EFEK PENAMBAHAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA)
PADA TANAMAN LEGUMINOSA MERAMBAT DALAM
KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN
SKRIPSI
ARISTYA WULANDARI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
i RINGKASAN
ARISTYA WULANDARI. D24070073. 2011. Efek Penambahan Fungi Mikor iza Ar buskula (FMA) pada Tanaman Leguminosa Mer ambat dalam Kondisi Cekaman Keker ingan. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K., M.Si Pembimbing Anggota : Nur Rochmah Kumalasari, S.Pt, M.Si
Leguminosa adalah jenis tumbuhan yang termasuk keluarga kacang-kacangan atau polong-polongan. Pertumbuhan dan produktivitas tanaman leguminosa dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya tingkat kesuburan tanah, kondisi iklim dan ketersediaan air. Jika ketersediaan air dalam tanah menurun maka akan terjadi cekaman kekeringan. Tanaman yang mengalami cekaman kekeringan pertumbuhannya terhambat, karena ketersediaan air dalam tanaman dan tanah mempengaruhi penyerapan unsur hara dan laju fotosintesis.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi cekaman kekeringan yaitu dengan penambahan fungi mikoriza arbuskula. Mikoriza adalah simbiosis antara fungi tanah dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat di bidang pertanian, diantaranya adalah membantu meningkatkan status hara terutama fosfor tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, dan penyakit (Auge, 2001).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan fungi mikoriza arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman leguminosa merambat dalam kondisi cekaman kekeringan. Ada enam jenis legume yang digunakan pada penelitian ini adalah Ca lopogonium mucunoides, Ma croptilium bractea tum, Centrosema pubescens, Centrosema pa scuorum, Clitoria terna tea, dan Puera ria javanica. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) pola searah dengan empat perlakuan kombinasi antara FMA dan cekaman kekeringan yang terdiri dari empat kali ulangan pada masing-masing perlakuan. Perlakuan terdiri dari : M0W0 (tanpa FMA + penyiraman), M0W1 (tanpa FMA + cekaman kekeringan), M1W0 (penambahan FMA + penyiraman), dan M1W1 (penambahan FMA dan cekaman kekeringan). Analisis yang digunakan adalah Analisis Ragam (ANOVA) dan uji lanjut Duncan. Peubah yang diamati adalah kadar air tanah, jumlah daun flash, berat kering batang, berat kering daun, berat kering akar, dan infeksi akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan dengan mikoriza maupun tanpa mikorza menurunkan pertumbuhan dan produksi tanaman leguminosa. Perlakuan penyiraman dengan mikoriza maupun tanpa mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman leguminosa. Penambahan fungi mikoriza arbuskula (FMA) belum berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman leguminosa merambat.
ii ABSTRACT
Effect Addition Ar buscular Mycor r hizal Fungi (AMF) to Cr eep Legume in Water Str ess Condition
Wulandari, A., P. D. M. H. Karti and N. R. Kumalasari
The aim of the experiment to study effect of addition arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) to the growth and production of legumes in water stress condition. There are six legumes were used for this experiment consisted of : Clitoria terna tea, Centrocema pascuorum, Macroptilium bra ctea tum, Ca lopogonium mucunoides, Puera ria ja vanica , and Centrocema pubescens. The experiment used completely randomized design with four treatments and four replications. The treatments consisted of : M0W0 (without AMF and daily watering), M0W1 (without AMF and water stress), M1W0 (with AMF and daily watering), and M1W1 (with AMF and water stress). Some parameters were observed i.e. water content of soil, number leaf of plant, dry weight of leaf, dry weight of stem, dry weight of root, and root infection in each legume species. The results showed that water stress with AMF and without AMF decrease dry weight of root, leaf, and stem. AMF did not affect the growth and production of legumes. Watering with AMF and without AMF was able to increase weight of root, leaf, and stem whereas water stress decrease dry weight of root, leaf, and stem. Addition of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) in water stress condition did not affect the growth and production of legumes.
iii
EFEK PENAMBAHAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA)
PADA TANAMAN LEGUMINOSA MERAMBAT DALAM
KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN
ARISTYA WULANDARI
D24070073
Skr ipsi ini mer upakan salah satu syar at untuk memper oleh gelar Sar jana Peter nakan pada
Fakultas Peter nakan Institut Per tanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
iv J udul : Efek Penambahan Fungi Mikor iza Ar buskula (FMA) pada Tanaman
Leguminosa Mer ambat dalam Kondisi Cekaman Keker ingan
Nama : Ar istya Wulandar i
NIM : D24070073
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
(Dr . Ir . Panca Dewi M. H. K., MSi) (Nur Rochmah Kumalasar i, SPt. MSi) NIP. 19611025 198703 2 002 NIP. 19810214 200604 2 015
Mengetahui: Ketua Depar temen
Ilmu Nutr isi dan Teknologi Pakan Institut Per tanian Bogor
(Dr . Ir . Idat Galih Per mana, MSc. Agr ) NIP: 19670506 199103 1 001
v RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 26 April 1989 di Saruaso, Batusangkar,
Sumatera Barat. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan M.
Yanus dan Eva Eli. Penulis mulai menempuh pendidikan di TK Al Amin Lima
Kaum Batusangkar pada tahun 1994. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah
Dasar Negeri 17 Saruaso Barat pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001.
Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2004 di MTsN
Batusangkar dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA
Negeri 1 Sawahlunto Sijunjung.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2008. Selama menjadi mahasiswa,
Penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan
sebagai staf Biro Kewirausahaan, periode 2008-2009. Penulis juga aktif dalam
organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER)
periode 2009-2010 sebagai sekretaris Departemen Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Balai Embrio Ternak
Cipelang pada tahun 2009 dan aktif pada kepanitiaan kegiatan yang dilaksanakan
oleh lembaga-lembaga kemahasiswaan IPB. Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Metodologi dan Rancangan Percobaan Departemen Ilmu
vi KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efek Penambahan
Fungi Mikor iza Ar buskula (FMA) pada Tanaman Leguminosa Mer ambat
dalam Kondisi Cekaman Keker ingan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan.
Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan
Agustus 2010 sampai dengan Mei 2011 bertempat di Rumah Kaca, Cikabayan,
University Farm, Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Karya Ilmiah ini berisi informasi tentang pengaruh penambahan fungi mikoriza
arbuskula pada tanaman leguminosa merambat dalam kondisi cekaman kekeringan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan fungi mikoriza
arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman leguminosa
merambat dalam kondisi cekaman kekeringan.
Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua
pihak yang membutuhkan. Semoga skripsi ini dapat menjadi amal sholih bagi
penulis.
