EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI
PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
TEAMS GAMES TOURNAMENT
(TGT)
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 87 Jakarta Selatan)
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Rizki Darmawanti
NIM: 106015000473
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRAK
RIZKI DARMAWANTI (106015000473). Efektivitas Pembelajaran Ekonomi Pada Materi Pajak Dengan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 87 Jakarta Selatan). Skripsi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model TGT pada materi pajak siswa SMP Negeri 87 Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Oktober 2010 dengan subyek penelitian berjumlah 40 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan. Pengumpulan data dilakukan melalui pree testdanpost test, observasi, wawancara dan instrumen tes kemampuan kognitif.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa. Hal ini dilihat dari hasilpost test yang meningkat dibandingpree test, dan juga tercapainya nilai seluruh siswa di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dari hasil penelitian ini disarankan agar guru dapat menerapkan model pembelajaran TGT ini dalam belajar Ekonomi.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur
penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa
terucap kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat,
dan para pengikutnya hingga sepanjang masa.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi IPS. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun berkat motivasi dan
bantuan dari berbagai pihak maka penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua Orang Tua penulis Joko Sunaryo dan Nurningsih, serta kedua adikku
Rahma dan Elma, terima kasih atas kasih sayang dan do’a yang telah
diberikan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M A selaku Dekan FITK UIN.
3. Bapak Drs. H. Nurochim MM selaku ketua prodi Pendidikan IPS, penasehat
akademik, dosen pembimbing PPKT dan juga dosen pembimbing skripsi yang
tulus ikhlas penuh kesabaran dan perhatian membimbing serta mengarahkan
penulis dari awal kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh bapak/ibu dosen dan sekretaris program studi Pendidikan IPS
khususnya bapak Dr. Iwan Purwanto M. Pd, terimakasih atas pelajaran
hidupnya yang sangat berharga.
5. Bapak Ishak Idrus selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 87 Jakarta beserta
dewan guru dan staf khususnya ibu Titin Suhaetin dan ibu Tri Miswarsih yang
telah memberikan ilmu dan bantuannya selama penelitian ini berlangsung.
6. Teman-teman prodi Pendidikan IPS angkatan 2006, terima kasih untuk
bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Sukses selalu untuk kita,
amin…
7. Teman-teman “Gosip Maker”, Reni, Evi, Tami, Best (Mpeb), Leni, Bariah,
Amel, Ani, Rifa, Deby, Sri, Inta, dan Iya. Banyak moment yang kita lewati
bersama, semua terekam tak pernah mati.
8. Teman-teman kostan “Griya Kartini”, Mba Desy, Mba Handa, Ka Ana, Ka
Anis, Ka Omy, Ka Nina, Ka Reni, Ka Rani, Ka Kasma, Ka Maya, Ama,
Delsy, Sarwa, Vika, Ratna, Andri, dan Mia.
9. Teman-teman kostan “Bale Sakinah”, khususnya Neng dan Ais, terima kasih
atas perhatian dan bantuannya.
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan imbalan atas jasa dan segala pengorbanan yang diberikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk penulis sendiri dan juga para
pembaca.
Wassalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, 5 November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah... 8
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Efektivitas Pembelajaran 1. Pengertian Efektivitas ... 11
2. Pengertian Pembelajaran ... 14
3. Ciri-ciri Pembelajaran ... 16
4. Tujuan Pembelajaran ... 16
5. Jenis-jenis Pembelajaran ... 17
6. Teori-teori Pembelajaran... 17
7. Prinsip-prinsip Belajar ... 21
8. Masalah-masalah Belajar ... 22
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial... 22
2. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ... 23
4. Karakteristik Pelajaran IPS ... 24
5. Pengertian Ilmu Ekonomi ... 24
6. Tujuan Pembelajaran Ekonomi ... 25
7. Pemahaman Konsep Pajak ... 26
C. Model Pembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 28
2. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif... 29
3. Pengertian Model PembelajaranTeams Games Tournament (TGT) ... 29
4. Komponen-komponen Dalam Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)... 32
5. Langkah-langkah Dalam Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)... 33
6. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan... 35
7. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 37
C. Subjek Yang Terlibat Dalam Penelitian... 40
D. Peran dan Posisi Peneliti ... 40
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 40
1. Observasi Pendahuluan ... 40
2. Tahapan Penelitian ... 40
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan... 42
G. Data dan Sumber Data ... 42
H. Instrumen Pengumpul Data ... 42
I. Teknik Pengumpulan Data... 45
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 46
K. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 49
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data... 50
B. Tindakan Pembelajaran Siklus I... 52
C. Analisis Data Tes Objektif (pree test danpost test), Observasi dan Wawancara ... 55
D. Tahap Refleksi ... 56
E. Kelebihan Pembelajaran Pada Siklus I ... 58
F. Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 58
G. Kekurangan dan Kendala Yang Ditemukan Pada Siklus II ... 62
H. Kelebihan Pembelajaran Pada Siklus II ... 63
I. Analisis Data ... 63
J. Interpretasi Hasil Analisis ... 66
K. Pembahasan Temuan Penelitian... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Saran... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 37
Tabel 2 Diagram Desain Intervensi Tindakan Kelas ... 39
Tabel 3 Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas VIII-3 ... 51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Suasana Kelas Pada Pertemuan Pertama... 53
Gambar 2 Peneliti Menjelaskan Materi Tentang Pajak ... 54
Gambar 3 Diskusi Kelompok Pada Siklus I... 54
Gambar 4 Suasana Kelas Pada Turnamen Siklus I ... 55
Gambar 5 Proses Pembelajaran Pada Siklus II ... 59
Gambar 6 Diskusi Kelompok Pada Siklus II ... 60
Gambar 7 Subyek Diminta Untuk Mengerjakan Soal Turnamen Pada Papan Tulis ... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi setiap manusia. Tanpa
pendidikan, manusia tidak akan dapat berkembang sebagaimana mestinya, sebab
pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi yang ada
pada manusia. Dalam pendidikan juga terdapat bimbingan dan pengalaman
kepribadian, sehingga peserta didik dapat menjadi seseorang yang berguna bagi
dirinya selaku individu yang menjalani pendidikan, dan masyarakat sebagai
tempat interaksi keluarga, bangsa dan negara sebagai tempat tinggal peserta didik
itu sendiri.
Pendidikan adalah suatu proses yang berfungsi membimbing peserta didik
dalam kehidupan sesuai dengan tugas dan perkembangannya yang harus dijalani
oleh peserta didik, pendidikan juga merupakan suatu usaha sadar yang teratur dan
sistematik, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk
membuat peserta didik agar mempunyai sifat atau tabiat sesuai dengan cita-cita
pendidikan.
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1
Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya, “pendidikan ialah pimpinan
yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam
pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi
masyarakat”.2
Pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan dalam proses tersebut seseorang haruslah belajar karena hal
tersebut sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
itu sendiri.
Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka
pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang
baik pula. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di Indonesia serta
menumbuhkan suatu sistem pembelajaran yang berkualitas, maka sistem
pembelajaran tersebut harus menuju pada proses belajar yang kompetitif dan
mandiri, karena salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa
yang diperbuat atau apa yang diyakini. Berikut ini merupakan alasan mengapa
manusia membutuhkan pendidikan:
1. Dasar Biologis
Kaitan dengan dasar biologis pendidikan menurut Redja Mudyahardjo, bahwa pendidikan adalah perlu karena manusia dilahirkan tidak berdaya, sebab :
a. Manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan.
b. Manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.
c. Awal pendidikan terjadi setelah manusia mencapai penyesuaian jasmani (manusia dapat berjalan sendiri, dapat makan sendiri, dapat menggunakan tangan sendiri) atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani.
1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 71-72
2
2. Implikasi
a. Manusia yang tidak menerima bantuan dari manusia lainnya yang telah dewasa akan menjadi manusia yang tidak berbudaya atau bahkan mati. b. Manusia memerlukan perlindungan dan perawatan, sebagai masa
persiapan pendidikan.
c. Kemampuan pendidikan terbatas.
d. Orang dewasa yang tidak berhasil dididik perlu pendidikan kembali atau
reedukasi.3
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa harus berkembang secara
optimal dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri dan bertanggung jawab
serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Lebih lanjut Redja Mudyahardjo menyatakan bahwa:
Dalam definisi luas, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan, segala situasi hidup dan sepanjang hidup, yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan dalam definisi sempit, pendidikan adalah sekolah, pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, pendidikan adalah pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.4
Karena pada kenyataannya, seorang anak atau peserta didik nantinya akan
berhubungan dan berkontribusi untuk masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari
tugas sosial individu.
Ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu sosial berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata oikonomia, kata ini berasal dari kata oikos dan nomos,
oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti terlaksana atau pengaturan, jadi
Ekonomi mengandung arti tentang hubungan manusia dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhannya. Menurut Umasih, ”manusia adalah makhluk Ekonomi
(homo economicus)yang selalu bertindak dengan penuh perhitungan dan berusaha
mencari keuntungan bagi dirinya”.5 Sebagai makhluk Ekonomi, manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yang rasional, karena ia yakin
3
Redja Mudyahardjo,Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. 2, h. 33-34
4
Redja Mudyahardjo,Pengantar Pendidikan…, h. 3-6
5
bahwa dengan memenuhi kebutuhannya akan dapat tercapai kesejahteraan.6 Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencari kepuasan
tertinggi dari nilai guna barang yang menjadi kebutuhannya tersebut.
Ekonomi menurut kamus bahasa Indonesia yaitu ”pengetahuan dan
penelitian mengenai asas-asas penghasilan (produksi), pembagian (distribusi) dan
pemakaian (konsumsi) barang-barang serta kekayaan, penghematan, tempat
dimana ia tinggal hal ini demikian merupakan tuntutan dasar untuk memenuhi
kebutuhan”.7 Manusia dalam kegiatan ekonominya melalui tahapan-tahapan, yang pertama adalah melakukan kegiatan produksi, distribusi hingga konsumsi.
Kegiatan tersebut dalam sehari-harinya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia.
Dalam belajar ilmu Ekonomi diperlukan juga efektivitas, efektivitas belajar
Ekonomi adalah hasil akhir yang diterima setelah mengalami proses belajar
mengajar Ekonomi yang tidak hanya diarahkan pada penguasaan materi saja,
tetapi juga menyentuh ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik dalam
mewujudkan nilai-nilai positif, sehingga belajar Ekonomi diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari, mengatur hidupnya sendiri dan
mampu merubah tingkah laku kearah yang lebih baik lagi. Efektivitas proses
belajar mengajar menekankan pada suatu usaha yang akan melahirkan aktifitas
belajar yang efektif. Belajar yang efektif merupakan suatu aktifitas belajar yang
optimal pada diri siswa. Menciptakan kondisi belajar yang efektif bagi siswa
sangat bergantung kepada cara mengelola kegiatan belajar mengajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar sebaik mungkin berdasarkan kemampuannya.
Guru sebagai pendidik dan seorang yang merencanakan pembelajaran di
sekolah memiliki peran yang penting terhadap keberhasilan pembelajaran
tersebut. Di samping memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar yang
efektif, sebaiknya guru juga mengawasi dan membimbing siswa sewaktu mereka
belajar di sekolah. Akan lebih baik lagi, apabila cara-cara belajar efektif tersebut
6
Pelajaran Pengetahuan Sosial Kelas VII, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2004), h. 211
7
dipraktekkan dalam tiap pelajaran yang diberikan. Namun ada kalanya terjadi
kekeliruan-kekeliruan dalam pendidikan. Kekeliruan itu contohnya dalam bentuk
bentuk kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar dan/atau cara
pencapaiannya tidak tepat.
Tujuan pendidikan dikatakan tidak benar apabila berisi nilai-nilai hidup
yang bersifat mengingkari dan merusak harkat dan martabat manusia sebagai
pribadi, warga, dan hamba Allah. Suatu pendidikan dikatakan benar apabila
berhasil membantu individu dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu
hidup. Hal ini dapat terjadi apabila bentuk kegiatan pendidikan mempunyai tujuan
yang tepat.
Bukan hanya guru yang berperan sebagai motivator dan fasilitator saja yang
dapat mempengaruhi proses belajar, namun pemilihan model pembelajaran yang
sesuai juga dapat berpengaruh pada kelangsungan proses belajar. Dimana dalam
pengajaran, bukan hanya dalam mata pelajaran ilmu Ekonomi saja namun juga
pada mata pelajaran yang lainnya model dan cara pengajarannya harus
benar-benar disesuaikan dengan kondisi dan situasi siswa. Sehingga dengan begitu siswa
dapat dengan mudah dan menerima serta memahami materi yang disampaikan.
Strategi pembelajaran yang diterapkan di sekolah dalam menyajikan mata
pelajaran Ekonomi, umumnya adalah strategi belajar mengajar yang kurang
mementingkan kebutuhan dan kepentingan siswa, bahkan pembelajaran lebih
berpusat pada guru. Metode pengajaran yang dipakaipun hanya terbatas pada
metode ceramah dan demonstrasi sehingga pembelajaran dirasakan monoton dan
membosankan, pengetahuan yang didapat oleh siswapun hanya sebatas hapalan
dan apa yang dipelajari oleh siswa tidak dapat diserap secara bermakna. Dengan
begitu siswa tidak dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik. Selain itu
para guru terjebak dengan target kurikulum yang harus dicapai, sehingga kurang
memperhatikan apakah siswa mengerti atau tidak dengan materi yang
diterimanya.
Padahal dalam proses belajar mengajar diharapkan terjadi transfer belajar,
yakni materi yang disajikan guru dapat diterapkan ke dalam struktur kognitif
generalisasi-generalisasi yang terorganisasi yang telah dipelajari dan dikuasai
seseorang.
Dengan terjadinya transfer belajar yang diterapkan ke dalam struktur
kognitif siswa, sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran tidak hanya
terbatas pada tahap ingatan tanpa pemahaman, namun juga bahan pelajaran dapat
diserap secara bermakna. Demikian pula dengan tujuan pembelajaran Ekonomi,
yang akan tercapai dengan pembelajaran yang bermakna.
Saat ini kenyataan yang terjadi di kelas adalah pembelajaran yang disajikan
guru hanya bertopang pada konsep yang abstrak dan sulit dimengerti peserta didik
secara utuh dan mendalam. Untuk itu agar peserta didik belajar lebih aktif, guru
harus memunculkan teknik pengajaran yang tepat dalam memotivasi peserta
didik. Guru sebagai fasilitator harus memfasilitasi peserta didik agar mendapat
informasi yang bermakna, agar memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menemukan ide mereka sendiri. Agar siswa dapat memahami konsep
Ekonomi dengan baik maka perlu dikembangkan suatu cara atau teknik
pengajaran Ekonomi guna membantu siswa dalam memahami konsep dan
menentukan hubungan yang bermakna. Kurang tepatnya penggunaan model
pembelajaran akan menjadi penghalang proses pembelajaran sehingga banyak
tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Pemilihan model pembelajaran
diharapkan sesuai dan cocok terhadap suatu materi pelajaran.
Menurut Robert E. Slavin, model pembelajaran yang diterapkan oleh seorang pendidik “harus dapat menarik perhatian siswa dan tidak membosankan,
salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif dengan teknikTeams Games
Tournament (TGT). Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini
pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran pertama dari Johns Hopkins”.8 Model pembelajaran TGT ini menggunakan tim kerja seperti pembelajaran
kooperatif pada umumnya, namun yang membedakannya adalah terdapat kuis
dengan turnamen, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim
lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya
8
Dalam model pembelajaran TGT ini menurut Robert E. Slavin:
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-6 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Mereka dalam kelompok saling bekerjasama, saling berdiskusi dan tolong menolong dalam mengerjakan tugas kelompok dan memahami suatu konsep pelajaran serta mereka saling berkompetisi antar kelompok. Setiap individu dalam kelompok tersebut memberikan kontribusi untuk pencapaian skor kelompok. Kelompok yang memiliki nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Di dalam kegiatan pembelajaran dengan model TGT ini semua siswa memiliki peluang yang sama untuk memperoleh prestasi, baik sebagai individu maupun anggota kelompok.9
Pembelajaran dengan menggunakan model TGT ini diharapkan dapat
membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif, menarik dan menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran Ekonomi. Pembelajaran Ekonomi yang efektif adalah suatu
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan.
Dilihat dari pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik di kelas, terdapat
kecenderungan bahwa proses belajar mengajar di kelas berlangsung secara
klasikal dan hanya bergantung pada buku teks pegangan siswa dengan model
pengajaran yang menitikberatkan proses menghafal dari pada pemahaman konsep,
sehingga tidak tercapai hasil belajar yang optimal.
Pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan model TGT diharapkan dapat
membantu para siswa agar lebih memahami secara mendalam tentang materi yang
dipelajarinya serta dapat membantu proses belajar mengajar yang berlangsung
lebih menarik dan menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan pengetahuan
konsep siswa terhadap pelajaran Ekonomi yang nantinya dapat meningkatkan
efektifitas belajar. Adapun konsep yang dimaksud adalah konsep-konsep tentang
pajak, yaitu pengertian pajak, unsur pajak, ciri-ciri pajak, penggolongan dan
jenis-9
jenis pajak, penghitungan pajak, fungsi pajak, serta sanksi kelalaian membayar
pajak. Banyak siswa gagal atau tidak mendapat hasil belajar yang baik dalam
pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Para
siswa biasanya hanya menghafal pelajaran.
Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks. Kecakapan, ketangkasan
serta kemampuan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian, guru
dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang
cara-cara belajar yang efektif.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan. Namun ini tidak berarti bahwa mengenal
petunjuk-petunjuk umum tersebut dengan sendirinya akan menjamin kesuksesan siswa.
Banyak aspek yang mempengaruhi dalam proses tercapainya kesuksesan tersebut.
Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk
menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan
efektivitas pembelajaran peserta didik. Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 87 Jakarta Selatan)”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Ekonomi yang diterapkan para pendidik saat ini belum
dapat meningkatkan kemampuan siswa.
2. Model pembelajaran Ekonomi yang digunakan para pendidik belum dapat
meningkatkan pengetahuan siswa.
3. Belum diketahuinya pengaruh penerapan model pembelajaran Teams Games
Tournament(TGT) terhadap penguasaan konsep pajak.
4. Belum diketahuinya efektivitas belajar siswa dengan menggunakan model
5. Belum diketahuinya respon siswa terhadap model pembelajaranTeams Games
Tournament(TGT) pada mata pelajaran Ekonomi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi ruang
lingkup masalah agar pemecahannya terfokus dan jelas. Masalah yang akan
diteliti adalah mengenai tingkat efektivitas pembelajaran Ekonomi siswa di SMP
Negeri 87 Jakarta Selatan dengan menggunakan model pembelajaran Teams
Games Tournament(TGT).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka
masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Apakah dengan
digunakannya model pembelajaran TGT akan meningkatkan efektivitas belajar
siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat pemahaman konsep Ekonomi siswa pada materi pajak
dengan menggunakan model pembelajaran TGT.
2. Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran TGT.
3. Mengetahui efektivitas belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran TGT.
F. Manfaat Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang masalah diatas, kemampuan
pemahaman Ekonomi siswa sangat penting untuk ditingkatkan. Oleh karena itu
model pembelajaran TGT perlu dicoba sebagai alternatif strategi pembelajaran
Ekonomi guna meningkatkan pemahaman konsep Ekonomi siswa, sehingga hasil
1. Bagi Siswa:
a. Siswa akan lebih mengenal model-model pembelajaran sehingga
siswa tidak merasa jenuh hanya dengan satu model pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar.
b. Siswa akan terangsang untuk dapat menyelesaikan persoalan yang
dihadapi, dapat berfikir kritis dan terlatih untuk dapat mengemukakan
pendapatnya serta dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa dalam mata
pelajaran lainnya dan mata pelajaran Ekonomi khususnya.
2. Bagi Guru:
a. Menjadi bahan masukan bagi guru untuk lebih mengetahui
alternatif-alternatif model pembelajaran yang digunakan dalam upaya meningkatkan
pemahaman konsep Ekonomi siswa.
b. Meningkatkan profesionalisme guru, melalui upaya penelitian yang
dilakukan.
3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
wawasan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas
pembelajaran Ekonomi.
4. Bagi Peneliti Lanjut, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan
untuk mengadakan perbaikan kualitas pendidikan dan menjadi acuan bagi
peneliti yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Efektivitas Pembelajaran 1. Pengertian Efektivitas
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia “efektivitas berarti ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil.10 Sedangkan menurut etimologi efektif adalah bentuk kata benda (noun) dari kata
sifat (adjective)”.11
Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan
pendidikan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam
mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas sesungguhnya merupakan suatu
konsep yang lebih luas mencakup faktor di dalam maupun di luar diri seseorang.
Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena
mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai
sasaran.
Dalam dunia pendidikan, efektivitas dapat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu dari
segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas
mengajar guru terutama menyangkut kegiatan belajar mengajar yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid
10
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, h. 89
11
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, (Bandung: Pustaka
terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai
melalui kegiatan mengajar dan belajar yang ditempuh. Mohammad Sjafei
mengatakan, “mengajar dan belajar sangat erat kaitannya”.12
Untuk tercapainya pembelajaran yang efektif, perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut:
a. Penguasaan bahan pelajaran.
b. Cinta kepada yang diajarkan.
c. Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
d. Variasi metode.
e. Seorang guru harus selalu menambah ilmunya agar dapat meningkatkan
kemampuannya mengajar.
f. Guru harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual, sehingga akan
menimbulkan rangsangan yang efektif bagi belajar siswa.
g. Guru harus berani memberikan pujian, karena pujian yang diberikan
dengan tepat dapat memotivasi belajar siswa dengan positif.
h. Guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individual.
Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu diperhatikan beberapa hal,
yang menurut Slameto adalah sebagai berikut ini:
1. Kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri siswa itu sendiri, contohnya kesehatan, keamanan, ketenteraman, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Terdapat tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, yakni:
a) Kebutuhan fisiologis. b) Kebutuhan akan keamanan.
c) Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta.
d) Kebutuhan akan status (contohnya keinginan akan keberhasilan). e) Kebutuhanself-actualisation.
f) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti. g) Kebutuhan estetik.
2. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan yang baik dan teratur.
12
3. Strategi belajar. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar semaksimal mungkin.13
Mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Dalam
belajar, siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk tuntutan
itu guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai fasilitator untuk siswa, maka
ketika guru mengajar, guru juga harus mengajar dengan efektif.
Mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang
efektif pula. Belajar yang dimaksud adalah suatu aktivitas mencari, menemukan
dan melihat pokok masalah.
Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik.
b. Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. c. Guru harus memberikan motivasi pada siswa.
d. Kurikulum yang baik dan seimbang.
e. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual.
f. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis di sekolah.
g. Pada penyajian bahan pelajaran pada siswa, guru perlu memberikan masalah-masalah yang merangsang siswa untuk berpikir.
h. Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan.
i. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat.
j. Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, dan mencari pemecahan masalah sendiri.14
Fakta yang terjadi di kelas menuntut guru untuk tidak lagi mengajar dengan
sistem lama (konvensional). Karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka guru harus dapat memanfaatkan kemajuan iptek tersebut untuk
meningkatkan cara mengajar agar lebih efektif.
Sedangkan efektivitas belajar murid, terutama menyangkut sejauh mana
tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan yang telah dicapai melalui kegiatan
belajar mengajar yang dilaksanakan.
13
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h. 74-76
14
Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, maka suatu kegiatan pembelajaran
dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik apabila dapat mencapai minimal
60% dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Efektivitas merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan
seseorang dalam mencapai tujuannya atau suatu tingkatan terhadap tujuan-tujuan
yang ingin dicapai, yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta
pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Hasil dari efektivitas
pembelajaran dapat diukur dengan tercapai atau tidaknya Kriterian Ketuntasan
Minimum (KKM) mata pelajaran Ekonomi yang telah ditetapkan di SMP Negeri
87 Jakarta, yaitu sebesar 63. Tingkat efektivitas pembelajaran dibuat empat level,
yaitu:
a. Di bawah KKM, yaitu < 63 tingkat efektivitasnya rendah.
b. Sesuai KKM, yaitu 63-75 tingkat efektivitasnya sedang.
c. Di atas KKM, yaitu 76-88 tingkat efektivitasnya tinggi.
d. Di atas KKM, yaitu 89-100 tingkat efektivitasnya sangat tinggi.
Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini juga diukur dari hasilpree test
dan post test. Pembelajaran dinilai efektif jika terdapat peningkatan antara hasil
pree test denganpost test.
2. Pengertian Pembelajaran
Belajar atau yang disebut juga denganlearning, adalah perubahan yang secara
relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman. Dalam kehidupan sehari-hari belajar diartikan orang secara sempit
atau terbatas dengan menghafal atau mencari/memperoleh pengetahuan. Belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah
proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam
jangka waktu tertentu. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku.
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru”.15
Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari
siswa dan juga dari guru. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para
ahli termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut Alisuf Sabri pengertian secara
psikologis, “belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.16
Pengertian belajar secara kualitatif ialah proses memperoleh arti-arti dan
pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsir dunia di sekeliling siswa.
Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan
yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti
dihadapi siswa.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
beberapa hal penting yang berkaitan dengan pengertian belajar, hal penting itu
sebagai berikut:
a. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau
latihan.
b. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku
yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.
c. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku
yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif).
d. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan
mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,
menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan
pengalaman atau latihan.
e. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan
perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang
kembali.
15
Dimyati,Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet. 4, h. 9-10
16
f. Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar menyangkut semua
aspek kepribadian/tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya.
g. Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau di luar sekolah.
3. Ciri-ciri Pembelajaran
Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah diuraikan di
atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya
sebagai berikut:
a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial. b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).17
Dengan demikian, ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang melakukan
kegiatan belajar, ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang aktual dan
potensial.
4. Tujuan Pembelajaran
Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
bertujuan. Tujuan belajar erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan tingkah
laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif
hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Menurut Muhammad Numan Somantri, tujuan belajar ekonomi di sekolah
adalah:
a. Untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi
b. Untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya tertutup(closed areas).18
17
Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan…, h. 56
18
Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan dikenal dengan tujuan
pendidikan. Menurut taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk
mencapai ketiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.19
Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/ingatan,
pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi.
Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, dan karakterisasi.
Sedangkan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang
berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan
non verbal.
5. Jenis-jenis Pembelajaran
Terdapat berbagai jenis belajar, jenis belajar tersebut sebagai berikut:
a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning). b. Belajar dengan wawasan (learning by insight).
c. Belajar diskriminatif(discriminative learning). d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning).
e. Belajar insidental (incidental learning).
f. Belajar instrumental (instrumental learning). g. Belajar intensional (intentional learning).
h. Belajar laten(latent learning).
i. Belajar mental (mental learning).
j. Belajar produktif (productive learning).
k. Belajar verbal (verbal learning).20
Jenis-jenis belajar tersebut erat kaitannya dengan macam-macam proses atau
hasil belajar yang harus dicapai siswa.
6. Teori-teori Pembelajaran
Proses belajar yang terjadi pada diri individu merupakan proses internal
psikologis yang tidak dapat diketahui secara nyata. Oleh karena terjadinya proses
belajar itu tidak dapat diketahui secara jelas maka timbullah perbedaan pendapat
di kalangan para ahli, sehingga akibatnya terjadi bermacam-macam teori belajar.
19
Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan…, h. 58-59
20
Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli. Pendapat ahli yang
bersifat teoritis itu berisi konsep dan prinsip. Setiap teori belajar dirumuskan
berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses belajar. Kajian tersebut
pada intinya menyangkut dua hal:
a. Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya).
b. Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa.21
Dengan demikian, teori-teori belajar yang dimaksud diartikan dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip tentang belajar.
Berikut merupakan macam-macam teori belajar:
a. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, “teori ini sering
disebut Organism Psychology atau Field Psychology atau Insight Full Learning.
Teori ini berpendirian bahwa keseluruhan itu lebih penting dari
bagian-bagian/unsur-unsurnya”.22 Menurut pandangan teori ini, manusia adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan, bahwa individu itu bertindak atas
berbagai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar diri individu.
Oleh karena itu, menurut teori Gestalt belajar itu bukan hanya sekedar proses
asosiasi antara stimulus dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi
atauconditioningdengan melalui latihan-latihan atau ulangan-ulangan, akan tetapi
menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemahaman(insight).
Dengan demikian cara belajar menurut teori Gestalt harus dilakukan dengan
sadar dan bertujuan serta dengan potensi dan motivasi yang dimiliki orang yang
belajar berupaya memperoleh insight (pemahaman) tentang masalah yang
dipelajari.
Teori Gestalt ini digunakan selain untuk memperoleh penguasaan pengetahuan
yang bersifat pemahaman, analisis sintesis dan evaluasi, juga teori ini akhirnya
21
Yudhi Munadi,Media Pembelajaran,(Ciputat: Gaung Persada (GP) Press, 2008), cet. 1, h. 21
22
diharapkan dapat mencapai tujuan pembentukan kemampuan problem solving,
agar siswa kelak mampu memecahkan setiap masalah yang dihadapi dengan baik.
b. Teori Belajar Menurut J. Bruner
Bruner mengatakan, “belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang,
tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga
siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Dalam proses belajar, Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya
perbedaan kemampuan”.23
Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan
yang dinamakandiscovery learning environment, ialah lingkungan di mana siswa
dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau
pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
c. Teori Belajar Menurut Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah
sebagai berikut:
1) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
2) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
3) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.
4) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: a) Kemasakan
b) Pengalaman c) Interaksi sosial
d) Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas bersama-sama untuk
membangun dan memperbaiki struktur mental).24
Ada tiga tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut:
1) berpikir secara intuitif ± 4 tahun
2) beroperasi secara konkret ± 7 tahun
3) beroperasi secara formal ± 11 tahun
d. Teori Belajar R. Gagne
23
Slameto,Belajar dan Faktor…, h. 11
24
Gagne memberikan dua definisi, yaitu:
1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebutThe domains of learning, yaitu: 1) Keterampilan motoris (motor skill).
2) Informasi verbal.
3) Kemampuan intelektual. 4) Strategi kognitif.
5) Sikap.25
e. Purposeful Learning
Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk
mencapai tujuan dan:
1) Dilakukan siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain
2) Dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi
belajar-mengajar di sekolah
f. Belajar Dengan Jalan Mengamati dan Meniru (Observational Learning and
Imitation)
Menurut Bandura dan Walters, “tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari
mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model/contoh/teladan”.26 g. Belajar yang Bermakana(Meaningful learning)
Ada 2 dimensi dalam tipe-tipe belajar, yaitu:
1) Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan (discovery learning)
2) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful
learning).27
Adanya berbagai macam teori belajar tersebut merupakan akibat dari
banyaknya perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Zikri Neni Iska dalam
25
Slameto,Belajar dan Faktor…, h. 13-16
26
Slameto,Belajar dan Faktor…, h. 21
27
bukunya mengatakan, “belajar merupakan sesuatu yang asosiatif, yaitu asosiasi atau koneksi antara suatu rangsang tertentu dengan reaksi tertentu”.28
7. Prinsip-prinsip Belajar
Dalam kegiatan mengajar, tentunya harus menggunakan prinsip-prinsip
belajar tertentu agar bertindak secara tepat. Dalam perencanaan pembelajaran,
prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam
pembelajaran. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip belajar, seorang guru akan
dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan
efektivitas belajar siswa. Prinsip-prinsip itu adalah:
a. Perhatian dan motivasi
Siswa maupun guru, tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya
prinsip-prinsip belajar tersebut, karena hal tersebut berpengaruh pada keberhasilan
pembelajaran siswa.
8. Masalah-masalah Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah belajar siswa dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal siswa
Faktor internal yang dialami oleh para siswa yang berpengaruh pada proses
belajar, yaitu sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar,
mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil
belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri siswa,
kebiasaan belajar dan cita-cita siswa.
28
Zikri Neni Iska,Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. 1, h. 78
29
b. Faktor eksternal siswa
Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu
prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa
di sekolah serta kurikulum sekolah.
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial, maka sebelum menjelaskan
tentang konsep Ekonomi, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu tentang
pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS adalah salah satu mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke
pendidikan menengah, pada jenjang pendidikan ini, pemberian mata pelajaran IPS
dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan
praktis, agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji
fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada di sekitar mereka.
IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis
gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan
secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang
berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang
mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Azis Wahab mengatakan “IPS adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial
dan ilmu lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang
bertujuan membahas masalah sosial atau bermasyarakat dan kemasyarakatan
untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran IPS
pada tingkat persekolahan”.30
IPS merupakan ilmu yang dinamis, selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan zaman.
Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang
melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhan. IPS berkenaan dengan cara
30
manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan
sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur serta mempertahankan
kehidupan masyarakat manusia.
2. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi:
a. Sistem sosial dan budaya.
b. Manusia, tempat dan lingkungan.
c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.
e. Sistem Berbangsa dan Bernegara.31
3. Kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial
Kecakapan proses yang dikembangkan berdasarkan rasional bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang multi disiplin, terdiri dari
beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, yang
mempelajari interaksi manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat.
4. Karakteristik Pelajaran IPS
Proses pembelajaran ekonomi diupayakan agar dilakukan secara terpadu.
Selain itu, perlu dipilih materi pelajaran yang sesuai, baik ditinjau dari tingkat
kemampuan berfikir siswa maupun dari sudut lingkungan fisik dan psikis peserta
didik.
Dengan memperhatikan persoalan di atas, IPS memiliki karakteristik seperti:
a) Kerangka kerja IPS lebih menekankan pada bidang praktis tentang peristiwa, gejala dan masalah sosial daripada bidang teori keilmuan.
b) Dalam menelaah objek studinya, IPS menekankan pada keterpaduan aspek-aspek kehidupan sosial daripada aspek-aspek-aspek-aspek yang terpisah satu sama lain. c) Kerangka kerja IPS berlandaskan ilmu-ilmu sosial sebagai induknya dan
menjadikan ilmu-ilmu sosial tersebut sebagai sumber materinya.
d) Pada pengajaran IPS, masyarakat menjadi sumber materi, objek studi, laboratorium, dan sekaligus juga menjadi ruang lingkup penelaahannya.32
31
Ilmu Pengetahuan Sosial…, h. 10
32
5. Pengertian Ilmu Ekonomi
Ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu sosial berasal dari bahasa Yunani
yaitu dari kataoikonomia, kata ini berasal dari kataoikosdannomos, oikos berarti
rumah tangga dan nomos berarti terlaksana atau pengaturan, jadi menurut kamus
lengkap bahasa Indonesia moderen, Ekonomi mengandung arti tentang
”pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas penghasilan, produksi, distribusi, pemasaran dan pemakaian barang serta kekayaan”.33
Sedangkan menurut M. Manulang ilmu Ekonomi merupakan “suatu ilmu
yang mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran
(kemakmuran suatu keadaan di mana manusia dapat memenuhi kebutuhannya
baik barang-barang maupun jasa)”.34
Pengaturan demikian bertujuan untuk mencapai kemakmuran. Berbeda
dengan hukum, pengaturan melalui Ekonomi di atas terbatas pada usaha-usaha
manusia untuk mencapai kemakmuran dengan menggunakan sumber daya
Ekonomi yang tersedia secara lebih efisien dan produktif.
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih
dan menciptakan kemakmuran.35 Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kegiatan Ekonomi mencakup kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Manusia
melakukan semua kegiatan tersebut guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
6. Tujuan Pembelajaran Ekonomi
Pembelajaran Ekonomi bertujuan membentuk warga negara yang
berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah
kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang
baik dan bertanggung jawab. Namun tujuan umum pembelajaran Ekonomi adalah
memberdayakan siswa agar memiliki kecakapan berfikir, membentuk warga
negara yang aktif dan bertanggung jawab serta mampu memecahkan masalah
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, dengan menggunakan
konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
33
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen,h. 89
34
http://historyofindonesia.blogspot.com, /pengertian-ekonomi.html,21 Juli 2010
35
Bilamana sasaran dan tujuan-tujuan pembelajaran Ekonomi di atas dikaitkan
dengan taxonomy of education objective yang dikemukakan oleh Bloom, maka
secara garis besar terdapat tiga sasaran pokok dari pelajaran IPS, yaitu:
1) Pengembangan aspek pengetahuan (cognitive).
2) Pengembangan aspek nilai dan kepribadian(affective).
3) Pengembangan aspek keterampilan(psycomotoric).36
Dengan tercapainya tiga sasaran pokok tersebut diharapkan akan tercipta
manusia-manusia yang berkualitas, bertanggungjawab atas pembangunan bangsa
dan negara serta ikut bertanggungjawab terhadap perdamaian dunia.
Adapun tujuan institusional dari pembelajaran Ekonomi adalah sebagai
berikut:
a) Membekali anak didik dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang telah diperolehnya.
b) Membekali anak didik dengan dasar akademik dan kecakapan untuk dapat
melanjutkan pendidikan di sekolah lanjutan atas.
7. Pemahaman Konsep Pajak
Mempelajari Ekonomi pada dasarnya menguasai kumpulan konsep. Konsep
merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan
dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum
dan teori.
Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan masalah.
Dengan terkonsepnya rangsangan oleh siswa dengan baik diharapkan siswa
dengan mudah mengingat dan memunculkan kembali dalam bentuk konsep pada
situasi dan kondisi yang lain. Pada penelitian ini, siswa diharapkan mampu
memahami konsep pajak yang meliputi yaitu pengertian pajak, unsur pajak,
ciri-ciri pajak, penggolongan dan jenis-jenis pajak, penghitungan pajak, fungsi pajak,
serta sanksi kelalaian membayar pajak. Pajak menurut Pasal 23 Ayat 2
Undang-36
Undang Dasar (UUD) 1945 adalah untuk keperluan negara yang berdasarkan
Undang-undang”.37
Terdapat berbagai definisi tentang pajak yang dikemukakan oleh beberapa
ahli :
a. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
b. Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.38
c. Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran
rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayaipublic investment.39
Pengertian pajak yang diberikan oleh Rochmat Soemitro tersebut, hanya
terbatas untuk pajak negara, terkandung secara jelas 2 (dua) fungsi pajak
sekaligus, yaitu:
a. Fungsi budgeter yang mempunyai tujuan untuk memasukkan uang
sebanyak-banyaknya ke dalam Kas Negara, dan
b. Fungsi regular atau mengatur yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan negara tersebut.40
Pajak dari perspektif Ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari
sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa
37
Agus Subagio,Pengetahuan Perpajakan,(Pusdiklat Anggaran, 1996), h. 5
38
http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak, 21 Juli 2010
39
Agus Subagio,Pengetahuan Perpajakan..., h. 2
40
adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya
kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan
penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara
dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Namun dalam konsep pajak yang dibahas dalam penelitian ini, ialah pajak
yang terdapat dalam mata pelajaran Ekonomi di tingkat SMP (Sekolah Menengah
Pertama), yaitu konsep yang dimaksud adalah konsep-konsep tentang pajak, yaitu
pengertian pajak, unsur pajak, ciri-ciri pajak, penggolongan dan jenis-jenis pajak,
penghitungan pajak, fungsi pajak, serta sanksi kelalaian membayar pajak.
C. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Sebelum masuk kepada model pembelajaran kooperatif Teams Games
Tournament (TGT), ada baiknya dijelaskan dahulu tentang model pembelajaran
kooperatif. Kembali Robert E. Slavin mengatakan:
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) berasal dari katacooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam model pengajaran dimana para siswa bekerja bersama-sama, berhadapan muka dalam kelompok-kelompok kecil dan melakukan tugas yang sudah terstruktur.41
Dalam kelompok kecil, para siswa dapat saling berbagi mengenai kelebihan
masing-masing, sehingga dapat mengembangkan kemampuan hubungan sosial
dan emosi. Selain itu, para siswa dapat belajar bagaimana mengelola konflik yang
biasa timbul dalam sebuah kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu variasi dari model pengajaran
dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mereka saling
membantu antara yang satu dengan yang lainnya dalam mempelajari suatu pokok
bahasan.
Pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang, siswa saling kerjasama untuk mendapatkan hasil belajar
41
yang lebih baik dengan membangun ide-ide dan gagasan untuk memecahkan
masalah-masalah yang ditugaskan guru dalam kelompoknya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
menggunakan model kooperatif memiliki ciri sebagai berikut:
a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
c) Anggota kelompok berasal dari ras, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.
d) Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan Student Teams Learning (STL) yang
menekankan pada pencapaian tujuan dan kesuksesan kelompok dalam
menyelesaikan tugas kelompok dan dalam hal memahami suatu pelajaran. Dalam
STL siswa tidak hanya bekerja menyelesaikan sesuatu tetapi juga mempelajari
sesuatu secara berkelompok.
Pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dari STL memiliki banyak
bentuk, diantaranya: STAD (Student Teams Achievment Divisions), TGT (Teams
Games Tournament), TAI (Teams Aceelerated Instruction), CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition), dan Jigsaw.
2. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif
Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima prinsip-prinsip dasar
pembelajaran kooperatif, yaitu:
a) Saling ketergantungan positif.
b) Tanggung jawab perseorangan.
c) Interaksi berhadap-hadapan (face to face).
d) Komunikasi antar anggota.
e) Evaluasi kelompok.42
42
3. Pengertian Model PembelajaranTeams Games Tournament (TGT)
TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang telah
dikembangkan oleh Robert E. Slavin pada tahun 1994 di John Hopkins
University, Baltimor, Maryland.
Model pembelajaran TGT merupakan suatu model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran kooperatif, dimana para siswa dikelompokkan menjadi
4-6 orang per kelompok secara heterogen berdasarkan jenis kelamin, agama,
etnis/suku, sehingga dapat dilatih kecakapan sosial. Terdapat tiga prinsip
pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Interaksi simultan
Interaksi simultan di antara para siswa terjadi pada model pembelajaran kooperatif TGT. Pada saat pembelajaran, siswa berpartisipasi aktif atau terlibat langsung pada kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan.
b. Ketergantungan positif
Ketergantungan positif timbul pada saat ketergantungan individu atau kelompok berhubungan secara positif. Keberhasilan salah satu murid berhubungan dengan keberhasilan yang diperoleh murid lain, maka individu mengalami ketergantungan secara positif. Jika kesuksesan anggota lain (jika salah satu anggota gagal maka semua gagal), maka terbentuklah suatu bentuk ketergantungan positif yang kuat. Sehingga anggota termotivasi memastikan bahwa anggota kelompok lainnya melakukan yang terbaik.
c. Pertanggungjawaban individu
Pertanggungjawaban individu dituntut oleh guru, walaupun belajar dan mengerjakan tugas selalu dalam kelompok, jenis penilaiannya tetap individual. Sikap siswa yang dapat dibangun antara lain: siswa termotivasi, terdukung terhargai, bangga, antusias, bahagia, merasa aman dan siswa dapat mengendalikan rasa kecewa, sedih serta mengembangkan kejujuran, mandiri, kerjasama, suka memberi, adil dan terbuka.43
Robert E. Slavin menjelaskan ada lima komponen utama dalam model
pembelajaran TGT yaitu: “pembelajaran awal, kelompok belajar (team study),
permainan (games), turnamen/kompetisi (tournament), dan pengakuan kelompok
(teams recognition)”.44
Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan dalam
mengembangkan potensi siswa dalam kelompok, seperti terjadinya hubungan
43
Robert E. Slavin,Cooperative…, h. 166
44
saling menguntungkan diantara anggota kelompok yang melahirkan motivasi,
mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat kebersamaan, serta
menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi di antara anggota
kelompok. Maka diharapkan dapat mengembangkan potensi siswa secara efektif,
sehingga peran guru tidak lagi terlalu dominan, dan kemampuan berfikir siswa
dapat berkembang yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan aktifitas
dan efektifitas belajar siswa.
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi
siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut
keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk
melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun
dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif juga dapat mengembangkan pola pikir siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran siswa dikelompokkan untuk bekerja sama dalam
memecahkan masalah bersama. Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong
untuk bekerjasama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya.
Dengan kelompok yang terdiri dari 4-6 memudahkan siswa dalam belajar dan
memudahkan guru dalam membimbing siswa.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang
baik dan memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik.
Teams Games Tournament, pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries
dan Keith Edwards, merupakan model pembelajaran pertama dari Johns Hopkins.
Model ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim
kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen,
di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk
menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game akademik
dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa
memainkan game ini bersama kelompoknya pada “meja-turnamen”, di mana para