LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PLKM) TENTANG
PROSEDUR PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)
DI KPP PRATAMA MEDAN KOTA O
L E H
NAMA : ERNI PURBA NIM : 072600066
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada PRODIP III
Administrasi Perpajakan
PROGRAM DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………. i
DAFTAR ISI………... iv
DAFTAR PUSTAKA……….. vii
LAMPIRAN………...viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………...1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM………..6
C. Ruang Lingkup PKLM………...7
D. Metodologi PKLM………....8
E. Metode Pengumpulan Data………...10
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan pajak Medan Kota……….13
B. Struktur Organisasi Dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota...19
1. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota...19
2. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota... 20
BAB III GAMBARAN TENTANG PPN DAN PPnBM A. Gambaran Data PPN dan PPnBM………. 25
B. Objek dan Subjek Pajak Pertambahan NIlai (PPN) Dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)………. 27
1. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)………..27
2. Objek Pajak Penjualan atas barang mewah (PPnBM)………... 29
3. Subjek Pajak Pertambahan Nilai...30
C. Cara Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)………..32
1. Dasar Pengenaan Pajak………32
2. Tarif PPN dan PPnBM……….34
3. Cara menghitung PPN dan PPnBM……… .37
D. Proses Pendaftaran dan Penilaian Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah………...39
2. Tempat Pajak Terutang Pajak Pertambahan Nilai……….40
E. Batas waktu pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM……… ..42
1. Pembayran dan Penyetoran………39
2. Batas Waktu pembayaran………...40
3. Pelaporan Pajak ……… 42
F. Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan PPN dan PPnBM……… …47
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Pelaksanaan Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Dalam melakukan pembayaran dan pelaporan SPT PPN Untuk Tahun 2008 dan 2009………53
B. Kendala Kendala yang dihadapi Wajib Pajak dalam melaksanakan Pembayaran dan Pelaporan PPN dan PPnBM………60
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik.
Adapun tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan program Diploma III Administrasi perpajakan pada Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik, dan judul laporan yang penulis pilih adalah PROSEDUR PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM) di KPP PRATAMA MEDAN KOTA.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada kedua orang tua saya yang saya banggakan Ayahanda P.Purba dan Ibunda M. Br. Sinaga, yang telah telah membimbing saya dengan penuh cinta dan kasih sayang, memelihara dan memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis sejak kecil sampai saat ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kakak,abang, dan adik saya tersayang atas dukungan dan semangat yang di berikan kepada saya.
Dalam proses penyusunana laporan tugas akhir ini, penulis telah banyak menerima bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak, maka dalam kesempatan ini penulis dengan rasa hormat mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution,MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution.M,Si,selaku ketua jurusan PRODIP III Administrasi Perpajakan FISIP Universitas Sumatera Utara 3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku dosen wali yang telahelah
4. Ibu Siswati, S,Sos, selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
5. Seluruh Dosen dan staf administrasi perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sumatera utara
6. Bapak R. Benny Kisworo selaku kepala kantor pelayanan pajak pratama medan kota yang telah memberikan kami bantuan untuk melakukan riset di kantor tersebut.
7. Seluruh pegawai kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.
8. Buat maz rahmad dhani yang telah banyak memberikan waktu dan dukungan nya kepada saya dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini. 9. Buat seluruh teman-teman seangkatan saya, khususnya Acel, Icha, yang
telah banyak membantu saya, terimakasih atas bantuannya dan persahabatan yang indah di antara kita selama ini.
Penulis menyadari banyak dijumpai kekeliruan yang terdapat dalam laporan tugas akhir ini yang disebabkan karena kesilapan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. Dan akhirnya atas segala bimbingan, dorongan, dan bantuan yang telah diberikan. Penulis tidak dapat membalasnya hanya dengan doa dan permohonan yang dapat penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, semoga kita semua dalam lindungan-Nya.
Medan, Juli 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Di era globalisasi yang semakin modern ini, persaingan antar negara semakin
tampak. Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya melaksanakan pembangunan
disegala bidang. Agar negara Indonesia bisa bersaing diperlukan terwujudnya
pembangunan nasional. Namun pembangunan nasional ini juga akan terwujud dari
peran serta semua masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa sebagai salah satu
elemen dari perguruan tinggi yang dituntut untuk berpikir kritis dan tegas dibidang
yang mereka pilih. Guna mencapai pembangunan tersebut mahasiswa diharapkan
mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya, untuk itu mahasiswa
diwajibkan mengikuti PKLM.
Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk
mempraktikkan teori yang selama ini diperoleh dibangku perkuliahan. Praktik kerja
lapangan mandiri ini memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan
pengetahuan mengenai lingkungan kerja dan kegiatan-kegiatan suatu perkantoran
khususnya dibidang perpajakan. Pengalaman ini merupakan guru yang baik dan
sangat berharga karena semakin banyak praktik yang dilakukan akan semakin
sempurna dan matang bidang yang ditekuni. Dalam melaksanakan PKLM ini,
bahasan yang diambil tentu saja yang berhubungan dengan perpajakan.
Pajak ialah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan sifat pemungutan pajak tersebut, pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar disamping
penerimaan lainnya, misalnya minyak bumi dan gas bumi. Pajak juga merupakan
salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara berasal dari
masyarakat yang diatur dalam bentuk undang-undang dan peraturan pelaksanaan.
Di era pembangunan ini, fungsi pajak tidaklah dapat dilepaskan dengan usaha
pemerintah dibidang pembangunan untuk mencapai kesejahteraan rakyat seluruhnya
sehingga antara pajak disatu pihak dan pembangunan lain merupakan hal yang saling
berpengaruh satu sama lain. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa
pembangunan memerlukan dana yang cukup besar dan salah satu sumber dana
tersebut adalah berasal dari pajak. Pelaksanaan pembangunan tersebut meliputi
berbagai sektor seperti sektor perekonomian dan bisnis, fasilitas umum, pendidikan,
infrastruktur, sarana ibadah, keamanan, kesehatan, dan tidak ketinggalan pula
pembangunan kualitas masyarakat yang dipimpin dan sektor lain yang dianggap
perlu. Karena dengan adanya pembangunan yang baik dan berkesinambungan itu
merupakan wujud dari berhasilnya kepemimpinan dari pemimpin bangsa kita.
Untuk mencapai hal di atas maka dibutuhkan anggaran untuk melaksanakan
yang dibebankan pemerintah kepada warga negaranya. Banyak cara yang dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak, antara lain dengan melakukan
sosialisasi. Bentuk sosialisasi yang dilakukan seperti seminar perpajakan,
penyuluhan, billboard, iklan berjalan, dan lain-lain.
Sejak diberlakukannya reformasi perpajakan pada tahun 1983, maka sistem
perpajakan yang sebelumnya adalah official assessment system yaitu sistem
pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang menjadi self assessment sytem yaitu sistem
yang dalam pungutannya negara memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang, sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan khususnya administrasi
perpajakan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dapat melaksanakan
tugas-tugas pembinaan, pelayanan, dan pengawasan kepada wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Oleh sebab itu, dituntut aparat perpajakan
yang mampu dan bersih dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak termasuk
kemudahan prosedur dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.
Pajak dapat digolongkan menurut sifatnya menurut Mardiasmo (2009 : 5) yaitu:
A. Pajak Subjektif, dimana pajak yang dikenakan berdasarkan kondisi wajib
pajak tersebut.
B. Pajak Objektif, timbulnya kewajiban pajak berdasarkan pada kondisi objek
pajak tanpa memperhatikan keadaan dari wajib pajak.
Pajak Pertambahan Nilai (value added tax) merupakan pajak tidak langsung
yang memberikan konstribusi yang besar bagi penerimaan negara dari pajak. Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atau disingkat PPN dan
PPnBM merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di dalam
daerah pabean) baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. Pajak ini dikenakan
hanya terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai
mata rantai jalur perusahaan . Pertambahan nilai itu timbul karena digunakannya
faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan,
menghasilkan, meyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan
jasa kepada para konsumen. Semua biaya-biaya untuk mendapatkan dan
mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa, tanah, upah kerja dan laba
perusahaan merupakan unsur pertambahan nilai yang nenjadi dasar pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
PPN sebagai salah satu jenis pajak memiliki sumbangan/kontribusi yang
sangat penting, karena meliputi seluruh lapisan masyarakat, di mana hampir seluruh
barang kebutuhan hidup yang dibeli oleh masyarakat merupakan hasil produksi yang
dikenakan PPN. Dalam kewajibannya penerapan tata cara pembayaran dan pelaporan
PPN dan PPn-BM masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari pihak
harus melakukan usaha penyuluhan dan pembinaan, karena pada dasarnya kesalahan
terjadi bukan karena sengaja melainkan karena belum meguasai sepenuhnya
peraturan dan tata cara pelaksanaan yang berlaku.
Administrasi perpajakan dianggap berhasil apabila tercapai suatu
keseimbangan antara pelayanan terhadap wajib pajak dengan penerapan hukum serta
peraturan perpajakan, sehingga dapat mengkonsentrasikan sumber dayanya dalam
mengidentifikasikan informasi yang berhubungan dengan wajib pajak yang gagal.
Untuk melihat kesulitan dan permasalahan yang dihadapi dalam melakukan
pembayaran dan pelaporan tersebut, maka penulis melakukan praktik kerja lapangan
mandiri ( PKLM) yang diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah ilmu
pengetahuan serta dapat menjelaskan segala persoalan yang belum dimengerti.
Dengan dasar inilah penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Kota sebagai tempat penelitian atau tempat PKLM yang hasilnya akan dituangkan
dalam skripsi minor yang berjudul “PROSEDUR PEMBAYARAN DAN
B. TUJUAN DAN MANFAAT PKLM
1. Tujuan Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Setiap pekerjaan selalu memiliki tujuan sesuai dengan yang diinginkan yang
ditentukan pada waktu sebelumnya. Demikian halnya dengan praktik kerja
lapangan yang dilaksanakan ini, diantaranya yaitu:
a. Untuk memperoleh data dan informasi mengenai prosedur pembayaran
dan pelaporan PPN dan PPn-BM.
b. Memperdalam pengetahuan mengenai pajak pusat khususnya PPN dan
PPn-BM.
c. Melihat secara langsung kondisi lingkungan kerja pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Bagi Mahasiswa
a. Bagi penulis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan secara
mendalam tentang pembayaran dan pelaporan PPN dan PPn-BM.
b. Mengaplikasikan teori kedalam permasalahan yang timbul selama
c. Mampu berhubungan dengan orang lain.
d. Untuk mengetahui praktik kerja yang sesungguhnya.
e. Menambah kemampuan berkomunikasi.
Bagi Universitas
a. Menambah hubungan kerjasama antara pihak universitas dengan
instansi pemerintah khususnya tempat PKLM berada.
b. Mempromosikan sumber-sumber potensi dari universitas.
c. Mendorong kemajuan mahasiswa USU di masa mendatang.
d. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan.
e. Memperbaiki universitas dengan persepsi umum. Bagi Pemerintah
a. Membina kerjasama antara lembaga pendidikan dan instansi
pemerintah.
b. Dapat menambah ide-ide baru dalam perpajakan.
C.Ruang Lingkup Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM ini adalah :
b. Kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan pembayaran dan
pelaporan PPN dan PPn-BM.
D.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun metode-metode yang dilakukan dalam pelaksanaan PKLM ini adalah :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan, di mulai dari penentuan
tempat praktik kerja lapangan, mencari bahan untuk pembuatan proposal,
hingga konsultasi dengan pihak dosen.
2. Studi Literature (kepustakaan)
Dalam tahap ini penulis mencari berbagai sumber-sumber bacaan seperti
buku-buku, undang-undang maupun literature yang berhubungan dengan objek
PKLM.
3. Observasi Lapangan
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan data dengan terjun langsung
ke lapangan serta mencari dan mempelajari data yang ada hubungannya dengan
4. Pengumpulan data
Penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan prosedur pembayaran
dan pelaporan PPN dan PPn-BM melalui 2 cara yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
yaitu data yang diambil berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap
lingkungan yang berhubungan dengan penelitian
Dan dalam pembahasan mengenai pembayaran dan pelaporan PPN dan
PPnBM ini penulis melakukan wawancara terhadap salah satu pegawai dalam
kantor pelayanan pajak yang menangani masalah PPN dan PPnBM yaitu
Bapak Rudi Yanto Mangunsong.
b. Data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang digunakan sebagai
data tambahan seperti studi kepustakaan.
Contoh dari studi kepustakaan yang penulis ambil misalnya, buku karangan
dari Mulyo Agung yang khusus membahas mengenai PPN dan PPnBM.
5. Analisis dan Evaluasi
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisis
dan mengevaluasi pelaksanaan prosedur pembayaran dan pelaporan PPN dan
E. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data mengenai
PKLM ini adalah :
1. Metode Interview (wawancara)
Dalam metode interview ini, penulis mengajukan beberapa pertanyaan
langsung kepada para pegawai atau pun kepada informan yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas untuk menambah wawasan atau mampu
memberikan masukan data dan informasi dalam melengkapi laporan ini.
2. Metode Observasi
Yaitu suatu studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung ke
lapangan untuk mengamati, mendengar, dan menyimpulkan hal-hal yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti dan mengerjakan tugas yang diberikan
oleh pihak instansi yang berpedoman dengan ketentuan yang berlaku pada
instansi tersebut.
3. Metode Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar
dokumen yang diperoleh dari pihak instansi, dokumen tersebut dapat berupa
F.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM)
Adapun yang menjadi sistematika penulisan laporan PKLM ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat,
ruang lingkup PKLM, metode praktik kerja lapangan, metode pengumpulan
data, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA
Dalam bab ini penulis menguraikan gambaran umum objek lokasi PKLM
seperti sejarah singkat KPP Pratama Medan Kota, struktur organisasi, uraian
tugas pokok dan fungsi, serta gambaran pegawai.
BAB III GAMBARAN DATA PPN dan PPn-BM
Dalam bab ini penulis menguraikan data mengenai ketentuan, objek dan
subjek, pendaftaran dan pelaporan pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah, dan lain-lain.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis menguraikan kesimpulan masalah-masalah yang
diambil tentang teori dari pelaksanaan PKLM pada saat melaksanakan PKLM
dan beberapa saran yang menjadi bahan masukan bagi tempat praktik kerja.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota
Sejarah umum dari kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan
belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi
menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak
Keuangan Republik Indonesia di Sumatera Utara pada tahun 1976 yang terdiri dari
tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :
a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu
Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk
memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin cepat maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur
(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan
Kota ). Dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat di dalam
pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan kepada Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia No. 267/PMK.01/1989 tanggal 25 Maret 1989,
diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang
mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan (KPPBB). Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan
dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor
pelayanan pajak Medan Kota diatas, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota
berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada
tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor
131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.01/2007
dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang
Organisai dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor.132/PMK.01/2006
tentang Organisasi Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal, Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) diseluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis,
yaitu :
1). KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri dari KPP Wajib Pajak Besar Dua, dan
2). KPP Madya yang tediri dari KPP Penanaman Modal asing, KPP
Perusahaan Masuk Bursa, KPP Badan dan Orang Asing, KPP Madya
Medan, KPP Madya Palembang, KPP Madya Pekanbaru, KPP Madya
Batam, KPP Madya Tangerang, KPP Madya Bekasi, KPP Madya Jakarta
Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP
Madya Jakarta Timur, KPP Madya Jakarta Utara, KPP Madya Bandung,
KPP madya Semarang, KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sidoarjo, KPP
Mada Malang, KPP Madya Balikpapan, KPP Madya Denpasar, KPP
Madya Makasar.
3). KPP Pratama
Beberapa Karakteristik untuk setiap jenis KPP, diantaranya dapat dijelaskan dalam
tabel berikut :
No Uraian KPP WP Besar KPP Madya KPP Pratama
Skala Wajib BUMN & WP Besar WP Besar Kanwil
WP
Menengah
1. Pajak Nasional (Regional)
Badan
2. Jenis Wajib
Pajka
Badan ( Coeporate) (Corporate)
dan Ekspariat
Badan dan
OP
3. Jumlah Wajib
Pajak
300-400 200-500 Ribuan
4. Jenis Pajak PPh, PPN, dan PTLL PPh, PPN dan
PPTL
PPh, PPN,
PTLL, PBB
dan BPHTB
5. PPN Sentralisasi Sentralisasi Desentralisas
i
6. P2PPh Desentralisasi Desentralisasi Desentralisas
i
7 AR Fungsi Sektor Industri Sektor Industri Wilayah
8. Ekstensifikasi
Jumlah
Tidak ada Tidak Ada Jumlah
9. Eselon IV 9 (sembilan) 9 (sembilan)
10. Wilayah Kerja Nasional Regional Lokal
Karakteristik dari KPP ini di mulai pada tahun 2002, di mana pada saat itu
KPP di bagi menjadi 3 bagian yaitu KPP LTO (large tax office), MTO ( middle tax
office), dan STO (small tax office). Pada tahun itu WP hanya berkisar sekitar 300-400
wajib pajak se Indonesia. Di dalam LTO ini lah adanya di sebut sebagai Wajib Pajak
Besar karena merupakan penyumbang terbesar se Indonesia. Dan pembagian atau
pengelompokan KPP WP Besar ini mulai berlaku sejak saat modernisasi perpajakan
hingga saat ini. Skala wajib pajak KPP WP Besar ini adalah BUMN & WP Besar.
BUMN ini seperti Telkom, mandiri, dan WP Besar seperti exsom mobil, caltex.
Dengan pajak bersifat nasional dan jenis pajak yang terdiri dari badan ( corporate).
Jenis pajak dalam KPP WP Besar ini terdiri dari PPh, PPN, PTLL ( pajak tidak
langsung lain-lain). Dalam PTLL ini termasuk didalamnya penerimaan negara bukan
pajak seperti sewa rumah dinas. Pembayaran dalam KPP ini bersifat sentralisasi atau
dlakukan di dalam kantor pusat saja, sedangkan untuk P2PPh dapat bersifat
desentralisasi atau dapat dilakukan di KPP setempat. Adapun fungsi AR( account
representative) ini dIlakukan pada sektor industri.
Selain KPP WP Besar, dalam modernisasi perpajakan ini juga ada KPP
Madya. Dalam KPP ini terdiri dari wajib pajak besar yang berada di Kanwil atau
Madya. Wajib Pajak besar yang tidak termasuk di dalam KPP WP Besar dimasukkan
ke dalam KPP Madya. WP besar di dalam KPP Madya ini merupakan ruang lingkup
KPP tersebut. Adapun skala wajib pajak bersifat regional dengan jenis pajak badan
dan ekspakriat ( Wajib Pajak Luar Negeri) serta jumlah wajib pajak berkisar antara
200- 500 WP. Jenis pajak dalam KPP Madya ini terdiri dari PPh, PPN dan PPTL
dengan pembayaran yang juga bersifat sentralisasi atau di KPP Pusat sedangkan
P2PPH yang bersifat desentralisasi atau dapat dilakukan di KPP setempat dengan
Fungsi AR dibagian sektor industri.
KPP Pratama juga merupakan pembagian dari jenis KPP pada masa
modernisasi yang terdiri dari Wajib Pajak menengah. Tidak termasuk dalam
kelompok KPP WP Besar dan KPP Madya. KPP Pratama ini terdiri dari WP OP dan
Badan dengan jumlah wajib pajak yang terdiri dari ribuan WP. Jenis pajak yang ada
di KPP Pratama ini terdiri dari PPh, PPN, PTLL, PBB, dan BPHTB. Jenis
pembayaran PPN dalam KPP ini bersifat desentralisasi atau dilakukan di KPP
setempat dengan fungsi AR yang bekerja di wilayah KPP tersebut.
Pembentukan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya telah diselesaikan pada akhir
tahun 2006, sedangkan KPP Pratama yang ada saat ini berjumlah 15 KPP Pratama,
yaitu, KPP Pratama dilingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat dan Pembentukan KPP
Pratama untuk seluruh Indonesia yang direncanakan telah diselesaikan akhir tahun
2008.
Sebagai lazimnya KPP yang menerapkan sistem administrasi perpajakan
sistem informasi yang terintegrasi, sumber daya manusia yang kompeten, sarana
kantor yang memadai, tata kerja yang transparan, penggabungan KPP, KPPBB, dan
Karikpa adalah tidak menghilangkan tugas dan fungsi yang sebelumnya ada ke
masing-masing seksi pada KPP Pratama sesuai dengan fungsinya yang sama
digabung menjadi seksi yang ada di KPP Pratama.
Fungsi keberatan (Psl.25 UU KUP dan Psl.16 UU PBB), pengurangan/
penghapusan sanksi administrasi dan pembatalan ketetapan pajak (Psl.36 UU KUP)
dan penghapusan PBB (Psl.19 UU PBB) yang sebelumnya ada di KPP dan KPPBB,
seluruhnya ada di Kanwil.
Fungsi pemeriksaan yang sebelumnya dilaksanakan oleh KPP, Karikpa dan
Kanwil, dilaksanakan KPP Pratama oleh Pejabat Fungsional Pemeriksaan, sedangkan
fungsi pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan semula dilaksanakan oleh
Karikpa Kanwil.
A. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota
a. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota
Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap
dari hubungan-hubungan diantara bidang kerja, namun orang
mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub-Bagian
Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang
kepala seksi.
Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Kota adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang kepala
kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara, di mana seluruh
pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil di bawah naungan Departemen Keuangan
Negara Republik Indonesia.
b. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1 (satu)
bagian dan 6 ( enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun
bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara
lain adalah sebagai berikut :
1). Sub Bagian Umum
2). Seksi Ekstensifikasi
3). Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
5). Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III,IV )
6). Seksi Pemeriksaan
7). Seksi Penagihan
8). Kelompok Jabatan Fungsional
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan
Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi
pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan
Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan
tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata
3. Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak,
penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan,
urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasian dan penatausahaan bagi
hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan,
pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan
penyiapan laporan kinerja.
5. Seksi Pelayanan
Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan
6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan
Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan
kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak,
analisa kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan
evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
7. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan
perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan
dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan
pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP
Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan
berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan seksi Ekstensifikasi.
BAB III
GAMBARAN TENTANG PPN DAN PPn-BM
A. Gambaran Data PPN dan PPnBM.
Menurut UUD 1945 pasal 23 ditentukan bahwa Pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang dipungut berdasarkan
UU No 8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun
2000, yang juga merupakan sumber penerimaan yang tercantum dalam APBN,
termasuk dalam pengertian pajak pusat atau pajak negara. Pajak pertambahan nilai
yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat
dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan,
menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian jasa kepada para
konsumen.
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah atau disingkat dengan PPN dan PPnBM merupakan pajak yang dikenakan
atas konsumsi di dalam negeri di dalam daerah pabean) baik konsumsi barang
maupun konsumsi jasa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pajak
pertambahan nilai dikenakan hanya terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut
beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan. Semua biaya untuk
mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa tanah, upah
kerja, dan laba perusahaan merupakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar
pengenaan pajak.
Adapun yang menjadi sifat pemungutan Pajak Pertambahan Nilai adalah
sebagai berikut:
1. PPN sebagai pajak objektif
Artinya pungutan pajak pertambahan nilai ini berdasarkan objeknya tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
2. PPN sebagai pajak tidak langsung
Sifat ini menjelaskan bahwa secara ekonomis beban Pajak pertambahan nilai
dapat dialihkan kepada pihak lain.
3. Pemungutan PPN Multistage Tax
Pemungutan pajak pertambahan nilai dilakukan pada setiap mata rantai jalur
produksi maupun jalur distribusi dari pabrikan, pedagang besar, sampai dengan
pengecer.
4.PPN dipungut dengan menggunakan alat bukti faktur pajak
Pengusaha kena pajak harus menerbitkan faktur pajak sebagai bukti
pemungutan pajak pertambahan nilai.
6.PPN tidak menimbulkan pajak berganda.
7.PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan barang kena pajak
atau jasa kena pajak dilakukan atas konsumsi dalam negeri.
B. OBJEK DAN SUBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH(PPn-BM)
1.OBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
Dalam perjalanan sejarah UU PPN 1984, dan sejak ditetapkannya nilai
berlaku April 1985 oleh peraturan pemerintah No. 1 Tahun 1985 dan hingga
perubahannya yang terakhir dalam UU Nomor 18 Tahun 2000, objek pajak
pertambahan nilai telah mengalami beberpa kali perubahan, dan yang sesuai dengan
yang tercantum dalam pasal 4 UU PPN Tahun 2000 disebutkan bahwa objek pajak
pertambahan nilai dikenakan atas :
a. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak.
Penyerahan barang kena pajak adalah setiap kegiatan penyerahan barang
kena pajak, sedangkan daerah pabean adalah wilayah RI yang meliputi
wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya. Adapun yang menjadi
- barang berwujud yang diserahkan merupakan barang kena pajak.
- penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean.
b.Impor barang kena pajak
Kegiatan impor merupakan memasukkan barang kena pajak dari luar daerah
pabean ke dalam daerah pabean di Indonesia.
c.Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
pengusaha .
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :
- Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak
- Penyerahan dilakukan di dalam daerah pebean
- Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean, adalah setiap kegiatan pemanfaatan barang kena
pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean karena suatu perjanjian di
dalam pabean. Barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean
dapat berupa hal-hal seperti hak paten, hak menggunakan merk dagang
sebagai pengusaka kena pajak maupun yang berstatus bukan pengusaha
kena pajak, di dalam daerah pabean.
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean, yaitu setiap kegiatan pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean.
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak, yaitu kegiatan ekspor
barang kena pajak adalah mengeluarkan barang kena pajak dari daerah
pabean ke luar daerah pabean di Indonesia.
g. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha
atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan
pihak lain.
h. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjual-belikan olek pengusaha kena pajak, sepanjang pajak masukan yang
dibayar pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan.
2.OBJEK PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ( PPnBM)
Adapun yang menjadi objek pajak penjualan atas barang mewah adalah :
a. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah, adalah pengusaha
yang menghasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut di
Yang dimaksud dengan barang kena pajak yang tergolong mewah antara lain:
1. Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok.
2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
3. Pada umumnya, barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi.
4. Apabila dikonsumsi merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta
mengganggu ketertiban masyarakat, seperti minuman alkohol.
b.Impor barang kena pajak yang tergolong mewah.
3. SUBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Subjek pajak adalah pihak yang diberikan hak dan kewajiban dibidang
perpajakan atas suatu objek pajak. Pada pajak yang bersifat objektif, ada tidaknya
kewajiban perpajakan mula-mula ditentukan oleh ada tidaknya objek pajak. Setelah
diketahui bahwa suatu perbuatan, peristiwa, atau benda-benda merupakan objek
pengenaan pajak, maka baru dicari siapa yang menjadi penanggung jawab pajaknya.
Penanggung pajak atau subjek pajaknya disebut dengan pengusaha kena pajak dan
a. Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau
penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.
Kegiatan yang di lakukan pengusaha kena pajak meliputi :
1. Melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang dapat
dikenakan pajak pertambahan nilai, dalam hal ini adalah pengusaha kena
pajak dan pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
2. Mengekspor barang kena pajak yang dikenakan pajak pertambahan nilai.
b. Bukan Pengusaha Kena Pajak
Subjek pajak pertambahan nilai bukan hanya pengusaha kena pajak saja
(PKP) tetapi yang bukan pengusaha kena pajak juga dapat menjadi subjek pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah sebagaimana diatur dalam
pasal 4 huruf b, huruf d, huruf e serta pasal 16 c UU PPN, berdasarkan pasal-pasal ini
dapat dikenakan pajak pertambahan nilai.
- siapapun yang mengimpor barang kena pajak.
- siapapun yang membangun sendiri tidak dalam kegiatan usaha atau
- siapapun yang memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud dan jasa
kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
C. CARA PERHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn-BM)
1. Dasar Pengenaan Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya dasar
pengenaan pajak pertambahan nilai. Pajak yang dihitung dengan cara mengalikan
tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak (DPP). Dasar pengenaan pajak adalah
jumlah harga jual atau penggantian atau nilai impor atau nilai ekspor atau nilai
lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk
menghitung pajak yang terutang.
Adapun yang dimaksud dengan harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor,
adalah sebagai berikut :
a. Harga Jual
Harga jual menurut undang-undang No. 18 Tahun 2000 adalah nilai berupa
uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
penjual karena penyerahan barang kena pajak, tidak termasuk pajak
pertambahan nilai yang dipungut menurut UU ini dan potongan harga yang
b. Penggantian
Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan jasa kena pajak,
tidak termasuk pajak yang di pungut menurut UU PPN dan potongan harga
yang dicantumkan dalam faktur pajak.
c. Nilai Impor
Adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk impor barang kena
pajak tidak termasuk pajak pertambahan nilai yang dipungut menurut UU
PPN 2000.
d. Nilai Ekspor
Adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
e. Nilai Lain
Adalah suatu jumlah yang ditentukan sebagai dasar pengenaan pajak untuk
menghitung pajak pertambahan nilai. Adapun nilai lain yang dimaksud
1. Untuk pemakaian sendiri barang kena pajak dan atau jasa kena pajak
adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor.
2. Pemberian cuma-cuma barang kena pajak adalah harga jual atau
penggantian setelah dikurangi laba kotor.
3. Kendaraan bermotor bekas adalah 10 % dari harga jual, dan lain-lain.
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
2.1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
- Tarif pajak pertambahan nilai adalah 10 %.
- PPN terutang dihitung dengan mengalikan tarif pajak pertambahan nilai
dengan dasar pengenaan pajak.
- PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang kena pajak di dalam
daerah pabean. Oleh karena itu, barang kena pajak yang di ekspor atau
dikonsumsi di luar daerah pabean, dikenakan pajak pertambahan nilai dengan
2.2. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
a. Tarif PPnBM yang berdasarkan UU No. 18 Tahun 1983 berkisar antara 10
%-35 5 dengan UU No. 11 Tahun 1994 diubah menjadi setinggi-tingginya
50% dengan UU No. 18 Tahun 2000 diubah lagi menjadi
setinggi-tingginya 75%.
Adapun kelompok barang yang tergolong mewah sesuai dengan tarif yang
digunakan yaitu:
- Kelompok barang kena pajak tergolong mewah dengan tarif 10% adalah
a. kelompok kepala susu atau susu yang diasamkan/diragi,
mengandung tambahan gula atau tidak. Seperti keju, mentega,
yoghurt.
b. kelompok minuman yang tidak mengandung alkohol.
c. kelompok produk kecantikan untuk pemeliharaan kulit, kaki, dan
rambut yang dikemas/dibotolkan.
d. kelompok alat rumah tangga seperti pesawat dingin, pesawat
penerima siaran televisi.
- Kelompok barang kena pajak tergolong mewah dengan tarif 20% yaitu :
b. kelompok wangi-wangian.
- Kelompok barang kena pajak tergolong mewah denga tarif 30% yaitu :
a.kelompok kapal atau kendaraan lainnya seperti sampan, kecuali
untuk keperluan negara atau angkutan umum.
b.kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga.
-Kelompok barang kena pajak tergolong mewah dengan tarif 40% yaitu :
a. kelompok minuman tertentu yang mengandung alkohol.
b. kelompok barang yang terbuat dari sutera atau wool.
c. kelompok belum senjata api dan senjata api lainnya, kecuali
untuk keperluan negara.
-Kelompok barang kena pajak tergolong mewah dengan tarif 50%.
a. Kelompok pesawat udara selain yang disebutkan dalam kelompok
40%, kecuali yang digunakan untuk keperluan negara.
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain dalam
-Kelompok barang kena pajak tergolong mewah dengan tarif 75% yaitu :
a. Kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang
termasuk dalam kelompok 40%.
b. Kelompok barang-barang yang sebagian/seluruhnya terbuat dari
batu mulia atau mutiara atau campuran dari padanya.
c. Kelompok kapal pesiar mewah kecuali untuk keperluan negara
atau angkutan umum.
b. Atas ekspor barang kena pajak tergolong mewah dikenakan pajak dengan
tarif 0%.
Pajak penjualan atas barang mewah adalah pajak yang dikenakan atas
konsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah di dalam daerah pabean,
oleh karena itu barang kena pajak tergolong mewah yang dikonsumsi atau
diekspor di kenakan PPnBM dengan tarif 0%.
3. Cara Menghitung Pajak pertambahan Nilai( PPN) dan Pajak penjualan Atas Barang Mewah ( PPnBM)
a. Cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai
Contohnya: PKP Dani dalam bulan Januari 2002 menjual secara tunai barang
kena pajak kepada pengusaha kena pajak Rachmad dengan harga jual Rp
95.000.000,00.
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP Dani adalah
10% x Rp 95.000.00,00 = Rp 9.500.000
PPN sebesar 9.500.000 tersebut merupakan pajak keluaran yang dipungut
oleh PKP Dani.
Pajak keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut olek PKP yang
melakukan penyerahan barang kena pajak, jasa kena pajak, ekspor barang
kena pajak.
b. Cara menghitung Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
PPnBM = TARIF PPnBM x DASAR PENGENAAN
Contohnya: PKP Dani mengimpor barang kena pajak dengan nilai impor
Rp 80.000.000. Atas barang kena pajak tersebut, selain dikenakan PPN juga
dikenakan PPnBM dengan tarif 20%. Perhitungan PPN dan PPnBM yang
terutang atas impor barang kena pajak tersebut adalah :
Dasar pengenaan pajak adalah = 80.000.000
Pajak penjualan atas barang mewah = 20% x 80.000.000 = 1.600.00,00.
D. PROSES PENDAFTARAN DAN PENILAIAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)
1. Saat Terutang Pajak
Secara lebih rinci, saat terutang pajak adalah sebagai berikut :
a. Penyerahan BKP/JKP
Terutangnya pajak atas penyerahan barang kena pajak berwujud yang menurut
sifat atau hukumnya berupa barang bergerak, terjadi pada saat barang kena pajak
tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pada saat barang kena
pajak tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan.
b. Impor barang kena pajak
Terjadi pada saat barang kena pajak tersebut dimasukkan ke dalam daerah
pabean.
c. Penyerahan jasa kena pajak
Terjadi pada saat nilai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak bewujud dari luar daerah pabean
Terutangnya pajak pada saat orang pribadi atau badan tersebut mulai
memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud atau jasa kena pajak
tersebut di dalam daerah pabean.
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean,
Terutangnya pajak terjadi pada saat orang pribadi atau badan tersebut mulai
memanfaatkan jasa kena pajak tersebut di dalam daerah pabean.
f. Ekspor barang kena pajak
Terjadi pada saat barang kena pajak di keluarkan dari daerah pabean.
2 .Tempat Pajak Terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
a. Tempat pajak terutang atas penyerahan barang kena pajak atau jasa kena
pajak di dalam daerah pabean adalah di tempat tinggal atau tempat kedudukan
tempat pengusaha kena pajak.
b. Tempat kegiatan usaha dilakukan.
c. Tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai tempat
pajak terutang atas ekspor barang kena pajak, baik atas permohonan tertulis
d. Dalam hal impor, tempat barang kena pajak dimasukkan dan dipungut
melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai .
E. BATAS WAKTU PEMBAYARAN dan PELAPORAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)
a. Pembayaran /Penyetoran
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut oleh orang pribadi atau
badan yang menyerahkan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak harus
disetor ke kas negara sesuai dengan tanggal yang telah ditetapkan. Penyetoran
dilakukan dengan menggunakan surat setoran pajak atas nama wajib pajak
yang menyerahkan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak. Pemungutan
dan pelaporan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang
mewah pada dasarnya dilakukan bersamaan dengan pemungutan dan
pelaporan pajak pertambahan nilai. Pemungutan pajak penjualan atas barang
mewah menggunakan dokumen yang sama dengan faktur pajak pada saat dan
tempat yang juga sama. Pelunasan pajak penjualan atas barang mewah yang
terutang dilakukan dengan menggunakan surat setoran pajak
selambat-lambatnya pada tanggal 15 pada masa (bulan) berikutnya. Pelaporan pajak
menyerahkan SPT masa PPnBM kepada kantor di mana importer atau
pabrikan yang bersangkutan terdaftar. SPT (Surat Pemberitahuan) masa pajak
penjualan atas barang mewah dibuat dan diserahkan bersamaan dengan SPT
masa pajak pertambahan nilai. Adapun pembayaran pajak dapat dilakukan di
mana saja yang telah ditetapkan seperti kantor pos dan giro dan bank
pemerintah.
b. Batas Waktu Pembayaran
Pajak pertumbahan nilai (PPN) yang dibayar oleh orang pribadi atau
badan yang memanfaatkan barang kena pajak atau jasa kena pajak baik dari
dalam maupun dari luar daerah pabean harus membayar sesuai dengan jenis
pajak yaitu :
1. PPN dan PPnBM impor
Dilunasi oleh wajib pajak bersamaan dengan syarat pembayaran bea
masuk.
2. PPN dan PPnBM impor yang pungutannya dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
- disetor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan pajak
- hasil pemungutan dilaporkan paling lambat 7 hari setelah batas
waktu penyerahan pajak berakhir.
3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh bendaharawan
pemerintah atau instansi pemerintah yang ditunjuk.
- Disetor paling lambat 7 bulan takwim berikutnya setelah masa
pajak berakhir.
- Hasil pemungutan dilaporkan paling lambat 14 hari setelah masa
pajak berakhir.
4. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh pemungut PPN
selain bendaharawan pemerintah atau instansi pemerintah yang
ditunjuk.
a. Disetor paling lambat tanggal 15 bulan takwim berikutnya
setelah masa pajak berakhir.
b. Hasil pemungutan dilaporkan paling lambat 20 hari setelah masa
pajak berakhir.
5. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan SPT
adalah :
1. dibayar dan disetor sesuai batas waktu yang tercantum dalam,
2. setelah dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan
dafar pkp yang belum menyampaikan SPT.
6. PPN dari penyerahan tepung terigu oleh badan urusan longistik atau
BULOG, harus dilunasi sendiri oleh pengusaha kena pajak sebelum
surat perintah pengeluaran barang tersebut, dan harus dilaporkan
dalam SPT masa dan disampaikan kepada kantor pelayanan pajak
setempat paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.
c. Pelaporan Pajak
Bagi PKP dan pemungut, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang
dipungut dan disetor tersebut harus dilaporkan dalam SPT masa PPN untuk
masa pajak terjadinya penyetoran. SPT masa PPN merupakan laporan
bulanan yang harus disampaikan oleh penghasilan kena pajak (pemungut)
meskipun nihil. Bentuk dan isi SPT masa PPN dan PPnBM serta keterangan
dan dokumen harus dilampirkan dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak. Apabila SPT masa PPN tidak atau tidak sepenuhnya dilampirkan
dengan keterangan dan dokumen yang ditetapkan maka SPT masa PPN
dianggap tidak sah. Setiap pengusaha yang berdasarkan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan pajak wajib melaporkan usahanya pada
kantor DJP untuk dikukuhkan menjadi PKP dan kepadanya diberikan Nomor
pelaporan kegiatan usaha pengusaha untuk memperoleh nomor pokok
pengusaha kena pajak (NPPKP) sebagai mana diatur dalam keputusan
Direktorat Jenderal Pajak No. KEP 27/PJ/1995, sebagai berikut:
1. Tempat pelaporan kegiatan
Di kantor pelayanan pajak yang wilayah kerja meliputi tempat tinggal atau
kedudukan dan tempat kegiatan usaha wajib pajak atau pengusaha yang
bersangkutan.
2. Tempat pelaporan usaha bagi pengusaha kena pajak tertentu
Pengusaha kena pajak tertentu adalah PKP, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMD), Penanaman modal
asing, Badan dan Orang Asing dan Perusahaan Go Public, yaitu :
a.Kantor pelayanan Pajak (KPP) perusahaan Negara dan Daerah untuk
badan milik daerah yang berkedudukan di wilayah daerah khusus ibu kota
Jakarta dan seluruh wajib pajak Badan Usaha Milik Negara.
b.Kantor pelayanan Pajak (KPP) penanaman modal asing, untuk seluruh
penanaman modal asing yang tidak Go Public kecuali yang telah resmi
terdaftar pada kantor pelayanan pajak (KPP) tempat wajib pajak
berkedudukan dan wajib pajak penanaman modal asing yang bertempat
kawasan Batam, Pulau Karimun, diberikan kemudahan mendaftar diri dan
melaporkan usahanya pada kantor pelayanan pajak setempat.
c.Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badan dan orang asing untuk seluruh
wajib pajak badan dan orang asing.
d.Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk wajib pajak Badan Usaha Milik
Negara yang berkedudukan di luar daerah khusus ibukota Jakarta.
3. Batas Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM).
Bagi wajib pajak PPN yang telah dipungut harus melaporkan dalam
surat pemberitahuan masa PPN untuk masa pajak yang telah ditentukan yaitu
a. Pajak pertambahan nilai yang dihitung sendiri oleh PKP harus dilaporkan
dalam SPT masa dan disampaikan pada Kantor Pelayanan Pajak setempat
selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.
b. Pajak pertambahan nilai yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan
SPT yang telah dilunasi segera dilaporkan ke kantor pelayanan pajak yang
menerbitkan.
c. Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh:
1. Bendaharawan pemerintah harus melaporkan selambat-lambatnya
2. Selain bendaharawan pemerintah dilaporkan selambat-lambatnya 20
hari setelah masa pajak berakhir.
3.Direktorat jenderal Bea Cukai atas impor harus dilaporkan
selambat-lambatnya 7 hari setelah batas waktu penyetoran pajak
berakhir.
4. Untuk penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh BULOG maka
pajak pertambahan nilai (PPN) dihitung sendiri oleh penghasilan
kena pajak harus dilaporkan dalam SPT masa dan disampaikan
kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat selambat-lambatnya 20
hari setelah masa pajak berakhir.
F. TATA CARA PEMBAYARAN dan PELAPORAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI (PPN) dan PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)
Orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang yang tidak berwujud dari luar daerah pabean,
melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean wajib
mendaftarkan diri kepada kantor pelayanan pajak di mana orang atau badan itu
bertempat tinggal atau berkedudukan dengan cara mengisi formulir pendaftaran.
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak. Pajak Pertambahan Nilai dipungut oleh penghasilan kena pajak dan
atau pemungut pajak pertambahan nilai kemudian harus disetorkan ke kas Negara
sesuai tanggal yang telah ditetapkan dan wajib pajak dapat menyetorkan ke kantor
pos dan giro, Bank pemerintah, kemudian melaporkan SPT masa PPN untuk masa
pajak, terjadi penyetoran SPT masa tersebut diberlakukan sebagai pemungutan
pajak dan atau jasa kena pajak baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
a. Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Bendaharawan
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) yang dipungut bendaharawan selaku pemungut pajak wajib
disetorkan ke Bank atau ke kantor pos paling lambat 7 hari setelah bulan
terjadinya tagihan, bila hari ke tujuh bertepatan dengan hari libur maka
penyetoran harus dilakukan pada hari kerja berikutnya.
2. Pembayaran pajak pertambahan nilai atau pajak penjualan atas barang
mewah dilakukan dengan Surat Setoran Pajak dibuat rangkap 5 atas rekanan
pemerintah dan ditanda tangani oleh bendaharawan.
- Lembar ke-1 untuk PKP rekanan
- Lembar ke-3 untuk PKP rekanan guna dilampirkan kepada SPT
masa PPN
-Lembar ke-4 untuk Bank persepsi atau kantor pos
-Lembar ke-5 untuk arsip bendaharawan
3. Pada setiap lembar faktur pajak wajib dibubuhi cap disetor tanggal dan
ditandatangani oleh bendaharawan.
b. Tata Cara Pelaporan PPN dan PPnBM
1. Pemungutan pajak pertambahan nilai atau penjualan atas barang mewah
yang dilakukan oleh bendaharawan pemerintah harus dilaporkan di kantor
pelayanan pajak tempat bendaharawan terdaftar paling lambat 14 hari
setelah bulan dilakukan pembayaran dan tagihan.
2. Pelaporan dilakukan dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan
masa bagi pemungut pajak pertambahan nilai khusus untuk :
1. Lembar ke-1, dilampiri faktur pajak
2. Lembar ke-2 , untuk KPKN
3. Lembar ke-3, untuk arsip bendaharawan
3. Bila Bank pemerintah atau Bank pembangunan daerah bertindak sebagai
pajak dan Surat Setoran Pajak ditentukan ke Bank yang bersangkutan
melalui bendaharawan yang diwajibkan untuk memungut dan melapor
adalah Bank yang bersangkutan.
4. Apabila dalam satu bulan tidak ada pemungutan, penyetoran laporan
harus tetap dibuat dengan menggunakan laporan nihil.
5. Faktur pajak pertambahan nilai yang tidak dipungut misalkan disebabkan
harga jualnya tidak lebih dari Rp 1.000.000 atau PPN ditanggung
pemerintah dilaporkan dengan mengisi catatan pada bagian yang kosong
pada formulir laporan pemungutan PPN dan PPnBM.
c. Sarana Pembayaran/Penyetoran PPN terutang
Untuk membayar atau menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir
surat setoran Pajak (SSP) yng tersedia di kantor-kantor pelayanan pajak dan
kantor-kantor penyuluhan dan pengamatan potensi perpajakan di seluruh
Indonesia. SSP menjadi sah dan lengkap apabila jumlah PPN dan PPnBM
yang disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum didalam daftar
nominative wajib pajak (DNWP) yang dibuat oleh Bank penerima
pembayaran, kantor pos dan Giro, atau kantor Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai penerima setoran.
Sebagai sarana pelaporan bagi pengusaha kena pajak untuk
PPnBM yang sebenarnya terutang dapat digunakan SPT masa PPN . SPT ini
juga berfungsi untuk melaporkan tentang pengkreditan pajak masukan
terhadap pajak keluaran dan untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan
pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau atas nama pihak lain. SPT
meliputi data- data tambahan sebagai berikut :
1. Untuk SPT masa PPN
- jumlah penyerahan
- jumlah pajak keluaran
- jumlah pajak yang dapat diperhitungkan
- jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
- tanggal penyetoran
2. Untuk SPT masa PPN bagi pemungut
- Jumlah dasar pengenaan pajak
- jumlah pajak yang dipungut
- jumlah pajak yang disetor
- Tanggal penyerahan
3. Untuk SPT masa PPN bagi pengusaha kena pajak pedagang eceran yang
menggunakan nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak.
- Jumlah penyerahan barang dagangan
- Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
- Jumlah penyetoran
4. Untuk SPT masa PPnBM
- Jumlah penyetoran
- Tarif
- Jumlah pajak yang terutang
- Jumlah pajak yang disetor dan tanggal penyetoran
Pengisian SPT harus diisi dengan lengkap, karena jika SPT tidak lengkap
tidak dapat diterima dan harus dikembalikan kepada wajib pajak, SPT yang lengkap
adalah SPT yang semua elemen SPT induk dan semua lampiran yang disyaratkan
telah diisi dan dilampirkan secara lengkap serta telah ditandatangani oleh wajib pajak
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini, penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap hasil-hasil
penelitian yang diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota. Dalam bab ini,
penulis akan membandingkan teori-teori yang diuraikan pada bab III dengan
kenyataan yang ada dalam lapangan sehingga penulis dapat melihat dan menilai
sampai sejauh mana teori-teori yang ada tersebut diterapkan oleh wajib pajak dalam
kehidupan sehari-hari.
Adapun masalah-masalah yang akan dianalisa dan dievaluasi oleh penulis adalah
sebagai berikut.
a. Pelaksanaan kepatuhan PKP dalam melakukan pembayaran dan pelaporan SPT
PPN untuk tahun 2008-2009
b. Kendala-kendala yang dihadapi wajib pajak dalam melaksanakan pembayaran
dan pelaporan PPN dan PPnBM
A. Pelaksanaan Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Dan Pelaporan SPT Pajak Pertambahan Nilai Untuk Tahun 2008 & 2009.
Untuk melihat pelaksanaan kepatuhan pengusaha kena pajak di bawah ini
disajikan. laporan data statistik penerimaan SPT.
Penerimaan SPT Masa PPN Statistik Di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Tahun 2008-2009
Berdasarkan data diatas untuk lebih rinci, maka dapat di lihat pada tabel di bawah ini Statistik Penerimaan SPT Masa PPN / PPnBM
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Tahun 2008
Statistik Penerimaan SPT Masa PPN/PPnBM Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Tahun 2009
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Keterangan:
Untuk SPT nihil secara keseluruhan (Global) adalah sebagai berikut
Untuk tahun 2008 Untuk tahun 2009
SPT Nihil SPT Nihil
Dari perhitungan persentas diatas dapat kita lihat bahwa pelaporan SPT PPN
Nihil di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota untuk tahun 2009 mengalami
sedikit kenaikan sebesar 1,73%. Ini berarti tingkat kepatuhan wajib pajak khususnya
pengusaha kena pajak dalam melakukan pelaporan SPT masa PPN sedikit lebih baik
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara untuk pelaporan SPT masa PPn
lebih bayar mengalami penurunan sebesar -0,46%, dan sebaliknya untuk SPT masa
Untuk SPT Nihil tahun 2008
Untuk SPT Nihil tahun 2009
Usaha industri = 100% 6,09%
Dari pelaporan SPT PPN Nihil beberapa usaha diatas, dijelaskan bahwa untuk
jenis usaha industri dan jasa mengalami penurunan sebesar 0,5% dan 3,28%. Adanya
penurunan tersebut menandakan bahwa masih adanya PKP yang belum mampu
melakukan penghitungan PPN/PPnBM terutang dengan baik dan benar. Sebaliknya
untuk usaha dagang mengalami kenaikan sebesar 3,78% yang artinya jumlah PKP
jumlah pajak terutang untuk tahun 2009 lebih banyak di bandingkan dengan tahun
2001.
Untuk SPT Lebih Bayar Tahun 2008
Usaha Industri = 100% 8,99%
Untuk SPT Lebih Bayar Tahun 2009
Usaha Industri = 100% 8,63%
Dalam pelaksanaan penerimaan pelaporan SPT PPN/PPnBM Lebih Bayar di
wilayah KPP Medan Kota tahun 2009 lebih sedikit dibandingkan tahun 2008.
Pelaporan SPT lebih bayar ini terjadi karena adanya kelebihan jumlah pajak yang
dibayar artinya jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak terutang.
Ketetapan Pajak Lebih Bayar) dan apabila wajib pajak menerima dan menghendaki
pengembalian (restitusi) maka wajib pajak harus mengajukan secara tertulis, dan bila
tidak terjadi wajib pajak di anggap melakukan kompensasi.
Untuk SPT Kurang Bayar Tahun 2008
Usaha Industri = 100% 11,35%
Untuk SPT Kurang Bayar tahun 2009
Usaha Undustri = 100% 11,47%
Kenaikan penerimaan SPT Kurang Bayar (KB) ini terjadi karena
kemungkinan adanya wajib pajak yang tidak beritikad baik dalam melakukan
penyampaian SPT. Bila terjadi hal seperti ini maka Direktorat Jenderal pajak akan
membayar Pajak terutang, maka akan diterbitkan SKPKB (Surat Ketetapan Kurang
Bayar) yang disertai beberapa sanksi, yaitu sanksi administrasi sebesar 2% dan
kenaikan sebesar 100%. Dengan adanya pengenaan sanksi ini diharapkan penerimaan
SPT Kurang Bayar, khususnya PPN dan PPnBm semakin berkurang.
Kendala Kendala Yang dihadapi Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran dan
pelaporan PPN dan PPnBm yaitu :
Dari analisa diatas penulis memperoleh beberapa faktor yang menjadi hambatan
Wajib Pajak dalam melaksanakan pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM
yaitu :
a. Sebagian masyarakat tidak merasakan langsung pembayaran pajak
sehingga masih banyak penerimaan SPT yang masih kurang bayar
dari jumlah pajak yang terutang.
Masyarakat yang tidak mau melakukan pembayaran ini di sebabkan
karena mereka tidak melihat atau pun merasakan langsung
pembayaran pajak sebagaimana yang di janjikan oleh pemerintah.
Seperti pembangunan jalan di wilayah mereka tinggal atau pun yang
lainnya.
b. Rentang waktu pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM terlalu
Rentang waktu antara pembayaran dan pelaporan PPN dan PPnBM
sangat dekat sehinnga membuat masyarakat yang mempunyai banyak
kesibukan tidak sempat dalam melakukan kewajibannya.
c. Kekurang mengertian Wajib Pajak dalam peraturan perpajakan yang
sering berubah-ubah.
Sering nya peraturan perpajakan yang mengalami perubahan
membuat masyarakat bingung dan tidak bisa melaksanakan
kewajibannya sesuai dengan peraturan yang baru tersebut.
d Kurangnya sosialisasi tentanmg pengetahuan perpajakan.
Masih banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui secara tepat
kemana penggunaan dari uang yang disetorkan oleh masyarakat
tersebut membuat masyarakat tidak mau untuk melakukan
pembayaran.
Adapun usaha yang dilakukan KPP Pratama Medan Kota dalam
menghadapi kendala tersebut adalah sebagai berikut :
1. Adanya pembagian tugas yang sesuai dengan keahlian masing-masing
pegawai untuk menangani masalah pajak yang dibahasnya. Misalnya
AR ( account representative) dalam kantor pajak membuat
2. Pemberian penyuluhan perpajakan kepada masyarakat agar mereka
tahu bagaimana tata cara pembayaran dan pelaporan PPN dan
PPnBM, sehingga dalam pelaksanaan kewajiban tersebut, kesalahan
maupun kekeliruan dalam pengisian SPT bisa diminimalkan.
3. Adanya informasi atau pemberitahuan dari KPP baik melalui
spanduk, brosur, internet tentang batas waktu pembayaran SPT
sehingga masyarakat serta WP tidak lupa akan kewajibannya untuk
melaporkan PPN yang terutang.
4. Diberikannya buku petunjuk yang sesuai dengan
perundang-undangan yang terbaru mengenai pembayaran dan pelaporan PPN dan
PPnBM kepada WP sehingga WP tersebut bisa memahami pengisian
dan penyampaian SPT dengan baik dan benar.