Bogor, Juli 2011
vii
Pengaruh Cekaman Kekeringan pada Tanaman... 3
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA).…………...……... 3
Hubungan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Tanaman... 4
Calopogonium mucunoides... 5
Centrosema pubescens Benth... 6
Centrosema pa scuorum...…………... 7
Pueraria ja vanica Benth...……...…... 8
Clitoria terna tea...…………... 9
Ma croptilium bracteatum...……...…... 9
MATERI DAN METODE……… 11
Lokasi dan Waktu Penelitian…... 11
Materi……….……….. 11
Pengamatan dan Pengambilan Data…... 13
Peubah yang Diamati...…………... 13
Kadar Air Tanah…... 13
viii
Berat Kering Daun, Batang, dan Akar... 14
Infeksi Akar …….…... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN... 15
Pengamatan Umum Penelitian... 15
Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Air Tanah………... 16
Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Daun Flash...………… 18
Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Kering Daun, Batang, dan Akar…..………... 21
Pengaruh Perlakuan terhadap Infeksi Akar……….. 24
KESIMPULAN DAN SARAN…………..………. 26
Kesimpulan………... 26
Saran………. 26
UCAPAN TERIMA KASIH……….. 27
DAFTAR PUSTAKA...………... 28
ix DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Lama Pengamatan pada Setiap Jenis Legum……….. 15
2. Rataan Kadar Air Tanah (%) pada Masing-masing
Jenis Leguminosa Pakan………... 16
3. Rataan Jumlah Daun Flash pada Masing-masing
Jenis Leguminosa Pakan………... 18
4. Rataan Berat Kering Daun, Batang, dan Akar
pada Masing-masing Jenis Leguminosa Pakan………... 20
5. Rataan Infeksi Akar (%) pada
x DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Ca lopogonium mucunoides………. 6
2. Centrosema pubescens……… 6
3. Centrosema pa scuorum……….. 7
4. Puera ria javanica………. 8
5. Clitoria terna tea ………... 9
xi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Suhu dalam Rumah Kaca………... 32
2. Hasil Sidik Ragam Kadar Air Tanah pada
Tanaman Legum Calopogonium mucunoides……… 32
3. Uji Lanjut Duncan Kadar Air Tanah pada
Tanaman Legum Calopogonium mucunoides……… 33
4. Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun Flash
pada Tanaman Legum Calopogonium mucunoides………... 33
5. Hasil Sidik Ragam Berat Kering Daun
pada Tanaman Legum Calopogonium mucunoides………... 33
6. Hasil Sidik Ragam Berat Kering Batang
pada Tanaman Legum Calopogonium mucunoides... 33
7. Hasil Sidik Ragam Berat Kering Akar
pada Tanaman Legum Calopogonium mucunoides………... 33
8. Hasil Sidik Ragam Infeksi Akar pada Tanaman
Legum Calopogonium mucunoides……….. 34
9. Uji Lanjut Duncan Infeksi Akar pada Tanaman
Legum Calopogonium mucunoides……….. 34
10. Hasil Sidik Ragam Kadar Air Tanah pada
Tanaman Legum Centrosema pubescens………..……. 34
11.Uji Lanjut Duncan Kadar Air Tanah pada
Tanaman Legum Centrosema pubescens………..………….. 34
12. Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun Flash pada
Tanaman Legum Centrosema pubescens……….…………. 34
13.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Daun pada
Tanaman Legum Centrosema pubescens……….…….………. 35
14.Uji Lanjut Duncan Berat Kering Daun pada
Tanaman Legum Centrosema pubescens……….……….. 35
15.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Batang pada
Tanaman Legum Centrosema pubescens…..…….………. 35
16.Uji Lanjut Duncan Berat Kering Batang pada
xii 17.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Akar pada
Tanaman Legum Centrosema pubescens…..…….………. 35
18.Uji Lanjut Duncan Berat Kering Akar pada
Tanaman Legum Centrosema pubescens..……….. 36
19.Hasil Sidik Ragam Infeksi Akar pada
Tanaman Legum Centrosema pubescens…..……….. 36
20.Uji Lanjut Duncan Infeksi Akar pada Tanaman
Legum Centrosema pubescens…………..……… 36
21.Hasil Sidik Ragam Kadar Air Tanah pada
Tanaman Legum Centrosema pa scuorum…………..……… 36
22.Uji Lanjut Duncan Kadar Air Tanah pada
Tanaman Legum Centrosema pa scuorum…..……… 37
23.Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun Flash pada
Tanaman Legum Centrosema pa scuorum…………..……… 37
24.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Daun pada
Tanaman Legum Centrosema pa scuorum……..……… 37
25.Uji Lanjut Duncan Berat Kering Daun pada
Tanaman Legum Centrosema pa scuorum…..……… 37
26.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Batang pada
Tanaman Legum Centrosema pa scuorum……..……… 37
27.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Akar pada
Tanaman Legum Centrosema pa scuorum………..……… 38
28.Hasil Sidik Ragam Infeksi Akar pada
Tanaman Legum Centrosema pa scuorum…..……… 38
29.Uji Lanjut Duncan Infeksi Akar pada
Tanaman Legum Centrosema pa scuorum…………..……… 38
30.Hasil Sidik Ragam Kadar Air Tanah
pada Tanaman Legum Pueraria ja vanica………..……… 38
31.Uji Lanjut Kadar Air Tanah
pada Tanaman Legum Pueraria ja vanica…..……… 39
32.Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun Flash
pada Tanaman Legum Pueraria ja vanica…..……… 39
33.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Daun pada
xiii 34.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Batang pada
Tanaman Legum Puera ria javanica…...………. 39
35.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Akar pada
Tanaman Legum Puera ria javanica………..……….. 39
36.Uji Lanjut Duncan Berat Kering Akar pada
Tanaman Legum Puera ria javanica……..……….. 40
37.Hasil Sidik Ragam Infeksi Akar pada
Tanaman Legum Puera ria javanica………..……….. 40
38.Uji lanjut Duncan Infeksi Akar pada Tanaman
Legum Puera ria javanica………..……… 40
39.Hasil Sidik Ragam Kadar Air Tanah
pada Tanaman Legum Clitoria ternatea……...………... 40
40.Uji Lanjut Duncan Kadar Air Tanah pada
Tanaman Legum Clitoria terna tea………...……… 41
41.Hasil Ragam Jumlah Daun Flash
pada Tanaman Legum Clitoria ternatea………...……….. 41
42.Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Flash
pada Tanaman Legum Clitoria ternatea……...……….. 41
43.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Daun
pada Tanaman Legum Clitoria ternatea………...……… 41
44.Uji Lanjut Duncan Berat Kering Daun pada
Tanaman Legum Clitoria terna tea……….. 42
45.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Batang
pada Tanaman Legum Clitoria ternatea…………...……….. 42
46.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Akar
pada Tanaman Legum Clitoria ternatea…...……….. 42
47.Hasil Sidik Ragam Infeksi Akar pada
Tanaman Legum Clitoria terna tea……...……… 42
48.Uji Lanjut Duncan Infeksi Akar pada
Tanaman Legum Clitoria terna tea……...………. 42
49.Hasil Sidik Ragam Kadar Air Tanah
pada Tanaman Legum Ma croptilium bracteatum…………...…….. 43
50.Uji Lanjut Duncan Kadar Air Tanah pada
xiv 51.Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun Flash
pada Tanaman Legum Ma croptilium bracteatum………... 43
52.Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Flash pada
Tanaman Legum Macroptilium bra ctea tum……...………. 43
53.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Daun pada
Tanaman Legum Macroptilium bra ctea tum…………...……… 43
54.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Batang
pada Tanaman Legum Ma croptilium bracteatum…...……… 44
55.Hasil Sidik Ragam Berat Kering Akar pada
Tanaman Legum Macroptilium bra ctea tum……..………... 44
56.Hasil Sidik Ragam Infeksi Akar pada
Tanaman Legum Macroptilium bra ctea tum…..……….. 44
57.Uji Lanjut Duncan Infeksi Akar pada
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Upaya peningkatan produksi peternakan memerlukan perbaikan produksi dan
kualitas bahan pakan. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan ternak
ruminansia adalah pakan. Pakan utama ternak ruminansia terdiri dari rumput dan
leguminosa. Leguminosa adalah jenis tumbuhan yang termasuk keluarga
kacang-kacangan atau polong-polongan.
Leguminosa mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput.
Kandungan protein kasarnya berkisar antara 15%-25% (Reksohadiprodjo, 1985),
serta andalan daerah tropik sebagai sumber nitrogen (Fuskhah, 2009). Leguminosa
selain digunakan sebagai pakan ternak, juga berfungsi sebagai tanaman penutup
tanah (cover crop) dan pendukung kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen (N2).
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman leguminosa dipengaruhi beberapa
faktor, diantaranya tingkat kesuburan tanah, kondisi iklim dan ketersediaan air.
Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan tanaman sangat besar. Ketersediaan
air dalam tanah mempengaruhi transport hara tanah oleh akar tanaman. Jika
ketersediaan air dalam tanah menurun maka akan terjadi cekaman kekeringan.
Cekaman kekeringan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu (1) kekurangan
suplai air di daerah perakaran dan (2) permintaan air yang berlebihan oleh daun
akibat laju evapotranspirasi melalui laju absorbsi air oleh akar tanaman (Harjadi &
Yahya, 1988). Cekaman kekeringan menyebabkan penurunan turgor pada sel
tanaman dan penurunan serapan hara (Fitter dan Hay, 1991). Mapegau (2006)
menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap defisit (cekaman) air
karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat menghentikan
pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman menjadi lebih kecil.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi cekaman
kekeringan yaitu dengan penambahan fungi mikoriza arbuskula. Mikoriza adalah
simbiosis antara fungi tanah dengan akar tanaman (Auge, 2001). Rungkat (2009)
menjelaskan bahwa tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada
tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki peranan bagi pertumbuhan dan
produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman sebagai berikut : a) mikoriza
2 pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stres kekeringan, c) mikoriza dapat
beradaptasi dengan cepat pada tanah yang terkontaminasi, d) mikoriza dapat
melindungi tanaman dari patogen akar e) mikoriza dapat memperbaiki produktivitas
tanah dan tanah memantapkan struktur tanah.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan fungi
mikoriza arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman leguminosa
3 TINJ AUAN PUSTAKA
Penga r uh Cekaman Keker ingan pada Tanaman
Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman
mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media
tanam. Cekaman air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak
cukup dan transpirasi yang berlebihan (Islami dan Utomo, 1995). Harjadi dan Yahya
(1988) menyatakan bahwa cekaman kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh
dua hal, yaitu : (1) kekurangan suplai air di daerah perakaran dan (2) permintaan air
yang berlebihan oleh daun akibat laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh
akar tanaman, walaupun keadaan air tanah tersedia cukup.
Mapegau (2006) menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka
terhadap defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya
turgiditas dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan
tanaman menjadi lebih kecil. Selain itu, hal ini juga akan berdampak terhadap
produksi dari tanaman tersebut. Cekaman kekeringan pada tanaman dapat
menyebabkan penurunan laju perkecambahan benih, menghambat penyerapan air,
hara dan translokasi fotosintat, serta menurunkan laju transpirasi dan fotosintesis
(Harjadi dan Yahya, 1988). Cekaman kekeringan menyebabkan penurunan luas
daun, hal ini karena berkurangnya suplai air yang menyebabkan penurunan turgor
pada sel daun sehingga stomata tertutup yang menyebabkan menurunnya proses
fotosintesis (Karti, 2004).
Fungi Mikor iza Ar buskula
Mikoriza adalah simbiosis antara fungi tanah dengan akar tanaman yang
memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah membantu meningkatkan status hara
tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, penyakit, dan
kondisi tidak menguntungkan lainnya (Rao, 1994). Terdapat dua macam mikoriza,
yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Pada ektomikoriza, jamurnya menyelubungi
masing-masing cabang akar dalam selubung atau mantel hifa. Hifa-hifa itu hanya
menembus antarsel korteks akar. Pada endomikoriza, jamurnya tidak membentuk
suatu selubung luar tetapi hidup di dalam sel-sel akar (intraseluler) dan membentuk
4 Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) memiliki karakteristik perakaran inang
yang terkenan infeksi tidak membesar dan cendawan membentuk struktur hifa yang
tipis. Hifa FMA merupakan hifa yang tidak bersekat yang tumbuh diantara sel-sel
korteks akar dan bercabang-cabang di dalamnya. Fakuara (1998) menyatakan bahwa
ciri utama FMA adalah adanya vesikel dan arbuskulus di dalam korteks akar. Hifa
inter dan intraseluler juga ada di dalam korteks dan infeksi di sisi akar secara
langsung berhubungan dengan miselium bagian luar yang menyebar dan
bercabang-cabang di dalam tanah.
Menurut Setiadi (1989), mikoriza memberikan manfaat bagi tanaman
diantaranya adalah : (1) meningkatkan serapan unsur hara (Utama dan Yahya, 2003)
dengan mekanisme membentuk selubung hifa yang tebal, (2) Meningkatkan
ketahanan terhadap kekeringan, kerusakan jaringan kortek akibat kekeringan pada
perakaran bermikoriza tidak bersifat permanen, penyebaran hifa dalam tanah sangat
luas sehingga dapat mengambil air relatif lebih banyak dan (3) Memproduksi hormon
dan zat pengatur tumbuh seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin bagi
inangnya.
Hubungan Fungi Mikor iza Ar buskula (FMA) dan Tanaman
Fungi mikoriza arbuskula merupakan tipe mikoriza yang paling banyak
mendapat perhatian, karena diketahui dapat bersimbiosis dengan sekitar 80% spesies
tanaman (Brundrett et a l., 1996). Secara alami terdapat asosiasi mikoriza antara fungi
dan tanaman dalam bentuk simbiosis mutualisme. Manfaat fungsional yang diperoleh
FMA dapat dilihat dari adanya pembentukan struktur arbuskula dan vesikula di
dalam sel-sel akar serta produksi spora yang tinggi. Perkembangan FMA dan
produksi spora membutuhkan energi yang diperoleh melalui penyerapan karbon
organik dari tanaman inang (Smith dan Read, 1997). Sementara itu, tanaman inang
dapat memanfaatkan fungi simbiosis berupa hara mineral dan air yang
penyerapannya dibantu oleh FMA sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman
meningkat.
Adanya simbiosis dengan FMA telah banyak diketahui mampu memperbaiki
hara tanaman inang melalui penyerapan hara dan air yang pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Inokulasi FMA pada cabai dapat
5 terhadap kekeringan. Fungi mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran
tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa eksternal yang dapat tumbuh secara
ekspansif dan menembus lapisan subsoil sehingga kapasitas akar dalam penyerapan
hara dan air.
Rungkat (2009) menjelaskan bahwa tanaman yang bermikoriza biasanya
tumbuh lebih baik dari pada tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki
peranan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman
sebagai berikut : a) mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, b) mikoriza
melindungi tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stres
kekeringan, c) mikoriza dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah yang
terkontaminasi, d) mikoriza dapat melindungi tanaman dari patogen akar e) mikoriza
dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur tanah.
Calopogonium mucunoides Benth
Legum Calopo berasal dari Amerika Selatan tropik yanng bersifat perenial,
merambat, membelit dan hidup pada daerah yang memiliki kelembapan udara yang
tinggi. Batang dan daun yang masih muda berbulu, berwarna coklat keemasan,
bentuk daun trifoliat, bunganya kecil dan berwarna ungu (Allen dan Allen, 1981).
Ca lopogonium mucunoides mempunyai akar yang keluar dari buku batangnya
sehingga baik bila digunakan untuk tanaman penutup tanah pencegah erosi
(Reksohadiprodjo, 1985; Allen dan Allen, 1981 ). Calopogonium mucunoides
mempunyai sifat tumbuh yang cepat, menciptakan kondisi kelembaban tanah yang
ideal untuk perkembangan tanah yang ideal untuk perkembangan mikroorganisme
tanah (Karamoy, 2004).
Ca lopogonium mucunoides tumbuh setiap tahun pada musim panas di bawah
kondisi basah dan berbiji setiap tahun. Suhu untuk tumbuh sesuai dengan suhu di
daerah tropis basah, sedangkan suhu minimum tidak terlalu dingin, seperti suhu yang
dibutuhkan oleh centro atau puero. Tumbuh pada lintang 29–30oS, juga tumbuh baik pada ketinggian 2000 m dpl di Colombia (Fanindi dan Bambang, 2005) tapi lebih
banyak tumbuh pada ketinggian 300 – 1500 m, curah hujan yang baik untuk
pertumbuhannya adalah 1125 mm/tahun atau lebih, beradaptasi pada berbagai tekstur
tanah, pH yang baik untuk pertumbuhannya 4,5–5,0. Dapat tumbuh baik dengan
6 legum seperti centrosema atau puero, dapat tumbuh cepat untuk menekan gulma,
merupakan hijauan yang kuat karena dapat menjadi penutup tanah terus menerus
selama 4-5 bulan bahkan bisa sampai 20 bulan. Toleransi terhadap sinar rendah,
terutama pada jenis Calopogonium ca eurelum, pada intensitas cahaya kurang dari
20%, daun Ca lopogonium akan berkurang 70% dibandingkan pada lahan terbuka
(Fanindi dan Bambang, 2005).
Gambar 1. Calopogonium mucunoides
Centrosema pubescens Benth
Centrosema pubescens Benth berasal dari Amerika Selatan. Sentro
merupakan suatu jenis legum berumur panjang yang bersifat merambat dan
memanjat (Allen dan Allen, 1981). Daun-daun sentro adalah trifolia te dan lebih
runcing bila dibandingkan dengan daun-daun legum Puero atau Calopo. Berdaun
lebat dan batangnya tidak berkayu meskipun tanaman telah berumur 18 bulan
(Reksohadiprodjo, 1985).
7 Centrosema pubescens Benth merupakan jenis tanaman leguminosa yang
dapat digunakan sebagai tanaman penutup tanah dari erosi aliran air permukaan.
Centrosema pubescens Benth tumbuh sangat cepat dan menghasilkan biji yang
banyak. Centrosema pubescens Benth dapat tumbuh dengan baik sampai ketinggian
1000 m (dpl), lebih tahan naungan dan relatif tahan terhadap kekeringan (Nurbaiti
dan Maryani, 2007). Sifat tumbuh centro adalah perennia l (hidup lebih dari satu
tahun), sangat agresif, dan batang-batangnya menjalar dan Centro dapat digunakan
sebagai pupuk hijau dan tanaman penutup serta sangat disukai oleh ternak
(Reksohadiprojo,1985). Kandungan nutrisi centro terdiri dari protein kasar 23,6% ;
serat kasar 31,6% dan lemak kasar 3,6% (Gohl, 1981).
Centrosema pascuorum
Centrosema pa scuorum berasal dari Venezuela (Allen dan Allen, 1981).
Centrosema pa scuorum adalah tanaman herba membelit, mempunyai daun trifolia te
dengan helai daun memanjang (50-100 mm) dan sempit (5-10 mm). Daun-daun
tunggal atau berpasangan pada ujung tangkai yang pendek. Bunga berwarna merah
anggur sampai merah keunguan, panjang dan lebar sekitar 12-25 mm. Buah polong
lurus sedikit melengkung, panjang 4-8 mm dan lebar 2-4 mm dengan garis
memanjang berwarna gelap. Terdapat sekitar 15 biji dalam setiap polong (Partridge,
2003).
Gambar 3. Centrosema pascuorum
Centrosema pa scuorum bisa beradaptasi dengan berbagai jenis tanah.
8 yang panjang sampai dengan 8 bulan dan curah hujan 700-1500 mm per tahun.
Centrosema pascuorum tidak tahan pada suhu beku. Centrosema pascuorum tahan
terhadap genangan dalam jangka panjang. Pada tanah yang tidak pernah ditanami
legum sebelumnya, Centrosema pa scuorum tumbuh baik dengan inokulasi
menggunakan rizobium dan mikoriza yang sesuai (Partridge, 2003).
Pueraria javanica Benth
Puera ria javanica Benth disebut juga kacang ruji (Jawa). Pueraria javanica
Benth merupakan tanaman tahunan yang tumbuh rebah dan menjalar. Mempunyai
batang membelit dan merambat. Jika menjalar sulur akan membentuk akar pada tiap
bukunya. Perakarannya dalam dan bercabang-cabang (Reksohadiprojo, 1985).
Puera ria javanica Benth berdaun lebar,bulat dan meruncing di bagian ujungnya.
Gambar 4. Puera ria javanica
Pueraria ja vanica Benth tahan terhadap tanah masam, tanah kekurangan
kapur dan fosfor. Puera ria javanica Benth digunakan sebagai makanan ternak,
sangat palatable untuk ternak ruminansia (Allen dan Allen, 1981), tanaman penutup
tanah, pencegah erosi dan pupuk hijau (Reksohadiprodjo, 1985). Kandungan nutrisi
Puera ria ja vanica terdiri dari protein kasar 20,5%; serat kasar 37,9% dan lemak
kasar 2,0% (Gohl, 1981).
Clitoria ternatea
Clitoria terna tea tergolong tanaman terna, batangnya merambat dengan pola
membelit ke kiri. Tanaman rambat ini biasa digunakan sebagai tanaman penghias
9 (Michael dan Kalamani, 2003). Clitoria ternatea sering dijumpai dan tumbuh subur
di daerah basah, berpasir dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
Tanaman ini dapat tumbuh subur pada medium yang agak lembab atau tanah yang
mempunyai kandungan humus yang tinggi. Tanaman ini dapat membiak dengan cara
stek batang atau biji (Michael dan Kalamani, 2003).
Gambar 5. Clitoria terna tea
Macroptilium bracteatum
Macroptilium bractea tum adalah tanaman leguminosa herba yang membelit
dan mempunyai tipe daun trifoliate. Bunganya berwarna merah keunguan.
Macroptilium bracteatum cocok ditanam pada tanah sedikit asam dan basa, bisa
tumbuh di daerah subtropis (Allen dan Allen, 1981). Macroptilium bra cteatum bisa
beradaptasi pada temperature yang lebih dingin dibanding Clitoria ternatea
(Partridge, 2003).
10 Macroptilium bra ctea tum adalah hijauan yang berkualitas tinggi dengan
palatabilitas yang baik. Ma croptilium bracteatum mempunyai beberapa keunggulan
diantaranya adalah : (1) Cocok pada berbagai tekstur tanah, (2) dapat tumbuh pada
suhu dingin, dan (3) mempunyai palatabilitas yang tinggi. Sedangkan kekurangannya
11 MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Cikabayan, University Farm,
Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2010 sampai bulan Mei 2011.
Mater i
J enis Tanaman
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Clitoria terna tea,
Centrocema pascuorum, Macroptilium bra ctea tum, Ca lopogonium mucunoides,
Puera ria javanica, dan Centrocema pubescens.
Per alatan dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, timbangan
kapasitas 5 kg, plastik, pot kapasitas 5 kg, gunting, timbangan digital, penggaris,
mulsa plastik, oven, kertas untuk mengoven/amplop, gelas objek, cover glass,
mikroskop, saringan, pinset, pipet, cup, kertas label, wadah plastik, plastik, spidol,
dan gelas ukur.
Bahan yang digunakan berupa tanah yang diambil dari lahan sekitar kandang
Fakultas Peternakan IPB, pupuk kandang, fungi mikoriza arbuskula (FMA), pupuk
NPK mutiara, aquadest serta bahan-bahan kimia untuk infeksi akar (KOH 2,5 %,
HCl 2 %, gliserol, asam laktat, trypan blue).
Rancangan Per cobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah
yang terdiri dari empat perlakuan kombinasi FMA dan cekaman kekeringan dengan
empat kali ulangan pada masing-masing perlakuan.
Per lakuan
M0W0 = tanpa FMA + tanpa cekaman kekeringan/penyiraman (kontrol)
M0W1 = tanpa FMA + cekaman kekeringan
M1W0 = FMA + tanpa cekaman kekeringan/penyiraman
M1W1 = FMA + cekaman kekeringan
12 Model
Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = µ + αi + εij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan kombinasi FMA dan cekaman kekeringan
ke-I dan ulangan ke-j
µ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan kombinasi FMA dan cekaman kekeringan ke-i ; i =
1,2,3, dan 4
εij = Error perlakuan kombinasi FMA dan cekaman kekeringan ke-i dan ulangan
ke-j ; j = 1,2,3, dan 4
Analisis data dengan metode analisis ragam (ANOVA) menggunakan
program SPSS 16.0, apabila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan.
Pr osedur Pelaksanaan
Per siapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan = 9: 1, tanah sebanyak 4.5 kg dan pupuk kandang 0.5 kg.
Penanaman
Legum ditanam di dalam pot kapasitas 5 kg tanah. Sebelum penanaman,
diberikan perlakuan dengan penambahan FMA sebanyak 20 gram setiap lubang
tanam (untuk perlakuan M1W1 dan M1W0), setiap lubang tanam ditanam 5 biji.
Tanaman ditumbuhkan selama satu bulan. Setelah tumbuh dengan baik maka dapat
dimulai perlakuan cekaman kekeringan yaitu dengan disiram dan tidak disiram.
Pemelihar aan
Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Pembersihan
gulma dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma setiap minggu.
Pemupukan dilakukan pada 14 hari setelah ditanam. Penyemprotan hama dilakukan
13 Per lakuan Kek er ingan
Sebelum perlakuan kekeringan dimulai, semua pot disiram terlebih dahulu
sampai tercipta kondisi jenuh. Kemudian pot diberi plastik mulsa yang dibentuk
bulat dengan diameter ± 35 cm dan dilubangi di tengahnya untuk menutupi
permukaan pot, pada perlakuan tidak disiram plastik mulsa diselotip di sekeliling pot
dan pada perlakuan yang disiram diberi sedikit celah yang tidak diselotip untuk
memudahkan penyiraman. Perlakuan dimulai pada keesokan harinya dan dihitung
sebagai hari ke-0 (H0), untuk pot perlakuan M0W0 dan M1W0 dilakukan
penyiraman setiap pagi sedangkan untuk perlakuan M1W1 dan M0W1 tidak
dilakukan penyiraman sampai tanamannya mati dan ini berarti perlakuan dihentikan
kemudian dapat dilakukan pemanenan.
Pemanena n
Pemanenan dilakukan setelah tanaman yang diberi perlakuan mati.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengamatan dan pengambilan data dilakukan setiap empat hari sekali dengan
menghitung jumlah daun flash dan pengambilan sampel tanah untuk mengukur kadar
air tanah. Berat kering batang, daun, dan akar ditimbang setelah tanaman legum mati.
Penghitungan infeksi akar dilakukan setelah tanaman legum mati dan akar
dibersihkan.
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini antara lain yaitu kadar air tanah,
jumlah daun flash, berat kering batang, berat kering daun, berat kering akar, dan
infeksi akar.
1. Kadar Air Tanah
Sampel tanah diambil sebanyak 5 gram pada masing-masing tanaman
kemudian dimasukkan ke dalam oven 105 ºC selama 24 jam. Setelah itu ditimbang
berat sampel setelah dioven. Kadar air didapat dari berat sampel sebelum
dimasukkan ke oven dikurangi berat sampel setelah dioven dibagi berat sampel
14 Kadar air tanah (%) = W0 – Wt x 100%
W0
Keterangan :
W0= berat sampel tanah basah (gram)
Wt= berat sampel tanah kering oven (gram)
2. J umlah Daun Flash
Penghitungan jumlah daun flash dilakukan dengan mengamati dan menghitung
tangkai daun yang jumlah daunnya masih utuh. Penghitungan jumlah daun flash
dimulai sejak perlakuan dan diamati setiap empat hari sekali selama penanaman
hingga pemanenan.
3. Ber at Ker ing Batang, Daun, dan Akar
Daun, batang, dan akar dipisahkan. Masing-masing ditimbang berat segarnya.
Kemudian dioven pada suhu 70ºC selama 48 jam. Setelah dioven, daun, batang, dan
akar ditimbang, dan didapatlah berat kering daun, batang, dan akar.
4. Infeksi Akar
Banyaknya infeksi akar diukur dengan melihat persentase akar yang
terinfeksi oleh hifa, arbuskula dan vesikula. Untuk menghitung banyaknya akar yang
terinfeksi oleh fungi mikoriza arbuskula terlebih dahulu dilakukan teknik pewarnaan
akar. Akar terlebih dahulu dibilas dengan air hingga bersih kemudian dimasukkan ke
dalam cup, lalu direndam dengan KOH 2,5% selama 24 jam, setelah direndam
dengan KOH 2,5% akar dibilas kembali dengan air, lalu direndam dengan HCl 2%
selama 24 jam, setelah itu HCl dalam cup dibuang dan akar dibilas dengan air .
Kemudian akar dimasukkan kembali ke dalam cup dan direndam dengan larutan
pewarna selama 24 jam. Persentase infeksi akar dihitung dengan cara meletakkan 10
buah potongan akar berukuran kurang lebih 1 cm ke atas gelas objek kemudian
ditutup dengan cover gla ss, lalu diamati dengan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 40 x 10. Persentase akar yang terinfeksi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
15 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Umum Penelitia n
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Cikabayan, University Farm dan
Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Semua jenis tanaman (Ca lopogonium mucunoides, Centrosema pubescens
Centrosema pa scuorum, Pueraria ja vanica , Clitoria ternatea, dan Ma croptilium
bractea tum) tumbuh dengan baik pada awal pertumbuhan sebelum diberi perlakuan
cekaman kekeringan karena mendapatkan perlakuan yang sama yaitu disiram setiap
hari. Setelah tanaman diberi perlakuan kekeringan, tanaman mulai layu, daunnya
menguning dan rontok serta tanaman tidak tumbuh lagi dan mati.
Tanaman Calopogonium mucunoides, Centrosema pa scuorum, Centrosema
pubescens, dan Pueraria javanica setelah mendapatkan perlakuan cekaman
kekeringan mati pada hari ke-16, sedangkan tanaman Clitoria terna tea dan
Macroptilium bra ctea tum mati pada hari ke-20 dan ke-24.
Tabel 1. Waktu Tanaman Mencapai Titik Layu Permanen
Jenis Legum Hari ke-
Calopogonium mucunoides 16
Centrosema pubescens 16
Centrosema pa scuorum 16
Pueraria ja vanica 16
Clitoria terna tea 20
Ma croptilium bracteatum 24
Keterangan : Setiap jenis legum dilakukan penelitian yang terpisah.
Keadaan suhu di dalam rumah kaca tempat dilakukannya penelitian ini dapat
dilihat pada Lampiran 1. Keadaan suhu pada pagi hari adalah berkisar antara
23°C-27°C dan rata-rata suhu pada pagi hari adalah 25°C. Pada siang hari keadaan suhu
berkisar antara 29°C-35°C dan rata-rata suhu pada siang hari adalah 32°C. Pada sore
hari keadaan suhu berkisar antara 25°C-30°C dan rata-rata suhu pada sore hari adalah
16 Pengar uh Per lakuan ter hadap Kadar Air Tanah
Air tanah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman dan aspek-aspek kehidupan lainnya. Penentuan kadar air tanah
bertujuan untuk mengetahui ketersediaan air dalam tanah terkait pengaruh air
terhadap pertumbuhan tanaman (Hermawan, 2004). Nilai rataan kadar air tanah
tanaman Ca lopogonium mucunoides, Centrosema pubescens Centrosema
pa scuorum, Pueraria javanica, Clitoria ternatea, dan Macroptilium bra ctea tum
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar Air Tanah (%) Masing-masing Tanaman Leguminosa pada Saat Titik Layu Permanen Keterangan :Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata (P<0,05). Huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01). M0W0 = tanpa FMA + penyiraman, M0W1 = tanpa FMA + cekaman kekeringan, M1W0 = FMA + penyiraman, M1W1 = FMA + cekaman kekeringan. Tanaman yang berbeda dilakukan penelitian terpisah.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang
sangat berbeda nyata (P<0,01) terhadap kadar air tanah tanaman leguminosa
Ca lopogonium mucunoides, Centrosema pa scuorum, Clitoria terna tea, Puera ria
ja vanica , dan Macroptilium bra ctea tum dan perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar air tanah Centrosema pubescens. Hasil uji
lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada tanaman Calopogonium mucunoides
perlakuan M0W0 (36,05%) tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda dengan
perlakuan M1W0 (34,96%). Perlakuan M0W1 (22,66%) memberikan pengaruh yang
tidak berbeda dengan perlakuan M1W1 (24,68%).
Pada tanaman Centrosema pubescens perlakuan M0W0 (39,23%)
menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda dengan perlakuan M1W0 (39,07%).
17 perlakuan M1W1 (28,25%). Pada tanaman Centrosema pa scuorum perlakuan M1W0
(32,21%) tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda dengan perlakuan M0W0
(28,93%) dan perlakuan M0W0 (28,93%) juga tidak menunjukkan pengaruh yang
berbeda dengan perlakuan M0W1 (23,46%) dan perlakuan M1W1 (23,73%).
Pada tanaman Clitoria ternatea perlakuan M0W0 (34,58%) tidak
menunjukkan pengaruh yang berbeda dengan perlakuan M1W0 (33,19%). Perlakuan
M0W1 (22,14%) memberikan pengaruh yang tidak berbeda dengan perlakuan
M1W1 (22,81%). Pada tanaman Ma croptilium bra ctea tum perlakuan M1W0
(39,71%) tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda dengan perlakuan M0W0
(38,79%) dan perlakuan M1W1 (29,24%). Perlakuan M1W1 (29,24%) juga
menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda dengan perlakuan M0W1 (24,97%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelima jenis legum tersebut pada
perlakuan penyiraman baik tanpa FMA maupun dengan FMA (M0W0 dan M1W0)
mengalami peningkatan kadar air tanah karena tanaman tersebut disiram setiap hari,
sedangkan pada perlakuan cekaman kekeringan baik tanpa FMA maupun dengan
FMA (M0W1 dan M1W1) mengalami penurunan kadar air tanah karena tanaman
tersebut tidak disiram. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan penyiraman
dapat meningkatkan kadar air tanah, sedangkan perlakuan dengan cekaman
kekeringan dapat menurunkan kadar air tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Marthius (2001) bahwa cekaman kekeringan dapat menurunkan kadar air tanah
tanaman. Penelitian Karti (2004) menyebutkan bahwa efisiensi penggunaan air akan
semakin menurun dengan menurunnya kadar air tanah.
Pengar uh Per lakuan ter hadap J umlah Daun Flash
Daun merupakan salah satu aspek penting dalam pertumbuhan tanaman,
karena daun berperan penting dalam proses fotosintesis dan transpirasi sehingga
pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga
sebagai data penunjang untuk menjelaskan pertumbuhan yang terjadi. Jumlah daun
seringkali berkorelasi positif terhadap pertumbuhan dan produktivitas (Sitompul dan
Guritno, 1995). Daun flash adalah jumlah daun utuh yang terdapat pada satu tangkai
18 Nilai rataan jumlah daun flash pada Calopogonium mucunoides, Centrosema
pubescens Centrosema pa scuorum, Pueraria javanica, Clitoria terna tea, dan
Macroptilium bra cteatum dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01)
terhadap jumlah daun flash tanaman Clitoria ternatea dan Ma croptilium bracteatum.
Tabel 3. Rataan Jumlah Daun Flash pada Masing-masing Jenis Leguminosa Pakan
Jenis legume kekeringan. Tanaman yang berbeda dilakukan penelitian terpisah.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada tanaman Clitoria ternatea
perlakuan M0W0 (77,38) dan M1W0 (76,04) memberikan pengaruh yang tidak
berbeda dan memiliki jumlah daun flash lebih tinggi dibandingkan perlakuan M0W1
(56,54) dan M1W1 (56,96). Pada perlakuan penyiraman baik tanpa FMA maupun
dengan FMA (M0W0 dan M1W0) terjadi peningkatan jumlah daun flash, sedangkan
pada perlakuan cekaman kekeringan tanpa FMA maupun dengan FMA (M0W1 dan
M1W1) terjadi penurunan jumlah daun flash. Hal ini menunjukkan bahwa pada
tanaman Clitoria ternatea perlakuan dengan penyiraman dapat meningkatkan jumlah
daun flash, sedangkan perlakuan cekaman kekeringan dapat menurunkan jumlah
daun flash.
Islami dan Utomo (1995) menyatakan bahwa cekaman kekeringan dapat
menurunkan jumlah daun dan serapan hara akibatnya laju fotosintesis menurun
sehingga produktivitas pun juga menurun. Hasil penelitian Traore (2000)
menyebutkan bahwa cekaman kekeringan dapat menurunkan luas daun sebanyak
33%. Karti (2004) juga menyebutkan bahwa cekaman kekeringan menyebabkan
19 penurunan turgor pada sel daun sehingga stomata tertutup yang menyebabkan
menurunnya proses fotosintesis.
Pada tanaman Ma croptilium bra cteatum perlakuan M0W0 (28,71), M0W1
(28,17), dan M1W1 (24,32) memberikan pengaruh yang tidak berbeda dan memiliki
jumlah daun flash lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M1W0 (12,00).
Perlakuan M1W1 (24,32) memberikan pengaruh yang tidak berbeda juga dengan
perlakuan M1W0 (12,00). Pada tanaman Ma croptilium bra ctea tum perlakuan
pemberian FMA dan cekaman kekeringan (M1W1) (24,32) memiliki nilai rataan
jumlah daun flash lebih tinggi dibandingkan perlakuan pemberian FMA dan
penyiraman (M1W0) (12,00). Hal ini menunjukkan bahwa cekaman kekeringan
dengan bantuan FMA dapat meningkatkan jumlah daun flash, karena tanaman yang
mengalami cekaman kekeringan dibantu oleh FMA untuk dapat tetap menyerap air
dan unsur hara.
Setiadi (1989) menyebutkan bahwa mikoriza memberikan manfaat bagi
tanaman diantaranya adalah : (1) meningkatkan serapan unsur hara (Utama dan
Yahya, 2003) dengan mekanisme membentuk selubung hifa yang tebal, (2)
meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, kerusakan jaringan kortek akibat
kekeringan pada perakaran bermikoriza tidak bersifat permanen, penyebaran hifa
dalam tanah sangat luas sehingga dapat mengambil air relative lebih banyak. Unsur
hara yang diserap digunakan sebagai penyusun klorofil sehingga aktivitas
fotosintesis yang terjadi pada tanaman akan menghasilkan fotosintat yang
mengakibatkan perkembangan pada jaringan meristematis daun sehingga jumlah
daun bertambah.
Pengar uh Perlakuan ter hadap Ber at Ker ing Daun, Batang, dan Akar
Berat kering batang, daun, dan akar merupakan peubah yang dapat digunakan
untuk menduga tingkat potensial suatu tanaman, untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan dan produksinya. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa berat
kering lebih banyak digunakan untuk menentukan pertumbuhan dan produktivitas
20
Keterangan :Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). Huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01). M0W0 = tanpa FMA + penyiraman, M0W1 = tanpa FMA + cekaman kekeringan, M1W0 = FMA + penyiraman, M1W1 = FMA + cekaman kekeringan. Tanaman yang berbeda dilakukan penelitian terpisah.
Pengar uh Perlakuan ter hadap Ber at Ker ing Daun
Nilai rataan berat kering daun tanaman Calopogonium mucunoides,
Centrosema pubescens Centrosema pa scuorum, Puera ria javanica, Clitoria
21 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata (P<0,05) terhadap berat kering daun tanaman Centrosema pubescens,
Centrosema pa scuorum, dan Clitoria terna tea. Pada tanaman Centrosema pubescens
perlakuan M1W0 (7,25 gram) dan M0W0 (5,80 gram) memberikan pengaruh yang
tidak berbeda dan perlakuan M0W0 (5,80 gram) juga memberikan pengaruh yang
tidak berbeda juga dengan perlakuan M0W1 (3,48 gram) dan M1W1 (3,08 gram).
Pada tanaman Centrosema pubescens perlakuan pemberian FMA dan
penyiraman (M1W0) memiliki nilai rataan berat kering daun yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol (M0W0), berarti terjadi peningkatan berat kering daun
pada perlakuan M1W0. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian FMA pada tanaman
Centrosema pubescens dapat meningkatkan berat kering daun. Sasli (2004)
menyatakan bahwa peranan langsung dari mikoriza adalah membantu akar dalam
meningkatkan penyerapan air dari dalam tanah ke dalam akar, karena mikoriza dapat
memperluas permukaan akar dalam penyerapan air dari dalam tanah. Air yang
diserap dari dalam tanah akan digunakan oleh tumbuhan untuk pembelahan dan
pembesaran sel.
Pada tanaman Centrosema pascuorum perlakuan M0W0 (9,45 gram) dan
M1W0 (9,38 gram) memberikan pengaruh yang tidak berbeda dan memiliki nilai
rataan berat kering daun lebih tinggi dibandingkan perlakuan M0W1 (5,68 gram) dan
M1W1 (5,83 gram). Pada perlakuan penyiraman baik tanpa FMA maupun dengan
FMA (M0W0 dan M1W0) terjadi peningkatan berat kering daun, sedangkan pada
perlakuan cekaman kekeringan baik tanpa FMA maupun dengan FMA (M1W0 dan
M1W1) terjadi penurunan berat kering daun.
Pada tanaman Clitoria terna tea perlakuan M0W0 (15,78 gram) dan M1W0
(13,03 gram) memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap berat kering daun.
Perlakuan M1W0 (13,03 gram) memberikan pengaruh yang tidak berbeda dengan
M0W1 (8,23 gram) dan M1W1 (7,79 gram). Pada perlakuan penyiraman baik tanpa
FMA maupun dengan FMA (M0W0 dan M1W0) terjadi peningkatan berat kering
daun, sedangkan pada perlakuan cekaman kekeringan baik tanpa FMA maupun
dengan FMA (M1W0 dan M1W1) terjadi penurunan berat kering daun. Hal ini
menunjukkan bahwa penyiraman dapat meningkatkan berat kering daun pada
22 sedangkan perlakuan cekaman kekeringan dapat menurunkan berat kering daun.
Karti (2004) menyebutkan bahwa penurunan kadar air dapat menurunkan aktivitas
fotosintesis yang menyebabkan penurunan hasil fotosintat sehingga bahan kering
yang dihasilkan menurun.
Menurut Fukai dan Coeper (1995) respon tanaman terhadap cekaman
kekeringan dapat dilihat secara morfologi yaitu : memperbaiki serapan air dengan
cara meningkatkan kedalaman akar, mengurangi hilangnya air dengan mengurangi
jerapan panas melalui permukaan daun yang semakin kecil, mengurangi hilangnya
air dengan mengurangi jerapan panas melalui penggulungan atau pelipatan daun atau
menggugurkan daun.
Pengar uh Perlakuan ter hadap Ber at Ker ing Batang
Nilai rataan berat kering batang pada tanaman Calopogonium mucunoides,
Centrosema pubescens Centrosema pa scuorum, Puera ria javanica, Clitoria
terna tea, dan Macroptilium bracteatum dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
terhadap berat kering batang tanaman Centrosema pubescens.
Pada tanaman Centrosema pubescens perlakuan M1W0 (9,60 gram) dan
M0W0 (6,95 gram) memberikan pengaruh yang tidak berbeda. Perlakuan M0W0
(6,95 gram) memberikan pengaruh yang tidak berbeda juga dengan perlakuan M0W1
(3,98 gram) dan M1W1 (3,28 gram. Pada tanaman Centrosema pubescens perlakuan
pemberian FMA dan penyiraman (M1W0) bila dibandingkan dengan kontrol
(M0W0) terjadi peningkatan berat kering batang. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan FMA dapat meningkatkan berat kering batang, karena FMA membantu
dalam meningkatkan penyerapan air dan unsur hara sehingga pertumbuhan dan
produksi tanaman meningkat (Rungkat, 2009).
Pengar uh Perlakuan ter hadap Ber at Ker ing Akar
Akar berfungsi untuk menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam
metabolisme tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Nilai rataan berat kering akar
masing-masing tanaman Ca lopogonium mucunoides, Centrosema pubescens
Centrosema pa scuorum, Pueraria ja vanica , Clitoria ternatea, dan Ma croptilium
23 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang
sangat berbeda nyata (P<0,01) terhadap berat kering akar tanaman Pueraria javanica
dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap berat kering akar
tanaman Centrosema pubescens. Pada tanaman Centrosema pubescens perlakuan
M1W0 (3,16 gram) dan M0W0 (1,33 gram) memberikan pengaruh yang tidak
berbeda dan perlakuan M0W0 (1,33 gram) juga memberikan pengaruh yang tidak
berbedaa juga dengan perlakuan M0W1 (0,78 gram) dan M1W1 (0,68 gram).
Pada tanaman Centrosema pubescens perlakuan pemberian FMA dan
penyiraman (M1W0) memiliki nilai rataan berat kering akar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol (M0W0), berarti terjadi peningkatan berat kering daun
pada perlakuan M1W0. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian FMA pada tanaman
Centrosema pubescens dapat meningkatkan berat kering akar. Menurut Paul dan
Clark (1989) mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsure makro
(N, P, K, ca, mg, dan Fe) terutama P dan unsure mikro (Cu, Mn, dan Zn).
Penyerapan unsur hara ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman
seperti bagian tajuk dan akar.
Pada tanaman Centrosema pubescens perlakuan penyiraman baik tanpa FMA
maupun dengan FMA (M0W0 dan M1W0) terjadi peningkatan berat kering akar,
sedangkan perlakuan cekaman kekeringan baik tanpa FMA maupun dengan FMA
(M0W1 dan M1W1) terjadi penurunan berat kering akar. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tanaman Centrosema pubescens perlakuan penyiraman dapat
meningkatkan berat kering akar dan perlakuan cekaman kekeringan dapat
menurunkan berat kering akar. Penelitian Karti (2004) menyatakan bahwa adanya
korelasi positif antara produksi bahan kering akar dengan kadar air tanah, yaitu,
semakin tinggi produksi bahan kering akar akan semakin meningkatkan kadar air tanah.
Selain itu, Karti (2004) juga menyatakan bahwa cekaman kekeringan akan
menghambat transport dan translokasi unsur hara dan air sehingga menghambat
proses fotosintesis yang pada akhirnya akan dapat menurunkan produksi bahan
kering akar.
Pada tanaman Pueraria javanica perlakuan M1W0 (2,55 gram), M1W1 (1,35
gram), dan M0W1 (1,03 gram) memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap
24 dibandingkan perlakuan M0W0 (9,38 gram). Musfal (2010) menyatakan bahwa berat
kering tanaman mencerminkan pertumbuhan tanaman dan banyaknya unsur hara
yang terserap per satuan bobot biomassa yang dihasilkan. Semakin tinggi berat
kering tanaman yang dihasilkan, pertumbuhan tanaman semakin baik dan unsur hara
yang terserap tanaman semakin banyak. Tanaman yang mempunyai berat kering akar
yang tinggi dan produksi biomassa total yang besar secara tidak langsung
menunjukkan bahwa akar yang relatif sedikit cukup untuk mendukung pertumbuhan
tanaman yang relatif besar dalam penyediaan air dan unsure hara (Sitompul dan
Guritno, 1995).
Penga r uh Per lakuan ter hadap Infeksi Akar
Nilai rataan infeksi akar pada tanaman Calopogonium mucunoides,
Centrosema pubescens Centrosema pa scuorum, Puera ria javanica, Clitoria
terna tea, dan Macroptilium bracteatum dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata
(P<0,01) terhadap infeksi akar keenam jenis tanaman leguminosa.
Tabel 5 . Rataan Infeksi Akar (%) pada Masing-masing Jenis Leguminosa Pakan
Jenis legume kekeringan. Tanaman yang berbeda dilakukan penelitian terpisah.
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan penambahan FMA baik yang
disiram maupun dengan cekaman kekeringan (M1W0 dan M1W1) pada
masing-masing legum memiliki persentase infeksi akar paling tinggi dibandingkan perlakuan
tanpa FMA baik disiram maupun dengan cekaman kekeringan (M0W0 dan M0W1).
25 tanaman leguminosa pakan. Infeksi akar juga terjadi pada tanaman yang tidak
mendapat perlakuan pemberian FMA, namun presentasinya relatif kecil. Hal ini
diduga terjadinya karena tanah yang digunakan belum disterilisasi sebelum
digunakan sehingga FMA endogen masih ada di tanah tersebut.
Musfal (2008) dan Kabirun (2002) melaporkan bahwa tanaman yang
terinfeksi mikoriza mampu menyerap unsure P yang lebih tinggi dibandingkan
tanaman yang tidak terinfeksi. FMA lebih mudah menginfeksi akar yang masih muda
karena jaringan korteks akar relatif lebih mudah ditembus oleh miselium-miselium
mikoriza (Suherman, 2008). Fakuara (1988) mengemukakan bahwa mikoriza
biasanya tidak ada pada habitat yang sangat basah, lebih lanjut dikemukakan bahwa
tanaman yang tumbuh di tanah yang tidak subur mempunyai lebih banyak mikoriza
daripada tanaman yang tumbuh di tempat yang subur.
Keragaman nilai infeksi akar mencerminkan perbedaan intensitas infeksi akar
dari setiap simbiosis yang terjadi. Pengamatan terhadap banyaknya infeksi mikoriza
pada kar tanaman merupakan salah satu cara untuk mengetahui kemampuan tanaman
dalam menyerap P setelah mendapat perlakuan mikoriza. Intensitas infeksi
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepekaan inang terhadap infeksi, iklim, dan
26 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan cekaman kekeringan dengan mikoriza maupun tanpa mikorza
menurunkan pertumbuhan dan produksi tanaman leguminosa. Perlakuan penyiraman
dengan mikoriza maupun tanpa mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman leguminosa. Penambahan fungi mikoriza arbuskula (FMA) pada
kondisi kekeringan belum berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
leguminosa merambat.
Sar an
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penambahan fungi
mikoriza arbuskula pada kondisi cekaman kekeringan yang berbeda pada tanaman
Ca lopogonium mucunoides, Centrosema pubescens Centrosema pascuorum,
27 UCAPAN TERIMA KASIH
Alha mdulillaahirabbil ‘aa lamiin. Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas
segala limpahan nikmat, kasih sayang, dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Panca Dewi MHK, M.Si
selaku pembimbing akademik dan pembimbing utama serta Nur Rochmah
Kumalasari, S.Pt, M.Si selaku pembimbing anggota atas bimbingan, motivasi,
perhatian, pelajaran hidup dan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembahas seminar
Ir. M. Agus Setiana, M.S serta dosen penguji ujian akhir Ir. Widya Hermana, M.Si,
Ir. Asep Tata Permana, M.Sc dan Ir. Sri Rahayu, M.Si yang telah memberikan
masukan untuk penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang teramat besar kepada Ayahanda tercinta M.Yanus,
Ibunda tercinta Eva Eli, Abang Ari, Pak Etek Marsan dan Etek Lel atas segala kasih
sayang, dukungan, motivasi, dan doa yang diberikan selama ini serta adik Sandi dan
Kevin yang selalu memberikan keceriaan. Abang sepupu Aidil yang telah membantu
penulis pada saat penelitian.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Ibu Simel dan Bapak
Andi yang telah membantu selama penelitian di Cikabayan dan kepada Ibu Dian
yang telah membantu selama penelitian. Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada staf departemen INTP Bapak Rustandi, Bapak Madi dan Ibu Yani yang telah
membantu segala administrasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak
kepada teman satu tim penelitian Ilham dan Akhir yang telah banyak membantu
selama penelitian. Penghuni kost Wisma Nabila (Dahlia) Irin, Vidya, Ana, Citra,
Zuzu, Nia, dan Leni atas dukungan, keceriaan, kebersamaan, suka dan duka selama
tinggal bersama.
Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada Rabiah, Enggar, Monica,
Fatmi, Nadia, Lani, Emon, Intan, Vera, Julia, Putri, Jasiska, Faris, Juanda, Umam,
Imo serta teman-teman “ANTRAKS 44” yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak atas bantuan selama penelitian
dan penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
28 DAFTAR PUSTAKA
Auge, R.M. 2001. Water relations, drought and vesicular-arbuscular mycorrhizal symbiosis. Mycorrhiza 11 :3-42.
Allen, O.N. & E.K. Allen. 1981. The Legumminosae, A Source Book of Characteristic Uses and Nodulation. The University of Wisconsin Press, Wisconsin.
Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grave & N. Malajezuk. 1996. Working with Mycorrizha in Forestry and Agriculture. Australian Centre for International Agriculture Research (ACIAR). Canbera.
Fakuara, M. Y. 1988. Mikoriza, Teori dan Kegunaan Dalam Praktek. PAU. Bioteknologi, IPB.
Fanindi, A. & Bambang R.P. 2005. Karakteristik dan Pemanfaatan Kalopo. Lokakarya Nasional Tanaman pakan Ternak. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Fitter A.H. & Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada university Press. Yogyakarta hlm. 321.
Fukai, S. & M. Coeper. 1995. Development of drought resistant cultivars using physio- morphological traits in rice. Field Crops Res. 40: 67-86.
Fuskhah, E., R. D. Soetrisno, S. P. S. Budhi, & A. Maas. 2009. Pertumbuhan dan Produksi Leguminosa Pakan hasil Asosiasi dengan Rhizobium pada Media Tanah Salin. Dalam : Semina r Na siona l Kebangkitan Peternakan. Semarang.
Gohl, B. O. 1981. Tropical Feed. Feed Information. Summaries and Nutritive value. FAO. Rome. andisol yang diberi mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh. Biosain 1 (30) : 50-57.
Hermawan, B. 2004. Penetapan kadar air tanah melalui pengukuran sifat dielektrik pada berbagai tingkat kepadatan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 6 (2) : 66-74.
29 Kabirun, S. 2002. Tanggap padi gogo terhadap inokulasi mikoriza arbuskula dan
pemupukan fosfat di entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 3 (2) : 49-56.
Karamoy, L. T. 2004. Pengaruh pengolahan tanah dan penanaman leguminosa terhadap kandungan N, P, dan K lahan alang-alang. Eugenia 10 (1) : 71-75.
Karti, P. D. M. H. 2004. Pengaruh pemberian cendawan mikoriza asrbuskula terhadap pertumbuhan dan produksi rumput Setaria splendida Stapf yang mengalami cekaman kekeringan. Media Peternakan 27 (2) : 63-68.
Marthius, N. T. 2001. Respon tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) terhadap cekaman kekeringan. Menara Perkebunan. 69 (2) : 29-45.
Mapegau. 2006. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine ma x L. Merr). Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura 41 (1). 43-49
Michael, S. G & A, Kalamani. 2003. Butterfly pea (Clitoria terna tea) : a nutritive multipurpose forage legume for the tropics-an overview. Pakistan Journal of Nutrition. 2 (6) : 374-379.
Musfal. 2008. Efektivitas cendawan mikoriza arbuskula terhadap pemberian pupuk spesifik lokasi tanaman jagung pada tanah inceptisol. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Musfal. 2010. Potensi cendawan mikoriza arbuskula untuk meningkatkan hasil tanaman jagung. Jurnal Litbang Pertanian. 29 (4). 154-158.
Nurbaiti & A. T. Maryani. 2007. Efek pemberian bahan organik leguminosa dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit kakao. Sagu 6 (1) : 34-35.
Paul, E. A. & F. E. Clark. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry. Academic Press. Inc. London.
Partridge, I. 2003. Better Pastures for The Tropic and Subtropic.
http://www.tropicalgrasslands.asn.au/pastures.htm [2 Januari 2011]
Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi Kedua. UI Press, Universitas Indonesia, Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE, Yogyakarta.
Rungkat, J. A. 2009. Peranan MVA dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Jurnal Formas 2 (4) : 270-276.
30 Sasli, I. 2004. Peranan Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) dalam peningkatan
resistensi tanaman terhadap cekaman kekeringan. Makalah. Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702). Sekolah Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.
Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi, Bioteknologi Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setiadi, Y. 1993. Mengenal Mikoriza, Rhizobium dan Atnorizas untuk Tanaman Kehutanan. Laboratorium Silvikultur. IPB.
Sitompul, S. M. & B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Smith, S. E. & D. J. Read. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press, UK.
Suherman, C. 2008. Pertumbuhan bibit cengkeh kultivar zanzibar yang diberi fungi mikoriza arbuskula dan pupuk majemuk NPK. J. Agrivigor 8(1): 39-48.
Traore, S. B. 2000. Bt & Non-bt maize growth and development as affected by temperature and drought stress. Agronomy Journal. 92 (5) : 1027-1035.
32 Lampiran 1. Data Suhu dalam Rumah Kaca pada Pengamatan legum Ca lopogonium
mucunoides, Macroptilium bracteatum, Centrosema pa scuorum, Centrosema pubescens, Clitoria terna tea, dan Pueraria javanica (°C).
Pagi Siang Sore
Keterangan : Data suhu dalam rumah kaca.
34 Lampiran 8. Hasil Sidik Ragam Infeksi Akar pada Tanaman Legum Ca lopogonium
mucunoides
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 3 13832,75 4610,92 190,14 3,49 5,95
Error 12 291,00 24,25
Total 15 14123,75 941,58