PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa merupakan komoditas sosial utama di sebagian besar wilayah Nusantara, kehidupan perekonomian
dan kultur bangsa Indonesia. Luas pertanaman kelapa
tahun 1992 adalah 3 413 798 ha yang meliputi sekitar 26
persen dari seluruh areal perkebunan di Indonesia, dan
melibatkan sekitar 3.2 juta keluarga tani (Litbang
Pertanian, 1993). Dari luas pertanaman tersebut kurang
lebih 97.4 persen diusahakan sebagai perkebunan rakyat y a n g tersebar d i seluruh Kepulauan Indonesia dengan
persentase penyebaran: Pulau Sumatera 30.9%, Pulau Jawa
26.8%, Pulau Sulawesi 19%, Pulau Kalimantan 7.9% d a n
Kepulauan lainnya 15.4% (~uljodihardjo, 1993)
.
Luas areal pertanaman kelapa di dunia kurang lebih
11.6 juta ha tersebar pada sedikitnya 86 negara.
Indonesia memiliki areal pertanaman kelapa yang terluas di
dunia, diikuti oleh Filipina sekitar 3.3 juta hektar,
tetapi dari segi produksi Indonesia kedua terbesar sesudah
Filipina (Persley, 1992). Rataan produksi kopra di
Indonesia pada tahun 1991 hanya sebesar 1.03 ton/ha/tahun
(Litbang Pertanian, 1993). Sedangkan potensi yang dapat
dicapai dari suatu pertanaman kelapa jika diusahakan
secara intensif adalah 2 sampai 3 dan 4 sampai 6 ton
kopra/ha/tahun berturut-turut untuk kelapa dalan dan
Rendahnya produktivitas tanaman disebabkan beberapa
faktor, antara lain: aspek ekonomi, umur tanaman,
k u l t i v a r yang beragam, kesesuaian lahan dan iklim, penerapan teknik budidaya, serta faktor hama dan penyakit.
Program-program peningkatan produksi yang dilaksana-
kan pemerintah meliputi perluasan areal, intensifikasi,
peremajaan, dan rehabilitasi. ~ e k a l i ~ u n demikian, nilai
produk kelapa berupa kopra yang diterima petani selama
Pelita V sangat rendah. Harga kopra banyak berfluktuasi
di bawah harga pokok yaitu Rp. 461.-/kg pada areal tanpa
intensifikasi dan Rp. 635,24/kg dengan intensifikasi areal
(Sondakh, 1993). Hal ini disebabkan oleh rendahnya
produktivitas tanaman kelapa, berfluktuasinya harga produk
kelapa dan belum diterapkan sepenuhnya usaha diversifikasi
produk yang makin menambah kompleksnya masalah di bidang
perkelapaan. Keadaan ini diperburuk karena petani hanya
mengusahakan tanaman kelapa secara monokultur. Di dunia
Internasional, minyak kelapa disudutkan oleh Amerika sebagai penyebab peningkatan kolesterol dalam darah.
Nilai tambah kelapa dapat ditempuh melalui
diversifikasi hasil. Usaha yang terbuka untuk ini, antara
lain meningkatkan fungsi kelapa sebagai penghasil tepung
kelapa, santan awet, dan hasil samping lainnya. Minyak
kelapa sebagai bahan baku dapat digunakan untuk berbagai
informasi dasar menyangkut keragaman kandungan minyak, komposisi asam lemak dan kandungan protein pada berbagai populasi kelapa sangat diperlukan untuk pengembangan
agroindustri kelapa.
Indonesia kaya akan keanekaragaman tanaman kelapa. Keragaman ini merupakan peluang yang baik untuk menunjang
pengembangan ke arah diversifikasi hasil. Narnun,
informasi genetika pada tanaman kelapa masih sangat
sedikit. Studi-studi dasar yang terkait dengan program
pengembangan kelapa, harus segera dilakukan se jak awal
sebelum melangkah ke program pemuliaan kelapa lebih
lan jut.
Program pemuliaan kelapa dalam rangka perbaikan bahan
tanaman, sangat bergantung pada sumber keanekaragawan
genetika. Keragaman genetika bukan hanya masalah koleksi
plasma nutfah secara fisik, tetapi juga masalah penixaian
sejauh mana keragaman genetika tersebut diperlukan untuk
kegiatan manipulasi genetika kearah perakitan k u l t i v a r
yang diinginkan. Seberapa jauh jarak genetika dari sifat-
sifat yang mendukung daya hasil dari tetua yang digunakan
dalam program persilangan (Makmur, 1988). Sampai ssat
ini seleksi pada tanaman kelapa dilakukan berdasarkan
keragaman karakter vegetatif dan generatif yang
dikeluarkan oleh International Board for Plant Genetic
Produk langsung gen berupa protein dan enzim dapat
dilacak dan dipelajari keragamannya dengan menggunakan gel
d a n elektroforesis. Isozim adalah enzim-enzim yang
terdiri dari berbagai molekul aktif yang berbeda komposisi
asam aminonya dan mengkatalisis reaksi yang sama. Perbedaan komposisi asam amino bisa disebabkan oleh alel
berbeda dari lokus yang sama atau alel dari lokus yang
berbeda (nonalel)
.
Isozim dapat digunakan sebagai ciri genetika untuk
mempelajari keragaman individu dalam suatu populasi, klasifikasi spesies tanaman, mengidentifikasi kultivar dan
hibridnya (Peirce dan Brewbaker, 1973 ; Kut dan Evans,
1984; Vences, Vaquero, dan De La Vega, 1987)
,
menentukankeberhasilan suatu persilangan buatan (Parfitt d a n Arulsekar, 1985, Mc Granahan, Tulecke, Arulsekar, dan Hansen, 1986), membantu dalam menyeleksi sifat-sifat yang
bernilai ekonomi penting (Adams, 1983; Hayward dan Mc
Adam, 1988; Yupsanis dan Moustakas, 1988), dan mempelajari
penyebaran keragaman genetika suatu tanaman dari berbagai
lingkungan yang berbeda (Second, 1982; Nevo, Beiles, dan
Kaplan, 1987).
Informasi genetika kelapa yang mendasar dan lebih
dapat dipertanggung jawabkan, akan sangat membantu dalam
Tu juan
~enelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk mempelajari keragaman genetika tanaman kelapa
berdasarkan pola pita beberapa isozim dan morfologi,
serta bagaimana pola pewarisan pola pita isozim
tersebut.
2. Menganalisis jarak genetika dan hubungan kekerabatan
antar populasi kelapa.
3. Untuk mengetahui keragaman kandungan minyak, komposisi
asam lemak, dan kandungan protein daging kelapa.
4. Untuk mempelajari kemungkinan keterpautan pola pita
isozim dengan karakter kuantitatif kelapa yang dipela-
jari.
Kegunaan Penelitian
Melalui studi dasar ini diharapkan akan mendapatkan
ciri genetika pola pita isozim yang mungkin terpaut dengan
karakter-karakter penting tanaman kelapa. Sehingga
diharapkan ciri genetika ini dapat dipakai untuk membantu
kegiatan seleksi pemuliaan kelapa dan pengembangan
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa adalah salah satu jenis tanaman yang
sangat berguna di dunia, tumbuh pada lebih dari 80 negara
tropik, dan merupakan tanaman palma terpenting dari semua
jenis yang telah dibudidayakan. Berbahan dasar akar,
batang, daun, bunga, dan buah kelapa dapat dihasilkan
lebih dari 70 jenis produk makanan dan bukan makanan
(Persley, 1992; Muljodihardjo, 1993).
Asal dan Penyebaran
Kelapa umumnya tumbuh di daerah beriklim tropik. Asal
mula tanaman ini belum diketahui secara pasti.
Ada tiga teori tentang asal usul tanaman kelapa.
Pertama, tanaman palma berasal dari stok yang sama,
k e m u d i a n muncul genus Cocos dari anggota Amerika dan
tumbuh di lembah Andes, Kolombia, dari sini menyebar ke Pasifik. Teori kedua menyatakan bahwa kelapa berasal dari
sepanjang pantai Amerika Tengah, lalu buahnya dkbawa
melintasi lautan sampai ke kepulauan Pasifik. Teori ketiga
menduga asal kelapa dari sesuatu daerah di Asia Selatan
atau Malesia atau di Pasifik kemudian menyebar ke pantai Amerika. Ketiga teori ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan, tetapi tidak satupun yang dapat diterima
secara utuh. Di pihak lain, sekarang telah dapat dipastikan bahwa kelapa bukan berasal dari Amerika, tetapi
ahli sejarah, kelapa diintroduksi ke Filipina dan Sri
Ldnka pada tahun 300 S.M. Di India terdapat bukti dalam
pustaka post Vedic bahwa tanaman ini telah ada 3 000 tahun
y a n g lalu. Tetapi kenyataan sejarah d a n botani tidak
mendukung kepastian asal tanaman ini. Akhir-akhir ini
banyak fakta yang ditemukan di negara Malaysia dan
Indonesia yang lebih mendukung sebagai asal tanaman kekapa
ini (Thampan, 1981)
.
Sedangkan Lepofsky (1992) melaporkan di kepulauan
Mussau, Bismarck Archipelago tanaman kelapa paling dominan di daerah Arborikultur, dan terdapat bukti spesimen, nama
d a n penggunaan yang beragam, sert'a adanya beberapa pantangan yang berhubungan dengan tanaman ini.
Harris (1989) menyatakan tipe kelapa liar berkembang
melalui pengapungan buah di antara kepulauan vulkanik dan atol. Pulau-pulau di Laut Tethys kemungkinan tempat asal
mula tanaman kelapa. Dari sini menyebar ke pulau-plau
l a i n di Pasifik dan Samudra India. Selanjutnya
Villarreal, Hernandez
,
dan Harris (1993) melakukan studianalisis komponen buah dari populasi kelapa di pantai
Atlantik dan Pasifik di Meksiko. Populasi kelapa di pantai
Atlantik berasal dari Cape Verde dan Santo Domigo pada
pertengahan abad 16, dan pantai Pasifik berasal dari pulau
Solomon dan Filipina. Kedua populasi kelapa ini
terisolasi selama 500 tahun dan ternyata sangat berbeda
pantai Atlantik memperlihatkan buah lebih primitif, bentuk
buah lonjong, sabut, tempurung dan endosperma lebih tebal,
dan kandungan air lebih rendah. Sedangkan populasi kelapa
di pantai Pasifik mempunyai karakteristik buah lebih
bulat, sabut dan tempurung lebih tipis, dan kandungan air
lebih banyak, yang merupakan sifat kelapa budidaya.
Berdasarkan hasil analisis polifenol daun ditemukan
bahwa kelapa genjah Hijau dan Merah Polynesia berasal dari
Timur Jauh, sedangkan genjah yang lain termasuk yang dari
Malaysia (genjah Kuning dan Merah) berasal dari Pasifik.
-Lalu kelapa dalam dari Samudra India melewati lintasan
Timur Jauh, India dan Afrika (Jay, Bourdeix, Potier, dan
Sanslaville,1989). Penelitian yang telah dilaporkan
mengenai isozim pada 13 sistem enzim ditemukan polimorfik
enzim, tetapi tidak dapat dijelaskan asal usul tanaman
kelapa (Centre De Recherche Du G.E.R.D.A.T., 1980).
Luas tanaman kelapa di dunia sekitar 11.6 juta hektar
yang tersebar pada sedikitnya 86 negara. Persebaran
tanaman kelapa terutama terdapat di Asia, Oceania, Amerika
Tengah dan Selatan, Afrika Timur dan Barat. Negara yang
memiliki populasi terbesar adalah Indonesia, diikuti
Filipina, India, Papua New Guinea, Kepulauan Pasifik, dan
Sri Lanka. Total produksi dunia setiap tahun sekitar 8.4
juta metrik ton kopra. Sekitar 85 persen produksinya
berasal dari Asia (15 negara) dan Pasifik (19 negara)
Di Indonesia tanaman kelapa tersebar sepanjang
kepulauan Nusantara dari Aceh sampai Irian Jaya. Luas
seluruh pertanaman kelapa di Indonesia pada tahun 1992
adalah 3 413 798 ha, lima provensi di antaranya yang
memiliki pertanaman kelapa di atas 200 000 ha adalah Riau
(332 374 ha), Jawa Tengah (310 729 ha), Jawa Barat (297
962 ha), Sulawesi Utara (285 578 ha), dan Jawa Timur t253 564 ha), dengan total produksi 2 342 167 ton kopra (Ta- be1 1).
Tipe Kelapa
Tanaman kelapa digolongkan atas dua tipe yaitu tipe
kelapa dalam dan tipe kelapa genjah. Pada setiap tipe
ini terdiri atas beberapa populasi, terutama pada tipe kelapa dalam. Pada tipe ini, dijumpai keragaman yang cukup
besar akibat dari sifat penyerbukan silangnya
.
Secaragaris besar pola penyerbukan pada kelapa dibagi empat
kelompok yaitu: Alogami sempurna, autogami langsung,
autogami semi langsung, dan autogami tak langsunq
(Sangare, Rognon, dan Nuce de Lamothe, 1978)
.
Keragarnanini terutama pada sifat kecepatan berbunga pertama, tinggi
tanaman, warna, bentuk dan ukuran buah, hasil serta
kualitas kopra. Sedangkan kelapa hibrid merupakan hasil
silangan antar dua populasi berbeda dari kedua tipe
inP
Tabrl 1. Luas areal dan produksi perkebunan kelapa seluruh Indonesia menurut provensi dan status pengusahaan sampai tahun 1992
...
Perkebunan Total
...
---
No. Provensi Rakyat Negara Swasta Luas Produ ksi
...
( hektar ) kopraLuas (hektar) ( ton
...
1. Aceh 107 128 0 0 107 128 69 304
2. Sumut 148 011 1 061 3 514 152 586 99 655 3. Sumbar 77 124 117 314 77 555 63 835 4. Riau 318 401 200 13 772 332 373 220 603 5. Jambi 119 979 3 050 100 123 129 101 873 6. Sumsel 55 178 0 4 813 59 991 21 195 7 : Bengkulu 20 511 0 6 20 517 10 125 8. Lampung 167 278 1 065 12 850 181 193 128 078
9. DKI 0 0 0 0 0
10. Jabar 283 987 9 712 4 263 297 962 175 498 11. Jateng 308 285 1 901 543 310 729 166 806
12. Jogya 52 770 0 0 52 770 41 049
13. Jatim 248 734 1 731 3 098 253 563 185 074
14. Bali 72 477 0 1 306 73 783 68 175
15. NTB 60 396 0 134 60 530 30 081
16. NTT 152 188 0 505 152 693 48 045
17. Kalbar 80 696 183 480 81 359 44 083
18. Kalteng 40 716 0 0 40 716 19 322
19. Kalsel 55 169 0 12 55 181 47 996
20. Kaltim 52 695 5 793 140 58 628 17 778 21. Sulut 278 594 2 60 6 724 285 578 281 481 22. Sulteng 155 420 0 2 094 157 514 157 110 23. Sulsel 152 376 0 2 541 154 917 119 337 24. Sultra 49 194 0 1 593 50 787 34 999 25. Maluku 184 323 1 746 1 896 187 965 169 448 26. Irian Jaya 30 135 0 384 30 519 11 422 27. Timor Timur 54 058 0 7 2 54 130 11 795 - - - - - -
Jumlah 3 325 823 26 820 61 155 3 413 798 2 342 167
...
K e l a ~ a Dalam
Tipe kelapa dalam mempunyai batang yang tinggi dan
kekar dengan dasar batang membengkak yang disebut b f .
Tinggi batang mencapai 15 sampai 18 m. Mahkota mempunyai
25 sampai 40 daun yang terbuka penuh, dengan panjang daun
5 sampai 7 m. Pembungaan pertama lambat, mulai umur 7
sampai 10 tahun, tetapi umurnya dapat mencapai 90 tahun.
Tipe kelapa ini lebih toleran terhadap macam-macam jenis
tanah dan kondisi iklim. Kelapa dalam umumnya menyerbuk
silang. Waktu yang diperlukan untuk buah masak sekitar 12
bulan sesudah penyerbukan, Jumlah buah sekitar 6 saapai
12 butir per tandan. Kopra, minyak, dan sabut umumrya
berkualitas baik-
K e l a ~ a Geniah
Tipe kelapa genjah mempunyai karakteristik yang ber-
penampilan pendek, mulai berbunga sekitar 3 sampai 4 tahun
s e t e l a h tanam. Batangnya agak kecil, tanpa bol dan
daunnya yang terbuka penuh jarang melewati panjang 4 ar,
Produksi buah banyak yaitu 10 sampai 30 butir per tandarr,
tetapi kecendrungan pembungaan tidak teratur. Waktu y a w
diperlukan untuk buah masak sekitar 11 sampai 12 bulan
sesudah penyerbukan. Ukuran buah kecil, kualitas dan
kopranya kurang baik. Produksi mulai menurun sestadah
Kelava H i b r i d
Pemanfaatan heterosis atau ketegaran hibrid pada
tanaman kelapa, pertama kali dilaporkan di India tahun
1932 (Thampan, 1981). Pembentukan kelapa hibrid dapat
dilakukan antara tipe kelapa genjah X genjah, genjah X
dalam, dalam X genjah, dan dalam X dalam (Menon dan
Pandalai, 1958). Berbagai hasil penelitian pengujian
kelapa hibrid di beberapa negara penghasil kelapa utama
menunjukkan bahwa kelapa hibrid genjah X dalam
menghasilkan lebih banyak daun (Chan, 1978; Vanialingam, Khoo dan Chew, 1975; Novarianto, Miftahorrahman, Tenda dan Rompas, 1984; Novarianto, 1987), lebih cepat berproduksi
dibandingkan tetuanya kelapa dalam dan menghasilkan lebih
banyak kopra daripada kedua tetuanya (Vanialingam, &
&,
1975; Meuner, Sangare, Saint dan Bonnot, 1984a; Meuner,
Saint, Gascon, dan Nuce de Lamothe, 1984b; Novarianto &
d.,1984; Ooi dan Chew, 1985; Novarianto, Hartana, dan
Mattjik, 1992). Jenis kelapa hibrid yang banyak ditanam
d i negara-negara penghasil kelapa, termasuk Indonesia
adalah kelapa hibrid PB121 (MYD/GKN X WAT). Kelapa
hibrid ini dilaporkan pada umur 7-8 tahun telah
menghasilkan kopra 4.050 ton per hektar per tahun
Pemuliaan Kelapa di Indonesia
Program pemuliaan kelapa di Indonesia bertujuan untuk
menghasilkan bahan tanaman yang mempunyai karakteristik
antara lain: cepat berbunga, habitat pohon pendek,
resisten terhadap hama dan penyakit, hasil kopra
persatuan areal tinggi dengan pemupukan yang rendah,
ukuran buah besar, daging buah tebal, kandungan minyak
tinggi, dan kandungan air rendah (Ditjenbun dan Pusat Pe- nelitian Kelapa, 1988; Rompas, Luntungan, dan Novarianto,
1988).
Sumber genetika kelapa sangat penting bagi pemulia
untuk merakit varietas kelapa unggul di masa depan. Di Indonesia survai plasma nutfah kelapa telah dimulai dengan
melakukan seleksi blok pada 11 provensi (Liyanage, 1974).
Sampai akhir pelita IV, Balai Penelitian Kelapa Manado
telah mengoleksi kelapa dari berbagai daerah di Indonesia
sebanyak lebih dari 80 populasi kelapa genjah dan dalam
yang ditanam di tiga Kebun Percobaan yaitu Kebun Percobaan Pakuwon (Jabar), Kebun Percobaan Mapanget (Sulut), dan
Kebun Percobaan Bone-bone (Sulsel). K.P. Mapanget dimulai
ditanami sejak tahun 1927 oleh Tammes (pemulia kelapa dari
Belanda ) dan ditanami secara intensif sejak tahun 1973
d a r i berbagai daerah pertanaman kelapa d i Indonesia.
Karena itu pada tahun 1992 telah terkumpul sebanyak 9
populasi kelapa genjah dan 28 populasi kelapa dalam;.
percobaan ini khusus mengoleksi kelapa tipe dalam dari seluruh Indonesia, Ban sampai tahun 1990 telah dikoleksi
sebanyak 41 populasi kelapa. Kelapa-kelapa dari daerah
kering seperti Nusa Tenggara Timur juga ditanam di kebun
percobaan ini. K.P. Pakuwon yang terletak pada ketinggian
450 m d.p.1. memiliki 10 populasi kelapa genjah dan 13
populasi kelapa dalam. Selain ketiga kebun ini, Balai
Penelitian Kelapa juga mulai mengembangkan penyelamatan kelapa-kelapa lokal yang tersebar di dua kebun percobaan
lainnya yaitu: K.P. Makariki di Maluku dan K.P. Selakau
di Kalimatan Barat.
Beberapa sifat unggul yang dijumpai pada koleksi
populasi di K.P. Mapanget antara lain: Kadar kopra tinggi (270-320 g /butir) pada kelapa dalam populasi Mapanget, Tenga, Bali, dan Palu; kandungan minyak tinggi (67-71%)
.pads kelapa dalam Mapanget; jumlah buah banyak pada kelapa
dalam Takome (20-40 butirltandan) dan kelapa genjah Kuning
Nias (80-120 butir/pohon/tahun); sifat cepat berbuah pada
kelapa genjah Salak (16.6 bulan); genjah Kuning Nias (26-
3 0 bulan), dan kelapa dalam Sawarna (36 bulan); agak tahan
terhadap penyakit gugur buah (Phytophthora palmivora) pada
kelapa genjah Raja dan genjah Hijau Nias (Rompas, &
&.,
1988).Sejak tahun 197311974 telah dilakukan usaha
t i n g g i d a n berkualitas baik. Setelah melalui t a h a p pengujian di lapangan, pada tahun 1984 telah dilepas 3
jenis kelapa hibrid unggul yaitu: KHINA-1 (GKN X DTA),
KHINA-2 (GKN X DBI), dan KHINA-3 (GKN X DPU) yang mampu
berproduksi setelah 3 sampai 4 tahun ditanam dengan
produksi normal 4.6 sampai 4.8 ton kopra /ha /tahun
(Novarianto, &
a.,
1984; Novariantor&&,
1992). Disamping itu, melalui seleksi massa positif, yang dilakukan
pada kelapa dalam Mapanget (Sulut) sejak tahun 1926/1927 dan dilanjutkan dengan seleksi massa negatif serta uji
keturunan sejak tahun 1955, telah pula dilepas 4 macam nomor silang terbaik yang mampu berproduksi 3.9 sampai 4.6
ton kopra /ha /tahun dengan pemeliharaan sederhana yaitu
KB-1 (32 x32), KB-2 (32 x 2), KB-3 (32 x 83), dan KB-4 (32
x
99) (Rompas, & g&.,
1988).Penggunaan Isozim Sebagai Ciri Genetik Dalam Pemuliaan Tanaman
Isozim adalah suatu enzim polilaorfik yang dapat
dipisahkan, terdapat dalam organisme yang sama dan
mengkatalisis reaksi yang sama (Shaw, 1969; Wold, 1971;
Conn dan Stumpf, 1976). Perbedaan suatu sistem enzim yang
mengkatalisis suatu reaksi dalam sell bisa dilihat melalui
perbedaan pola pita dengan metode elektroforesis gel pati
sesudah diwarnai (Peirce dan Brewbaker, 1973). Perhedaan
asam amino dari enzim-enzim yang dianalisis dan susunan asam amino yang membentuk macam-macam protein ini disandi
oleh susunan basa nukleotida dalam DNA yang khas untuk
s e t i a p jenis protein atau enzim (Ghesquiere, 1984). Kontrol genetika dari polimorfism dapat dibagi atas tiga pola pita dasar genetika yaitu pita cepat lawan pita lambat, pita hibrid, dan alel no1 (Peirce dan Brewbaker,
1973).
Pemanfaatan pola pita isozim untuk kepentin-gan
biologi tanaman lebih dapat dipercaya, karena biasanya
diatur oleh gen tunggal dan biasanya bersifat kodominan
dalam pewarisannya (Peirce dan Brewbaker, 1973; Adams, 1983; Arulsekar dan Parfitt, 1986) dan bersegregasi secara
normal menurut nisbah Mendel (Adams, 1983). Isozim umumnya
tidak dipengaruhi oleh lingkungan, kolinier dengan gen dan
merupakan produk langsung gen. Oleh karena itu isozim
memberikan keuntungan untuk memperoleh kode gen tunggal pada tanaman bertahunan (Torres, Soost dan Diedenhofen,
1978a; Torres, Diedenhofen, Bergh dan Knight, 1978b).
Melalui studi pola pewarisan pola pita isozim dapat
diketahui jumlah lokus dan alel yang mengontrol ekspresi
s u a t u sistem enzim (Wendel dan Weeden, 1989).
Pemanfaatannya antara lain untuk mempelajari keterpautan lokus enzim dengan karakter kuantitatif penting pada
tanaman. Manganaris dan Alston (1987) mendapatkan
sifat inkompaktibilitas pada tanaman apel. Pada tanaman
tomat melalui populasi F 2 hasil silangan Lycopersicon
escul en tum
x
Lycopersicon pimpinellifolium diketahuiisozim EST dan PER terpaut dengan beberapa karakter
kuantitatif (Weller, Solleri dan Brody, 1988). Pada
tanaman jagung studi pewarisan dan keterpautan lokus Acp-4
dengan lokus enzim lain pada F2 sebagai keturunan
menyerbuk sendiri dari 5 macam populasi F 1 berbeda
ditemukan 11 lokus enzim yang memungkinkan studi lebih
lanjut dari 45 lokus enzim yang diperiksa (Kahler, 1983).
Demikian pula studi hubungan ciri lokus enzim dengan
karakter-karakter morfologi pada seleksi massa 2 populasi
jagung (Pollak, Gardner dan Parkhurst, 1984).
Analisis Isozim Pada Tanaman Kelapa
Analisis isozim pada tanaman kelapa yang telah
dilakukan di Indonesia adalah pada populasi kelapa
koleksi K.P. Pakuwon, dan dari enam macam sistem enzim
yaitu malat dehidrogenase (MDH), katalase ( C A T ) , alkohol
dehidrogenase (ADH)
,
esterase (EST), peroksidase (PER),dan asam fosfatase (Acp)
,
yang dianalksis menun jukkanbahwa hanya enzim PER memperlihatkan hasil pola pita yang
beragam pada kelapa hibrid (KHINA-I, 2, dan 3) dan
tetuanya (GKN, DTA, DBI, dan DPU) (Novarianto, 1987). Umur daun dan umur bibit tidak mempengaruhi penampilan pola
Rf
Pola 1 Pola 2 Pola 3Gambar 1. Pola p i t a 1, 2 dan 3 d a r i isozim PER pada
tanaman kelapa
atas pola pita 1, 2, dan 3 (Gambar 1). Hasil studi pada
625 contoh daun kelapa pada 35 populasi kelapa, delapan di
antaranya asal introduksi ternyata diperoleh dua pola pita
baru pada sistem enzim ER (Asmono, 1992).
Kelapa GKN memiliki pola pita 2, sedangkan pola pita
1 dan 3 dijumpai pada kelapa dalam Tenga, Bali dan Palu
(Novarianto, 1987). Pola pewarisan pola pita PER ini
sebelum ini belum pernah dipelajari secara analisis
genetika. Untuk mempelajari pola pewarisan pola pita
isozim tersebut perlu dibuat persilangan buatan yang
Produk Kelapa
Penggunaan utama lemak dan minyak terutama untuk produk makanan, tetapi produk bukan makanan mencakup
sekitar 113 dari total lemak dan minyak yang dipasarkan di
Amerika Serikat. Asam lemak atau gliseridanya paling
banyak digunakan oleh industri untuk menghasilkan macam-
macam produk (Pryde, 1979).
Sampai saat ini hasil utama dari tanaman kelapa
adalah kopra atau minyak. Komposisi bahan organik dari
daging kelapa segar adalah: Air (55%), minyak (34%)
,
abu(2.2%), serat (3.0%), protein ( 3 . 5 % ) , dan karbohidrat
(7.3%) (Banzon dan Velasco, 1982).
Produk utama kelapa yang dikenal luas secara
internasional adalah: kopra, minyak kelapa, bungkil,
tepung kelapa, dan santan (Persley, 1992). Sebagai
penghasil minyak pangan, kelapa banyak mendapat saingan
d a r i kelapa sawit, kedelai, dan jagung. Namun cukup
banyak jenis produk lainnya yang dapat dihasilkan oleh
kelapa yang tidak dapat disaingi oleh komoditas lain,
misalnya santan kelapa, tepung kelapa, krim kelapa, berbagai jenis oleokimia, air kelapa, berbagai produk dari
sabut dan tempurung kelapa, dan sebagainya. Semuanya
mempunyai prospek pasar yang baik dan permintaan dunia
terhadap produk tersebut selalu meningkat (Menteri
Untuk dapat meningkatkan nilai tambah produk kelapa,
maka produk yang harus dihasilkan oleh industri masa depan
yang utama bukanlah minyak pangan, akan tetapi produk
lainnya seperti tepung kelapa, santan, air kelapa, karbon
aktif, oleokimia, dan sebagainya, sedangkan minyak dibuat
sebagai hasil sampingan saja. Beberapa produk ini
menuntut kualitas memproses dan bahan baku dengan
spesifikasi tertentu. Kultivar kelapa yang dapat
menghasilkan daging buah dengan kandungan minyak yang
tinggi lebih diinginkan, karena memberi aroma pada tepung
kelapa (Grimwood, 1975). Sebaliknya, kandungan minyak
rendah dan protein tinggi diarahkan untuk menu diet
kesehatan, demikian juga untuk santan yang berkualitas
baik. Oleokimia digunakan sebagai bahan baku bermacam-
macam industri makanan, seperti mentega, margarin, susu,
keju, kue-kue, roti, es krim, krim kopi, dan bukan untuk
bahan bukan makanan antara lain sabun, shampo, krim
pembersih, bermacam-macam kosmetik. Semuanya nembutuhkan
tepung kelapa, kopra, dan minyak sebagai bahan dasar
dengan komposisi asam lemak tertentu. Sabun dari asam-
asam lemak minyak kelapa sangat cepat menghasilkan
sejumlah besar busa (Hutchison dan Mores, 1979).
Informasi dasar kandungan minyak, komposisi asam
lemak, dan kandungan protein kelapa sangat pentinq untuk
landasan pengembangan berbagai macam produk industri
Minyak dan Asam Lemak Relapa
Produk utama tanaman kelapa adalah minyak. Rata-rata kandungan minyak hasil ekstraksi dari kopra sekitar 62.5%
d i India (Thampan, 1981). Di Sulawesi Utara hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kelapa hibrid PB121 mempunyai
kandungan minyak rata-rata 70.05% dengan berat kopra rata-
rata 127.2 g/butir, sedangkan kelapa dalam Mapanget
mempunyai kandungan minyak lebih rendah yaitu 65.95%
tetapi dengan berat kopra yang lebih tinggi yakni rata- rata 313.3 g /butir (Lay dan Joseph, 1990).
Lipida yang paling banyak terkandung dalam bahan makanan adalah trigliserida atau triasilgkiserol,
Gliserida ini adalah senyawa ester antara gliserol dan
asam lemak.
Asam lemak merupakan asam organik berantai panjang, dengan atom karbon mulai C4 sampai C24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal yang terikat pada ujungnya dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang. Perbedaan asam lemak yang satu dengan yang lainnya terdapat pada panjang rantai hidrokarbon dan dalam jumlah,
serta letak ikatan rangkapnya. Juralah atom C urnumnya
genap, C16 dan C18 biasanya yang dominan.
Asam lemak jenuh dari C12 sampai C24 bersifat padat,
dan mempunyai konsistensi lilin. Sebaliknya asam lemak
dari pada asam lemak tidak jenuh.
Asam lemak yang berasal dari minyak kelapa dan kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh yang sangat tinggi dibandingkan dengan beberapa jenis minyak tumbuh-tumbuhan
lainnya. Asam laurat (C12:O) dan asam miristat (C14:O)
p a d a minyak kelapa, total asam lemak jenuhnya bisa mencapai 91% (Tabel 2) (Banzon dan Velasco, 1982).
Kadar minyak dan komposisi asam lemak dari berbagai populasi kelapa yang tumbuh di Indonesia, perlu ditelusuri keragamannya. Data ini sangat penting untuk pengembangan kelapa ke arah agroindustri.
Protein Xelapa
Walaupun bukan sebagai penghasil protein utama,
daging buah kelapa dapat menjadi sumber protein tambahan bagi masyarakat Indonesia karena digunakan sebagai makanan
hampir setiap hari, di samping sebagai bahan baku industri
makanan. Daging buah kelapa segar mengandung sekitar 4.0
sampai 4.5 persen protein (Thampan, 1981).
Jika dilihat nisbah nitrogen esensial dalam asam
a m i n o terhadap total nitrogen, dalam protein kelapa
kekurangan asam amino lisin, metionin, dan treonin
dibandingkan protein hewani. Sebaliknya protein kelapa
lebih menguntungkan dibandingkan protein kacang tanah
s e b a g a i sumber asam amino isoleusin, leusin, lisin,
Tabel 2. Persentase komposisi asam lemak rninyak kelapa dibandingkan minyak kelapa sawit dan beberapa jenis minyak tumbuh-tumbuhan lainnya.
...
Jenis Kelapa Kelapa Kede- Jagung Kacang Biji
asam lemak sawit lai tanah bunga
matahari
...
1 2 3 4 5 6 7
...
Jenuh
Kaproat (C6: 0) Kaprilat
(C8 : 0) Kaprat
(C10 : 0) Laurat
(C12 : 0)
irist tat
(C14: 0) Palmitat
(C16: 0) Stearat (C18 : 0) Arakhidat
(C20:O)
Tidak Jenuh
Palmitoleat
-
-
-
-
-
-
(9-C16: 1)
Oleat 3.1 14.6 22.3 48.8 5 6 . 0 21.0
(9-C18 : 1)
Linoleat 0.6 1.2 54.5 34.0 26.0 6 4 . 0
(9,12-C18: 2)
Linolenat
-
-
8.3 0.8-
-
(9,12,15-C18:3)
Arakidonst
-
-
0.9-
-
-
(5,8,11,14-C20:4)
...
Hasil penelitian komposisi asam amino pada beberapa
populasi daging buah kelapa di Indonesia yang t e l a h
dilakukan menunjukkan bahwa dari 8 asam amino yang
digolongkan esensial terdapat 6 jenis pada daging buah
kelapa, terutama lisin, treonin dan methionin yang sangat
penting (Pandin, 1990)
.
Keragaman kandungan protein pada berbagai populasi
BAHAN
DAN
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di beberapa lokasi sesuai dengan bahan tanaman yang dikumpulkan, tempat
persilangan
,
pembibitan,
analisis isozim dan analisisasam lemak serta protein. Bahan tanaman berupa daun
dikumpulkan dari tiga koleksi plasma nutfah yang dikelola
oleh Balai Penelitian Kelapa (Balitka), Manado yaitu di Kebun Percobaan Pakuwon, Sukabumi (Jabar), Kebun Percobaan Mapanget (Sulut), dan Kebun Percobaan Bone-bone (Sulsel)
(lihat Tabel Lampiran 1).
Persilangan kelapa dilakukan di Kebun Percobaan
Mapanget dan Kebun Percobaan Paniki, Balitka, Sulawesi
Utara. Buah hasil persilangan dipanen lalu dibawa ke
Bogor, Benih dideder dan dibibitkan di kebun Percobaan
Darmaga IPB, Bogor.
Analisis isozim dilakukan di Laboratorium Biologi
Tumbuhan, PAU Ilmu Hayat IPB. Analisis kandungan protein
dilaksanakan di Laboratorium AP4 IPB, sedangkan ekstraksi
minyak dan analisis asam lemak dilakukan di Laboratorium
Kimia Terpadu IPB Bogor. Contoh buah diambil dari
koleksi plasma nutfah di K.P. Mapanget dan K.P. Pakuwon. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian
ini kurang lebih 2 tahun. Persilangan kelapa dilakukan
Wetode
Penelitian ini dapat dibagi atas empat kelompok percobaan yaitu Analisis Keragaman Pola Pita Isozim,
Persilangan Kelapa untuk mempelajari Pewarisan Pola Pita
Isozim, Analisis Kandungan Minyak, Asam Lemak dan
Kandungan Protein dari daging buah kelapa, dan Studi
Keterpautan Pola Pita Isozim dengan Karakter Kuantitatif.
Percobaan I. Analisis Kerauaman Pola Pita Isozim
Contoh daun diambil dari 10 pohon secara acak untuk setiap populasi kelapa. Pada populasi yang sama diamati
pula data morfologi tipe kelapa (genjah dan dalam), warna
dan bentuk buah.
Kegiatan untuk analisis isozim mencakup penyiapan
bahan tanaman, pembuatan bufer pengekstrak (Tabel 3 ) ,
bufer gel, dan elektrode (Tabel 4 ) , gel pati, ekstraksi
e n z im, elektroforesis, larutan pewarna (Tabel 5),
pencucian Ifiksasi, dan pengumpulan data, mengikuti
prosedur Ihara, Gadrinab, dan Iyama (19861, Arulsekar dan Parfitt (1986) serta Wendel dan Weeden (1989) dengan
penyesuaian (Novarianto, Sudaryono, dan Hartana, 1992).
Sistem enzim yang dianalisis adalah peroksidase
(PER), esterase (EST)
,
asam f osfatase (Acp),
glutamatoksaloasetat transaminase (GOT), katalase (CAT),
endopetidase (ENP), dan alkohol dehidrogenase (ADH) dengan larutan pewarna seperti pada Tabel 5.
Tabel 3. Bufer pengekstrak
...
Jumlah senyawa kimia Jenis senyawa kimia
...
100 mM Tris-HC1, pH 7.5
7 % Sukrosa (w/v) atau gliserol (v/v)
10 % PVP-40 (w/v)
14 mM Merkaptoethanol (0.1 % v/v)
250 mM Asam askorbat
20 mM Dietilditiokarbamat
20 mM Sodium metabisulfit
200 mM Sodium tetraborat
2 % Triton X - ~ O O
10 mM KC1 atau MgC12
...
Sumber : Wendel dan Weeden (1989).
Tabel 4. Bufer gel dan elektrode
...
Sistem bufer Bufer gel Bufer elektrode
- -
1. Tris sitrat/ 0.019 M Asam borat 0.192 M Asam borat
sodium borat 0.004 M NaOH 0.04 M NaOH
0.047 M Tris pH akhir 8.3
0.007 M Asam sitrat pH akhir 8.3
2.
sodium- ora at
0.291 M Asam borat 0.299 M Asam borat0.0525 M NaOH 0.085 M NaOH,
pH akhir 8.5 pH akhir 8.0-8.5
Analisis gugus dan kekerabatan antar populasi kelapa menggunakan data keragaman pola pita isozim dan morfologi
yaitu tipe kelapa, warna dan bentuk buah. Analisis gugus
menggunakan metode jarak Euclid, sedangkan penggerombolan
populasi menggunakan rataan kelompok (Dunn dan Everitt,
1982). Untuk hubungan kekerabatannya dengan menggunakan
Tabel 5. Larutan pewarna untuk enzim PER, EST, ACP,
[image:150.547.46.479.18.763.2]GOT, CAT, ENP, dan ADH
...
No. Jenis bahan kimia Banyaknya
---,----.--
1. Peroksidase (PER)
0.05 M Sodium asetat,pH 5.0 3-amino-9-etil karbasol Aseton
3% H202 CaC12
2. Esterase (EST)
0.1 M Sodium fosfat, pH 7.0 "Fast Blue RR Saltff
0.1 M 1-naftil asetat 0.1 M 2-naftil asetat
(larutkan dalam aseton)
3. Asam Fosf atase (ACP)
0.05 M Sodium asetat, pH 5.0 "Fast Garnet GBC Saltff Magnesium klorida
Na-1-naftil asam fosfat
4. Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT) Larutan AAT * )
,
pH 7.4"Fast Blue BB Saltff
*)Cara membuat larutan AAT: Akuades
1-asam ketoglutarat L-Asam aspartat PVP
Na2 EDTA, garam Na2
Na2HP04
5. Katalase (CAT) H
o2
0.01%~ a u a d e s
Besi (111) klorida
Tabel
...
5 (lanjutan)No. Jenis bahan kimia Banyaknya
6. Endopeptidase (ENP)
200 mM Tris-200 mM Maleate, pH 3 - 7 100 m1
0.2 N NaOH 4 0 ml
Akuades 6 0 nkf
MgCl 200 mg
1-N-genzoil-~~-ar~inin-naf tilamida-HC~ 100 lag
Aseton 8 xml
"Fast Black K Salta 80 Brig
7. Alkohol ~ehidrogenase (ADH)
50 mM Tris-HC1, pH 8 - 0 200 ml
NAD 40
W
Etanol 0.8 ml
MTT atau NBT 40 %I
[image:151.551.43.478.10.762.2]PMS 8 mg
...
Percobaan 11. Studi Pola ~ewarisan Pola Pita Isozim
Berdasarkan tiga pola pita isozim PER yang sudah
diketahui pada penelitian sebelumnya (Novarianto, Hartana,
dan Gadrinab, 1988), maka populasi kelapa yang digunakan
s e b a g a i tetua dalam persilangan ada empat yaitu: GKN
(genjah kuning Nias), DTA (dalam Tenga), DBI (dalam Bali),
dan DPU (dalam Palu)
,
serta tiga macaw kelapa hibrid (Flyyakni KHINA-1 (GKN X DTA), KHINA-2 (GKN X DBI), dan KHINA-
3 (GKN X DPU). Berdasarkan sistem enzim PER, diketahui
bahwa kelapa GKN memiliki pola pita 2, sedangkan kelapa
DTA, DBI, dan DPU masing-masing mempunyai pola pita 1 dan
3. Macam persilangan yang dilakukan adalah sebagai ber-
ikut: a. GKN X (DTA, DBI, DPU) = pola 2
x
pula 1, danb.Resiprokalnya = pola 1
x
pola 2, dan(DTA, DBI, DPU) X GKN pola 3 x pola 2
c .GKN X GKN = pola 2
x
pola 2d.GKN diserbuk sendiri = pola 2
x
pola 2e.DTA X DTA, DBI X DBI = pola 1
x
pola 1,DPU X DPU pola 1
x
pola 3pola 3
x
pola 1, dan pola 3x
pola 3f.DTA, DBI, dan DPU = pola 1
x
pola 1 dandiserbuk sendiri pola 3
x
pola 3g.KHINA-1, KHINA-2, dan KHINA-3 diserbuk sendiri untuk
mempelajari segregasi ketiga pola pita tersebut pada
generasi F2. Pola pita ketiga kelapa hibrid ini adalah
PER-1 dan atau PER-3.
Kegiatan persilangan kelapa mencakup, pemilihan pohon
induk, pengumpulan tepung sari tetua jantan dan
memprosesnya di laboratorium, kastrasi tetua betina,
penyilangan buatan, pengamatan buah jadi dan
pemeliharaan perkembangan buah, panen buah masak (sesudah
12 bulan sejak penyerbukan), perkecambahan dan pembibitan.
Daun kelapa dari bibit hasil persilangan p i yang
dianalisis untuk studi pola pewarisan pola pita isozim.
Pola pita isozim bibit hasil persilangan buatan dan
tetuanya diperiksa untuk mengetahui pola pewarisan pofa
pita isozim tersebut. Melalui studi pewarisan pola pita
jumlah lokus yang mengontrol sistem enzim PER. Di samping
itu pola pewarisan pola pita sistem enzim yang lain dapat pula dipelajari dari kitri hasil persilangan buatan ini. Pola pita isozim dianalisis dari setiap tetua dan
turunan hasil persilangan. Selanjutnya pola pita ini dikelompokkan untuk setiap kelasnya dan diuji kesesuaian
nisbah pewarisan menurut nisbah Mendel dengan menggunakan
uji Khi Kuadrat.
Percobaan 111. Analisis Kandunqan Minvak, ~omvosisi
Asam Lemak dan Kanduncran protein K e l a ~ a
Analisis kandungan minyak, komposisi asam lemak, dan
protein dilakukan pada 48 populasi kelapa yang berasal
dari K.P. Mapanget dan K.P. Pakuwon (lihat Tabel Lampiran
3). Contoh buah dari setiap populasi diambil dari 10 pohon
berbeda secara acak dengan masing-masing 2 butir kelapa
umur 11-12 bulan untuk setiap pohon. Campuran daging buah
20 butir kelapa ini.yang digunakan sebagai contoh untuk
dianalisis kandungan minyak, komposisis asam femak, dan
kandungan protein dengan ulangan tiga kali.
Untuk mengetahui perkembangan kandungan mtinyak, komposisi asam lemak, dan protein dianalisis pula buah
kelapa dari umur buah 8 sampai 12 bulan. Buah kelapa
dengan umur buah berbeda ini diambil dari populasi kelapa
DSA dan DBG yang berasal dari Mapanget, dan GRA dan KMINA-
2 yang berasal dari Pakuwon.
Untuk mengekstraksi minyak contoh daging kePapa
Barlina (1988). Kemudian kopra diparut, dikeringkan dan
diekstrak lemaknya menggunakan Soklet. Untuk analisis
asam lemak, minyak kelapa ini dimetilisasi (Slover dan Lanza, 1979) dan diinjeksi k e Kromatografi Gas.
Kromatogram yang diperoleh dari hasil analisis asam- asam lemak kelapa melalui alat kromatografi gas tersebut diidentifikasi dengan cara membandingkan pada kromatogram
dari asam lemak standar (Mc Nair dan Bonelli, 1988).
Kuantitas setiap jenis asam lemak diperoleh dengan menghitung luas kurva pada kromatogram (Slover dan Lanza,
1979), sebagai berikut:
Luas area contoh
---
x
konsentrasi standar Luas area standar% Asam lemak =
...
Berat contoh (g)
Standar asam lemak yang tersedia adalah: C8:O; C9:O;
C20:O; C20:l; C21:O; C22:O dan C22:l.
Peneraan jumlah protein dilakukan dengan menentukan
jumlah nitrogen (N) yang dikandung oleh daging kelapa.
Dasar perhitungan protein menurut Kjeldahl ini berdasarkan
kandungan 16% unsur N rata-rata dalam protein murni.
.
Untuk protein kelapa yang belum diketahui komposisi unsur- u n s u r penyusunnya secara pasti, maka faktor perkalian
100/16 atau 6.25 inilah yang dipakai (Fardiaz, Apriyanto
,
Yasni, Budiyanto, dan Puspitasari 1986; Sudarmadji,
Perhitungan kandungan protein melalui rumus:
ml HC1 (contoh
-
blanko)x
N.HC1x
14.007x
100% N =
...
mg contoh
% protein = % N x 6 . 2 5
Data rata-rata peubah kandungan minyak, komposisi asam lemak dan kandungan protein dianalisis korelasinya,
Komponen Utama, dan dibuat pengelompokan dengan
menggunakan program JMP (SAS Institute Inc., 1989).
Percobaan IV. Ketemautan Pola Pita Isozim denuan
Karakter Kuantitatif
Bibit kelapa F2 hasil penyerbukan sendiri kelapa
hibrid KHINA (F1XF1) digunakan untuk mempelajari
kemungkinan keterpautan pola pita isozim dengan karakter
yang dipelajari pada bibit kelapa. Karakter kuantitatif
penting yang diamati adalah waktu kecambah (hari) sejak pendederan, tinggi bibit (cm), jumlah daun dan lingkar batang (cm) pada umur enam bulan. Pola pita isozim setiap
bibit dari total 76 kitri dianalisis melalui daun.
Keterpautan pola pita isozim dengan karakter kuantitatif bibit kelapa dianalisis menggunakan Uji Sidik Ragam Satu-Arah Multivariat (MANOVA) (Johnson dan Wichern,
1988). Kemungkinan keterpautan pola pita isozim dengan
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
Studi perbedaan aksi gen dan atau ekspresi gen selama
perkembangan dapat dipakai sebagai dasar untuk memahami
perkembangan. Studi karakteristik enzim suatu sistem
spesifik merupakan dasar perubahan selama diferensiasi
(Scandalios, 1974). Untuk mengetahui organ kelapa yang
mana yang paling baik sebagai bahan analisis pola pita
isozim, maka dilakukan analisis pola pita isozila akar,
endosperm, tombong, embrio, daun dari kecambah, bibit dan
tanaman dewasa, sedangkan isozimnya adalah EST, PER dan
GOT.
Hasil analisis isozim pada berbagai organ dan tinqkat
perkembangan daun kelapa disajikan pada Tabef 6.
Dari organ kelapa yang dianalisis, pola pita ketiga isozim
dari. embrio yang paling dekat polanya terhadap pola pita
ketiga isozim dari daun, kecuali pita isozim PER-d tidak
aktif dibandingkan daun. Sedangkan pada akar isozim EST,
PER dan GOT berbeda masing-masing satu pita tidak aktif
dibandingkan pada contoh daun. Pada organ tombong pola
pita ketiga enzim paling berbeda dibandingkan pola pita pada organ lainnya, khususnya pada isozim EST dan GOT.
Enzim dari organ endosperma hampir semua tidak aktif untuk
ketiga isozim, kecuali pita isozim EST-a dan GOT-a inasing-
masing hanya muncul satu pita saja.
Pada tanaman kelapa yang sama, antar organ yang
Tabel 6. Perkembangan dan diferensiasi isozim EST,
PER, dan GOT pada berbagai organ tanaman
kelapa
- - - - - - - - - - - - - - -
Enzim Embrio Endos- Tom- Akar Daun
Perm bong
...
Kecambah Bibit Induk
Keterangan:
++
sangat aktif+
aktif tapi lemah0 tidak aktif
Tetapi untuk daun pada berbagai tingkat perkembangan, pola
pita isozim EST, PER dan GOT tidak berbeda. Daun kelapa
paling banyak memperlihatkan pita isozim EST, PER dan GOT
yang aktif. Oleh sebab itu daun kelapa dipakai untuk
menganalisis keragaman pola pita isozim dan pola pewaris-
[image:157.555.43.495.72.763.2]Analisis Keragaman Pola Pita Isozim Kelapa
Dari tujuh macam sistem isoenzim yang telah
dianalisis pada berbagai populasi tanaman kelapa yaitu
peroksidase (PER), glutamat oksaloasetat transaminase
(GOT), esterase (EST), katalase (CAT), endopeptidase
(ENP)
,
asam fosfatase (ACP),
dan alkohol dehidrogenase(ADH) hanya tiga isozim pertama yang memperlihatkan
keragaman pola pitanya, sedangkan empat sistem enzim
lainnya tidak menunjukkan keragaman pola pita yang cukup
jelas. Kemungkinan besar keempat sistem enzim ini
mempunyai pola pita yang sama pada berbagai populasi
kelapa. Kemungkinan lain ini dapat terjadi kareha analisis
elektroforesis berdasarkan perbedaan-perbedaan muatan
berlaku pada protein terlarut saja. Sedangkan pada
umumnya hanya sekitar 30 persen protein terlarut pada sel
tanaman, dan hanya sekitar 25 persen dari protein tersebut
yang memiliki perbedaan-perbedaan deret DNA untuk gen-gen
struktural yang mengontrol produksi protein atau enzim ini
(Weir, 1990)
.
Perbedaan-perbedaan deret DNA yang dideteksi melalui
keragaman ale1 ditentukan susunan asam aminonya.
Sedangkan subsitusi nukleotida urutan ketiga pada kodon
penentu asam amino tidak selalu menghasilkan perubahan
asam amino. Nungkin juga asam amino yang diganti oleh
asam amino lain, yang mempunyai muatan positip keduanya,
terdapat keragaman dalam DNA, tetapi bisa saja yang dikode
adalah asam amino dengan muatan netral, sehingga tidak akan menyebabkan perubahan mobilitas elektroforesis dari protein (Bernatzky dan Tanksley, 1986).
Teknik elektroforesis dapat digunakan untuk
mempelajari keragaman pada tingkat produk gen. Keragaman melalui pola pita isozim akan lebih baik dibandingkan
fenotipe vegetatif dan generatif saja. Teknik ini juga
lebih mudah dan murah untuk pengumpulan data beberapa
lokus pada populasi yang besar.
Enzim esterase (EST) berperan sebagai enzim
hidrolisis pada beberapa substrat, seperti ester asam lemak, sedangkan glutamat oksaloasetat transaminase (GOT)
berperan dalam reaksi-reaksi transaminasi untuk
mengeliminasi nitrogen dari asam-asam amino d a n
pembentukan asam keto untuk siklus Krebs (Tanksley dan
Orton, 1983). peroksidase (PER) memegang peranan utama
d a l a m sintesis polimer lignin, juga berperan sebagai
mengoksidasi hormon IAA, dengan donor If2 diperoleh dari
H202 untuk reaksi oksidasinya (Brewbaker, Nagai, dan Liu,
1985). Enzim-enzim ini sangat berperan dalam tanaman,
menyebar luas dalam berbagai spesies dan jaringan,
sehingga paling banyak digunakan dalam studi
elekstroforesis.
Pada sistem enzim PER dari 6 pita yang muncul dapat
dikelompokkan menjadi 6 pola pita berbeda (Gambar 2). Pada
sistem enzim GOT dijumpai juga 6 pita (Gawbar 3 ) ,
sedangkan pada sistem enzim EST muncul 4 pita (Gambar 4 ) -
Gambar 2. Xeragsman pola pita isozim peroksidase
I
oarbsr 3.
lCezagaman
pola
pitai s o r b
glutamatoksaxoasetat trancraminase
,
O u r b a r 4. Keragamn pola p i t a isorrim estuascr
Kedua sistem enzim i n i hanya dapat digolongkan
rasimg-
masing a t a s 2 pola p i t a berbeda
.
Dari 6 macam pola p i t a sistem enzim PER tevnyab
populasi kelapa yang berasal d a r i koleksi plasma nut99h di
Kebun
Percobaan Mapanget (Sulut) hanya m e m i l i l c i 4macam
pola p i t a y a i t u pola p i t a 1, 2 , 3, Ban 5 ,
Renudian
Kebun Percobaan Bone-bone (Sulsel)hanya
Wliki 5ncau
pola p i t a y a i t u pola p i t a 1, 3, 4, 5, dan 6, sedmgkanpada populasi k e l a p di Kebun Percobaan Pakuwm dijurpai
enam macam pola p i t a (Tabel 10, 11, dan 12). Perbedaan keragaman d i t i g a kebun percobaan i n i karena pola p i t a 4
Kalbar yang ditanam di K.P. Bone-bone dan kelapa dalaw Riau asal Riau yang ditanam di K.P. Pakuwon, dan pola pita
6 hanya dimiliki oleh kelapa dalam Kalbar II/2 asal Kalbar
dan Sumbar I1 asal Sumbar yang ditanam- di K.P. Bone-bone
serta kelapa dalam Riau yang ditanam di K.P. Pakuwon.
Pola pita 4 dari sistem enzim PER ini pernah dijumpai pada
kelapa hibrid PB121 dari K.P. Pakuwon (Novarianto, &
ah.,
1988). Sistem enzim GOT dan EST (yang masing-masing
menunjukkan 2 macam pola pita) pada umumnya terdapat pada
sebagian besar populasi kelapa di ketiga kebun koleksi
tersebut.
Pewarisan Pola Pita Isozim Kelapa
Studi pewarisan pola pita isozim bertujuan untuk mengetahui pola pewarisan alel-ale1 pola pita isoziw tersebut. Melalui persilangan buatan antar pola pita yang sama dan yang berbeda, diharapkan akan dapat menjelaskan segregasi dan perpad