• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dosis dan Cara Aplikasi Mikoriza Terhadap Perkembangan Penyakit Lanas (Phytophthora nicotianae de Hann.) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum l.) di Rumah Kasa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dosis dan Cara Aplikasi Mikoriza Terhadap Perkembangan Penyakit Lanas (Phytophthora nicotianae de Hann.) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum l.) di Rumah Kasa."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOSIS DAN CARA APLIKASI MIKORIZA

TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LANAS

(Phytophthora nicotianae de Hann.) PADA TANAMAN

TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabaccum L.) DI RUMAH KASA

SKRIPSI

OLEH :

JUMARI SIMANUNGKALIT

040302010

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH DOSIS DAN CARA APLIKASI MIKORIZA

TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LANAS

(Phytophthora nicotianae de Hann.) PADA TANAMAN

TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabaccum L.) DI RUMAH KASA

SKRIPSI

OLEH :

JUMARI SIMANUNGKALIT

040302010

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hasanuddin, MS) (Ir. Syamsinar Yusuf, MS

Ketua Anggota

)

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Jumari Simanungkalit, “Pengaruh Dosis dan Cara Aplikasi Mikoriza

Terhadap Perkembangan Penyakit Lanas (Phytophthora nicotianae de Hann.)

Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum l.) di Rumah Kasa”.

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Balai Penelitian Tembakau

Deli (BPTD) PTP Nusantara II Sampali dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

±25 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2009. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama dosis mikoriza yang

terdiri dari A1 (1gr/tan), A2 (3gr/tan), dan A3 (5gr/tan). Faktor kedua cara

aplikasi mikoriza yang terdiri dari D1 (ditabur), D2 (drencing), D3 (ditugal).

Parameter pengamatan adalah persentase serangan (%) dan keberadaan mikoriza

di akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis mikoriza berpengaruh sangat

nyata terhadap persentase serangan (%) Phytophthora nicotianae, sedangkan cara

aplikasi tidak berbeda nyata terhadap persentase serangan (%). Interaksi antara

dosis mikoriza dan cara aplikasi berpengaruh nyata terhadap persentase serangan.

Persentase serangan (%) terendah pada perlakuan dosis mikoriza terdapat

pada A3 (5gr/tan) sebesar 22.95% dan tertinggi terdapat pada A1 (1gr/tan) sebesar

90.00%. Pada perlakuan cara aplikasi rataan persentase serangan terendah terdapat

pada D3 (ditugal) sebesar 50.43% dan tertinggi terdapat pada D1 (ditabur) sebesar

55.43%. Interaksi antara dosis dan cara aplikasi terhadap persentase serangan,

terendah terdapat pada A3D2 dan A3D3 sebesar 21.28% dan tertinggi terdapat

(4)

RIWAYAT HIDUP

Jumari Simanungkalit, lahir pada tanggal 21 Juni 1985 di Desa

Parsimataan Kec. Siborongborong Tapanuli Utara, putra dari Ayahanda tercinta

Mardimpu Simanungkalit dan Ibunda tersayang Soloria Simbolon. Penulis

merupakan anak kedua dari enam bersaudara.

Pendidikan dan Pengalaman

1. Tahun 1997 lulus dari SD Negeri 173297 Sigumbang.

2. Tahun 2000 lulus dari SLTP Negeri 1 Siborongborong.

3. Tahun 2003 lulus dari SMK Negeri 2 Tarutung.

4. Tahun 2004 diterima di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur

SPMB.

5. Pernah aktif dalam organisasi PEMA (Pemerintahan Mahaeiewa) FP-USU

Periode 2007-2008.

6. Tercatat sebagai anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan

Tanaman) Departemen FP-USU tahun 2004-2009.

7. Tercatat sebagai anggota IMUAS (Ikatan Muda/i Anak Siborongborong)

tahun 2004-2009.

8. Tahun 2004-2008, aktif sebagai anggota Paduan Suara TRANSEAMUS

FP-USU dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua BPH periode

(5)

9. Tahun 2007/2008, 2008/2009 sebagai asisten Laboratorium Pestisida dan

Teknik Aplikasi Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan

FP-USU..

10. Pernah mengikuti seminar seperti :

- Seminar Narkoba Ke Kalangan Mahasiswa pada Tanggal 2 Februari

2008.

- Seminar Bioetanol Sebagai Sumber Energi Alternatif pada Tanggal 17

Mei 2008.

- Seminar Motivation Training “Change Your Mind, Setting Your Life,

Get the Bright Future” pada Tanggal 24 Mei 2008.

- Pernah mengikuti Pelatihan Sehari Pertolongan Pertama dan Kesiagaan

Menghadapi Bencana pada Tanggal 20 November 2007.

11. Pernah mewakili Univeritas Sumatera Utara dalam Festival PESPARAWI

(Pesta Paduan Suara Gerejawi) di Salatiga, Jawa Tengah pada Tanggal 26

Oktober - 2 November 2008.

12. Mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perkebunan Kelapa Sawit dan

Karet PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Kisaran pada Bulan Juni

sampai Juli 2008.

13. Melaksanakan Penelitian di Balai Penelitian Tembakau Deli (BPTD) PTP

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan AnugerahNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “PENGARUH DOSIS DAN CARA APLIKASI

MIKORIZA TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LANAS

(Phytophthora nicotianae de Hann.) PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI

(Nicotiana tabaccum L.) DI RUMAH KASA” disusun sebagai salah satu syarat

untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit

Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Komisi Pembimbing Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku Ketua Komisi dan

Ibu Ir. Syamsinar Yusuf, MS selaku anggota yang telah banyak memberikan

arahan dan bimbingan kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh karyawan dan staf

BPTD Sampali yang telah menyediakan tempat dan membantu Penulis selama

penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.

Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

membantu, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan..

Medan, November 2009

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR

……… i

DAFTAR ISI

……….. ii

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang……… 1

Tujuan Penelitian..……….. 3

Hipotesis Penelitian………... 4

Kegunaan Penelitian……… 4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman ...5

Syarat Tumbuh... 6

Tanah...6

Iklim……… 7

Biologi Penyakit Lanas (Phytophthora nicotianae)………...8

Gejala Penyakit...10

Daur Hidup Penyakit...12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...14

Pengendalian Penyakit...14

Mikoriza Vesikular-Asbuskular...15

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian.………....22

Bahan dan Alat……….22

Metoda Penelitian……….22

(8)

Persiapan Pembibitan...24

Sterilisasi Tanah...25

Aplikasi Mikoriza...25

Penanaman...26

Pemeliharaan...26

Peubah Amatan ………...26

(9)

ABSTRAK

Jumari Simanungkalit, “Pengaruh Dosis dan Cara Aplikasi Mikoriza

Terhadap Perkembangan Penyakit Lanas (Phytophthora nicotianae de Hann.)

Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum l.) di Rumah Kasa”.

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Balai Penelitian Tembakau

Deli (BPTD) PTP Nusantara II Sampali dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

±25 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2009. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama dosis mikoriza yang

terdiri dari A1 (1gr/tan), A2 (3gr/tan), dan A3 (5gr/tan). Faktor kedua cara

aplikasi mikoriza yang terdiri dari D1 (ditabur), D2 (drencing), D3 (ditugal).

Parameter pengamatan adalah persentase serangan (%) dan keberadaan mikoriza

di akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis mikoriza berpengaruh sangat

nyata terhadap persentase serangan (%) Phytophthora nicotianae, sedangkan cara

aplikasi tidak berbeda nyata terhadap persentase serangan (%). Interaksi antara

dosis mikoriza dan cara aplikasi berpengaruh nyata terhadap persentase serangan.

Persentase serangan (%) terendah pada perlakuan dosis mikoriza terdapat

pada A3 (5gr/tan) sebesar 22.95% dan tertinggi terdapat pada A1 (1gr/tan) sebesar

90.00%. Pada perlakuan cara aplikasi rataan persentase serangan terendah terdapat

pada D3 (ditugal) sebesar 50.43% dan tertinggi terdapat pada D1 (ditabur) sebesar

55.43%. Interaksi antara dosis dan cara aplikasi terhadap persentase serangan,

terendah terdapat pada A3D2 dan A3D3 sebesar 21.28% dan tertinggi terdapat

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman tembakau termasuk golongan semusim. Dalam dunia pertanian

tergolong tanaman perkebunan, tetapi bukan merupakan kelompok tanaman

pangan. Tembakau dimanfaatkan daunnya sebagai bahan pembuatan rokok

(Cahyono, 1998).

Penggunaan tembakau berasal dari bangsa Indian, berkaitan dengan

upacara-upacara keagamaan mereka. Colombus pertama kali mengetahui

penggunaan tembakau ini dari orang-orang Indian. Pada tahun 1556, tanaman

tembakau diperkenalkan di Eropa, dan mula-mula hanya digunakan untuk

keperluan dekorasi dan kedokteran/medis saja. Setelah itu tembakau menjadi

populer di Eropa dan digunakan untuk beberapa keperluan, misalnya untuk

menghilangkan rasa lapar, dan mengobati beberapa penyakit (Matnawi, 1997).

Volume eksport tembakau Indonesia sejak tahun 1981-1990 cenderung

menurun. Produksi pada tahun 1981 masih di atas 20 ton, pada tahun 1990 sudah

bergeser menjadi 17,4 ton. Trend menurun selama kurun waktu di atas sebenarnya

trend ulangan era 6o-an sampai era 70-an. Waktu itu mulai tahun 1969, trend

volume eksport tembakau terus menanjak sampai tahun 1980, sedangkan nilai

eksportnya tergantung pada harga pasaran dunia (Hartana, 1980).

Masalah proteksi pada tanaman tembakau sangat penting, karena hama

(11)

Produksi tembakau sering gagal disebabkan serangan penyakit cendawan, bakteri

dan virus (Hartana, 1980).

Penurunan produksi tembakau dapat disebabkan oleh beberapa factor.

Salah satu diantaranya adalah akibat gangguan penyakit lanas yang disebabkan

oleh Phytophthora nicotianae vBdH (Abdullah dan Sudarmanto, 1982).

Penyakit lanas adalah penyakit yang menyebabkan busuk akar dan busuk

batang dan menyerang semua jenis tembakau. Penyakit lanas dapat tersebar di

seluruh dunia. Kerugian hasil dapat terjadi pada seluruh tingkat perkembangan

tanaman dan kerugian mencapai 100% pada beberapa daerah. Di Deli lanas tidak

kalah penting jika dibandingkan dengan penyakit layu bakteri, dan hanya timbul

di pembibitan (persemaian). Karena itu di Deli penyakit ini disebut “penyakit

bibit” (Semangun, 2000).

Untuk mengatasi penyakit yang disebabkan Phytophthora nicotianae telah

dilakukan berbagai macam teknik pengendalian, secara kultur teknis juga

pengendalian secara kimiawi. Dalam hal pemeliharaan dan perawatan tanaman

tembakau, pengendalian hama dan penyakit membutuhkan biaya yang relatif

mahal antara lain untuk pembelian insektisida dan fungisida. Efisiensi biaya

dalam hal pengendalian dapat dilakukan dengan pemilihan insektisida atau

fungisida yang efektif serta ramah lingkungan (Matnawi, 1997).

Mikoriza adalah jamur tanah yang hidup bersimbiosis/berdekatan dengan

perakaran tanaman. Jamur tersebut mempunyai kemampuan dalam menyerap

unsur hara fosfat yang letaknya jauh dari perakaran. Selain itu mikoriza

menghasilkan antimikrobial sehingga memberikan proteksi terhadap serangan

(12)

Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur.

Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat

baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh

dan berkembang biak. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi sistem

perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga

tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan

kapasitas dalam penyerapan unsur hara (Iskandar, 2002).

Sehubungan dengan uraian tersebut diatas, untuk mengetahui lebih lanjut

dalam menekan serangan penyakit lanas (Phytophthora nicotianae), maka perlu

diadakan suatu penelitian untuk mengendalikan penyakit ini di rumah kasa pada

tanaman Tembakau Deli.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dosis yang tepat pemberian mikoriza untuk

pengendalian penyakit lanas (Phytophthora nicotianae de Hann.), pada

tanaman Tembakau Deli di Rumah Kasa.

2. Untuk mengetahui cara aplikasi yang tepat pemberian mikoriza untuk

pengendalian penyakit lanas (Phytophthora nicotianae de Hann.), pada

tanaman Tembakau Deli di Rumah Kasa.

3. Untuk mengetahui dosis dan cara aplikasi yang tepat pemberian mikoriza

untuk pengendalian penyakit lanas (Phytophthora nicotianae de Hann.),

(13)

Hipotesa Penelitian

1. Diduga pemberian mikoriza dengan dosis yang berbeda mempengaruhi

efektifitasnya dalam pengendalian penyakit lanas

(

Phytophthora nicotianae de Hann.) pada tanaman Tembakau Deli

(Nicotiana tabaccum L.).

2. Diduga pemberian mikoriza dengan aplikasi yang berbeda mempengaruhi

efektifitasnya dalam pengendalian penyakit lanas

(

Phytophthora nicotianae de Hann.) pada tanaman Tembakau Deli

(Nicotiana tabaccum L.).

3. Diduga pemberian mikoriza dengan dosis dan aplikasi yang berbeda

mempengaruhi efektifitasnya dalam pengendalian penyakit lanas

(

Phytophthora nicotianae de Hann.) pada tanaman Tembakau Deli

(Nicotiana tabaccum L.).

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian sarjana di

Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993), tembakau dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Personatae

Famili : Solanaceae

Genus : Nicotiana

Species : Nicotiana tabaccum L.

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas

pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit cabutan. Jenis akar tunggang

pada tanaman tembakau yang tumbuh subur, terkadang dapat tumbuh sepanjang

0,75 m. Selain akar tunggang, terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar.

Pertumbuhan perakaran ada yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang

maupun pada akar yang serabut (Matnawi, 1997).

Daun tembakau sangat bervariasi, ada yang berbentuk ovalis, oblongus,

orbicularis, dan ovatus. Daun-daun tersebut mempunyai tangkai yang menempel

langsung pada bagian batang. Jumlah daun yang dapat dimanfaatkan (dipetik)

(15)

daun dan tebal tipisnya juga berbeda-beda, tergantung jenis daun, varietas yang

ditanam, kesuburan tanah, dan pengelolaan (Adisewojo, 1996).

Batang pada pertumbuhan tanaman yang normal, dapat tumbuh tegak

dengan bantuan ajir (lanjaran). Tembakau bawah naungan dapat mencapai

ketinggian 4 m karena tanaman mempunyai sifat etiolasi. Batang ada yang

bercabang, meskipun kebanyakan tidak bercabang. Biasanya tanaman tembakau

akan bercabang apabila bagian titik tumbuhnya terputus, sehingga merangsang

pertumbuhan tunas-tunas baru. Adapun tembakau bukan bawah naungan,

ketinggian batangnya rata-rata 1,75 m (Cahyono, 1998).

Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti

terompet. Benang sari berjumlah lima buah. Warna bunga dalam satu malai ada

yang kemerah-merahan dan putih. Bakal buah terdapat pada bagian dasar bunga.

Biji-bijinya sangat kecil, sehingga untuk kebutuhan pembibitan tidak kesulitan

(Adisewojo, 1996).

Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, didalamnya

banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Biji tembakau yang belum

melewati masa dorman tidak dapat berkecambah apabila disemaikan. Untuk dapat

memperoleh kecambah yang baik sekitar 95 % biji yang dipetik harus sudah

masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (Cahyono, 1998).

Syarat Tumbuh

Tanah

Setiap jenis tembakau menghendaki jenis tanah yang berbeda. Tipe tanah

(16)

yang baik lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau vorstenlanden.

Dengan tipe tanah semacam ini ada harapan besar untuk mendapatkan hasil daun

yang tipis, elastis, dan warna krosok lebih cerah, asalkan dalam

pembudidayaannya baik, tepat musim, dan fermentasi yang optimal

(Matnawi, 1997).

Tinggi tempat penanaman tembakau sangat bervariasi. Pada dataran

rendah, sedang, dan dataran tinggi, tembakau dapat tumbuh dengan baik sesuai

dengan jenis tanaman dan varietasnya. Tembakau bawah naungan akan dapat

tumbuh baik pada ketinggian 145± m di atas permukaan air laut

(Adisewojo, 1996).

Tanah yang dapat ditanami tembakau adalah jenis tanah ber-pH antara 5-6.

Tembakau virginia membutuhkan pH agak masam, yaitu sekitar 5,5-6. Tembakau

Deli banyak ditanam pada tanah yang berwarna hitam berdebu dengan kandungan

humus 16 % dan pH 5,0-5,6 (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

Iklim

Curah hujan yang dibutuhkan antara tembakau yang satu dengan yang

lainnya tidak sama. Masalah air berperan penting dalam pertumbuhan tanaman.

Misalnya jenis tembakau cerutu menghendaki curah hujan berkisar antara 1500

mm – 2000 mm per tahun. Artinya untuk setiap tahunnya, areal yang akan

ditanami tembakau tersebut harus mendapatkan siraman air hujan sebanyak 1500

mm – 2000 mm. Hal ini dapat dimengerti dengan setiap m2 pada areal itu mampu

(17)

Suhu optimal yang dikehendaki tanaman tembakau adalah 270 C atau

berkisar antara 220 C – 330

Kelembaban udara baik untuk diketahui guna memperhitungkan saat

tingginnya perkembangan penyakit lanas. Kelembaban udara berpengaruh pula

pada lamanya pertumbuhan tanaman. Kelembaban udara yang baik berkisar antara

62 % - 85 % ( Matnawi, 1997).

C. Tanaman tembakau bawah naungan yang ditanam

pada suhu di bawah batas minimum atau di atas batas suhu maksimal akan

terganggu pertumbuhannya. Jika suhu udara tinggi, maka daya evapotranspirasi

(evaporasi dan transporasi) akan meningkat, sehingga memerlukan penaungan

khusus untuk menurunkan suhu (Adisewojo, 1996).

Biologi Penyakit

Agrios (1996) mengklasifikasikan jamur ini sebagai berikut :

Kingdom : Mycetae

Divisio : Eumycota

Sub Divisi : Mastigomycotina

Class : Oomycetes

Ordo : Peronosporales

Famili : Pythiaceae

Genus : Phytophthora

Species : Phytophthora nicotianae

Miselium pada jamur parasit tanaman ini dapat tumbuh di dalam sel

(18)

bercabang-cabang dan biasanya dibentuk di permukaan tanah, pada tanaman, dan dapat

muncul dari inang melalui efidermis atau stomata (Landecker, 1982).

Hifa dari species Phytophthora tidak mempunyai sekat dan mempunyai

banyak cabang (Lucas, et al, 1985).

Miselium biasanya tidak bersepta, hyaline, diameter berubah-ubah,

bercabang dan sangat berkembang dibawah epidermis (Weber, 1973).

Sporangium (zoosporangium) berbentuk bulat telur seperti buah per

(pyriform) yang mempunyai sebuah tonjolan (papil). Sporangium mempunyai

ukuran (32 – 52) x (29 – 41) µm. Sporangium dapat berkecambah secara tidak

langsung membentuk spora kembara (zoospora) yang keluar satu persatu dari

dalam sporangium. Disamping itu sporangium berkecambah secara langsung

dengan membentuk hifa atau pembuluh kecambah. Oleh karena itu sporangium

Phytophthora disebut konidium (Semangun, 2000).

Zoospora yang dihasilkan sporangia berjumlah 5-30 zoospora yang

berukuran 7 x 11 µm dan mempunyai dua flagel. Klamidospora sphaerical

menuju oval dengan diameter 25 µm (Singh, 2001).

Gejala Penyakit

Serangan penyakit lanas pada pembibitan tembakau dapat dilihat dari

gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain : diawali dengan adanya warna daun

hijau kelabu kotor pada daunnya. Pada kondisi cuaca yang sangat dingin dengan

tingkat kelembaban udara cukup tinggi maka penyakit ini akan berkembang

dengan sangat cepat dan bibit akan segera menjadi busuk. Pada pembibitan

(19)

tersiram air panas (lonyot) (Gambar 1), sedangkan pada bibit tembakau yang

terserang secara individual di bedengan, akar dan batangnya berwarna sebagian

besar hitam pekat, potongan melintang juga berwarna hitam pekat, dan akan

mengeluarkan cairan bening (Semangun, 2000).

Serangan pada batang, pada perbatasan akar dan batang terlihat cepat layu

dan mati. Jika batang yang sakit tersebut dibelah memanjang, maka empelur yang

terkena serangan terlihat kering, empelur bawah kelihatan kusut dan berkerut dan

berkamar-kamar (Abdullah dan Sudarmanto, 1982).

Gambar 1. Gejala serangan P. nicotianae

Apabila tanaman yang terserang adalah tanaman yang tumbuh kuat dengan

ketinggian 30 cm atau lebih, maka indikasi penyakit pertama adalah pelayuan

(20)

menguning dan menggantung pada cabang. Sistem perakaran serta dasar cabang

akan berwarna hitam, busuk, dan kemudian mati (Lucas, et al, 1985).

Dalam banyak kejadian sulit untuk membedakan antara Phytophthora

dengan penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), kecuali pada pagi

hari dapat terlihat perbedaannya, terutama pada bibit yang masih berumur sangat

muda. Bila jamur menyerang permukaan daun, maka daun bibit akan terlihat

berwarna hijau kelabu, bila pada malam hari kondisi cukup lembab maka pagi

harinya permukaan daun timbul serat-serat halus dari jamur tersebut

(Abidin, 2004).

Daur Hidup Penyakit

Menurut Lucas, et al (1985), jamur P. nicotianae dapat bertahan di dalam

tanah dan hidup sebagai safrofit dari bahan organik yang ada di dalam tanah.

Pupuk kandang yang kurang matang juga dapat menjadi salah satu sumber infeksi.

Lanas sering terjadi pada keadaan tanah yang lembab. Zoospora dihasilkan dalam

jumlah besar pada kelembaban tanah yang tinggi dan temperatur yang berkisar

antara 200 – 300

Spora kembara tertarik oleh akar tembakau, dapat mengadakan penetrasi

pada akar yang tidak mempunyai luka. Tetapi di Klaten spora kembara

mempunyai daya infeksi yang rendah. Pada umumnya penularan lanas terjadi

karena sedikit miselium jamur dengan sedikit tanah atau jaringan tanaman sakit.

Air memegang peranan yang sangat penting dalam pemencaran penyakit. Untuk C. Spora ini tercuci dan bergerak dari satu tempat ke tempat yang

lain dan spora tersebut yang menyebabkan infeksi pada beberapa tanaman

tembakau yang masih sehat. Daur hidup jamur P. nicotianae dapat dilihat pada

(21)

sementara waktu jamur dapat bertahan dalam tanah dengan hidup sebagai saprofit,

apabila tanah mengandung bahan organik (Semangun, 1996).

Miselium ketika berada di air, membentuk zoosporangia selama 48 jam.

Zoospora-zoospora tersebut berwarna jernih/bening dan terbagi-bagi dengan

sporangium. Zoospora-zoospora itu dilepaskan di dalam air bila miselium

tergenang air. Atheridium dapat dilihat pada bagian bawah zoospora. Oospora

berbentuk spirakel, licin, berdinding ganda dan hialin. Jamur itu tumbuh baik pada

media agar pada temperatur optimum 300 C dan tumbuh baik pada pH 6,5

(Kolte, 1985).

Gambar 2. daur hidup jamur P. nicotianae Breda de Hann.

(Sumber :

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit

Penyebaran spora dan zoospora adalah melalui angin, percikan hujan, air

irigasi dan bahkan serangga. Tanah yang berstektur berat atau normal dimana

Zoospora

Kontak Langsung

Bisul Zoospora

Perkecambahan Spora

Nutrisi

Miselium Gelap

Oospora

Bebas H2O Temperatur

Klamidospora Bebas H2O

Perkecambahan Klamidospora atau zoospora

Perkecambahan

Cahaya O2 Tinggi Cukup Nutrisi

(22)

pengairan terganggu, kelembaban tanah tinggi, pH 5,4-7,5 dan suhu 240

Hujan dan kelembaban tinggi merupakan faktor terpenting bagi

perkembangan lanas dimana saja. Air, juga air pengairan, sangat membantu

penyebaran P. nicotianae. Karena tidak adanya pengairan (irigasi) di kebun-kebun

Tembakau Deli, lanas tidak meluas di daerah tersebut (Semangun, 1996).

C adalah

keadaan yang kondusif untuk penyebaran penyakit (Singh, 2001).

Pengendalian

1. Pemakaian pupuk organik yang tidak mengandung patogen

Phytophthora yang terdapat dalam pupuk kandang atau kompos akan mati

bila pupuk suhunya mencapai sampai 600

2. Pengaturan kondisi lingkungan

C. makin lama waktu pembuatan

kompos, kandungan Phytophthora makin rendah (Semangun, 1996).

Sistem pengairan harus direncakan sedemikian rupa agar air dari satu

pohon tidak mengalir ke pohon yang lain. Pembersihan kebun sangat penting.

Semua bagian tanaman yang terinfeksi harus dikumpulkan dan dibakar

(Singh, 2001, Dalam Semangun, 2000).

3. Penggunaan varietas tahan Phytophthora nicotianae

Penggunaan varietas tahan P. nicotianae selain dapat menghasilkan daun

yang lebih baik, juga dapat mengurangi resiko terserang P. nicotianae

(Semangun, 2000).

4. Penggunaan fungisida yang tepat dan efektif

Selama musim panas dan musim hujan, kebun harus disemprot secara

(23)

Metalaxyl sistemik majemuk, Fostyl-Al (Phosethyl-Al) dan Sodium

tetrathiocarbonate yang dilepaskan di tanah dapat mengurangi spora di tanah

sampai 90 % (Singh, 2001 Dalam Semangun, 2000).

5. Penggunaan bubur bordo (bordeaux)

Bubur bordeaux dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengendalikan

jamur P. nicotianae secara konvensional. Komposisi Bordeaux ini terdiri dari

terusi (CuSO4), kapur tohor (CaCO3) dan air (Semangun, 2000).

Mikoriza Vesikuler-Asbuskular (MVA)

Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan

akar tanaman (Brundrett et al, 1996 Dalam Feronika 2003). Hampir pada semua

jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumnya mikoriza dibedakan dalam

tiga kelompok, yaitu: endomikoriza (pada jenis tanaman pertanian), ektomikoriza

(pada jenis tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza. Menurut Harley & Smith

(1983), ada enam tipe asosiasi mikoriza, yaitu:

Vesicular-arbuscular mycorrhiza (VAM)

Ectomycorrhiza (ECM)

Ectendomycorrhiza (Arbutoid)

Orchid mycorrhiza

Ericoid mycorrhiza

Thysanotus mycorrhiza

Cendawan mikoriza arbuskula adalah salah satu tipe cendawan mikoriza

(24)

termasuk ke dalam kelas Zygomycetes, dengan ordo Glomales yang mempunyai 2

sub-ordo, yaitu Gigasporineae dan Glomineae. Gigasporineae dengan famili

gigasporaceae mempunyai 2 genus, yaitu Gigaspora dan Scutellospora.

Glomineae mempunyai 4 famili, yaitu Glomaceae dengan genus Glomus, famili

Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan Entrophospora, famili

Paraglomaceae dengan genus Paraglomus, dan famili Archaeosporaceae dengan

genus Archaeospora seperti tampak pada gambar 3 (INVAM, 2009).

Gambar 3. Phylogeni perkembangan dan taksonomi Ordo Glomales (Sumber : http://invam.caf.wvu.edu/fungi/taxonomy/classification.htm)

Nuhamara (1994) mengatakan bahwa sedikitnya ada 5 hal yang dapat

membantu perkembangan tanaman dari adanya mikoriza ini yaitu :

1. Mikoriza dapat meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah.

2. Mikoriza dapat berperan sebagai penghalang biologi terhadap

(25)

3. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan

kelembaban yang ekstrim.

4. Meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur

tumbuh lainnya seperti auxin.

5. Menjamin terselenggaranya proses biogeokemis.

Scannerini dan Bonfante-Fosolo (1983) menggambarkan karakteristik MVA

sebagai berikut, yaitu (a) sistem perakaran tanaman yang terinfeksi MVA tidak

membesar, (b) cendawannya membentuk struktur lapisan hifa tipis dan tidak

merata pada permukaan akar, (c) hifa masuk ke dalam sel jaringan korteks, dan

(d) pada umumnya ditemukan struktur percabangan hifa yang disebut arbuskula

(arbuscules) dan struktur khusus berbentuk oval yang disebut vesikula (vesicles).

(26)

Gambar 4. Penampang longitudinal akar yang terinfeksi MVA (Sumber : Brundrett et al, 1994)

Arbuskula adalah struktur hifa yang bercabang-cabang seperti

pohon-pohon kecil yang mirip haustorium. Arbuskula ini berfungsi sebagai tempat

pertukaran nutrisi antara tanaman inang dan jamur. Struktur ini mulai terbentuk

2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk

oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang

(Feronika, 2003).

Vesikula menurut Pattimahu (2004), merupakan struktur cendawan yang

berasal dari menggelembungnya hifa internal dari MVA, kebanyakan berbentuk

lonjong atau bulat, dan berisi banyak senyawa lemak sehingga merupakan organ

reproduktif atau organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan

makanan yang kemudian diangkut ke dalam sel dimana pencernaan oleh sel

berlangsung.

Mirip dengan cendawan patogen, hifa cendawan CMA akan masuk ke

dalam akar menembus atau melalui celah antar sel epidermis, kemudian

apresorium akan tersebar baik inter maupun intraseluler di dalam korteks

sepanjang akar. Setelah proses-proses tersebut berlangsung, kemudian

terbentuklah arbuskula, vesikel dan akhirnya spora (Mosse, 1981).

Ada tiga alasan mengapa MVA dapat meningkatkan penyerapan hara

dalam tanah, yaitu karena MVA dapat : (1) mengurangi jarak bagi hara untuk

memasuki akar tanaman, (2) meningkatkan rata-rata penyerapan hara dan

konsentrasi hara pada permukaan penyerapan, dan (3) merubah secara kimia

sifat-sifat hara sehingga memudahkan penyerapannya ke dalam akar tanaman

(27)

Menurut Daniels dan Menge (1981), species MVA mempunyai perbedaan

dalam kemampuannya meningkatkan penyerapan hara bagi pertumbuhan

tanaman. Ada empat faktor yang berhubungan dengan keefektifan dari suatu

species MVA, yaitu: (a) kemampuan MVA untuk membentuk hifa yang ekstensif

dan penyebaran hifa yang baik di dalam tanah, (b) kemampuan MVA untuk

membentuk infeksi yang ekstensif pada seluruh sistem perakaran yang

berkembang dari suatu tanaman, (c) kemampuan dari hifa MVA untuk menyerap

fosfor dari larutan tanah, dan (d) umur dari mekanisme transpor sepanjang hifa ke

dalam akar tanaman.

Asosiasi Vesicular Asbuscular (VA) Endomikoriza terjadi dalam banyak

species tanaman, antara lain dari kombinasi tipe endo dan ekto mikoriza. Jenis VA

mikoriza sering terdapat pada tanaman gandum, kacang-kacangan, tomat,

kentang, strawberry, apel, jeruk, anggur, dan sebagainya. MVA terdapat pada

tanaman Angiospermae, Gymnospermae, Pteridophyta, dan Bryophyta. Hifa dari

intraseluler dan ekstraseluler terdapat pada bagian korteks dan infeksi akar terjadi

pada miselium eksternal. Secara umum bentuk miselium bebas berada di dalam

tanah. Asosiasi MVA menghasilkan posphat, juga memperbaiki ion-ion seperti

zink, sulfur, dan amonium di dalam tanah (Atlas, 1981).

Jamur MVA mempunyai pengaruh fisiologis pada inang juga dapat

melindungi akar serabut yang tidak bersuberin terhadap serangan patogen.

Perbaikan status hara akibat asosiasi jamur MVA menunjukkan toleransi tanaman

lebih tinggi terhadap keracunan, logam berat, kekeringan, suhu, pH tanah, dan

serangan beberapa patogen tular tanah (Soenartiningsih dan Talanea, 1997).

(28)

tanaman akan tumbuh subur. Pada tanah yang kaya akan nutrisi, mikoriza tidak

tumbuh lebih baik dan pertumbuhannya pun akan lebih lambat

(Brock and Brock, 1978).

Sistem MVA dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu tanaman, tanah, dan

jamur. Interaksi diantara ketiga komponen tersebut berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman. MVA menekan pertumbuhan tanaman pada lokasi tanah

yang subur, karena infeksi patogen lebih sering gagal terjadi, karena tingginya

nutrisi internal akan menghasilkan nitrogen dan phospor yang dapat menjadikan

tanaman menjadi kebal dari infeksi (Mikola, 1980).

Menurut Clark (1997), peningkatan persentase akar terinfeksi mikoriza

berhubungan dengan dosis CMA yang diberikan. Peningkatan jumlah inokulum

mikoriza dapat meningkatkan jumlah akar terinfeksi mikoriza. Pemanfaatan CMA

dengan dosis yang lebih besar menyebabkan akar tanaman terinfeksi lebih awal

dan lebih banyak sehingga pertumbuhan tanaman bisa maksimum. Selanjutnya

Bagyarajaj (1984) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah mikoriza yang

diberikan telah menyebabkan semakin kecil persentase serangan penyakit. Hal ini

disebabkan karena hifa-hifa mikoriza menyelubungi akar tanaman sehingga

berfungsi menghalangi penetrasi patogen tersebut. Disamping itu tanaman yang

bermikoriza umumnya mempunyai sistem vascular yang kuat sehingga mampu

memberikan kekebalan mekanik guna mengurangi efek suatu patogen.

Hubungan timbal balik antara cendawan mikoriza dengan tanaman

inangnya mendatangkan manfaat positif bagi keduanya (simbiosis mutualistis).

Bagi tanaman inang, adanya asosiasi ini, dapat memberikan manfaat yang sangat

(29)

tidak langsung, cendawan mikoriza berperan dalam perbaikan struktur tanah,

meningkatkan kelarutan hara dan proses pelapukan bahan induk. Sedangkan salah

satu cara untuk meningkatkan fungsi akar dalam memanfaatkan air dan unsur hara

adalah dengan memberikan mikoriza. Mikoriza ini mampu meningkatkan serapan

unsur hara dan meningkatkan efisiensi penggunaan air tanah sehingga mempunyai

laju pertumbuhan vegetatif yang lebih cepat dan resisten terhadap serangan

patogen (Santoso, 1994, Dalam Tirta, 2006). Simbiosis mikoriza dengan akar

tanaman dapat dibuktikan melalui infeksi akar atau melalui spora di dalam tanah

dan simbiosis tersebut berlangsung selama tanaman hidup. Peningkatan

pertumbuhan tanaman oleh mikoriza karena mikoriza dapat meningkatkan serapan

N, P, dan K (Setiadi,1991 Dalam Tirta, 2006).

Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dari pada

yang tidak bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks akibat kekeringan dan matinya

akar tidak akan permanen pengaruhnya pada akar yang bermikoriza. Setelah

periode kekurangan air (water stress), akar yang bermikoriza akan cepat kembali

normal. Hal ini disebabkan karena hifa cendawan mampu menyerap air yang ada

pada pori-pori tanah saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air.

Penyebaran hifa yang sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang

diambil meningkat (Anas, 1997 Dalam Octavitani

Sifat tahan tanaman terbentuk sebelum patogen menginfeksi inang, artinya

mikoriza sudah terlebih dahulu mengkolonisasi akar. Ketahanan ini berupa , 2009). Pada umumnya

tanaman bermikoriza mengalami kerusakan lebih sedikit dibandingkan dengan

tanaman tidak bermikoriza dan serangan penyakit berkurang atau perkembangan

(30)

perubahan struktur akar dan terbentuknya penghalang infeksi patogen. Akar

terselimuti oleh hifa eksternal, terjadi pada epidermis, dan terbentuknya lignifikasi

atau berubahnya struktur kimia lapisan eksodermis akar sehingga akar dapat

terhindar dari serangan patogen tanah (Rompas, 1997). Resistansi tanaman

disebabkan hanya oleh adanya penghalang mekanis yang diberikan oleh mantel

jamur mikoriza (Rao, 1994). Simanungkalit, 1994 dalam Nurhayati, dkk, 1997)

menyatakan jamur MVA mempunyai korelasi positif terhadap beberapa aspek

fisiologis tanaman inang diantaranya dalam menurunkan serangan penyakit. MVA

dapat menghalangi atau menurunkan penyakit yang disebabkan oleh “soil

borne-pathogen”. Salah satu keuntungan dari fisiologis dari adanya mikoriza adalah

perlindungan yang diberikan oleh mantel jamur terhadap patogen akar seperti

Phytophthora, Pythium,Rhizoctonia, dan Fusarium (Rao, 1994). Mikoriza sangat

berperan sebagai pengendali hayati yang aktif terutama terhadap serangan patogen

akar seperti Phytopthora cenamoni (Huang et al., 1983 Dalam Octavitani

Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa

bermikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan

penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro (Anas, 1997 Dalam , 2009).

Umumnya mikoriza dapat menekan penyakit akar jika mikoriza tersebut sudah

terbentuk dan berfungsi sebelum invasi patogen (Linderman, 1996).

Octavitani, 2009). Faktor lingkungan terutama intensitas cahaya dan suhu sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan CMA serta kebrrhasilan

simbiosisnya dengan inang (Brundrett, 1991 Dalam Delvian 2006). Intensitas

(31)

mempengaruhi kapasitas dan derajat perkembangan CMA dalam menginfeksi

akar tanaman (Smith and Read, 1997; Brundrett, 1991, Dalam Delvian, 2006).

Dalam teknik pemberian mikoriza, dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain : dengan menggunakan tanah yang sudah mengandung mikoriza,

dengan menggunakan akar yang sudah mengandung mikoriza, dengan

menggunakan miselia cendawan atau spora mikoriza yang sudah dikemas dalam

bentuk kapsul, dengan cara menaburkannya pada lubang tanam sebelum

penanaman, dan dengan cara menaburkan tanah yang terinfeksi mikoriza disekitar

(32)

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Balai Penelitian Tebu dan

Tembakau Deli (BPTTD) Sampali, dengan ketinggian tempat ±25 m dpl.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit Tembakau Deli

varietas F1-45, kompos, Mikoriza, tanah, air, pasir, pupuk mixed, insektisida,

polibag, dan bahan pendukung lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, plang

nama, label nama, alat tulis, gembor, lop, petridish, sendok, kertas tissue, drum,

selang air, pacak, timbangan, plat pembibitan, dan bahan pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

yang terdiri dari 2 faktor yaitu :

Faktor I adalah Dosis Mikoriza (A)

A1 : 1 gr/ tanaman

A2 : 3 gr/ tanaman

(33)

Faktor II adalah Cara Aplikasi Mikoriza (D)

D1 : Ditabur

D2 : Drencing

D3 : Ditugal

Kombinasi perlakuan adalah :

A1D1 A2D1 A3D1

A1D2 A2D2 A3D2

A1D3 A2D3 A3D3

Banyak ulangan yang akan dilakukan adalah :

(t-1) (r-1) 15≥

(10-1) (r-1) 15≥

9 (r-1) ≥24

9 r ≥24

r ≥2,66

Banyak ulangan adalah 3.

Jumlah Perlakuan : 9 x 3 = 27 perlakuan

Jarak Antar Perlakuan : 70 cm

Luas Lahan : p x l = 4,40 m x 3,55 m =

15,62 m

Jarak Antar Polibag : 15 cm x 15 cm

2

Jumlah Tanaman per Perlakuan : 4 tanaman

Jumlah Seluruh Tanaman : 108 tanaman

Model linier yang digunakan adalah ;

(34)

Dimana :

Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan

taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke-j pada faktor II dan ulangan ke-k

µ = Nilai tengah umum

α i = Pengaruh taraf ke-i dari faktor I

βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor II

(αβ) = Pengaruh taraf ke-i dari faktor I dan Pengaruh taraf ke-j dari faktor II

ijk = Pengaruh galat pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan taraf

ke-i dari faktor I, taraf ke-j dari faktor II dan ulangan ke-k

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Pembibitan

Persemaian dibuat bedengan dengan ukuran 1 x 6 m dengan arah

Utara-Selatan. Naungan pembibitan dengan arah Timur-Barat dan tinggi tiang sebelah

Timur 80 cm dan sebelah Barat 60 cm.

Sebelum benih disemaikan, tanah diolah terlebih dahulu sampai gembur,

kemudian dibiarkan selama 1 minggu. Benih yang disemaikan telah direndam

terlebih dahulu selama ± 72 - 98 jam sampai benih pecah. Sebelum benih yang

sudah direndam ditabur, media persemaian dipupuk 1 hari sebelum penaburan

benih. Pada persemaian digunakan kompos + top soil + pasir (5 : 3 : 2) yang

sudah disterilisasi terlebih dahulu. Kemudian setelah bibit berumur 22 hari di plat

(35)

Sterilisasi Tanah

Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang sudah

disterilisasi terlebih dahulu (termasuk tanah persemaian). Proses sterilisasi tanah

dilakukan dengan cara mengukus tanah dengan menggunakan drum pada suhu

1050

Inokulasi Patogen

C dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian tanah dibongkar dan dibiarkan

sampai dalam keadaan kering angin. Setelah tanah dalam keadaan kering angin,

kemudian diisi ke dalam polibag 15 kg.

Inokulasi Patogen P. nicotianae dilakukan satu hari sebelum bibit ditanam

ke polibag. Setelah inokulasi patogen, kemudian dilakukan aplikasi mikoriza.

Aplikasi Mikoriza

Pengaplikasian mikoriza dilakukan setelah inokulasi patogen P. nicotianae

dua hari sebelum bibit ditanam ke polibag dengan dosis 1gr, 3gr, dan 5gr (sesuai

perlakuan), dan dengan cara aplikasi ditabur, drenching, dan ditugal (sesuai

perlakuan).

 Cara aplikasi ditabur dilakukan dengan cara menabur mikoriza diatas

permukaan tanah yang telah diisi ke dalam polibag dengan dosis sesuai

perlakuan. Untuk aplikasi penaburan mikoriza, digunakan media tanah

sebanyak 10gr sebagai campuran mikoriza untuk memudahkan

aplikasi.

 Cara aplikasi drenching dilakukan dengan melarutkan mikoriza ke

dalam air dengan volume 100 ml dengan dosis sesuai perlakuan,

(36)

 Cara aplikasi ditugal dilakukan dengan cara menugal di sekitar

perakaran tanaman dengan kedalaman 2-3 cm dengan dosis sesuai

perlakuan.

Penanaman

Tanaman dipindahkan ke polibag setelah bibit berumur 22 hari di plat

pembibitan. Sebelum penanaman dilakukan sudah terlebih dahulu diinokulasi

dengan patogen P. nicotianae dan sudah dilakukan aplikasi mikoriza.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setiap hari yang dilakukan setiap pagi dan sore hari.

Penyiangan gulma dilakukan satu minggu setelah pemupukan.

Pengendalian hama dilakukan apabila tanaman tembakau terserang hama,

disemprot dengan delta metrin 0,5 cc/l.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk mixed (12,5 : 7,5 : 10). Pemupukan

dilakukan sebelum tutup kaki (bumbun) atau pada saat umur tanaman 16 hari di

polibag.

Peubah Amatan

1. Persentase serangan P. nicotianae yaitu dengan mengamati gejala layu

pada daun. Pengamatan pertama dilakukan satu minggu setelah aplikasi

Mikoriza dilakukan pada pagi hari. Jumlah pengamatan sebanyak 7 kali

dengan interval 7 hari sekali. Persentase serangan P. nicotianae dihitung

dengan menggunakan rumus :

(37)

Dimana :

P = Persentase serangan P. nicotianae de Hann.

a = Jumlah tanaman yang terserang P. nicotianae

b = Jumlah tanaman yang sehat

2. Pengamatan pada akar, dilakukan untuk mengetahui pengaruh mikoriza

terhadap akar. Pengamatan ini dilakukan pada pengamatan terakhir dengan

cara mencabut setiap tanaman sampel untuk mengetahui keberadaan

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Persentase Serangan (%) (Phytophthora nicotianae vBdH)

a. Pengaruh Dosis Mikoriza terhadap persentase serangan P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli

Data pengamatan persentase serangan P. nicotianae pada setiap waktu

pengamatan mulai dari 3-9 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada

lampiran 1-7. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian

mikoriza dengan dosis yang berbeda pada pengamatan 5 mst berbeda nyata serta

berbeda sangat nyata pada pengamatan 6-9 mst. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1

[image:38.595.119.506.481.565.2]

dibawah ini :

Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Dosis Mikoriza Terhadap Persentase Serangan

P. nicotianae Pada Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu

Pengamatan

Perlakuan Pengamatan (mst)

3 4 5 6 7 8 9

A1 2.78 13.89 36.11a 58.33A 77.78A 97.22A 100.00A

A2 0.00 8.33 16.67a 27.78A 36.11B 41.67B 52.78B

A3 0.00 2.78 2.78b 8.33B 13.89B 19.44B 19.44B

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama tidak berbeda nyata, pada taraf 5% (notasi huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (notasi huruf besar) menurut Uji Jarak Duncan

b. Pengaruh Cara Aplikasi Mikoriza terhadap persentase serangan P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli

Data pengamatan persentase serangan P. nicotianae pada setiap waktu

pengamatan mulai dari 3-9 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada

(39)

mikoriza dengan cara aplikasi yang berbeda tidak berbeda nyata terhadap

[image:39.595.112.508.196.275.2]

persentase serangan P. nicotianae. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Cara Aplikasi Mikoriza Terhadap Persentase Serangan P. nicotianae Pada Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan Pengamatan (mst)

3 4 5 6 7 8 9

D1 8.33 13.89 30.56a 47.22A 50.00A 55.56A 61.11A

D2 0.00 5.56 16.67a 27.78A 44.44A 55.56A 58.33A

D3 0.00 5.56 8.33a 19.44A 33.33A 47.22A 52.78A

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% (notasi huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (notasi huruf besar) menurut Uji Jarak Duncan

c. Pengaruh Pemberian Dosis dan Cara Aplikasi Mikoriza terhadap persentase serangan P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli

Data pengamatan persentase serangan P. nicotianae pada setiap waktu

pengamatan mulai dari 3-9 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada

lampiran 1-7. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian

mikoriza dengan dosis dan cara aplikasi berbeda nyata pada pengamatan 5-9 mst.

Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :

Tabel 3. Uji Beda Rataan Pengaruh Pemberian Dosis dan Cara Aplikasi Mikoriza Terhadap Persentase Serangan P. nicotianae Pada Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan Pengamatan (mst)

3 4 5 6 7 8 9

A1D1 8.33 25.00 58.33a 91.67a 100.00a 100.00a 100.00a

A1D2 0.00 8.33 33.33a 50.00b 75.00a 100.00a 100.00a

A1D3 0.00 8.33 16.67b 33.33b 58.33b 91.67a 100.00a

A2D1 0.00 8.33 25.00a 33.33b 33.33b 41.67b 58.33b

A2D2 0.00 8.33 16.67b 25.00b 41.67b 50.00b 58.33b

A2D3 0.00 8.33 8.33b 25.00b 33.33b 33.33b 41.67b

A3D1 0.00 8.33 8.33b 16.67b 16.67b 25.00b 25.00c

A3D2 0.00 0.00 0.00b 8.33c 16.67b 16.67b 16.67c

A3D3 0.00 0.00 0.00b 0.00c 8.33c 16.67b 16.67c

[image:39.595.116.474.557.714.2]
(40)

2. Keberadaan Mikoriza di Akar Pada Tanaman Tembakau Deli

Data pengamatan keberadaan mikoriza di akar pada pengamatan 9 mst

diperoleh bahwa pemberian dosis mikoriza dengan tingkat yang berbeda

menunjukkan hasil yang berbeda nyata, sedangkan cara aplikasi menunjukkan

hasil yang tidak berbeda nyata terhadap Keberadaan Mikoriza di Akar Pada

[image:40.595.113.514.286.463.2]

Tanaman Tembakau Deli. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4. Keberadaan mikoriza di akar pada tanaman Tembakau Deli pada pengamatan 9 mst (pengamatan terakhir)

Perlakuan

Ulangan

I II III

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A1D1 - - - -

A1D2 - - - -

A1D3 - - - -

A2D1 - + - - + + - - - + + -

A2D2 + - - + - - - + + - + -

A2D3 + - + - - + + - + + - +

A3D1 - + + + + + + + - + + -

A3D2 - + + + + - + + + + + +

A3D3 + + + + + + - + - + + +

Keterangan : + : Ada Mikoriza

(41)

Pembahasan

1. Persentase Serangan (%)

a. Pengaruh dosis mikoriza terhadap persentase serangan P. Nicotianae pada tanaman Tembakau Deli

Dari data pengamatan ke 3-9 mst pada tabel 1, diperoleh bahwa A1

(1gr/tanaman) dan A2 (3gr/tanaman) berbeda nyata dengan A3 (5gr/tanaman)

pada pengamatan pada pengamatan 5 mst. Pada pengamatan 7-9 mst, A1

(1gr/tanaman) berbeda sangat nyata dengan A2 (3gr/tanaman) dan A3

(5gr/tanaman) dimana persentase serangan terendah dari pengamatan 3-9 mst

terdapat pada A3 (5gr/tanaman) sebesar 22.95%, diikuti A2 (3gr/tanaman) sebesar

46.67%, dan tertinggi terdapat pada A1 (1gr/tanaman) sebesar 90.00%.

Dari data pengamatan 9 mst (tabel 1), diperoleh bahwa A1 (1gr/tanaman)

berbeda sangat nyata terhadap A2 (3gr/tanaman) dan A3 (5gr/tanaman) dimana

persentase serangan terendah terdapat pada A3 (5gr/tanaman) sebesar 22.95%,

diikuti A2 (3gr/tanaman) sebesar 46.67%, dan tertinggi terdapat pada A1

(1gr/tanaman) sebesar 90.00%. Hal ini disebabkan karena mikoriza sangat efektif

untuk mencegah infeksi dari patogen tular tanah seperti P. nicotianae. Hal ini

sesuai dengan literatur Soenartiningsih dan Talaca (1997) yang menyatakan

bahwa jamur MVA mempunyai pengaruh fisiologis pada inang juga dapat

melindungi akar serabut yang tidak bersuberin terhadap serangan patogen.

Umumnya mikoriza dapat menekan penyakit akar jika mikoriza tersebut sudah

terbentuk dan berfungsi sebelum invasi patogen (Linderman, 1996). Selanjutnya

Rompas (1997). menyatakan sifat tahan pada tanaman terbentuk sebelum patogen

(42)

Ketahanan ini berupa perubahan struktur akar dan terbentuknya penghalang

infeksi patogen. Akar terselimuti oleh hifa eksternal, terjadi pada epidermis, dan

terbentuknya lignifikasi atau berubahnya struktur kimia lapisan eksodermis akar.

Untuk melihat perbedaan yang nyata diantara tiga perlakuan terhadap persentase

[image:42.595.149.470.215.400.2]

serangan P. nicotianae dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini :

Gambar 5. Histogram pengaruh dosis mikoriza terhadap persentase serangan P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli dari pengamatan 3-9 mst

b. Pengaruh cara aplikasi mikoriza terhadap persentase serangan P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli

Dari data pengamatan 3-9 mst pada tabel 2, diperoleh bahwa antara D1

(ditabur), D2 (drencing), dan D3 (ditugal) tidak berbeda nyata dimana serangan

terendah terdapat pada D3 (ditugal) sebesar 50.43% dan tertinggi terdapat pada

D1 (ditabur) sebesar 55.43%. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa cara aplikasi

tidak begitu berpengaruh dalam pengendalian penyakit P. nicotianae karena cara

aplikasi mikoriza dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Hal ini sesuai

dengan literatur Hardiatmi (2008) yang menyatakan bahwa dalam teknik

pemberian mikoriza dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : dengan

menggunakan tanah yang sudah mengandung mikoriza, dengan menggunakan

akar yang sudah mengandung mikoriza, dengan menggunakan miselia cendawan

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

3 4 5 6 7 8 9

P engamatan (ms t)

(43)

atau spora mikoriza yang sudah dikemas dalam bentuk kapsul, dengan cara

menaburkannya pada lubang tanam sebelum penanaman, dan dengan cara

menaburkan tanah yang terinfeksi mikoriza disekitar akar tanaman. Untuk melihat

pengaruh diantara ke tiga perlakuan terhadap serangan P. nicotianae dapat dilihat

[image:43.595.122.476.211.395.2]

pada gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6. Histogram pengaruh cara aplikasi mikoriza persentase serangan P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli dari pengamatan 3-9 mst

c. Pengaruh dosis dan cara aplikasi mikoriza terhadap persentase serangan

P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli

Pada pengamatan 9 mst pada tabel 3, diperoleh persentase serangan

terendah terdapat pada perlakuan A3D2 (5gr/tan dengan cara drencing) dan A3D3

(5gr/tan dengan cara ditugal) sebesar 21.28% dan tertinggi terdapat pada

perlakuan A1D1 (1gr/tan dengan cara ditabur), A1D2 (1gr/tan dengan cara

drencing), dan A1D3 (1gr/tan dengan cara ditugal), sebesar 90.00%. Tingginya

persentase serangan pada perlakuan A1D1 (1gr/tan dengan cara ditabur), A1D2

(1gr/tan dengan cara drencing), dan A1D3 (1gr/tan dengan cara ditugal)

dibandingkan perlakuan A3D2 (5gr/tan dengan cara drenching) dan A3D3

(5gr/tan dengan cara ditugal) disebabkan karena pengaruh tingkat dosis yang

berbeda.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

3 4 5 6 7 8 9

P engamatan (ms t)

(44)

Data pengamatan menunjukkan semakin banyak jumlah mikoriza yang

diberikan akan menyebabkan semakin kecil persentase serangan P. nicotianae.

Hal ini sesuai dengan literatur Bagyarajaj (1984) yang menyatakan bahwa

semakin banyak jumlah mikoriza yang diberikan telah menyebabkan semakin

kecil persentase serangan penyakit. Hal ini disebabkan karena hifa-hifa mikoriza

menyelubungi akar tanaman sehingga berfungsi menghalangi penetrasi patogen

tersebut. Disamping itu tanaman yang bermikoriza umumnya mempunyai sistem

vascular yang kuat sehingga mampu memberikan kekebalan mekanik guna

mengurangi efek suatu patogen. MVA mempunyai korelasi positif terhadap

beberapa aspek fisiologis tanaman inang diantaranya dalam menurunkan serangan

penyakit. MVA dapat menghalangi atau menurunkan penyakit yang disebabkan

oleh “soil borne-pathogen” (Simanungkalit, 1994 Dalam Nurhayati, dkk, 1997).

Kelebihan CMA justru berperan sebagai pengendali hayati yang aktif terutama

terhadap serangan patogen akar (Huang et al., 1983 Dalam Octavitani, 2009).

Pengaruh persentase serangan Phytophthora nicotianae dari interaksi antara dosis

dan cara aplikasi mikoriza dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini.

Gambar 7. Histogram pengaruh dosis dan cara aplikasi mikoriza persentase serangan

P. Nicotianae pada tanaman Tembakau Deli dari pengamatan 3-9 mst

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

A1D1 A1D2 A1D3 A2D1 A2D2 A2D3 A3D1 A3D2 A3D3

[image:44.595.118.510.515.735.2]
(45)

2. Keberadaan Mikoriza di Akar

Dari hasil pengamatan 9 mst diperoleh bahwa tingkat dosis berpengaruh

nyata terhadap populasi mikoriza di akar. Data pengamatan menunjukkan bahwa

jumlah tanaman bermikoriza terendah terdapat pada A1D1 (1gr/tan dengan cara

ditabur), A1D2 (1gr/tan dengan cara drencing), dan A1D3 (1gr/tan dengan cara

ditugal) sebanyak 0 tanaman (0%), sedangkan jumlah tanaman bermikoriza

tertinggi terdapat pada A3D2 (5gr/tan dengan cara drencing) dan A3D3 (5gr/tan

dengan cara ditugal) sebanyak 10 tanaman (83.33%). Terjadinya penurunan

ataupun peningkatan pertumbuhan tanaman berhubungan erat dengan jumlah akar

yang terinfeksi mikoriza. Artinya semakin tinggi dosis mikoriza akan semakin

banyak populasi mikoriza di akar. Hal ini sesuai dengan tinjauan literatur Clark

(1997) yang menyatakan bahwa peningkatan persentase akar terinfeksi mikoriza

berhubungan dengan dosis CMA yang diberikan. Peningkatan jumlah inokulum

mikoriza dapat meningkatkan jumlah akar terinfeksi mikoriza. Pemanfaatan CMA

dengan dosis yang lebih besar menyebabkan akar tanaman terinfeksi lebih awal

dan lebih banyak sehingga pertumbuhan tanaman bisa maksimum. Semakin

banyak MVA di dalam tanah, maka pertumbuhan patogen akan semakin tertekan.

Keadaan ini diduga karena keberadaan MVA dalam tanah mampu bersaing

dengan patogen baik dalam hal ruang maupun kemampuan mendominasi akar

tanaman (Nurhayati, dkk, 1997). Pada umumnya tanaman bermikoriza mengalami

kerusakan lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman tidak bermikoriza dan

serangan penyakit berkurang atau perkembangan patogen dihambat Dehne (1982).

Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dari pada yang tidak

(46)

akar tanaman dapat dibuktikan melalui infeksi akar atau melalui spora di dalam

tanah. Simbiosis mikoriza dengan akar tanaman akan terputus jika tanaman mati.

Hal ini sesuai dengan literatur Setiadi (1991) yang menyatakan bahwa simbiosis

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Persentase serangan terendah pada faktor dosis terdapat pada A3

(5gr/tanaman) sebesar 22.95%, diikuti A2 (3gr/tanaman) sebesar 46.67%, dan

tertinggi terdapat pada A1 (1gr/tanaman) sebesar 90.00%.

2. Persentase serangan pada faktor cara aplikasi antara D1 (ditabur), D2

(drencing), dan D3 (ditugal) tidak berbeda nyata dimana serangan terendah

terdapat pada D3 (ditugal) sebesar 50.43% dan tertinggi terdapat pada D1

(ditabur) sebesar 55.43%.

3. Persentase serangan terendah dari interaksi dosis dan cara aplikasi terdapat

pada A3 (5gr/tanaman) sebesar 22.95%, diikuti A2 (3gr/tanaman) sebesar

46.67%, dan tertinggi terdapat pada A1 (1gr/tanaman) sebesar 90.00%.

4. Jumlah tanaman bermikoriza terendah terdapat pada A1D1 (1gr/tan

dengan cara ditabur), A1D2 (1gr/tan dengan cara drencing), dan A1D3

(1gr/tan dengan cara ditugal) sebanyak 0 tanaman (0%), sedangkan jumlah

tanaman bermikoriza tertinggi terdapat pada A3D2 (5gr/tan dengan cara

drencing) dan A3D3 (5gr/tan dengan cara ditugal) sebanyak 10 tanaman

(83.33%).

5. Semakin banyak jumlah mikoriza yang diberikan menyebabkan semakin

(48)

Saran

Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut terhadap persentase serangan

P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli dengan tingkat konsentrasi mikoriza

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A dan Sudarmanto., 1982. Budidaya Tembakau. CV. Yasaguna, Jakarta.

Abidin, Z., 2004. Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman Tembakau. Dalam Seminar Pertemuan Teknis Tembakau, Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Tembakau. Balai Penelitian Tembakau Deli. PTPN II, Medan.

Adisewojo, R. S., 1996. Bercocok Tanam Tembakau. Sumur Bandung, Bandung.

Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal. 465.

Anas, I., 1997.Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB

Atlas, R. M., 1981. Microbial Ecology : Fundamentals and Applications. University of Louisville, Addison-Wesley Publishing Company. p. 293-294.

Bagyarajaj, D. J., 1984. Biological Intraction With Vascular Asbuscular Mychorrizal Fungi, New Zealand.

Brock, T. D and Brock, K. M., 1978. Basic Microbiology With Aplications, Second Edition, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffd, New Jersey. p. 396-397.

Brundrett, M. C., 1991. Mycorrhizas In Natural Ecosystems. Asv. Ecol. Res. 21:171-313.

Brundrett, M. C., Melville, L., and Peterson, L., 1994. Practical Methods In Mycorrhiza Research. Mycologue Publications. Ontario, Canada. p. 161.

Brundrett, M. C., Bougher, N., Dells, B., Grove, T., and Malajczuk, N., 1996. Working With Mycorrhizas In Forestry and Agriculture. ACIAR, Canberra. p. 374.

(50)

Clark, R.G., 1997. Arbuscular Mycoorhyzal Adaptation, Spore Germination, Root Colonization, and Hoast Plant Growth and Minerl Acquisation at Low pH, Plant and Soil. p. 15-22.

Daniels, B. A., and Menge, J. A., 1981. Evaluation of the Comercial Potential of the VAM Fungus, Glomus epigaeus. New Phytol. p. 345-353.

Dehne, H. W., 1982. Interaction Between Vesicular Asbuscular Mycor rhyza l Fungi and Plant Pathogens. Phytophatology 72. p. 1.115-1.119.

Delvian, 2006. Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit kayu Manis (Cinnamomum burmani Bl.) (The Effect of Arbuscule Mycorrhiza Fungi and Shading On Growth Of Cinnamon Seedling ((Cinnamomum burmani Bl.). Dalam Jurnal Peronema Forestry Science Journal Vol II, hal 8-11. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Feronika, A., 2003. Mikoriza : Peran, Prospek, dan Kendalanya. Dalam seminar kelas PPs, 4 Oktober 2003.

Hardiatmi, S. J. M., 2008. Pemanfaatan J asad Renik Mikoriza Untuk Memacu Pertumbuhan Tanaman Hutan. Dalam Jurnal Inovasi Pertanian, Vol 7. hal 1-10.

Harley, J. L., and Smith. M. S., 1983. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press, Inc. New York. p. 483.

Hartana, I., 1980. Budidaya Tembakau Cerutu Masa Lepas Panen. Balai Penelitian Perkebunan Jember. Hal. 94.

Huang, R.S., W. K. Smith and R. S. Yeast. 1983. Influence Of Va On Growh, Water Relation And Leaf Oriantation In Leucaena Leucocephala (Lam) De Wit. Jurnal Series 2814- University of Hawai, Hawai.

INVAM. 2009. International Culture Collection of (Vesicular) Arbuscular

Mycorrhizal Fungi.

Iskandar, D., 2002. Pupuk Hayati Mikoriza Untuk Pertumbuhan dan Adapsi Tanaman Di Lahan Marginal. Universitas Lampung, Lampung.

Karagiannidis, N., Nikolaou, N., and Mattheou, A., 1995. Influence of 3 Vesicular-Asbuscular Mycorrhizal Species On the Growth and

Nutrient Uptake of 3 Grapevine Rootstocks and One Table Grape Cultivar, Vitis. p. 85-89.

(51)

Landecker, E. M., 1982. Fundamental of Fungi. Prentice Hall Inc, Engelwood Cliffs, New Jersay. p. 73.

Linderman, R. G., 1996. Role of VAM Fungi In Biocontrol. Mycoorhizal and Plant Health, APS Press, St. Paul, Minnesota. p. 1-25.

Lucas, G. B., Campbell, and Lucas, L. T., 1985. Introduction To Plant Diseases Indentification and Management. An Avi Book Published by Van Nustrand Reinhold, New York. p. 146-147.

Matnawi. H., 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius, Yogyakarta. Hal. 9-15.

Mikola, P., 1980. Tropical Mycorrhiza Research. Clarendon Press Oxford, New York. p. 215.

Mosse, S., 1981. Vesicular Arbuscular Mycorizarescarh For Tropical Agriculture. Ress. Bull

Nuhamara, S. T., 1994. Peranan Mikoriza Untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza, Jakarta.

Nurhayati, Duparman, dan Verna., 1997. Pengaruh Mikoriza Vesikula Arbuskula Glomus fasciculaatus Terhadap Penyakit Layu Fusarium Pada Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Dalam Jurnal Agrotopika VII (2). Hal 9-12.

Oktavitani, N., 2009. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) Sebagai Pupuk Hayati Untuk Meningkatkan Produksi Pertanian. Pengaruh Perambah Terhadap Kerusakan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (Hpt) Di Wilayah Kabupaten Seluma. Efektifitas Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Melalui Integrasi Dinamis Antara Penyuluhan Pertanian Dan Petani.

Pattimahu, D.V., 2004. Restorasi Lahan Kritis Pasca Tambang Sesuai Kaidah Ekologi. Makalah Mata Kuliah Falsafah Sains, Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor.

Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI. 2006. Bio VA-Mikoriza. Cibinong, Bogor.

Rao, N. S. S., 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI Press, Jakarta. hal 309.

(52)

Santoso. B., 1994. Mikoriza, Peranan dan Hubungannya Dengan Kesuburan Tanah. Malang : Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Scannerini, S., and Bonfante-Fosolo, P., 1983. Comparative Ultrastructural Analysis of Mycorrhizal Associations. Can. J. Bot. p. 917-922.

Semangun. H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal. 351-406.

., 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal. 649-660.

Setiadi, Y., 1991. Aplikasi Mikoriza. Himpunan Makalah Penataran Dosen

Dalam Rangka Peningkatan Mutu Bidang Pertanian, Jakarta. Direktorat

Jendral Perguruan Tinggi Swasta.

Setiawan dan Trisnawati. 1993. Cara Pembudidayaan, Pengelolaan dan Pemasaran Tembakau. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi. p. 342.

Simanungkalit, M. D. R., 1994. Potensi Mikoriza Vesikula Arbuskula Dalam Peningkatan Produktifitas Tanaman Pangan. Laporan Program Pelatihan Biologi dan Bioteknologi, Bogor.

Singh, R. S., 2001. Plant Diseases. Seventh Edition. Oxford & IBH Publishing CO.PVT.LTD. New Delhi.

Smith. S. E., and Read. D. J., 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Second Edition. Academic Press. Harcourt Brace & Company Publisher, London. pp. 32-79.

Soenartiningsih dan H. Talanea, 1997. Potensi Penggunaan Jamur Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) Sebagai Pengendali Patogen Tanah Pada Tanaman Jagung. Dalam Prosiding Kongres XIV dan Seminar Nasional. Vol I. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Palembang. hal 371-373.

Tirta .I. G., 2006. Pengaruh Kalium dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Panili (Vanilla planifolia Andrew). Dalam Jurnal Biodiversitas, Vol VII, No.2. hal 171-174. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bali.

(53)

Lampiran 1. Rataan Persentase serangan Phytophthora nicotianae Pada Tanaman Tembakau Deli Pengamatan 3 mst

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

A1D1 0.00 25.00 0.00 25.00 8.33

A1D2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

A1D3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

A2D1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

A2D2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

A2D3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

A3D1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

A3D2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

A3D3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 0.00 25.00 0.00 25.00

[image:53.595.116.393.351.438.2] [image:53.595.116.429.477.564.2]

Rataan 0.00 2.78 0.00 0.93

Tabel Dwi Kasta Total

Perlakuan D1 D2 D3 Total

A1 25.00 0.00 0.00 25.00

A2 0.00 0.00 0.00 0.00

A3 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 25.00 0.00 0.00 25.00

Tabel Dwi Kasta Rataan

Perlakuan D1 D2 D3 Total Rataan

A1 8.33 0.00 0.00 8.33 2.78

A2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

A3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 8.33 0.00 0.00 8.33

(54)

Persentase Serangan Phytophthora nicotianae Transformasi Arcsin √x

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

A1D1 3.85 30.00 3.85 37.69 12.56

A1D2 3.85 3.85 3.85 11.54 3.85

A1D3 3.85 3.85 3.85 11.54 3.85

A2D1 3.85 3.85 3.85 11.54 3.85

A2D2 3.85 3.85 3.85 11.54 3.85

A2D3 3.85 3.85 3.85 11.54 3.85

A3D1 3.85 3.85 3.85 11.54 3.85

A3D2 3.85 3.85 3.85 11.54 3.85

A3D3 3.85 3.85 3.85 11.54 3.85

Total 34.62 60.77 34.62 130.01

[image:54.595.113.449.103.303.2]

Rataan 3.85 6.75 3.85 4.82

Tabel Dwi Kasta Total Transformasi Arcsin √x

Perlakuan D1 D2 D3 Total

A1 37.69 11.54 11.54 60.77

A2 11.54 11.54 11.54 34.62

A3 11.54 11.54 11.54 34.62

Total 60.77 34.62 34.62 130.01

Tabel Dwi Kasta Rataan Transformasi Arcsin √x

Perlakuan D1 D2 D3 Total Rataan

A1 12.56 3.85 3.85 20.26 6.75

A2 3.85 3.85 3.85 11.54 3.85

A3 3.85 3.85 3.85 11.54 3.85

Total 20.26 11.54 11.54 43.34

Rataan 6.75 3.85 3.85 4.82

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F.05 F.01

Ulangan 2 50.67 25.33 1.00 tn 3.63 6.23

Perlakuan 8 202.67 25.33 1.00 tn 2.59 3.89

Gambar

Gambar 1. Gejala serangan P. nicotianae
Gambar 2. daur hidup jamur P. nicotianae Breda de Hann.
Gambar 3. Phylogeni perkembangan dan taksonomi Ordo Glomales          (Sumber : http://invam.caf.wvu.edu/fungi/taxonomy/classification.htm
Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Dosis Mikoriza Terhadap Persentase Serangan P. nicotianae Pada Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan taman-taman kota yang ada beserta bangunan-bangunan di sekitarnya dapat dikatakan bahwa taman kota merupakan bagian yang cukup penting dalam perancangan

Pemilihan sistem ini bertujuan untuk memilih komponen kritis pada suatu mesin. Penentuan komponen kritis ini melihat komponen mana saja yang memiliki data kerusakan yang

Analisis data yang dilakukan dengan pendekatan komparatif yaitu dengan membandingkan antara pengukuran kinerja yang dilakukan pihak rumah sakit dengan pengukuran

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Pemutihan pulp kertas koran bekas dengan menggunakan konsentrasi asam peroksida di dalam media asam asetat dan lama pemasakan yang berbeda berpengaruh sangat

Terpilihnya beberapa orang dari kelompok “Islam murni” di Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Muktamar ke-45 telah kerap dipandang sebagai pergeseran di dalam gerakan

Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi penelitian

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan ridha-Nya, sehingga Skripsi tentang Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis