• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buruh Pinggiran Berpesta (Kajian Tentang Konsep Pesta dan Slametan Bagi Komunitas Buruh di Desa Sambirejo Timur Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Buruh Pinggiran Berpesta (Kajian Tentang Konsep Pesta dan Slametan Bagi Komunitas Buruh di Desa Sambirejo Timur Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

BURUH PINGGIRAN BERPESTA

(Kajian Tentang Konsep Pesta dan Slametan Bagi Komunitas Buruh

di Desa Sambirejo Timur Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang)

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

S K R I P S I

DISUSUN

OLEH

NURCAHAYA PANJAITAN

040905038

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin saya panjatkan ke hadirat Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur atas segala karunia dan keridhaan-Nya lah, skripsi yang berjudul “Buruh Pinggiran Berpesta (Studi deskriptif tentang konsep pesta dan slametan bagi komunitas buruh pinggiran di Desa Sambirejo Timur Kecamatan

(3)

Dalam penyelesaian skripsi ini dari awal hingga selesai, saya telah melibatkan berbagai pihak. Untuk itu saya ingin menghaturkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya ke pada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan andil selama saya mengikuti perkuliahan dan berbagai kebijaksanaan untuk mempermudah skripsi ini. 2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis,MA, selaku ketua Departemen Antropologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Bapak Drs. Irfan Simatupang, M.Si, selaku dosen ketua penguji yang telah memberi arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Sri Alem Br. Sembiring, M.Si, selaku dosen pembimbing saya yang bersedia memberi waktu, tenaga, pengetahuan kepada saya dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Mariana Makmur, MA, selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Sri Emiyanti, M.Si, selaku dosen wali yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dalam perkuliahan.

7. Para dosen-dosen di jurusan antropologi yang telah membekali, mengarahkan dan membimbing saya selama mengikuti perkuliahan di Departemen Antropologi sehingga selesainya skripsi ini.

8. Bapak Joko selaku kepala Desa Sambirejo Timur yang telah memberikan kemudahan dalam penelitan ini.

(4)

tercinta, Kak Tina, Kak Adek, Bang Tonny, Bang Dolly, Bang Rony yang telah memberikan do’a restu serta dorongan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ya kak… terima kasih ya bang.

10.Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya saya persembahkan ke pada keluarga kecilku di Tembung Kak Tina, Bang Feri, keponakanku tersayang Yogi Ramadhan, terimakasih atas segala kasih sayang, pengorbanan, perhatian yang kalian curahkan untuk ku.

11.Dan untuk keluarga besarku di Padang Sidempuan. Terimakasih atas do’a restu dan dorongan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 12.Buat sahabat-sahabat ku, Mimin “Kabanjahe”, Rika “Balam”, Ru “Takengon”,

Pipit “Marelan”, Abadi “Bukit Tinggi”, Prilmon “Bagan Batu”, Edi “Rantau Prapat”. Terimakasih atas semua perhatian dan dorongan semangat yang kalian curahkan untuk penulis. Do’a ku semoga persahabatan kita ini tidak lekang oleh waktu, amin ya robbal alamin.

13.Buat teman-teman seperjuangan di Departemen Antropologi, khususnya stambuk 04, Ita, Rukun, Gita, Lelitha, Farida, Adiez, Dora, Irma. Terimakasih atas semangat dan saran-sarannya.

14.Buat “Bang Faisal”, Bang Fadly Palembang, Edi. Terima kasih atas segala perhatian dan dorongan semangatnya.

(5)

sebagai bahan bacaan untuk menulis skripsi dalam isu yang sama. Terimakasih atas segala perhatian dan semoga bermanfaat.

Wassalam

Medan, Mei 2009

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan

Halaman Pengesahan

Kata Pengantar...i

Daftar Isi ...v

Daftar Tabel ...ix

Abstrak ...x

BAB I : PENDAHULUAN ...1

1.1.Latar Belakang Masalah ...1

1.2.Perumusan Masalah ...8

1.3.Tujuan Penelitan ...9

1.4.Manfaat Penelitan ...9

1.5.Lokasi Penelitan ...9

1.6.Tinjauan Pustaka ...9

1.7.Metode Penelitian ...15

1.7.1. Observasi...16

1.7.2. Wawancara ...17

1.7.3. Studi Kepustakaan ...19

1.8.Analisa Data...19

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...20

2.1. Lokasi dan Luas Desa ...20

2.2. Tata Ruang Desa ...20

2.3. Cara Mencapai Desa ...23

2.4. Sejarah Desa ...26

2.5. Penduduk ...30

2.5.1. Tingkatan Usia Penduduk ...31

2.5.2. Agama, Kelompok Etnis dan Persebarannya di Sambirejo Timur...32

(7)

2.6 .1. Fasilitas Jalan dan Jembatan ...34

2.6 .2. Fasilitas Pendidikan ...35

2.6 .3. Fasilitas Kesehatan ...37

2.6 .4. Fasilitas Beribadah ...38

2.6 .5. Fasilitas Pasar Mingguan ...38

2.7 . Akses Informasi dan Komunikasi ...39

2.8. Mata Pencaharian ...40

2.8.1. Mata Pencaharian Umum...40

2.8.2. Keragaman Jenis Buruh di Desa Sambirejo Timur ...41

2.8.2.1. Buruh Bangunan ...41

2.8.2.2. Buruh Pabrik ...44

2.8.2.3. Buruh Perkebunan ...46

2.8.2.4. Buruh Cuci (Pemabantu Rumah Tangga) ...47

2.8.2.5. Buruh Toko (Karyawan Toko) ...49

2.8.3. Rutinitas Pekerjaan Buruh ...51

2.8.3.1. Nglaju ke Kota Medan ...51

2.8.3.2. Meranto (merantau) ...52

2.8.4. Jaringan Sosial Buruh ...53

2.8.4.1. Proses Perolehan Pekerjaan ...53

2.8.4.2. Proses Pemutusan Hubungan Kerja ...54

BAB III : AKTIFITAS PESTA, EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT DESA SAMBIREJO TIMUR ...56

3.1. Sejarah Masuknya Keyboard dan Penggunaan dalam Pesta di Desa Sambirejo Timur ...56

3.2. Konsep Keyboard Menurut Masyarakat Desa Sambirejo Timur ...59

3.3. Aktifitas Ekonomi Masyarakat Desa Sambirejo Timur ...61

3.3.1. Perdagangan ...61

3.3.2. Jula-jula ...62

3.3.3. Arisan ...66

3.3.4. Koperasi ...69

3.3.5. Kredit Barang dan Peminjaman Uang ke Rentenir ....70

(8)

3.4.1. STM (Serikat Tolong Menolong) ...71

3.4.2. Perwiritan ...75

3.4.3. Kebaktian/ Partamiangan ...77

3.4.5. Gotong Royong/ Kerjasama ...77

3.5. Total Biaya Pesta dan Slametan ...79

3.5.1. Kebutuhan Pesta dan Slametan ...80

BAB IV : KONSEP BURUH TENTANG PESTA DAN SLAMETAN ...84

4.1. Konsep Pesta dan Slametan ...84

4.1.1. Konsep Pesta dan slametan menurut masyarakat Jawa ...84

4.1.1.1. Konsep Pesta Menurut Masyarakat Jawa ...84

4.1.1.2. Konsep Slametan Menurut masyarakat Jawa ...87

4.1.2. Konsep Pesta dan Upa-upa (slametan) Menurut Masyarakat Mandailing ...90

4.1.2.1. Konsep Pesta Menurut Masyarakat Mandailing ...90

4.1.2.2.Konsep Upa-upa (slametan) Menurut Masyarakat Mandailing ...91

4.1.3. Konsep Pesta dan Pasu-pasu/ upa-upa (slametan) Menurut Masyarakat Toba ...93

4.1.3.1. Konsep Pesta Menurut Masyarakat Toba ...93

4.1.3.2. Konsep Pasu-pasu/ upa-upa (slametan) Menurut Masyarakat Toba ...97

4.2. Jenis-jenis Pesta dan Slametan Menurut Life Cycle ...98

(9)

4.2.2.1. Jenis-jenis Pesta Menurut Masyarakat

Mandailing ...110

4.2.2.2. Jenis-jenis upa-upa Menurut Masyarakat Mandailing ...111

4.2.3. Jenis-jenis Pesta dan pasu-pasu/upa-upa Menurut Masyarakat Toba Berdasarajan Life Cycle ...113

4.2.3.1. Jenis-jenis Pesta Menurut Masyarakat Toba ...113

4.2.3.2. Jenis-jenis pasu-pasu/upa-upa Menurut Masyarakat Toba ...114

4.3 Sumber-sumber Keuangan dan Peran Kerabat dalam Pesta Para Buruh ...115

4.3.1. Investasi Ekonomi dan Sosial ...115

4.3.2. Punjungan Sebagai Undangan Terikat ...118

BAB V : SARAN DAN KESIMPULAN ...120

5.1. Kesimpulan ...120

5.2. Saran ...122

Daftar Pustaka ...123

Tabel-Tabel ...127

Daftar Informan...131

Interview Guide ...134

Dokumentasi ...135

Peta Desa Sambirejo Timur ...141

Lampiran-Lampiran Surat Izin ...142

(10)

ABSTRAK

Nurcahaya Panjaitan, 2009, Judul: Buruh Pinggiran Berpesta (Kajian Tentang Konsep Pesta dan Slametan Bagi Komunitas Buruh di DesaSambirejo Timur Kec. Percut Sei Tuan, Kab, Deli Serdang). Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, 145 halaman, 14 gambar, 22 daftar pustaka dan ditambah 4 sumber lain dan 6 lampiran.

Penelitian ini mengkaji tentang : Buruh Pinggiran Berpesta : Kajian tentang Konsep Pesta dan slametan bagi komunitas Buruh di Desa Sambirejo

Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini membahas tentang konsep masyarakat pinggiran yang berada di Desa Sambirejo Timur tentang pesta dan slametan. Mengapa mereka gemar mengadakan pesta dan selalu jenis hiburan musik berupa keyboard, darimana sumber keuangan buruh dalam menyelenggarakan pesta.

Penelitian ini menggunakan metode kulaitatif yang bersifat mendeskripsikan. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Penelitian in bertujauan untuk melihat konsep masyarakat tentang pesta. Untuk melihat peran hubungan sosial dan kekerabatan masyarakat Desa Sambirejo Timur khususnya komunitas buruh untuk meperoleh bantuan dalam menyelenggrakan pesta. Untuk mencapai tujuan tersebut tulisan ini menggunakan teori antropologi kognitif yang digunakan oleh Spradley. Dalam mengungkapkan pola fikir masyarakat Spradley menggunakan folk taxonomy untuk menjelaskan pola fakir masyarakat tersebut.

Hasil analisis dan pengolahan data menggunakan “folk Taxonomy”

(11)

ABSTRAK

Nurcahaya Panjaitan, 2009, Judul: Buruh Pinggiran Berpesta (Kajian Tentang Konsep Pesta dan Slametan Bagi Komunitas Buruh di DesaSambirejo Timur Kec. Percut Sei Tuan, Kab, Deli Serdang). Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, 145 halaman, 14 gambar, 22 daftar pustaka dan ditambah 4 sumber lain dan 6 lampiran.

Penelitian ini mengkaji tentang : Buruh Pinggiran Berpesta : Kajian tentang Konsep Pesta dan slametan bagi komunitas Buruh di Desa Sambirejo

Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini membahas tentang konsep masyarakat pinggiran yang berada di Desa Sambirejo Timur tentang pesta dan slametan. Mengapa mereka gemar mengadakan pesta dan selalu jenis hiburan musik berupa keyboard, darimana sumber keuangan buruh dalam menyelenggarakan pesta.

Penelitian ini menggunakan metode kulaitatif yang bersifat mendeskripsikan. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Penelitian in bertujauan untuk melihat konsep masyarakat tentang pesta. Untuk melihat peran hubungan sosial dan kekerabatan masyarakat Desa Sambirejo Timur khususnya komunitas buruh untuk meperoleh bantuan dalam menyelenggrakan pesta. Untuk mencapai tujuan tersebut tulisan ini menggunakan teori antropologi kognitif yang digunakan oleh Spradley. Dalam mengungkapkan pola fikir masyarakat Spradley menggunakan folk taxonomy untuk menjelaskan pola fakir masyarakat tersebut.

Hasil analisis dan pengolahan data menggunakan “folk Taxonomy”

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Tulisan ini mengkaji tentang kehidupan komunitas buruh yang berada di daerah pinggiran Kota Medan. Daerah pinggiran yang dimaksud adalah daerah yang berbatasan langsung dengan daerah perkotaan, dimana secara administratif masih tergabung dengan daerah pedesaan. Disebabkan oleh keberadaan desa yang berdekatan dengan perkotaan, gaya hidup pedesaan telah banyak terpengaruh oleh unsur-unsur baru yang terserap oleh masyarakat pinggiran.

Seperti yang dituliskan oleh Hebdige (dalam Lury, 1998 :112-113) bahwa gaya hidup (life style) sebagai karakter konsumsi modern. Yang menampilkan individualitas sebagai perjuangan untuk memperoleh posisi sosial. Lebih lanjut Hebdige menuliskan sebagai berikut :

“gaya hidup” (life style) adalah sebagai karakter konsumsi modern. Melalui gaya hidup para konsumen dianggap membawa kesadaran/kepekaan yang lebih tinggi terhadap proses konsumsi. Sebagai sebuah gaya mode konsumsi atau sikap konsumsi hal itu merujuk pada cara orang-orang berusaha menampilkan individualitas mereka dan cita rasa mereka melalui pemilihan barang-barang tetentu dan disusul dengan pembiasaan atau personalisasi barang tertentu. Individu secara aktif menggunakan barang-barang konsumsi, pakaian, rumah, furniture, dekorasi interior, mobil, liburan, makanan dan minuman. Juga benda-benda budaya seperti musik, film, seni dengan cara-cara yang menunjukkan selera atau cita rasa kelompoknya. Gaya hidup demikian merupakan contoh kecenderungan kelompok-kelompok dalam menggunakan barang-barang untuk membedakan diri dengan kelompok-kelompok lainnya sekaligus mendukung pandangan bahwa praktek-praktek konsumsi dapat dipahami dalam konteks sebuah perjuangan dalam memperoleh posisi sosial.

(13)

digemari yaitu media informasi internet dan kesemuanya mengekspresikan gaya hidup dan mengorentasi diri terhadap dunia mode dan estetika, ini merupakan suatu tanda perubahan yang paling tampak dalam kehidupan perkotaan dan telah berlangsung sejak tahun 1990-an .

Selain pengaruh letak desa yang berada dekat perkotaan komposisi penduduk juga mempunyai andil dalam membawa perubahan kepada masyarakat kota maupun pinggiran kota. Seperti yang dituliskan oleh Subagya dan Walokow (1998:3) bahwa kondisi masyarakat yang tampak di daerah perkotaan ataupun daerah perbatasan masyarakatnya cenderung merupakan masyarakat majemuk1

Desa Sambirejo Timur merupakan salah satu desa yang berada di pinggiran perkotaan, dimana letak Desa Sambirejo Timur yang berbatasan langsung dengan kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung. Letak desa yang berbatasan dengan kota ini telah membuka peluang besar untuk masuknya pengaruh gaya hidup kota ke desa. Penduduk Desa Sambirejo Timur banyak yang “nglaju”

. Beberapa etnis yang ada di Desa Sambirejo Timur adalah mayoritas Etnis Jawa dan Batak Mandailing selebihnya Batak Toba, Minang, Karo, dan lain-lain.

Sementara itu Yunus (2006:52) menuliskan bahwa terjadinya perubahan perilaku penduduk di daerah pedesaan (dapat berupa perilaku ekonomi, kultural) bersifat pedesaan menjadi sifat kekotaan disebabkan makin baiknya transportasi antara daerah pedesaan dengan daerah perkotaan mengakibatkan makin tingginya mobilitas penduduk baik dari desa ke kota maupun dari kota ke desa.

1

(14)

ke Kota Medan untuk tujuan bekerja maupun sekolah dan pada sore harinya kembali lagi ke Desa Sambirejo Timur2

Buruh yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah buruh kasar yang menggunakan tenaga otot untuk mencari nafkah sehari-harinya. Mereka tidak tergolong sebagai buruh profesional yang bekerja dengan menggunakan tenaga otak

.

Penduduk desa yang melaju ke Kota Medan untuk tujuan bekerja, biasanya bekerja sebagai buruh bangunan, buruh pabrik, karyawan toko, karyawan konveksi, pembantu rumah tangga, Sales Promotion Girl (SPG), dan sebagian kecil Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mereka yang bekerja sebagai buruh bangunan tidak setiap harinya melaju dan bekerja. Para buruh bangunan bekerja ketika ada borongn yang ditawarkan baik yang berada disekitar Desa Sambirejo Timur maupun yang berada di luar desa (misalnya Kota Medan, Binjai, Nias, Aceh ) .

Kajian Evers (1995:102), menjelaskan khusus di sektor bangunan dengan proyek pembangunan kota yang diadakan oleh pemerintah maupun perusahaan-perusahaan besar bidang ini merupakan lapangan kerja yang potensial dan berjangkau panjang. Namun kaum buruh hariannya hidup dengan bercirikan “massa apung“ yang ditandai oleh mobilitas kerja yang tinggi. Mereka terdiri dari pendatang musiman para pekerja tidak tetap, tidak memiliki tempat tinggal, tingkat pendidikan yang rendah.

3

2

Nglaju adalah migrasi ulang alik dimana pada waktu pagi hari penduduk desa pergi ke kota dalam rangka bekerja ataupun dalan urusan lainnya dan pada sore harinya mereka (penduduk desa) pulang kerumah di daerah pedesaan, mereka juga disebut commuters.

3

Secara umum buruh dibagi atas dua klasifikasi yaitu : (1) buruh kasar yang biasanya disebut sebagai buruh kerah biru yang menggunakan tenaga otot dalam bekerja, (2) buruh profesional yang biasanya disebut juga buruh kerah putih yang menggunakan tenaga otak dalam bekerja

(http://id.wikipedia.org/wiki/buruh)

(15)

Kehidupan buruh yang berada di Desa Sambirejo Timur tidak jauh berbeda dengan kehidupan buruh yang berada di daerah-daerah lain. Dimana mereka di dalam ketertindasan dan keterdiskriminasian di tempat mereka bekerja. Namun para buruh di Desa Sambirejo Timur sangat gemar mengadakan pesta dan slametan.

Setiap ada kesempatan semua peristiwa kehidupan yang penting bagi mereka pasti akan dipestakan atau setidaknya dibuat slametan.

Beberapa pesta yang sering diadakan di desa ini adalah pesta pernikahan, pesta khitanan (sunatan), dan pesta ulang tahun. Salah satu yang unik pada pelaksanaan pesta di Desa Sambirejo Timur yaitu sebelum hari “H” pesta, satu atau dua hari sebelumnya para kerabat, tetangga dan teman-teman penyelenggara pesta sudah mendapat undangan yang disebut dengan punjungan disana diberitahukan hari, tempat dan jam hajatan pesta diadakan. Isi punjungan tersebut berupa nasi, telur, mie goreng, kerupuk, dan sepotong daging ayam dalam ukuran besar. Maksud pengiriman itu adalah agar tamu yang diundang datang dan memberikan sumbangan sedikitnya Rp 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) bahkan untuk kerabat dan teman-teman dekat diharapkan memberikan jumlah yang lebih besar lagi.

Pesta cenderung dilaksanakan pada Hari Sabtu dan Minggu. Pada dua hari tersebut tiga resepsi pesta dalam satu harinya dapat dipastikan berlangsung di Desa Sambirejo Timur. Akan tetapi dihari-hari lain aktivitas pesta tetap dapat ditemukan. Aktivitas pesta sulit ditemukan ketika pada bulan puasa (Ramadhan) karena mayoritas penduduk beragama Islam.

(16)

menghibur para tamu (undangan) penyelenggara pesta, bahkan para tamu (undangan) turut serta menyumbangkan suaranya untuk bernyanyi yang kadang-kadang biduanita keyboardnya sendiri terlupakan.

Lain halnya dengan upacara pernikahan, upacara khitanan (sunatan) dan upacara ulang tahun yang dalam pelaksanaannya selalu diiringi musik keyboard, tetapi untuk slametan tidak disertai musik keyboard. Karena dalam upacara

slametan ini yang pokok adalah pembacaan do’a yang dipimpin oleh orang yang dipandang memiliki pengetahuan tentang islam. Selain itu, terdapat seperangkat makanan yang dihidangkan bagi para peserta slametan, serta makanan yang dibawa pulang kerumah masing-masing peserta slametan yang disebut sebagai berkat

(Sofwan dalam Amin, 2002:131)4

Melihat realitas ataupun fenomena lapangan yang sangat kontradiksi di dalam tulisan-tulisan ilmiah ataupun tulisan-tulisan di dunia maya yang mengkaji tentang buruh selalu mendeskripsikan buruh adalah kaum yang termarjinalisasi, tersubordinasi, terdiskriminasi dan terpuruk ekonominya

.

Beberapa jenis slametan yang sering diadakan di Desa Sambirejo Timur, misalnya, tujuh bulanan (dilakukan pada saat janin berusia tujuh bulan dalam perut ibu), pemberian nama pada bayi, turun tanah (pertama kali bayi menginjakkan tanah), amo-among, empat puluh hari kematian, seratus hari kematian, dan lain-lain.

5

4

Slametan terdiri dari sekedar makan bersama dengan mengundang para tetangga, umumnya laki-laki dengan do’a oleh modin. Makanan-makanan yang disediakan oleh penyelenggara slametan sering disebut dengan shahibul hajat. Dalam bentuknya yang khas makanan inti adalah nasi tumpeng, ingkung ayam dan ditambah ubarampe yang lain. Jumlah undangan slametan disesuaikan dengan tingkat pentingnya slametan tersebut. serta tingkat kemampuan ekonomis shahibul hajat. Namun demikian diutamakan para tetangga sekitar (Sofwan dalam Amin, 2002:131-132).

, disini peneliti ingin menampilkan masih ada sisi lain dari kehidupan buruh.

5

(17)

Kajian tentang buruh juga ditulis oleh : Erwiza Erman (1995), Abdul Haris (2002). Erman menuliskan dalam bukunya yang berjudul Kesenjangan antara Majikan dan Buruh, bahwa kesenjangan antara majikan dan buruh sudah terjadi sejak jaman kolonial Belanda. Pada saat tersebut pemerintah kolonial membuat peraturan hubungan kerja yang disebut Koeli Ordonantie.6

Tulisan ilmiah yang mengkaji tentang buruh juga dilakukan oleh mahasiswa antropologi diantaranya : Maria krisna Brutu (1992), Pintauli Sihombing (1997), Juliana Achriana (1999), Wina Khairina (2001). Brutu menuliskan bahwa peran perempuan dalam pekerjaan sangat dibutuhkan.Tetapi kenyataan bahwa dipihak lain masih banyak perempuan tertinggal dan berada pada keadaan sosial ekonomi yang rendah. Sihombing menuliskan bahwa buruh-buruh wanita di perusahaan industri umumnya berpendidikan rendah dan tidak memiliki keahlian yang khusus. Dan akibatnya buruh-buruh wanita tersebut menjadi tenaga kerja murah yang menghadapai masalah-masalah dengan pihak pengusaha seperti upah di bawah standard, jam kerja yang cukup panjang. Achriani menuliskan pekerjaan buruh

Haris dalam bukunya yang berjudul Memburu Ringgit Membagi Kemiskinan juga menuliskan, aktivitas buruh migran pekerja Indonesia di Negara jiran khususnya Malaysia nampak tak pernah mengalami sentuhan perubahan. Aktivitas mereka yang lekat dengan kekerasan, kelaparan, dan bahkan pemerasan merupakan satu hal yang akrab bagi mereka.

kebutuhan pangan yang jauh dari standar pemenuhan gizi. Kondisi semacam ini tentu saja melemahkan posisi tawar buruh di hadapan para pemilik modal maupun penguasa.

2. Memang tidak perlu berpikir keras, untuk mengetahui bahwa kenaikan BBM sangat memukul kehidupan buruh . Rasanya, bertanya pada buruh di manapun, dengan mudah akan mengetahui bahwa

kenaikan BBM telah mebuat kehidupan buruh morat-marit.

tanggal 06 Agustus 2008. 6

(18)

bangunan merupakan pekerjaan yang rentan dengan bahaya. Khairina menuliskan bahwa sejarah buruh merupakan bagian dari “soko guru” politik Indonesia.

Dalam melihat kontradiksi antara kehidupan buruh dan realitas ataupun fenomena lapangan di Desa Sambirejo Timur, peneliti ingin mengetahui apa konsep mereka tentang pesta dan slametan, sehingga mereka gemar mengadakan pesta dan slametan, dari manakah mereka mendapat sumber keuangan jika ingin mengadakan pesta dan slametan, apakah upah harian mereka mencukupi untuk biaya pesta dan slametan.

Upah seorang buruh bangunan di Desa Sambirejo Timur untuk jenis tukang bangunan sebesar Rp 60.000,- perhari, dan dalam sebulan sebesar Rp 1.440.000,- untuk kernet bangunan sebesar Rp 35.000,- per hari dalam sebulan sebesar Rp 1.050.000,-

Sementara itu biaya untuk membuat pesta sunatan sudah mengeluarkan biaya sedikitnya Rp 10.000.000,- sedangkan biaya pesta pernikahan akan lebih banyak lagi bisa mencapai Rp 15.000.000,-. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti, harga pelaminan pada saat khitanan (sunatan) lebih murah dengan harga pelaminan pernikahan, selain itu jumlah undangan pesta khitanan dan pesta pernikahan sangat berpengaruh. Karena orang yang diundang pada saat pesta khitanan selain teman si anak yang akan dikhitan, hanya kerabat dan teman-teman ayah dan ibu si anak. Sedangkan undangan pesta pernikahan selain kerabat dan teman-teman ayah dan ibu dari pihak laki-laki dan perempuan juga undangan kedua mempelainya.

(19)

bangunan dan tukang cuci (pencuci pakaian). Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan yaitu Ibu Wagiem (53 tahun) yang bekerja sebagai tukang cuci :

“ owalah non... sekarang apa mahal..!! belum apa-apa, duitnya dah ntek...,Tapi dekat bulan puasa ini, ibu mau buat kenduri seratus hari untuk cucu ibu…”

Dari kutipan wawancara peneliti di atas terlihat begitupun sekarang kebutuhan hidup serba mahal, tapi jika urusan pesta nyunatkan (khitanan),

ngawinkan (pernikahan), dan kenduri (slametan) harus dapat dilaksanakan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk menelusuri dan mengkaji lebih dalam mengapa mereka gemar mengadakan pesta dan slametan. Apakah merupakan pengaruh gaya hidup kota, atau ciri khas buruh atau masyarakat yang berada di pinggiran kota ataupun tradisi salah satu etnis mayoritas yang berada di desa ini.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian dan penjelasan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengapa masyarakat pinggiran khususnya para buruh di Desa Sambirejo Timur sangat gemar mengadakan pesta dan slametan.

Lebih lanjut penelitian ini arahnya diperjelas dengan pertanyaaan sebagai berikut :

1. Apa konsep pesta menurut para buruh dan mengapa dibedakan dengan

slametan pada masyarakat Desa Sambirejo Timur ?

2. Jenis pesta dan slametan apa saja yang sering diadakan di Desa Sambirejo Timur.

(20)

4. Darimanakah para buruh mendapat sumber keuangan, jika ingin mengadakan pesta dan slametan ?

5. Apakah ada unsur tolong menolong pada penduduk atau buruh jika ingin mengadakan pesta dan slametan.

1.3. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei tuan, Kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih Desa Sambirejo Timur sebagai daerah penelitan karena fenomena kehidupan buruh seperti yang diuraikan di atas dapat ditemui di desa ini.

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menggambarkan kehidupan masyarakat pinggiran dan sisi lain dari kehidupan buruh yang berada di Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Adanya pendeskripsian yang lengkap tentang kegemaran buruh dalam mengadakan pesta dan slametan diharapkan bermanfaat menambah tulisan ilmiah mengenai kehidupan buruh kasar di pinggiran perkotaan, selain itu diharapkan untuk memperoleh kesimpulan yang baik dan berguna.

1.5. TINJAUAN PUSTAKA

(21)

menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Budaya itu ada di dalam pikiran manusia.

Spradley juga mengatakan bahwa setiap masyarakat memiliki sistem yang unik dalam mempersepsikan dan mengorganisaikan fenomena material, seperti benda-benda, kejadian, perilaku dan emosi. Para aliran antropologi kognitif melihat fenomena tersebut diorganisaikan dalam pikiran (mind) manusia.

Untuk memahami dan menggambarkan tindakan yang diorganisasikan dalam pikiran “mind” manusia, peneliti akan “mengorek” isi pikiran buruh/penduduk setempat tentang pesta dan slametan menurut konsep buruh dan penduduk setempat. Dalam hal menjelaskan pikiran (konsep) buruh tentang pesta dan slametan, peneliti akan melihat aktifitas-aktifitas buruh/penduduk pada saat mengadakan pesta dan

slametan. Salah satu cara untuk menjelaskan apa konsep pesta dan slametan yang dimaksudkan oleh buruh dan penduduk setempat, peneliti akan mencari folk taxonomy untuk menjelaskannya.

Pesta adalah sebuah acara sosial yang dimaksudkan terutama sebagai perayaan dan rekreasi. Pesta dapat bersifat keagamaan atau berkaitan dengan musim, atau tingkat yang lebih terbatas, berkaitan dengan acara-acara pribadi dan keluarga untuk memperingati atau merayakan suatu peristiwa khusus dalam kehidupan yang bersangkutan. Pesta merupakan kesempatan untuk berbagai interaksi sosial, tergantung pada pesertanya dan pemahaman mereka tentang prilaku yang dianggap layak untuk acara tersebut.7

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1984:747) pesta adalah perayaan, perjamuan makan dan minum, bersukaria dan sebagainya. Mengacu pada dua konsep tersebut pesta yang dilakukan penduduk atau buruh yang berada di Desa Sambirejo

7

(22)

Timur, apakah merupakan pesta yang bersifat keagamaan atau pun hanya perjamuan makan dan minum dan bersukaria saja.

Untuk memperjelas masalah peneliti menggunakan konsep tentang peralihan, karena semua upacara tersebut merupakan upacara peralihan. Menurut Koentjaraningrat (1985:91-92) pada masa peralihan antara satu tingkat kehidupan ke tingkat kehidupan berikutnya, biasanya diadakan pesta dan upacara. Pesta dan upacara ini merupakan kesadaran bahwa setiap tahap baru dalam daur hidup menyebabkan masuknya seseorang di dalam lingkungan sosial yang baru dan lebih luas, bahkan ada kebudayaan yang menganggap bahwa pada masa peralihan merupakan saat-saat yang penuh bahaya baik nyata maupun ghaib sehingga dibuatlah upacara masa kritis (crisis rites) dan upacara peralihan (rites de passage).8

Salah satu teori mengenai ritus didefenisikan oleh Van Gennep (dalam Lumban Gaol, 2000:8-9) bahwa ritus sebagai rite de passage merupakan kegiatan atau tindakan yang mengiringi setiap perubahan tempat, keadaan, status sosial dan umur. Semua ritus tersebut ditandai dengan tiga fase, yaitu : fase pemisahan, fase peralihan, fase penyatuan. Pada tahap pemisahan terjadi pemisahan antara alam sakral dan profan, pada tahap peralihan subjek ritual mengalami situasi keragu-raguan yang dihadapkan pada dirinya sendiri. Pada tahap penyatuan, subjek ritual dipersatukan kembali ke dalam masyarakat dengan nilai-nilai baru yang diperoleh semasa tahap peralihan. Selanjutnya Van Gennep (dalam Koentjaraningrat, 1987:75) menyatakan ritus dan upacara sepanjang tahap-tahap pertumbuhan atau lingkaran hidup individu

8

(23)

(life cycle rite) merupakan rangkaian ritus dan upacara yang paling penting dan mungkin paling tua dalam masyarakat dan kebudayaan manusia.

Van Gennep (dalam Koenjaraningrat, 1987:75) menyatakan semua ritus dan upacara itu dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu : (1) perpisahan, atau

separation, (2) peralihan, atau marge, (3) integrasi kembali, atau agreation.

Berdasarkan data etnografi Van Gennep yang menunjukkkan bahwa ritus perpisahan sering berkaitan dengan ritus peralihan sedangkan upacara integrasi dan pengukuhan lebih sering berdiri sendiri lepas dari kedua macam ritus tersebut. Koentjaraningrat (1987:77) membedakan dengan seksama antar dua macam upacara religi tersebut, yaitu : (1) yang bersifat perpisahan menjadi satu dengan yang bersifat peralihan disebut dengan ritus, dan (2) yang bersifat integrasi dan pengukuhan disebut upacara.

Keesing (1992:257) juga menyatakan ritual dan upacara merupakan pola prilaku penuh hiasan dan diulang-ulang pada umat manusia. Kebanyakan perilaku kolektif yang dipolakan oleh budaya sering hanya diartikan sebagai upacara keagamaan, yaitu prilaku penuh hiasan yang dipandang sebagai keramat.9

Menurut Clifford Geertz (1981:36) slametan merupakan pemusatan (permohonan do’a) dalam bentuk pengorganisasian serta meringkas ide umum

abangan tentang tata “pola hidup” masyarakat Jawa. Dimana slametan cenderung dilaksanakan oleh pandangan dunia Jawa, terutama ketika situasi kehidupan mengalami titik-titik rawan sehingga dengan slametan mengharapkan kekacauan

9

(24)

yang tidak manusiawi oleh gangguan mahluk halus lekas hilang, menjadi tenang, dan tentram.10

mengatur interaksi itu. Dengan adanya kontinuitas serta dengan adanya rasa identitas yang mempersatukan semua anggota tadi.

Hal tersebut dipertegas oleh Geertz (1981:17) ketika ia menanyakan mengapa orang Jawa menyelenggarakan slametan, kepada seorang tukang batu, orang tersebut meberikan dua alasan ; “bila anda mengadakan slametan tak seorang pun merasa dirinya dibedakan dari orang lain, dan dengan demikian mereka tidak mau berpisah, lagi pula slametan menjaga anda dari roh-roh halus dan dengan begitu tidak akan mengganggu anda”.

Di samping mencermati konsep buruh tentang pesta, peneliti juga ingin melihat dan memahami perkumpulan-perkumpulan yang diikuti oleh buruh yang ada di Desa Sambirejo Timur. Beberapa bentuk perkumpulan tersebut misalnya arisan dan paguyuban. Menurut Koentjaraningrat (1981:154) suatu kelompok atau group juga merupakan suatu masyarakat karena memenuhi syarat-syaratnya dengan adanya sistem interaksi antar para anggota dengan adanya adat istiadat serta sistem norma yang

11

Berbicara mengenai pesta dan slametan tentunya ada orang yang datang (tamu) yang diundang untuk menghadiri pesta dan slametan tersebut dan akan

10

Slametan merupakan upacara dasar yang inti di sebagian masyarakat Mojokuto dimana pandangan dunia paling menonjol pada beberapa peristiwa lain, seperti pesta perkawinan, slametan itu boleh jadi sangat singkat, tertutup oleh berbagai tidak memperhatikan dengan teliti semuanya itu akan luput dari pengamatan, pada peristiwa lain lagi – kematian, misalnya kedaruratan situasi bisa menyebabkan seluruh bagian upacara slametan ditiadakan sama sekali karena semua hampir upacara

abangan ini dalam artian tertentu merupakan variasi dari tema yang menjadi dasar ini. Maka pengertian tentang makna slametan bagi mereka yang mengadakan akan membawa serta pemahaman terhadap banyak segi pandangan dunia abangan dan akan merupakan kunci bagi penafsiran upacara mereka yang lebih kompleks.

11

Disamping ke tiga ciri tersebut suatu kesatuan manusia yang disebut kelompok juga mempunyai ciri tambahan yaitu organisasi dan sistem pimpinan dan selalu tampak kesatuan dari individu-individu pada masa-masa yang secara berulang berkumpul dan kemudian bubar lagi

(25)

memberikan sesuatu pada saat menghadiri pesta dan slametan yang akan dihadirinya. Dalam hal ini telah terjadi proses memberi dan menerima antara yang diundang dengan orang yang menyelenggarakan pesta.

William A. Havilland (1988:51) menjelaskan bahwa memberi dan menerima berbagai barang merupakan suatu bentuk jaminan sosial atau asuransi, misalnya sebuah keluarga membantu orang lain apabila mampu dan dapat berharap akan menerima sesuatu dari orang-orang lain pada waktu ia .

Malinowski juga menjelaskan bahwa dalam pertukaran (barter) dalam masyarakat tradisional juga ada nilai yang dipertukarkan. Sistem tukar menukar kewajiban dan lapangan kehidupan masyarakat baik penukaran tenaga dan benda dalam lapangan produksi dan ekonomi baik sistem penukaran kewajiban pada waktu upacara-upacara keagamaan, merupakan daya pengikat dan daya gerak dari masyarakat (Koenjtraningrat, 1972:165).12

Menurut Maus, sistem tukar menukar ini merupakan suatu sistem yang menyeluruh (total system) dimana setiap unsur dari kedudukan atau harta milik terlibat di dalamnya dan berlaku bagi setiap anggota masyarakat yang bersangkutan. Dalam sistem tukar menukar ini setiap pemberian harus dikembalikan dalam suatu cara khusus yang menghasilkan suatu lingkaran kegiatan yang tidak ada habis-habisnya dari generasi ke generasi berikutnya. Nilai dari pengembalian barang yang telah diterima harus dapat mengimbangi nilai barang yang telah diterima karena

12

Penelitian lapangan ini dilakukan oleh Malinowski di kepulauan Trobriand di sebelah tenggara Papua Nugini. Pokok pelukisannya adalah suatu sistem perdagangan antara penduduk kepulauan Trobriand dengan penduduk kepulauan sekitarnya. Benda-benda yang diperdagangkan dengan jalan tukar menukar (barter) berupa berbagai macam bahan makanan, barang kerajinan, dan dan alat-alat perikanan, perkebunan dan rumah tangga. Di samping itu pada tiap transaksi diadakan tukar menukar dua macam benda perhiasan yang di anggap mempunyai nilai yang sangat tinggi yaitu kalung-kalung kerang (sulava), yang beredar kesatu arah yang mengikuti arah jarum jam dan gelang-gelang kerang (mwali) yang beredar kearah yang berlawanan . sistem perdagangan tersebut disebut sistem

(26)

bersamaan dengan pemberian tersebut adalah nilai kehormatan dari kelompok yang bersangkutan (Mauss, 1992:xix).13

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kulitatif

Saling tukar menukar pemberian prestasi yang biasanya terwujud dari hasil tukar menukar pemberian hadiah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) Pengembalian benda sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku, kalau pemberian imbalan dikembalikan pada saat yang sama maka namanya (barter), (2) pengembalian pemberian hadiah yang diterima tidak berupa barang yang sama dengan yang diterima tetapi dengan benda yang berbeda yang memiliki nilai sedikit lebih tinggi dari pada hadiah yang telah diterima setidak-tidaknya sama dengan itu, (3) benda-benda pemberian yang diterima tidak dilihat sebagai benda dan nilai harfiahnya tetapi sebagai “ mana“ atau kekuatan ghaib yang oleh Mauss digolongkan ke dalam suatu kategori dinamakannya prestasi (Mauss dalam Suparlan,1992:xx).

Apa yang dikemukan oleh Mauss tentang resiprositas ataupun sistem tukar menukar merupakan suatu sistem menyeluruh (total system), peneliti ingin melihat sistem tersebut berlaku di Desa Sambirejo Timur.

1.6. METODE PENELITIAN

14

13

Menurut Mauss apa yang saling dipertukarkan dilihat oleh Mauss sebagai prestasi (prestatation)

yaitu nilai barang yang menurut sistem-sistem makna yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan dan bukannya nilai harfiah dari barang pemberian tersebut. Menurut Mauss prestasi yang dipertukarkan adalah prestasi yang menyeluruh karena tukar menukar tersebut melibatkan seluruh aspek kehidupan dan berlaku di antara kelompok-kelompok dan bukan di antara individu-individu secara pribadi sedangkan dalam masyarakat-masyarakat yang telah mengenal perdagangan tukar menukar pemberian di antara kelompok-kelompok tidak lagi mencakup aspek-aspek estetika, keagamaan, moral dan hukum legal. Yang tertinggal dari tukar menukar uang, benda dan jasa dan berlaku hanya di antara individu-individu dan bukan di antara kelompok-kelompok

(Suparlan,1992:xix).

(27)

gambaran secara terperinci mengenai konsep pesta dan slametan bagi kaum buruh pinggiran. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pencarian data di lapangan antara lain:

1.6.1. Observasi

Teknik observasi15 dilakukan peneliti untuk mengamati berlangsungnya suatu pesta dan slametan. Hal ini untuk memperoleh gambaran penuh mengenai konsep pesta dan slametan. Peneliti juga akan melihat hal apa saja yang membedakan antara pelaksanaan pesta pernikahan, khitanan (sunatan), ulang tahun, dan berbagai jenis slametan. Dalam hal ini peneliti akan melihat mulai dari prosesi sampai dengan perlengkapan dan benda apa saja yang digunakan pada saat pesta dan

slametan. Data ini nantinya digunakan peneliti untuk melihat hubungan pesta dan

slametan dengan penyelenggara pesta maupun slametan. Dan konsep penduduk Desa Sambirejo Timur tentang pesta dan slametan.

Untuk keperluan peneliti dalam memperoleh data yang lebih konkrit seperti jenis pesta, perlengkapan dan benda-benda apa saja yang digunakan pada saat pesta dan slametan, peneliti mendokumentasikannya dengan menggunakan alat bantu berupa kamera foto.

14

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya (kirk dan miller dalam Moleong 2005). 15

Observasi atau pengamatan berguna untuk mengoptimalkan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, prilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian yang hidup pada saat itu. Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga

(28)

1.6.2. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara mendalam (depth interview) digunakan untuk memperoleh data tentang konsep buruh terhadap pesta dan slametan.

Bagaimana hubungan pesta dan slametan dengan gaya hidup buruh di Desa Sambirejo Timur. Pada saat wawancara jika memungkinkan dan disetujui oleh informan, peneliti akan menggunakan alat bantu perekam tape recorder dan catatan lapangan untuk mempermudah penyimpanan data yang telah diperoleh.

Selain itu dalam wawancara peneliti akan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang telah disusun sebelum penelitian lapangan. Pedoman wawancara yang dibuat, secara umum akan berisi tentang hal-hal yang ada dalam masalah penelitian, antara lain konsepsi mengenai pesta dan slametan.

Pertanyaan untuk menjawab permasalahan tersebut antara lain, apa pesta menurut anda ? apa slametan menurut anda ? dan mengapa harus mengadakan pesta ataupun

slametan ? bagaimana jika pada saat pesta tidak ada keyboard maupun jenis hiburan lainnya ?

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah penduduk desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Peneliti mengadakan pengkategorisasian informan, menjadi informan pangkal informan kunci, dan informan biasa.16

Menurut Koentjaraningrat (1989:30) dalam suatu masyarakat baru tentu harus lebih dahulu memulai dari keterangan seorang informan pangkal yang dapat

16

(29)

memberikan berbagai keterangan lebih lanjut yang diperlukan oleh peneliti. Informan-informan serupa itu sebaiknya orang yang mempunyai pengetahuan luas mengenai berbagai sektor masyarakat dan yang mempunyai kemampuan untuk mengintroduksikan peneliti kepada informan lain yang merupakan ahli tentang masyarakat yang akan diteliti. Sehingga informan pangkal dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Sambirejo Timur. Karena peneliti beranggapan bahwa kepala desa mengetahui siapa-siapa saja yang dapat diwawancarai, khususnya yang berprofesi sebagai buruh

Informan kunci merupakan orang-orang yang ahli tentang masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah buruh atau warga Desa Sambirejo Timur yang pernah mengadakan pesta, baik itu pesta pernikahan, khitanan (sunatan), ulang tahun, dan berbagai pelaksanaan slametan. Dari informan ini diharapkan data dan informasi yang relevan tentang permasalahan yang akan diteliti antara lain, konsep pesta dan slametan bagi buruh di Desa Sambirejo Timur, alasan mereka mengapa harus mengadakan pesta dan slametan,

bagaimana mereka mendapatkan sumber keuangan pada saat ingin mengadakan pesta dan slametan. Selain informan pangkal dan informan kunci dalam penelitian ini dibutuhkan informan biasa. Informan biasa dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Sambirejo Timur yang tidak bekerja sebagai buruh kasar. Informan ini diperlukan untuk mendapatkan informasi bagaimana pandangan mereka terhadap penduduk yang bekerja sebagai buruh yang gemar mengadakan pesta.

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dalam penelitian ini peneliti akan mencari keterangan dan informasi dengan menggunakan metode snowball

(30)

petunjuk lebih lanjut mengenai individu lain dalam masyarakat yang dapat memberikan keterangan yang diperlukan.

1.6.3. Studi Kepustakaan

Untuk melengkapi data yang diperoleh dari lapangan peneliti akan mencari data dari kepustakaan. Data kepustakaan ini dapat berupa hasil penelitian, buku-buku, majalah dan surat kabar. Data kepustakaan ini juga akan berguna sebagai landasan teori untuk melakukan penelitian ini.

1.6.4. Analisa Data

(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Lokasi dan Luas Desa

Desa Sambirejo Timur termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Wilayah Desa Sambirejo Timur berbatasan dengan Desa Sei Rotan di sebelah utara yang secara administratif masih termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan. Sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan PTPN 2 Bandar Klippa, Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sena Kecamatan Batang Kuis dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Tembung, Kecamatan Medang Tembung17

Luas wilayah Desa Sambirejo Timur lebih kurang 418 ha. Lahan desa dimanfaatkan oleh penduduk sebagai pemukiman dan sarana umum selain itu ada juga lahan desa yang dipergunakan sebagai lahan pertanian. Secara rinci penggunaan lahan yang terluas adalah untuk lahan pemukiman dan sarana umum lebih kurang 293 ha (70,90 %), sedangkan untuk lahan pertanian lebih kurang 125 ha (29,10 %) berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

.

Posisi Desa Sambuirejo Timur terletak lebih kurang 2 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Percut Sei Tuan dan lebih kurang 35 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dan berada sekitar 17 km dari Kota Medan.

18

Desa Sambirejo Timur adalah daerah dataran yang memiliki 4 (empat) jalan utama memanjang dari arah barat hingga ke arah timur desa. Nama-nama jalan

.

2.2. Tata Ruang Desa

17

Sumber : Kantor Desa Sambirejo Timur, 2007. 18

(32)

tersebut adalah Jalan Sempurna, Jalan Makmur, Jalan Sederhana, Jalan Rahayu. Masing-masing jalan memiliki panjang lebih kurang 4 km di wilayah desa. Jalan-jalan tersebut merupakan akses utama untuk masuk ke Desa Sambirejo Timur jika menggunakan angkutan umum berupa minibus. Jika menggunakan kenderaan pribadi dapat memasuki desa dari arah mana saja tergantung posisi yang dianggap lebih dekat dan cepat untuk mencapai desa.

Desa Sambirejo Timur terbagi kedalam 11 (sebelas) dusun antara lain ; Dusun Melati, Dusun Mawar, Dusun Melur, Dusun Angrek, Dusun Dahlia, Dusun Kenanga, Dusun Tanjung, Dusun Cempaka, Dusun Seroja, Dusun Raya, Dusun Bakung. Dusun-dusun yang ada di desa terletak di sisi kiri dan kanan jalan-jalan utama desa19. Setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun atau kepala lingkungan (kepling)20

19

Dusun I, II, III, terletak di sisi Jalan Sempurna, dusun IV,V,VI, terletak disisi jalan makmur, dusun VII, VIII, IX, terletak disisi Jalan Sederhana, Dusun X, XI, terletak di sisi jalan Rahayu.

20

Jika ingin mengurus Kartu kependudukan berupa KTP, kartu keluarga, surat kepemilikan tanah, NPWP cukup mendatangi kepala lingkungan masing-masing dusun kemudian kepala lingkungan yang beruyrusan dengan kantor desa sampai surat kependudukan yang diinginkan selesai. Fasilitas kantor Desa Sambirejo Timur terletak di Dusun Tanjunt . Di bagian belakng akntor desa juga terdapat fasilitas balai desa yang dipergunakan sebagai tempat musyawarah masalah desa dan sebagai tempat unutk bebagai penyuluhan kepada penduduk Desa Sambirejo Timur..

. Pemukiman penduduk Desa Sambirejo Timur menyebar di seluruh wilayah desa.

(33)

Pekarangan rumah penduduk yang berada di pinggir jalan selalu ditanami tanaman bunga dan pepohonan seperti ; pohon buah mangga, jambu, rambutan dan nangka. Bangunan rumah yang berada di pinggir jalan selalu diberi pagar baik pagar besi maupun pagar tanaman hidup. Sementara itu, bangunan rumah yang berada di lorong-lorong desa juga berbaris sejajar sepanjang lorong dan saling berhadapan ke jalan lorong. Dan biasanya rumah yang sudah berada di lorong tidak memiliki halaman yang luas. Jarak antara badan jalan lorong dengan letak rumah sekitar 2 m - 5 m. Sehingga terkadang dengan kondisi halaman yang sempit ini, ketika pada saat ada pesta biasanya halaman rumah tetanggapun terpaksa dipergunakan.

Jumlah bangunan rumah yang ada di Desa Sambirejo Timur sekitar 3.787 unit. Dengan perincian kondisi bangunan rumah sekitar 1.870 unit (49,38 %) merupakan rumah permanen (beton) sedangkan rumah semi permanen (setengah beton) sekitar 1.917 unit (50,62 %)21.jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya sekitar 0,5 m – 5m22

Luas lahan pertanian yang ada di Desa Sambirejo Timur lebih kurang 125 ha

.

23

21

Dalam hal ini bangunan rumah permanent adalah berdibding tembok, beratap seng dan genteng dan berlantai ubin dan sebagian rumah penduduk desa sudah ada yang tergolong ke dalam rumah elit yang terbuat dari keramik dan batu alam. Sedangkan rumah semi permanent adalah umah yang berdinding setengah beton dan setengah mya lagi terbuat dari papan, bearatap seng, barlantai tanah, sumber : Kantor Desa Sambirejo Timur, 2007.

22

Lahan yang berada di lorong-lorong desa masih ada yang merupakan lahan kosong. Hal ini dikarenakan pemilik lahan belum membangun rumah, sehingga terkadang lahan kosong ini

dimanfaatkan oleh beberapa penduduk di sekitar lahan kosong untuk berkebun dan menanami sayur-sayuran seperti sayur bayam, kangkung, sawi, kacang panjang, terung dan timun. Sebagai jaminannya bagi si pemilik lahan kosong adalah lahannya tetap terjaga dan terurus tidak ditumbuhi rumput liar dan ilalang.

23

Selain menanam padi tanaman sayur-sayuran juga banyak ditanami oleh para petani di Desa Sambirejo Timur. Jenis sayur-sayuran yang biasa ditanam oleh para petani antara lain; sayur bayam, kangkung, kacang panjang, sawi, ketimun,terong, kacang kedelai, kacang hijau dan cabe.

(34)

Air bagi kebutuhan MCK (Mandi Cuci Kakus) dan air minum diperoleh warga dari dua sumber yaitu ; PAM (Perusahaan Air Minum), dan sumur bor/gali. Sebagian warga juga membeli air minum isi ulang untuk kebutuhan air minum. Hal ini disebabkan sumur gali sebagian warga tidak bagus dan tidak layak untuk dikonsumsi. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan yaitu Ibu Halimah (37 tahun) :

“ Kami terpaksa beli air minum isi ulang, air sumur kami itu tidak bagus, warnanya keruh apalagi kalo musim penghujan bisa kayak bau paret airnya, ya airnya dipake buat nyuci-nyuci ajalah sama mandi”

Air minum isi ulang diperoleh warga dari toko-toko penjualan air minum isi ulang yang sudah tersedia di desa ini. Bagi warga yang membeli air minum isi ulang harus mengeluarkan biaya sekitar RP.2.500 – Rp. 11.000 per gallon.

2.3. Cara Mencapai Desa

Kota Medan adalah kota tujuan utama penduduk desa Sambirejo Timur baik tujuan untuk bekerja, sekolah maupun tujuan lainnya. Jarak antara Kota Medan dengan Desa Sambirejo Timur lebih kurang 17 km. Desa Sambirejo Timur dapat ditempuh melalui berbagai arah dari Kota Medan dengan menggunakan angkutan kota atau minibus yang melintasi pasar VII Tembung dimana warga setempat memberi nama simpang ini dengan sebutan simpang jodoh24

24

Setiap sore mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB simpang ini biasanya ramai oleh pedagang yang berjualan rujak. Bila malam hari pedagang rujak menggunakan penerangan lampu obor.

. Dari simpang jodoh

(35)

adalah Angkutan Kota (angkot) 0925 yang dimiliki oleh Perusahaan CV. Ultra26

Kendala yang dihadapi selama perjalanan adalah kemacetan lalu lintas yang terjadi pada pagi dan sore hari. Hal ini disebabkan oleh aktifitas penduduk diwaktu yang bersamaan baik untuk pergi dan pulang sekolah dan kerja diwaktu yang bersamaan. Kemacetan lalu lintas akan dihadapi dari jalan Letda Sujono hingga memasuki Jalan besar Tembung. Penyebab kemacetan terkadang datang dari ulah supir angkutan yang ugal-ugalan di jalan raya, menurunkan dan menaikkan penumpang di sembarang tempat, saling serobot jalan dari dua arah karena tidak adanya pembagi jalan. Kemacetan juga akan dihadapi ketika sedang musim penghujan hal ini dikarenakan meluapnya air dari parit jalan dan mebanjiri jalan raya

. Jika memasuki desa dari arah Kota Medan - Aksara dapat menggunakan minibus CV. Ultra 09. Minibus ini biasanya mulai beroperasi dari pukul 05.00 WIB hingga malam hari pukul 23.00 WIB. Ongkos yang dikeluarkan untuk satu kali perjalanan menuju Desa Sambirejo Timur sekitar Rp 3000,-. Waktu tunggu yang dibutuhkan menunggu angkutan disesuaikan dengan jam keberangkatan. Jika berangkat jam 06.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB hanya berselang 5-10 menit antara keberangkatan angkot yang satu dengan angkot berikutnya. Jika berangkat sekitar jam 10.00 WIB sampai dengan jam 15.00 WIB waktu yang dibutuhkan berselang 15-30 menit. Lama perjalanan normal sekitar 30 menit saja.

25

Sejenis angkutan kota yang seharusnya bermuatan 14 orang penumpang, akan tetapi jika penumpang sedang ramai supir angkot tetap saja menaikkan penumpang hingga 24 orang yang membuat para penumpang kesal terhadap supir. Angkutan ini biasanya bercirikan warna kuning dengan merek cv angkutan terletak dibagian badan kiri dan kanan angkutan, sedangkan untuk nomor trayek angkutan biasanya tertulis di kaca depan angkutan beserta tujuan angkutan

26

(36)

sehingga susah dilalui minibus. Jika keadaan lalu lintas jalan sedang macet lama perjalanan bisa mencapai satu jam perjalanan.

Kondisi jalan yang dilewati dari Kota Medan - Aksara telah beraspal dengan lebar jalan bekisar antara 20 meter yang dibuat pembatas menjadi dua arah. pembagian dua arah jalan ini dimulai dari Aksara sampai dengan pintu masuk jalan tol yang berada di Jalan Letda Sujono (Bandar Selamat) Kecamatan Medan Tembung. Lebar badan jalan berkurang setelah melewati jalan tol menjadi sekitar 12 meter hingga sampai jembatan Tembung tanpa dibuat pembagi jalan. Keadaan pengurangan jalan akan terus berkurang hingga sampai ke Desa Sanbirejo timur badan jalan hanya 6 meter saja.

Perjalanan dari Kota Medan - Aksara menuju Desa Sambirejo Timur akan melewati Jalan Letda Sujono (Bandar Selamat), Desa Tembung, simpang pasar VII Tembung atau simpang jodoh yang ditandai dengan adanya kantor pusat perkebunan PTPN 2 Bandar Klippa. Sepanjang perjalanan di sisi kiri dan kanan jalan yang terlihat adalah pemukiman penduduk. Jika datang dari arah Amplas bisa menaiki angkutan kota (angkot) milik CV. Rahayu Medan Ceria (RMC) 120 27

27

Jenis angkutan (minibus) ini biasanya berwarna merah.

(37)

akan tetapi, jika tidak sabar menunggu dapat juga menggunakan jasa angkutan becak bermotor dan juga ojek (RBT). Jika menggunakan angkutan becak bermotor tidak perlu harus menunggu lama cukup saja menyewa becak yang melintasi jalan pasar VII Tembung (Jalan Stasiun). Tarif ongkos yang harus dikeluarkan jika menggunakan angkutan becak bermotor berkisar antara Rp 3000,- sampai dengan Rp 7000,- tergantung jauh dekatnya tujuan penumpang. Akan tetapi, jika menggunakan jasa angkutan ojek (RBT) untuk masuk ke desa harus mendatangi pangkalan ojek yang berada di simpang pasar VII Tembung (simpang jodoh). Untuk tarif ongkos berkisar antara Rp 5000, sampai dengan Rp 10.000,- dan juga disesuaikan dengan jauh dekatnya tujuan.

Kodisi jalan yang ditempuh dari Amplas menuju pasar VII Tembung juga sudah beraspal. Tetapi masih saja ada kerusakan di beberapa ruas jalan yang diakibatkan adanya perbaikan parit jalan, penggalian dan perbaikan saluran air (PAM), atau perbaikan kabel telepon dan lain-lain. Lebar badan jalan yang dilalui sekitar 7 meter. Perjalanan dari Amplas sampai dengan pasar VII Tembung akan melewati Jalan Menteng VII, Jalan Panglima Denai, Jalan Beringin. Sama halnya ketika mendatangi Desa Sambirejo Timur dari arah Aksara dengan memasuki desa dari Amplas sepanjang perjalanan di sisi kiri dan kanan jalan hanya terlihat perumahan penduduk yang rapat.

2.4. Sejarah Lokasi Penelitian

(38)

adalah Desa Wetan Jati. Nama Wetan jati dinamai oleh para buruh yang bekerja untuk menggarap lahan perkebunan tembakau. Awal nama Wetan Jati diambil dari keadaan alam desa pada saat itu di sepanjang pinggiran perbatasan desa banyak ditumbuhi pohon jati. Secara harfiah wetan mempunyai arti arah terbitnya matahari (timur) sedangkan jati adalah hutan jati, jika dihubungkan mempunyai arti desa yang ditumbuhi hutan jati dan diterangi oleh sinar matahari. Pada waktu itu pohon jati dimanfaatkan sebagai bangsal atau gudang penyimpanan tembakau.

Perkebunan tembakau pada saat itu dikerjakan oleh para kuli kontrak yang dibawa dari Pulau Jawa. Sebelum resmi dikontrak para kuli terlebih dahulu harus menandatangani perjanjian dengan isi berupa ; selama masih jangka waktu kontrak tidak boleh pulang ke kampung halamannya, dan persyaratan jika ingin jadi kuli harus sepasang suami istri dan boleh membawa anak sebanyak tiga orang jika mempunyai anak lebih dari tiga harus ditinggalkan di kampung halaman. Para kuli biasanya dikontrak selama tiga tahun sampai dengan lima tahun masa kontrak.

Penggarapan lahan perkebunan yang dibuat oleh pemerintahan Belanda pada masa itu disebut dengan sistem berpindah. Sistem berpindah ini mempunyai cara pengerjaan misalnya untuk menggarap satu lahan perkebunan dikerjakan oleh sepuluh orang kuli kontrak mulai dari pembabatan lahan hingga penanaman menjadi lahan tembakau. Selama penggarapan lahan para kuli harus menetap di pondok sementara yang disediakan oleh Belanda.

(39)

Selama masih pemerintahan Belanda setiap tiga bulan sekali para kuli kontrak mendapatkan hadiah berupa beras, kain dan kebutuhan pokok lainnya yang gunanya untuk menyenangkan hati para kuli pada waktu itu sehingga kuli merasa betah untuk tinggal di perkebunan. Jika kuli mempunyai banyak anak akan mendapatkan beras dan kain lebih banyak lagi.

Setelah tampuk pemerintahan kembali ke kesatuan Negara Republik Indonesia pada tahun 1945, seiring dengan kemerdekaan tersebut seluruh bekas perkebunan kolonial Belanda merupakan milik Negara. Perkebunan Bandar Klippa merupakan salah satu peninggalan kolonial Belanda dimana Desa Sambirejo Timur yang pada masa itu masih bernama Desa Wetan Jati merupakan sebagian lahan garapan perkebunan PTPN 2 Bandar Klippa. Akan tetapi, sekitar tahun 1942 pemerintah Jepang masuk dan menjajah Indonesia menggantikan kolonial Belanda.

Sehingga pada masa itu pemerintah Indonesia masih disibukkan oleh urusan perang yang mengakibatkan perkebunan PTPN 2 Bandar Klippa terlantar. Melihat situasi yang demikian orang kepercayaan Belanda bekerja sama dengan TNI untuk memanfaatkan kesempatan ini utnuk menguasai lahan perkebunan dengan mengaku kepada kuli bahwa masa pemerintahan Belanda belun habis.

(40)

menggambarkan situasi para kuli penggarap lahan perkebunan adalah ‘lepas dari mulut harimau masuk mulut buaya’28

Pada masa penguasaan perkebunan oleh ‘Belanda item’ (hitam) para kuli yang ingin mencari pekerjaan di luar perkebunan harus mempunyai surat izin dari penghulu serta surat izin dari tempat dimana bekerja jika para kuli melanggar akan disiksa dan dipukuli. Melihat kondisi ini akhirnya para kuli penggarap perkebunan akhirnya berontak ‘geger’ mengadakan perlawanan besar-besaran ke pada ‘Belanda item’ (hitam) para kuli menuntut agar mereka mendapatkan lahan perkebunan sesuai dengan tenaga mereka yang menggarap lahan selama beerpuluh tahun dengan tidak mendapatkan upah. Akhirnya ‘Belanda item’ memberikan pilihan kepada para kuli jika ingin bertani harus meninggalkan wilayah perkebunan dan jika ingin berkebun harus meninggalkan lahan pertanian. Begitulah akhirnya para kuli mendapatkan tanah dan menggarap lahan sesuai dengan kemampuan mereka, para kuli bebas untuk bercocok tanam apa saja sesuai dengan keinginan. Dan kemudian menetap di Desa Sambirejo Timur. Sehingga Desa Sambirejo merupakan tanah yang diperjuangkan oleh para kuli perkebunan.

.

Ketika pada saat pemerintahan Belanda para kuli telah hidup tanpa kemerdekaan setelah di tangan saudara sendiri ‘Belanda item’ (hitam) keadaan para kuli lebih terkekang dan memperihatinkan. Dimana mereka diharuskan menggarap lahan dua rante (800 meter) satu hari untuk dikerjakan satu orang kuli tanpa mendapat upah dan hadiah apapun. Sedangkan ketika masa pemerintahan kolonial Belanda para kuli hanya diharuskan menggarap satu rante (400 meter)dalam satu hari untuk satu orang kuli dan setiap tiga bulan sekali para kuli mendapat hadiah berupa beras dan kain.

28

(41)

Setelah jaman kemerdekaan pada tahun 1945 Wetan Jati diberikan ke pada seorang penghulu yang sekarang disebut dengan kepala desa yang ditunjuk oleh

‘Belanda item’ (hitam) untuk memimpin di daerah tersebut. Tiga tahun kemerdekaan Negara Republik Indonesia sekitar tahun 1948 nama desa Wetan Jati diubah para kuli yang telah mempunyai lahan tetap menjadi Desa Sambirejo Timur.

Kata sambirejo berawal dari dua kata nyambil dan kerjo. Nama tersebut disesuaikan dengan keadaan para kuli pada waktu itu dimana mereka sambil bekerja juga membuka areal perkampungan sebagai tempat untuk menetap. Nama Desa Sambirejo sendiri masih juga dipakai sampai sekarang.

Etnis pendatang mulai masuk ke Desa Sambirejo Timur sekitar tahun 1980-an. Pendatang pertama adalah etnis Mandailing yang berasal dari Kota Medan yaitu sekitar dari daerah Aksara dan Pancing (bengkok). Etnis pendatang ini membeli tanah dari penduduk asli yang dulunya merupakan kuli kontrak perkebunan yang telah menetap di Desa Sambirejo Timur.

2.5. Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Sambirejo Timur sekitar hingga akhir bulan Desember tahun 2007 sekitar 18.963 jiwa dengan perician laki-laki lebih kurang 9.984 jiwa dan perempuan lebih kurang 8.963 jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) di desa ini sekitar 4.413 dengan jumlah rata-rata setiap keluarga memiliki anggota keluarga 5 (lima), termasuk kepala keluarganya. Jika dibandingkan dengan luas wilayah Desa Sambirejo timur yang sekitar 418 ha, kepadatan penduduk di desa ini sekitar 4.558 29

29

(42)

Penduduk ini tersebar di 11 (sebelas) dusun, jumlah penduduk disetiap dusun berbeda-beda. Dusun yang paling banyak penduduknya adalah dusun Melati (I), yaitu mencapai sekitar 2.520 jiwa (13,08 %)30

Akhir bulan Desember tahun 2005 jumlah penduduk Desa Sambirejo Timur masih sebanyak 18.644 jiwa. Dua tahun kemudian (2007) jumlah penduduk desa ini telah bertambah sebanyak 319 jiwa atau sekitar 0, 86 % per tahun. Menurut keterangan, pertambahan penduduk ini lebih disebabkan banyaknya pendatang karena perkawinan dan pendatang yang disebakan karena perpindahan tempat tinggal ke desa ini. Selain itu, juga disebabkan oleh faktor kelahiran anak

dan dusun yang paling sedikit penduduknya adalah dusun Bakung yaitu sekitar 670 jiwa (3,53 %). Perbedaan jumlah penduduk ini disetiap dusun disebabkan posisi letak dusun yang lebih dekat dengan pusat keramaian selain itu juga disebabkan luas dusun yang berbeda-beda pula.

31

Dalam hal usia tampaknya di desa ini yang cukup menonjol adalah penduduk dalam usia produktif. Penduduk usia antara 15-24 tahun sekitar 5.412 jiwa (28,54 %) dan penduduk usia antara 25 -54 tahun sekitar 7.306 jiwa (38,53 %). Bila penduduk usia antara 14-54 tahun adalah usia produktif kerja maka persentasenya sekitar 67,06 %. Sementara itu, penduduk yang berusia 6-14 tahun sekitar 2.404 jiwa

.

2.5.1. Tingkatan Usia Penduduk Desa Sambirejo Timur

30

Dusun Melati (I) terdiri dari 600 KK dengan jumlah penduduk sekitar 2.520 jiwa (13,28 %), Dusun Mawar (II) terdiri dari 370 KK dengan jumlah sekitar 1.600 jiwa (8,43 %), Dusun Melur (III) terdiri dari 280 KK dengan jumlah sekitar 1.242 jiw (6,54 %), Dusun Angrek (IV) terdiri dari 300 KK dengan jumlah penduduk sekitar 1.338 jiwa (7,05 %), Dusun Dahlia (V) terdiri dari 560 KK dengan jumlah penduduk sekitar 2.373 jiwa (12,51 %), Dusun Kenanga (VI) terdiri dari 470 KK dengan jumlah penduduk sekitar 1.943 jiwa (10,24 %), DusuN Tanjung (VII)450KK dengan jumlah penduduk sekitar 1.943 jiwa (10,24 %), Dusun Cempaka (VIII) 410 KK dengan jumlah penduduk sekitar 1.770 jiwa (9,33 %), Dusun Seroja (XI)353 KK dengan jumlah penduduk sekitar 1.583 jiwa (6,43 %), Dusun Raya (X) 470 KK dengan jumlah penduduk sekitar 2000 jiwa (10,54 %), Dusun Bakung (XI) 150 KK dengan jumlah penduduk sekitar 670 jiwa (3,53 %). Sumber; Kantor Desa Sambirejo Timur,2007. 31

(43)

(12,68 %) sedangakan untuk usia anak balita (bayi lima tahun) sekitar 2.038 jiwa (10,75 %). Untuk usia lanjut dari 55 tahun atau lebih sekitar 1.803 jiwa (9,51 %)32

Agama penduduk yang ada di Desa Sambirejo Timur antara lain, agama Islam, Kristen Protestan dan Hindu. Mayoritas penduduk desa ini beragama Islam. Jumlah penduduk yang beragama Islam sekitar 18.281 jiwa (96,40 %), kemudian untuk penduduk yang beragama Kristen Protestan sekitar 650 jiwa (3,43 %), sementara itu, penduduk yang beragama Hindu sekitar 32 jiwa (0,17 %)

. Kelompok usia produktif tidak semuanya bermata pencaharian di antaranya adalah penduduk masih sekolah pencari kerja dan penduduk perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah tangga saja. Meskipun demikian adapula penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun dan lebih dari 55 tahun serta ibu rumah tangga yang bekerja mencari nafkah.

2.5.2. Agama, Kelompok Etnis dan persebarannya di Desa Sambirejo Timur

33

32

Sumber ; Kantor Desa Sambirejo Timur, 2007. 33

Sumber ; Kantor Desa Sambirejo Timur, 2007.

.

Penduduk Desa Sambirejo Timur memiliki penduduk yang beragam baik golongan etnis dan agama. Lebih kurang delapan etnis hidup berdampingan di desa ini dan bahkan sebagian telah berbaur karena adanya ikatan perkawinan yang berlainan etnis.

(44)

Etnis pendatang yang pertama kali masuk ke desa ini adalah etnis Mandailing yang berasal dari Kota Medan yaitu daerah Aksara, Pancing dan sekitarnya, dimana daerah ini dulu lebih sering dengan sebutan ‘bengkok’. Etnis Mandailing merupakan etnis yang berada di urutan ke dua yang mendiami Desa Sambirejo Timur yaitu sekitar 5.688 jiwa (30 %). Sedangkan untuk etnis Toba sekitar 1.232 jiwa (6,5 %), etnis Karo sekitar 379 jiwa (2 %), etnis Minang sekitar 853 jiwa (4,53 %) dan selebihnya adalah etnis Aceh, Tionghoa dan Tamil sekitar 2,01 % (382 jiwa). Sedangkan kedatangan etnis pendatang selain etnis Mandailing diperkirakan masuk ke Desa Sambirejo Timur sekitar sepuluh tahun belakangan ini. Hal ini diperjelas oleh kutipan wawancara peneliti dengan salah seorang informan yang sejak tahun 1948 menjadi penduduk Desa Sambirejo Timur……

”Dulu di sini orang Jawa semua, orang Mendeling (Mandailing) itu masuk sekitar tahun 1980-an lah, ya klo orang Batak sama yang laen-laen baru-baru aja, ya sekitar sepuluh tahunan ini”…(Bapak Sumiran, 85 tahun)…

Umumnya etnis pendatang berasal dari Kota Medan dan sekitarnya yang membeli tanah kemudian membangun tempat tinggal. Biasanya etnis pendatang ini saling memberitahu dari mulut ke mulut baik itu kerabat maupun teman jika sedang ada tanah ataupun rumah yang hendak dijual di desa ini.

(45)

dan warung-warung makanan dan minuman. umumnya etnis Tionghoa ini merupakan pedagang yang membuka panglong kayu dan toko seluruh keperluan bangunan. Etnis Toba mayoritas berada di Dusun Melur (III). Sedangkan untuk etnis-etnis lainnya tersebar di setiap dusun yang ada di Desa Sambirejo Timur.

Persebaran penduduk jika dilihat berdasarkan posisi rumah, biasanya rumah yang berada di pinggir jalan-jalan utama yang berada di Desa Sambirejo Timur adalah etnis Jawa, dan rumah yang sudah masuk kedalam lorong-lorong berasal dari etnis lain yang ada di Desa Sambirejo Timur. Hal ini disebabkan karena orang lama akan membangun rumah di bagian paling depan dan lahan yang dijual kepada orang pendatang adalah lahan bagian belakang rumah yang berada di pinggir jalan.

2.6. Fasilitas Umum

Fasilitas umum yang tersedia di Desa Sambirejo Timur saat ini antara lain berupa jalan-jalan utama serta lorong-lorong dan jembatan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, dan kantor desa. Berbagai fasilitas yang tersebut di atas masih ada lagi fasilitas lainnya yaitu berupa pasar mingguan sebagai tempat jual beli barang. Semua fasilitas yang tersedia ini adalah untuk kemajuan dan pembangunan Desa Sambirejo Timur.

2.6.1. Fasilitas Jalan dan Jembatan

(46)

terdapat di lingkungan dusun lebarnya tidak tentu ada yang 4 meter ada pula yang hanya 2 meter saja. Sebagian jalan lorong telah disemen dan sebagian lainnya baru dikeraskan dengan batu. Jalan setapak biasanya ditemui ketika menuju daerah petanian penduduk. Jalan setapak ini masih berupa jalan tanah. Selain itu, sarana berupa jembatan juga telah ada yaitu sekitar 8 km, jembatan kayu 6 km.

pembangunan fasilitas jalan telah memberikan kemudahan bagi angkutan umum untuk keluar masuk desa dan membawa penduduk berlalu lalang keluar masuk desa, sehingga keadaan ini memperlancar mobilitas penduduk untuk ngelaju ke Kota Medan dan arus informasi juga dapat diperoleh penduduk Desa Sambirejo Timur. Dengan demikian informasi yang didapat merupakan sumber pengetahuan yang dapat mempengaruhi gaya hidup manusia khususnya penduduk Desa Sambirejo Timur.

2.6.2. Fasilitas Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di Desa Sambirejo Timur memiliki 5 unit taman kanak-kanak, 3 unit Sekolah Dasar Negeri, 3 unit Sekolah Dasar Swasta, 2 unit Sekolah Dasar Ibtidaiyah Swasta. Untuk tingkatan Sekolah Lanjutan Pertama terdiri dari 3 unit SLTP swasta, 2 unit Tsanawiyah swasta. Desa Sambirejo Timur juga telah memiliki 1 unit Sekolah Menengah Umum swasta.

(47)

Menurut pendidikannya sekitar 197 jiwa (1,03 %) dari jumlah penduduk Desa Sambirejo Timur masih ada yang tidak pernah bersekolah. Umumnya penduduk yang tidak pernah sekolah ini adalah orang-orang tua yang sudah lanjut usia dan penduduk yang tidak mencukupi ekonominya34. Selanjutnya sekitar 2.038 jiwa (10,75 %) penduduk belum sekolah atau sedang berada di bangku taman kanak-kanak karena masih umur balita (bayi lima tahun). Dan selebihnya sekitar 16.728 jiwa (88,22%) adalah penduduk yang tergolong sudah ataupun sedang bersekolah. Jumlah penduduk Desa Sambirejo Timur yang hanya tamat Sekolah Dasar sekitar 2.875 jiwa (15,16 %), tamat Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama sekitar 4.322 jiwa (22,79 %), tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sekitar 4.531 (23,90 %), penduduk desa juga telah ada yang sudah tamat Perguruan Tinggi (PT) yaitu sekitar 645 jiwa (3,40 %). Sedangkan penduduk Desa Sambirejo Timur yang masih bersekolah baik SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi ada sekitar 4.329 jiwa (22,83 %) dari keseluruhan jumalah penduduk35

Penduduk yang tergolong sudah bersekolah ini ada juga yang hanya tamat di bangku penidikan sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama. Sama halnya dengan penduduk yang tidak pernah bersekolah, umumnya penduduk ini adalah orang tua yang sudah berusia 40 tahun ke atas dan penduduik yang tidak mencukupi ekonominya. Sedangkan bagi para pemuda yang putus sekolah biasanya bekerja menjadi buruh bangunan (sebagai kernet bangunan) ataupun kerja mocok-mocok

.

36

.

34

Hal ini juga dialami oleh peneliti sendiri ketika mengadakan sensus penduduk pada bulan juni tahun 2008 yang lalu. Biasanya ketika peneliti ingin meminta tanda tangan dan menuliskan nama masih banyak yang kaku menggoreskan pena di kertas sensus. Bahkan tidak sedikit pula yang menyuruh peneliti untuk menuliskan nama dan menanda tanganinya sendiri karena mereka mengaku tidak bias menulis.

35

Sumber : Kantor Desa Sambirejo Timur, 2007. 36

Gambar

Tabel-Tabel ...................................................................................127
TABEL I
TABEL 5
TABEL-TABEL
+4

Referensi

Dokumen terkait

Uji toksisitas akut dermal menggunakan hewan percobaan yang diperlukan untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemaparan suatu sediaan uji.

¾ Dalam bentuk yang eksplisit, rasionalitas perancangan menyediakan mekanisme komunikasi diantara anggota team desain sehingga pada tahapan desain dan atau

Inisiasi Menyusu Dini pada ibu bersalin dapat mengaktifkan hormon oksitosin yang dapat mempercepat lama kala III dan mencegah perdarahan pada kala IV.. Tujuan: Untuk

[r]

Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari penelitian- penelitian terdahulu, diantaranya penelitian Nasution dan Fitriyani (2012) yang menunjukkan bahwa adanya

optimasi konsentrasi NaCl yang ditambahkan ke dalam nanopartikel perak termodifikasi L-sistein serta perbandingan volumenya, untuk mendapatkan larutan indikator

19 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1

Tabel 4.11.Secara keseluruhan tanggapan responden terhadap variabel lingku- ngan kerja