• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kalimat Interogatif Bahasa Melayu dialek Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kalimat Interogatif Bahasa Melayu dialek Langkat"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KALIMAT INTEROGATIF BAHASA MELAYU DIALEK LANGKAT

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : Novy Ary Astuty NIM : 110702019

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PRODI SASTRA MELAYU

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ﺮﺘﻨڠﻓ ﺎﺘﻛ

ﻟ ہ ﺪﺤ

ﺏﺭ

ﻦﻴﻤﻠﻌﺪﺤ

ﻦﻜﺟﺮﻴڠﻣ ﻲﺴﻠﻴﺳ ﻲﻠﻛ ﻒﻴﺘﺳ ﻦﻜﻓﭼﻭﺤ ﻱﺩ ﻚﺘﻧﻭﺤ ﻦﺳﻮﺑ ﺢﻧﺮﻓ ﻙہﻴﺗ ڠﻳ ﺎﺘﻛ ﻪﺪﺩﺤ

ﻦﻧﻮﻔﻣﺤ ﻥﺤﺩ

,

ﻦڠﻮﻠﺗﺮﻓ ﻦﺣﻮﻤﻣ

,

ﺚﻴﺟﻮﻤﻣ ﻲﻤﻛ

,

ﻼﻌﺗﻮﻬﻨ ﺒﺒﺳ ﷲ ﻲڬﺑ ﺎﺜﻨﺣ ﻲﺠﻓﻼڬﺳ ﺯﻮﺗﻮﺴﺳ

.

ﻲﻧﺤ ﻲﺴﻔﻳﺮﻜﺳ ﺚﻴﺴﻠﺳﺮﺗ ﺲﺗﺤ ﺭﻮﻛﻮﺷﺮﺑ ﻥﺤﺩ

,

ﺎﺛہﻔﻛ

,

ﻚﻳﺎﺑ ڠﻳ ﻞﻴﺴﺣ ﻚﻓﺮ ڠﻴﻣ ﺕﺮﺳ ﺚﻜﻳﺎﺑ

-

ﻚﻳﺎﺒﺳ ﻦڠﻳﺩ ﻲﻧﺤ ﻲﺴﻔﻳﺮﻜﺳ ﻦﻜﺟﺮڠﻴﻣ ﺢﺳﻭﺮﻴﺑ ﺲﻴﺪﻮﻨﻴﻓ

ﻦﻜﻨڠﻴﻣ ﻦڠﻳﺩ

,"

ﺖﻜڠﻻ ﻚﻴﻠﻳﺩ ﻮﻴﻠﻴﻣ ﺎﺴ ﺑ ﻒﻴﺘڬﺮﻴﺘﻨﻳﺤ ﺖﻤﻴﺪﺎﻛ

"

ﻪﺪﺩﺤ ﻲﻧﺤ ﻲﺴﻔﻳﺮﻜﺳ ﻝﻭﺩﻮﺟ ﻥﻭﺩﺤ

.

ﺲﻴﺴﻜﺘﻨﻴﺳ ﻦﻴﺠﻛ

ﺐﺑ

.

ﺐﺑ ﻢﻴﺪ ﻱﺭﺤﺩ ﻱﺮﻳﺩﺮﺗ ﻲﻧﺤ ﻲﺴﻔﻳﺮﻜﺳ ﻦﺴﻴﻠﻨﻴﻓ

۱

,

ﺢﻠﺴﻣ ﻦﺳﻮﻣﻭﺭ

,

ڠﻜﻠﻴﺑﺮﺘﺪ ڠﺘﻨﺗ ﻲﺴﻳﺮﺑ

.

ﻦﻴﺘﻴﻠﻴﻨﻴﻓ ﺕﺎﻔﻨﻣ ﻥﺤﺩ

,

ﻦﻴﺘﻴﻠﻨﻴﻓ ﻥﻮﺠﺗ

ﺐﺑ

۲

.

ﻱﺭﻭﺎﻴﺗ ﻦﺳہﻨﺪ ﻥﺤﺩ

,

ﻦﻔﻠﻳﺭ ڠﻳ ﻥﺎﻜﺘﺳﻮﻔﻛ ﺲﺗﺤﺮﻳﺩﺮﺗ ڠﻳ

,

ﻚﺘﺳﻮﻓ ﻦﻴﺠﻛ ڠﺘﻨﺗ ﺲ ﺒﻤﻣ

ﺐﺑ

۳

ﻥﺤﺩ ﻲﺴﻛﻮﺪ

,

ﻦﻴﺘﻴﻠﻴﻨﻴﻓ ﺮﺳﺤﺩ ﻱﺩﻮﺘﻴﻣ ﻱﺭﺤﺩ ﻱﺮﻳﺩﺮﺗ ڠﻳ

,

ﻦﻴﺘﻴﻠﻴﻨﻴﻓ ﻱﺩﻮﺘﻴﻣ ڠﺘﻨﺗ ﺲ ﺒﻤﻣ

.

ﺎﺗﺩ ﺲﺴﻴﻠﻧﺤ ﻱﺩﻮﺘﻴﻣ ﻥﺤﺩ

,

ﺎﺗﺩ ﻦﻠﻔﻣﻮڠﻓ ﻱﺩﻮﺘﻴﻣ

,

ﻦﻴﺘﻴﻠﻴﻨﻴﻓ ﻦﻣﻭﺮﺘﻴﻧﺤ

,

ﻦﻴﺘﻴﻠﻴﻨﻴﻓ ﺎﺗﺩ ﺮﺒﻤﺳ

ﺐﺑ

٤

ﺮﺘﻛﻭﺮﺘﺳ ﺎﺗﺮﺳ ﺚﺜﻨﺗ ﺖﻤﻴﻠﻛ ﻱﺮﻳﭼ

-

ﻱﺮﻳﭼ ڠﺘﻨﺗ ﻦﻜﺴﻠﻴﺠﻨﻣ ڠﻳ ﻦﺴﻬﺒﻤﻓ ﻮﺗﺤ ﻲﺴﻳﺤ ﻦﻜﻓﺮﻴﻣ

ﺐﺑ ﺮﺘﻨﻤﺳ

.

ﺖﻜڠﺪ ﻚﻴﻠﻳﺩ ﻮﻴﻠﻴﻣ ﺎﺴﻬﺑ ﺎﺜﻨﺗ ﺖﻤﻴﻠﻛ

٥

.

ﻥﺤﺮﺳ ﻥﺤﺩ ﻦﺪﻮﻔﻤﺴﻴﻛ ﻪﺪﺤﺩﺤ

ﻱﺭﺤﺩ ﻚﻳﺎﺑ

,

ﻦﻔﻠﻴﺴﻛ ﻥﺤﺩ ﻦڠﺭﻮﻜﻛ ﻚﺜﻨﺑ ﺢﻴﺴﻣ ﻲﻧﺤ ﻲﺴﻔﻳﺮﻜﺳ ﻦﺴﻴﺪﻮﻨﻴﻓ ﻢﺪﺤﺩ ﻱﺭﺤہﺜﻴﻣ ﺲﻴﺪﻮﻨﻴﻓ

ﻥﺤﺩ ﻥﺭﺎﺳ ﻦﻜﻓﺮ ڠﻣ ﺖڠﺳ ﺲﻴﺪﻮﻨﻴﻓ ﻮﺘﻳﺤ ﻦﻳﺮﻛ ﻪﺪﻭﺤ

.

ﻲﺴﻳﺤ ﻲڬﺳ ﻱﺭﺤﺩ ﻦﻓﻭﺎﻣ ﻦﺴﻴﺪﻮﻨﻓ ﻲڬﺳ

.

ﻲﻧﺤ ﻲﺴﻔﻳﺮﻜﺳ ﻥﺎﻧﺮﻔﻤﺴﻛ ﻲﻣﺩ ﻥﻮڠﺒﻤﻣ ﺖﻔﺳﺮﺑ ڠﻳ ﻚﻴﺘﻳﺮﻛ

ﻦﻜﻴﺴﻠﺜﻨﻣ ﻢﺪﺤﺩﻮﺘﻨﺒﻤﻣ ﺢﻠﻴﺗ ڠﻳ ﻚ ﻴﻓ ﻮﻤﺳ ﺤہﻔﻴﻛ ﺢﻴﺴﻛ ﻢﻳﺮﺗ ﻦﻜﻓﭼﻮڠﻣ ﺲﻴﺪﻮﻨﻴﻓ ﺖﻛ ﺮﻴﻬﻛﺤ

.

ﺕﺎﻔﻨﻣﺮﺑ ﺖﻓﺤﺩ ﻲﻧﺤ ﻦﺴﻴﺪﻮﺗ ﺎڬﻤﺳ

.

ﻲﻧﺤ ﺎﻨﺟﺮﺳ ﻲﺴﻔﻳﺮﻜﺳ ﻦﺴﻴﺪﻮﻨﻴﻓ

.

ﻢﻠﺴﺳﻭ

ﺖﻳﺮﻣ

,

ﻥﺤہﻣ

۲۰۱٥

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin adalah kata yang tidak pernah bosan untuk diucapkan setiap kali selesai mengerjakan sesuatu. Segala puji hanya bagi Allah SWT, kami memuji-Nya, memohon pertolongan, dan meminta ampunan kaepada-Nya, dan bersyukur atas terselesainya skripsi ini.

Penulis berusaha mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya serta mengharapkan medapat hasil yang baik, adapun judul skripsi ini adalah ”Kalimat Interogatif Bahasa Melayu dialek Langkat”, dengan menggunakan kajian sintaksis.

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II membahas tentang kajian pustaka, yang terdiri atas kepustakaan yang relevan, dan landasan teori.

Bab III membahas tentang metode penelitian, yang terdiri dari metode dasar penelitian, lokasi dan sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode pengeumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV merupakan isi atau pembahasan yang menjelaskan tentang ciri-ciri kalimat tanya serta struktur kalimat tanya bahasa Melayu dialek Langkat. Sementara bab V adalah kesimpulan dan saran.

(4)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Skripsi Sarjana ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat .

Wassalam

Medan, Maret 2015

Penulis

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan ridhaNya. Serta bantuan dari berbagai pihak yang terkait dalam penulisan ini, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M A selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs Warisman Sinaga, M. Hum selaku ketua departemen sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M Hum selaku sekertaris departemen Sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Rozanna Mulyani, M. A selaku pembimbing I sekaligus dosen Pembimbing Akademik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu yang telah meluangkan waktu selama ini untuk mengajarkan, memberikan arahan, masukan, wawasan, perhatian dengan sabar, dan masih banyak hal lainya yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Asriaty R.Purba, M.Hum. selaku pembimbing II. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu yang juga telah meluangkan waktu untuk mengajarkan dan memberikan arahan dengan sabar, dalam penyelasaian skrpsi ini.

(6)

selaku staf administrasi yang juga membantu, memberikan semangat dan kelacaran administrasi penulis semasa perkuliahan di departemen Sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

7. Orang tua saya yang sangat saya sayangi dan cintai karena Allah, Ayahanda Suranto dan Ibunda Kariati. Cinta, kasih sayang, perjuangan, pengorbanan, semangat, dan segala hal yang telah ayahanda dan ibunda berikan tiada dapat diukir hanya dengan kata. Segala perbuatan yang penulis lakukan pun takkan mampu membalas jasa kalian duhai ayah dan ibu. Hanya do’alah yang selalu kupanjatkan kepada Allah dalm setiap sujudku untuk kalian ayah dan ibu, senyum bahagia ingin selalu kuberikan kepada kalian, amin.

8. Adindaku Ari Wicahyo dan Sigit Handoyo yang kakak sayangi dan cintai juga karena Allah. Trima kasih sudah memberikan semangat, jadilah anak yang soleh berbakti kepada orang tua. Semoga Allah memudahkan kalian dalam meraih mimpi dan cita-cita kalian yang mulia.

9. Kak Ratih saudaraku dan juga sahabat karibku.Terima kasih, begitu banyak juga bantuan, pengajaran, pelajaran, semangat dan lainya yang tak mampu ku ucapakan dengan senang hati dan tulus sudah engkau berikan. Semoga Allah memudahkan segala urusan dan membalas semua kebaikan kakak.

(7)

11.Teman-teman seperjuangan. Ainun Mardiah, Siti Masitah Banurea, Prayogo, Imam Purwa kesuma, Lisna, Fiza, dan seluruh stambuk 2011. Senior, adik- adik junior. Terima kasih penulis ucapkan atas bantuan yang telah kalian berikan baik dalm bentuk moril atau pun materil. Teruslah semangat kawan..!! Raihlah cita-cita setinggi mingkin..!!

12.Shabat-sahabat ku kos Gang Sahat no 6: Sri, Nana, Maya, Anggi, Sanah, Nur, kak Ime, Nurul, semuanya tanpa terkecuali. Penulis mengucapkan terima kasih begitu banyak kenangan bersama kalian.

13.Trima kasih penulis ucapkan untuk Wita, adik Ilham, adik Udin yang juga banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan (baik keluarga, kerabat, teman, ataupun pihak lain yang terkait) mohon maaf, semoga Allah membahas semua bantuan yang telah diberikan Allah memudahkan semua urusan kalian.

Terima kasih untuk semuanya dan kepada Allah SWT.lah dikembalikan, Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segalanya.

(8)

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kepustakaan yang Relevan... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Metode Dasar ... 28

3.2 Lokasi dan Sumber Data ... 28

3.3 Instrumen Penelitian ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5 Metode Analisis Data ... 29

BAB IV PEMBAHASAN… ... 30

4.1 Ciri-ciri Kalimat Tanya ... 30

4.1.1 Kalimat Tanya Dengan Kata Tanya ... 30

4.1.2Kalimat Tanya Berdasarkan Fokus Kalimat dan Kata Tanya ... 53

4.1.2.1 Fokus Predikat Nomina dan Kata Tanya ... 53

4.1.2.2 Fokus Predikat Verba dan Kata Tanya ... 55

4.1.2.3 Fokus Predikat Adverba dan Kata Tanya ... 56

4.1.3 Kalimat Tanya Tanpa Kata Tanya ... 57

4.1.3.1 Kalimat Tanya Tanpa Partikel Penegas ... 57

4.1.3.2 Kalimat Tanya Dengan Partikel ... 60

(9)

4.1.5 Kalimat Tanya Negatif ... 61

4.1.6 Kalimat Tanya Embelan ... 63

4.2 Struktur Kalimat Tanya Bahasa Melayu Dialek Langkat ... 64

4.2.1 Kalimat Tanya Dengan Kata Tanya ... 64

4.2.2 Kalimat Tanya Berdasarkan Fokus Kalimat Dan Kata Tanya ... 70

4.2.2.1 Fokus Predikat Nomina Dan Kata Tanya ... 70

4.2.2.2 Fokus PredikatVerba Dan Kata Tanya ... 71

4.2.2.3 Fokus Predikat Adverba Dan Kata Tanya ... 72

4.2.3 Kalimat Tanya Dengan Kata Tanya ... 74

4.2.3.1 Kalimat Tanya Tanpa Partikel Penegas ... 74

4.2.3.2 Kalimat Tanya Dengan Partikel ... 76

4.2.4 Kalimat Tanya Alternatif ... 76

4.2.4.1 Kalimat Tanya Alternatif Dengan Partikel ka dan nye ... 76

4.2.4.2 Kalimat Tanya Alternatif Tanpa Partikel ... 77

4.2.5 Kalimat Tanya Negatif ... 77

4.2.6 Kalimat Tanya Embelan ... 79

(10)

ABSTRAK

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaanya setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersama dengan mulai berlakunya konstitusi. Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern (Mansurudin 2010:3-4).

Sejarah mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu-Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di wilayah Sumatera. Bahasa Melayu-Riau inilah yang diangkat oleh pemuda pada ” kongres pemoeda”, 28 Oktober 1928, di Solo, menjadi bahasa Indonesia. Pengangkatan dan penamaan bahasa Melayu-Riau menjadi bahasa Indonesia oleh para pemuda pada saat itu lebih” bersifat politis” daripada ”bersifat linguistis”. Tujuannya ialah ingin mempersatukan para pemuda Indonesia , alih-alih disebut bangsa Indonesia (Muslich 2010:26) .

(12)

Tentunya melalui penggunaan bahasa Indonesia mempermudah masyarakat menjalankan kewajibannya sebagai warganegara ini. Muslich ( 2010:27) mengatakan bahwa bahasa Indonesia telah membuktikan diri sebagai bahasa yang tahan uji. Bahasa Indonesia telah menunjukan identitas bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sangat berperan dalam mempersatukan pelbagai suku bangsa yang beraneka adat dan budayanya.

Sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial tidak akan terlepas oleh bahasa yang menyebabkan terjadinya hubungan interaksi sesama makhluk hidup lainnya. Sebagai makhluk sosial satu-satunya sarana yang digunakan dalam berinteraksi adalah bahasa. Bahasa yang digunakan manusia merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan pesan dan informasi kepada oarang lain, dengan demikian semua kegiatan yang ada dalam kehidupan menjadi mudah dipahami dan diselesaikan.

(13)

Dengan penggunaan bahasa seseorang maka dapat melihat budaya yang terdapat dalam daerahnya, setiap daerah pasti mempunyai ciri khas terhadap bahasanya sebagai lambang agar dapat dibedakan dengan daerah lain atau pada masyarakat satu dengan masyarakat yang bukan pada daerah itu.

Oleh sebab itu dalam hubungannya dengan pemilik, bahasa itu bukan saja dipakai sebagai simbol ataupun alat penunjuk bangsa melainkan juga sebaliknya bahasa itu membentuk pola kejiwaan dan tingkahlaku masyarakat pemiliknya (Masnur 2010:104).

Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa bahasa merupakan hasil dari karya manusia itu sendiri. Manusia yang menciptakannya dan manusia juga yang menggunakannya. Bahasa jelas tidak dapat terlepas dari kebudayaan karena bahasa merupakan bagian dari unsur kebudayaan. Maka pantaslah bahasa menjadi sebuah cerminan atau gambaran keadaan di masa itu, bagaimana keadaan masyarakat dapat diukur atau dilihat dari bahasa yang digunakan. Salah satu cara dalam menelaah bahasa adalah dengan memandangnya sebagai sebuah cara sistematis untuk menggabungkan unit-unit kecil menjadi unit-unit yang lebih besar dengan tujuan untuk komunikasi ( Linda & Wareing, 2007:8).

(14)

Bahasa yang digunakan dalam satu kelompok masyarakat yang berada di satu wialayah disebut bahasa daerah. Bahasa-bahasa daerah berkembang dengan sendirinya melalui kebiasaan yang diturunkan secara turun menurun. Dalam perkembangannya bahasa derah bukan hanya digunakan dalam masyarakat yang berada di kalangan tempat masyarakat itu tinggal melainkan bahasa daerah sudah menjadi kebuadayaan yang unik yang menandakan identitas masyarakatnya.

Bahasa daerah ialah bahasa yang di sampaing bahasa Nasional dipakai sebagai bahasa perhubungan antar daerah di wilayah Republik Indonesia. Bahasa-bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, yang berhubungan dengan bab XV, pasal 36 (Muslich 2010:383).

Dengan adanya bahasa daerah, Indonesia memiliki ragam dan juga kebudayaan unik yang banyak sehingga dapat menarik perhatian Negara lainya untuk meneliti atau melakukan kunjungan wisata. Hal inilah yang menjadi salah satu keistimewahan adanya bahasa daerah. Dalam hubungannya dengn fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) Pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat pemula untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain, (3) alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah (Muslisch 2010:385).

(15)

kecamatan Secanggang, secara sintaksis (tata kalimat) mempunyai kalimat tanya yang spesifik dan perlu dikaji akan keberadaanya.

Maka dalam kajian bahasa ini penulis mengkaji tentang bahagian dari sintaksis. Sintaksis yaitu bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan 2010: 17). Penulis sangat tertarik untuk mengetahui lebih dalam bagaimana bentuk bahasa Melayu dialek Secanggang ini terutama terhadap penggunaan kalimat tanya. Melalui kalimat tanya ini akan menunjukan adanya kesantunan dalam berbahasa, khususnya bahasa Melayu dialek Langkat desa Secanggang. Dengan menggunakan dialek yang berakhiran fonem “e”. Berikut beberapa contoh :

‘maye ulah wak? Maye buat wak?

Bagaimane kabar wak hari ne?

Dalam kesantunan bahasa Brown dan Levinson (1987) terdapat tiga skala penentu tinggi rendahnya pringkat kesantunan sebuah tuturan. Ketiga skala termaksud ditentukan secara kontekstual, sosial dan cultural yang selengkapnya mencakup skala-skala berikut:

(1) Social distance between speaker and hearer adalah skala peringkat

jarak sosial antara penutur dan mitra tutur banyak ditentukan oleh parameter perbedaan umur.

(16)

(3) The degree speaker and associated with the required expenditure of goods or services adalah skala peringkat tindak tutur atau sering pula

disebut dengan rank rating didasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur yang satu dengan tindak tutur lainya (Rahardi, 2005: 68 dan 69). Berdasarkan teori di atas setiap penggunaan bahasa memiliki aturan tata bahasanya agar mudah dipelajari, dipahami, dan diikuti. Dengan demikian hubungan komunikasi dapat terjalin dengan baik sesuai dengan maksud dan tujaun yang akan di sampaikan terhadap penutur. Terutaman terhadap masyarakat penutur selanjutnya agar tetap menjaga kelestarian bahasanya.

1.2Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan agar pembahasan dapat lebih terarah dan fokus terhadap masalah yang dikaji. Adapun batasan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana ciri-ciri sintaksis kalimat tanya bahasa Melayu dialek Langkat ? 2. Bagaimana struktur kalimat tanya dalam bahasa Melayu dialek langakat ? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ciri – ciri kalimat tanya dalam bahasa Melayu dialek Langkat.

(17)

1.4Manfaat Penelitian

1. Untuk menanbah khanzanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang sintaksis.

2. Agar bahasa Melayu dialek Secanggang dapat terus dipertahankan. 3. Menunjang pelaksanaan program pemerintah dalam upaya pelestarian

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Kepustakaan yang Relevan

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dan jurnal. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah dipertanggung jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya dengan yang diteliti.

Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini antara lain: Batu (1998) dalam skripsi berjudul “Jenis-Jenis Kalimat dalam bahasa Melayu Tamiang di Kecamatan Karang Baru” memaparkan bahwa kalimat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya yaitu:

1) Dari segi jumlah dan jenis klausa. Kalimat tunggal dan kalimat majemuk. 2) Dari segi internal

Kalimat sempurna dan tak sempurna. 3) Kalimat dari segi respon yang diharapkan 4) Kalimat dipandang dari segi aktor dan aksi.

(19)

Selanjutnya Pangi (2014) dalam skripsi yang berjudul ”Kalimat Tanya Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Loloda Suatu Analisis Kontrastif ” menjelaskan mengenai persamaan dan perbedaan dari kedua bahasa tersebut:

Persamaan kedua bahasa ini yaitu:

a. Keduanya memiliki bentuk kalimat tanya ya atau tidak b. Kalimat tanya dari kedua bahasa memiliki fungsi yang sama. Perbedaanya yaitu:

a. Pada penempatan kata tanya.

b. Kalimat tanya bahasa Inggris memiliki kalimat tanya dengan akhiran kata. c. Bentuk kalimat tanya.

d. Penggunaan kata tanya “who”.

(20)

Lubis (2002) dalam tesis yang berjudul “Kalimat Tanya dalam Bahasa Mandailing: Analisis Sintaksis”. Penelitian tersebut menjelaskan tentang ciri-ciri kalimat tanya dan struktur kalimat tanya dalam bahasa Mandailing.

Adapun penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Penulis mengkaji kalimat tanya dalam bahasa Melayu dialek Langkat. Penelitian ini difokuskan pada ciri-ciri kalimat tanya dan struktur kalimat tanya bahasa Melayu dialek Langkat. Kalimat tanya bahasa Melayu dialek Langkat desa Secanggang ini ditandai dengan penggunaan dialek “e”. Sejauh ini, penulis menemukan kurangnya penelitian tentang kajian tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas kajian ini agar dialek tersebut dapat diketahui oleh masyarakat luas dan dapat dilestarikan sebagai wujud keanekaragaman dialek bahasa di Indonesia.

2.2Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Sintaksis

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattien yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat (Ahmad, 1996/1997 dalam Putrayasa, 2008:1).

Verhaar (2010:161) menjelaskan bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang membahas antar kata dalam tuturan.

2.2.2Kalimat

(21)

bunyi ataupun proses fonologi lainya. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), sementara itu di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), tititk dua (:)tanda pisah (-), dan spasi (Alwi, 2003:311).

2.2.3 Kalimat Interogatif

Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada si mitra tutur. Dalam bahasa Indonesia terdapat paling tidak lima macam untuk mewujudkan tuturan interogatif. Kelima macam itu dapat disebutkan secara satu persatu sebagai berikut :

(1) dengan membalik urutan kalimat, (2) dengan menggunakan kata apa atau apakah, (3) dengan menggunakan kata bukan atau tidak, (4) dengan mengubah intonasi kalimat dengan kalimat tanya tertentu, dan (5) dengan menggunakan kata-kata tanya tertentu ( Rahardi, 2005:77).

Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat iterogatif biasanya digunakan untuk meminta (1) jawaban ” ya ” atau ” tidak”, atau (2) informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca (Alwi, 2003:358).

Chaer ( 2011: 350-356) menjelaskan mengenai kalimat tanya adalah kalimat yang isinya mengharapkan reaksi atau jawaban berupa pengakuan, keterangan, alasan, pendapat dari pihak pendengar atau pembaca. Dilihat dari reaksi jawaban yang diharapakan dibedakan adanya:

(22)

ya – bukan

2. Kalimat tanya yang meminta keterangan mengenai salah satu unsur kalimat. 3. Kalimat tanya yang meminta alasan.

4. Kalimat tanya yang meminta pendapat atau buah pikiran orang lain. 5. Kalimat tanya yang menyuguhkan.

a. Kalimat tanya yang meminta jawaban dalam bentuk pengakuan ya – tidak, atau ya – bukan dapat dibentuk dengan cara :

(1) Memberi intonasi tanya pada sebuah klausa; dalam bahasa tulis intonasi tanya dilambangkan dengan nada tanya.

Contoh: - Beirut diserang lagi oleh Israel? - Mereka bekerja sama dengan rakyat? - Suaminya guru SMP?

Kalimat jawaban untuk kalimat tanya jenis ini dapat dibuat dalam bentuk singkat, tetapi dapat juga dibentuk dalm bentuk lengkap. Misalnya jawaban untuk kalimat tanya di atas.

- Ya

atau - Ya, Beirut diserang lagi oleh Israel. - Tidak

atau - Tidak, mereka tidak bekerja sama dengan rakyat. -Bukan

atau - Bukan, suaminya bukan guru SMP.

(2) Memberi kata tanya apakah di muka sebuah klausa. Contoh: - Apakah Beirut diserang lagi oleh Israel?

(23)

-Apakah suaminya guru SMP? Kalimat jawabanya sama dengan yang di atas.

(3) Memberi partikel tanya kah pada bagian atau unsur kalimat yang ditanyakan. Dalam hal ini bagian kalimat yang diberi partikel kah itu lazim ditempatkan pada awal kalimat.

Contoh: - Bekerja samakah mereka dengan rakyat? - Guru SMP-kah suaminya?

- Benarkah dia akan datang? - Gelapkah ruangan ini? - Inginkah kamu ikut serta?

Kalimat jawabannya juga sama strukturnya dengan kalimat jawaban untuk kalimat tanya di atas.

b.Kalimat tanya yang meminta jawaban berupa keterangan mengenai salah satu unsur kalimat dibentuk dengan bantuan kalimat kata tanya siapa, mana, berapa, dan kapan dan lazim pula disertai denagn partikel tanya –kah.

Kata tanya ini diletakan pada bagian tempat kalimat yang akan ditanyakan. Tetapi biasanya susunan kalimat itu diubah dengan menempatkan kata tanya tersebut menjadi terletak pada awal kalimat. Misalnya:

Klausa : - Nama anak itu Ali Kalimat : - Nama anak itu siapa? Tanya : - Siapa nama anak itu?

(24)

pada awal kalimat, maka dapat diberi atau disertai partikel-kah; tetapi kalau ditempatkan pada akhir kalimat tidak dapat diberi partikel-kah.

Contoh: - Siapa orang yang duduk di sana itu? (Jawab: - Bapak Lurah

atau - Orang yang duduk di sana adalah Bapak Lurah ). - Dengan siapa dia pergi ke Bogor?

( Jawab: - Dengan ayahnya

Atau - Dia pergi ke Bogor dengan ayahnya). - Kepada siapakah surat itu kauberikan?

( Jawab: - Kepada Pak Guru).

Atau - Surat itu saya berikan kepada Pak Guru). - Dari siapa kamu terima uang itu?

( Jawab: - Dari Ibu.

atau - Uang itu saya terima dari Ibu.) - Siapakah penyiar televisi itu Idrus?

( Jawab: - Idrus

atau - Penyiar televisi itu Idrus). - Oleh siapa dia diusir?

( Jawab: - Oleh ayah.

atau - Dia di usir oleh ayah).

(25)

Contoh: - Apa isi lemari itu? ( Jawab: - Buku.

atau - Isi lemari ini adalah buku).

- Apa yang dapat kausumbangkan kepada mereka? ( Jawab: - Uang sejuta rupiah.

atau - Yang kusumbangkan adalah uang sejuta rupiah ). - Dengan apa pintu rumah itu kau buka?

(Jawab: - Dengan kunci palsu.

atau - Pintu rumah itu saya buka dengan kunci palsu). - Dari apa kue ini dibuat?

( Jawab: - Dari terigu dan gula.

atau - Dari singkong di campur ubi dan kelapa ).

3. Untuk menanyakan keberadaan suatu benda harus digunakan kata tanya mana. Kalau kata tanya mana ini diletakkan pada awal kalimat boleh diberi partiker –kah, boleh juga tidak (tetapi lazimnya tidak ); kalau diletakkan pada akhir kalimat tidak dapat diberi partikel –kah.

Contoh: - Mana buku itu?

(Jawab: - Ada di tas saya.

atau - Sudah kukembalikan ke perpustakaan). - Anakmu yang mana?

( Jawab: - Itu yang baju biru. atau - Oh, sudah tidak ada di sini). - Mana tamu-tamu itu?

(26)

atau: - Sebentar lagi datang.

4. Untuk menanyakan jumlah atau banyaknya sesuatu benda harus digunakan kata tanya berapa yang biasanya ditempatkan pada awal kalimat. Jika ingin disertai dengan partikel tanya –kah, maka partikel –kah itu harus diletakkan di belakang kata bantu bilangan atau di belakang nama satuan benda tersebut.

Contoh: - Berapa haraganya? ( Jawab: - Rp 2.000,0

atau - Tidak mahal, hanya 2.000,0)

- Berapa meterkah tinggi monumen Nasional itu 1000 meter) (Jawab: - 100 meter.

atau - Tinggi monumen Nasional itu 100 meter). - Kertas yang kau perlukan berapa lembar?

(Jawab: - Sepuluh lembar.

atau - Saya memerlukan sepuluh lembar).

5. Untuk menanyakan waktu harus digunakan kata tanya kapan atau bila yang biasanya diletakkan di awal kalimat. Dalam hal ini dapat juga disertai dengan partikel kah; tetapi bila kata tanya tersebut di letakkan pada akhir kalimat, maka partikel kah tidak perlu digunakan.

Contoh: - Kapan kakakmu akan datang? (Jawab: - Nanti sore

Atau - Kakakku akan datang nanti sore)

(27)

atau - Timor Timur berintegrasi dengan negara kitapada tahun 1976).

- Hutangmu akan kaubayar kapan? (Jawab: - Besok

atau - hutangku akan kubayar besok).

Untuk menayakan permulaan terjadinya suatu peristiwa harus digunakan kata tanya sejak kapan; dan untuk menanyakan batas akhir terjadinya peristiwa harus digunakan kata tanya sampai kapan.

Misalnya: - Sejak kapan anda memakai kacamata? - Sampai kapan anda tetap membujang?

Jawaban dari kalimat tanya yang menggunakan kata tanya kapan masih bersifat umum. Umpamanya jawaban kalimat tanya di atas, dapat dijawab:

- Sejak tahun yang lalu atau - Sejak bulan yang lalu.

- Sejak kecil.

Untuk mendapatkan jawaban yang pasti, harus digunakan atau disebutkan nama waktu yang ditanyakan. Misalnya:

- Sejak bulan apa dia belum membayar SPP?

- Sampai bulan apa ibu mau membayar iuran televisi ini?

(28)

Contoh : - Mengapa kamu sering terlambat? (Jawab: - Karena rumah saya jauh.

Atau - karena sukar mencari kendaraanya). - Kenapa anak itu menangis saja?

(Jawab: - Ditinggal ibunya. Atau - Perutnya sakit).

- Mengapa anjing dan kucing selalu berkelahi? (Jawab: - Entahla

atau - Menurut dongeng karena kucing pernah menipu anjing). d.Kalimat tanya yang menanyakan proses atau menanyakan pendapat bentuk dengan

bantuan kata tanya bagaimana, yang biasanya di letakkan pada awal kalimat, dan boleh pula diberi partikel tanya –kah. Tetapi kalau kata tanya bagaimana ini di letakkan pada akhir kalimat, maka partikel tanya –kah itu tidak perlu digunakan. Contoh: - Bagaimana cara mengangkut batu sebesar ini?

(Jawab: - Dengan bantuan mesin kontrol. atau - Ditarik beramai-ramai).

- Dulu dia pernah menipu kita, kalu sekarang dia menipu lagi bagaimna? (Jawab: - Kita laporkan kepada yang berwajib.

atau - Tidak usah kita temui lagi dia)

- Kalau kita dapat rumah dinas bagaimana dengan rumah ini? (Jawab: - Kita kontrakkan saja.

atau - Sebaiknya kita jual; lalu uangnya kita pakai untuk beli mobil). e. Kalimat tanya yang menyuguhkan mengharapkan jawaban untuk menguatkan

(29)

betul ’’, meskipun secara eksplisit kata ’’ ya ’’ atau ’’ betul ’’ itu tidak di ucapkan. Kalimat tanya ini dibentuk dari sebuah pertanyaan diikuti dengan kata ’’ bukan ’’ dan disertai dengan intonasi tanya.

Contoh: - Anda berasal dari Bogor, bukan? - Dia orang kaya, bukan?

- Kamu sudah makan, bukan?

Meskipun penanya bermaksud meminta jawaban yang menyuguhkan, adakalanya jawaban yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Misalnya, pertanyaan

- Kamu sudah makan, bukan? Jawabnya mungkin berupa

- Jangankan makan, mandi saja belum. Atau pertanyaan:

- Anda sudah punya anak, bukan? Jawabnya mungkin berupa:

- Jangankan punya anak, kawin saja belum.;.l/ Catatan:

Selain meminta jawaban kalimat tanya dapat juga digunakan untuk keperluan lain, misalnya:

(1) Untuk menegaskan. Di sini diandaikan orang yang ditanya sudah mengetahui jawabanya sehingga dia tidak perlu menjawab lagi atau orang yang ditanya diandaikan tidak akan menjawab karena takut atau segan kepada penanya.

(30)

- “ Siapakah yang tidak senang dengan kebijaksanaan kami?” tanya PakDirektur kepada anak buahnya.

(2) Untuk menyuruh atau memerintah secara halus.

Contoh: - Apakah tidak sebaiknya kau menunggu dulu di luar? - Dapatkah anda menunjukan kartu identitas anda?

(3) Untuk mengejek, misalnya seorang ayah bertanya kepada anaknya yang jatuh dari pohon, padahal sebelum itu sudah berkali-kali ayah memperingatkan anaknya itu agar jangan memanjat pohon. Dengan kalimat tanya berikut jelas si ayah bukan bertanya melainkan mengejek.

Contoh: - Enak ya jatuh? - O, kamu jatuh?

(4) Untuk menawarkan dagangan. Seperti biasa digunakan oleh penjaja koran, bua-buahan, dan sebagainya di simpang jalan oleh para penumpang kendaraan. Contoh: - Korannya, Pak?

- Jeruk, jeru?

- Bu, sayang anak? Sayang anak?

Ramlan (2010: 28-37) mengatakan bahwa kalimat tanya pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita, perbedaannya terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi tanya bernada akhir naik, di samping nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada suku terakhir pola intonasi berita. Pola intonasi ialah: [2] 3 // [2] 3 2 # Di sini pola intonasi tanya digambarkan dengan tanda tanya. Misalnya:

(31)

Kalimat di atas berbeda dengan kalimat berita hanya karena intonasinnya. Kalimat berpola intonasi tanya, sedangkan kalimat berita berpola intonasi berita. Contoh-contoh lain misalnya:

(24) Anak-anak sudah bangun ? (25) Ayahnya belum pulang ? (26) Murid itu masih belajar ?

Kata-kata kah, apa, apakah, bukan, dan bukankah dapat ditambahkan pada kalimat-kalimat tanya di atas. Kah dapat ditambahkan pada bagian kalimat yang ditanyakan kecuali pada S. Di samping itu ada kecendrungan meletakkan bagian kalimat yang ditanyakan itu di awal kalimat. Misalnya:

(29) Harus pergikah Ahmad ke Jakarta hari ini ? (29a) Haruskah Ahmad pergi ke Jakarta hari in ? (29b) Ke Jakartakah Ahmad harus pergi hari ini ? (29c) Hari inikah Ahmad harus pergi ke Jakarta?

Kata apa dan apakah sebagai pembentuk kalimat tanya selalu terletak di awal kalimat. Misalnya:

(30) Apa Ahmad pergi ? (30a) Apakah Ahmad pergi ? (31) Apa anak-anak sudah bangun ? (31a) Apakah anak-anak sudah pergi ? (32) Apa ayahnya belum pulang ? (32a) Apakah ayahnya belum pulang ?

(32)

(36) Ahmad pergi, bukan ? (36a) Bukankah Ahmad pergi ?

(37) Anak-anak sudah bangun, bukan ? (37a) Bukankah anak-anak sudah bangun ? (38) Ayahnya belum pulang, bukan ? (38a) Bukankah ayahnya belum pulang ? (39) Murid itu masih belajar bukan ? (39a) Bukankah murid itu masih belajar ? (40) Orang itu tidak tidur, bukan ?

(40a) Bukankah orang itu tidak tidur ? (41) Kakaknya suka merokok, bukan ? (41a) Bukankah kakanya suka merokok ?

Kalimat-kalimat tanya (23–24) di atas hanya kalimat memerlukan jawaban ya atau tidak, atau jawaban yang mengiakan atau menidakkan. Karena itu, kalimat-kalimat tanya itu disebut kalimat-kalimat ya–tidak. Di samping itu, terdapat kalimat-kalimat tanya yang memerlukan jawaban yang memberi penjelasan. Kalimat tanya golongan ini ditandai oleh adanya kata tanya yang bersifat menggantikan kata atau kata-kata yang ditanyakan. Kata-kata tanya itu ialah apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamana, kapan, bila, dan berapa.

1. Apa

Kata tanya apa, dipakai untuk menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan, dan hewan misalnya:

(42) Petani itu membawa apa ?

(33)

(44) Dokter hewan itu memeriksa apa ? ( 45) Bapak guru mengajarkan apa ? (46) Anak itu melihat apa ?

Apabila kata tanya apa itu dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimat-kalimat (42–46) itu menjadi :

(42a) Apa yang dibawa petani itu ?

(43a) Apa yang sedang direncanakan arsitek itu ? (44a) Apa yang diperiksa dokter hewan itu ? (45a) Apa yang diajarkan bapak guru ? (46a) Apa yang dilihat anak itu ?

Selain pemakaian di atas, kata tanya apa dipakai juga untuk menanyakan identitas, misalnya :

(47) Anak itu membaca buku apa ?

Dalam kalimat 47 di atas, kata tanya apa menanyakan identitas buku. Kata apa di situ tidak dapat diletakkan di awal kalimat. Yang dapat di letakkan di awal kalimat ialah buku apa :

(47a) Buku apa yang dibaca anak itu ? Contoh-contoh lain, misalnya:

(48) Ia menyaksikan pertandingan apa ? (49) Itu anjing apa ?

(50) Gedung yang tinggi itu gedung apa ?

Seperti halnya kalimat (47), kalimat (48–50) di atas dapat di ubah menjadi : (48a) Ia menyaksikan pertandingan apa ?

(34)

(50a) Gedung apa gedung yang tinggi itu ? 2. Siapa

Kata tanya siapa, dipakai untuk menanyakan Tuhan, Malaikat, dan orang. Misalnya:

(51) Siapa nama anak itu ? (52) Yang patut disembah siapa ? (53) Siapa yang menulis sirat ini ?

(54) Siapa yang mencabut nyawa manusia ? (56) Sepeda siapa ini ?

(57) Engkau mencari siapa ? 3. Mengapa

Kata tanya mengapa, dipakai untuk menanyakan perbuatan. Misalnya: (58) Anak-anak itu sedang mengapa ?

( 59) Pegawai itu mengapa ? (60) Orang itu akan mengapa ?

Sedang mengapa dan akan mengapa dapat dipendekatkan menjadi sedang apa dan akan apa sehingga di samping kalimat (58) dan (60) terdapat kalimat (58a) dan (60a) di bawah ini :

(58a) Anak-anak itu sedang apa ? (60a) Orang itu akan apa ?

Selain menanyakan perbuatan, kata tanya mengapa juga untuk menyatakan sebab. Misalnya :

(61) Mengapa kepala kantor itu marah ?

(35)

(63) Mengapa anak itu kemarin berjalan kaki saja ? 4.Kenapa

Kata tanya kenapa, dipakai untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya mengapa:

(64) Kenapa musuh tidak berani menyerang pertahanan tentara Indonesia ?

(65) Kenapa Ahmad tidak pergi kesekolah ?

(66) Kenapa ayahmu tidak mengijinkan ? 5.Bagaimana

Kata tanya bagaimana, dipakai untuk menanyakan keadaan. Misalnya: (67) Bagaimana nasib anak itu ?

(68) Studi anak saya bagimana ? (69) Ujianya bagaimana ?

Selain menanyakan keadaan, kata tanya bagaimana dipakai pula untuk menanyakan cara, inilah cara suatu tindakan dilakukan atau cara suatu peristiwa terjadi. Misalnya:

(70) Bagaimana pencuri bisa memanjat dinding setinggi itu ? (71) Bagaimana orang itu dapat menjadi kaya ?

(72) Bagaimana utusan itu dapat sampai sepagi ini ? 6. Mana

Kata tanya mana, dipakai untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan tempat berada, dari mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan, dan kemana menanyakan tempat yang dituju, misalnya:

(36)

(75) Nenek pergi ke mana?

Kata tanya mana sering juga dipakai tanpa didahului kata depan di, dari, ke, untuk menanyakan tempat misalnya:

(76) Dia orang mana ?

(77) Buatan mana sepeda itu ? (78) Mana adik mu ?

Selain menanyakan tempat, kata tanya mana sering juga dipakai untuk menanykan sesuatu atau seseorang dari suatu kelompok. Dalam hal ini kata tanya itu didahului oleh kata yang, menjadi yang mana, misalnya:

(79) Sepedamu yang mana ?

(80) Buku yang mana, yang kau inginkan ? (81) Rumah pedagang itu yang mana ? 7.Bilamana, Bila dan Kapan

Ketiga kata ini dipakai untuk menanyakan waktu. Misalnya:

(82) Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya ? (83) Sejak kapan kapal terbang itu mengalami kerusakan ? (84) Bila bapak guru akan pulang ?

8.Berapa

Kata tanya berapa dipakai untuk menyatakan jumlah dan bilangan.

(37)

pengingakaran. Dengan kata lain, kalimat dasar disini merupakan urutan unsur-unsur yang paling lazim dalam satu kalimat ( Alwi, 2003: 319).

Berdasarkan pernyataan di atas, untuk menganalisis struktur kalimat tanya peneliti merujuk kepada pola struktur kalimat dasar yang dikemukakan oleh Alwi. Dalam satu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaksis subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), keterangan (Ket) ) dapat terisi, tetapi paling tidak harus ada pengisi subjek dan predikat ( Alwik, 2003: 321).

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memulai suatu penelitian tidak terlepas dari metode dimana metode tersebut adalah cara penulis untuk menadapatkan hasil dari analisisnya, agar penelitian dapat tersusun secara sistematis dan mendapatkan hasil yang sempurna.

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb.); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam mengumpulkan data) (Djajasudarma, 2006:1 dan 4).

3.1Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode kualitatif menjadi titik –tolak penelitian kualitatif, yang menekankan kualitas (ciri-ciri data yang alami) sesuai dengan pemahaman deskriptif dan alamiah itu sendiri (Djajasudarma, 2006:14).

3.2 Lokasi dan Sumber Data

(39)

3.3Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data secara lengkap, diperlukan alat bantu penelitian agar data yang diperoleh tidak hanya mengandalkan daya ingat saja. Alat bantu yang dipakai antara lain: buku tulis, pulpen, handpon, dan alat perekam (tape recorder). 3.4Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode observasi, yaitu peneliti langsung turun kelapangan melakukan pengamatan terhadap masyarakat pengguna bahasa Melayu dialek Langkat. 2. Metode wawancara yaitu mewawancarai beberapa informan untuk

mendapatkan data yang diperlukan dan dibantu dengan menggunakan : a. Teknik rekam

b. Teknik catat

3. Metode kepustakaan sebagai referensi yang berkaitan dengan objek penelitian. 3.5Metode Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data yang diperoleh diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. b. Data diklasifikasikan sesuai dengan objek penelitian .

c. Setelah data diklasifikasikan, data-data dianalisis sesuai denagn kajian yang ditetapkan.

(40)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Ciri-Ciri Kalimat Tanya

Berdasarkan hasil penelitian, didapati bahwa ciri-ciri kalimat tanya bahasa Melayu dialek langkat adalah terdiri atas: kalimat tanya dengan kata tanya, kalimat tanya berdasarkan fokus kalimat dan kata tanya, kalimat tanya tanpa kata tanya, kalimat tanya alternatif, kalimat tanya negatif, dan kalimat tanya embelan. Di bawah ini kan dianalisis ciri-ciri kalimat tanya satu persatu.

4.1. 1 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya

Dalam bahasa Melayu dialek Langkat desa Secangang kalimat tannya dengan kata tanya ditandai dengan kata maye ‘ apa’, sape ‘ siapa’, mengape ‘mengapa’, bagaimane ‘bagaimana’, berape ‘berapa’, mane ‘mana’, cemane ‘cemana’, dari

mane ‘dari mana’, kemane ‘kemana’, dan bile ‘jika’. Setiap kata tannya di atas dapat

berada di awal, di tengah, dan di akhir kalimat. Seperti contoh-contoh di dalam bagan ini.

[image:40.595.117.522.576.731.2]

1. Kalimat Tanya dengan Kata Tanya maye ‘apa’.

Tabel.1. Kalimat tanya dengan Kata Tanya maye ‘apa’ berada di awal kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Maye

‘Apa’

- Maye buat wak?

‘Apa buat wak?’ - Maye kabar wak?

‘Apa kabar wak?’ - Maye yang ko jual yo?

‘Apa yang kamu jual itu.’

Belai jaring

‘Mengait jaring’ Mendai

‘Baik’ Pisang tok

(41)

- Maye ko bawa ne?

‘Apa yang kamu bawa ini?’ - Maye ndak mu?

‘Apa mau kamu?’

- Maye yang ko ceritakan yo?

‘apa yang kamu ceritakan itu?’

durian

‘durian’ Ndak tandang

‘Mau bertamu.’ Cerite sekolah ne.

‘cerita sekolah ini.’

Pada umumnya kata tannya maye ‘apa’ yang berada di awal kalimat sering digunakan untuk menanyakan sesuatu hal, baik berupa benda, keadaan, proses. Pertanyaan tersebut diajukan oleh penutur dalam bentuk pertanyaan yang singkat dan mendapatkan jawaban yang singkat pula tanpa diikuti penjelasan.

Akan tetapi tidak selamanya kata tanya maye ‘apa’ yang digunakan di dalam percakapan bahasa Melayu dialek Langkat, ditanyakan dan dijawab dengan singkat, melainkan bisa juga dijawab dengan jawaban yang panjang, hal ini sesuai dengan situasi percakapannya.

Kalimat tanya dengan Kata Tanya maye ‘apa’ berada di tengah kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawab

Maye

‘apa’

- Masak maye engko?

‘Masak apa kamu?’

- Ndak maye engo datang ke sini?

‘Mau apa kamu datang ke sini?’ - Ndak makan maye kita sehaRi

ne?

‘Mau makan apa kamu hari ini?’ - Cakap maye ja engko yo?

‘Bicara apa saja kamu itu ?’

- Beli maye ja engko dekat kedai

yo?

Masak Rendang

‘Masak rendang.’ Ndak jumpai atok

‘Mau jumpa kakek.’ Makan nasi lemak

‘Makan nasi lemak.’ Cakap tentang si polan

(42)

‘Beli apa saja kamu di kedai itu?’ - Bunge maye dekat mukak Rumah

ne?

- Bunga apa depan rumah ini? ari ameye ne?

- Hari apa ini?

‘Beli cabai.’ ‘Bunge kenange’.

‘Bunga kenanga.’ ‘ari kamis.’

‘Hari kamis.

Kalimat tanya yang diikuti kata tanya maye ‘apa’ berada di tengah kalimat, dapat diikuti dengan jenis kata yakni: verba, adverba, noun, adjektiva. Jenis Kata tersebut adalah sebagai pelengkap dalam pembentukan sebuah kalimat tanya yang dituturkan oleh penutur.

Kalimat tanya dengan kata tanya maye ‘apa’ berada di akhir kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Maye

‘apa’

- Cet rumah ne untuk maye?

‘Cat rumah ini untuk apa?’

- Ko te buat mainan yo untok

maye?

‘Kamu tadi membuat mainan itu untuk apa?’

- Engko pukol ie pakai maye?

‘Kamu pukul ia pakai apa?’ - Merica ne untuk maye?

‘Merica ini untuk apa?’ - Paman buat maye?

‘Paman buat apa?’

Untuk ngecet rumah atok.

‘Untuk mengecat rumah kakek.’

Untok maen ambelah.

‘Untuk mainan saya lah.’

Pakai batu.

‘pakai batu’.

Untuk masak daging.

‘Untuk masak daging.’ Buat kandang.

(43)

Berdasarkan contoh di atas kata tanya maye ‘apa’ selalu diikuti oleh kata benda atau verba. Pada kalimat ini sering digunakan untuk menanyakan sesuatu hal kepunyaan atau milik.

1. Kalimat Tanya dengan kata tanya sape ‘ siapa’.

Kalimat Tanya dengan kata tanya sape ‘siapa’ berada di awal kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Sape

‘Siapa’

- Sape engko ne?

‘Siapa kamu ini?’

- Sape saje yang ndak lalu esok?

‘Siapa saja yang mau pergi besok ?’

- Sape je yang masuk dekat USU?

‘Siapa saja yang masuk ke USU?’ - Sape buat batu bata ne?

‘Siapa buat batu bata ini?’

- Sape yang lalu Rumah saket te?

‘Siapa yang pergi kerumah sakit?’ - Sape name budak yo?

‘Siapa nama anak itu?’

Anak wak Aloi

‘Anak uwak Aloi.’

Uwak Bedah same ncek Atik

‘Uwak Bedah dengan ncek Atik.’

Kawan sekolah adek semue

‘Teman adik semua.’ Wak engah yang buat ne.

‘Uwah engah yang buat ini.’ Andong.

‘Nenek.’ Hamid.

‘Hamid.’

(44)

Kalimat Tanya dengan kata tanya sape ‘siapa berada di tengah kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Sape

‘Siapa’

- Dengan sape die bernyanyi yo?

‘Dengan siapa dia bernyanyi itu?’ - Dengan sape dia lalu?

‘Dengan siapa dia pergi?’ - Rumah sape ne?

‘Rumah siapa ini?’ - Kerete sape ne?

‘Sepeda motor siapa ini?’

- Nanam padi dengan sape ngko?

‘Menanam padi dengan siapa kamu?’

Dengan kawan ambe.

‘Dengan teman saya.’ Dengan akak.

‘Dengan kakak.’ Rumah atok.

‘Rumah kakek.’ Krete ambe.

‘Kereta saya.’ Warge dese.

‘Warga desa.’

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya sape ‘siapa’ berada di tengah kalimat berdasarkan contoh di atas sama halnya dengan kalimat tanya dengan kata tanya sape ‘siapa’ berada di awal kalimat. Kalimat tanya ini digunakan untuk menanyakan kepemilikan dan pelaku (orang) yang sedang melakukan kegiatan yang bersangkutan. Hal tersebut terlihat dari jawaban-jawaban kalimat tanya tersebut, yakni seluruh jawaban mengarah kepada subjek yang ditanyakan oleh penutur. Jawaban yang menyatakan pelaku (subjek) maka kalimat tanya harus menggunakan kata atribut ‘dengan’ di awal kalimat, karena kalimat tanya tersebut membutuhkan penjelasan.

Kalimat tanya dengan Kata tannya sape ‘siapa’ berada di akhir.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Sape

“Siapa”

- Martabak ne untuk sape?

‘Martabak ini untuk siapa?’ - Name uwak yo sape?

Untok abah

(45)

‘nama uwak itu siapa?’ - Yang nyuci baju yo sape? ‘Yang mencuci baju itu siapa?’ - Sajadah ne punya sape?

‘Sajadah ini punya siapa?’

- Tengah nganyam tikar yo sape?

‘Sedang menganyam tikar itu siapa?’

‘Uwak Juli.’ Saudare ambe.

‘Saudara saya.’ Milik ambe.

‘Punya saya.’

Ohh..budak wak Udin.

‘Ohh.. anak wak Udin.’

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya sape ‘siapa’ yang berada di akhir, berdasarkan contoh di atas sesungguhnya kata sape ‘siapa’ yang menunjukan jawaban pelaku ( abjek) maka kata sape ‘siapa’ dapat diletakkan di wal kalimat tanpa mengubah bentuk kalimat tersebut. Sedangkan kalimat tanya yang menunjukan jawaban kepunyaan maka kata tanya sape ’siapa’ tidak bisa diletakkan di depan kalimat, karena jika hal itu dilakukan akan merubah bentuk kalimat.

2. Kalimat tanya dengan Kata tanya ngape ‘mengapa’.

Kalimat tanya dengan kata tanya ngape ‘mengapa’ berada di awal kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Ngape

‘Mengapa’

- Ngape eko te sekolah?

‘Mengapa kamu tidak sekolah?’ - Ngape adek nangis?

‘Mengapa adik menagis?’ - Ngape jalan ne rusak?

‘Mengapa jalan ini rusak?’

- Ngape rumah dekat kedai yo dijual?

Mengapa rumah dekat kedai itu dijual?

Karene tengah hujan.

‘Karena sedang hujan.’ Die ndak jajan terus.

‘Dia mau jajan terus.’ Kerne hujan terus.

‘Karena hujan terus.’ Penghuninye te sempat

mengurosnye.

(46)

- Ngape engko solat dekat mosolah

yo?

‘mengapa kamu solat dekat musolah itu?’

Te ngape ingin saje.

Tidak apa ingin saja.

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya ngape ‘mengapa’ berada di awal kalimat. Berdasarkan data di atas kalimat tanya tersebut digunakan untuk menyatakan sebab. Hal itu dapat dilihat dari reaksi jawaban penutur yang dengan memberikan jawaban penjelas atau keterangan kepada penanya.

Kalimat tanya dengan kata tanya ngape ‘mengapa’ berada di tengah kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Ngape

‘mengapa’

- Enko saket gigi ngape sekolah?

‘Kamu sakit gigi mengapa sekolah?’ - So mendai kerjaan mu ngape

berhenti?

‘Sudah bagus kerjanmu mengapa berhenti?’

- Makanan yo ngape ko buang?

‘Makanan itu mengapa kamu buang?’

- Anak dare yo cantik ngape cadak

nikah?

‘Anak gadis itu cantik mengapa tidak menikah?’

- Baju mu sokuyak ngape disimpan

saje?

‘Baju kamu dah koyak mengapa disimpan saja?’

Bise ambe tahan

‘Bisa saya tahan.’ Kerne te nyaman

ambe rase.

‘Karena tidak nyaman saya rasa.’

Cadak sedap.

‘ Tidak enak.’

Kerne belom tiba

jodohnye.

‘Karena belum datang jodohnya.’

Ambe suka baju nen.

(47)

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya ngape ‘mengapa’ yang berada di tengah kalimat, sama halnya seperti kalimat sebelumnya penggunaan kata tersebut untuk mengetahui alasan atau sebab.

Kalimat tanya dengan kata tanya ngape ‘mengapa’ berada di akhir kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

ngape

‘mengapa’

- Jalan dekat kantor tibe-tibe macet ngape?

‘Jalan dekat kantor tiba-tiba macet mengapa?’

- Engko siap makan langsung kama rmandi, ngape?

‘Kamu selesai makan langsung kamar mandi, mengapa?’ - Banyak budak-budak dekat

lapangan, ngape?

‘Banyak anak-anak dilapangan, mengapa?’

- Uda pe dikasih kabar te ade yang

dengar, ngape?

‘Sudah semua dikasih kabar tidak ada yang mendengar mengapa?’ Bubak-budak yo ribot betol di

kelas, ngape?

Anak-anak itu ribut sekali di kelas, mengapa?

Ade pohon tumbang yo.

‘Ada pohon tumbang itu.’

Saket betol perut ambe nen.

‘Sakit sekali perut saya ini.’

Berbaris ndak upacare.

‘Berbaris mau upacara.

Karene mereka sibuk betol

dengan pekerjaannye.

‘Karena mereka sibuk sekali dengan pekerjaanya.’ Cadak ade gurunye.

‘Tidak ad gurunya.’

(48)

3. Kalimat tanya dengan kata tanya bagaimane ‘bagaimana’.

Kalimat tanya dengan kata tanya bagaimane ‘bagaimana’ berada di awal kalimat.

kata tanya Pertanyaan Jawaban

Bagaimane

‘Bagaimana’

- Bagaimane care buat makan

ne?

‘Bagaimana cara membuat makanan ini?’

- Bagaimane ne die te lulus

ujian?

‘Bagaimana ini dia tidak lulus ujian?’

- Bagaimane keadaan mak?

‘Bagaimana keadaan ibu?’ - Bagaimane acare te malam?

‘Bagaimana acara tadi malam?’ - Bagaimane hasel jualan

engko?

‘Bagaimana hasi berjualan kamu?’

Sekejab ge ambe buat

resepnye.

‘Sebentar lagi saya buat resebnya.’

Ndak ko ujian yang lain.

‘Mau kamu ikut uian lain.’

Mendai.

‘Baik.’ Meriah betol.

‘Seru sekali’

Lumayan banyak dapat

Rejeki.

‘Lumayan banyak dapat rejeki.’

Kalimat tanya dengan kata tanya bagaimane ‘bagaimana’ di awal kalimat dalam bahasa Melayu ini adalah untuk menanyakan suatu keadaan, atau proses. Kata tanya dalam kalimat tersebut juga dapat diletakan di akhir tanpa mengubah bentuk kalimat. Bentuk pertanyaan yang diajukan dan reaksi jawaban yang diberikan tidak pada pertanyaan yang singkat melainkan diikuti dengan penjelasannya.

Kalimat tanya dengan kata tanya bagaimane ‘bagaimana’ berada di tengah kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

(49)

“Bagaimne” ‘Baju yang bagaimana kamu pakai itu?’

- Pinggan yang bagaimane nak kite

letak kat muka yo?

‘Piring yang bagaimana mau kita letak di depan itu?’

- Akak nak masak gulai bagaimane

bile tak sedap?

‘Akak Mau masak gulai bagaimna jika tidak enak?’

- Ko kerje saje tiap ari bagaimane

kalau saket?

‘ Kamu kerja saja setiap hari bagaimana kalau nanti sakit?’

- Nak lalu kak laot, bagaimane hujan

tak berhenti?

‘Mau pergi ke laut bagimana hujan tak berhenti?’

‘Baju kebaya saja.’

Pinggan batu yo.

‘Piring batu itu.’

Insyaallah sedaplah

kite buat.

‘Insyaallah enaklah kita buat.’

Tenang saje dah

terbiase ambe.

‘Tenang saja sudah terbiasa saya.’

Tunggulah kejap agik.

‘Tunggulah sebentar lagi.’

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya bagaimane ‘bagaimana’ yang berda di tengah kalimat berdasarkan contoh di atas adalah kata yang bertujuan untuk menanyakaan apa yang harus dilakukan oleh atau terhadap sesuatu. Dalam bahasa Melayu dialek Langkat ada kalanya tidak memerlukan kata konjungsi.

Kalimat tanya dengan kata tanya bagaimane ‘bagaimana’ berada di akhir kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Bagaimane

‘Bagaimana’

- Engko buat makanan sedap ne

bagaimane?

‘Kamu buat makanan enak seperti ini bagaimna?’

-Matikan pelita dekat muka yo caranye

Ade caranye kejap

lagi ambe tuliskan.

(50)

bagaimane?

‘Matikan lampu depan itu caranya bagaimna?’

- Ambe nak lalu dekat Bali menurut

engko bagaimane?

‘Saya mau pergi ke Bali menurut kamu bagaimna?’

- Pintunye te bise ditutup bagaimane

ne?

‘Pintunya tidak bisa ditutup bagaimna ini?’

- Kalau cadak lulus sekolahnye

bagaimane?

‘Kalau tidak lulus sekolahnya bagaimana?’

yo.

‘Tiup saja apinya itu.’

Lalulah yo lebih

mendai.

‘Pergilah itu lebih baik.’

Rusak dah tu.

‘Rusak sudah itu.’

Kerje saje.

‘Kerja saja.’

Kalimat tanya dengan kata tanya bagaimane yang berada di akhir kalimat hampir sama halnya dengan penggunaan kata tannya bagaimane ‘bagaimana’ di awal kalimat, akan tetapi penggunaan kata tanya ini beberapa diantaranya bertujuan sebagai bentuk ungkapan keingin tahuan yang mengharapan jawaban suatu pendapat/opini.

4. Kalimat tanya dengan kata tanya brape ‘berapa’.

Kalimat tanya dengan kata tanya brape ‘ berapa’ berada di awal kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Brape

‘Berapa’

- Brape sekilo cabai nen?

‘Berapa sekilo cabai ini?’ - Brape lame engko nak lalu?

‘Berapa lama kamu mau pergi?’ - Brape butir klamber yang ko bawa?

Sekilo lima ribu aje.

‘Sekilo lima ribu saja.’ Tiga hari saje.

(51)

‘Berapa butir kelapa yang kamu bawa?’

- Brape dah anak engko?

‘Berapa sudah anak kamu?’ - Brape anak kambing ko punya?

‘Berapa anak kambing kamu punya?’

Dua puluh butir.

Baru satu.

‘Baru satu.’ Ade enam ekor yo.

‘Ada enam ekor itu.’

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya brape ‘berapa’ adalah kata tanya yang digunakan untuk menanyakan jumlah, dalam kalimat tanya ini biasanya diikuti dengan kata bilangan numeral (bilangan).

Kalimat tanya dengan kata tanya brape ‘berapa’ berada di tengah kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Brape

‘Berapa’

- Satu minggu brape hari dia tak

balek?

‘Satu minggu berapa hari dia tidak pulang?’

- Rumah yo brape harganye?

‘Rumah itu berapa harganya?’

- Nak ko jual brape harga cabai nen?

‘Mau kamu jual berapa harga cabai ini?’

- Libur sekolah ko brape lame?

‘Libur sekolah kamu berapa lama?’ - Pakcik ndak lalu brape hari kah?

‘Pakcik mau pergi berapa hari kah?’

Cume tiga hari.

‘Cuma tiga hari.’

Sepuloh juta.

‘Sepuluh juta.’ Sekilo 30 ribu wak.

‘Sekilo 30 ribu wak.’

Cume dua minggu saje.

‘Cuma dua minggu saja.’ Te lame tiga hari aje.

‘Tidak lama tiga hari saja.’

(52)

ada dalam kalimat tanya tersebut. Berdasarkan contoh di atas kalimat tanya tersebut tidak semua jawaban yang ada selalu berkaitan dengan bilangan. Akan tetapi terdapat reaksi jawaban yang tidak menyenyebutkan kata bilangan.

Kalimat tanya dengan kata tanya brape ‘berapa’ berada di akhir kalimat.

ata tanya Pertanyaan jawaban

Brape

‘berapa’

- Buku yang enko punye yo ade

brape?

‘Buku yang kamu punya itu ada berapa?’

- Krete yang ndak dijual yo harganye

brape?

‘Kereta yang mau di jual itu harganya berapa?’

- Belajar kelompoknye ndak jam

brape?

‘Belajar kelompoknya mau jam berapa?’

- Makcik mbeli kursi yo harganye

brape?

‘makcik membeli kursi itu haraganya berapa?’

Ade lime.

‘Ada lima.’

Te tau ambe.

‘Tidak tau saya.’

Pukol tujoh.

‘Pukul tujuh.’

Sekitar sepuloh jute.

‘Sekitar sepuluh juta.’

(53)

5. Kalimat tanya dengan Kata Tanya mane ‘mana’.

Kalimat tanya dengan kata tanya mane ‘mana’ berada di awal kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Mane ‘Mana’

- Mane ne barang kite tak

datang-datang?

‘Mana ini barang kita tidak datang-datang?’

- Mane ne abang ko tak pulang?

‘Mana ini abag kamu tidak pulang?’

- Mene baju baru mu te?

‘Mana baju baru kamu tadi?’ - Mane surat yo te?

‘Mana surat itu tadi?’ - Mane telor puyoh ku te?

‘Mana telur puyuh aku tadi?’

Mungkin masih dekat

jalan yo.

‘Mungkinmasih di jalan itu.’

Lalu die dekat temanye.

‘Pergi di tempat temanya.’

Ambe ncuci tenan.

‘Saya cuci tadi.’ Ndak ku simpan ne.

‘Mau aku simpan ini.’ ade dalam lemari makan.

‘ada dalam lemari makan.’

Kalimat tanya dengan kata tanya mane ‘mana’ yang berada di awal kalimat

merupakan kalimat yang setelah kata tanya lebih sering diikuti dengan kata benda.

Akan tetapi reaksi jawaban yang diberikan tidak diikuti bentuk kata bilangan. Kata

tanya mane ‘mana’ dapat juga diletakan di akhir kalimat tanpa mengubah bentuk

kalimat tersebut. Hal ini juaga tidak akan mengubah makna tujuan dari si penannya.

Kalimat tanya dengan kata tanya mane ‘mana’ berada di tengah kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Mane

‘Mana’

- Pinggang ko te sebelah mane yang

saket?

‘Pinggang kamu tadi sebelah mana

Sebelah kanan.

(54)

yang skit?’

- Bus te arah mane jalannye ?

‘Bus tadi arah mana jalannya?’ - Kain tingkap mane yang ndak

dipasang ne?

‘Kain jendela mana yang mau dipasang ini?’

- Bunge mane ko petik te?

‘Bunga mana yang kamu petik tadi?’

- Tas mane yang ndak ko beli?

‘Tas mana yang mau kamu beli?’

Dekat pasar yo.

‘Di pasar itu.’

Kain yang warna merah

yo.

‘Kain yang berwarna mereah itu.’

Bunge dekat muka rumah

yo.

‘ Bunga depan rumah itu.’

Yang gambar hello kitty

yo .

‘Yang bergambar hello kitty itu.’

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya mane ‘mana’ yang berada di tengah kalimat adalah kalimat tanya yang berfungsi untuk menyatakan letak atau tempat. Dengan menambahkan kata benda di awal kalimat kata tanya mane ‘mana’ tidak akan merubah fungsinya sebagai bentuk untuk menyatakan tempat. Dalam kalimat ini kata tanya mane ‘mana’ tidak dapat di letakkan di awal atau di akhir kalimat tanpa mempengaruhi bentuk kalimatnya.

Kalimat tanya dengan kata tanya mane ‘mana’ berada di akhir kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Mane

‘Mana’

- Sepatu yang baru mbeli yo ko

letak mane?

‘Sepatu yang baru beli itu kmu letak mana?’

- Andong malam ne nak tidor

Dekat lemari.

‘Di lemari’.

(55)

mane?

‘Nenek malam ini mau tidur mana?’

- Tas item yo ndak ko bawa

mane?

‘Tas hitam itu mau kamu bawa mana?’

- Pegari nak lalu mane?

‘Besok mau pergi mana?’ - Kami dudok dikursi yang

mane?

‘Kami duduk di kursi yang mana?’

‘Tempat uwak kamu.’

Ndak ambe jual.

‘Mau saya jual’.

Ade trening kerje

‘Ada trening kerja’. Yang dekat tingkap yo.

‘Yang dekat candela itu’.

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya mane ‘mana’ yang berada di akhir kalimat. Kata tanya ini juga berfungsi sebagai untuk menanyakan letak atau tempat. Berdasarkan contoh di atas kalimat ini tidak selalu diikuti kata benda, namun tetap saja jawaban yang diberikan menyatakan tempat. Kata tanya mane ‘mana’ tidak dapat di letakan di awal atau di tengah kalimat tanpa mengubah bentuk kalimat. 6. Kalimat tanya dengan kata tanya bile ‘ kapan’.

Kalimat tanya dengan kata tanya bile ‘ kapan’ berada di awal kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Bile

’kapan’

- Bile engko tibe?

‘Kapan kamu datang?’

- Bile abah njala ikan dan njala

udang ?

‘Kapan ayah menjala ikan dan menjala undang ?’

- Bile Andi pindah rumah?

Baru saje

‘Baru saja’. Pegari.

‘Besok’.

(56)

‘Kapan Andi pindah rumah?’ - Bile bangunan yo dibuat?

‘Kapan bangunan itu dibuat?’ - Bile nasi ne masaknye?

‘Kapan nasi ini masaknya?’

‘Satu minggu yang lalu’. Sejak due bulan enko lalu.

‘Sejak dua bulan kamu pergi. Sekejab agi.

‘Sebentar lagi’.

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya bile ‘kapan’yang berada di awal kalimat berdasarkan contoh di atas adalah kalimat tanya bile ‘kapan’ berfungsi untuk menanyakan waktu kalimat tersebut ditandai dengan adanya kata kerja dalam kalimat . Dalam masyarakan Melayu Langakat di desa Secanggang ini lebih sering menggunakan kata tanya bile ‘kapan’.

Nb: Dalam bahasa Melayu bile juga dapat diganti dengan bilemane ‘bilamana’, seperti contoh berikut:

Kalimat tanya dengan kata tanya bile ‘kapan’ berada di tengah kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Bile

‘Kapan’

- Kite te tau bile mereka masuk

sekolah?

‘Kita tidak tau kapan mereka masuk sekolah?

- Pencuri yo bile masuk rumahnye?

‘Pencuri itu kapan masuk rumahnya? - Emak bile nak datang dekat sion?

‘Ibu, kapan mau datang kesana? - Dah besiap pe, bile nak lalau ne?

‘Sudah bersiap pun, kapan mau pergi ini?’

- Perlombaan dekat SD bile nak

Yang ambe ingat yo ari

senin.

‘Yang saya ingat itu hari senin’.

Magrib te.

‘Magrip tadi’. Petang ari.

‘Sore hari’.

Sabarlah diket, kejabne.

‘Sabarlah sedikit, sebentar ini.

(57)

mulai?

‘Perlombaan di SD kapan mau mulai?’

kepala sekolah.

‘Sebentar sedang menunggu kepala sekolah’.

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya bile ‘kapan’ berada di tengah kalimat berdasarkan contoh di atas fungsi kata tanya tersebut sama halnya seperti kata tanya yang berada di awal kalimat yaitu untuk mennyakan waktu. Dalam contoh ini kata tanya bile ‘kapan’ dapat diletakan di tengah kalimat. Kata tanya tersebut juga dapat di letakan di awal kalimat tanpa mengubah bentuk kalimat itu sendiri.

Kalimat tanya dengan kata tanya bile ‘kapan’ berada di akhir kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Bile

‘Kapan’

- Kite ne buke puase bersamenye bile?

‘kita ini buka puasa bersamanya kapan?’

- Praktek manasik haji dekat sekolah

yo bile?

‘Praktek manasik haji di sekolah itu kapan?

- Abah yo silahturahmi kat rumah

uwak bile?

‘ Ayah itu silahturahmi ke rumah uak kapan?’

- Terime budak sekolah baru bile?

‘penerimaan anak sekolah baru kapan?’

- Ambe keleh ade keluarge engko tibe,

bile?

Tengah libor kerjelah.

‘ Libur bekerjalah’.

Sebelom lebaran haji

tibe.

‘Sebelum lebaran haji datang.’

Ambe pe te tau.

‘saya pun tidak tau’.

Bulan muke.

‘Bulan depan’.

(58)

‘Saya lihat ada keluarga kamu datang, kapan?’

‘Ooh..iya baru tadi’.

Kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya bile ‘kapan’ berada di akhir kalimat. Berdasarkan contoh di atas kata tanya bile ‘kapan’ dapat diletakkan di akhir kalimat akan tetapi bentuk kalimat yang digunakan adalah percakapan yang sehari-hari dilakukan bukanlah bahasa formal atau bntuk baku. Kata tanya ini juga berfungsi untuk menanyakan waktu dan mendapatkan reaksi jawaban yang singkat. Kata tanya bile ‘kapan’ dalam contoh di atas juga bisa diganti menjadi di awal kalimat tanpa merubah bentuk kalimatnya.

7. Kalimat tanya dengan kata kanya darimane ‘darimana’.

Kalimat tanya dengan kata tanya darimane ‘darimana’ berada di awal kalimat.

Kata tanya Pertanyaan Jawaban

Darimane

‘Darimane’

- Darimane ko dapet ketupat ne?

‘darimana kamu dapat ketupat ini?’

- Darimane sem

Gambar

Tabel.1. Kalimat tanya dengan Kata Tanya maye ‘apa’ berada di awal kalimat. Kata tanya Pertanyaan Jawaban
Tabel. Fokus Predikat Nomina dan Kata Tanya
Tabel  Fokus Predikat Adverba dan kata Tanya

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian menunjukan efektivitas kepemimpinan berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja, sehingga kepuasan kerja

Statistik pembantu rumah yang tinggi menyokong kenyataan bahawa tenaga kerja wanita asing atau golongan wanita migran secara tidak langsung menyumbang kepada pembangunan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana efektivitas pembinaan narapidana tindak pidana pencurian denga pemberatan di Lembaga Pemasyarakatan

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

Chad basin needs an external water source for it to be function at sustainable level, hence needs for exploitation of higher east African river basin called

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

However, only the new IOP from the in-situ self calibration were not able to model the inaccuracies of the direct measurements of the position and orientation of

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat.. diperoleh, dengan kata lain sumber data dalam penelitian ini