• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN POLONIA

TESIS

Oleh

MUHAMMAD IRFAN LUBIS

107017037 / Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DIKANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD IRFAN LUBIS 107017037/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB

PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

Nama Mahasiswa : Muhammad Irfan Lubis

Nomor Pokok : 107017037

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Bastari, MM, BKP) (Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.AdeFatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang,MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 8 April 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Bastari, M.M, BKP

Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA

3. Dr. HB. Tarmizi, SU

(5)

PERNYATAAN

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA “

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Akuntansi

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil

karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Medan, Maret 2013 Penulis,

Muhammad Irfan Lubis

(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN POLONIA

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari Benk et al. (2011) dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior yang mencoba menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah persepsi terhadap sikap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti mempengaruhi niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia tahun 2011 dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience/accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 sampel dan analisis dilakukan dengan metode analisis jalur (path analysis). Untuk ketepatan penghitungan sekaligus mengurangi human eror, digunakan program SPSS dengan confidence level90% atau α 10%.

Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan, persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak. Sedangkan secara parsial untuk niat kepatuhan pajak, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak tetapi persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan tidak berpengaruh sigifikan terhadap niat kepatuhan pajak.

Untuk kepatuhan pajak, secara parsial norma-norma individu dan probabilitas ditemukan ketidakpatuhan berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan pajak sedangkan persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, besarnya penalti dan niat kepatuhan pajak tidak berpengaruh sigifikan terhadap kepatuhan pajak.

Kata kunci : Persepsi Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan, Norma-norma Sosial, Norma-Norma-norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan dan Persepsi Besarnya Penalti, Niat Kepatuhan Pajak dan Kepatuhan Pajak.

(7)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE COMPLIANCE OF INDIVIDUAL TAXPAYER IN THE OFFICE OF

PRATAMA TAX SERVICE

MEDAN POLONIA

ABSTRACT

This research constitutes a research development of Benk et al. (2011,) using The Theory of Planned Behavior which attempts to examine some factors which influence the compliance of the individual taxpayers at Pratama Tax Office, Medan Polonia. The aim of the research was examine whether non-compliance was found in the perception of righteousness in tax system, in social norms, in individual norms, and in the peception of probability, and whether the perception of penalty would influence the compliance of the intention to pay tax.

The population was the taxpayers who paid their individual taxes at the Pratama Tax Office, Medan Polonia, in 2011. There were 100 samples, taken by using convenience/accidental sampling. The data were analyzed by using path analysis methode. An SPSS software program with the confidence level 90% (α = 10%) was used to ensure the accuracy of calculation and to decrease human error.

The results of the analysis showed that, simultaneously, non-compliance was found in the perception of righteneous in the tax system , in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the compliance of the intention to pay tax. Partially , non-compliance was also found in the intention to pay tax, in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the intention to pay tax, but the perception of righteousness in tax system did not have any significant influence on the intention to pay tax and on tax complince.

Regarding tax complince, partially, non-complince individual norms and probability had significant influence on tax complince, while the perception of righteousness in tax system, social norms, penalty and intention topay tax did not have any significant influence on tax compliance.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat

dan Hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.

Penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr . Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program

Studi Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera

Utara yang juga selaku Ketua Komisi Dosen Pembanding yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Bapak Dr. Bastari, MM, BKP, selaku Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang

banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Anggota Komisi Dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan

tesis ini.

6. Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU, selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang

banyak memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.

(9)

8. Bapak Oding Rifaldi, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Polonia yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

9. Istriku Elvi Shanti dan Orang Tuaku tercinta yang telah memberikan motivasi

dan semangat selama penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak

kekurangan dan kelemahan , untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan

yang membangun guna penyempurnaan tesis ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tesis ini bermamfaat bagi yang

memerlukannya.

Medan, April 2013

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Irfan Lubis

Data Pribadi

Tempat/tanggal lahir : Medan, 20 Mei 1969

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bambu Runcing No. 21, Medan

Status : Menikah

Nama Istri : Elvi Shanti

2010 – 2013 : S-2 Program Magister Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Pendidikan

1988 – 1994 : S1 Fakultas Ekonomi Juruasan Akuntansi Universitas Sumatera Utara

1985 – 1988 : SMA Negeri 8 Medan

1982 – 1985 : SMP Budi Utomo Medan

(11)

DAFTAR ISI

2.1.1. Kepatuhan Wajib Pajak ... 11

2.1.2. Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan ( attitude on righteousness of tax system)... 15

2.1.3. Norma-norma Individu dan Sosial ( Personal and Social Norms) ... 17

2.1.4. Probabilitas Temuan (Detection Probability). 19 2.1.5. Besarnya Penalti (Penalty Magnitude) ... 20

2.2. Review Peneliti Terdahulu ... 22

4.6.1.2. Uji Reliabilitas ... 38

4.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 38

(12)

4.6.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 39

4.6.2.3. Uji Multikolineritas ... 39

4.6.3 Model Analisa ... 40

4.6.3.1. Koefisien Determinasi (R Square) ... 40

4.6.3.2. Uji t-Statistik ... 41

5.3.1. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan, dan Persepsi Besarnya Penalti Secara Simultan Terhadap Niat Kepatuhan Pajak...83

5.3.2. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan, dan Persepsi Besarnya Penalti Secara Parsial Terhadap Niat Kepatuhan Pajak ... 83

(13)

5.3.4. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas

Ditemukan Ketidakpatuhan, Persepsi Besarnya Penalti dan Niat Kepatuhan Pajak

Secara Parsial Terhadap Kepatuhan Pajak... 86

5.3.5. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan, Persepsi Besarnya Penalti Terhadap Kepatuhan Pajak Melalui Niat Kepatuhan Pajak... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

6.1. Kesimpulan ... 89

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 90

6.3. Saran ... 91

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Polonia... 2

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 21

4.1. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Varibel... 32

5.1. Hasil Uji Validitas 30 Sampel... 41

5.2. Hasil Uji Reliabilitas 30 Sampel... 42

5.3. Distribusi Kuesioner ... 40

5.4. Distribusi Frekuensi Responden... 44

5.5. Distribusi Jawaban Responden... 46

5.6. Persentase Distribusi Jawaban Responden... 47

5.7. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 51

5.8. Hasil Uji Validitas... 54

5.9. Hasil Uji Reliabilitas... 55

5.10. Korelasi... 56

5.11. Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan SubStruktural 1... 61

5.12. Hasil Regresi Sikap Keadilan, Norma Sosial, Norma Individu Probabilitas Ditemukan, Besarnya Penalti dan Niat Kepatuhan Pajak. 62 5.13. Hasil Uji t Statistik Persamaan Substruktural 1... 65

5.14. Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan Substruktural 2... 69

5.15. Hasil Regresi Sikap Keadilan, Norma Sosial, Norma Individu, Probabilitas Ditemukan, Besrnya Penalti dan Niat Kepatuhan Pajak.. 70

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

3.1. Kerangka Konsep ... 24

5.1. Output SPSS Uji Normalitas Persamaan Substruktural 1... 59

5.2. Output SPSS Uji Heteroskedastisitas Persamaan Substruktural 1. 60

5.3. Output SPSS Uji Normalitas Persamaan Substruktural 2 ... 67

5.4. Output Uji Heteroskedastisitas Persamaan Substruktural 2... 68

(16)

DAFTAR SINGKATAN

SK = Sikap Keadilan

NS = Norma Sosial

NI = Norma Individu

PD = Probabilitas Ditemukan

BP = Besarnya Penalti

NKP = Niat Kepatuhan Pajak

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian...

2. Jawaban Kuesioner Penelitian...

3. Total Jawaban Kuesioner...

4. Uji Reliabilitas danValiditas 30 Sampel... 41

5. Data SPSS Distribusi Frekuensi... 46

6. Uji Reliabilitas dan Validitas... 54

7. Output Korelasi Data SPSS... 56

8. Output Regresi Persamaan Substrutural 1... 62

(18)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN POLONIA

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari Benk et al. (2011) dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior yang mencoba menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah persepsi terhadap sikap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti mempengaruhi niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia tahun 2011 dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience/accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 sampel dan analisis dilakukan dengan metode analisis jalur (path analysis). Untuk ketepatan penghitungan sekaligus mengurangi human eror, digunakan program SPSS dengan confidence level90% atau α 10%.

Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan, persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak. Sedangkan secara parsial untuk niat kepatuhan pajak, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak tetapi persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan tidak berpengaruh sigifikan terhadap niat kepatuhan pajak.

Untuk kepatuhan pajak, secara parsial norma-norma individu dan probabilitas ditemukan ketidakpatuhan berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan pajak sedangkan persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, besarnya penalti dan niat kepatuhan pajak tidak berpengaruh sigifikan terhadap kepatuhan pajak.

Kata kunci : Persepsi Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan, Norma-norma Sosial, Norma-Norma-norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan dan Persepsi Besarnya Penalti, Niat Kepatuhan Pajak dan Kepatuhan Pajak.

(19)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE COMPLIANCE OF INDIVIDUAL TAXPAYER IN THE OFFICE OF

PRATAMA TAX SERVICE

MEDAN POLONIA

ABSTRACT

This research constitutes a research development of Benk et al. (2011,) using The Theory of Planned Behavior which attempts to examine some factors which influence the compliance of the individual taxpayers at Pratama Tax Office, Medan Polonia. The aim of the research was examine whether non-compliance was found in the perception of righteousness in tax system, in social norms, in individual norms, and in the peception of probability, and whether the perception of penalty would influence the compliance of the intention to pay tax.

The population was the taxpayers who paid their individual taxes at the Pratama Tax Office, Medan Polonia, in 2011. There were 100 samples, taken by using convenience/accidental sampling. The data were analyzed by using path analysis methode. An SPSS software program with the confidence level 90% (α = 10%) was used to ensure the accuracy of calculation and to decrease human error.

The results of the analysis showed that, simultaneously, non-compliance was found in the perception of righteneous in the tax system , in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the compliance of the intention to pay tax. Partially , non-compliance was also found in the intention to pay tax, in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the intention to pay tax, but the perception of righteousness in tax system did not have any significant influence on the intention to pay tax and on tax complince.

Regarding tax complince, partially, non-complince individual norms and probability had significant influence on tax complince, while the perception of righteousness in tax system, social norms, penalty and intention topay tax did not have any significant influence on tax compliance.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang paling

dominan baik untuk belanja rutin maupun belanja modal. Meskipun penerimaan

pajak dari tahun ke tahun terus meningkat tetapi belum mencerminkan kondisi

yang diinginkan. Upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dihadapkan pada

kondisi belum optimalnya sistem perpajakan dilaksanakan. Hal ini tercermin dari

rendahnya kepatuhan wajib pajak yang salah satunya dapat dilihat dari rendahnya

kepatuhan formal wajib pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan Pajak

Penghasilan.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Pajak, dari

22,3 juta perusahaan terdaftar di Indonesia , 12,9 juta perusahaan berpotensi

menjadi penyetor pajak dan dari 238 juta penduduk Indonesia diperkirakan

bahwa 110 juta adalah pekerja dan sebanyak 50 juta dari jumlah pekerja tersebut

diperkirakan berpenghasilan di atas PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak).

Namun kenyataannya berdasarkan data April 2011 hanya ada 466 ribu

perusahaan yang menyerahkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh)

badan yang berarti rasio penyampaian SPT atas kelompok badan usaha yang

berpotensi membayar pajak hanya sebesar 3,61% dan dari 50 juta pekerja yang

diperkirakan berpenghasilan diatas PTKP yang membayar pajak hanya baru 8,5

juta pekerja yang berarti rasio penyampaian SPT orang pribadi terhadap kelompok

(21)

menunjukkan rendahnya rasio penyampaian SPT tahunan wajib pajak baik orang

pribadi maupun badan.

Demikian halnya dengan tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan

khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam tiga tahun

(2008 s/d 2010) hanya berkisar rata-rata 32% dari jumlah wajib pajak dengan

kriteria wajib lapor SPT tahunan baik WP orang pribadi maupun badan.

Perkembangan tingkat kepatuhan WP di KPP Medan Polonia ditunjukkan

pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Polonia Wajib Pajak Orang Pribadi

SPT Tahunan

Sumber : Data Olahan KPP Pratama Medan Polonia dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

Tabel di atas dapat di lihat bahwa persentase tingkat kepatuhan wajib

pajak orang pribadi dari tahun 2009 s/d 2011 ( SPT tahunan 2008 s/d 2010)

cenderung mengalami penurunan dan menunjukkan rendahnya tingkat

kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT tahunan PPh bila di

(22)

Kepatuhan pajak bukanlah permasalahan yang asing di bidang perpajakan.

Banyak peneliti tentang kepatuhan pajak yang berusaha mendefinisikan dan

menemukan apa yang sebenarnya menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan wajib Pajak. Jackson dan Miliron melalui tinjauan terhadap literatur

kepatuhan mengidentifikasi adanya 14 faktor kunci yang di gunakan peneliti

dalam meneliti kepatuhan pajak yang secara garis besar dikelompokkan dalam

empat kelompok (Jackson dan Miliron 1986, dalam Fischer et al. 1992) yaitu

demografic (age, gender and education), non compliance opportunity (income level, income source, and occupation), attitudinal and perceptions (fairness of the law system and peer influence) dan tax system/structural (complexity of the tax system, probability of detection and penalties and tax rates) . Tomkins (2001) mengemukakan bahwa faktor sosial memiliki tingkat tertinggi sebagai penentu

dari tax payer non compliance.

Kepatuhan pajak juga dapat dilihat dari segi keuangan publik (public finance), penegakan hukum (law enforcement), struktur organisasi (orgazational structure), tenaga kerja (employees), etika (code of conduct) atau gabungan dari semua segi (Adreoni et al.1998). Trivedi et al. (1997) mencoba menggabungkan

berbagai faktor personal yaitu alasan moral , orientasi nilai (value oriented), dan pilihan resiko (risk preference) dengan tiga faktor situasional pemeriksaan pajak (tax audit), ketidak adilan (tax inequity), dan perilaku laporan wajib pajak (peer reporting behaviour) di dalam analisisnya, dimana faktor-faktor tersebut ternyata sangat berperan di dalam memotivasi kepatuhan Wajib Pajak. Borck (2004)

(23)

revenue), tetapi meningkatkan kesejahteraan Wajib Pajak (taxpayer welfare). Borck (2004) berpendapat apabila pengenaan sanksi denda diterapkan terhadap

penggelapan pajak, maka penghindaran pajak justru menjadi besar dan

penerimaan pajak menjadi kecil.

Teori tentang tax compliance pertama kali dikemukakan oleh Allingham dan Sandmo ( Allingham dan Sadmo 1972, dalam Hamonangan dan Mukhlis,

2012). Teori ini mengasumsikan sedemikian tingginya tingkat ketidakpatuhan

dari sisi ekonomi. Teori ini berkeyakinan tidak ada individu bersedia membayar

pajak secara sukarela (voluntary compliance). Oleh sebab itu individu akan selalu menetang untuk membayar pajak (risk aversion). Frey memperkenalkan adanya moral pajak (tax morale) disebut juga motivasi intrinsik individu untuk bertindak yang didasari oleh nilai-nilai yang dipengaruhi norma-norma budaya. Menurut

teori ini, tax morale dapat dipahami sebagai penjelasan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa membayar pajak (Frey 1997, dalam

Hamonangan dan Mukhlis, 2012).

Beberapa peneliti menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior (TPB) (Ajzen, 1991) untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Beberapa peneliti menggunakan Theory of Planned Behavior untuk menjelaskan kepatuhan seperti Bobek and Hartfield (2003), Blanthorne (2000). Model TPB yang digunakan dalam penelitian memberikan

penjelasan yang signifikan, bahwa perilaku tidak patuh (noncompliance) wajib pajak sangat dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol

(24)

Trivedi et al. (2005) menggunakan variabel sikap, norma subjektif, kontrol

yang dipersepsikan dan etika dalam meneliti pengaruh terdadap niat dan prilaku

kepatuhan pajak. Benk et al. (2011) mengembangkan kerangka model TPB

menggunakan varibel equity attitudes, normative expectation ( moral & social norm ) dan legal sanction (penalty magnitude & detection risk) dalam meneliti kepatuhan wajib pajak. Benk et, al. (2011) membuktikan bahwa sikap keadilan

tidak berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak sedangkan ekspektasi

normatif dan sanksi legal dengan variabel risiko ditemukan dan besarnya penalti

berpengaruh terhadap niat kepatuhan pajak.

Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor

penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, sehingga

diharapkan dapat memberikan mamfaat bagi peningkatan kepatuhan pajak dan

pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan negara. Berdasarkan uraian

tersebut di atas, peneliti melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior yang dikembangkan Benk et al. (2011) dengan menggunakan variabel persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem pajak (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance) dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude)

(25)

Dari uraian latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan

(perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara simultan terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi?

2. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan

(perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara parsial terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi?

3. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan

(26)

4. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan

(perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) dan niat kepatuhan pajak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi?

5. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan

(perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi melalui niat kepatuhan pajak?

1.3.Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap

(27)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap

terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance ), dan persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) secara parsial terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang priadi.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap

terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) dan niat kepatuhan pajak secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap

terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) dan niat kepatuhan pajak secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang

(28)

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap

terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi melalui niat kepatuhan pajak.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah khasanah dan

mengembangkan wawasan serta pengetahuan dalam bidang perpajakan

khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak.

b. Bagi KPP Pratama Medan Polonia

Sebagai bahan masukan bagi KPP Pratama Medan Polonia didalam

menyikapi fenomena yang terjadi sehubungan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

c. Bagi Penelitian Lanjutan

Sebagai bahan masukan penelitian bagi peneliti lain dalam

mengembangkan dan memperluas penelitian khususnya tentang

(29)

1.5.Originalitas Penelitian

Penelitian ini menggunakan dasar konsep Theory of Planned Behavior

(Ajzen, 1991) dan merupakan pengembangan dari hasil penelitian Benk et, al.

