SKRIPSI
ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP
KEINGINAN MEMPEROLEH PEMBIAYAAN MUDHARABAH
DAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH
DI KOTA MEDAN
OLEH
M ANDRI PRANATA GINTING
NIM: 110501125
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi saya
yang berjudul “Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Keinginan Memperoleh
Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Pada Bank Syariah Kota Medan” adalah
benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan program studi sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Isi dan data pada karya tulis yang saya kutip atau saya peroleh dari
publikasi resmi, sumber tertentu dan hasil karya orang lain telah dituliskan
sumbernya sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila ditemukan pernyataan ini tidak benar di kemudian hari, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,Oktober 2015
ii
ABSTRAK
ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEINGINAN MEMPEROLEH PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MURABAHAH
PADA BANK SYARIAH DI KOTA MEDAN
Bank syariah merupakan Islamic financial Institution dan lebih dari sekedar bank (beyond banking) yang berlandasan Al- Qur’an dan Hadits (tuntunan Rasulullah saw) yang mengacu pada prinsip muamalah, yakni sesuatu itu boleh dilakukan, kecuali jika ada larangannya dalam Al-Qur’an dan hadits yang mengatur hubungan antar manusia terkait ekonomi, social, dan politik.
Tujuan Dari Penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan Mudharabah dan untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan Murabahah. Populasi penelitian ini adalah masyarakat kota Medan yang berjumlah 2.097.610 orang. Sistem penentuan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling, sampel sebanyak 100 orang (Berdasarkan rumus Slovin ). Penelitian ini menggunakan Uji Spearman dan Deskriptif, dengan menggunakan alat spss 17 .
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku masyarakat dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dengan produk Mudharabah dan Murabahah di bank syariah kota Medan. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Variabel murabahah 85% responden sangat setuju dan setuju bahwa produk murabahah saat ini sesuai Al-Qur’an dan Hadist.
iii ABSTRACT
SOCIETY BEHAVIOR ANALYSIS TO DESIRE FINANCING MUDHARABAH AND MURABAHAH OF ISLAMIC BANKING MEDAN
Islamic banks are Islamic Financial Institution and is more than just a bank (beyond banking) which is grounded in the Qur'an and Hadith (the Prophet's guidance) which refers to the principle muamalah, which is something that should be done, unless there is a prohibition in the Qur ' an and hadith that govern human relations related to the economic, social, and political.
Purpose of this study is to determine the relationship of people's behavior towards Mudharabah financing and to determine the relationship of people's behavior towards Murabaha financing . The study population was the city of Medan which totaled 2.09761 million people . System sampling done by Simple Random Sampling , sample of 100 people ( Based on the formula Slovin ) . This study used Spearman test and descriptive , by using SPSS 17 .
These results indicate there is a relationship between people's behavior in the search for , purchase , use , evaluate , and dispose of the product with the product Mudaraba and Murabaha in Islamic banks Medan. With a confidence level of 95% . Variable murabaha 85 % of respondents strongly agree and agree that the current murabaha products accordance with the Qur'an and Hadisth.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skipsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi sarjana (S1) yaitu program studi Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini adalah skripsi penulis yang berjudul “Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Keinginan Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Pada Bank Syariah Kota Medan.”
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dengan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua, saudara serta keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, SE,M.Ec,Ac,Ak.,selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
v 7. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya Hasibuan, M.Si. dan Bapak Kasyful
Mahalli, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh staff administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam mengurus segala keperluan administrasi.
9. Teman-teman stambuk 2011 Ekonomi Pembangunan atas motivasi dan dukungan yang telah diberikan.
Penulis menyadari masih ada kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Medan, Agustus 2015
vi
BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Definisi Perbankan Syariah ... 6
2.2 Definisi Produk-Produk Bank Syariah ... 7
2.3 Definisi Mudharabah ... 10
2.3.1 Aspek Syariah Kontrak Mudharabah ... 10
2.3.1.1 Alqur’an dan Hadits Tentang Mudharabah ... 10
2.3.1.2 Musyawarah dan Kesepakatan dalam Mudharabah ... 11
2.3.1.3 Jaminan dalam Mudharabah ... 12
2.3.1.4 Saksi dalam Mudharabah ... 12
2.3.1.5 Rukun Mudharabah ... 13
2.3.1.6 Ketentuan Penyaluran Dana Mudharaba ... 13
2.3.1.7 Rukun Syarat Penyaluran Dana Mudharabah ... 14
2.3.1.8 Nisbah Untuk Financing atau Pembiayaan ... 16
2.3.1.9 Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Untuk Pembiayaan ... 19
2.4 Definisi Murabahah ... 22
2.4.1 Aspek Syariah Kontrak Murabahah ... 22
2.4.1.1 Alqur’an dan Hadits Tentang Murabahah ... 22
2.4.1.2 Musyawarah dan Kesepakatan dalam Mudrabahah ... 23
2.4.1.3 Jaminan dalam Murabahah ... 24
2.4.1.4 Dokumentasi dalam Murabahah ... 24
2.4.1.5 Rukun dan Ketentuan dalam Murabahah ... 25
2.4.1.6 Penetapan Harga Jual Murabahah yang Syar’I ... 28
vii
2.6 Penelitian Terdahulu ... 37
2.7 Hipotesis Penelitian ... 39
2.8 Kerangka Konseptual ... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 41
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
3.3 Batasan Operasional ... 41
3.4 Definisi Operasional... 42
3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 42
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
3.7 Jenis Data ... 44
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 45
3.9 Uji Validitas dan Realibilitas ... 45
3.10 Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kota Medan ... 51
4.2 Perkembangan Perbankan Syariah di Kota Medan ... 52
4.3 Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 54
4.3.1 Uji Validitas ... 54
4.3.2 Uji Realibilitas... 56
4.4 Analisis Deskriptif Perilaku Masyarakat Terhadap Keiinginan Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah... 58
4.4.1 Deskriptif Responden ... 58
4.4.2 Pengelolahan Data ... 68
4.4.2.1 Hubungan Antara Perilaku Masyarakat dengan Produk Mudharabah di bank syariah kota Medan 69 4.4.2.2 Hubungan Antara Perilaku Masyarakat dengan Produk Murabahah di bank syariah kota Medan 69 4.4.3 Variabel Perilaku ... 70
4.4.4 Variabel Mudharabah ... 72
4.4.5 Variabel Murabahah ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 76
5.2 Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
viii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Perbedaan Produk Bank Konvensional dengan Produk Murabahah... 16
2.2 Kasus Perhitungan Bagi Hasil ... 21
2.3 Perbedaan Produk Bank Konvensional dengan Produk Murabahah... 23
3.1 Skor Skala Likert... 43
3.2 Teknik Analisis Data ... 47
4.1 Uji Validitas ... 55
4.2 Uji Reabilitas ... 57
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat ... 59
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 61
4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Mengetahui Produk ... 62
4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 63
4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 64
4.9 Tabulasi Silamg antara Pekerjaan dengan Pendapatan Responden ... 66
4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tertinggi ... 67
4.11 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Pendidikan Responden ... 68
4.12 Hubungan Antara Perilaku Masyarakat Terhadap Produk Mudharabah ... 69
4.13 Hubungan Antara Perilaku Masyarakat Terhadap Produk Murabahah... 70
4.14 Tanggapan Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat ... 71
4.15 Tanggapan Responden terhadap Produk Mudharabah ... 73
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Skema Kerangka Konseptual ... 40
4.1 Alamat ... 60
4.2 Jenis Kelamin ... 61
4.3 Umur ... 62
4.4 Mengetahui Produk ... 63
4.5 Pekerjaan ... 64
4.6 Pendapatan ... 65
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Tabel Judul Halaman
ii
ABSTRAK
ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEINGINAN MEMPEROLEH PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MURABAHAH
PADA BANK SYARIAH DI KOTA MEDAN
Bank syariah merupakan Islamic financial Institution dan lebih dari sekedar bank (beyond banking) yang berlandasan Al- Qur’an dan Hadits (tuntunan Rasulullah saw) yang mengacu pada prinsip muamalah, yakni sesuatu itu boleh dilakukan, kecuali jika ada larangannya dalam Al-Qur’an dan hadits yang mengatur hubungan antar manusia terkait ekonomi, social, dan politik.
Tujuan Dari Penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan Mudharabah dan untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan Murabahah. Populasi penelitian ini adalah masyarakat kota Medan yang berjumlah 2.097.610 orang. Sistem penentuan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling, sampel sebanyak 100 orang (Berdasarkan rumus Slovin ). Penelitian ini menggunakan Uji Spearman dan Deskriptif, dengan menggunakan alat spss 17 .
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku masyarakat dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dengan produk Mudharabah dan Murabahah di bank syariah kota Medan. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Variabel murabahah 85% responden sangat setuju dan setuju bahwa produk murabahah saat ini sesuai Al-Qur’an dan Hadist.
iii ABSTRACT
SOCIETY BEHAVIOR ANALYSIS TO DESIRE FINANCING MUDHARABAH AND MURABAHAH OF ISLAMIC BANKING MEDAN
Islamic banks are Islamic Financial Institution and is more than just a bank (beyond banking) which is grounded in the Qur'an and Hadith (the Prophet's guidance) which refers to the principle muamalah, which is something that should be done, unless there is a prohibition in the Qur ' an and hadith that govern human relations related to the economic, social, and political.
Purpose of this study is to determine the relationship of people's behavior towards Mudharabah financing and to determine the relationship of people's behavior towards Murabaha financing . The study population was the city of Medan which totaled 2.09761 million people . System sampling done by Simple Random Sampling , sample of 100 people ( Based on the formula Slovin ) . This study used Spearman test and descriptive , by using SPSS 17 .
These results indicate there is a relationship between people's behavior in the search for , purchase , use , evaluate , and dispose of the product with the product Mudaraba and Murabaha in Islamic banks Medan. With a confidence level of 95% . Variable murabaha 85 % of respondents strongly agree and agree that the current murabaha products accordance with the Qur'an and Hadisth.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Sistem perbankan Indonesia menganut dual banking system, sehingga
nasabah masih dapat melakukan pilihan antara bank konvensional dengan bank
syariah. Setelah lahirnya UU no.10/1998 sebagai perubahan Undang-Undang
perbankan No 7 /1992, membuka seluas-luasnya kepada bank konvensional untuk
menerapkan sistem perbankan syari’ah. Pengalaman perbankan nasional pada
masa krisis ekonomi 1997-1999 merupakan pelajaran berharga. Bagi Bank
Muamalat Indonesia, perintis bank syariah di Indonesia, tidak saja survive, tetapi
mampu meningkatkan laba bersih 134% per tahun dengan peningkatan asset 14%
pada tahun 1999 ketika banyak bank konvensional collapse saat krisis memuncak.
Fenomena perbankan syariah ini memang cukup menakjubkan, yaitu
dengan tumbuh serta berkembangnya bank-bank yang menggunakan kode “IB”
pada logonya. Bank-bank tersebut adalah bank-bank yang menerapkan
mekanisme syariah sesuai dengan aturan-aturan Islam dalam melaksanakan
usahanya. Hal inilah yang membedakannya dengan perbankan biasa, yang untuk
memudahkannya disebut sebagai Bank Konvensional. Oleh karena itu, ciri khas
tersebut harus di cantumkan sebagai identitas Bank yang berkenaan. Logo “IB”
itu sendiri berarti: “Islamic Bank”.
Ekonomi syariah mampu menahan krisis ekonomi, hal ini sudah teruji dan
2 banyak bank-bank konvensional mengalami likuidasi, justru Bank Muamalat yang
memiliki prinsip ekonomi syariah bisa tetap bertahan pada zamannya. Pada tahun
2008 ketika terjadi krisis di Amerika, ternyata Indonesia yang sedang
mengembangkan ekonomi syariah tidak terkena dampak yang signifikan dari
krisis tersebut. Pada tahun 2012 beberapa Negara di eropa seperti Yunani,
Irlandia, Spanyol, Portugal dan Italia terkena badai krisis. Tapi ternyata ada satu
Negara di Eropa yang masih bertahan yaitu Inggris. Ternyata Inggris merupakan
Negara yang sedang mengembangkan ekonomi syariah dan Inggris menyatakan
sebagai pusat ekonomi syariah di eropa. Penasihat Kebijakan Keuangan
Pemerintah Inggris, Omar Shaikh, menyatakan Inggris kini telah menjadi pusat
perbankan Islam di Eropa. Sistem itu berkembang berkat dukungan politik
pemerintah Inggris yang melihat pelaksanaan sistem ini sebagai peluang bisnis,
dalam seminar Islamic Finance Management yang diadakan Perhimpunan Pelajar
Indonesia (PPI) Glasgow di University of Glasgow, Scotlandia, Inggris, Sabtu
(6/4). Peluang bisnis keuangan syariah di Inggris makin berkembang seiring
dengan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan syariah.
Oleh karena itu, sistem yang dibangun menekankan keterbukaan dalam
pengelolaan perbankan dan lebih rasional dalam mengambil keuntungan bisnis
keuangan perbankan.
Bank Indonesia (BI) menilai market share perbankan syariah di Indonesia
masih minim. Yakni masih diangka 5 persen dari total pangsa pasar perbakan
nasional. Karenanya BI mengaku siap mendongkrak market share perbankan
3 dan adanya tekanan terhadap perekonomian Indonesia membawa dampak kepada
perbankan, termasuk perbankan syariah. Bahkan, kenaikan suku bunga acuan atau
BI Rate juga mempengaruhi bank syariah dari sisi peningkatan risiko kredit dan
likuiditas. Share perbankan syariah Indonesia angkanya sudah hampir 5 persen
pada 2012. Posisi tetapnya di 4,58 persen Untuk mendongkrak market share bank
syariah, BI akan mengeluarkan regulasi, agar market share perbankan syariah bisa
meningkat hingga diangka 15 persen dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
Untuk meraih share minimal 15 persen itu, perlu pembenahan dari
beberapa aspek. Seperti penguatan struktur dari perbankan syariah, adanya
peningkatan daya saing dan ketahanan dari sisi keuangan, pembangunan
infrastruktur yang memadai, dan adanya eksplorasi untapped areas.
Berdasarkan jenis bank, Pertumbuhan Aset Perbankan syariah Sumatera
Utara menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Pertumbuhan
tahunan aset perbankan syariah tercatat hanya mencapai 7,47% (yoy) dimana
tahun sebelumnya tercatat sebesar 33,13% (yoy). Hal ini yang kemudian
mengakibatkan share aset perbankan syariah terhadap total perbankan Sumatera
Utara hanya sebesar 4,42 persen. Kondisi serupa terjadi pada perbankan secara
nasional dimana share aset perbankan syariah berada di bawah target 5% yang
telah ditetapkan. Ke depannya, dibutuhkan berbagai upaya bersama untuk
mendorong kinerja perbankan syariah Sumatera Utara.
Karakteristik produk terdiri dari bagi hasil, pelayanan dan tangibles
(fasilitas). Bagi hasil perlu diketahui karena adanya keyakinan yang kuat
4 riba yang di larang Islam dan kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin
melepaskan diri dari peresoalan riba. Dengan mengacu pada Al-Qur'an dan hadits
maka di harapkan bank syari'ah dapat menghindari praktek-praktek yang
mengandung unsur riba dan melakukan usaha dengan kegiatan investasi atas dasar
bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Pelayanan perlu diketahuikarena
masyarakat dalam menabung di suatu bank memerlukan pelayananyang baik
sehingga nasabah merasa puas. Tangibles (fasilitas/bukti langsung) perlu di
ketahui karena masyarakat dalam menabung memerlukan bukti langsung atau
fasilitas yang baik sehingga nasabah merasa puas.
Produk – produk pembiayaan bank syari’ah, khususnya pada bentuk
pertama, ditunjukan untuk menyalurkan investasi dan simpanan masyarakat ke
sector rill dengan tujuan produktif dalam bentuk investasi bersama (investment
financing) yang dilakukan bersama mitra usaha (kreditor) menggunakan pola bagi
hasil (mudharabah dan musyarakah) dan dalam bentuk investasi sendiri (trade
financing) kepada yang membutuhkan pembiayaan menggunakan pola jual beli
(murabahah,salam,dan istishna) dan pola sewa (ijarah dan ijarah muntahiya
bittamlik)
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka di rumusan
permasalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan perilaku kelompok masyarakat terhadap pembiayaan
5 2. Bagaimana hubungan perilaku kelompok masyarakat terhadap pembiayaan
Murabahah
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan
Mudharabah
2. Untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan
Murabahah
1.4. Manfaat Penelitian
Secara teoritis maupun metodologis kajian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman studi analisis
perilaku masyarakat terhadap keinginan pembiayaan mudharabah dan murabahah
pada bank syariah di Medan. Secara khusus manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya dalam hal
perilaku masyarakat, serta salah satu syarat bagi peneliti dalam
menyelesaikan perkuliahannya.
2. Memberi masukan kepada Perbankan Syariah agar dapat meningkatkan
kualitas atas produk mudharabah dan murabahah.
3. Menjadi referensi atau perbandingan bagi peneliti lain yang tertarik untuk
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbankan Syariah
Bank syariah merupakan Islamic financial Institution dan lebih dari
sekedar bank (beyond banking) yang berlandasan Al- Qur’an dan Hadits
(tuntunan Rasulullah saw) yang mengacu pada prinsip muamalah, yakni sesuatu
itu boleh dilakukan, kecuali jika ada larangannya dalam Al-Qur’an dan hadits
yang mengatur hubungan antarmanusia terkait ekonomi, social, dan politik.
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah dinyatakan bahwa bank syariah menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dan mengacu pada fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga berwenang, dalam hal ini Dewan Syariah Nasional (DSN) dibawah
majelis Ulama Indonesia (MUI).
Bank syariah pun menjalankan fungsi penghimpunan dana masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan nya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat. Organisasinya dilengkapi Dewan Pengawas Syariah (DPS) guna
menjamin bahwa operasionalnya tidak menyimpang dari kaidah syariah.
Penempatan dana di bank syariah bersifat investasi sehingga perolehan
(return) yang didapat tidak bias dipastikan karena praktik bisnis bias
menguntungkan atau mengalami kerugian sebagai konsekuensi investasi. Yang
bisa dipastikan hanya porsi bagi hasil (nisbah) antara bank dengan nasabah dalam
7 kurang mengandung resiko karena perolehan berupa bunga yang relative pasti dan
tetap. Prinsip investasi yang berlaku di bank syariah dapat menciptakan
harmonisasi perbedaan kepentingan antara penyimpan dana yang ingin mendapat
return tinggi, pemegang saham yang berharap spread besar untuk mengoptimalkan
interest difference agar bank memperoleh keuntungan besar, serta keinginan
pemakai dana dengan tuntutan tingkat bunga rendah.
Produk bank syariah relative lebih banyak dibandingkan dengan bank
konvensional yang antara lain bisa melakukan jual beli, sewa-menyewa, sewa
beli, berbagi hasil, bermitra modal, gadai, anjak piutang, serta jasa lainnya. Pada
bank konvensional terdapat produk tunggal kredit untuk pembiayaan, yaitu kredit
modal kerja, kredit investasi, kredit kepemilikan rumah dan mobil, kredit
multiguna, serta bentuk kredit lainnya. Produk bank syariah yang beragam
tersebut di dasari akadnya yang bervariasi.
2.2Definisi Produk - Produk Bank Syariah
1. Murabahah : Merupakan akad jual beli barang sebesar harga pokok
barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Berdasarkan
akad jual-beli tersebut bank membeli barang yang dipesan oleh dan
menjualnya kepada nasabah. Harga jual bank adalah harga beli dari
supplier ditambah keuntungan yang disepakati
2. Salam : Secara etimologi Salam adalah salaf (pendahuluan) yang
berarti penjualan sesuatu dengan criteria tertentu (yang masih berada)
8 untuk membuat sesuatu dengan cirri-ciri tertentu dengan membayar
dahulu, sedangkan barangnya diserahkan kepada pembeli dilemudian hari.
3. Istishna : Suatu perjanjian jual beli antara Mustashni
(pemesan/pembeli) dan Shani (produsen/penjual), dimana barang
(mashnu’) yang akan diperjualbelikan itu harus dipesan terlebih dahulu
dengan criteria yang jelas. Dimana pembayaran nya dapat dilakukan di
awal, di tengah, dan di akhir.
4. Mudharabah : Menurut fiqih ,mudharabah atau disebut juga
muqaradhah berarti berpergian untuk urusan dagang secara muamalah
berarti pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan modalnya kepada
pekerja/pedagang (mudharib) untuk diperdagangkan/diusahakan,
sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama.
5. Syirkah : Suatu transaksi antara dua orang atau lebih yang
dua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan
tujuan mencari keuntungan.
6. Ijarah : Suatu transaksi dimana barang yang mempunyai banyak
manfaat dan selama menggunakannya barang tersebut tidak mengalami
perubahan atau musnah, manfaat yang diambil tidak berbentuk zatnya
melainkan sifatnya, dan dibayar sewa. Misalnya, rumah yang
dikontrakkan/disewa, mobil disewa untuk perjalanan.
7. Kafalah : Kedudukan seseorang terhadap orang lain dalam
9 kesanggupannya atas dirinya sendiri, memberi kuasa menagih pada orang
lain baik itu berkaitan dengan orang atau harta.
8. Wakalah : Makna Wakalah yang dapat diartikan mempercayakan,
menyerahkan mandat atau menjadikan wakil dalam urusan. Prinsip
wakalah tersebut mempunyai hak dan kewajiban tersendiri.
9. Wadi’ah : Akad yang bersifat menjaga barang/ harta orang lain.
Pihak yang menerima titipan bertanggung jawab terhadap barang yang
dititipi, dimana penerima mempunyai amanah untuk menjaganya, baik
secara sharih (jelas) atau dilalah (tersirat).
10. Rahn : Menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang
memungkinkan untuk ditarik kembali. Maksud menahan sesuatu adalah
barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ yang
dijadikan sebagai jaminan utang, kemudian pemilik harta tersebut
diperbolehkan mengambil utang seharga nilai barangnya atau sebagian.
11. Qardh : Akad pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang
dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan
kriteria tertentu dan bukan pinjaman yang bersifat konsumtif.
Pengembalian pinjaman sesuai dengan kesepakatan bersama.
12. Hawalah : Pemindahan hutang dari tanggungan ashil (penerima
utang) kepada tanggungan muhal’alaih (yang bertanggung jawab) dengan
10
2.3 Definisi Mudharabah .
Definisi menurut fiqih, mudharabah atau disebut juga muqaradhah berarti
berpergian untuk urusan dagang secara muamalah berarti pemilik modal (shahibul
maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja / pedagang (mudharib) untuk
diperdagangkan / diusahakan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut
kesepakatan bersama.
2.3.1 Aspek Syariah Kontrak Mudharabah
2.3.1.1. Al – Qur’an dan Hadist tentang mudharabah
Akad mudharabah diperbolehkan dalam islam, karena bertujuan untuk
saling membantu antara pemilik modal dan seseorang yang ahli dalam
memutarkan uang (usaha/dagang). Mudharib sebagai pengusaha
(entrepreuner)/pelaku usaha adalah sebagian dari orang-orang yang melakukan
perjalanan untuk mencari karunia dari ridha Allah.
“..dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia allah SWT.. “ QS.Al Muzammil (73) : 20)
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS.Al Jum’ah (62) : 10)
“Tidak ada dosa bagi kamu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan tuhanmu..” (QS. Al Baqarah (2) : 198 )
Diriwayatkan oleh ibnu abbas bahwasanya sayyida abbas jika kalau
memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar
dana nya tidak dibawa mengarungi lautan,menuruni lembah yang berbahaya,
11 tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut ke Rasulullah SAW dan Rasulpun
memperkenalkannya (Hadist dikutip oleh imam Alfasi dalam Majama ‘ assawaid
4 /161). Hadist lain yang bersenada telah diriwayatkan olehh imam darul quthni
dari perawi-perawi yang dapat dipercaya.
Dari Syu’aib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Tiga perkara di
dalamnya terdapat keberatan, (1)menjual dengan pembayaran secara kredit,
(2)Muqaradah (nama lain dari Mudharabah), (3)mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah dan bukan dijual. “ (HR. Ibnu Majah).
“Rahmat Allah SWT tercurahkan atas dua pihak yang sedang bekerjasama selama
mereka tidak melakukan pengkhianatan,manakala berkhianat maka bisnisnya akan
tercela dan keberkahanpun akan sirna daripadanya.”(HR. Abu Daud, Baihaqi, dan
Al Hakam).
2.3.1.2. Musyawarah dan Kesepakatan dalam Mudharabah
Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan
dalam menentukan keputusan dan mempelancar urusan. Dua belah pihak
masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah
dana masyarakat.
“ Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu‘‘(QS. Al Maidah ( 5 ) : 1)
“sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya’’ (QS Al Isra ( 42 ): 38
12
2.3.1.3 Jaminan dalam Mudharabah
Jaminan diperlukan untuk memperkecil resiko-resiko yang merugikan
bank akibat kelalaian, salah urus atau pelanggaran akad yang dilakukan oleh
nasabah selaku pengurus (mudharib).
“ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai), sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya), dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah, Tuhannya; …” (QS. Al Baqarah ( 2 ) : 283 )
2.3.1.4 Saksi dalam Mudharabah
Persaksian merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan perkara.
Saksi harus orang yang adil bijaksana, tidak cacat mata, bias bicara (bukan bisu),
dan juga tidak cacat hukum.
13 bertaqwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maja mengetahui segala sesuatu. ‘’ (QS. Al Baqarah ( 2 ) L 282)
2.3.1.5 Rukun Mudharabah
Rukun dalam transaksi mudharabah meliputi: 1. Shahibul Maal (pemilik modal)
2. Mudharib (pelaksana/usahawan) 3. Maal (Modal)
4. Kerja/Usaha 5. Keuntungan 6. Ijab Qabul
2.3.1.6 Ketentuan penyaluran dana Mudharabah
1. Penyaluran dana mudharabah adalah penyaluran dana yang disalurkan
oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.
2. Dalam penyaluran dana ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana)
membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha
(nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelolah usaha.
3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana dan pembagian
keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS
dengan pengusaha)
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati
bersama dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam
manajemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana penyaluran dana harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk
14 6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah kecuali jika mudharib ( nasabah) melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
7. Pada perinsipnya, dalam penyaluran dana mudharabah tidak ada jjaminan,
namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat
meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya
dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran
terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur penyaluran dana, dan mekanisme pembagian
keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat
ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.
2.3.1.7 Rukun syarat penyaluran dana
Adapun Rukun Syarat dalam melakukan penyaluran dana pada
Mudharabah adalah :
1. Penyedia dana (Shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap
hukum.
2. Pernyataan ijab dan qobul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan konrtak (akad) dengan
15 a. Penawaran dan penerimaaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondesi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Modal ialah sejumlah uang dan atau asset yang diberikan oleh penyedia
dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut.
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk aset, maka asset tersebut harus dinilai pada
waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus djbayarkan kepada
mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
5. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi
a. Harus diperuntukan bagi kedua pihak dan tidak boleh diisyaratkan
untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk
persentase (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan
16 c. Penyedian dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun
kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan.
Tabel 2.1
Perbedaaan Produk Bank Konvensional dengan Produk Mudharabah Dasar Kegiatan
Kredit usaha Suku bunga Bagi hasil Sesuai dengan
kesepakatan Simpanan dana
(Deposito)
Suku bunga Bagi hasil Sesuai dengan
kesepakatan Pembiayaan
investasi
Suku bunga Bagi hasil Sesuai dengan kesepatan
2.3.1.8 Nisbah untuk financing atau pembiayaan
Karim (2004) menyatakan bahwa, bank syariah menetapkan nisbah bagi
hasil terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Uncertainty
Contracts (NUC), yakni akad bisnis yang tidak memberikan kepastian return
seperti mudharabah dan musyarakah, dengan mempertimbangkan dua hal, yaitu
referensi marjin keuntungan dan perkiraan keuntungan usaha yang dibiayai bank.
1. Referensi marjin keuntungan
Referensi tingkat marjin keuntungan adalah penetapan marjin bagi hasil
pembiayaan berdasarkan usul, rekomendasi, dan saran dari tim asset and
liabilities committee (ALCO) dengan mempertimbangkan criteria berikut:
a. Direct Competitor Market Rate (DCMR)
Tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat
17 ALCO sebagai pesainbg langsung, atau tingkat marjin keuntungan
bank syariah tertentu yang ditetapkan sebagai pesaing langsung
terdekat.
b. Indirect Competitor Market Rate (ICMR)
Tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat
suku bunga rata-rata beberapa bank konvensional yang ditetapkan
ALCO sebagai pesaing tidak langsung, tingkat suku bunga bank
konvensaional tertentu yang ditetapkan sebagai pesaing tidak langsung
terdekat.
c. Expected Competitive Return for Investor (ECRI)
Target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada
nasabah pihak ketiga (investor)
d. Acquiring Cost
Biaya yang dikeluarkan oleh bank dan langsung terkait dengan upaya
untuk memperolehan dana pihak ketiga.
e. Overhead Cost
Biaya yang dikeluarkan olehbank yang tidak langsung terkait dengan
upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
2. Perkiraan tingkat keuntungan usaha yang dibiayai
Perkiraan tingkat keuntungan usaha dihitung dengan mempertimbangkan
criteria berikut ini :
a. Perkiraan penjualan
18 frekuensi penjualan setiap bulan, fluktuasi, rentan harga penjualan
yang dapat dinegosiasikan, dan marjin keuntungan setiap transaksi.
b. Lama Cash to Cash Cycle
Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan Cash kembali
atau jumlah hari antara arus kas keluar pertama dengan arus kas masuk
berikutnya yang melibatkan antara lain: lamanya persediaan, lamanya
proses barang, dan lamanya piutang dagang. Cash to Cash Cycle
disebut juga dengan Cash Conversion Cycle
c. Perkiraan Biaya Langsung
Merupakan perkiraan biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan
kegiatan penjualan, seperti biaya pengangkutan, biaya pengemasan,
dan biaya lain yang termasuk ke dalam Cost of Goods Sold (COGS)
d. Perkiraan Biaya Tidak Langsung
Merupakan perkiraan biaya-biaya yang tidak langsung berhubungan
dengan kegiatan penjualan, seperti biaya sewa kantor, biaya gaji
karyawan, dan biaya-biaya lain yang termasuk kedalam Overhead Cost
(OHC)
e. Delayed Factor
Delayed Factor adalah waktu yang ditambahkan pada cash to cash
cycle untuk mengantisipasi timbulnya keterlambatan pembayaran dari
19
2.3.1.9 Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Untuk Pembiayaan
Berdasarkan teori yang dipaparkan di atas, maka dalam penentuan nisbah
bagi hasil pembiayaan dapat dihitung dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Faktor yang diperhatikan dalam penentuan nisabh financing :
a. Harga jual barang dagang
b. Harga jual kepada pembeli p.a (per annual)
c. Volume penjualan barang dagang per bulan
d. Nilai penjualan
e. Laba bersih penjualan barang dagang
2. Profit Margin
a. Cash to Cash periode = 360/ (DI +DR-DP)
b. Lama piutang/Day Receivable (DR) (data neraca)
c. Lama persediaan/Day Inventories (DI) (data neraca)
d. Lama utang dagang/Day Payable (DP) (pembayaran ke supplier dan
carry)
3. Profit margin per tahun
4. Hitung
a. Nisbah Shahibul Maal, adalah (Expected return/Actual return)x 100%
b. Nisbah Mudharib, adalah 100% - Nisbah Shahibul Maal
Contoh Perhitungan Nisbah
Contoh perhitungan nisbah bagi hasil untuk bisnis perdagangan kacang
20 berikut:
Harga jual kacang kedelai = Rp.2.150/ kg
Harga jual kepada nasabah = setara 16% p.a
Volume penjualan kedelai per bulan = 65.000 kg
Nilai penjualan (65.000 x Rp.2.150 ) = Rp. 139.750.000
Harga pokok pembelian =_____Rp. 125.000.000__
Pendapatan penjualan kedelai = Rp. 14.750.000
Berapa nisbah bagi hasilnya?
Perhitungan Nisbah :
Volume penjualan = 65.000 kg
Profit margin :
(Rp. 14.750.000/139.750.000)x 100% = 10,55%
Lama piutang (data neraca 31-07-2003) = 65 hari
Lama persediaan (data neraca 31-08-2003) = 2 hari
Lama utang dagang :
(pembayaran ke supplier & carry) = 0
Cash to cash periode = 360/(DI+DR-DP) = 5,4
Profit margin per tahun = 5,4 x 10,55 = 57%
Nisbah antara Shahibul Maal dengan Mudharib
Nisbah Bank Syariah : (16%)/ (57%)x100% = 28%
Nisbah untuk Nasabah; 100% - 28% = 72 %
21 Seseorang nasabah mengajukan pembiayaan untuk modal kerja
dagang sebesar Rp.125.000.000 selama 1 tahun, dengan perbandingan bagi
hasil antara nasabah dan bank 72% : 28%. Bagaimana cara
perhitungannya?
Dengan cara melakukan bagi hasil setiap bulan dan pokok modal
dikembalikan pada saat akhir perjanjian.
Tabel 2.2
Kasus Perhitungan Bagi Hasil BULAN PROYEKSI
1 6.000.000 6.000.000 1.680.000,00 4.320.000.00 1.680.000,00
2 6.000.000 5.000.000 1.400.000,00 3.600.000,00 1.400.000,00
3 6.000.000 7.000.000 1.960.000,00 5.040.000,00 1.960.000,00
4 6.000.000 4.000.000 1.120.000,00 2.880.000,00 1.120.000,00
5 6.000.000 2.500.000 700.000,00 1.800.000,00 700.000,00
6 6.000.000 3.000.000 840.000,00 2.160.000.00 840.000,00
7 6.000.000 3.500.000 980.000,00 2.520.000,00 980.000,00
8 6.000.000 6.500.000 1.820.000,00 4.680.000,00 1.820.000,00
9 6.000.000 5.500.000 1.540.000,00 3.960.000,00 1.540.000,00
10 6.000.000 4.250.000 1.190.000,00 3.060.000,00 1.190.000,00
11 6.000.000 4.500.000 1.260.000,00 3.240.000,00 1.260.000,00
12 6.000.000 4.575.000 1.281.000,00 3.294.000,00 125.000.000,00 126.281.000,00
Kolom Keterangan Perhitungan
( A ) Bulan perjalanan pembiayaan yang dilakukan nasabah
( B ) Pendapatan proyeksi pendapatan yang diinginkan oleh pemilik modal (dapat dihitung dengan bantuan alat statistic, misalnya regresi)
( C ) Pendapatan aktual mudharib adalah data pendapatan yang diperoleh mudharib dalam usaha
( D ) Bagian (nisbah) pendapatan pemilik modal, diperoleh dari porsi nisbah dikalikan dengan pendapatan actual mudharib.
( E ) Bagian (nisbah) pendapatan pelaku usaha (mudharib), diperoleh dari porsi nisbah dikalikan dengan pendapatan actual mudharib.
( F ) Pengembalian pokok modal, yaitu besaran dana yang dibayar pada akhir perjanjian.
22
2.4 Definisi Murabahah.
Murabahah Merupakan akad jual beli barang sebesar harga pokok barang
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Berdasarkan akad jual-beli
tersebut bank membeli barang yang dipesan oleh dan menjualnya kepada nasabah.
Harga jual bank adalah harga beli dari supplier ditambah keuntungan yang
disepakati. Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan
pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah
berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk
membeli barang yang dipesannya. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara
tunai atau cicilan.
2.4.1 Aspek Syariah Kontrak Murabahah
2.4.1.1 Al Qur’an dan Hadist tentang Murabahah
Murabahah merupakan bagian dari jual beli dan sistem ini mendominasi
produk-produk yang ada di semua Bank Islam. Dalam islam, jual beli merupakan
salah satu sarana tolong-menolong antara sesama umat manusia yang diridhai oleh
Allah SWT.
“ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. Al Baqarah (2) :275).
23 “ Dari suab ar rumi ra, bahwa rasullah bersabda: “ Tiga perkara di dalamnya terdapat keberkatan (1) Menjual dengan pembayaran tangguh ( murabahah) , (2) muqaradhah (nama lain dari mudharabah), (3)mencampurkan tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah bukan untuk diperjual belikan.
2.4.1.2Musyawarah dan kesepakatan dalam Murabahah
Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan
dalam menentukan keputusan dan akan memperlancar urusan. Masing-masing
mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah dana
masyarakat.
“ Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. “ (QS Asy-Syuura (42):38)
“ Dari Abu Said Al Hudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka. “ (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hiban)
“ Dari Abdullah Ibnu Harits dari Hakim Ibnu Hizam berkata : Rasulullah SAW bersabda: “ Penjual dan Pembelin sama-sama bebas menentukan jual belinya selagi keduanya belum berpisah, jika keduanya jujur dan berterus terang, maka jual beli mereka akan diberkati Allah, tetapi jika saling mendustai dan curang maka berkah dalam jual beli mereka itu akan terhapus.”
Rasulullah SAW bersabda:
24 Rasulullah SAW bersabda :
“ umatku tidak akan sepakat terhadap suatu kesesatan “ (HR. ahmad bin Hanbal, Ibnu Majah dan Ath Thabrani)
2.4.1.3Jaminan dalam Murabahah
Jaminan diperlukan untuk memperkecil resiko-resiko yang merugikan
bank dan untuk melihat kemampuan nasabah dalam menanggung pembayaran
kembali atas utang yang diterima dari bank.
“ jika kamu dalam perjalanan (dan bermua’malah tidak secara tunai) sedangkan kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnnya), dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah, Tuhannya…(QS. Al Baqarah [ 2 ] : 283)
Dari Aisyah bahwasanya Nabi SAW pernah membeli bahan makanan dari seorang Yahudi dengan utang dan beliau memberikan baju besinya sebagai jaminan.“ (HR.Bukhari, Muslim, dan Nasa’I)
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapapun yang bangkrut (muflis), lalu kreditornya mendapatkan barangnya sendiri pada si bangkrut, maka kreditor itu lebih berhak untuk menarik kembali barangnya itu daripada lainnya.’’(HR. bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah).
2.4.1.4 Dokumentasi dalam Murabahah
Dokumentasi adalah salah satu syarat transaksi/pengikatnya antara
nasabah dengan bank yang dapat dipergunakan sebagai berikut:
25 benar Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun dari pada utangnya. Jika yang berhutang itu lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur…’’ (QS. Al Baqarah [ 2 ]: 282)
“ Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya .. ’’ (QS. Al Mu’minun [ 23 ]: 8)
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui. ’’ (QS. Al Anfal [ 8 ]: 27)
Dari Amru bin Said, dari bapaknya r.a. berkata ia: Bersabda Rasulullah SAW : “ Orang-orang yang telah sanggup untuk membayar kewajibannya, tetapi dilalaikannya juga, bolehlah orang merampas hartanya dan menyiksanya (memasukkan nya dalam penjara). ’’ (HR. Abu Daud dan Nasa’i)
Bersumber dari Amir bin Syuraid dari ayahnya dari Nabi SAW, beliau bersabda : “ Memperpanjang (menunda-nunda) pembayaran (utang) atas orang yang mampu adalah kezhaliman yang menghalalkan kehormatannya dan siksanya. ’’ (HR. Imam yang Lima kecuali Imam Tirmidzi).
2.4.1.5Rukun dan Ketentuan dalam Murabahah
Adapun rukun dalam Murabahah adalah sebagai berikut :
1. Penjual (Ba’i)
2. Pembeli (Musytari)
26 4. Harga (Tsaman)
5. Ijab Qabul
Ketentuan – ketentuan dalam Murabahah adalah :
1. Ketentuan tentang Murabahah’
a. Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba
2) Baarang yang diperjualbelikan tidak di haramkan oleh syariah
Islam
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembeliaan ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntunganya.
Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
27 8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah berupa pengikatan jaminan dan atau asuransi.
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga (akad wakalah), akad jual beli murabahah
harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
b. Ketentuan murabahah kepada nasabah
1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu
barang atau asset kepada bank
2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli
terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan
perdagangan.
3) Bank kemudiaan menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli) nya sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakatinya, karena secara hokum perjanjian tersebut
mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak
jual beli.
4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan.
5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya
28
Tabel 2.3
Perbedaan Produk Bank Konvensional dengan Produk Murabahah Dasar Kegiatan
Usaha
Bank Konvensional Produk
Murabahah Keterangan
Pembiayaan
kredit rumah Suku bunga Bagi hasil
Sesuai dengan kesepakatan Pembiayaan
kredit bermotor Suku bunga Bagi hasil
Sesuai dengan
investasi Suku bunga Bagi hasil
Sesuai dengan kesepakatan
2.4.1.6 Penetapan Harga Jual Murabahah Yang Syar’i
Bank-bank syariah pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai
model pembiayaan yang utama. Praktik pada bank syariah di Indonesia, portofolio
pembiayaan murabahah mencapai 70-80%. Kondisi demikian ini tidak hanya di
Indonesia, namun juga terjadi pad bank-bank syariah, seperti di Malaysia,
Pakistan.
Sejumlah alas an diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah
dalam operasi investasi perbankan syariah : (i) murabahah adalah suatu
mekanisme investasi jangka pendek, dibandingkan dengan sitem bagi hasil
(musyarakah dan mudharabah), cukup memudahkan; (ii) mark-up dalam
murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank
dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank
berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank syariah untuk mencampuri
manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan
29 Berdasarkan kondisi dan alasan praktik murabahah di bank syariah, maka
ada semacam “kecaman” atau penilaian masyarakat terhadap praktik bank syariah
tidak jauh berbeda dengan bank konvensional (bank bunga). Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh BI menunjukkan bahwa 15% responden menilai bank syariah
tidak ada bedanya dengan bank konvensional, “hanya beda bungkusnya.”
Kalangan awam juga menilai bahwa bank syariah dalam mengambil keuntungan
lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional.
Kondisi inilah yang harus dicarikan solusinya. Karena selama ini kalangan
awam menilai yang namanya lembaga syariah selalu indentik dengan harga
murah. Sehingga jika terjadi penjualan barang oleh bank syariah dengan harga
lebih tinggi dibandingkan harga jual bank tidak syariah, maka bank syariah dinilai
lebih tidak islami. Padahal, suatu ketika memang bisa terjadi demikian adanya.
Oleh karena itu, perlu kiranya dicarikan kemasan produk murabahah yang
memberikan keuntungan secara adil antara pihak bank syariah dengan nasabah
peminjaman murabahah. Bagaimana kemasan murabahah dapat adil?
Bank syariah harus tidak hanya menjadikan tingkat suku bunga sebagai
rujukan dalam penentuan harga jual (pokok + margin) produk murabahah. Cara
penetapan margin yang hanya memicu pada suku bunga merupakan langkah sesat
sekaligus menyesatkan dan lebih berat lagi dapat merusak reputasi bank syariah.
Dalam praktiknya, barangkali tingginya margin yang diambil oleh pihak bank
syariah adalah untuk mengantisipasi naiknya suku bunga di pasar atau inflasi.
Sehingga kalau terjadi kenaikan suku bunga yang besar, maka bank syariah tidak
30 tetap stabil atau bahkan turun, maka margin murabahah akan lebih besar
dibandingkan dengan tingkat bunga pada bank konvensional.
Dengan penetapan margin keuntungan murabahah yang tinggi ini, secara
tidak langsung bahkan akan dapat menyebabkan inflasi yang lebih besar daripada
yang disebabkan oleh suku bunga. Oleh karena itu, perlu dicari format atau
formula yang tepat, agar nilai penjualan dengan murabahah tidak mengacu pada
sikap mengantisipasi kenaikan suku bunga selama masa pembayaran cicilan.
Karena, mengaitkan margin keuntungan murabahah dengan bunga perbankan
konvensional, baik di atasnya maupun di bawahnya, tetaplah bukan cara yang
baik.
Sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara
Rasullullah ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara
transparan menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang telah dikeluarkan
untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan wajar yang diinginkan. Cara yang
dilakukan oleh Rasullullah ini dapat dipakai sebagai salah satu metode bank
syariah dalam menentukan harga jual produk murabahah.
Sesuai dengan pembahasan tentang nilai ekonomi waktu untuk teori
pertukaran, maka secara matematis harga jual barang oleh bank kepada calon
nasabah pembiayaan murabahah yang syariah, dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + ( waktu x Cost Recovery ) + Keuntungan
Cost Recovery = ����������������������������
31 Persentase keuntungan diperoleh dari perbandingan total biaya operasional
dengan total asset perusahaan,
dengan rumus :
Persentase = ���������������������
������������������� x 100%
Biaya yang harus dikeluarkan dan dikembalikan (cost recovery) bisa
didekati dengan membagi proyeksi biaya operasional bank, dengan target volume
pembiayaan murabahah di bank syariah. Angka-angka tersebut dapat diperoleh
dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Angka yang diperoleh
kemudian ditambahkan dengan harga beli dari pemasok dan keuntungan yang
diinginkan, sehingga didapatkan harga jual. Margin dalam konteks ini adalah cost
recovery ditambah dengan keuntungan bank. Apabila margin ingin dihitung
persentasenya tinggal dibagi dengan harga beli barang dikalikan 100%.
Setelah angka-angka tersebut didapat, barulah persentase margin ini
dibandingkan dengan suku bunga. Jadi, suku bunga hanya dijadikan benchmark.
Agar pembiayaan murabahah kompetitif, margin murabahah tadi harus lebih kecil
dari bunga pinjaman. Jika masih lebih besar, maka yang harus dimainkan adalah
dengan memperkecil cost recovery dan keuintungan yang diharapkan.
Langkah pertama adalah menurunkan keuntungan. Jika keuntungan sudah
turun sampai batas minimalnya, dan ternyata marginnya masih lebih besar
daripada bunga bank, maka tentu ada yang tidak besar dengan cost recovery.
Artinya, efisiensi bank tersebutt rendah. Efisiensi yang rendah itu dapat
ditingkatkan dengan mengurangi biaya operasional pada target volume
32 volume pembiayaan pada biaya operasional yang sama. Hal ini dapat dicapai
dengan meningkatkan kualitas SDM bank syariah. Semakin berkualitas SDM
dalam meyakinkan nasabah untuk mendepositokan dananya ke bank syariah,
sehingga semakin banyak pula dana yang dapat disalurkan untuk pembiayaan
murabahah. Dengan demikian semakin besar peluang untuk meningkatkan
efisiensi.
Lebih cantik lagi, bila pengurangan biaya operasional dilakukan
bersamaan dengan meningkatnya volume pembiayaan. Efisiensi tinggi akan
segera diperoleh, cost recovery semakin kecil dan insya Allah keuntungan bank
akan meningkat walaupum dengan margin murabahah yang lebih kecil dari bunga
pinjaman bank konvensional. Hal penting yang perlu diingat dan dicatat, hasil
perhitungan margin yang dicantumkan dalam kontrak murabahah dinyatakan
dalam angka nominal, bukan bentuk persentasenya.
Efisiensi harga jual suatu bank syariah dengan bank syariah yang lain,
dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
Margin dalam persentase=������������+����������
�������������������� x 100%
Contoh kasus :
Tuan ali berkeinginan membeli sebuah mobil untuk kepentingan usaha antar
jenput anak sekolah. Harga beli mobil sebesar Rp. 150.000.000. Pada saat ini tuan
Ali hanya memiliki dana Rp. 30.000.000, untuk mengatasi kekurangan dana
tersebut tuan Ali menghubungi bank syariah Rizqi Barokah Yogyakarta untuk
mendapatkan pemecahan masalah akibat kekurangan dana tersebut bank syariah
33 Biaya operasional Rp. 200.000.000 dalam 1 tahun, perkiraan jumlah pembiayaan
Rp. 5 miliar dan markup yang ditentukan (hanya sekali saja) 10% dari
pembiayaan al-Murabahah, lama pembiayaan 2 tahun. Bagaimana cara
penyelesaiaannya?
Jawab (Penyelesaian dengan Rumus Harga Jualn Efisien)
Data pembiayaan
Harga Pokok Mobil = Rp. 150.000.000
Dibayar nasabah ( uang muka ) = Rp. 30.000.000__
Kekurangan dibayar Bank = Rp. 120.000.000
1. Hitunglah cost recovery:
Cost Recovery = (Pembiayaan Murabahah/Estimasi Total Pembiayaan) X
Estimasi Biaya Operasi 1 tahun
Cost Recovery = (Rp.120 juta/Rp. 5 Miliar) x Rp. 200 juta
= Rp. 4.800.000
2. Hitung Margin Keuntungan = 10% x pembiayaan
Margin keuntungan = 10% x Rp 120 juta
= Rp. 12.000.000
3. Hitung Harga Jual Bank
Harga Jual Bank = Pembiayaan + (waktu x cost recovery) +
Margin
= Rp. 120 juta + (2 x Rp. 4.800.000) + Rp
12 juta
34 4. Hitung Angsuran Pembiayaan
Angsuran Pembiayaan = Rp. 141.600.000/24 bulan
= Rp. 5.900.000
5. Hitung Margin dalam persentase
Hitung Margin dalam % = (Cost Recovery + Margin) / Harga beli barang
= [(2 x Rp.4.800.000 + Rp. 12 juta) /
Rp.150.000.000] x 100% = 14,4% = 0,6 %
2.5 Teori Perilaku Masyarakat sebagai Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk
atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen
akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian,
pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan
melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap
pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah
pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi
kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.
Atau kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka
35 sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan
konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu
pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan
bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merek tertentu.
Keseluruhan ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun
kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian
suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran
masing-masing.
Peran yang dilakukan tersebut adalah: (1) Initiator, adalah individu yang
mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; (2) Influencer, adalah individu
yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria
yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak; (3) Decider,
adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli,
bagaimana membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi
pembelian sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang mempergunakan produk
atau jasa yang dibeli.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian
terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar
program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya
36 Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa
membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi
perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan
program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran
perusahaan.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
1. Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen
akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya
meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh
kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini
sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari
pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;
2. Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis
individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang
psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen,
karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung;
3. Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari
suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti
kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.
37
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Aiyub (2007) Analisis Perilaku Masyarakat
Terhadap Keinginan Menabung Dan Memperoleh Pembiayaan Pada Bank
Syari’ah Di Nanggroe Aceh Darussalam. Tujuan dari penelitian tersebut adalah
Bagaimana perilaku kelompok masyarakat di wilayah penelitian terhadap
perbankan Islam. Hasil dari penelitian tersebut Pengetahuan masyarakat tentang
Bank Syariah sangat terbatas, masih sebatas pernah mendengar namanya saja dan
tidak semua dari mereka yang mengaku pernah mendengar mampu menyebutkan
dengan baik nama Bank Syariah. Kebanyakan masyarakat mendengar Bank
Syariah dari media massa dan dari teman selain dari media lainnya. Pengetahuan
masyarakat tentang sistem pengelolaan Bank Syariah juga masih sangat rendah,
hanya 47 orang (9.4%) yang tahu tentang sistem bagi hasil dan 1 orang saja
(0,2%) yang tahu tentang wadiah. Demikian pula pengetahuan masyarakat
terhadap produk Bank Syariah, baik produk penghimpun dana (3.2%), produk
penyaluran dana (2.4%) dan produk jasa (0%) masih sangat rendah sekali.
Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap Bank Syariah melahirkan persepsi
atau pandangan yang keliru terhadap Bank Syariah dan ini akan membentuk
preferensi yang rendah pula yang berakhir dengan rendahnya keputusan
masyarakat untuk memilih Bank Syariah. Persepsi masyarakat terhadap bunga
yang diberikan oleh Bank Konvensional masih beragam, 80 orang (16%)
mengatakan halal, 298 orang (59.60%) mengatakan haram, 114 orang (22.80%)
menyebutkan subhat dan 8 orang (1,6%) mengatakan ragu-ragu. Preferensi
38 keuntungan (72.6%) dan kesungguhan mencari informasi (63.4%). Dari keempat
konstruk yang ditanyakan ternyata menunjukkan preferensi yang sangat tinggi dan
ini menunjukkan pengembangan Bank Syariah sangat berpotensi tinggi.
Keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan pada Bank Syariah sangat
tinggi yaitu 462 orang (92.4%) dan 446 orang (93.2%) (hasil penambahan antara
jawaban sangat bersedia dan bersedia).
Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kajian Pembangunan
Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Bank Indonesia pada tahun 2004
yang menunjukkan hasil bahwa Perilaku masyarakat yang dilihat dari dua aspek
masing-masing keinginan masyarakat untuk menabung dan memperoleh
pembiayaan di Bank Syariah. Ada 59% penduduk yang menginginkan untuk
menabung di Bank Syariah dan 55,11% penduduk menginginkan untuk
memperoleh pembiayaan dari bank syariah. Ditinjau dari pengembangan bank
syariah di Jawa Tengah maupun DIY bahwa pengembangan bank syariah
memiliki prospek yang sangat menggembirakan. Hal ini tercermin dimana
sebagian besar responden mempunyai respon yang positif meskipun mereka
belum mengenal sistem dan produk produk perbankan syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Wahab yang berjudul “Faktor
Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Masyarakat Muslim Dalam Memilih
Perbankan Syariah Di Kota Makassar”, di mana hasil penelitian menunjukkan
bahwa preferensi, persepsi dan sikap berpengaruh baik secara parsial maupun
39 syariah. Preferensi masyarakat merupakan yang paling dominan memengaruhi
perilaku masyarakat dalam memilih perbankan syariah.
2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
teori yang relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiris (sugiyono, 1992).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Perilaku masyarakat menunjukkan bahwa
masyarakat memiliki keinginan yang tinggi untuk memperoleh pembiayaan
Mudharabah Dan Murabahah”.
Hipotesis dalam penelitian ini :
1. Perilaku masyarakat terhadap produk Mudharabah saling berhubungan.
2. Perilaku masyarakat terhadap produk Murabahah saling berhubungan.
2.8. Kerangka Konseptual
Penentuan variabel Perilaku Masyarakat terhadap keinginan untuk
memperoleh pembiayaan Mudhrabah dan Murabahah disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan dari penelitian ini. Berikut penulis jabarkan dalam gambar
40
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual
Murabahah Perilaku Masyarakat