UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA
SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH :
NAMA : JHON POLMAN F.L PURBA
NIM : 050501031
DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
Intention of this research is to know how factors influencing saving of
private sector and invesment of private sector at long-range time framework and
short-range in Indonesia. Variable use is Earnings of National of Disposibel
Riil(Gndi), Mount The Deposit Rate Riil(R), Mount The Inflasi(P), Earnings of
National Riil(Y) and Governmental Invesment Ratio to PDB(GIY) and also
economic variable dummy crisis of Indonesia. Data utilized is annual data
time-series that is period 1984-2003 with the method of approach of Kointegrasi and
approach ECM ( Error Correction Model).
Result of estimation indicate that at saving of private sector and invesment
of private sector, R-Square of each is equal to 56% and 98%, its meaning that
independent variable able to explain the variable dependen that is saving and
invesment of private sector equal to 56% and 98% while the rest explained by
other dissimilar variable which is not entered/included by into model. F-Statistik
for the saving of private sector is bigger than F-Tabel ( 4,48 > 3,06), its meaning
that Gndi, R, P and variable dummy by together influence the private sector
saving, signifikan at = 5%. While F-Statistik for the invesment of private sector
is bigger than F-Tabel ( 132,23 > 4,69), its meaning that R, P, Giy, Y and variable
dummy by together influence the private sector invesment, signifikan at = 1%
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan swasta dan investasi swasta pada kerangka
waktu jangka panjang dan jangka pendek di Indonesia. Variable yang digunakan
adalah Pendapatan Nasional Disposibel Riil(gndi), Tingkat Suku Bunga Deposito
Riil(r), Tingkat Inflasi(p), Pendapatan Nasional Riil(y) dan Rasio Investasi
Pemerintah terhadap PDB(giy) serta variable dummy krisis ekonomi Indonesia.
Data yang dipergunakan adalah data time-series tahunan yaitu periode 1984-2003
dengan metode pendekatan Kointegrasi dan pendekatan ECM (Error Correction
Model).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa pada tabungan swasta dan investasi
swasta R-square masing-masing adalah sebesar 56% dan 98%, artinya bahwa
variabel independen mampu jelaskan variabel dependen yaitu tabungan dan
investasi swasta sebesar 56% dan 98% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. F-statistik untuk tabungan swasta
adalah lebih besar dari F-tabel (4,48 > 3,06), artinya bahwa gndi, r, p dan variabel
dummy secara bersama-sama mempengaruhi tabungan swasta, signifikan pada
=5%. Sedangkan F-statistik untuk investasi swasta adalah lebih besar dari F-tabel (132,23 > 4,69), artinya r, p, giy, y dan variabel dummy secara
bersama-sama mempengaruhi investasi swasta, signifikan pada =1%.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas berkat rahmat dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan dan juga penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam memperoleh
gelar sarjana. Untuk memenuhi kewajiban tersebut maka penulis menyusun
skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI
INDONESIA”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca demi penulisan yang lebih sempurna di masa yang akan datang.
Hal yang paling indah dalam kesempatan ini adalah bahwa penulis tidak
lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dalam
dukungan doa, moril maupun materil, yaitu kepada :
1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, MEc, selaku dekan Fakultas Ekonomi
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku ketua jurusan Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Aman Tarigan, SU, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan
dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya. Msi dan Bapak Paidi Hidayat, selaku
dosen pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk yang berguna
bagi penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Pegawai di Fakultas Ekonomi terutama
Departemen Ekonomi Pembanguan yang telah mengajar dan membimbing
penulis selama masa perkuliahan.
6. Buat orang tua tercinta Mama, N. Saragih dan juga adik-adik ku yang
manis, (Icha, Ara, Maria), tetap semangat belajarnya, dan buat seluruh
keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dan tidak
pernah lelah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Buat sahabat-sahabat “G5” (Pandita Tedy, Bangkit, Bomen, Udin, Joni,
Fery, Tomy, Doni, Komo) semangat bro. Semoga persahabatan kita tetap
indah dan selalu penuh kasih.
8. Buat seseorang (Mec_Aya), makasih buat dukungan dan doa dari mu, yang
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
9. Buat teman-teman seperjuangan EPO5 yang namanya tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu, terima kasih buat kebersamaan kita selama ini.
Tetap Semangat ya! EP SALUTE!!!
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat
dan damai sejahteraNya bagi kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Medan, 10 Maret
Penulis
(Jhon polman F.L
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Defenisi Tabungan ... 7
2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan 2.2.1 Teori J.M Keynes ... 9
2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving ... 11
2.2.3 Teori Klasik ... 13
2.2.4 Teori Neoklasik ... 14
2.3 Defenisi Investasi 2.3.1 Penanaman Modal Asing (PMA) ... 18
2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN) ... 18
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior ... 23
2.4.2 Tobin’s Theory of Investment ... 25
2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 31
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31
3.3 Pengolahan data ... 32
3.4 Model Analisis Data ... 51
3.5 Pengujian Statistik ... 54
3.5.1 Uji Akar Unit ... 53
3.5.2 Uji Kointegrasi ... 55
3.5.3 Uji Kesesuaian ... 56
3.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 59
3.5.5 Defenisi Variabel Operasional ... 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Interpretasi Data ... 47
4.2 Unit Root Test ... 65
4.3 Estimasi dan Hasil Regresi Model Kointegrasi ... 68
4.4 Hasil Regresi Error Correction Model ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Table 3.1 Batas Kritis Pengujian Durbin Watson Statistik
2. Tabel 4.1 Perkembangan Tingkat Tabungan Swasta dan
Pertunbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003
3. Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Investasi Swasta dan
Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003
4. Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional Disposibel dan
Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003
5. Tabel 4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Nominal dan Tingkat
Suku Bunga Riil di Indonesia Periode 1983-2003
6. Tabel 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi IHK di Indonesia
Periode 1983-2003
7. Tabel 4.6 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional (PDB) di
Indonesia Periode 1983-2003
8. Tabel 4.7 Perkembangan Investasi Pemerintah dan Rasio Investasi
Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia Periode 1983-2003
9. Tabel 4.8 Batas Kritis ADF t-Statistik
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
11. Tabel 4.10 Nilai Uji t-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta
12. Tabel 4.11 Hasil Uji t-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta
13. Tabel 4.12 Nilai t-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta
14. Tabel 4.13 Hasil Uji t-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta
15. Tabel 4.14 Nilai F-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta
16. Tabel 4.15 Nilai F-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta
17. Tabel 4.16 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Tabungan
Swasta
18. Tabel 4.17 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Investasi
Swasta
19. Tabel 4.18 Run test Model Kointegrasi Investasi Swasta
20. Tabel 4.19 Nilai t-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta
21. Tabel 4.20 Hasil Uji t-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta
22. Tabel 4.21 Nilai t-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta
23. Tabel 4.22 Hasil Uji t-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta
24. Tabel 4.23 Nilai F-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta
25. Tabel 4.24 Nilai F-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta
26. Tabel 4.25 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan
Swasta
27. Tabel 4.26 Run Test Model Dinamis Tabungan Swasta
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Konsumsi
dan Tabungan
2. Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving and Wealth
in The Life-cycle Model
3. Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga
4. Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan
5. Gambar 2.5 Dampak Penurunan The User Cost of Capital
terhadap Desired Capital Output Ratio
6. Gambar 2.6 Kasus Moneteris
7. Gambar 2.7 Kasus Keynesian
8. Gambar 3.1 Pengujian Durbin Watson Model Regresi
9. Gambar 4.1 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi
Tabungan Swasta
10. Gambar 4.2 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
11. Gambar 4.3 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan
Swasta
12. Gambar 4.4 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi
Daftar Grafik
1. Grafik 4.1 Perkembangan Tabungan Swasta di Indonesia
Periode 1984-2003
2. Grafik 4.2 Perkembangan Investasi Swasta di Indonesia
Periode 1984-2003
3. Grafik 4.3 Perkembangan Pendapatan Nasional Disposibel
Riil di Indonesia Periode 1983-2003
4. Grafik 4.4 Perkembangan Nominal Deposit Rate dan Real
Deposit Rate di Indonesia Periode 1983-2003
5. Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia
Periode 1983-2003
6. Grafik 4.6 Perkembangan PDB Nominal dan PDB Riil
(2000=100) di Indonesia Periode 1983-2003
7. Grafik 4.7 Perkembangan Rasio Investasi Pemerintah
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam perekonomian suatu negara, tabungan dan investasi merupakan
indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pembangunan
ekonomi di negara-negara berkembang (developing countries) termasuk
didalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, memiliki dana yang cukup
besar. Tetapi di sisi lain, usaha pengerahan sumber dana dalam negeri untuk
membiayai pembangunan menghadapi kendala dalam pembentukan modal baik
yang bersumber dari penerimaan pemerintah yaitu ekspor barang dan jasa ke luar
negeri, ataupun penerimaan pemerintah melalui instrumen pajak
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang
kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak kondisi Indonesia secara umum
tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi
sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya kepercayaan investor untuk
Lambat laun, dengan beberapa kali perubahan struktur politik dan penerapan
kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi Indonesia menunjukan perubahan
yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang stabil.
Di Indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional yang mencakup
inve stasi domestik, sumber dananya dapat bersumber dari tabungan nasional dan
pinjaman luar negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman
yang diperoleh dari luar negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih
tinggi sebagai sumber dana yang utama.
Perlunya tabungan nasional ini dibuktikan dengan adanya saving-investment
gap yang semakin melebar dari tahun ke tahun yang menandakan bahwa
pertumbuhan investasi domestik melebihi kemampuan dalam mengakumulasi
tabungan nasional. Secara umum, usaha pengerahan modal dari masyarakat
dapat berupa pengerahan modal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Pengklasifikasian ini didasarkan pada sumber modal yang dapat digunakan dalam
pembangunan. Pengerahan modal yang bersumber dari dalam negeri berasal dari 3
sumber utama1
1 Sadono Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan, Jakarta, hlm. 304.
, yaitu : pertama, tabungan sukarela masyarakat. Kedua, tabungan
pemerintah, dan ketiga tabungan paksa (forced saving or involuntary saving).
Sedangkan modal yang berasal dari luar negeri yaitu melalui pinjaman resmi
pemerinyah kepada lembaga-lembaga keuangan internasional seperti
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Bank, maupun pinjaman resmi bilateral dan multilateral, juga melalui foreign direct investment (FDI).
Hollis Chenery dan beberapa penulis lainnya telah mengenalkan pendekatan
‘dua-jurang’ pada pembangunan ekonomi. Dasar pemikirannya, ‘jurang tabungan’
dan ‘jurang devisa’ merupakan dua kendala yang terpisah dan berdiri sendiri pada
pencapaian target tingkat pertumbuhan di negara kurang maju. Chenery melihat
bantuan luar negeri sebagai suatu cara untuk menutup kedua jurang tersebut dalam
rangka mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan2
Dengan latar belakang ditetapkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 atau
yang lebih dikenal dengan “PAKTO 88”, yang pokok-pokok kebijakannya berisi . Sumitro (1994:44)
menjelaskan bahwa kekurangan didalam perimbangan antara tabungan nasional
dan investasi harus ditutup dengan pemasukan modal dari luar yang berasal dari
tabungan oleh kalangan luar negeri.
Pada negara berkembang dan miskin, kondisi yang paling menonjol adalah
belum terciptanya kondisi yang mendorong pada iklim dimana kegairahan untuk
menabung dan penanaman modal menunjukan tingkat yang menggembirakan.
Sistem produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat masih menggunakan
pola tradisional. Masih terbatasnya sektor modern dan belum berfungsinya secara
efektif dan efisien institusi-institusi keuangan yang disebabkan oleh pola pikir
masyarakat yang masih tradisional menyebabkan pengerahan dana dari
masyarakat mengalami kesulitan.
antara lain untuk mengerahkan dana dari masyarakat dengan cara memudahkan
pembukaan kantor cabang baru, pendirian bank swasta baru, keleluasaan
penyelenggaraan tabungan, dan perluasan kantor cabang bank. Setelah adanya
“PAKTO 88” ini, semakin mudahlah bank didirikan dan semakin bervariasi juga
bentuk-bentuk tabungan yang ditawarkan oleh bank-bank yang sudah terbentuk
baik swasta maupun pemerintah. Semenjak saat itu, tabungan nasional mulai
meningkat drastis. Dalam tahun-tahun sebelumnya tampak adanya kecenderungan
persaingan antar berbagai negara untuk memperbesar arus investasi baik asing
maupun domestik. Persaingan terutama terjadi karena kebutuhan dana yang sangat
besar dan mendesak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi terutama di
negara-negara berkembang.
Indonesia terbuka secara resmi dan efektif terhadap penanaman modal sejak
tahun 1967 ketika pemerintah orde baru memberlakukan undang-undang
Penanaman Modal Asing yang diikuti dengan undang-undang Penanaman Modal
Dalam Negeri tahun 1968. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode pasang
surut dalam penerimaan arus modal investasi, kebijakan devaluasi rupiah tahun
1983 mempengaruhi tingkat pertumbuhan investasi secara total maupun sektoral.
Tahun 1991 ketika terjadi gebrakan Sumarlin II (tight money policy) yaitu
kebijakan yang dimaksudkan untuk mengontrol tingkat inflasi, menjaga defisit
neraca transaksi berjalan agar tidak melebihi batas yang masih bisa diterima,
mengawasi utang luar negeri, serta menjaga performance Indonesia dimata
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Sukses tidaknya suatu negara dalam menarik arus dana investasi tidak
terlepas dari berbagai faktor ekonomi dan non ekonomi. Pada dasarnya pemberian
fasilitas yang sifatnya mendorong investor untuk berinvestasi seperti pembebasan
pajak (tax holiday) dan kemudahan untuk mengakses bahan baku akan sangat
efektif bila didukung oleh :
• Negara tujuan investasi memiliki keunggulan komparatif ekonomi yang
berkaitan dengan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang terampil dan murah.
