Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
TUGAS AKHIR
ANALISIS KINERJA SISTEM OFDM PADA JARINGAN HFC DENGAN
MENGGUNAKAN SPESIFIKASI DOCSIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
SAMUEL FIRMANTUA PANGGABEAN 030402083
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
ANALISIS KINERJA SISTEM OFDM PADA JARINGAN HFC DENGAN
MENGGUNAKAN SPESIFIKASI DOCSIS
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara
Oleh :
SAMUEL FIRMANTUA PANGGABEAN
NIM :
030402083Disetujui Oleh : Pembimbing
( Ir. Arman Sani, MT) NIP : 131945349
Diketahui Oleh : Pelaksana harian
Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU
( Prof. Dr. Usman S. Baafai ) NIP : 194610221973021001
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
ABSTRAK
Perkembangan aplikasi layanan interaktif melalui jaringan Hybrid Fiber
Coax (HFC) seperti telephony, akses internet, dan layanan data kecepatan tinggi
lainnya sudah tentu memerlukan transmisi dua arah. Lebar pita antara 5-42 MHz
dialokasikan untuk sinyal upstream. Masalah terbesar suatu jaringan HFC terletak
pada spektrum frekuensi upstream. Pada arah upstream kemungkinan besar akan
timbul adanya kandungan noise level tinggi yang disebabkan oleh thermal noise,
ingres pita sempit (narrowband ingres), noise impulse (impulse noise) dan
microreflections yang menyebabkan adanya multipath pada saluran transmisi
coaxial.
Desain pemodelan layer fisik arah upstream jaringan HFC pada proses
simulasi mengacu kepada spesifikasi DOCSIS 2.0. Desain tersebut meliput i
pengkodean RS, interleaver, scrambler dan mapping. Kemudian pada model
kedua adalah kombinasi antara DOCSIS 2.0 dengan sistem OFDM. Model OFDM
terdiri dari blok P/S, cyclic prefix, IFFT dan FFT. Sedangkan pemodelan kanal
HFC dibuat dengan pembangkitan noise thermal, noise ingress, noise impuls,
noise ingress dan miroreflections.
Kinerja OFDM pada jaringan HFC cukup bagus untuk modulasi QPSK
dibandingkan DOCSIS, terjadi prossesing gain sebesar 2-3dB. Sedangkan pada
modulasi 16QAM kinerja OFDM lebih buruk, tetapi hanya untuk kondisi kanal
noise ingress. Throughput OFDM lebih bagus pada modulasi QPSK, sedangkan
16QAM nilai throughput OFDM untuk kanal ekstrem lebih buruk, karena tidak
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
iv
DAFTAR ISI
. ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL ... DAFTAR SINGKATAN ... DAFTAR ISTILAH ... BAB I PENDAHULUAN...1.1 Latar Belakang
...
1.2 Tujuan dan
Manfaat...
1.3 Rumusan Masalah
...
1.4 Batasan
Masalah...
1.5 Metodologi
Penelitian...
1.6 Sistematika Penulisan
...
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Thermal Noise...
2.4.1. Impulse Noise...
2.4.2. Narrowband Ingress Noise...
2.4.3. Microreflections...
BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM
3.1 Pemodelan DOCSIS 2.0 ...
3.1.1 Blok Bernaulli Data Source...
3.1.2 Blok Reed-Solomon...
3.1.3 Blok Interleaver...
3.1.4 Blok Scrambler...
3.1.5 Blok Symbol Mapper...
3.2 Pemodelan OFDM dalam Standar DOCSIS 2.0...
3.2.1. Blok-blok Pemancar OFDM...
3.2.2. Blok-blok Penerima OFDM...
3.3 Pengaturan Parameter Simulasi...
3.3.1. Diagram Alir Proses Simulasi...
3.3.2. Perancangan Sistem...
3.3.3. Pemodelan dan pembangkitan noise kanal...
BAB IV ANALISA KINERJA SISTEM HASIL SIMULASI
4.1 Perbandingan pengaruh thermal noise pada jaringan HFC dengan
standar DOCSIS 2.0 dengan penerapan OFDM...
4.2 Perbandingan kinerja DOCSIS 2.0 vs OFDM dengan noise impuls...
4.3 Perbandingan kinerja DOCSIS 2.0 vs OFDM dengan ingress noise...
4.4 Perbandingan kinerja DOCSIS 2.0 vs OFDM dengan microreflections...
4.5 Analisa BER pada kanal ekstrem sistem OFDM vs DOCSIS 2.0...
4.6 Analisa throughput sistem OFDM vs DOCSIS 2.0...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ...
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Transimisi OFDM dalam domain frekuensi...
Gambar 2.2. Transimisi OFDM dengan 4 subcarier dalam domain waktu...
Gambar 2.3 Pengaruh guard interval dalam mengatasi ISI...
Gambar 2.4 Guard interval dengan cyclic prefix...
Gambar 2.5 Infrastruktur Jaringan HFC...
Gambar 2.6 Alokasi spektrum pada Jaringan HFC...
Gambar 2.7 Alokasi lebar pita yang tersedia pada jaringan HFC...
Gambar 2.8 Frame Reed-Solomon...
Gambar 2.9 Proses encoding Reed Solomon...
Gambar 2.10 Proses decoding Reed Solomon...
Gambar 2.11 Teknik interleaver...
Gambar 2.12. Sumber Ingress noise...
Gambar 2.13. Microreflections dengan single echo...
Gambar 3.1. Model sistem arah Upstream DOCSIS 2.0...
Gambar 3.2. Blok scrambler...
Gambar 3.3. Model sistem OFDM pada HFC...
Gambar 3.4. Diagram Alir Proses Simulasi...
Gambar 3.5. Pemodelan noise thermal pada HFC...
Gambar 3.6. Model Ingress noise...
Gambar 3.7. Model impuls noise...
Gambar 3.8. Model microreflections...
Gambar 4.1 Perbandingan kinerja DOCSIS vs OFDM pada kanal AWGN…...
Gambar 4.2. Perbandingan kinerja DOCSISvs OFDM pada kanal microreflections
Gambar 4.3. Perbandingan kinerja OFDM vs DOCSIS 2.0 pada kondisi kanal
ekstrem dengan modulasi QPSK dan 16QAM………...………...
Gambar 4.4. Throughput untuk modulasi QPSK (a) DOCSIS 2.0 (b)OFDM
(c)Perbandingan DOCSIS 2.0 dengan OFDM……...
Gambar 4.5. Throughput untuk modulasi16QAM (a)DOCSIS 2.0 (b)OFDM
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Parameter DOCSIS...
Tabel 2.2. BW kanal dan kecepatan data arah downstream dan upstream...
Tabel 2.3. Karakteristik arah upstream...
Tabel 3.1. Klasifikasi noise impuls...
Tabel 3.2 Klasifikasi noise ingress...
Tabel 3.3 Klasifikasi nilai microreflections... 16
23
24
40
41
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1.
Latar Belakang
Perkembangan aplikasi layanan interaktif melalui jaringan Hybrid Fiber
Coax (HFC) seperti telephony, akses internet, dan layanan data kecepatan tinggi
lainnya sudah tentu memerlukan transmisi dua arah. Lebar pita antara 5-42 MHz
dialokasikan untuk sinyal upstream dan lebar pita antara 50-870 MHz
dialokasikan untuk sinyal downstream. Masalah terbesar yang sering terjadi pada
suatu jaringan HFC terletak pada spektrum frekuensi upstream. Pada arah
upstream terdapat kemungkinan besar akan timbul adanya kandungan noise level
tinggi yang disebabkan oleh noise ingres pita sempit (narrowband ingres noise),
noise impulse (impulse noise) dan microreflections yang menyebabkan adanya
fenomena multipath pada saluran transmisi coaxial. Hal-hal seperti inilah yang
kadang tidak diperhitungkan dalam perencanaan arsitektur jaringan HFC.
Dengan adanya kendala seperti narrowband ingress noise, impuls noise
dan microreflections maka sudah dapat dipastikan data yang diterima oleh Headend akan mengalami gangguan yang tidak dapat dianggap remeh. Oleh karena itu dibutuhkan suatu cara untuk menangani secepatnya masalah-masalah
tersebut. Orthogonal Frekuensi Division Multiplexing (OFDM) merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan. Dan dengan adanya spesifikasi perencanaan
jaringan HFC yang telah tercantum pada Data Over Cable Services Interface
Specifications (DOCSIS) yang telah ditetapkan menjadi standar utama industri-industri yang bergerak di bidang komunikasi dua arah melalui jaringan HFC,
maka semua parameter baik untuk transmitter maupun receiver harus sesuai
dengan standar tersebut.
