UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI PADA INDUSTRI
TEKSTIL DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
NAMA : THERESIA DIAN L. HUTABARAT NIM : 060503103
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Pengaruh Struktur
Modal dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada
Industri Tekstil dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah
benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 7 Mei 2010
Yang membuat pernyataan
Theresia Dian Lestari Hutabarat
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan
penyertaanNya sejak penulis mencari ide, mengajukan, menyusun hingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini
adalah untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas
Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, kerja sama semua pihak yang telah turut
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail,
M.M, Ak selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji I dan Ibu
Dra. Salbiah, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji II atas segala saran dan
5. Kedua orangtua saya, T. Hutabarat dan R. L.Tobing yang senantiasa
melimpahkan kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moral dan
materiil, serta selalu mendoakan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk
itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 7 Mei 2010
Peneliti,
Theresia Dian Lestari Hutabarat
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan perputaran modal kerja terhadap rentabilitas modal sendiri perusahaan secara empiris, baik secara parsial maupun secara simultan. Struktur modal diuji dengan
Debt to Equity Ratio (DER), perputaran modal kerja diuji dengan Working Capital Turnover (WCT), dan rentabilitas modal sendiri diuji dengan Return On Equity (ROE).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2004-2008. Sampel dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan-perusahaan yang diseleksi dengan kriteria tertentu dengan purposive sampling method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan dari Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008 dan Indonesian Capital Market Directory 2008. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dan dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DER dan WCT secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel DER dan WCT tidak berpengaruh segnifikan terhadap rentabilitas modal sendiri.
ABSTRACT
The purpose of this research is empirically to know the influence of capital structure and working capital turnover to return on equity either partially and simultaneously. Capital structure is measured by debt to equity ratio and working capital turnover is measured by working capital turnover ratio.
This research is classified as causal reseach. The populations of this research are textile and garment companies which listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) during 2004 to 2008. The samples of this research are 12 textile and garment companies which were selected with certain criterias by purposive sampling method. The data sources of this research are secondary data from publicised annual reports for the 2004-2008 period and from the Indonesian Capital Market Directory 2008. Statistic method uses multiple regression analysis and the model has tested in classic assumption first.
The result indicates that DER and WCT have significantly influence to return on equity. Partially, DER and WCT have no influence to return on equity.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ...i
KATA PENGANTAR ...ii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT ...v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Perumusan Masalah ...6
C. Tujuan Penelitian ...7
D. Manfaat Penelitian ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ...8
1. Modal ...8
2. Struktur Modal ...10
3. Teori Struktur Modal ...10
a. Teori Modigliani dan Miller ...11
c. Teori Pecking Order ...15
d. Teori Trade Off ...17
4. Modal Kerja ...19
a. Pengertian Modal Kerja ...19
b. Jenis-Jenis Modal Kerja...21
c. Pentingnya Modal Kerja ...22
5. Perputaran Modal Kerja ...23
6. Rentabilitas ...25
a. Rentabilitas Ekonomis ...26
b. Rentabilitas Modal Sendiri ...27
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu...28
C. Kerangka Konseptual ...32
D.Hipotesis Penelitian ...33
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...34
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...34
C. Jenis dan Sumber Data ...35
D. Metode Pengumpulan Data ...36
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ...36
F. Metode Analisis Data...38
1. Pengujian Asumsi Klasik ...38
2. Pengujian Hipotesis ...41
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Statistik Deskriptif ...43
B. Pengujian Asumsi Klasik ...44
1. Uji Normalitas ...44
2. Uji Moltikolinearitas ...48
3. Uji Autokorelasi ...49
4. Uji Heteroskedastisitas ...50
C. Analisis Regresi ...53
1. Persamaan Regresi ...53
2. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi...55
3. Pengujian Hipotesis ...56
D. Analisis Hasil Penelitian ...59
E. Implikasi Hasil Penelitian ...60
1. Pengaruh Struktur Modal terhadap Rentabilitas Modal Sendiri ....61
2. Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Rentabilitas Modal Sendiri ...62
3. Pengaruh Struktur Modal dan Perputaran Modal Kerja terhadap Rentabilitas Modal Sendiri ...63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...64
B. Keterbatasan Penelitian ...65
C. Saran ...65
DAFTAR TABEL
Nama Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 31
Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 35
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 42
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 43
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ... 45
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 46
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 50
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Park ... 53
Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi... 54
Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi ... 56
Tabel 4.9 Hasil Uji F ... 57
DAFTAR GAMBAR
Nama Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 32
Gambar 4.1 Grafik Histogram... ... 47
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Halaman
Lampiran 1 Debt to Equity Ratio ... 69
Lampiran 2 Working Capital Turnover ... 70
Lampiran 3 Rentabilitas Modal Sendiri ... 71
Lampiran 4 Data Variabel Penelitian (Sebelum Ditransformasi) ... 72
Lampiran 5 Data Variabel Penelitian (Setelah Ditransformasi) ... 74
Lampiran 6 Statistik Deskriptif ... 76
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas Sebelum dan Setelah Transformasi, Histogram, dan Grafik Normal P-Plot ... 77
Lampiran 8 Hasil Uji Moltikolinearitas... 78
Lampiran 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79
Lampiran 10 Hasil Uji Autokorelasi ... 80
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan perputaran modal kerja terhadap rentabilitas modal sendiri perusahaan secara empiris, baik secara parsial maupun secara simultan. Struktur modal diuji dengan
Debt to Equity Ratio (DER), perputaran modal kerja diuji dengan Working Capital Turnover (WCT), dan rentabilitas modal sendiri diuji dengan Return On Equity (ROE).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2004-2008. Sampel dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan-perusahaan yang diseleksi dengan kriteria tertentu dengan purposive sampling method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan dari Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008 dan Indonesian Capital Market Directory 2008. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dan dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DER dan WCT secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel DER dan WCT tidak berpengaruh segnifikan terhadap rentabilitas modal sendiri.
ABSTRACT
The purpose of this research is empirically to know the influence of capital structure and working capital turnover to return on equity either partially and simultaneously. Capital structure is measured by debt to equity ratio and working capital turnover is measured by working capital turnover ratio.
This research is classified as causal reseach. The populations of this research are textile and garment companies which listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) during 2004 to 2008. The samples of this research are 12 textile and garment companies which were selected with certain criterias by purposive sampling method. The data sources of this research are secondary data from publicised annual reports for the 2004-2008 period and from the Indonesian Capital Market Directory 2008. Statistic method uses multiple regression analysis and the model has tested in classic assumption first.
The result indicates that DER and WCT have significantly influence to return on equity. Partially, DER and WCT have no influence to return on equity.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam masa pembangunan seperti saat ini, persaingan di sektor industri
maupun jasa semakin tajam. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan berupaya
untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan
mengembangkan usahanya atau ekspansi. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan
antara lain menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam maupun di luar perusahaan serta mengupayakan agar setiap sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan digunakan secara efektif dan efisien. Ekspansi yang
dilakukan oleh perusahaan tidak hanya untuk mempercepat perkembangan
perusahaan, tetapi juga untuk mengantisipasi permintaan pasar yang selalu
meningkat dari waktu ke waktu. Dalam mengembangkan usahanya atau ekspansi,
pada umumnya perusahaan membutuhkan modal yang besar, sehingga selain
menggunakan modal sendiri juga dibutuhkan modal pinjaman.
Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang
terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman, dimana modal sendiri terdiri dari
berbagai jenis saham dan laba ditahan. Modal pinjaman terdiri dari berbagai
hutang yang meliputi berbagai jenis obligasi, hutang hipotik dan lain-lain. Dalam
menentukan struktur modalnya, perusahaan harus menentukan proporsi yang tepat
besar akan memperbesar risiko tidak terbayarnya beban tetap berupa bunga dan
pinjaman pokok tanpa melihat apakah perusahaan sedang mengalami untung atau
rugi dan mampu memenuhi setiap kewajibannya.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagian besar berdiri diatas struktur
modal yang bertumpu pada hutang. Ketimpangan struktur modal yang bertumpu
pada hutang menjadi lebih buruk ketika beban bunga menjadi tinggi dan
terdepresiasinya nilai rupiah. Pada tahun 1997 sekitar 150 perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEJ memiliki ratio rata-rata perbandingan antara total hutang
dengan modal sendiri (Debt To Equity Ratio) sebesar 4,73 (JSX Statistik , 1997).
Walaupun terdapat kecenderungan penurunan, namun pada kwartal pertama
ditahun 1998 rata-rata DER untuk 150 perusahaan manufaktur tergolong tinggi
yaitu 2,46 (JSX Statistik 1st Quarter, 1998).
Dalam perkembangan lima tahun terakhir, perusahaan manufaktur seperti
industri tekstil memiliki DER (Debt to Equity Ratio) yang rendah, yang
menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur lebih menyukai pembiayaan dengan
modal sendiri daripada menggunakan dana dari pihak luar. Hal tersebut sejalan
dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan menyukai
internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba
ditahan) daripada pendanaan dari luar. Hal ini tidak terlepas dari usaha untuk
meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata pihak eksternal karena hutang
memberikan risiko yang tinggi, artinya perusahaan harus mampu mengambil
keputusan di tengah tawaran akan manfaat dari leverage atau menjaga
Selain struktur modal yang tepat, perusahaan juga harus bertindak hati-hati
dalam menetapkan besarnya modal kerja. Modal kerja yang ditanamkan terlalu
besar akan menimbulkan dana yang tidak produktif dan sebaliknya jika
perusahaan kekurangan modal, maka aktivitas perusahaan terhambat. Semakin
besar modal kerja yang dimiliki suatu perusahaan mengindikasikan semakin baik
kondisi perusahaan tersebut karena perusahaan memiliki sumber daya yaitu aktiva
lancar yang besar untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.
Namun kondisi ini berbanding terbalik dengan perputaran modal kerja. Modal
kerja yang berlebih menunjukkan perputaran modal kerja yang rendah yang
disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang, atau adanya saldo kas yang
terlalu besar. Sebaliknya kekurangan modal kerja menunjukkan perputaran modal
kerja yang tinggi yang disebabkan tingginya perputaran persediaan, piutang, atau
saldo kas yang terlalu kecil sehingga jumlah aktiva lancar tidak mampu menutupi
hutang lancar, hal inilah yang akan menimbulkan kerugian atau hilangnya
kesempatan untuk memperoleh laba karena perusahaan kekurangan modal kerja
untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya. Inilah yang menjadi
pokok permasalahan bagi pihak manajemen selama ini yaitu seberapa besar modal
kerja yang harus ditetapkan perusahaan dan bagaimana seharusnya perputaran
modal kerja yang baik dalam suatu perusahaan.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu
disebut rentabilitas atau profitabilitas. Masalah rentabilitas ini penting bagi
kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Bagi pimpinan perusahaan,
tidaknya perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi penanam modal dapat
digunakan sebagai tolak ukur prospek modal yang ditanamkan dalam perusahaan
tersebut. Suatu perusahaan dikatakan rendabel apabila perusahaan tersebut dapat
beroperasi secara stabil dalam jangka waktu yang panjang. Rentabilitas bagi
perusahaan adalah kemampuan menggunakan modal kerja secara efisien dan
memperoleh laba yang besar sehingga perusahaan tidak akan mengalami kesulitan
mengembalikan hutang-hutangnya baik hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang. Semakin besar rasio rentabilitas berarti semakin besar pula
kemampuan perusahaan itu menghasilkan laba bagi pemilik modal sendirinya
(Higgins, 1995 : 49).
Perkembangan industri tekstil dan garmen di Indonesia menarik untuk
dicermati. Industri ini merupakan salah satu industri yang bertahan di tengah
kondisi perekonomian Indonesia. Industri tekstil dan garmen merupakan industri
padat karya (Labour Intensive) yang sedikitnya telah menyerap 1,8 juta pekerja.
Disamping itu industri tekstil dan garmen juga memberikan devisa yang cukup
besar melalui kontribusi dalam komoditi ekspor non-migas. Dunia usaha
Indonesia termasuk industri tekstil dan garmen saat ini mengalami banyak
permasalahan antara lain semakin maraknya produk impor, meningkatnya harga
bahan baku, dan kondisi permesinan yang umumnya sudah tergolong tua.
Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang topik yang serupa
namun variabel yang sedikit berbeda, diantaranya adalah Raya (2008) meneliti
pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas (return on equity) pada perusahaan
dengan menggunakan analisis statistik uji-t diperoleh kesimpulan debt to asset
ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return on equity (ROE).
Hasil penelitian Raya (2008) berbeda dengan hasil penelitian Herawati (2007)
yang meneliti pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Rentabilitas Modal
Sendiri pada PT Inti Bandung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa DER
berpengaruh positif terhadap rentabilitas modal sendiri atau return on equity.
Marselina (2008) meneliti pengaruh perputaran modal kerja dan perputaran
aktiva operasi terhadap rentabilitas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
perputaran modal kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial
sedangkan perputaran aktiva operasi memiliki pengaruh. Kedua variabel tersebut
secara simultan berpengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri. Hasil penelitian
tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2005) yang
meneliti pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap Return On
Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdapat di BEJ
Tahun 2000-2003. Hasil penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa tidak ada
pengaruh perputaran modal kerja terhadap ROE sedangkan modal kerja
berpengaruh terhadap ROE.
Alasan diadakannya penelitian ini adalah untuk menguji kembali
variabel-variabel yang mempengaruhi rentabilitas modal sendiri, khususnya struktur modal
dan perputaran modal kerja, apakah hasil penelitian tersebut konsisten dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya khususnya pada industri tekstil dan garmen
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
data yang digunakan, dan jenis usaha perusahaan yang diteliti. Adapun penelitian
terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Marselina (2008) dengan
judul Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Aktiva Operasi terhadap
Tingkat Rentabilitas pada Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di
BEJ Tahun 2005-2007 dan penelitian Herawati (2007) dengan judul Pengaruh
Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada PT Inti
Bandung.
Penulis tertarik untuk meneliti industri tekstil dan garmen karena industri
tekstil dan garmen di Indonesia masih memiliki peran yang cukup besar terhadap
perekonomian nasional meskipun tak putus didera masalah hingga saat ini.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengaplikasikannya dalam suatu kajian
ilmiah yang berjudul ”Pengaruh Struktur Modal dan Perputaran Modal
Kerja terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah struktur modal dan perputaran modal kerja berpengaruh terhadap
rentabilitas modal sendiri baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka
tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui struktur modal dan perputaran modal kerja terhadap
rentabilitas modal sendiri baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan
industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut:
1. Bagi penulis, diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dari
bidang dan hasil penelitian.
2. Bagi Perusahaan dan calon investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu dalam membuat keputusan investasi yang tepat dan dapat menjadi
bahan masukan bagi pihak manajemen dalam upaya meningkatkan laba
perusahaan.
3. Bagi Pembaca dan Pihak-Pihak lainnya, sebagai bahan referensi dan sumber
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal
Struktur modal merupakan perbandingan atau proporsi dari total hutang dengan
modal sendiri dalam perusahaan. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan
sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai
perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan. Dana yang
diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik
perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang bagi
perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
Dalam penelitian ini struktur modal diukur dalam skala rasio yaitu Debt to Equity
Ratio (DER). Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak
memanfaatkan hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Artinya, semakin besar Debt
to Equity Ratio mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga
kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya rendah, hal ini berarti bahwa risiko
perusahaan (financial risk) relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi menyebabkan
investasi pada suatu saham akan kurang menarik, akibatnya harga saham akan turun.
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan
keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehinggsa memaksimalkan harga saham
(Weston dan Brigham, 1994:602). Jika pengembalian hutang menghasilkan tingkat
pengembalian yang lebih tingi daripada resiko yang diterima maka struktur modal
Resiko yang sama besarnya dengan tingkat pengembalian oleh perusahaan menunjukkan
keadaan struktur modal yang optimal.
2. Teori Struktur Modal
a. Teori Modigliani dan Miller
Sebuah perusahaan menerapkan kebijaksanaan yang berbeda dalam menentukan
struktur modalnya dengan tujuan meningkatkan laba. Struktur modal perusahaan
haruslah dapat memaksimumkan laba bagi kepentingan modal sendiri atau ekuitas
yang tercermin dari ROE. Penggabungan berbagai sekuritas yang berbeda pada
perusahaan dikenal dengan struktur modal. pilihan kombinasi pada struktur modal
pada dasarnya merupakan masalah pemasaran. Perusahaan dapat mengeluarkan
kombinasi tak terhitung dari berbagai sekuritas, tetapi perusahaan tetap mencari
kombinasi yang dapat memaksimalkan nilai pasar perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Brealey dan Myers terdapat dua pendekatan dalam kaitannya dengan
struktur modal yang dinamakan proporsi I dan proporsi II. Pendekatan teori struktur
modal yang digunakan dalam kaitannya dengan penetapan struktur modal yang
mempertimbangkan tingkat keuntungan dan risiko adalah teori dari Modigliani dan
Miller. Teori tersebut dikenal dengan proporsi II. Seperti yang diungkapkan Brealey
dan Myers, Modigliani dan Miller mempublikasikan teorinya yang dikenal dengan
proporsi II, dimana dikatakan bahwa laba yang diharapkan oleh pemegang saham
akan meningkat dengan adanya penggunaan hutang dalam struktur modal
perusahaan. Kemudian Modigliani dan Miller melakukan revisi teori sebelumnya
dengan memasukkan faktor pajak perusahaan, yang menyebutkan bahwa bunga yang
dibayarkan perusahaan sebagai akibat dari penggunaan hutang dapat digunakan
untuk mengurangi laba yang dikenakan pajak penghasilan atau disebut dengan
b. Agency Theory
Menurut teori ini, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi
konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Pemegang saham dengan manajemen
juga akan mengalami konflik kepentingan. Pada konflik yang pertama, jika hutang
mencapai jumlah yang signifikan dibandingkan dengan saham, maka pemegang
saham akan tergoda melakukan substitusi asset. Dalam hal ini pemegang saham akan
beroperasi dengan meningkatkan risiko perusahaan. Risiko perusahaan yang
meningkat menguntungkan bagi pemegang saham karena kemungkinan memperoleh
keuntungan yang tinggi akan semakin besar. Sebaliknya, hal tersebut bukan
merupakan berita baik bagi pemegang hutang. Pay-off pemegang hutang akan tetap
sebesar bunga yang dibayarkan, tidak peduli berapa besarnya keuntungan yang
diperoleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham akan memperoleh bagian
terbesar jika keuntungan perusahaan meningkat. Jika terjadi kerugian, pemegang
saham tidak terlalu merugi karena taruhannya di perusahaan (proporsi saham di
perusahaan) tidak terlalu besar jika hutang semakin banyak. Untuk mencegah hal
tersebut, pemegang hutang akan membebani bunga yang semakin tinggi dengan
meningkatnya hutang. Struktur modal dengan demikian merupakan kompromi antara
kepentingan pemegang saham dengan pemegang hutang.
Dalam kondisi kedua, jika manajemen tidak mempunyai saham di perusahaan,
maka keterlibatan manajer akan semakin berkurang. Dalam situasi tersebut manajer
akan cenderung mengambil tindakan yang tidak sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Ada konflik antara pemegang saham dengan manajer. Konflik
tersebut bisa dipecahkan jika manajemen mempunyai saham 100% di perusahaan.
Dalam kondisi tersebut kepentingan manajer dengan pemegang saham akan
dihadapi tidak terlalu tinggi), dan akan terjadi kepemilikan manajemen yang parsial
(tidak 100%). Trade off semacam ini akan mengarah pada struktur modal yang
optimal.
Konflik ini dapat juga terjadi apabila manajer perusahaan mempunyai terlalu
banyak uang kas yang digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas
tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkannya atau untuk fasilitas
pribadi. Erat kaitannya dengan konflik antara pemegang saham dengan manajer
adalah konsep free cash flow (Jensen, 1985). Arus kas bebas (free cash flow) adalah
arus kas lebih yang dibutuhkan untuk mendanai semua proyek yang memiliki nilai
netto sekarang saat didiskonto pada biaya modal yang relevan. Jensen berpendapat
dalam arus kas bebas yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah
dan keputusan yang buruk bukan demi kepentingan pemegang saham biasa
perusahaan. Sebaliknya dengan arus kas yang bebas dan terbatas, manajer
seharusnya mengurangi pengeluaran yang terlalu boros.
Berdasarkan Keown (2001:557,558) “mengurangi arus kas berlebih dengan
mengalirkan arus kas kembali ke pemegang saham, dengan cara ini perusahaan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dengan cara meningkatkan harga
saham”. Dari kedua hal ini terdapat pertentangan antara tujuan manajer dengan
tujuan dari perusahaan tersebut. Karena manajer diangkat oleh pemegang saham
maka mereka dituntut untuk mengikuti keinginan pemegang saham (the best of
interest of stockholders), namun manajer tidak ingin kepentingannya juga terabaikan.
c. Pecking Order Theory
Teori pecking order (dalam Brigham, Houston 2001:5,6) pertama sekali
dikemukan Myers dan Majluf (1984) dan pada teori ini Myers (1989) secara ringkas
a. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk kesempatan berinvestasi. b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang
sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.
c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan pertama memilih menerbitkan sekuritas hutang dahulu, lalu menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.
Menurut Myers dan Majluf, ada simetri informasi antara manajer dengan pihak
luar:
Manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan pihak luar. Pada saat harga saham menunjukkan nilai yang terlalu tinggi (overvalue), manajer akan cenderung mengeluarkan saham (memanfaatkan harga yang terlalu tinggi). Tentunya pihak luar (pasar) tidak mau ditipu. Karena itu pada saat penerbitan saham baru diumumkan, harga akan jatuh karena pasar menginterpretasikan bahwa harga saham sudah overvalue. Teori tersebut bisa menjelaskan fenomena jatuhnya harga saham pada saat terjadi pengumuman penerbitan saham baru, yang sering dijumpai.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang
profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal ini bukan
disebabkan karena perusahaan mempunyai target debt to equity ratio yang
rendah, tetapi karena perusahaan tersebut cenderung memerlukan external
financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung
mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup dan
hutang merupakan sumber yang lebih disukai (Husnan, 1996:325). Hipotesis
pecking order theory dikembangkan oleh Stewart Myers pada tahun 1984.
Hipotesis ini berdasarkan pada dua asumsi : (1) para manajer lebih baik
mendapatkan informasi mengenai peluang investasi yang dihadapi oleh
perusahaannya dibandingkan dengan investor dari luar (sebuah informasi
asimetris); (2) para manajer bertindak dalam perhatian yang baik pada
Model ini telah dianggap berhasil karena dapat menjelaskan : (1) kenapa
rasio pinjaman dan profitabilitas terkait secara berlawanan; (2) kenapa pasar
beraksi negatif kepada semua penerbitan saham baru dan kenapa para
manajer terlihat mengeluarkan saham tersebut hanya ketika mereka tidak ada
pilihan lain (mengikuti penurunan tak terduga dari pendapatan) atau mereka
merasa nilai saham perusahaan over-valued; dan (3) kenapa para manajer
yang bahkan berasal dari perusahaan terkemuka memilih untuk memegang
kas lebih banyak dan menerbitkan punjaman yang lebih sedikit dibandingkan
teori trade off. Mengingat teori trade off menjelaskan level pinjaman yang
diobservasi secara baik, teori pecking order menawarkan penjelasan superior
yang lebih jauh untuk mengobservasi perubahan struktur modal terutama
yang melibatkan penerbitan sekuritas.
Namun teori pecking order tidak dapat menjelaskan semua regulasi
struktur modal yang diobservasi dalam prakteknya. Sebagai contoh, teori ini
kalah dalam perbandingan dengan teori Trade Off dalam ketidakmampuannya
untuk menjelaskan bagaimana pajak, biaya pailit, biaya pengeluaran
sekuritas, dan peluang investasi perusahaan individu mempengaruhi ratio
modal pinjaman aktual perusahaan. Lebih jauh, teori ini mengabaikan
masalah signifikan mengenai agensi yang dengan mudah dapat muncul ketika
manajer perusahaan mengakumulasi begitu banyak kemunduran keuangan
dimana kemunduran ini menjadi kebal terhadap disiplin pasar. Meskipun
demikian, hipotesis pecking order struktur modal terlihat menjelaskan
model-model lain, dan hal ini fakta nyata dari pilihan keuangan perusahaan (tipe
sekuritas yang dipilih perusahaan untuk diterbitkan) dan respon pasar
terhadap penerbitan sekuritas.
d. Trade Off Theory
Teori ini disebut juga dengan balancing theory. Trade off theory yang
dikemukakan oleh Brealey dan Myers ini mengatakan bahwa target hutang antara
perusahaan satu dengan yang lain berbeda. Menurut Brigham et.al (1998:298)
“dalam teori trade-off, setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya,
yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan
dengan hutang, sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimum”.
Berdasarkan teori ini juga, menggunakan semakin banyak hutang berarti
memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham (ekuitas) dan juga
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.
Pada prakteknya manajemen perusahaan berupaya membuat keseimbangan
bauran sumber dana perusahaan pada struktur modal tertentu untuk menjaga resiko
finansial perusahaan pada tingkat tertentu yang dianggap aman. Sejauh manfaat
hutang masih lebih besar, hutang akan ditambah. Akan tetapi apabila resiko yang
muncul akibat penggunaan hutang lebih besar dibanding manfaat yang ada, maka
hutang tidak boleh ditambah lagi.
Menurut teori ini, jumlah hutang akan mencapai titik optimal pada saat margin
benefit of debt sama dengan marginal costs of debt. Dalam teori ini disebutkan
bahwa manfaat utama utang yaitu :
a. Biaya bunga sebagai pengurang dalam perhitungan laba kena pajak.
b. Meningkatkan Return on Equity (ROE) lebih tinggi, karena jumlah modal sendrii
Model ini telah berevolusi dari modifikasi menjadi hipotesis irrelevance murni
struktur modal Modigliani dan Miller dan merupakan pilihan utama kebanyakan
akademisi dan praktisi keuangan. Model ini juga memiliki fitur atraktif dari menjadi
dasar paten pada sebuah equilibrium pasar modal dan argumen memaksimalkan
nilai.
Berdasarkan teori Modigliani dan Miller (1996), semakin besar utang yang
digunakan, semakin tinggi nilai perusahaan. Model Modigliani dan Miller
mengabaikan faktor biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Struktur modal yang
optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan
utang dengan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang disebut model trade off (
Myers, 1984)
Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang
optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari
penghematan pajak atas penggunaan utang terhadap biaya kebangkrutan.
Penggunaan utang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor, jadi
semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham
perusahaan. Berdasarkan makalah Modigliani-Miller dengan pajak, harga saham
perusahaan akan dimaksimumkan jika menggunakan utang 100 persen. Dalam
kenyatannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan utang 100 persen karena
perusahaan membatasi penggunaan utang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan
dengan kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2001).
3. Modal Kerja
a. Pengertian Modal Kerja
Secara tradisional, modal kerja (working capital) didefinisikan sebagai
(2005:129), “modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan,
atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Menurut Weston dan Brigham (1990)
dalam Sawir (2005:129), “modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam aktiva
jangka pendek seperti kas, sekuritas, (surat-surat berharga), piutang dagang, dan
persediaan”.
Menurut Riyanto (2001:57) terdapat tiga konsep pengertian modal kerja,
yaitu:
a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yag tertanam dalam
unsur – unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali
berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam
di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan
demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah
aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (gross
working capital).
b. Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang
benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa
mengganggu likuiditasnya, atau disebut juga sebagai modal kerja bersih (net
working capital).
c. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan
dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba
sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan
untuk menghasilkan laba periode ini (current income). Ada sebagian dana
yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang
akan datang.
Menurut Wilford J. Erteman dan J.H. Holtz (1963) dalam Sawir
(2005:131), “modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode
akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income yang sesuai
dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut”.
b. Pentingnya Modal Kerja
Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas
operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu
besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan sehingga
mengakibatkan adanya dana yang menganggur (idle fund), karena dana tersebut
sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba.
Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan
produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan
keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat
membayar kewajiban jangka pendek yang tepat waktunya dan akan menghadapi
masalah likuiditas.
Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya
dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi
perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
aktiva lancar,
b. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada
waktunya,
c. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya
atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi,
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumennya,
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk membelikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para pelanggannya.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa
yang dibutuhkan.
4. Perputaran Modal Kerja
Menurut Munawir (2004:80), “Perputaran modal kerja adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah
(modal kerja)”. Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam
perusahaan selama perusahan yang bersangkutan dalam keadaan usaha atau masih
beroperasi. Setiap modal kerja yang diinvestasikan diharapkan membawa hasil yang
berpengaruh terhadap kelangsungan usaha yang dapat menunjang kemajuan usaha.
Periode perputaran modal kerja (working capital turnover) dimulai dari saat kas
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi
Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja berarti semakin pendek periode
perputaran modal kerja tersebut. Berapa lama periode perputaran modal kerja tergantung
kepada lama periode perputaran barang dagangan. Besar kecilnya kebutuhan modal kerja
terutama tergantung pada periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja dan
pengeluaran kas rata-rata setiap harinya. Dengan jumlah pengeluaran yang tetap setiap
hari, tetapi dengan periode perputaran yang semakin lama, maka jumlah modal kerja yang
dibutuhkan semakin besar.
Demikian pula halnya dengan periode perputaran yang tetap dan jumlah pengeluaran
kas per hari yang semakin besar, maka kebutuhan modal kerja pun semakin besar.
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja merupakan jumlah dari
periode-periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit, lama penyimpanan bahan mentah
di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi disimpan di gudang dan jangka
waktu penerimaan piutang. Sedangkan pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah
pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan
pembantu, pembayaran upah buruh, dan biaya-biaya lainnya.
Apabila perusahan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka kebutuhan modal
kerja cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama satu periode perputaran saja.
Tetapi pada umumnya perusahan didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha
satu kali saja, melainkan untuk seterusnya dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi
perusahaan yang disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerjanya
tidak cukup hanya sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja.
Melainkan sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan periode
5. Rentabilitas
Salah satu tujuan perusahaan pada umumnya yaitu memperoleh laba sesuai dengan
yang telah direncanakan. Untuk itu diperlukan penjelasan yang efektif dan efisien atas
sumber adaya yang ada. Harahap (2001:305) menjelaskan bahwa rentabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan
melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada. Rentabilitas sangat penting bagi
perkembangan perusahaan karena dengan rentabilitas segala aktivitas, operasi dan segala
kegiatan lainnya dapat berjalan secara baik. Rasio rentabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, untuk
melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien.
Cara menilai rentabilitas bermacam-macam tergantung pada laba dan aktiva atau
modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya, apakah itu laba dari
operasi atau laba bersih sesudah pajak dengan keseluruhan aktiva tak berwujud atau
modal sendiri. Dengan adanya bermacam cara penilaian rentabilitas suatu perusahaan,
maka ada beberapa perusahaan yang berbeda-beda dalam cara menghitung
rentabilitasnya. Rasio rentabilitas ini dapat dinilai dengan dua cara yaitu Rentabilitas
Ekonomi dan Rentabilitas Modal Sendiri.
a. Rentabilitas Ekonomis
Menurut Riyanto (2001:36) “rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara
laba usaha dengan modal sendiri dan modal yang dipergunakan untuk menghasilkan
laba tersebut dinyatakan dalam persentase”. Karena pengertian rentabilitas ekonomi
sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal didalam suatu
perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai
menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan hanyalah modal yang bekerja
didalam perusahaan (operating capital asset). Demikian pula laba yang
diperhitungkan hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan yang disebut
dengan laba perusahaan (net operating income). Dirumuskan sebagai berikut :
RE = x100%
Asset Total
EBIT
Pada umumnya masalah rentabilitas bagi perusahaan lebih penting daripada
masalah laba karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan
telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru diketahui dengan membandingkan
laba yang diperoleh dengan modal menghasilkan laba tersebut, atau dengan
menghitung rentabilitasnya maka yang harus diperhatikan perusahaan ialah tidak
hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang penting ialah usaha
untuk mempertinggi rentabilitasnya. Maka bagi perusahaan umumnya usahanya
lebih diarahkan untuk mendapatkan rentabilitas maksimal daripada laba maksimal.
b. Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas Modal Sendiri (return on equity) adalah perbandingan antara
jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah
modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Menurut Riyanto
(2001:44), rentabilitas modal sendiri menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri yang ada dalam perusahaan
itu, artinya rentabilitas modal sendiri dapat menjadi ukuran efisiensi bagi
penggunaan modal sendiri yang dioperasikan dalam perusahaan. Semakin besar
rentabilitas modal sendiri berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan itu
Return on equity (ROE) diperlakukan demikian penting karena return on equity
(ROE) merupakan ukuran efisiensi yang dicapai perusahaan dalam menggunakan
modal para pemiliknya. Menurut Sartono (2001:124), “Return on Equity atau
Rentabilitas Modal Sendiri dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rentabilitas Modal Sendiri = 100%
Sendiri Modal
pajak setelah Laba
×
Laba yang diperhitungkan adalah laba usaha setelah dikurangi bunga modal dan
pajak perseroan atau income tax (EAT = Earning After Tax) sedangkan modal yang
diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja didalam perusahaan. Ditinjau
dari kepentingan modal sendiri atau pemilik perusahaan, penambahan modal asing
hanyalah dibenarkan jika penambahan tersebut mempunyai efek finansial yang
menguntungkan terhadap modal sendiri. Penambahan modal asing hanya akan
memberikan efek yang menguntungkan terhadap modal sendiri apabila rate of return
dari tambahan modal (modal asing) tersebut lebih besar dari biaya modalnya atau
bunganya.
Tambahan modal asing itu hanya dibenarkan apabila rentabilitas modal sendiri
dengan tambahan modal asing lebih besar terhadap rentabilitas modal sendiri dengan
tambahan modal sendiri. Sebaliknya penambahan modal asing akan memberikan
efek financial yang merugikan terhadap modal sendiri apabila rate of return dari
tambahan modal asing tersebut lebih kecil dari bunganya.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Marselina (2008) meneliti pengaruh perputaran modal kerja dan perputaran aktiva
operasi terhadap tingkat rentabilitas pada industri otomotif dan komponennya yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 18
diobservasi mulai dari tahun 2004 sampai 2006, Maka diperoleh kesimpulan bahwa
perputaran modal kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap rentabilitas dimana t
hitung < t tabel (0,585 < 2,0057). sedangkan perputaran aktiva operasi secara parsial
memiliki pengaruh terhadap rentabilitas. Kedua variabel tersebut berpengaruh simultan
terhadap rentabilitas.
Herawati (2007) meneliti pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
Rentabilitas Modal Sendiri pada PT Inti Bandung. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah laporan keuangan PT Inti dan yang menjadi sampel adalah dari tahun 1997-2004.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap RMS. Hal ini
titunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi. Rentabilitas Modal Sendiri dipengaruhi
oleh DER sebesar 54,63%, sedangkan sisanya yaitu 45,37% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain. Tingkat korelasi berada pada tingkat cukup tinggi yaitu pada nilai 0,74.
Raya (2008) meneliti pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas (return on
equity) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Melalui
pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis statistik uji-t diperoleh kesimpulan
debt to asset ratio (X1) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return on
equity (ROE). Hal ini dapat dilihat dari t hitung < t tabel (0,841<1,997) dan nilai
signifikan (0,404 > 0,05). Equity to asset ratio (X2) memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap return on equity. Besar t hitung < t tabel (1,535<1,997) dengan
signifikansi (0,130 > 0,05). Kedua variabel independen tersebut secara bersama-sama
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (return on equity). Kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen hanya sebesar 3,9%
sedangkan sisanya 96,1% dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti.
Herlina (2005) meneliti pengaruh Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal
Terdapat di BEJ Tahun 2000-2003. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel populasi,
yaitu keseluruhan laporan keuangan 20 perusahaan makanan dan minuman tahun
2000-2003 yang terdapat di BEJ. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh
perputaran modal kerja terhadap ROE sedangkan modal kerja berpengaruh terhadap
ROE. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasi (r2) parsial untuk variabel modal
kerja 79.1% dan variabel perputaran modal kerja 0.077%, variabel modal kerja
mempunyai pengaruh lebih besar dibanding perputaran modal kerja. Kedua variabel
tersebut secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ROE. Ringkasan tinjauan
[image:38.595.109.518.370.761.2]penelitian terdahulu ditampilkan dalam Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel yang
digunakan Hasil Penelitian
Marselina Sinaga (2008)
Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Perputaran Aktiva Operasi Terhadap Tingkat
Rentabilitas Pada Industri
Otomotif Dan Komponennya Pada Industri Otomotif Dan Komponennya Yang Terdaftar Di BEJ Tahun 2005-2007 Working Capital Turnover (WCT), Total Asset Turnover, Profit Margin
Perputaran modal kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap rentabilitas. Perputaran aktiva operasi secara parsial memiliki pengaruh terhadap rentabilitas. Kedua variabel tersebut berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal. Lisda Herawati (2007)
Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada PT Inti Bandung
Debt to Equity Ratio (DER),
Rentabilitas Modal Sendiri
Debt to Equity Ratio
berpengaruh positif terhadap rentabilitas modal sendiri Ira Windi Raya (2008)
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Debt to Asset Ratio (DAR), Equity to Asset Ratio, Return on Equity
(ROE)
Debt to Asset Ratio dan Equity to Asset Ratio
secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap
Herlina Puji Astuti (2005)
Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdapat di BEJ Tahun 2000-2003
Net Working Capital, Working Capital TurnOver, Return On Equity (ROE)
Tidak ada pengaruh perputaran modal kerja
terhadap ROE sedangkan modal kerja
berpengaruh terhadap ROE. Kedua variabel tersebut berpengaruh simultan terhadap ROE Sumber : Data diolah penulis, 2010
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka di atas, maka dapat
disimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut :
[image:39.595.108.517.112.228.2]D.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Data diolah penulis, 2010
Dalam melakukan keputusan pendanaan, perusahaan dituntut untuk
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber dana ekonomis
guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Rasio
DER sebagai variabel independen (X1) menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya dengan ekuitas, yang terdiri dari dua komponen
yaitu modal pinjaman (hutang) dan modal sendiri (equity).
Perputaran modal kerja (X2) akan berpengaruh kepada rentabilitas
perusahaan, dimana dari tingkat rentabilitas itu, perusahaan diharapkan akan terus
Debt To Equity Ratio (X1)
Work Capital Turnover
(X2)
Return On Equity
melaksanakan kegiatan operasionalnya dan menghasilkan produk barang atau jasa
yang berkualitas.
Return On Equity (ROE) sebagai variabel dependen (Y) merupakan suatu
pengukuran dari pendapatan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal
yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini akan
semakin baik perusahaan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
Struktur modal dan perputaran modal kerja berpengaruh secara parsial maupun
simultan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan Tekstil dan Garmen
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausal. Penelitian kausal
adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lainnya (Umar, 2001:63).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu (Rochaety et al, 2007:63). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 21 perusahaan industri tekstil yang telah
tercatat di Bursa Efek Jakarta antara tahun 2004 sampai dengan 2008, dimana
perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan dipublikasikan
di dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2008.
Sampel adalah sebagian dari unit populasi yang diperoleh melalui sampling
tertentu (Rochaety et al, 2007:64). Jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian
ini adalah 12 perusahaan. Metode pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu
kriteria tertentu (Sugiyono, 2004:78). Adapun yang menjadi kriteria dalam
penentuan sampel tersebut adalah :
1. Perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar pada tahun 2004-2008
3. Perusahaaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited
selama tahun 2004-2008.
Berdasarkan kriteria penentu di atas, terdapat dua belas industri tekstil dan
[image:42.595.126.499.265.609.2]garmen yang akan dijadikan sampel yaitu:
Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan
No. Nama Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3
1. PT Apac Citra Centertex, Tbk. √ - √
2. PT Argo Pantes, Tbk. √ - √
3. PT Century Textile Industry, Tbk. √ √ √ 1
4. PT Delta Dunia Petroindo, Tbk. √ √ √ 2
5. PT Eratex Djaja, Tbk. √ - -
6. PT Ever Shine Tex, Tbk. √ √ √ 3
7. PT Hanson International, Tbk. √ √ √ 4
8 PT Indo Acidatama, Tbk. √ - √
9. PT Indorama Synthetics, Tbk. √ √ √ 5
10. PT Karwell Indonesia, Tbk. √ √ √ 6
11. PT Pan Brothers, Tbk. √ √ √ 7
12. PT Panasia Filament Inti, Tbk. √ √ √ 8
13. PT Panasia Indosyntec, Tbk. √ √ √ 9
14. PT Polychem Indonesia, Tbk. √ √ √
15. PT Polysindo Eka Perkasa, Tbk. √ - -
16. PT Ricky Putra Globalindo, Tbk. √ √ √ 10
17. PT Roda Vivatex , Tbk. √ √ √ 11
18. PT Sunson Textile Manufacturer, Tbk. √ - √
19. PT Texmaco Jaya, Tbk. √ - -
20. PT Tifico, Tbk. √ √ √ 12
21. PT Unitex, Tbk. √ - √
Sumber : Data diolah penulis, 2010
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif yaitu data
yang berbentuk angka. Data ini merupakan data sekunder yaitu data penelitian
yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder
2008. Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 12 perusahaan industri
tekstil dan garmen (section) selama periode waktu 5 tahun (series) yaitu tahun
2004 sampai dengan tahun 2008.
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran dengan komputer
yaitu teknik pengumpulan data-data atas kejadian historis yang tertulis dalam
dokumen atau berupa arsip data dengan format elektronik. Data yang dikumpul
adalah data yang berkenaan dengan objek yang diteliti dan diperoleh dari
Indonesian Stock Exchange (IDX). Peneliti juga melakukan penelitian
kepustakaan dengan cara pengkajian dan pendalaman literatur-literatur, seperti
buku, jurnal dan laporan penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
guna memperoleh dasar teoritis dan acuan untuk mengolah data yang diperoleh
dari penelusuran internet.
E. Definisi Operasional dan Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen
Variabel independen menurut Erlina dan Mulyani (2007:34) adalah
“variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan
mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel dependen lainnya”.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur
a. Struktur Modal
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah struktur
modal yang dihitung dengan rasio utang-ekuitas (Debt to Equity Ratio).
Struktur modal merupakan perbandingan atau proporsi dari total hutang
dengan modal sendiri dalam perusahaan. Menurut Munawir (2004:105)
ratio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Utang-Ekuitas (DER) = 100% Sendiri
Modal Utang Total
×
b. Perputaran Modal Kerja
Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) yaitu rasio yang
memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian
penjualan. Riyanto (1998:335) merumuskan formula untuk menghitung
Perputaran Modal Kerja sebagai berikut :
Perputaran Modal Kerja (WCT) =
Bersih Kerja
Modal
Bersih Penjualan
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh besarnya
variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen
adalah rentabilitas modal sendiri yang dihitung dengan melakukan
perbandingan antara laba bersih setalah pajak dan bunga dengan modal
sendiri. Menurut Sartono (2001), “Return on Equity atau Rentabilitas Modal
Sendiri dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rentabilitas Modal Sendiri = 100%
F. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 16.0. Sebelum data
dianalisis, maka untuk keperluan analisis data tersebut, terlebih dahulu dilakukan
uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi
klasik yang dilakuka n terdiri atas uji normalitas, uji multikolineritas, uji
heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Untuk pengujian hipotesis dilakukan
analisis regresi linier berganda. Kemudian dilakukan proses pengujian analisis F
dan pengujian analisis t untuk mengetahui apakah masing – masing variabel
independen berpengaruh secara individu maupun secara simultan terhadap
variabel dependen.
1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005), uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan
melihat histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005), uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada
model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat VIF
antar variabel independen. Jika VIF menunjukkan angka lebih besar dari
10 menandakan terdapat gejala multikolinearitas. Disamping itu, suatu
model dikatakan terdapat gejala multikolinearitas jika korelasi diantara
variabel independen lebih besar dari 0,10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005:11) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Suatu model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk
menguji ada tidaknya situasi heteroskedastisitas dalam varian error terms
untuk model regresi. Dalam penelitian ini akan digunakan metode chart
(Diagram Scatterplot), dengan dasar pemikiran bahwa :
1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin), yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar keatas dan
Pada penelitian ini, uji heterokedastisitas juga dilakukan dengan uji
Park. Park mengemukakan metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi
variabel-variabel bebas. Suatu model dikatakan terdapat gejala
heterokedastisitas jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi
tersebut signifikan secara statistik. Sebaliknya, jika parameter beta tidak
signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa data model
empiris yang diestimasi tidak terdapat heterokedastisitas (Ghozali, 2005).
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal
ini sering ditemukan pada time series. Ada berbagai cara untuk menguji
adanya autokorelasi, seperti metode grafik, uji LM, Uji Runs, Uji BG
(Breusch Godfrey), dan DW (Durbin Watson). Pada penelitian ini, uji
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dapat digunakan uji Durbin
Watson (DW). Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi apabila nilai
du < dw< 4-du (Ghozali, 2005).
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian diuji adalah dengan
menggunakan model regresi linear untuk melihat pengaruh masing-masing
terhadap Rentabilitas Modal Sendiri dengan menggunakan t-test dan f-test:
a. Uji signifikansi simultan (f-test)
Uji f digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan f hitung dengan f tabel dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika Fhitung < Ftabel untuk α = 5%, Ho diterima
Jika Fhitung > Ftabeluntuk α = 5%, Ha diterima
b. Uji signifikansi parsial (t-test)
Pengujian t-test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini
dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan
ketentuan sebagai berikut :
Jika thitung < ttabeluntuk α = 5%, Ho diterima
G. Jadwal Penelitian
[image:49.595.122.520.250.379.2]Perencanaan jadwal penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Tahap Penelitian Des
2009 Jan 2010
Feb 2010
Mar 2010
Apr 2010
Mei 2010
Pengajuan Judul
Penyetujuan Proposal
Pengumpulan Data
Seminar Proposal
Bimbingan dan Penulisan Skripsi
Penyelesaian Skripsi
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini hanya untuk mendeskripsikan data sampel dan
tidak membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Menurut
Ghozali (2005:19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
[image:50.595.159.467.342.471.2]range dan kemencengan distribusi.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Std. Deviation
LN_DER 45 -1.66 5.78 1.27549
LN_WCT 45 -3.24 5.08 1.66248
LN_RMS 45 -6.91 1.80 2.29615
Valid N (listwise) 45
Sumber : Data diolah penulis, 2010
Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah:
(a) Variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki nilai minimum -1,66 ; nilai maksimum
5,78; nilai dengan standar deviasi sebesar 1,2754 dan jumlah observasi sebanyak 45
sampel.
(b) Variabel Working Capital Turnover (WCT) memiliki nilai minimum -3,24 ; nilai
maksimum 5,08 dengan standar deviasi sebesar 1,66248 dan jumlah observasi
sebanyak 45 sampel.
(c) Variabel Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) memiliki nilai minimum -6,91; nilai
maksimum 1,80 dengan standar deviasi sebesar 2,29615 dan jumlah observasi
B. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik diperlukan pengujian asumsi
klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik
dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik normalitas data,
autokorelasi, heterokedastisitas dan asumsi-asumsi klasik lainnya agar hasil pengujian
tidak bersifat bias dan efisien. Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik yang harus
dipenuhi adalah berdistribusi normal, multikolinearitas, autokorelasi dan
non-heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal serta untuk menghindari bias dalam
model regresi. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), dengan membuat hipotesis:
Ha : Data residual berdistribusi normal
H0 : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima, sedangkan jika nilai
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual