ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MEDAN POLONIA
TESIS
Oleh
MUHAMMAD IRFAN LUBIS
107017037 / Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DIKANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
MUHAMMAD IRFAN LUBIS 107017037/Akt
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA
Nama Mahasiswa : Muhammad Irfan Lubis
Nomor Pokok : 107017037
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Dr. Bastari, MM, BKP) (Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak
Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr.AdeFatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang,MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 8 April 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Bastari, M.M, BKP
Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA
3. Dr. HB. Tarmizi, SU
PERNYATAAN
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA “
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Akuntansi
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil
karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Medan, Maret 2013 Penulis,
Muhammad Irfan Lubis
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN POLONIA
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari Benk et al. (2011) dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior yang mencoba menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah persepsi terhadap sikap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti mempengaruhi niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia tahun 2011 dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience/accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 sampel dan analisis dilakukan dengan metode analisis jalur (path analysis). Untuk ketepatan penghitungan sekaligus mengurangi human eror, digunakan program SPSS dengan confidence level90% atau α 10%.
Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan, persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak. Sedangkan secara parsial untuk niat kepatuhan pajak, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak tetapi persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan tidak berpengaruh sigifikan terhadap niat kepatuhan pajak.
Untuk kepatuhan pajak, secara parsial norma-norma individu dan probabilitas ditemukan ketidakpatuhan berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan pajak sedangkan persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, besarnya penalti dan niat kepatuhan pajak tidak berpengaruh sigifikan terhadap kepatuhan pajak.
Kata kunci : Persepsi Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan, Norma-norma Sosial, Norma-Norma-norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan dan Persepsi Besarnya Penalti, Niat Kepatuhan Pajak dan Kepatuhan Pajak.
THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE COMPLIANCE OF INDIVIDUAL TAXPAYER IN THE OFFICE OF
PRATAMA TAX SERVICE
MEDAN POLONIA
ABSTRACT
This research constitutes a research development of Benk et al. (2011,) using The Theory of Planned Behavior which attempts to examine some factors which influence the compliance of the individual taxpayers at Pratama Tax Office, Medan Polonia. The aim of the research was examine whether non-compliance was found in the perception of righteousness in tax system, in social norms, in individual norms, and in the peception of probability, and whether the perception of penalty would influence the compliance of the intention to pay tax.
The population was the taxpayers who paid their individual taxes at the Pratama Tax Office, Medan Polonia, in 2011. There were 100 samples, taken by using convenience/accidental sampling. The data were analyzed by using path analysis methode. An SPSS software program with the confidence level 90% (α = 10%) was used to ensure the accuracy of calculation and to decrease human error.
The results of the analysis showed that, simultaneously, non-compliance was found in the perception of righteneous in the tax system , in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the compliance of the intention to pay tax. Partially , non-compliance was also found in the intention to pay tax, in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the intention to pay tax, but the perception of righteousness in tax system did not have any significant influence on the intention to pay tax and on tax complince.
Regarding tax complince, partially, non-complince individual norms and probability had significant influence on tax complince, while the perception of righteousness in tax system, social norms, penalty and intention topay tax did not have any significant influence on tax compliance.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.
Penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr . Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program
Studi Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara yang juga selaku Ketua Komisi Dosen Pembanding yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
4. Bapak Dr. Bastari, MM, BKP, selaku Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang
banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Anggota Komisi Dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan
tesis ini.
6. Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU, selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang
banyak memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.
8. Bapak Oding Rifaldi, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Polonia yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.
9. Istriku Elvi Shanti dan Orang Tuaku tercinta yang telah memberikan motivasi
dan semangat selama penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan , untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan
yang membangun guna penyempurnaan tesis ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tesis ini bermamfaat bagi yang
memerlukannya.
Medan, April 2013
RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Irfan Lubis
Data Pribadi
Tempat/tanggal lahir : Medan, 20 Mei 1969
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bambu Runcing No. 21, Medan
Status : Menikah
Nama Istri : Elvi Shanti
2010 – 2013 : S-2 Program Magister Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Pendidikan
1988 – 1994 : S1 Fakultas Ekonomi Juruasan Akuntansi Universitas Sumatera Utara
1985 – 1988 : SMA Negeri 8 Medan
1982 – 1985 : SMP Budi Utomo Medan
DAFTAR ISI
2.1.1. Kepatuhan Wajib Pajak ... 11
2.1.2. Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan ( attitude on righteousness of tax system)... 15
2.1.3. Norma-norma Individu dan Sosial ( Personal and Social Norms) ... 17
2.1.4. Probabilitas Temuan (Detection Probability). 19 2.1.5. Besarnya Penalti (Penalty Magnitude) ... 20
2.2. Review Peneliti Terdahulu ... 22
4.6.1.2. Uji Reliabilitas ... 38
4.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 38
4.6.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 39
4.6.2.3. Uji Multikolineritas ... 39
4.6.3 Model Analisa ... 40
4.6.3.1. Koefisien Determinasi (R Square) ... 40
4.6.3.2. Uji t-Statistik ... 41
5.3.1. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan, dan Persepsi Besarnya Penalti Secara Simultan Terhadap Niat Kepatuhan Pajak...83
5.3.2. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan, dan Persepsi Besarnya Penalti Secara Parsial Terhadap Niat Kepatuhan Pajak ... 83
5.3.4. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas
Ditemukan Ketidakpatuhan, Persepsi Besarnya Penalti dan Niat Kepatuhan Pajak
Secara Parsial Terhadap Kepatuhan Pajak... 86
5.3.5. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan, Persepsi Besarnya Penalti Terhadap Kepatuhan Pajak Melalui Niat Kepatuhan Pajak... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
6.1. Kesimpulan ... 89
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 90
6.3. Saran ... 91
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Polonia... 2
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 21
4.1. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Varibel... 32
5.1. Hasil Uji Validitas 30 Sampel... 41
5.2. Hasil Uji Reliabilitas 30 Sampel... 42
5.3. Distribusi Kuesioner ... 40
5.4. Distribusi Frekuensi Responden... 44
5.5. Distribusi Jawaban Responden... 46
5.6. Persentase Distribusi Jawaban Responden... 47
5.7. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 51
5.8. Hasil Uji Validitas... 54
5.9. Hasil Uji Reliabilitas... 55
5.10. Korelasi... 56
5.11. Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan SubStruktural 1... 61
5.12. Hasil Regresi Sikap Keadilan, Norma Sosial, Norma Individu Probabilitas Ditemukan, Besarnya Penalti dan Niat Kepatuhan Pajak. 62 5.13. Hasil Uji t Statistik Persamaan Substruktural 1... 65
5.14. Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan Substruktural 2... 69
5.15. Hasil Regresi Sikap Keadilan, Norma Sosial, Norma Individu, Probabilitas Ditemukan, Besrnya Penalti dan Niat Kepatuhan Pajak.. 70
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
3.1. Kerangka Konsep ... 24
5.1. Output SPSS Uji Normalitas Persamaan Substruktural 1... 59
5.2. Output SPSS Uji Heteroskedastisitas Persamaan Substruktural 1. 60
5.3. Output SPSS Uji Normalitas Persamaan Substruktural 2 ... 67
5.4. Output Uji Heteroskedastisitas Persamaan Substruktural 2... 68
DAFTAR SINGKATAN
SK = Sikap Keadilan
NS = Norma Sosial
NI = Norma Individu
PD = Probabilitas Ditemukan
BP = Besarnya Penalti
NKP = Niat Kepatuhan Pajak
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian...
2. Jawaban Kuesioner Penelitian...
3. Total Jawaban Kuesioner...
4. Uji Reliabilitas danValiditas 30 Sampel... 41
5. Data SPSS Distribusi Frekuensi... 46
6. Uji Reliabilitas dan Validitas... 54
7. Output Korelasi Data SPSS... 56
8. Output Regresi Persamaan Substrutural 1... 62
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN POLONIA
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari Benk et al. (2011) dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior yang mencoba menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah persepsi terhadap sikap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti mempengaruhi niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia tahun 2011 dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience/accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 sampel dan analisis dilakukan dengan metode analisis jalur (path analysis). Untuk ketepatan penghitungan sekaligus mengurangi human eror, digunakan program SPSS dengan confidence level90% atau α 10%.
Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan, persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak. Sedangkan secara parsial untuk niat kepatuhan pajak, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak tetapi persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan tidak berpengaruh sigifikan terhadap niat kepatuhan pajak.
Untuk kepatuhan pajak, secara parsial norma-norma individu dan probabilitas ditemukan ketidakpatuhan berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan pajak sedangkan persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, besarnya penalti dan niat kepatuhan pajak tidak berpengaruh sigifikan terhadap kepatuhan pajak.
Kata kunci : Persepsi Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan, Norma-norma Sosial, Norma-Norma-norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan dan Persepsi Besarnya Penalti, Niat Kepatuhan Pajak dan Kepatuhan Pajak.
THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE COMPLIANCE OF INDIVIDUAL TAXPAYER IN THE OFFICE OF
PRATAMA TAX SERVICE
MEDAN POLONIA
ABSTRACT
This research constitutes a research development of Benk et al. (2011,) using The Theory of Planned Behavior which attempts to examine some factors which influence the compliance of the individual taxpayers at Pratama Tax Office, Medan Polonia. The aim of the research was examine whether non-compliance was found in the perception of righteousness in tax system, in social norms, in individual norms, and in the peception of probability, and whether the perception of penalty would influence the compliance of the intention to pay tax.
The population was the taxpayers who paid their individual taxes at the Pratama Tax Office, Medan Polonia, in 2011. There were 100 samples, taken by using convenience/accidental sampling. The data were analyzed by using path analysis methode. An SPSS software program with the confidence level 90% (α = 10%) was used to ensure the accuracy of calculation and to decrease human error.
The results of the analysis showed that, simultaneously, non-compliance was found in the perception of righteneous in the tax system , in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the compliance of the intention to pay tax. Partially , non-compliance was also found in the intention to pay tax, in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the intention to pay tax, but the perception of righteousness in tax system did not have any significant influence on the intention to pay tax and on tax complince.
Regarding tax complince, partially, non-complince individual norms and probability had significant influence on tax complince, while the perception of righteousness in tax system, social norms, penalty and intention topay tax did not have any significant influence on tax compliance.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang paling
dominan baik untuk belanja rutin maupun belanja modal. Meskipun penerimaan
pajak dari tahun ke tahun terus meningkat tetapi belum mencerminkan kondisi
yang diinginkan. Upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dihadapkan pada
kondisi belum optimalnya sistem perpajakan dilaksanakan. Hal ini tercermin dari
rendahnya kepatuhan wajib pajak yang salah satunya dapat dilihat dari rendahnya
kepatuhan formal wajib pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Pajak, dari
22,3 juta perusahaan terdaftar di Indonesia , 12,9 juta perusahaan berpotensi
menjadi penyetor pajak dan dari 238 juta penduduk Indonesia diperkirakan
bahwa 110 juta adalah pekerja dan sebanyak 50 juta dari jumlah pekerja tersebut
diperkirakan berpenghasilan di atas PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak).
Namun kenyataannya berdasarkan data April 2011 hanya ada 466 ribu
perusahaan yang menyerahkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh)
badan yang berarti rasio penyampaian SPT atas kelompok badan usaha yang
berpotensi membayar pajak hanya sebesar 3,61% dan dari 50 juta pekerja yang
diperkirakan berpenghasilan diatas PTKP yang membayar pajak hanya baru 8,5
juta pekerja yang berarti rasio penyampaian SPT orang pribadi terhadap kelompok
menunjukkan rendahnya rasio penyampaian SPT tahunan wajib pajak baik orang
pribadi maupun badan.
Demikian halnya dengan tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan
khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam tiga tahun
(2008 s/d 2010) hanya berkisar rata-rata 32% dari jumlah wajib pajak dengan
kriteria wajib lapor SPT tahunan baik WP orang pribadi maupun badan.
Perkembangan tingkat kepatuhan WP di KPP Medan Polonia ditunjukkan
pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Polonia Wajib Pajak Orang Pribadi
SPT Tahunan
Sumber : Data Olahan KPP Pratama Medan Polonia dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Tabel di atas dapat di lihat bahwa persentase tingkat kepatuhan wajib
pajak orang pribadi dari tahun 2009 s/d 2011 ( SPT tahunan 2008 s/d 2010)
cenderung mengalami penurunan dan menunjukkan rendahnya tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT tahunan PPh bila di
Kepatuhan pajak bukanlah permasalahan yang asing di bidang perpajakan.
Banyak peneliti tentang kepatuhan pajak yang berusaha mendefinisikan dan
menemukan apa yang sebenarnya menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib Pajak. Jackson dan Miliron melalui tinjauan terhadap literatur
kepatuhan mengidentifikasi adanya 14 faktor kunci yang di gunakan peneliti
dalam meneliti kepatuhan pajak yang secara garis besar dikelompokkan dalam
empat kelompok (Jackson dan Miliron 1986, dalam Fischer et al. 1992) yaitu
demografic (age, gender and education), non compliance opportunity (income level, income source, and occupation), attitudinal and perceptions (fairness of the law system and peer influence) dan tax system/structural (complexity of the tax system, probability of detection and penalties and tax rates) . Tomkins (2001) mengemukakan bahwa faktor sosial memiliki tingkat tertinggi sebagai penentu
dari tax payer non compliance.
Kepatuhan pajak juga dapat dilihat dari segi keuangan publik (public finance), penegakan hukum (law enforcement), struktur organisasi (orgazational structure), tenaga kerja (employees), etika (code of conduct) atau gabungan dari semua segi (Adreoni et al.1998). Trivedi et al. (1997) mencoba menggabungkan
berbagai faktor personal yaitu alasan moral , orientasi nilai (value oriented), dan pilihan resiko (risk preference) dengan tiga faktor situasional pemeriksaan pajak (tax audit), ketidak adilan (tax inequity), dan perilaku laporan wajib pajak (peer reporting behaviour) di dalam analisisnya, dimana faktor-faktor tersebut ternyata sangat berperan di dalam memotivasi kepatuhan Wajib Pajak. Borck (2004)
revenue), tetapi meningkatkan kesejahteraan Wajib Pajak (taxpayer welfare). Borck (2004) berpendapat apabila pengenaan sanksi denda diterapkan terhadap
penggelapan pajak, maka penghindaran pajak justru menjadi besar dan
penerimaan pajak menjadi kecil.
Teori tentang tax compliance pertama kali dikemukakan oleh Allingham dan Sandmo ( Allingham dan Sadmo 1972, dalam Hamonangan dan Mukhlis,
2012). Teori ini mengasumsikan sedemikian tingginya tingkat ketidakpatuhan
dari sisi ekonomi. Teori ini berkeyakinan tidak ada individu bersedia membayar
pajak secara sukarela (voluntary compliance). Oleh sebab itu individu akan selalu menetang untuk membayar pajak (risk aversion). Frey memperkenalkan adanya moral pajak (tax morale) disebut juga motivasi intrinsik individu untuk bertindak yang didasari oleh nilai-nilai yang dipengaruhi norma-norma budaya. Menurut
teori ini, tax morale dapat dipahami sebagai penjelasan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa membayar pajak (Frey 1997, dalam
Hamonangan dan Mukhlis, 2012).
Beberapa peneliti menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior (TPB) (Ajzen, 1991) untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Beberapa peneliti menggunakan Theory of Planned Behavior untuk menjelaskan kepatuhan seperti Bobek and Hartfield (2003), Blanthorne (2000). Model TPB yang digunakan dalam penelitian memberikan
penjelasan yang signifikan, bahwa perilaku tidak patuh (noncompliance) wajib pajak sangat dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol
Trivedi et al. (2005) menggunakan variabel sikap, norma subjektif, kontrol
yang dipersepsikan dan etika dalam meneliti pengaruh terdadap niat dan prilaku
kepatuhan pajak. Benk et al. (2011) mengembangkan kerangka model TPB
menggunakan varibel equity attitudes, normative expectation ( moral & social norm ) dan legal sanction (penalty magnitude & detection risk) dalam meneliti kepatuhan wajib pajak. Benk et, al. (2011) membuktikan bahwa sikap keadilan
tidak berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak sedangkan ekspektasi
normatif dan sanksi legal dengan variabel risiko ditemukan dan besarnya penalti
berpengaruh terhadap niat kepatuhan pajak.
Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor
penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, sehingga
diharapkan dapat memberikan mamfaat bagi peningkatan kepatuhan pajak dan
pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan negara. Berdasarkan uraian
tersebut di atas, peneliti melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior yang dikembangkan Benk et al. (2011) dengan menggunakan variabel persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem pajak (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance) dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude)
Dari uraian latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan
(perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara simultan terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi?
2. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan
(perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara parsial terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi?
3. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan
4. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan
(perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) dan niat kepatuhan pajak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi?
5. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan
(perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi melalui niat kepatuhan pajak?
1.3.Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap
terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance ), dan persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) secara parsial terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang priadi.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap
terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) dan niat kepatuhan pajak secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap
terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) dan niat kepatuhan pajak secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap
terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi melalui niat kepatuhan pajak.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah khasanah dan
mengembangkan wawasan serta pengetahuan dalam bidang perpajakan
khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak.
b. Bagi KPP Pratama Medan Polonia
Sebagai bahan masukan bagi KPP Pratama Medan Polonia didalam
menyikapi fenomena yang terjadi sehubungan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
c. Bagi Penelitian Lanjutan
Sebagai bahan masukan penelitian bagi peneliti lain dalam
mengembangkan dan memperluas penelitian khususnya tentang
1.5.Originalitas Penelitian
Penelitian ini menggunakan dasar konsep Theory of Planned Behavior
(Ajzen, 1991) dan merupakan pengembangan dari hasil penelitian Benk et, al.
(2011) dengan fenomena tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP
Pratama Medan Polonia yang cenderung rendah dan dibawah target yang telah
ditentukan. Perbedaan penelitian dengan Benk et, al. (2011), Benk et, al. (2011)
hanya meneliti sebatas pengaruh terhadap niat kepatuhan pajak (intention tax compliance), sedangkan penelitian ini meneliti baik pengaruh terhadap niat kepatuhan pajak maupun terhadap kepatuhan pajak dengan menggunakan metode
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Kepatuhan Wajib Pajak
Permasalahan kepatuhan pajak merupakan hal yang klasik dalam
perpajakan. Berbagai teori kepatuhan pajak yang dikemukakan beberapa ahli
menjelaskan tentang definisi serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
pajak. Pendekatan sederhana dari kepatuhan pajak berpendapat bahwa ketika
orang-orang memutuskan apakah membayar pajak mereka, mereka akan
memperhitungkan besarnya pajak tersebut dan sanksi legal yang diterima dari
ketidak patuhan (Posner, 2000). Jackson dan Milliron mendefenisikan kepatuhan
pajak sebagai melaporkan seluruh pendapatan dan membayar seluruh pajak
berdasarkan hukum, peraturan dan keputusan pengadilan (Jackson dan Miliron
1986, dalam Palil dan Mustapha, 2011).
James dan Alley (1999) mengemukakan kepatuhan wajib pajak
menyangkut sejauh mana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai
dengan aturan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian tingkat kepatuhan
wajib pajak dapat di ukur dengan Tax Gap yaitu perbedaan antara apa yang tersurat dalam peraturan perpajakan dengan apa yang dilaksanakan oleh wajib
pajak. Tax gap dapat pula diartikan sebagai perbedaan antara seberapa besar pajak yang dapat dikumpulkan dengan besar pajak yang seharusnya terkumpul
( James dan alley ,1999). Sarker (2003) mendefenisikan kepatuhan wajib pajak
sebagai suatu tingkatan dimana seorang wajib pajak memenuhi atau tidak
2003) mengelompokkan kepatuhan wajib pajak terdiri dari 3 tipe kepatuhan : (1)
kepatuhan penyerahan SPT (filing compliance), (2) kepatuhan pembayaran (payment compliance), dan (3) kepatuhan pelaporan (reporting compliance). Ketiga tipe kepatuhan tersebut bila di ukur secara bersama-sama akan
memberikan gambaran yang komperhensif tentang kepatuhan wajib pajak.
Jackson dan Miliron melalui tinjauan terhadap literatur kepatuhan
mengidentifikasi adanya 14 faktor kunci yang digunakan peneliti dalam meneliti
kepatuhan pajak yang secara garis besar dikelompokkan dalam empat kelompok
(Jackson dan Miliron 1986, dalam Fischer et al.1992) yaitu demografic (age, gender and education), non compliance opportunity (income level, income source, and occupation), attitudinal and perceptions (fairness of the law system and peer influence) dan tax system/structural (complexity of the tax system, probability of detection and penalties and tax rates)
Kepatuhan pajak juga dapat di lihat dari segi keuangan publik (public finance), penegakan hukum (law enforcement), struktur organisasi (orgazational structure), tenaga kerja (employees), etika (code of conduct) atau gabungan dari semua segi (Adreoni et al. 1998). Trivedi et al. (1997) mencoba menggabungkan
berbagai faktor personal yaitu alasan moral , orientasi nilai (value oriented), dan pilihan resiko (risk preference) dengan tiga faktor situasional pemeriksaan pajak (tax audit), ketidak adilan (tax inequity), dan prilaku laporan wajib pajak (peer reporting behaviour) di dalam analisisnya dimana faktor-faktor tersebut ternyata sangat berperan di dalam memotivasi kepatuhan Wajib Pajak. Tomkins (2001)
mengemukakan bahwa faktor sosial memiliki tingkat tertinggi sebagai penentu
Teori tentang tax compliance pertama kali dikemukakan oleh Allingham and Sandmo ( Allingham dan Sadmo 1972, dalam Hamonangan dan Mukhlis,
2012). Teori ini mengasumsikan sedemikian tingginya tingkat ketidak patuhan
dari sisi ekonomi. Teori ini berkeyakinan tidak ada individu bersedia membayar
pajak secara sukarela (voluntary compliance). Oleh sebab itu individu akan selalu menentang untuk membayar pajak (risk aversion). Untuk menjelaskan teorinya tersebut, Allingham dan Sadmo merumuskan suatu model :
D = D (I,t,p, f)
D : declared income
I : pendapatan tetap
t : tarif pajak
p : probabilitas untuk diaudit
f : penalty rate
Menurut teori ini , faktor utama yang mempengaruhi kepatuhan pajak
antara lain : pendapatan tetap (I), tarif pajak (t), probabilitas dilakukan audit (p),
dan besarnya sanksi yang mungkin dikenakan (f). Individu diasumsikan memiliki
endowment pendapatan yang tetap yang harus dilaporkan ke pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkannya. Declared Income
merupakan tingkat pendapatan wajib pajak yang dilaporkan pada tingkat tarif
pajak t. Pendapatan yang tidak dilaporkan tidak dikenai pajak, tetapi
konsekuensinya individu dimungkinkan untuk di audit dengan denda sanksi
sebesar f yang harus di bayar untuk setiap pendapatan yang tidak dikenakan
dipengaruhi norma-norma budaya (Frey 1997, dalam Hamonangan dan Mukhlis,
2012). Menurut teori ini, tax morale dapat dipahami sebagai penjelasan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa membayar pajak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tax morale antara lain : - Persepsi adanya kejujuran
- Sikap membantu atau melayani dari aparat pajak
- Kepercayaan terhadap instansi pemerintah
- Penghargaan atau rasa hormat dari aparat pajak
Beberapa peneliti kepatuhan pajak menggunakan konsep Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991) untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak wajib pajak. Berdasarkan teori ini, prilaku individu untuk tidak atau patuh
terhadap ketentuan perpajakan dipengaruhi oleh niat untuk berperilaku dan niat
berperilaku tidak atau patuh dipengaruhi yang oleh tiga faktor yaitu : 1)
behavioral belief yaitu keyakinan akan hasil dari suatu perilaku (outcome belief) yang membentuk variabel sikap (attitude), 2) normative belief yaitu keyakinan individu terhadap harapan normatif yang menjadi rujukannya yang membentuk
variabel norma sujektif (subjective norm) dan 3) control belief yaitu keyakinan/persepsi individu tentang keberadaan hal-hal yang mempengaruhi
(mendukung atau menghambat) perilaku yang membentuk variabel kontrol
perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control). Niat berperilaku merupakan variabel perantara dalam membentuk perilaku (Ajzen, 1988). Ini
berarti pada umumnya manusia bertindak sesuai dengan niat atau tendensinya.
Trivedi et al. (2005) menggunakan konsep Theory of Planned Behavior
Penelitian dilakukan menggunakan cara hipotesis dan eksperimen. Hasil
penelitian Trivedi et al. (2005) menyimpulkan bahwa niat kepatuhan pajak dan
etika berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak sedangkan sikap,
norma subjektif dan kontrol yang persepsikan tidak berpengaruh signifikan. Dari
sisi pengaruh terhadap niat kepatuhan pajak, Trivedi et al. (2005) menyimpulkan
bahwa norma subjektif dan sikap berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan
pajak sedangkan kontrol yang dipersepsikan dan etika berpengaruh tidak
signifikan.
2.1.2. Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan ( Attitude on righteousness of tax system)
Allport mendefenisikan sikap sebagai suatu keadaan mental dan syaraf
yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan ( Allport
1953, dalam Schwarz dan Bohner, 2001). Ajzen dan Fishbein’s mengemukakan
bahwa sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Ajzen dan Fishbein’s 1980, dalam Bobek dan Hatfield,2003).
Berkaitan dengan pajak, sikap wajib pajak didefinisikan sebagai
pandangan positif atau negatif dari perilaku kepatuhan pajak. Hasil positif adalah
kepatuhan pajak dan hasil negatif adalah ketidakpatuhan pajak ( Marti et al. 2010).
Sikap positif terhadap sistem perpajakan sebenarnya adalah hasil dari persepsi
keadilan positif atau dengan kata lain persepsi keadilan positif dapat sebagai
positif terhadap keadilan sistem perpajakan akan lebih memiliki sikap positif
terhadap sistem perpajakan dan kosekuensinya akan mendorong mereka untuk
patuh.
Sulit untuk mendefenisikan keadilan pajak , di satu sisi harus memuaskan
wajib pajak dan di sisi lain berkaitan pelaksanaan terhadap peraturan
perundang-undangan perpajakan. Christensen et al. menyatakan bahwa keadilan pajak sulit
didefinisikan karena empat masalah utama (Christensen et al. 1994, dalam Azmi
dan Perumal 2008) : (1) masalah dimensional, (2) dapat didefinisikan pada tingkat
individu maupun pada masyarakat luas, (3) keadilan terkait dengan kompleksitas,
dan (4) kurangnya keadilan dapat menjadikan pertimbangan atau menyebabkan
ketidakpatuhan. Azmi dan Perumal (2008) mengidentifikasi 5 (lima) dimensi
keadilan pajak yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak yaitu:
1. Keadilan Umum (General Fairness). Dimensi ini terkait dengan keadilan menyeluruh atas sistem perpajakan dan distribusi pajak.
2. Timbal balik Pemerintah (Exchange with Government). Dimensi ini terkait dengan timbal balik yang secara tidak langsung diberikan pemerintah atas
pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak.
3. Kepentingan Pribadi (Self-Interest). Dimensi ini terkait dengan apakah jumlah pajak yang dibayarkan wajib pajak secara pribadi terlalu tinggi dan
jika dibandingkan dengan wajib pajak lainnya.
4. Ketentuan-ketentuan khusus (Special Provisions). Dimensi ini terkait ketentuan-ketentuan khusus yang diberikan kepada wajib pajak tertentu,
Erich et al. mengemukakan bahwa persepsi keadilan dapat di lihat dalam
beberapa bentuk ( Erich et al. 2006, dalam Saad 2010). Pertama, keadilan vertikal
(vertikal fairness) yaitu wajib pajak dalam situasi ekonomi berbeda akan dikenakan pajak pada tarif yang berbeda. Hal ini akan mengakibatkan penghasilan
yang lebih tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari pada penghasilan lebih
rendah. Kedua, keadilan horizontal (horizontal fairness) didefinisikan sebagai perlakuan yang sama dalam situasi yang sama dari individu. Dengan kata lain
keadilan horizontal merekomendasikan bahwa wajib pajak dalam posisi ekonomi
yang sama akan membayar jumlah pajak yang sama.
Studi Bobek pada sistem perpajakan Amerika tentang keadilan prosedural
(procedural fairness) dan keadilan kebijakan (policy fairness) menyatakan bahwa keadilan prosedural berhubungan dengan proses yang digunakan dalam
kaitannnya dengan fungsi distribusi sedangkan keadilan kebijakan berkaitan
dengan isi dari hukum pajak (Bobek 1997, dalam Saad 2010) . Dapat disimpulkan
bahwa keadilan secara umum mengukur penilaian individu apakah sistem
perpajakan secara umum adil atau tidak.
2.1.3. Norma-norma Individu dan Sosial (Personal and Social Norms)
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak adalah
norma-norma perilaku, yang terbagi atas norma-norma-norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms) dan norma masyarakat/warga negara (societal/national norms) (Kirchler, 2007). Norma individu didefenisikan sebagai internalisasi standar bagaimana kita harus berperilaku. Norma individu
berhubungan dengan pertimbangan moral (moral reasioning), sifat otoriter
dependency dan nilai. Norma sosial didefenisikan sebagai suatu kelaziman atau
penerimaan dari penghindaran pajak antara suatu grup yang direferensikan .
Norma sosial berhubungan dengan perilaku dari grup yang direferensikan seperti
teman, kenalan atau kelompok. Jika wajib pajak percaya bahwa perilaku
ketidakpatuhan tersebar luas dan disetujui dalam suatu grup yang direferensikan
maka mereka akan cenderung untuk tidak patuh. Norma masyarakat/warganegara
merupakan budaya standar yang sering dicerminkan sebagai hukum actual.
Ajzen (1991) mengemukakan bahwa norma subyektif merupakan
persepsi individu berhubungan dengan kebanyakan dari orang-orang yang penting
bagi dirinya mengharapkan individu untuk melakukan atau tidak melakukan
perilaku tertentu. Norma subjektif mengacu pada persepsi individu apakah
individu atau grup tertentu setuju atau tidak setuju atas perilakunya dan motivasi
yang diberikan oleh mereka kepada individu untuk berperilaku tertentu. Secara
umum jika norma-norma tersebut dipegang teguh oleh wajib pajak maka
kepatuhan sukarela (voluntary compliance) akan diperoleh. Penelitian Wenzel (2004) menyimpulkan bahwa norma sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan pajak sedangkan norma individu berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan pajak.
2.1.4. Probabilitas Ditemukan (Detection Probability)
Walaupun wajib pajak telah diberikan kepercayaan untuk menghitung,
mengawasi pelaksanaan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
perpajakan. Salah satunya adalah melalui pemeriksanaan pajak (tax audit) yang bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan
lain dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan (UU RI
No. 16 tahun 2009).
Secara umum, pengertian dari probabilitas temuan (detection probabilility) adalah kemungkinan ditemukannnya ketidakpatuhan dan IRS akan mencari dan memperbaiki penyimpangan tersebut (Fischer et al. 1992).
Meningkatkan probabilitas temuan akan menambah kepatuhan pajak dan audit
pajak merupakan salah satu langkah efektif yang digunakan oleh otoritas pajak
(Alm 1991 dalam Fischer et al. 1992). Individu biasanya sepenuhnya ingin
menghindari kewajiban pajak mereka dan satu-satunya alasan mereka tidak
melakukan hal tersebut adalah adanya peluang kemungkinan tertangkap (Chau
dan Leung, 2009) . Beberapa peneliti menemukan bahwa peningkatan resiko
temuan pajak akan mengurangi penghindaran pajak dan akhirnya akan menambah
kepatuhan pajak antara lain Dubin and wilde 1988; Franzoni 2000; Scholz 2007;
Cumming et al. 2009 (Benk, et. al, 2011)
2.1.5. Besarnya Penalti (Penalty Magnitude)
Faktor penting lain yang mempengaruhi kepatuhan pajak adalah besarnya
sanksi. Idealnya adalah ketakutan akan penalti akan memperkecil perilaku ketidak
patuhan (Chau dan Leung, 2009). Struktur sistem penalti mungkin berbeda
wajib pajak. Doran (2009) memberikan dua fungsi dari penalti pajak (tax penalty). Pertama, berperan sebagai instrumen fungsi yang mempromosikan kepatuhan
pajak. Hal ini diakui secara luas oleh hukum dan literatur ekonomi, meskipun ada
sedikit konsensus tentang bagaimana penalti mempromosikan kepatuhan dalam
arti struktur penalti yang berbeda mungkin mempengaruhi kepatuhan yang
bebeda. Kedua, fungsi mendefinisikan kepatuhan pajak. Jika denda yang
ditetapkan dalam konsep yang salah maka akan menyebabkan perilaku yang tidak
sesuai dengan konsep kepatuhan. Membangun sebuah sistem penalti untuk
menghukum para penghindar pajak merupakan ukuran penting untuk kepatuhan
pajak. Wajib pajak akan lebih menginginkan untuk patuh jika ketidakpatuhan
dikenakan hukuman yang berat (Chau dan Leung, 2009). Kepatuhan pajak dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan hukuman yang terkait dengannya. Untuk lebih
effektif, sanksi harus diterapkan dengan cepat dan tepat. Menurut Mardiasmo
(2011), sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata
lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar
norma perpajakan .
Di sisi lain Borck (2004) menemukan bahwa dampak sanksi penalti
terhadap penggelapan pajak (tax evasion) berakibat menurunnya penerimaan pajak yang diharapkan (expected tax revenue), tetapi meningkatkan kesejahteraan wajib pajak (taxpayer welfare). Borck (2004) berpendapat apabila pengenaan sanksi denda diterapkan terhadap penggelapan pajak, maka penghindaran pajak
justru menjadi besar dan penerimaan pajak menjadi kecil. Hal mengindikasikan
kepatuhan wajib pajak. Carnes dan Engelbrecht (1995) menyimpulkan bahwa
besarnya penalti dan resiko temuan secara signifikan mempengaruhi kepatuhan
pajak tetapi interaksi variabel tersebut tidak signifikan.
Dalam TPB (Azjen, 1991) , kontrol perilaku yang dipersepsikan mengacu
kepada tingkat persepsi kontrol individu tentang suatu perilaku. Lebih spesifik,
faktor fundamental dari kontrol perilaku yang dipersepsikan bekenaan dengan ada
atau tidaknya sumberdaya dan kesempatan termasuk hambatan dan tantangan
untuk mewujudkan perilaku tertentu (Bobek dan Hatfield, 2003). Pelaksanaan
perilaku tergantung pada keyakinan individu terhadap seberapa besar kontrol yang
dimilikinya. mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung (melalui
niat) terhadap perilaku (Ajzen, 1988). Pengaruh langsung dapat terjadi jika
terdapat actual control di luar kehendak individu sehingga mempengaruhi perilaku. Berkaitan dengan kontrol aktual, Benk et al. (2011) mengemukan bahwa
kontrol perilaku menentukan tingkat kesulitan dari kinerja yang ditampilkan oleh
individu. Elemen ini terkadang dapat mempengaruhi perilaku secara langsung.
Dalam hal kontrol perilaku, aktual kontrol tidak tergantung pada keinginan
individu, misalnya sanksi hukum merupakan kontrol perilaku yang dapat
mempengaruhi perilaku secara langsung.
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping)
Mustikasari (2007) menyimpulkan bahwa (1) tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya
tinggi, (2) pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat tax professional untuk berperilaku patuh, (3) tax professional
atau sebaliknya, (4) semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan medorong tax professional berniat patuh. Di antara variabel bebas sikap yang diteliti, variabel kontrol keperilakuan yang dipersepsikan
mempunyai pengaruh total paling besar terhadp variabel niat tax professional
untuk berperilaku tidak patuh, (5) semakin rendah persepsi atas kontrol yang
dimiliki tax professional maka akan mendorong tax professional tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan badan yang diwakilinya, atau
mencukupi maka ketidakpatuhan pajak badan rendah atau sebaliknya. Napitupulu
(2008) menyimpulkan kewajiban moral secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak sedangkan secara parsial tidak signifikan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Menurut Benk et al. (2011), equity attitudes tidak berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak sedangkan normative expectation dan legal sanction berpengaruh terhadap niat kepatuhan pajak.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Benk et al. (2011)
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel Yang Digunakan Kesimpulan
1. Mustikasari, berperilaku tidak patuh (Y1) dan ketidakpatuhan pajak badan (Y2). Sikap terhadap ketidakpatuhan pajak (X1), Norma subyektif (X2), kewajiban moral (X3), kontrol
keperilakuan yang dipersepsikan (X4), persepsi
tentang kondisi keuangan (X5), persepsi tentang fasilitas perusahaan (X6), dan persepsi tentang iklim organisasi (X7)
(1) tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi, (2) pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat tax professional
untuk berperilaku patuh, (3) tax professional yang memiliki kewajiban moral yang tinggi, niat ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya, (4) semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan medorong tax professional berniat patuh. Pajak (Y1). Kewajiban moral (X1) Niat tax professional berperilaku patuh (X2), persepsi tentang kondisi keuangan (X3), persepsi tentang fasilitas perusahaan (X4), dan persepsi tentang iklim organisasi (X5)
(1) Secara simultan kewajiban moral, niat profesional berperilaku patuh, persepsi tentang kondisi perusahaan, persepsi fasilitas peusahaan dan persepsi iklim organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak.
wajib pajak.
3.
3 3
Benk, et. al. An Investigation ofTax Compliance Intention:ATheory
Of Planned Behavior
Approach
Tax Compliance Intention (Y1). Equity Attitudes (X1), Normative Expectation (X2), Legal Sanction (X3)
1. No statiscally significant between the equity attitudes with tax compliance intention.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Di dalam konsep kerangka konseptual analisis jalur ini, anak panah
berkepala satu merupakan hubungan regresi dan anak panah berkepala dua
merupakan hubungan korelasi. Jika didalam model terdapat lebih dari satu
variabel independen atau exogen, maka antar variabel exogen ini harus
dihubungkan dengan anak panah berkepala dua (Ghozali ,2006). Hubungan
langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lainnya tanpa ada
variabel ketiga yang memediasi (intervening) sedangkan hubungan tidak langsung
terjadi jika ada variabel ketiga yang memediasi kedua variabel ini. Pada setiap
variabel dependen akan ada anak panah yang menuju ke variabel ini (e1 dan e2)
yang berfungsi menjelaskan jumlah variance yang tak dapat dijelaskan
(unexplained varience) oleh variabel itu. Besarnya nilai e= √(1-R²).
Dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior dan kerangka analisis jalur (Path Analysis) serta pengembangan penelitian Benk et al. (2011) yang mendasari dilakukannya penelitian ini, digambarkan hubungan variabel
3.2. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi
objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Hipotesis disusun
dalam bentuk pernyataan yang tegas dan jelas atau tidak mengandung suatu
pertanyaan tetapi merupakan pernyataan. Berdasarkan kerangka konseptual, disusun
hipotesis sebagai berikut :
1. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara simultan terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
2. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara parsial terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude)
dan niat kepatuhan pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
4. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude)
dan niat kepatuhan pajak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect) yaitu penelitian yang dilakukan dengan membandingkan antara nilai-nilai yang seharusnya diamati dengan segala cara yang memungkinkan sampai kepada
eksperimen (Rubin, 1978). Hubungan kausal adalah hubungan bersifat sebab
akibat dimana ada variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2008).
4.2. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia
yang dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak khususnya
tingkat penyampaian SPT Tahunan yang cenderung rendah dan dibawah target
yang telah ditentukan.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa
orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang berada
dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian (Erlina, 2011). Populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.
(Sugiyono, 2008). Peneliti mengambil populasi dalam penelitian ini adalah wajib
pajak orang pribadi yang terdaftar tahun 2011 di KPP Pratama Medan Polonia.
penelitian dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode
convenience/accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara nyaman dimana peneliti mengambil sampel berdasarkan siapa saja yang ditemui . Sampel
penelitian dalam hal ini adalah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Polonia. Penentuan sampel ditentukan dengan rumus Taro
Yamane (Israel, 1992) sebagai berikut :
N n = ___________ 1 + N (e)²
n = jumlah sampel
N = populasi
e = sampling eror
Berdasarkan data KPP Pratama Medan Polonia, jumlah wajib pajak orang
pribadi terdaftar dan wajib menyampaikan SPT tahunan orang pribadi tahun 2011
sebanyak 95.831, maka jumlah sample dalam penelitian ini dengan e ( sampling eror) sebesar 10% adalah :
95.831 n = ___________ 1 + 95.831 (0,1)² n = 100
4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner memberikan
pertanyaan kepada responden individu. Daftar pertanyaan di susun dan
dikembangkan berdasarkan dari penelitian terdahulu yang disesuaikan dengan
Likert yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai
berikut :
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Ragu-ragu/Netral
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Berdasarkan hipotesis pada bagian sebelumnya, defenisi operasional
masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut :
a. Variabel independen (bebas) adalah varibel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelititan
ini adalah
1) Persepsi tentang sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (X1)
Persepsi tentang sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan adalah
persepsi penilaian individu apakah sistem perpajakan secara umum adil
atau tidak. Pengukuran variabel menggunakan dua item pertanyaan
yaitu keadilan vertikal dan keadilan horizontal (Benk et. al , 2011) dan
diukur dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban
dengan pilihan 1= sangat tidak adil, 2 = tidak adil, 3 = netral, 4 = adil
dan 5 = sangat adil
2) Norma-norma individu (X2)
Norma-norma indvidu adalah berhubungan dengan pertimbangan moral
menggunakan tiga item pertanyaan yaitu melanggar etika, perasaan
bersalah dan prinsip hidup (Murtikasari, 2007) dan diukur dengan skala
likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat
tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat
setuju.
3) Norma-norma sosial (X3)
Norma-norma sosial merupakan suatu kelaziman tentang penerimaan
atau penghindaran pajak antara suatu grup yang direferensikan.
Pengukuran variabel menggunakan dua item pertanyaan yaitu
pengaruh teman dan pengaruh keluarga (Benk et. al , 2011) dan diukur
dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan
pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju
dan 5 = sangat setuju.
4) Persepsi tentang probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (X4)
Persepsi tentang probabilitas ditemukan ketidakpatuhan adalah persepsi
kemungkinan ditemukannya ketidakpatuhan dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan. Pengukuran variabel menggunakan dua item
pertanyaan yaitu kemungkinan ditemukan ketidakpatuhan oleh aparat
pajak dan kemungkinan ditemukan sistem (Benk et. al , 2011) dan
dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan
pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju
5) Persepsi tentang besarnya penalti (X5).
Persepsi tentang besarnya penalti merupakan persepsi tentang besarnya
penalti yang mungkin dikenakan jika tidak memenuhi kewajiban
perpajakan. Pengukuran variabel menggunakan tiga item pertanyaan
yaitu pengenaan sanksi, keberatan akan sanksi dan keseriusan
penerapan sanksi (Benk et. al , 2011) dan diukur dengan skala likert
dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak
setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju.
b. Varibel dependen (terikat) adalah variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah kepatuhan pajak (Y) yaitu kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. . Pengukuran variabel
menggunakan tiga item pertanyaan yaitu menghitung, membayar dan
melaporkan pajak dengan benar dan diukur dengan skala likert dengan
lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 =
tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju.
c. Variabel intervening adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen sehingga menjadi hubungan
tidak langsung. Variabel intervening terletak antara variabel independen
dan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen. Variabel intervening
dalam penelitian ini adalah niat kepatuhan pajak (Z) yaitu kecenderungan
atau keputusan wajib pajak untuk melakukan perilaku kepatuhan pajak.
kecenderungan dan keputusan untuk berperilaku patuh terhadap ketentuan
perpajakan (Blanthorne, 2000; Bobek, 2003, Murtikasari ,2007) dan
diukur dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan
pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5
= sangat setuju. Pengukuran variable dalam penelitian ini ditunjukkan
pada table berikut ini :
Tabel 4.1. Tabel Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Jenis
Variabel Nama Variabel
Persepsi tentang
pajak adalah niat
wajib pajak orang
- melaporkan Likert
1-5
4.6. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode analisis jalur (Path Analysis) dan dalam mengolah data penelitian dilakukan beberapa pengujian seperti uji kualitas
pengolahan data statistik, yaitu program SPSS 20 dengan tingkat signifikansi pada
confidence level 90% atau α 10%
4.6.1. Uji kualitas data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif
yaitu persepsi responden yang kemudian dikuantifikasikan agar dapat dilakukan
uji statistik. Untuk menguji data persepsi responden digunakan uji kualitas data
yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas data.
4.6.1.1. Uji validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur
diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item
pertanyaan/pernyataan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk
mengukur validitas butir pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi
Product Moment dari Karl Pearson (validitas isi/content validity) dengan cara
mengkorelasikan masing-masing item pertanyaan/pernyataan kuesioner dan
totalnya, selanjutnya membandingkan r table dengan r hitung (Ghozali, 2006).
Penentuan valid tidaknya pertanyaan/pernyataan kuesioner ditentukan
melalui besarnya koefisien , yaitu :
1. Jika r hitung positif dan r hitung > r table, maka skor butir
pertanyaan/pernyataan kuesioner valid
2. Jika r hitung negatif dan r hitung > r table, maka skor butir
4.6.1.2.Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil
pengamatan dengan instrument atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang
berbeda-beda. Ghozali (2006) menyatakan teknik yang digunakan untuk
mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan uji statistik Cronbach Alpha
dengan cara membandingkan nilai alpha dengan standarnya, dengan ketentuan
jika :
1. Jika alpha > 0.6, maka instrument pengamatan dinyatakan reliable
2. Jika alpha < 0.6, maka instrument pengamatan dinyatakan tidak
reliable
4.6.2. Uji asumsi klasik
Sebuah persamaan regresi linier yang baik, haruslah memiliki koefisien
regresi yang baik. Koefisien regresi dikatakan baik apabila mempunyai sifat
BLUE (Best Linier Unbiased Estimate), atau mempunyai sifat linier, tidak bias, dan varian minimum. Lebih jelasnya, sebuah model regresi harus memenuhi
sejumlah asumsi klasik. Beberapa pengujian dapat dilakukan untuk menguji
kesesuaian model yang dibuat dengan asumsi-asumsi klasik ini antara lain :
4.6.2.1. Uji normalitas
Uji Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada prinsipnya
normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya (Ghozali,
2006). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis