DIRI PADA MASA PENSIUN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun oleh : HANNY SAFITRI SARI
NIM: 106070002243
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
PADA MASA PENSIUN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh
HANNY SAFITRI SARI
NIM: 106070002243
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Ikhwan Lutfi, M. Psi NIP: 19730710 2005011 006
Pembimbing II
Desi Yustari Muchtar, M. Psi NIP: 19821214 2008012 006
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 06 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 06 Desember 2010
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2001
Anggota :
Dra. Zahrotun Nihayah, M. Si Ikhwan Lutfi, M. Psi
NIP.19620724 198903 2001 NIP. 19730710 2005011 006
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hanny Safitri Sari
NIM : 106070002243
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH
DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN TERHADAP PENYESUAIAN
DIRI PADA MASA PENSIUN” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 06 Desember 2010
Hanny Safitri Sari NIM : 106070002243
MOTTO :
“Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah
(kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya
dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
(QS. Ar-Rum: 54)
PERSEMBAHAN :
Sujud syukur hamba pada-Mu ya Rabb, dengan iringan doa, usaha dan keyakinan skripsi ini
ku persembahkan teruntuk:
Keluargaku tercinta, mama, papa, ketiga kakakku dan orang-orang yang menyayangi dan
selalu mendoakanku dalam kebaikan.
Ya Allah, jadikanlah karya ini sebagai kado terindah untuk mereka saat ini. Amiin…
C) Hanny Safitri Sari
D) Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepribadian terhadap Penyesuaian Diri pada Masa Pensiun
E) XI + 79 halaman ( belum termasuk lampiran)
Pensiun merupakan permasalahan bagi pekerja diusianya yang sudah lanjut. Dukungan sosial adalah sesuatu yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh pensiunan, dukungan-dukungan yang berasal dari significant others sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan penyesuaian diri dalam menghadapi lingkungan dan aktivitas yang berbeda. Dukungan sosial yang baik maka penyesuaian dirinya pun baik, dimana seseorang dapat menempatkan dirinya di masyarakat maka dia akan diterima dengan baik oleh masyarakat begitu juga sebaliknya. Kepribadian extrovert diartikan sebagai pribadi yang suka bergaul, menyenangi interaksi sosial dengan orang lain dan berfokus pada the world outside the self. Semakin extrovert seseorang, interaksi sosialnya pun akan lebih baik dibandingkan orang yang introvert, sehingga mereka yang extrovert akan lebih merasakan manfaat dukungan sosial yang sangat berpengaruh disaat keberlangsungan penyesuaian diri (pada masa pensiun).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dan kepribadian terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, dengan total responden sebanyak 50 orang di PT. PLN (Persero).
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kepribadian secara bersama-sama terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun sebesar 57,3%. Secara parsial, dukungan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun sebesar 48,6% dan kepribadian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun sebesar 8,7%.
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran kepada pihak perusahaan, keluarga, teman sejawat sarta lingkungan sosial terkait untuk bersama-sama memberikan dukungan bagi para pensiunan. Sedangkan saran bagi para pensiunan agar dapat memanfaatkan lingkungan sosialnya untuk keberlangsungan penyesuaian dirinya pada masa pensiun kearah yang lebih baik lagi.
F) Bahan Bacaan: 24 buku + 1 skripsi + 4 jurnal
Bismillahirahmanirrahiim
Syukur Alhamdullilah peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, petunjuk, pertolongan dan izin-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN TERHADAP PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PENSIUN. Shalawat serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu istiqomah dalam menegakkan ajaran agama Islam.
Proses perampungan skripsi ini, dijalani tahap demi tahap dengan penuh perjuangan, pengorbanan yang cukup lama dan melelahkan hingga akhirnya skripsi ini terselesaikan. Peneliti menyadari, skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, arahan, dukungan, masukan, doa dan banyak bantuan yang diberikan kepada peneliti. Untuk itu dengan segala ketulusan hati, izinkanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.
2. Ikhwan Lutfi, M.Psi dan Desi Yustari Muchtar, M.Psi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga ilmu yang telah peneliti peroleh dapat diamalkan dengan sebaik-baiknya. 4. Papa dan mama yang selalu setia mendampingi papa, Bapak Abiyanto, Pak
Edward, Bapak Sirait, Mbak Ratih, Kak Ira dan Mas Didin yang telah membantu peneliti dalam penyebaran skala serta perolehan data-data yang diperlukan. Seluruh responden di PT. PLN (Persero) yang telah bersedia memberikan waktunya untuk mengisi skala.
5. Keluargaku tercinta dan tersayang yang sangat berperan dalam kehidupanku dan menjadi motivator utamaku. Mama dan papa yang selalu memberikan
7. Sahabat-sabatku di psikologi Ami, Fira, Riri, dan Choi yang kehadirannya membuahkan keceriaan dan optimisme pada penulis untuk terus maju menapaki jalan-jalan semangat dalam hidup ini. Kadek, makasih banyak untuk kebersamaan, kesabaran dan bantuannya selama empat tahun ini. Canda tawa kalian semua memberikan warna dalam hidupku.
8. Untuk Ami, makasih banyak atas bantuan dan semangatnya. Semoga Allah membalas segala ketulusanmu selama ini. Rika dan Eva teman seperjuangan saat mengerjakan skripsi, makasih untuk motivasinya.
9. Untuk Iqbal, terimakasih atas waktu dan dukungannya. Terima kasih juga untuk Adiyo yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi. 10.Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 khususnya kelas B, terimakasih
atas kebersamaannya selama ini. Kebersamaan itu membuat hari-hari terasa lebih ringan untuk dilewati.
Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan tanpa mengurangi makna kontribusinya dalam penelitian ini, semoga mendapatkan imbalan dari Allah SWT sebagai amal ibadah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya dan diharapkan dapat memicu penelitian-penelitian lain dengan tema yang serupa sehingga dapat memperkaya pengetahuan kita. Amiin.
