• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

oleh :

MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2005

(2)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

( Dra. Aisah Indati, M.S )

(3)

Hubungan antara Dukungan Sosial Istri dengan Kecemasan Suami Menjelang Masa Pensiun

Mutya Gusti Rama Dra. Aisah Indati, M.S

INTISARI

Dukungan sosial istri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan suami menjelang masa pensiun. Dengan dukungan sosial istri yang tinggi maka kecemasan suami menjelang masa pensiun rendah demikian sebaliknya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Dukungan Sosial Istri dengan Kecemasan Suami Menjelang Masa Pensiun. Semakin tinggi Dukungan Sosial Istri semakin rendah Kecemasan Suami Menjelang Masa Pensiun. Sebaliknya semakin rendah Dukungan Sosial Istri semakin tinggi Kecemasan Suami Menjelang Masa Pensiun.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 78 orang, terdiri dari suami yang bekerja baik di instansi negeri maupun swasta berusia 50-56 tahun yang masih memiliki tanggungan keluarga yang akan menjelang masa pensiun. Skala Dukungan Sosial Istri dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan teori dari Sheridan & Radmacker (1992). Adapun aspek dukungan sosial istri yang akan diungkap adalah perhatian, emosional, instrumental, informasi, penilaian yang dalam penelitian ini aspek tersebut khusus diperoleh dari istri. Sedangkan skala Kecemasan Suami dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Brill & Hayes (1981) yaitu kehilangan status sosial, menurunnya penghasilan, kehilangan karir, kehilangan kesempatan berinteraksi dengan teman-teman dan kehilangan perasaan berarti bagi masyarakat sekitar.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 11,5. Untuk menguji apakah terdapat hubungan antara Dukungan Sosial Istri dengan Kecemasan Suami Menjelang Masa Pensiun. Tekhnik yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson yang menunjukkan korelasi sebesar r = - 630 dengan p < 0,01 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara Dukungan Sosial Istri dengan Kecemasan Suami Menjelang Masa Pensiun. Jadi hipotesis penelitian diterima.

Artinya kecemasan suami menjelang masa pensiun pada penelitian ini rendah disebabkan karena dukungan sosial istri yang tinggi disamping ada beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi seperti, mendapat tunjangan dana pensiun, istri yang bekerja, anak-anak yang sudah menyelesaikan sekolah, usia yang masih jauh menjelang pensiun dan rencana yang baik menghadapi masa pensiun nanti.

Kata kunci : Dukungan Sosial, Kecemasan Suami

(4)

A. Pendahuluan

Bekerja merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia secara fisik yang meliputi sandang, pangan dan papan serta psikologis yang meliputi afiliasi, berprestasi, berkuasa dan kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi diri.

Akan tetapi tidak selamanya seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan kebutuhannya dalam mencari uang. Pada saat memasuki usia tertentu yaitu (55-56 tahun) individu akan mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang berupa kemunduran baik secara fisik, mental maupun sosial sehingga individu akan berhenti dari pekerjaan atau dengan kata lain dikenal dengan pensiun dan kemudian mulai memasuki masa istirahat , yaitu masa menikmati hasil jerih payahnya selama bekerja (Kedaulatan Rakyat dalam Purnamasari, 2003).

Pada saatnya seorang yang bekerja harus melepaskan kekuasaannya atau mengundurkan diri dari dunia pekerjaannya. Pensiun yang dimaksud disini adalah menarik diri, mengundurkan diri, mengasingkan diri dari masyarakat. umum dan kehidupan aktifnya dibidang pekerjaan atau profesi yang menandai akhir dari periode kerja (Parkinson, 1990).

Anggapan umum yang berkembang di masyarakat tentang masa pensiun adalah bahwa masa pensiun merupakan masa yang seharusnya tidak perlu menjadi beban karena masa tersebut pasti akan dialami oleh setiap individu yang bekerja.

Namun berhentinya seseorang dari pekerjaan akan menimbulkan berbagai macam

akibat dan pengaruh pada orang yang akan mengalaminya, sebab dengan berakhirnya

(5)

masa kerja berarti ada perubahan dari segi ekonomi dan fasilitas sehingga menimbulkan berbagai dampak psikologis. Dengan sendirinya, pola hidup akan berubah, sehingga ketika suami sudah tidak bekerja lagi pasti ada sesuatu yang menekan dalam diri. Muncul perasaan tidak rela untuk melepaskan apa yang selama ini telah dimiliki dan dinikmati sehingga timbul kecemasan suami menjelang masa pensiun.

Kecemasan suami menjelang masa pensiun adalah suatu keadaan atau perasaan tidak menyenangkan bagi seorang suami karena khawatir, takut, tidak pasti akan masa depannya yang timbul ketika suami akan memasuki masa pensiun dalam jelang waktu tertentu (6 tahun kedepan dalam hal penelitian ini) dimana suami tidak memiliki pekerjaan tetap lagi namun belum siap menerima kenyataan tersebut dengan segala akibatnya baik secara sosial, psikologis maupun fisiologis.

Pada umumnya kecemasan yang muncul menjelang masa pensiun adalah

berkurangnya penghasilan setiap bulan. Bradbury (Wulandari, 2001) mengatakan

bahwa orang-orang pensiunan yang terputus dari pekerjaan dan dari arus kehidupan

menghadapi masalah penyesuaian keuangan, psikologi, sosial, intelektual dan

seksual. Suami akan merasa cemas, was-was, dan khawatir terhadap masa depan diri

sendiri maupun keluarganya. Ada kekhawatiran yang terus menerus mengenai

bagaimana cara menghidupi keluarga dengan penghasilan yang lebih sedikit, tetapi

dengan kebutuhan yang tidak berkurang terutama pemikiran tentang biaya pendidikan

bagi anak-anak yang belum memasuki atau sedang menjalani masa kuliah. Ada

kekhawatiran bagaimana cara mengisi waktu luang nanti di hari tua. Ada

(6)

kekhawatiran akan menjalani kesepian dan merasa diasingkan oleh teman sepergaulan dan adanya kekhawatiran hilangnya status dan kekuasaan yang dulu

dimiliki. Hal ini sangat tidak mengenakkan bagi seseorang yang biasa bekerja (Parkinson, 1990).

Dukungan sosial menjadi aspek penting untuk mengadakan perubahan- perubahan yang diperlukan untuk menghadapi segala bentuk kekhawatiran. Johnson dan Johnson (1991) mendefinisikan dukungan sosial sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan. Dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang penting yang dekat ( significant others ) bagi individu yang membutuhkan bantuan.

Isteri merupakan orang terdekat dalam kehidupan seorang suami sebagai pasangan hidup. Untuk itu diperlukan peran serta istri sebagai sumber dukungan sosial terdekat dalam setiap pengambilan keputusan. Dukungan sosial istri dapat diartikan sebagai tindakan yang diberikan istri terhadap suami dalam memecahkan masalahnya dimana istri dapat memberikan bantuan secara psikologis dengan melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan materi, penilaian positif, perhatian dan penerimaan.

Dukungan sosial istri dapat mempengaruhi tingkat kecemasan suami menjelang masa pensiun. Kepedulian dan dukungan dari istri sangat dibutuhkan oleh suami yang akan menjalani masa pensiun. Seorang istri juga harus memiliki kesiapan fisik maupun mental.

Berdasarkan hal –hal diatas muncul suatu permasalahan mengenai kecemasan

suami menjelang masa pensiun dan dalam penelitian ini permasalahan yang diangkat

(7)

adalah apakah ada hubungan antara dukungan sosial istri dengan kecemasan suami menjelang masa pensiun.

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara dukungan sosial istri dengan kecemasan suami menjelang masa pensiun. Semakin tinggi dukungan sosial istri maka semakin rendah kecemasan suami menjelang masa pensiun, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial istri maka kecemasan suami menjelang masa pensiun semakin tinggi.

C. Metode Penelitian

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket dan skala. Angket digunakan untuk menanyakan identitas diri seperti umur, jumlah tanggungan keluarga, jenis kelamin. Skala digunakan untuk mengungkapkan Kecemasan Suami Menjelang Masa Pensiun dan Dukungan Sosial Istri.

Pada penelitian ini menggunakan skala dengan empat alternative jawaban, yaitu : Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, Sangat Tidak Sesuai. Disajikan dalam bentuk aitem favorable dan unfavorable dengan pemberian skor satu sampai empat.

Secara rinci alat ukur yang digunakan adalah : 1. Skala kecemasan suami menjelang masa pensiun

Skala kecemasan suami menjelang masa pensiun merupakan alat ukur untuk

mengungkap kecemasan yang dialami oleh suami ketika menjelang pensiun yang

(8)

disusun berdasarkan teori yang mengungkap hal-hal yang dapat menimbulkan kecemasan suami menjelang masa pensiun yang dikemukakan oleh Brill dan Hayes (1981), yaitu kehilangan status sosial, menurunnya penghasilan, kehilangan karir, kehilangan kesempatan berinteraksi dengan teman-teman dan kehilangan perasaan berarti bagi masyarakat sekitar.

2. Skala Dukungan Sosial Istri

Skala dukungan sosial istri mengungkap aspek dukungan sosial istri. Adapun

aspek dukungan sosial istri yang akan diungkap dalam penelitian ini dikembangkan

dari konsep yang ditemukan oleh Sheridan dan Radmacker (1992). Aspek tersebut

adalah perhatian, emosional, instrumental, informasi, penilaian yang dalam penelitian

ini aspek tersebut khusus diperoleh dari istri, yaitu : 1. aspek perhatian emosional :

suami merasa bahwa istrinya memberikan perhatian pada dirinya dan membantu

memecahkan masalah-masalahnya, baik masalah pribadi maupun masalah pekerjaan ;

(2) aspek instrumental : penyediaan sarana untuk mempermudah perilaku yang

secara langsung menolong suami dalan menghadapi tuntuan kerja, meliputi bantuan

sesuatu benda, membantu pekerjaan, memberi peluang waktu ; (3) aspek informasi :

suami mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan suami juga dapat menyampaikan

informasi kepada istrinya, meliputi pemberian nasihat, pengarahan dan informasi ; (4)

aspek penilaian : suami mendapat penghargaan, penilaian serta umpan balik yang

positif tentang perilaku yang telah dilakukan.

(9)

D. Metode Analisa Data

Untuk menguji hipotesis penelitian penulis menggunakan analisis statistic dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Keseluruhan kompilasi data dilakukan melalui program komputer SPSS for Windows versi 11,5.

E. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil try out, uji validitas dan reliabilitas alat ukurnya adalah : a. Skala Dukungan Sosial Istri

Hasil uji reliabilitas skala dukungan sosial istri ini menggunakan tekhnik Cronbach alpha dengan hasil sebesar 0,9464. Batasan yang digunakan pada uji

validitas adalah 0,3 dari 60 aitem awal yang gugur sebanyak 13 aitem, sehingga jumlah aitem untuk penelitian sebanyak 47 aitem.

b. Skala Kecemasan

Hasil uji reliabilitas skala dukungan sosial istri ini menggunakan tekhnik Cronbach alpha dengan hasil sebesar 0,9627. Batasan yang digunakan pada uji

validitas adalah 0,3 dari 60 aitem awal yang gugur sebanyak 5 aitem, sehingga jumlah aitem untuk penelitian sebanyak 55 aitem.

1. Deskripsi Data Penelitian

Untuk memperoleh gambaran umum mengenai data penelitian dapat dilihat

pada table deskripsi data berisikan fungsi-funsi statistic dasar yang disajikan secara

lengkap pada table berikut ini.

(10)

Tabel 7

Deskripsi Data Penelitian

Variabel Skor yang diperoleh Skor yang dimungkinkan (Hipotetik) (Empirik)

Xmin Xmax Mean SD Xmin Xmax Mean SD

Dukungan 47 188 117,5 23,5 119 184 144,51 12,805 Kecemasan 55 220 137,5 27,5 56 142 106,05 15,603

Berdasarkan deskripsi data penelitian diatas dapat dilihat skor yang diperoleh untuk variabel dukungan sosial istri mean empiriknya adalah 144.51 dan mean hipotetiknya adalah 117,5. Sementara untuk variabel kecemasan suami menjelang masa pensiun mean empiriknya adalah 106,05 dan mean hipotetiknya adalah 137,5..

Deskripsi data pada tabel 7 tersebut diatas menunjukkan bahwa mean empirik variabel dukungan sosial istri lebih besar daripada mean hipotetiknya, sehingga kecenderungan dukungan sosial istri tinggi. Sedangkan mean empirik untuk variabel kecemasan suami menjelang masa pensiun lebih kecil daripada mean hipotetiknya.

Hal ini berarti bahwa kecemasan suami menjelang masa pensiun adalah rendah.

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang mencakup uji normalitas dan linieritas. Hal ini perlu dilakukan karena teknik korelasi yang digunakan adalah teknik product moment yang harus menggunakan data yang berdistribusi normal dan linier.

1. Uji asumsi mencakup uji normalitas dan linieritas yang dilakukan sebelum analisis

data atau uji hipotesis.

(11)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan Teknik One Sample Kolmogorof- Smirnof, variabel kecemasan suami menjelang masa pensiun menunjukkan K-SZ =1,571 p = 0.014 ( p<0.05) dan pada variabel dukungan sosial istri menunjukkan K-SZ =0,820 p = 0,511 ( p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur tersebut memiliki sebaran tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui variabel dukungan sosial istri dan kecemasan suami menjelang masa pensiun apakah linier atau tidak. Diperoleh signifikansi linearity sebesar 0,000 atau p<0,05 dan deviation from linearity sebesar 0,830 atau p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel ini bersifat linear.

2. Uji Hipotesis

Hasil uji normalitas dan linieritas menunjukkan bahwa data yang diperoleh tidak normal tetapi linier. Semula akan digunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Data yang diperoleh tidak normal tetapi linier sehingga dilanjutkan dengan

uji korelasi Spearman’s Rho pada program SPSS 11,5 for Windows., menghasilkan

hubungan negatif koefisien korelasi sebesar -0,555 ; p=0,000 ( p<0.01). Hasil

hubungan tersebut menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara dukungan

sosial istri dengan kecemasan suami menjelang masa pensiun yang artinya hipotesis

penelitian diterima.

(12)

F. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan korelasi Rho Spearman dari program SPSS 11.5 for windows dan diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,555 dengan p= 0,000 atau p<0,01 yang artinya ada korelasi yang sangat signifikan antara dukungan sosial istri dengan kecemasan suami menjelang masa pensiun. Sehingga hipotesis dalam penelitian ada hubungan yang negatif antara dukungan sosial istri dengan kecemasan suami menjelang masa pensiun, diterima. Artinya dukungan sosial yang diberikan istri tinggi sehingga kecemasan suami menjelang masa pensiun rendah.

Hubungan negatif antara dukungan sosial istri dengan kecemasan suami menjelang masa pensiun telah terbukti, karena dengan adanya dukungan sosial istri maka akan dapat mempengaruhi kecemasan suami menjelang masa pensiun sehingga jika suami mempunyai dukungan sosial istri yang tinggi maka akan dapat mengurangi rasa cemas dan khawatir dalam menghadapi masa pensiun yang akan datang.

Sumbangan efektif yang diberikan dukungan sosial istri dengan kecemasan

suami menjelang masa pensiun adalah R² = 0,396. Sehingga dari hasil tesebut

diketahui bahwa variabel dukungan sosial istri dengan kecemasan suami menjelang

masa pensiun adalah 39,6 % sedangkan sisanya sebesar 60,4 % dipengaruhi oleh

faktor lain antara lain penghasilan yang berkurang, kesehatan fisik dan mental yang

tidak baik sehingga menimbulkan rasa cemas pada suami menjelang masa pensiun,

sikap terhadap pekerjaan di mana suami menganggap bahwa pekerjaan adalah segala-

(13)

galanya dan kepuasan kerja karena dengan bekerja seseorang memperoleh kepuasan selain uang dan memperkuat harga diri (Rybash dkk, 1999).

Dukungan dari istri sangat dibutuhkan bagi suami menjelang masa pensiun.

Seperti dijelaskan dari pengertian dukungan sosial itu sendiri yang diungkapkan oleh Ganellen dan Blaney (1984) bahwa dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki keterkaitan erat dengan individu terutama istri tercinta. Istri yang mendukung yang dapat memberikan dukungan emosional dengan meyakinkan suami bahwa suami adalah individu berharga yang disayangi dan tidak sendiri. Kehangatan dan cinta kasih dari sang isteri akan memungkinkan suami yang tertekan dan cemas dalam menghadapi pensiun akan dapat menghadapinya dengan tenang.

Kecemasan suami yang rendah juga disebabkan oleh faktor-faktor lain diantaranya dilihat berdasarkan isian angket yang disebar. Beberapa responden memiliki rencana yang baik dalam menghadapi masa pensiunnya. Sebanyak 56 orang responden memiliki harapan yang optimis akan berwiraswasta atau membuka usaha baru setelah pensiun nanti. Hal ini berarti para responden memiliki tabungan yang cukup dalam menghadapi hari tua. Istri yang bekerja juga ikut menambah pemasukan dalam rumah tangga. Ada 48 orang subjek memiliki istri yang juga ikut bekerja. Istri bekerja memiliki wawasan luas yang artinya istri memahami kondisi suami menjelang masa pensiun dengan demikian istri dan suami dapat saling memberikan motivasi tentang langkah-langkah yang dapat dicapai setelah pensiun nanti.

Disamping itu tingkat pendidikan subjek yang sebagian besar berada pada tingkat

(14)

SMA yaitu berjumlah 42 orang memiliki arti bahwa subjek memahami kondisi menjelang masa pensiun. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini juga berusia antara 50-56 tahun yang mana hal ini dapat mempengaruhi rendahnya kecemasan suami menjelang pensiun. Subjek masih agak lama menghadapi masa pensiun sehingga masih dapat tenang menghadapi masa pensiun. Kecemasan yang lebih besar dirasakan oleh suami yang akan pensiun tinggal beberapa bulan lagi.

Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan angket pada seluruh responden di masing-masing instansi. Penulis memberikan waktu bagi subjek untuk mengisi angket di rumah dengan pertimbangan kesibukan subjek di kantor. Hal ini dapat menimbulkan kemungkinan bahwa angket yang diisi bukan oleh subjek yang bersangkutan sehingga faktor ini dapat menjadi kelemahan dalam penelitian ini.

Salah satu responden mengungkapkan bahwa masalah ekonomi bukan hal

yang terlalu mengkhawatirkan bagi para suami karena setelah pensiun para pegawai

akan mendapatkan tunjangan dana pensiun. Rasa cemas yang lebih tinggi disebabkan

karena sudah tidak bekerja lagi sehingga menimbulkan perasaan tidak berarti pada

diri mereka. Hilangnya kekuasaan juga mempengaruhi bagi responden yang memiliki

jabatan tinggi dalam instansinya. Hubungan dengan relasi yang tidak lagi terjalin

membuat suami cemas menjelang masa pensiun. Hal ini sesuai dengan pendapat Brill

dan Hayes (1981) bahwa kecemasan menjelang masa pensiun adalah hilangnya hal-

hal tertentu yang dapat diperoleh seseorang dengan bekerja antara lain, status sosial,

sumber penghasilan, karir, kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan

rasa berarti.

(15)

Usia 50 tahun keatas adalah masa krisis dimana kebutuhan seseorang khususnya suami yang mencakup kebutuhan fisik, psikologi, sosial, maupun intelektual dirasakan berkurang. Suami yang mampu memenuhi kebutuhan- kebutuhan tersebut dimasa tuanya akan membantu mengurangi rasa cemas menjelang masa pensiun sehingga dapat melewati masa pensiun dengan tenang. Suami yang mengisi hari tuanya dengan memperbanyak kegiatan ibadah atau keagamaan dan menjaga pola hidup yang seimbang akan mendukung terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikologis pada suami. Melakukan hal-hal kemanusiaan seperti mengikuti organisasi sosial atau menjaga hubungan silahturahmi dengan tetangga dan saudara juga dapat mendukung suami dalam memenuhi kebutuhan sosial maupun intelektual di masa pensiun. Semua hal diatas sesuai dengan pendapat Palmore ( Brill dan Hayes, 1981) bahwa terdapat sejumlah faktor yang dapat menyebabkan suami tidak merasa cemas dalam menghadapi masa pensiunnya antara lain mempunyai sejumlah aktifitas yang berarti seperti aktifitas organisasi, keagamaan, politik atau sosial, menjaga kesehatan seperti berolahraga dan pola makan yang baik, mempunyai perencanaan keuangan yang baik, memiliki sikap yang optimis. Sikap seperti ini dapat memperpanjang umur.

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa ada hubungan negatif antara dukungan sosial istri dengan

kecemasan suami menjelang masa pensiun. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi

(16)

dukungan sosial istri maka kecemasan suami menjelang masa pensiun akan semakin rendah demikian juga sebaliknya apabila semakin rendah dukungan sosial istri maka kecemasan suami akan semakin tinggi pula. Dalam penelitian ini kecemasan suami menjelang masa pensiun rendah disebabkan karena dukungan sosial istri yang diterima tinggi

H. Saran

Dari hasil penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1.. Saran bagi para istri

Dukungan sosial istri merupakan salah satu unsur yang penting dan mendukung bagi seorang suami menjelang masa pensiun. Istri sebagai pendamping dapat memberikan kasih sayang dan perhatian untuk membantu suami dalam mengatasi permasalahannya terutama pada masa pensiun sehingga mengurangi rasa cemas suami menjelang masa pensiun

2. Saran bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

tema pensiun, perlu kiranya memperhatikan usia subjek yang digunakan, sebaiknya

menggunakan subjek yang sedang mengalami masa persiapan pensiun atau akan

pensiun 1 tahun kedepan. Disamping itu peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan

teknik pengambilan data yang lain seperti observasi atau wawancara.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Brill, P. L and Hayes, J. P. 1981. Taming Your Turmoil : Managing the Transtitions of Adult Life. EagleWood Cliffs : Prentice – Hall Inc

Ganellen, R.J & Blaney, P.H. 1984. Hardiness and Social Support as Moderator of the Effect of Life Stress. Journal of Personality and Social Psychology,47, 156- 163

Johnson, D.W & Johnson, F . P. 1991. Joining Together : Group Theory and Group Skills. 4

th

ed. Prentice – Hall Inc. New York

Parkinson, N. C. 1990. Masa Pensiun yang Bahagia. Jakarta : Binarupa Aksara Purnamasari, S . E. 2003. Hubungan Sindrom Pasca Kekuasaan dengan Kepuasan

Hidup Pada Pensiunan Karyawan Pertamina Golongan Pimpinan di Surabaya. Jurnal Psikologi Insight. Tahun I. No 2, 62-73. Yogyakarta

Sheridan, C. L dan Radmacker, A. 1992. Health Psychology : Challenging The Biomedical Model. Singapore : John Willey & Sons, Inc

Wulandari, F. A. 2001. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan

Menghadapi Pensiun Pada Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan. Skripsi

( Tidak Diterbitkan ). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber air yang terpilih dialirkan kedalam beberapa jenis adsorben (arang aktif, bentonit, dan zeolit) dengan

Tujuan dari penulisan skripsi berbasis karya dan pelaksanaan special event dalam bentuk seminar ini adalah untuk memberikan wawasan dan edukasi (dari mikro, makro,

Risiko dalam suatu OMSP terjadi karena beberapa sebab: ancaman suatu OMSP tidak mudah dikenali, batasan yang ditetapkan oleh institusi yang lebih tinggi menyebabkan ruang

Memenuhi Dari hasil verifikasi data informasi yang tercantum dalam dokumen packing list sudah sesuai dengan dokumen ekspor lainnya, maka dapat disimpulkan bahwa

Kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan reviu atas kinerja instansi pemerintah terkait, pembinaan terhadap sumber daya manusia, pengendalian atas pengelolaan sistem

Dengan ditetapkannya Undang–undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah dengan Undang–undang Nomor 12 Tahun 2008 dan Undang–undang

Kebijakan ini meliputi kebijakan-kebijakan jangka pendek bagi UMKM yakni pengenalan teknologi digital dan pelatihan bagi para pelaku dan pekerja UMKM serta

“Produk yang diberikan oleh Naisha dapat dibilang dari segi kualitasnya memiliki kualitas yang nyaman untuk dipakai, dan dari segi modelnyapun memiliki model yang sangat