I. 2.
Tujuan dan Manfaat
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Memahami teorema sistem DOCSIS dan sistem OFDM yang akan diberikan pada
jaringan HFC dengan mengikuti standar DOCSIS dan mengetahui nilai QoS
dengan melihat BER dan throughput pada saluran transmisi HFC.
Manfaat dari Tugas akhir ini adalah pembuktian dan menganalisa penambahan
sistem OFDM dalam peningkatan performasi jaringan HFC, pada arah upstream
jaringan HFC.
I. 3.
Rumusan Masalah
Kualitas sinyal dari layanan interaktif arah upsteam dengan bandwidth
terbatas pada distribusi coax jaringan HFC pasti akan mengalami gangguan yang
disebabkan karena adanya noise (khususnya pada frekuensi di bawah 15 MHz)
dan juga karakteristik kabel coax yang mengakibatkan pantulan dan redaman yang
tidak sama untuk semua range frekuensi yang akan menyebabkan fenomena
multipath. Untuk mengefisiensikan bandwidth yang tersedia dan tetap menjaga kualitas sinyal, maka diperlukan suatu teknik modulasi yang optimal, yang
bersifat robust dan mempunyai efisiensi transmisi yang tinggi. Di dalam tugas
akhir ini akan dicoba penggunaan teknik modulasi Orthogonal Frequency
Division Multiplexing (OFDM) untuk mendapatkan hasil yang optimal serta menganalisa performansinya pada jaringan HFC dengan melihat nilai BER dan
throughput.
I. 4.
Batasan Masalah
Adapun beberapa batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah :
1. Jaringan yang dianalisa adalah jaringan distribusi coax pada hubungan
antara Fiber Node dengan rumah-rumah pelanggan pada jaringan Hybrid
Fiber Coax.
2. Sistem dianalisa pada kanal dengan hanya memunculkan Thermal noise,
narrowband ingress noise, impulse noise dan microreflections. 3. Modulasi menggunakan skema QPSK dan 16QAM.
4. Hanya menganalisa arah upstream.
5. Menggunakan standar DOCSIS 2.0. dan hanya sampai level sinyal
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
6. Menggunakan skema FDMA/TDMA pada DOCSIS 2.0. dengan single
user.
7. Parameter penilaian adalah bit error rate (BER) terhadap SNR dan
throuhput.
8. Kemungkinan menggunakan asumsi-asumsi yang diperlukan dalam
analisis perhitungan dan simulasi.
I. 5.
Metodologi Penelitian
Urutan langkah dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah:
1. Studi Literatur.
Studi literatur ini menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pokok
pembahasan sebagai referensi baik dari buku-buku, internet dan dan Tugas
Akhir Mahasiswa STTTelkom yang berhubungan dengan Tugas Akhir ini.
2. Analisa dan Simulasi.
Simulasi Jaringan HFC menggunakan Mathlab 6.5 dengan adanya
thermal noise, ingress noise, impuls noise dan microreflections. Menguji dengan menganalisa perbandingan sebelum dan sesudah penambahan
sistem OFDM dengan teori-teori yang sudah ada.
I. 6.
Sistimatika Penulisan
Secara keseluruhan penulisan tugas akhir ini terdiri dari 5 ( Lima )
bab yang menguraikan permasalahan secara berurutan. Secara garis besar,
penulisan masing-masing bab adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai latar belakang
masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan serta
sistematika penulisan.
BAB II : DASAR TEORI
Berisikan tentang penjelasan teori-teori secara singkat dan
konsep dasar tentang teknik Orthogonal Frekuensi
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
konsep singkat tentang jaringan Hybrid Fiber Coax dan
jenis-jenis noise yang mungkin timbul.
BAB III : PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI.
Dalam bab ini akan membahas tentang desain layer fisik
transmisi upstream, serta perancangan simulasi jaringan
HFC dengan stuktur-struktur penyusunnya yang meliputi
transmitter dan receiver dari masing-masing blok.
Perancangan model kanal yang dapat mempengaruhi data
yang akan di terima pada Headend dengan mengacu pada
spesifikasi DOCSIS 2.0 dan desain sistem OFDM dalam
jaringan HFC.
BAB IV : ANALISA KINERJA SISTEM HASIL SIMULASI
Dalam bab ini akan membahas mengenai analisa
terhadap data yang diperoleh dari hasil simulasi. Kinerja
yang ditampilkan dapat dilihat dari parameter Bit Error
Rate (BER) dan throuhput.
BAB V : KESIMPULAN & SARAN
Dalam bab ini akan berisi kesimpulan dari Tugas Akhir
secara keseluruhan dan saran untuk perbaikan dan
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
BAB II
DASAR TEORI
Fenomena ingress noise pada jaringan transportasi coaxial, baik yang
timbul secara ketidak sengajaan atau sengaja merupakan salah satu masalah besar
yang harus diperhatikan pada sistem layanan Hybrid fiber Coax (HFC). Titik
paling rentan terhadap masalah tersebut terlatak dari arah customers ke headers,
atau disebut arah upstream. Meskipun telah ada pemeliharaan jaringan coaxial
yang dilakukan secara rutin dan terus menerus dengan menggunakan FCC standar
yang tercantum dalam sistem DOCSIS, fenomena tersebut masih juga sering
terjadi dan sangat mengganggu. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan adanya penambahan sistem OFDM yang diharapkan mampu
meningkatan performasi dan proteksi jaringan terhadap ingress noise.
2.1. Orthogonal Frekuensi Division Multiplexing (OFDM).
Prinsip dari OFDM adalah membagi bandwidth yang tersedia menjadi
beberapa sub-band yang sempit dan saling orthogonal (saling tegak lurus),
dimana kanal fading dapat dianggap non-dispersive (tidak tersebar). Jadi OFDM
merupakan salah satu teknik transmisi multicarrier. Pengimplementasian
modulator dan demodulator (modem) sub-channel yang kompleks dapat
digantikan dengan Fast Fourier Transformer (FFT), sehingga akan membuat
implementasi teknologi ini akan lebih mudah dan murah karena hanya akan
menggunakan dua carier untuk menggeser dari frekuensi baseband ke frekuensi
passband.
Konsep utama dari sistem OFDM adalah membagi atau memecah data
serial kecepatan tinggi yang menjadi N data paralel berkecepatan rendah dan
mentransmisikan data paralel tersebut dengan beberapa subcarrier.
Carrier-carrier ini dibuat saling orthogonal dengan memilih spasi frekuensi yang sesuai antar carrier. Maka, spectral overlapping (spektrum sinyal yang saling tumpang
tindih) dapat dilakukan dengan tetap menjaga ke-orthogonal-an antar subcarrier.
Sehingga di penerima sinyal tersebut dapat dipisah kembali antar subcarrier.Jika
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
efisiensi spektral dapat ditingkatkan. Pembagian data menjadi subcarrier
mengakibatkan durasi simbol OFDM bertambah panjang sehingga dapat
mereduksi efek akibat kanal multipath. Tetapi untuk kondisi kanal yang ekstrim
(AWGN dan terdistribusi Rayleigh) dimana masih mungkin terjadi Inter Symbol
Interference (ISI) dan Inter Carrier Interference (ICI) pada sistem OFDM, maka masalah tersebut dapat diatasi dengan penambahan guard time atau cyclix prefic
(CP) pada proses akhir setelah modulasi.
2.1.1. Prinsip Orthogonalitas
Konsep Orthogonal pada OFDM menunjukkan adanya hubungan
matematis antara frekuensi carrier pada sistem. Pada sistem ini, digunakan guard
band antara carrier yang berbeda, sehingga akan mengurangi efisiensi spektrum. Dengan mengatur carrier OFDM, sehingga side band masing-masing carier
saling overlap, dan sinyal masih dapat diterima tanpa interferensi carrier yang
berdekatan.
Secara matematis, suatu kumpulan sinyal i ,i = ± 0, ± 1, ±2, .... akan orthogonal pada interval [a b],jika :
( ) ( )
E jikajika ll kkdt t t k b a k l ≠ = =
∫
0,, *
ϕ ϕ
= Ekδ
( )
l−kdimana ϕk*
( )
t merupakan komplek konjugate dari sinyal δ( )
l−k yangmerupakan kunci delta kronecker, yang didefinisikan sebagai :
( )
jikajika ll kkk l ≠ = = − , 0 , 1 δ
Fungsi basis Discrete Fourier Transform (DFT) atau Fast Fourier Transform
adalah :
( )
[j( kt)T]k t e
/ 2π
ϕ = , dimana k = 0, ±1, ±2, ±3,....membentuk kumpulan sinyal
orthogonal pada interval (0,T) karena :
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Proses pembangkitan sinyal OFDM dapat dilakukan pada tingkat baseband
dengan menggunakan Discrite Fourier Transform untuk menghindari banyaknya
oscilator dan modulator pada pemancar, dan demulator dan filter pada penerima.
Misalkan keluaran dari signal mapping dinyatakan oleh persamaan berikut :
Sn(t) = An(t)e
Sn(t) dapat berupa data yang termodulasi secara BPSK, QPSK maupun QAM.
2.1.3. DFT sebagai Demodulator OFDM
Penghematan bandwidth
frekuensi
frekuensi (c)
(d)
t
Gambar sinyal OFDM dalam domain waktu dengan 4 subcarier
2.1.4. Guard Interval (Cyclic Prefix)
Untuk mengurangi adanya pengaruh intersymbol interefrence (ISI), yang
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
ditambahkan guard interval yang memisahkan simbol satu dengan simbol lain
yang saling berdekatan.
ISI disebabkan adanya respons impuls kanal, sehingga pada perancangan
guard interval, panjang guard interval harus lebih panjang dari respon impuls kanal. Sehingga jika ada dua atau lebih sinyal yang melewati lintasan yang
berbeda, maka enegi ISI akan terdegradasi pada guard interval dan simbol data
sebenarnya tidak terkena ISI, tetapi terkena interferensi yang berasal dari simbol
yang sama, hal itu bukan merupakan ISI, tetapi merupakan bentuk distorsi linier.
Proses ini dijelaskan pada gambar berikut.
Sinyal yang terdelay
Sinyal langsung
Gambar Pengaruh guard interval dalam mengatasi ISI
Cyclic prefix
Gambar guard interval dengan cyclic prefix
Penambahan guard interval akan memperkecil durasi simbol data,
sehingga akan memperlebar jarak antar subcarrier. Hal ini akan mengakibatkan
bandwidth keseluruhan sinyal OFDM menjadi lebih lebar
2.2. Jaringan Hybrid Fiber Coax (HFC)
2.1. Infrastruktur Jaringan HFC
Secara umum infrastuktur jaringan HFC terdiri dari empat bagian, yaitu
Trunk Feeder Center (TFC), Distribution Center (DC), Fiber Node (FN), dan perangkat dirumah pelanggan atau biasa disebut dengan Customer Premises
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Gambar Infrastruktur Jaringan HFC[1]
Pada Trunk Feeder Center ini terdapat berbagai perangkat yang berfungsi
untuk memberikan layanan TV broadcast. Perangkat tersebut terdiri dari antena
penerima (Satelit, Microwave Teresterial, dan lokal / Off-air) dan TV Broadcast
Headend (terdiri dari demodulator, modulator dan sinyal prosesor). Fungsi dari
TV Broadcast Headend ini adalah untuk menempatkan sinyal TV yang berasal
dari berbagai sumber yang berbeda kedalam frekuensi yang sesuai didalam
jaringan Hybrid Fiber Coax.
Pada Distribution Center ini layanan TV Broadcast akan digabungkan
dengan layanan lainnya yaitu Video on Demand, data dan telepon. Agar dapat
digabungkan maka terlebih dahulu terjadi perubahan sinyal dari bentuk sinyal
optik menjadi elektrik. Sinyal dari arah Distribution center ini akan di gabungkan
menggunakan combiner untuk kemudian diteruskan ke Fiber Node, sedangkan
sinyal dari Fiber Node yang menuju ke Distribution Centre akan di pecah
menggunakan splitter untuk kemudian diteruskan ke terminal Cable
ModemTermination System, Video Interactive Headend ataupun Cable Telephony
Headend.
Customer Premises Equipment (CPE) adalah perangkat yang terdapat di rumah pelanggan yang berguna memberikan antarmuka sehingga pelanggan dapat
menikmati layanan yang diinginkan. CPE untuk layanan TV broadcast maupun
Video interaktif adalah satu set televisi dan set top box. Agar dapat menggunakan
layanan telepon maka pelanggan memerlukan Cable Telephony Modem yang
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
pelanggan. Sedangkan untuk menggunakan layanan data khususnya internet maka
pelanggan memerlukan modem kabel yang dihubungkan ke PC pelanggan.
Dengan demikian maka pelanggan dapat menonton TV, browsing di Internet
maupun menerima telepon pada saat yang bersamaan.
2.2. Alokasi Bandwidth HFC
Jenis Layanan yang dapat ditangani oleh jaringan HFC dibagi menjadi dua
kategori, yaitu layanan yang bersifat distributif dan layanan yang bersifat
interaktif. Layanan distributif yang digunakan meliputi TV analog broadcast dan
TV digital broadcast, sedangkan layanan interaktif meliputi telepon, data dan
Video On Demand (VOD). Layanan-layanan yang diberikan ini erat kaitannya dengan spektrum frekuensi.
Alokasi spektrum sistem transmisi pada jaringan HFC adalah sebagai
berikut:
upstream downstream
5-65 MHz 85-870 MHz
Untuk lebih tepatnya alokasi dari lebar pita yang tersedia untuk spektrum
TV Kabel dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Reverse 5-65 MHz Telephony dan Data
FM Radio 85-108 MHz
FAA Restricted Some Data/Digital Music/ Forward Telephony 108-120 MHz
Analog Video Mid Band 120-174 MHz
Analog Video High Band 174-230 MHz
Analog Video Super Band 230-470 MHz
Analog Video Hyper Band 470-550 MHz
(Forward Telephony and/or Digital Music)
Interactive Services/Digital Video 550-870 MHz
Berikut penjelasan dari masing masing Spektrum :
• Spektrum 5-65 MHz dialokasikan untuk transmisi kembali dari layanan data
atau telepon.
• Spektrum 65-85 MHz digunakan untuk filter crossover yang memisahkan
transmisi forward dan reverse dan tidak dapat digunakan untuk transmisi
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
• Spektrum 85-108 MHz dialokasikan oleh FCC untuk transmisi penyiaran
FM. Transmisi televisi menggunakn frekuensi pita ini akan diinterferens oleh
sinyal penyiaran FM yang kuat dan berdekatan.
• Spektrum 108-120 MHz Sesuai dengan penggunaan FAA dari frekuensi ini,
FCC merekomendasikan bahwa pita ini membutuhkan limitasi khusus atau
lebih baik tidak digunakan sama sekali.
• Spektrum 120-550 MHz terdiri atas 56 kanal yang dialokasikan untuk
transmisi video forward.
• Spektrum 550-870 Mhz dialokasikan untuk transport digital yang terdiri dari
transmisi data forward dan layanan interaktif lainnya.
2.3. Spesifikasi DOCSIS 2.0
2.3.1. Pengertian DOCSIS 2.0
Data Over Cable System Interface Specifications 2.0 atau DOSIS 2.0
adalah spesifikasi yang dikeluarkan oleh CableLabs yang dijadikan standar dalam
perencanaan jaringan coax yang bertujan untuk meningkatkan kapasitas dan
robustness ke berbagai macam pengrusakan/pelemahan dalam perencanaan channel upstream pada jaringan coax. Spesifikasi ini tidak berpengaruh pada
channel downstream maupun fungsi MAC, kecuali jika diperlukan adanya
perubahan untuk mengakomodasi physical layer yang baru.
Ciri-ciri dasar dari spesifikasi baru ini adalah meningkatkan channel
bandwidth sampai 6,4 MHz. Dengan beberapa tambahan berupa skema modulasi,
termasuk 64QAM, yang akan memberikan peningkatan throuhput sebesar 50%
dibandingkan dengan 16QAM yang telah diterapkan pada spesifikasi DOCSIS 1.0
dan DOCSIS 1.1. DOCSIS 2.0 juga mampu memberikan peningkatan dalam
skema Forward Error Correction (FEC).
Spesifikasi DOCSIS sebelumnya (DOCSIS 1.0 dan 1.1) berbasis TDMA.
Lebih tepatnya lagi, TDM digunakan untuk channel downstream (dari CMTS
sampai Cable Modem) dan TDMA digunakan untuk channel upstream. Pada
spesifikasi DOCSIS 2.0 ada dua buah tipe proposal tentang multiple-access yang
telah ditetapakan. Salah satunya masih menggunakan TDMA seperti spesifikasi
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
2.3.2. Parameter DOCSIS
Data Over Cable System Interface Specifications (DOCSIS) memiliki
besaran parameter system pada suatu jaringan CATV. Parameter tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
No Parameter DOCSIS
1 Negara pembuat Amerika Serikat
2 Lebar Bandwidth 6 MHz
3 System TV NTSC
4 Frekuensi downstream 50 - 860 MHz
5 Frekuensi Upstream 5-42 MHz
Tabel parameter DOCSIS
2.3.2.1. Level Transmisi
Level daya dari CMTS pada arah downstream dengan lebar kanal 6 MHz
direkomendasikan pada batasan nilai -10 dBc sampai -6 dBc realtif terhadap level
carier video analog. Nilai level daya keluaran CMTS tidak boleh melebihi dari
level carrier video analog.
Level daya dari Cable Modem (CM) pada arah upstream harus dibuat
rendah agar dapat mencapai agar dapat mencapai di atas batas margin noise dan
distorsi.
2.3.2.2. Performansi layanan data end to end
Performansi layanan data end-to-end ditunjukkan oleh besaran Quality of
Service (QoS). QoS digunakan sebagai standar kualitas layanan sehingga akan memberikan layanan yang memuaskan. QoS pada jaringan HFC tergantung pada
alokasi bandwidth untuk masing-masing pelanggan. Alokasi bandwidth
downstream tidak begitu mendesak dikarenakan alokasi yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan upstream. Sehingga QoS pada HFC tergantung pada alokasi
bandwidth upstream untuk masing-masing pelanggan. Parameter yang
mempengaruhi QoS pada jaringan HFC adalah Troughput, Delay dan BER (Bit
Error Rate).
2.3.3. Blok-blok yang terdapat dalam media fisik upstream
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Kode Reed-Solomon adalah block code, yang berarti pesan yang akan
ditransmisikan dibagi menjadi blok-blok data yang terpisah. Kode ini disebut juga
kode sistematik, yang berarti proses encoding tidak merubah simbol-simbol pesan
dan simbol proteksi ditambahkan pada tempat yang terpisah pada blok data
tersebut. Reed-Solomon disebut juga linear code (dengan menjumlahkan dua
codeword akan menghasilkan codeword yang lain) dan juga cyclic (dengan menggeser secara cyclic suatu codeword akan menghasilkan codeword yang lain).
Reed-Solomon termasuk dalam keluarga pengkodean
Bose-Chaundhuri-Hocquenghem (BCH), tapi berbeda dalam hal simbol yang dimiliki mempunyai bit yang banyak. Hal ini membuat kode cocok digunakan pada error yang terjadi
secara burst karena walaupun simbol terkena error pada seluruh bitnya, maka
dihitung sebagai satu simbol error dalam hal kapasitas koreksi error dari kode.
Dengan memilih parameter yang berbeda dari suatu kode akan
memberikan level proteksi yang berbeda dan mempengaruhi kompleksitas
implementasi. Reed-Solomon dapat dideskripsikan sebagai kode (n,k), dimana n
adalah panjang blok dalam simbol dan k adalah jumlah simbol informasi pada
pesan. Dan juga
2m 1
n≤ − (0.1)
dimana m adalah jumlah bit dalam satu simbol. Terdapa n-k simbol parity dan t
simbol error yang dapat dikoreksi pada blok, dimana ( ) 2
n k
t= − untuk n-k genap
dan ( 1)
2
n k
t= − − untuk n-k ganjil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawh ini :
Simbol
Proses encoding Reed-Solomon dapat digambarkan dalam diagram blok
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Data Input
Data Output
Gambar Proses encoding Reed Solomon
Sedangkan pada proses decoding Reed-Solomon dapat digambarkan dalam
diagram blok berikut ini.
Data Delay
Perhitungan Syndrom
Pembentukan Polinomial Error
Location
Perhitungan nilai error Metode Forney
Pencarian Chien (Posisi Error)
+
Input R
S
X
Y
/
OutputGambar Proses decoding Reed Solomon
Blok diagram decoder Reed-Solomon berisikan fungsi yang dibutuhkan jika
menerima sinyal yang sudah dikodekan dengan reed-Solomon yang telah
dirusak/dikacaukan oleh noise. Fungsi yang terdapat pada decoder Reed-Solomon
adalah :
a. Menghitung syndrom
b. Mencari error locator polynomial
c. Mencari error evaluator polynomial
d. Menghitung lokasi kesalahan
2.3.3.2. Interleaver
Interleaver merupakan salah satu teknik pengkodean yang juga berfungsi
sebagai proteksi terhadap error. Error yang dimaksud dan biasa terjadi dalam
pengirima informasi data bit adalah burst error. Burst error adalah pengrusakan
atau penghilangan data secara besar yang melibatkan satu deret bit sekaligus.
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
dimaksukkan/dituliskan ke dalam suatu blok-blok secara horisontal, kemudian di
kirimkan kembali dengan cara pembacaan secara vertikal. Sehingga diharapkan
akan ada kenaikan kemampuan dalam perbaikan kesalahan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
C
Gambar teknik interleaver
Data masukan dan yang akan ditulis pada blok interleaver adalalah
C1(1),C1(2)..C1(N),C2(1),C2(2)..C2(N)...CP(N), sedangkan data yang akan di
baca dan dikirim adalah C1(1), C2(1)..CP(1),C1(2),C2(2)..CP(2)...CP(N).
2.3.3.3. Scrambler
Scrambler atau biasa disebut dengan randomizer adalah teknik pengacakan data yang bertujuan untuk pengamanan data, menjamin jumlah bit
yang cukup dari transmisi dan membantu clock recovery. Burst akan diacak untuk
mengacak urutan data yang dikirimkan, sehingga menghasilkan gelombang/sinyal
termodulasi akan mempunyai karakteristik yang sama dengan white noise.
2.3.3.4. Modulasi Digital
Modulasi merupakan proses penumpangan sinyal informasi pada sinyal
carier. Sedangkan yang dimaksud dengan modulasi digital adalah sinyal informasi
yang ditumpangkan masih berupa data digiral. Pada tugas akhir ini modulasi
digital digunakan sebagai pemetaan atau symbol mapper. Proses pemetaan
berguna untuk pengelompokan bit yang kemudian data dapat langsung
ditransmisikan untuk sistem DOCSIS atau data tersebut berguna sebagai inputan
blok serial to paralel pada sistem DOCSIS dengan penambahan teknik OFDM .
(1) . Modulasi QPSK
Modulasi QPSK merupakan modulasi yang menggunakan awalan fasa
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
kode binary, kode tersebut yaitu “00,01,11,10”. Masing-masing sinyal tersebut
memiliki perbedaan fasa sebesar 900 dengan sinyal yang berdekatan. Sinyal QPSK
dalam sebuah persamaan dapat ditulis sebagai berikut :
( )
= +( )
− 2 1 2 cos 2 ππf t i
T E t S c s s
QPSK dimana 0≤t≤Ts,i=1,2,3,4
Dikarenakan satu simbol sinyal QPSK terdiri dari dua buah bit, maka nilai perioda
simbol (Ts) sama dengan dua kali perioda bit.
Ts = 2 Tb
Sedangkan probabilitas kesalahan bit (BER) yang dimiliki QPSK pada kanal
AWGN dapat dirumuskan dalam persamaan :
( )
γ Q N E Q P b BERQPSK = = 0 2Nilai γ merupakan perbandingan antara sinyal dengan daya noise (SNR).
(2) . Modulasi M-QAM
Pada modulasi yang mengunakan PSK, antara sinyal satu dengan sinyal
yang lain memiliki amplituda yang konstan, jika digambarkan pada diagram
konstelasi akan didapat konstelasi berbentuk lingkaran. Sedangkan pada modulasi
yang berdasarkan Quadratude Amplitude Modulation (QAM), sinyal memiliki
amplituda dan fasa yang berbeda. Modulasi yang berdasarkan QAM yang
digunakan pada standar DOCSIS arah upstream adalah 16QAM, dengan tiap
simbol mewakili emapt bit. Bentuk dari sinyal 16QAM dapat ditulis sebagai
berikut :
( )
(
)
b(
f t)
t TT E t f a T E t
S i c
s c
i s
i = + cos 2 ,0≤ ≤
2 2
cos
2 min π min π
i = 1,2,3,4
Dimana Emin merupakan energi sinyal dengan nilai amplituda terkecil, at dan bt merupakan pasangan nilai integer yang ditentukan menurut lokasi masing-masing
titik sinyal. Modulasi 16QAM tidak memiliki energi simbol yang konstan atau
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
(-L+1, L-1) (-L+3, L-1) ... ( L+1, L-1)
{ at ,bt }= (-L+1, L-3) (-L+3, L-1) ... (-L-1, L-1)
: : :
(-L+1,-L+1) (-L+3,L+1) ... (L-1,-L+1)
Dimana L= M
Probalilitas kesalahan bit (BER) untuk modulasi 16QAM dapat dirumuskan:
( )
+ + = 5 2 1 5 . 3 5 4 1 16 γ γ γγ Q Q Q
P QAM
Efisiensi bandwidth yang dimiliki modulasi QAM sama dengan modulasi
PSK.Dalam hal efisiensi daya, QAM memiliki efisiensi yang lebih baik
dibandingkan PSK.
2.3.4. Karakteristik Transmisi RF berdasarkan spesifikasi DOCSIS 2.0
2.3.4.1. Karakteristik transmisi RF upstream
Tabel Karakteristik arah upstream
No Parameter Nilai
1 Frekuensi kerja yang digunakan 5 sampai 42 MHz 2 Delay pengiriman dari pelanggan terjauh sampai ke 0,800 ms
CMTS terdekat
3 Carier to Interference plus ingress (penjumlahan dari 25 dB noise, distortion,common-path distortion, XMOD dan penjumlahan diskrit dari sinyal ingress broadband, kecuali noise impuls) ratio.
4 Hum Modulation 23 dBc (7%)
5 Burst Noise
10 µs untuk 1 Khz pada rata-rata semua kasus
6 Amplitudo ripple 0,5 dB/MHz
7 Group delay ripple 200 ns/MHz 8 Micro-reflection untuk single echo -10 dBc @ 0,5 µs
-20 dBc @ 1,0 µs
-30 dBc @ >1,0
s µ
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
2.3.4.2. Modulasi downstream dan upstream
Kanal Modulasi Bandwidth Kanal Kecepatan Data Maksimum
Downstream
64 QAM 6 MHz 27 Mbps
256 QAM 38 Mbps
Upstream QPSK
16 QAM (kbps) 64 QAM (kbps)
200 KHz 320 640
400 KHz 640 1280
16-QAM
800 KHz 1280 2560
1600 KHz 2560 5120
3200 KHz 5120 10240
6400 Khz 10240 20480
Tabel BW kanal dan kecepatan data arah downstream dan upstream
2.4. Kanal Jaringan HFC
Kanal yang teradapat pada media transmisi HFC pada umumnya dan
coaxial pada khususnya adalah respon kanal wired yang terdiri dari kanal thermal
noise (AWGN), microreflections dan noise berupa narrowband ingress dan impuls noise. Meskipun respon kanal wired tidak sebesar kanal wireless tetapi kedua kanal tersebut memiliki kemiripan,yaitu memiliki karakterisktik berubah
terhadap waktu (time variant).
2.4. 1. Thermal Noise.
Thermal noise atau juga disebut dengan white noise adalah noise yang dihasilkan dari pergerakan electron-elektron dalam medium transmisi. Rapat
spektral daya dari thermal noise dapat dinyatakan sebagai:
kT e
hf f
N
kT
hf ≈
− =
1 )
( f < 1012 Hz
Nilai k = 1,38 x 10-23 J/K, konstanta planck h = 6,63x10-34 Watt/s2, dan T
adalah temperatur absolut dalam Kelvin. Rapat spektral dayanya sekitar -174
dBm/Hz diukur pada temperatur kamar dengan satuan 0K. Thermal noise ini
merupakan jenis noise yang bersifat Additive White Gaussian Noise yaitu noise
dengan rapat spektral daya yang rata (flat) pada semua frekuensi. Adapun rapat
spektral daya dari AWGN adalah:
2
)
( jw n
n e
S =σ
2.4. 2. Narrowband Ingress noise.
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
memasuki ke dalam cable network dikarenakan oleh adanya kerusakan pada
jaringan kabel. Titik kerusakan ini paling sering terjadi pada cable drop dan
kesalahan pemasangan konektor. Penyebab ingress noise umumnya berasal dari
adanya transmisi RF di udara bebas, seperti, radio CB, radio amatir, pesawat
terbang,, pemancar internasional short wave (SW), dan juga motor/mesin,
peralatan rumah tangga dan mainan elektronik yang memancarkan frekuensi.
Gambar Beberapa sumber Ingress noise
Rapat spektral daya dari ingress noise dapat didekati oleh dengan
persamaan sebagai berikut :
) ( jw n e
S σn2 +N.σ12 untuk
N N l w N N
l2π − π < < 2π + π
2
n
σ untuk lainnya
2.4. 3. Impulse Noise.
Impulse noise merupakan noise yang tidak tetap (non stasioner) dari peristiwa-peristiwa elektromagnetik yang sifatnya sementara. Impulsive noise ini
akan mengakibatkan munculnya interupsi sinyal transmisi secara acak. Ada dua
macam impulsive noise, yaitu corona noise yang ditimbulkan karena ionisasi dari
udara di sekitar kawat yang bertegangan tinggi dan gap noise yang ditimbulkan
karena adanya kerusakan insulator, sehingga tegangan tinggi yang ada di sekitar
insulator yang rusak tersebut dapat menimbulkan gangguan.
2.4. 4. Microreflections.
Microreflection terjadi akibat adanya perubahan media transmisi yang yang dapat menyebabkan nilai impedansi sumber tidak sama dengan nilai
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
akhirnya akan mengakibatkan adanya energi yang mengalami refleksi (atau
pemantulan sinyal kembali yang disebut echo). Microreflection ini menyebabkan
adanya fenomena multipath-fading pada saluran transmisi coaxial. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
BAB III
PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM
Dalam bab ini akan didesain pemodelan layer fisik transfer data upstream
jaringan HFC dengan menggunakan spesifikasi DOCIS 2.0. Kemudian akan
ditambahkan sistem OFDM pada model tersebut. Kedua model itu akan dianalisa
respon sistem terhadap kanal, kanal tersebut meliputi microreflections, Thermal
noise, Narowband Ingress noise dan Impuls Noise. Blok spesifikasi DOCSIS 2.0 dapat dilihat pada gambar berikut dibawah ini:
RS
Gambar model sistem arah Upstream DOCSIS 2.0 [1]
Data dari transmitter akan dikodekan menggunakan pengkodean
Reed-Solomon, kode tersebut merupakan standar yang harus dipenuhi sesuai dengan
sistem DOCSIS 2.0. Setelah mengalami proses pengkodean, data tersebut akan
diacak menggunakan interleaver dan scrambler. Mapping data menggunakan
menggunakan modulasi QPSK dan16QAM. Proses hanya sampai tahap Baseband.
Keluaran dari sistem ini akan melalui kanal microreflections, thermal noise,
narrowband ingress dan impuls noise.
3.1. Pemodelan DOCSIS 2.0 TDMA
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Blok ini berfungsi menghasilkan bilangan biner (0,1) yang yang memiliki
peluang kemunculan yang sama antara bilangan “0” dan “1”. Bit yang
dihasilkan adalah sebanyak jumlah bit yang disimulasikan. Keluaran dari
generator bit sesuai dengan persamaan berikut ini :
0
[ ] ; untuk 0 1
1
b n = ≤ ≤ − n N
(0.2)
Dengan N adalah jumlah bit, dan b[n] adalah bit ke-n dari keluaran
generator bit. Pembangkitan bilangan biner ini dengan memanfaatkan fungsi
randint pada Matlab 6.5.
(2). Blok Reed-Solomon
Pengkodean reed-solomon digunakan pada pengkodean terluar (outer code).
Panjang codeword inputan pengkodean luar sepanjang 16 simbol,dan agar
didapat kemampuan koreksi sebesar 8 symbol maka harus ditambahkan 4
simbol pada inputan pengkodean ini, sehingga keluaran codeoword-nya
sepanjang 24 simbol,.
Parameter-parameter yang harus diperhatikan pada pengkodean
reed-solomon antara lain adalah jumlah simbol output (n), jumlah simbol input (k),
jumlah bit/simbol (m), polinomial primitif yang digunakan, kemampuan koreksi error (t), dan generator polinomialnya. Jenis kode reed-solomon yang digunakan dalam simulasi adalah RS(30,16). Penentuan parameter pengkodean
adalah sebagai berikut :
Jumlah simbol output (n) = 30
Jumlah simbol input (k) = 16
Jumlah bit/simbol (m) = 8
Generator Polinomial = p(x) = x8+ x4+ x3+ x2+1
Kemampuan koreksi (t) simbol = (n-k)/2 = 7
(3). Blok Interleaver[1]
Interleaver yang digunakan pada simulasi adalah tipe fixed mode, dengan
jumlah kolom x baris adalah 84 x 30. Dengan penulisan secara horisontal dan
pembacaan akan dilakukan secara vertikal.
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Codeword atau paket stream data akan diacak dengan penambahan modulo-2 dari data dengan keluaran dari register pseudorandom binary sequence
generator. Metode pengacakan yang digunakan merupakan sequence polynomial x15+ x14+1 dengan 15-bit yang dapat diprogram. Proses pengacakan
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
[image:31.595.175.464.186.367.2]X
Gambar blok scrambler
Pada awal pengiriman paket data, isi dari register pseudorandom binary
sequence dibersihkan dan lalu diisikan kembali dengan nilai 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0
1 0 0 0 0 ,dan untuk pengiriman selanjutnya isi dari register tersebutakan diacak
kembali.
(5). Blok Symbol Mapper [1]
Pada proses ini data digital berupa bit-bit keluaran dari blok scrambler akan
di mapping-kan dengan dua teknik modulasi, yaitu menggunakan modulasi
QPSK dan 16QAM. Untuk modulasi QPSK deretan bit akan dipetakan ke dalam diagram konstelasi dengan nilai inphase dan quadrature +1 dan -1. Sedangkan
untuk 16QAM akan memiliki nilai inphase dan quadrature ±1 dan ±3.
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
[image:32.595.112.513.82.319.2]RS
Gambar blok setelah penambahan sistem OFDM
Penambahan blok hanya dilakukan setelah blok terakhir pada standar
DOCSIS yaitu blok symbol mapper. Penambahan blok tersebut dikelompokkan
menjadi :
3.3.1. Blok-blok Pemancar OFDM
(1). Serial to Paralel Converter
Data serial dari proses pemappingan sinyal diubah menjadi data paralel
sesuai dengan jumlah subcarier yang digunakan. Jumlah bit pada
masing-masing lengan paralel disesuaikan dengan teknik modulasi yang digunakan.
(2).Penambahan zero pad
Zeropad berfungsi untuk menambahkan nilai nol sampai panjang barisnya sesuai dengan jumlah point IFFT. Jika output pada Serial to Paralel adalah
matriks Lx1, dimana L < 64 (jumlah point IFFT), maka penambahan zero pad
adalah sebesar 64 – L, hal tersebut dilakukan agar masukan IFFT sesuai dengan
jumlah point IFFT, yaitu sebesar 64.
Penambahan zero pad ini berfungsi sebagai oversampling. Penambahan
zeropad yang paling baik adalah sebanyak dua kalinya, sehingga didapatkan
frekuensi sampling yang baik meskipun harus mengabaikan lebar bandwidth.
(3). IFFT (Inverse Fast Fourier Transform)
IFFT berfungsi sebagai Inverse Discrite Fourier Transform (IDFT), tetapi
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
juga berfungsi sebagai OFDM Baseband Modulator, yang sekaligus menjamin
ke-orthogonal-an antar subcarrier. Masukan dan keluaran IFFT adalah
kompleks. Pendekatan untuk proses OFDM dengan Inverse Discrite Fourier
Transform (IDFT) sebagai vektor C adalah :
[ ]
∑
[ ]∑
=− = =− = 1 0 / 2 / 2 1 0 1 1 N n t f j n N nm j N n n m m c e C N e C NC π π
Dimana :
m = subcarier dari o sampai N-1
n
f = n
( )
N∆tm
t = m∆t
t
∆ = jarak dalam domain waktu antar aliran data c m
Proses IDFT (Inverse Discrite Fourier Transform) bisa diimplementasikan
menggunakan IFFT(Inverse Fast Fourier Transform). Untuk efisiensi dalam
komputasi, N selalu menggunakan power of two. Jadi proses IFFT yang
dilakukan sebanyak 64 subcarier.
(4). Penambahan cyclic prefix
Blok ini berfungsi untuk menambahkan guard interval yang merupakan
pengkopian beberapa sample simbol akhir
Penambahan ini dilakukan sebelum masuk ke lengan P/S, jadi
penambahannya adalah vektor lengan satu dan seterusnya. Misalkan inputan
dari blok ini adalah vektor 32 x 1, dan sebagai sebagai cyclic prefix adalah 8
sample terakhir, maka vektor yang dikopi adalah pada kolom 25:32, yang
kemudian diletakkan pada awal simbol, ini berarti menggunakan 1:4 cyclic
prefix.
(5).Paralel to Serial Converter
Blok ini berfungsi mengubah vektor kolom N x 1 menjadi vektor 1x1. jadi
masukan blok ini dapat dianggap sebagai data paralel, kemudian keluarannya
berupa data serial. Dimana M=2(L+1).
Sinyal yang telah dikonversi menjadi serial, maka akan memiliki sample
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
3.3.2. Blok-blok Penerima OFDM
(1). Serial to Paralel Converter
Deretan simbol OFDM yang masih berupa deret serial harus diubah dahulu
menjadi data paralel sebanyak jumlah lengan FFT yaitu 64 lengan.
(2). Penghilangan cyclic prefix
Pengambilan guard interval yang terdapat pada deretan simbol OFDM yang
diterima dari proses transmisi.
(3).FFT (Fast Fourier Transform)
Data paralel yang didapat kemudian dikonversi dari domain waktu ke dalam
domain frekuensi dengan jumlah point FFT yang digunakan sama dengan
jumlah point pada IFFT yang digunakan pada blok pengirim.
(4). Penghilangan zero pad
Pengambilan zero pad yang terdapat pada deretan simbol OFDM yang
diterima setelah melalui blok FFT.
(5). Penghilangan sinyal Pilot
Pengambilan sinyal pilot yang terdapat pada data yang telah diterima setelah
melalui blok pengambilan zeropad. Meskipun data masih berupa data paralel
tetapi data ini merupakan data asli.
(6). Paralel to Serial Converter
Blok ini berfungsi mengubah vektor kolom N x 1 menjadi vektor 1x1. jadi
masukan blok ini dapat dianggap sebagai data paralel, kemudian keluarannya
berupa data serial sesuai dengan inputan pada pengirim.
3.3. Pengaturan Parameter Simulasi
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
START
Diagram Alir Proses Simulasi
3.3.2. Simulasi sistem OFDM pada HFC denagn standar HFC.
a) Perancangan Sistem
Simulasi sistem OFDM pada jaringan HFC yang berdasar atas spesifiaksi
DOCSIS adalah sebagai berikut :
1. Sistem menggu nakan fc=10 MHz dengan bandwidth kanal sebesar
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
2. Parameter untuk DOCSIS sendiri menggunakan pengkodean RS(30,16)
dengan GF(256). Interlevaer memiliki fixed blok dengan nilai 48 x 50.
Menggunakan 2 teknik modulasi yaitu QPSK dan 16 QAM. Blok
scrambler memiliki register pseudorandom binary sequence sebesar 15
bit.
3. Parameter OFDM adalah sistem memiliki 30 subcarier dengan jumlah
IFFT 64 lengan. Nilai simbol/lengan berdasarkan jenis modulasi yang
digunakan. Penambahan zero pad sebanyak jumlah lengan IFFT – jumlah
sub carier
4. Koefisien dan nilai parameter pada kanal HFC berdasar atas nilai yang
didapat dari referensi standar yang bersangkutan.
Berdasarkan spesifikasi di atas, maka kita dapat menentukan jenis-jenis small
scale fading transmisi OFDM pada HFC,
Sistem yang diinginkan :
Bit rate (R) : 1,6 Mbpd dan 3,2 Mbps
Delay spread yang dapat ditoleransi (τ ) : 1,5 µs
Bandwidth (BW) : 800 KHz
BW kanal = KHz
s 0,6 600 5 , 1 1 1 ≈ = = µ τ
DOCSIS Bc = 800 KHz
Bc>BW kanal maka merupakan selective fading,
Sedangkan OFDM KHz KHz KHz
subcarier BWtotal
f 26,66 26
30 800 ≈ = = = ∆ s KHz f
Ts 37,5µ
26 1 1 = = ∆ = BWkanal f <<
∆ ,maka flat fading
b) Pemodelan dan pembangkitan noise kanal
1. Thermal Noise
Thermal noise ini merupakan jenis noise yang bersifat Additive White Gaussian Noise yaitu noise dengan rapat spektral daya yang rata (flat) pada
semua frekuensi. Pada simulasi, noise AWGN dibangkitkan menggunakan
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
[image:37.595.122.443.315.454.2]data_awgn = awgn(data_tx,snr,’measured’,’db’).
Gambar pemodelan noise thermal pada HFC
2. Narrowband ingress noise
Ingress noise yaitu komponen gangguan pada sinyal narrowband radio frequency (RF) yang berasal dari luar sistem. Nilai Amplitudo ingres
diberikan sebesar 10 dB dengan band 20kHz dari total BW transmit.
h (t)
Aing
Gambar model Ingress noise[16]
3. Impuls noise.
Impulse noise merupakan noise yang munculnya secara random dan nilainya tidak tetap (non stasioner) yang berasal dari peristiwa-peristiwa
elektromagnetik yang sifatnya sementara. Pada noise impuls memiliki tiga
parameter yaitu : amplitudo (level tegangan), lebar impuls, periode burst dan
waktu delay antar impuls. Pada simulasi, noise impuls tidak muncul secara
burst.
Parameter Keterangan nilai
imp
T Lebar impuls 100 ns
imp
A Amplitudo impuls 2 dB
imp
P Periode burst 20
µ
s
imp
d Delay impuls pertama 5
µ
s
imp
h Merepresentasikan bentuk noise -
Klasifikasi noise impuls
Sedangkan model dari noise impuls sendiri dapat dilihat pada gambar dibawah
[image:37.595.175.454.581.709.2]Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
[image:38.595.224.424.89.180.2] [image:38.595.155.437.364.542.2]himp(t)
Gambar model impuls noise
4. Microreflections
Microreflections timbul dikarenakan media transmisi yang tidak matching
sehingga menyebabkan pemantulan sinyal. Fenomena Microreflections merupakan sinyal multipath. Model microreflections adalah penjumlahan sinyal langsung diterima pada beban dengan sinyal-sinyal pantul yang memiliki redaman dan delay yang berbeda-beda, baik untuk echo pertama, echo kedua dan seterusnya. Gambar dibawah ini merupakan model delay line dengan bobot yang berbeda.
0,5 us 0,5 us
-10 dB -20 dB -30 dB
Output
0,5 us
Input
Gambar model struktur dari microreflections
Secara umum parameter simulasi dapat ditulis sebagai berikut
(1) fc = 10 MHz dengan BW kanal 800 KHz
(2) Bit Rate : 1,6 Mbps (QPSK) dan 3,2 Mbps (16QAM)
(3) Generator data :
a. Jumlah data : Z x 128 = 10000 x 128 = 1280000 bit
b. Keluaran : 1280000 x 1 vektor kolom
(4) Reed Solomon Encoder
a. Jumlah simbol input : 16
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
c. Jumlah bit/simbol : 8 bit
d. Keluaran : (2400 x Z) x 1 vektor kolom
(5) Interleaver
a. Jumlah baris x kolom : 48 x 50
b. Keluaran : 2400000 x 1 vektor kolom
(6) Scrambler
a. Panjang inisialisasi : 15 bit
b. Nilai inisialisasi : [1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0]
(7) Mapper
a. Keluaran QPSK : 1200000 x 1 vektor
b. Keluaran 16QAM : 600000 x 1 vektor
(8) Parallel to Serial
a. Jumlah sub carrier : 30
b. Nilai tiap lengan : 4.Z (QPSK) = 40000 x 1 vektorkolom
: 2.Z (16QAM)= 20000 x 1 vektorkolom
(9) Penambahan zero
a. Jumlah : 34 vektor kolom
b. Keluaran keseluruhan : 64 x nilai simbol tiap lengan
(10) IFFT dan FFT
a. Jumlah : 64 vektor kolom
(11) Penambahan cyclic prefix
a. 16 QAM : 1:3, 1:6. 1:9
b. 64 QAM : 1:3, 1:6, 1:9
(12) Parallel to Serial
a. Jumlah : 2560000 bit (QPSK)
: 1280000 bit (16QAM)
(13) Impuls Kanal
a. Amplitudo impuls : -3 dBv dan 2 dBv
b. Lebar impuls : 100 ns
c. Periode burst : 20µs
d. Delay impuls pertama : 5µs
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
a. Lebar band ingress : 20 Khz dari BW transmit.
b. Gain constant noise : 3 dBv dan 6 dBv
c. Periode muncul ingress : muncul setiap pengiriman bit.
(15) Microreflections untuk single echo
a. 1st echo : -10 dB terdelay 0,5µs
b. 2nd echo : -20 dB terdelay 1µs
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
BAB IV
ANALISIS KINERJA SISTEM HASIL SIMULASI
Analisa Kinerja sistem OFDM akan dilakukan dengan mengamati nilai
BER terhadap SNR dan nilai throughput yang diperoleh dari hasil simulasi. Kasus yang akan diamati dalam simulasi adalah:
1. Perbandingan pengaruh thermal noise pada jaringan HFC dengan standar
DOCSIS 2.0 dengan penerapan OFDM.
2. Perbandingan kinerja DOCSIS 2.0 vs OFDM dengan adanya noise impuls.
3. Perbandingan kinerja DOCSIS 2.0 vs OFDM dengan adanya ingress noise.
4. Perbandingan kinerja DOCSIS 2.0 vs OFDM pada kanal microreflections.
5. Analisa BER pada kanal ekstrem sistem OFDM vs DOCSIS 2.0.
6. Analisa Throughput sistem OFDM vs DOCSIS 2.0.
4.1. Perbandingan pengaruh thermal noise pada jaringan HFC dengan
standar DOCSIS 2.0 dengan penerapan OFDM.
Gambar 4.1 menunjukkan perbandingan bit error rate DOCSIS dengan
sistem OFDM pada kanal AWGN. Thermal noise atauWhite Gaussian Noise pada
jaringan HFC adalah noise yang menyebar secara merata pada semua frekuensi.
Noise ini timbul karena panas perangkat baik dari CM maupun Headend.
Perbandingan kinerja dilakukan dengan melihat dua parameter teknik modulasi,
yaitu menggunakan teknik modulasi QPSK dan 16QAM. Suatu jaringan HFC
mampu memberikan layanan interaktif, baik suara maupun data, maka pada
simulasi ini bit yang dikirim sebesar 1,28 106 bit untuk mendapatkan target BER
sebesar 106. Perbandingan daya sinyal yang dikirim terhadap noise ( SNR )
berkisar mulai dari 0 dB sampai 20 dB. Simulasi Perbandingan pengaruh noise
thermal ini di asumsikan tidak ada interferensi dari luar, yang dapat menimbulkan
noise impuls dan ingress, maka saluran bisa dianggap ideal dengan nilai SWR=1
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Gambar 4.1 Perbandingan kinerja DOCSIS vs OFDM pada kanal AWGN
Pada gambar diatas terlihat perbedaan yang cukup signifikan, baik untuk
modulasi QPSK maupun 16 QAM. Sebenarnya spesifikasi DOCSIS 2.0 sudah
cukup bagus untuk mengatasi thermal noise, karena untuk modulasi QPSK pada
SNR 8dB sudah tidak ada eror sedangkan untuk modulasi 16 QAM pada SNR
15dB tidak ada eror. Hal tersebut disebabkan sudah adanya blok pengkodean
reed-solomon, yang mampu mengoreksi eror jika simbol yang eror kurang dari 7
simbol dan blok interleaver, yang mampu mengatasi burst eror. Tetapi dengan
adanya sistem OFDM maka kinerja sistem arah upstream dalam mengatasi
thermal noise menjadi lebih bagus. Terjadi prosessing gain sebesar 3dB baik
untuk modulasi QPSK dan 16 QAM. Sehingga untuk mendapatkan nilai bit tanpa
eror hanya membutuhkan SNR sebesar 7dB untuk modulasi QPSK dan 11dB
untuk modulasi 16QAM.
4.2. Perbandingan kinerja DOCSIS 2.0 vs OFDM dengan adanya noise
impuls.
Noise impuls muncul akibat peristiwa-peristiwa elektromagnetik yang
sifatnya sementara dan tidak tetap. Impulsive noise ini akan mengakibatkan
0 5 10 15
10-6 10-5 10-4 10-3 10-2 10-1 100
SNR [dB] BER
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
munculnya interupsi sinyal transmisi secara acak. Pada simulasi, noise muncul
untuk setiap SNR yang dikirim dengan beberapa paramater pembangkitan noise
yang sesuai dengan CATV Upstream Channel Model, Rev 1.0. Noise impuls
muncul pada deretan bit-bit tertentu yang akan teredam dan memiliki delay antara
satu impuls dan impuls lainnya. Perlakuan kanal dengan noise impuls pada
DOCSIS berbeda dengan sistem OFDM. Hal tersebut dengan berhubungan
dengan time symbol OFDM dan DOCSIS, yang nantinya akan berpengaruh pada
jumlah noise. Parameter-parameter tersebut dapat dilihat pada perancangan sistem
pada Bab III.
0 5 10 15
10-6 10-5 10-4 10-3 10-2 10-1 100
SNR ( dB )
BER
[image:43.595.116.479.283.526.2]DOCSIS QPSK -5dBv DOCSIS QPSK -20dBv OFDM QPSK -5dBv OFDM QPSK -20dBv DOCSIS 16QAM -5dBv DOCSIS 16QAM -20dBv OFDM 16QAM -5dBv OFDM 16QAM -20dBv
Gambar 4.2 Perbandingan kinerja DOCSIS vs OFDM dengan noise impuls.
Pada gambar 4.2 dapat dilihat, baik untuk teknik modulasi QPSK dan
16QAM, ternyata OFDM lebih handal jika dibandingkan dengan DOCSIS pada
kanal noise impuls. Untuk modulasi QPSK terjadi perbaikan kinerja 2 dB dengan
nilai amplitudo noise sebesar -5 dBv, dan 3dB dengan amplitudo noise -20dBv.
Sedangkan pada modulasi 16QAM perbaikan kinerja sebesar 2dB baik untuk nilai
amplitudo noise sebesar -5 dBv dan 3dB untuk amplitudo noise -20 dBv. Dari
hasil tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa perbaikan OFDM rata-rata stabil
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Pada DOCSIS perubahan nilai amplitudo impuls antara -5dBv dengan -20dBv
tidak begitu terlihat, sedangkan pada OFDM cukup berpengaruh, terjadi
perbedaan sebesar SNR sebesar 2dBv antara nilai amplitudo noise impuls -5dBv
dan -20dBv.
4.3. Perbandingan kinerja DOCSIS 2.0 vs OFDM dengan adanya ingress
noise.
Ingress noise yaitu komponen gangguan pada sinyal narrowband radio frequency (RF) yang berasal dari luar sistem. Penyebab ingress noise umumnya
berasal dari adanya transmisi RF di udara bebas, seperti: radio CB, radio amatir,
pesawat terbang, pemancar internasional short wave (SW), dan juga motor/mesin,
peralatan rumah tangga dan mainan elektronik yang memancarkan nilai frekuensi
tertentu. Pada simulasi, noise muncul untuk tiap SNR yang dikirim dengan
beberapa paramater pembangkitan noise yang sesuai dengan CATV Upstream
Channel Model, Rev 1.0. Noise ini merupakan modifikasi White Gaussian Noise. Sinyal yang terkena noise ini merupakan penjumlahan sinyal transmit dengan
WGN yang telah dibentuk sedemukian rupa dan telah dikuatkan level amplitudo
noisenya. Jadi terdapat blok filter dan gain noise pada simulasi pembangkitan
noise ingress. Gain noise atau bisa juga disebut band noise ingress ini terletak
pada awal frekuensi sinyal transmit, dengan lebar band ingress sebesar 20 Khz
dari total BW yang ditransmisikan. Nilai gain noise diasumsikan sebesar 3dBv
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 10-6
10-5 10-4 10-3 10-2 10-1 100
SNR ( dB )
BER
[image:45.595.117.478.94.325.2]DOCSIS QPSK 3dBv DOCSIS QPSK 6dBv OFDM QPSK 3dBv OFDM QPSK 6dBv DOCSIS 16QAM 3dBv DOCSIS 16QAM 6dBv OFDM 16QAM 3dBv OFDM 16QAM 6dBv
Gambar 4.3 Perbandingan kinerja DOCSIS vs OFDM dengan noise ingress.
Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa untuk modulasi QPSK terjadi
perbaikan kinerja sebesar 5 dB untuk gain ingress sebesar 3dBv. Eror pada gain
ingress tersebut hilang pada SNR 8dB untuk sistem OFDM, sedangkan pada
DOCSIS eror baru dapat hilang pada SNR 13dB. Pada gain ingress sebesar 6dBv,
perbedaan kinerja antara sistem OFDMdan DOCSIS cukup kecil. Untuk kondisi
tanpa eror antara OFDM dengan DOCSIS pada gain ingress tersebut hanya
sebesar 1dB. Eror hilang pada SNR 13dB untuk sistem OFDM dan 14dB untuk
DOCSIS pada gain ingress 6dBv.
Sedangkan untuk teknik modulasi 16QAM kinerja OFDM menjadi lebih
buruk. Tidak ada perbaikan/ penurunan nilai BER baik untuk gain ingress 3dBv
dan 6dBv, bahkan untuk nilai SNR 20dB. Pada grafik BER pada nilai SNR
dibawah 9dB OFDM memang lebih bagus jika dibandingkan dengan DOCSIS,
tetapi ketika nilai SNR lebih dari 11dB pada gain ingress 3dBv dan lebih dari 9dB
pada gain ingress 6dBv kinerja OFDM menjadi jauh lebih buruk jika
dibandingkan sistem DOCSIS. Untuk SNR 20dB OFDM hanya memiliki BER
sebesar 6.10-1 untuk gain ingress 6dBv dan BER 10-2 untuk gain ingress 3dBv.
Sedangkan pada DOSIS eror dapat hilang pada SNR 19dB baik untuk gain ingress
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
1. Walupun modulasi 16QAM memiliki bitrate yang lebih tinggi dibandingkan
dengan modulasi QPSK, tetapi 16QAM lebih rentan terhadap segala macam
noise. Karena pada modulasi QAM perubahan amplitudo dan fasa pada kanal
sangat berpengaruh disisi penerima, tetap jika dibandingkan dengan modulasi
PSK noise pada kanal hanya berpengaruh pada perubahan fasa. Sedangkan
noise ingress merupakan noise yang mempunyai karakteristik memiliki nilai
amplitudo perusak yang cukup tinggi.
2. Pada DOCSIS sinyal yang terkena noise ingress akan langsung masuk ke
demapping 16QAM. Sedangkan pada OFDM sinyal yang telah terkena noise
tersebut masuk ke dalam blok FFT dulu untuk diubah dari domain waktu ke
domain frekuensi dan dikembalikan ke sinyal semula. Maka sinyal yang sudah
terkena noise tersebut akan menjadi lebih tidak mendekati sinyal asli.
3. Pada point kedua, masalah sistem DOCSIS akan langsung terselesaikan
dengan adanya blok pengkodean reed-solomon, yang memiliki nilai koreksi
kurang dari 7 simbol. Dengan adanya pengkodean tersebut maka untuk SNR
12dB nilai BER akan turun drastis, dan pada SNR 19dB nilai eror akan sama
sekali hilang. Sedangkan pada OFDM kemampuan reed-solomon tidak akan
bekerja secara maksimal karena kemungkinan untuk semua nilai SNR jumlah
eror bisa lebih dari 7 simbol.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram konstelasi 16QAM noise
ingress pada lampiran B. Walaupun penyebaran sinyal pada diagram konstelasi
yang lebih parah, DOCSIS memiliki jumlah eror yang relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah eror pada OFDM.
4.4. Perbandingan kinerja DOCSIS 2.0 vs OFDM pada kanal
microreflections.
Microreflection terjadi akibat adanya perubahan media transmisi yang yang dapat menyebabkan nilai impedansi sumber tidak sama dengan nilai
impedansi saluran dan beban. Microreflections dapat menyebabkan fenomena
multipath-fading pada saluran transmisi coaxial. Pada simulasi, parameter
microreflections baik nilai redaman maupun waktu delay sesuai dengan nilai yang
Samuel Firmantua Panggabean : Analisis Kinerja Sistem OFDM Pada Jaringan Hfc Dengan Menggunakan Spesifikasi Docsis, 2010.
Specification ,CM-SP-RFIv2.0-I06-040804. Microreflections atau efek multipath dapat menyebabkan ICI dan ISI yang sangat merusak suatu sinyal layaknya noise,
tetapi kedua hal tersebut dapat diatasi dengan adanya cyclic prefix dan
keorthogonal-an sistem OFDM. Maka kiner