(Coleoptera; Anobiidae ) DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH
LIDIA WATI TARIGAN
030302023
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F
PENGARUH KADAR AIR TEMBAKAU TERHADAP
PERKEMBANGAN Lasioderma serricorne F
(Coleoptera; Anobiidae ) DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH
LIDIA WATI TARIGAN
030302023
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Marheni, MP) (Ir. Suzana F. Sitepu)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRACT
Lidia Wati Tarigan, the Effect of Tobacco Leaves Moisture content
Lasioderma serricorne development in Laboratory.
The objective ofthis research is to know the effect of Tobacco leaves moisture content on growth and development of pest Lasioderma serricorne, by using the tobacco leaves of different moisture content in Laboratory.
The research is made in Laboratory of Tembakau Deli Research Center of ±25 m from contace level of sea from October 2007 to December 2007.
This research uses the Non factorial complete random sampling consisting of four treatments, and six replications.
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F ABSTRAK
Lidia Wati Tarigan, Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne di Laboratorium.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Pengaruh Kadar Air Daun
Tembakau terhadap pertumbuhan dan perkembangan hama
Lasioderma serricorne, dengan menggunakan daun tembakau yang mempunyai
kadar air yang berbeda-beda di laboratorium.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Balai Penelitian Tembakau Deli dengan ketinggian ± 25 m dpl mulai dari bulan Oktober 2007 sampai Desember 2007.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Factorial yang terdiri dari 4 perlakuan dan 6 ulangan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Lidia Wati Tarigan lahir tanggal 16 April 1984 di R.Sumbul Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dari Ayahanda M.Tarigan dan Ibunda P.Barus. Penulis merupakan putri ke-2 dari 6 bersaudara.
Tahun 2003 Penulis lulus dari SMU Nusantara Lubuk Pakam dan lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian.
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat Nyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya.
Judul skripsi ini adalah “PENGARUH KADAR AIR TEMBAKAU TERHADAP PERKEMBANGAN Lasioderma serricorne F (Coleoptera;Anobiidae) DI LABORATORIUM“ yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian akhir di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Marheni, MP. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Suzanna F Sitepu selaku Anggota yang telah banyak memberikan saran dan arahan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, April 2008
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F Pengaruh Kadar Air Daun Tembakauterhadap jumlah Tetelur, larva,pupa,imago 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rataan Jumlah telur... ... 19
Rataan Jumlah Larva... ... 21
Rataan Jumlah Pupa... ... 23
Rataan Jumlah Imago... ... 25 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
NO JUDUL Halaman
1.Rataan Jumlah Telur... 19
2.Rataan Jumlah Larva ... 21
3.Rataan Jumlah Pupa ... 23
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F
DAFTAR GRAFIK
NO JUDUL Halaman
1. Grafik Rataan Jumlah Telur Pengamatan minggu ke-1 sampai 11... 20
2. Grafik Rataan Jumlah Larva Pengamatan minggu ke-1 sampai 11 ... 22
3. Grafik Rataan Jumlah Pupa Pengamatan minggu ke-1 sampai 10 ... 24
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL Halaman
1. Telur Hama Lasioderma Serricorne ... 7
2. Larva Hama Lasioderma Serricorne ... 8
3. Pupa Hama Lasioderma Serricorne ... 8
4. Imago Hama Lasioderma Serricorne ... 10
5. Alat pengukur kadar air daun tembakau ... 75
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL HALAMAN
1. Bagan Penelitian... ………30 2. Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 1 dan Daftar Analisa
Sidik Ragam TransformasiY1 = (Y+0,5)^ 0,5... 31 3. Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 2 dan Daftar Analisa
Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………32 4. Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 3 dan Daftar Analisa
Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………33 5. Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 4 dan Daftar Analisa
Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ………34 6. Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 5 dan Daftar Analisa
Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5………. 35 7. Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 6 dan Daftar Analisa
Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………36 8. Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 7dan Daftar Analisa
Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….37 9 Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 8 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….38 10 Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 9 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….39 11 Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 10 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….40 12 Data Pengamatan Jumlah Telur Pada Pengamatan 11 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………..41 13 Data Pengamatan Jumlah Larva Pada Pengamatan 1 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………..42 14 Data Pengamatan Jumlah Larva Pada Pengamatan 2 dan Daftar Analis Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……...43 15 Data Pengamatan Jumlah Larva Pada Pengamatan 3 dan Daftar Analisa
Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….50
22 Data Pengamatan Jumlah Larva Pada Pengamatan 10 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………51
23 Data Pengamatan Jumlah Larva Pada Pengamatan 11 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….52
24 Data Pengamatan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 1 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….53
25 Data Pengamatan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 2 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….54
26 Data Pengamatan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 3 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….55
27 Data Pengamatan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 4 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……...56
28 Data Pengamatan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 5 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….57
29 Data Pengamatan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 6 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1=(Y+0,5)^ 0,5………..58
30 Data Pengamatan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 7 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5……… .... ……….59
31 Data Pengamatan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 8 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….60
32 Data Pengamatan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 9 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... …………61
33 Data Pengamatan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 10 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….62
34 Data Pengamatan Jumlah Imago Pada Pengamatan 1 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi = Y1 (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….63
35 Data Pengamatan Jumlah Imago Pada Pengamatan 2 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………64
36 Data Pengamatan Jumlah Imago Pada Pengamatan 3 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1= (Y+0,5)^ 0,5 ... ………65
37 Data Pengamatan Jumlah Imago Pada Pengamatan 4 dan Daftar Analis Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………66
38 Data Pengamatan Jumlah Imago Pada Pengamatan 5 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………67
39 Data Pengamatan Jumlah Imago Pada Pengamatan 6 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………68
40 Data Pengamatan Jumlah Imago Pada Pengamatan 7 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………69
41 Data Pengamatan Jumlah Imago Pada Pengamatan 8 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………70
42 Data Pengamatan Jumlah Imago Pada Pengamatan 9 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ……….71
43 Data Pengamatan Jumlah Imago Pada Pengamatan 10 dan Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Y1 = (Y+0,5)^ 0,5 ... ………72
44 Gambar L.serricorne F ... ………73
45 Siklus Hidup L. serricorne F ... ………74
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F 47 Foto Tempat Penelitian ... ………76
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika. Asal mula tembakau liar ini tidak diketahui dengan pasti karena tanaman ini sangat tua dan telah di budidayakan berabad-abad lamanya. Tanaman tembakau telah menyebar ke seluruh Amerika Utara, sebelum masa kedatangan kulit putih. Columbus yang pertama kali mengetahui penggunaan tembakau ini dari orang- orang Indian (Matnawy, 1997 ).
Tanaman tembakau di Indonesia diperkirakan dibawa oleh bangsa Portugis atau Spanyol pada abad XVI. Menurut Rhumpius, tanaman tembakau pernah dijumpai di Indonesia tumbuh di beberapa daerah yang belum dijelajahi oleh bangsa Portugis dan Spanyol (Matnawy, 1997 ).
Tembakau Deli merupakan komoditas kebanggaan Bangsa Indonesia karena memiliki ciri, rasa dan aroma yang khas yang posisinya tidak dapat digantikan dengan tembakau tipe lainnya. Untuk itu wajar kalau tembakau Deli harganya sangat mahal. Permasalahan yang dirasakan beberapa tahun terahir ini
dan hama termasuk hama Lasioderma Serricorne
( Subiyakto,1999).
Daun tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip : bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Daun bertangkai yang melekat pada batang : kedudukan daun tegak atau mendatar, tergantung pada varietasnya. Ukuran daun (lebar dan panjangnya) bervariasi, tergantung pada varietas dan lingkungan tumbuhnya. Ketebalan daun berbeda-beda tegantung pada varietas dan budidaya. Daun tersusun atas lapisan palisade parenchym pada bagian atasnya dan spongiparenchym pada bagian bawah. Daun memiliki mulut daun (stomata) yang terletak merata. Jumlah daun dalam satu tanaman berkisar 28-32 helai, namun apabila syarat-syarat tumbuh kurang terpenuhi maka jumlah daun hanya sekitar 24 helai atau kurang (Cahyono, 1998).
Kehilangan hasil pada tahapan pasca panen dapat diakibatkan oleh banyak faktor, salah satu faktor adalah serangan hama. Di negara yang berkembang, termasuk Indonesia kerusakan bahan hasil pertanian diperkirakan rata-rata mencapai 25-50% dari total produksi. Di negara maju, kerusakan yang terjadi berkisar 5-15 % (Zulnayati, dkk, 2004).
Hama yang sering menyerang tanaman tembakau adalah ulat daun (Spodoptera litura), ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.), ulat penggerek pucuk (Heliothis sp.), ulat kilan (Plusia chalsites), nematoda (Meloidogyne sp.), kutu daun (Aphids sp.). Sedangkan hama yang menyerang pada penyimpanan adalah
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F
L. serricorne sangat merugikan bila menyerang daun tembakau yang
sedang dalam proses pengeringan di gudang, karena serangga ini memakan bahan-bahan organik kering seperti daun tenbakau kering yang berada di tempat penyimpanan. Serangan hama ini pada daun tembakau kering mengakibatkan daun akan berlubang-lubang dan hal ini sangat tidaak diingini, karena tembakau tersebut akan digunakan sebagai pembungkus cerutu (Jurgen and warner, 1985 )
Suhu lingkungan dan kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang mempengaruhi masa perkembangan. Pada Coleoptera, kadar air lebih dominan pengaruhnya dibanding suhu dan makanan, demikian pula pada Lepidoptera (Anonim, 2007a).
Suhu lingkungan dan kelembaban di penyimpanan merupakan sebab dan akibat dari keberadaan hama, serangga membutuhkan kisaran suhu dan kelembaan optimum untuk perkembangannya yaitu 25-37,5 0C (Anonim, 2007a).
Kadar air bahan simpan \ kelembaban udara mempengaruhi lama stadium larva. Kadar air bahan simpan yang rendah akan memperlama stadium larva, tetapi tidak berpengaruh untuk telur dan pupa sehingga hal ini mengubah keseimbangan struktur umur dalam populasi yang sudah stabil (Anonim, 2007c).
berkembang, seperti diproduksinya berbagai rokok sigaret putih di bawah lisensi negara awalnya. Rokok kretek Indonesia merupakan rokok yang khas dan tidak dihasilkan oleh negara lain, sehingga tidak ada negara pesaing. Tembakau merupakan salah satu komoditas yang memberikan sumbangan cukup penting terhadap perekonomian nasional, baik dari penerimaan pemerintah dari nilai tambah dan cukai maupun ketenaga kerjaan (Anonim,2007d).
Hama L.serricorne merupakan hama yang menyerang tanaman tembakau yang ada dipenyimpanan. Hama ini merupakn hama yang berbahaya
dipenyimpanan karena dapat menimbulkan kerugian yang besar (Anonim ,2007i).
Kerugian yang banyak di gudang ialah yang di timbulkan oleh kumbang kecil L. serricorne, yang merusak daun-daun tembakau (membuat lubang) yang telah kering dan siap untuk dikirim, inilah yang menyebabkan penulis tertarik melakukan penelitian mengenai hama L. serricorne.
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui pengaruh kadar air daun tembakau terhadap pertumbuhan dan perkembangan hama L. serricorne.
Hipotesis penelitian
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Biologi Lasioderma serricorne
L. serricorne (Coleoptera; Anobiidae) adalah hama yang umum dalam
tembakau yang kering. Kumbang ini sangat merugikan bila menyerang tembakau yang sedang dalam proses pengeringan di gudang, karena serangga ini memakan bahan-bahan organik kering seperti daun tembakau kering, Serangan kumbang ini pada daun tembakau kering mengakibatkan daun akan berlubang-lubang dan hal ini sangat tidak diingini untuk tembakau cerutu. Selain itu kumbang ini juga menyerang spesimen-spesimen museum dan beberapa produk rumah tangga (Erwin, 2000).
L. serricorne pada umumnya menyerang tembakau kering, imago betina
bertelur di bahan makanan menghasilkan 30 telur dalam waktu 3 minggu, telur menetas dalam 6-10 hari, imago betina menghasilkan telur 50 butir. Siklus hidup yang lengkap memerlukan 26 hari pada suhu 37 0c dan 120 hari pada suhu 20 0c. (Kalshoven, 1981).
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F
Gambar 1,Telur Lasioderma serricorne
Larva bertipe scarabeiform, berwarna putih kekuningan dan bentuk larva semakin membesar kearah ujung (belakang). Tubuh larva berambut lebat berwarna coklat terang. Panjang tubuh larva instar terakhir antara 4-5 mm. larva terdiri dari 4-6 instar. Periode larva 30 hari. Menjelang berkepompong larva membentuk kokon yang berasal dari partikel-partikel bahan yang diserangny, stadia kepompong antara 5-9 hari (Kalshoven, 1981).
Larva yang sudah tua berwarna putih dan berbulu panjang. Mereka sama dengan larva drugstore deetle tetapi bulunya lebih panjang, kepala bundar secara dorsal dan memiliki garis gelap yang memanjang secara frontal. Arolium juga di
jumpai memanjang diluar pertengahan cakar pada setiap tarsus (Anonimus, 2007g).
Gambar 2, Larva Lasioderma serricorne
Periode pupa sangat bervariasi antara 10-14 hari, preode pupa dan pra pupa 2-3 minggu dan akhirnya menjadi imago (Erwin, 2000).
Mula-mula pupa berwarna putih, kemudian menjadi coklat dengan panjang 2,5mm masa kepompong antara 5-15 hari (Jurgen and werner, 1985).
Gambar 3. Pupa Lasioderma serricorne
L. serricorne merupakan hama penting pada tembakau dan mampu
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F koleksi kering serangga. Kumbang ini sangat mirip dengan Stegobium paniceum ( Ryan, 1995 ).
Kumbang ini sangat merugikan bila menyerang tembakau yang sedang dalam proses pengeringan digudang, karena serangga ini memakan bahan –bahan organik kering seperti daun tembakau kering. Serangan kumbang ini pada daun tembakau kering mengakibatkan daun akan berlubang-lubang dan hal ini sangat tidak diingini untuk tembakau cerutu, kumbang dewasa bisa hidup selama 12 hari (Anonim, 2007b)
Selama masa penyimpanan bahan pangan dapat mengalami kerusakan akibat serangan hama gudang yaitu Tungau, Kapang, dan burung. Di antara hama-hama gudang tersebut, serangga hama-hama adalah penyebab kerusakan yang terbesar. Hal ini disebabkan oleh karena serangga hama gudang mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat, yang dalam setahun dapat menghasilkan beberapa generasi (Soenartono dkk, 1987).
Imago berukuran cukup kecil yaitu sekitar 2-3 mm, berwarna coklat kemerahan, bentuk bundar dan kepala sering ditutupi oleh pronotum bila kumbang dilihat dari atas. Elitra ditutupi oleh bulu-bulu halus. Imago menyukai tempat yang gelap dan aktip waktu menjelang petang hingga malam hari. Imago tidak makan tetapi menghisap cairan saja (Anonim, 2007f).
Gambar 4. Imago Lasioderma serricorne
Pengaruh kadar air terhadap hama pasca panen
Suhu, kadar air bahan simpan, sumber makanan, masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama pasca panen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Laju populasi serangga dapat meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan yang singkat, ketahanan hidup yang meningkat atau produksi telur yang lebih banyak, sehingga permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar air atau kelembaban (Anonim, 2007a).
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F yang mempengaruhi masa perkembangan. Pada Coleoptera kelembaban lebih dominan pengaruhnya dibanding suhu dan makanan, demikian pula pada Lepidoptera (Anonim, 2007a).
Peningkatan suhu kadar air bahan simpan meningkatkan produksi telur, hanya saja produksi telur tertinggi dan ketehanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu atau kadar air yang sama. Pada Tribolium kombinasi ketahanan hidup dan produksi maksimum terjadi pada suhu 27 0 dan kadar air 19 % (Anonim, 2007a).
Kelembaban merupakan salah satu faktor fisik yang mempengaruhi besarnya populasi hama. Hama gudang membutuhkan kelembaban udara dan kelembaban material tertentu. Kelembaban relatif (RH) yang optimum bagi serangga gudang sekitar 75-90 % sebagian hama gudang tidak akan berkembang biak dengan baik bila lingkungan gudang mempunyai kelembaban dibawah 40 % (Zulnayati, dkk, 2004).
Seperti dijelaskan sebelumya, kelembaban di penyimpanan bisa saja sebagai sebab atau akibat dari keberadaan hama. Serangga membutuhkan kisaran waktu yang optimum untuk perkembangannya. Sementara itu metabolisme
serangga juga menghasilkan kalor dan uap air kelingkungannya (Zulnayati, dkk, 2004).
sedangkan kelembaban udara relatif yang optimum berada di sekitar 75 % (Kartasapoetra,1987).
Serangga produk makanan yang disimpan mempunyai kemampuan yang unik untuk tumbuh dan berproduksi pada makanan yang mempunyai kadar air yang cocok, selain itu ketersediaan makanan berkombinasi dengan kondisi- kondisi abiotik seperti suhu dan kelembaban relatif untuk mempengaruhi
distribusi populasi dan pertumbuhan hama bahan simpan (Slansky and Rodriguez, 1987).
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F Botani Tanaman
Menurut Matnawy (1997) adapun sistematika tanaman tembakau adalah sebagai berikut:
Klas : Dicotyledoneae Ordo : Personatae Famili : Solanaceae Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit cabutan. Tanaman dari bibit cabutan terkadang mengalami gangguan kerusakan akar. Jenis akar tunggang pada tanaman tembakau yang tumbuh subur, terkadang dapat tumbuh sepanjang 0,75 m (Matnawy, 1997).
Batang tanaman tembakau berbentuk agak bulat, batangnya agak lunak tetapi kuat makin keujung semakin kecil. Ruas–ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman tidak bercabang atau sedikit bercabang (Cahyono,1998).
Daun tembakau sangat bervariasi, ada yang berbentuk ovalis, oblongus, orbicularis, dan ovatus. Daun-daun tersebut mempunyai tangkai yang menempel langsung pada bagian batang (Matnawy, 1997).
berbentuk terompet dan panjang terutama yang berasal dari Nicotiana tobacum (Cahyono,1998).
Kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan
Kerugian yang banyak diderita di gudang ialah yang ditimbulkan oleh kumbang kecil L. serricorne. Ulat (larva) dari kumbang kecil ini merusak daun-daun tembakau ( membuat lubang ) yang telah kering dan siap untuk dikirim (Abdulah dan Soedarmanto, 1982).
Kumbang ini sangat merugikan bila menyerang tembakau yang sedang dalam proses pengeringan digudang, karena serangga ini memakan bahan –bahan organik kering seperti daun tembakau kering. Serangan kumbang ini pada daun tembakau kering mengakibatkan daun akan berlubang-lubang dan hal ini sangat tidak diingini untuk tembakau cerutu (Erwin, 2000).
Gejala tembakau krosok tampak berlubang – lubang kecil dan kotor. Kadang- kadang masih terlihat adanya larva penyerang. Kumbang ini lebih menyukai tembakau cerutu dari pada tembakau Virginia dan oriental. Serangan dilakukan oleh larva bukan kumbangnya (Anonimus, 1993g ).
Lidia Wati Tarigan : Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F
Gambar Gejala Serangan Lasioderma serricorne
Sumber : http;//www.insectslimited.com/Herbarium/pest/control htm,
Pengendalian Lasioderma serricorne
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada bulan Oktober - Desember 2007 di Laboratorium Hama dan Penyakit Tembakau Balai Penelitian Tembakau Deli
(BPTD) dengan ketinggian ± 25 m diatas permukaanlaut.
Bahan dan Alat penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah imago
Lasioderma serricorne jantan 72 ekor dan yang betina 168 ekor, daun tembakau
dengan kadar air yang berbeda dari gudang tempat penyimpanan, air.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples 24 buah dengan diameter 14 cm dan tinggi 21 cm, pipet, alat pengukur kadar air daun tembakau (Aquaboy), lup, mikroskop, tissue, kain kasa, karet gelang, dan alat-alat tulis lainnya.
Metode penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non faktorial yang terdiri dari 4 perlakuan dan 6 ulangan.
Perlakuannya adalah sebagai berikut :
Persiapan Stoples
Disiapkan stoples sebanyak 24 buah dengan diameter 14 cm dan tinggi 21 cm. Dimasukkan tissue pada dasar masing-masing stoples dan dibasahi dengan air secukupnya. Dimasukkan daun tembakau kering dari gudang penyimpanan sebanyak 20 lembar untuk masing-masing stoples yang dialasi dengan tissue.
Persiapan Serangga Lasioderma serricorne
Imago Lasioderma diperoleh dari gudang penyimpanan tembakau yang sudah terserang. Kemudian imago dibawa ke laboratorium dan dimasukkan dalam stoples yang sudah berisi daun tembakau yang mempunyai kelembaban yang berbeda-beda sesuai perlakuan. Masing-masing stoples dimasukkan 3 ekor jantan dan 7 ekor betina. Kemudian dilakukan pengamatan 3 hari sekali dalam seminggu.
Cara pengukuran kadar air daun tembakau
penelitian ini berlangsung sampai dengan selesai.
Parameter yang diamati adalah sebagai berikut:
Pengaruh kadar air terhadap jumlah telur, larva, pupa dan imago L. serricorne
1. Rataan Jumlah Telur
Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian di peroleh data bahwa perlakuan yang di apliksikan pada imago L. serricorne memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah telur yang dihasilkan imago
L.serricorne. Untuk dapat menentukan perlakuan mana yang memiliki pengaruh
nyata terhadap jumlah telur pada uji BNT. Hal ini dapat dilihat pada tabel:
Tabel 1. Rataan Jumlah Telur Pada Pengamatan 1 - 11, 2 Minggu Setelah Aplikasi
Perlakuan
Pengamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
T1 7,00D 9,00D 9,33D 11,50D 14,17D 16,17D 16,17 17,33D 17,33D 11,33D 11,33D
T2 9,67C 11,17C 10,83C 13,83C 16,67C 18,83C 18,83C 19,67C 19,67C 14,83C 14,83C
T3 10,50B 13,00B 13,33B 16,33B 18,67B 21,33B 21,83B 22,50B 22,50B 16,33B 16,33B
T4 13,50A 14,33A 16,00A 19,00A 20,83A 23,50A 23,50A 24,50A 24,50A 19,17A 19,17A
Keterangan: Angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Pada Kolom Yang Sama Tidak Berbeda nyata Pada Uji Beda Nyata Terkecil Taraf 1%
menghasilkan telur. Hal ini sesuai dengan literatur (Slansky and Rodriguez,1987) yang menyatakan kadar air yang tinggi diduga menaikan kandungan protein dan menurunkan tingkat asam amino esensial sehingga menyebabkan hama betina lebih banyak menghasilkan telur.
Gambar 1: Grafik Jumlah Telur Pada Pengamatan I-XI
dibandingkan dengan peneluran berikutnya.
2. Rataan Jumlah Larva
Tabel 2. Rataan Jumlah Larva Pada Pengamatan 3 – 13, 3 Minggu Setelah Aplikasi
Keterangan: Angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Pada Kolom Yang Sama Tidak Berbeda Nyata Pada Uji Beda Nyata Terkecil taraf 1%
0
Tabel 3. Rataan Jumlah Pupa Pada Pengamatan 11- 20, 6 Minggu Setelah Perlakuan.
Keterangan: Angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Pada Kolom Yang Sama Tidak Berbeda Nyata Pada Uji Beda Nyata Terkecil taraf 1%
Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa pada pengamatan pertama sampai pengamatan terakhir perlakuan perlakuan T1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan yang lainnya Rata- rata jumlah pupa yang dihasilkan yaitu T1 (96,34); T2 (122,1); T3 (146,84); T4 (169,46)., Pada perlakuan TI (13 % ) menghasilkan jumlah populasi larva yang terendah bila dibandingkan dengan dengan perlakuan T4 (19 %) hal ini disebabkan karena perkembangan dari telur – larva pada perlakuan T4 jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya sehingga jumlah pupa yang dihasilkan pada T4 lebih banyak dari perlakuan lainnya.
Perlakuan
Pengamatan
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
T1 8,83D 8,83D 9,67D 9,67D 9,50D 9,50D 9,67D 9,67D 10,50D 10,50D
T2 11,33C 11,33C 12,17C 12,27C 13,00C 13,00C 13,17C 13,17C 11,33C 11,33C
T3 13,67B 13,50B 14,83B 14,67B 15,33B 15,50B 15,67B 15,00B 14’00B 14,00B
0
Dari Grafik dapat dilihat bahwa jumlah rataan pupa tertinggi terdapat pada pengamatan minggu ke-6 dan pada pengamatan ke-7 pada perlakuan T4 karena pada pengamatan ini stadia larva sudah banyak yang berubah menjadi pupa, sedangkan jumlah pupa terendah terdapat pada pengamatan ke 1 dan ke-2 ini disebabkan karena pada pengamatan ke-1 dan ke-2 stadia larva belum banyak yang berubah menjadi pupa, Karena untuk menjadi pupa hama ini membutuhkan
Tabel 4. Rataan Jumlah Imago Pada Pengamatan 15 - 24 hari, 8 Minggu Setelah Aplikasi.
Keterangan: Angka yang Diikuti Oleh Huruf yang Sama Pada Kolom yang Sama Tidak Berbeda Nyata Pada Uji Beda Nyata Terkecil taraf 1%
Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa pada pengamatan pertama perlakuan T1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan yang lainnya masing-masing besar T1 (7,83); T2 (10,33); T3 (12,67); T4 (15,33). Pada perlakuan TI (13 % ) menghasilkan jumlah populasi imago yang terendah bila dibandingkan dengan dengan perlakuan T4 (19 %) hal ini disebabkan karena L.serricorne lebih tertarik dan pertumbuhan populasinya lebih tinggi pada bahan simpan yang mempunyai kadar air yang tinggi dibandingkan dengan bahan simpan yang kadar airnya rendah hal ini yang menyebabkan L.serricorne lebih tertarik pada bahan simpan yang
mempunyai kadar air yang tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Dharmaputra dkk (1997) yang menyatakan hama bahan simpan dari ordo
coleoptera lebih tertarik dan pertumbuhan populasinya lebih tinggi pada bahan simpan yang mempunyai kadar air yang tinggi dibandingkan dengan bahan simpan yang kadar airnya rendah.
Perlakuan
Pengamatan
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
T1 7,83D 7,83D 8,67D 8,67D 8,50D 8,50D 8,67D 8,67D 9,50D 9,50D
T2 10,33C 10,33C 11,17C 11,17C 12,00C 12,00C 12,17C 12,17C 10,33C 10,33C
T3 12,67B 12,50B 13,50B 13,67B 14,50B 14,50B 14,67B 14,67B 13,00B 13,00B
0
Kesimpulan
1. Rataan jumlah telur tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (19%) sebesar 19,17% dan terendah pada perlakuan T1 (13%) sebesar 11,83.
2. Rataan jumlah larva tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (19%) sebesar 16,33% dan terendah pada perlakuan T1 (13%) sebesar 8,67
3. Rataan jumlah pupa tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (19%) sebesar 16,17 % dan terendah pada perlakuan T1 (13%) sebesar 10,50.
4. Rataan jumlah imago tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (19%) sebesar 15,17 % dan terendah pada perlakuan T1 (13%) sebesar 9,50.
5. Kadar air berpengaruh terhadap perkembangan populasi hama
L. serricorne.
Saran
Abdullah, A dan Soedarmanto, 1982. Budidaya Tembakau. CV Yasa Guna., Malang.
Akehurt, B., 1981. Tobacco. Longman, Inc, New York.
Anonim, 2007a. Ekologi Hama Pasca Panen. Diakses dari 123tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.htm
_______, 2007b. Drugstore beet Side, View, larva. Diakses dari
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/places-ofinterest/pdtaru-martani-udha.
_______, 2007c. Hama Pasca Panen, Pendahuluan. Diakses dari http://abank-udha123 tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.htm.
_______, 2007d. Peningkatan nilai tambah komoditas Indonesia dengan pengembangan inidkasi geografis, komoditas tembakau. Diakses dari http://ditjenkpi.depdag.go.id/website-kpi/files/content/2/indikasi-geografis-final20060106141403.doc.
_______, 1993e. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Tembakau. Penebar Swadaya, Jakarta.
_______, 2000f. Tembakau Teman. Balai Penelitian Tembakau dan tanaman Serat, Malang.
_______, 2007g. Cigarette beetle. Diakses dari http://creatureslfas.ufl.edu/ urban/stored/cigarette.beetle.ht
_______, 2007h. Lasioderma sericorrne. Diakses dari osu.edu/hygfact/2000/2083.html.
Cahyono, B, 1998. Tembakau, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Erwin, 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau Deli, PTPN II, Medan.
Jurgen and Werner, 1985. Disease Pests and Weeds in Tropikal crops.
Kalshoven, L.G.E., 1981. Pest of Crops in Indonesia. Ikhtiar baru Van hoeve, Jakarta.
Matnawi, H., 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius, Yogyakarta. Rian, L., 1995. Post Harvest Tobacco Infestation Control. Chapmann & Hall,
New York.
Subiyakto, 1999. Hama Tembakau Deli dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang.
Soedarmanto, 1999. Budidaya Tembakau. CV. Yasaguna.
Wagiman,V.P.F.X., dan Koeswari Ananda, 1998. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia. Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian. UGM Press. Yongyakarta.
Telur
Larva
4-6 hr
30 hari