(2011) dengan fenomena tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP

Pratama Medan Polonia yang cenderung rendah dan dibawah target yang telah

ditentukan. Perbedaan penelitian dengan Benk et, al. (2011), Benk et, al. (2011)

hanya meneliti sebatas pengaruh terhadap niat kepatuhan pajak (intention tax compliance), sedangkan penelitian ini meneliti baik pengaruh terhadap niat kepatuhan pajak maupun terhadap kepatuhan pajak dengan menggunakan metode

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kepatuhan Wajib Pajak

Permasalahan kepatuhan pajak merupakan hal yang klasik dalam

perpajakan. Berbagai teori kepatuhan pajak yang dikemukakan beberapa ahli

menjelaskan tentang definisi serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

pajak. Pendekatan sederhana dari kepatuhan pajak berpendapat bahwa ketika

orang-orang memutuskan apakah membayar pajak mereka, mereka akan

memperhitungkan besarnya pajak tersebut dan sanksi legal yang diterima dari

ketidak patuhan (Posner, 2000). Jackson dan Milliron mendefenisikan kepatuhan

pajak sebagai melaporkan seluruh pendapatan dan membayar seluruh pajak

berdasarkan hukum, peraturan dan keputusan pengadilan (Jackson dan Miliron

1986, dalam Palil dan Mustapha, 2011).

James dan Alley (1999) mengemukakan kepatuhan wajib pajak

menyangkut sejauh mana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai

dengan aturan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian tingkat kepatuhan

wajib pajak dapat di ukur dengan Tax Gap yaitu perbedaan antara apa yang tersurat dalam peraturan perpajakan dengan apa yang dilaksanakan oleh wajib

pajak. Tax gap dapat pula diartikan sebagai perbedaan antara seberapa besar pajak yang dapat dikumpulkan dengan besar pajak yang seharusnya terkumpul

( James dan alley ,1999). Sarker (2003) mendefenisikan kepatuhan wajib pajak

sebagai suatu tingkatan dimana seorang wajib pajak memenuhi atau tidak

(31)

2003) mengelompokkan kepatuhan wajib pajak terdiri dari 3 tipe kepatuhan : (1)

kepatuhan penyerahan SPT (filing compliance), (2) kepatuhan pembayaran (payment compliance), dan (3) kepatuhan pelaporan (reporting compliance). Ketiga tipe kepatuhan tersebut bila di ukur secara bersama-sama akan

memberikan gambaran yang komperhensif tentang kepatuhan wajib pajak.

Jackson dan Miliron melalui tinjauan terhadap literatur kepatuhan

mengidentifikasi adanya 14 faktor kunci yang digunakan peneliti dalam meneliti

kepatuhan pajak yang secara garis besar dikelompokkan dalam empat kelompok

(Jackson dan Miliron 1986, dalam Fischer et al.1992) yaitu demografic (age, gender and education), non compliance opportunity (income level, income source, and occupation), attitudinal and perceptions (fairness of the law system and peer influence) dan tax system/structural (complexity of the tax system, probability of detection and penalties and tax rates)

Kepatuhan pajak juga dapat di lihat dari segi keuangan publik (public finance), penegakan hukum (law enforcement), struktur organisasi (orgazational structure), tenaga kerja (employees), etika (code of conduct) atau gabungan dari semua segi (Adreoni et al. 1998). Trivedi et al. (1997) mencoba menggabungkan

berbagai faktor personal yaitu alasan moral , orientasi nilai (value oriented), dan pilihan resiko (risk preference) dengan tiga faktor situasional pemeriksaan pajak (tax audit), ketidak adilan (tax inequity), dan prilaku laporan wajib pajak (peer reporting behaviour) di dalam analisisnya dimana faktor-faktor tersebut ternyata sangat berperan di dalam memotivasi kepatuhan Wajib Pajak. Tomkins (2001)

mengemukakan bahwa faktor sosial memiliki tingkat tertinggi sebagai penentu

(32)

Teori tentang tax compliance pertama kali dikemukakan oleh Allingham and Sandmo ( Allingham dan Sadmo 1972, dalam Hamonangan dan Mukhlis,

2012). Teori ini mengasumsikan sedemikian tingginya tingkat ketidak patuhan

dari sisi ekonomi. Teori ini berkeyakinan tidak ada individu bersedia membayar

pajak secara sukarela (voluntary compliance). Oleh sebab itu individu akan selalu menentang untuk membayar pajak (risk aversion). Untuk menjelaskan teorinya tersebut, Allingham dan Sadmo merumuskan suatu model :

D = D (I,t,p, f)

D : declared income

I : pendapatan tetap

t : tarif pajak

p : probabilitas untuk diaudit

f : penalty rate

Menurut teori ini , faktor utama yang mempengaruhi kepatuhan pajak

antara lain : pendapatan tetap (I), tarif pajak (t), probabilitas dilakukan audit (p),

dan besarnya sanksi yang mungkin dikenakan (f). Individu diasumsikan memiliki

endowment pendapatan yang tetap yang harus dilaporkan ke pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkannya. Declared Income

merupakan tingkat pendapatan wajib pajak yang dilaporkan pada tingkat tarif

pajak t. Pendapatan yang tidak dilaporkan tidak dikenai pajak, tetapi

konsekuensinya individu dimungkinkan untuk di audit dengan denda sanksi

sebesar f yang harus di bayar untuk setiap pendapatan yang tidak dikenakan

(33)

dipengaruhi norma-norma budaya (Frey 1997, dalam Hamonangan dan Mukhlis,

2012). Menurut teori ini, tax morale dapat dipahami sebagai penjelasan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa membayar pajak.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tax morale antara lain : - Persepsi adanya kejujuran

- Sikap membantu atau melayani dari aparat pajak

- Kepercayaan terhadap instansi pemerintah

- Penghargaan atau rasa hormat dari aparat pajak

Beberapa peneliti kepatuhan pajak menggunakan konsep Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991) untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak wajib pajak. Berdasarkan teori ini, prilaku individu untuk tidak atau patuh

terhadap ketentuan perpajakan dipengaruhi oleh niat untuk berperilaku dan niat

berperilaku tidak atau patuh dipengaruhi yang oleh tiga faktor yaitu : 1)

behavioral belief yaitu keyakinan akan hasil dari suatu perilaku (outcome belief) yang membentuk variabel sikap (attitude), 2) normative belief yaitu keyakinan individu terhadap harapan normatif yang menjadi rujukannya yang membentuk

variabel norma sujektif (subjective norm) dan 3) control belief yaitu keyakinan/persepsi individu tentang keberadaan hal-hal yang mempengaruhi

(mendukung atau menghambat) perilaku yang membentuk variabel kontrol

perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control). Niat berperilaku merupakan variabel perantara dalam membentuk perilaku (Ajzen, 1988). Ini

berarti pada umumnya manusia bertindak sesuai dengan niat atau tendensinya.

Trivedi et al. (2005) menggunakan konsep Theory of Planned Behavior

(34)

Penelitian dilakukan menggunakan cara hipotesis dan eksperimen. Hasil

penelitian Trivedi et al. (2005) menyimpulkan bahwa niat kepatuhan pajak dan

etika berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak sedangkan sikap,

norma subjektif dan kontrol yang persepsikan tidak berpengaruh signifikan. Dari

sisi pengaruh terhadap niat kepatuhan pajak, Trivedi et al. (2005) menyimpulkan

bahwa norma subjektif dan sikap berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan

pajak sedangkan kontrol yang dipersepsikan dan etika berpengaruh tidak

signifikan.

2.1.2. Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan ( Attitude on righteousness of tax system)

Allport mendefenisikan sikap sebagai suatu keadaan mental dan syaraf

yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah

terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan ( Allport

1953, dalam Schwarz dan Bohner, 2001). Ajzen dan Fishbein’s mengemukakan

bahwa sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Ajzen dan Fishbein’s 1980, dalam Bobek dan Hatfield,2003).

Berkaitan dengan pajak, sikap wajib pajak didefinisikan sebagai

pandangan positif atau negatif dari perilaku kepatuhan pajak. Hasil positif adalah

kepatuhan pajak dan hasil negatif adalah ketidakpatuhan pajak ( Marti et al. 2010).

Sikap positif terhadap sistem perpajakan sebenarnya adalah hasil dari persepsi

keadilan positif atau dengan kata lain persepsi keadilan positif dapat sebagai

(35)

positif terhadap keadilan sistem perpajakan akan lebih memiliki sikap positif

terhadap sistem perpajakan dan kosekuensinya akan mendorong mereka untuk

patuh.

Sulit untuk mendefenisikan keadilan pajak , di satu sisi harus memuaskan

wajib pajak dan di sisi lain berkaitan pelaksanaan terhadap peraturan

perundang-undangan perpajakan. Christensen et al. menyatakan bahwa keadilan pajak sulit

didefinisikan karena empat masalah utama (Christensen et al. 1994, dalam Azmi

dan Perumal 2008) : (1) masalah dimensional, (2) dapat didefinisikan pada tingkat

individu maupun pada masyarakat luas, (3) keadilan terkait dengan kompleksitas,

dan (4) kurangnya keadilan dapat menjadikan pertimbangan atau menyebabkan

ketidakpatuhan. Azmi dan Perumal (2008) mengidentifikasi 5 (lima) dimensi

keadilan pajak yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak yaitu:

1. Keadilan Umum (General Fairness). Dimensi ini terkait dengan keadilan menyeluruh atas sistem perpajakan dan distribusi pajak.

2. Timbal balik Pemerintah (Exchange with Government). Dimensi ini terkait dengan timbal balik yang secara tidak langsung diberikan pemerintah atas

pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak.

3. Kepentingan Pribadi (Self-Interest). Dimensi ini terkait dengan apakah jumlah pajak yang dibayarkan wajib pajak secara pribadi terlalu tinggi dan

jika dibandingkan dengan wajib pajak lainnya.

4. Ketentuan-ketentuan khusus (Special Provisions). Dimensi ini terkait ketentuan-ketentuan khusus yang diberikan kepada wajib pajak tertentu,

(36)

Erich et al. mengemukakan bahwa persepsi keadilan dapat di lihat dalam

beberapa bentuk ( Erich et al. 2006, dalam Saad 2010). Pertama, keadilan vertikal

(vertikal fairness) yaitu wajib pajak dalam situasi ekonomi berbeda akan dikenakan pajak pada tarif yang berbeda. Hal ini akan mengakibatkan penghasilan

yang lebih tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari pada penghasilan lebih

rendah. Kedua, keadilan horizontal (horizontal fairness) didefinisikan sebagai perlakuan yang sama dalam situasi yang sama dari individu. Dengan kata lain

keadilan horizontal merekomendasikan bahwa wajib pajak dalam posisi ekonomi

yang sama akan membayar jumlah pajak yang sama.

Studi Bobek pada sistem perpajakan Amerika tentang keadilan prosedural

(procedural fairness) dan keadilan kebijakan (policy fairness) menyatakan bahwa keadilan prosedural berhubungan dengan proses yang digunakan dalam

kaitannnya dengan fungsi distribusi sedangkan keadilan kebijakan berkaitan

dengan isi dari hukum pajak (Bobek 1997, dalam Saad 2010) . Dapat disimpulkan

bahwa keadilan secara umum mengukur penilaian individu apakah sistem

perpajakan secara umum adil atau tidak.

2.1.3. Norma-norma Individu dan Sosial (Personal and Social Norms)

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak adalah

norma-norma perilaku, yang terbagi atas norma-norma-norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms) dan norma masyarakat/warga negara (societal/national norms) (Kirchler, 2007). Norma individu didefenisikan sebagai internalisasi standar bagaimana kita harus berperilaku. Norma individu

berhubungan dengan pertimbangan moral (moral reasioning), sifat otoriter

(37)

dependency dan nilai. Norma sosial didefenisikan sebagai suatu kelaziman atau

penerimaan dari penghindaran pajak antara suatu grup yang direferensikan .

Norma sosial berhubungan dengan perilaku dari grup yang direferensikan seperti

teman, kenalan atau kelompok. Jika wajib pajak percaya bahwa perilaku

ketidakpatuhan tersebar luas dan disetujui dalam suatu grup yang direferensikan

maka mereka akan cenderung untuk tidak patuh. Norma masyarakat/warganegara

merupakan budaya standar yang sering dicerminkan sebagai hukum actual.

Ajzen (1991) mengemukakan bahwa norma subyektif merupakan

persepsi individu berhubungan dengan kebanyakan dari orang-orang yang penting

bagi dirinya mengharapkan individu untuk melakukan atau tidak melakukan

perilaku tertentu. Norma subjektif mengacu pada persepsi individu apakah

individu atau grup tertentu setuju atau tidak setuju atas perilakunya dan motivasi

yang diberikan oleh mereka kepada individu untuk berperilaku tertentu. Secara

umum jika norma-norma tersebut dipegang teguh oleh wajib pajak maka

kepatuhan sukarela (voluntary compliance) akan diperoleh. Penelitian Wenzel (2004) menyimpulkan bahwa norma sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan pajak sedangkan norma individu berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan pajak.

2.1.4. Probabilitas Ditemukan (Detection Probability)

Walaupun wajib pajak telah diberikan kepercayaan untuk menghitung,

(38)

mengawasi pelaksanaan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

perpajakan. Salah satunya adalah melalui pemeriksanaan pajak (tax audit) yang bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan

lain dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan (UU RI

No. 16 tahun 2009).

Secara umum, pengertian dari probabilitas temuan (detection probabilility) adalah kemungkinan ditemukannnya ketidakpatuhan dan IRS akan mencari dan memperbaiki penyimpangan tersebut (Fischer et al. 1992).

Meningkatkan probabilitas temuan akan menambah kepatuhan pajak dan audit

pajak merupakan salah satu langkah efektif yang digunakan oleh otoritas pajak

(Alm 1991 dalam Fischer et al. 1992). Individu biasanya sepenuhnya ingin

menghindari kewajiban pajak mereka dan satu-satunya alasan mereka tidak

melakukan hal tersebut adalah adanya peluang kemungkinan tertangkap (Chau

dan Leung, 2009) . Beberapa peneliti menemukan bahwa peningkatan resiko

temuan pajak akan mengurangi penghindaran pajak dan akhirnya akan menambah

kepatuhan pajak antara lain Dubin and wilde 1988; Franzoni 2000; Scholz 2007;

Cumming et al. 2009 (Benk, et. al, 2011)

2.1.5. Besarnya Penalti (Penalty Magnitude)

Faktor penting lain yang mempengaruhi kepatuhan pajak adalah besarnya

sanksi. Idealnya adalah ketakutan akan penalti akan memperkecil perilaku ketidak

patuhan (Chau dan Leung, 2009). Struktur sistem penalti mungkin berbeda

(39)

wajib pajak. Doran (2009) memberikan dua fungsi dari penalti pajak (tax penalty). Pertama, berperan sebagai instrumen fungsi yang mempromosikan kepatuhan

pajak. Hal ini diakui secara luas oleh hukum dan literatur ekonomi, meskipun ada

sedikit konsensus tentang bagaimana penalti mempromosikan kepatuhan dalam

arti struktur penalti yang berbeda mungkin mempengaruhi kepatuhan yang

bebeda. Kedua, fungsi mendefinisikan kepatuhan pajak. Jika denda yang

ditetapkan dalam konsep yang salah maka akan menyebabkan perilaku yang tidak

sesuai dengan konsep kepatuhan. Membangun sebuah sistem penalti untuk

menghukum para penghindar pajak merupakan ukuran penting untuk kepatuhan

pajak. Wajib pajak akan lebih menginginkan untuk patuh jika ketidakpatuhan

dikenakan hukuman yang berat (Chau dan Leung, 2009). Kepatuhan pajak dapat

ditingkatkan dengan meningkatkan hukuman yang terkait dengannya. Untuk lebih

effektif, sanksi harus diterapkan dengan cepat dan tepat. Menurut Mardiasmo

(2011), sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata

lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar

norma perpajakan .

Di sisi lain Borck (2004) menemukan bahwa dampak sanksi penalti

terhadap penggelapan pajak (tax evasion) berakibat menurunnya penerimaan pajak yang diharapkan (expected tax revenue), tetapi meningkatkan kesejahteraan wajib pajak (taxpayer welfare). Borck (2004) berpendapat apabila pengenaan sanksi denda diterapkan terhadap penggelapan pajak, maka penghindaran pajak

justru menjadi besar dan penerimaan pajak menjadi kecil. Hal mengindikasikan

(40)

kepatuhan wajib pajak. Carnes dan Engelbrecht (1995) menyimpulkan bahwa

besarnya penalti dan resiko temuan secara signifikan mempengaruhi kepatuhan

pajak tetapi interaksi variabel tersebut tidak signifikan.

Dalam TPB (Azjen, 1991) , kontrol perilaku yang dipersepsikan mengacu

kepada tingkat persepsi kontrol individu tentang suatu perilaku. Lebih spesifik,

faktor fundamental dari kontrol perilaku yang dipersepsikan bekenaan dengan ada

atau tidaknya sumberdaya dan kesempatan termasuk hambatan dan tantangan

untuk mewujudkan perilaku tertentu (Bobek dan Hatfield, 2003). Pelaksanaan

perilaku tergantung pada keyakinan individu terhadap seberapa besar kontrol yang

dimilikinya. mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung (melalui

niat) terhadap perilaku (Ajzen, 1988). Pengaruh langsung dapat terjadi jika

terdapat actual control di luar kehendak individu sehingga mempengaruhi perilaku. Berkaitan dengan kontrol aktual, Benk et al. (2011) mengemukan bahwa

kontrol perilaku menentukan tingkat kesulitan dari kinerja yang ditampilkan oleh

individu. Elemen ini terkadang dapat mempengaruhi perilaku secara langsung.

Dalam hal kontrol perilaku, aktual kontrol tidak tergantung pada keinginan

individu, misalnya sanksi hukum merupakan kontrol perilaku yang dapat

mempengaruhi perilaku secara langsung.

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping)

Mustikasari (2007) menyimpulkan bahwa (1) tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya

tinggi, (2) pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat tax professional untuk berperilaku patuh, (3) tax professional

(41)

atau sebaliknya, (4) semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan medorong tax professional berniat patuh. Di antara variabel bebas sikap yang diteliti, variabel kontrol keperilakuan yang dipersepsikan

mempunyai pengaruh total paling besar terhadp variabel niat tax professional

untuk berperilaku tidak patuh, (5) semakin rendah persepsi atas kontrol yang

dimiliki tax professional maka akan mendorong tax professional tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan badan yang diwakilinya, atau

mencukupi maka ketidakpatuhan pajak badan rendah atau sebaliknya. Napitupulu

(2008) menyimpulkan kewajiban moral secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak sedangkan secara parsial tidak signifikan

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Menurut Benk et al. (2011), equity attitudes tidak berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak sedangkan normative expectation dan legal sanction berpengaruh terhadap niat kepatuhan pajak.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Benk et al. (2011)

(42)

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Yang Digunakan Kesimpulan

1. Mustikasari, berperilaku tidak patuh (Y1) dan ketidakpatuhan pajak badan (Y2). Sikap terhadap ketidakpatuhan pajak (X1), Norma subyektif (X2), kewajiban moral (X3), kontrol

keperilakuan yang dipersepsikan (X4), persepsi

tentang kondisi keuangan (X5), persepsi tentang fasilitas perusahaan (X6), dan persepsi tentang iklim organisasi (X7)

(1) tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi, (2) pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat tax professional

untuk berperilaku patuh, (3) tax professional yang memiliki kewajiban moral yang tinggi, niat ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya, (4) semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan medorong tax professional berniat patuh. Pajak (Y1). Kewajiban moral (X1) Niat tax professional berperilaku patuh (X2), persepsi tentang kondisi keuangan (X3), persepsi tentang fasilitas perusahaan (X4), dan persepsi tentang iklim organisasi (X5)

(1) Secara simultan kewajiban moral, niat profesional berperilaku patuh, persepsi tentang kondisi perusahaan, persepsi fasilitas peusahaan dan persepsi iklim organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak.

(43)

wajib pajak.

3.

3 3

Benk, et. al. An Investigation ofTax Compliance Intention:ATheory

Of Planned Behavior

Approach

Tax Compliance Intention (Y1). Equity Attitudes (X1), Normative Expectation (X2), Legal Sanction (X3)

1. No statiscally significant between the equity attitudes with tax compliance intention.

(44)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Di dalam konsep kerangka konseptual analisis jalur ini, anak panah

berkepala satu merupakan hubungan regresi dan anak panah berkepala dua

merupakan hubungan korelasi. Jika didalam model terdapat lebih dari satu

variabel independen atau exogen, maka antar variabel exogen ini harus

dihubungkan dengan anak panah berkepala dua (Ghozali ,2006). Hubungan

langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lainnya tanpa ada

variabel ketiga yang memediasi (intervening) sedangkan hubungan tidak langsung

terjadi jika ada variabel ketiga yang memediasi kedua variabel ini. Pada setiap

variabel dependen akan ada anak panah yang menuju ke variabel ini (e1 dan e2)

yang berfungsi menjelaskan jumlah variance yang tak dapat dijelaskan

(unexplained varience) oleh variabel itu. Besarnya nilai e= √(1-R²).

Dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior dan kerangka analisis jalur (Path Analysis) serta pengembangan penelitian Benk et al. (2011) yang mendasari dilakukannya penelitian ini, digambarkan hubungan variabel

(45)
(46)

3.2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi

objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Hipotesis disusun

dalam bentuk pernyataan yang tegas dan jelas atau tidak mengandung suatu

pertanyaan tetapi merupakan pernyataan. Berdasarkan kerangka konseptual, disusun

hipotesis sebagai berikut :

1. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara simultan terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

2. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara parsial terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

(47)

compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude)

dan niat kepatuhan pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi.

4. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude)

dan niat kepatuhan pajak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi.

(48)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect) yaitu penelitian yang dilakukan dengan membandingkan antara nilai-nilai yang seharusnya diamati dengan segala cara yang memungkinkan sampai kepada

eksperimen (Rubin, 1978). Hubungan kausal adalah hubungan bersifat sebab

akibat dimana ada variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2008).

4.2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia

yang dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak khususnya

tingkat penyampaian SPT Tahunan yang cenderung rendah dan dibawah target

yang telah ditentukan.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa

orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang berada

dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan

masalah penelitian (Erlina, 2011). Populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2008). Peneliti mengambil populasi dalam penelitian ini adalah wajib

pajak orang pribadi yang terdaftar tahun 2011 di KPP Pratama Medan Polonia.

(49)

penelitian dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode

convenience/accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara nyaman dimana peneliti mengambil sampel berdasarkan siapa saja yang ditemui . Sampel

penelitian dalam hal ini adalah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Polonia. Penentuan sampel ditentukan dengan rumus Taro

Yamane (Israel, 1992) sebagai berikut :

N n = ___________ 1 + N (e)²

n = jumlah sampel

N = populasi

e = sampling eror

Berdasarkan data KPP Pratama Medan Polonia, jumlah wajib pajak orang

pribadi terdaftar dan wajib menyampaikan SPT tahunan orang pribadi tahun 2011

sebanyak 95.831, maka jumlah sample dalam penelitian ini dengan e ( sampling eror) sebesar 10% adalah :

95.831 n = ___________ 1 + 95.831 (0,1)² n = 100

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner memberikan

pertanyaan kepada responden individu. Daftar pertanyaan di susun dan

dikembangkan berdasarkan dari penelitian terdahulu yang disesuaikan dengan

(50)

Likert yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai

berikut :

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Ragu-ragu/Netral

4 = Setuju

5 = Sangat Setuju

4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Berdasarkan hipotesis pada bagian sebelumnya, defenisi operasional

masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut :

a. Variabel independen (bebas) adalah varibel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelititan

ini adalah

1) Persepsi tentang sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (X1)

Persepsi tentang sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan adalah

persepsi penilaian individu apakah sistem perpajakan secara umum adil

atau tidak. Pengukuran variabel menggunakan dua item pertanyaan

yaitu keadilan vertikal dan keadilan horizontal (Benk et. al , 2011) dan

diukur dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban

dengan pilihan 1= sangat tidak adil, 2 = tidak adil, 3 = netral, 4 = adil

dan 5 = sangat adil

2) Norma-norma individu (X2)

Norma-norma indvidu adalah berhubungan dengan pertimbangan moral

(51)

menggunakan tiga item pertanyaan yaitu melanggar etika, perasaan

bersalah dan prinsip hidup (Murtikasari, 2007) dan diukur dengan skala

likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat

tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat

setuju.

3) Norma-norma sosial (X3)

Norma-norma sosial merupakan suatu kelaziman tentang penerimaan

atau penghindaran pajak antara suatu grup yang direferensikan.

Pengukuran variabel menggunakan dua item pertanyaan yaitu

pengaruh teman dan pengaruh keluarga (Benk et. al , 2011) dan diukur

dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan

pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju

dan 5 = sangat setuju.

4) Persepsi tentang probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (X4)

Persepsi tentang probabilitas ditemukan ketidakpatuhan adalah persepsi

kemungkinan ditemukannya ketidakpatuhan dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan. Pengukuran variabel menggunakan dua item

pertanyaan yaitu kemungkinan ditemukan ketidakpatuhan oleh aparat

pajak dan kemungkinan ditemukan sistem (Benk et. al , 2011) dan

dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan

pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju

(52)

5) Persepsi tentang besarnya penalti (X5).

Persepsi tentang besarnya penalti merupakan persepsi tentang besarnya

penalti yang mungkin dikenakan jika tidak memenuhi kewajiban

perpajakan. Pengukuran variabel menggunakan tiga item pertanyaan

yaitu pengenaan sanksi, keberatan akan sanksi dan keseriusan

penerapan sanksi (Benk et. al , 2011) dan diukur dengan skala likert

dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak

setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju.

b. Varibel dependen (terikat) adalah variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah kepatuhan pajak (Y) yaitu kepatuhan wajib pajak orang pribadi

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. . Pengukuran variabel

menggunakan tiga item pertanyaan yaitu menghitung, membayar dan

melaporkan pajak dengan benar dan diukur dengan skala likert dengan

lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 =

tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju.

c. Variabel intervening adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen sehingga menjadi hubungan

tidak langsung. Variabel intervening terletak antara variabel independen

dan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung

menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen. Variabel intervening

dalam penelitian ini adalah niat kepatuhan pajak (Z) yaitu kecenderungan

atau keputusan wajib pajak untuk melakukan perilaku kepatuhan pajak.

(53)

kecenderungan dan keputusan untuk berperilaku patuh terhadap ketentuan

perpajakan (Blanthorne, 2000; Bobek, 2003, Murtikasari ,2007) dan

diukur dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan

pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5

= sangat setuju. Pengukuran variable dalam penelitian ini ditunjukkan

pada table berikut ini :

Tabel 4.1. Tabel Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Jenis

Variabel Nama Variabel

(54)

Persepsi tentang

pajak adalah niat

wajib pajak orang

- melaporkan Likert

1-5

4.6. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode analisis jalur (Path Analysis) dan dalam mengolah data penelitian dilakukan beberapa pengujian seperti uji kualitas

(55)

pengolahan data statistik, yaitu program SPSS 20 dengan tingkat signifikansi pada

confidence level 90% atau α 10%

4.6.1. Uji kualitas data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif

yaitu persepsi responden yang kemudian dikuantifikasikan agar dapat dilakukan

uji statistik. Untuk menguji data persepsi responden digunakan uji kualitas data

yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas data.

4.6.1.1. Uji validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur

diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item

pertanyaan/pernyataan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk

mengukur validitas butir pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi

Product Moment dari Karl Pearson (validitas isi/content validity) dengan cara

mengkorelasikan masing-masing item pertanyaan/pernyataan kuesioner dan

totalnya, selanjutnya membandingkan r table dengan r hitung (Ghozali, 2006).

Penentuan valid tidaknya pertanyaan/pernyataan kuesioner ditentukan

melalui besarnya koefisien , yaitu :

1. Jika r hitung positif dan r hitung > r table, maka skor butir

pertanyaan/pernyataan kuesioner valid

2. Jika r hitung negatif dan r hitung > r table, maka skor butir

(56)

4.6.1.2.Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil

pengamatan dengan instrument atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang

berbeda-beda. Ghozali (2006) menyatakan teknik yang digunakan untuk

mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan uji statistik Cronbach Alpha

dengan cara membandingkan nilai alpha dengan standarnya, dengan ketentuan

jika :

1. Jika alpha > 0.6, maka instrument pengamatan dinyatakan reliable

2. Jika alpha < 0.6, maka instrument pengamatan dinyatakan tidak

reliable

4.6.2. Uji asumsi klasik

Sebuah persamaan regresi linier yang baik, haruslah memiliki koefisien

regresi yang baik. Koefisien regresi dikatakan baik apabila mempunyai sifat

BLUE (Best Linier Unbiased Estimate), atau mempunyai sifat linier, tidak bias, dan varian minimum. Lebih jelasnya, sebuah model regresi harus memenuhi

sejumlah asumsi klasik. Beberapa pengujian dapat dilakukan untuk menguji

kesesuaian model yang dibuat dengan asumsi-asumsi klasik ini antara lain :

4.6.2.1. Uji normalitas

Uji Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada prinsipnya

normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya (Ghozali,

2006). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

Gambar

Tabel 1.1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Polonia Wajib Pajak Orang Pribadi
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1  Kerangka Konsep
Pertanyaan tabel Sikap Keadilan 1 (SK1) 0,845 0,306
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Tidak mendaftarkan diri dan menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada Negara dikenakan sanksi perpajakan. b) Setiap bulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persepsi keadilan berpengaruh positif signifikan terhadap niat berprilaku patuh, (2) Norma ekspektasi berpengaruh positif

Dengan adanya persepsi yang baik dari wajib pajak bahwa sistem perpajakan yang ada sekarang lebih efektif dan lebih memudahkan para wajib pajak dalam memenuhi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan dan pemahaman perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, sanksi pajak dan kondisi

Dengan adanya persepsi yang baik dari wajib pajak bahwa sistem perpajakan yang ada sekarang lebih efektif dan lebih memudahkan para wajib pajak dalam memenuhi

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh keadilan pajak, sistem perpajakan, diskriminasi, pengetahuan wajib pajak, intensitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persepsi keadilan berpengaruh positif signifikan terhadap niat berprilaku patuh, (2) Norma ekspektasi berpengaruh positif