simulasi yang dilakukan ... 34

Gambar 29. Tampilan jendela simulasi proses yang dipilih ... 35

Gambar 30. Tampilan jendela LCI dari simulasi proses yang dipilih ... 35

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Urutan subproses yang dilalui dari tiap simulasi proses ... 15

Tabel 2. Data literatur untuk pengolahan data proses ... 17

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Properti crude Jatropha curcas oil (CJCO) dan cangkang biji Jatropha curcas

Linn. ... 41

Lampiran 2. Faktor emisi sumber energi ... 42

Lampiran 3. Nilai ekuivalensi dampak-dampak lingkungan dari senyawa-senyawa emisi ... 43

Lampiran 4. Perhitungan data subproses transportasi buah ... 44

Lampiran 5. Perhitungan data subproses pengupasan buah ... 45

Lampiran 6. Perhitungan data subproses transportasi biji ... 46

Lampiran 7. Perhitungan data subproses pengeringan biji ... 47

Lampiran 8. Spesifikasi decorticator dan grinder biji dan kernel ... 48

Lampiran 9. Perhitungan data subproses decorticating ... 49

Lampiran 10. Perhitungan data subproses grinding biji dan kernel ... 50

Lampiran 11. Perhitungan data subproses pengepresan biji utuh ... 52

Lampiran 12. Perhitungan data subproses pengepresan tepung biji dan tepung kernel ... 54

Lampiran 13. Perhitungan data subproses pemanfaatan waste ... 56

Lampiran 14. Inventori data emisi simulasi produksi minyak jarak pagar mentah ... 59

Lampiran 15. Hasil analisis dampak lingkungan (midpoint damage) simulasi produksi minyak jarak pagar mentah ... 60

(15)

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Dalam dunia modern dimana teknologi terus berkembang, kebutuhan manusia akan sumber

energi semakin terasa. Produksi dan konsumsi minyak komersial terus meningkat seiring

perkembangan teknologi dan ekonomi di negara maju dan berkembang. Jika melihat laju

peningkatan konsumsi saat ini, kebutuhan minyak bumi akan mencapai puncaknya pada tahun

2015 (Santosa, 2005). Seiring waktu, mulai disadari bahwa persediaan minyak dalam perut bumi

semakin berkurang. Pemakaian bahan bakar fosil juga berpengaruh besar terhadap lingkungan,

dalam kaitannya dengan pemanasan global. Dunia mulai mengalihkan perhatiannya pada

sumber-sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Teknologi produksi minyak dari tanaman

(plant oil) mulai dikembangkan untuk menghasilkan bahan bakar nabati (BBN) sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM).

Sudah banyak tanaman yang menjadi sumber BBN. Di USA, biji bunga matahari diperas

untuk menghasilkan minyak. Di Brazil, bioetanol diproduksi dari tebu dan sudah dikomersialkan

sebagai campuran BBM. Di Indonesia juga ada beberapa tanaman yang potensial sebagai sumber

BBN. Yang paling banyak ada tentu saja kelapa sawit. Pemakaian kelapa sawit sebagai sumber

BBN menimbulkan masalah, karena tanaman ini juga digunakan untuk produksi bahan-bahan

pangan. Karena itu, tanaman non pangan lebih disarankan untuk dijadikan sumber BBN.

Salah satu tanaman non pangan yang dapat menghasilkan minyak adalah jarak pagar

(Jatropha curcas Linn.). Jarak pagar lebih disukai dibanding tanaman lain di Indonesia karena rendemen minyaknya paling tinggi, yaitu sekitar 25% - 35%. Keuntungan lainnya, jarak pagar

dapat dikembangkan di daerah kering dan lahan marjinal, sehingga cocok dikembangkan di

daerah-daerah transmigrasi dan lahan-lahan kritis (Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan, 2007).

Pengembangan minyak jarak di Indonesia juga didukung oleh kebijakan pemerintah dalam

rangka menjamin pasokan energi dalam negeri. Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2006 tentang

kebijakan energi nasional menyebutkan bahwa penyediaan biofuel pada tahun 2025 minimal 5%

dari kebutuhan energi nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian pada

tahun 2006 melakukan pengembangan kebun bibit jarak di 14 provinsi, termasuk bibit tanaman

dan unit mesin pemroses biji jarak. Balitbang juga sudah mengembangkan teknologi perbanyakan

jarak dengan kultur jaringan. Ke depannya, diharapkan jarak pagar dapat diproduksi dalam jumlah

besar di Indonesia.

Produksi minyak jarak pagar secara besar-besaran harus direncanakan secara matang. Hal

penting yang perlu dikaji adalah prospek ekonominya, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial

masyarakat, dan dampaknya terhadap lingkungan alam. Untuk hal yang disebutkan terakhir ini,

Indonesia mulai mendapat sorotan akibat adanya rencana untuk mengembangkan perkebunan

kelapa sawit dalam skala besar. Ada semacam tuduhan miring bahwa produksi kelapa sawit

(16)

2

diserap dan besarnya emisi yang dikeluarkan. Hal serupa juga mungkin terjadi jika kelak

pemerintah mencanangkan penanaman jarak pagar dalam skala besar.

Dampak terhadap lingkungan dari setiap kegiatan manusia, khususnya industri, mulai

mendapat perhatian besar dari komunitas internasional. Teknik manajemen lingkungan yang

sudah dikembangkan oleh negara-negara maju dan diprediksi akan memegang peranan penting di

masa depan adalah Life Cycle Assessment (LCA). LCA pada dasarnya adalah suatu tool untuk mengevaluasi dampak-dampak dari setiap tahapan, mulai dari awal sampai akhir, dari suatu proses.

LCA memerlukan adanya data yang lengkap mengenai suatu proses, dalam batasan yang hendak

dievaluasi, sebagai bahan analisis. Oleh karena itu, adanya Life Cycle Inventory dalam bentuk

database yang dipadukan dengan pemodelan menjadi hal yang sangat penting. Negara-negara maju di Eropa, USA, dan Jepang sudah berada di garis terdepan. Di ASEAN, Thailand menjadi

pelopor LCA, dan saat ini Malaysia pun sudah mulai mengembangkannya.

Indonesia sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia tentunya juga harus mulai

menerapkan LCA, terlebih setelah adanya isu mengenai kerusakan alam akibat kelapa sawit. LCA

untuk jarak pagar nantinya akan mencakup seluruh tahapan mulai dari budidaya, pengepresan

minyak, hingga produksi biodiesel, atau bahkan sampai ke pemakaiannya. Sebagai langkah awal,

LCA dapat diterapkan pada proses produksi minyak jarak pagar mentah (crude Jatropha curcas oil), yaitu proses pascapanen hingga menghasilkan minyak jarak, yang sudah dilakukan hingga saat ini. Masalahnya adalah data yang tersedia di lapangan belum diketahui kecukupannya dan

juga belum terorganisasi. Oleh karena itu diperlukan inventarisasi data yang nantinya dapat

dimanfaatkan untuk penelitian-penelitian LCA jarak pagar selanjutnya.

B.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Membuat suatu inventori data dari data-data pascapanen dan ekstraksi minyak jarak pagar

yang dikoleksi, diseleksi, dan dianalisis.

2. Mengembangkan suatu program yang mampu menyimpan dan memodifikasi data LCI

(17)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Jarak Pagar (

Jatropha curcas Linn.

)

Jatropha curcas Linn. termasuk famili Euphorbiaceae, genus Jatropha, spesies

Jatropha curcas. Jarak pagar merupakan tanaman semak besar berbentuk pohon kecil atau belukar dengan tinggi mencapai 5 m, berbatang kayu berbentuk silindris, bercabang tidak teratur

dan bergetah, dan memiliki bentuk daun menjari yang tersusun selang-seling. Tanaman ini dapat

hidup sampai dengan 50 tahun. Jarak pagar merupakan tanaman yang tidak tahan cuaca dingin,

namun juga tidak sensitif terhadap panjang hari. Jarak merupakan tanaman xerophytic yang beradaptasi dengan baik pada kondisi-kondisi arid dan semi-arid (Direktorat Budidaya Tanaman

Tahunan Deptan, 2007).

Dari eksplorasi pendahuluan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan (Puslitbangbun), jarak pagar di Indonesia memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:

 bunga : umumnya uniseksual

 kulit batang : keperak-perakan, hijau kecoklatan

 warna daun : hijau muda, hijau tua

 pucuk dan tangki daun : kemerahan, kehijauan

 bentuk buah : agak elips, bulat

 jumlah biji per buah : 1 - 4 (umumnya 3)

Gambar 1. Tanaman, daun, dan buah jarak pagar.

(sumber: Irwanto, 2006)

Sejauh ini, jarak pagar sudah dimanfaatkan oleh manusia untuk dalam beberapa hal.

Nama jarak pagar sendiri berasal dari penggunaannya sebagai tanaman pembatas atau pagar di

banyak tempat. Daun jarak pagar memang tidak disukai hewan sehingga biasanya tidak rusak

(18)

4

yang saat ini dirasa paling penting dan mulai mendapat perhatian lebih adalah minyak dalam

bijinya yang dapat dijadikan bahan bakar nabati.

Gambar 2. Daur hidup Jatropha curcas Linn. sampai pemakaian biodiesel

1. Pembibitan

Pembibitan jarak dapat dilakukan dari biji atau stek. Tanaman yang berasal dari biji

dapat hidup lebih lama dan produksi minyaknya lebih tinggi daripada tanaman asal stek.

Tanaman dari bibit stek tumbuh lebih cepat, dan biasanya digunakan sebagai tanaman pagar

dan pencegah erosi.

Perkecambahan biji dilakukan dengan cara merendam biji-biji yang telah terpilih

terlebih dahulu di dalam air selama semalam. Setelah itu, biji-biji dimasukkan ke dalam

media pasir yang akan berkecambah setelah 7 hari. Bibit dapat dipindahkan ke polybag

setelah 2 minggu berkecambah, dengan menanam sedalam 10-15 cm bibit tersebut ke dalam

polybag. Biji dapat pula dikecambahkan langsung di dalam polybag atau ditanam langsung di lahan.

Spesifikasi persyaratan mutu bibit dari biji adalah sebagai berikut.

 Sumber benih : kebun induk

 Umur : 2-3 bulan

 Tingi bibit : minimal 30 cm

 Diameter batang : minimal 15 mm  Kesehatan bibit : bebas OPT  Jumlah daun : minimal 5 helai

Pembibitan non biji dilakukan dengan stek yang dimasukkan sedalam 15 cm ke dalam

polybag. Persyaratan mutu steknya adalah sebagai berikut.

 Sumber benih : pohon induk yang sudah stabil produksinya, berusia minimal 4 tahun  Panjang : minimal 30 cm, disarankan 40- 50 cm

 Diameter : 1,5-2,5 cm (berkayu)

 Warna : keabu-abuan

 Kesegaran : segar, tidak kering dan keriput

Bibit dari stek yang sudah cukup memenuhi syarat dapat dipindahkan ke lahan. Spesifikasi

persyaratan mutu bibit dari stek (grafting, ex-vitro dan in-vitro) adalah sebagai berikut.

 Umur : 2 - 3 bulan

 Tinggi bibit : minimal 30 cm Pembibitan

dan penanaman

Pemeliharaan dan pemanenan

Pemakaian

biodiesel Ekstraksi

minyak

Produksi

(19)

5

 Diameter batang : minimal 1 cm  Kesehatan bibit : bebas OPT  Jumlah daun : minimal 5 helai

Gambar 3. Bibit stek jarak pagar.

(sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006)

2. Penanaman

Jarak pagar tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dengan ketinggian 0 - 1,700 m

dpl dan suhu 11 – 38 oC. Kisaran curah hujan daerah optimalnya 900 - 1,200 mm/tahun.

Tanaman jarak dapat tumbuh semua jenis tanah, termasuk pada tanah yang kurang subur. pH

tanah yang baik untuk pertumbuhannya adalah 5.0 – 6.5. Tanaman jarak tidak sesuai dengan

tanah basah, sehingga lahannya harus memiliki aerasi dan drainase yang baik (tidak

tergenang). Jika dilihat dari pertumbuhan dan hasil minyak bijinya, jenis tanah yang paling

baik untuk pertumbuhan jarak adalah tanah lempung berpasir dengan kandungan pasir 60% -

90%. Jarak pagar merupakan tanaman lahan kering dan di Indonesia tanaman ini dapat

dibudidayakan di daerah yang tidak cocok bagi pengembangan kelapa sawit.

Penanaman bibit ke lahan dilakukan dengan setelah dilakukan pengolahan tanah

terlebih dahulu. Jarak pagar ditanam dengan jarak tanam ideal 2 m x 2 m untuk menghindari

persaingan dalam memanfaatkan unsur hara, air, dan sinar matahari. Lubang tanam dibuat

dibuat dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm. Tanah galian dipisahkan antara tanah bagian

atas (topsoil) dan tanah bagian bawah (subsoil). Tanah bagian atas diletakkan di sebelah utara lubang tanam dan tanah bagian bawah di sebelah selatan lubang tanam. Selanjutnya

lubang tanam dibiarkan selama 2-3 minggu. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan.

Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang (1-2 kg/lubang) dan pupuk buatan (urea

20 g, SP-36 50 g, dan KCl 10 g). Khusus urea diberikan dua kali, yaitu 10 g pada saat tanam

dan 10 g sisanya pada 1 bulan kemudian. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam setelah

(20)

6

Gambar 4. Bibit jarak pagar yang baru dipindahkan ke lahan.

(sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006)

3. Pemeliharaan

Selama pemeliharaan harus dilakukan penyiangan untuk mencegah berkembangnya

gulma di sekitar tanaman. Penyiangan dilakukan 20 hari setelah tanam dan sekali setiap 3 - 4

bulan. Jarak pagar tidak tumbuh dengan baik jika kadar air tanahnya terlalu tinggi. Kontrol

kadar air dapat dilakukan dengan mengolah ringan tanah di antara tanaman. Pengolahan

tanah akan menggemburkan tanah di sekitar perakaran sehingga aerasi juga tetap terjaga.

Untuk lahan tidak subur, pemupukan perlu dilakukan di sekitar lubang tanam selama

pemeliharaan. Pupuk yang digunakan dapat berupa kompos atau pupuk kandang yang

ditambah pupuk buatan. Takaran pupuk buatan untuk tanaman jarak pagar pada tahun kedua

dan seterusnya adalah urea 50 kg, SP-36 150 kg, dan KCl 30 kg/ha. Pupuk disebarkan di

sekeliling tanaman tepat di ujung tajuk terluar. Tanaman perlu pula diberi pupuk kandang

dengan takaran 2.5 - 5 ton/ha (1 - 2 kg/tanaman).

Pemangkasan pada tanaman jarak pagar terutama ditujukan untuk membentuk kanopi

seperti semak atau payung. Hal ini penting karena tanaman jarak pagar berbunga terminal,

sehingga jumlah cabang akan menentukan produksi buah dan biji. Untuk mendapatkan

produktivitas dan kualitas biji yang optimal, jumlah cabang dipertahankan maksimal 40

cabang/pohon.

4. Pemanenan

Buah jarak pagar dalam satu tandan tidak masak serentak karena waktu pembuahan

bunga betina tidak terjadi pada hari yang sama. Umumnya ditemukan dua tingkat umur

ditandai dengan warna buah hijau dan kuning atau kuning dan hitam dalam satu tandan,

tetapi tidak jarang ditemui buah yang masaknya serentak atau tiga tingkat umur yang ditandai

dengan buah yang berwarna hijau, kuning (matang), dan hitam pada satu tandan. Kandungan

minyak terbanyak pada umumnya dilaporkan berada pada buah yang sudah hitam dan

(21)

7

5. Ekstraksi minyak

Ekstraksi minyak jarak dapat dilakukan secara mekanik dan secawa kimiawi.

Pengepresan mekanik dilakukan dengan cara memberikan perlakukan fisik berupa penekanan

kepada bahan dengan tujuan mengeluarkan kandungan minyak di dalamnya. Alat pengepres

mekanis untuk biji-bijian yang sudah ada sampai saat ini ada 2 macam, yaitu pengepres tipe

kempa dan pengepres tipe ulir. Pada pengepresan dengan pengepres tipe kempa bahan

dikempa (ditekan) oleh suatu bidang kempa. Kelemahannya adalah pengepresan tipe kempa

pemasukan bahannya tidak kontinyu (batch). Pada pengepresan tipe ulir bahan ditekan oleh dinding-dinding pada ulir yang terus berputar. Pengepresan tipe ulir merupakan teknologi

yang banyak diterapkan di industri karena bersifat kontinyu dan tidak memerlukan perlakuan

pendahuluan (Situmorang, 2009).

Ekstraksi secara kimiawi dapat memberikan hasil yang lebih banyak daripada

pengepresan mekanik. Hal ini dikarenakan bahan kimia yang dipakai dapat membebaskan

minyak terikat yang tidak dapat dipisahkan dari bahan secara mekanis. Larutan yang biasa

dipakai adalah larutan solvent. Metode kimiawi lainnya antara lain pemisahan tiga fase suspensi dengan bantuan enzim (Shah, Sharma, dan Gupta, 2003), dan aqueous enzymatic oil extraction (Shah, Sharma, dan Gupta, 2004). Metode kimiawi jarang digunakan pada proses industri karena biaya bahannya tinggi. Solusi yang masih lebih baik adalah ekstraksi secara

mekanik yang dilanjutkan dengan ekstraksi kimiawi.

Seluruh bagian buah jarak mengandung minyak, namun yang akan dipres minyaknya

adalah bagian biji. Proses pascapanen untuk ekstraksi minyak dimulai dengan memisahkan

biji dari daging buah. Biji jarak dapat dipres dengan atau tanpa lebih dulu dikeringkan.

Kadar minyak biji bervariasi berdasarkan tingkat kematangan buahnya. Silip (2011)

mengatakan bahwa yang paling tinggi rendemen minyaknya adalah biji yang sudah

dikeringkan. Rendemen minyak hasil ekstraksi dapat ditingkatkan dengan cara mengubah

bentuk bahan yang akan dipres menjadi tepung. Situmorang (2009) mendapatkan hasil

rendemen pengepresan rata-rata dengan pengepres model kempa sebesar 25.48% untuk

tepung biji dan 41.23% untuk tepung kernel. Rendemen ini lebih besar dari rendemen bahan

utuh, yaitu 20.45% untuk biji utuh dan 36.08% untuk kernel. Kernel dan cangkang biji

(22)

8

Gambar 5. Proses produksi minyak jarak pagar mentah

B.

Life Cycle Assessment (LCA)

1. Definisi dan tahapan LCA

Life Cycle Assessment (LCA) adalah suatu metodologi analisis lingkungan yang, sebagaimana yang didefinisikan dalam perangkat ISO 14040-14044, dapat mengidentifikasi

dan mengkuantifikasi potensi pengaruh-pengaruh lingkungan dalam daur suatu produk, mulai

dari bahan mentahnya, proses produksi, penggunaan, hingga waste disposal (from cradle to grave). Perkiraan dampak lingkungan ini dapat dilakukan untuk skala global maupun lokal. Dengan LCA, dapat ditentukan tahapan kunci dari suatu proses, dampak yang paling

signifikan, kontributor utama, dan metode ilmiah yang paling tepat untuk menkomparasi

berbagai alternatif produk atau proses, yang paling ramah lingkungan.

LCA biasanya digunakan untuk menganalisis beberapa kategori efek ke lingkungan,

seperti emisi gas rumah kaca dan kontribusinya ke pemanasan global. Nilai emisi gas-gas

rumah kaca seperti CO2, CH4 and N2O dikonversi ke nilai emisi CO2 berdasarkan nilai global

Transportasi Buah

Pengupasan Buah

Pengepresan Pengeringan Biji

Decorticating

Transportasi Buah

Grinding

Buah Jarak Pagar

Minyak Jarak Pagar

(23)

9

warming potentials (GWP) dalam assessment report yang dikeluarkan Intergovernmental Panel on Climate Change (Forster et al., 2007, dalam Ndong, et al., 2009).

LCA terdiri atas 4 tahap. Yang pertama yaitu pendefinisian tujuan dan batasan LCA.

Penentuan cakupan LCA bertujuan memfokuskan studi dan memperdalam analisis. Tahap

ke-2 adalah pembuatan Life Cycle Inventory (LCI), dimana variabel-variabel input-output energi, materi, dan kontaminan sistem ditentukan nilainya dan hubungannya dibuat dalam

skema. Tahap ke-3 adalah evaluasi dampak lingkungannya, yaitu penentuan dampak spesifik

apa yang hendak dicari dan dianalisis. Tahap terakhir adalah interpretasi hasil analisisnya

(ISO 14040, dalam Ndong, et al., 2009 dan Azapagic, 2006).

Gambar 6. Tahapan-tahapan Life Cycle Assessment dalam ISO 14040-14043

Proses yang dikerjakan dan hasil dari suatu LCA sangat ditentukan oleh obyek dan

jangkauan LCA tersebut (Azapagic, 2006). Evaluasi from cradle to grave pada kenyataannya hal ini sulit dilakukan dalam satu studi sehingga yang lebih mungkin adalah memilih bagian

dari proses keseluruhan, dari dan sampai mana proses tersebut akan dievaluasi.

Evaluasi dampak lingkungan atau Life Cycle Impact Assessmetn (LCIA) bertujuan untuk mengkonversi beban lingkungan yang dihitung di LCI menjadi potensi dampak

lingkungan berdasarkan kategori-kategori. Ada 3 tahap dalam LCIA, yaitu :

a. pemilihan kategori dampak, indikator kategori dan modelnya.

b. klasifikasi beban lingkungan ke dalam beberapa kategori dampak lingkungan yang

berpengaruh para kesehatan manusia, ekologi, dan penurunan sumber daya alam.

c. karakterisasi, dimana dilakukan kuantifikasi dari dampak yang telah diidentifikasi.

Pendefinisian tujuan dan batasan

Fungsi dan definisi sistem Deskripsi dan persyaratan data Metodologi

Asumsi

Analisis inventori

Pengoleksian data Kalkulasi

Validasi data Alokasi

Impact Assessment

Pemilihan kategori, indikator kategori, dan model

Klasifikasi hasil analisis LCI Kalkulasi dan karakterisasi hasil Pembobotan

Interpretasi

Identifikasi permasalahan penting

Evaluasi dengan

pengecekan kelengkapan, analisis sensitivitas, pengecekan konsistensi, dan lainnya

(24)

10

Metode LCIA secara umum dibagi ke dalam dua grup. Yang pertama adalah metode

yang berorientasi pada masalah (problem-oriented method), yang titik beratnya berada pada hubungan antara tahap LCI dan LCIA, yaitu bagaimana beban-beban lingkungan akan

berkontribusi pada dampak-dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan, sebelum nantinya

memberi efek pada keberlangsungan hidup ekosistem (midpoint damage). Contoh problem-oriented method adalah CML Baseline. Metode ke-2 berorientasi pada kerugian yang ditimbulkan (damage-oriented method). Titik beratnya ada pada endpoint damage atau kerusakan akhir yang disebabkan oleh beban dan dampak lingkungan. Damage-oriented method yang umum digunakan antara lain EPS 2000 (Steen,1999) dan Eco-Indicator 99

(Goedkoop dan Spriensm, 2001 dan Doka, 2007).

Pada tahap terakhir LCA yaitu interpretasi, hasil pengolahan data dianalisis, diambil

kesimpulan, dijelaskan batasannya, dan kemudian dijadikan dasar rekomendasi untuk

evaluasi ulang sistem, pengembangan sistem, dan inovasi. Ketergantungan LCA terhadap

ketersediaan dan reliabilitas data mengharuskan dilakukannya analisis sensitivitas. Analisis

sensitivitas dapat mengidentifikasi efek dari keragaman data, ketidakpastian, dan selisih data

hasil akhir, dan kemudian menentukan reliabilitas hasil akhir dari studi yang dilakukan.

2. Pembuatan inventori data (Life Cycle Inventory)

Life Cycle Inventory (LCI) adalah tahapan dalam LCA yang mencakup pengumpulan data beban lingkungan yang diperlukan untuk keperluan studi. LCI secara rinci dijelaskan

dan diatur dalam ISO 14041. Beban lingkungan yang dimaksud adalah materi dan energi

yang digunakan dalam sistem, emisi ke udara, dan limbah cair maupun padat yang dilepaskan

ke lingkungan. Sistem disini didefinisikan sebagai suatu rangkaian operasi atau subproses

yang secara materi dan energi terhubung dan memiliki suatu fungsi yang jelas. Karakterisasi

sistem secara lebih detail dilakukan dengan membagi sistem tersebut ke dalam subsistem

yang saling terhubung. Hal ini sangat penting dalam proses kuantifikasi setiap variabel data

yang hendak dicari (Azapagic, 2006).

Secara umum, kuantifikasi beban lingkungan dilakukan dengan cara menghitung total

nilai variabel-variabel beban yang diperoleh dari setiap subsistemnya. Hal ini dinyatakan

dalam Persamaan 1.

... (1)

dengan Bj adalah nilai beban total sistem, bj,i nilai variabel beban j dari subsistem i, dan xi

aliran massa atau energi yang berhubungan dengan subsistem i.

Jika sistem yang dikaji menghasilkan lebih dari satu output fungsional, beban lingkungan dari sistem harus dialokasikan ke dalam keluaran-keluaran tersebut. Sebagai

contoh, emisi CH4 ternyata memberi dampak kepada beberapa hal seperti kesehatan manusia,

pemanasan global, dan pencemaran air. Banyak CH4 yang menyebabkan tiap dampak

(25)

11

sistem ke dalam tiap kategori dampak berdasarkan nilai ekuivalennya. Misalnya, emisi 1 kg

CH4 setara dengan emisi 25 kg CO2 dalam hubungannya dengan pemanasan global.

Alokasi akan mempengaruhi hasil dari LCA sehingga penentuan metode alokasi

sangat krusial (Azapagic, 2006). Analisis sensitivitas juga harus dilakukan ketika

penggunaan beberapa metode alokasi digunakan untuk menentukan pengaruh metode alokasi

terhadap hasil. Dalam ISO 14041 disarankan 3 hal berhubungan dengan alokasi, yaitu:  Jika memungkinkan, alokasi sebisa mungkin dihindari dengan cara membagi sistem

ke dalam subsistem-subsistem atau dengan melakukan perluasan sistem.

 Jika alokasi tidak dapat dihindari, masalah alokasi harus diselesaikan dalam suatu permodelan sistem yang berdasarkan pada hubungan fisis antar setiap unit fungsional.  Jika hubungan fisis tidak dapat ditentukan, maka hubungan lain termasuk nilai

ekonomis dapat digunakan.

3. Dampak-dampak lingkungan akibat emisi yang akan dianalisis

a. Global warming potential, 100-year based (GWP100)

GWP100 menyatakan nilai potensi pemanasan global yang disebabkan emisi,

dalam jangka waktu 100 tahun. GWP100 dinyatakan dalam satuan kg CO2 ekuivalen,

yang merupakan gas rumah kaca utama penyebab pemanasan global. Nilai

ekuivalensinya dikeluarkan secara berkala oleh International Panel on Climate Change

(IPCC).

b. Environmental Load Unit (ELU)

Environmental load unit adalah satuan ukur yang menunjukkan kuantitas beban

lingkungan dalam hal kerugian yang ditimbulkannya (Rockleigh, 2001 dan Steen, 1999).

ELU Nilai ekuivalensi ELU dari bahan-bahan emisi dikeluarkan oleh Centre for Environmental Assessment of Products and Material Systems Swedia dalam EPS-2000 (Steen, 1999).

c. Ozone Depletion Potential (ODP)

Potensi penurunan jumlah ozon di atmosfer akibat emisi dinyatakan dalam kg

CFC-11 ekuivalen. Nilai ekuivalensinya dikeluarkan oleh World Meteorological Organization (WMO, 2003 dalam CML, 2010).

d. Toxicity Potential

Huijbregts (2000b) mendefinisikan toxicity potentials sebagai ukuran kuantitatif

dampak beracun (toxic) dari suatu kuantitas zat emisi tertentu. Toxicity potential dibagi

menjadi beberapa kategori berdasarkan objek dampak beracunnya, yaitu human toxicity

(26)

12 e. Photochemical Oxidation

Photochemical oxidation adalah oksidasi yang disebabkan oleh radiasi ultraviolet di atmosfer (United States Environmental Protection Agency (EPA), 1998

dan Atmospheric Radicals Studies Group, 2011). Oksidasi adalah proses pengikatan

oksigen dengan subtsansi lain secara kimia yang disertai pelepasan elektron oleh salah

satu atom. Photochemical oxidation menghasilkan radikal bebas berupa hidroksil (OH-). Energi tinggi dari radiasi UV memecah ikata kimia air, menjadi OH- dan H+. Besarnya

peningkatan photochemical oxidation dinyatakan dalam satuan kg etilen ekuivalen.

f. Acidification

Acidification adalah terjadinya penurunan pH pada tanah dan air akibat pembentukan ion H+ (Wikipedia, 2011a dan 2011b). Terbentuknya kation ini

disebabkan oleh reaksi antara senyawa seperti aluminium sulfat, senyawa-senyawa

nitrogen dari pupuk, dan perembesan ion-ion kalsium, magnesium, kalium, dan natrium

ke dalam tanah. Potensi acidification dinyatakan dalam satuan kg SO2 ekuivalen. g. Eutrophication

Eutrophication adalah kenaikan jumlah spesies tertentu yang diikuti penurunan jumlah spesies lain akibat adanya peningkatan senyawa-senyawa nitrat dan fosfat.

Eutrophication di perairan menyebabkan terjadinya penurunan jumlah spesies air tertentu akibat meningkatnya jumlah fitoplankton sehingga terjadi peningkatan

persaingan untuk memperoleh nutrisi dan kesulitan memperoleh oksigen (hipoksia) . Ini

sebenarnya juga terjadi di daratan, seperti bertambahnya jumlah ilalang yang diikuti

berkurangnya populasi tanaman lain (Wikipedia, 2011c). Potensi eutrophication akibat emisi dinyatakan dalam satuan kg PO4

ekuivalen.

4. Penelitian sebelumnya

Penelitian mengenai LCA jarak pagar untuk biodiesel sudah cukup banyak dilakukan

di luar negeri, antara lain oleh U.S. Department of Agriculture dan U.S. Department of Energy pada tahun 1999 dan oleh IFEU (Institute for Energy and Environmental Research Heidelberg) pada tahun 2007. Tentunya data yang digunakan tidak bisa dijadikan sumber untuk melakukan LCA biodiesel dari jarak pagar, baik dari segi nilai maupun model datanya.

Penelitian LCA biodiesel Indonesia pernah dilakukan oleh Kamahara, et al (2009), namun bahan baku biodieselnya berupa minyak kelapa sawit. Penelitian LCA di Indonesia lainnya

(27)

13

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.

Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Juli 2010, di Laboratorium

Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

B.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Laptop dengan spesifikasi sebagai berikut

a. Processor berkecepatan 2.10GHz (2 CPU)

b. Graphic Card Intel ® 965 Express Chipset Family, 358 MB

c. RAM 2 GB

d. Hard disk 160 GB

2. Sistem Operasi Windows Vista™ Home Premium

3. Microsoft Office Excel 2007

4. Microsoft Office Access 2007

5. Microsoft Visual Basic for Application

Bahan penelitian berupa data yang diperoleh dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, laporan

dari institusi-institusi, laporan kegiatan di lapangan, dan buku-buku teks.

C.

Batasan Penelitian

Tahapan dari daur hidup Jatropha curcas Linn. yang akan dianalisis untuk Life Cycle Inventory adalah proses pascapanen buah sampai ekstraksi minyak. Dampak lingkungan yang akan dianalisis adalah dampak lingkungan yang disebabkan pemakaian energi dan bahan (direct impact).

D.

Tahapan Penelitian

Penelitian mengenai pembuatan sistem database Life Cycle Inventory dilakukan dengan tahapan berupa pengumpulan dan penyeleksian data yang tersedia, analisis data, dan pengembangan

program pengolah data untuk LCI minyak jarak pagar. Diagram alir metode penelitian dapat dilihat

(28)

14

Gambar 7. Diagram alir pelaksanaan penelitian

1. Pengumpulan dan penyeleksian data

Data yang diperlukan dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah disebutkan

sebelumnya. Data yang diperoleh kemudian diseleksi berdasarkan reliability dan kesesuaiannya dengan topik dan keperluan analisis. Variabel data yang sama namun dengan

nilai yang berbeda (dari sumber yang berbeda) akan dibandingkan dan diseleksi berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu.

2. Analisis data

Data yang telah diseleksi lalu dianalisis untuk memperoleh besaran-besaran yang

akan dimasukkan ke dalam inventori data LCA. Analisis dilakukan berdasarkan pada prinsip

kesetimbangan energi, massa materi, dan kesetaraan nilai emisi. Model inventori untuk

keperluan LCIA akan ditentukan berdasarkan metode-metode LCIA umum yang sudah

disebutkan sebelumnya, yaitu EPS 2000 dan CML Baseline Method.

Analisis data dilakukan per subproses produksi CJCO. Keseluruhan proses produksi

CJCO sendiri disimulasi berdasarkan variasi subproses yang berbeda. Simulasi dengan

subproses yang berbeda dapat menentukan juga subproses tambahan yang diperlukan. Pada

penelitian ini, variabel proses dari simulasi yang dilakukan adalah: Mengumpulkan data

Data literatur LCA dan jarak pagar

MULAI

Data budidaya dan pemanenan jarak pagar

Menyeleksi data

Membuat program pengolah data untuk LCI

(29)

15

a. Bahan yang ditransportasikan

Kebun jarak pagar dan pabrik CJCO umumnya terdapat di tempat yang terpisah.

Transportasi dapat dilakukan terhadap buah panen atau biji. Jika buah yang diangkut,

berarti pengupasan buah dilakukan di pabrik.

b. Bentuk bahan yang dipres

Bahan yang akan dipres dapat berupa biji utuh, tepung biji, dan tepung kernel.

Untuk bahan berupa tepung kernel, diperlukan subproses decorticating (pengupasan cangkang biji) dan penepungan. Untuk tepung biji, penepungan dilakukan tanpa

didahului decorticating. c. Alat pengepres

Alat pengepres yang digunakan tergantung pada bahan yang dipres. Untuk bahan

berupa biji utuh, alat yang digunakan adalah alat pres ulir tipe double stage screw atau tipe single stage screw (Suparlan et al, 2008). Jika bahannya berupa tepung biji atau tepung kernel, alat presnya adalah pengepres tipe kempa, sesuai dengan data penelitian

yang sudah ada (Situmorang, 2009).

Simulasi proses dan subproses-subproses yang dilaluinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Urutan subproses yang dilalui dari tiap simulasi proses

Simulasi Sub Proses

buah-single

buah-double

buah- biji

buah-kernel

biji-single

biji-double

biji- biji

biji-kernel

Transportasi buah 1 1 1 1

Pengupasan buah 2 2 2 2 1 1 1 1

Transportasi biji 2 2 2 2

Pengeringan biji 3 3 3 3 3 3 3 3

Decorticating 4 4

Grinding 4 5 4 5

Double screw press 4 4

Single screw press 4 4

Tepung biji 5 5

Tepung kernel 6 6

Pemanfaatan waste 5 5 6 7 5 5 6 7

Pada tiap subproses, yang pertama kali dihitung adalah kebutuhan energi pada tiap

proses. Kebutuhan energi dapat diperoleh dengan mencari tahu lebih dulu konsumsi bahan

bakar. Untuk solar pada transportasi, massa solar yang dipakai dicari menggunakan

persamaan 2.

(30)

16

Kebutuhan energi bahan bakar dan energi listrik berturut-turut dihitung dengan Persamaan 3

dan Persamaan 4.

... (3)

... (4)

Dengan menggunakan nilai pemakaian energi, banyaknya tiap senyawa yang

dilepaskan (emisi) dapat dihitung dengan Persamaan 5.

... (5) dengan

mij = massa senyawa i (emisi) dari sumber energi j pada proses k (kg)

fij = faktor emisi zat i pada kondisi k (kg/kJ)

ej = energi yang dihasilkan sumber energi j pada proses k (kJ)

Dari jumlah senyawa emisi yang dihasilkan, nilai potensi dampak (impact) lingkungan yang dapat disebabkan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 6.

... (6)

dengan

dijy = potensi dampak y akibat emisi senyawa i pada proses j (kg y eq.)

eqiy = nilai ekuivalensi potensi dampak y akibat senyawa i (kg y eq./kg i)

mij = massa senyawa i (emisi) dari bahan bakar j pada proses k (kg i)

Nilai potensi dampak dan energi yang dibutuhkan tiap proses (energi yang

dihasilkan bahan bakar) kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total untuk

keseluruhan proses, mulai dari penanganan pascapanen buah sampai ekstraksi minyak.

Hasilnya dikonversi ke dalam nilai per liter CJCO yang dihasilkan.

3. Pembuatan program pengolah data untuk LCI

Program pengolah data yang dibuat berupa worksheet Microsoft Excel yang diprogram dengan Microsoft Visual Basic for Application. Pemodelan data dirancang di

worksheet Excel dan dilakukan bersamaan dengan analisis data. Setelah pemodelan di

(31)

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Pemilihan Data

Data yang diperlukan dipilih berdasarkan ketersediaan dan reliabilitasnya. Secara

garis besar, data yang diperlukan berupa data aliran bahan dan pengoperasian dari tahapan

proses, data pemakaian energi dari listrik dan bahan bakar, data nilai emisi per satuan energi,

dan data nilai ekuivalensi dampak dari emisi yang dihasilkan. Data literatur dipilih

berdasarkan keumuman dan kedekatan hubungannya dengan LCA dan proses ekstraksi

minyak jarak mentah. Nilai ekuivalensi potensi dampak yang digunakan berasal dari berbagai

literatur, yang dikompilasi dalam CML-IA Database versi 3.9 (CML, 2010) dalam Lampiran

[image:31.595.166.511.511.716.2]

3. Data yang digunakan dapat dilihat di Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Data umum untuk pengolahan data proses

Besaran Nilai Satuan Sumber

Massa jenis solar 885 kg/m3 Anonim (2011)

Nilai kalor solar 43330 kJ/kg IPCC (1996)

Massa jenis CJCO 0.93292 kg/liter Sinha (1997) dan Roger (1985)

dalam Pramanik (2003)

Nilai kalor CJCO 38200 kJ/kg

Nilai kalor cangkang 16500 kJ/kg Kratzeisen dan Muller (2009)

Nilai kalor buah jarak 21200 kJ/kg

Sotolongo, et al. ( - ) Nilai kalor biji jarak kering 25500 kJ/kg

Nilai kalor arang kayu 29600 kJ/kg Engineringtoolbox (2011)

Tabel 3. Data untuk perhitungan emisi dan dampak

Data Sumber

Emisi pembakaran solar IPCC (1996) dan IPCC (2007)

Emisi produksi dan pemakaian listrik Widiyanto (2003)

Global Warming Potential, 100 year-based IPCC (2007) a

Environmental Load Unit EPS-2000 (1999) a

Ozone Depletion Potential WMO (2003) a

Human Toxicity

Huijbregts (1999 & 2000) a

Freshwater Aquatic Ecotoxicity Marine Aquatic Ecotoxicity Terrestrial Ecotoxicity

Photochemical Oxidation (high NOx) Jenkin & Hayman (1999);

Derwent, et al. (1998) a

Acidification Huijbregts (1999) a

Eutrophication Huijbregts (1992) a

Keterangan:

(32)

18

B.

Analisis Data Tiap Subproses

1. Transportasi buah hasil panen

Transportasi buah dilakukan jika pengupasan daging buah dilakukan di pabrik. Buah

yang telah dipanen dibawa dari lahan ke pabrik untuk diolah. Disini diasumsikan buah yang

akan dioleh berasal dari kebun jarak pagar Pakuwon, Sukabumi, sedangkan pabrik minyak

jarak pagar mentahnya berada di Bekasi. Jarak Pakuwon – Bekasi diperkirakan sejauh 100

km. Untuk pengangkutannya, truk yang digunakan adalah truk berkapasitas 10 ton dengan

rasio pemakaian solar 1:5 (1 liter solar untuk 5 km).

Untuk keperluan perhitungan data, jumlah buah yang dipanen diasumsikan sebesar

1000 ton. Nilai ini sebenarnya tidak akan berpengaruh pada hasil akhir, yang akan dinyatakan

dalam satuan per liter CJCO. Emisi yang dihasilkan dari pemakaian solar di truk dihitung

dengan mengalikan nilai energi solar dengan faktor emisi solar (mobile combustion) yang terdapat di lampiran 2. Perhitungan dan hasil data dampak lingkungan dari subproses

transportasi buah dapat dilihat di Lampiran 4.

2. Pengupasan daging buah

Pengupasan daging buah dilakukan setelah buah di panen. Dalam simulasi yang

dilakukan, buah dapat dikupas di lahan atau di pabrik. Jika buah dikupas di lahan, maka yang

diangkut dari lahan ke pabrik adalah biji. Jika buah dikupas di pabrik, maka buahlah yang

ditransportasikan. Dengan nilai persentase massa biji terhadap massa buah sebesar 36.22%

(Dirjen Perkebunan, 2005 dalam Sugiana, 2009), maka dari 1000 ton buah diperoleh 362.2

ton biji.

Pengupasan buah diasumsikan dilakukan menggunakan mesin pengupas buah yang

didesain di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Data spesifikasi

dan pengoperasian mesin ini diperoleh dari laporan yang disusun Widjaya, et al (2006). Disitu dinyatakan bahwa mesin pengupas ini memiliki kapasitas 200-250 kg/jam. Dengan

memperhitungkan tingkat keberhasilan sekitar 80%, maka nilai kapasitas yang dipilih adalah

200 kg/jam. Motor yang digunakan memiliki daya 1.5 HP, dengan kebutuhan solar sekitar

1.5 liter/jam. Perhitungan dan hasil data dampak lingkungan dari subproses pengupasan buah

dapat dilihat di Lampiran 5. Faktor emisi yang digunakan adalah faktor emisi solar

(stationary combustion) pada Lampiran 2. 3. Transportasi biji hasil pengupasan

Transportasi biji dilakukan setelah buah dikupas di lahan. Asumsi yang digunakan

sehubungan hal teknis pengangkutan sama dengan asumsi yang digunakan pada

pengangkutan buah. Perhitungan dan hasil data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 6.

4. Pengeringan biji

Pengeringan biji dilakukan untuk meningkatkan rendemen minyak yang dapat

(33)

19

kaca (ERK) dengan kapasitas 55 kg. Data simulasi diperoleh dari tesis Purnama (2010).

Sumber energi dalam proses pengeringan ini adalah solar, arang kayu, listrik PLN, dan

matahari. Arang kayu yang dibakar dengan bantuan solar berfungsi untuk memanaskan udara

pengeringan. Udara panas ini kemudian dihembuskan ke bahan dengan blower (ganda) bertenaga listrik. Panas untuk pengeringan juga berasal dari energi matahari yang

terperangkap dalam bangunan pengering. Hal ini membantu mengurangi kebutuhan arang

kayu dan solar untuk pemanasan.

Analisis dimulai dengan menghitung energi dari tiap sumber energi. Emisi solar

(stationary combustion), arang kayu, dan listrik berdasarkan faktor emisi pada Lampiran 2. Energi matahari yang dimanfaatkan dianggap tidak memberi emisi ataupun dampak

lingkungan karena produksi energinya berlangsung terus menerus dan bukan khusus untuk

keperluan proses. Perhitungan dan hasil data lengkapnya dapat dilihat di Lampiran 7.

Jika dilihat dari hasil data di lampiran, pengeringan biji merupakan subproses yang

paling mengkonsumsi energi sehingga sekaligus paling banyak menghasilkan emisi. Hal ini

dikarenakan inti proses yang terjadi adalah penguapan air dari biji jarak. Proses pindah panas

seperti ini memerlukan energi yang besar, apalagi nilai kalor laten air tergolong tinggi.

5. Decorticating

Pemisahan kernel dan cangkang biji dilakukan jika yang dipres untuk diambil

minyaknya adalah kernel. Cangkang yang dipisahkan dianggap sebagai waste dan akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar combustion unit biomassa (Kratzeisen dan Müller, 2009). Biji jarak kering diasumsikan terdiri atas 34% cangkang dan 66% kernel (Openshaw, 2000).

Decorticating diasumsikan menggunakan decorticator Amisy TFTZ-400 buatan Zhengzhou Ruihui Information Technology Co., Ltd. Spesifikasi lengkapnya dapat dilihat di

lampiran 8. Mesin ini dipilih karena memiliki kapasitas yang sesuai untuk keperluan industri,

yaitu 400 - 500 kg/jam (diambil nilai tengan 450 kg/jam). Sebenarnya ada juga mesin

pengupas kulit biji buatan lokal (Purnaamijaya dan Masri, 2009), namun kapasitasnya kecil

(hanya 50 kg/jam) sehingga kurang sesuai untuk keperluan industri. Perhitungan dan hasil

data lengkapnya dapat dilihat di Lampiran 9. Emisi dari pemakaian energi listrik dihitung

berdasarkan faktor emisi yang ada di Lampiran 2.

6. Grinding

Biji dan kernel dibuat jadi tepung untuk meningkatkan rendemen minyaknya. Ginding

diasumsikan dilakukan dengan seed oil grinder RH FSJ-600 buatan Zhengzhou Ruihui Information Technology Co., Ltd. Mesin ini dipilih karena kapasitasnya yang cukup besar

(120 kg/jam), lebih besar dari kapasitas mesin buatan lokal yang hanya 50 kg/jam

(Purnaamijaya dan Masri, 2009). Spesifikasi mesin ini dapat dilihat di Lampiran 8,

sedangkan perhitungan dan hasil datanya ada di Lampiran 10. Emisi dari pemakaian energi

(34)

20

7. Pengepresan: double stage screw dan single stage screw

Pengepresan dengan pengepres tipe ulir double stage screw dan single stage screw

dilakukan jika bahan masukannya berupa biji utuh. Data simulasi yang digunakan adalah data

laporan Suparlan, et al (2008), dari BBP Mektan. Data mesin dan simulasi, perhitungan, dan hasil data dampaknya dapat dilihat di Lampiran 11. Emisi dari pemakaian solar (stationary combustion) dihitung berdasarkan faktor emisi yang ada di Lampiran 2.

8. Pengepresan: tepung biji dan tepung kernel

Data simulasi untuk ekstraksi minyak dari tepung biji dan tepung kernel jarak pagar

berasal dari penelitian Situmorang (2009). Sebelum dipres bahan terlebih dulu dipanaskan

(preheating) pada suhu 60 oC dan selama 10 menit (kondisi optimal). Preheater yang digunakan adalah pemanas tipe spiral bersumber energi listrik. Pengepresan dilakukan

dengan pengepres tipe kempa dengan kapasitas asumsi 79 kg/jam. Emisi dari pemakaian

energi listrik dan solar (stationary combustion) dihitung berdasarkan faktor emisi yang ada di Lampiran 2. Data spesifikasi alat, data simulasi, perhitungan dan hasilnya terdapat pada

Lampiran 12.

9. Pemanfaatan waste

Waste yang akan dimanfaatkan untuk bahan bakar bervariasi tergantung simulasi proses yang dilakukan. Untuk pengepresan biji utuh dan tepung biji, waste-nya berupa seed cake. Jika yang diekstraksi minyaknya adalah tepung kernel, maka waste-nya ada 2 macam, yaitu cangkang biji (hasil decorticating) dan kernel cake. Emisi pembakarannya dihitung berdasarkan faktor emisi pembakaran biomassa umum (IPCC, 1997 dan IPCC, 2007) di

Lampiran 2.

C.

Dampak Lingkungan dari Proses Produksi Minyak Jarak Pagar Mentah

Proses produksi minyak jarak skala industri pada umumnya dilakukan seperti simulasi

buah-single. Pada simulasi ini buah diangkut ke pabrik dan dikupas di sana, lalu pengepresan dilakukan menggunakan pengepres tipe single stage screw. Simulasi proses dapat dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai emisi dan energi proses. Dengan begitu dapat diketahui seperti apa proses sebaiknya

dilakukan agar energinya lebih efisien dan emisinya lebih sedikit.

1. Simulasi: buah dikupas di lahan

Transportasi buah jelas lebih memerlukan energi daripada jika biji yang

ditransportasikan. Hal ini dikarenakan massa biji yang jelas lebih kecil daripada massa buah.

Jika daging buah dikupas di lahan dan biji yang diangkut ke pabrik, maka kebutuhan energi

dan emisi dari proses pengangkutan akan berkurang. Akibatnya, energi dan emisi dari

keseluruhan proses pun akan berkurang. Contoh perbandingan besar dampak lingkungannya

(35)
[image:35.595.151.519.81.303.2]

21

Gambar 8. Perbandingan nilai GWP100 dari transportasi buah dan transportasi biji

2. Simulasi: pengepresan dilakukan dengan pengepres double stage screw

Pengepresan dengan single stage screw memberi emisi per liter CJCO lebih besar karena rendemen minyaknya (24%) lebih kecil daripada pengepresan dengan double stage screw (26%). Contoh perbandingan besar dampak lingkungannya ada pada Gambar 9.

Gambar 9. Perbandingan nilai GWP100 dari proses dengan pengepresan single stage screw

dan dengan pengepresan double stage screw

3. Simulasi: pengepresan dilakukan dengan bahan yang dihaluskan (tepung)

Pengepresan minyak dengan bahan berupa tepung biji dan tepung kernel

membutuhkan energi produksi per liter CJCO yang lebih sedikit, sehingga emisinya pun

0 1 2 3 4 5 6 7

Transportasi buah Transportasi biji

[image:35.595.149.518.421.638.2]
(36)

22

lebih kecil. Tahapan yang dilalui sebenarnya lebih panjang, namun karena rendemen yang

dihasilkannya lebih tinggi maka nilai emisi dan dampak lingkungan per liter CJCO-nya lebih

kecil. Pengepresan tepung kernel memberikan emisi yang lebih kecil daripada pengepresan

tepung biji, karena rendemen minyaknya lebih tinggi. Akan tetapi, adanya proses tembahan,

yaitu decorticating, menyebabkan kebutuhan energi dan emisi yang dihasilkan keseluruhan prosesnya menjadi lebih tinggi. Contoh perbandingan besar dampak lingkungannya dapat

[image:36.595.145.521.200.423.2]

dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Perbandingan nilai GWP100 dari transportasi buah dan transportasi biji

D.

Perbandingan Nilai Dampak Lingkungan dari Simulasi yang Dilakukan

1. Global Warming Potential 100 year-based (GWP100)

GWP100 sesuai satuannya (kg CO2) disebabkan sebagian besar oleh gas CO2.

Walaupun masih ada gas lain yang memiliki nilai ekuivalensi GWP yang besar, yaitu CH4

(25 kg CO2) dan N2O (298 kg CO2), namun CO2 tetap menjadi penyebab dampak global warming terbesar. Hal ini logis karena dalam pembakaran bahan bakar gas ini merupakan produk utama hasil reaksi hidrokarbon dengan oksigen. Perbandingan nilai GWP100 dari tiap

subproses dapat dilihat di Gambar 11.

2. Ozone Depletion Potential (ODP)

Proses yang dianalisis tidak menghasilkan nilai ODP. Hal ini dikarenakan tidak

adanya emisi proses berupa senyawa-senyawa perusak lapisan ozon seperti senyawa-senyawa

CFC, HCFC, Metil bromida, dan Metil klorida.

3. HumanToxicity

Human toxicity dalam simulasi proses produksi CJCO disebabkan oleh emisi NOx,

SO2 (SOx), dan Pb. Logam seperti Pb dihitung faktor emisinya dengan memperhitungkan 0

2 4 6 8 10 12 14 16

buah-single buah-grind biji buah-grind kernel

G

W

P

100

(k

g

C

O

2/

li

te

r

C

J

C

O

(37)

23

penyebaran melalui pernapasan dan mulut, sedangkan NOx dan SO2 (SOx) hanya

diperhitungkan penyebarannya melalui pernapasan (Huijbregts, et al. 2000a). Dalam analisis data yang dilakukan, emisi Pb berasal dari subproses transportasi dan subproses yang

menggunakan energi listrik. Emisi NOx dan SO2 (SOx) berasal dari setiap pemakaian sumber

energi di seluruh subproses. Perbandingan nilai human toxicity dari tiap subproses dapat dilihat di Gambar 12.

[image:37.595.103.529.163.765.2]

Gambar 11. Perbandingan nilai GWP100 dari tiap simulasi proses

Gambar 12. Perbandingan nilai human toxicity dari tiap simulasi proses

0 2 4 6 8 10 12 14 16 G W P 100 (k g C O 2/ li te r C J C O ) 0.0E+00 5.0E-02 1.0E-01 1.5E-01 2.0E-01 2.5E-01 3.0E-01

buah-double buah-single buah-grind biji

buah-grind kernel

(38)

24

4. FreshwaterAquaticEcotoxicity

Satu-satunya emisi yang menjadi penyebab ecotoxicity dalam simulasi proses produksi CJCO adalah Pb. Sebenarnya secara umum masih ada banyak senyawa yang

menyebabkan ecotoxicity seperti senyawa-senyawa Cl, logam, dan senyawa-senyawa yang terdapat pada pestisida. Perbandingan nilai freshwater aquaticecotoxicity dari tiap subproses dapat dilihat di Gambar 13.

Gambar 13.

Gambar

Tabel 2. Data umum untuk pengolahan data proses
Gambar 8. Perbandingan nilai GWP100 dari transportasi buah dan transportasi biji
Gambar 10. Perbandingan nilai GWP100 dari transportasi buah dan transportasi biji
Gambar 12. Perbandingan nilai human toxicity dari tiap simulasi proses
+7

Referensi

Dokumen terkait

Triyas Widiarto / A510130051; PENGEMBANGAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SD NEGERI 02 KEMUNING KARANGANYAR. Skripsi, Fakultas

kecamatan di wilayah Kabupaten Sumba Timur. Data karakteristik wilayah pendayagunaan sumber daya air yang terdiri atas potensi sumber air, IPA, jumlah penduduk, sawah,

Kepemimpinan adalah kemampuan seorang PNS untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok (khusus untuk PNS yang

Tetapi pada kenyataannya ketika wanita lebih berkarier atau bekerja diluar maka wanita tersebut menjadi semakin percaya diri, sehingga berpotensi untuk melupakan perannya di

Selalu taat menjalankan ibadah agamanya secara pribadi ataupun berjamaah Pencapaian Pengisian

Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang mempunyai suhu lebih rendah dalam suatu medium atau antara medium-medium yang lain yang berhubungan... Persamaan

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro angkatan 2014 mengenai pengalaman stres yang mempengaruhi

Gaya bahasa : Gaya bahasa Roman “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” ini sangat memberi warna dengan adanya syair yang melukiskan keindahan, kelincahan,