• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Keinginan Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Pada Bank Syariah Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Keinginan Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Pada Bank Syariah Kota Medan"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP

KEINGINAN MEMPEROLEH PEMBIAYAAN MUDHARABAH

DAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH

DI KOTA MEDAN

OLEH

M ANDRI PRANATA GINTING

NIM: 110501125

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi saya

yang berjudul “Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Keinginan Memperoleh

Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Pada Bank Syariah Kota Medan” adalah

benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan program studi sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

Isi dan data pada karya tulis yang saya kutip atau saya peroleh dari

publikasi resmi, sumber tertentu dan hasil karya orang lain telah dituliskan

sumbernya sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila ditemukan pernyataan ini tidak benar di kemudian hari, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan,Oktober 2015

(3)

ii

ABSTRAK

ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEINGINAN MEMPEROLEH PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MURABAHAH

PADA BANK SYARIAH DI KOTA MEDAN

Bank syariah merupakan Islamic financial Institution dan lebih dari sekedar bank (beyond banking) yang berlandasan Al- Qur’an dan Hadits (tuntunan Rasulullah saw) yang mengacu pada prinsip muamalah, yakni sesuatu itu boleh dilakukan, kecuali jika ada larangannya dalam Al-Qur’an dan hadits yang mengatur hubungan antar manusia terkait ekonomi, social, dan politik.

Tujuan Dari Penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan Mudharabah dan untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan Murabahah. Populasi penelitian ini adalah masyarakat kota Medan yang berjumlah 2.097.610 orang. Sistem penentuan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling, sampel sebanyak 100 orang (Berdasarkan rumus Slovin ). Penelitian ini menggunakan Uji Spearman dan Deskriptif, dengan menggunakan alat spss 17 .

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku masyarakat dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dengan produk Mudharabah dan Murabahah di bank syariah kota Medan. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Variabel murabahah 85% responden sangat setuju dan setuju bahwa produk murabahah saat ini sesuai Al-Qur’an dan Hadist.

(4)

iii ABSTRACT

SOCIETY BEHAVIOR ANALYSIS TO DESIRE FINANCING MUDHARABAH AND MURABAHAH OF ISLAMIC BANKING MEDAN

Islamic banks are Islamic Financial Institution and is more than just a bank (beyond banking) which is grounded in the Qur'an and Hadith (the Prophet's guidance) which refers to the principle muamalah, which is something that should be done, unless there is a prohibition in the Qur ' an and hadith that govern human relations related to the economic, social, and political.

Purpose of this study is to determine the relationship of people's behavior towards Mudharabah financing and to determine the relationship of people's behavior towards Murabaha financing . The study population was the city of Medan which totaled 2.09761 million people . System sampling done by Simple Random Sampling , sample of 100 people ( Based on the formula Slovin ) . This study used Spearman test and descriptive , by using SPSS 17 .

These results indicate there is a relationship between people's behavior in the search for , purchase , use , evaluate , and dispose of the product with the product Mudaraba and Murabaha in Islamic banks Medan. With a confidence level of 95% . Variable murabaha 85 % of respondents strongly agree and agree that the current murabaha products accordance with the Qur'an and Hadisth.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skipsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi sarjana (S1) yaitu program studi Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini adalah skripsi penulis yang berjudul “Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Keinginan Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Pada Bank Syariah Kota Medan.”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dengan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua, saudara serta keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, SE,M.Ec,Ac,Ak.,selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(6)

v 7. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya Hasibuan, M.Si. dan Bapak Kasyful

Mahalli, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh staff administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam mengurus segala keperluan administrasi.

9. Teman-teman stambuk 2011 Ekonomi Pembangunan atas motivasi dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari masih ada kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2015

(7)

vi

BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Definisi Perbankan Syariah ... 6

2.2 Definisi Produk-Produk Bank Syariah ... 7

2.3 Definisi Mudharabah ... 10

2.3.1 Aspek Syariah Kontrak Mudharabah ... 10

2.3.1.1 Alqur’an dan Hadits Tentang Mudharabah ... 10

2.3.1.2 Musyawarah dan Kesepakatan dalam Mudharabah ... 11

2.3.1.3 Jaminan dalam Mudharabah ... 12

2.3.1.4 Saksi dalam Mudharabah ... 12

2.3.1.5 Rukun Mudharabah ... 13

2.3.1.6 Ketentuan Penyaluran Dana Mudharaba ... 13

2.3.1.7 Rukun Syarat Penyaluran Dana Mudharabah ... 14

2.3.1.8 Nisbah Untuk Financing atau Pembiayaan ... 16

2.3.1.9 Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Untuk Pembiayaan ... 19

2.4 Definisi Murabahah ... 22

2.4.1 Aspek Syariah Kontrak Murabahah ... 22

2.4.1.1 Alqur’an dan Hadits Tentang Murabahah ... 22

2.4.1.2 Musyawarah dan Kesepakatan dalam Mudrabahah ... 23

2.4.1.3 Jaminan dalam Murabahah ... 24

2.4.1.4 Dokumentasi dalam Murabahah ... 24

2.4.1.5 Rukun dan Ketentuan dalam Murabahah ... 25

2.4.1.6 Penetapan Harga Jual Murabahah yang Syar’I ... 28

(8)

vii

2.6 Penelitian Terdahulu ... 37

2.7 Hipotesis Penelitian ... 39

2.8 Kerangka Konseptual ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Batasan Operasional ... 41

3.4 Definisi Operasional... 42

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 42

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

3.7 Jenis Data ... 44

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.9 Uji Validitas dan Realibilitas ... 45

3.10 Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kota Medan ... 51

4.2 Perkembangan Perbankan Syariah di Kota Medan ... 52

4.3 Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 54

4.3.1 Uji Validitas ... 54

4.3.2 Uji Realibilitas... 56

4.4 Analisis Deskriptif Perilaku Masyarakat Terhadap Keiinginan Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah... 58

4.4.1 Deskriptif Responden ... 58

4.4.2 Pengelolahan Data ... 68

4.4.2.1 Hubungan Antara Perilaku Masyarakat dengan Produk Mudharabah di bank syariah kota Medan 69 4.4.2.2 Hubungan Antara Perilaku Masyarakat dengan Produk Murabahah di bank syariah kota Medan 69 4.4.3 Variabel Perilaku ... 70

4.4.4 Variabel Mudharabah ... 72

4.4.5 Variabel Murabahah ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(9)

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Perbedaan Produk Bank Konvensional dengan Produk Murabahah... 16

2.2 Kasus Perhitungan Bagi Hasil ... 21

2.3 Perbedaan Produk Bank Konvensional dengan Produk Murabahah... 23

3.1 Skor Skala Likert... 43

3.2 Teknik Analisis Data ... 47

4.1 Uji Validitas ... 55

4.2 Uji Reabilitas ... 57

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat ... 59

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 61

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Mengetahui Produk ... 62

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 63

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 64

4.9 Tabulasi Silamg antara Pekerjaan dengan Pendapatan Responden ... 66

4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tertinggi ... 67

4.11 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Pendidikan Responden ... 68

4.12 Hubungan Antara Perilaku Masyarakat Terhadap Produk Mudharabah ... 69

4.13 Hubungan Antara Perilaku Masyarakat Terhadap Produk Murabahah... 70

4.14 Tanggapan Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat ... 71

4.15 Tanggapan Responden terhadap Produk Mudharabah ... 73

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Skema Kerangka Konseptual ... 40

4.1 Alamat ... 60

4.2 Jenis Kelamin ... 61

4.3 Umur ... 62

4.4 Mengetahui Produk ... 63

4.5 Pekerjaan ... 64

4.6 Pendapatan ... 65

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Tabel Judul Halaman

(12)

ii

ABSTRAK

ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEINGINAN MEMPEROLEH PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MURABAHAH

PADA BANK SYARIAH DI KOTA MEDAN

Bank syariah merupakan Islamic financial Institution dan lebih dari sekedar bank (beyond banking) yang berlandasan Al- Qur’an dan Hadits (tuntunan Rasulullah saw) yang mengacu pada prinsip muamalah, yakni sesuatu itu boleh dilakukan, kecuali jika ada larangannya dalam Al-Qur’an dan hadits yang mengatur hubungan antar manusia terkait ekonomi, social, dan politik.

Tujuan Dari Penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan Mudharabah dan untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan Murabahah. Populasi penelitian ini adalah masyarakat kota Medan yang berjumlah 2.097.610 orang. Sistem penentuan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling, sampel sebanyak 100 orang (Berdasarkan rumus Slovin ). Penelitian ini menggunakan Uji Spearman dan Deskriptif, dengan menggunakan alat spss 17 .

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku masyarakat dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dengan produk Mudharabah dan Murabahah di bank syariah kota Medan. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Variabel murabahah 85% responden sangat setuju dan setuju bahwa produk murabahah saat ini sesuai Al-Qur’an dan Hadist.

(13)

iii ABSTRACT

SOCIETY BEHAVIOR ANALYSIS TO DESIRE FINANCING MUDHARABAH AND MURABAHAH OF ISLAMIC BANKING MEDAN

Islamic banks are Islamic Financial Institution and is more than just a bank (beyond banking) which is grounded in the Qur'an and Hadith (the Prophet's guidance) which refers to the principle muamalah, which is something that should be done, unless there is a prohibition in the Qur ' an and hadith that govern human relations related to the economic, social, and political.

Purpose of this study is to determine the relationship of people's behavior towards Mudharabah financing and to determine the relationship of people's behavior towards Murabaha financing . The study population was the city of Medan which totaled 2.09761 million people . System sampling done by Simple Random Sampling , sample of 100 people ( Based on the formula Slovin ) . This study used Spearman test and descriptive , by using SPSS 17 .

These results indicate there is a relationship between people's behavior in the search for , purchase , use , evaluate , and dispose of the product with the product Mudaraba and Murabaha in Islamic banks Medan. With a confidence level of 95% . Variable murabaha 85 % of respondents strongly agree and agree that the current murabaha products accordance with the Qur'an and Hadisth.

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Sistem perbankan Indonesia menganut dual banking system, sehingga

nasabah masih dapat melakukan pilihan antara bank konvensional dengan bank

syariah. Setelah lahirnya UU no.10/1998 sebagai perubahan Undang-Undang

perbankan No 7 /1992, membuka seluas-luasnya kepada bank konvensional untuk

menerapkan sistem perbankan syari’ah. Pengalaman perbankan nasional pada

masa krisis ekonomi 1997-1999 merupakan pelajaran berharga. Bagi Bank

Muamalat Indonesia, perintis bank syariah di Indonesia, tidak saja survive, tetapi

mampu meningkatkan laba bersih 134% per tahun dengan peningkatan asset 14%

pada tahun 1999 ketika banyak bank konvensional collapse saat krisis memuncak.

Fenomena perbankan syariah ini memang cukup menakjubkan, yaitu

dengan tumbuh serta berkembangnya bank-bank yang menggunakan kode “IB”

pada logonya. Bank-bank tersebut adalah bank-bank yang menerapkan

mekanisme syariah sesuai dengan aturan-aturan Islam dalam melaksanakan

usahanya. Hal inilah yang membedakannya dengan perbankan biasa, yang untuk

memudahkannya disebut sebagai Bank Konvensional. Oleh karena itu, ciri khas

tersebut harus di cantumkan sebagai identitas Bank yang berkenaan. Logo “IB”

itu sendiri berarti: “Islamic Bank”.

Ekonomi syariah mampu menahan krisis ekonomi, hal ini sudah teruji dan

(15)

2 banyak bank-bank konvensional mengalami likuidasi, justru Bank Muamalat yang

memiliki prinsip ekonomi syariah bisa tetap bertahan pada zamannya. Pada tahun

2008 ketika terjadi krisis di Amerika, ternyata Indonesia yang sedang

mengembangkan ekonomi syariah tidak terkena dampak yang signifikan dari

krisis tersebut. Pada tahun 2012 beberapa Negara di eropa seperti Yunani,

Irlandia, Spanyol, Portugal dan Italia terkena badai krisis. Tapi ternyata ada satu

Negara di Eropa yang masih bertahan yaitu Inggris. Ternyata Inggris merupakan

Negara yang sedang mengembangkan ekonomi syariah dan Inggris menyatakan

sebagai pusat ekonomi syariah di eropa. Penasihat Kebijakan Keuangan

Pemerintah Inggris, Omar Shaikh, menyatakan Inggris kini telah menjadi pusat

perbankan Islam di Eropa. Sistem itu berkembang berkat dukungan politik

pemerintah Inggris yang melihat pelaksanaan sistem ini sebagai peluang bisnis,

dalam seminar Islamic Finance Management yang diadakan Perhimpunan Pelajar

Indonesia (PPI) Glasgow di University of Glasgow, Scotlandia, Inggris, Sabtu

(6/4). Peluang bisnis keuangan syariah di Inggris makin berkembang seiring

dengan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan syariah.

Oleh karena itu, sistem yang dibangun menekankan keterbukaan dalam

pengelolaan perbankan dan lebih rasional dalam mengambil keuntungan bisnis

keuangan perbankan.

Bank Indonesia (BI) menilai market share perbankan syariah di Indonesia

masih minim. Yakni masih diangka 5 persen dari total pangsa pasar perbakan

nasional. Karenanya BI mengaku siap mendongkrak market share perbankan

(16)

3 dan adanya tekanan terhadap perekonomian Indonesia membawa dampak kepada

perbankan, termasuk perbankan syariah. Bahkan, kenaikan suku bunga acuan atau

BI Rate juga mempengaruhi bank syariah dari sisi peningkatan risiko kredit dan

likuiditas. Share perbankan syariah Indonesia angkanya sudah hampir 5 persen

pada 2012. Posisi tetapnya di 4,58 persen Untuk mendongkrak market share bank

syariah, BI akan mengeluarkan regulasi, agar market share perbankan syariah bisa

meningkat hingga diangka 15 persen dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.

Untuk meraih share minimal 15 persen itu, perlu pembenahan dari

beberapa aspek. Seperti penguatan struktur dari perbankan syariah, adanya

peningkatan daya saing dan ketahanan dari sisi keuangan, pembangunan

infrastruktur yang memadai, dan adanya eksplorasi untapped areas.

Berdasarkan jenis bank, Pertumbuhan Aset Perbankan syariah Sumatera

Utara menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Pertumbuhan

tahunan aset perbankan syariah tercatat hanya mencapai 7,47% (yoy) dimana

tahun sebelumnya tercatat sebesar 33,13% (yoy). Hal ini yang kemudian

mengakibatkan share aset perbankan syariah terhadap total perbankan Sumatera

Utara hanya sebesar 4,42 persen. Kondisi serupa terjadi pada perbankan secara

nasional dimana share aset perbankan syariah berada di bawah target 5% yang

telah ditetapkan. Ke depannya, dibutuhkan berbagai upaya bersama untuk

mendorong kinerja perbankan syariah Sumatera Utara.

Karakteristik produk terdiri dari bagi hasil, pelayanan dan tangibles

(fasilitas). Bagi hasil perlu diketahui karena adanya keyakinan yang kuat

(17)

4 riba yang di larang Islam dan kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin

melepaskan diri dari peresoalan riba. Dengan mengacu pada Al-Qur'an dan hadits

maka di harapkan bank syari'ah dapat menghindari praktek-praktek yang

mengandung unsur riba dan melakukan usaha dengan kegiatan investasi atas dasar

bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Pelayanan perlu diketahuikarena

masyarakat dalam menabung di suatu bank memerlukan pelayananyang baik

sehingga nasabah merasa puas. Tangibles (fasilitas/bukti langsung) perlu di

ketahui karena masyarakat dalam menabung memerlukan bukti langsung atau

fasilitas yang baik sehingga nasabah merasa puas.

Produk – produk pembiayaan bank syari’ah, khususnya pada bentuk

pertama, ditunjukan untuk menyalurkan investasi dan simpanan masyarakat ke

sector rill dengan tujuan produktif dalam bentuk investasi bersama (investment

financing) yang dilakukan bersama mitra usaha (kreditor) menggunakan pola bagi

hasil (mudharabah dan musyarakah) dan dalam bentuk investasi sendiri (trade

financing) kepada yang membutuhkan pembiayaan menggunakan pola jual beli

(murabahah,salam,dan istishna) dan pola sewa (ijarah dan ijarah muntahiya

bittamlik)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka di rumusan

permasalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan perilaku kelompok masyarakat terhadap pembiayaan

(18)

5 2. Bagaimana hubungan perilaku kelompok masyarakat terhadap pembiayaan

Murabahah

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan

Mudharabah

2. Untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan

Murabahah

1.4. Manfaat Penelitian

Secara teoritis maupun metodologis kajian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman studi analisis

perilaku masyarakat terhadap keinginan pembiayaan mudharabah dan murabahah

pada bank syariah di Medan. Secara khusus manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya dalam hal

perilaku masyarakat, serta salah satu syarat bagi peneliti dalam

menyelesaikan perkuliahannya.

2. Memberi masukan kepada Perbankan Syariah agar dapat meningkatkan

kualitas atas produk mudharabah dan murabahah.

3. Menjadi referensi atau perbandingan bagi peneliti lain yang tertarik untuk

(19)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbankan Syariah

Bank syariah merupakan Islamic financial Institution dan lebih dari

sekedar bank (beyond banking) yang berlandasan Al- Qur’an dan Hadits

(tuntunan Rasulullah saw) yang mengacu pada prinsip muamalah, yakni sesuatu

itu boleh dilakukan, kecuali jika ada larangannya dalam Al-Qur’an dan hadits

yang mengatur hubungan antarmanusia terkait ekonomi, social, dan politik.

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang

perbankan syariah dinyatakan bahwa bank syariah menjalankan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah dan mengacu pada fatwa yang dikeluarkan oleh

lembaga berwenang, dalam hal ini Dewan Syariah Nasional (DSN) dibawah

majelis Ulama Indonesia (MUI).

Bank syariah pun menjalankan fungsi penghimpunan dana masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkan nya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat. Organisasinya dilengkapi Dewan Pengawas Syariah (DPS) guna

menjamin bahwa operasionalnya tidak menyimpang dari kaidah syariah.

Penempatan dana di bank syariah bersifat investasi sehingga perolehan

(return) yang didapat tidak bias dipastikan karena praktik bisnis bias

menguntungkan atau mengalami kerugian sebagai konsekuensi investasi. Yang

bisa dipastikan hanya porsi bagi hasil (nisbah) antara bank dengan nasabah dalam

(20)

7 kurang mengandung resiko karena perolehan berupa bunga yang relative pasti dan

tetap. Prinsip investasi yang berlaku di bank syariah dapat menciptakan

harmonisasi perbedaan kepentingan antara penyimpan dana yang ingin mendapat

return tinggi, pemegang saham yang berharap spread besar untuk mengoptimalkan

interest difference agar bank memperoleh keuntungan besar, serta keinginan

pemakai dana dengan tuntutan tingkat bunga rendah.

Produk bank syariah relative lebih banyak dibandingkan dengan bank

konvensional yang antara lain bisa melakukan jual beli, sewa-menyewa, sewa

beli, berbagi hasil, bermitra modal, gadai, anjak piutang, serta jasa lainnya. Pada

bank konvensional terdapat produk tunggal kredit untuk pembiayaan, yaitu kredit

modal kerja, kredit investasi, kredit kepemilikan rumah dan mobil, kredit

multiguna, serta bentuk kredit lainnya. Produk bank syariah yang beragam

tersebut di dasari akadnya yang bervariasi.

2.2Definisi Produk - Produk Bank Syariah

1. Murabahah : Merupakan akad jual beli barang sebesar harga pokok

barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Berdasarkan

akad jual-beli tersebut bank membeli barang yang dipesan oleh dan

menjualnya kepada nasabah. Harga jual bank adalah harga beli dari

supplier ditambah keuntungan yang disepakati

2. Salam : Secara etimologi Salam adalah salaf (pendahuluan) yang

berarti penjualan sesuatu dengan criteria tertentu (yang masih berada)

(21)

8 untuk membuat sesuatu dengan cirri-ciri tertentu dengan membayar

dahulu, sedangkan barangnya diserahkan kepada pembeli dilemudian hari.

3. Istishna : Suatu perjanjian jual beli antara Mustashni

(pemesan/pembeli) dan Shani (produsen/penjual), dimana barang

(mashnu’) yang akan diperjualbelikan itu harus dipesan terlebih dahulu

dengan criteria yang jelas. Dimana pembayaran nya dapat dilakukan di

awal, di tengah, dan di akhir.

4. Mudharabah : Menurut fiqih ,mudharabah atau disebut juga

muqaradhah berarti berpergian untuk urusan dagang secara muamalah

berarti pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan modalnya kepada

pekerja/pedagang (mudharib) untuk diperdagangkan/diusahakan,

sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama.

5. Syirkah : Suatu transaksi antara dua orang atau lebih yang

dua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan

tujuan mencari keuntungan.

6. Ijarah : Suatu transaksi dimana barang yang mempunyai banyak

manfaat dan selama menggunakannya barang tersebut tidak mengalami

perubahan atau musnah, manfaat yang diambil tidak berbentuk zatnya

melainkan sifatnya, dan dibayar sewa. Misalnya, rumah yang

dikontrakkan/disewa, mobil disewa untuk perjalanan.

7. Kafalah : Kedudukan seseorang terhadap orang lain dalam

(22)

9 kesanggupannya atas dirinya sendiri, memberi kuasa menagih pada orang

lain baik itu berkaitan dengan orang atau harta.

8. Wakalah : Makna Wakalah yang dapat diartikan mempercayakan,

menyerahkan mandat atau menjadikan wakil dalam urusan. Prinsip

wakalah tersebut mempunyai hak dan kewajiban tersendiri.

9. Wadi’ah : Akad yang bersifat menjaga barang/ harta orang lain.

Pihak yang menerima titipan bertanggung jawab terhadap barang yang

dititipi, dimana penerima mempunyai amanah untuk menjaganya, baik

secara sharih (jelas) atau dilalah (tersirat).

10. Rahn : Menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang

memungkinkan untuk ditarik kembali. Maksud menahan sesuatu adalah

barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ yang

dijadikan sebagai jaminan utang, kemudian pemilik harta tersebut

diperbolehkan mengambil utang seharga nilai barangnya atau sebagian.

11. Qardh : Akad pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang

dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan

kriteria tertentu dan bukan pinjaman yang bersifat konsumtif.

Pengembalian pinjaman sesuai dengan kesepakatan bersama.

12. Hawalah : Pemindahan hutang dari tanggungan ashil (penerima

utang) kepada tanggungan muhal’alaih (yang bertanggung jawab) dengan

(23)

10

2.3 Definisi Mudharabah .

Definisi menurut fiqih, mudharabah atau disebut juga muqaradhah berarti

berpergian untuk urusan dagang secara muamalah berarti pemilik modal (shahibul

maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja / pedagang (mudharib) untuk

diperdagangkan / diusahakan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut

kesepakatan bersama.

2.3.1 Aspek Syariah Kontrak Mudharabah

2.3.1.1. Al – Qur’an dan Hadist tentang mudharabah

Akad mudharabah diperbolehkan dalam islam, karena bertujuan untuk

saling membantu antara pemilik modal dan seseorang yang ahli dalam

memutarkan uang (usaha/dagang). Mudharib sebagai pengusaha

(entrepreuner)/pelaku usaha adalah sebagian dari orang-orang yang melakukan

perjalanan untuk mencari karunia dari ridha Allah.

“..dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia allah SWT.. “ QS.Al Muzammil (73) : 20)

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS.Al Jum’ah (62) : 10)

“Tidak ada dosa bagi kamu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan tuhanmu..” (QS. Al Baqarah (2) : 198 )

Diriwayatkan oleh ibnu abbas bahwasanya sayyida abbas jika kalau

memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar

dana nya tidak dibawa mengarungi lautan,menuruni lembah yang berbahaya,

(24)

11 tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut ke Rasulullah SAW dan Rasulpun

memperkenalkannya (Hadist dikutip oleh imam Alfasi dalam Majama ‘ assawaid

4 /161). Hadist lain yang bersenada telah diriwayatkan olehh imam darul quthni

dari perawi-perawi yang dapat dipercaya.

Dari Syu’aib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Tiga perkara di

dalamnya terdapat keberatan, (1)menjual dengan pembayaran secara kredit,

(2)Muqaradah (nama lain dari Mudharabah), (3)mencampur gandum dengan

tepung untuk keperluan rumah dan bukan dijual. “ (HR. Ibnu Majah).

“Rahmat Allah SWT tercurahkan atas dua pihak yang sedang bekerjasama selama

mereka tidak melakukan pengkhianatan,manakala berkhianat maka bisnisnya akan

tercela dan keberkahanpun akan sirna daripadanya.”(HR. Abu Daud, Baihaqi, dan

Al Hakam).

2.3.1.2. Musyawarah dan Kesepakatan dalam Mudharabah

Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan

dalam menentukan keputusan dan mempelancar urusan. Dua belah pihak

masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah

dana masyarakat.

“ Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu‘‘(QS. Al Maidah ( 5 ) : 1)

“sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya’’ (QS Al Isra ( 42 ): 38

(25)

12

2.3.1.3 Jaminan dalam Mudharabah

Jaminan diperlukan untuk memperkecil resiko-resiko yang merugikan

bank akibat kelalaian, salah urus atau pelanggaran akad yang dilakukan oleh

nasabah selaku pengurus (mudharib).

“ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai), sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya), dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah, Tuhannya; …” (QS. Al Baqarah ( 2 ) : 283 )

2.3.1.4 Saksi dalam Mudharabah

Persaksian merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan perkara.

Saksi harus orang yang adil bijaksana, tidak cacat mata, bias bicara (bukan bisu),

dan juga tidak cacat hukum.

(26)

13 bertaqwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maja mengetahui segala sesuatu. ‘’ (QS. Al Baqarah ( 2 ) L 282)

2.3.1.5 Rukun Mudharabah

Rukun dalam transaksi mudharabah meliputi: 1. Shahibul Maal (pemilik modal)

2. Mudharib (pelaksana/usahawan) 3. Maal (Modal)

4. Kerja/Usaha 5. Keuntungan 6. Ijab Qabul

2.3.1.6 Ketentuan penyaluran dana Mudharabah

1. Penyaluran dana mudharabah adalah penyaluran dana yang disalurkan

oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.

2. Dalam penyaluran dana ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana)

membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha

(nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelolah usaha.

3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana dan pembagian

keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS

dengan pengusaha)

4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati

bersama dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam

manajemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk

melakukan pembinaan dan pengawasan.

5. Jumlah dana penyaluran dana harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk

(27)

14 6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari

mudharabah kecuali jika mudharib ( nasabah) melakukan kesalahan yang

disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.

7. Pada perinsipnya, dalam penyaluran dana mudharabah tidak ada jjaminan,

namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat

meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya

dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran

terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

8. Kriteria pengusaha, prosedur penyaluran dana, dan mekanisme pembagian

keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.

9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau

melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat

ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.

2.3.1.7 Rukun syarat penyaluran dana

Adapun Rukun Syarat dalam melakukan penyaluran dana pada

Mudharabah adalah :

1. Penyedia dana (Shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap

hukum.

2. Pernyataan ijab dan qobul harus dinyatakan oleh para pihak untuk

menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan konrtak (akad) dengan

(28)

15 a. Penawaran dan penerimaaan harus secara eksplisit menunjukkan

tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondesi, atau dengan

menggunakan cara-cara komunikasi modern.

4. Modal ialah sejumlah uang dan atau asset yang diberikan oleh penyedia

dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut.

a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal

diberikan dalam bentuk aset, maka asset tersebut harus dinilai pada

waktu akad.

c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus djbayarkan kepada

mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan

kesepakatan dalam akad.

5. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan

dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi

a. Harus diperuntukan bagi kedua pihak dan tidak boleh diisyaratkan

untuk satu pihak.

b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan

dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk

persentase (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan

(29)

16 c. Penyedian dana menanggung semua kerugian akibat dari

mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun

kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau

pelanggaran kesepakatan.

Tabel 2.1

Perbedaaan Produk Bank Konvensional dengan Produk Mudharabah Dasar Kegiatan

Kredit usaha Suku bunga Bagi hasil Sesuai dengan

kesepakatan Simpanan dana

(Deposito)

Suku bunga Bagi hasil Sesuai dengan

kesepakatan Pembiayaan

investasi

Suku bunga Bagi hasil Sesuai dengan kesepatan

2.3.1.8 Nisbah untuk financing atau pembiayaan

Karim (2004) menyatakan bahwa, bank syariah menetapkan nisbah bagi

hasil terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Uncertainty

Contracts (NUC), yakni akad bisnis yang tidak memberikan kepastian return

seperti mudharabah dan musyarakah, dengan mempertimbangkan dua hal, yaitu

referensi marjin keuntungan dan perkiraan keuntungan usaha yang dibiayai bank.

1. Referensi marjin keuntungan

Referensi tingkat marjin keuntungan adalah penetapan marjin bagi hasil

pembiayaan berdasarkan usul, rekomendasi, dan saran dari tim asset and

liabilities committee (ALCO) dengan mempertimbangkan criteria berikut:

a. Direct Competitor Market Rate (DCMR)

Tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat

(30)

17 ALCO sebagai pesainbg langsung, atau tingkat marjin keuntungan

bank syariah tertentu yang ditetapkan sebagai pesaing langsung

terdekat.

b. Indirect Competitor Market Rate (ICMR)

Tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat

suku bunga rata-rata beberapa bank konvensional yang ditetapkan

ALCO sebagai pesaing tidak langsung, tingkat suku bunga bank

konvensaional tertentu yang ditetapkan sebagai pesaing tidak langsung

terdekat.

c. Expected Competitive Return for Investor (ECRI)

Target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada

nasabah pihak ketiga (investor)

d. Acquiring Cost

Biaya yang dikeluarkan oleh bank dan langsung terkait dengan upaya

untuk memperolehan dana pihak ketiga.

e. Overhead Cost

Biaya yang dikeluarkan olehbank yang tidak langsung terkait dengan

upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

2. Perkiraan tingkat keuntungan usaha yang dibiayai

Perkiraan tingkat keuntungan usaha dihitung dengan mempertimbangkan

criteria berikut ini :

a. Perkiraan penjualan

(31)

18 frekuensi penjualan setiap bulan, fluktuasi, rentan harga penjualan

yang dapat dinegosiasikan, dan marjin keuntungan setiap transaksi.

b. Lama Cash to Cash Cycle

Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan Cash kembali

atau jumlah hari antara arus kas keluar pertama dengan arus kas masuk

berikutnya yang melibatkan antara lain: lamanya persediaan, lamanya

proses barang, dan lamanya piutang dagang. Cash to Cash Cycle

disebut juga dengan Cash Conversion Cycle

c. Perkiraan Biaya Langsung

Merupakan perkiraan biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan

kegiatan penjualan, seperti biaya pengangkutan, biaya pengemasan,

dan biaya lain yang termasuk ke dalam Cost of Goods Sold (COGS)

d. Perkiraan Biaya Tidak Langsung

Merupakan perkiraan biaya-biaya yang tidak langsung berhubungan

dengan kegiatan penjualan, seperti biaya sewa kantor, biaya gaji

karyawan, dan biaya-biaya lain yang termasuk kedalam Overhead Cost

(OHC)

e. Delayed Factor

Delayed Factor adalah waktu yang ditambahkan pada cash to cash

cycle untuk mengantisipasi timbulnya keterlambatan pembayaran dari

(32)

19

2.3.1.9 Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Untuk Pembiayaan

Berdasarkan teori yang dipaparkan di atas, maka dalam penentuan nisbah

bagi hasil pembiayaan dapat dihitung dengan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Faktor yang diperhatikan dalam penentuan nisabh financing :

a. Harga jual barang dagang

b. Harga jual kepada pembeli p.a (per annual)

c. Volume penjualan barang dagang per bulan

d. Nilai penjualan

e. Laba bersih penjualan barang dagang

2. Profit Margin

a. Cash to Cash periode = 360/ (DI +DR-DP)

b. Lama piutang/Day Receivable (DR) (data neraca)

c. Lama persediaan/Day Inventories (DI) (data neraca)

d. Lama utang dagang/Day Payable (DP) (pembayaran ke supplier dan

carry)

3. Profit margin per tahun

4. Hitung

a. Nisbah Shahibul Maal, adalah (Expected return/Actual return)x 100%

b. Nisbah Mudharib, adalah 100% - Nisbah Shahibul Maal

Contoh Perhitungan Nisbah

Contoh perhitungan nisbah bagi hasil untuk bisnis perdagangan kacang

(33)

20 berikut:

Harga jual kacang kedelai = Rp.2.150/ kg

Harga jual kepada nasabah = setara 16% p.a

Volume penjualan kedelai per bulan = 65.000 kg

Nilai penjualan (65.000 x Rp.2.150 ) = Rp. 139.750.000

Harga pokok pembelian =_____Rp. 125.000.000__

Pendapatan penjualan kedelai = Rp. 14.750.000

Berapa nisbah bagi hasilnya?

Perhitungan Nisbah :

Volume penjualan = 65.000 kg

Profit margin :

(Rp. 14.750.000/139.750.000)x 100% = 10,55%

Lama piutang (data neraca 31-07-2003) = 65 hari

Lama persediaan (data neraca 31-08-2003) = 2 hari

Lama utang dagang :

(pembayaran ke supplier & carry) = 0

Cash to cash periode = 360/(DI+DR-DP) = 5,4

Profit margin per tahun = 5,4 x 10,55 = 57%

Nisbah antara Shahibul Maal dengan Mudharib

Nisbah Bank Syariah : (16%)/ (57%)x100% = 28%

Nisbah untuk Nasabah; 100% - 28% = 72 %

(34)

21 Seseorang nasabah mengajukan pembiayaan untuk modal kerja

dagang sebesar Rp.125.000.000 selama 1 tahun, dengan perbandingan bagi

hasil antara nasabah dan bank 72% : 28%. Bagaimana cara

perhitungannya?

Dengan cara melakukan bagi hasil setiap bulan dan pokok modal

dikembalikan pada saat akhir perjanjian.

Tabel 2.2

Kasus Perhitungan Bagi Hasil BULAN PROYEKSI

1 6.000.000 6.000.000 1.680.000,00 4.320.000.00 1.680.000,00

2 6.000.000 5.000.000 1.400.000,00 3.600.000,00 1.400.000,00

3 6.000.000 7.000.000 1.960.000,00 5.040.000,00 1.960.000,00

4 6.000.000 4.000.000 1.120.000,00 2.880.000,00 1.120.000,00

5 6.000.000 2.500.000 700.000,00 1.800.000,00 700.000,00

6 6.000.000 3.000.000 840.000,00 2.160.000.00 840.000,00

7 6.000.000 3.500.000 980.000,00 2.520.000,00 980.000,00

8 6.000.000 6.500.000 1.820.000,00 4.680.000,00 1.820.000,00

9 6.000.000 5.500.000 1.540.000,00 3.960.000,00 1.540.000,00

10 6.000.000 4.250.000 1.190.000,00 3.060.000,00 1.190.000,00

11 6.000.000 4.500.000 1.260.000,00 3.240.000,00 1.260.000,00

12 6.000.000 4.575.000 1.281.000,00 3.294.000,00 125.000.000,00 126.281.000,00

Kolom Keterangan Perhitungan

( A ) Bulan perjalanan pembiayaan yang dilakukan nasabah

( B ) Pendapatan proyeksi pendapatan yang diinginkan oleh pemilik modal (dapat dihitung dengan bantuan alat statistic, misalnya regresi)

( C ) Pendapatan aktual mudharib adalah data pendapatan yang diperoleh mudharib dalam usaha

( D ) Bagian (nisbah) pendapatan pemilik modal, diperoleh dari porsi nisbah dikalikan dengan pendapatan actual mudharib.

( E ) Bagian (nisbah) pendapatan pelaku usaha (mudharib), diperoleh dari porsi nisbah dikalikan dengan pendapatan actual mudharib.

( F ) Pengembalian pokok modal, yaitu besaran dana yang dibayar pada akhir perjanjian.

(35)

22

2.4 Definisi Murabahah.

Murabahah Merupakan akad jual beli barang sebesar harga pokok barang

ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Berdasarkan akad jual-beli

tersebut bank membeli barang yang dipesan oleh dan menjualnya kepada nasabah.

Harga jual bank adalah harga beli dari supplier ditambah keuntungan yang

disepakati. Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada

nasabah berikut biaya yang diperlukan. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan

pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank

melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah

berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk

membeli barang yang dipesannya. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara

tunai atau cicilan.

2.4.1 Aspek Syariah Kontrak Murabahah

2.4.1.1 Al Qur’an dan Hadist tentang Murabahah

Murabahah merupakan bagian dari jual beli dan sistem ini mendominasi

produk-produk yang ada di semua Bank Islam. Dalam islam, jual beli merupakan

salah satu sarana tolong-menolong antara sesama umat manusia yang diridhai oleh

Allah SWT.

“ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. Al Baqarah (2) :275).

(36)

23 “ Dari suab ar rumi ra, bahwa rasullah bersabda: “ Tiga perkara di dalamnya terdapat keberkatan (1) Menjual dengan pembayaran tangguh ( murabahah) , (2) muqaradhah (nama lain dari mudharabah), (3)mencampurkan tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah bukan untuk diperjual belikan.

2.4.1.2Musyawarah dan kesepakatan dalam Murabahah

Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan

dalam menentukan keputusan dan akan memperlancar urusan. Masing-masing

mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah dana

masyarakat.

“ Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. “ (QS Asy-Syuura (42):38)

“ Dari Abu Said Al Hudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka. “ (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hiban)

“ Dari Abdullah Ibnu Harits dari Hakim Ibnu Hizam berkata : Rasulullah SAW bersabda: “ Penjual dan Pembelin sama-sama bebas menentukan jual belinya selagi keduanya belum berpisah, jika keduanya jujur dan berterus terang, maka jual beli mereka akan diberkati Allah, tetapi jika saling mendustai dan curang maka berkah dalam jual beli mereka itu akan terhapus.”

Rasulullah SAW bersabda:

(37)

24 Rasulullah SAW bersabda :

“ umatku tidak akan sepakat terhadap suatu kesesatan “ (HR. ahmad bin Hanbal, Ibnu Majah dan Ath Thabrani)

2.4.1.3Jaminan dalam Murabahah

Jaminan diperlukan untuk memperkecil resiko-resiko yang merugikan

bank dan untuk melihat kemampuan nasabah dalam menanggung pembayaran

kembali atas utang yang diterima dari bank.

“ jika kamu dalam perjalanan (dan bermua’malah tidak secara tunai) sedangkan kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnnya), dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah, Tuhannya…(QS. Al Baqarah [ 2 ] : 283)

Dari Aisyah bahwasanya Nabi SAW pernah membeli bahan makanan dari seorang Yahudi dengan utang dan beliau memberikan baju besinya sebagai jaminan.“ (HR.Bukhari, Muslim, dan Nasa’I)

Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapapun yang bangkrut (muflis), lalu kreditornya mendapatkan barangnya sendiri pada si bangkrut, maka kreditor itu lebih berhak untuk menarik kembali barangnya itu daripada lainnya.’’(HR. bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah).

2.4.1.4 Dokumentasi dalam Murabahah

Dokumentasi adalah salah satu syarat transaksi/pengikatnya antara

nasabah dengan bank yang dapat dipergunakan sebagai berikut:

(38)

25 benar Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun dari pada utangnya. Jika yang berhutang itu lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur…’’ (QS. Al Baqarah [ 2 ]: 282)

“ Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya .. ’’ (QS. Al Mu’minun [ 23 ]: 8)

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui. ’’ (QS. Al Anfal [ 8 ]: 27)

Dari Amru bin Said, dari bapaknya r.a. berkata ia: Bersabda Rasulullah SAW : “ Orang-orang yang telah sanggup untuk membayar kewajibannya, tetapi dilalaikannya juga, bolehlah orang merampas hartanya dan menyiksanya (memasukkan nya dalam penjara). ’’ (HR. Abu Daud dan Nasa’i)

Bersumber dari Amir bin Syuraid dari ayahnya dari Nabi SAW, beliau bersabda : “ Memperpanjang (menunda-nunda) pembayaran (utang) atas orang yang mampu adalah kezhaliman yang menghalalkan kehormatannya dan siksanya. ’’ (HR. Imam yang Lima kecuali Imam Tirmidzi).

2.4.1.5Rukun dan Ketentuan dalam Murabahah

Adapun rukun dalam Murabahah adalah sebagai berikut :

1. Penjual (Ba’i)

2. Pembeli (Musytari)

(39)

26 4. Harga (Tsaman)

5. Ijab Qabul

Ketentuan – ketentuan dalam Murabahah adalah :

1. Ketentuan tentang Murabahah

a. Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas

riba

2) Baarang yang diperjualbelikan tidak di haramkan oleh syariah

Islam

3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang

yang telah disepakati kualifikasinya.

4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank

sendiri, dan pembeliaan ini harus sah dan bebas riba.

5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.

6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntunganya.

Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok

barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut

(40)

27 8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad

tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

nasabah berupa pengikatan jaminan dan atau asuransi.

9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli

barang dari pihak ketiga (akad wakalah), akad jual beli murabahah

harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

b. Ketentuan murabahah kepada nasabah

1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu

barang atau asset kepada bank

2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli

terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan

perdagangan.

3) Bank kemudiaan menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan

nasabah harus menerima (membeli) nya sesuai dengan perjanjian

yang telah disepakatinya, karena secara hokum perjanjian tersebut

mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak

jual beli.

4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk

membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal

pemesanan.

5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya

(41)

28

Tabel 2.3

Perbedaan Produk Bank Konvensional dengan Produk Murabahah Dasar Kegiatan

Usaha

Bank Konvensional Produk

Murabahah Keterangan

Pembiayaan

kredit rumah Suku bunga Bagi hasil

Sesuai dengan kesepakatan Pembiayaan

kredit bermotor Suku bunga Bagi hasil

Sesuai dengan

investasi Suku bunga Bagi hasil

Sesuai dengan kesepakatan

2.4.1.6 Penetapan Harga Jual Murabahah Yang Syar’i

Bank-bank syariah pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai

model pembiayaan yang utama. Praktik pada bank syariah di Indonesia, portofolio

pembiayaan murabahah mencapai 70-80%. Kondisi demikian ini tidak hanya di

Indonesia, namun juga terjadi pad bank-bank syariah, seperti di Malaysia,

Pakistan.

Sejumlah alas an diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah

dalam operasi investasi perbankan syariah : (i) murabahah adalah suatu

mekanisme investasi jangka pendek, dibandingkan dengan sitem bagi hasil

(musyarakah dan mudharabah), cukup memudahkan; (ii) mark-up dalam

murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank

dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank

berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank syariah untuk mencampuri

manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan

(42)

29 Berdasarkan kondisi dan alasan praktik murabahah di bank syariah, maka

ada semacam “kecaman” atau penilaian masyarakat terhadap praktik bank syariah

tidak jauh berbeda dengan bank konvensional (bank bunga). Dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh BI menunjukkan bahwa 15% responden menilai bank syariah

tidak ada bedanya dengan bank konvensional, “hanya beda bungkusnya.”

Kalangan awam juga menilai bahwa bank syariah dalam mengambil keuntungan

lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional.

Kondisi inilah yang harus dicarikan solusinya. Karena selama ini kalangan

awam menilai yang namanya lembaga syariah selalu indentik dengan harga

murah. Sehingga jika terjadi penjualan barang oleh bank syariah dengan harga

lebih tinggi dibandingkan harga jual bank tidak syariah, maka bank syariah dinilai

lebih tidak islami. Padahal, suatu ketika memang bisa terjadi demikian adanya.

Oleh karena itu, perlu kiranya dicarikan kemasan produk murabahah yang

memberikan keuntungan secara adil antara pihak bank syariah dengan nasabah

peminjaman murabahah. Bagaimana kemasan murabahah dapat adil?

Bank syariah harus tidak hanya menjadikan tingkat suku bunga sebagai

rujukan dalam penentuan harga jual (pokok + margin) produk murabahah. Cara

penetapan margin yang hanya memicu pada suku bunga merupakan langkah sesat

sekaligus menyesatkan dan lebih berat lagi dapat merusak reputasi bank syariah.

Dalam praktiknya, barangkali tingginya margin yang diambil oleh pihak bank

syariah adalah untuk mengantisipasi naiknya suku bunga di pasar atau inflasi.

Sehingga kalau terjadi kenaikan suku bunga yang besar, maka bank syariah tidak

(43)

30 tetap stabil atau bahkan turun, maka margin murabahah akan lebih besar

dibandingkan dengan tingkat bunga pada bank konvensional.

Dengan penetapan margin keuntungan murabahah yang tinggi ini, secara

tidak langsung bahkan akan dapat menyebabkan inflasi yang lebih besar daripada

yang disebabkan oleh suku bunga. Oleh karena itu, perlu dicari format atau

formula yang tepat, agar nilai penjualan dengan murabahah tidak mengacu pada

sikap mengantisipasi kenaikan suku bunga selama masa pembayaran cicilan.

Karena, mengaitkan margin keuntungan murabahah dengan bunga perbankan

konvensional, baik di atasnya maupun di bawahnya, tetaplah bukan cara yang

baik.

Sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara

Rasullullah ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara

transparan menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang telah dikeluarkan

untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan wajar yang diinginkan. Cara yang

dilakukan oleh Rasullullah ini dapat dipakai sebagai salah satu metode bank

syariah dalam menentukan harga jual produk murabahah.

Sesuai dengan pembahasan tentang nilai ekonomi waktu untuk teori

pertukaran, maka secara matematis harga jual barang oleh bank kepada calon

nasabah pembiayaan murabahah yang syariah, dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + ( waktu x Cost Recovery ) + Keuntungan

Cost Recovery = ����������������������������

(44)

31 Persentase keuntungan diperoleh dari perbandingan total biaya operasional

dengan total asset perusahaan,

dengan rumus :

Persentase = ���������������������

������������������� x 100%

Biaya yang harus dikeluarkan dan dikembalikan (cost recovery) bisa

didekati dengan membagi proyeksi biaya operasional bank, dengan target volume

pembiayaan murabahah di bank syariah. Angka-angka tersebut dapat diperoleh

dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Angka yang diperoleh

kemudian ditambahkan dengan harga beli dari pemasok dan keuntungan yang

diinginkan, sehingga didapatkan harga jual. Margin dalam konteks ini adalah cost

recovery ditambah dengan keuntungan bank. Apabila margin ingin dihitung

persentasenya tinggal dibagi dengan harga beli barang dikalikan 100%.

Setelah angka-angka tersebut didapat, barulah persentase margin ini

dibandingkan dengan suku bunga. Jadi, suku bunga hanya dijadikan benchmark.

Agar pembiayaan murabahah kompetitif, margin murabahah tadi harus lebih kecil

dari bunga pinjaman. Jika masih lebih besar, maka yang harus dimainkan adalah

dengan memperkecil cost recovery dan keuintungan yang diharapkan.

Langkah pertama adalah menurunkan keuntungan. Jika keuntungan sudah

turun sampai batas minimalnya, dan ternyata marginnya masih lebih besar

daripada bunga bank, maka tentu ada yang tidak besar dengan cost recovery.

Artinya, efisiensi bank tersebutt rendah. Efisiensi yang rendah itu dapat

ditingkatkan dengan mengurangi biaya operasional pada target volume

(45)

32 volume pembiayaan pada biaya operasional yang sama. Hal ini dapat dicapai

dengan meningkatkan kualitas SDM bank syariah. Semakin berkualitas SDM

dalam meyakinkan nasabah untuk mendepositokan dananya ke bank syariah,

sehingga semakin banyak pula dana yang dapat disalurkan untuk pembiayaan

murabahah. Dengan demikian semakin besar peluang untuk meningkatkan

efisiensi.

Lebih cantik lagi, bila pengurangan biaya operasional dilakukan

bersamaan dengan meningkatnya volume pembiayaan. Efisiensi tinggi akan

segera diperoleh, cost recovery semakin kecil dan insya Allah keuntungan bank

akan meningkat walaupum dengan margin murabahah yang lebih kecil dari bunga

pinjaman bank konvensional. Hal penting yang perlu diingat dan dicatat, hasil

perhitungan margin yang dicantumkan dalam kontrak murabahah dinyatakan

dalam angka nominal, bukan bentuk persentasenya.

Efisiensi harga jual suatu bank syariah dengan bank syariah yang lain,

dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

Margin dalam persentase=������������+����������

�������������������� x 100%

Contoh kasus :

Tuan ali berkeinginan membeli sebuah mobil untuk kepentingan usaha antar

jenput anak sekolah. Harga beli mobil sebesar Rp. 150.000.000. Pada saat ini tuan

Ali hanya memiliki dana Rp. 30.000.000, untuk mengatasi kekurangan dana

tersebut tuan Ali menghubungi bank syariah Rizqi Barokah Yogyakarta untuk

mendapatkan pemecahan masalah akibat kekurangan dana tersebut bank syariah

(46)

33 Biaya operasional Rp. 200.000.000 dalam 1 tahun, perkiraan jumlah pembiayaan

Rp. 5 miliar dan markup yang ditentukan (hanya sekali saja) 10% dari

pembiayaan al-Murabahah, lama pembiayaan 2 tahun. Bagaimana cara

penyelesaiaannya?

Jawab (Penyelesaian dengan Rumus Harga Jualn Efisien)

Data pembiayaan

Harga Pokok Mobil = Rp. 150.000.000

Dibayar nasabah ( uang muka ) = Rp. 30.000.000__

Kekurangan dibayar Bank = Rp. 120.000.000

1. Hitunglah cost recovery:

Cost Recovery = (Pembiayaan Murabahah/Estimasi Total Pembiayaan) X

Estimasi Biaya Operasi 1 tahun

Cost Recovery = (Rp.120 juta/Rp. 5 Miliar) x Rp. 200 juta

= Rp. 4.800.000

2. Hitung Margin Keuntungan = 10% x pembiayaan

Margin keuntungan = 10% x Rp 120 juta

= Rp. 12.000.000

3. Hitung Harga Jual Bank

Harga Jual Bank = Pembiayaan + (waktu x cost recovery) +

Margin

= Rp. 120 juta + (2 x Rp. 4.800.000) + Rp

12 juta

(47)

34 4. Hitung Angsuran Pembiayaan

Angsuran Pembiayaan = Rp. 141.600.000/24 bulan

= Rp. 5.900.000

5. Hitung Margin dalam persentase

Hitung Margin dalam % = (Cost Recovery + Margin) / Harga beli barang

= [(2 x Rp.4.800.000 + Rp. 12 juta) /

Rp.150.000.000] x 100% = 14,4% = 0,6 %

2.5 Teori Perilaku Masyarakat sebagai Konsumen

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi

dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk

atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen

akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian,

pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan

melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap

pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah

pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi

kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.

Atau kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam

mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses

pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.

Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka

(48)

35 sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.

Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan

konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu

pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.

Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan

bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merek tertentu.

Keseluruhan ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun

kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian

suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran

masing-masing.

Peran yang dilakukan tersebut adalah: (1) Initiator, adalah individu yang

mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; (2) Influencer, adalah individu

yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria

yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak; (3) Decider,

adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli,

bagaimana membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi

pembelian sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang mempergunakan produk

atau jasa yang dibeli.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian

terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar

program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya

(49)

36 Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa

membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi

perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan

program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran

perusahaan.

Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:

1. Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen

akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya

meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh

kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini

sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari

pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;

2. Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis

individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang

psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen,

karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung;

3. Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari

suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti

kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.

(50)

37

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Aiyub (2007) Analisis Perilaku Masyarakat

Terhadap Keinginan Menabung Dan Memperoleh Pembiayaan Pada Bank

Syari’ah Di Nanggroe Aceh Darussalam. Tujuan dari penelitian tersebut adalah

Bagaimana perilaku kelompok masyarakat di wilayah penelitian terhadap

perbankan Islam. Hasil dari penelitian tersebut Pengetahuan masyarakat tentang

Bank Syariah sangat terbatas, masih sebatas pernah mendengar namanya saja dan

tidak semua dari mereka yang mengaku pernah mendengar mampu menyebutkan

dengan baik nama Bank Syariah. Kebanyakan masyarakat mendengar Bank

Syariah dari media massa dan dari teman selain dari media lainnya. Pengetahuan

masyarakat tentang sistem pengelolaan Bank Syariah juga masih sangat rendah,

hanya 47 orang (9.4%) yang tahu tentang sistem bagi hasil dan 1 orang saja

(0,2%) yang tahu tentang wadiah. Demikian pula pengetahuan masyarakat

terhadap produk Bank Syariah, baik produk penghimpun dana (3.2%), produk

penyaluran dana (2.4%) dan produk jasa (0%) masih sangat rendah sekali.

Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap Bank Syariah melahirkan persepsi

atau pandangan yang keliru terhadap Bank Syariah dan ini akan membentuk

preferensi yang rendah pula yang berakhir dengan rendahnya keputusan

masyarakat untuk memilih Bank Syariah. Persepsi masyarakat terhadap bunga

yang diberikan oleh Bank Konvensional masih beragam, 80 orang (16%)

mengatakan halal, 298 orang (59.60%) mengatakan haram, 114 orang (22.80%)

menyebutkan subhat dan 8 orang (1,6%) mengatakan ragu-ragu. Preferensi

(51)

38 keuntungan (72.6%) dan kesungguhan mencari informasi (63.4%). Dari keempat

konstruk yang ditanyakan ternyata menunjukkan preferensi yang sangat tinggi dan

ini menunjukkan pengembangan Bank Syariah sangat berpotensi tinggi.

Keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan pada Bank Syariah sangat

tinggi yaitu 462 orang (92.4%) dan 446 orang (93.2%) (hasil penambahan antara

jawaban sangat bersedia dan bersedia).

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kajian Pembangunan

Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Bank Indonesia pada tahun 2004

yang menunjukkan hasil bahwa Perilaku masyarakat yang dilihat dari dua aspek

masing-masing keinginan masyarakat untuk menabung dan memperoleh

pembiayaan di Bank Syariah. Ada 59% penduduk yang menginginkan untuk

menabung di Bank Syariah dan 55,11% penduduk menginginkan untuk

memperoleh pembiayaan dari bank syariah. Ditinjau dari pengembangan bank

syariah di Jawa Tengah maupun DIY bahwa pengembangan bank syariah

memiliki prospek yang sangat menggembirakan. Hal ini tercermin dimana

sebagian besar responden mempunyai respon yang positif meskipun mereka

belum mengenal sistem dan produk produk perbankan syariah.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Wahab yang berjudul “Faktor

Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Masyarakat Muslim Dalam Memilih

Perbankan Syariah Di Kota Makassar”, di mana hasil penelitian menunjukkan

bahwa preferensi, persepsi dan sikap berpengaruh baik secara parsial maupun

(52)

39 syariah. Preferensi masyarakat merupakan yang paling dominan memengaruhi

perilaku masyarakat dalam memilih perbankan syariah.

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

teori yang relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari

pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis

terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiris (sugiyono, 1992).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Perilaku masyarakat menunjukkan bahwa

masyarakat memiliki keinginan yang tinggi untuk memperoleh pembiayaan

Mudharabah Dan Murabahah”.

Hipotesis dalam penelitian ini :

1. Perilaku masyarakat terhadap produk Mudharabah saling berhubungan.

2. Perilaku masyarakat terhadap produk Murabahah saling berhubungan.

2.8. Kerangka Konseptual

Penentuan variabel Perilaku Masyarakat terhadap keinginan untuk

memperoleh pembiayaan Mudhrabah dan Murabahah disesuaikan dengan

kebutuhan dan tujuan dari penelitian ini. Berikut penulis jabarkan dalam gambar

(53)

40

Gambar 2.1

Skema Kerangka Konseptual

Murabahah Perilaku Masyarakat

Gambar

Tabel 2.2 Kasus Perhitungan Bagi Hasil
Tabel 2.3
Tabel 3.2 Teknik Analisis Data yang Digunakan
Tabel 4.1 Uji Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian ditemukan bahwa mudharabah tidak berpengaruh terhadap laba Bank Syariah Mandiri, hal ini diakibatkan karena pada pembiayaan mudharabah akan meningkatkan

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah

Penelitian dilakukan bertujuan melihat pengaruh secara parsial dan simultan antara pembiayaan murabahah, mudharabah dan musyarakah sebagai variabel bebas terhadap ROA

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah

1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri. Salah

Mulia Sari, dalam penelitiannya berjudul pengaruh pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, dan pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas pada Bank Syariah

Hubungan Pengaruh Mudharabah Terhadap Profitabilitas ROA Kontrak mudharabah yaitu kesepakatan antara kedua belah pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama, di dalam mudharabah,

Grafik 1.1 Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah BPRS Harta Insan Karimah 2018-2022 Sumber: Data OJK diolah dengan SPSS 25 Tahun 2023 Sebagai BPRS, Harta Insan Karimah memiliki