1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki beberapa daerah estuari yang besar, salah satunya
terdapat di estuari Ajkwa, Kabupaten Mimika, Papua. Estuari ini mengalami
peningkatan sedimentasi karena adanya Tailing dari penambangan PT. Freeport
Indonesia yang terus-menerus dari daerah penambangan ke estuari. Di daerah
estuari Ajkwa juga ditemukan biota perairan seperti makrozoobenthos, nekton,
plankton dan lain-lain.
Makrozoobenthos merupakan organisme yang hidup menetap dan memiliki
daya adaptasi yang bervariasi terhadap kondisi lingkungan. Selain itu tingkat
keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai
indikator pencemaran. Makrozoobenthos sangat baik digunakan sebagai
bioindikator lingkungan perairan karena habitat hidupnya yang menetap
(Darmono, 2001 dalam Ridwan et al., 2016).
Kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos pun sangat dipengaruhi
oleh perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya. Kelompok hewan
tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan
dari waktu ke waktu karena hewan benthos terus menerus terbawa oleh air yang
kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan benthos yang relatif mudah di
identifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis
yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal
dengan makrozoobenthos. Makrozoobenthos berperan sebagai salah satu mata
rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai
konsumen tingkat tinggi. Keberadaan hewan benthos pada suatu perairan, sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik (Melati,
2007).
Penyebaran jenis dan populasi komunitas benthos ditentukan oleh sifat fisik,
kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti pasang surut, kedalaman,
2
antara lain kandungan oksigen dan karbondioksida terlarut, pH, bahan organik,
dan kandungan hara berpengaruh terhadap hewan bentos. Sifat-sifat fisika-kimia
air berpengaruh langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan benthos.
Perubahan kondisi fisika-kimia suatu perairan dapat menimbulkan akibat yang
merugikan terhadap populasi benthos yang hidup di ekosistem perairan.
Sedangkan secara biologis, diantaranya interaksi spesies serta pola siklus hidup
dari masing-masing spesies dalam komunitas (Tudorancea et al., 1979 dalam
Susanto, 2000).
Faktor fisika penting lainnya yang mempengaruhi struktur komunitas adalah
arus laut. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke
tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan
ke samping) (Cahyaningrum, 2009). Pola arus permukaan terjadi akibat gesekan
angin dan terjadi di 4 jenis musim di Indonesia yaitu pada musim barat, peralihan
I, musim timur, dan musim peralihan II. Pola arus permukaan yang terjadi dapat
di visualisasikan menggunakan software Surfer11. Software yang canggih ini
dapat menginterpolasi sebuah pemodelan dengan mengubah data X, Y, dan Z
menjadi publikasi peta berkualitas.
Karakter dasar suatu perairan menentukan penyebaran makrozoobenthos,
dimana masing-masing tipe tekstur menentukan komposisi jenis
makrozoobenthos. Pengendapan partikel tergantung dari arus, apabila arusnya
kuat maka partikel yang mengendap berukuran besar, tetapi jika arusnya lemah
maka yang mengendap di dasar perairan adalah lumpur halus (Odum, 1993 dalam
Ayu, 2009). Selain mempengaruhi keadaan dan stabilitas substrat, kecepatan arus
juga berpengaruh terhadap jenis dan sifat organisme makrozoobenthos. Kecepatan
arus yang terlalu tinggi mengakibatkan sebagian organisme makrozoobenthos
tertentu saja yang dapat hidup pada kondisi seperti ini. Oleh karena itu, biasanya
pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang tinggi jumlah jenis
makrozoobenthos yang hidup di dalamnya sedikit. Sebaliknya pada daerah
berarus lemah jumlah jenis makrozoobenthos lebih banyak (Siegel, 2003).
Jenis makrozoobenthos yang banyak ditemukan di lingkungan perairan
yaitu polychaeta. Polychaeta adalah kelompok hewan invertebrata terbesar, yaitu
3
hidup di laut sehingga lebih dikenal sebagai cacing laut, walaupun tidak semua
cacing laut termasuk dalam kelas Polychaeta. Keanekaragaman yang tinggi dan
melimpah terdapat di laut dan di estuari (Romimohtarto dan Juwana, 2001) .
Berdasarkan latar belakang diatas, menarik dipelajari untuk memberi gambaran
arus permukaan pada Musim Timur dan Musim Peralihan II dan jenis
makrozoobenthos.
1.2 Tujuan Kerja Praktik
Tujuan dari Kerja Praktik yaitu untuk mengolah data pola arus permukaan
pada Musim Timur dan Musim Peralihan II menggunakan software Surfer11 dan
mendeskripsikan jenis makrozoobenthos yang terdapat di Sungai Ajkwa,
Kabupaten Mimika, Papua.
1.3 Manfaat Kerja Praktik
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan Kerja Praktik ini adalah dapat
menjadi pengetahuan dan pemahaman yang bermanfaat terkait pengolahan pola