• Nilai tukar yang relatif stabil, terutama untuk investor yang berorientasi
pasar luar negeri
• Peraturan devisa di negara bersangkutan tidak menghalangi penanam
modal untuk memindahkan kekayaan dan keuntungannya ke luar negeri.
• Iklim politik dan keamanan negara cukup menjamin ketentraman hidup
dan keamanan usaha serta kekayaan investor.
• Iklim usaha yang menunjang dan mendorong penanaman modal.
• Infrastruktur yang menunjang dan memadai.
Investasi memegang peranan penting dalam meningkatkan pembangunan
nasional dan sebagai salah satu komponen yang berhubungan positif dengan
pertumbuhan ekonomi.
Dari paparan latar belakang diatas dan berdasarkan fenomena yang terjadi di
Indonesia, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul :
dan Investasi Swasta di Indonesia”.
1.2 Identifikasi Masalah
Penelitian ini akan membatasi permasalahan sesuai dengan paparan diatas,
yaitu:
1. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan
swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di
Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi investasi
swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di
Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi tahun 1997 terhadap tingkat
tabungan dan investasi swasta di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang
mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan
jangka panjang di Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi terhadap
tabungan dan investasi swasta di Indonesia.
1.4 Kegunaan Penelitian
Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan dengan masalah tersebut di atas. Bagi ilmu
pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur
dan referensi untuk pengembangan selanjutnya dalam cabang ilmu ekonomi
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Definisi Tabungan
Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan
tahun ini yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirin, 1996:
51). Sedangkan tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian
yang tersisa setelah dipakai. Tabungan nasional dapat dijelaskan dalam persamaan
berikut ini :
S = Y – C – G ……… ……...…(2.1)
S = (Y – T – C) + (T – G)……….……...(2.2)
Tabungan Nasional = Tabungan Swasta + Tabungan Publik.…...(2.3)
Dimana : S = tabungan nasional
Y = pendapatan nasional
T = pandapatan pajak
C = konsumsi
G = pengeluaran pemerintah
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan nasional terdiri dari :
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga membayar pajak
dan konsumsi mereka, dijelaskan dengan persamaan :
Tabungan Swasta = Y – T – C………...………..…..…(2.4)
Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan perusahaan
(corporate saving) dan tabungan rumah tangga (household saving). Di
negara-negara berkembang, tabungan swasta domestik mempunyai peranan yang
besar dalam mendukung pembentukan modal, dimana komponen utamanya
berasal dari tabungan rumah tangga, selain dari tabungan perusahaan.
Tabungan perusahaan pada umumnya mempunyai peranan lebih kecil di
negara berkembang dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini karena di
negara berkembang tersebut mempunyai hambatan seperti pasar modal yang
belum berkembang ditambah hukum yang lemah sehingga tidak kondusif
untuk dunia usaha (Gillis, 1987: 265-266).
Tabungan Publik (public saving)
Adalah pendapatan pajak yang tersisa pada pemerintah setelah dikurangi
pengeluaran pemerintah.
Tabungan Publik = T – G………...…..(2.5)
Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget
surplus, yang berarti tabungan publik bernilai positif, dan sektor ini akan
ditambahkan pada sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi.
yang mencerminkan bahwa tabungan publik bernilai negatif, dan pemerintah
harus meminjam dana dari pihak lain untuk menutupi pengeluarannya.
Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal,
dimana penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian.
Proses pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan (Jhingan,
2000: 47):
1. kenaikan volume tabungan nyata yang langsung tergantung kepada
kemauan dan kemampuan untuk menabung.
2. keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan
menyalurkan tabungan.
3. penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal
oleh perusahaan.
2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan
2.2.1 Teori J.M. Keynes
Pendapat J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk
mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan
antara tabungan dan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan dikatakan sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan. Keynes menyatakan suatu fungsi
konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
seluruhnya untuk meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut
juga digunakan untuk menabung, hal ini dapat dijelaskan dalam persamaan
berikut :
S Y – C ……….…….…...(2.6)
C = + cY ; > 0 ;0 < c <1………...………...…..……….…(2.7)
Dimana : S = saving = intercept; tingkat konsumsi ketika pendapatan nol
Y = income c = marginal propensity to consume
Jika kedua persamaan (2.6) dan (2.7) atau disebut juga budget constraint
tersebut digabungkan, maka akan menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi
persamaan tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan tingkat
pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi (2.6) dengan persamaan
budget constraint (2.7), maka kita akan mendapatkan fungsi persamaan tabungan :
S Y – C = Y - – cY = - + (1-c)Y ………….………..(2.8)
Dari persamaan (2.8) kita dapat melihat bahwa tabungan memiliki hubungan
positif dengan pendapatan karena marginal propensity to save3
3 Perubahan pada tabungan individu untuk setiap perubahan pada pendapatan disposibel individu.
, s = 1 – c, adalah
positif. Dengan kata lain, tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat.
Teori ini disebut hipotesis pendapatan absolut. Dalam hipotesis ini digunakan
Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Kunsumsi, dan
Tabungan.
Pada gambar ditunjukan bahwa tingkat tabungan adalah jarak antara garis
45° dengan garis fungsi konsumsi seperti ditunjukan oleh garis S1. Kemudian,
pada gambar bagian bawah diperlihatkan fungsi tabungan pada tingkat pendapatan
disposibel berbeda-beda. Pada tingkat Yd < Yd0 , masyarakat mengkonsumsi lebih
banyak daripada pendapatan mereka. Sedangkan di sebelah kanan Yd0 , konsumsi
akan lebih kecil daripada pendapatan sehingga kelebihan pendapatan tersebut
akan ditabung.
Konsumsi
Tabungan
Pendapatan S1
Fungsi Tabungan
Pendapatan C1
Autonomous Consumption
45°
Fungsi konsumsi
Yd0 Yd1
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving
2.2.2.1 Life-cycle Theory
The life-cycle permanent income theory of consumption and saving
(Modigliani,1986) menjelaskan tentang pilihan bagaimana memelihara standar
hidup yang stabil dalam menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup
seseorang. Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara pendapatan sepanjang
waktu, konsumsi, dan tabungan. The life cycle hypothesis melibatkan individu,
untuk merencanakan perilaku konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka
panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsinya dengan cara terbaik untuk
seluruh masa hidupnya.
Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving, and Wealth in the
Life-Cycle Model
Dissaving Assets
Saving
NL WL
C
YL
Keterangan : WR = wealth WL = working life
YL = annual labor income NL = number of years of life
C = consumption
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan sepanjang
waktu. Selama masa kerja (WL tahun), individu menabung dan mengumpulkan
aset. Pada akhir masa kerjanya, individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut,
tidak menabung (dissaving / negative saving) pada masa sisa hidupnya (NL –
WL) sehingga aset tersebut akan bernilai nol pada akhir hidupnya.
2.2.2.2 Permanent Income Theory
Seperti life-cycle hyphothesis, teori yang diperkenalkan oleh Milton
Friedman ini berpendapat bahwa konsumsi dan tabungan dihubungkan tidak
hanya dengan pendapatan saat ini, tetapi terhadap estimasi pendapatan pada
jangka panjang. Permanent income adalah tingkat kestabilan konsumsi yang dapat
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
mengetahui tingkat kesejahteraannya saat ini dan pendapatan yang didapatnya
sekarang dan di masa akan dating.
Secara sederhana, teori ini berpendapat bahwa konsumsi adalah
proporsional terhadap permanent income, sehingga dapat dijelaskan dalam
persamaan :
C = c.YP ………....………..……(2.9)
Dimana :
C = konsumsi
c = marginal propensity to consume
YP = permanent (disposable) income
Ekonom klasik yang berpendapat bahwa perekonomian selalu berada pada
tingkat full employment yang tercapai akibat bekerjanya mekanisme pasar yang
disebut dengan “invisible hand”, menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi
dari tingkat bunga4
Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga.
. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan
masyarakat untuk menabung. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat
akan mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0 dimana jumlah tabungan
sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga berada diatas i0, jumlah tabungan
melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan
saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan
tingkat bunga ke titik semula. Apabila tingkat bunga berada dibawah tingkat
bunga keseimbangan, para pengusaha akan bersaing untuk memperoleh dana yang
jumlahnya relatif lebih kecil. Persaingan ini juga akan membawa tingkat bunga ke
titik keseimbangan.
4 Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta. BPFE.
i1
Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009 2.2.4 Teori Neoklasik
Alfred Marshall5
Teori neoklasik mengenai tabungan didasarkan pada prinsip adanya rate of
time preference yang konstan
dari kaum neoklasik menyatakan bahwa terdapat beberapa
faktor, baik ekonomi maupun non ekonomi yang mempengaruhi tabungan.
Diantara faktor ekonomi tersebut, kunci utamanya adalah tingkat bunga. Marshall
mengemukakan bahwa tingkat bunga adalah imbalan dari kesediaan seseorang
untuk menunggu dan semakin besar tingkat bunga maka akan semakin besar pula
tabungan.
Selain Marshall, ekonom lain dari kaum neoklasik, yaitu Irving Fisher,
menyatakan tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi tabungan. Menurut
Fisher, tingkat bunga ditentukan oleh beberapa prinsip, yaitu prinsip
ketidaksabaran (impatience) untuk menikmati pendapatan saat ini, prinsip
kesempatan untuk melakukan investasi, dan prinsip pasar.
6
5
Alfred Marshall. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan.
6
Michael Parkin. 1996. Macroeconomics. Ontario : Addison-Wesley Publishing Company.
. Rate of time preference adalah target tingkat
bunga riil yang ingin dicapai oleh para penabung. Jika tingkat bunga riil lebih
besar dari tingkat preferensi waktu (time preference), maka tabungan menjadi
positif dan penawaran modal akan meningkat, dan juga berlaku sebaliknya. Jika
tingkat bunga riil sama dengan tingkat preferensi waktu, maka masyarakat sudah
Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan
Pada gambar diatas dapat dilihat garis KD dan KS yang merupakan
permintaan dan penawaran modal. Jika tingkat bunga riil adalah nol, maka
tabungan adalah nol, sedangkan jika tingkat bunga riil berada pada R1 maka
tabungan akan positif, penawaran modal meningkat dari KS0 ke KS1. Jika tingkat
bunga riil turun, jumlah modal per kapita akan meningkat dari K0 ke K1. Jumlah
modal per kapita akan berhenti bertambah pada tingkat bunga riil sama dengan
rate of time preference.
2.3 Definisi Investasi
Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan dagang / inventori,
dan struktur usaha, termasuk pembelian rumah baru untuk rumah tangga.
Investasi dihubungkan dengan sektor bisnis yang ditambahkan kepada persediaan
modal fisik. Investasi swasta (private investment) adalah output dari perusahaan
yang disimpan untuk perusahaan itu sendiri. Definisi investasi swasta menurut
Parkin (1996:179) adalah pengeluaran untuk alat-alat modal dan bangunan oleh
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
tangga, termasuk di dalamnya perubahan pada inventory perusahaan.Investasi
swasta terdiri dari :
Inventory Investment, termasuk didalamnya semua perubahan dalam
persediaan bahan baku (raw materials), perlengkapan, dan produk akhir
yang dihasilkan oleh perusahaan.
Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk yang dibeli oleh
perusahaan yang tidak ditujukan untuk dijual kembali, terdiri dari
residential dan nonresidential investment.
Sedangkan investasi swasta dalam kaitannya dengan penelitian ini
merupakan gabungan antara investasi swasta asing (Penanaman Modal
Asing/PMA) dengan investasi swasta domestik (Penanaman Modal Dalam
Negeri//PMDN).
Menurut European Parliament (1999:10-11), peran pokok dari investasi
swasta adalah menambah stok modal dari aset-aset produktif yang dipegang oleh
sektor swasta. Dua motivasi utama adalah untuk menggantikan stok modal yang
telah ada dan menciptakan stok modal tambahan yang mengandung teknologi
baru (perlu dicatat dalam hal ini bahwa ‘baru’ tidak berarti yang
termodern/terakhir, tetapi baru bagi perusahaan yang ditanamkan modal).
Perlu diperhatikan bahwa pola pengeluaran investasi swasta tidak sama
dengan pola pengeluaran sektor rumah tangga yang mempunyai kebiasaan
membelanjakan sebagian atau seluruh pendapatan mereka, tetapi terdapat
atau jasa tersebut, yaitu harapan dari pengusaha untuk kemungkinan memperoleh
keuntungan di kemudian. Hal ini pula yang membedakannya dengan investasi
pemerintah.
Peningkatan investasi sektor swasta di Indonesia selama beberapa tahun
terakhir ini terjadi terutama akibat peningkatan PMA langsung (Foreign Direct
Investment/FDI). Hal ini erat kaitannya dengan perubahan dalam strategi
perdagangan yang makin berorientasi ke luar (outward looking) dan
meningkatnya intra industry trade dalam struktur perdagangan dan industri
Indonesia.
Pemberian izin untuk investasi swasta (PMA dan PMDN) di Indonesia ini
sepenuhnya ditangani oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) atau
oleh menteri teknis, seperti dalam bidang-bidang tertentu contohnya:
pertambangan, minyak dan gas bumi (izin oleh Menteri Pertambangan),
kehutanan (izin oleh Menteri Kehutanan), perikanan (izin oleh Menteri Pertanian),
lembaga pembiayaan, asuransi (izin oleh Menteri Keuangan), perbankan, (izin
oleh Menteri Keuangan dan rekomendasi BI).
2.3.1 Penanaman Modal Asing (PMA)
Pengertian PMA yang terkandung dalam Undang-Undang No. 1 tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana diubah dan ditambah oleh
Undang-Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Undang No. 1 tahun 1967 mencakup 3 unsur pokok (Bank Indonesia,
1995:98-100), yaitu:
a. Penanaman modal secara langsung;
b. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan di Indonesia;
c. Risiko ditanggung pemilik modal/investor (pasal 1).
Dimana pengertian modal asing tersebut terdiri dari:
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa
Indonesia dan disetujui pemerintah untuk pembiayaan perusahaan di
Indonesia;
2. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik asing
dan bahan-bahan dari luar negeri ke dalam wilayah RI yang tidak dibiayai dari
devisa Indonesia;
3. Bagian dari hasil perusahaan yang dapat ditransfer, tetapi digunakan untuk
membiayai perusahaan di Indonesia (pasal 2).
Menurut Undang-Undang tersebut, jenis PMA bisa secara penguasaan
penuh atas bidang usaha yang bersangkutan (100% asing) ataupun
kerjasama/patungan dengan modal Indonesia. Kerjasama dengan modal Indonesia
tersebut dapat terdiri dari: hanya dengan pemerintah (misalnya pertambangan)
atau pemerintah maupun swasta nasional. Jangka waktu PMA di Indonesia tidak
boleh melebihi 30 tahun dan bidang usaha yang terbuka atau tertutup ditentukan
oleh pemerintah. Contoh bidang usaha yang tertutup bagi PMA adalah pelabuhan,
umum, pembangkit tenaga atom, mass-media, dan bidang-bidang usaha yang
berkaitan dengan industri militer.
PMA dapat berupa penanaman modal langsung (FDI) atau portfolio.
Investasi langsung biasanya melibatkan kontrol manajemen dari pihak asing
sedangkan investasi portfolio meliputi pembelian surat-surat berharga dan jenis
investasi ini tidak melibatkan pengawasan pihak asing terhadap perusahaan
domestik.
Negara-negara berkembang sebagian besar memberikan insentif untuk
mendorong PMA dan menyalurkannya untuk penggunaan-penggunaan yang
diinginkan. Pada saat yang sama, mereka juga mengenakan berbagai hambatan
terhadap PMA untuk menghindari dominasi asing dan memegang sumber daya
alam mereka kembali.
Keuntungan dari PMA untuk negara berkembang dapat dihasilkan dari
tingkat upah riil yang lebih besar untuk tenaga kerja domestik dan atau
kesempatan kerja yang lebih luas, pilihan yang lebih banyak dari kualitas produk
yang baik dengan tingkat harga yang lebih rendah untuk konsumen domestik,
meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak terhadap investasi asing tersebut,
dan keuntungan-keuntungan tidak langsung atau eksternalitas ekonomi dari
peningkatan teknologi, pelatihan tenaga kerja lokal, dan mendorong
perusahaan-perusahaan domestik melalui keterkaitan ke depan maupun ke belakang (forward
and backward linkage effect).
PMA juga dapat mengakibatkan kerugian atau biaya bagi negara
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
investor asing, seperti: pengurangan pajak (tax remission); pengaruh negatif
terhadap tabungan domestik; hambatan terhadap Terms of Trade (TOT) negara
berkembang; kesulitan-kesulitan neraca pembayaran; dan campur tangan asing
terhadap urusan dalam negeri negara resipien.
Menurut Todaro, argumen yang mendukung penanaman modal asing
sebagian besar berasal dari analisis neoklasik tradisional yang memusatkan pada
berbagai determinan pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal asing merupakan
sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut mengisi kekurangan tabungan
yang didapat dari dalam negeri, menambah cadangan devisa, memperbesar
penerimaan pemerintah, dan mengembangkan keahlian manajerial bagi negara
penerimanya. Semua itu merupakan faktor-faktor kunci yang dibutuhkan untuk
mencapai target pembangunan. PMA ini dapat mengatasi dua kesenjangan (two
gap) yaitu ‘kesenjangan tabungan-investasi’ (saving gap) dengan pemberian
sumbangan finansial jika terjadi kurang memenuhinya mobilisasi tabungan
domestik, dan juga mengatasi ‘kesenjangan devisa’ atau ‘kesenjangan
perdagangan luar negeri’ (trade gap) dengan peranannya dalam mengisi
kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil aktual
devisa dari ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri netto. Menurut argumen
ini, arus-arus masuk modal swasta asing tersebut bukan hanya dapat
menghilangkan sebagian atau seluruh defisit yang terdapat di dalam neraca
pembayaran, akan tetapi dapat juga menghilangkan defisit dalam jangka panjang
negara yang bersangkutan guna menghasilkan devisa dari hasil-hasil ekspornya
secara netto.
Selanjutnya dijelaskan pula selain dua kesenjangan tersebut, kesenjangan
ketiga yang dikatakan dapat diisi oleh modal swasta asing adalah kesenjangan
antara target penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat
dikumpulkan. Ini terjadi dengan adanya tambahan pendapatan pajak atas
keuntungan perusahaan multinasional dan keikutsertaan mereka secara finansial
dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, sehingga pada akhirnya akan
dapat turut memobilisasikan sumber-sumber finansial.
2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 6 tahun
1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencakup kriteria
sebagai berikut (Bank Indonesia, 1995:103):
a. bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia;
b. dimiliki oleh negara ataupun swasta nasional dan swasta asing yang
berdomisili di Indonesia;
c. guna menjalankan sesuatu usaha; dan
d. modal tersebut tidak termasuk dalam pengertian pasal 2 Undang-Undang No.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
PMDN merupakan bagian dari penggunaan kekayaan yang dapat
dilakukan secara langsung oleh pemilik sendiri atau secara tidak langsung, antara
lain melalui pembelian obligasi, saham, deposito, dan tabungan yang jangka
waktunya minimal 1 tahun.
Menurut Undang-Undang tersebut, perusahaan yang dapat menggunakan
modal dalam negeri dapat dibedakan antara perusahaan nasional dan perusahaan
asing, dimana perusahaan nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh negara dan atau
swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara negara dan atau swasta
nasional dengan swasta asing dimana sekurang-kurangnya 51% modal dimiliki
oleh negara atau swasta nasional. Pada prinsipnya semua bidang usaha terbuka
untuk swasta/PMDN kecuali bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang
banyak dan strategis.
2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi
2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior
Salah satu kontribusi penting terhadap teori ini dijelaskan oleh Dale
Jorgenson7
7 Dale Jorgenson. 1963. Capital Theory and Investment Behaviour.. American Economic Review Vol.
53, pp. 49-58.
, pada tahun 1960-an. Jorgenson ingin menunjukan bahwa biaya modal
dari pengguna dapat dijelaskan dari teori mikroekonomi neoklasik dengan cara
mengukur keputusan memaksimalkan profit perusahaan. Beliau menjadi pionir
dalam menjelaskan adanya hubungan antara keputusan investasi perusahaan dan
• Biaya Modal (The User Cost of Capital)
The user cost of capital dapat didefinisikan sebagai biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam menggunakan bagian dari modal pada kurun waktu
tertentu. Teori ini berawal dari asumsi bahwa perusahaan akan berinvestasi jika
mereka berekspektasi bahwa mereka akan mendapat keuntungan. Tambahan
modal tidak akan dibeli kecuali ekspektasi marginal product of capital (MPK)
lebih besar atau setidaknya sama dengan user cost of capital (u).
MPK ≥ u………...……….(2.10)
Marginal product of capital sendiri adalah tambahan output yang dapat diproduksi
oleh perusahaan untuk setiap unit tambahan modal.
Dari gambar berikut ini dapat dijelaskan dampak penurunan the user cost
of capital (u) terhadap desired capital output ratio (v*), terlihat bahwa
keseimbangan awal berada pada titik E0, perusahaan mendapatkan keuntungan
pada daerah (1) atau daerah initial profit. Perusahaan tidak dapat melakukan
investasi selanjutnya karena akan menyebabkan kerugian yang ditunjukan oleh
daerah (5) initial loss eliminated + (6) remaining loss. Tetapi jika user cost of
capital dapat diturunkan dari u0 ke u1, keseimbangan akan bergeser dari E0 ke E1.
Maka hal ini akan mengurangi kerugian sebesar daerah (5) (initial loss
eliminated), dan perusahaan akan mendapatkan keuntungan tambahan yang
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 2.5 Dampak Penurunan The User Cost of Capital (u) Terhadap Desired Capital Otput Ratio (v*).
• Insentif Pajak dan Perilaku Investasi
The user cost of capital tidak hanya tergantung dari depreciation rate of capital dan tingkat suku bunga riil yang harus dibayarkan dari dana yang dipinjam
untuk pembelian peralatan modal. Seperti dijelaskan oleh Jorgenson, bahwa user
cost of capital juga tergantung oleh sistem perpajakan. Karenanya baik itu
kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter dapat mempengaruhi the user cost of
capital. Kebijakan moneter berpengaruh dalam perubahan tingkat suku bunga riil,
sedangkan kebijakan fiskal dalam menentukan tingkat pajak dan peraturan sistem
perpajakan.
Dari gambar 2.5 diatas kita dapat mengilustrasikan dampak dari perubahan
kebijakan perpajakan pemerintah yang dirancang untuk menstimulasi investasi.
Dengan mengasumsikan bahwa pemerintah melakukan perubahan pada tingkat
pajak atau peraturan perpajakan dengan tujuan untuk mengurangi the user cost.
E1 Initial Loss Eliminated (5)
Dengan kata lain, tingkat pajak yang dibayarkan perusahaan untuk keuntungan
yang mereka dapatkan berkurang setengahnya. Tambahan unit modal sekarang
dapat dibeli oleh perusahaan dan akan menggeser capital output ratio ke kanan ke
titik v*1. Penurunan user cost dapat meningkatkan keuntungan dan mengurangi
kerugian seperti dijelaskan sebelumnya.
2.4.2 Tobin’s q Theory of Investment
Teori Tobin ini dikembangkan berdasarkan teori dari Keynes bahwa
kecenderungan pembelian peralatan modal baru tergantung dari harga pasar
(market value) dari modal pada pasar saham dibandingkan dengan biaya
pembelian modal tersebut. Jadi, teori ini menghubungkan antara investasi dengan
harga saham. Seorang manajer pada sebuah perusahaan dapat merespon terhadap
perubahan harga saham dengan memproduksi lebih banyak modal, atau
berinvestasi, ketika harga sahamnya tinggi dan memproduksi sedikit modal baru
atau tidak berinvestasi sama sekali ketika harga sahamnya rendah.
Untuk menciptakan suatu pengukuran kuantitatif yang merefleksikan
perubahan pada haraga pasar relatif terhadap biaya pembelian, Tobin
mendefinisikan variabelnya q sebagai rasio dari harga pasar dari perusahaan pada
pasar saham dan obligasi terhadap biaya penggantian dari capital stock.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
perusahaan menginginkan memproduksi lebih banyak aset, sehingga investasi
akan tumbuh lebih cepat.
Sebagai contoh dari persamaan investasi dari teori ini adalah hubungan
antara gross investment relatif terhadap capital stock (I/K), rasio q (q), dan rasio
investasi pengganti (replacement investment) terhadap capital stock (d).
I
1. Teori ini menyatakan bahwa investasi harus dilakukan ketika perubahan
pada yang diciptakan investasi tersebut terhadap harga pasar saham
perusahaan lebih besar daripada biayanya.
= j (q – 1) + d ……….……...….(2.11)
K
Karena sumber utama perubahan pada q adalah perubahan pada harga pasar
saham, teori Tobin menciptakan saluran tambahan dimana perubahan pada pasar
saham mungkin mempengaruhi perekonomian melalui kecenderungan
berinvestasi.
Beberapa pendapat ahli ekonomi mengenai teori ini :
2. Terdapat time lag antara ketika perusahaan memutuskan bahwa suatu
pengeluaran investasi menguntungkan dengan ketika barang investasi
dikirimkan dan diperhitungkan dalam pendapatan nasional sebagai
pengeluaran investasi.
3. Mungkin terdapat ketidaksempurnaan dalam pasar modal. Tidak semua
perusahaan dapat meningkatkan modal untuk mendanai investasinya
2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian Tentang Pengeluaran Investasi
Sektor Swasta
Cukup sulit untuk menarik garis lurus perbedaan antara kelompok
Moneteris dan Keynesian, tetapi salah satu diantara beberapa hal yang cukup
mendasar untuk dijadikan alasan pembedaan antara kedua kelompok tersebut
adalah pandangannya terhadap sektor swasta. Moneteris cenderung berpendapat
bahwa sektor swasta relatif stabil, alasannya adalah bahwa pengeluaran sektor
swasta didasarkan pada teori pendapatan permanen sehingga pengeluaran
konsumsi akan relatif stabil. Pengeluaran konsumsi merupakan komponen
pengeluaran yang paling besar dan hanya berubah secara perlahan yaitu dalam
rangka penyesuaian konsumsi individu dengan perkiraan pendapatan permanen
dalam jangka panjang.
Faktor lain yang menyebabkan pengeluaran konsumsi ini relatif stabil
adalah elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga yang cukup besar
(kurva IS yang cenderung mendatar)8
8
Hal ini disebabkan definisi kekayaan yang lebih luas, dimana Milton Friedman membagi kekayaan ke dalam 5 bentuk, yaitu uang, obligasi, saham, kekayaan fisik, dan keahlian/kecakapan.
. Demikian pula fleksibilitas tingkat bunga
dan harga yang sering menyebabkan pengeluaran investasi dan konsumsi stabil,
jika terjadi penurunan investasi dan jumlah uang beredar yang tetap maka tingkat
suku bunga akan turun. Penurunan tingkat suku bunga ini akan menyebabkan
investasi kembali terdorong naik untuk mengimbangi penurunan investasi awal.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Seandainya kenaikan investasi dan atau konsumsi tidak cukup untuk
menutupi penurunan investasi maka melalui perubahan harga pengeluaran swasta
akan tetap stabil, mekanismenya adalah penurunan investasi akan berakibat pada
timbulnya pengangguran sehingga upah dan kemudian harga akan turun. Untuk
sejumlah uang beredar, turunnya harga berarti nilai riil uang akan naik. Kenaikan
nilai riil uang (melalui teori kuantitas uang) akan mendorong pengeluaran. Dalam
alternatif pendapat kaum Keynesian, naiknya nilai riil uang akan menurunkan
tingkat bunga yang kemudian akan mendorong kenaikan investasi.
Keynesian berpendapat bahwa sektor swasta pada dasarnya tidak stabil9
Gambar 2.6 Kasus Moneteris
.
Pergeseran sikap dan perkiraan dari pengusaha dan konsumen menyebabkan
ketidakstabilan sehingga harus diambil kebijakan fiskal dan moneter untuk
menstabilkan. Selain itu, ketidakstabilan sektor swasta juga disebabkan oleh harga
yang tidak fleksibel.
Gambar 2.7 Kasus Keynesian
Sumber : Ekonomi Moneter, Buku I, Nopirin, hal 85-86.
Jika karena suatu sebab pengeluaran investasi oleh pengusaha turun, pada
gambar 2.6 ditunjukan dengan bergesernya kurva permintaan agregat (AD) dari
AD0 ke AD1. Dengan kurva penawaran agregat (AS) yang vertikal (dalam versi
monetaris) maka pada harga P0 jumlah barang yang diminta turun menjadi Y1.
maka akan terjadi excess suply, dimana penawaran melebihi permintaan,
pengangguran terjadi, dan hal ini akan mendorong upah dan harga untuk turun.
Turunnya harga menyebabkan nilai riil uang akan naik, sehingga permintaan total
akan naik (sepanjang kurva AD1). Harga akan terus turun sampai jumlah yang
diminta kembali pada Yf. Kenaikan permintaan ini disebabkan turunnya tingkat
bunga (sebagai akibat naiknya nilai uang kas riil). Karena konsumsi merupakan
bagian dari AD, kenaikan konsumsi juga merupakan kenaikan permintaan agregat.
Dalam pandangan Keynesian, penurunan investasi (autonomous) tidak
akan menyebabkan kenaikan konsumsi, sehingga AD akan tetap bergeser ke kiri
bawah. Dalam gambar 2.7 dijelaskan bahwa pergeseran AD dari AD0 ke AD1
karena upah dan atau harga adalah tetap(rigid) meskipun ada pengangguran, maka
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
(AS), yaitu AS0 untuk ekstrim Keynesian serta AS1 untuk Keynesian yang lebih
realistis. Untuk kasus Keynesian yang lebih realistis, upah dan harga turun tetapi
relatif lebih kecil. Output sedikit lebih tinggi dari kasus ekstrim Keynesian, yaitu
Y2, tetapi kesemuanya masih berada dibawah output pada tingkat full employment
(Yf). Masalahnya, karena penurunan upah dan harga tidak cukup untuk
mendorong kenaikan permintaan agregat sepanjang kurva AD1, yang dapat
menutup penurunan investasi, sehingga akhirnya output berada dibawah tingkat
full emloyment. Untuk mencapai kembali pada keadaan full employment,
Keynesian memberikan solusi perlu ada campur tangan pemerintah melalui
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif
tahunan pada rentang waktu antara tahun 1984-2003 dengan pertimbangan
ketersediaan data. Data sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan
meliputi objek yang bersifat makro dan mudah didapat. Data tersebut diolah
kembali oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan dua variabel terikat (dependent variables)
yaitu tabungan swasta dan investasi swasta. Sedangkan variabel bebasnya
(independent variables) yaitu pendapatan nasional disposibel (gndi), tingkat suku
bunga (r), tingkat inflasi (lnp), pendapatan nasional (PDB/Y), rasio investasi
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk runtun waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data yang
berbentuk angka-angka.
Sumber data berasal dari berbagai sumber seperti misalnya Badan Pusat
Statistik, Laporan triwulanan/tahunan BI, Badan Koordinasi Penanaman Modal,
International Financial Statistics (IFS), Asian Development Bank, World Development Indicators dan lain-lain. Penulis menguji variabel-variabel bebas
utama yang memiliki pengaruh kuat terhadap tabungan nasional dan investasi
swasta sebagai variabel tidak bebas yang berhubungan dengan model yang
digunakan.
Disamping itu penulis melakukan studi literatur untuk mendapatkan teori
yang mendukung penelitian. referensi studi kepustakaan diperoleh melalui jurnal,
Perpustakaan FE USU, Perpustakaan Pusat USU, dan Perpustakaan Bank
Indonesia Medan.
3.3 Pengolahan Data
Penulis menggunakan program computer E-Views 4.1 untuk mengolah
3.4 Model Analisis Data
Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrik
dengan pendekatan kointegrasi dan model dinamis faktor-faktor utama yang
mempengaruhi tabungan nasional dan investasi swasta dengan pendekatan ECM
(Error-Correction Model) menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan
E-Views 4.1. Data yang digunakan adalah data periode tahunan (time series)
dengan estimasi model menggunakan Ordinary Least Square (OLS).
Adapun persamaan model kointegrasi sebagai berikut:
Yt = 0 + 1 X1 + 2 X2 +...+ n Xn + Ut ………….…………(1.16)
dimana:
Yt = Variabel tidak bebas
X1,2,..,n = Variabel bebas
Ut = Error term
Sedangkan persamaan ECM (Error-Correction Model) adalah sebagai berikut:
Yt = 0 + 1X1+ 2X2+ ……. + nXn + ECTt-1+Ut …….….(1.17)
dimana:
Yt = First difference dari variabel tidak bebas
X1,2,..,n = First difference dari variabel bebas
ECTt-1 = Error Correction Term
Model tabungan yang akan diestimasi dalam penelitian ini adalah :
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Sedangkan model untuk investasi swasta adalah:
Ln I = + 1 LnYt + 2 LnPt + 3 LnRt + 4 LnGIYt + 5 Dummy + t
…...(1.19)
Teori tentang kointegrasi ditandai dengan memasukkan error-correction
(EC) term . EC term lagged periode (ECt-1) menggabungkan pergerakan short-run
dan long-run pada fungsi tabungan nasional dan investasi swasta.
Sehingga model persamaan yang kita butuhkan secara spesifik menjadi
general error correction model (ECM) :
1. Fungsi tabungan
Ln S = + 1 LnGNDIt + 2 LnRt + 3 LnPt + 4 ECTt-1 + 5 D + t
……….……….….(1.20)
Keterangan :
= konstanta
Ln S = First Difference dari logaritma tabungan nasional
LnGNDI = First Difference dari logaritma Gross National Disposable
Income
LnR = First Difference dari tingkat suku bunga
1
−
t
ECT = Error-correction term lagged one period
D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997)
D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)
1, 2, 3, 4 = koefisien regresi
= error term
t menunjukan waktu
2. Fungsi investasi swasta
Ln I = + 1 LnYt + 2 LnPt + 3 LnRt + 4 LnGIYt + 5 ECTt-1 + 6 D+
t ………..……….(1.21)
Keterangan :
Ln I = First Difference dari logaritma investasi
LnY = First Difference dari logaritma pendapatan nasional
LnP = First Difference dari tingkat inflasi
LnR = First Difference dari tingkat suku bunga
LnGIY = First Difference dari logaritma rasio inve stasi pemerintah
terhadap PDB
ECTt-1 = Error-correction term lagged one period
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)
1, 2 , 3, 4, 5 = koefisien regresi
= error term
t menunjukan waktu
3.5 Pengujian Statistik
3.5.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya anggapan stasioneritas
pada persamaan yang sedang diestimasi. Untuk diketahui adanya unit roots
dilakukan pengujian Dickey-Fuller (DF-test) sebagai berikut :
Misal variabel Yt sebagai variabel tidak bebas, maka akan diubah menjadi
Yt = Yt-1 + Ut ...(1.22)
Jika koefisien Yt-1 ( ) adalah = 1 dalam arti hipotesis diterima, maka
variabel mengandung unit root dan bersifat non-stasioner. Untuk mengubah trend
yang bersifat non-stasioner menjadi stasioner dilakukan uji orde pertama (first
difference)
Yt = ( -1) (Yt -Yt-1)...(1.23)
Koefisien akan bernilai 0, dan hipotesis akan ditolak sehingga model
Kesimpulan hipotesis DF-test :
• Ho : = 0 (Terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner)
• H1 : ≠ 0 (Tidak terdapat unit roots, variabel Y stasioner)
Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai
t-hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-Fuller.
3.5.2 Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana variabel-variabel
independen mempengaruhi variabel dependennya pada jangka panjang. Yang
dimaksud jangka panjang dalam pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu
dimana pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya tidak
bersifat seketika, melainkan membutuhkan selang waktu, dan merupakan suatu
kondisi dimana masing-masing variabel memungkinkan untuk mengadakan
penyesuaian secara penuh terhadap perubahan-perubahan yang timbul (atau tidak
ada kecenderungan untuk naik atau turun, dan variabel tersebut berada dalam
kondisi optimumnya).
Model kointegrasi juga merupakan model yang biasa digunakan untuk
menganalisis apakah trend dari nilai variabel tak bebas bergerak dengan arah yang
sama dengan trend variabel bebasnya, sehingga tecapai keseimbangan jangka
panjang atau justru sebaliknya. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
1. Estimasi tiap parameter dari persamaan regresi dengan menggunakan
Ordinary Least Square (OLS), misalnya :
Yt = 0 + 1Xt1 + 2Xt2 + Ut ... (1.24)
Uji stasioner terhadap nilai residual dari hasil estimasi diatas lalu estimasi kembali
Ut = Ut-1+ t ... (1.25)
Ût = 0Ut-1 + 1Ut-2 ... (1.26)
Setelah t-hitung diperoleh, maka hasilnya dibandingkan dengan t-tabel (uji-t). Jika
nilai t hitung lebih besar dari t-tabel maka variabel bersifat stasioner.
2. Regresi persamaan, proses ini dilakukan untuk melihat signifikansi hubungan
antara variabel pada tingkat kepercayaan tertentu.
Hipotesis ini didasarkan oleh hasil regresi pada error term berikut ini :
Ut= Ut-1+ t ...(1.27)
Kesimpulan hipotesis uji kointegrasi :
• Ho : = 0 (Variabel-variabel tidak terkointegrasi)
3.5.3 Uji Kesesuaian
3.5.3.1 Penaksiran Koefisien Determinasi
Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang
dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukan besarnya
kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang
menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa besar
variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.
Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R2 <1),
dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena
semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.
3.5.3.2 Uji t – Statistik (Uji Parsial)
Penaksiran ini dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi
variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen (dalam hal ini untuk mendukung
uji kointegrasi dan ECM) secara parsial.
Hipotesis yang digunakan adalah :
Ho : bi = 0 (tidak signifikan)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Ho akan diterima (Ha ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika t
hitung lebih kecil dari t tabel, dengan demikian variabel bebas yang diuji tidak
mempengaruhi variabel tidak bebas (tidak signifikan).
Sebaliknya Ho akan ditolak (Ha diterima) pada tingkat
kepercayaan tertentu jika t hitung lebih besar dari t tabel sehingga
variabel bebas yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas (signifikan).
Nilai t hitung adalah sebagai berikut :
bi
t = ---
S(bi)
Dimana :
bi = Parameter yang diestimasi
S(bi) = Standart error yang diuji.
3.5.3.3 Uji F- Statistik
Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua
variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebasnya. Disamping
sekaligus menguji koefisien determinasinya (R2). Dengan demikian hasil uji F
yang signifikan akan menyebabkan nilai R2 yang diperoleh secara statistik tidak
sama dengan nol.
Hipotesa yang digunakan adalah :
Ho : bl = b2 = .... = 0, tidak ada pengaruh variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas.
Ha : bl ≠ b2 ≠ .... ≠ 0, terdapat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas.
Hasil pengujian akan menunjukan :
Apabila nilai F-hitung > F- tabel, maka Ho ditolak ; artinya setiap variabel
bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.
Apabila nilai F-hitung < F- tabel, maka Ho tidak diterima ; artinya
setidaknya satu dari variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.
Nilai F hitung :
R2/(k-1)
F = ---
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Dimana :
k = banyaknya koefisien (termasuk intersep bi)
n = banyaknya observasi pada sampel.
3.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
3.5.4.1 Masalah Multikolinier
Multikolinier menunjukan gejala adanya hubungan linier atau hubungan
yang pasti diantara explanatory variable (variabel penjelas) dalam model regresi.
Gejala ditunjukan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung
penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil
regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori variabel tidak
menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui
perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel.
3.5.4.2 Masalah Serial Korelasi
Masalah korelasi dalam model menunjukan adanya hubungan korelasi
antara variabel gangguan (error term) dalam suatu model yang terjadi karena
beberapa faktor :
1. Inersia, data observasi dimulai dari situasi kelesuan ekonomi sehingga data
time series selanjutnya dipengaruhi oleh data sebelumnya walaupun