• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlibatan Siswa Dampingan Dalam Kegiatan Program Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi dan Gender Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PIKIR-PKPA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keterlibatan Siswa Dampingan Dalam Kegiatan Program Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi dan Gender Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PIKIR-PKPA)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KETERLIBATAN SISWA DAMPINGAN DALAM KEGIATAN PROGRAM PUSAT INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN GENDER PUSAT KAJIAN

DAN PERLINDUNGAN ANAK (PIKIR-PKPA)

Wadana Tadawura Tuti Atika Hairani Siregar

Abstract: Adolescence has unique problem different to that of childhood and infancy, or adulthood. It is also true of medical matters, particularly the reproductive health. As children have insufficient sexual arousal, and the sexual arousal is managed simply in adulthood, in adolescence the sexual arousal usually begins to appear and it is often in high urgence, but in the same time they lack of experience to deal with it. The information of reproductive health problem is often gained from inappropriate source, subsequently the practice is at risk. PIKIR-PKPA is service and information center for adolescence. The teenagers are expected to take the study in improving the knowledge and awareness of reproductive and sexual health in North Sumatera.

For the purpose, the writer is interested to conduct a research “The Envolvement of Companionship Students in Reproductive and Gender Health Information Center Activity in Assesment and Infant Protection Centers (PIKIR-PKPA)”.

The respondents in this research were the companionship students participating in Counselor Training 2006, consisting of 25 idividualis. The method used was descrirtive method to collect the data and quetionnaer was distributed to collect the data, including interview and library research. It could be concluded thad student was categorized into active involvement.

Keywords: sex education, healthy reproduction, and teenagers

PENDAHULUAN

Usia remaja adalah usia ’belajar’, yaitu usia ketika remaja berhadapan dengan hal-hal baru tetapi sekaligus menghadapi dan harus mengambil berbagai resiko. Mereka lebih banyak mengambil keputusan-keputusan sendiri, demikian juga dalam menentukan perilakunya (Hidayana, 2004 : 155). Perilaku remaja dipengaruhi oleh faktor internal remaja (pengetahuan, sikap, kepribadian) maupun faktor eksternal remaja (lingkungan tempat ia berada). Tetapi biasanya faktor eksternal lebih berpengaruh. Perilaku remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia hidup (Bongaarts dan Cohen, 1998 dalam Hidayana, 4004 : 156).

Khususnya di era globalisasi ini, lingkungan sosial sangat dinamis dan terbuka. Konteks sosial remaja sangat bervariasi di berbagai tempat di dunia bahkan di dalam suatu Negara. Salah satu yang dibawa oleh dinamika ini adalah perubahan gaya hidup remaja. Kombinasi antara usia perkembangan remaja yang khas (usia belajar) dengan dinamisnya lingkungan sosial dan budaya dewasa ini, membuat remaja masuk di berbagai lingkungan

atau ‘dunia’ yang seringkali tidak bisa diikuti dan dipahami lagi secara benar oleh generasi sebelumnya, termasuk orang tuanya sendiri (Hidayana, 2004 : 156).

Sebagian remaja Indonesia, yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa, belakangan ini terjebak kehidupan seks bebas yang sungguh memprihatinkan, diperkirakan 6% sampai 20% siswa SMU dan mahasiswa pernah melakukan hubungan seks pra nikah (Analisa, 6 Februari 2006). Kecendrungan perilaku seksual pra nikah di kalangan remaja semakin banyak terjadi, tercermin dari tingginya persentasi kehamilan dan kelahiran umur remaja sebesar 10,3% (8,3% yang sudah pernah melahirkan dan 2% sedang mengandung anak pertama). Dari kehamilan yang terjadi, sekitar 17% masuk dalam kategori Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD). Sedangkan tingginya KTD erat kaitannya dengan tingkat aborsi. Dari estimasi jumlah aborsi di Indonesia per tahun mencapai 2,4 juta dan 800.000 diantaranya terjadi di kalangan remaja. Selanjutnya pengetahuan remaja tentang cara menghadapi IMS juga belum memadai (64,4% untuk pria dan 67,1% untuk wanita).

(2)

mengenai seluk beluk persoalan ini, menyebabkan para remaja sangat rentan terhadap berbagai akibat atau resiko kesehatan reproduksi. Informasi mengenai masalah-masalah seks seringkali tidak diperoleh dari sumber-sumber yang seharusnya seperti sekolah, orang tua atau media yang biasa diakses remaja. Ketika keingintahuan remaja akan hal-hal yang menyangkut kesehatan reproduksi meningkat, maka satu-satunya informasi yang mudah mereka jangkau adalah teman-temannya sendiri., baca-bacaan populer, VCD porno, akses ke internet dan lain-lain. Di sinilah letak permasalahannya, yakni informasi yang mereka dapat tidak selalu yang benar, terbaik dan bermutu, melainkan kadang yang vulgar, jorok dan sangat teknis. Salah satu akibat dari pengetahuan yang salah ini adalah praktik-praktik yang salah dengan segala resikonya.

Permasalahan yang mengkhawatirkan ini sebagai besar dikarenakan rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), khususnya dalam hal cara-cara melindungi diri dari perilaku seksual beresiko, pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD), Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS. Pemberian informasi adalah salah satu cara paling mudah dan masuk akal terutama sebagai upaya preventif. Tetapi bila sudah terjadi sesuatu, maka pelayanan yang tepat juga harus ada untuk menanganinya. Pemberian informasi dan konsultasi yang benar kepada remaja tentang kesehatan reproduksi dan mengurangi perilaku mereka lebih bertanggung jawab karena mereka sadar tentang hak dan tanggung jawab yang dimilikinya.

Mempersoalkan kesehatan reproduksi remaja merupakan hal yang penting karena selama ini perhatian dan pelayanan bagi remaja yang mempunyai persoalan dan kebutuhan khas, masih sangat terabaikan. Sementara persoalan remaja semakin besar dan luas. Mempersoalkan kesehatan reproduksi remaja saat ini menjadi lebih penting lagi karena deras dan tidak terbendungnya lagi arus perubahan sosial budaya dari dalam maupun dari luar masyarakat kita saat ini. Terlambatnya upaya-upaya pemahaman dan pencegahan persoalan remaja akan memperbesar akibat atau resiko yang muncul dan seharusnya dapat dicegah. Dengan memperhatikan dan mencari solusi atas persoalan dan kebutuhan remaja, maka sesungguhnya kita dapat menyelamatkan generasi selanjutnya.

Kesehatan seksual tercapai apabila seseorang terlindung dari kemungkinan tertular penyakit menular seksual (sexually transmitted diseases), terlindung dari praktik dan kekerasan seksual, mempunyai kontrol terhadap akses seksualnya, dan memperoleh informasi yang memadai tentang seksualitasinya (Dixon-Muller, 1996 : 147 dalam Hidayana, 2004 : 96).

Fenomena di atas mengindikasikan, dewasa ini memang sudah terjadi dekadensi moral yang serius pada remaja sehingga membuat mereka terperosok pada perilaku-perilaku menyimpang. Padahal remaja kita adalah generasi penerus yang di masa depan akan sangat mempengaruhi budaya Indonesia. Kondisi itulah yang mengundang banyak pihak termasuk LSM yang konsen di bidang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) sebagai upaya mengurangi dan mencegah perilaku seksual yang menyimpang dan beresiko di kalangan remaja. Salah satu LSM yang konsen di bidang kesehatan reproduksi remaja adalah Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi dan Gender (PIKIR), yang merupakan salah satu unit layanan dari PKPA yang membawa isu seputar Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), tentunya PIKIR-PKPA mempunyai andil dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi oleh remaja Indonesia saat ini khususnya di Sumatera Utara.

Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melihat bagaimana sebenarnya keterlibatan siswa dampingan dalam kegiatan program PIKIR-PKPA dalam meningkatkan kesehatan hak reproduksi dan seksual anak remaja bersekolah di Sumatera Utara.

Metode Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu, sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan berdasarkan objek penelitian pada saat sekarang, sebagaimana adanya (Nawawi, 1994:73).

(3)

isu seputar remaja, lembaga ini juga adalah sebuah unit layanan dari PKPA yang merupakan lembaga terbesar di Sumatera Utara yang membawa isu perlindungan anak.

Populasi penelitian ini adalah siswa dampingan yang menjadi peserta Pelatihan Konselor dan Hotliner Service PIKIR-PKPA yang berjumlah 25 orang.

Sampel merupakan bagian dari populasi. Menurut Arikunto jika populasi kurang dari 100 orang maka sampel dapat diambil seluruhnya (Arikunto, 2002:149). Karena populasi kurang dari 100 orang, maka yang dijadikan sampel adalah seluruhnya 25 orang.

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan adalah penyebaran angket, wawancara dan observasi..

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Yaitu suatu metode analisa yang dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah atau menyajikan data dalam tabel. Selanjutnya menginterpretasikan data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-siswi dampingan PIKIR-PKPA yang mengikuti pelatihan Konselor dan Hotliner Service pada tanggal 24-26 November 2006, yang berjumlah 25 orang. Berusia sekitar 16 sampai 17 tahun sebagai berikut:

Tabel 1.

Pernah Tidaknya Mendapatkan Informasi Seputar Remaja Khususnya Kesehatan Reproduksi

Dari PIKIR-PKPA

No Jawaban F %

1. 2.

Pernah Tidak pernah

25 -

100 -

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa responden sebanyak 25 orang (100%) menyatakan pernah mendapatkan informasi seputar remaja khususnya kesehatan reproduksi dari PIKIR-PKPA.

Tabel 2.

Kelayakan Usia Mereka Mendapatkan Informasi Seputar Kesehatan Reproduksi

No Jawaban F %

1. 2. 3.

Ya Tidak Tidak tahu

21 1 3

84 4 12

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 21 orang (84%) menyatakan sudah layak seusia mereka mendapatkan informasi kesehatan reproduksi, sedangkan 1 orang (4%) menyatakan tidak layak seusia mereka mendapatkan informasi kesehatan reproduksi, dan sebanyak 3 orang (12%) menyatakan tidak tahu apakah sudah layak seusia mereka mendapatkan informasi kesehatan reproduksi.

Persoalan dan kebutuhan remaja sangatlah khas, demikian juga dalam hal kesehatan khususnya kesehatan reproduksi. Kalau pada anak-anak belum ada gejolak seksual yang besar, dan pada orang dewasa gejolak seksual relatif lebih mudah ditangani, maka pada remaja gejolak seksual baru muncul dan seringkali cukup besar sementara mereka belum mempunyai pengalaman untuk menanganinya. Pada saat itulah sebaiknya mereka sudah atau sedang dipersiapkan untuk menghadapinya. Pemberian informasi adalah salah satu upaya cara paling mudah dan masuk akal terutama sebagai upaya preventif. Tetapi bila sudah terjadi sesuatu, maka pelayanan yang terjadi juga harus ada untuk menanganinya.

Tabel 3.

Mudah Tidaknya Mendapatkan Informasi Seputar Kesehatan Reproduksi dari PIKIR-PKPA

No Jawaban F %

1. 2.

Ya Tidak

25 -

100 -

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

(4)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwasannya PIKIR-PKPA memberikan kemudahan kepada remaja khususnya siswa dampingan dalam hal pemberian informasi seputar kesehatan reproduksi.

Tabel 4.

Pernah Tidaknya Mengikuti Diskusi Bersama PIKIR-PKPA

No Jawaban F %

1. 2.

Pernah Tidak pernah

25 -

100 -

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden yang mengikuti pelatihan konselor & Hotliner Service sebanyak 25 orang (100%) menyatakan pernah mengikuti diskusi bersama PIKIR-PKPA. Diskusi ini ditujukan kepada siswa-siswi dampingan sebagai penerima manfaat, dan sebagai sumber informasi bagi teman sebayanya tentang kesehatan reproduksi dan gender, serta informasi lainnya.

Tabel 5.

Pernah Tidaknya Mengangkat Tema Seputar Kesehatan Reproduksi Dalam Diskusi

No Jawaban F %

1. 2.

Pernah Tidak pernah

25 -

100 -

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 25 orang (100%) menyatakan pernah mengangkat tema seputar kesehatan reproduksi dalam diskusi.

Tabel 6.

Pernah Tidaknya Mengikuti Konseling yang Diadakan PIKIR-PKPA

No Jawaban F %

1. 2.

Pernah Tidak pernah

21 4

84 16

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 21 orang (84%) menyatakan pernah mengikuti konseling, dan 4 orang (16%) menyatakan tidak pernah mengikuti konseling.

Sebagai sebuah lembaga sosial, PIKIR-PKPA mempunyai kegiatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya remaja. Salah satu kegiatan tersebut adalah konseling. Dalam kegiatan ini siswa-siswi dampingan dapat mencurahkan pendapatnya/sharing tentang persoalan secara mendalam dan terbuka, baik dialami sendiri ataupun tidak. Proses ini selain dapat memecahkan masalah juga dapat membantu para remaja meningkatkan kembali kepercayaan dirinya, mereka merasa tidak sendiri menyelesaikan masalah, karena ada teman berbagi.

Tabel 7.

Apakah Senang Mengikuti Konseling

No Jawaban F %

1. 2. 3.

Senang Kurang senang

Biasa saja

14 - 7

66,7 - 33,3

Jumlah 21 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 14 oarang (66,7%) menyatakan senang mengikuti konseling, sedangkan 7 orang (33,3%) menyatakan biasa saja mengikuti konseling. Dalam kegiatan PIKIR-PKPA ada namanya konseling grup yang merupakan metode self-help bagi remaja yang memiliki permasalahan yang sama seputar kesehatan reproduksi dan permasalahan lainnya. Target peserta adalah lima sampai delapan orang, hal ini membantu remaja dalam proses meningkatkan kembali kepercayaan dirinya karena masih ada teman berbagi yang bisa membantunya.

Tabel 8.

Konseling yang Diberikan Membantu dalam Pemecahan Masalah yang Dihadapi

No Jawaban F %

1. 2. 3.

Ya Tidak Biasa saja

15 - 6

71,43 - 28,57

Jumlah 21 100

Sumber: Data Primer

(5)

Tabel 9.

Kegiatan Sosialisasi Informasi Sangat Bermanfaat dalam Menambah Pengetahuan

No Jawaban F %

1. 2.

Ya Tidak

25 -

100 -

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 25 orang (100%) menyatakan bahwa kegiatan sosialisasi informasi sangat bermanfaat dalam menambah pengetahuan. Kegiatan seks bebas dan kejahatan seksual serta penyalahgunaan narkoba yang terjadi belakangan ini adalah hal-hal yang perlu diketahui oleh remaja agar mereka dapat mengantisipasi dan mengatasi masalah tersebut.

Tabel 10.

Pernah Tidaknya Terlibat Dalam Kegiatan Media KIE yang Dilakukan PIKIR-PKPA

No Jawaban F %

1. 2.

Pernah Tidak pernah

10 15

40 60

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 10 orang (40%) menyatakan bahwa pernah terlibat dalam kegiatan media KIE, sedangkan responden sebanyak 15 orang (60%) menyatakan bahwa tidak pernah terlibat dalam kegiatan media KIE. Kegiatan media KIE adalah kegiatan publikasi dan membuat media kampanye seputar isu-isu yang dibawa PIKIR-PKPA. Yaitu talk show radio, pembuatan stiker, leaflet, poster, dokumentasi dan lain-lain.

Tabel 11.

Bentuk Media yang Diikuti

No Jawaban F %

1. 2.

Media Cetak Media Elektronik

10 -

100 -

Jumlah 10 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 10 orang (100%)

menyatakan bahwa pernah terlibat dalam media cetak. Kegiatan dalam media KIE dalam media cetak dalam bentuk pembuatan paper slice (bulletin PIKIR-in), stiker, leaflet dan poster.

Tabel 12.

Bagaimana Pemberian Informasi Kesehatan Reproduksi Melalui Talk Show Radio

No Jawaban F %

1. 2.

Baik Tidak Baik

25 -

100 -

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pemberian informasi kesehatan reproduksi melalui talk show radio adalah baik.

Tabel 13.

Sudah Berapa Lama Bergabung di PIKIR-PKPA.

No Jawaban F %

1. 2.

<1 tahun >1 tahun

18 7

72 28

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 18 orang (72%) menyatakan kurang dari setahun bergabung di PIKIR-PKPA, dan sebanyak 7 orang (28%) menyatakan sudah lebih dari setahun bergabung di PIKIR-PKPA. Kebanyakan dari responden menyatakan hampir satu tahun mereka bergabung di PIKIR-PKPA.

Tabel 14

Pernah Tidaknya Bergabung dalam Kegiatan Pengembangan Kreativitas Siswa yang Dilakukan

PIKIR-PKPA

No Jawaban F %

1. 2.

Ya Tidak

15 10

60 40

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

(6)

Tabel 15.

Apakah PIKIR-PKPA Memperhatikan dan Berusaha Mengembangkan Kreativitas Siswa Dampingannya

No Jawaban F %

1. 2. 3.

Ya Tidak Tidak Tahu

17 1 7

68 4 28

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 17 orang (68%) menyatakan bahwa PIKIR-PKPA memperhatikan dan berusaha mengembangkan kreativitas siswa dampingannya, sedangkan 1 orang (4%) menyatakan PIKI-PKPA tidak memperhatikan dan berusaha mengembangkan kreativitas siswa dampingannya, dan sebanyak 7 orang (28%) menyatakan bahwa tidak tahu apakah PIKIR-PKPA memperhatikan dan berusaha mengembangkan kreativitas siswa dampingannya

Tabel 16.

Apakah Pernah Mengikuti Pelatihan yang Dilakukan PIKIR-PKPA

No Jawaban F %

1. 2.

Pernah Tidak pernah

25 -

100 -

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 25 orang (100%) menyatakan pernah mengikuti pelatihan yang diadakan PIKIR-PKPA. PIKIR-PKPA melakukan berbagai kegiatan dalam rangkaian pelaksanaan program bagi siswa –siswi sekolah dampingan yang ada di empat Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan berupa penyampaian informasi dalam rangka meningkatkan sumber dan akses siswa-siswi terhadap informasi seputar kesehatan reproduksi dan gender serta masalah yang terkait lainnya. Selain itu, kegiatan-kegiatan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan partisipati siswa-siswi dalam mensosialisasikan isu pendidikan kesehatan reproduksi dan gender dengan memberikan pelatihan-pelatihan, lokarya, penyediaan bahan KIE, maupun pembuatan buku pegangan pendidikan.

Tabel 17.

Materi yang Disampaikan Mudah Dipahami Terutama Materi Kesehatan Reponden

No Jawaban F %

1. 2.

Ya Tidak

25 -

100 -

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 25 orang (100%) menyatakan bahwa materi yang disampaikan mudah dipahami terutama materi kesehatan reproduksi. Dalam pelatihan tersebut, materi yang disampaikan oleh narasumber harus dengan cara yang tepat agar sampai pada target yang diinginkan.

Tabel 18.

Pelatihan Tersebut Menambah Pengetahuan Khususnya Tentang Kesehatan Reproduksi

No Jawaban F %

1. 2. 3.

Ya Tidak Biasa saja

25 - -

100 - -

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa responden sebanyak 25 orang (100%) atau keseluruhan dari responden menyatakan bahwa pelatihan yang diikuti menambah pengetahuan mereka khususnya tentang kesehatan reproduksi.

Tabel 19.

Pengetahuan yang Didapat Diterapkan di Kehidupan Sehari-hari

No. Jawaban F %

1. 2. 3.

Ya Tidak Biasa saja

9 3 13

36 12 52

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

(7)

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ketertiban siswa dampingan tergolong aktif melalui kegiatan sosialisasi informasi yang benar seputar kesehatan reproduksi, infeksi menular seksual, HIV/AIDS, narkoba,gender, hak-hak anak.

2. Ketertiban siswa dampingan tergolong aktif melalui kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Walaupun sebagian responden tidak mengikuti kegiatan ini, namun mereka menilai bahwa kegiatan KIE yang dilakukan PIKIR-PKPA merupakan sebuah kegiatan yang baik dalam mensosialisasikan seputar kesehatan reproduksi.

3. Ketertiban siswa dampingan tergolong aktif melalui kegiatan pelatihan bagi siswa. Seluruh responden pernah mengikuti pelatihan yang diadakan PIKIR-PKPA. Walaupun sebagian responden tidak dapat menerapkan pengetahuannya di kehidupan sehari-hari, namun pelatihan tersebut sangat bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan membagi pengetahuan yang didapat oleh teman sebaya yang ada di sekolah.

Saran

1. Peningkatan akses informasi dan layanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi anak remaja bersekolah di Sumatera Utara dengan menambah sekolah dampingannya yang ada di Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. 2. Peningkatan sosialisasi informasi dengan

menggunakan media-media lain yang dapat dijangkau dan dikonsumsi masyarakat luas khususnya remaja.

3. Peningkatan kualitas kegiatan konseling dengan menambah waktu pemberian konseling kepada masyarakat umumnya dan remaja khususnya, dan sesuaikan dengan kebutuhan remaja.

4. Peningkatan terhadap kegiatan

pengembangan kreativitas siswa merupakan suatu upaya penyaluran bakat yang ada pada siswa-siswi dampingan, dengan menambah kegiatan pengembangan kreativitas siswa. Hal ini dilakukan karena dapat menambah kegiatan positif siswa-siswi dampingan dapat menikmati masa remajanya dengan indah, 5. Menjaga kerjasama yang sudah terjalin

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ababil, Jufri Bulian. 2006. Menjaga Anak Indonesia; Refleksi 10 Tahun Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA). Medan. PKPA atas dukungan TIFA Foundation.

Amirin, Tatang, M. 2000. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsini. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Yokyakarta. Rine Cipta.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya. Airlangga University Press.

Gunarsa, Ny.Singgih D. dan Gunarsa, Singgih D. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta:Gunung Mulia.

Hidayana, I.M. dkk, (peny). 2004. Seksualitas: Teori dan Realitas. Jakarta Program Gender dan Seksualitas FISIP UI bekerja sama dengan The Ford Foundation.

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan,Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Nawawi, Hadari, dan Martini, Mimi. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Perss.

Nurdin, Fadhil, M. 1989. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung. Angkasa.

Prasetyo, Bambang, dan Jannah, Lina, Miftahul. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif (Teori dan Aplikasi). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Sarlito W. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian. 1989. Metode Penlitian Survei. Jakarta. PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Soekanto, Soejono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Grafindo Persada.

Sumber-Sumber Lain:

Harian Analisa, 6 Februari 2006. Web-site:

Gambar

Tabel 3. Mudah Tidaknya Mendapatkan Informasi Seputar
Tabel 7.  Apakah Senang Mengikuti Konseling
Tabel 17. Materi yang Disampaikan Mudah Dipahami Terutama

Referensi

Dokumen terkait

Kegunaan penelitian ini adalah untuk pengembangan kemampuan berfikir yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki, guna dapat mengungkapkan secara obyektif

Persamaan diatas merupakan persamaan untuk saluran yang telah ditransposisikan, yaitu suatu metode pengembalian keseimbangan ketiga fasa dengan mempertukarkan

Jenis monitor ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain adalah: Membutuhkan daya yang besar, menghasilkan panas yang cukup tinggi, memiliki bentuk fisik yang besar

Terdapat hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Investasi Sektor Pendidikan.

Digunakan metode tersebut adalah untuk menginterprestasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul selain itu juga untuk menguji hubungan antara

[r]

Aturan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah kode etik mahasiswa yang mengatur mahasiswa UIN Suska Riau untuk melakukan kehidupan sosial-budayanya sebagai

mengangkat judul tentang ³ Perjanjian Kerjasama Waralaba, Antara PT. Raos Aneka Pangan Dengan Ny. Apa hak dan kewajiban dari Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba