• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Pertamina EP. Area Rantau-Aceh Tamiang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Pertamina EP. Area Rantau-Aceh Tamiang"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI ALAT

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA

PT. PERTAMINA EP. AREA RANTAU-ACEH TAMIANG

SKRIPSI Diajukan oleh :

SILVANI INANDA

NIM : 030503142

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

PROGRAM STUDI : S-1

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. PERTAMINA EP. AREA RANTAU-ACEH TAMIANG

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,

dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi

level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas,

benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya

bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 15 Desember 2007 Yang membuat pernyataan,

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,

dan anugerah yang telah menyertai, membimbing dan memberikan kemampuan serta

kekuatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Analisis Laporan Keuangan sebagai Alat Penilaian

Kinerja Keuangan pada PT. PERTAMINA EP. Area Rantau-Aceh Tamiang.” Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis belumlah cukup

untuk menyempurnakan skripsi ini sehingga masih banyak terdapat kekurangan, baik

dalam penggunaan bahasa maupun penyajian data. Dengan demikian penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi ini.

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta,

H.Risman dan Hj.Rahima, tak cukup hanya ucapan terima kasih atas doa dan kasih

sayang yang mengalir selama ini. Abang-abang dan adikku, Devrizal, SE, Budi

Ashari, dan M. Arby, semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan melindungi

kita.

Penulis juga mempersembahkan skripsi ini kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, Msi, Ak dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE,

MAcc, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Tapianda Sari Lubis, MM, Ak dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE,

MAcc, Ak, selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas bimbingan, arahan dan

motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Katio, MM, Ak dan Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, Msi, Ak selaku

Dosen Pembanding I / II skripsi ini.

5. Seluruh Pegawai dan Dosen S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

khususnya Departemen Akuntansi.

6. Kepala Keuangan Pertamina Rantau, Om Agus Anwar Musadad. Terima kasih

atas kesediaannya memberikan data-data serta bimbingan dan arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Keluarga Om Donny Bernadi, Tante Neneng dan Haffy. Terima kasih untuk

saat-saat terakhir menikmati Rantau. Walaupun sekarang jauh di mata, tapi akan selalu

dekat di hati.

8. Om Rio Saptono dan Tante Chanti. Terima kasih untuk perhatian dan motivasi

selama ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku, Vici, Kiki, Ani (Friendship never end).

Teman-temanku berbagi di saat suka duka dan semua kenangan selama berada di kampus,

Ayu, Pamor, Lona, Julia, Desta, Fitri, Enita, Ika, Desy, Chiqa, Fauzul, Reza,

(5)

NIM genap. Dan terima kasih untuk seseorang yang memberi warna dan nuansa

baru serta keajaiban dalam hari-hariku, semoga akan selalu ada dan tak pernah

berakhir.

Akhirnya atas jasa dan budi baik semua pihak, penulis serahkan kepada

Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 15 Desember 2007 Penulis,

(SILVANI INANDA) 030503142

(6)

ABSTRAK

Permasalahan utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana penilaian kinerja keuangan PT. PERTAMINA EP. Area Rantau-Aceh Tamiang sebagai salah satu BUMN selama dua tahun, yaitu Tahun 2003 dan Tahun 2004. Penulis membatasi pada pembahasan dalam menilai kinerja keuangan ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Bumn Nomor : Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan ini adalah Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Cash Ratio, Current Ratio, Collection Periods, Inventory Turn Over, Total asset Turn Over, dan Equity to Total asset. Rasio keuangan yang dianalisis berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2003 dan 2004 yang telah diaudit oleh auditor independent.

Untuk memperoleh bahan-bahan dan data sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode analisis kuantitatif deskriptif, dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan untuk analisis laporan keuangan dan metode analisis komparatif untuk mengetahui penilaian kinerja keuangan perusahaan.

Dari penelitian yang telah penulis lakukan ternyata diketahui bahwa kinerja keuangan PT. PERTAMINA EP. Area Rantau-Aceh Tamiang dari Tahun 2003 dan Tahun 2004, nilai kinerja keuangan yang paling baik terjadi pada tahun 2004 sebesar 59,50 atau 85% dari total skor, sedangkan kinerja keuangan pada tahun 2003, yaitu sebesar 50,35 atau 72% dari total skor.

Kata Kunci (Key Words) : Rasio Keuangan, Kinerja Keuangan, Return on

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Kerangka Konseptual ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Laporan Keuangan ... 7

1. Pengertian Laporan Keuangan ... 7

2. Tujuan Laporan Keuangan ... 9

3. Jenis-jenis Laporan Keuangan ... 11

B. Analisis Laporan Keuangan ... 13

(8)

2. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 16

3. Keterbatasan Rasio Keuangan ... 18

C. Penilaian Kinerja ... 21

1. Pengertian dan Prosedur Penilaian ... 21

2. Penilaian Kinerja Keuangan ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Jenis Data ... 26

C. Teknik Pengumpulan Data ... 27

D. Metode Analisis dan Evaluasi Data ... 27

E. Responden ... 28

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 28

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 29

A. Deskripsi Data ... 29

1. Sejarah Singkat dan Profil Perusahaan ... 29

2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas ... 33

3. Laporan Keuangan Perusahaan ... 42

4. Analisis Laporan Keuangan Perusahaan ... 48

5. Penilaian Kinerja Keuangan ... 54

B. Hasil penelitian ... 59

(9)

2. Analisis dan Evaluasi Kinerja Keuangan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Neraca Komparatif 44

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar judul Halaman

1.1 Kerangka Konseptual 5

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akuntansi memberikan informasi yang dapat membantu berbagai pihak

yang berkepentingan dalam mengambil keputusan ekonomis. Informasi akuntansi

sebagaimana tersaji di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan

memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu,

prestasi operasi dalam suatu rentang waktu, serta informasi lainnya yang

berkaitan dengan perusahaan yang bersangkutan.

Ditinjau dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan merupakan

media bagi mereka untuk mengomunikasikan kinerja keuangan perusahaan yang

dikelolanya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan ditinjau dari

sudut pandang pemakai, informasi akuntansi diharapkan dapat digunakan untuk

mengambil keputusan yang rasional dalam praktik bisnis yang sehat.

Untuk dapat mengintepretasikan informasi akuntansi yang relevan dengan

tujuan dan kepentingan pemakainya telah dikembangkan seperangkat teknik

analisis yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Salah satu

teknik tersebut yang populer diaplikasikan dalam praktik bisnis adalah analisis

rasio keuangan.

Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan

(13)

untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di

masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut untuk

kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang

bersangkutan.

Penilaian kinerja perusahaan terdiri atas tiga aspek, yaitu aspek keuangan,

aspek operasional dan aspek administrasi. Penilaian ini didasarkan pada Surat

Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep – 100/MBU/2002 tentang penilaian

kinerja perusahaan BUMN. Dalam skripsi ini penulis hanya membahas mengenai

penilaian kinerja perusahaan pada aspek keuangan.

Dalam mengevaluasi sejauh mana kinerja keuangan perusahaan salah satu

indikator yang dipakai oleh perusahaan adalah informasi akuntansi berupa laporan

keuangan perusahaan. Untuk mengevaluasi laporan keuangan yang

menggambarkan kondisi keuangan perusahaan ini teknik yang digunakan oleh

perusahaan adalah teknik analisis rasio keuangan.

Analisis rasio keuangan ini sangat perlu dilakukan oleh perusahaan karena

dengan melakukan analisis ini akan dapat diketahui bagaimana kondisi keuangan

perusahaan yang sebenarnya. Hasil dari analisis rasio inilah kemudian dijadikan

sebagai pedoman bagi perusahaan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dan

untuk pengambilan keputusan bagi manajemen serta tindakan dan kebijakan yang

diperlukan untuk perkembangan perusahaan di masa yang akan datang.

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN di atas bahwa dalam penilaian

(14)

Cash Ratio, Quick Ratio, Inventory Turn Over, Collection Periods, Total Asset

Turn Over dan Total Equity to Total Asset. Kedelapan rasio ini dianggap

merupakan rasio keuangan dominant yang dapat mewakili rasio-rasio keuangan

lainnya.

PT. PERTAMINA EP. Area Rantau – Aceh Tamiang adalah Badan Usaha

Milik Negara yang bergerak dalam bidang produksi minyak bumi. Perusahaan

dalam menjalankan aktivitasnya menggunakan dana yang cukup besar di mana

dalam pengelolaannya diperlukan data yang informatif. Rasio keuangan

merupakan salah satu alat dalam mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja

perusahaan. Untuk itu diharapkan agar analisis laporan keuangan yang dilakukan

dapat menjadi alat bantu dalam pengambilan keputusan terutama mengenai

kondisi keuangan di masa yang akan datang. Sehingga hasil analisis laporan

keuangan dapat menggambarkan kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya.

Dalam skripsi ini penulis mencoba untuk mengevaluasi kinerja perusahaan

dari aspek keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan selama tahun

2003 dan tahun 2004, oleh karena itu penulis tertarik untuk membahasnya dalam

sebuah skripsi dengan judul : “Analisis Laporan Keuangan sebagai Alat

Penilaian Kinerja pada PT. PERTAMINA EP. Area Rantau - Aceh Tamiang.”

(15)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

Bagaimana penilaian kinerja keuangan PT. PERTAMINA EP. Area

Rantau-Aceh Tamiang?

• Laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan laba rugi

tahun 2003 dan tahun 2004.

• Analisis laporan keuangan menggunakan metode rasio keuangan

berdasarkan pada Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep –

100/MBU/2002 tentang penilaian kinerja perusahaan BUMN.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana penilaian kinerja keuangan perusahaan.

Manfaat penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dalam hal mendalami dan

memberikan pendapat tentang analisis rasio keuangan terhadap

penilaian kinerja keuangan perusahaan.

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan yang berguna dan

saran-saran tentang analisis laporan keuangan serta penilaian kinerja yang

dipandang perlu dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara

(16)

3. Bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan

masukan untuk meneliti masalah yang sama dengan penelitian ini

maupun yang berkaitan dengan masalah ini.

D. Kerangka Konseptual

PT. PERTAMINA

PT. PERTAMINA EP. Area Rantau-Aceh Tamiang

Laporan Keuangan

Neraca Tahun 2003 dan Tahun 2004

Laporan Laba Rugi Tahun 2003 dan Tahun 2004

Analisis Laporan Keuangan

Metode Rasio

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP - 100/MBU/2002

ROE ROI Cash Ratio Current Ratio Collection Periods Inventory Turn Over Total asset Turn Over Total Equity to Total Asset

(17)

Aspek Keuangan

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP - 100/MBU/2002

Analisis Laporan Keuangan terhadap Penilaian Kinerja

Gambar 1.1

Kerangka Konseptual

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai

suatu alat penguji dan pekerjaan bagi pembukuan. Akan tetapi untuk selanjutnya

laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar

untuk menentukan dan menilai posisi keuangan suatu perusahaan, di mana hasil

analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu

keputusan.

Laporan keuangan juga sering dinyatakan sebagai produk akhir dari

suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang

menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan. Pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui

keadaan keuangan dan posisi keuangan perusahaan dari laporan keuangan yang

disusun dan disajikan oleh perusahaan

Pengertian laporan keuangan menurut Pendapat Standar Akuntansi

Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004 : 2) :

(19)

integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Dari definisi di atas kita dapat melihat bahwa laporan keuangan

perusahaan berisi daftar-daftar yang menunjukkan posisi keuangan dan hasil

usaha selama satu periode tertentu. Menurut Harahap (2006 : 117) : “Laporan

keuangan adalah suatu alat dengan mana informasi dikumpulkan dan diproses

dalam akuntansi keuangan yang dikomunikasikan secara periodik kepada para

pemakainya.” Pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemberi

pinjaman, pemasok, kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta

lembaganya, dan masyarakat.

Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam

penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan manajemen juga

berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan

yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian

dan pengambilan keputusan.

Laporan keuangan disusun dan disajikan minimal sekali dalam setahun

untuk memenuhi sejumlah besar pemakai. Beberapa diantara pemakai ini

memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan di samping yang

tercakup di dalam laporan keuangan. Namun demikian, banyak para pemakai

(20)

keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan

disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan utama laporan keuangan menurut Warren, Reeve, Fess (2005 : 4)

: “Untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan

digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di

dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Pihak-pihak yang berkepentingan

dengan laporan keuangan suatu badan usaha dapat dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu kelompok intern perusahaan dan kelompok ekstern perusahaan. Kelompok

intern perusahaan merupakan orang-orang yang terlibat secara langsung dalam

kegiatan operasional perusahaan, seperti pemilik perusahaan, kreditur, pelanggan,

pemerintah, dan masyarakat.

Bagi pengelola perusahaan atau manajemen perusahaan dengan

mengetahui kondisi keuangan pada periode yang lalu akan dapat dijadikan

sebagai pedoman untuk mengambil keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan

serta kebijakan untuk kemajuan perusahaan di masa yang akan datang.

Bagi pemilik perusahaan sangat berkepentingan dengan laporan

keuangan dalam pengambilan keputusan, sebab dengan informasi yang disajikan

dalam laporan perusahaan akan dapat diramalkan kondisi perusahaannya pada

masa yang akan datang, sehingga dapat dipertimbangkan langkah apa yang harus

(21)

Bagi kreditor dan calon kreditor perlu mempelajari atau menganalisis

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sehingga dapat digunakan

sebagai pedoman untuk memberikan atau menolak pemberian kredit kepada

perusahaan tersebut.

Investor atau calon investor berkepentingan terhadap laporan keuangan

perusahaan agar lebih mudah mempertimbangkan dalam menginvestasikan

modalnya di perusahaan tersebut. Bagi pemerintah di mana perusahaan itu

beroperasi sangat berkepentingan dengan laporan keuangan dalam pengambilan

keputusan seperti Dirjen Pajak untuk menentukan jumlah pajak yang harus di

bayar oleh perusahaan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004

: 4), tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

(22)

3. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha

suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis,

laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi

dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan inilah yang menjadi

bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses

pengambilan keputusan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya menjelaskan

mengenai neraca dan laporan laba rugi karena dalam skripsi ini rasio keuangan

yang digunakan berasal dari neraca dan laporan keuangan.

a. Neraca (Balance Sheet)

Dalam literatur akuntansi, neraca diturunkan dari istilah balance sheet,

statement of financial position, statement of financial condition atau statement of

resources and liabilities.

Djarwanto (2001 : 15) mendefinisikan neraca adalah “suatu laporan yang

sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities) dan modal sendiri (owner’s

equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, biasanya pada saat tutup buku

yakni akhir bulan, akhir triwulan atau akhir tahun.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004 :

1.12) , informasi yang disajikan dalam neraca adalah sebagai berikut :

Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut :

(23)

c. Aktiva keuangan.

d. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas. e. Persediaan.

f. Kas dan setara kas.

g. Hutang usaha dan hutang lainnya. h. Kewajiban yang diestimasi.

i. Kewajiban berbunga jangka panjang. j. Hak minoritas.

k. Modal saham dan pos ekuitas lainnya.

b. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Laporan laba rugi adalah suatu daftar akhtisar hasil dan biaya suatu

perusahaan selama satu periode tertentu. Dengan menbandingkan penghasilan

selama jangka waktu tertentu dengan biaya selama jangka waktu itu maka akan

diketahui besarnya laba atau rugi yang disebut sebagai hasil usaha. Tujuan

penyusunan laporan laba rugi ini untuk mengukur kemampuan atau

pengembangan perusahaan dalam menjalankan tugasnya sehubungan dengan sifat

kegiatan perusahaan. Pertambahan aktiva sebagai akibat operasi perusahaan

disebut hasil, sedangkan pengurangan aktiva sehubungan dengan operasi

perusahaan dalam pembentukan hasil disebut biaya. Saldo dari hasil dikurangi

dengan biaya pada akhir suatu periode dan akan dipindahkan ke perkiraan modal

yang dinyatakan sebagai laba atau rugi bersih untuk periode tersebut.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004 :

1.14) , informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi adalah sebagai berikut :

Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.” Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :

(24)

c. Beban pinjaman.

d. Bagian dari laba rugi perusahaan dan asosiasi yang diperlakukan dengan menggunakan metode ekuitas.

e. Beban pajak.

f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan. g. Pos luar biasa.

h. Hak minoritas

i. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan

B. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005, 3) mengemukakan

bahwa “Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi

dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan

data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang

bermanfaat dalam analisis bisnis.” Analisis laporan keuangan mengurangi

ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan.

Analisis ini tidak mengurangi perlunya penilaian ahli, namun menyediakan dasar

yang sistematis dan efektif untuk analisis bisnis.

Sedangkan menurut Stice, Stice dan Skousen (2005, 775) : ”Analisis

laporan keuangan adalah mempelajari hubungan antara angka-angka dalam

laporan keuangan dan tren dari angka-angka tersebut dari waktu ke waktu.” Salah

satu tujuan analisis laporan keuangan adalah menggunakan kinerja masa lalu

untuk memprediksi likuiditas, profitabilitas dan arus kas sebuah perusahaan di

masa mendatang. Tujuan lain dari analisis laporan keuangan adalah untuk

mengevaluasi kinerja sebuah perusahaan dengan cara mengidentifikasi letak

(25)

1. Pengertian dan Manfaat Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk melakukan analisis keuangan adalah dengan cara

mempelajari hubungan antara berbagai pos-pos dalam laporan keuangan.

Hubungan antara pos-pos tersebut dinyatakan dengan angka yang disebut dengan

rasio. Rasio-rasio ini penting bagi analis intern maupun ekstern dalam menilai

perusahaan dari laporan keuangan yang diumumkan oleh perusahaan.

Menurut Syamsuddin (2000, 37) mengemukakan bahwa “Analisis

laporan keuangan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai

keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini dan kemungkinannya di masa

depan.” Ada beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisis keadaan

keuangan perusahaan, tetapi analisis dengan menggunakan rasio merupakan hal

yang sangat umum dilakukan di mana hasilnya akan memberikan pengukuran

relatif dari operasi perusahaan.

Analisis rasio keuangan merupakan alat yang penting dan berguna bagi

manajer keuangan maupun pihak-pihak lain di luar perusahaan. Bagi manajer

keuangan analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja yang telah

dicapai perusahaan, yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya fungsi perencanaan dan

pengendalian.

Pentingnya analisis rasio keuangan juga digunakan untuk mendapatkan

tolak ukur tertentu. Tolak ukur tersebut digunakan untuk membandingkan kinerja

(26)

sebelumnya dan sesudahnya atau membandingkan kinerja perusahaan dengan

kinerja perusahaan lain dari industri yang sama.

Selain digunakan oleh pihak intern perusahaan, analisis rasio keuangan

juga sangat berguna untuk pihak di luar perusahaan yang umumnya

berkepentingan terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Analisis

rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan usaha, untuk

analisis pemberian kredit dan dalam analisis efek (saham dan obligasi). Dalam

analisis kredit membantu manajer kredit menentukan dengan cepat

perusahaan-perusahaan mana yang sebaiknya segera diberikan kredit.

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa

pertanyaan penting berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan, antara lain:

a. Bagaimana likuiditas perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi segenap hutang atau kewajibannya dan

mengkonversikan aktiva menjadi kas. Faktor ini jelas sangat penting bagi

kreditur-kreditur perusahaan.

b. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva

perusahaan? Karena tujuan utama pembelian aktiva adalah menciptakan

keuntungan, analis perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan

perusahaan.

c. Bagaimanakah manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan

ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para

(27)

d. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari

investasinya? Tugas manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai dari

saham umum perusahaan dan bagian laba/keuntungan bagi para investor.

Tingkat hasil itu sendiri merupakan pertimbangan pokok para investor

dalam membeli saham perusahaan.

2. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Untuk mengukur keuangan perusahaan dapat digunakan dengan

menggunakan beberapa rasio. Setiap rasio memiliki tujuan dan mengandung arti

tertentu. Setiap rasio diukur dan diintepretasikan sehingga menjadi berarti bagi

pengambilan keputusan. Berdasarkan sumber datanya dari mana rasio tersebut

dibuat, Riyanto (2001 : 254) membedakan rasio-rasio itu menjadi tiga, yaitu :

a. Rasio-rasio neraca (balanced ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari

data yang berasal dari neraca. Misalnya rasio lancar (current ratio), rasio

cepat (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio aktiva

tetap dengan hutang jangka panjang dan lain sebagainya.

b. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio

yang disusun dari laporan laba rugi. Misalnya rasio laba bruto dengan

penjualan netto, rasio laba usaha dengan penjualan netto, operating ratio,

dan lain-lain.

c. Rasio-rasio antar laporan keuangan (interstatement ratios), yaitu rasio-rasio

yang disusun dari data, baik yang berasal dari neraca maupun laporan laba

(28)

kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan

persediaan rata-rata dan lain sebagainya.

Adapun bentuk-bentuk dari rasio keuangan adalah sebagai berikut :

a. Rasio Likuiditas (Liquidity ratio)

Untuk mengukur rasio likuiditas dapat digunakan beberapa rasio antara

lain :

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

4. Working Capital to Total Asset Ratio

b. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

Adapun rasio-rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain :

1. Debt Ratio

2. Debt to Equity Ratio

3. Long Term Debt to Equity Ratio

4. Tangible Asset Debt Coverage

5. Current Liabilities to Net Worth

c. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Yang termasuk dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut :

1. Receiveable Turn Over

2. Days of Receiveable

(29)

4. Working Capital Turn Over

5. Fixed Asset turn over

6. Asset Turn Over

d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas terdiri dari :

1. Profit Margin

2. Return on Investment (ROI)

3. Return on Equity (ROE)

4. Gross Profit Margin

5. Operating Ratio

6. Return on Asset (ROA)

3. Keterbatasan Rasio Keuangan

Meskipun analisis rasio keuangan dapat menghasilkan informasi yang

bermanfaat sehubungan dengan operasi dan keadaan keuangan perusahaan,

namun di dalamnya terdapat Masalah dan keterbatasan yang memerlukan

kehati-hatian dan pertimbangan. Analisis rasio keuangan Menurut Martin dan Keown

(1999 : 511) memiliki keterbatasan sebagai berikut :

1) Kadang-kadang sulit untuk menggolongkan sektor industri sebuah

perusahaan bergerak di berbagai macam sektor industri atau usaha.

2) Angka rata-rata industri hanya merupakan taksiran kasar dan sangat umum

sifatnya sehingga belum tentu cocok dijadikan bahan perbandingan secara

(30)

Dari keterbatasan analisis rasio keuangan di atas dapat kita uraikan

sebagai berikut :

1. Banyak perusahaan besar yang mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda

pada industri yang berbeda pula dan dalam keadaan seperti ini sulit untuk

mendapatkan rata-rata industri yang bisa digunakan sebagai bahan

pembanding yang tepat. Hal ini cenderung membuat analisis rasio lebih

berguna bagi perusahaan kecil dengan bidang usaha yang lebih sempit

daripada perusahaan besar dengan banyak divisi yang berbeda-beda.

2. Hampir semua perusahaan ingin berprestasi di atas rata-rata walaupun pada

kenyataannya setengah akan berada di bawah dan setengahnya lagi di atas

rata-rata, sehingga pencapaian prestasi rata-rata semata belumlah dapat

dinyatakan baik. Bagi yang menargetkan prestasi tinggi patokan terbaik

adalah perusahaan dengan rasio yang sangat baik.

3. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca. Nilai yang tercatat di neraca

sering kali sangat berbeda dengan nilai sebenarnya. Lebih jauh lagi karena

inflasi mempengaruhi baik beban penyusutan maupun biaya persediaan, maka

laba juga tentu dipengaruhi. Karena itu analisis rasio bagi perusahaan dari

tahun ke tahun atau analisis komparatif atas perusahaan-perusahaan pada usia

yang berbeda harus diinterpretasikan secara cermat dan penuh pertimbangan.

4. Faktor-faktor musiman juga menyebabkan ketimpangan pada analisis rasio,

misalnya rasio perputaran persediaan bagi pabrik pengolah makanan akan

(31)

persediaan persis setelah proses pengalengan selesai. Masalah ini dapat

diperkecil dengan menggunakan persediaan bulanan rata-rata dalam

menghitung persediaan rata-rata.

5. Perusahaan dapat menggunakan teknik “window dressing” agar laporan

keuangannya kelihatan lebih baik bagi analisis kredit.

6. Perbedaan praktik operasi dan akuntansi menyebabkan distorsi dalam

perbandingan. Seperti metode penilaian persediaan dan penyusutan dapat

mempengaruhi laporan keuangan dan karena itu mendistorsikan perbandingan

diantara perusahaan. Jika sebagian besar aktiva perusahaan adalah aktiva

lease, maka jumlah aktivanya jika dibandingkan dengan penjualan akan

terlihat kecil karena aktiva lease besarnya tidak tersaji di neraca. Bersamaan

dengan itu kewajiban lease mungkin tidak disajikan di dalam hutang, karena

itu leasing bisa saja memperbagus rasio perputaran dan rasio hutang.

7. Sebenarnya sukar untuk menetapkan secara pasti apakah suatu rasio baik atau

buruk. Misalnya, rasio lancar yang tinggi mungkin menunjukkan posisi

likuiditas yang kuat, tetapi bisa juga menandakan adanya kas berlebih yang

tentunya tidak baik yang menyebabkan terjadinya “iddle money”.

8. Suatu perusahaan bisa mempunyai sejumlah rasio yang kelihatan baik

sedangkan rasio lainnya jelek, sehingga sulit untuk mengatakan apakah

keseluruhan perusahaan ini baik atau buruk. Akan tetapi prosedur statistik

(32)

C. Penilaian Kinerja

1. Pengertian dan Prosedur Penilaian (Evaluasi)

Kegiatan menilai atau mengevaluasi kinerja perusahaan akan

menghasilkan informasi yang berguna bagi perusahaan itu sendiri. Hasil dari

penilaian kinerja ini akan dapat dijadikan sebagai umpan balik (feed back) bagi

formulasi atau implementasi strategi. Jika terjadi penyimpangan, maka untuk

menghindari agar tidak terjadi penyimpangan lagi perlu dilakukan perubahan,

misalnya perubahan rencana atau kegiatan termasuk pengendaliannya.

Menurut Umar (2002 : 36) :

Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, Bagaimana perbedaan itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

Dari definisi di atas dapat dijelaskan :

a. Suatu proses untuk menyediakan informasi, berarti bahwa kegiatan

penilaian atau evaluasi membutuhkan data untuk dianalisis dengan

alat-alat yang relevan untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan

kebutuhan. Misalnya, untuk menentukan laba perusahaan dibutuhkan data

mengenai seluruh pendapatan dan seluruh pengeluaran kemudian

dianalisis dengan perhitungan matematis sederhana, sehingga akan

(33)

b. Sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan

pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui ada selisih

diantara keduanya, berarti bahwa penilaian atau evaluasi dimaksudkan

untuk membandingkan suatu kegiatan yang telah diselesaikan dengan

yanh seharusnya diselesaikan. Hasilnya apakah sesuai, di bawah standar,

atau di atas standar yang telah ditentukan. Hal ini memerlukan tolak ukur

tertentu, misalnya perkiraan suatu proyek yang sedang dikerjakan pada

waktu 3 bulan akan selesai 75% dan pengeluaran anggaran sebesar Rp 1

Milyar. Kenyataannya proyek baru diselesaikan 65% dan anggaran

pengeluaran telah habis Rp 1,2 Milyar, sehingga harus diputuskan hasil

dari evaluasi terhadap perbedaan ini.

Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya

sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa

prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini merupakan salah

satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan menurut Umar (2001 :

39-40) :

a. Menentukan apa yang akan dievaluasi

Dalam bisnis apa saja yang dapat dievaluasi dapat mengacu pada program kerja perusahaan. Pada program kerja perusahaan itulah akan terdapat aspek-aspek yang memerlukan untuk dievaluasi. Tetapi biasanya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi faktor kunci suksesnya.

b. Merancang (design) kegiatan evaluasi

(34)

Berdasarkan design yang telah ditetapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

d. Pengolahan dan analisis data

Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya dibandingkan antara fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan perbedaan (gap). Besarnya perbedaan tersebut akan disesuaikan dengan tolak ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.

e. Pelaporan hasil evaluasi

Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan dikonfirmasikan baik secara lisan maupun tulisan.

f. Tindak lanjut hasil evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen. Oleh karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik di tingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi.

2. Penilaian Kinerja Keuangan

Dalam kamus istilah akuntansi, Aliminsyah dan Padji (2003 : 215)

mengartikan kinerja sebagai berikut : “Suatu istilah umum yang digunakan untuk

sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa

lalu atau yang diproyeksikan, suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau

akuntabilitas manajemen dan semacamnya.”

Sedangkan Menurut Hansen dan Mowen (2000 : 6) Definisi kinerja,

yaitu : “Kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk.”

Dengan demikian kinerja diartikan sebagai suatu istilah untuk mengukur dan

(35)

Evaluasi kinerja dapat dilakukan pada berbagai bidang pekerjaan,

termasuk diantaranya dalam bidang organisasi baik organisasi nirlaba maupun

organisasi laba (perusahaan). Dalam skripsi ini evaluasi akan diarahkan pada

organisasi laba.

Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian

kinerja merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh

mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu

dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara

keduanya dan bagaimana tindak lanjut atas perbedaan tersebut. Jadi tampak jelas

untuk melakukan evaluasi dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan, seperti

yang terdapat dalam suatu program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan

dilaksanakan dan dievaluasi.

Ada beberapa aspek penting dalam mengevaluasi kinerja di dalam suatu

perusahaan. Evaluasi kinerja yang dapat dilakukan dalam suatu perusahaan dapat

digolongkan kepada kedua aspek, yaitu evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan

dan evaluasi kinerja terhadap aspek non-keuangan. Evaluasi terhadap aspek

keuangan didasarkan pada laporan keuangan, sedangkan evaluasi terhadap aspek

non-keuangan tergantung pada bidang apa yang akan dianalisis misalkan aspek

strategis perusahaan, aspek pemasaran, aspek operasional, dan aspek sumber daya

manusia. Dalam skripsi ini penulis hanya membahas evaluasi kinerja dari aspek

(36)

Evaluasi kinerja dari aspek keuangan dapat dilakukan dengan berbagai

cara antara lain dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan model Altman

tentang kebangkrutan usaha. Di sini penulis hanya membahas evaluasi kinerja

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kuantitatif deskriptif.

Menurut Bungin (2005 : 36) : “Penelitian kuantitatif deskriptif, yaitu penelitian

yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai

situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek

penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.”

B. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatif, yang

terdiri dari data primer dan data sekunder. Menurut Sugiyono (2001 : 19) : “Data

kualitatif merupakan data non-angka, sedangkan data kuantitatif merupakan data

berupa angka atau numerik.”

1. Data primer. Menurut Sugiyono (2001 : 21) : “Data primer merupakan

data yang didapat dari sumber pertama yang masih memerlukan

pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri

oleh penulis, seperti hasil wawancara.”

2. Data Sekunder

Data sekunder. Menurut Sugiyono (2001 : 21) : “Data sekunder, yaitu data

(38)

dan terdokumentasi di perusahaan, misalnya sejarah singkat perusahaan,

struktur organisasi, dan laporan keuangan perusahaan.”

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian

ini, yaitu :

1. Teknik dokumentasi. Menurut Bungin (2005 : 144) : “Teknik

dokumentasi, adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menulusuri data historis yang tersedia dalam bentuk surat-surat,

catatan harian, laporan, dan sebagainya,”

2. Teknik wawancara. Menurut Suharyadi (2003 : 52) : “Teknik wawancara,

yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan

pihak yang berwenang dalam memberikan data yang dibutuhkan.”

3. Teknik kepustakaan. Menurut Bungin (2005 : 46) : “Teknik Kepustakaan,

yaitu mengumpulkan informasi yang dibutuhkan melalui buku-buku,

literatur, dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.”

D. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode deskriptif,. Menurut Sugiyono (2001 : 24) : “Metode deskriptif,

yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data

yang diperoleh sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai

(39)

2. Metode komparatif. Menurut Sugiyono (2001 : 25) : “ Metode komparatif

adalah metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan data tahun

yang diteliti dengan tahun sebelumnya.”

E. Responden

Responden penelitian ini adalah karyawan bagian Keuangan dan

karyawan bagian Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan data yang

diperlukan untuk penulisan skripsi ini.

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak Maret 2007 guna mendapatkan data yang

diperlukan dalam penelitian ini pada PT. PERTAMINA EP. Area Rantau yang

beralamat di Jl. Jakarta Komplek Pertamina Rantau – Aceh Tamiang.

(40)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

1. Sejarah Singkat dan Profil Perusahaan

Kegiatan usaha pertambangan minyak dan gas bumi di Negara

kepulauan yang terluas dalam planet bumi ini adalah merupakan salah satu

industri yang telah dikembangkan sejak abad ke XIX oleh Aeliko Janszoon

Zijlker (penemu pertama minyak bumi yang cukup komersial di Indonesia),

ketika administrator perkebunan tembakau “Deli Mij” itu menemukan cadangan

minyak terbesar di Hindia Belanda pada tanggal 15 Juni 1885, yaitu sumur

Telaga Said, Kec. Sei Lepan, Kab. Langkat – SUMUT. Keberhasilan Zijlker di

Telaga Said telah mengungguli pendahulunya, Colonel Drake yang lebih dulu

melakukan pemburuan minyak bumi di Pulau Jawa, tapi tidak berhasil,

sehingga menarik banyak peminat untuk mencari minyak bumi di berbagai

daerah di Indonesia, antara lain di Cepu, Jambi, Aceh Timur, Palembang dan

Kalimantan Timur yang sampai akhir abad ke XIX telah beroperasi perusahaan

perminyakan di wilayah Hindia Belanda (kini dikenal sebagai Indonesia).

Dalam perkembangan selanjutnya terjadi penggabungan beberapa

perusahaan minyak, sehingga pada awal abad ke XX hanya ada dua perusahaan

besar yang beroperasi di Hindia Belanda, yaitu De Koninklijke dan Shell

Transport & Trading Company (Shell). Kemudian De Koninklijke milik

(41)

penggabungan kedua perusahaan minyak raksasa itu lahirlah perusahaan

minyak De Koninklijke Shell Group atau dalam bahasa Inggrisnya di kenal

dengan sebutan Royal Dutch Shell yang merupakan satu-satunya perusahaan

minyak kaliber dunia yang melakukan penambangan minyak di Indonesia.

Dalam menjalankan usahanya perusahaan ini memperoleh dukungan

sepenuhnya dari pemerintah Hindia Belanda yang berada di bumi Nusantara.

Dalam menjalankan usaha industri perminyakan Royal Dutch Shell

membentuk tiga perusahaan pelaksana atau operating company, yaitu De

Bataafsche Petroleum Company khusus menangani masalah pengangkutan

minyak. Sejak terbentuknya Royal Dutch Shell semua daerah konsesi De

Koninklijke dan Shell dilaksanakan oleh BPM termasuk di Langkat dan Aceh

Timur yang kini dikenal sebagai wilayah kerja PT. PERTAMINA EP. Area

Rantau – Aceh Tamiang.

Setelah top Production minyak bumi di Telaga Said menyusut,maka

posisinya diganti oleh struktur Rantau yang kemudian tercatat sebagaikawasan

penghasil minyak bumi terbesar di Indonesia termasuk dalam hal penyumbang

devisa bagi negara ketika Indonesia telah memperoleh kedaulatan penuh atas

kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Hal ini telah dibuktikan pada saat dilakukannya ekspor perdana minyak

mentah Indonesia sebanyak 1700 ton atau senilai 30.000 DAS (Dollar amerika

(42)

Minyak Pangkalan Susu (yang pertama di Indonesia) dengan tujuan Negara

Jepang.

Atas dasar itu maka dibentuklah Perusahaan Minyak Nasional

(PERMINA) yang diprakarsai oleh Kolonel dr. Ibnu Soetowo pada tanggal 10

Desember 1957 yang kemudian diperkuat lagi dengan disahkannya UU. No. 44

Prp tahun 1960 tentang pertambangan minyak dan gas bumi yang telah

merombak secara mendasar prinsip-prinsip pengusahaan pertambangan minyak

dan gas bumi yang sebelumnya diatur dalam perundang-undangan Hindia

Belanda (Indische Mijn Wet 1989). Undang-undang tersebut selanjutnya diubah

lagi dengan Undang-undang No. 8 Tahun 1971 sebagai landasan operasional

Pertamina yang mengacu pada UUD 1945 pasal 33 ayat 3. kemudian untuk

penyesuaian derap langkah dalam era globalisasi dan perdagangan bebas,

pemerintah merasa perlu membuat Undang-undang baru untuk memperbarui

landasan operasional Pertamina agar lebih leluasa mengembangkan usaha di

bidang Perminyakan, Gas dan Panas Bumi. Untuk itu dibentuklah

Undang-undang No. 22 Tahun 2001 yang mengatur tentang pengelolaan minyak dan gas

bumi.

Dalam perkembangan sejarah pertambangan dan industri perminyakan

di bumi Nusantara, PT. PERTAMINA EP. AREA Rantau – Aceh Tamiang

mempunyai nilai historis tersendiri baik sebagai ibunda yang mengandung dan

melahirkan Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara

(43)

usaha merebut dan mempertahankan Tambang Minyak Sumatera Utara dan

Aceh dari tangan fasis Jepang dan agresor Belanda pada agresi I dan II.

PT. PERTAMINA EP AREA Rantau – Aceh Tamiang bertujuan untuk

mempertahankan atau meningkatkan produksi minyak dan gas bumi melalui

pelaksanaan pengeboran sumur baru, kerja ulang, reperasi, stimulasi dan

perawatan sumur. Mencari cadangan baru dengan melakukan survei geologi

permukaan , survei geofisika dan survei grafity serta mengupayakan

diversifikasi (penganekaragaman) energi dengan memanfaatkan tenaga panas

bumi.

Dengan demikian tidak ada salahnya kalau dikatakan bahwa dari

Rantau, Pangkalan Susu dan Pangkalan Brandan inilah lahirnya Pertamina pada

tanggal 10 Desember 1957 sebagai BUMN (kini jadi Perusahaan Perseroan)

penghasil devisa yang handal sampai saat ini.

Sejalan dengan diberlakukannya UU No. 2 Tahun 2001 sebagaimana

diatur dalam Pasal 60 huruf a disebutkan bahwa “ dalam jangka waktu paling

lama 2 (dua) tahun, PERTAMINA dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan

Perseroan (Persero) dengan Peraturan Pemerintah; “ maka tanggal 18 Juni 2003

peraturan untuk itu pun dibuat oleh Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah

No. 31 Tahun 2003 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Pertambangan

Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero) yang dibentuk berdasarkan UU No. 8 Tahun 1971 menjadi

(44)

dilakukan oleh Menteri Keuangan dihadapan Notaris Lenny Janis Ishak, SH

pada tanggal 17 September 2003.

2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas

Dengan adanya struktur organisasi, maka tugas, wewenang, dan

tanggung jawab setiap unit kerja yang ada dalam perusahaan dapat diperjelas

dan dipertegas. Struktur organisasi juga mencerminkan posisi dan hubungan

setiap unit kerja perusahaan.

Tugas adalah sesuatu yang dimiliki oleh anggota dari suatu organisasi

karena telah diberi tanggung jawab dari atasannya. Tugas ini bersifat pribadi

bagi setiap anggota di dalam suatu organisasi.

Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu yang sesuai agar

tercapai tujuan tertentu. Wewenang merupakan hasil delegasi atau pelimpahan

wewenang dari posisi atasan ke bawahan. Dalam organisasi tanggung jawab

adalah kewajiban untuk melaksanakan sesuatu yang timbul bila seorang

bawahan menerima wewenang manajer untuk mendelegasikan tugas atau fungsi

tertentu.

Struktur organisasi yang baik merupakan pengawasan terhadap

organisasi dan merupakan salah satu syarat dapat tidaknya sistem akuntansi

pertanggungjawaban diterapkan dalam suatu perusahaan.

Dalam menjalankan aktivitas dalam rangka pencapaian tujuan

perusahaan, PT. PERTAMINA EP. AREA Rantau – Aceh Tamiang memiliki

(45)

wewenang, dan tanggung jawab dapat dilakukan dengan baik. Dengan adanya

struktur organisasi ini diharapkan para karyawan dapat bekerja sama dengan

baik serta dapat memahami secara jelas apa yang menjadi tanggung jawab dan

sejauh mana wewenang yang ada padanya sehingga dalam melaksanakan

tugasnya dapat lebih efisien.

PT. PERTAMINA EP. AREA Rantau merupakan bagian dari PT.

PERTAMINA yang bidangnya khusus memproduksi minyak mentah dan gas

bumi. PT. PERTAMINA EP. AREA Rantau - Aceh Tamiang dipimpin oleh

seorang Field Manager (Kepala Lapangan) di mana secara lini bertanggung

jawab secara langsung kepada Vice President Region Sumatera yang

berkedudukan di Prabumulih – Sumatera Selatan.

Adapun struktur organisasi pada PT. PERTAMINA EP. AREA Rantau –

Aceh Tamiang adalah sebagai berikut :

(46)
(47)

Pembagian Tugas

Selanjutnya sebagai uraian dari struktur organisasi PT. PERTAMINA

EP. AREA Rantau – Aceh Tamiang diterangkan secara singkat pembagian

tugas yaitu sebagai berikut :

a. Field Manager

Field Manager mempunyai tugas/kegiatan utama sebagai berikut :

1. Merencanakan, menetapkan, merealisasikan, mengevaluasi Rencana

Kerja (RK) dan anggaran tahunan secara efektif untuk mendukung

pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.

2. Mengkoordinir kegiatan engineering untuk optimalisasi produksi sumur

migas agar mencapai sasaran produksi yang telah ditetapkan.

3. Mengkoordinir dan mengendalikan operasi produksi, pengelolaan

fasilitas produksi, operasi penyaluran migas serta mengusahakan

kuantitas dan kualitas migas sesuai dengan permintaan konsumen.

4. Mengkoordinir optimalisasi peralatan Work Over, Well Service dan

penyediaan peralatan lifting sumur migas.

5. Mengkoordinir dan mengoptimalkan pekerjaan pemeliharaan fasilitas

produksi dan fasilitas umum, penyediaan utilisasi listrik, gas dan air dan

pekerjaan top-sip untuk menunjang kelancaran operasi produksi.

6. Mengkoordinir operasional pengelolaan air terproduksi dalam upaya

(48)

7. Membina hubungan yang harmonis dengan stakeholder untuk

menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan memotivasi,

memberdayakan, mengembangkan SDM Field Rantau.

8. Menjamin penyelenggaraan operasi produksi Field Rantau secara

efektif, efisien, aman, sehat, ramah lingkungan dan sesuai SOP serta

standar good oil & gas practices.

b. Ast. Manajer Perencanaan & Engineering

Ast. Manajer Perencanaan & Engineering mempunyai tugas/kegiatan utama sebagai berikut :

1. Mengkoordinir, merencanakan dan mengevaluasi produksi sumur-sumur

existing untuk perencanaan optimalisasi produksi meliputi :

a. Perencanaan, pembuatan program pekerjaan perawatan sumur,

redesign dengan lifting yang sama, pengaturan SL/SPM/Frekwensi

Pompa.

b. Pembuatan program dan supervisi pekerjaan reopening dan reperasi

sumur.

c. Perencanaan, pembuatan program rutin, pelaksanaan, pembacaan

dan evaluasi pengukuran BHP / Sonolog.

d. Pelaksanaan pengukuran isochronical, PBU, DD, dan sejenisnya.

e. Pembuatan potensi produksi existing, monitoring low & off

produksi.

(49)

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan rencana-rencana kerja fungsi

Engineering.

3. Mengkoordinir Well History dan MRPW (monthly report per well).

4. Merencanakan, melaksanakan dan menevaluasi RK, rencana biaya

operasi dan biaya investasi fungsi Field secara teknis dan ekonomis

yang reliable dan achievable.

5. Mengkoordinir pembuatan dan monitoring realisasi dan closed out AFE

di luar Field Rantau.

6. Menyelenggarakan, mengevaluasi dan mengendalikan penggunaan

Anggaran Operasi dan Kapital fungsi Field secara efektif dan efisien.

7. Menyelenggarakan dan mengevaluasi administrasi arus migas serta

administrasi umum operasi produksi.

c. Ast. Manajer Operasi Produksi

Ast. Manajer Operasi Produksi mempunyai tugas/kegiatan utama sebagai

berikut :

1. Mengkoordinir kegiatan operasi produksi dari kepala sumur sampai ke

sales point secara aman, efektif dan efisien.

2. Menentukan rencana kerja operasi meliputi upaya-upaya strategi

pencapaian sasaran existing dengan menurunkan Low & Off,

usaha-usaha optimalisasi produksi serta mengupayakan sumur berproduksi

(50)

3. Mengkoordinir, mengelola dan mengoperasikan seluruh fasilitas

produksi, mencari solusi permasalahan fasilitas produksi meliputi

fasilitas sumur, sistem penyaluran, proses dehydrasi/treatment migas dan

penampungan serta penyaluran produksi sampai ke sales point.

4. Mengkoordinir pengelolaan fasilitas uji produksi dan pelaksanaan

pekerjaan uji produksi untuk sumur-sumur bor baru (Engineering) dan

existing.

5. Mengupayakan kualitas migas sesuai dengan persyaratan konsumen

(Pertamina UP I Pkl. Berandan) meliputi BS&W kurang dari 0.5% dan

kadar garam kurang dari 7 Ptb, dan gas sesuai dengan komitmen

kontrak.

6. Mengoptimalkan sistem saluran minyak dengan cara melakukan utilisasi

sistem transportasi minyak sebagai “Common Use Facilities” bersama

Mitra Usaha.

7. Mengkoordinir dan mengoptimalisasi pemanfaatan gas untuk gas lift

dan penjualan ke konsumen sehingga mengarah ke zero flare gas.

8. Merencanakan, mengendalikan, merealisasikan dan evaluasi aggaran

operasi produksi untuk mendukung pencapaian sasaran produksi.

9. Mengkoordinir pelaksanaan operasi secondary recovery/EOR dan

tercapainya zero discharge.

10.Mengkoordinasi dan memonitor kegiatan transportasi produksi mitra

(51)

11.Mengkoordinir pelaksanaan administrasi arus migas.

d. Ast. Manajer Work Over dan Well Service

Ast. Manajer Work Over dan Well Service mempunyai tugas/kegiatan

utama sebagai berikut :

1. Mengkoordinir, merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi RK

dan anggaran untuk menunjang pekerjaan perawatan sumur.

2. Mengkoordinir, merencanakan dan mengendalikan operasional / kinerja

Hoist meliputi kerja ulang, reperasi, dan perawatan sumur migas.

3. Mengkoordinir, merencanakan dan mengendalikan operasional unit

pengasaman untuk perawatan sumur dan fasilitas produksi.

4. Mengkoordinir, merencanakan dan mengendalikan opeasional dan

pemeliharaan peralatan bawah tanah untuk menunjang kinerja sumur

migas.

5. Mengkoordinir, merencanakan, dan mengendalikan operasional

pendataan bawah tanah BHP Survey Sonolog – Dynagraph untuk

penyelidikan data bawah tanah dalam upaya optimasi produksi sumur.

6. Implementasi kebijakan HSE.

7. Mengkoordinir pendataan well history sehingga selalu dalam kondisi up

date.

e. Ast Manajer Pemeliharaan

Ast. Manajer Pemeliharaan mempunyai tugas/kegiatan utama sebagai

(52)

1. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan perencanaan pemeliharaan

meliputi kegiatan prediktif dan preventif maintenance serta general

overhaul.

2. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan mekanik terdiri dari

perawatan dan perbaikan hoist, fasilitas mesin produksi dan pemipaan

serta kegiatan perbengkelan.

3. Mengkoordinir dan mengendalikan utilities terdiri dari operasional

power plant, water treatment plant, distribusi listrik, air dan gas dan

perbaikan peralatan instrumentasi.

4. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan topografi – sipil dalam

menunjang kegiatan operasi eksploitasi dan produksi migas serta

fasilitas umum.

5. Merencanakan, mengkoordinir, mengelola dan mengendalikan RK dan

RAB Pemeliharaan.

6. Mengkoordinir penyusunan RKS dan estimasi pekerjaan sipil,

mekanikal dan elektrikal.

7. Menjamin operasional kegiatan Mekanik, Utilities dan Top/Sip berjalan

secara efektif, efisien, aman, sehat, ramah lingkungan dan sesuai dengan

SOP serta good oil & gas practices.

8. Melaksanakan pembinaan seluruh Pekerja Pemeliharaan di Field dalam

(53)

f. Kepala Layanan Operasi

Kepala Layanan Operasi mempunyai tugas/kegiatan utama, yaitu

melaksanakan kegiatan pengelolaan terhadap jasa penunjang operasional

perusahaan, berupa :

1. Jasa Teknik Sipil dan Survey Pemetaan

2. Jasa Teknologi Informasi dan Komunikasi

3. Utilities dan Instrumentasi

4. Inventory

3. Laporan Keuangan Perusahaan

Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari

transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok

besar menurut karakteristik ekonominya. Unsur yang berkaitan secara langsung

dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas.

Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan

laba-rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan

biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba-rugi dan perubahan dalam

berbagai unsur neraca.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menngunakan laporan

(54)

keuangan yang digunakan dalam skripsi ini berasal dari neraca dan laporan

laba-rugi. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan untuk

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)

4. Analisis Laporan Keuangan Perusahaan

Rasio keuangan dihitung berdasarkan kebijakan yang telah diterapkan

oleh pemerintah melalui menteri BUMN dengan Surat Keputusan Nomor :

Kep–100/M-BUMN/2002. Rasio yang digunakan sesuai dengan SK Menteri

BUMN tersebut, yaitu dengan menggunakan delapan rasio keuangan yang

dianggap rasio dominasi yang dapat mewakili rasio-rasio keuangan lainnya.

Kedelapan rasio tersebut adalah Return on Equity, Return on Investment, Cash

Ratio, Current Ratio, Collection Period, Inventory Turn Over, Total Asset Turn

Over, dan Total Equity to total Asset.

Perhitungan rasio-rasio tersebut selama dua tahun, yaitu tahun 2003 dan

2004 adalah sebagai berikut :

a. Return on Equity (ROE)

Rumus :

Laba Bersih Setelah Pajak

ROE = x 100% Total Ekuitas

Rasio ini memperlihatkan kemampuan menghasilkan laba pada nilai

buku investasi pemegang saham. Pengembalian ekuitas yang tinggi

mengisyaratkan penerimaan perusahaan atas kesempatan investasi yang kuat

dan manajemen biaya yang efektif. Dalam menghitung ROE dengan

menggunakan rumus di atas perlu diketahui keterangan bahwa laba setelah

pajak adalah laba setelah pajak dikurangi dengan laba hasil penjualan dari :

(60)

adalah seluruh komponen modal sendiri dalam neraca perusahaan pada

posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen modal sendiri yang

digunakan untuk membiayai aktiva tetap dalam pelaksanaan.

Adapun besarnya rasio return on equity perusahaan selama tahun

2003 dan 2004 adalah sebagai berikut :

207.056.055.264

b. Return on Investment (ROI)

Indikator ini menunjukkan kemampuan dasar perusahaan untuk

menghasilkan laba sebelum dikurangi dengan pajak, beban bunga, dan

penyusutan yang dihitung dengan menngunakan rumus :

Laba Sebelum Pajak + Penyusutan

ROI = x 100% Capital Employed

Dalam hal ini, capital employed dihitung berdasarkan posisi akhir

tahun buku aktiva tetap dikurangi dengan aktiva tatap dalam proses

penyelesaian. Besarnya rasio Return on Investment selama tahun 2003 dan

2004 adalah sebagai berikut :

215.447.095.500

(61)

289.662.072.800

• Tahun 2004 = x 100 % = 18,70 % 1.548.545.958.000

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Cash ratio atau rasio kas merupakan salah satu rasio likuiditas yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek. Rasio kas dihitung dengan menjumlahkan kas,

bank dan surat berharga jangka pendek dibagi dengan kewajiban lancar

dengan rumus :

Kas dan Setara Kas

Cash Ratio = x 100% Hutang Lancar

Rasio kas memberikan likuiditas yang lebih jelas dari rasio lancar,

karena berkenaan pada aktiva lancar yang paling likuid yaitu kas, bank, dan

surat berharga jangka pendek, yang dalam waktu singkat dapat dicairkan

menjadi uang kas. Besar rasio kas perusahaan selama tahun 2003 dan 2004

adalah sebagai berikut :

6.351.622.427

• Tahun 2003 = x 100 % = 3,61 % 176.139.787.478

17.951.384.994

(62)

d. Rasio Lancar (Current Ratio)

Current ratio atau rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva

lancar dengan kewajiban lancar atau dengan rumus :

Aktiva Lancar Current Ratio = x 100% Hutang Lancar

Besarnya rasio lancar perusahaan selama tahun 2003 dan 2004

adalah sebagai berikut :

Collection period atau rasio jangka waktu penagihan digunakan

untuk menaksir berapa hasil penjualan tertanam dalam bentuk piutang usaha

yang dihitung dengan rumus :

Total Piutang Usaha

Collection Period = x 365 hari Total Pendapatan Usaha

Besarnya rasio ini dalam perusahaan selama tahun 2003 dan 2004

adalah sebagai berikut :

366.084218.309

(63)

164.643.604.300

• Tahun 2004 = x 365 hari = 46,52 hari 1.291.800.917.811

f. Inventory Turn Over

Inventory turn over atau perputaran persediaan dihitung dengan

rumus :

Harga Pokok Penjualan

Inventory Turn Over = x 365 Hari Persediaan Rata-rata

Total persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk

proses produksi pada akhir tahun buku. Besarnya rasio perputaran

persediaan perusahaan selama tahun 2003 dan 2004 adalah sebagai berikut :

151.786.801.715

g. Total Asset Turn Over

Total Asset Turn Over atau rasio perputaran terhadap total aktiva

digunakan untuk mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva

perusahaan yang dihitung dengan rumus :

Total Pendapatan

(64)

Total pendapatan adalah total pendapatan usaha dan pendapatan di

luar usaha, namun tidak termasuk hasil penjualan aktiva tetap. Sedangkan

capital employed adalah total aktiva pada akhir tahun buku dikurangi

dengan aktiva tetap dalam proses penyelesaian. Besarnya total asset turn

over perusahaan selama tahun 2003 dan 2004 adalah sebagai berikut :

445.913.619.394

h. Total equity to Total asset

Rasio ini digunakan untuk menghitung persentase total dana yang

disediakan oleh pemilik perusahaan yang dihitung dengan rumus :

Total Modal Sendiri

Total Asset Turn Over = x 100% Total Asset

Dengan mengetahui rasio ini berarti sekaligus dapat diketahui total

dana yang disediakan oleh kreditur, yaitu selisih total asset setelah dikurangi

dengan pendanaan modal sendiri. Total equity to total asset perusahaan

selama tahin 2003 dan dan 2004 adalah sebagai berikut :

378.048.451.200

(65)

144.434.385.600

• Tahun 2004 = x 100%= 8,32% 1.736.637.954.020

5. Penilaian Kinerja Keuangan

PT. PERTAMINA EP. Area Rantau - Aceh Tamiang setiap tahunnya

harus melaporkan kinerja perusahaan kepada pemerintah melalui Menteri

BUMN selaku pemilik saham. Laporan kinerja tersebut terdiri atas tiga

aspek yaitu : aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek administrasi.

Penilaian kinerja ini didasarkan pada Surat Keputusan Menteri BUMN

Nomor : Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN.

Dalam skripsi ini penulis hanya membahas mengenai penilaian kinerja

perusahaan pada aspek keuangan. Tata cara penilaian kinerja keuangan

untuk PT. PERTAMINA EP. Area Rantau-Aceh Tamiang adalah sebagai

berikut :

a. Total bobot untuk penilaian kinerja keuangan adalah 70

b. Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya adalah sebagai

berikut :

Indikator Bobot

1. Imbalan kepada pemegang saham (ROE) 20

2. Imbalan Investasi (ROI) 15

3. Rasio Kas 5

4. Rasio Lancar 5

(66)

6. Perputaran persediaan 5

7. Perputaran total asset 5

8. Rasio modal sendiri terhadap total aktiva 10

Total Bobot 70

c. Metode Penilaian

1. Return on Equity (ROE)

ROE (%) Skor

15 < ROE 20

13 < ROE <= 15 18

11 < ROE <= 13 16

9 < ROE <= 11 14

7,9 < ROE <= 9 12

6,6 < ROE <= 7,9 10

5,3 < ROE <= 6,6 8,5

4 < ROE <= 5,3 7

2,5 < ROE <= 4 5,5

1 < ROE <= 2,5 4

0 < ROE <= 1 2

ROE < 0 0

2. Return on Investment (ROI)

ROI (%) Skor

18 < ROI 15

Gambar

Tabel Judul
Gambar judul
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini membuat aplikasi untuk memudahkan kinerja administrasi dan pengelolaan data laporan masyarakat, agar petugas SPKT lebih efektif

Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari orang tua yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak mereka.Peranan orang tua dalam

Untuk mengaktifkan Menu Design, coba anda klik tab Menu Design pada tab menu atau tekan Alt+J kemudian tekan T, perhatikan ribbon menu yang tampil.. Untuk

Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, sampel paling banyak terdapat pada kelompok tamat SMP, sebanyak 49 orang (40.2%).Berkaitan dengan lama hukuman dijatuhkan,

Biometrik menerapkan teknologi seperti scanning sidik jari, retina dan iris untuk otentikasi individu yang meminta akses ke sumber daya, dan paket perangkat lunak kontrol

Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio pasar dalam

menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul PENEGAKAN HUKUM PRAKTIK USAHA CURANG DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG PIDANA KHUSUS EKONOMI, Merupakan salah satu syarat untuk

Aim: to elucidate the pattern of molecular response assessed by logarithmic reduction in BCR-ABL transcription levels based on Sokal prognostic score in chronic phase chronic