• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Kemiskinan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Kemiskinan di Indonesia"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN

BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP KEMISKINAN DI

INDONESIA

IRENE SUSYLAWATY

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudu l Analisis Pengaruh Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Kemiskinan di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

IRENE SUSYLAWATY. Analisis Pengaruh Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Kemiskinan di Indonesia. Dibimbing oleh SRI HARTOYO.

Subsidi BBM di Indonesia telah diterapkan sejak tahun 1970-an, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi maka secara langsung akan meningkatkan kebutuhan akan energi. Hal ini menyebabkan kontribusi subsidi BBM dalam pengeluaran pemerintah cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dan mendorong pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM secara bertahap. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak pengurangan subsidi BBM terhadap kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dengan metode Two Stage Least Square (2SLS), data sekunder berupa time series periode 1983-2011. Hasil analisis menunjukan bahwa Apabila subsidi BBM diturunkan sebesar 10 persen akan menyebabkan peningkatan inflasi sebesar 9.046 persen, jumlah penduduk miskin 0.097 persen, serta jumlah pengangguran 0.220 persen. Sementara untuk pendapatan nasional mengalami penurunan sebesar 0.093 persen.

Kata kunci: Subsidi BBM, Kemiskinan, Persamaan Simultan, 2SLS ABSTRACT

IRENE SUSYLAWATY. Analysis Impact of Decreasing Subsidy Fuel Price (BBM) to Poverty in Indonesia. Supervised by SRI HARTOYO.

Subsidy fuel price (BBM) in Indonesia has been implementated since 1970’s, along with increasing of population and economic growth have impacted directly to total energy demand. It increased a budget allocated of subsidy fuel price in government expenditure for years and forced the government to reduced it repeatedly. The aim of this study is to analyse impact of decreasing subsidy fuel price to poverty in Indonesia. This study used simultaneous equation model with SLS 2 method (Two Stage Least Square Method) and secondary data time series with observation period ranging from 1983-2011. Results of research showed that if subsidy fuel price was reduced by 10%, it would increased 9.046% of inflation, 0.097% of poverty population, and 0.220% unemployeement. Also Gross Domestic Product would decreased by 0.093%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS PENGARUH PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN

BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP KEMISKINAN DI

INDONESIA

IRENE SUSYLAWATY

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Kemiskinan di Indonesia

Nama : Irene Susylawaty NIM : H14090068

Disetujui oleh

Diketahui oleh Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS

Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah subsidi bahan bakar minyak, dengan judul Analisis Pengaruh Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Kemiskinan di Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua Ibu Siauw Moy Chin serta Oma Oey Bon Nio atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu ucapan terimakasih juga ditujukan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr. selaku dosen penguji utama dan Bapak Deni Lubis S. Ag, M.A selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Bapak Undang Ruswanda dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor yang telah banyak memberikan saran, motivasi, dan membantu dalam pengumpulan data. 4. Teman-teman Ilmu Ekonomi 46 (Merlyn, Nella, Vini, Sonya, Manda, Memel,

Gina) atas kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Teman-teman Komisi Pelayanan Anak (Stefan, Dennis, Diego, Aldy) yang telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Sahabat penulis (Riri, Athu, Tia, Ina, Gita, Arvin, Surini, Dini, Tari) atas doa

dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

KERANGKA TEORI 3

METODE 4

Jenis dan Sumber Data 4

Metode Pengolahan dan Analisis Data 4

Identifikasi Model 5

Validasi Model Simulasi 5

GAMBARAN UMUM 6

Perkembangan Subsidi BBM 6

Perkembangan Inflasi Indonesia 8

Perkembangan Pendapatan Nasional 8

Perkembangan Jumlah Pengangguran di Indonesia 9

Kondisi Kemiskinan di Indonesia 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Pendugaan Model Analisis 10

Hasil Dugaan Persamaan Inflasi 11

Hasil Dugaan Persamaan Pendapatan Nasional 12

Hasil Dugaan Persamaan Pengangguran 13

Hasil Dugaan Persamaan Kemiskinan 14

Hasil Simulasi Subsidi BBM 15

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 18

(10)

DAFTAR TABEL

1 Identifikasi model persamaan simultan 5

2 Hasil dugaan persamaan inflasi 11

3 Hasil dugaan persamaan pendapatan nasional 12

4 Hasil dugaan persamaan pengangguran 13

5 Hasil dugaan persamaan kemiskinan 14

6 Hasil simulasi subsidi BBM 15

DAFTAR GAMBAR

1 Keterkaitan antar variabel penelitian 3

2 Perkembangan belanja subsidi BBM (triliun rupiah) 7 3 Perkembangan inflasi Indonesia tahun 1983 – 2011 (persen) 8 4 Perkembangan pendapatan nasional Indonesia tahun 1983 – 2011

(milyar rupiah) 8

5 Perkembangan jumlah pengangguran Indonesia tahun 1983 – 2011

(jiwa) 9

6 Perkembangan jumlah penduduk miskin Indonesia tahun 1983-2011

(jiwa) 10

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan sumber energi utama dalam menunjang kebutuhan konsumsi pada berbagai sektor perekonomian. Perubahan harga BBM sedikit saja akan berdampak secara langsung mapun tidak langsung terhadap harga barang lainnya. Kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan, bahkan hingga pendapatan masyarakat dan kemiskinan akan mengalami perubahan jika terjadi perubahan harga BBM. Oleh karena itu pemerintah memberlakukan subsidi BBM untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah dalam pemenuhan akan energi sehari-hari.

Pengadaan subsidi BBM ini menyebabkan harga di pasar menjadi lebih murah, sehingga daya beli masyarakat meningkat yang artinya kebutuhan dasar mereka dapat terpenuhi. Hal ini menyebabkan konsumsi BBM juga semakin meningkat, sehingga pemerintah harus menambah alokasi anggaran untuk subsidi BBM dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurut jenis energi, konsumsi energi BBM merupakan konsumsi energi tertinggi di Indonesia, yang diikuti oleh biomas, gas, listrik dan batubara, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (2009). Selain itu, untuk memenuhi peningkatan konsumsi BBM bersubsidi tersebut, pemerintah mengimpor minyak mentah dari luar negeri. Indonesia sudah menjadi negara net importir minyak mentah sejak tahun 2004.

APBN yang terus meningkat ini mendorong pemerintah untuk melakukan kebijakan penurunan subsidi BBM. Apabila subsidi BBM ini diturunkan maka akan menyebabkan kenaikkan biaya di sektor transportasi sehingga biaya distribusi barang menjadi meningkat. Hal ini menyebabkan harga input menjadi lebih mahal. Selanjutnya, harga barang-barang meningkat dan berdampak pada penurunan daya beli masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Pemenuhan akan kebutuhan dasar pun tidak terpenuhi, sehingga kesejahteraan masyarakat menurun dan kemiskinan meningkat.

Jenis BBM yang masih diberikan subsidi hingga kini ada 3 jenis, yaitu minyak tanah, premium, dan minyak solar. Menurut Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kelompok yang berhak memperoleh subsidi untuk minyak tanah yaitu rumah tangga miskin dan usaha kecil. Subsidi premium diberikan pada angkutan pribadi, angkutan umum, dan angkutan khusus TNI/Polri. Sementara untuk subsidi minyak solar diberikan pada angkutan pribadi, angkutan umum, nelayan tradisional dan industri kecil.

(12)

2

Perumusan Masalah

Hasyim (2009) mengemukakan bahwa permasalahan distribusi BBM Nasional seakan tidak pernah selesai, permasalahan di tingkat politik, di tingkat kebijakan dan di tingkat operasional. Permasalahan utama sebenarnya terletak pada masyarakat yang ingin selalu tersedia BBM subsidi secara cukup, sementara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berkeinginan agar biaya distribusi maupun subsidi harus minimal.

Apabila anggaran subsidi BBM diminimalisasi, maka akan menyebabkan kenaikan harga BBM. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya biaya sektor transportasi dan akan menyebabkan biaya distribusi barang akan meningkat. Peningkatan biaya distribusi tersebut akan menimbulkan biaya input menjadi lebih mahal. Selanjutnya harga barang-barang di pasar menjadi meningkat dan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan relevan yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari pengurangan subsidi BBM terhadap kemiskinan di Indonesia.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang disampaikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak pengurangan subsidi BBM terhadap kemiskinan di Indonesia.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkkan dapat bermanfaat untuk:

a. Membantu pemerintah dalam pengambilan keputusan dalam kebijakan subsidi BBM yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

b. Sebagai referensi literatur bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(13)

3

KERANGKA TEORI

Perubahan harga BBM akan berdampak langsung terhadap peningkatan biaya sektor transportasi. Peningkatan biaya transportasi ini akan berdampak pada peningkatan biaya distribusi barang-barang. Selanjutnya biaya input menjadi lebih mahal dan menyebabkan harga-harga di pasar (inflasi) menjadi meningkat.

Peningkatan harga-harga barang ini berdampak pada penurunan pendapatan nasional. Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat menjadi menurun. Pemenuhan akan kebutuhan sehari-hari pun menurun sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat berkurang. Fungsi produksi pendapatan nasional merupakan fungsi dari modal dan tenaga kerja. Oleh karena itu ada keterkaitan antara variabel pendapatan nasional dengan variabel jumlah pengangguran. Apabila pendapatan nasional menurun, maka jumlah pengangguran akan meningkat. Peningkatan jumlah pengangguran ini akan mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk miskin. Penurunan subsidi BBM tidak berpengaruh secara langsung terhadap kemiskinan.

Rahardjo (2006) menyatakan bahwa jika subsidi BBM dikurangi maka akan mengakibatkan harga BBM naik. Kenaikan harga BBM ini memicu kenaikan harga dipasar, yang berarti inflasi meningkat. Daya beli masyarakat pun menurun, sehingga kemiskinan pun akan meningkat. Penelitian ini menggunakan hipotesis bahwa pengurangan subsidi BBM akan menyebabkan peningkatan kemiskinan di Indonesia.

Keterangan:

Variabel Endogen Variabel Eksogen

(14)

4

METODE

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa time series untuk periode 1983 – 2011. Data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) , Kementrian Keuangan RI, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dan International Financial Statistics (IFS). Semua data yang digunakan menggunakan tahun dasar 2000 serta telah di riilkan dengan pembagi Indeks Harga Konsumen (IHK).

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan di analisis menggunakan model persamaan simultan. Model ini terdiri dari beberapa persamaan, yang mana perilaku peubah-peubahnya ditentukan secara bersamaan. Adanya simultanitas ini menyebabkan penduga parameter dengan metode OLS bersifat tidak konsisten dan bias sehingga perlu metode penduga alternatif (Juanda 2009). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.3. Model persamaan simultan yang didunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

(1) Inflasi

INF = Inflasi Indonesia (persen)

PDB = Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 (rupiah)

JPENG = Jumlah Pengangguran (jiwa) JPM = Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) SUBS = Subsidi BBM (rupiah)

NTR = Nilai Tukar (rupiah per dollar)

JUB = Jumlah Uang Beredar (milyar rupiah) JTK = Jumlah Tenaga Kerja (jiwa)

UMP = Upah Minimum Provinsi (rupiah) GOV = Total Belanja Pemerintah (rupiah) T = Tren / waktu

(15)

5

Pada model persamaan simultan, identifikasi model ditentukan atas dasar “order condition” sebagai syarat keharusan dan “rank condition” sebagai syarat kecukupan. Dalam suatu persamaan dapat terjadi 3 kemungkinan identifikasi, yaitu persamaan dinyatakan secara tepat (exactly identified), secara berlebih (over identified), atau tidak teridentifikasi (unidentified). Hasil identifikasi pada setiap persamaan struktural haruslah memenuhi exactly identified atau over identified untuk dapat menduga parameter-parameternya. Pada Tabel 1 model persamaan simultan yang dibangun pada penelitian ini adalah over identified, maka model dapat diestimasi dengan menggunakan metode 2SLS (Two Stage Least Squares). Metode ini dapat menghasilkan nilai dugaan parameter yang konsisten, lebih sederhana, dan lebih mudah (Nanga, 2006). Berikut ini identifikasi persamaan simultan cara order condition :

a. (K-M) > (G-1) = Over Identified b. (K-M) = (G-1) = Exactly Identified c. (K-M) < (G-1) = Unidentified dimana:

K : Jumlah variabel dalam model (peubah endogen dan predetermined) M : Jumlah variabel eksogen dan endogen dalam model persamaan tertentu G : Jumlah variabel endogen dalam model / total persamaan

Tabel 1 Identifikasi model persamaan simultan

Persamaan K M G Keterangan

Inflasi 17 3 4 Over Identified

Pendapatan Nasional 17 3 4 Over Identified

Pengangguran 17 4 4 Over Identified

Kemiskinan 17 2 4 Over Identified

Validasi Model Simulasi

(16)

6

RMSPE adalah rata-rata kuadrat dari proporsi perbedaan nilai estimasi dengan nilai pengamatan suatu variabel endogen. Jika nilai RMSPE semakin kecil maka estimasi variabel endogen semakin valid. Nilai statistik RSMPE dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana n, Yts, Yta, berturut-turut adalah jumlah periode pengamatan, nilai estimasi variabel endogen, dan nilai pengamatan variabel endogen.

Nilai U maksimum bernilai satu dan minimum bernilai nol. Apabila nilai U semakin mendekati nol maka estimasi variabel endogen dikatakan sempurna. Jika nilai U=1 maka hasil simulasi semakin buruk. Nilai statistik U dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana ∆Yts dan ∆Yta berturut-turut adalah perubahan nilai estimasi variabel endogen dan perubahan nilai pengamatan variabel endogen.

GAMBARAN UMUM

Perkembangan Subsidi BBM

Wangke (2012), menyatakan bahwa subsidi BBM merupakan bentuk tanggungan pemerintah untuk mengurangi beban ekonomi masyarakat dengan membayar sebagian harga BBM yang seharusnya dibayar oleh masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu ketika membeli BBM yang didasari kepentingan hidup orang banyak. Komoditas BBM yang ada di Indonesia terdiri dari 7 jenis yaitu, avtur, avgas, premium, minyak solar, minyak tanah, minyak diesel, dan minyak bakar. Pada tahun 1977, mulai diberlakukan subsidi BBM untuk semua jenis BBM tersebut. Akan tetapi, mengingat konsumen komoditas BBM jenis avtur dan avgas merupakan masyarakat golongan menengah ke atas yang menggunakan jasa penerbangan, maka pada tahun 2000 subsidi untuk jenis BBM ini dihapuskan.

(17)

7

Sumber : Kementrian Keuangan, 2012 (Diolah)

Gambar 2 Perkembangan belanja subsidi BBM (triliun rupiah)

Pemerintah mulai mengeluarkan subsidi BBM yang besar pada saat terjadi krisis moneter tahun 1998 yaitu sebesar 28.61 triliun. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun 1997, sebesar 9.81 triliun. Besaran subsidi BBM terus berfluktuatif dari tahun ke tahun, hingga mencapai angka tertinggi pada tahun 2011, yaitu sebesar 165.16 triliun. Kontribusi belanja subsidi BBM ini merupakan salah satu penyebab pengeluaran pemerintah terus meningkat.

Perhitungan nilai subsidi BBM sesuai Peraturan Presiden (Perpres) No. 71 tahun 2005, yaitu:

Subsidi BBM = ���� x (��������������� - ������������) dimana:

a. ���� merupakan jumlah volume BBM jenis tertentu yang akan di subsidi.

b. ��������������� merupakan harga yang ditetapkan berdasarkan harga

rata-rata biaya produksi dari kilang-kilang di seluruh dunia atau dikenal dengan MOPS (Mid Oil Platt’s Singapore) ditambah biaya distribusi dan margin.

c. ������������ merupakan harga jual eceran BBM jenis tertentu yang

ditetapkan melalui Perpres dan selanjutnya mengalami penyesuaian oleh Kementrian ESDM setelah berkoordinasi dengan Menteri Perekonomian.

Menurut Kementrian ESDM (2006), pengurangan subsidi BBM dapat dilakukan dengan cara:

1. Pengurangan ���� tertentu, dengan cara: a. Menghemat pemakaian BBM

b. Mengembangkan energi pengganti (alternatif) BBM 2. Pemilihan harga Patokan BBM yang tepat

a. Menekan biaya distibusi BBM

b. Menghitung harga keekonomian penyediaan BBM 3. Rasionalisasi Harga Jual BBM (upaya terakhir)

(18)

8

Perkembangan Inflasi Indonesia

Inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang secara terus menerus. Inflasi dapat terjadi melalui dua sisi yaitu sisi penawaran (cost-push inflation) dan sisi permintaan (demand-pull inflation). Cost-push inflation adalah inflasi yang timbul akibat terjadi kenaikan biaya produksi. Sementara demand-pull inflation terjadi ketika permintaan agregat meningkat tinggi. Besaran nilai inflasi di Indonesia sangatlah berfluktuasi dari tahun ke tahun. Rata-rata inflasi dari tahun 1983-2011 adalah sebesar 10.96 persen. Inflasi tertinggi terjadi pada saat terjadi krisis tahun 1998 yaitu sebesar 77.63 persen.

Sumber: BPS, 2012 (Diolah)

Gambar 3 Perkembangan inflasi Indonesia tahun 1983 – 2011 (persen)

Perkembangan Pendapatan Nasional

Sumber: BPS, 2012 (Diolah)

Gambar 4 Perkembangan pendapatan nasional Indonesia tahun 1983 – 2011 (milyar rupiah)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

Inflasi

0.00 5000.00 10000.00 15000.00 20000.00 25000.00

(19)

9 Jumlah pendapatan nasional dapat dilihat melalui banyaknya jumlah produksi. Hal ini menunjukan, adanya keterkaitan antara besarnya jumlah pendapatan nasional dengan jumlah input produksi. Pada fungsi produksi pendapatan nasional merupakan fungsi dari modal dan tenaga kerja. Kondisi pendapatan nasional Indonesia cenderung menurun setelah terjadi krisis moneter. Pendapatan nasional Indonesia meningkat tinggi saat terjadinya krisis tahun 1998. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peninggatan pendapatan nasional di tahun tersebut sebanyak 300 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 1997.

Perkembangan Jumlah Pengangguran Indonesia

Penduduk usia kerja menurut BPS adalah penduduk yang telah berusia 15 tahun. Penduduk usia kerja tersebut terbagi menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Dumairy (1996) mengungkapkan bahwa pertumbuhan angkatan kerja yang cepat akan membawa beban bagi perekonomian. Pertumbuhan tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja menurun. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran dari tahun ketahun. Jumlah pengangguran di Indonesia terus berfluktuasi hingga mencapai jumlah terbesar yang terjadi pada tahun 2006 yaitu sebanyak 10.932 juta jiwa. Namun setelah tahun 2006 tersebut jumlah pengangguran cenderung menurun hingga tahun 2011.

Sumber: BPS, 2012 (Diolah)

Gambar 5 Perkembangan jumlah pengangguran Indonesia tahun 1983 – 2011 (jiwa)

Kondisi Kemiskinan di Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum dikategorikan sebagai penduduk miskin. Kebutuhan dasar minimum yang harus terpenuhi yaitu kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan. Kebutuhan dasar minimum makanan adalah kebutuhan untuk mengkonsumsi makanan dalam takaran 2100 kilo kalori

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000

(20)

10

per orang per hari. Sementara untuk kebutuhan non makanan seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, dan transportasi.

Kemiskinan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alami dan tidak alami. Faktor alami disebabkan oleh faktor lingkungan yang miskin akan sumber daya alam, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak memadai, bencana alam dan lainnya. Sementara faktor tidak alami disebabkan oleh korupsi, kesalahan kebijakan ekonomi, kondisi politik dan sosial tidak stabil dan lainnya. Kemiskinan di Indonesia seringkali disebabkan oleh faktor tidak alami, dimana terjadi kesalahan dalam pemberlakuan kebijakan ekonomi.

Jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi saat terjadi krisis tahun 1998 mencapai angka 49.50 juta jiwa atau sekitar 24.2 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Pada Gambar 5 angka ini terus berfluktuasi hingga tahun 2011 cenderung menurun menjadi 30.02 juta jiwa diiringi dengan terjadinya peningkatan belanja subsidi BBM.

Sumber: BPS, 2012 (Diolah)

Gambar 6 Perkembangan jumlah penduduk miskin Indonesia tahun 1983 – 2011 (jiwa)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendugaan Model Analisis

Model persamaan simultan yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan teori ekonomi. Nilai koefisien determinasi (R2

) pada masing-masing persamaan seluruhnya > 0.50 yang artinya telah memenuhi kesesuaian model (Goodness of Fit). Semakin tinggi nilai R2

(21)

11 Hasil Dugaan Persamaan Inflasi

Nilai koefisien determinasi (R2) dalam persamaan Inflasi yaitu sebesar 0.6659. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 66.59 persen keadaan aktual dapat dijelaskan dalam model sedangkan 33.41 persen dijelaskan faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil dugaan, terlihat bahwa variabel nilai tukar, jumlah uang beredar tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin tahun sebelumnya, dan tren berpengaruh nyata atau signifikan terhadap inflasi. Pada Tabel 2 dihasilkan nilai probabilitas variabel-variabel tersebut lebih rendah dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen atau 0.1. Sementara untuk variabel subsidi BBM, inflasi tahun sebelumnya, dan krisis tidak berpengaruh nyata atau signifikan terhadap inflasi.

Tabel 2 Hasil dugaan persamaan Inflasi

Variabel Parameter Dugaan Probabilitas

Konstanta -415.512 0.0876

LNNTR 40.525 0.0011* Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 10%

(22)

12

Hasil Dugaan Persamaan Pendapatan Nasional

Nilai koefisien determinasi (R2) dalam persamaan pendapatan nasional yaitu sebesar 0.9025. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 90.25 persen keadaan aktual dapat dijelaskan dalam model sedangkan 9.75 persen dijelaskan faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil dugaan, terlihat bahwa variabel jumlah tenaga kerja, inflasi tahun sebelumnya, pendapatan nasional tahun sebelumnya, tren, dan krisis berpengaruh nyata atau signifikan terhadap pendapatan nasional. Pada Tabel 3 dihasilkan nilai probabilitas variabel-variabel tersebut lebih rendah dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen atau 0.1. Sementara untuk variabel upah minimum tidak berpengaruh nyata atau signifikan terhadap pendapatan nasional.

Nilai koefisien jumlah tenaga kerja sebesar 1.727 menunjukkan bahwa jika jumlah tenaga kerja meningkat sebesar satu persen maka pendapatan nasional akan meningkat sebesar 1.727 persen. Semakin banyak tenaga kerja yang produktif maka produk domestik bruto akan meningkat. Sementara untuk nilai koefisien inflasi tahun sebelumnya sebesar -0.005. Hal ini menunjukkan bahwa jika inflasi tahun sebelumnya meningkat satu persen, maka pendapatan nasional akan menurun sebesar 0.005 persen. Hubungan negatif antara inflasi dan pendapatan nasional ini perlu menjadi perhatian pemerintah dalam membuat kebijakan.

Koefisien pendapatan nasional tahun sebelumnya sebesar 0.535 menunjukkan bahwa jika pendapatan nasional tahun sebelumnya meningkat satu persen, maka akan meningkatkan pendapatan nasional sebesar 0.535 persen. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan nasional saat ini dipengaruhi secara positif oleh pendapatan nasional tahun sebelumnya. Nilai koefisien tren sebesar -0.034 menunjukkan bahwa semakin bertambahnya tahun, pendapatan nasional akan menurun sebesar 0.034 persen. Sementara nilai koefisien Dummy krisis sebesar 0.260 menunjukkan bahwa pada saat terjadi Dummy krisis, yaitu ketika Dummy sama dengan 1, maka akan meningkatkan pendapatan nasional sebesar 0.260 persen.

Tabel 3 Hasil dugaan persamaan pendapatan nasional

Variabel Parameter Dugaan Probabilitas

Konstanta -28.691 0.0878

(23)

13 Hasil Dugaan Persamaan Pengangguran

Nilai koefisien determinasi (R2) dalam persamaan pengangguran yaitu sebesar 0.9572. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 95.72 persen keadaan aktual dapat dijelaskan dalam model sedangkan 4.28 persen dijelaskan faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil dugaan, terlihat bahwa variabel belanja pemerintah, pengangguran tahun sebelumnya, kemiskinan dan tren berpengaruh nyata atau signifikan terhadap pengangguran. Pada Tabel 4 dihasilkan nilai probabilitas variabel-variabel tersebut lebih rendah dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen atau 0.1. Sementara untuk variabel pendapatan nasional, upah minimum tahun sebelumnya, dan krisis tidak berpengaruh nyata atau signifikan terhadap pengangguran.

Tabel 4 Hasil dugaan persamaan pengangguran

Variabel Parameter Dugaan Probabilitas

Konstanta -3.486 0.3386

LNPDB -0.042 0.4417 Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 10%

(24)

14

Hasil Dugaan Persamaan Kemiskinan

Nilai koefisien determinasi (R2) dalam persamaan kemiskinan yaitu sebesar 0.5604. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 56.04 persen keadaan aktual dapat dijelaskan dalam model sedangkan 43.96 persen dijelaskan faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil dugaan, terlihat bahwa variabel pengangguran, populasi tahun sebelumnya, inflasi tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin tahun sebelum tren dan krisis berpengaruh nyata atau signifikan terhadap kemiskinan. Pada Tabel 5 dihasilkan nilai probabilitas variabel-variabel tersebut lebih rendah dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen atau 0.1. Sementara untuk variabel pendapatan nasional tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata atau signifikan terhadap kemiskinan.

Tabel 5 Hasil dugaan persamaan kemiskinan

Variabel Parameter Dugaan Probabilitas

Konstanta -76.756 0.1267

LNJPENG 0.222 0.0324* Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 10%

Nilai koefisien pengangguran dalam persamaan sebesar 0.222. Hal ini menunjukkan bahwa jika pengangguran meningkat satu persen, maka kemiskinan akan meningkat sebesar 0.222 persen. Pengangguran berpengaruh secara positif terhadap kemiskinan, sehingga merupakan masalah penting dalam penanggulangan kemiskinan.

Nilai koefisien populasi penduduk tahun sebelumnya sebesar 5.212. Hal ini menunjukkan bahwa jika jumlah penduduk meningkat satu persen maka kemiskinan akan meningkat sebesar 5.212 persen. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kemiskinan meningkat ini disebabkan oleh pertambahan penduduk Indonesia tersebut tidak produktif. Banyak penduduk Indonesia yang pendidikannya kurang dan tidak memiliki keterampilan khusus agar bisa lebih produktif.

Nilai koefisien inflasi tahun sebelumnya sebesar 0.005. Hal ini menunjukkan bahwa jika inflasi tahun sebelumnya meningkat satu persen, maka kemiskinan akan meningkat sebesar 0.005 persen. Kenaikkan inflasi ini menyebabkan daya beli masyarakat menurun sehingga kebutuhan dasar masyarakat berpenghasilan rendah tidak terpenuhi yang menyebabkan jumlah penduduk miskin meningkat.

(25)

15 meminimalisasi jumlah penduduk miskin saat tahun sebelumnya mengalami peningkatan. Sementara untuk nilai koefisien tren sebesar -0.082 menunjukkan bahwa semakin bertambahnya tahun, kemiskinan akan menurun sebesar 0.082 persen. Koefisien Dummy krisis sebesar 0.143 menunjukkan bahwa saat terjadi krisis maka kemiskinan akan meningkat sebesar 0.143 persen.

Hasil Simulasi Subsidi BBM

Hasil simulasi subsidi BBM diperoleh dengan merata-ratakan hasil dugaan tiga tahun terakhir dari masing-masing persamaan. Nilai Presentase perubahan diperoleh dari simulasi subsidi BBM diturunkan 10 persen dikurang simulasi dasar per simulasi dasar dikali 100 persen. Tabel 6 menunjukkan nilai presentase perubahan pada masing-masing persamaan simultan.

Tabel 6 Hasil simulasi jika subsidi BBM turun 10 persen Persamaan Presentase Perubahan

(persen)

Inflasi 9.046

Pendapatan Nasional -0.093

Jumlah Pengangguran 0.220

Jumlah Penduduk Miskin 0.097

Hasil simulasi menunjukkan jika subsidi BBM diturunkan sebesar 10 persen, maka akan menyebabkan kenaikan inflasi sebesar 9.046 persen. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi, apabila subsidi BBM diturunkan maka terjadi peningkatan biaya di sektor transportasi yang menyebabkan biaya distribusi barang menjadi meningkat. Peningkatan biaya distribusi ini berdampak pada meningkatnya biaya input sehingga terjadi peningkatan harga barang-barang atau inflasi. Selain itu terjadi penurunan pendapatan nasional sebesar 0.093 persen. Pendapatan nasional yang menurun ini menyebabkan daya beli masyarakat menurun, sehingga kebutuhan sehari-hari masyarakat kurang terpenuhi.

(26)

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah penurunan subsidi BBM akan berdampak pada peningkatan inflasi. Nilai tukar dan jumlah uang beredar tahun sebelumnya berpengaruh signifikan secara positif terhadap inflasi. Sementara untuk jumlah penduduk miskin tahun sebelumnya dan tren berpengaruh signifikan secara negatif terhadap inflasi. Jumlah tenaga kerja, pendapatan nasional tahun sebelum, dan krisis berpengaruh signifikan secara positif terhadap pendapatan nasional. Sementara untuk inflasi tahun sebelum dan tren berpengaruh secara signifikan secara negatif terhadap pendapatan nasional.

Belanja pemerintah berpengaruh signifikan secara negatif terhadap jumlah pengangguran. Sementara jumlah pengangguran tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin, dan tren berpengaruh signifikan secara positif terhadap jumlah pengangguran. Jumlah pengangguran, populasi tahun sebelumnya, inflasi tahun sebelumnya, dan krisis berpengaruh signifikan secara positif terhadap jumlah penduduk miskin. Sementara untuk jumlah penduduk miskin tahun sebelumnya dan tren berpengaruh signifikan secara negatif terhadap jumlah penduduk miskin.

Apabila subsidi BBM diturunkan sebesar 10 persen, maka akan berdampak pada peningkatan inflasi sebesar 9.046 persen, jumlah pengangguran meningkat sebesar 0.220 serta jumlah penduduk miskin sebesar 0.097 persen. Sementara untuk pendapatan nasional mengalami penurunan sebesar 0.093 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa pengurangan subsidi BBM akan menyebabkan peningkatan kemiskinan di Indonesia.

Saran

(27)

17

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 1983-2012. Statistik Indonesia / Statistical Yearbook of Indonesia 1983-2012. BPS : Jakarta.

[BI] Bank Indonesia, 2012. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Bank Indonesia : Jakarta.

Dartanto T. 2012. Reducing Fuel Subsidies and the Implication on Fiscal Balance and Poverty in Indonesia: A Simulation Analysis.Vol II No. 6/2012.

[DEPKEU] Departemen Keuangan. 1983-2011. Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Tahun Anggaran 1983-2011). Departemen Keuangan, Jakarta.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta (ID): Erlangga.

Hasyim I. 2009. 40 Tahun Bergelut Energi: BBM, Kapan Selesai?. Bintang Satu Publishing: Jakarta.

Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press: Bogor. [ESDM] Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009. Handbook of

Energy and economic Statistic of Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral : Jakarta.

Lestari F. 2008. Kemiskinan dan Pengeluaran Pemerintah untuk Infrastruktur: Studi Kasus Indonesia, 1976-2006 [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mankiw NG. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta (ID): Erlangga.

Nanga M. 2006. Dampak Transfer Fiskal Terhadap Kemiskinan di Indonesia : Suatu Analisis Simulasi Kebijakan [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nugroho HT. 2010. Dampak Kebijakan Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Kinerja Perekonomian di Indonesia [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Oktavianti H. 2008. Menelaah Kemiskinan di Indonesia Perspektif Ekonomi Politik. 2 (2): 128-140.

Rahardjo MD. 2006. Menuju Indonesia Sejahtera Upaya Konkret Pengentasan Kemiskinan. Khanata-Pustaka LP3ES : Jakarta.

Suryadarma D, Artha A, Suryahadi A, Sumarto S. 2005. A Reassesment of Inequality and Its Role in Poverty Reduction in Indonesia. SMERU Research Institute.

Susilo YS. 2013. The Elimination of Fuel Subsidies to Increase the Education Budget in Indonesia. 4 (3): 209-219.

Wangke F, Sinaga B, Tambunan M, dan Sinaga H. 2009. Impact of Policy Changes in Subsidies Diesel Fuel Price on Government Expenditure. 14 (1): 25-36

(28)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data yang digunakan dalam penelitian

(29)

19

3887.17 161245684 29312256 1599379 63530146 79377 4255.65 164706919 35000000 1749961 65071501 89084 4551.79 168119209 33477434 1368477 62457138 101810

5263.38 171472345 35165310 1854725 68338187 115654 6500.46 174767379 30000000 1842870 70402443 136030 6561.98 178006800 37751636 2105802 72816834 147128 7063.01 181197879 38650086 2180552 73908204 156708 7125.92 184345939 27200000 1951684 75850580 167149

7511.09 187451800 39657560 2032369 76423179 176274 7797.13 190512441 39766584 2185602 78518372 190540 7838.48 193525648 25900000 2245536 79200542 200490 8042.31 196488446 39195206 4303254 80485051 318209

8289.99 199400339 38514804 6251201 80110060 347703 8612.93 202257039 34500000 4407769 85701813 377197 10505.92 205063468 36364574 4275155 87049756 406691

19897.42 207839287 49500000 5062483 87672449 436185 13079.78 210610776 47970000 6748097 88191826 465679 13897.70 213395411 38700000 5813231 89837730 495173 15341.31 216203499 37900000 8005031 90807417 524667 13168.08 219026365 38400000 9132104 91647166 554161

11954.27 221839235 37300000 9531090 90784917 583655 11905.02 224606531 38100000 10251351 93722036 458500 11664.50 227303175 35100000 10854254 94948118 507697 10895.64 229918547 39300000 10932000 95456935 602702

10849.15 232461746 37170000 10011142 99930217 673261 10718.10 234951154 34960000 9394515 102552750 743174 11687.76 237414495 32530000 8962617 104870663 841529

(30)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 April 1991 dari pasangan (Alm.) Yakub Imam dan Siauw Moy Chin. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 97 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi pengurus Komisi Pelayanan Anak Persekutuan Mahasiswa Kristen 2010-2011, Anggota Enterpreneurship Club Fakultas Ekonomi dan Manajemen 2010-2011, Anggota Teater FEMOUS Fakultas Ekonomi dan Manajemen 2010-2011, Anggota Himpunan Profesi Peminat Ilmu Ekonomi IPB (HIPOTESA) 2011-2012 divisi DISTRO (De Bussiness and Corporation Troops), Pengurus Komisi Pra Alumni Persekutuan Mahasiswa Kristen 2012-2013. Selain itu penulis juga pernah magang kerja di Dinas Pelayanan Pajak Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada bulan Juli-Agustus 2012, admin TILA & Partner Law Firm pada Februari 2013, Marketing Analyst Social Media PT. Interactive Media Asia pada Februari – Maret 2013. Saat ini penulis bekerja pada PT. Uni Tokopo Teknologi sebagai Marketing Promotion Leader.

Gambar

Gambar 1. Keterkaitan antar variabel penelitian
Gambar 2  Perkembangan belanja subsidi BBM (triliun rupiah)
Gambar 3  Perkembangan inflasi Indonesia tahun 1983 – 2011 (persen)
Gambar 6  Perkembangan jumlah penduduk miskin Indonesia tahun 1983 – 2011
+5

Referensi

Dokumen terkait

Apabila terbukti dikemudian hari bahwa Tugas Akhir ini merupakan hasil plagiasi, maka ijazah yang saya peroleh dinyatakan batal dan akan saya kembalikan kepada

Murty (2000) menjelaskan bahwa faktor sejarah sebagai salah satu faktor utama penyebab disparitas antar wilayah dimana tingkat perkembangan masyarakat dalam suatu wilayah

Kapang yang berhasil diisolasi umumnya bersifat saprofit seperti Aspergillus, Cephalosporium, Cunninghamella, Paecilomyces, Penicillium, dan Eupenicillium; parasit pada

Pada penelitian ini dibuat sediaan lipstik dengan memanfaatkan pewarna alami yang terkandung dalam ubi jalar ungu.. Formulasi lipstik terdiri dari bahan-bahan

Exposure to methanol extract from soybean for 52 days could induce testicular damage in male rats and reduce Cyp19 aromatase expression in rat

[r]

tari dalam kemampuan motorik melalui stimulus gerak binatang, untukd. melihat dampak yang ditimbulkan selama proses

[r]