• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pembelajaran ekonomi pada materi pajak dengan model pembelajaran teams games tournament (TGT) (penelitian tindakan kelas di SMP N 87 Jakarta selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pembelajaran ekonomi pada materi pajak dengan model pembelajaran teams games tournament (TGT) (penelitian tindakan kelas di SMP N 87 Jakarta selatan)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI

PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

TEAMS GAMES TOURNAMENT

(TGT)

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 87 Jakarta Selatan)

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Rizki Darmawanti

NIM: 106015000473

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ABSTRAK

RIZKI DARMAWANTI (106015000473). Efektivitas Pembelajaran Ekonomi Pada Materi Pajak Dengan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 87 Jakarta Selatan). Skripsi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model TGT pada materi pajak siswa SMP Negeri 87 Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Oktober 2010 dengan subyek penelitian berjumlah 40 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan. Pengumpulan data dilakukan melalui pree testdanpost test, observasi, wawancara dan instrumen tes kemampuan kognitif.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa. Hal ini dilihat dari hasilpost test yang meningkat dibandingpree test, dan juga tercapainya nilai seluruh siswa di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dari hasil penelitian ini disarankan agar guru dapat menerapkan model pembelajaran TGT ini dalam belajar Ekonomi.

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur

penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa

terucap kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat,

dan para pengikutnya hingga sepanjang masa.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi IPS. Penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun berkat motivasi dan

bantuan dari berbagai pihak maka penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Kedua Orang Tua penulis Joko Sunaryo dan Nurningsih, serta kedua adikku

Rahma dan Elma, terima kasih atas kasih sayang dan do’a yang telah

diberikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M A selaku Dekan FITK UIN.

3. Bapak Drs. H. Nurochim MM selaku ketua prodi Pendidikan IPS, penasehat

akademik, dosen pembimbing PPKT dan juga dosen pembimbing skripsi yang

tulus ikhlas penuh kesabaran dan perhatian membimbing serta mengarahkan

penulis dari awal kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh bapak/ibu dosen dan sekretaris program studi Pendidikan IPS

khususnya bapak Dr. Iwan Purwanto M. Pd, terimakasih atas pelajaran

hidupnya yang sangat berharga.

5. Bapak Ishak Idrus selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 87 Jakarta beserta

dewan guru dan staf khususnya ibu Titin Suhaetin dan ibu Tri Miswarsih yang

telah memberikan ilmu dan bantuannya selama penelitian ini berlangsung.

6. Teman-teman prodi Pendidikan IPS angkatan 2006, terima kasih untuk

(4)

bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Sukses selalu untuk kita,

amin…

7. Teman-teman “Gosip Maker”, Reni, Evi, Tami, Best (Mpeb), Leni, Bariah,

Amel, Ani, Rifa, Deby, Sri, Inta, dan Iya. Banyak moment yang kita lewati

bersama, semua terekam tak pernah mati.

8. Teman-teman kostan “Griya Kartini”, Mba Desy, Mba Handa, Ka Ana, Ka

Anis, Ka Omy, Ka Nina, Ka Reni, Ka Rani, Ka Kasma, Ka Maya, Ama,

Delsy, Sarwa, Vika, Ratna, Andri, dan Mia.

9. Teman-teman kostan “Bale Sakinah”, khususnya Neng dan Ais, terima kasih

atas perhatian dan bantuannya.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan imbalan atas jasa dan segala pengorbanan yang diberikan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk penulis sendiri dan juga para

pembaca.

Wassalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 5 November 2010

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Efektivitas Pembelajaran 1. Pengertian Efektivitas ... 11

2. Pengertian Pembelajaran ... 14

3. Ciri-ciri Pembelajaran ... 16

4. Tujuan Pembelajaran ... 16

5. Jenis-jenis Pembelajaran ... 17

6. Teori-teori Pembelajaran... 17

7. Prinsip-prinsip Belajar ... 21

8. Masalah-masalah Belajar ... 22

B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial... 22

2. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ... 23

(6)

4. Karakteristik Pelajaran IPS ... 24

5. Pengertian Ilmu Ekonomi ... 24

6. Tujuan Pembelajaran Ekonomi ... 25

7. Pemahaman Konsep Pajak ... 26

C. Model Pembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 28

2. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif... 29

3. Pengertian Model PembelajaranTeams Games Tournament (TGT) ... 29

4. Komponen-komponen Dalam Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)... 32

5. Langkah-langkah Dalam Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)... 33

6. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan... 35

7. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 37

C. Subjek Yang Terlibat Dalam Penelitian... 40

D. Peran dan Posisi Peneliti ... 40

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 40

1. Observasi Pendahuluan ... 40

2. Tahapan Penelitian ... 40

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan... 42

G. Data dan Sumber Data ... 42

H. Instrumen Pengumpul Data ... 42

I. Teknik Pengumpulan Data... 45

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 46

K. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 49

(7)

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data... 50

B. Tindakan Pembelajaran Siklus I... 52

C. Analisis Data Tes Objektif (pree test danpost test), Observasi dan Wawancara ... 55

D. Tahap Refleksi ... 56

E. Kelebihan Pembelajaran Pada Siklus I ... 58

F. Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 58

G. Kekurangan dan Kendala Yang Ditemukan Pada Siklus II ... 62

H. Kelebihan Pembelajaran Pada Siklus II ... 63

I. Analisis Data ... 63

J. Interpretasi Hasil Analisis ... 66

K. Pembahasan Temuan Penelitian... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran... 69

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 37

Tabel 2 Diagram Desain Intervensi Tindakan Kelas ... 39

Tabel 3 Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas VIII-3 ... 51

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Suasana Kelas Pada Pertemuan Pertama... 53

Gambar 2 Peneliti Menjelaskan Materi Tentang Pajak ... 54

Gambar 3 Diskusi Kelompok Pada Siklus I... 54

Gambar 4 Suasana Kelas Pada Turnamen Siklus I ... 55

Gambar 5 Proses Pembelajaran Pada Siklus II ... 59

Gambar 6 Diskusi Kelompok Pada Siklus II ... 60

Gambar 7 Subyek Diminta Untuk Mengerjakan Soal Turnamen Pada Papan Tulis ... 60

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi setiap manusia. Tanpa

pendidikan, manusia tidak akan dapat berkembang sebagaimana mestinya, sebab

pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi yang ada

pada manusia. Dalam pendidikan juga terdapat bimbingan dan pengalaman

kepribadian, sehingga peserta didik dapat menjadi seseorang yang berguna bagi

dirinya selaku individu yang menjalani pendidikan, dan masyarakat sebagai

tempat interaksi keluarga, bangsa dan negara sebagai tempat tinggal peserta didik

itu sendiri.

Pendidikan adalah suatu proses yang berfungsi membimbing peserta didik

dalam kehidupan sesuai dengan tugas dan perkembangannya yang harus dijalani

oleh peserta didik, pendidikan juga merupakan suatu usaha sadar yang teratur dan

sistematik, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk

membuat peserta didik agar mempunyai sifat atau tabiat sesuai dengan cita-cita

pendidikan.

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

(11)

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya, “pendidikan ialah pimpinan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam

pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi

masyarakat”.2

Pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh ilmu

pengetahuan dan dalam proses tersebut seseorang haruslah belajar karena hal

tersebut sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

itu sendiri.

Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka

pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang

baik pula. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di Indonesia serta

menumbuhkan suatu sistem pembelajaran yang berkualitas, maka sistem

pembelajaran tersebut harus menuju pada proses belajar yang kompetitif dan

mandiri, karena salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan

kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa

yang diperbuat atau apa yang diyakini. Berikut ini merupakan alasan mengapa

manusia membutuhkan pendidikan:

1. Dasar Biologis

Kaitan dengan dasar biologis pendidikan menurut Redja Mudyahardjo, bahwa pendidikan adalah perlu karena manusia dilahirkan tidak berdaya, sebab :

a. Manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan.

b. Manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.

c. Awal pendidikan terjadi setelah manusia mencapai penyesuaian jasmani (manusia dapat berjalan sendiri, dapat makan sendiri, dapat menggunakan tangan sendiri) atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani.

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 71-72

2

(12)

2. Implikasi

a. Manusia yang tidak menerima bantuan dari manusia lainnya yang telah dewasa akan menjadi manusia yang tidak berbudaya atau bahkan mati. b. Manusia memerlukan perlindungan dan perawatan, sebagai masa

persiapan pendidikan.

c. Kemampuan pendidikan terbatas.

d. Orang dewasa yang tidak berhasil dididik perlu pendidikan kembali atau

reedukasi.3

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa harus berkembang secara

optimal dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri dan bertanggung jawab

serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

Lebih lanjut Redja Mudyahardjo menyatakan bahwa:

Dalam definisi luas, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan, segala situasi hidup dan sepanjang hidup, yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan dalam definisi sempit, pendidikan adalah sekolah, pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, pendidikan adalah pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.4

Karena pada kenyataannya, seorang anak atau peserta didik nantinya akan

berhubungan dan berkontribusi untuk masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari

tugas sosial individu.

Ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu sosial berasal dari bahasa

Yunani, yaitu dari kata oikonomia, kata ini berasal dari kata oikos dan nomos,

oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti terlaksana atau pengaturan, jadi

Ekonomi mengandung arti tentang hubungan manusia dalam usahanya untuk

memenuhi kebutuhannya. Menurut Umasih, ”manusia adalah makhluk Ekonomi

(homo economicus)yang selalu bertindak dengan penuh perhitungan dan berusaha

mencari keuntungan bagi dirinya”.5 Sebagai makhluk Ekonomi, manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yang rasional, karena ia yakin

3

Redja Mudyahardjo,Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. 2, h. 33-34

4

Redja Mudyahardjo,Pengantar Pendidikan…, h. 3-6

5

(13)

bahwa dengan memenuhi kebutuhannya akan dapat tercapai kesejahteraan.6 Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencari kepuasan

tertinggi dari nilai guna barang yang menjadi kebutuhannya tersebut.

Ekonomi menurut kamus bahasa Indonesia yaitu ”pengetahuan dan

penelitian mengenai asas-asas penghasilan (produksi), pembagian (distribusi) dan

pemakaian (konsumsi) barang-barang serta kekayaan, penghematan, tempat

dimana ia tinggal hal ini demikian merupakan tuntutan dasar untuk memenuhi

kebutuhan”.7 Manusia dalam kegiatan ekonominya melalui tahapan-tahapan, yang pertama adalah melakukan kegiatan produksi, distribusi hingga konsumsi.

Kegiatan tersebut dalam sehari-harinya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia.

Dalam belajar ilmu Ekonomi diperlukan juga efektivitas, efektivitas belajar

Ekonomi adalah hasil akhir yang diterima setelah mengalami proses belajar

mengajar Ekonomi yang tidak hanya diarahkan pada penguasaan materi saja,

tetapi juga menyentuh ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik dalam

mewujudkan nilai-nilai positif, sehingga belajar Ekonomi diharapkan dapat

menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari, mengatur hidupnya sendiri dan

mampu merubah tingkah laku kearah yang lebih baik lagi. Efektivitas proses

belajar mengajar menekankan pada suatu usaha yang akan melahirkan aktifitas

belajar yang efektif. Belajar yang efektif merupakan suatu aktifitas belajar yang

optimal pada diri siswa. Menciptakan kondisi belajar yang efektif bagi siswa

sangat bergantung kepada cara mengelola kegiatan belajar mengajar yang

memungkinkan siswa dapat belajar sebaik mungkin berdasarkan kemampuannya.

Guru sebagai pendidik dan seorang yang merencanakan pembelajaran di

sekolah memiliki peran yang penting terhadap keberhasilan pembelajaran

tersebut. Di samping memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar yang

efektif, sebaiknya guru juga mengawasi dan membimbing siswa sewaktu mereka

belajar di sekolah. Akan lebih baik lagi, apabila cara-cara belajar efektif tersebut

6

Pelajaran Pengetahuan Sosial Kelas VII, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2004), h. 211

7

(14)

dipraktekkan dalam tiap pelajaran yang diberikan. Namun ada kalanya terjadi

kekeliruan-kekeliruan dalam pendidikan. Kekeliruan itu contohnya dalam bentuk

bentuk kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar dan/atau cara

pencapaiannya tidak tepat.

Tujuan pendidikan dikatakan tidak benar apabila berisi nilai-nilai hidup

yang bersifat mengingkari dan merusak harkat dan martabat manusia sebagai

pribadi, warga, dan hamba Allah. Suatu pendidikan dikatakan benar apabila

berhasil membantu individu dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu

hidup. Hal ini dapat terjadi apabila bentuk kegiatan pendidikan mempunyai tujuan

yang tepat.

Bukan hanya guru yang berperan sebagai motivator dan fasilitator saja yang

dapat mempengaruhi proses belajar, namun pemilihan model pembelajaran yang

sesuai juga dapat berpengaruh pada kelangsungan proses belajar. Dimana dalam

pengajaran, bukan hanya dalam mata pelajaran ilmu Ekonomi saja namun juga

pada mata pelajaran yang lainnya model dan cara pengajarannya harus

benar-benar disesuaikan dengan kondisi dan situasi siswa. Sehingga dengan begitu siswa

dapat dengan mudah dan menerima serta memahami materi yang disampaikan.

Strategi pembelajaran yang diterapkan di sekolah dalam menyajikan mata

pelajaran Ekonomi, umumnya adalah strategi belajar mengajar yang kurang

mementingkan kebutuhan dan kepentingan siswa, bahkan pembelajaran lebih

berpusat pada guru. Metode pengajaran yang dipakaipun hanya terbatas pada

metode ceramah dan demonstrasi sehingga pembelajaran dirasakan monoton dan

membosankan, pengetahuan yang didapat oleh siswapun hanya sebatas hapalan

dan apa yang dipelajari oleh siswa tidak dapat diserap secara bermakna. Dengan

begitu siswa tidak dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik. Selain itu

para guru terjebak dengan target kurikulum yang harus dicapai, sehingga kurang

memperhatikan apakah siswa mengerti atau tidak dengan materi yang

diterimanya.

Padahal dalam proses belajar mengajar diharapkan terjadi transfer belajar,

yakni materi yang disajikan guru dapat diterapkan ke dalam struktur kognitif

(15)

generalisasi-generalisasi yang terorganisasi yang telah dipelajari dan dikuasai

seseorang.

Dengan terjadinya transfer belajar yang diterapkan ke dalam struktur

kognitif siswa, sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran tidak hanya

terbatas pada tahap ingatan tanpa pemahaman, namun juga bahan pelajaran dapat

diserap secara bermakna. Demikian pula dengan tujuan pembelajaran Ekonomi,

yang akan tercapai dengan pembelajaran yang bermakna.

Saat ini kenyataan yang terjadi di kelas adalah pembelajaran yang disajikan

guru hanya bertopang pada konsep yang abstrak dan sulit dimengerti peserta didik

secara utuh dan mendalam. Untuk itu agar peserta didik belajar lebih aktif, guru

harus memunculkan teknik pengajaran yang tepat dalam memotivasi peserta

didik. Guru sebagai fasilitator harus memfasilitasi peserta didik agar mendapat

informasi yang bermakna, agar memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk menemukan ide mereka sendiri. Agar siswa dapat memahami konsep

Ekonomi dengan baik maka perlu dikembangkan suatu cara atau teknik

pengajaran Ekonomi guna membantu siswa dalam memahami konsep dan

menentukan hubungan yang bermakna. Kurang tepatnya penggunaan model

pembelajaran akan menjadi penghalang proses pembelajaran sehingga banyak

tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Pemilihan model pembelajaran

diharapkan sesuai dan cocok terhadap suatu materi pelajaran.

Menurut Robert E. Slavin, model pembelajaran yang diterapkan oleh seorang pendidik “harus dapat menarik perhatian siswa dan tidak membosankan,

salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif dengan teknikTeams Games

Tournament (TGT). Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini

pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, model

pembelajaran ini merupakan model pembelajaran pertama dari Johns Hopkins”.8 Model pembelajaran TGT ini menggunakan tim kerja seperti pembelajaran

kooperatif pada umumnya, namun yang membedakannya adalah terdapat kuis

dengan turnamen, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim

lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya

8

(16)

Dalam model pembelajaran TGT ini menurut Robert E. Slavin:

Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-6 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Mereka dalam kelompok saling bekerjasama, saling berdiskusi dan tolong menolong dalam mengerjakan tugas kelompok dan memahami suatu konsep pelajaran serta mereka saling berkompetisi antar kelompok. Setiap individu dalam kelompok tersebut memberikan kontribusi untuk pencapaian skor kelompok. Kelompok yang memiliki nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Di dalam kegiatan pembelajaran dengan model TGT ini semua siswa memiliki peluang yang sama untuk memperoleh prestasi, baik sebagai individu maupun anggota kelompok.9

Pembelajaran dengan menggunakan model TGT ini diharapkan dapat

membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif, menarik dan menyenangkan

sehingga dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa khususnya pada mata

pelajaran Ekonomi. Pembelajaran Ekonomi yang efektif adalah suatu

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan mudah,

menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang

diharapkan.

Dilihat dari pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik di kelas, terdapat

kecenderungan bahwa proses belajar mengajar di kelas berlangsung secara

klasikal dan hanya bergantung pada buku teks pegangan siswa dengan model

pengajaran yang menitikberatkan proses menghafal dari pada pemahaman konsep,

sehingga tidak tercapai hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan model TGT diharapkan dapat

membantu para siswa agar lebih memahami secara mendalam tentang materi yang

dipelajarinya serta dapat membantu proses belajar mengajar yang berlangsung

lebih menarik dan menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan pengetahuan

konsep siswa terhadap pelajaran Ekonomi yang nantinya dapat meningkatkan

efektifitas belajar. Adapun konsep yang dimaksud adalah konsep-konsep tentang

pajak, yaitu pengertian pajak, unsur pajak, ciri-ciri pajak, penggolongan dan

jenis-9

(17)

jenis pajak, penghitungan pajak, fungsi pajak, serta sanksi kelalaian membayar

pajak. Banyak siswa gagal atau tidak mendapat hasil belajar yang baik dalam

pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Para

siswa biasanya hanya menghafal pelajaran.

Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks. Kecakapan, ketangkasan

serta kemampuan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian, guru

dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang

cara-cara belajar yang efektif.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan. Namun ini tidak berarti bahwa mengenal

petunjuk-petunjuk umum tersebut dengan sendirinya akan menjamin kesuksesan siswa.

Banyak aspek yang mempengaruhi dalam proses tercapainya kesuksesan tersebut.

Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk

menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan

efektivitas pembelajaran peserta didik. Berdasarkan latar belakang masalah

tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 87 Jakarta Selatan)”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Ekonomi yang diterapkan para pendidik saat ini belum

dapat meningkatkan kemampuan siswa.

2. Model pembelajaran Ekonomi yang digunakan para pendidik belum dapat

meningkatkan pengetahuan siswa.

3. Belum diketahuinya pengaruh penerapan model pembelajaran Teams Games

Tournament(TGT) terhadap penguasaan konsep pajak.

4. Belum diketahuinya efektivitas belajar siswa dengan menggunakan model

(18)

5. Belum diketahuinya respon siswa terhadap model pembelajaranTeams Games

Tournament(TGT) pada mata pelajaran Ekonomi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi ruang

lingkup masalah agar pemecahannya terfokus dan jelas. Masalah yang akan

diteliti adalah mengenai tingkat efektivitas pembelajaran Ekonomi siswa di SMP

Negeri 87 Jakarta Selatan dengan menggunakan model pembelajaran Teams

Games Tournament(TGT).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka

masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Apakah dengan

digunakannya model pembelajaran TGT akan meningkatkan efektivitas belajar

siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat pemahaman konsep Ekonomi siswa pada materi pajak

dengan menggunakan model pembelajaran TGT.

2. Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran TGT.

3. Mengetahui efektivitas belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran TGT.

F. Manfaat Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang masalah diatas, kemampuan

pemahaman Ekonomi siswa sangat penting untuk ditingkatkan. Oleh karena itu

model pembelajaran TGT perlu dicoba sebagai alternatif strategi pembelajaran

Ekonomi guna meningkatkan pemahaman konsep Ekonomi siswa, sehingga hasil

(19)

1. Bagi Siswa:

a. Siswa akan lebih mengenal model-model pembelajaran sehingga

siswa tidak merasa jenuh hanya dengan satu model pembelajaran yang

digunakan dalam proses belajar mengajar.

b. Siswa akan terangsang untuk dapat menyelesaikan persoalan yang

dihadapi, dapat berfikir kritis dan terlatih untuk dapat mengemukakan

pendapatnya serta dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa dalam mata

pelajaran lainnya dan mata pelajaran Ekonomi khususnya.

2. Bagi Guru:

a. Menjadi bahan masukan bagi guru untuk lebih mengetahui

alternatif-alternatif model pembelajaran yang digunakan dalam upaya meningkatkan

pemahaman konsep Ekonomi siswa.

b. Meningkatkan profesionalisme guru, melalui upaya penelitian yang

dilakukan.

3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

wawasan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas

pembelajaran Ekonomi.

4. Bagi Peneliti Lanjut, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan

untuk mengadakan perbaikan kualitas pendidikan dan menjadi acuan bagi

peneliti yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan

(20)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Efektivitas Pembelajaran 1. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia “efektivitas berarti ada efeknya

(akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil.10 Sedangkan menurut etimologi efektif adalah bentuk kata benda (noun) dari kata

sifat (adjective)”.11

Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan

pendidikan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam

mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas sesungguhnya merupakan suatu

konsep yang lebih luas mencakup faktor di dalam maupun di luar diri seseorang.

Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena

mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai

sasaran.

Dalam dunia pendidikan, efektivitas dapat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu dari

segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas

mengajar guru terutama menyangkut kegiatan belajar mengajar yang

direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid

10

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, h. 89

11

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, (Bandung: Pustaka

(21)

terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai

melalui kegiatan mengajar dan belajar yang ditempuh. Mohammad Sjafei

mengatakan, “mengajar dan belajar sangat erat kaitannya”.12

Untuk tercapainya pembelajaran yang efektif, perlu dipertimbangkan hal-hal

berikut:

a. Penguasaan bahan pelajaran.

b. Cinta kepada yang diajarkan.

c. Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

d. Variasi metode.

e. Seorang guru harus selalu menambah ilmunya agar dapat meningkatkan

kemampuannya mengajar.

f. Guru harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual, sehingga akan

menimbulkan rangsangan yang efektif bagi belajar siswa.

g. Guru harus berani memberikan pujian, karena pujian yang diberikan

dengan tepat dapat memotivasi belajar siswa dengan positif.

h. Guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individual.

Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu diperhatikan beberapa hal,

yang menurut Slameto adalah sebagai berikut ini:

1. Kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri siswa itu sendiri, contohnya kesehatan, keamanan, ketenteraman, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Terdapat tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, yakni:

a) Kebutuhan fisiologis. b) Kebutuhan akan keamanan.

c) Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta.

d) Kebutuhan akan status (contohnya keinginan akan keberhasilan). e) Kebutuhanself-actualisation.

f) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti. g) Kebutuhan estetik.

2. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan yang baik dan teratur.

12

(22)

3. Strategi belajar. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar semaksimal mungkin.13

Mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Dalam

belajar, siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk tuntutan

itu guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai fasilitator untuk siswa, maka

ketika guru mengajar, guru juga harus mengajar dengan efektif.

Mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang

efektif pula. Belajar yang dimaksud adalah suatu aktivitas mencari, menemukan

dan melihat pokok masalah.

Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai

berikut:

a. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik.

b. Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. c. Guru harus memberikan motivasi pada siswa.

d. Kurikulum yang baik dan seimbang.

e. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual.

f. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis di sekolah.

g. Pada penyajian bahan pelajaran pada siswa, guru perlu memberikan masalah-masalah yang merangsang siswa untuk berpikir.

h. Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan.

i. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat.

j. Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, dan mencari pemecahan masalah sendiri.14

Fakta yang terjadi di kelas menuntut guru untuk tidak lagi mengajar dengan

sistem lama (konvensional). Karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

maka guru harus dapat memanfaatkan kemajuan iptek tersebut untuk

meningkatkan cara mengajar agar lebih efektif.

Sedangkan efektivitas belajar murid, terutama menyangkut sejauh mana

tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan yang telah dicapai melalui kegiatan

belajar mengajar yang dilaksanakan.

13

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h. 74-76

14

(23)

Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, maka suatu kegiatan pembelajaran

dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik apabila dapat mencapai minimal

60% dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Efektivitas merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam proses

pembelajaran, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan

seseorang dalam mencapai tujuannya atau suatu tingkatan terhadap tujuan-tujuan

yang ingin dicapai, yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta

pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Hasil dari efektivitas

pembelajaran dapat diukur dengan tercapai atau tidaknya Kriterian Ketuntasan

Minimum (KKM) mata pelajaran Ekonomi yang telah ditetapkan di SMP Negeri

87 Jakarta, yaitu sebesar 63. Tingkat efektivitas pembelajaran dibuat empat level,

yaitu:

a. Di bawah KKM, yaitu < 63 tingkat efektivitasnya rendah.

b. Sesuai KKM, yaitu 63-75 tingkat efektivitasnya sedang.

c. Di atas KKM, yaitu 76-88 tingkat efektivitasnya tinggi.

d. Di atas KKM, yaitu 89-100 tingkat efektivitasnya sangat tinggi.

Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini juga diukur dari hasilpree test

dan post test. Pembelajaran dinilai efektif jika terdapat peningkatan antara hasil

pree test denganpost test.

2. Pengertian Pembelajaran

Belajar atau yang disebut juga denganlearning, adalah perubahan yang secara

relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari

pengalaman-pengalaman. Dalam kehidupan sehari-hari belajar diartikan orang secara sempit

atau terbatas dengan menghafal atau mencari/memperoleh pengetahuan. Belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah

proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam

jangka waktu tertentu. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku.

(24)

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati

pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru”.15

Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari

siswa dan juga dari guru. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para

ahli termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut Alisuf Sabri pengertian secara

psikologis, “belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.16

Pengertian belajar secara kualitatif ialah proses memperoleh arti-arti dan

pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsir dunia di sekeliling siswa.

Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan

yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti

dihadapi siswa.

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan

beberapa hal penting yang berkaitan dengan pengertian belajar, hal penting itu

sebagai berikut:

a. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau

latihan.

b. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku

yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.

c. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku

yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif).

d. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan

mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,

menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan

pengalaman atau latihan.

e. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan

perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang

kembali.

15

Dimyati,Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet. 4, h. 9-10

16

(25)

f. Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar menyangkut semua

aspek kepribadian/tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan,

kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya.

g. Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau di luar sekolah.

3. Ciri-ciri Pembelajaran

Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah diuraikan di

atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya

sebagai berikut:

a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial. b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang

berlaku dalam waktu yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).17

Dengan demikian, ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang melakukan

kegiatan belajar, ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang aktual dan

potensial.

4. Tujuan Pembelajaran

Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang

bertujuan. Tujuan belajar erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan tingkah

laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif

hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Menurut Muhammad Numan Somantri, tujuan belajar ekonomi di sekolah

adalah:

a. Untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi

b. Untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya tertutup(closed areas).18

17

Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan…, h. 56

18

(26)

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan dikenal dengan tujuan

pendidikan. Menurut taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk

mencapai ketiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.19

Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/ingatan,

pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi.

Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, dan karakterisasi.

Sedangkan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang

berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan

non verbal.

5. Jenis-jenis Pembelajaran

Terdapat berbagai jenis belajar, jenis belajar tersebut sebagai berikut:

a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning). b. Belajar dengan wawasan (learning by insight).

c. Belajar diskriminatif(discriminative learning). d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning).

e. Belajar insidental (incidental learning).

f. Belajar instrumental (instrumental learning). g. Belajar intensional (intentional learning).

h. Belajar laten(latent learning).

i. Belajar mental (mental learning).

j. Belajar produktif (productive learning).

k. Belajar verbal (verbal learning).20

Jenis-jenis belajar tersebut erat kaitannya dengan macam-macam proses atau

hasil belajar yang harus dicapai siswa.

6. Teori-teori Pembelajaran

Proses belajar yang terjadi pada diri individu merupakan proses internal

psikologis yang tidak dapat diketahui secara nyata. Oleh karena terjadinya proses

belajar itu tidak dapat diketahui secara jelas maka timbullah perbedaan pendapat

di kalangan para ahli, sehingga akibatnya terjadi bermacam-macam teori belajar.

19

Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan…, h. 58-59

20

(27)

Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli. Pendapat ahli yang

bersifat teoritis itu berisi konsep dan prinsip. Setiap teori belajar dirumuskan

berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses belajar. Kajian tersebut

pada intinya menyangkut dua hal:

a. Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya).

b. Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa.21

Dengan demikian, teori-teori belajar yang dimaksud diartikan dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip tentang belajar.

Berikut merupakan macam-macam teori belajar:

a. Teori Gestalt

Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, “teori ini sering

disebut Organism Psychology atau Field Psychology atau Insight Full Learning.

Teori ini berpendirian bahwa keseluruhan itu lebih penting dari

bagian-bagian/unsur-unsurnya”.22 Menurut pandangan teori ini, manusia adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan, bahwa individu itu bertindak atas

berbagai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar diri individu.

Oleh karena itu, menurut teori Gestalt belajar itu bukan hanya sekedar proses

asosiasi antara stimulus dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi

atauconditioningdengan melalui latihan-latihan atau ulangan-ulangan, akan tetapi

menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemahaman(insight).

Dengan demikian cara belajar menurut teori Gestalt harus dilakukan dengan

sadar dan bertujuan serta dengan potensi dan motivasi yang dimiliki orang yang

belajar berupaya memperoleh insight (pemahaman) tentang masalah yang

dipelajari.

Teori Gestalt ini digunakan selain untuk memperoleh penguasaan pengetahuan

yang bersifat pemahaman, analisis sintesis dan evaluasi, juga teori ini akhirnya

21

Yudhi Munadi,Media Pembelajaran,(Ciputat: Gaung Persada (GP) Press, 2008), cet. 1, h. 21

22

(28)

diharapkan dapat mencapai tujuan pembentukan kemampuan problem solving,

agar siswa kelak mampu memecahkan setiap masalah yang dihadapi dengan baik.

b. Teori Belajar Menurut J. Bruner

Bruner mengatakan, “belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang,

tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga

siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Dalam proses belajar, Bruner

mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya

perbedaan kemampuan”.23

Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan

yang dinamakandiscovery learning environment, ialah lingkungan di mana siswa

dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau

pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.

c. Teori Belajar Menurut Piaget

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah

sebagai berikut:

1) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.

2) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.

3) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.

4) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: a) Kemasakan

b) Pengalaman c) Interaksi sosial

d) Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas bersama-sama untuk

membangun dan memperbaiki struktur mental).24

Ada tiga tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut:

1) berpikir secara intuitif ± 4 tahun

2) beroperasi secara konkret ± 7 tahun

3) beroperasi secara formal ± 11 tahun

d. Teori Belajar R. Gagne

23

Slameto,Belajar dan Faktor…, h. 11

24

(29)

Gagne memberikan dua definisi, yaitu:

1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebutThe domains of learning, yaitu: 1) Keterampilan motoris (motor skill).

2) Informasi verbal.

3) Kemampuan intelektual. 4) Strategi kognitif.

5) Sikap.25

e. Purposeful Learning

Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk

mencapai tujuan dan:

1) Dilakukan siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain

2) Dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi

belajar-mengajar di sekolah

f. Belajar Dengan Jalan Mengamati dan Meniru (Observational Learning and

Imitation)

Menurut Bandura dan Walters, “tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari

mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model/contoh/teladan”.26 g. Belajar yang Bermakana(Meaningful learning)

Ada 2 dimensi dalam tipe-tipe belajar, yaitu:

1) Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan (discovery learning)

2) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful

learning).27

Adanya berbagai macam teori belajar tersebut merupakan akibat dari

banyaknya perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Zikri Neni Iska dalam

25

Slameto,Belajar dan Faktor…, h. 13-16

26

Slameto,Belajar dan Faktor…, h. 21

27

(30)

bukunya mengatakan, “belajar merupakan sesuatu yang asosiatif, yaitu asosiasi atau koneksi antara suatu rangsang tertentu dengan reaksi tertentu”.28

7. Prinsip-prinsip Belajar

Dalam kegiatan mengajar, tentunya harus menggunakan prinsip-prinsip

belajar tertentu agar bertindak secara tepat. Dalam perencanaan pembelajaran,

prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam

pembelajaran. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip belajar, seorang guru akan

dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan

efektivitas belajar siswa. Prinsip-prinsip itu adalah:

a. Perhatian dan motivasi

Siswa maupun guru, tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya

prinsip-prinsip belajar tersebut, karena hal tersebut berpengaruh pada keberhasilan

pembelajaran siswa.

8. Masalah-masalah Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah belajar siswa dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal siswa

Faktor internal yang dialami oleh para siswa yang berpengaruh pada proses

belajar, yaitu sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar,

mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil

belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri siswa,

kebiasaan belajar dan cita-cita siswa.

28

Zikri Neni Iska,Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. 1, h. 78

29

(31)

b. Faktor eksternal siswa

Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu

prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa

di sekolah serta kurikulum sekolah.

B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial, maka sebelum menjelaskan

tentang konsep Ekonomi, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu tentang

pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS adalah salah satu mata pelajaran

yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke

pendidikan menengah, pada jenjang pendidikan ini, pemberian mata pelajaran IPS

dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan

praktis, agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji

fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada di sekitar mereka.

IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis

gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan

secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang

berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang

mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

Azis Wahab mengatakan “IPS adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial

dan ilmu lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang

bertujuan membahas masalah sosial atau bermasyarakat dan kemasyarakatan

untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran IPS

pada tingkat persekolahan”.30

IPS merupakan ilmu yang dinamis, selalu berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan zaman.

Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang

melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhan. IPS berkenaan dengan cara

30

(32)

manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan

sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur serta mempertahankan

kehidupan masyarakat manusia.

2. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi:

a. Sistem sosial dan budaya.

b. Manusia, tempat dan lingkungan.

c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.

e. Sistem Berbangsa dan Bernegara.31

3. Kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial

Kecakapan proses yang dikembangkan berdasarkan rasional bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang multi disiplin, terdiri dari

beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, yang

mempelajari interaksi manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat.

4. Karakteristik Pelajaran IPS

Proses pembelajaran ekonomi diupayakan agar dilakukan secara terpadu.

Selain itu, perlu dipilih materi pelajaran yang sesuai, baik ditinjau dari tingkat

kemampuan berfikir siswa maupun dari sudut lingkungan fisik dan psikis peserta

didik.

Dengan memperhatikan persoalan di atas, IPS memiliki karakteristik seperti:

a) Kerangka kerja IPS lebih menekankan pada bidang praktis tentang peristiwa, gejala dan masalah sosial daripada bidang teori keilmuan.

b) Dalam menelaah objek studinya, IPS menekankan pada keterpaduan aspek-aspek kehidupan sosial daripada aspek-aspek-aspek-aspek yang terpisah satu sama lain. c) Kerangka kerja IPS berlandaskan ilmu-ilmu sosial sebagai induknya dan

menjadikan ilmu-ilmu sosial tersebut sebagai sumber materinya.

d) Pada pengajaran IPS, masyarakat menjadi sumber materi, objek studi, laboratorium, dan sekaligus juga menjadi ruang lingkup penelaahannya.32

31

Ilmu Pengetahuan Sosial…, h. 10

32

(33)

5. Pengertian Ilmu Ekonomi

Ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu sosial berasal dari bahasa Yunani

yaitu dari kataoikonomia, kata ini berasal dari kataoikosdannomos, oikos berarti

rumah tangga dan nomos berarti terlaksana atau pengaturan, jadi menurut kamus

lengkap bahasa Indonesia moderen, Ekonomi mengandung arti tentang

”pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas penghasilan, produksi, distribusi, pemasaran dan pemakaian barang serta kekayaan”.33

Sedangkan menurut M. Manulang ilmu Ekonomi merupakan “suatu ilmu

yang mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran

(kemakmuran suatu keadaan di mana manusia dapat memenuhi kebutuhannya

baik barang-barang maupun jasa)”.34

Pengaturan demikian bertujuan untuk mencapai kemakmuran. Berbeda

dengan hukum, pengaturan melalui Ekonomi di atas terbatas pada usaha-usaha

manusia untuk mencapai kemakmuran dengan menggunakan sumber daya

Ekonomi yang tersedia secara lebih efisien dan produktif.

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih

dan menciptakan kemakmuran.35 Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kegiatan Ekonomi mencakup kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Manusia

melakukan semua kegiatan tersebut guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

6. Tujuan Pembelajaran Ekonomi

Pembelajaran Ekonomi bertujuan membentuk warga negara yang

berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah

kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang

baik dan bertanggung jawab. Namun tujuan umum pembelajaran Ekonomi adalah

memberdayakan siswa agar memiliki kecakapan berfikir, membentuk warga

negara yang aktif dan bertanggung jawab serta mampu memecahkan masalah

yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, dengan menggunakan

konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

33

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen,h. 89

34

http://historyofindonesia.blogspot.com, /pengertian-ekonomi.html,21 Juli 2010

35

(34)

Bilamana sasaran dan tujuan-tujuan pembelajaran Ekonomi di atas dikaitkan

dengan taxonomy of education objective yang dikemukakan oleh Bloom, maka

secara garis besar terdapat tiga sasaran pokok dari pelajaran IPS, yaitu:

1) Pengembangan aspek pengetahuan (cognitive).

2) Pengembangan aspek nilai dan kepribadian(affective).

3) Pengembangan aspek keterampilan(psycomotoric).36

Dengan tercapainya tiga sasaran pokok tersebut diharapkan akan tercipta

manusia-manusia yang berkualitas, bertanggungjawab atas pembangunan bangsa

dan negara serta ikut bertanggungjawab terhadap perdamaian dunia.

Adapun tujuan institusional dari pembelajaran Ekonomi adalah sebagai

berikut:

a) Membekali anak didik dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan

pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang telah diperolehnya.

b) Membekali anak didik dengan dasar akademik dan kecakapan untuk dapat

melanjutkan pendidikan di sekolah lanjutan atas.

7. Pemahaman Konsep Pajak

Mempelajari Ekonomi pada dasarnya menguasai kumpulan konsep. Konsep

merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan

dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum

dan teori.

Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan masalah.

Dengan terkonsepnya rangsangan oleh siswa dengan baik diharapkan siswa

dengan mudah mengingat dan memunculkan kembali dalam bentuk konsep pada

situasi dan kondisi yang lain. Pada penelitian ini, siswa diharapkan mampu

memahami konsep pajak yang meliputi yaitu pengertian pajak, unsur pajak,

ciri-ciri pajak, penggolongan dan jenis-jenis pajak, penghitungan pajak, fungsi pajak,

serta sanksi kelalaian membayar pajak. Pajak menurut Pasal 23 Ayat 2

Undang-36

(35)

Undang Dasar (UUD) 1945 adalah untuk keperluan negara yang berdasarkan

Undang-undang”.37

Terdapat berbagai definisi tentang pajak yang dikemukakan oleh beberapa

ahli :

a. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

b. Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.38

c. Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran

rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayaipublic investment.39

Pengertian pajak yang diberikan oleh Rochmat Soemitro tersebut, hanya

terbatas untuk pajak negara, terkandung secara jelas 2 (dua) fungsi pajak

sekaligus, yaitu:

a. Fungsi budgeter yang mempunyai tujuan untuk memasukkan uang

sebanyak-banyaknya ke dalam Kas Negara, dan

b. Fungsi regular atau mengatur yang dapat digunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan negara tersebut.40

Pajak dari perspektif Ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari

sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa

37

Agus Subagio,Pengetahuan Perpajakan,(Pusdiklat Anggaran, 1996), h. 5

38

http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak, 21 Juli 2010

39

Agus Subagio,Pengetahuan Perpajakan..., h. 2

40

(36)

adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya

kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan

penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara

dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.

Namun dalam konsep pajak yang dibahas dalam penelitian ini, ialah pajak

yang terdapat dalam mata pelajaran Ekonomi di tingkat SMP (Sekolah Menengah

Pertama), yaitu konsep yang dimaksud adalah konsep-konsep tentang pajak, yaitu

pengertian pajak, unsur pajak, ciri-ciri pajak, penggolongan dan jenis-jenis pajak,

penghitungan pajak, fungsi pajak, serta sanksi kelalaian membayar pajak.

C. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Sebelum masuk kepada model pembelajaran kooperatif Teams Games

Tournament (TGT), ada baiknya dijelaskan dahulu tentang model pembelajaran

kooperatif. Kembali Robert E. Slavin mengatakan:

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) berasal dari katacooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam model pengajaran dimana para siswa bekerja bersama-sama, berhadapan muka dalam kelompok-kelompok kecil dan melakukan tugas yang sudah terstruktur.41

Dalam kelompok kecil, para siswa dapat saling berbagi mengenai kelebihan

masing-masing, sehingga dapat mengembangkan kemampuan hubungan sosial

dan emosi. Selain itu, para siswa dapat belajar bagaimana mengelola konflik yang

biasa timbul dalam sebuah kelompok.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu variasi dari model pengajaran

dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mereka saling

membantu antara yang satu dengan yang lainnya dalam mempelajari suatu pokok

bahasan.

Pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

terdiri dari 4-6 orang, siswa saling kerjasama untuk mendapatkan hasil belajar

41

(37)

yang lebih baik dengan membangun ide-ide dan gagasan untuk memecahkan

masalah-masalah yang ditugaskan guru dalam kelompoknya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang

menggunakan model kooperatif memiliki ciri sebagai berikut:

a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya.

b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah.

c) Anggota kelompok berasal dari ras, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.

d) Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan Student Teams Learning (STL) yang

menekankan pada pencapaian tujuan dan kesuksesan kelompok dalam

menyelesaikan tugas kelompok dan dalam hal memahami suatu pelajaran. Dalam

STL siswa tidak hanya bekerja menyelesaikan sesuatu tetapi juga mempelajari

sesuatu secara berkelompok.

Pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dari STL memiliki banyak

bentuk, diantaranya: STAD (Student Teams Achievment Divisions), TGT (Teams

Games Tournament), TAI (Teams Aceelerated Instruction), CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition), dan Jigsaw.

2. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif

Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima prinsip-prinsip dasar

pembelajaran kooperatif, yaitu:

a) Saling ketergantungan positif.

b) Tanggung jawab perseorangan.

c) Interaksi berhadap-hadapan (face to face).

d) Komunikasi antar anggota.

e) Evaluasi kelompok.42

42

(38)

3. Pengertian Model PembelajaranTeams Games Tournament (TGT)

TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang telah

dikembangkan oleh Robert E. Slavin pada tahun 1994 di John Hopkins

University, Baltimor, Maryland.

Model pembelajaran TGT merupakan suatu model pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran kooperatif, dimana para siswa dikelompokkan menjadi

4-6 orang per kelompok secara heterogen berdasarkan jenis kelamin, agama,

etnis/suku, sehingga dapat dilatih kecakapan sosial. Terdapat tiga prinsip

pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Interaksi simultan

Interaksi simultan di antara para siswa terjadi pada model pembelajaran kooperatif TGT. Pada saat pembelajaran, siswa berpartisipasi aktif atau terlibat langsung pada kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan.

b. Ketergantungan positif

Ketergantungan positif timbul pada saat ketergantungan individu atau kelompok berhubungan secara positif. Keberhasilan salah satu murid berhubungan dengan keberhasilan yang diperoleh murid lain, maka individu mengalami ketergantungan secara positif. Jika kesuksesan anggota lain (jika salah satu anggota gagal maka semua gagal), maka terbentuklah suatu bentuk ketergantungan positif yang kuat. Sehingga anggota termotivasi memastikan bahwa anggota kelompok lainnya melakukan yang terbaik.

c. Pertanggungjawaban individu

Pertanggungjawaban individu dituntut oleh guru, walaupun belajar dan mengerjakan tugas selalu dalam kelompok, jenis penilaiannya tetap individual. Sikap siswa yang dapat dibangun antara lain: siswa termotivasi, terdukung terhargai, bangga, antusias, bahagia, merasa aman dan siswa dapat mengendalikan rasa kecewa, sedih serta mengembangkan kejujuran, mandiri, kerjasama, suka memberi, adil dan terbuka.43

Robert E. Slavin menjelaskan ada lima komponen utama dalam model

pembelajaran TGT yaitu: “pembelajaran awal, kelompok belajar (team study),

permainan (games), turnamen/kompetisi (tournament), dan pengakuan kelompok

(teams recognition)”.44

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan dalam

mengembangkan potensi siswa dalam kelompok, seperti terjadinya hubungan

43

Robert E. Slavin,Cooperative…, h. 166

44

(39)

saling menguntungkan diantara anggota kelompok yang melahirkan motivasi,

mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat kebersamaan, serta

menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi di antara anggota

kelompok. Maka diharapkan dapat mengembangkan potensi siswa secara efektif,

sehingga peran guru tidak lagi terlalu dominan, dan kemampuan berfikir siswa

dapat berkembang yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan aktifitas

dan efektifitas belajar siswa.

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi

siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut

keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun

dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif juga dapat mengembangkan pola pikir siswa. Dalam

kegiatan pembelajaran siswa dikelompokkan untuk bekerja sama dalam

memecahkan masalah bersama. Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong

untuk bekerjasama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya.

Dengan kelompok yang terdiri dari 4-6 memudahkan siswa dalam belajar dan

memudahkan guru dalam membimbing siswa.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus

agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang

baik dan memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik.

Teams Games Tournament, pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries

dan Keith Edwards, merupakan model pembelajaran pertama dari Johns Hopkins.

Model ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim

kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen,

di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk

menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game akademik

dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa

memainkan game ini bersama kelompoknya pada “meja-turnamen”, di mana para

Gambar

Tabel 1Jadwal Kegiatan Penelitian ..............................................................
Gambar 1 Suasana Kelas Pada Pertemuan Pertama..........................................
Tabel 1Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing peserta didik agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antaranggota kelompok. Oleh karena itu,

2) Ciri utama dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan

Sedangkan Cooperative Learning artinya belajar bersama-sama, saling membantu antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: &#34;Apakah model kooperatif tipe Teams Games

Objek penelitian adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Teams Games Tournament ), aktivitas dan hasil belajar materi K3 Las Oxy-Acetylene. Sumber data ada

belajar dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang yang bekerjasama dan duduk saling berhadapan, Siswa belajar saling membantu satu sama lain dan

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima kelompok siswa. Fungsi kelompok adalah untuk belajar lebih mendalam materi bersama

Sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa sudah diberikan kesempatan belajar secara berkelompok dan saling membantu memahami materi bersama-sama dengan