• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES MIGRASI ORANG MADURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSES MIGRASI ORANG MADURA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES MIGRASI ORANG MADURA

Migrasi Berantai Migran Madura

 

Etnis Madura dikenal sebagai salah satu etnis yang memiliki budaya migrasi, selain etnis Bugis, Batak dan Minangkabau (Mantra 1992). Terdapat sejumlah faktor yang mendorong masyarakat Madura untuk berpindah meninggalkan Pulau Madura menuju kota-kota di Pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa. Seperti telah dikemukakan pada bagian awal, salah satu faktor kuat yang mendorong masyarakat Madura untuk bermigrasi adalah keadaan Pulau Madura yang kurang mendukung untuk meningkatkan ekonomi akibat sifat geografis Pulau Madura yang kering dan gersang.

Migrasi yang dilakukan oleh etnis Madura identik dengan migrasi berantai dengan pola afiliasi. Pengertian migrasi berantai adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain yang diikuti oleh penduduk daerah asalnya. Migrasi berantai ini terjadi apabila rombongan atau orang yang pertama bermigrasi telah berhasil di daerah tujuan, maka akan menarik saudara, teman atau tetangga dari daerah asalnya untuk turut bermigrasi. Keadaan ini pun ditemukan di lokasi penelitian pada migran Madura yang menjadi responden dalam penelitian ini yang menetap di Kecamatan Tanah Sareal. Gambar 3 merupakan proses migrasi orang Madura ke Kota Bogor.

(2)

Keberhasilan orang Madura yang mengawali migrasi ke Bogor menjadi penarik bagi orang Madura lainnya untuk ikut hijrah meninggalkan Pulau Madura. Hubungan kekerabatan yang kuat memungkinkan untuk mengajak saudara, teman dan tetangganya yang ada di kampung halaman untuk ikut pindah ke Bogor. Jaringan sosial merupakan salah satu unsur dari modal sosial yang telah berperan pada proses awal migrasi. Dengan berbasiskan hubungan persaudaraan, pertemanan, dan pertetanggaan, menyebabkan migrasi menuju Kota Bogor semakin mudah.

Ditinjau berdasarkan daerah asal kabupaten, sebanyak 23 responden berasal dari Kabupaten Sampang yang berasal dari Kecamatan Kedundung dan Kecamatan Sampang. Berdasarkan data tersebut dapat diartikan bahwa Kabupaten Sampang merupakan pensuplai migran ke Kota Bogor yang paling dominan di antara kabupaten lainnya. Menurut Warsono (1992) ini disebabkan oleh tingkat sosial ekonomi di wilayah Madura timur lebih baik dari pada di wilayah barat. Hal ini berkaitan dengan kondisi tanah, yang secara geologis wilayah timur kondisi tanahnya lebih cocok untuk tanaman tembakau yang merupakan komoditi ekonomi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, sedangkan wilayah barat tidak cocok untuk tanaman tembakau.

Peran Jaringan Sosial

Untuk bermigrasi diperlukan biaya yang harus dipersiapkan. Biaya yang dimaksud bukan hanya dalam wujud uang, tetapi juga kapasitas sumberdaya manusia yang diperlukan untuk mampu bekerja sehingga tetap bertahan hidup di daerah tujuan. Keterbatasan yang dimiliki oleh migran Madura khususnya dalam hal modal manusia dan modal finansial disebabkan oleh tingkat pendidikan yang umumnya tergolong rendah, sehingga modal sosial, khususnya jaringan menjadi sarana penting dalam migrasi yang dilakukan oleh orang Madura.

Jaringan yang berbasiskan pada hubungan persaudaraan, pertemanan maupun pertetanggaan memiliki fungsi yang sama, di antaranya adalah: fungsi informasi, fungsi sosial, dan fungsi ekonomi. Fungsi informasi adalah ketika orang Madura yang telah lebih dahulu bermigrasi ke Bogor memberikan informasi kepada kerabatnya di kampung halaman mengenai potensi Kota Bogor, sehingga menarik mereka untuk ikut pindah ke Bogor. Fungsi sosial adalah upaya yang dilakukan oleh orang Madura dalam membantu migran baru untuk memperoleh tempat tinggal dan membantu beradaptasi di lingkungan daerah migran, sedangkan fungsi ekonomi dimainkan oleh orang Madura

(3)

dalam memberikan pekerjaan bagi migran baru serta memberikan bantuan keuangan ketika diperlukan, baik untuk kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk modal usaha.

Bapak Ahmad (44 tahun) merupakan migran Madura asal Sampang, Kecamatan Kedundung dari Desa Daleman, yang membuka usaha dagang besi dan kayu bekas di Jalan Raya Kayu Manis, Kecamatan Tanah Sareal. Sebelum bermigrasi ke Bogor, Bapak Ahmad menetap di Jakarta dan membuka usaha pengolahan limbah besi bekas dari sebuah pabrik milik perusahaan swasta di kawasan Jakarta Timur. Pada Tahun 2004 ia memutuskan pindah ke Bogor, karena di Jakarta persaingan dengan sesama Madura dalam usaha tersebut semakin tinggi. Di Bogor ia membuka usaha dagang kayu bekas dan besi bekas. Kayu dan besi bekas tersebut diperoleh dari lelang barang bekas yang ia ikuti. Dalam usahanya tersebut, kayu bekas diolah menjadi kayu kusen untuk bangunan rumah, sedangkan besi bekas diolah menjadi rak seperti rak buku dan rak supermarket. Pada saat lebaran ia pulang ke Madura. Pada kesempatan itulah ia menceritakan keberadaannya selama di Bogor kepada sanak saudaranya yang tinggal di Madura. Budaya pulang kampung ini biasa disebut dengan istilah toron. Bagi migran Madura, selain karena masih terikat dengan budaya yang ada di daerah asal, kepulangannya ke Madura karena motif prestise. Mereka pulang ke Madura bukan sekedar karena keperluan keluarga, tetapi juga untuk menunjukkan keberhasilannya selama tinggal di daerah migran, karena itu ada anggapan jika mereka tidak bisa membawa apa-apa lebih baik tidak pulang. Pada sisi yang lain, kepulangan orang Madura juga membawa informasi keberhasilan mereka dalam pekerjaan yang digeluti. Hal ini mendukung hasil penelitian Warsono (1992) mengenai migran Madura di Kota Surabaya, bahwa keberhasilan mereka yang telah terlebih dahulu bermigrasi menjadi perangsang bagi orang-orang Madura lainnya untuk ikut bermigrasi.

Saat kembali ke Bogor, Bapak Ahmad mengajak saudara sepupunya yakni Ibu Fitri (33 tahun) dan Bapak Taufik (34 tahun). Pada masa itu ia mulai memainkan fungsi sosial dan fungsi ekonomi, yakni dengan memberikan tumpangan tempat tinggal kepada kedua sepupunya tersebut. Jika dibandingkan dengan Bapak Taufik, Ibu Fitri telah lebih dulu ikut Bapak Ahmad bermigrasi ke Kota Bogor, karena pada waktu itu Bapak Taufik masih menjalani pendidikan di Surabaya. Selama tinggal di rumah Bapak Ahmad, Ibu Fitri dan Bapak Taufik ikut membantu usaha yang dikembangkan oleh saudara sepupunya tersebut, yakni merakit besi yang sudah dilas menjadi rak. Rak yang dibuat bermacam-macam. Ukuran besar dijadikan sebagai rak buku perpustakaan, dan rak yang

(4)

ukuran sedang dijual ke sejumlah pengusaha supermarket. Setelah tinggal dua tahun di rumah Bapak Ahmad, Ibu Fitri mulai mandiri dan menyewa tempat tinggal sendiri, demikian juga dengan Bapak Taufik. Bekal ilmu membuat rak yang ia pelajari selama kurang lebih dua tahun tersebut menjadi modal untuk ia membuka usaha yang sama.

Saat ini Ibu Fitri telah menetap di Bogor selama sembilan tahun sejak Tahun 2003. Ketika usaha yang ia jalankan mulai berkembang, ia pun mengajak keponakannya yang ada di Madura untuk ikut ke Bogor dan mempekerjakannya sebagai karyawan dan bertugas untuk mengelas rakitan besi untuk membuat rak atau keranjang toko perbelanjaan. Tidak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Ibu Fitri, hal serupa juga dilakukan oleh Bapak Taufik yaitu mengajak adik kandungnya untuk bekerja di lapak usahanya, yakni berdagang besi bekas seperti pagar dan teralis. Selain adik kandungnya, ia pun mempekerjakan adik iparnya yang berasal dari Sukabumi. Istri Bapak Taufik merupakan masyarakat etnis Sunda. Kedua adiknya tersebut dijadikan sebagai karyawan tetap sampai mereka memiliki keterampilan dalam usaha dagang barang bekas dan berani membuka usaha sendiri secara mandiri.

Berdasarkan rangkaian proses migrasi pada kasus di atas dapat diketahui bahwa peran saudara yang telah terlebih dahulu merantau ke Bogor menjadi penting bagi orang Madura, karena apabila tidak mendapat informasi mengenai daerah tujuan dari kerabat atau sanak saudara yang lebih dulu bermigrasi, maka kemungkinan untuk bermigrasi sangat kecil. Selain itu berdasarkan data yang diperoleh di lapangan sebanyak sembilan belas responden mendapat informasi tentang kota Bogor dari saudara. Tabel 2 menyajikan informasi mengenai jumlah responden berdasarkan sumber informasi mengenai Kota Bogor.

Tabel 2. Jumlah Responden menurut Sumber Informasi Mengenai Kota Bogor, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor 2012

Sumber Informasi* Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

Saudara 11 8 19

Teman 5 2 7

Keluarga (suami/istri/orang

tua/anak) 1 2 3

Media (TV, Radio, Surat Kabar) 2 0 2

Total 19 12 31

(5)

Bagi migran Madura yang membuka usaha dagang di sektor informal, saudara sebagai sumber informasi merupakan jaringan sosial paling penting di antara sumber lainnya, kemudian diikuti oleh peran teman seperti yang dikemukakan oleh Bapak Abdullasir (49 tahun). Selain faktor prestise, yang mendorong orang Madura kembali pulang ke kampung halaman disebabkan oleh adanya kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi. Terkait dengan hal ini, orang Madura yang bekerja sebagai pedagang kayu dan besi bekas biasanya memerlukan tenaga kerja untuk membantu pekerjaannya, khususnya ketika sedang ada proyek lelang bongkaran rumah atau gedung. Pak Abdullasir adalah pedagang kayu bekas yang berada di Jalan Raya Kayu Manis. Seperti pedagang asal Madura lainnya, ia memperoleh kayu tersebut dari upayanya mengikuti lelang proyek bongkaran. Dalam proses bongkaran tersebut diperlukan tenaga fisik yang cukup banyak. Tenaga fisik tersebut diperlukan untuk proses pembongkaran hingga evakuasi kayu dan besi. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga fisik, Pak Abdullasir pulang ke Madura untuk meminta bantuan teman-temannya yang ada di Madura untuk ikut ke Bogor untuk turut membantu menyelesaikan bongkaran lelang yang ia kerjakan, karena sumberdaya yang ia miliki di Bogor terbatas. Kesempatan demikian menjadi salah satu akses bagi orang Madura lainnya untuk bermigrasi ke Bogor. Ketika proyek bongkaran sudah selesai, dari sejumlah rekan yang dibawa ke Bogor ada yang kembali pulang ke Madura, tetapi ada juga yang akhirnya ikut tinggal sampai akhirnya membuka pekerjaan yang sama di Bogor.

Bagi masyarakat Madura, sebelum bermigrasi ke suatu daerah setidaknya harus ada keluarga, saudara atau kerabatnya yang dikenal dan sudah menetap di daerah tersebut. Hal ini dinilai penting untuk memudahkan dalam beradaptasi ketika sudah menempati daerah tujuan. Kenalan tersebut terdiri dari orang tua, saudara, tetangga maupun teman yang dahulu tinggal sekampung halaman. Kenalan yang dimiliki tersebut merupakan jaringan sosial yang dimiliki oleh masyarakat Madura untuk bermigrasi. Berdasaran data dalam Tabel 3 terdapati pertambahan orang yang dikenal sampai penelitian ini dilaksanakan, artinya jaringan yang dimiliki oleh migran Madura di sektor informal semakin berkembang. Hal ini tergambar dari data yang tersaji dalam Tabel 3, bahwa setiap responden sebelum berpindah ke Kota Bogor sudah memiliki kenalan yang terlebih dahulu tinggal di Bogor.

(6)

Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden menurut Jumlah Orang yang Dikenal di Bogor Sebelum Bermigrasi ke Bogor dan Saat Penelitian Dilaksanakan, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor 2012

Jumlah Orang yang Dikenal di Bogor Sebelum Bermigrasi ke

Bogor

Jumlah Orang yang Dikenal di Bogor Saat Penelitian Dilaksanakan 6 – 157 158 -320 Jumlah n % n % n % 2 – 74 22 73,3 7 23,3 29 96,7 75 - 150 0 0 1 3,3 1 3,3 Jumlah 22 73,3 8 26,7 30 100,0

Dalam tabel tersebut terdapat satu orang reponden dengan jumlah orang yang dikenal di Bogor sebelum bermigrasi berjumlah antara 75-150 orang, yaitu Bapak Ahmad (44 tahun). Jika dilihat berdasarkan sejarah migrasinya, responden ini sudah pernah bermigrasi ke daerah lain sebelum pada akhirnya menetap di Kota Bogor. Daerah tersebut yaitu Kalimantan dan Jakarta. Ia menetap di Kalimantan untuk menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta sekaligus bekerja sebagai pengajar relawan pada sebuah sekolah dasar yang didirikan melalui bantuan negara Inggris.

Pengalaman migrasi berikutnya yaitu ke Kota Jakarta. Ia diajak oleh saudaranya yang bekerja di sana. Selama tinggal di Jakarta ia membuka usaha yang sama seperti di Bogor yaitu dagang besi bekas. Ia tertarik untuk memulai usaha dagang besi bekas karena melihat limbah besi rongsokan dari salah satu perusahaan swasta di Jakarta Timur. Besi tersebut tidak dipergunakan lagi dan menjadi sampah yang tidak diolah. Dengan bantuan teman maupun saudaranya sesama Madura yang ada di Jakarta ia terus mengembangkan usaha tersebut. Dalam menjalankan usaha tersebut jaringan usahanya cukup luas, salah satu jaringan usahanya adalah teman maupun saudaranya asal Madura yang tinggal di Bogor yang juga berdagang jenis usaha serupa, namun pada Tahun 2004 usahanya mulai mengalami kemerosotan karena ditipu oleh rekan kerjanya. Berkat bantuan dan arahan dari teman dan saudara yang ia kenal di Bogor, ia kemudian memutuskan untuk pindah ke Bogor dan memulai usaha yang sama dari awal. Jumlah orang yang dikenal cukup banyak karena ketika masih tinggal di Jakarta, ia sering

(7)

menjalin hubungan dengan perkumpulan migran Madura yang ada di Bogor. Pengalamannya yang pernah bekerja sebagai wartawan dan salah satu anggota LSM di bidang advokasi juga berkontribusi dalam memperluas jaringan sosialnya di Bogor.

Ikhtisar Proses Migrasi Orang Madura

Migrasi berantai yang dilakukan oleh masyarakat Madura berpola afiliasi yang berbasiskan pada hubungan keluarga, pertemanan dan pertetangggaan. Dalam proses migrasi tersebut, orang Madura berangkat ke Bogor bersama dengan saudara atau temannya dan bertempat tinggal bersama orang yang mengajak bermigrasi. Dalam waktu kurang lebih satu sampai dengan dua tahun bertempat tinggal di rumah kerabatnya yang di Bogor, mereka tidak hanya menumpang tempat tinggal, tetapi juga ikut bekerja membantu pekerjaan yang dimiliki oleh kerabatnya, sehingga dari pekerjaan tersebut mereka memperoleh keterampilan dalam usaha di sektor informal. Apabila keterampilan yang dimiliki sudah cukup memadai, maka mereka membuka usaha sendiri dalam jenis usaha yang sama. Selama di Bogor, migran Madura sering pulang ke Madura, khususnya ketika lebaran atau ada acara yang diselenggarakan di Madura. Hal ini merupakan kesempatan untuk menceritakan keberadaan mereka selama di Bogor kepada kerabatnya yang ada di Madura, sehingga cerita tersebut menarik orang Madura lainnya untuk ikut bermigrasi ke Kota Bogor.

Gambar

Gambar 3. Proses Migrasi Orang Madura ke Kota Bogor
Tabel 2. Jumlah Responden menurut Sumber Informasi Mengenai Kota Bogor,  Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor 2012
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden menurut Jumlah Orang yang Dikenal di  Bogor Sebelum Bermigrasi ke Bogor dan Saat Penelitian Dilaksanakan,  Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor 2012

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah pusan dan daerah bersinergi secara komprehensif bahwa dengan adanya slogan-slogan tersebut tidak hanya memengaruhi para pegawai yang berada di satuan

فادهأ ةماعلا دجوي نأ موهفم ا نانجودناب ةقيرطلا Bandongan ةءارق تاراهم ىلع باتكلا فى تُملعلدا ةلحرلد ذيملاتلا فى لإا دهعم يملاسلإا داتح ( PersIs )

Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru matematika kelas VII SMP Negeri 6 Salatiga. 2)Menganalisis dan

Salah satu metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah evolusi adalah menggunakan metode diskusi

Berdasarkan taraf integritas, terdapat 120 data tergolong pada kelompok pertama yaitu unsur asing yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia, dan 91

Adapun masalah pengendalian yang terdapat dalam bagian Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di KPU Kota Magelang adalah membutuhkan waktu yang lama

Ukuran yang menjadi pertimbangan konsumen ialah merek harus memiliki kesan positif dan mudah dikenali, kualitas menyatakan tingkat kemampuan suatu produk dalam

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa variasi tegangan listrik yang digunakan untuk teknologi plasma memberikan pengaruh terhadap penyisihan konsentrasi CO yang