Jakarta, Oktober 2010
Peneliti
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN... 1-13 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ...10
1.2.1 Pembatasan masalah ...10
1.2.2 Perumusan masalah ...11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...11
1.3.1 Tujuan penelitian ...11
1.3.2 Manfaat penelitian ...12
1.3.2.1 Manfaat teoritis ...12
1.3.2.1 Manfaat praktis...12
1.4 Sistematika Penulisan ...13
BAB II KAJIAN PUSTAKA...15-36 2.1 Penyesuaian Diri ...15
2.1.1 Definisi penyesuaian diri ...15
2.1.2 Penyesuaian diri pada saat memasuki masa pensiun ....18
2.1.3 Karakteristik penyesuaian diri ...20
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri ....22
2.2 DukunganSosial ...22
2.2.1 Definisi dukungan sosial...22
dukungan sosial ...25
2.3 Kepribadian...26
2.3.1 Definisi kepribadian...26
2.3.2 Struktur kepribadian ...27
2.3.3 Extroversion Vs Introversion...31
2.4 Pensiun...32
2.5 Kerangka Berpikir ...33
2.6 Hipotesis ...36
BAB III METODE PENELITIAN ...37-51 3.1 Pendekatan Penelitian ...37
3.2 Populasi dan Sampel ...37
3.2.1 Populasi...38
3.2.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel...38
3.3 Variabel penelitian ...39
3.3.1 Definisi konseptual variabel ...39
3.3.2 Definisi operasional variabel ...40
3.4 Pengumpulan Data ...42
3.4.1 Teknik pengumpulan data ...42
3.4.2 Instrumen penelitian ...43
3.5 Uji Instrumen ...45
3.5.1 Uji validitas...45
3.5.2 Uji reliabilitas ...48
3.6 Prosedur Penelitian ...48
3.6.1 Persiapan uji coba alat ukur ...48
3.6.2 Persiapan pengambilan data ...50
3.6.3 Pelaksanaan pengambilan data ...50
3.7 Teknik Analisis Data ...51
4.2.1 Kategorisasi skor ...58
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian...63
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN... 68-76 5.1 Kesimpulan ...68
5.2 Diskusi ...69
5.3 Saran ...74
5.3.1 Saran Teoritis...75
5.3.2 Saran Praktis...75
DAFTAR PUSTAKA...78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel 2.1 Tipologi Jung... 28
Tabel 3.1 Nilai skor jawaban dukungan sosial... 43
Tabel 3.2 Nilai skor jawaban kepribadian... 44
Tabel 3.3 Nilai skor jawaban penyesuaian diri ... 45
Tabel 3.4 Blue print skala dukungan sosial (ISEL)... 46
Tabel 3.5 Blue print skala penyesuaian diri ... 46
Tabel 3.6 Blue print skala kepribadian... 48
Tabel 4.1 Responden berdasarkan jenis kelamin ... 52
Tabel 4.2 Responden berdasarkan usia ... 53
Tabel 4.3 Responden berdasarkan pendidikan terakhir... 53
Tabel 4.4 Responden berdasarkan tempat tinggal... 54
Tabel 4.5 Responden berdasarkan status pernikahan ... 54
Tabel 4.6 Responden berdasarkan jumlah anak ... 55
Tabel 4.7 Responden berdasarkan jumlah saudara kandung... 55
Tabel 4.8 Responden berdasarkan keikutsertaan dalam program MPP ... 55
Tabel 4.9 Responden berdasarkan aktivitas pasca pensiun ... 56
Tabel 4.10 Responden berdasarkan pendapatan... 56
Tabel 4.11 Responden berdasarkan penyakit yang diderita ... 57
Tabel 4.12 Descriptive statistics... 57
Tabel 4.13 Distribusi skor dukungan sosial ... 58
Tabel 4.14 Distribusi skor penyesuaian diri ... 59
Tabel 4.15 Tipe kepribadian... 59
Tabel 4.16 Penyesuaian diri berdasarkan jenis kelamin... 60
Tabel 4.17 Penyesuaian diri berdasarkan aktivitas pasca pensiun ... 61
Tabel 4.18 Penyesuaian diri berdasarkan penyakit yang diderita ... 62
Tabel 4.19 Penyesuaian diri berdasarkan penghasilan ... 63
Tabel 4.20 Hasil analisis regresi dukungan sosial dan kepribadian ... 63
xiii
Assalamu`alaikum Wr..Wb..
Kepada responden yang saya hormati,
Saya Hanny Safitri Sari mahasiswi Fakultas Psikologi UIN yang akan mengadakan suatu penelitian. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk turut serta membantu dalam memberikan data mengenai hal tersebut di atas. Kerjasama yang kami harapkan adalah kesediaan bapak/ibu untuk mengisi serangkaian item pernyataan.
Dalam skala ini tidak ada jawaban benar salah. Adapun informasi atau data yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian dan akan dijamin kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk kepentingan pengumpulan data.
Atas segala kerjasama serta bantuan bapak/ibu, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu`alaikum Wr..Wb..
Jakarta, Agustus 2010
Hanny Safitri Sari
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang
penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
serta sistematika penelitian.
1.1Latar Belakang
Setiap individu (insan manusia) akan melalui sejumlah tahapan
perkembangan sepanjang rentang kehidupannya. Setiap tahap perkembangan yang
akan dilalui memiliki tugas yang berbeda-beda. Seperti yang dijelaskan oleh
Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan adalah tugas yang muncul
pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu. Apabila
tugas tersebut berhasil dilalui maka akan menimbulkan rasa bahagia yang akan
menjadi penuntun langkah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya. Sebaliknya individu yang gagal atau tidak berhasil menyelesaikan
tugas perkembangannya maka akan menimbulkan ketidakbahagiaan dan akan
mengalami kesulitan untuk melanjutkan tugas perkembangan selanjutnya
termasuk pada periode usia lanjut.
Secara umum usia lanjut dini dibatasi oleh rentang usia antara 60-70
tahun, dimana pada masa tersebut ditandai oleh berbagai perubahan baik secara
fisik maupun mental (Hurlock, 1980). Sebagian tugas perkembangan pada usia
lanjut menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) adalah menyesuaikan diri
dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri dengan
masa pensiun, berkurangnya income (penghasilan) keluarga, serta penyesuaian diri dengan kematian pasangan hidup.
Pensiun berarti berakhirnya masa kerja yang formal dan memulai peran
baru dalam kehidupan (Turner, 1995). Oleh karena itu, ada beberapa hal
penyesuaian yang dialami seseorang pada masa pensiunnya menurut Turner &
Helms (1995), diantaranya adalah:
Pertama, psychological adjustments meliputi berkurangnya harga diri. Bekerja bukan hanya terkait dengan kebutuhan materi saja melainkan juga
merupakan kebutuhan psikologis seseorang. Secara psikologis, bekerja
menimbulkan rasa identitas, status, maupun fungsi sosial. Dalam hal ini orang
akan merasa berharga, jika ia dapat mengatakan posisi dan pekerjaannya.
Selain itu, bagi banyak para pensiunan, hilangnya kedudukan atau jabatan
sangat erat hubungannya dengan fenomena Post-power syndrome. Netty Hartati (2002) mengungkapkan Post-power syndrome merupakan syndrome yang akhir-akhir ini banyak menimpa individu yang sudah tidak bekerja lagi (pensiun). Post-power syndrome adalah reaksi somatisasi dalam bentuk sekumpulan simptom-simptom penyakit, luka-luka dan kerusakan fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah
yang progresif sifatnya, disebabkan karena pasien sudah pensiun atau sudah tidak
mempunyai jabatan dan kekuasaan lagi (Kartono dalam Netty Hartati, 2002).
Lebih lanjut Hawari (2004) menambahkan bahwa gejala depresi dapat pula
diderita oleh orang yang menjalani stres psikososial yang berkaitan dengan
hilangnya kedudukan atau jabatan.
Kedua, financial adjustments meliputi berkurangnya sumber penghasilan. Penurunan income merupakan dampak paling nyata dari fenomena pensiun. Sebagai kepala keluarga tentunya hal ini dapat menimbulkan stres, terlebih jika
kebutuhan tidak bisa ditekan dan malah pengalami peningkatan.
Ketiga, Marital adjustments meliputi ketidak harmonisan pasangan dan kepergian pasangan. Waktu yang dihabiskan bersama pasangan ketika sebelum
dan sesudah pensiun jelas akan berbeda. Kuantitas bersama pasangan akan lebih
banyak dan akan memungkinkan untuk terjadinya kesalah pahaman atau ketidak
cocokan akan sering terjadi pada masa pensiun. Kepergian pasangan disini dapat
diartikan perceraian atau pasangan yang meninggal dunia.
Keempat, berkurangnya kontak sosial. Seseorang bisa mendapatkan
reward sosial ketika mereka meraih kepuasan dari kontak sosialnya. Ketika
memasuki masa pensiun, waktu untuk bertemu dengan rekan seprofesi menjadi
berkurang.
Kelima, hilangnya kelompok referensi yang bisa mempengaruhi self
image. Biasanya seseorang menjadi anggota dari suatu kelompok organisasi atau
bisnis tertentu ketika dia masih aktif bekerja. Tetapi ketika dia menjadi pensiun,
secara langsung keanggotaan pada suatu kelompok akan hilang. Hal ini akan
mempengaruhi seseorang untuk kembali menilai dirinya lagi.
Keenam, hilangnya tugas yang berarti. Hal ini dapat dikarenakan
pekerjaan yang dikerjakan seseorang mungkin sangat berarti bagi dirinya dan hal
ini tidak bisa dikerjakan saat seseorang itu mulai memasuki masa pensiun.
Ketujuh, hilangnya rutinitas. Hampir separuh dari harinya dihabiskan
untuk bekerja. Tidak semua orang menikmati jam kerja yang panjang seperti ini,
tapi tanpa disadari kegiatan panjang selama ini memberikan sense of purpose, memberikan rasa aman, dan pengertian bahwa kita ternyata berguna. Ketika
menghadapi masa pensiun, waktu ini hilang, sehingga mereka mulai merasakan
diri tidak produktif lagi.
Bagi individu yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri,
perubahan yang terjadi pada fase ini akan menimbulkan masalah psikologis dan
juga masalah fisiologis yang menjadi masalah bagi sebagian pensiunan dan
orang-orang disekitarnya.
Masalah fisiologis yang dialami para pensiunan yaitu menurunnya kesehatan
yang ditandai dengan pengurangan fungsi-fungsi kognitif. Perubahan penampilan,
perubahan panca indera dan perubahan atau penurunan fungsi bagian dalam tubuh juga
merupakan masalah fisik yang dialami para pensiunan yang berada pada rentang usia
lanjut dini (Hurlock, 1980). Masalah fisiologis bisa menyebabkan kematian yang
lebih cepat atau premature death. Istilah lain dikemukakan para ahli adalah retirement shock atau retirement syndrome. Hawari (2004) menyatakan bahwa kehilangan pekerjaan (PHK atau pensiun) yang berakibat pada pengangguran akan
berdampak pada gangguan kesehatan bahkan bisa sampai pada kematian.
Masalah psikologis lainnya yang dihadapi para pensiunan adalah
kecemasan, stres dan depresi. Kesehatan yang mulai menurun, kehilangan (teman,
pasangan dan anggota keluarga) serta kemungkinan besar tidak memiliki
penghasilan sebanyak dulu adalah perubahan-perubahan dalam kehidupan yang
akan menimbulkan stres. Hasil penelitan Brenner pada tahun 1979 (Hawari, 2004)
terbukti untuk setiap 1% kenaikan pengangguran di Amerika Serikat tercatat 44%
mengalami stres dan menunjukkan perubahan perilaku dan emosi.
Fenomena perubahan rutinitas dalam kehidupan individu (dari aktif
menjadi pasif), hilangnya kedudukan atau jabatan, perubahan kemandirian dalam
bidang keuangan, munculnya keluhan fisik, masalah-masalah psikologis, adanya
kecemasan pada hal-hal baru, sering mengeluh pada lingkungan merupakan
kondisi-kondisi yang sering ditemui pada saat pensiun.
Selain hal-hal negatif seperti di atas, ada hal-hal positif yang dapat
ditemukan dibalik masa pensiun. Setelah pensiun, seseorang dapat lebih
meningkatkan kondisi fisik dan kesehatannya karena banyaknya waktu luang yang
dimiliki untuk melakukan olahraga, beristirahat dengan cukup, ditambah lagi
dengan semakin berkurangnya beban dan tekanan pekerjaan yang harus dihadapi.
Selain itu, banyak kesempatan yang menarik dan menyenangkan yang dapat
dilakukan, seperti mengembangkan hobi, aktif dalam kegiatan sosial, semakin
mendekatkan diri kepada Allah serta berkumpul bersama anak, cucu, maupun
pasangan.
Dengan perubahan-perubahan seperti di atas, penyesuaian diri menjadi
unsur yang penting untuk diperhatikan pada masa purna tugas (pensiun).
Penyesuaian diri merupakan aspek penting sebagai usaha manusia untuk
mengendalikan perasaan yang tidak menyenangkan atau tekanan akibat dorongan
kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan
tuntutan lingkungan, dan usaha menyelaraskan hubungan individu dengan realitas
(Gufron&Risnawita, 2010). Atwater (1983) juga mengemukakan bahwa
penyesuaian diri terdiri dari perubahan-perubahan dan keadaan yang ada dalam
diri kita yang diperlukan untuk mencapai hubungan yang memuaskan dengan
orang lain dan dengan lingkungan kita.
Penyesuaian diri tersebut akan diawali dengan stres, yaitu suatu keadaan di
mana lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan, kesejahteraan
atau kenyamanan diri seseorang, Baum (dalam Desmita,2009). Oleh karena itu,
penyesuaian pada masa pensiun bukan merupakan hal yang mudah bagi seseorang
yang dahulunya bekerja. Tingkah laku penyesuaian diri yang diawali dengan stres
tersebut, dapat berakhir dengan penyesuaian yang baik atau tidak. Baik atau
tidaknya penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa kondisi dan faktor sebelum
dan sesudah pensiun.
Menurut Hurlock (1980), penyesuaian diri individu terhadap masa pensiun
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang terjadi sebelum atau sesudah pensiun.
Adapun beberapa kondisi yang berpengaruh diantaranya yaitu, kesehatan
individu, jenis pensiun, perubahan pola kerja dan cara hidup, aktivitas pengganti,
kontak sosial, pola-pola kehidupan, status perkawinan, keterlibatan dan
keberartian tugas, sikap terhadap masa pensiun.
Sedangkan menurut Gufron&Risnawita (2010), penyesuaian diri
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor
eksternal dan internal.
Faktor eksternal yang berasal dari lingkungan yang meliputi lingkungan
rumah, keluarga, tempat bekerja dan masyarakat. Faktor-faktor eksternal tersebut
dapat memberikan bantuan atau dorongan agar individu dapat mengatasi atau
melewati perubahan dan pengalaman yang tidak menyenangkan pada periode
penyesuaian diri. Bantuan dan dukungan yang diberikan oleh orang-orang
disekitar individu tersebut, secara lebih ringkas disebut dengan dukungan sosial.
Sarafino (2002) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan, perhatian,
penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain.
Salah satu bentuk dukungan sosial tersebut adalah dukungan yang berasal
dari significant others yaitu istri, anak dan teman sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan penyesuaian diri dalam menghadapi lingkungan, aktivitas yang
berbeda dan kondisi penurunan fisik. Penelitian dalam bidang gerontologi (gerontology), penelitian mengenai usia dan proses penuaan, dan geriatrik (geriatrics), cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang proses penuaan, telah menekankan pentingnya layanan dukungan, terutama untuk lansia tertua
yang kebanyakan mungkin sudah kehabisan tabungan mereka dan tidak bisa
membiayai perawatan diri mereka sendiri (Papalia, 2009) .
Di antara berbagai macam dukungan sosial, keluarga merupakan hal yang
paling penting, karena keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat, baik
secara fisik maupun sosial. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama
ditemui oleh individu dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan
hidup manusia.
Dengan adanya dukungan sosial yang baik, diharapkan penyesuaian diri
pun baik, dimana seseorang dapat menempatkan dirinya di masyarakat maka dia
akan diterima dengan baik oleh masyarakat begitu juga sebaliknya. Ada lima jenis
dukungan sosial menurut Cohen dan McKay, dkk (Sarafino, 2002), yaitu
dukungan emosi (emotional support), dukungan penghargaan (esteem support), dukungan instrumental (tangible or instrumental support), dukungan informasi (infomational support) dan integritas sosial (network support).
Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut
Gufron&Risnawita (2010) adalah faktor yang berasal dari diri individu yang
meliputi kondisi jasmani, psikologis (kepribadian), kebutuhan, kematangan
intelektual, emosional, mental dan motivasi. Kepribadian menurut Allport (dalam
Sumadi, 2006) merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem
psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Perlmutter (1992) menyebutkan bahwa penyesuaian diri pada
pensiunan dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan, ekonomi, jenis pensiun,
sikap terhadap masa pensiun, dan tipe kepribadian. Jadi kepribadian merupakan
salah satu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.
Carl Gustav Jung menjelaskan kepribadian manusia berdasarkan tujuannya
dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh masa lalu dan masa depan
manusia. Jung menjelaskan berbagai macam struktur dari Psyche, tipologi kepribadian manusia berdasarkan sikap dan fungsi dominan yang dimiliki oleh
manusia, mekanisme pergerakan energi psikis dan tahap perkembangan
kepribadiannya.
Menurut Jung (dalam Sumadi, 2006) manusia dapat digolongkan dalam
dua tipe,yaitu manusia yang bertipe ekstravers dan manusia yang bertipe introvers. Orang yang ekstravers dipengaruhi oleh dunia obyektif yaitu dunia di luar dirinya. Orientasi utama tertuju keluar; pikiran, perasaan, serta tindakannya
terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan non-sosial. Orang ekstravers ini mempunyai sikap yang positif terhadap masyarakat. Jika orang-orang dengan kepribadian ekstravers (dalam hal ini pensiunan) memiliki dukungan sosial yang tinggi dari lingkungannya atau
menerima hal-hal yang positif dari lingkungan maka kecenderungan penyesuaian
dirinya akan baik. Sealin itu juga, Costa dan McCrae dalam (Papalia, 2009)
memprediksikan bahwa orang dengan kepribadian extraverted (mudah bergaul dan berorientasi sosial) cenderung melaporkan emosi positif yang lebih tinggi dan
lebih mungkin untuk mempertahankan kepositifan tersebut seiring dengan
kehidupannya.
Sedangkan orang yang introvers dipengaruhi oleh dunia subyektif yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasi utama tertuju ke dalam; pikiran,
perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif.
Penyesuaian dengan dunia luar pada tipe introvers ini kurang baik, sebaliknya mempunyai penyesuaian yang baik dengan batinnya sendiri. Jika orang-orang
dengan kepribadian introvers (dalam hal ini pensiunan) memiliki pemikiran yang terus-menerus negatif tentang dirinya dan selalu mengeluh dengan status
pensiunnya, maka kecenderungan penyesuaian dirinya akan buruk. Hal ini dapat
disebabkan dukungan sosial dari lingkungannya tidak berpengaruh signifikan
terhadap dirinya. Karena orang dengan kepribadian introvers dipengaruhi oleh dunia subyektif.
Pemaparan di atas juga didukung oleh penelitian terdahulu Jou & Fukada
(1996) yang mengemukakan tipe kepribadian extrovert secara positif
mempengaruhi penyesuaian diri. Penelitian terdahulu yang mendukung teori di
atas dikemukakan pula oleh Jou & Fukada (1996) yang mengatakan bahwa
penyesuaian diri sangat kuat ditentukan oleh kepribadian dan dukungan sosial.
Hal terkait juga diutarakan oleh Kim dan Moen (dalam Papalia, 2009) bahwa
sumber daya pribadi (kesehatan, SES dan kepribadian), sumber daya ekonomi,
dan sumber daya hubungan sosial, seperti dukungan dari pasangan dan
teman-teman, dapat mempengaruhi seberapa baik pensiunan mengatasi periode pensiun.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat
fenomena tersebut menjadi sebuah permasalahan pada penelitian ini. Penulis ingin
mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan
kepribadian terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun PT. PLN (Persero).
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. 2. 1 Pembatasan masalah
Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan
sebagai berikut:
a. Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perhatian,
perasaan nyaman dan bantuan yang didapat dari orang lain atau kelompok
sehingga menimbulkan perasaan bahwa pensiunan memiliki arti bagi
orang lain atau menjadi bagian dari jaringan sosialnya.
b. Kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian
extrovert dan introvert dari teori yang dikemukakan oleh Jung.
c. Penyesuaian diri pada masa pensiun yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah suatu proses psikologis berupa perubahan-perubahan yang
terbentuk melalui hubungan yang harmonis dengan lingkungan, yang
meliputi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan individu itu sendiri dan
tuntutan serta tekanan dari lingkungannya, baik kebutuhan fisik maupun
sosial.
d. Pensiunan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah para
pensiunan PT PLN (persero) dengan batas usia 60 – 75 tahun.
1. 2. 2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka perumusan
masalah dari penelitian ini adalah:
a. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap
penyesuaian diri pada masa pensiun?
b. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian terhadap
penyesuaian diri pada masa pensiun?
c. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kepribadian
terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap penyesuaian diri
pada masa pensiun
b. Untuk mengetahui pengaruh kepribadian terhadap penyesuaian diri pada
masa pensiun
c. Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dan kepribadian terhadap
penyesuaian diri pada masa pensiun
1.3.2 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, seperti:
1.3.2.1Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu
pengetahuan psikologi, khususnya pada bidang psikologi industri dan
organisasi serta bidang psikologi sosial dan psikologi perkembangan.
Penelitian ini juga dapat mengembangkan teori dukungan sosial, kepribadian
dan penyesuaian diri.
1.3.2.2Manfaat praktis
a. Diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi orang-orang terdekat
individu (pasangan, anak, saudara, teman dll) sebagai sumber
dukungan sosial utama dalam membantu pensiunan menjalani masa
pensiun. Sehingga pensiunan dapat terhindar dari dampak negatif
masa pensiun. Dan istilah post power syndrome yang identik dengan orang-orang yang memasuki masa pensiun dapat dihindari.
b. Memberikan informasi kepada orang-orang yang berada disekitar
pensiunan seperti keluarga dan teman, dengan tujuan
mengembangkan pemahaman mengenai masa penyesuaian diri
pada pensiunan.
c. Diharapkan dapat digunakan pada program-program khusus,
seperti konseling pra pensiun sebagai suatu cara untuk
mengantisipasi masalah-masalah yang akan muncul pada masa
pensiun dengan melibatkan orang-orang terdekat individu. Dengan
adanya program konseling ini, kebijaksanaan MPP (Masa
Persiapan Pensiun) yang telah lama diterapkan perusahaan /
instansi diharapkan dapat berjalan dengan lebih aktif & efektif.
Program MPP yang selama ini lebih diarahkan pada persiapan yang
bersifat fisik, dapat lebih diarahkan pada persiapan psikis bagi
individu.
d. Diharapkan dapat meningkatkan minat para peneliti lain untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam, atau melakukan
penelitian baru yang berhubungan dengan pensiunan.
1. 4 Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang
dibahas dalam skripsi ini, maka penulis mengemukakannya dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB 1. Pendahuluan, mengemukakan latar belakang permasalahan-permasalahan
penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaatnya, dan
sistematika penulisan.
BAB 2. Kajian Pustaka, berisi teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian, yakni teori penyesuaian diri, teori dukungan sosial, teori kepribadian
dan kerangka berfikir
BAB 3. Metode Penelitian, memaparkan pendekatan dan jenis penelitian, populasi
dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur
penelitian, dan analisis data.
BAB 4. Analisis hasil penelitian, yaitu mengemukakan tentang gambaran umum
subjek, analisis deskriptif, dan hasil uji hipotesis.
BAB 5. Penutup, yaitu menyajikan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi
dan saran teoritis dan praktis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka ini akan dibahas mengenai teori-teori
penyesuaian diri, teori-teori dukungan sosial, teori-teori kepribadian, definisi
pensiun, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
2.1 Penyesuaian Diri
2.1.1 Definisi penyesuaian diri
Penyesuaian diri berasal dari kata adjustment, yang artinya penyetelan (diri) atau penyesuaian diri (Chaplin, 1999). Definisi lengkap dari penyesuaian
diri adalah 1. Variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan
dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. 2. Menegakkan hubungan yang harmonis
dengan lingkungan fisik dan sosial (Chaplin, 1999).
Definisi pertama menyatakan secara tidak langsung adanya situasi
pemecahan masalah, dimana seseorang merasakan adanya kebutuhan yang tidak
dapat dipuaskan dengan cara-cara biasa. Dalam situasi tersebut tingkah laku
diubah-ubah, sampai ditemukannya reaksi yang bisa memberikan kepuasan.
Sebaliknya, reaksi jawaban sedemikian ini menjadi cara kebiasaan dalam
mereaksi. Definisi kedua kurang menekankan masalah keterampilan-keterampilan
atau hal-hal belajar, melainkan mendekati ide akomodasi sosial (social accommodation) atau konformitas (persesuaian,kecocokan) (dalam Chaplin, 1999).
Istilah adjustment, accommodation dan conformity itu terkadang dapat dipertukarkan satu sama lain, walaupun adjustment secara tidak langsung menyatakan adanya peranan yang lebih aktif pada individu. Accommodation dan conformity lebih bersifat pasif, dan secara tak langsung menyatakan suatu “penyerahan, atau rasa mengalah” untuk bisa mencapai keserasian atau harmoni
(Chaplin,1999).
Pergiwati dan Uly (2008) menafsirkan penyesuaian diri dari beberapa
tokoh seperti Schneiders dan Kartono, diantaranya adalah:
1. Adaptation, artinya bahwa penyesuaian diri dipandang sebagai suatu kemampuan untuk beradaptasi. Individu yang memiliki penyesuaian diri
yang baik, akan memiliki hubungan yang memuaskan dengan
lingkungannya.
2. Conformity, yaitu bahwa dalam proses penyesuaian diri, individu harus mempertimbangkan norma sosial dan hati nuraninya.
3. Mastery, yaitu bahwa penyesuaian diri merupakan kemampuan individu dalam membuat suatu perencanaan dan mengorganisir respon-respon
sedemikian rupa, sehingga individu mampu menguasai atau menanggapi
segala macam konflik, kesulitan, masalah hidup, dan keadaan yang
membuat frustasi dengan cara yang efisien
4. Individual Variation, yaitu bahwa terdapat perbedaan yang bersifat individual pada perilaku dan respon individu dalam menghadapi berbagai
masalah
5. Penguasaan dan kematangan emosional, yaitu bahwa penyesuaian diri
menuntut kemampuan individu untuk memiliki emosi yang tepat pada
setiap situasi.
Dalam Chaplin (1999) penyesuaian diri juga diartikan sebagai adaptation yang arti secara bahasa adalah penyesuaian diri, adaptasi, pencocokan; perubahan;
1. Perubahan fungsional atau struktural yang meningkatkan atau mempertinggi
nilai kelangsungan hidup organisme. 2. Berkurangnya kepekaan lewat
peningkatan dari ambang absolut/mutlak selama diperpanjangnya pemberian
perangsang. 3. Penghilangan perasaan-perasaan dan tingkah laku yang tidak tepat
selama tingkat-tingkat awal dalam proses belajar.
Launier (1995), membedakan antara konsep penyesuaian diri dengan
adaptasi, yaitu penyesuaian diri mengacu pada usaha seseorang untuk sejalan
dengan lingkungan sosial & fisiknya, sedangkan adaptasi mengacu pada usaha
untuk bertahan hidupnya suatu spesies.
Atwater (1983) mengemukakan bahwa penyesuaian terdiri dari
perubahan-perubahan dan keadaan yang ada dalam diri kita yang diperlukan untuk mencapai
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan dengan lingkungan kita.
Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai
interaksi individu yang kontinyu dengan diri sendiri, orang lain dan dengan
lingkungan individu tersebut.
Sunarto & Hartono (2006) mengemukakan bahwa penyesuaian diri adalah
proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Respon penyesuaian, baik atau buruk,
secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi
atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan
yang lebih wajar.
Penyesuaian diri adalah sebagai suatu proses ke arah hubungan yang
harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses
penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, dan individu
didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari
ketegangan (Sunarto & Hartono, 2006).
Berdasarkan seluruh definisi penyesuaian diri di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan individu itu sendiri dan tuntutan serta tekanan lingkungannya. Definisi
inilah yang digunakan dalam penelitian ini.
2.1.2 Penyesuaian diri pada saat memasuki masa pensiun
Menurut Turner & Helms (1995) ada beberapa hal penyesuaian yang
dialami seseorang ketika memasuki masa pensiun, yaitu:
1. Psychological adjustments meliputi berkurangnya harga diri 2. Financial adjustments meliputi berkurangnya sumber penghasilan
3. Marital adjustments meliputi ketidak harmonisan pasangan dan kepergian pasangan
4. Other social adjustments meliputi berkurangnya kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan, hilangnya kelompok referensi dan
hilangnya tugas yang berarti
Menurut Hurlock (1980), Penyesuaian diri individu terhadap masa pensiun
merupakan kondisi yang banyak dipengaruhi oleh kendala individual maupun
sosial pada saat sebelum maupun sesudah terjadinya pensiun. Adapun
beberapa kendala yang berpengaruh diantaranya yaitu:
a. Jenis pensiun. Individu yang pensiun “sukarela” akan lebih baik
menyesuaikan diri daripada yang “terpaksa”
b. Kesehatan individu. Kesehatan yang buruk pada saat pensiun bisa
membantu penyesuaian diri karena masa pensiun dapat diluangkan
dengan istirahat. Sedangkan pekerja yang merasa dirinya sehat
cenderung sulit menyesuaikan diri karena merasa “terpaksa” untuk
mundur walaupun ia masih sanggup untuk bekerja.
c. Perubahan pola kerja dan cara hidup yang perlahan-lahan dan terencana
sejak beberapa waktu sebelum pensiun akan lebih baik daripada
perubahan yang tiba-tiba.
d. Bimbingan dan perencanaan pra pensiun akan membantu penyesuaian
diri
e. Aktivitas pengganti. Individu yang mampu mengembangkan aktivitas
pengganti yang sesuai dengan minat dan berarti bagi dirinya akan
menemukan kepuasan bekerja kembali dan tidak menganggap masa
pensiun sebagai gangguan emosional.
f. Kontak sosial. Kontak sosial yang baik sebelum dan sesudah masa
pensiun akan membantu penyesuaian diri, karena banyak individu yang
merasa sebagai “warga kelas dua” setelah masa pensiunnya. Dengan
kontak sosial yang baik perasaan-perasaan seperti itu dapat dikurangi.
g. Semakin sedikit perubahan yang harus dilakukan terhadap kehidupan
semasa pensiun, semakin baik penyesuaian diri dapat dilakukan
h. Status ekonomi. Status ekonomi yang baik, memungkinkan seseorang
untuk hidup dengan nyaman
i. Status perkawinan. Perkawinan yang bahagia dan dukungan dari
keluarga terutama istri akan banyak membantu penyesuaian.
j. Keterlibatan dan keberartian tugas. Makin banyak komunitas yang
menawarkan persahabatan dan aktivitas bagi individu yang pensiun,
makin baik pula penyesuaian diri individu. Semakin para pekerja
menyukai pekerjaan mereka, semakin buruk penyesuaian terhadap
pensiun.
k. Sikap terhadap masa pensiun. Secara umum adanya sikap yang positif
akan banyak membantu penyesuaian diri yang dilakukan individu
terhadap perubahan yang terjadi dalam masa pensiun.
2.1.3 Karakteristik penyesuaian diri
Menurut Haber & Runyon (1984) terdapat lima karakteristik
penyesuaian diri yang efektif, yaitu:
1. Persepsi yang akurat tentang realitas. Salah satu aspek pentingnya adalah
mengenali konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan mengatur
tingkah laku sesuai konsekuensi tersebut.
2. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan. Pada dasarnya orang yang
mampu menyesuaikan diri adalah orang yang dapat menentukan tujuan
dan mengatasi berbagai masalah dan konflik di dalamnya
3. Citra diri positif. Para psikolog memandang berbagai persepsi tentang diri
sebagai indikator kualitas penyesuaian diri. Walaupun penyesuaian diri
yang efektif memerlukan adanya citra diri yang positif, tapi sangat penting
bagi individu untuk tidak menghilangkan realitas mengenai dirinya.
Individu harus menyadari & mengakui kelemahannya sebagaimana ia
menyadari & mengakui kekuatannya. Jadi individu harus mengenal
kemampuan & kekurangan dirinya. Jika individu mampu mengenal &
memahami dirinya secara realitas, berarti ia berada pada pencapaian
sumber kekuatan penuh dari dirinya.
4. Kemampuan mengekspresikan perasaan. Orang yang sehat secara
emosional mampu merasakan dan mengekspresikan berbagai emosi dan
perasaan, serta membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal.
Pengekspresian tersebut dikontrol sepenuhnya oleh individu tersebut.
5. Hubungan interpersonal yang baik. Manusia merupakan makhluk sosial.
Dari masa konsepsi, kita selalu tergantung pada orang lain untuk
memenuhi kebutuhan kita secara fisik, sosial dan emosi. Individu yang
mampu menyesuaikan diri adalah individu yang dapat berhubungan secara
produktif dan menguntungkan bagi satu sama lain.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
Schneiders (dalam Gufron&Risnawita, 2010) berpendapat bahwa dasar
penting bagi terbentuknya suatu pola penyesuaian diri adalah kepribadian.
Gufron&Risnawita (2010), membedakan faktor yang mempengaruhi penyesuaian
diri menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal yang berasal dari lingkungan meliputi lingkungan rumah,
keluarga, tempat bekerja dan masyarakat.
Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang meliputi
kondisi jasmani, psikologis (kepribadian), kebutuhan, kematangan intelektual,
emosional, mental dan motivasi.
2.2 Dukungan Sosial
2.2.1 Definisi dukungan sosial
Dukungan sosial berasal dari kata social support. Social (sosial) artinya menyinggung relasi di antara dua atau lebih individu (Chaplin, 1999). Support (dukungan) yang artinya 1. Mengadakan atau menyediakan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan orang lain. 2. Memberikan dorongan atau pengobaran
semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuatan-keputusan
(Chaplin, 1999).
Beberapa pengertian dukungan sosial telah banyak dikemukakan oleh para
ahli. Ritter (dalam Smet, 1994) secara umum mengatakan bahwa dukungan sosial
mengacu pada bantuan emosional, instrumental dan finansial yang diperoleh dari
jaringan sosial seseorang.
Sarafino (2002) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan,
perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain.
Gottlieb (dalam Smet,1994) Dukungan sosial terdiri terdiri dari informasi
atau nasehat verbal dan atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan
mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.
Dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan perhatian, perasaan
nyaman dan bantuan yang didapat dari orang lain atau kelompok sehingga
menimbulkan perasaan bahwa kita memiliki arti bagi orang lain atau menjadi
bagian dari jaringan sosialnya.
2.2.2 Jenis atau bentuk dukungan sosial
Jenis-jenis dukungan sosial yang dikemukakan oleh Cohen dan McKay, dkk
(Sarafino, 2002) adalah sebagai berikut:
1. Dukungan Emosi, yaitu suatu bentuk dukungan yang diekspresikan
melalui perasaan positif yang berwujud empati, perhatian dan kepedulian
terhadap individu lain.
2. Dukungan Penghargaan, adalah suatu bentuk dukungan yang
diekspresikan melalui penghargaan dan tanpa syarat atau apa adanya.
Bentuk dukungan sosial seperti ini dapat menimbulkan perasaan berharga
dan kompeten.
3. Dukungan instrumental, merupakan dukungan sosial yang diwujudkan
dalam bentuk langsung. Misalnya seperti memberi uang.
4. Dukungan Informasi, adalah suatu dukungan yang diungkapkan dalam
bentuk pemberian nasehat atau saran.
5. Integritas Sosial, yaitu bentuk hubungan yang diperoleh melalui
keterlibatan dalam suatu aktivitas kelompok yang diminati oleh individu
yang bersangkutan.
2.2.3 Komponen-komponen dukungan sosial
Cohen, Mermelstein, Kamarck dan Hoberman (1985) menyimpulkan empat
bentuk dukungan sosial yang berpengaruh terhadap respon individu pada kondisi
yang menekan, yaitu:
a. Dukungan Praktis (tangible support), atau bantuan-bantuan yang bersifat pelayanan seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari
maupun bantuan secara finansial.
b. Dukungan Informasi (appraisal support), atau suatu bentuk bantuan yang membantu individu dalam memahami kejadian yang menekan dengan
lebih baik serta memberikan pilihan strategi coping yang harus dilakukan guna menghadapi kejadian tersebut.
c. Dukungan Harga Diri (self-esteem), atau suatu bentuk bantuan dimana individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya bila
dibandingkan keadaan yang dimiliki dengan orang lain, yang membuat
individu merasa sejajar dengan orang lain seusianya.
d. Dukungan Belonging, atau suatu bentuk bantuan dimana individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan ketika ia ingin melakukan
suatu kegiatan bersama.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang mendapatkan dukungan sosial
Sarafino (1994) menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi
perolehan dukungan sosial dari orang lain, yaitu:
1. Penerima Dukungan (Recipients)
Seseorang tidak akan memperoleh dukungan bila mereka tidak ramah,
tidak mau menolong orang lain dan tidak membiarkan orang lain
mengetahui bahwa mereka membutuhkan pertolongan. Ada orang yang
kurang asertif untuk meminta bantuan, atau mereka berfikir bahwa mereka
seharusnya tidak tergantung dan membebani orang lain, merasa tidak enak
mempercayakan sesuatu pada orang lain atau tidak tahu siapa yang dapat
dimintai bantuannya.
2. Penyedia Dukungan (Provider)
Individu tidak akan memperoleh dukungan jika penyedia tidak memiliki
sumber-sumber yang dibutuhkan oleh individu, penyedia dukungan sedang
berada dalam keadaan stres dan sedang membutuhkan bantuan, atau
mungkin juga mereka tidak cukup sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
3. Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial (Hubungan individu dengan
keluarga dan masyarakat)
Hubungan ini bervariasi dalam hal ukuran, yaitu jumlah orang yang biasa
dihubungi; frekuensi hubungan, yaitu seberapa sering individu bertemu
dengan orang tersebut; komposisi, yaitu apakah orang tersebut adalah
keluarga, teman, rekan kerja, atau lainnya; dan keintiman, yaitu kedekatan
hubungan individu dan adanya keinginan untuk saling mempercayai.
2.3Kepribadian
2.3.1 Definisi kepribadian
Menurut Pervin (2005) Kepribadian mengacu pada karakteristik orang
yang menjelaskan pola-pola yang konsisten dari perasaan, berpikir, dan
berperilaku.
Menurut Allport dalam Sumadi (2006) menyatakan bahwa watak dan
kepribadian adalah satu dan sama, akan tetapi dipandang dari segi yang berlainan;
kalau orang bermaksud hendak mengenakan norma-norma, jadi mengadakan
penilaian, maka lebih tepat dipergunakan istilah “watak” dan kalau orang tidak
memberikan penilaian, jadi menggambarkan apa adanya, maka dipakai istilah
“kepribadian”.
Freud (dalam Feist, 2010) pada teori kepribadian adalah eksplorasinya ke
dalam dunia tidak sadar dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh
dorongan-dorongan utama yang belum atau tidak mereka sadari. Freud
mengidentifikasi tiga tingkatan dalam kehidupan mental, yaitu alam tidak sadar,
alam bawah sadar, dan kesadaran. Jadi, kepribadian merupakan integrasi dari id,
ego dan superego (Chaplin, 1999). Menurut Freud, kepribadian orang dewasa
banyak ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak terutama oleh Oedipus complex-yang telah meninggalkan jejak dalam pikiran yang tidak disadari.
Kepribadian menurut Allport (dalam Sumadi, 2006) merupakan organisasi
dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang
khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Berbeda dengan yang lainnya, Jung tidak berbicara tentang kepribadian
melainkan tentang psyche. Menurut Jung (dalam Sumadi,2006) psyche adalah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Kepribadian yang dijelaskan oleh Jung dalam bentuk psyche adalah integrasi dari ego, ketidaksadaran pribadi, dan ketidaksadaran kolektif, kompleks-kompleks,
arkhetip-arkhetip (archetypes), persona dan anima (Chaplin,1999). 2.3.2 Struktur kepribadian
Jiwa manusia menurut Jung (dalam Sumadi,2006) terdiri dari dua alam, yaitu:
a. Alam sadar (kesadaran) yang berfungsi sebagai penyesuaian terhadap
dunia luar.
b. Alam tak sadar (ketidaksadaran) yang berfungsi sebagai penyesuaian
terhadap dunia dalam
1. Struktur kesadaran
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa,
yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia
dalam dunianya.
a. Fungsi Jiwa
Suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam
lingkungan yang berbeda-beda
b. Sikap Jiwa
Arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam
bentuk orientasi manusia terhadap dunianya.
c. Tipologi Jung
Kedua sisi introversi dan ekstroversi dapat dikombinasikan dengan
berbagai fungsi jiwa sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Tipologi Jung
(Sumber: Sumadi, 2006)
Sikap Jiwa Fungsi Jiwa Tipe Ketidaksadarannya Ekstravers Pikiran Pemikir ekstravers Perasa introvers
Perasaan Perasa ekstravers Pemikir introvers Pendriaan Pendria ekstravers Intuitif introvers
Intuisi Intuitif ekstravers Pendria introvers Introvers Pikiran Pemikir introvers Perasa ekstravers
Perasaan Perasa introvers Pemikir ekstravers Pendriaan Pendria ekstravers Intuitif ekstravers Intuisi Intuitif introvers Pendria ekstravers
1. Introversi adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki
orientasi subjektif. Introvert memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi
yang bersifat individu. Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan
sangat selektif dan dengan pandangan subjektif meraka, Jung (dalam Feist,
2010).
2. Ekstraversi adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah
luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif
dan menjauh dari subjektif. Ekstrovert akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri.
Mereka cenderung untuk berfokus pada sikap objektif dan menekan sisi
subjektifnya, Jung (dalam Feist, 2010).
3. Pikiran (thinking)
Aktivitas intelektual logika dapat memproduksi serangkaian ide yang
disebut dengan berpikir (thinking). Orang-orang yang memiliki karakteristik berpikir extrovert sangat bergantung pada pemikiran yang nyata, tetapi mereka juga menggunakan ide abstrak jika ide tersebut dapat
ditransmisikan kepada mereka secara langsung. Orang-orang yang
memiliki karakteristik berpikir introvert bereaksi terhadap rangsangan eksternal, tetapi interpretasi mereka terhadap suatu kejadian lebih diwarnai
oleh pemaknaan internal yang mereka bawa dalam dirinya sendiri
dibanding dengan fakta objektif yang ada.
4. Perasaan (feeling)
Jung menggunakan kata perasaan (feeling) untuk mendeskripsikan proses evaluasi sebuah ide atau kejadian. Orang-orang dengan perasaan extrovert menggunakan data objektif untuk melakukan evaluasi. Orang-orang
dengan perasaan introvert mendasarkan penilaian mereka sebagian besar pada persepsi subjektif dibanding dengan fakta objektif.
5. Sensasi (sensing)
Fungsi yang memungkinkan manusia untuk menerima rangsangan fisik
dan mengubahnya ke dalam bentuk kesadaran perseptual yang disebut
dengan sensasi (sensation). Orang-orang dengan sensing extrovert menerima rangsangan eksternal secara objektif, kurang lebih sama seperti
rangsangan ini eksis dalam kenyataan. Orang-orang dengan sensing
introvert biasanya sangat dipengaruhi oleh sensasi subjektif akan penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, dan lainnya.
6. Intuisi (intuition)
Intuisi (intuition) meliputi persepsi yang berada jauh di luar sistem kesadaran. Orang-orang dengan intuisi extrovert selalu berorientasi pada fakta dalam dunia eksternal. Orang-orang dengan intuisi introvert dipandu oleh persepsi ketidaksadaran terhadap fakta yang umumnya subjektif dan
memiliki sedikit atau bahkan tidak ada kesamaan dengan kenyataan
eksternal.
d. Persona
Cara individu dengan sadar menampakkan diri ke luar (ke dunia sekitarnya).
Persona merupakan kompromi antara individu dan masyarakat, antara
struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai bagaimana
seharusnyaorang berbuat.
2. Struktur Ketidaksadaran
Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan
ketidaksadaran kolektif.
a. Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran pribadi berisikan hal-hal yang diperoleh oleh individu selama
hidupnya.
b. Ketidaksadaran kolektif
Ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan
jiwa seluruhnya, yaitu pertumbuhan jiwa seluruh jenis manusia, melalui generasi
yang terdahulu.
2.3.3 Extroversion Vs Introversion
Ekstraversi adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah
luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan
menjauh dari subjektif. Ekstrovert akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri. Mereka cenderung untuk
berfokus pada sikap objektif dan menekan sisi subjektifnya, Jung dalam Feist
(2010).
Introversi adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki
orientasi subjektif. Introvert memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang bersifat
individu. Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan sangat selektif dan
dengan pandangan subjektif meraka, Jung dalam Feist (2010).
Extroversion dan Introversion merupakan salah satu dimensi saling berlawanan yang dapat digambarkan oleh MBTI. MBTI (Myers Briggs Type
Indicator)adalah suatu alat tes psikologi yang diciptakan atau dikembangkan oleh
Isabel Myers dan KatharineBriggs yang mengacu pada teori Carl Gustav Jung
tentang struktur kepribadian (psyche). Teori ini mengatakan bahwa manusia memiliki cara yang saling bertentangan dalam memperoleh energi psikologis
(secara extroversion atau introversion); mendapatkan atau menjadi sadar akan
suatu informasi (melalui pancaindra/sensing atau melalui intuisi/intuition); memutuskan atau mengambil kesimpulan tentang informasi tersebut (dengan
berpikir/thinking atau dengan merasakan/feeling); dan berhadapan dengan dunia sekitar (dengan cara menghakimi/judging atau menerima saja/perceiving).
Ekstrovert dalam MBTI diartikan sebagai tipe pribadi yang suka bergaul, menyenangi interaksi sosial dengan orang lain dan berfokus pada the world outside the self. Sebaliknya tipe introvert dalam MBTI diartikan sebagai mereka yang senang menyendiri, reflektif, dan tidak begitu suka bergaul dengan banyak
orang. Orang introvert lebih suka mengerjakan aktivitas yang tidak banyak menuntut interaksi seperti membaca, menulis, dan berpikir secara imajinatif.
2.4 Pensiun
Pensiun merupakan suatu isyarat sosial bahwa seseorang telah memasuki
usia lanjut yang juga berarti berakhirnya masa kerja seseorang dan mulainya
periode waktu luang yang panjang tanpa aktivitas rutin (Kimmel, 1983). Pensiun
dianggap sebagai krisis dan transisi dari bekerja menjadi tidak bekerja.
Singkatnya, pensiun merupakan suatu stressor kehidupan bagi orang yang
menjalaninya.
Beberapa ahli mencoba mendefinisikan pensiun. Atwater (1983)
mendefinisikan pensiun sebagai suatu proses pengunduran diri individu dari
aktivitas atau status pekerjaan rutin, yang biasanya disebabkan oleh perubahan
pada usia dan kesehatan. Jadi, pensiun merupakan suatu proses dari aktif bekerja
menjadi tidak aktif bekerja.
2.5 Kerangka Berpikir
Menjelang masa bekerja berakhir, di setiap perusahaan terutama BUMN
mengadakan serangkaian kegiatan persiapan pensiun. Dalam kegiatan yang
diselanggarakan perusahaan tersebut, tidak semua pekerja mengikuti program
Masa Persiapan Pensiun (MPP) atau bahkan mempersiapkan diri menghadapi
pensiun. Bagi pekerja yang kurang melakukan persiapan untuk menghadapi masa
pensiun, maka akan menemukan berbagai masalah. Salah satunya adalah
permasalahan penyesuaian diri pada masa pensiun, yang seringkali ditandai
dengan keadaan stress atau depresi.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan-permasalahan penyesuaian
diri pada masa pensiun adalah dengan pencarian dukungan sosial. Hal tersebut
sejalan dengan salah satu manfaat dari dukungan sosial menurut Gottlieb (dalam
Smet, 1994) adalah bermanfaat dalam hal emosional atau memberikan efek
perilaku bagi pihak penerima. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Gottlieb
(dalam Smet, 1994) bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi kesehatan
dengan melindungi (buffer) dan memberikan efek langsung (direct effect) bagi seseorang terhadap efek negatif dari stres yang berat.
Orang-orang yang mendapatkan dukungan sosial tinggi, kemungkin akan
kurang menilai situasi penuh stress (mereka tahu bahwa mungkin akan ada
seseorang yang dapat membantu mereka). Orang-orang dengan dukungan sosial
tinggi akan mengubah respon mereka terhadap sumber stress contohnya pergi ke
seorang teman untuk membicarakan masalah tersebut). Kedua segi di atas adalah
contoh fungsi dukungan sosial yang bersifat melindungi (buffer) yang
mempengaruhi dampak sumber stres. Sedangkan contoh dari fungsi dukungan
sosial yang memberikan efek langsung (direct effect) adalah orang-orang dengan dukungan sosial tinggi, dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi, yang
membuat mereka tidak begitu mudah diserang stress.
Oleh karena itu, dukungan sosial yang diberikan mempunyai pengaruh
bagi keberlangsungan proses penyesuaian diri pada masa pensiun. Penerimaan
dukungan sosial yang tinggi akan melindungi para pensiunan terhadap efek
negatif dari stres yang cukup mengganggu. Sebaliknya penerimaan dukungan
sosial yang rendah tidak akan melindungi para pensiunan terhadap efek stres yang
cukup mengganggu. Dukungan tersebut, dapat berasal dari keluarga, teman,
masyarakat maupun perusahaan tempat bekerja sebelum masa pensiun.
Selain dukungan sosial, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses
penyesuaian diri, yaitu tipe kepribadian. Kepribadian menurut Allport (dalam
Sumadi, 2006) merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem
psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Tipe kepribadian yang berbeda-beda pada setiap individu akan
mempengaruhi penyesuaian diri para pensiunan dimasa purna tugasnya. Tipe
kepribadian ekstrovert yang orientasinya lebih ke luar (lingkungan sosialnya)
lebih membutuhkan dukungan sosial untuk menghadapi masa pensiunnya.
Sedangkan tipe kepribadian introvert yang orientasinya lebih kedalam yaitu dunia
subyektifnya. Orang dengan tipe introvert ini akan lebih memerlukan penyesuaian
diri lebih ketika masa pensiunnya. Karena orang tipe introvert ini kurang bisa
bergaul dengan lingkungannya dibandingkan orang dengan tipe ekstrovert.
Hal tersebut, juga didukung oleh hasil penelitian terdahulu Jou & Fukada
(1996) yang mengemukakan bahwa tipe kepribadian extrovert positif mempengaruhi penyesuaian diri.
Pensiunan dengan kepribadian ekstrovert maka dapat diasumsikan
penyesuaian dirinya pun baik, dimana seseorang dapat menempatkan dirinya di
masyarakat maka dia akan diterima dengan baik oleh masyarakat, sebaliknya
pensiunan dengan kepribadian introvert, maka dapat diasumsikan penyesuaian
dirinya tidak baik, dimana seseorang tidak dapat menempatkan dirinya di
masyarakat maka dia tidak akan diterima dengan baik oleh masyarakat.
Kepribadian juga mempengaruhi penerimaan dukungan sosial. Ada
individu yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi, sedangkan individu
tersebut tergolong introvert. Dimana orang yang mempunyai sikap introvert, akan menerima dunia luar dengan sangat selektif dan dengan pandangan subjektif
mereka. Sebaliknya ada individu yang mendapatkan dukungan sosial yang rendah,
sedangkan individu tersebut tergolong extrovert. Dimana individu yang mempunyai sikap extrovert, akan lebih mudah dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri.
2.6 Hipotesis
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap penyesuaian diri
pada masa pensiun
H01 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap penyesuaian
diri pada masa pensiun
H2 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian terhadap penyesuaian diri pada
masa pensiun
H02 : Tidak ada pengaruh yang signifikan kepribadian terhadap penyesuaian diri
pada masa pensiun
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kepribadian terhadap
penyesuaian diri pada masa pensiun
H03 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kepribadian
terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari tujuh
subbab. Subbab tersebut adalah pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan
sampel, variabel penelitian, pengumpulan data, uji instrumen, prosedur
penelitian dan teknik analisis data.
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana
data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa angka yang dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik. Dalam penelitian ini pengumpulan data kuantitatif
diperoleh dari hasil pengukuran skala. Sedangkan metode penelitian yang
digunakan adalah metode analisa regresi. Metode analisa regresi adalah suatu
metode untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan antara satu atau beberapa
variabel independen mempengaruhi sebuah variabel dependen dalam suatu
fenomena kompleks (Nazir, 1999). Pada penelitian ini terdapat dua variabel
independen dan satu variabel dependen, maka analisa regresi yang dikerjakan
berkenaan dengan regresi berganda (multiple regression).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Sebuah populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta
ciri-ciri yang telah ditetapkan(Nazir, 1988). Populasi dalam penelitian ini adalah
pensiunan pegawai PT PLN (Persero) di wilayah Jakarta. Usia pensiun di PT.
PLN (Persero) dimulai saat pegawai memasuki usia 56 tahun.
3.2.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Nazir,1988). Adapun sampel pada penelitian ini sebanyak 50 orang
pensiunan PT. PLN (Persero).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Nonprobability sampling design, yaitu tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian (Bungin, 2006). Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam
pengambilan sampelnya (Idrus, 2007). Teknik ini lebih mengutamakan tujuan
penelitian dan karakteristik populasi (Bungin, 2006).
Karakteristik sampel pada penelitian ini adalah:
1. Pensiunan PT. PLN (Persero)
2. Rentang usia 60-75 tahun
3. Tingkat pendidikan minimal SMA.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang mempunyai bermacam-macam nilai (Priyatno,
2008). Jadi variabel adalah objek penelitian yang menjadi perhatian suatu
penelitian.
Variabel dibedakan sebagai berikut:
a. Variabel tergantung (variabel dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri
b. Variabel bebas (variabel independen) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri.
Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel yaitu:
Independent Variable (IV): 1. Dukungan sosial
2. Kepribadian
Dependent Variable (DV): Penyesuaian diri pada masa pensiun
3.3.1 Definisi konseptual variabel
Definisi Konseptual merupakan suatu definisi dalam bentuk yang abstrak
yang mengacu pada ide-ide lain atau konsep lain-yang bisa saja abstrak-untuk
menjelaskan konsep pertama tersebut (Prasetyo&Jannah, 2005).
a. Dukungan sosial adalah perhatian, perasaan nyaman dan bantuan yang
didapat dari orang lain atau kelompok sehingga menimbulkan perasaan
bahwa kita memiliki arti bagi orang lain atau menjadi bagian dari
jaringan sosialnya.
b. Kepribadian adalah suatu keunikan dari individu yang menjadi
karakteristik dan menempati posisi penting dalam teori tertentu yang