• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Kalkulator Untuk Menghitung Link Butget Komunikasi VSAT Point to Point

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Kalkulator Untuk Menghitung Link Butget Komunikasi VSAT Point to Point"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN KALKULATOR UNTUK MENGHITUNG LINK BUDGET KOMUNIKASI VSAT POINT TO POINT

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh :

MUHAMMAD ADINATA SEMBIRING NIM : 040402052

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Perancangan kalkulator untuk menghitung link budget konunikasi VSAT point to point dapat dirancang menggunakan beberapa software, salah satunya

java. Dalam Tugas Akhir ini, penulis merancang kalkulator menggunakan bahasa pemrograman java untuk menampilkan kalkulator link budget. Kalkulator tersebut dirancang untuk mempermudah perhitungan link budget.

Parameter-parameter link budget yang akan dihitung dipengaruhi oleh paramater up-link dan down-link. Dimana nilai masukan parameter yang tidak dihitung ditentukan berdasarkan standart C-band. Kemudian dikalkulasi, maka akan diperoleh nilai parameter C/N up-link, C/N down-link, dan C/N total.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Allah S.W.T, atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis diberikan kemampuan untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir ini berjudul: “Perancangan Kalkulator Untuk Menghitung Link Butget Komunikasi VSAT Point to Point“. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan rasa hormat, bangga, dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya, Ayahanda Serta Sembiring dan Ibunda Sinek Br Bangun yang telah tiada, yang telah membesarkan, mendidik dan selalu mendoakan saya, serta rasa sayang kepada saudara-saudara saya Asminah, Ismah dan Aprina.

Dalam kesempatan ini juga penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Arman Sani,MT, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir, yang dengan ikhlas dan sabar memberikan masukan, dukungan, bimbingan dan motivasi dalam penulisan Tugas Akhir ini.

(4)

3. Bapak Prof.Dr.Ir.Usman Baafai, selaku pelaksana harian Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bekal ilmu kepada saya selama mengikuti perkuliahan.

6. Seluruh karyawan di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

7. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan Angkatan 2004, Didik, Sabri, Juliana, Bismo, Michael Jackson, Immanuel, Hana, Roy (Man!!), Dedi, Ojak, Irwanto, Sutrisno, Josua, Adyanto,The Batzz, Juan Spy, Juan Khan, Agus P.P, Alex Master, Wau!!, Fauzan, Luthfi, Daus, Salman, Rozi dan seluruh teman-teman yang belum disebutkan. “You Never Walk Alone“ dan khusus kepada adinda tersayang Siti Zakiyah Barus, SE.

8. Terimakasih kepada Bik Lian dan suami, Bik Juli dan suami, Bik Inah dan suami, Bang Yunus dan Dedek, dan juga Sandi, yang sudah memberikan perhatian selama saya tinggal dan kuliah di Medan.

9. Teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

(5)

penulis siap menerima saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Medan, Maret 2010 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR TABEL ...x

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ...1

I.2 Rumusan Masalah ………...2

I.3 Tujuan Penulisan ………...3

I.4 Batasan Masalah ………..3

I.5 Metode Penulisan ………4

I.6 Sistematika Penulisan ...4

BAB II SISTEM KOMUNIKASI VSAT 2.1 Umum ………6

2.2 Dasar Sistem Komunikasi Satelit ...6

2.2.1 Orbit Satelit ...7

2.2.2 Alokasi Frekuensi ...8

2.2.3 Prinsip Kerja Sistem Komunikasi Satelit ...9

(7)

2.3 Arsitektur Sistem Komunikasi VSAT ...12

2.4 Perhitungan Link ( Link Budget ) ……….13

2.4.1 Effective Isotropic Radiated Power ( EIRP ) ………14

2.4.2 Penguatan Antena ( Antena Gain ) ………....16

2.4.3 Rugi Ruang Bebas ( Free Space Loss ) ……….17

2.4.4 Rugi Atmosfer( Atmospheric Loss ) ………..19

2.4.5 Efek Hujan ( Rain Effect ) ……….20

2.4.6 Rugi Tracking ( Tracking Loss ) ………22

2.4.7 Pola Pancaran ……….23

2.4.8 Derau Suhu Sistem ( System Noise Temperature ) …………25

2.4.9 Kepekaan Sistem ( Figure Of Merit ) ………26

2.4.10 Carrier to Noise ……….27

2.5 Metode Akses ……….28

2.5.1 Frequency Division Multiple Access ( FDMA ) ………30

2.5.2 Time Division Multiple Access ( TDMA ) ………..32

2.5.3 Code Division Multiple Access ( CDMA ) ……….33

2.6 Konfigurasi Dan Spesifikasi Link ...34

2.6.1 Persamaan Up-Link ...34

2.6.2 Persamaan Down-Link ...35

(8)

BAB III PERANCANGAN DAN PEMROGRAMAN KALKULATOR

3.1 Perancangan Kalkulator ...36

3.2 Tahap-tahap Perancangan...36

3.3 Parameter-parameter Link ………...37

3.4 Algoritma Pemrograman….………..37

3.5 Tampilan Kalkulator ………...40

BAB IV PENGUJIAN KALKULATOR LINK BUDGET KOMUNIKASI VSAT POINT TO POINT 4.1 Umum ………..43

4.2 Pengujian Kalkulator...43

4.2.1 Pengujian Kalkulator Up-Link ...43

4.2.2 Pengujian Kalkulator Down-Link ……….44

4.2.3 Pengujian Kalkulator Total Link ………..45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………..47

5.2 Saran ………48 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komunikasi Dua Station Bumi Melalui Satelit ...10

Gambar 2.2 Arsitektur Sistem Komunikasi VSAT ... 12

Gambar 2.3 Komponen Antena Pemancar VSAT ... 15

Gambar 2.4 Hubungan Antara Diameter Antena VSAT dengan Gain ... 17

Gambar 2.5 Link Komunikasi VSAT ...17

Gambar 2.6 Grafik Hubungan Frekuensi dengan Rugi Ruang Bebas ...19

Gambar 2.7 Hubungan Atenuasi Hujan, Frekuensi, dan Curah Hujan ...22

Gambar 2.8 Pola Radiasi / Pancaran Antena Satelit ...24

Gambar 2.9 Half Power Bandwidth ……….24

Gambar 2.10 Hubungan Sudut Elevasi dengan Derau Suhu Antena ...26

Gambar 2.11 Grafik Hubungan Antara Diameter dengan G / T ...27

Gambar 2.15 Susunan Dasar Transponder ………29

Gambar 2.16 Prinsip Metode Akses pada Sistem Komunikasi VSAT ……… 29

Gambar 2.17 Konsep FDMA pada Komunikasi VSAT ... 30

Gambar 2.18 Pembagian Frekuensi FDMA dengan guardband...31

Gambar 2.19 Konsep TDMA pada Komunikasi VSAT ...32

Gambar 2.20 Konsep CDMA pada Komunikasi VSAT (a) Spektrum Pembawa dari User (b) Spektrum Tersebar Uplink (c) Spektrum Akhir...33

Gambar 2.21 Konfigurasi Komunikasi VSAT Point to Point... 34

(10)

Gambar 3.2 Flow chart Kalkulator Down-Link...……...39

Gambar 3.3 Flow chart Kalkulator Total Link ………....40

Gambar 3.4 Kalkulator Up-Link ... ...41

Gambar 3.5 Kalkulator Down-Link ... ………....41

Gambar 3.6 Kalkulator Total-Link ...42

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Kalkulator Up-Link ………44

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Kalkulator Down-Link………...44

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alokasi Band Frekuensi pada Komunikasi VSAT ……….8

Tabel 2.2 Alokasi Link Frekue nsi Komunikasi Satelit ...9

Tabel 2.3 Contoh Satelit di Indonesia ………..11

Tabel 2.4 Rugi Atmosfer dengan Sudut Elevasi 100 ...20

Tabel 2.5 Karakteristik Station Bumi C-Band dengan Efisiensi 70 % ...22

(12)

ABSTRAK

Perancangan kalkulator untuk menghitung link budget konunikasi VSAT point to point dapat dirancang menggunakan beberapa software, salah satunya

java. Dalam Tugas Akhir ini, penulis merancang kalkulator menggunakan bahasa pemrograman java untuk menampilkan kalkulator link budget. Kalkulator tersebut dirancang untuk mempermudah perhitungan link budget.

Parameter-parameter link budget yang akan dihitung dipengaruhi oleh paramater up-link dan down-link. Dimana nilai masukan parameter yang tidak dihitung ditentukan berdasarkan standart C-band. Kemudian dikalkulasi, maka akan diperoleh nilai parameter C/N up-link, C/N down-link, dan C/N total.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi telekomunikasi sekarang ini mengalami kemajuan sangat cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan kebutuhan akan informasi, yang terus memacu para pengembang memberikan suatu sistem yang handal dan efisien, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam arti bahwa sistem tersebut dapat menyalurkan informasi ke manapun juga, bahkan termasuk untuk daerah terpencil (rural).

Untuk membangun komunikasi pada daerah-daerah yang tidak tercakup kanal PSTN (Public Switced Telephone Network), dapat digunakan sistem komunikasi satelit. Pada komunikasi satelit ini adalah komunikasi yang menggunakan gelombang radio dengan satelit sebagai repeater nya. Dengan menggunakan komunikasi satelit ini, maka komunikasi Line Of Sight (LOS) dapat dibangun.

Salah satu aplikasi dari sistem komunikasi satelit adalah dengan menggunakan VSAT (Very Small Aperture Terminal), yaitu sistem komunikasi yang mengunakan antena kecil pada bumi.

(14)

perusahaa-perusahaan atau industri-industri khususnya untuk komunikasi telepon (voice ), data, dan gambar ( video ). Pengoperasian VSAT dapat direncanakan untuk link

point to point dan point to multipoint.

Teknologi VSAT ini akan menghasilkan performansi yang baik jika ditunjang oleh pengoperasian infrastruktur yang baik dan juga pengoperasianya secara maksimal, efisisen dan efektif.

Agar performansi link tersebut dapat menghasilkan komunikasi yang baik, maka seorang perencana satelit harus memperhitungkan parameter-parameter link satelit. Adapun parameter-parameter tersebut adalah EIRP, FSL, dan C/Io untuk jalur up link dan down link, sehingga diperoleh C/N total pada sisi penerima. Untuk mempermudah dan mempercepat perhitungan link, maka perlu dirancang sebuah kalkulator.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mencoba merancang kalkulator yang dapat menghitung link budget VSAT point to point. Perancangan kalkulator tersebut menggunakan bahasa pemrograman java.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana prinsip kerja sistem komunikasi satelit. 2. Bagaimana konfigurasi komunikasi VSAT point to point.

(15)

4. Apa saja perangkat-perangkat yang digunakan untuk membangun komunikasi VSAT point to point.

5. Apa saja tahap-tahap perancangan kalkulator untuk menghitung link budget VSAT point to point.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengimplementasikan kalkulator yang akan digunakan untuk menghitung link budget VSAT point to point.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penulis akan membatasi Tugas Akhir ini dengan hal – hal sebagai berikut :

1. Hanya membahas sistem komunikasi satelit VSAT point to point.

2. Nilai parameter satelit yang diperoleh berdasarkan persamaan-persamaan yang telah ditetapkan dan berdasarkan spesifikasi link standar C-band. 3. Tidak membahas kinerja satelit .

4. Tidak membahas metode akses yang digunakan.

5. Hanya merancang kalkulator yang akan digunakan untuk menghitung link budget VSAT point to point jalur up link, down link, total link.

6. Perancangan kalkulator menggunakan bahasa pemrograman java.

7. Menampilkan kalkulator yang dirancang dalam bentuk kotak dialog

(16)

1.5 Metode Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan oleh penulis pada penulisan Tugas Akhir ini adalah Studi Literatur, yaitu berupa studi kepustakaan dan kajian dari jurnal-jurnal pendukung baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini.

BAB II SISTEM JARINGAN VSAT

Bab ini membahas tentang pengertian jaringan VSAT, arsitektur jaringan VSAT, metoda akses jamak, desain link satelit, antena VSAT.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMROGRAMAN

Bab ini berisi tentang perancangan kalkulator, tahap-tahap perancangan, parameter-parameter link, Algoritma Pemrograman, Tampilan kalkulator.

BAB IV PENGUJIAN KALKULATOR

Bab ini menampilkan kalkulator dalam bentuk kotak dialog

JCreator dan pengujianya.

(17)

Bab ini berisi kesimpulan dari Tugas Akhir ini dan saran dari penulis.

(18)

BAB II

SISTEM KOMUNIKASI VSAT

2.1 Umum

Sistem komunikasi VSAT adalah salah satu aplikasi dari sistem komunikasi satelit, yaitu sistem komunikasi yang menggunakan satelit sebagai

repeater nya. VSAT adalah kepanjangan dari Very Small Aperture Terminal, yaitu sejenis antena pada bumi yang berfungsi sebagai terminal, berbentuk bulat dan biasanya berdiameter antara 0,6 m sampai dengan 3,8 m [1].

Sistem komunikasi VSAT ini adalah salah satu sistem alternatif yang dapat digunakan untuk komunikasi daerah-daerah terpencil. Beberapa keuntungan VSAT adalah sebagai berikut:

• Mempunyai keandalan hingga 99,5 %

• Harga instalasinya relatif lebih murah

• Daerah cakupannya ( coverage ) lebih luas, sehingga cocok untuk digunakan hingga ke pelosok-pelosok.

2.2 Dasar Sistem Komunikasi Satelit

(19)

sekarang ini. Banyak jaringan internasional masih tetap menggunakan satelit sebagai media telekomunikasinya [2].

Satelit ini diluncurkan ke atas bumi yang akan digunakan sebagai repeater

untuk menjamin terbentuknya komunikasi LOS ( Line Of Sight ) di antara

transmitter dan receiver. 2.2.1 Orbit Satelit

Orbit satelit adalah lintasan yang dilalui oleh satelit yang berada di luar angkasa untuk berputar. Berdasarkan orbit ini, satelit dapat dibagi ke dalam empat bagian, yaitu High Eliptical Orbiting Satellite (HEO), Middle Earth Orbiting Satellite (MEO), Low Earth Orbiting Satellite (LEO), dan Geostationery Satellite (GEO) [3].

High Eliptical Orbitinng Satellite (HEO) adalah satelit yang berorbit pada ketinggian 18.000 s/d 35.000 km di atas permukaan bumi. Satelit HEO ini didisain untuk negara ataupun daerah-daerah yang mempunyai garis lintang utara maupun selatan yang besar.

(20)

Low Earth Orbiting Satellite (LEO) adalah satelit yang berorbit pada ketinggian 160 s/d 1.600 km di atas permukaan bumi. Satelit ini biasanya berukuran kecil dan mudah untuk diluncurkan. Jaringan dari satelit LEO ini biasanya digunakan untuk keperluan facsimile, e-mail, broadcast data, ataupun untuk komunikasi terestrial. Karena jaraknya yang dekat dengan bumi, maka kecepatan orbit satelit ini harus lebih cepat dibandingkan satelit HEO dan MEO.

Geostationery Orbiting Satellite (GEO) adalah satelit yang berorbit pada ketinggian 36.000 km di atas permukaan bumi. Satelit ini berputar sinkron dengan perputaran bumi pada porosnya. Sehingga jika dipandang dari bumi, satelit ini terlihat tetap. Satelit GEO ini banyak dimanfaatkan untuk kegiatan komersil, pendidikan, militer dan lain-lain.

2.2.2 Alokasi Frekuensi

Pada sistem komunikasi satelit, frekuensi yang digunakan bermacam-macam, yang terbagi dalam beberapa alokasi frekuensi. Secara umum, pembagian frekuensi kerja satelit dapat dilihat pada Tabel 2.1 [3].

Tabel 2.1 Alokasi Band Frekuensi Pada Komunikasi Satelit

Range Frekuensi ( GHz ) Band Layanan

Fixed, audio broadcast, intersatellite

(21)

Frekuensi band yang sering digunakan untuk komunikasi VSAT adalah C-band, Ku-Band, dan Ka-Band. Pada masing-masing frekuensi ini, dibagi lagi alokasi frekuensi masing-masing untuk uplink dan downlink yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Alokasi Link Frekuensi Komunikasi Satelit

Band Frekuensi uplink ( GHz ) Fekuensi downlink ( GHz )

C Ku Ka

5,925 – 7,075 14,0 – 14,5 27,5 – 31,0

3,7 – 4,2 11,7 – 12,2 17,7 – 21,2

2.2.3 Prinsip Kerja Sistem Komunikasi Satelit

Pada pemancaran gelombang radio, gelombang elektromagnetik dipancarkan dapat diterima oleh perangkat penerima jika komunikasi Line Of Sight ( LOS ) ada. Pada sistem komunikasi terestrial, untuk mendapatkan LOS, ditempatkan beberapa repeater pada permukaan bumi yang akan meneruskan sinyal yang dikirimkan. Tetapi jika jarak yang ditempuh jauh, dan terdapat banyak halangan baik berupa gedung maupun gunung, maka akan diperlukan jumlah

repeater yang banyak, sehingga kurang efisien. Untuk mengatasi hal ini, digunakanlah satelit yang diluncurkan di atas permukaan bumi sebagai repeater

(22)

Gambar 2.1 Komunikasi Dua Stasion Bumi Melalui Satelit

Pada Gambar 2.1 terlihat bahwa ada dua station bumi yang saling berhubungan melalui satelit yang ada di angkasa. Komunikasi LOS terjadi karena adanya bantuan dari satelit. Pada komunikasi satelit, sistem dibagi menjadi dua bagian yaitu space segment dan earth segment. Space segment adalah bagian pada saat sinyal di transmisikan ke dalam bentuk gelombang radio sampai ke satelit.

Earth segment adalah bagian dimana terdapat station penerima / pemancar pada bumi.

(23)

transponder, sinyal ini akan diturunkan dan akan dikirimkan lagi ke station penerima bumi.

2.2.4 Contoh Satelit

Satelit komersil pertama yang diluncurkan adalah INTELSAT pada tahun 1965 oleh Amerika. Sejak peluncuran satelit ini, banyak satelit lain yang diluncurkan sebagai dampak perkembangan teknologi. Jadi, sekarang di atas bumi terdapat lebih dari 200 satelit yang mengorbit di atas permukaan bumi [1].

Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang mengoperasikan sistem satelit domestik, yaitu pada tahun 1976 meluncurkan satelit PALAPA A. Contoh satelit di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.3.

(24)

2.3 Arsitektur Sistem Komunikasi VSAT

Secara umum, sistem komunikasi VSAT terdiri dari beberapa komponen-komponen utama yang menyusunnya, yaitu seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2 [1].

Gambar 2.2 Arsitektur Sistem Komunikasi VSAT

Antena adalah alat yang digunakan untuk mengubah gelombang listrik menjadi gelombang elektromagnetik dan sebaliknya. Antena ini akan digunakan untuk transmitter ( pengirim ), receiver ( penerima ) pada sistem telekomunikasi VSAT. Dalam memilih antena yang digunakan untuk sistem VSAT, perlu diperhitungkan parameter-parameter antena seperti frekuensi band yang digunakan, aperture, efficiency, beamwidth, gain, directivity. Antena yang biasanya digunakan untuk komunikasi VSAT ini adalah antena yang berbentuk lingkaran dan mempunyai reflektor di bagian tengahnya.

Power Amplifier adalah alat yang digunakan untuk memberikan penguatan kepada Up Converter sebelum sinyal dimasukkan ke dalam antena sistem.

(25)

pengurangan dalam beberapa mW, sehingga membutuhkan Amplifier untuk menaikkan level daya sinyal tersebut. Oleh karena itu, Low Noise Amplifier

bertanggung jawab untuk menaikkan level sinyal dari satelit sebelum memasuki

Down Converter.

Down Converter adalah alat yang digunakan untuk mengkonversikan frekuensi dari RF ke IF, yang diterima dari Low Noise Amplifier. Sesudah itu, sinyal tersebut diteruskan ke Demodulator.

Up Converter adalah alat yang digunakan untuk mengkonversikan frekuensi dari IF ke RF, yang diterima dari Modulator. Sesudah itu, sinyal tersebut akan diteruskan ke Power Amplifier.

Demodulator adalah alat yang mengkonversikan sinyal IF ke dalam format digital. Sinyal digital ini akan diolah oleh komponen jaringan seperti router, switch, dan lain-lain yang akan diolah dengan sistem komputerisasi.

Modulator adalah alat yang digunakan unutk mengkonversikan sinyal dalam format digital menjadi sinyal IF.

2.4 Perhitungan Link ( Link Budget )

(26)

Baik atau buruknya link dari sistem komunikasi VSAT ini, dapat dianalisa dengan menggunakan link budget. Pada link budget ini, akan dihitung beberapa parameter-parameter yang penting dari sistem dan akan dibandingkan dengan standard yang sudah ditetapkan oleh ITU-R ( Institute Telcommunication Union- Recommendation ).

2.4.1 Effective Isotropic Radiated Power ( EIRP )

Salah satu parameter yang penting dari sistem VSAT adalah EIRP. Besarnya kerapatan flux maksimal dari suatu jarak sebesar r dari sebuah antena pemancar dengan gain sebesar G, adalah seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.1 [5].

2 4 r GPT

M = π

Ψ ... (2.1)

Sebuah radiator yang isotropic dengan daya masukan yang sama, yaitu sebesar GPT akan menghasilkan kerapatan flux yang sama. Hasil ini yang akan

akan disebut dengan EIRP. Bentuk persamaannya dapat dilihat pada Persamaan 2.2 dan 2.3.

T

GP

EIRP= ... (2.2)

dBW G

P

EIRP] [ T] [ ]

(27)

Dimana:

G = gain antena pemancar PT = daya pada antena pemancar

Besarnya harga PT disini adalah nilai dari daya yang ada pada pemancar

setelah dikurangi dengan rugi feeder. Feeder adalah saluran transmisi yang menghubungkan perangkat pemancar dengan antena pemancar VSAT.

Gambar 2.3 Komponen Antena Pemancar VSAT

Pada Gambar 2.3, TX adalah daya pada perangkat pemancar yang akan

diteruskan terlebih dahulu ke antena VSAT. Sesudah sampai di antena, maka akan dipancarkan. Saluran transmisi yang menghubungkan antara perangkat pemancar dengan antena VSAT disebut dengan feeder, yang mempunyai rugi-rugi sebesar LFTX. Maka daya pada antena pemancar PT adalah daya pada perangkat pemancar

dikurangi dengan rugi feeder. Persamaan 2.3 di atas dapat ditulis seperti pada Persamaan 2.4.

dB FTX

TX

dB P dBW L dB G

EIRP] = ( )− ( )+

(28)

2.4.2 Penguatan Antena ( Antenna Gain )

Pada penguatan atau gain antena yang diperhatikan adalah daya masuk ke terminal antena. Penguatan antena dapat didefinisikan sebagai perbandingan intensitas radiasi maksimum suatu antena dengan intensitas radiasi maksimum dari suatu antena pembanding, dengan daya masuk yang sama. Biasanya antena yang digunakan sebagai antena pembanding adalah antena isotropis dengan efisiensi 100 %. Bentuk umum persamaannya dapat dilihat pada Persamaan 2.5 [6].

Dimana ΨM= kerapatan flux antena yang ditinjau Ψi= kerapatan flux antena isotropis

Jika diketahui suatu antena penerima VSAT, dengan diameter D ( m ),

efisien si η, frek u en si f ( MHz ), c = 3 x1 08

m/s, maka dapat dihitung gain dari antena VSAT tersebut dengan menggunakan Persamaan 2.6 atau Persamaan 2.7.

(29)

Untuk beberapa kasus, hubungan antara gain antena VSAT dengan diameternya, dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Hubungan Antara Diameter Antena VSAT dengan Gain

2.4.3 Rugi Ruang Bebas ( Free Space Losses )

Pada setiap transmisi dengan menggunakan udara sebagai media transmisinya, akan mengalamai redaman yang disebut dengan rugi ruang bebas. Bentuk sistemnya dapat dilihat pada Gambar 2.5 [5].

(30)

Pada Gambar 2.5 dapat dilihat jarak yang memisahkan antara antena pengirim dan penerima sebesar R. Dari Gambar 2.5 dapat dihitung besarnya rugi ruang bebas yang terjadi pada link , yaitu dengan menggunakan Persamaan 2.8.

MHz Km

dB R f

L =32,44+20log +20log ... (2.8)

Selain menggunakan Persamaan 2.8, dapat juga digunakan Persamaan 2.9 untuk mencari rugi ruang bebas.

   

  =

c Rf

LdB 4π ... (2.9)

(31)

Gambar 2.6 Grafik Hubungan Frekuensi dengan Rugi Ruang Bebas Dengan memperhatikan Gambar 2.6, diketahui rugi ruang bebas untuk C-Band berada dalam range 194 dB – 200 dB. Ini merupakan nilai yang sangat besar dan menjadi salah satu kelemahan dari sistem komunikasi VSAT yang harus dipertimbangkan untuk perancangan sistem [2].

2.4.4 Rugi Atmosfer ( Atmospheric Losses )

(32)

menyebabkan redaman kepada sinyal. Karakteristik dari rugi-rugi ini tergantung kepada frekuensi, sudut elevasi dan ketinggian di atas permukaan laut. Untuk frekuensi di bawah 10 GHz, besarnya rugi atmosfer ini dapat diabaikan. Tetapi jika menggunakan frekuensi di atas 10 GHz, dengan sudut elevasi yang kecil, maka rugi ini perlu diperhitungkan. Tabel 2.4 menunjukkan nilai dari rugi atmosfer untuk sistem yang mempunyai sudut elevasi 100 [1] [7].

Tabel 2.4 Rugi Atmosfer dengan Sudut Elevasi 100 Rugi Atmosfer ( dB ) Frekuensi ( f ) dalam GHz

0.25 0.33 0.53 0.73

2 < f < 5 5 < f < 10 10 < f < 13

13 < f

2.4.5 Efek Hujan ( Rain Effects )

Efek hujan adalah atenuasi atau redaman yang ditimbulkan oleh karena adanya hujan turun. Untuk menghitung besarnya redaman karena hujan, dapat digunakan Persamaan 2.10 [4].

b r

r aLr

(33)

Dimana:

L = pengukuran jarak lintasan hujan

Ar = Atenuasi ( redaman ) yang disebabkan hujan

Untuk menghitung L dapat digunakan Persamaan 2.11.

2636

(34)

Gambar 2.7 Hubungan Atenuasi Hujan, Frekuensi dan Curah Hujan

2.4.6 Rugi Tracking ( Tracking Losses )

Ketika sebuah link satelit dibangun, kondisi yang diharapkan secara teori adalah bahwa posisi dari station bumi diatur sedemikian rupa sehingga mendapatkan gain yang maksimum. Tetapi pada prakteknya, akan terdapat selisih sudut dalam beberapa derajat yang terjadi dalam penjejakan satelit yang akan menimbulkan penurunan gain beberapa dB.

Untuk beberapa keadaan dengan menggunakan frekuensi C-Band dan Ku-Band, dapat dilihat pada Tabel 2.5 dan Tabel 2.6 [8].

Tabel 2.5 Karakteristik Station Bumi C-Band dengan Efisiensi 70 %

(35)

Tabel 2.6 Karakteristik Station Bumi Ku-Band dengan Efisiensi 60 %

Pola pancaran adalah bentuk dari pancaran ( beam ) satelit ke daerah cakupannya ( coverage ). Pola pancaran ini adalah besaran vektor, yaitu besaran yang mempunyai arah [1].

(36)

Gambar 2.8 Pola Radiasi / Pancaran Antena

Main lobe = lobe utama , yaitu daerah pancaran terbesar

Side lobe = lobe sisi, yaitu daerah pancaran sampingan.

Back lobe = lobe belakang, yaitu daerah pancaran belakang

HPBW = Half Power Beam Width

FNBW = First Null Beam Width

Pada Gambar 2.8 terdapat istilah HPBW dan FNBW. HPBW adalah titik dimana besarnya daya adalah setengah dari daya maksimalnya. FNBW adalah titik pertama dimana dayanya bernilai nol [7].

(37)

Pada Gambar 2.9 terlihat bahwa jika medan listrik bernilai satu per akar dua, maka dayanya adalah setengah. Oleh sebab itu dikatakan dengan half power bandwidth. Pada Gambar 2.9 juga terlihat bahwa daya bervariasi pada nilai satu dan setengah. Di luar dari HPBW, maka nilai dayanya menjadi setengah atau lebih kecil. Jadi, HPBW dapat disebut juga sebagai titik bagi. Untuk menghitung besarnya beamwidth, maka lebih mudah dengan menentukan titik null pertama, yaitu disebut dengan First Null BandWidth ( FNBW ) [7].

2.4.8 Derau Suhu Sistem ( System Noise Temperature )

Derau suhu sistem dari station bumi adalah penjumlahan dari derau suhu penerima, derau suhu antena termasuk feeder dan waveguide dan derau suhu dari langit. Besarnya derau suhu ini dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.12 [8].

e O ant

system T T

L L

T

T = / +(1− 1) + ... (2.12)

Dimana

L = rugi feeder

Te = derau suhu penerima

TO = suhu standard, yaitu 2900 K.

Tant = derau suhu dari antena, biasanya diikutsertakan oleh pabrik pembuatnya.

(38)

Gambar 2.10 Hubungan Sudut Elevasi dengan Derau Suhu Antena

2.4.9 Kepekaan Sistem ( Figure of Merit )

Figure of Merit ini sering juga disebut dengan Gain-to-Noise Temperature Ratio. Parameter ini sering digunakan pada setiap komunikasi dengan menggunakan ruang bebas. Parameter ini akan memberikan pertimbangan kepada para pengembang sistem komunikasi satelit untuk mendapatkan sinyal yang bagus dan baik, karena sinyal yang diterima pada station bumi adalah mempunyai level daya yang sangat kecil. Bentuk umum persamaannya adalah seperti pada Persamaan 2.13 [8].

sys

dB T

G T G

log 10 −

= ... (2.13)

(39)

Untuk menghitung Tsys dapat digunakan Persamaan 2.12. Untuk

menunjukkan hubungan antara diameter dengan G/T, dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Grafik Hubungan Antara Diameter dengan G/T

2.4.10 Carrier To Noise

Parameter SNR ini adalah parameter yang paling penting dan sangat berpengaruh terhadap perencanaan sistem komunikasi VSAT. Link budget

digunakan untuk mendapatkan SNR. Secara umum, persamaannya adalah seperti ditunjukkan pada Persamaan 2.14.

k T

G lain

rugi rugi FSL

EIRP N

C

sys

dB − − +

= ( ) ... (2.14)

Dimana

(40)

FSL adalah rugi ruang bebas, di dapat dari Persamaan 2.8 atau Persamaan 2.9 G = Gain antena penerima

Tsys diperoleh dari Persamaan 2.12

K = konstanta Boltzmann’s = -228,6 dBW

Rugi-rugi lain dapat berupa rugi atmosfer, atenuasi hujan, rugi tracking dan rugi feeder.

Perhitungan akhir dari C/N adalah untuk mencari total C/N pada sistem yang ditinjau, yaitu untuk downlink dan uplink. Untuk mencari nilai dari C/N total, dapat digunakan Persamaan 2.15.

Downlink

Setiap satelit mempunyai transponder. Transponder adalah singkatan dari

transmitter dan responder. Pada transponder ini, akan dilewatkan range frekuensi yang diinginkan, mirip dengan band pass filter. Pada transponder ini, terdapat juga converter untuk mengubah frekuensi dari yang tinggi menjadi rendah dan sebaliknya. Pada transponder ini juga terdapat amplifier yang berfungsi untuk menguatkan sinyal. Sinyal yang datang akan dikuatkan dan dimasukkan ke dalam

(41)

Gambar 2.15 Susunan Dasar Transponder

Pada beberapa aplikasi sistem VSAT, jumlah station bumi yang ada adalah sangat banyak, sehingga dibutuhkan suatu metode untuk menjaga agar akses ke satelit dapat lancar dan teratur. Untuk keperluan itu, metode akses digunakan dalam menentukan akses yang akan dilewatkan melaui transponder

tersebut.

(42)

waktu ti, setiap kanal memberikan penguatan kepada gelombang pembawa fi dari

station bumi ESi, maka ada kemungkinan terjadi interferensi jika tidak ada metode

yang digunakan untuk mengakses satelit ini. Jadi untuk mengatasi hal ini, digunakanlah metode akses. Ada tiga bentuk metode akses yang sering digunakan yaitu Frequency Division Multiple Access ( FDMA ), Time Division Multiple Acces ( TDMA ), dan Code Division Multiple Access ( CDMA ) [4].

2.5.1 Frequency Division Multiple Access ( FDMA )

Prinsip kerja FDMA adalah dengan membagi-bagi bandwidth ke dalam beberapa kanal yang akan digunakan oleh bagian-bagian dari spektrum frekuensi totalnya. Bentuk sistemnya dapat dilihat pada Gambar 2.17 [4].

(43)

Pada sistem komunikasi VSAT yang menggunakan metode akses FDMA, setiap station bumi mengirimkan sinyal ke satelit pada frekuensi pembawa fi yang

berbeda-beda. Setiap gelombang pembawa dibatasi oleh band frekuensi yang disebut dengan guard band atau safety zone, berfungsi untuk mencegah terjadinya

overlapping.

Gambar 2.18 Pembagian Frekuensi FDMA dengan Menggunakan guardband

Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.18, guarband diletakkan di antara gelombang pembawa yang satu dengan yang lainnya. Banyaknya pembagian frekuensi yang diizinkan adalah tergantung kepada lebarnya bandwidth dari

transponder satelit yang tersedia.

(44)

2.5.2 Time Division Multiple Access ( TDMA )

Metode akses ini membagi penggunaan kanal dengan membuat time slot

untuk masing-masing station bumi.Setiap station bumi mempunyai waktu tersendiri untuk mengakses satelit [4].

Gambar 2.19 Konsep TDMA pada Komunikasi VSAT

Pada Gambar 2.19, terlihat bahwa setiap station bumi mempunyai data yang sudah dipaketkan masing-masing yaitu Ii. Dan untuk masing-masing station

bumi tersedia slot waktu sebesar Tbi. Nilai i disini adalah 1,2,3,4,...,n. Setiap

station bumi menggunakan frekuensi pembawa yang sama. Untuk menjamin sinkronisasi yang benar, maka pada setiap antara slot waktu diletakkan guardtime,

(45)

2.5.3 Code Division Multiple Acces ( CDMA )

Prinsip dari CDMA adalah dengan menggunakan spektrum yang tersebar. Artinya disini bahwa semua bandwidth yang tersedia digunakan oleh station bumi. Namun yang membedakan station bumi yang satu dengan yang lainnya adalah terletak pada penyisipan kode pada gelombang pembawa uplink [4].

Gambar 2.20 Konsep CDMA pada Komunikasi VSAT (a) spektrum pembawa dari user (b) spektrum tersebar uplink (c) spektrum akhir

(46)

2.6 Konfigurasi Dan Spesifikasi Link

Pada bagian ini akan dibahas suatu analisa berupa perhitungan dari sebuah linkVSAT point to point. Analisa ini merupakan kalkulasi link satelit yang terdiri dari dua bagian dasar yaitu pengaruh up-link dan pengaruh down-link.

Adapun konfigurasi dari komunikasi VSAT point to point dapat dilihat pada Gambar 2.21 [2].

Gambar 2.21 Konfigurasi Komunikasi VSAT Point to Point

2.6.1 Persamaan Up-Link

Persamaan up-link untuk transmisi ke satelit dapat ditulis secara langsung dengan mensubstitusikan nilai-nilai ke dalam persamaan dasar link :

C/N up = EIRP up – FSL up – LABS + G/TSAT + 228,6 dB-Hz...(2.16)

Dimana :

EIRP up : EIRP stasiun bumi

(47)

LABS : Rugi-rugi Absorbsi 0,33 ( C-band )

G/TSAT : G/T Satelit 1 dB/K ( C-band )

228,6 : Konstanta Boltzman

2.6.2 Persamaan Down-Link

Bagian persamaan down-link bisa diperoleh dengan mensubstitusikan lagi nilai-nilai ke dalam persamaan dasar link. Persamaanya sebagai berikut :

C/NDN = EIRPSAT - FSLDN – LABS + G/TSB + 228,6 dB-Hz ...( 2.17 )

Dari persamaan 2.17 di atas dapat diterangkan bahwa :

EIRPSAT : EIRP satelit C-band ( 38 dBW )

FSLDN : Rugi-rugi Ruang Bebas Down-link

LABS : Rugi-rugi Absorbsi 0,33 ( C-band )

2.6.3 Persamaan Link Total

Perhitungan akhir dari C/N adalah untuk mencari total C/N pada sistem yang ditinjau, yaitu untuk downlink dan uplink. Untuk mencari nilai dari C/N total, dapat digunakan Persamaan 2.18.

(48)

BAB III

PERANCANGAN DAN PEMROGRAMAN KALKULATOR

3.1 Perancangan Kalkulator

Perancangan kalkulator dalam tugas akhir ini dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman java. Kalkulator yang akan dirancang digunakan untuk menghitung link budget VSAT point to point, baik untuk jalur

up-link dan down-link, sehingga akan diperoleh total link.

3.2 Tahap-tahap Perancangan

Adapun tahap-tahap perancangan yang akan dijalankan untuk merancang kalkulator ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan parameter-parameter yang akan dihitung menggunakan kalkulator yang akan dirancang.

2. Menentukan persamaan dan masukan untuk parameter-parameter yang akan dihitung.

3. Membuat algoritma pemrograman dalam bentuk flow chart , sebagai langkah untuk membuat pemrograman dalam bahasa java dan akan digunakan sebagai langkah untuk menghitung parameter-parameter link budget.

4. Membuat bahasa pemrograman dalam bahasa java berdasarkan algoritma yang telah ditentukan sebelumnya.

(49)

3.3 Parameter-parameter Link

Parameter-parameter yang akan digunakan sebagai input, nilainya ditentukan berdasarkan spesifikasi link standard C-band. Adapun parameter-parameter tersebut sebagai berikut [8] :

1.Frekuensi Up-Link : 5,925-7,075 GHz 2.Diameter Antena Up-Link : 0,8 – 3,8 m 3.Efisiensi Permukaan Antena Up-Link : 67 % =0,67

4.Power Antena Up-Link : 10,9 dBW

5.Range diasumsikan : 36.000 km

6.G/T satelit : 1 dB/K

7.Frekuensi Down-Link : 3,7 – 4,2 GHz 8.Diameter Antena Down- Link : 0,8 – 3,8 m 9.Efisiensi Permukaan Antena Down- Link : 67% =0,67

10.Range diasumsikan : 36.000 km

11.EIRP Down- Link : 38 dBW

3.4 Algoritma Pemrograman

(50)

Mulai

Input F-up, D-up, n-D-up, G/T

satelit

Hitung G-up, EIRP-up, FSL-EIRP-up, Pfd-EIRP-up,

dan C/N-up

Tampilkan Nilai G-up, EIRP-up,

FSL-up, Pfd-FSL-up, dan C/N-up

Selesai

Gambar 3.1 Flow chart Kalkulator Up-Link

(51)

Mulai

Input F-dw, D-dw, n-D-dw, EIRP

satelit-dw

Hitung Tsys, G-dw, G/T-dw, FSL-dw, ,

dan C/N-dw

Tampilkan Nilai Tsys,

G-dw, G/T-G-dw, FSL-dw, dan

C/N-dw

Selesai

Gambar 3.2 Flow chart Kalkulator Down-Link

(52)

Mulai

Input C/N-UP, dan C/N-dw

Hitung C/N Total

Tampilkan Nilai C/N Total

Selesai

Gambar 3.3 Flow chart Kalkulator Total Link

Gambar 3.3 di atas menjelaskan bahwa dengan memasukkun nilai C/N up-link dan down-link, maka akan diperoleh C/N total setelah dilakukan kalkulasi. Langkah di atas akan dimplementasikan dalam bahasa pemrograman java untuk menampilkan dan menguji kalkulator yang dirancang. Bahasa pemrogramanya ditunjukkan pada Lampiran C.

3.5 Tampilan Kalkulator

Kalkulator yang ditampilkan menggunakan editor program JCreator.

(53)

Gambar 3.4 Kalkulator Up-Link

Dari tampilan kalkulator di atas terlihat bahwa yang berwarna putih merupakan parameter input yang nilainya berdasarkan standar C-band. Kemudian kotak yang berwarna biru abu-abu yang masih kosong merupakan parameter yang akan dikalkulasi. Untuk kalkulator down link ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Kalkulator Down-Link

(54)

parameter yang akan dikalkulasi. Pada Gambar 3.6 akan ditunjukkan tampilan kalkulator total link.

Gambar 3.6 Kalkultor Total Link

(55)

BAB IV

PENGUJIAN KALKULATOR LINK BUDGET KOMUNIKASI VSAT POINT TO POINT

4.1 Umum

Pengujian kalkulator link budget ini menggunakan bahasa pemrograman java yang dibuat berdasarkan algoritma pemrograman yang telah diterangkan pada Bab 3 sebelumnya. Kalkulator ditampilkan pada editor JCreator. JCreator

merupakan software java yang dapat membaca bahasa pemrograman java kemudian dapat menampilkan kotak dialog, dalam hal ini adalah kalkulator link budget.

4.2 Pengujian Kalkulator

Pengujian kalkulator akan dibagi menjadi tiga bagian, yakni pengujian kalkulator up-link, pengujian kalkulator down-link, dan pengujian kalkulator total link. Pada pengujianya akan diperoleh parameter-parameter link budget.

4.2.1 Pengujian Kalkulator Up-Link

(56)

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Kalkulator Up-Link

Untuk membedakan antara parameter input, konstan, dan outputnya, sehingga membuat tampilan kalkulator lebih jelas, akan ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Parameter Input, Konstan, Dan Output

Parameter Input Parameter Konstan Parameter Output

• Frekuensi Up-Link

(GHz)

• Diameter Antena

(m)

• Efisiensi

Permukaan Antena

• G/T Satelit (dB/K)

• Range (Km)

• Power Antena

Up-Link (dBW)

• Gain Antena

Up-Link (dBi)

• EIRP Up-Link

(dBW)

• FSL Up-Link (dB)

• Flux Density Power

(dBW/m2)

(57)

4.2.2 Pengujian Kalkulator Down-Link

Hasil pengujian menunjukkan bahwa setelah parameter input dimasukkan kemudian dikalkulasi, maka akan diperoleh parameter-parameter outputya. Hasil pengujianya dapat kita lihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Kalkulator Down-Link

Untuk membedakan parameter input, konstan, dan parameter outputya, akan ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Parameter Input, Konstan, Dan Output

Parameter Input Parameter Konstan Parameter Output

• Frekuensi

Down-Link (GHz)

• Diameter Antena

(m)

• Efisiensi

Permukaan Antena

• EIRP Satelit

Down-Link

• Range (Km) • Tsystem Down-Link

(oK)

• Gain Antena

Penerima (dBi)

• G/T Down-Link

(dB/K)

• FSL Down-Link (dB)

(58)

4.2.3 Pengujian Kalkulator Total Link

Dengan memasukkan parameter input dan melakukan kalkulasi, maka akan diperoleh nilai C/N total sebagai output. Hasil pengujianya dapat kita lihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Kalkulator Total Link

Pada Tabel 4.3 akan ditunjukkan parameter input, dan parameter outputnya.

Tabel 4.3 Parameter Input, dan Parameter Ouput

Parameter Input Parameter Output C/N Up-Link (dB)

C/N Down-Link (dB)

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari proses perancangan kalkulator link budget ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan :

1. Bahasa pemrograman java dapat digunakan untuk merancang kalkulator link budget baik untuk konfigurasi point to point maupun konfigurasi yang lain.

2. Untuk memperoleh hasil perhitungan link budget, maka dibutuhkan input dari parameter yang berpengaruh terhadap link. Nilai input tergantung kepada standar yang kita gunakan yakni C-band, Ku-band, dan Ka-band. 3. Kalkulator yang telah dirancang, dapat bekerja dengan baik setelah

dilakukan pengujian dan lebih efisien dibandingkan kalkulasi secara manual.

4. Kalkulator yang telah dirancang, dapat diimplementasikan untuk menghitung Link Budget komunikasi VSAT point to point baik untuk standard C-band, Ku-band, dan Ka-band.

(60)

5.2 Saran

Ada beberapa saran dari penulis, yakni :

1. Kalkulator ini hanya dapat digunakan untuk perhitungan link budget VSAT point to point. Untuk lebih lengkap, dapat dirancang lagi kalkulator link budget VSAT untuk konfigurasi yang lain.

2. Kalkulator ini dapat juga dirancang dengan software Matlab.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

1. “Satellite Communication Tutorial”. Download

tanggal 31 Juli 2009.

2. Kraus, Jhon D.1998.,”Antennas”, McGraw-Hill. Hal 14-16, 23-26. 3. Roddy, Dennis.1996. “ Satellite Communications 2nd Edition “ ,

McGraw-Hill. Canada. Hal 89-97, 280-284, 333-338.

4. Maral,G. 2003. “ VSAT Network”, Jhon Wiley & Sons, Inc.,New York. Hal 30, 59-60, 65-70, 81-85, 180-198, 207-225.

5. Freeman, Roger L.1981. “Telecommunication Transmission Handbook”, Jhon wiley & Sons, Inc, New York. Hal 441-483.

6. Simanjuntak,Tiur.L.H..2004.”Sistem Komunikasi Satelit”, P.T. Alumni,Bandung. Hal 32-33, 42, 129-132.

7. Kolawole,Michael.O.2002.”Satellite Communication

Engineering”,Marcel Dekker,Inc.,New York. Hal 19, 39-43, 171-181. 8. INTELSAT’S Assistance and Development Program ( IADP ).1999.

Earth Station Technology Handbook “. INTELSAT, Washington DC. Hal 52-72, 165-190.

9. Download tanggal 31 Juli

2009.

10.Download tanggal 31 Juli

(62)

Lampiran A Program Untuk Menampilkan Kalkulator Up-Link package uplink;

import java.awt.*; import javax.swing.*; import java.awt.event.*;

public class Uplink extends JFrame implements ActionListener {

private JLabel F_upL,D_upL,Ef_upL, G_upL, P_upL,

EIRP_upL,RangeL, FSL_upL, Pfd_upL,GperT_upL,CperN_upL; private JTextField F_upT,D_upT,Ef_upT, G_upT, P_upT,

EIRP_upT,RangeT, FSL_upT, Pfd_upT,GperT_upT,CperN_upT; private JButton Kalkulasi, Bersihkan;

private JPanel panel1,panel2,panel3,panel4,panel5,panel6,panel7, panel8,panel9,panel10,panel11,panel12;

Ef_upL = new JLabel("Efesiensi permukaan antena Uplink"); G_upL = new JLabel("Gain Antena Uplink (dBi)");

P_upL = new JLabel("Power Antena Uplink (dBW)"); EIRP_upL = new JLabel("EIRP Uplink (dBW)"); RangeL = new JLabel("Range (km)");

FSL_upL = new JLabel("Rugi-rugi Uplink (dB)");

(63)
(64)

panel8 = new JPanel();

panel12.setLayout(new GridLayout(1,2,15,15)); panel12.add(Kalkulasi);

panel12.add(Bersihkan);

Container container = getContentPane(); container.setLayout(new GridLayout(12,1)); container.add(panel1);

(65)
(66)

}

catch(Exception e) {

JOptionPane.showMessageDialog(this,"Masukkan semua Nilai!"); }

}

else if (event.getSource()==Bersihkan) {

// Bersihkan semua teks kecuali Power Uplink dan Range F_upT.setText("");

D_upT.setText(""); Ef_upT.setText(""); G_upT.setText(""); EIRP_upT.setText(""); FSL_upT.setText(""); Pfd_upT.setText(""); GperT_upT.setText(""); CperN_upT.setText(""); }

}

public static void main (String args[]) {

Uplink application = new Uplink();

application.setDefaultCloseOperation(JFrame.EXIT_ON_CLOSE); }

(67)

Lampiran B

Program Untuk Menampilkan Kalkulator Down-Link import java.awt.*;

import javax.swing.*; import java.awt.event.*;

public class Downlink extends JFrame implements ActionListener {

private JLabel F_downL,D_downL,Ef_downL, Temp_downL, Gain_downL, GperT_downL,EIRP_downL, Range_downL, FSL_downL,

CperN_downL;

private JTextField F_downT,D_downT,Ef_downT, Temp_downT, Gain_downT,

GperT_downT,EIRP_downT, Range_downT, FSL_downT, CperN_downT;

private JButton Kalkulasi, Bersihkan;

private JPanel panel1,panel2,panel3,panel4,panel5,panel6,panel7, panel8,panel9,panel10,panel11; Ef_downL = new JLabel("Efesiensi permukaan antena Downlink"); Temp_downL = new JLabel("Temperatur sistem Downlink (antena + LNA)");

(68)
(69)

panel10.add(CperN_downL); panel10.add(CperN_downT); panel11 = new JPanel();

panel11.setLayout(new GridLayout(1,2,15,15)); panel11.add(Kalkulasi);

panel11.add(Bersihkan);

Container container = getContentPane(); container.setLayout(new GridLayout(11,1)); container.add(panel1);

public void actionPerformed(ActionEvent event) {

double F_downIn, D_downIn, Ef_downIn, EIRP_downIn; double Temp_down, Gain_down,GperT_down, FSL_down, CperN_down;

double Range_down = 36000, n = 0.67;

(70)
(71)

else if (event.getSource()==Bersihkan) {

// Bersihkan semua teks kecuali Power Uplink dan Range F_downT.setText("");

D_downT.setText(""); Ef_downT.setText(""); Temp_downT.setText(""); Gain_downT.setText(""); GperT_downT.setText(""); EIRP_downT.setText(""); FSL_downT.setText(""); CperN_downT.setText(""); }

}

public static void main (String args[]) {

Downlink application = new Downlink();

application.setDefaultCloseOperation(JFrame.EXIT_ON_CLOSE); }

(72)

Lampiran C

Program Untuk Menampilkan Kalkulator Total Link package totallink;

import java.awt.*; import javax.swing.*; import java.awt.event.*;

public class Totallink extends JFrame implements ActionListener {

private JLabel CperN_upL, CperIntermodL, CperN_downL, TotalLinkL; private JTextField CperN_upT, CperIntermodT, CperN_downT, TotalLinkT; private JButton Kalkulasi, Bersihkan;

private JPanel panel1, panel2, panel3, panel4; public Totallink() Kalkulasi.addActionListener(this); Bersihkan = new JButton("Bersihkan"); Bersihkan.addActionListener(this); panel1 = new JPanel();

panel4.setLayout(new GridLayout(1,2,15,15)); panel4.add(Kalkulasi);

panel4.add(Bersihkan);

(73)

container.add(panel1);

public void actionPerformed(ActionEvent event) {

application.setDefaultCloseOperation(JFrame.EXIT_ON_CLOSE); }

Gambar

Gambar 3.2 Flow chart Kalkulator Down-Link......................................……...39
Gambar 2.1  Komunikasi Dua Stasion Bumi Melalui Satelit
Tabel 2.3  Contoh Satelit di Indonesia
Gambar 2.3  Komponen Antena Pemancar VSAT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut hukum Islam yang dijatuhkan Pengadilan Negeri Semarang terhadap terdakwa termasuk dalam jarimah qishash diyat atau jarimah pembunuhan, dan menurut peneliti

1) Minyak kasar dari crude oi tank akan masuk kedalam CST (Continous Settling Tank) untuk memisahkan minyak dan sludge dengan cara pengendapan, minyak diambil melalui

Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan pendarahan internal dan pendarahan luar dikarenakan fungsi vitamin K sebagai pembekuan darah tidak berjalan sesuai dengan fungsinya yang akan

Berdasarkan hasil percobaan yaitu untuk menguji bioetanol dari campuran singkong dan ampas tebu secara fermentasi dengan menggunakan ragi tape yang mana pada hari

beberapa dalil yang mengharamkan nyanyian, beliau berkata, “Telah jelas bahwa tidak boleh bertaqarrub kepada Allah kecuali dengan apa yang telah disyari’atkan, bagaimana

Keberadaan ion H + dalam larutan yang dihasilkan oleh asam aspartat, glutamat dan askorbat yang dideteksi secara potensiometri menggunakan elektroda kerja platinum

Dari pembahasan di atas tampak kalau sebenarnya orang-orang Tionghoa memiliki andil besar sebagai pemain dalam dunia komik Indonesia, meskipun di Indonesia secara

Data yang diolah berasal dari Formulir Pendaftaran yang telah diverifikasi oleh Kasi Mapenda/Kependa Islam Kab/Kota setempat. (Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni -