• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh dukungan sosial dan kepribadian terhadap pentesuaian diri pada masa pensiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh dukungan sosial dan kepribadian terhadap pentesuaian diri pada masa pensiun"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

DIRI PADA MASA PENSIUN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun oleh : HANNY SAFITRI SARI

NIM: 106070002243

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

PADA MASA PENSIUN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh

HANNY SAFITRI SARI

NIM: 106070002243

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I

Ikhwan Lutfi, M. Psi NIP: 19730710 2005011 006

Pembimbing II

Desi Yustari Muchtar, M. Psi NIP: 19821214 2008012 006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

iii

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 06 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 06 Desember 2010

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2001

Anggota :

Dra. Zahrotun Nihayah, M. Si Ikhwan Lutfi, M. Psi

NIP.19620724 198903 2001 NIP. 19730710 2005011 006

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hanny Safitri Sari

NIM : 106070002243

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH

DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN TERHADAP PENYESUAIAN

DIRI PADA MASA PENSIUN” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 06 Desember 2010

Hanny Safitri Sari NIM : 106070002243

(5)

MOTTO :

“Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,

kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi

kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah

(kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya

dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”

(QS. Ar-Rum: 54)

PERSEMBAHAN :

Sujud syukur hamba pada-Mu ya Rabb, dengan iringan doa, usaha dan keyakinan skripsi ini

ku persembahkan teruntuk:

Keluargaku tercinta, mama, papa, ketiga kakakku dan orang-orang yang menyayangi dan

selalu mendoakanku dalam kebaikan.

Ya Allah, jadikanlah karya ini sebagai kado terindah untuk mereka saat ini. Amiin…

(6)

C) Hanny Safitri Sari

D) Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepribadian terhadap Penyesuaian Diri pada Masa Pensiun

E) XI + 79 halaman ( belum termasuk lampiran)

Pensiun merupakan permasalahan bagi pekerja diusianya yang sudah lanjut. Dukungan sosial adalah sesuatu yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh pensiunan, dukungan-dukungan yang berasal dari significant others sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan penyesuaian diri dalam menghadapi lingkungan dan aktivitas yang berbeda. Dukungan sosial yang baik maka penyesuaian dirinya pun baik, dimana seseorang dapat menempatkan dirinya di masyarakat maka dia akan diterima dengan baik oleh masyarakat begitu juga sebaliknya. Kepribadian extrovert diartikan sebagai pribadi yang suka bergaul, menyenangi interaksi sosial dengan orang lain dan berfokus pada the world outside the self. Semakin extrovert seseorang, interaksi sosialnya pun akan lebih baik dibandingkan orang yang introvert, sehingga mereka yang extrovert akan lebih merasakan manfaat dukungan sosial yang sangat berpengaruh disaat keberlangsungan penyesuaian diri (pada masa pensiun).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dan kepribadian terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, dengan total responden sebanyak 50 orang di PT. PLN (Persero).

Hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kepribadian secara bersama-sama terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun sebesar 57,3%. Secara parsial, dukungan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun sebesar 48,6% dan kepribadian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun sebesar 8,7%.

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran kepada pihak perusahaan, keluarga, teman sejawat sarta lingkungan sosial terkait untuk bersama-sama memberikan dukungan bagi para pensiunan. Sedangkan saran bagi para pensiunan agar dapat memanfaatkan lingkungan sosialnya untuk keberlangsungan penyesuaian dirinya pada masa pensiun kearah yang lebih baik lagi.

F) Bahan Bacaan: 24 buku + 1 skripsi + 4 jurnal

(7)

Bismillahirahmanirrahiim

Syukur Alhamdullilah peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, petunjuk, pertolongan dan izin-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN TERHADAP PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PENSIUN. Shalawat serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu istiqomah dalam menegakkan ajaran agama Islam.

Proses perampungan skripsi ini, dijalani tahap demi tahap dengan penuh perjuangan, pengorbanan yang cukup lama dan melelahkan hingga akhirnya skripsi ini terselesaikan. Peneliti menyadari, skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, arahan, dukungan, masukan, doa dan banyak bantuan yang diberikan kepada peneliti. Untuk itu dengan segala ketulusan hati, izinkanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

2. Ikhwan Lutfi, M.Psi dan Desi Yustari Muchtar, M.Psi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga ilmu yang telah peneliti peroleh dapat diamalkan dengan sebaik-baiknya. 4. Papa dan mama yang selalu setia mendampingi papa, Bapak Abiyanto, Pak

Edward, Bapak Sirait, Mbak Ratih, Kak Ira dan Mas Didin yang telah membantu peneliti dalam penyebaran skala serta perolehan data-data yang diperlukan. Seluruh responden di PT. PLN (Persero) yang telah bersedia memberikan waktunya untuk mengisi skala.

5. Keluargaku tercinta dan tersayang yang sangat berperan dalam kehidupanku dan menjadi motivator utamaku. Mama dan papa yang selalu memberikan

(8)

7. Sahabat-sabatku di psikologi Ami, Fira, Riri, dan Choi yang kehadirannya membuahkan keceriaan dan optimisme pada penulis untuk terus maju menapaki jalan-jalan semangat dalam hidup ini. Kadek, makasih banyak untuk kebersamaan, kesabaran dan bantuannya selama empat tahun ini. Canda tawa kalian semua memberikan warna dalam hidupku.

8. Untuk Ami, makasih banyak atas bantuan dan semangatnya. Semoga Allah membalas segala ketulusanmu selama ini. Rika dan Eva teman seperjuangan saat mengerjakan skripsi, makasih untuk motivasinya.

9. Untuk Iqbal, terimakasih atas waktu dan dukungannya. Terima kasih juga untuk Adiyo yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi. 10.Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 khususnya kelas B, terimakasih

atas kebersamaannya selama ini. Kebersamaan itu membuat hari-hari terasa lebih ringan untuk dilewati.

Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan tanpa mengurangi makna kontribusinya dalam penelitian ini, semoga mendapatkan imbalan dari Allah SWT sebagai amal ibadah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya dan diharapkan dapat memicu penelitian-penelitian lain dengan tema yang serupa sehingga dapat memperkaya pengetahuan kita. Amiin.

Jakarta, Oktober 2010

Peneliti

(9)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1-13 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ...10

1.2.1 Pembatasan masalah ...10

1.2.2 Perumusan masalah ...11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...11

1.3.1 Tujuan penelitian ...11

1.3.2 Manfaat penelitian ...12

1.3.2.1 Manfaat teoritis ...12

1.3.2.1 Manfaat praktis...12

1.4 Sistematika Penulisan ...13

BAB II KAJIAN PUSTAKA...15-36 2.1 Penyesuaian Diri ...15

2.1.1 Definisi penyesuaian diri ...15

2.1.2 Penyesuaian diri pada saat memasuki masa pensiun ....18

2.1.3 Karakteristik penyesuaian diri ...20

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri ....22

2.2 DukunganSosial ...22

2.2.1 Definisi dukungan sosial...22

(10)

dukungan sosial ...25

2.3 Kepribadian...26

2.3.1 Definisi kepribadian...26

2.3.2 Struktur kepribadian ...27

2.3.3 Extroversion Vs Introversion...31

2.4 Pensiun...32

2.5 Kerangka Berpikir ...33

2.6 Hipotesis ...36

BAB III METODE PENELITIAN ...37-51 3.1 Pendekatan Penelitian ...37

3.2 Populasi dan Sampel ...37

3.2.1 Populasi...38

3.2.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel...38

3.3 Variabel penelitian ...39

3.3.1 Definisi konseptual variabel ...39

3.3.2 Definisi operasional variabel ...40

3.4 Pengumpulan Data ...42

3.4.1 Teknik pengumpulan data ...42

3.4.2 Instrumen penelitian ...43

3.5 Uji Instrumen ...45

3.5.1 Uji validitas...45

3.5.2 Uji reliabilitas ...48

3.6 Prosedur Penelitian ...48

3.6.1 Persiapan uji coba alat ukur ...48

3.6.2 Persiapan pengambilan data ...50

3.6.3 Pelaksanaan pengambilan data ...50

3.7 Teknik Analisis Data ...51

(11)

4.2.1 Kategorisasi skor ...58

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian...63

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN... 68-76 5.1 Kesimpulan ...68

5.2 Diskusi ...69

5.3 Saran ...74

5.3.1 Saran Teoritis...75

5.3.2 Saran Praktis...75

DAFTAR PUSTAKA...78

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

Tabel 2.1 Tipologi Jung... 28

Tabel 3.1 Nilai skor jawaban dukungan sosial... 43

Tabel 3.2 Nilai skor jawaban kepribadian... 44

Tabel 3.3 Nilai skor jawaban penyesuaian diri ... 45

Tabel 3.4 Blue print skala dukungan sosial (ISEL)... 46

Tabel 3.5 Blue print skala penyesuaian diri ... 46

Tabel 3.6 Blue print skala kepribadian... 48

Tabel 4.1 Responden berdasarkan jenis kelamin ... 52

Tabel 4.2 Responden berdasarkan usia ... 53

Tabel 4.3 Responden berdasarkan pendidikan terakhir... 53

Tabel 4.4 Responden berdasarkan tempat tinggal... 54

Tabel 4.5 Responden berdasarkan status pernikahan ... 54

Tabel 4.6 Responden berdasarkan jumlah anak ... 55

Tabel 4.7 Responden berdasarkan jumlah saudara kandung... 55

Tabel 4.8 Responden berdasarkan keikutsertaan dalam program MPP ... 55

Tabel 4.9 Responden berdasarkan aktivitas pasca pensiun ... 56

Tabel 4.10 Responden berdasarkan pendapatan... 56

Tabel 4.11 Responden berdasarkan penyakit yang diderita ... 57

Tabel 4.12 Descriptive statistics... 57

Tabel 4.13 Distribusi skor dukungan sosial ... 58

Tabel 4.14 Distribusi skor penyesuaian diri ... 59

Tabel 4.15 Tipe kepribadian... 59

Tabel 4.16 Penyesuaian diri berdasarkan jenis kelamin... 60

Tabel 4.17 Penyesuaian diri berdasarkan aktivitas pasca pensiun ... 61

Tabel 4.18 Penyesuaian diri berdasarkan penyakit yang diderita ... 62

Tabel 4.19 Penyesuaian diri berdasarkan penghasilan ... 63

Tabel 4.20 Hasil analisis regresi dukungan sosial dan kepribadian ... 63

(13)

xiii

(14)

Assalamu`alaikum Wr..Wb..

Kepada responden yang saya hormati,

Saya Hanny Safitri Sari mahasiswi Fakultas Psikologi UIN yang akan mengadakan suatu penelitian. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk turut serta membantu dalam memberikan data mengenai hal tersebut di atas. Kerjasama yang kami harapkan adalah kesediaan bapak/ibu untuk mengisi serangkaian item pernyataan.

Dalam skala ini tidak ada jawaban benar salah. Adapun informasi atau data yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian dan akan dijamin kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk kepentingan pengumpulan data.

Atas segala kerjasama serta bantuan bapak/ibu, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu`alaikum Wr..Wb..

Jakarta, Agustus 2010

Hanny Safitri Sari

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang

penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian

serta sistematika penelitian.

1.1Latar Belakang

Setiap individu (insan manusia) akan melalui sejumlah tahapan

perkembangan sepanjang rentang kehidupannya. Setiap tahap perkembangan yang

akan dilalui memiliki tugas yang berbeda-beda. Seperti yang dijelaskan oleh

Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan adalah tugas yang muncul

pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu. Apabila

tugas tersebut berhasil dilalui maka akan menimbulkan rasa bahagia yang akan

menjadi penuntun langkah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas

berikutnya. Sebaliknya individu yang gagal atau tidak berhasil menyelesaikan

tugas perkembangannya maka akan menimbulkan ketidakbahagiaan dan akan

mengalami kesulitan untuk melanjutkan tugas perkembangan selanjutnya

termasuk pada periode usia lanjut.

Secara umum usia lanjut dini dibatasi oleh rentang usia antara 60-70

tahun, dimana pada masa tersebut ditandai oleh berbagai perubahan baik secara

fisik maupun mental (Hurlock, 1980). Sebagian tugas perkembangan pada usia

lanjut menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) adalah menyesuaikan diri

dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri dengan

(16)

masa pensiun, berkurangnya income (penghasilan) keluarga, serta penyesuaian diri dengan kematian pasangan hidup.

Pensiun berarti berakhirnya masa kerja yang formal dan memulai peran

baru dalam kehidupan (Turner, 1995). Oleh karena itu, ada beberapa hal

penyesuaian yang dialami seseorang pada masa pensiunnya menurut Turner &

Helms (1995), diantaranya adalah:

Pertama, psychological adjustments meliputi berkurangnya harga diri. Bekerja bukan hanya terkait dengan kebutuhan materi saja melainkan juga

merupakan kebutuhan psikologis seseorang. Secara psikologis, bekerja

menimbulkan rasa identitas, status, maupun fungsi sosial. Dalam hal ini orang

akan merasa berharga, jika ia dapat mengatakan posisi dan pekerjaannya.

Selain itu, bagi banyak para pensiunan, hilangnya kedudukan atau jabatan

sangat erat hubungannya dengan fenomena Post-power syndrome. Netty Hartati (2002) mengungkapkan Post-power syndrome merupakan syndrome yang akhir-akhir ini banyak menimpa individu yang sudah tidak bekerja lagi (pensiun). Post-power syndrome adalah reaksi somatisasi dalam bentuk sekumpulan simptom-simptom penyakit, luka-luka dan kerusakan fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah

yang progresif sifatnya, disebabkan karena pasien sudah pensiun atau sudah tidak

mempunyai jabatan dan kekuasaan lagi (Kartono dalam Netty Hartati, 2002).

Lebih lanjut Hawari (2004) menambahkan bahwa gejala depresi dapat pula

diderita oleh orang yang menjalani stres psikososial yang berkaitan dengan

hilangnya kedudukan atau jabatan.

(17)

Kedua, financial adjustments meliputi berkurangnya sumber penghasilan. Penurunan income merupakan dampak paling nyata dari fenomena pensiun. Sebagai kepala keluarga tentunya hal ini dapat menimbulkan stres, terlebih jika

kebutuhan tidak bisa ditekan dan malah pengalami peningkatan.

Ketiga, Marital adjustments meliputi ketidak harmonisan pasangan dan kepergian pasangan. Waktu yang dihabiskan bersama pasangan ketika sebelum

dan sesudah pensiun jelas akan berbeda. Kuantitas bersama pasangan akan lebih

banyak dan akan memungkinkan untuk terjadinya kesalah pahaman atau ketidak

cocokan akan sering terjadi pada masa pensiun. Kepergian pasangan disini dapat

diartikan perceraian atau pasangan yang meninggal dunia.

Keempat, berkurangnya kontak sosial. Seseorang bisa mendapatkan

reward sosial ketika mereka meraih kepuasan dari kontak sosialnya. Ketika

memasuki masa pensiun, waktu untuk bertemu dengan rekan seprofesi menjadi

berkurang.

Kelima, hilangnya kelompok referensi yang bisa mempengaruhi self

image. Biasanya seseorang menjadi anggota dari suatu kelompok organisasi atau

bisnis tertentu ketika dia masih aktif bekerja. Tetapi ketika dia menjadi pensiun,

secara langsung keanggotaan pada suatu kelompok akan hilang. Hal ini akan

mempengaruhi seseorang untuk kembali menilai dirinya lagi.

Keenam, hilangnya tugas yang berarti. Hal ini dapat dikarenakan

pekerjaan yang dikerjakan seseorang mungkin sangat berarti bagi dirinya dan hal

ini tidak bisa dikerjakan saat seseorang itu mulai memasuki masa pensiun.

(18)

Ketujuh, hilangnya rutinitas. Hampir separuh dari harinya dihabiskan

untuk bekerja. Tidak semua orang menikmati jam kerja yang panjang seperti ini,

tapi tanpa disadari kegiatan panjang selama ini memberikan sense of purpose, memberikan rasa aman, dan pengertian bahwa kita ternyata berguna. Ketika

menghadapi masa pensiun, waktu ini hilang, sehingga mereka mulai merasakan

diri tidak produktif lagi.

Bagi individu yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri,

perubahan yang terjadi pada fase ini akan menimbulkan masalah psikologis dan

juga masalah fisiologis yang menjadi masalah bagi sebagian pensiunan dan

orang-orang disekitarnya.

Masalah fisiologis yang dialami para pensiunan yaitu menurunnya kesehatan

yang ditandai dengan pengurangan fungsi-fungsi kognitif. Perubahan penampilan,

perubahan panca indera dan perubahan atau penurunan fungsi bagian dalam tubuh juga

merupakan masalah fisik yang dialami para pensiunan yang berada pada rentang usia

lanjut dini (Hurlock, 1980). Masalah fisiologis bisa menyebabkan kematian yang

lebih cepat atau premature death. Istilah lain dikemukakan para ahli adalah retirement shock atau retirement syndrome. Hawari (2004) menyatakan bahwa kehilangan pekerjaan (PHK atau pensiun) yang berakibat pada pengangguran akan

berdampak pada gangguan kesehatan bahkan bisa sampai pada kematian.

Masalah psikologis lainnya yang dihadapi para pensiunan adalah

kecemasan, stres dan depresi. Kesehatan yang mulai menurun, kehilangan (teman,

pasangan dan anggota keluarga) serta kemungkinan besar tidak memiliki

penghasilan sebanyak dulu adalah perubahan-perubahan dalam kehidupan yang

akan menimbulkan stres. Hasil penelitan Brenner pada tahun 1979 (Hawari, 2004)

(19)

terbukti untuk setiap 1% kenaikan pengangguran di Amerika Serikat tercatat 44%

mengalami stres dan menunjukkan perubahan perilaku dan emosi.

Fenomena perubahan rutinitas dalam kehidupan individu (dari aktif

menjadi pasif), hilangnya kedudukan atau jabatan, perubahan kemandirian dalam

bidang keuangan, munculnya keluhan fisik, masalah-masalah psikologis, adanya

kecemasan pada hal-hal baru, sering mengeluh pada lingkungan merupakan

kondisi-kondisi yang sering ditemui pada saat pensiun.

Selain hal-hal negatif seperti di atas, ada hal-hal positif yang dapat

ditemukan dibalik masa pensiun. Setelah pensiun, seseorang dapat lebih

meningkatkan kondisi fisik dan kesehatannya karena banyaknya waktu luang yang

dimiliki untuk melakukan olahraga, beristirahat dengan cukup, ditambah lagi

dengan semakin berkurangnya beban dan tekanan pekerjaan yang harus dihadapi.

Selain itu, banyak kesempatan yang menarik dan menyenangkan yang dapat

dilakukan, seperti mengembangkan hobi, aktif dalam kegiatan sosial, semakin

mendekatkan diri kepada Allah serta berkumpul bersama anak, cucu, maupun

pasangan.

Dengan perubahan-perubahan seperti di atas, penyesuaian diri menjadi

unsur yang penting untuk diperhatikan pada masa purna tugas (pensiun).

Penyesuaian diri merupakan aspek penting sebagai usaha manusia untuk

mengendalikan perasaan yang tidak menyenangkan atau tekanan akibat dorongan

kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan

tuntutan lingkungan, dan usaha menyelaraskan hubungan individu dengan realitas

(Gufron&Risnawita, 2010). Atwater (1983) juga mengemukakan bahwa

(20)

penyesuaian diri terdiri dari perubahan-perubahan dan keadaan yang ada dalam

diri kita yang diperlukan untuk mencapai hubungan yang memuaskan dengan

orang lain dan dengan lingkungan kita.

Penyesuaian diri tersebut akan diawali dengan stres, yaitu suatu keadaan di

mana lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan, kesejahteraan

atau kenyamanan diri seseorang, Baum (dalam Desmita,2009). Oleh karena itu,

penyesuaian pada masa pensiun bukan merupakan hal yang mudah bagi seseorang

yang dahulunya bekerja. Tingkah laku penyesuaian diri yang diawali dengan stres

tersebut, dapat berakhir dengan penyesuaian yang baik atau tidak. Baik atau

tidaknya penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa kondisi dan faktor sebelum

dan sesudah pensiun.

Menurut Hurlock (1980), penyesuaian diri individu terhadap masa pensiun

dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang terjadi sebelum atau sesudah pensiun.

Adapun beberapa kondisi yang berpengaruh diantaranya yaitu, kesehatan

individu, jenis pensiun, perubahan pola kerja dan cara hidup, aktivitas pengganti,

kontak sosial, pola-pola kehidupan, status perkawinan, keterlibatan dan

keberartian tugas, sikap terhadap masa pensiun.

Sedangkan menurut Gufron&Risnawita (2010), penyesuaian diri

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor

eksternal dan internal.

Faktor eksternal yang berasal dari lingkungan yang meliputi lingkungan

rumah, keluarga, tempat bekerja dan masyarakat. Faktor-faktor eksternal tersebut

dapat memberikan bantuan atau dorongan agar individu dapat mengatasi atau

(21)

melewati perubahan dan pengalaman yang tidak menyenangkan pada periode

penyesuaian diri. Bantuan dan dukungan yang diberikan oleh orang-orang

disekitar individu tersebut, secara lebih ringkas disebut dengan dukungan sosial.

Sarafino (2002) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan, perhatian,

penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain.

Salah satu bentuk dukungan sosial tersebut adalah dukungan yang berasal

dari significant others yaitu istri, anak dan teman sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan penyesuaian diri dalam menghadapi lingkungan, aktivitas yang

berbeda dan kondisi penurunan fisik. Penelitian dalam bidang gerontologi (gerontology), penelitian mengenai usia dan proses penuaan, dan geriatrik (geriatrics), cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang proses penuaan, telah menekankan pentingnya layanan dukungan, terutama untuk lansia tertua

yang kebanyakan mungkin sudah kehabisan tabungan mereka dan tidak bisa

membiayai perawatan diri mereka sendiri (Papalia, 2009) .

Di antara berbagai macam dukungan sosial, keluarga merupakan hal yang

paling penting, karena keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat, baik

secara fisik maupun sosial. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama

ditemui oleh individu dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan

hidup manusia.

Dengan adanya dukungan sosial yang baik, diharapkan penyesuaian diri

pun baik, dimana seseorang dapat menempatkan dirinya di masyarakat maka dia

akan diterima dengan baik oleh masyarakat begitu juga sebaliknya. Ada lima jenis

dukungan sosial menurut Cohen dan McKay, dkk (Sarafino, 2002), yaitu

(22)

dukungan emosi (emotional support), dukungan penghargaan (esteem support), dukungan instrumental (tangible or instrumental support), dukungan informasi (infomational support) dan integritas sosial (network support).

Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut

Gufron&Risnawita (2010) adalah faktor yang berasal dari diri individu yang

meliputi kondisi jasmani, psikologis (kepribadian), kebutuhan, kematangan

intelektual, emosional, mental dan motivasi. Kepribadian menurut Allport (dalam

Sumadi, 2006) merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem

psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungan. Perlmutter (1992) menyebutkan bahwa penyesuaian diri pada

pensiunan dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan, ekonomi, jenis pensiun,

sikap terhadap masa pensiun, dan tipe kepribadian. Jadi kepribadian merupakan

salah satu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.

Carl Gustav Jung menjelaskan kepribadian manusia berdasarkan tujuannya

dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh masa lalu dan masa depan

manusia. Jung menjelaskan berbagai macam struktur dari Psyche, tipologi kepribadian manusia berdasarkan sikap dan fungsi dominan yang dimiliki oleh

manusia, mekanisme pergerakan energi psikis dan tahap perkembangan

kepribadiannya.

Menurut Jung (dalam Sumadi, 2006) manusia dapat digolongkan dalam

dua tipe,yaitu manusia yang bertipe ekstravers dan manusia yang bertipe introvers. Orang yang ekstravers dipengaruhi oleh dunia obyektif yaitu dunia di luar dirinya. Orientasi utama tertuju keluar; pikiran, perasaan, serta tindakannya

(23)

terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun

lingkungan non-sosial. Orang ekstravers ini mempunyai sikap yang positif terhadap masyarakat. Jika orang-orang dengan kepribadian ekstravers (dalam hal ini pensiunan) memiliki dukungan sosial yang tinggi dari lingkungannya atau

menerima hal-hal yang positif dari lingkungan maka kecenderungan penyesuaian

dirinya akan baik. Sealin itu juga, Costa dan McCrae dalam (Papalia, 2009)

memprediksikan bahwa orang dengan kepribadian extraverted (mudah bergaul dan berorientasi sosial) cenderung melaporkan emosi positif yang lebih tinggi dan

lebih mungkin untuk mempertahankan kepositifan tersebut seiring dengan

kehidupannya.

Sedangkan orang yang introvers dipengaruhi oleh dunia subyektif yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasi utama tertuju ke dalam; pikiran,

perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif.

Penyesuaian dengan dunia luar pada tipe introvers ini kurang baik, sebaliknya mempunyai penyesuaian yang baik dengan batinnya sendiri. Jika orang-orang

dengan kepribadian introvers (dalam hal ini pensiunan) memiliki pemikiran yang terus-menerus negatif tentang dirinya dan selalu mengeluh dengan status

pensiunnya, maka kecenderungan penyesuaian dirinya akan buruk. Hal ini dapat

disebabkan dukungan sosial dari lingkungannya tidak berpengaruh signifikan

terhadap dirinya. Karena orang dengan kepribadian introvers dipengaruhi oleh dunia subyektif.

Pemaparan di atas juga didukung oleh penelitian terdahulu Jou & Fukada

(1996) yang mengemukakan tipe kepribadian extrovert secara positif

(24)

mempengaruhi penyesuaian diri. Penelitian terdahulu yang mendukung teori di

atas dikemukakan pula oleh Jou & Fukada (1996) yang mengatakan bahwa

penyesuaian diri sangat kuat ditentukan oleh kepribadian dan dukungan sosial.

Hal terkait juga diutarakan oleh Kim dan Moen (dalam Papalia, 2009) bahwa

sumber daya pribadi (kesehatan, SES dan kepribadian), sumber daya ekonomi,

dan sumber daya hubungan sosial, seperti dukungan dari pasangan dan

teman-teman, dapat mempengaruhi seberapa baik pensiunan mengatasi periode pensiun.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat

fenomena tersebut menjadi sebuah permasalahan pada penelitian ini. Penulis ingin

mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan

kepribadian terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun PT. PLN (Persero).

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. 2. 1 Pembatasan masalah

Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan

sebagai berikut:

a. Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perhatian,

perasaan nyaman dan bantuan yang didapat dari orang lain atau kelompok

sehingga menimbulkan perasaan bahwa pensiunan memiliki arti bagi

orang lain atau menjadi bagian dari jaringan sosialnya.

b. Kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian

extrovert dan introvert dari teori yang dikemukakan oleh Jung.

(25)

c. Penyesuaian diri pada masa pensiun yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah suatu proses psikologis berupa perubahan-perubahan yang

terbentuk melalui hubungan yang harmonis dengan lingkungan, yang

meliputi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan individu itu sendiri dan

tuntutan serta tekanan dari lingkungannya, baik kebutuhan fisik maupun

sosial.

d. Pensiunan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah para

pensiunan PT PLN (persero) dengan batas usia 60 – 75 tahun.

1. 2. 2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka perumusan

masalah dari penelitian ini adalah:

a. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap

penyesuaian diri pada masa pensiun?

b. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian terhadap

penyesuaian diri pada masa pensiun?

c. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kepribadian

terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap penyesuaian diri

pada masa pensiun

(26)

b. Untuk mengetahui pengaruh kepribadian terhadap penyesuaian diri pada

masa pensiun

c. Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dan kepribadian terhadap

penyesuaian diri pada masa pensiun

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis, seperti:

1.3.2.1Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu

pengetahuan psikologi, khususnya pada bidang psikologi industri dan

organisasi serta bidang psikologi sosial dan psikologi perkembangan.

Penelitian ini juga dapat mengembangkan teori dukungan sosial, kepribadian

dan penyesuaian diri.

1.3.2.2Manfaat praktis

a. Diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi orang-orang terdekat

individu (pasangan, anak, saudara, teman dll) sebagai sumber

dukungan sosial utama dalam membantu pensiunan menjalani masa

pensiun. Sehingga pensiunan dapat terhindar dari dampak negatif

masa pensiun. Dan istilah post power syndrome yang identik dengan orang-orang yang memasuki masa pensiun dapat dihindari.

b. Memberikan informasi kepada orang-orang yang berada disekitar

pensiunan seperti keluarga dan teman, dengan tujuan

(27)

mengembangkan pemahaman mengenai masa penyesuaian diri

pada pensiunan.

c. Diharapkan dapat digunakan pada program-program khusus,

seperti konseling pra pensiun sebagai suatu cara untuk

mengantisipasi masalah-masalah yang akan muncul pada masa

pensiun dengan melibatkan orang-orang terdekat individu. Dengan

adanya program konseling ini, kebijaksanaan MPP (Masa

Persiapan Pensiun) yang telah lama diterapkan perusahaan /

instansi diharapkan dapat berjalan dengan lebih aktif & efektif.

Program MPP yang selama ini lebih diarahkan pada persiapan yang

bersifat fisik, dapat lebih diarahkan pada persiapan psikis bagi

individu.

d. Diharapkan dapat meningkatkan minat para peneliti lain untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam, atau melakukan

penelitian baru yang berhubungan dengan pensiunan.

1. 4 Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang

dibahas dalam skripsi ini, maka penulis mengemukakannya dengan sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB 1. Pendahuluan, mengemukakan latar belakang permasalahan-permasalahan

penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaatnya, dan

sistematika penulisan.

(28)

BAB 2. Kajian Pustaka, berisi teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian, yakni teori penyesuaian diri, teori dukungan sosial, teori kepribadian

dan kerangka berfikir

BAB 3. Metode Penelitian, memaparkan pendekatan dan jenis penelitian, populasi

dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur

penelitian, dan analisis data.

BAB 4. Analisis hasil penelitian, yaitu mengemukakan tentang gambaran umum

subjek, analisis deskriptif, dan hasil uji hipotesis.

BAB 5. Penutup, yaitu menyajikan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi

dan saran teoritis dan praktis.

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab kajian pustaka ini akan dibahas mengenai teori-teori

penyesuaian diri, teori-teori dukungan sosial, teori-teori kepribadian, definisi

pensiun, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.

2.1 Penyesuaian Diri

2.1.1 Definisi penyesuaian diri

Penyesuaian diri berasal dari kata adjustment, yang artinya penyetelan (diri) atau penyesuaian diri (Chaplin, 1999). Definisi lengkap dari penyesuaian

diri adalah 1. Variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan

dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. 2. Menegakkan hubungan yang harmonis

dengan lingkungan fisik dan sosial (Chaplin, 1999).

Definisi pertama menyatakan secara tidak langsung adanya situasi

pemecahan masalah, dimana seseorang merasakan adanya kebutuhan yang tidak

dapat dipuaskan dengan cara-cara biasa. Dalam situasi tersebut tingkah laku

diubah-ubah, sampai ditemukannya reaksi yang bisa memberikan kepuasan.

Sebaliknya, reaksi jawaban sedemikian ini menjadi cara kebiasaan dalam

mereaksi. Definisi kedua kurang menekankan masalah keterampilan-keterampilan

atau hal-hal belajar, melainkan mendekati ide akomodasi sosial (social accommodation) atau konformitas (persesuaian,kecocokan) (dalam Chaplin, 1999).

(30)

Istilah adjustment, accommodation dan conformity itu terkadang dapat dipertukarkan satu sama lain, walaupun adjustment secara tidak langsung menyatakan adanya peranan yang lebih aktif pada individu. Accommodation dan conformity lebih bersifat pasif, dan secara tak langsung menyatakan suatu “penyerahan, atau rasa mengalah” untuk bisa mencapai keserasian atau harmoni

(Chaplin,1999).

Pergiwati dan Uly (2008) menafsirkan penyesuaian diri dari beberapa

tokoh seperti Schneiders dan Kartono, diantaranya adalah:

1. Adaptation, artinya bahwa penyesuaian diri dipandang sebagai suatu kemampuan untuk beradaptasi. Individu yang memiliki penyesuaian diri

yang baik, akan memiliki hubungan yang memuaskan dengan

lingkungannya.

2. Conformity, yaitu bahwa dalam proses penyesuaian diri, individu harus mempertimbangkan norma sosial dan hati nuraninya.

3. Mastery, yaitu bahwa penyesuaian diri merupakan kemampuan individu dalam membuat suatu perencanaan dan mengorganisir respon-respon

sedemikian rupa, sehingga individu mampu menguasai atau menanggapi

segala macam konflik, kesulitan, masalah hidup, dan keadaan yang

membuat frustasi dengan cara yang efisien

4. Individual Variation, yaitu bahwa terdapat perbedaan yang bersifat individual pada perilaku dan respon individu dalam menghadapi berbagai

masalah

(31)

5. Penguasaan dan kematangan emosional, yaitu bahwa penyesuaian diri

menuntut kemampuan individu untuk memiliki emosi yang tepat pada

setiap situasi.

Dalam Chaplin (1999) penyesuaian diri juga diartikan sebagai adaptation yang arti secara bahasa adalah penyesuaian diri, adaptasi, pencocokan; perubahan;

1. Perubahan fungsional atau struktural yang meningkatkan atau mempertinggi

nilai kelangsungan hidup organisme. 2. Berkurangnya kepekaan lewat

peningkatan dari ambang absolut/mutlak selama diperpanjangnya pemberian

perangsang. 3. Penghilangan perasaan-perasaan dan tingkah laku yang tidak tepat

selama tingkat-tingkat awal dalam proses belajar.

Launier (1995), membedakan antara konsep penyesuaian diri dengan

adaptasi, yaitu penyesuaian diri mengacu pada usaha seseorang untuk sejalan

dengan lingkungan sosial & fisiknya, sedangkan adaptasi mengacu pada usaha

untuk bertahan hidupnya suatu spesies.

Atwater (1983) mengemukakan bahwa penyesuaian terdiri dari

perubahan-perubahan dan keadaan yang ada dalam diri kita yang diperlukan untuk mencapai

hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan dengan lingkungan kita.

Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai

interaksi individu yang kontinyu dengan diri sendiri, orang lain dan dengan

lingkungan individu tersebut.

Sunarto & Hartono (2006) mengemukakan bahwa penyesuaian diri adalah

proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi

kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Respon penyesuaian, baik atau buruk,

(32)

secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi

atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan

yang lebih wajar.

Penyesuaian diri adalah sebagai suatu proses ke arah hubungan yang

harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses

penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, dan individu

didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari

ketegangan (Sunarto & Hartono, 2006).

Berdasarkan seluruh definisi penyesuaian diri di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan individu itu sendiri dan tuntutan serta tekanan lingkungannya. Definisi

inilah yang digunakan dalam penelitian ini.

2.1.2 Penyesuaian diri pada saat memasuki masa pensiun

Menurut Turner & Helms (1995) ada beberapa hal penyesuaian yang

dialami seseorang ketika memasuki masa pensiun, yaitu:

1. Psychological adjustments meliputi berkurangnya harga diri 2. Financial adjustments meliputi berkurangnya sumber penghasilan

3. Marital adjustments meliputi ketidak harmonisan pasangan dan kepergian pasangan

4. Other social adjustments meliputi berkurangnya kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan, hilangnya kelompok referensi dan

hilangnya tugas yang berarti

(33)

Menurut Hurlock (1980), Penyesuaian diri individu terhadap masa pensiun

merupakan kondisi yang banyak dipengaruhi oleh kendala individual maupun

sosial pada saat sebelum maupun sesudah terjadinya pensiun. Adapun

beberapa kendala yang berpengaruh diantaranya yaitu:

a. Jenis pensiun. Individu yang pensiun “sukarela” akan lebih baik

menyesuaikan diri daripada yang “terpaksa”

b. Kesehatan individu. Kesehatan yang buruk pada saat pensiun bisa

membantu penyesuaian diri karena masa pensiun dapat diluangkan

dengan istirahat. Sedangkan pekerja yang merasa dirinya sehat

cenderung sulit menyesuaikan diri karena merasa “terpaksa” untuk

mundur walaupun ia masih sanggup untuk bekerja.

c. Perubahan pola kerja dan cara hidup yang perlahan-lahan dan terencana

sejak beberapa waktu sebelum pensiun akan lebih baik daripada

perubahan yang tiba-tiba.

d. Bimbingan dan perencanaan pra pensiun akan membantu penyesuaian

diri

e. Aktivitas pengganti. Individu yang mampu mengembangkan aktivitas

pengganti yang sesuai dengan minat dan berarti bagi dirinya akan

menemukan kepuasan bekerja kembali dan tidak menganggap masa

pensiun sebagai gangguan emosional.

f. Kontak sosial. Kontak sosial yang baik sebelum dan sesudah masa

pensiun akan membantu penyesuaian diri, karena banyak individu yang

(34)

merasa sebagai “warga kelas dua” setelah masa pensiunnya. Dengan

kontak sosial yang baik perasaan-perasaan seperti itu dapat dikurangi.

g. Semakin sedikit perubahan yang harus dilakukan terhadap kehidupan

semasa pensiun, semakin baik penyesuaian diri dapat dilakukan

h. Status ekonomi. Status ekonomi yang baik, memungkinkan seseorang

untuk hidup dengan nyaman

i. Status perkawinan. Perkawinan yang bahagia dan dukungan dari

keluarga terutama istri akan banyak membantu penyesuaian.

j. Keterlibatan dan keberartian tugas. Makin banyak komunitas yang

menawarkan persahabatan dan aktivitas bagi individu yang pensiun,

makin baik pula penyesuaian diri individu. Semakin para pekerja

menyukai pekerjaan mereka, semakin buruk penyesuaian terhadap

pensiun.

k. Sikap terhadap masa pensiun. Secara umum adanya sikap yang positif

akan banyak membantu penyesuaian diri yang dilakukan individu

terhadap perubahan yang terjadi dalam masa pensiun.

2.1.3 Karakteristik penyesuaian diri

Menurut Haber & Runyon (1984) terdapat lima karakteristik

penyesuaian diri yang efektif, yaitu:

1. Persepsi yang akurat tentang realitas. Salah satu aspek pentingnya adalah

mengenali konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan mengatur

tingkah laku sesuai konsekuensi tersebut.

(35)

2. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan. Pada dasarnya orang yang

mampu menyesuaikan diri adalah orang yang dapat menentukan tujuan

dan mengatasi berbagai masalah dan konflik di dalamnya

3. Citra diri positif. Para psikolog memandang berbagai persepsi tentang diri

sebagai indikator kualitas penyesuaian diri. Walaupun penyesuaian diri

yang efektif memerlukan adanya citra diri yang positif, tapi sangat penting

bagi individu untuk tidak menghilangkan realitas mengenai dirinya.

Individu harus menyadari & mengakui kelemahannya sebagaimana ia

menyadari & mengakui kekuatannya. Jadi individu harus mengenal

kemampuan & kekurangan dirinya. Jika individu mampu mengenal &

memahami dirinya secara realitas, berarti ia berada pada pencapaian

sumber kekuatan penuh dari dirinya.

4. Kemampuan mengekspresikan perasaan. Orang yang sehat secara

emosional mampu merasakan dan mengekspresikan berbagai emosi dan

perasaan, serta membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal.

Pengekspresian tersebut dikontrol sepenuhnya oleh individu tersebut.

5. Hubungan interpersonal yang baik. Manusia merupakan makhluk sosial.

Dari masa konsepsi, kita selalu tergantung pada orang lain untuk

memenuhi kebutuhan kita secara fisik, sosial dan emosi. Individu yang

mampu menyesuaikan diri adalah individu yang dapat berhubungan secara

produktif dan menguntungkan bagi satu sama lain.

(36)

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

Schneiders (dalam Gufron&Risnawita, 2010) berpendapat bahwa dasar

penting bagi terbentuknya suatu pola penyesuaian diri adalah kepribadian.

Gufron&Risnawita (2010), membedakan faktor yang mempengaruhi penyesuaian

diri menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal.

Faktor eksternal yang berasal dari lingkungan meliputi lingkungan rumah,

keluarga, tempat bekerja dan masyarakat.

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang meliputi

kondisi jasmani, psikologis (kepribadian), kebutuhan, kematangan intelektual,

emosional, mental dan motivasi.

2.2 Dukungan Sosial

2.2.1 Definisi dukungan sosial

Dukungan sosial berasal dari kata social support. Social (sosial) artinya menyinggung relasi di antara dua atau lebih individu (Chaplin, 1999). Support (dukungan) yang artinya 1. Mengadakan atau menyediakan sesuatu untuk

memenuhi kebutuhan orang lain. 2. Memberikan dorongan atau pengobaran

semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuatan-keputusan

(Chaplin, 1999).

Beberapa pengertian dukungan sosial telah banyak dikemukakan oleh para

ahli. Ritter (dalam Smet, 1994) secara umum mengatakan bahwa dukungan sosial

mengacu pada bantuan emosional, instrumental dan finansial yang diperoleh dari

jaringan sosial seseorang.

(37)

Sarafino (2002) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan,

perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain.

Gottlieb (dalam Smet,1994) Dukungan sosial terdiri terdiri dari informasi

atau nasehat verbal dan atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang

diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan

mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

Dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan perhatian, perasaan

nyaman dan bantuan yang didapat dari orang lain atau kelompok sehingga

menimbulkan perasaan bahwa kita memiliki arti bagi orang lain atau menjadi

bagian dari jaringan sosialnya.

2.2.2 Jenis atau bentuk dukungan sosial

Jenis-jenis dukungan sosial yang dikemukakan oleh Cohen dan McKay, dkk

(Sarafino, 2002) adalah sebagai berikut:

1. Dukungan Emosi, yaitu suatu bentuk dukungan yang diekspresikan

melalui perasaan positif yang berwujud empati, perhatian dan kepedulian

terhadap individu lain.

2. Dukungan Penghargaan, adalah suatu bentuk dukungan yang

diekspresikan melalui penghargaan dan tanpa syarat atau apa adanya.

Bentuk dukungan sosial seperti ini dapat menimbulkan perasaan berharga

dan kompeten.

3. Dukungan instrumental, merupakan dukungan sosial yang diwujudkan

dalam bentuk langsung. Misalnya seperti memberi uang.

(38)

4. Dukungan Informasi, adalah suatu dukungan yang diungkapkan dalam

bentuk pemberian nasehat atau saran.

5. Integritas Sosial, yaitu bentuk hubungan yang diperoleh melalui

keterlibatan dalam suatu aktivitas kelompok yang diminati oleh individu

yang bersangkutan.

2.2.3 Komponen-komponen dukungan sosial

Cohen, Mermelstein, Kamarck dan Hoberman (1985) menyimpulkan empat

bentuk dukungan sosial yang berpengaruh terhadap respon individu pada kondisi

yang menekan, yaitu:

a. Dukungan Praktis (tangible support), atau bantuan-bantuan yang bersifat pelayanan seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari

maupun bantuan secara finansial.

b. Dukungan Informasi (appraisal support), atau suatu bentuk bantuan yang membantu individu dalam memahami kejadian yang menekan dengan

lebih baik serta memberikan pilihan strategi coping yang harus dilakukan guna menghadapi kejadian tersebut.

c. Dukungan Harga Diri (self-esteem), atau suatu bentuk bantuan dimana individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya bila

dibandingkan keadaan yang dimiliki dengan orang lain, yang membuat

individu merasa sejajar dengan orang lain seusianya.

d. Dukungan Belonging, atau suatu bentuk bantuan dimana individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan ketika ia ingin melakukan

suatu kegiatan bersama.

(39)

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang mendapatkan dukungan sosial

Sarafino (1994) menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi

perolehan dukungan sosial dari orang lain, yaitu:

1. Penerima Dukungan (Recipients)

Seseorang tidak akan memperoleh dukungan bila mereka tidak ramah,

tidak mau menolong orang lain dan tidak membiarkan orang lain

mengetahui bahwa mereka membutuhkan pertolongan. Ada orang yang

kurang asertif untuk meminta bantuan, atau mereka berfikir bahwa mereka

seharusnya tidak tergantung dan membebani orang lain, merasa tidak enak

mempercayakan sesuatu pada orang lain atau tidak tahu siapa yang dapat

dimintai bantuannya.

2. Penyedia Dukungan (Provider)

Individu tidak akan memperoleh dukungan jika penyedia tidak memiliki

sumber-sumber yang dibutuhkan oleh individu, penyedia dukungan sedang

berada dalam keadaan stres dan sedang membutuhkan bantuan, atau

mungkin juga mereka tidak cukup sensitif terhadap kebutuhan orang lain.

3. Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial (Hubungan individu dengan

keluarga dan masyarakat)

Hubungan ini bervariasi dalam hal ukuran, yaitu jumlah orang yang biasa

dihubungi; frekuensi hubungan, yaitu seberapa sering individu bertemu

dengan orang tersebut; komposisi, yaitu apakah orang tersebut adalah

keluarga, teman, rekan kerja, atau lainnya; dan keintiman, yaitu kedekatan

hubungan individu dan adanya keinginan untuk saling mempercayai.

(40)

2.3Kepribadian

2.3.1 Definisi kepribadian

Menurut Pervin (2005) Kepribadian mengacu pada karakteristik orang

yang menjelaskan pola-pola yang konsisten dari perasaan, berpikir, dan

berperilaku.

Menurut Allport dalam Sumadi (2006) menyatakan bahwa watak dan

kepribadian adalah satu dan sama, akan tetapi dipandang dari segi yang berlainan;

kalau orang bermaksud hendak mengenakan norma-norma, jadi mengadakan

penilaian, maka lebih tepat dipergunakan istilah “watak” dan kalau orang tidak

memberikan penilaian, jadi menggambarkan apa adanya, maka dipakai istilah

“kepribadian”.

Freud (dalam Feist, 2010) pada teori kepribadian adalah eksplorasinya ke

dalam dunia tidak sadar dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh

dorongan-dorongan utama yang belum atau tidak mereka sadari. Freud

mengidentifikasi tiga tingkatan dalam kehidupan mental, yaitu alam tidak sadar,

alam bawah sadar, dan kesadaran. Jadi, kepribadian merupakan integrasi dari id,

ego dan superego (Chaplin, 1999). Menurut Freud, kepribadian orang dewasa

banyak ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak terutama oleh Oedipus complex-yang telah meninggalkan jejak dalam pikiran yang tidak disadari.

Kepribadian menurut Allport (dalam Sumadi, 2006) merupakan organisasi

dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang

khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

(41)

Berbeda dengan yang lainnya, Jung tidak berbicara tentang kepribadian

melainkan tentang psyche. Menurut Jung (dalam Sumadi,2006) psyche adalah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari.

Kepribadian yang dijelaskan oleh Jung dalam bentuk psyche adalah integrasi dari ego, ketidaksadaran pribadi, dan ketidaksadaran kolektif, kompleks-kompleks,

arkhetip-arkhetip (archetypes), persona dan anima (Chaplin,1999). 2.3.2 Struktur kepribadian

Jiwa manusia menurut Jung (dalam Sumadi,2006) terdiri dari dua alam, yaitu:

a. Alam sadar (kesadaran) yang berfungsi sebagai penyesuaian terhadap

dunia luar.

b. Alam tak sadar (ketidaksadaran) yang berfungsi sebagai penyesuaian

terhadap dunia dalam

1. Struktur kesadaran

Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa,

yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia

dalam dunianya.

a. Fungsi Jiwa

Suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam

lingkungan yang berbeda-beda

b. Sikap Jiwa

Arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam

bentuk orientasi manusia terhadap dunianya.

(42)

c. Tipologi Jung

Kedua sisi introversi dan ekstroversi dapat dikombinasikan dengan

berbagai fungsi jiwa sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Tipologi Jung

(Sumber: Sumadi, 2006)

Sikap Jiwa Fungsi Jiwa Tipe Ketidaksadarannya Ekstravers Pikiran Pemikir ekstravers Perasa introvers

Perasaan Perasa ekstravers Pemikir introvers Pendriaan Pendria ekstravers Intuitif introvers

Intuisi Intuitif ekstravers Pendria introvers Introvers Pikiran Pemikir introvers Perasa ekstravers

Perasaan Perasa introvers Pemikir ekstravers Pendriaan Pendria ekstravers Intuitif ekstravers Intuisi Intuitif introvers Pendria ekstravers

1. Introversi adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki

orientasi subjektif. Introvert memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi

yang bersifat individu. Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan

sangat selektif dan dengan pandangan subjektif meraka, Jung (dalam Feist,

2010).

2. Ekstraversi adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah

luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif

dan menjauh dari subjektif. Ekstrovert akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri.

Mereka cenderung untuk berfokus pada sikap objektif dan menekan sisi

subjektifnya, Jung (dalam Feist, 2010).

(43)

3. Pikiran (thinking)

Aktivitas intelektual logika dapat memproduksi serangkaian ide yang

disebut dengan berpikir (thinking). Orang-orang yang memiliki karakteristik berpikir extrovert sangat bergantung pada pemikiran yang nyata, tetapi mereka juga menggunakan ide abstrak jika ide tersebut dapat

ditransmisikan kepada mereka secara langsung. Orang-orang yang

memiliki karakteristik berpikir introvert bereaksi terhadap rangsangan eksternal, tetapi interpretasi mereka terhadap suatu kejadian lebih diwarnai

oleh pemaknaan internal yang mereka bawa dalam dirinya sendiri

dibanding dengan fakta objektif yang ada.

4. Perasaan (feeling)

Jung menggunakan kata perasaan (feeling) untuk mendeskripsikan proses evaluasi sebuah ide atau kejadian. Orang-orang dengan perasaan extrovert menggunakan data objektif untuk melakukan evaluasi. Orang-orang

dengan perasaan introvert mendasarkan penilaian mereka sebagian besar pada persepsi subjektif dibanding dengan fakta objektif.

5. Sensasi (sensing)

Fungsi yang memungkinkan manusia untuk menerima rangsangan fisik

dan mengubahnya ke dalam bentuk kesadaran perseptual yang disebut

dengan sensasi (sensation). Orang-orang dengan sensing extrovert menerima rangsangan eksternal secara objektif, kurang lebih sama seperti

rangsangan ini eksis dalam kenyataan. Orang-orang dengan sensing

(44)

introvert biasanya sangat dipengaruhi oleh sensasi subjektif akan penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, dan lainnya.

6. Intuisi (intuition)

Intuisi (intuition) meliputi persepsi yang berada jauh di luar sistem kesadaran. Orang-orang dengan intuisi extrovert selalu berorientasi pada fakta dalam dunia eksternal. Orang-orang dengan intuisi introvert dipandu oleh persepsi ketidaksadaran terhadap fakta yang umumnya subjektif dan

memiliki sedikit atau bahkan tidak ada kesamaan dengan kenyataan

eksternal.

d. Persona

Cara individu dengan sadar menampakkan diri ke luar (ke dunia sekitarnya).

Persona merupakan kompromi antara individu dan masyarakat, antara

struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai bagaimana

seharusnyaorang berbuat.

2. Struktur Ketidaksadaran

Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan

ketidaksadaran kolektif.

a. Ketidaksadaran Pribadi

Ketidaksadaran pribadi berisikan hal-hal yang diperoleh oleh individu selama

hidupnya.

(45)

b. Ketidaksadaran kolektif

Ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan

jiwa seluruhnya, yaitu pertumbuhan jiwa seluruh jenis manusia, melalui generasi

yang terdahulu.

2.3.3 Extroversion Vs Introversion

Ekstraversi adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah

luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan

menjauh dari subjektif. Ekstrovert akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri. Mereka cenderung untuk

berfokus pada sikap objektif dan menekan sisi subjektifnya, Jung dalam Feist

(2010).

Introversi adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki

orientasi subjektif. Introvert memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang bersifat

individu. Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan sangat selektif dan

dengan pandangan subjektif meraka, Jung dalam Feist (2010).

Extroversion dan Introversion merupakan salah satu dimensi saling berlawanan yang dapat digambarkan oleh MBTI. MBTI (Myers Briggs Type

Indicator)adalah suatu alat tes psikologi yang diciptakan atau dikembangkan oleh

Isabel Myers dan KatharineBriggs yang mengacu pada teori Carl Gustav Jung

tentang struktur kepribadian (psyche). Teori ini mengatakan bahwa manusia memiliki cara yang saling bertentangan dalam memperoleh energi psikologis

(secara extroversion atau introversion); mendapatkan atau menjadi sadar akan

(46)

suatu informasi (melalui pancaindra/sensing atau melalui intuisi/intuition); memutuskan atau mengambil kesimpulan tentang informasi tersebut (dengan

berpikir/thinking atau dengan merasakan/feeling); dan berhadapan dengan dunia sekitar (dengan cara menghakimi/judging atau menerima saja/perceiving).

Ekstrovert dalam MBTI diartikan sebagai tipe pribadi yang suka bergaul, menyenangi interaksi sosial dengan orang lain dan berfokus pada the world outside the self. Sebaliknya tipe introvert dalam MBTI diartikan sebagai mereka yang senang menyendiri, reflektif, dan tidak begitu suka bergaul dengan banyak

orang. Orang introvert lebih suka mengerjakan aktivitas yang tidak banyak menuntut interaksi seperti membaca, menulis, dan berpikir secara imajinatif.

2.4 Pensiun

Pensiun merupakan suatu isyarat sosial bahwa seseorang telah memasuki

usia lanjut yang juga berarti berakhirnya masa kerja seseorang dan mulainya

periode waktu luang yang panjang tanpa aktivitas rutin (Kimmel, 1983). Pensiun

dianggap sebagai krisis dan transisi dari bekerja menjadi tidak bekerja.

Singkatnya, pensiun merupakan suatu stressor kehidupan bagi orang yang

menjalaninya.

Beberapa ahli mencoba mendefinisikan pensiun. Atwater (1983)

mendefinisikan pensiun sebagai suatu proses pengunduran diri individu dari

aktivitas atau status pekerjaan rutin, yang biasanya disebabkan oleh perubahan

pada usia dan kesehatan. Jadi, pensiun merupakan suatu proses dari aktif bekerja

menjadi tidak aktif bekerja.

(47)

2.5 Kerangka Berpikir

Menjelang masa bekerja berakhir, di setiap perusahaan terutama BUMN

mengadakan serangkaian kegiatan persiapan pensiun. Dalam kegiatan yang

diselanggarakan perusahaan tersebut, tidak semua pekerja mengikuti program

Masa Persiapan Pensiun (MPP) atau bahkan mempersiapkan diri menghadapi

pensiun. Bagi pekerja yang kurang melakukan persiapan untuk menghadapi masa

pensiun, maka akan menemukan berbagai masalah. Salah satunya adalah

permasalahan penyesuaian diri pada masa pensiun, yang seringkali ditandai

dengan keadaan stress atau depresi.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan-permasalahan penyesuaian

diri pada masa pensiun adalah dengan pencarian dukungan sosial. Hal tersebut

sejalan dengan salah satu manfaat dari dukungan sosial menurut Gottlieb (dalam

Smet, 1994) adalah bermanfaat dalam hal emosional atau memberikan efek

perilaku bagi pihak penerima. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Gottlieb

(dalam Smet, 1994) bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi kesehatan

dengan melindungi (buffer) dan memberikan efek langsung (direct effect) bagi seseorang terhadap efek negatif dari stres yang berat.

Orang-orang yang mendapatkan dukungan sosial tinggi, kemungkin akan

kurang menilai situasi penuh stress (mereka tahu bahwa mungkin akan ada

seseorang yang dapat membantu mereka). Orang-orang dengan dukungan sosial

tinggi akan mengubah respon mereka terhadap sumber stress contohnya pergi ke

seorang teman untuk membicarakan masalah tersebut). Kedua segi di atas adalah

contoh fungsi dukungan sosial yang bersifat melindungi (buffer) yang

(48)

mempengaruhi dampak sumber stres. Sedangkan contoh dari fungsi dukungan

sosial yang memberikan efek langsung (direct effect) adalah orang-orang dengan dukungan sosial tinggi, dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi, yang

membuat mereka tidak begitu mudah diserang stress.

Oleh karena itu, dukungan sosial yang diberikan mempunyai pengaruh

bagi keberlangsungan proses penyesuaian diri pada masa pensiun. Penerimaan

dukungan sosial yang tinggi akan melindungi para pensiunan terhadap efek

negatif dari stres yang cukup mengganggu. Sebaliknya penerimaan dukungan

sosial yang rendah tidak akan melindungi para pensiunan terhadap efek stres yang

cukup mengganggu. Dukungan tersebut, dapat berasal dari keluarga, teman,

masyarakat maupun perusahaan tempat bekerja sebelum masa pensiun.

Selain dukungan sosial, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses

penyesuaian diri, yaitu tipe kepribadian. Kepribadian menurut Allport (dalam

Sumadi, 2006) merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem

psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungan. Tipe kepribadian yang berbeda-beda pada setiap individu akan

mempengaruhi penyesuaian diri para pensiunan dimasa purna tugasnya. Tipe

kepribadian ekstrovert yang orientasinya lebih ke luar (lingkungan sosialnya)

lebih membutuhkan dukungan sosial untuk menghadapi masa pensiunnya.

Sedangkan tipe kepribadian introvert yang orientasinya lebih kedalam yaitu dunia

subyektifnya. Orang dengan tipe introvert ini akan lebih memerlukan penyesuaian

diri lebih ketika masa pensiunnya. Karena orang tipe introvert ini kurang bisa

bergaul dengan lingkungannya dibandingkan orang dengan tipe ekstrovert.

(49)

Hal tersebut, juga didukung oleh hasil penelitian terdahulu Jou & Fukada

(1996) yang mengemukakan bahwa tipe kepribadian extrovert positif mempengaruhi penyesuaian diri.

Pensiunan dengan kepribadian ekstrovert maka dapat diasumsikan

penyesuaian dirinya pun baik, dimana seseorang dapat menempatkan dirinya di

masyarakat maka dia akan diterima dengan baik oleh masyarakat, sebaliknya

pensiunan dengan kepribadian introvert, maka dapat diasumsikan penyesuaian

dirinya tidak baik, dimana seseorang tidak dapat menempatkan dirinya di

masyarakat maka dia tidak akan diterima dengan baik oleh masyarakat.

Kepribadian juga mempengaruhi penerimaan dukungan sosial. Ada

individu yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi, sedangkan individu

tersebut tergolong introvert. Dimana orang yang mempunyai sikap introvert, akan menerima dunia luar dengan sangat selektif dan dengan pandangan subjektif

mereka. Sebaliknya ada individu yang mendapatkan dukungan sosial yang rendah,

sedangkan individu tersebut tergolong extrovert. Dimana individu yang mempunyai sikap extrovert, akan lebih mudah dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri.

(50)

2.6 Hipotesis

H1 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap penyesuaian diri

pada masa pensiun

H01 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap penyesuaian

diri pada masa pensiun

H2 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian terhadap penyesuaian diri pada

masa pensiun

H02 : Tidak ada pengaruh yang signifikan kepribadian terhadap penyesuaian diri

pada masa pensiun

H3 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kepribadian terhadap

penyesuaian diri pada masa pensiun

H03 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kepribadian

terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari tujuh

subbab. Subbab tersebut adalah pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan

sampel, variabel penelitian, pengumpulan data, uji instrumen, prosedur

penelitian dan teknik analisis data.

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa angka yang dianalisis dengan

menggunakan analisis statistik. Dalam penelitian ini pengumpulan data kuantitatif

diperoleh dari hasil pengukuran skala. Sedangkan metode penelitian yang

digunakan adalah metode analisa regresi. Metode analisa regresi adalah suatu

metode untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan antara satu atau beberapa

variabel independen mempengaruhi sebuah variabel dependen dalam suatu

fenomena kompleks (Nazir, 1999). Pada penelitian ini terdapat dua variabel

independen dan satu variabel dependen, maka analisa regresi yang dikerjakan

berkenaan dengan regresi berganda (multiple regression).

(52)

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Sebuah populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta

ciri-ciri yang telah ditetapkan(Nazir, 1988). Populasi dalam penelitian ini adalah

pensiunan pegawai PT PLN (Persero) di wilayah Jakarta. Usia pensiun di PT.

PLN (Persero) dimulai saat pegawai memasuki usia 56 tahun.

3.2.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Nazir,1988). Adapun sampel pada penelitian ini sebanyak 50 orang

pensiunan PT. PLN (Persero).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Nonprobability sampling design, yaitu tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian (Bungin, 2006). Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam

pengambilan sampelnya (Idrus, 2007). Teknik ini lebih mengutamakan tujuan

penelitian dan karakteristik populasi (Bungin, 2006).

Karakteristik sampel pada penelitian ini adalah:

1. Pensiunan PT. PLN (Persero)

2. Rentang usia 60-75 tahun

3. Tingkat pendidikan minimal SMA.

(53)

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang mempunyai bermacam-macam nilai (Priyatno,

2008). Jadi variabel adalah objek penelitian yang menjadi perhatian suatu

penelitian.

Variabel dibedakan sebagai berikut:

a. Variabel tergantung (variabel dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri

b. Variabel bebas (variabel independen) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri.

Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel yaitu:

Independent Variable (IV): 1. Dukungan sosial

2. Kepribadian

Dependent Variable (DV): Penyesuaian diri pada masa pensiun

3.3.1 Definisi konseptual variabel

Definisi Konseptual merupakan suatu definisi dalam bentuk yang abstrak

yang mengacu pada ide-ide lain atau konsep lain-yang bisa saja abstrak-untuk

menjelaskan konsep pertama tersebut (Prasetyo&Jannah, 2005).

a. Dukungan sosial adalah perhatian, perasaan nyaman dan bantuan yang

didapat dari orang lain atau kelompok sehingga menimbulkan perasaan

bahwa kita memiliki arti bagi orang lain atau menjadi bagian dari

jaringan sosialnya.

b. Kepribadian adalah suatu keunikan dari individu yang menjadi

karakteristik dan menempati posisi penting dalam teori tertentu yang

Gambar

Tabel 2. 1 Tipologi Jung
Tabel 3.1 Nilai Skor Jawaban
Tabel 3.2 Nilai Skor Jawaban
Tabel 3.3 Nilai Skor Jawaban
+7

Referensi

Dokumen terkait

tinggi dapat berharap bahwa seseorang yang dikenal individu akan.. Sari Hayati : Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia, 2010. menolong individu tersebut,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54,3% responden dengan dukungan sosial sedang dan 71,3% responden dengan dukungan sosial tinggi yang tidak mengalami kecemasan dalam

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan utama dari penelitian ini yaitu apakah dukungan sosial akan mempengaruhi tingkat kecemasan baik

Hubungan negatif antara dukungan sosial istri dengan kecemasan suami menjelang masa pensiun telah terbukti, karena dengan adanya dukungan sosial istri maka akan dapat

bahwa semakin besar dukungan sosial keluarga yang diterima oleh individu akan semakin tinggi resiliensi individu, karena dukungan keluarga dapat mempengaruhi pemikiran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54,3% responden dengan dukungan sosial sedang dan 71,3% responden dengan dukungan sosial tinggi yang tidak mengalami

regresi metode stepwise dengan mengikutkan prediktor dukungan significant others, dukungan keluarga, dan dukungan teman didapatkan hasil bahwa hanya dukungan significant

Mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap resiliensi, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian